20
A. PENGERTIAN Thypoid adalah penyakit infeksi sistemik akut yang disebabkan infeksi salmonella Thypi. Organisme ini masuk melalui makanan dan minuman yang sudah terkontaminasi oleh faeses dan urine dari orang yang terinfeksi kuman salmonella (Smeltzer & Bare. 2012. Keperawatan Medikal Bedah II. Jakarta: EGC). Thypoid adalah penyakit infeksi akut usus halus yang disebabkan oleh kuman salmonella Thypi (Mansjoer, Arif. 2009. Kapita Selekta Kedokteran, Jakarta : Media Aesculapius.). Demam thypoid adalah suatu penyakit infeksi oleh bakteri salmonella thypi dan bersifat endemic yang termasuk dalam penyakit menular ( Cahyono,2010). Sedangkan menurut Elsevier 2013, demam thypoid adalah infeksi sistemik yang disebabkan oleh salmonella thypi. Jadi, demam thypoid merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh bakteri gram negative (bakteri salmonella thypi) yang merupakan sistem pertahan tubuh dan masuk melalui makanan dan minuman yang terkontaminasi. B. ETIOLOGI Penyebab utama demam thypoid ini adalah bakteri salmonella thypi. Bakteri salmonella thypi adalah berupa basil gram negative, bergerak rambut getar, tidak berspora, dan mempunyai tiga antigen yaitu O ( Somatik yang terdiri atas zat kompleks lipopolisakarida), antigen H (flagella), dan antigen VI. Dalam serum penderita terdapat zat (agglutinin) terhadap ketiga macam

Lp Thypoid

Embed Size (px)

DESCRIPTION

the eye

Citation preview

Page 1: Lp Thypoid

A. PENGERTIAN

Thypoid adalah penyakit infeksi sistemik akut yang disebabkan infeksi salmonella Thypi.

Organisme ini masuk melalui makanan dan minuman yang sudah terkontaminasi oleh faeses

dan urine dari orang yang terinfeksi kuman salmonella (Smeltzer & Bare. 2012. Keperawatan

Medikal Bedah II. Jakarta: EGC). Thypoid adalah penyakit infeksi akut usus halus yang

disebabkan oleh kuman salmonella Thypi (Mansjoer, Arif. 2009. Kapita Selekta Kedokteran,

Jakarta : Media Aesculapius.).

Demam thypoid adalah suatu penyakit infeksi oleh bakteri salmonella thypi dan bersifat

endemic yang termasuk dalam penyakit menular ( Cahyono,2010). Sedangkan menurut Elsevier

2013, demam thypoid adalah infeksi sistemik yang disebabkan oleh salmonella thypi.

Jadi, demam thypoid merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh bakteri gram

negative (bakteri salmonella thypi) yang merupakan sistem pertahan tubuh dan masuk melalui

makanan dan minuman yang terkontaminasi.

B. ETIOLOGI

Penyebab utama demam thypoid ini adalah bakteri salmonella thypi. Bakteri salmonella

thypi adalah berupa basil gram negative, bergerak rambut getar, tidak berspora, dan mempunyai

tiga antigen yaitu O ( Somatik yang terdiri atas zat kompleks lipopolisakarida), antigen H

(flagella), dan antigen VI. Dalam serum penderita terdapat zat (agglutinin) terhadap ketiga

macam antigen tersebut. Kuman tubuh pada suasana aerob dan fakultatif anaerob pada suhu 15-

41 oc (optimum 37oc) dan pH pertumbuhan 6-8. Faktor pencetus lainnya adalah lingkungan,

sistem imun yang rendah, feses, urin, makanan atau minuman yang terkontaminasi, fomitus dan

lain sebagainya.

Penyebab penyakit thypoid adalah kuman salmonella thyposa salmonella parathypi A,B,

dan C memasuki saluran pencernaan. Penularan salmonella thypi dapat ditularkan berbagai cara,

yang dikenal dengan 5 F yaitu Food (makanan), Fingers (jari tangan/kuku), Fomitus (muntah),

Fly (lalat), dan melalui Feses.

