22
1. PENGERTIAN Ca. Recti adalah keganasan jaringan epitel pada daerah rektum. Karsinoma Recti merupakan salah satu dari keganasan pada kolon dan rektum yang khusus menyerang bagian Recti yang terjadi akibat gangguan proliferasi sel epitel yang tidak terkendali. Karsinoma rekti merupakan keganasan visera yang sering terjadi yang biasanya berasal dari kelenjar sekretorik lapisan mukosa sebagian besar kanker kolonrektal berawal dari polip yang sudah ada sebelumnya. Karsinoma Rektum merupakan tumor ganas yang berupa massa polipoid besar, yang tumbuh ke dalam lumen dan dapat dengan cepat meluas ke sekitar usus sebagai cincin anular (Price and Wilson, 2006). 2. ETIOLOGI Penyebab nyata dari kanker kolon dan rektal tidak diketahui, tetapi faktor risiko telah teridentifikasi termasuk riwayat kanker kolon atau polip pada keluarga, riwayat penyakit usus inflamasi kronis dan diet tinggi lemak protein dan daging serta rendah serat (Brunner & Suddarth, 2001). a. Polip di usus (Colorectal polyps) Polip adalah pertumbuhan pada dinding dalam kolon atau rektum, dan sering terjadi pada orang berusia 50 tahun ke atas. Sebagian besar polip bersifat jinak (bukan kanker), tapi beberapa polip (adenoma) dapat menjadi kanker. b. Ulseratif Kolitis Ulseratif kolitis merupakan faktor risiko yang jelas untuk kanker kolon sekitar 1% dari pasien yang memiliki riwayat

LP Ca Recti

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: LP Ca Recti

1. PENGERTIAN

Ca. Recti adalah keganasan jaringan epitel pada daerah rektum. Karsinoma Recti

merupakan salah satu dari keganasan pada kolon dan rektum yang khusus menyerang bagian

Recti yang terjadi akibat gangguan proliferasi sel epitel yang tidak terkendali. Karsinoma

rekti merupakan keganasan visera yang sering terjadi yang biasanya berasal dari kelenjar

sekretorik lapisan mukosa sebagian besar kanker kolonrektal berawal dari polip yang sudah

ada sebelumnya. Karsinoma Rektum merupakan tumor ganas yang berupa massa polipoid

besar, yang tumbuh ke dalam lumen dan dapat dengan cepat meluas ke sekitar usus sebagai

cincin anular (Price and Wilson, 2006).

2. ETIOLOGI

Penyebab nyata dari kanker kolon dan rektal tidak diketahui, tetapi faktor risiko

telah teridentifikasi termasuk riwayat kanker kolon atau polip pada keluarga, riwayat

penyakit usus inflamasi kronis dan diet tinggi lemak protein dan daging serta rendah serat

(Brunner & Suddarth, 2001).

a. Polip di usus (Colorectal polyps)

Polip adalah pertumbuhan pada dinding dalam kolon atau rektum, dan sering terjadi

pada orang berusia 50 tahun ke atas. Sebagian besar polip bersifat jinak (bukan kanker),

tapi beberapa polip (adenoma) dapat menjadi kanker.

b. Ulseratif Kolitis

Ulseratif kolitis merupakan faktor risiko yang jelas untuk kanker kolon sekitar 1% dari

pasien yang memiliki riwayat kronik ulseratif kolitis. Resiko perkembangan kanker

pada pasien ini berbanding terbalik pada usia terkena kolitis dan berbanding lurus

dengan keterlibatan dan keaktifan dari ulseratif kolitis.

c. Penyakit Crohn

Pasien dengan kondisi yang menyebabkan peradangan pada kolon (misalnya colitis

ulcerativa atau penyakit Crohn) selama bertahun-tahun memiliki risiko yang lebih

besar. Pasien yang menderita penyakit crohn’s mempunyai risiko tinggi untuk

menderita kanker kolorektal tetapi masih kurang jika dibandingkan dengan ulseratif

kolitis. Keseluruhan insiden dari kanker yang muncul pada penyakit crohn’s sekitar

20%. Pasien dengan struktur kolon mempunyai insiden yang tinggi dari

adenokarsinoma pada tempat yang terjadi fibrosis. Adenokarsinoma meningkat pada

tempat strikturoplasty menjadikan sebuah biopsy dari dinding intestinal harus dilakukan

