Upload
madeswibawantara
View
11
Download
2
Embed Size (px)
DESCRIPTION
LT Gizi Dan Jawaban
Citation preview
LEARNING TASKGIZI
Ns. Sani
1. Jelaskanlah sejarah perkembangan ilmu gizi2. Jelaskanlah istilah-istilah dibawah ini
a. Gizib. Keadaan Gizic. Status Gizid. Malnutrisie. Gizi salahf. Kurang Energi Protein
3. Sebutkan dan Jelaskan tentang jenis-jenis zat gizi dan pengelompokannya4. Jelaskan riwayat alamiah terjadinya penyakit gizi5. Jelaskan factor-faktor yang mempengaruhi terjadinya masalah gizi 6. Sebutkan dan jelaskan penyakit-penyakit yang timbul akibat masalah gizi7. Jelaskanlah klasifikasi status gizi, memurut:
a. Welcome Trustb. Waterlowc. Puslitbang Gizid. Direktorat Bina Gizi Masyarakat DepKes RIe. WHO
8. Jelaskanlah cara penilaian status gizi, pada:a. Ibu hamilb. Anakc. Lansia
9. Jelaskanlah perhitungan kebutuhan gizi :a. Selama hamilb. Anakc. Remajad. Dewasae. Lansia
Jawaban
1. Sejarah perkembangan Ilmu Gizi
Berdiri tahun 1926, oleh Mary Swartz Rose saat dikukuhkan sebagai profesor ilmugizi di
Universitas Columbia, New York, AS. Pada zaman purba, makanan pentinguntuk
kelangsungan hidup. Sedangkan pada zaman Yunani, tahun 400 SM ada teoriHipocrates
yang menyatakan bahwa makanan sebagai panas yang dibutuhkanmanusia, artinya
manusia butuh makan.Beberapa penelitian yang menegaskan bahwa ilmu gizi sudah ada
sejak dulu, antara lain:
1) Penelitian tentang Pernafasan dan Kalorimetri
Pertama dipelajari oleh AntoineLavoisier (1743-1794). Mempelajari hal-hal yang
berkaitan dengan penggunaanenergi makanan yang meliputi proses pernafasan,
oksidasi dan kalorimetri.Kemudian berkembang hingga awal abad 20, adanya
penelitian tentangpertukaran energi dan sifat-sifat bahan makanan pokok.
2) Penemuan Mineral
Sejak lama mineral telah diketahui dalam tulang dan gigi.Pada tahun 1808
ditemukan kalsium. Tahun 1808, Boussingault menemukan zatbesi sebagai zat
esensial. Ringer (1885) dan Locke (1990), menemukan cairantubuh perlu
konsentrasi elektrolit tertentu. Awal abad 20, penelitian Loeb tentangpengaruh
konsentrasi garam natrium, kalium dan kalsium klorida terhadap jaringan hidup.
3) Penemuan Vitamin
Awal abad 20, vitamin sudah dikenal. Sejak tahun 1887-1905 muncul penelitian-
penelitian dengan makanan yang dimurnikan danmakanan utuh. Dengan hasil:
ditemukan suatu zat aktif dalam makanan yangtidak tergolong zat gizi utama dan
berperan dalam pencegahan penyakit (Scurvydan Rickets). Pada tahun 1912,
Funk mengusulkan memberi nama vitamine untuk zat tersebut. Tahun 1920,
vitamin diganti menjadi vitamine dan diakui sebagai zatesensial.
4) Penelitian Tingkat Molekular dan Selular
Penelitian ini dimulai tahun 1955, dandiperoleh pengertian tentang struktur sel
yang rumit serta peranan kompleks danvital zat gizi dalam pertumbuhan dan
pemeliharaan sel-sel. Setelah tahun 1960,penelitian bergeser dari zat-zat gizi
esensial ke inter relationship antara zat-zatgizi, peranan biologik spesifik,
penetapan kebutuhan zat gizi manusia danpengolahan makanan thdp kandungan
zat gizi.
5) Keadaan Sekarang
Muncul konsep-konsep baru antara lain: pengaruh keturunanterhadap kebutuhan
gizi; pengaruh gizi terhadap perkembangan otak dan perilaku,kemampuan bekerja
dan produktivitas serta daya tahan terhadap penyakit infeksi.Pada bidang
teknologi pangan ditemukan : cara mengolah makanan bergizi,fortifikasi bahan
pangan dengan zat-zat gizi esensial, pemanfaatan sifat strukturalbahan pangan,
dsb. FAO dan WHO mengeluarkan Codex Alimentaris (peraturanfood labeling
dan batas keracunan).