Penyebab lain dari penyakit thypoid adalah :

1. Makanan dan minuman yang terkontaminasi bakteri salmonella thypi2. Makanan mentah atau belum masak3. Kurangnya sanitasi dan higienitas4. Daya tahan tubuh yang menurus

Page 2: Lp Thypoid

C. TANDA DAN GEJALA & MANIFESTASI

Menurut ngastiyah (2007:237), demam thypoid pada anak biasanya lebih ringan

daripada orang dewasa. Masa tunas 10-20 hari, yang tersingkat 4 hari jika infeksi terjadi melalui

makanan, sedangkan jika memelalui minuman yang terlama 30 hari. Selama inkubasi mungkin

ditemukan gejala prodromal, perasaan tidak enak badan, nyeri, lesu, nyeri kepala, pusing dan

tidak bersemangat, kemudian gejala klinis yang biasanya ditemukan, yaitu :

1. Demam

pada kasus yang khas, demam berlangsung 3 minggu bersifat febris remitten dan suhu

tidak tinggi sekali. Minggu pertama, suhu tubuh berangsur-angsur naik setiap hari,

menurun pada pagi hari dan mreningkat lagi pada sore dan malam hari. Dalam minggu

ketiga suhu tubuh berangsur-angsur turun dan normal kembali.

2. Gangguan pada saluran pencernaan

Pada mulut terdapat nafas berbau tidak sedap, bibir kering dan pecah-pecah ( ragaden).

lidah tertutup selaput putih kotor ( coated tongue ), ujungnya dan tepinya kemerahan.

Pada abdomen dapat ditemukan keadaan perut kembung. Hati dan Limpa membesar

disertai nyeri dan peradangan.

3. Gangguan kesadaran

Umumnya kesadaran pasien menurun, yaitu apatis sampai samnolen. Jarang terjadi

supor, koma atau gesilah (kecuali penyakit berat dan terhambat mensapatkan

pengobatan). Gejala lain yang juga dapat ditemukan pada punggung dan anggota gerak

dapat ditemukan reseol, yaitu bintik-bintik kemerahan karena emboli hasil dari kapiler

kulit, yang ditemukan pada minggu pertama demam, kadang-kadang ditemukan pula

trakikardi dan epistaksis.

4. Relaps

Relaps (kambuh) ialah berulangnya gejala penyakit demam thypoid, akan tetap

berlangsung ringan dan lebih singkat. Terjadi pada minggu kedua setalah suhu badan

normal kembali, terjadinya sukar diterangkan. Menurut teori relaps terjadinya karena

terdapatnya basil dalam organ-organ yang tidak dapat dimusnahkan baik oleh obat

maupun obat zat anti.

Page 3: Lp Thypoid

Komplikasi

1. perforasi usus 5. Kolestatis2. perdarahan usus 6. Meningitis,Ensafalitis, Enselopati.3. peritonitis 7. Bronkopneumonia4. sepsis

(Kapita selekta kedokteran,2010)

D. PATOFISIOLOGI

Bakteri salmonella thypi bersama makanan atau minuman masuk kedalam tubuh melalui

mulut. Pada saat melewati lambung dengan suasana asam (pH < 2) banyak bakteri yang mati.

keadaan-keadaan seperti alkorhidiria,gastrektomi, pengobatan dengan antagonis reseptor

histamine H2, inhibitor pompa proton atau antasida dalam jumlah besar, akan mengurangi dosis

infeksi. Bakteri yang masih hidup akan mencapai usus halus. Di usus halus, bakteri melekat

pada sel-sel mukosa dan kemudian menginvasi sel mukosa dan menembus dinding usus,

tepatnya di ileum dan jejunum. sel-sel M, sel epitel khusus yang melapisi peyer’s patch,

merupakan tempat internalisasi salmonella thypi. Bakteri mencapai folikel limfe usus halus,

mengikuti aliran ke kelenjar limfe mesentrika bahkan ada yang melewati sirkulai sistemik

sampai kejaringan RES di organ hati dan limpa. salmonella thypi mengalami multiplikasi di

dalam sel fagosit mononuclear di dalam folikel limfe, kelenjar limfe mesentrika, hati dan limfe

(Soedarmo,Suwarmo S Poorwo,dkk.2012.Buku Ajar Infeksi & Pediatric Tropics. Jakarta :

IDAI).