Page 2: LP Ca Recti

pada saat melakukan strikturoplasty. Telah dilaporkan juga bahwa squamous sel kanker

dan adenokarsinoma meningkat pada fistula kronik pasien dengan crohn’s disease.

d. Riwayat Kanker

Sekitar 15% dari seluruh kanker kolon muncul pada pasien dengan riwayat kanker

kolorektal pada keluarga terdekat. Seseorang dengan keluarga terdekat yang

mempunyai kanker kolorektal mempunyai kemungkinan untuk menderita kanker

kolorektal dua kali lebih tinggi bila dibandingkan dengan seseorang yang tidak

memiliki riwayat kanker kolorektal pada keluarganya.

e. Faktor Gaya Hidup

Pria dan wanita yang merokok kurang dari 20 tahun mempunyai risiko tiga kali untuk

memiliki adenokarsinoma yang kecil, tapi tidak untuk yang besar. Sedangkan merokok

lebih dari 20 tahun berhubungan dengan risiko dua setengah kali untuk menderita

adenoma. Pada berbagai penelitian telah menunjukkan hubungan antara aktifitas,

obesitas dan asupan energi dengan kanker kolorektal. The Nurses Health Study telah

menunjukkan hubungan yang berkebalikan antara aktifitas fisik dengan terjadinya

adenoma, yang dapat diartikan bahwa penurunan aktifitas fisik akan meningkatkan

risiko terjadinya adenoma.

f. Diet atau Pola Makan

Masyarakat yang diet tinggi lemak, tinggi kalori, daging dan diet rendah serat

berkemungkinan besar untuk menderita kanker kolorektal pada kebanyakan penelitian,

meskipun terdapat juga penelitian yang tidak menunjukkan adanya hubungan antara

serat dan kanker kolorektal.

3. PATOFISIOLOGI

Kanker kolon dan rektum terutama (95%) adenokarsinoma (muncul dari lapisan

epitel usus) dimulai sebagai polip jinak tetapi dapat menjadi ganas dan menyusup serta

merusak jaringan normal serta meluas ke dalam struktur sekitarnya. Sel kanker dapat

terlepas dari tumor primer dan menyebar ke dalam tubuh yang lain (paling sering ke hati).

Tumor yang berupa massa polipoid besar, tumbuh ke dalam lumen dan dengan cepat meluas

ke sekitar usus sebagai cincin anular. Lesi anular lebih sering terjadi pada bagian

rektosigmoid, sedangkan polipoid atau lesi yang datar lebih sering terdapat pada sekum dan

kolon asendens.

Page 3: LP Ca Recti

Kanker kolorektal dapat menyebar melalui beberapa cara yaitu :

a. Secara infiltratif langsung ke struktur yang berdekatan, seperti ke dalam kandung

kemih.

b. Melalui pembuluh limfe ke kelenjar limfe perikolon dan mesokolon

c. Melalui aliran darah, biasanya ke hati karena kolon mengalirakan darah ke system

portal.

d. Penyebaran secara transperitoneal

e. Penyebaran ke luka jahitan, insisi abdomen atau lokasi drain.

Adenokarsinoma secara jalur APC (adenomatous polyposis coli) melibatkan beberapa

mutasi genetik, dimulai dengan inaktivasi dari gen APC, yang memungkinkan replikasi

seluler di bawah permukaan dinding. Dengan peningkatan pembelahan sel, terjadi mutasi

lebih lanjut, mengkibatkan aktivitas dari onkogen K-ras pada tahap awal dan mutasi pada

tahap-tahap selanjutnya. Kerugian kumulatif ini dalam fungsi gen supresor tumor mencegah

apoptosis dan memperpanjang umur sel tanpa batas. Jika mutasi APC diwariskan, akan

berakibat pada sindrom poliposis adenomatosa kekeluargaan (Leggett, 2001). Secara

histologis, adenoma diklasifikasikan dalam tiga kelompok : tubular, tubulovillous, dan

villous adenoma. Mutasi K-ras dan ketidak stabilan mikrosatelit telah diidentifikasi dalam

hiperplastik polip. Oleh karena itu, hiperplastik polip mungkin juga memiliki potensi ganas

dalam berbagai derajat (Leggett, 2001).