2. Gizi adalah suatu proses organisme menggunakan makanan yang dikonsumsi secara
normal melalui proses pencernaan, absobsi, transportasi, penyimpanan, metabolisme dan
pengeluaran zat-zat yang tidak digunakan untuk mempertahankan kehidupan,
pertumbuhan dan fungsi normal dari organ-organ, serta menghasilkan energi. (Supariasa,
dkk, 2002)
Keadaan gizi adalah keadaan akibat dari keseimbangan antara konsumsi dan penyerapan
gizi dan penggunaan zat gizi tersebut atau keadaan fisiologi akibat dari tersedianya zat
gizi dalam sel tubuh (Supariasa, 2002).
Status gizi adalah keadaan yang diakibatkan oleh status keseimbangan antara jumlah
asupan (intake) zat gizi dan jumlah yang dibutuhkan (requirement) oleh tubuh untuk
berbagai fungsi biologis: (pertumbuhan fisik, perkembangan, aktivitas, pemeliharaan
kesehatan, dan lainnya). (Suyatno, 2009)
Malnutrisi adalah keadaan dimana tubuh tidak mendapat asupan gizi yang cukup,
malnutrisi dapat juga disebut keadaaan yang disebabkan oleh ketidakseimbangan di
antara pengambilan makanan dengan kebutuhan gizi untuk mempertahankan kesehatan.
Ini bisa terjadi karena asupan makan terlalu sedikit ataupun pengambilan makanan yang
tidak seimbang. Selain itu, kekurangan gizi dalam tubuh juga berakibat terjadinya
malabsorpsi makanan atau kegagalan metabolik (Oxford medical dictionary, 2007).
Malnutrition (Gizi salah) adalah keadaan patofisiologis akibat dari kekurangan atau
kelebihan secara relatif maupun absolut satu atau lebih zat gizi. Bachyar Bakri, dkk
(2002:1)
Kurang Energi Protein (KEP) adalah seseorang yang kurang gizi yang
disebabkan oleh rendahnya komsumsi energi dan protein dalam makanan sehari –
hari atau gangguan penyakit – penyakit tertentu. Anak tersebut kurang energi protein
(KEP) apabila berat badanya kurang dari 80 % indek berat badan/umur baku
standar,WHO –NCHS, (DEPKES RI,1997)
3. aaaa
4. Riwayat alamiah terjadinya masalah gizi (defisiensi gizi), dimulai dari
1) Tahap prepatogenesis
yaitu proses interaksi antara penjamu (host=manusia), dengan penyebab
(agent=zat-zat gizi) serta lingkungan (environment). Pada tahap ini terjadi
keseimbangan antara ketiga komponen yaitu tubuh manusia, zat gizi dan
lingkungan dimana manusia dan zat-zat gizi makanan berada (konsep : John
Gordon). Ada 4 kemungkinan terjadinya patogenesis penyakit defisiensi gizi :
a. Pertama : makanan yang dikonsumsi kurang baik dari segi kualitas maupun kuantitas
b. Kedua: Peningkatan kepekaan host terhadap kebutuhan gizi mis : kebutuhan yang
meningkat karena sakit
c. Ketiga: Pergeseran lingkungan yang memungkinkan kekurangan pangan, misalnya
misalnya gagal panen
d. Keempat:Perubahan lingkungan yang mengubah meningkatkan kerentanan host mis :
kepadatan penduduk di daerah kumuh
Zat gizi dipergunakan oleh sel tubuh untuk berbagai aktifitas, bila zat gizi kurang
maka sel tubuh akan mengambil cadangan zat gizi (depot), bila zat gizi yang
dikonsumsi berlebihan maka akan disimpan dalam tubuh. Bila depot simpanan habis
dan konsumsi zat gizi kurang maka akan terjadi proses biokimia untuk mengubah
unsur-unsur pembangun struktur tubuh, ini artinya telah terjadi gangguan biokimia
tubuh misalnya saja kadar Hb dan serum yang turun. Bila terus berlanjut maka terjadi
gangguan fungsi sel, jaringan dan organ tubuh. Bila tidak segera diatasi dengan
konsumsi gizi yang adekuat maka secara anatomi sel-sel, jaringan dan organ tubuh
akan terlihat mengalami kerusakan misalnya saja pada penyakit defisiensi gizi
kwashirkor dan marasmus. Gangguan anatomi dengan kerusakan jaringan yang parah
dapat berakhir dengan kematian.