Setelah melalui periode waktu tertentu (periode inkubasi) yang lamanya ditentukan oleh

jumlah dan virulansi kuman serta respon imun pejamu maka salmonella thypi akan keluar dari

habitnya dan melalui duktus torasikus masuk ke dalam sirkulasi sistemik. Dengan cara ini

organisme dapat mencapai organ manapun, akan tetapi tempat yang disukai oleh salmonella

thypi adalah hati, limpa, sumsum tulang belakang, kandung empedu dan peyer’s patch dari

ileum terminal. Kandung empedu dapat terjadi baik secara langsung dari darah dan penyebaran

retrograde dari empedu. Ekskresi organisme di empedu dapat menginvasi ulang dinding usus

atau dikeluarkan oleh tinja. Peran endotoksin dalam pathogenesis demam thypoid tidak jelas,

hal tersebut terbukti dengan tidak terdeteksinya endotoksin dalam sirkulasi penderita melalui

pemeriksaan limulus. Diduga endotoksin dari salmonella thypi menstimulasi magrofag di dalam

Page 4: Lp Thypoid

hati, limpa, folikel, limfoma usus halus dan kelenjar limfe mesenterika untuk memproduksi

sitokinin dan zat-zat lain. Produk dari magrofag inilah yang dapat menimbulkan nekrosis sel,

sistem vascular tidak stabil, demam, depresi sumsum tulang belakang, kelainan pada darah dan

menstimulasi sistem imunologik (Soedarmo,Suwarmo S Poorwo,dkk.2012.Buku Ajar Infeksi &

Pediatric Tropics. Jakarta : IDAI).

F. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK

1. Pemeriksaan leukosit

Di dalam beberapa literatur dinyatakan bahwa demam typhoid terdapat leukopenia dan

limposistosis relatif tetapi kenyataannya leukopenia tidaklah sering dijumpai. Pada kebanyakan

kasus demam typhoid, jumlah leukosit pada sediaan darah tepi berada pada batas-batas normal

bahkan kadang-kadang terdapat leukosit walaupun tidak ada komplikasi atau infeksi sekunder.

Oleh karena itu pemeriksaan jumlah leukosit tidak berguna untuk diagnosa demam typhoid.

2.    Pemeriksaan SGOT Dan SGPT

SGOT Dan SGPT pada demam typhoid seringkali meningkat tetapi dapat kembali

normal setelah sembuhnya typhoid.

3.    Biakan darah

Bila biakan darah positif hal itu menandakan demam typhoid, tetapi bila biakan darah

negatif tidak menutup kemungkinan akan terjadi demam typhoid. Hal ini dikarenakan hasil

biakan darah tergantung dari beberapa faktor :

a. Teknik pemeriksaan Laboratorium

Hasil pemeriksaan satu laboratorium berbeda dengan laboratorium yang lain, hal ini

disebabkan oleh perbedaan teknik dan media biakan yang digunakan. Waktu pengambilan darah

yang baik adalah pada saat demam tinggi yaitu pada saat bakteremia berlangsung.

b.    Saat pemeriksaan selama perjalanan Penyakit

Biakan darah terhadap salmonella thypi terutama positif pada minggu pertama dan

berkurang pada minggu-minggu berikutnya. Pada waktu kambuh biakan darah dapat positif

kembali.

c.    Vaksinasi di masa lampau

Vaksinasi terhadap demam typhoid di masa lampau dapat menimbulkan antibodi dalam

darah klien, antibodi ini dapat menekan bakteremia sehingga biakan darah negatif.

d.    Pengobatan dengan obat anti mikroba

Page 5: Lp Thypoid

Bila klien sebelum pembiakan darah sudah mendapatkan obat anti mikroba pertumbuhan

kuman dalam media biakan terhambat dan hasil biakan mungkin negatif.

e.    Uji Widal

Uji widal adalah suatu reaksi aglutinasi antara antigen dan antibodi (aglutinin).