Page 4: LP Ca Recti

4. PATHWAYS

Polip usus, ulseratif kolitisFaktor gaya hidup

Riwayat kanker / polip

Defifit thiamin, asam folat, reboflafin

Gang. Organesis usus

Cancer kolorektal

Obstruksi rektum

Konstipasi penumpukan gas

Mual, mmuntahColonsoscopy, sigmoidoscopy,darah lengkap, biopsi, rontgen intake oral menurun

Ditemukan massa padakolon atau rektum

Operatif atau pembedahan Konservatif

Insisi jaringan pemberian laksatif

diare

Luka operasi

Trauma saraf penurunan Terputusnyamobilitas fisik kontinuitas jaringan

peristaltik usus menurun

Gang. Pemenuhan nutrisi kurang dari

keb. tubuh

Resiko tinggi infeksi

Gang. Keseimbangan cairan dan elektrolit

Gang. Eliminasi bowel :

konstipasi

Nyeri

Page 5: LP Ca Recti

5. MANIFESTASI KLINIS

Tanda dan gejala yang mungkin muncul pada kanker rektal antara lain ialah :

a. Perubahan pada kebiasaan BAB atau adanya darah pada feses, baik itu darah segar

maupun yang berwarna hitam.

b. Diare, konstipasi atau merasa bahwa isi perut atau usus tidak benar - benar kosong saat

BAB

c. Feses yang lebih kecil dari biasanya

d. Keluhan tidak nyaman pada perut seperti sering flatus, kembung, rasa penuh pada perut

atau nyeri

e. Penurunan berat badan

f. Mual dan muntah

g. Rasa letih dan lesu

h. Pada tahap lanjut dapat muncul gejala pada traktus urinarius dan nyeri pada daerah

gluteus

6. KLASIFIKASI

The American Joint Committee on Cancer (AJCC) memperkenalkan TNM staging system,

yang menempatkan kanker menjadi satu dalam 4 stadium (Stadium I-IV) antara lain :

a. Stadium 0

Pada stadium 0, kanker ditemukan hanya pada bagian paling dalam rektum.yaitu pada

mukosa saja. Disebut juga carcinoma in situ.

b. Stadium I

Pada stadium I, kanker telah menyebar menembus mukosa sampai lapisan muskularis

dan melibatkan bagian dalam dinding rektum tapi tidak menyebar kebagian terluar

dinding rektum ataupun keluar dari rektum. Disebut juga Dukes A rectal cancer.

Page 6: LP Ca Recti

c. Stadium II

Pada stadium II, kanker telah menyebar keluar rektum kejaringan terdekat namun tidak

menyebar ke limfonodi. Disebut juga Dukes B rectal cancer.

d. Stadium III

Pada stadium III, kanker telah menyebar ke limfonodi terdekat, tapi tidak menyebar

kebagian tubuh lainnya. Disebut juga Dukes C rectal cancer.

e. Stadium IV

Pada stadium IV, kanker telah menyebar kebagian lain tubuh seperti hati, paru, atau

ovarium. Disebut juga Dukes D rectal cancer.

Stadium Deskripsi Kanker

Stadium Deskripsi

T1 Massa polypoid Intraluminal; tidak ada penebalan pada dinding rectum

T2 Penebalan dinding rectum >6 mm; tidak ada perluasan ke perirectal

T3a Penebalan dinding rectum dan invasi ke otot dan organ yang berdekatan

T3b Penebalan dinding rectum dan invasi ke pelvic atau dinding abdominal

T4 Metastasis jauh, biasanya ke liver atau adrenal

(The American Joint Committee on Cancer 2006)

Stadium Modified Dukes (Stadium Deskripsi)

TNM

Stadium

Modifed Dukes

Stadium Deskripsi

T1 N0 M0 A Tumor terbatas pada submucosa

T2 N0 M0 B1 Tumor terbatas pada muscularis propria

T3 N0 M0 B2 Penyebaran transmural

T2 N1 M0 C1 T2, pembesaran kelenjar mesenteric

T3 N1 M0 C2 T3, pembesaran kelenjar mesenteric

T4 C2 Penyebaran ke organ yang berdekatan

Any T M1 D Metastasis jauh

(The American Joint Committee on Cancer 2006)

7. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK

Ada beberapa tes pada daerah rektum dan kolon untuk mendeteksi kanker rektal,

diantaranya ialah :

1. Pemeriksaan darah lengkap, pemeriksaan CEA (Carcinoma Embrionik Antigen) dan Uji

faecal occult blood test (FOBT) untuk melihat perdarahan di jaringan

Page 7: LP Ca Recti

2. Digital rectal examination (DRE) dapat digunakan sebagai pemeriksaan skrining awal.

Kurang lebih 75 % karsinoma rektum dapat dipalpasi pada pemeriksaan rektal,

pemeriksaan digital akan mengenali tumor yang terletak sekitar 10 cm dari rektum,

tumor akan teraba keras dan menggaung.

Ada 2 gambaran khas dari pemeriksaan colok dubur, yaitu indurasi dan adanya suatu

penonjolan tepi, dapat berupa :

a. Suatu pertumbuhan awal yang teraba sebagai indurasi seperti cakram yaitu suatu

plateau kecil dengan permukaan yang licin dan berbatas tegas.

b. Suatu pertumbuhan tonjolan yang rapuh, biasanya lebih lunak, tetapi umumnya

mempunyai beberapa daerah indurasi dan ulserasi

c. Suatu bentuk khas dari ulkus maligna dengan tepi noduler yang menonjol dengan

suatu kubah yang dalam (bentuk ini paling sering)

d. Suatu bentuk karsinoma anular yang teraba sebagai pertumbuhan bentuk cincin

3. Barium Enema

yaitu Cairan yang mengandung barium dimasukkan melalui rektum kemudian

dilakukan seri foto x-rays pada traktus gastrointestinal bawah.

4. Sigmoidoscopy

yaitu sebuah prosedur untuk melihat bagian dalam rektum dan sigmoid apakah terdapat

polip kakner atau kelainan lainnya. Alat sigmoidoscope dimasukkan melalui rektum

sampai kolon sigmoid, polip atau sampel jaringan dapat diambil untuk biopsi.

5. Colonoscopy

yaitu sebuah prosedur untuk melihat bagian dalam rektum dan sigmoid apakah terdapat

polip kanker atau kelainan lainnya. Alat colonoscope dimasukkan melalui rektum

sampai kolon sigmoid, polip atau sampel jaringan dapat diambil untuk biopsi.

6. Biopsi

Page 8: LP Ca Recti

Jika ditemukan tumor dari salah satu pemeriksaan diatas, biopsi harus dilakukan. Secara

patologi anatomi, adenocarcinoma merupakan jenis yang paling sering yaitu sekitar 90

sampai 95% dari kanker usus besar. Jenis lainnya ialah karsinoma sel skuamosa,

carcinoid tumors, adenosquamous carcinomas, dan undifferentiated tumors

7. Foto sinar X Pemeriksaan radiologis dengan barium enema dianjurkan sebagai

pemeriksaan rutin sebelum dilakukan pemeriksaan lain. Pada pemeriksaan ini akan

tampak filling defect biasanya sepanjang 5 – 6 cm berbentuk anular atau apple core.

Dinding usus tampak rigid dan gambaran mukosa rusak.

F. PENATALAKSANAAN

Prinsip prosedur untuk karsinoma rektum menurut Mansjoer, et al, (2000) adalah :

1. Pembedahan

Pembedahan merupakan terapi yang paling lazim digunakan terutama untuk stadium

I dan II kanker rektal, bahkan pada pasien suspek dalam stadium III juga dilakukan

pembedahan. Meskipun begitu, karena kemajuan ilmu dalam metode penentuan

stadium kanker, banyak pasien kanker rektal dilakukan pre-surgical treatment

dengan radiasi dan kemoterapi. Penggunaan kemoterapi sebelum pembedahan

dikenal sebagai neoadjuvant chemotherapy, dan pada kanker rektal, neoadjuvant

chemotherapy digunakan terutama pada stadium II dan III. Pada pasien lainnya yang

hanya dilakukan pembedahan, meskipun sebagian besar jaringan kanker sudah

diangkat saat operasi, beberapa pasien masih membutuhkan kemoterapi atau radiasi

setelah pembedahan untuk membunuh sel kanker yang tertinggal.