Pada masa prepatogenesis bibit penyakit belum mamasuki penjamu, namun
demikian telah ada interaksi antara penjamu, bibit penjakit dan lingkungan, jika
penjamu tidak dalam keadaan baik, maka kondisi kesehatan menurun sehinga ada
kemungkinan bibit penyakit masuk kedalam tubuh.
HOST (pejamu) : Manusia atau makhluk hidup lainnya yang menjadi tempat
proses alamiah perkembangan penyakit defisiensi gizi.
AGENT (penyebab): Zat-zat gizi yang terdapat dalam makanan yang dapat
menyebabkan suatu penyakit defisiensi gizi.
ENVIRONMENT (lingkungan): Semua faktor luar dari individu (manusia)
2) Tahap patogenesis
Penerapan patogenesis penyakit defisiensi gizi dalam upaya-upaya pencegahan
dan penanggulangan masalah gizi akan lebih mudah lagi difahami jika diterapkan
dalam konsep “pohon masalah” yang dapat memperlihatkan penyebab langsung,
tidak langsung, penyebab utama dan akar masalah. Seperti diperlihatkan dibawah
ini ( Konsep Masalah Gizi menurut Unicef). Masalah gizi dalam tahapan
penyebab langsung disebabkan oleh konsumsi zat gizi (yang rendah), pada
pendekatan patogenesis dinyatakan sebagai Agent dan adanya penyakit infeksi
dinyatakan sebagai host. Kedua penyebab langsung ini juga saling berinteraksi
memperparah terjadinya masalah gizi.
5. Faktor yang mempengaruhi status gizi
Santosa (2004) menyebutkan bahwa faktor-faktor yang berpengaruh terhadap status
gizi balita terbagi menjadi 2 meliputi faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal
merupakan faktor yang ada dalam diri anak itu sendiri, yang meliputi status kesehatan,
umur, jenis kelamin, dan ukuran tubuh. Status kesehatan berkaitan dengan adanya
hambatan reaksi imunologis dan berhubungan dengan terjadinya prevalensi dan beratnya
penyakit infeksi, seperti kwashiorkor atau marasmus sering didapatkan pada taraf yang
sangat berat. Infeksi sendiri mengakibatkan penderita kehilangan bahan makanan melalui
muntah-muntah dan diare. Faktor umur merupakan faktor yang sangat menentukan
banyaknya kebutuhan protein terutama pada golongan balita yang masih dalam masa
pertumbuhan. Terkait dengan faktor jenis kelamin, jenis kelamin wanita lebih banyak
kasusnya Faktor eksternal yang dapat mempengaruhi status gizi yaitu faktor yang datang
atau ada dari luar anak itu sendiri. Faktor ini meliputi pendidikan, pengetahuan dan
pendapatan. (Radiansyah, 2007).
Faktor eksternal yang berpengaruh terhadap status gizi balita adalah persepsi orang-
orang yang terkait. Salah satunya adalah kader kesehatan yang melalui stimulus yang
diterimanya dan didasarkan pada pengetahuan yang dimiliki kemudian mampu
mengambil langkah-langkah mengenai penanggulangan status gizi balita.
Daly, et. al (dalam Supariasa, 2002) membuat model faktor-faktor yang mempengaruhi
keadaan gizi yaitu konsumsi makanan dan tingkat kesehatan. Konsumsi makanan
dipengaruhi oleh pendapatan, penyajian makanan dan kesediaan bahan pangan. Model
Daly tersebut dapat dijelaskan dalam bagan sebagai berikut : Keadaan gizi balita
tergantung pada konsumsi makanan dan status kesehatan. Faktor konsumsi makanan
dipengaruhi oleh pendapatan keluarga, lapangan kerja yang tersedia, tingkat pendidikan
dan kemampuan sosial keluarga. Konsumsi makanan juga dipengaruhi oleh kemampuan
keluarga dalam mengolah makanan.
Hal ini sangat terkait dengan tersedianya bahan makanan yang ada. Berkaitan dengan
pengolahan bahan makanan tergantung pada produksi pertanian serta distribusi bahan
makanan serta harga bahan makanan. Faktor status kesehatan merupakan kondisi
kesehatan keluarga terutama balita, apabila balita tidak terserang suatu infeksi penyakit
maka dimungkinkan asupan makanan yang diterima oleh tubuh dapat terserap dengan
sempurna. Sebagai salah satu bentuk menjaga kesehatan balita adalah dengan
memberikan imunisasi pada anak (Daly et al dalam Supariasa, 2002).
6.