Aglutinin yang spesifik terhadap salmonella thypi terdapat dalam serum klien dengan typhoid

juga terdapat pada orang yang pernah divaksinasikan. Antigen yang digunakan pada uji widal

adalah suspensi salmonella yang sudah dimatikan dan diolah di laboratorium. Tujuan dari uji

widal ini adalah untuk menentukan adanya aglutinin dalam serum klien yang disangka

menderita tthypoid.

Uji widal dilakukan untuk mendeteksi adanya antibody terhadap kuman Salmonella

typhi. Uji widal dikatakan bernilai bila terdapat kenaikan titer widal 4 kali lipat (pada

pemeriksaan ulang 5-7 hari) atau titer widal O > 1/320, titer H > 1/60 (dalam sekali

pemeriksaan) Gall kultur dengan media carr empedu merupakan diagnosa pasti demam tifoid

bila hasilnya positif, namun demikian, bila hasil kultur negatif belum menyingkirkan

kemungkinan tifoid, karena beberapa alasan, yaitu pengaruh pemberian antibiotika, sampel yang

tidak mencukupi. Sesuai dengan kemampuan SDM dan tingkat perjalanan penyakit demam

tifoid, maka diagnosis klinis demam tifoid diklasifikasikan atas:

1.     Possible Case dengan anamnesis dan pemeriksaan fisik didapatkan gejala

demam,gangguan saluran cerna, gangguan pola buang air besar dan hepato/splenomegali.

Sindrom demam tifoid belum lengkap. Diagnosis ini hanya dibuat pada pelayanan kesehatan

dasar.

2.     Probable Case telah didapatkan gejala klinis lengkap atau hampir lengkap, serta didukung

oleh gambaran laboraorium yang menyokong demam tifoid (titer widal O > 1/160 atau H >

1/160 satu kali pemeriksaan).

3.     Definite Case Diagnosis pasti, ditemukan S. Thypi pada pemeriksaan biakan atau positif

S.Thypi pada pemeriksaan PCR atau terdapat kenaikan titerWidal 4 kali lipat (pada pemeriksaan

ulang 5-7 hari) atau titer widal O> 1/320, H > 1/640 (pada pemeriksaan sekali) (Widodo, D.

2007. Buku Ajar Keperawatan Dalam. Jakarta: FKUI.

Page 6: Lp Thypoid

G. PENATALAKSANAAN

A. Medis

a.    Anti Biotik (Membunuh Kuman) :

1)    Klorampenicol

2)    Amoxicilin

3)    Kotrimoxasol

4)    Ceftriaxon

5)    Cefixim

b.    Antipiretik (Menurunkan panas) :

1)    Paracetamol

B.  Keperawatan

a.  Observasi dan pengobatan

b. Pasien harus tirah baring absolute sampai 7 hari bebas demam atau kurang lebih dari

selam 14 hari. Maksud tirah baring adalah untuk mencegah terjadinya komplikasi

perforasi usus.

c. Mobilisasi bertahap bila tidak panas, sesuai dengan pulihnya kekuatan pasien.

d. Pasien dengan kesadarannya yang menurun, posisi tubuhnya harus diubah pada waktu-

waktu tertentu untuk menghindari komplikasi pneumonia dan dekubitus.

e. Defekasi dan buang air kecil perlu diperhatikan karena kadang-kadang terjadi konstipasi

f.     Diet

o Diet yang sesuai ,cukup kalori dan tinggi protein.

o   Pada penderita yang akut dapat diberi bubur saring.

o   Setelah bebas demam diberi bubur kasar selama 2 hari lalu nasi tim

o  Dilanjutkan dengan nasi biasa setelah penderita bebas dari demam selama 7 hari

(Smeltzer & Bare. 2010. Keperawatan Medikal Bedah III. Jakarta: EGC).