Tipe pembedahan yang dipakai antara lain :

Eksisi lokal : jika kanker ditemukan pada stadium paling dini, tumor dapat

dihilangkan tanpa tanpa melakukan pembedahan lewat abdomen. Jika kanker

ditemukan dalam bentuk polip, operasinya dinamakan polypectomy.

Reseksi: jika kanker lebih besar, dilakukan reseksi rektum lalu dilakukan

anastomosis juga dilakukan pengambilan limfonodi disekitar rektum lalu

diidentifikasi apakah limfonodi tersebut juga mengandung sel kanker.

2. Radiasi

Banyak kasus kanker stadium II dan III lanjut, radiasi dapat menyusutkan ukuran

tumor sebelum dilakukan pembedahan. Peran lain radioterapi adalah sebagai sebagai

terapi tambahan untuk pembedahan pada kasus tumor lokal yang sudah diangkat

melaui pembedahan, dan untuk penanganan kasus metastasis jauh tertentu. Terutama

Page 9: LP Ca Recti

ketika digunakan dalam kombinasi dengan kemoterapi, radiasi yang digunakan

setelah pembedahan menunjukkan telah menurunkan resiko kekambuhan lokal di

pelvis sebesar 46% dan angka kematian sebesar 29%. Pada penanganan metastasis

jauh, radiesi telah berguna mengurangi efek lokal dari metastasis tersebut, misalnya

pada otak. Radioterapi umumnya digunakan sebagai terapi paliatif pada pasien yang

memiliki tumor lokal yang unresectable.

3. Kemoterapi

Adjuvant chemotherapy, (menengani pasien yang tidak terbukti memiliki penyakit

residual tapi beresiko tinggi mengalami kekambuhan), dipertimbangkan pada pasien

dimana tumornya menembus sangat dalam atau tumor lokal yang bergerombol

( Stadium II lanjut dan Stadium III). Protopkol ini menurunkan angka kekambuhan

kira - kira 15% dan menurunkan angka kematian kira - kira sebesar 10%

4. Kolostomi

Kolostomi merupakan tindakan pembuatan lubang (stoma) yang dibentuk dari

pengeluaran sebagian bentuk kolon (usus besar) ke dinding abdomen (perut), stoma

ini dapat bersifat sementara atau permanen.

8. KOMPLIKASI

Komplikasi karsinoma rektum menurut Schrock (2001) adalah:

a. Obstruksi usus parsial

Obstruksi usus adalah penyumbatan parsial atau lengkap dari usus yang menyebabkan

kegagalan dari isi usus untuk melewati usus.

b. Perforasi atau perlobangan

c. Perdarahan

d. Syok

Syok merupakan keadaan gagalnya sirkulasi darah secara tiba-tiba akibat gangguan

peredaran darah atau hilangnya cairan tubuh secara berlebihan. 

KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

Page 10: LP Ca Recti

I. Pengkajian

A. Identitas pasien

Nama, umur, jenis kelamin, alamat, pekerjaan, penanggung jawab dll

B. Riwayat kesehatan

Keluhan utama, riwayat perjalanan penyakit, riwayat kesehatan keluarga, riwayat

kesehatan masa lalu

Pengkajian Kebutuhan Dasar

1. Aktivitas dan istirahat

a. Data Subyektif:

Mudah lelah, kesulitan istirahat ( nyeri pada abdomen)

b. Data obyektif:

Kelemahan umum.

2. Sirkulasi

a. Data Subyektif : -

b. Data obyektif :

Hipotensi

3. Integritas Ego

a. Data Subyektif :

Perasaan tidak berdaya, hilang harapan

b. Data obyektif :

Emosi yang labil dan marah yang tidak tepat, kesediahan , kegembiraan, kesulitan

berekspresi diri.