Page 7: Lp Thypoid

H. ASUHAN KEPERAWATAN

1.Pengkajian

a. Identitas pasien

Meliputi nama,alamat,umur,jenis kelamin,pekerjaan, suku/bangsa,agama, status perkawinan,tanggal masuk rumah sakit, no RM dan diagnose masuk.

b. Keluhan utama

Keluhan utama demam thypoid adalah panas atau demam yang tidak turun –turun, nyeri perut,pusing kepala, mual, muntah, anoreksia, diare serta penurunan kesadaran.

c. Riwayat penyakit sekarang

Peningkatan suhu tubuh karena masuknya kuman salmonella thypi ke dalam tubuh.

d. Riwayat penyakit dahulu

apakah sebelumnya pernah mengalami demam thypoid.

e. Riwayat penyakit keluarga

Apakah keluarga pernah menderita penyakit keturunan seperti DM,hipertensi, dll.

f. pola-pola fungsi kesehatan

1.Pola nutrisi dan metabolism

Klien mengalami penurunan nafsu makan karena mual dan muntah saat makan sehingga makanan hanya sedikit bahkan tidak makan sama sekali.

2 Pola eliminasi

Klien dapat mengalami konstipasi oleh karena tirah baring lama. Sedangkan eliminasi urin tidak mengalami gangguan,hanya warna kuning kecoklatan. Klien dengan demam thypoid terjadi peningkatan suhu tubuh yang berakibat keringat banyak keluar dn merasa haus, sehingga dapat meningkatkan kebutuhan cairan tubuh.

3. pola aktivitas dan latihan

aktivitas klien akan terganggu karena harus tirah baring total, agar tidak terjadi komplikasi maka segala kebutuhan klien di bantu.

Page 8: Lp Thypoid

4. Pola tidur dan istirahat

Pola tidur dan istirahat terganggu sehubungan dengan peningkatan suhu tubuh.

5. Pola persepsi dan konsep diri

Biasanya terjadi kecemasan pada orang tua terhadap keadaan penyakit pada anaknya.

6. Pola sensori dan kognitif

Pada penciuman, perabaan, perasaan, pendengaran dan penglihatan umumnya tidak mengalami kelainan serta tidak terdapat suara waham pada klien.

7.Pola hubungan dan peran

Hubungan dengan orang lain terganggu sehubungan klien di rawat di rumah sakit dan klien harus bed rest total.

8. Pola penanggulangan stress

Biasanya orang tua akan nampak cemas.

g. Pemeriksaan fisik

1. keadaan umum

Didapatkan klien tampak lemah, suhu tubuh meningkat 38-400C, muka kemerahan.

2. Tingkat kesadaran

Dapat terjadi penurunan kesadaran.

3. Sistem respirasi

Pernafasan rata-rata ada peningkatan,nafas cepat dan dalam gambaran seperti bronchitis.

4. Sistem kardiovaskuler

Terjadi penurunan tekanan darah, bradikardi relative, hemoglobin rendah.

5. Sistem intugumen

kulit kering, turgor kulit menurun, muka tampak pucat, rambut agak kusam.

6. Sistem gastrointestinal

Bibir kering pecah-pecah, mukosa mulut kering, lidah kotor(khas), mual, muntah, anoreksia, dan konstipasi, nyeri perut, perut terasa tidak enak, peristaltik meningkat.

Page 9: Lp Thypoid

7.Sistem muskuluskeletal

Klien lemah, terasa lelah tapi tidak didapatkan adanya kelainan.

8.Sistem abdomen

Saat palpasi didapatkan hati dan limpa membesar dengan konsistensi lunak serti nyeri tekan pada abdomen. Pada perkusi didapatkan perut kembung serta pada auskultasi peristaltic usus meningkat.

2. Diagnosa keperawatan

1. Hipertermi berhubungan dengan infeksi salmonella thypi.

2. Perubahan nutrisi atau cairan dan elektrolit kurang dari kebutuhan tubuh b/d mual dan muntah.

3. Kurang pengetahuan orang tua tentang penyakit anaknya b/d kurangya informasi.

4. Nyeri berhubungan dengan proses peradangan.

5. Kurang volume cairan b/d pemasukan yang kurang, mual/muntah, pengeluaran berlebihan, diare, panas tubuh.

6. Defisit perawatan diri berhubungan dengan kelemahan, istirahat total dan pembatasan karena pengobatan

I. DIAGNOSA KEPERAWATAN

1.Hipertemi berhubungan dengan infeksi salmonella thypi.

Tujuan : Thermolegulation (suhu tubuh normal/terkontrol)

Kriteria hasil : Tanda-tanda vital dalam batas normal,turgor kulit kembali membaik.

Nic : Fever treatment

a. Monitor suhu

b. Monitor warna kulit dan suhu kulit

c. Kolaborasi untuk pemberian antipiretik

d. Tingkatkan sirkulasi udara

e. Lakukan tapid sponge

Page 10: Lp Thypoid

Monitoring vital sign

f. Monitor frekuensi dan irama pernafasan

g. Monitor suara paru

h. Catat adanya fluktasi tekanan darah

2. Perubahan nutrisi atau cairan dan elektrolit kurang dari kebutuhan tubuh b/d mual muntah.

Tujuan : Nutrition status : Food and fluid intake

Kriteria hasil : Peningkatan berat badan, tidak ada penurunan berat badan yang berarti

Nic : Nutrition management

a. Kaji adanya alergi makanan

b. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan nutrisi yang di butuhkan.

Nutrition monitoring

c. BB pasien dalam keadaan normal

d. Monitor adanya penurunan berat badan

e. Monitor turgor kulit

f. Monitor mual dan muntah

3.Kurangya pengetahuan orang tua tentang penyakit b/d kurang informasi

Tujuan : Knowlegde :disease process, Knowledge ; health behavior

Kriteria hasil :

a.Pasien dan keluarga menyatakan pemahaman tentang penyakit, kondisi, prognosis dan program pengobatan.

b. Pasien dan eluarga mampu menjelaskan kembali apa yang dijelaskan oleh perawat/tim kesehatan lainnya.

Nic : Teaching ; disease process

a. Berikan penilaian tentang tingkat pengetahuan pasien (proses penyakit)

b. Jelaskan patofisiologi dari penyakit dan bagaimana hal ini berhubungan dengan anatomi fisiologi, dan dengan cara yang tepat.

Page 11: Lp Thypoid

c. Gambarkan tanda dan gejala yang biasa muncul pada penyakit, dengan cara yang tepat.

d. Gambarkan proses penyakit, dengan cara yang tepat.

e. Identifikasi kemungkinan penyebab, dengan cara yang tepat.

f. sediakan informasi pada pasien tentang kondisi dengan cara yang tepat.

4. Nyeri berhubungan dengan proses peradangan

Tujuan : Pain level, Pain control, Comport level

Kriteria hasil :

a. Mampu mengontrol nyeri( tahu penyebab nyeri,mampu menggunakan tehnik non farmakologi untuk mengurangi nyeri.

b. Melaporkan nyeri berkurang dengan menggunakan tehnik manajemen nyeri.

c. Mampu mengenali nyeri (skala,intensitas,frekuensi,dan tanda nyeri).

d. Menyatakan nyaman saat nyeri berkurang.

Nic : Pain management

a. Lakukan pengkajian nyeri.

b. Observasi reaksi nonverbal dari nyeri.

c. Kontrol lingkungan yang dapat mempengaruhi nyeri seperti suhu ruangan, pencahayaan dan kebisingan.

d. Kurangi faktyor presipitasi nyeri.

e. Lakukan penangan nyeri (farmakologi dan nonfarmakologi).

f. Kaji tipe nyeri dan sumber nyeri untuk menentukan intervensi.

g. Ajarkan tehnik nonfarmakologi.

h. Berikan analgetik untuk mengurangi nyeri jika di perlukan.

i. Tingkatkan istirahat.

j. kolaborasikan dengan dokter jika ada keluhan dan tindakan nyeri yang tidak berhasil.