4. Eliminasi

Data Subyektif :

Konstipasi, diare, adanya darah pada feses, kembung, rasa penuh pada perut atau nyeri

5. Makan dan minum

a. Data Subyektif :

Nafsu makan hilang

Nausea / vomitus

b. Data obyektif :

Problem dalam mengunyah (menurunnya reflek palatum dan faring)

Obesitas (faktor resiko)

6. Sensori neural

a. Data Subyektif :

Page 11: LP Ca Recti

Nyeri abdomen

Kelemahan

b. Data obyektif :

Perubahan status mental dan gangguan fungsi kognitif

Ekstremitas : kelemahan dan kekakuan

7. Nyeri (kenyamanan)

a. Data Subyektif : Sakit kepala yang bervariasi intensitasnya.

b. Data obyektif : Tingkah laku yang tidak stabil, gelisah, ketegangan otot / fasial

8. Respirasi

Data Subyektif : Perokok ( faktor resiko )

9. Keamanan

Data obyektif : Resiko jatuh

10. Interaksi social

Data obyektif : kepurtusasaan

11. Pengajaran pembelajaran

Data Subjektif : Riwayat kanker keluarga

12. Pertimbangan rencana pulang.

Menentukan regimen medikasi / penanganan terapi

Bantuan untuk transportasi, , menyiapkan makanan , perawatan diri dan pekerjaan

rumah.

(Doenges E, Marilynn,2000)

II. Diagnosa Dan Intervensi Keperawatan

1. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan pembatasan pemasukan cairan tubuh

secara oral, pengeluaran integritas pembuluh darah, diare

Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama ,,, x 24 jam diharapkan

keseimbangan cairan tubuh adekuat

Kriteria hasil : tidak ada tanda-tanda dehidrasi (tanda-tanda vital stabil, kualitas denyut

nadi baik, turgor kulit normal, membrane mukosa lembab dan pengeluaran urine yang

sesuai 

Intervensi

- Ukur dan catat pemasukan dan pengeluaran. Tinjau ulang catatan intra operasi.

R : dokumentasi yang akurat akan membantu dalam mengidentifikasi pengeluaran

cairan/kebutuhan penggantian dan pilihan yang mempengaruhi intervensi

Page 12: LP Ca Recti

- Kaji pengeluaran urinarius, terutama untuk tipe prosedur operasi yang di lakukan

R : mungkin akan terjadi penurunan ataupun penghilangan setelah prosedur pada

sistem genitourinarius dan struktur yang berdekatan mengindikasikan malfungsi

ataupun obstruksi sistem urinarius

- Pantau tanda-tanda vital

R : hipotensi, takikardi, peningkatan pernapasan mengindikasikan kekurangan cairan

- Pantau suhu kulit, palpasi denyut perifer.

R : kulit yang dingin/lembab, denyut yang lemah mengindikasikan penurunan

sirkulasi perifer dan di butuhkan untuk penggantian cairan tumbuhan.

- Anjurkan klien untuk meningkatkan inteke oral

R/ memnuhi kebutuhan cairan klien

2. Nyeri berhubungan dengan insisi pembedahan, trauma muskuloskletal, kehancuran

yang terus-menerus, metastase kanker

Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama ... x 24 jam diharapkan pasien

mengatakan bahwa rasa nyeri telah terkontrol atau hilang.

Kriteria hasil : pasien tampak rileks, dapat beristirahat / tidur dan melakukan

pergerakan yang berarti sesuai toleransi.

Intervensi

- Evaluasi rasa sakit secara reguler, catat karakteristik, lokasi dan intensiltas (0-10)

R : sediakan informasi mengenai kebutuhan/efektivitas intervensi

- Kaji tanda-tanda vital, perhatikan takikardi, hipertensi dan peningkatan pernapasan

R : dapat mengindikasikan rasa sakit akut dan keidaknyamanan

- Berikan informasikan mengenai sifat ketidaknyamanan, sesuai kebutuhan

R : pahami penyebab ketidaknyamanan , sedangkan jaminan emosional

- Ajarkan tekhnik relaksasi

R : mengurangi nyeri dengan teknik non farmakologi

- Observasi efek analgetik

R : respirasi mungkin menurun pada pemberian narkotik, dan mungkin menimbulkan

efek-efek sinergestik dengan zat-zat anastesi

3. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan mual / muntah

Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama ... x 24 jam diharapkan klien

mampu mempertahankan & meningkatkan intake nutrisi

Page 13: LP Ca Recti

Kriteria hasil :  klien akan memperlihatkan perilaku mempertahankan atau

meningkatkan berat badan dengan nilai laboratorium normal, klien mengrti dan

mengikuti anjuran diet, tidak ada mual / muntah.

Intervensi :

- Kaji sejauh mana ketidakadekuatan nutrisi pasien

R : menganalisa penyebab melaksanakan intervensi.

- Timbang berat badan sesuai indikasi

R : mengawasi kefektifan secara diet

- Anjurkan makan sedikit tapi sering

R : tidak memberi rasa bosan dan pemasukan nutrisi dapat di tingkatkan

- Tawarkan minum saat makan bila toleran

R : dapat mengurangi mual dan menghilangkan gas.

- Kolaborasi dengan ahli gizi pemberian makanan yang bervariasi

R : Menstimulasi nafsu makan dan mempertahankan intake nutrisi yang adekuat.

4. Konstipasi berhubungan dengan penurunan asupan cairan dan serat, kelemahan otot

abdomen sekunder akibat mekanisme kanker kolon.

Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama ... x 24 jam diharapkan pola

eliminasi dalam rentang yang di harapkan : feses lembut dan berbentuk

Kriteria hasil :  klien akan menunjukkan pengetahuan akan program defekasi yang di

butuhkan, melaporkan keluarnya feses dengan berkurangnya nyeri dan mengejan

Intervensi

- Kaji warna dan konsistensi feses, frekuensi, keluarnya flatus, bising usus dan nyeri

tekan abdomen

R : penting untuk menilai keefektifan intervensi, dan memudahkan rencana

selanjutnya.

- pantau tanda gejala rupture usus.

R : keadaan ini dapat menjadi penyebab kelemahan otot abdomen dan penurunan

peristaltik usus, yang dapat menebabkan konstipasi.

- Kaji faktor penyebab konstipasi

R : mengetahui dengan jelas faktor penyebab memudahkan pilihan intervensi yang

tepat

- Anjurkan klien makan makanan tinggi serat

R : membantu melancarkan BAB

Page 14: LP Ca Recti

5. Ansietas berhubungan dengan ancaman terhadap konsep diri, ancaman terhadap

perubahan status kesehatan, ancaman terhadap pola interaksi dengan orang yang berarti,

krisis stuasi atau krisis maturasi

Tujuan : ansietas berkurang atau terkontrol.

Kriteria hasil :

- klien mampu merencanakan stategi koping untuk situasi yang membuat stress.

- Klien mampu mempertahankan penampilan peran

- Klien melaporkan tidak ada gangguan persepsi sensori

- Klien melaporkan tidak ada manisfestasi kecemasan secara fisik.

Intervensi ;

- Kaji dan dokumentasikan tingkat kecemasan pasien

R : memudahkan intervensi

- Kaji mekanisme koping yang di gunakan pasien untuk mengatasi ansietas di masa

lalu

R : mempertahankan mekanisme koping adaftif, meningkatkan kemampuan

mengontrol ansietas

- Lakukan pendekatan dan berikan motivasi kepada pasien untuk mengungkapkan

pikiran dan perasaan.

R : pendekatan dan motivasi membantu pasien untuk mengeksternalisasikan

DAFTAR PUSTAKA

Page 15: LP Ca Recti

American Cancer Society, 2006. Cancer Facts and Figures 2006. American Cancer Society

Inc. Atlanta

Anonim, 2006. A Patient’s Guide to Rectal Cancer. MD Anderson Cancer Center,

University of Texas.

De Jong Wim, Samsuhidajat R. 2004. Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi 2. Penerbit Buku

Kedokteran EGC. Jakarta.

Mansjoer Arif et all, 2000. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi 3. Penerbit Buku Media

Aesculapius. Jakarta

Marijata, 2006. Pengantar Dasar Bedah klinis. Unit Pelayanan Kampus, FK UGM.

National Cancer Institute. 2006. SEER Cancer Statistics Review 1975-2003, Available from

http://seer.cancer.gov/statfacts/html/colorect.html. (Download : 07 Januari 2013)

Soeripto et al. Gastro-intestinal Cancer in Indonesia. Asian Pacific Journal of Cancer

Prevention, (Online), 2003; Vol. 4, No. 4, Available from http://www.apocp.org/

cancer_download/Vol4_No4/Soeripto.pdf,. (Download : 07 Januari 2013)

Sylvia A. Price & Lorainne M. Wilson. 2006. Patofisiologi (Vol 1 & 2). Edisi 6. EGC

Jakarta