Page 12: Lp Thypoid

5. Kurang volume cairan b/d pemasukan yang kurang, mual, muntah atau pengeluaran yang berlebihan,diare,demam (suhu tubuh meningkat).

Tujuan : Fluid balance,Hydration,Nutrional status : Food and fluid intake.

Kriteria hasil :

a. Mempertahankan urine output sesuai dengan usia dan BB,BJ urine normal, HT normal.

b. Tekanan darah,nadi,suhu tubuh dalam rentang normal.

c. Tidak ada tanda-tanda dehidrasi,Elastisitas turgor kulit baik,membrane mukosa lembabtidak ada rasa haus berlebihan.

Nic : Fluid management

a.Monitoring status dehidrasi.

b Monitor vital sign.

c. Lakukan terapi IV.

d. Monitor status nutrisi.

e. monitor masukan makanan atau cairan dan hitung intake kalori harian.

f. Dorong masuk oral.

g. Kolaborasi pemberian obat dengan dokter.

6. Defisit perawatan diri berhubungan dengan kelemahan, istirahat total dan pembatasan karena pengobatan

Tujuan : Perawatan diri : aktivitas kehidupan sehari-hari

Kriteria hasil :

1.Pasien dapat melakukan aktivitas sehari-hari (makan, berpakaian, kebersihan, toileting, ambulasi)

2. Kebersihan diri pasien terpenuhi

Page 13: Lp Thypoid

Nic : Self-care assistant

1. Kaji kemampuan klien self-care mandiri

2. Kaji kebutuhan klien untuk personal hygiene, berpakaian, mandi, cuci rambut, toilething, makan.

3. sediakan kebutuhan yang diperlukan untuk ADL

4.   Bantu ADL sampai mampu mandiri.

5. Anjurkan keluarga untuk membantu

6.Ukur tanda vital setiap tindakan

J. DISCHARGE PLANING

1. Penderita harus dapat diyakinkan cuci tangan dengan sabun setelah defekasi.

2. Mereka yang diketahui sebagai karier dihindari untuk mengelola makanan.

3. Lalat perlu dicegah jangan sampai menghinggapi makanan dan minuman.

4. Penderita memerlukan istirahat.

5. Berikan informasi tentang kebutuhan melakukan aktivitas sesuai dengan tingkat perkembangan dan kondisi fisik anak.

6. Jelaskan terapi yang di berikan : dosis, dan efek samping.

7. Menjelaskan gejala-gejala kekambuhan penyakit dan hal yang harus dilakukan untuk mengatasi gejala tersebut.

8. Tekankan untuk melakukan kontrol sesuai waktu yang di tentukan.

Page 14: Lp Thypoid

DAFTAR PUSTAKA

1. Aru W. Sudoyo.(2009) Buku ajar ilmu penyakit dalam. Ed V.Jilid III. Jakarta: Interna Publishing.

2.  Departemen Kesehatan RI. (2009). Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2008. Depkes RI, Jakart.

3.  Nugroho, Susilo, (2011). Pengobatan Demam Tifoid. Yogyakarta: Nuha Medika.

4.  Mansjoer, Arif. (2009). Kapita Selekta Kedokteran, Jakarta : Media Aesculapius.

5. Simanjuntak, C. H, (2009). Demam Tifoid, Epidemiologi dan Perkembangan Penelitian. Cermin Dunia Kedokteran No. 83.).

6. Smeltzer & Bare. (2012). Keperawatan Medikal Bedah II. Jakarta: EGC.

7.  Soedarmo, Sumarmo S Poorwo, dkk. (2012). Buku Ajar Infeksi & Pediatri Tropis. Jakarta: IDAI).

8. Widodo,D.(2007).Buku Ajar Keperawatan Dalam.Jakarta: FKUI.