12
CARCINOMA CERVIX (Ca Cervix) A. Pengertian Suatu keadaan di mana sel kehilangan kemampuannya dalam mengendalikan kecepatan pembelahan dan pertumbuhannya. Normalnya, sel yang mati seimbang dengan jumlah sel yang tumbuh. Apabila sel tersebut sudah mengalami malignansi/ keganasan atau bersifat kanker maka sel tersebut terus menerus membelah tanpa memperhatikan kebutuhan, sehingga membentuk tumor atau berkembang “tumbuh baru” tetapi tidak semua yang tumbuh baru itu bersifat karsinogen. (Daniele gale 1996). B. Faktor resiko Beberapa faktor yang mempengaruhi insiden Ca Cervix adalah: Usia, ras, etnik, status sosial ekonomi, pola seksual, perokok, dan terpajan virus terutama virus HIV. Pada usia 45-55 merupakan puncak insiden terjadinya Ca cervix. Wanita amerika asal afrika dan asal hispanik mempunyai angka kejadian yang lebih tinggi dibanding dengan kelompok masyarakat kulit putih (Caucasian). Pada wanita yang aktif menjalankan aktivitas seksual di waktu muda serta berganti-ganti pasangan mempunyai resiko yang lebih besar. C. Jenis kanker Ada dua tipe utama dalam pembagian Ca Cervix, yaitu: Ca tipe Skuamosa dan Tipe Adenokarsinoma. Karsinoma Skuamosa insidennya mencapai 80-95 % dan sering terjadi

Lp CA Cerviks

Embed Size (px)

DESCRIPTION

LP CA CERVIX

Citation preview

Page 1: Lp CA Cerviks

CARCINOMA CERVIX

(Ca Cervix)

A. Pengertian

Suatu keadaan di mana sel kehilangan kemampuannya dalam mengendalikan

kecepatan pembelahan dan pertumbuhannya.

Normalnya, sel yang mati seimbang dengan jumlah sel yang tumbuh. Apabila

sel tersebut sudah mengalami malignansi/ keganasan atau bersifat kanker maka sel

tersebut terus menerus membelah tanpa memperhatikan kebutuhan, sehingga

membentuk tumor atau berkembang “tumbuh baru” tetapi tidak semua yang

tumbuh baru itu bersifat karsinogen. (Daniele gale 1996).

B. Faktor resiko

Beberapa faktor yang mempengaruhi insiden Ca Cervix adalah: Usia, ras,

etnik, status sosial ekonomi, pola seksual, perokok, dan terpajan virus terutama

virus HIV. Pada usia 45-55 merupakan puncak insiden terjadinya Ca cervix.

Wanita amerika asal afrika dan asal hispanik mempunyai angka kejadian yang

lebih tinggi dibanding dengan kelompok masyarakat kulit putih (Caucasian). Pada

wanita yang aktif menjalankan aktivitas seksual di waktu muda serta berganti-

ganti pasangan mempunyai resiko yang lebih besar.

C. Jenis kanker

Ada dua tipe utama dalam pembagian Ca Cervix, yaitu: Ca tipe Skuamosa dan

Tipe Adenokarsinoma. Karsinoma Skuamosa insidennya mencapai 80-95 % dan

sering terjadi pada usia lanjut. Dan sisanya merupakan insiden dari

Adenokarsinoma yang sering terjadi pada wanita muda dan biasanya Ca ini

berkembang menjadi sangat agresif.

I. TANDA DAN GEJALA

Menurut Gale tidak ada tanda yang spesifik pada kasus Ca ini. Pada kasus ini tidak

selalu tampak tumor, tetapi kadang terjadi perdarahan karena ulserasi pada

permukaan cervix. Adanya perdarahan inilah yang mengharuskan wanita ini

datang ke pusat pelayanan kesehatan, adanya nyeri abdomen dan punggung bawah

mungkin dapat menjadikan petunjuk bahwa penyakit ini telah berkembang dengan

sangat cepat.

Page 2: Lp CA Cerviks

D. Patofisiologi

E. Pemeriksaan diagnostik

1. Pemeriksaan skrining dengan menggunakan pap smear (Prostatic Acid

Phospatase).

2. Pemeriksaan dengan tehnik biopsi di temukan adanya keganasan.

3. Pemeriksaan secara radiologis (CT Scan dan MRI) untuk mengetahui apakah

sudah ada penyebaran lokal dari Ca tersebut.

4. Pemeriksaan laboratorik, misalnya CEA (Carcinogenic Embrionic Antigen),

mungkin juga terjadi anemia, penurunan atau terjadi peningkatan trombo.

F. Diagnosa keperawatan

1. Koping individu tak efektif berhubungan dengan diagnosa malignansi

ginekologis dan prognosis yang tak menentu.

2. Perubahan konsep diri (peran) berhubungan dengan dampak diagnosis kanker

terhadap peran pasien dalam keluarga.

3. Resiko terhadap infeksi berhubungan dengan imunosupresi

4. Resiko tinggi terhadap cidera berhubungan dengan trombositopeni

5. Perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan anemia dan trombositopenia

6. Tidak toleran terhadap aktivitas berhubungan dengan keletihan sekunder akibat

anemia dan pemberian kemoterapi

7. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksi, mual atau

muntah.

8. Kurang pengetahuan tentang penatalaksanaan pengobatan berhubungan dengan

terbatasnya informasi

G. Rencana keperawatan

Beberapa faktor resiko

Ca Cervix Timbul rasa takut dan

cemas serta sedih

Supresi sumsum tulang

Metastase

Trombositopenia

Resiko cidera

Pengobatan dengan

kemoterapi

Anemia

Perubahan perfusi jaringan Intoleransi aktivitas

Disfungsi seksual

Perubahan konsep diri

Mengganggu pembelahan sel-sel

hematopeitik normal

Daya tahan tubuh menurun

Resiko terjadinya infeksi

Page 3: Lp CA Cerviks

1. Diagnosa keperawatan 1

Tujuan:

Ansietas, kekuatiran dan kelemahan menurun sampai pada tingkat yang

dapat diatasi: mendemonstrasikan kemandirian yang meningkat dalam

aktivitas dan proses pengambilan keputusan.

Intervensi:

a. Gunakan pendekatan yang tenang dan ciptakan suasana lingkungan yang

kondusif.

R/ Membantu pasien dalam membangun kepercayaan terhadap tenaga

kesehatan.

b. Evaluasi kemampuan pasien dalam mengambil keputusan.

R/ Membantu pengkajian terhadap kemandirian dalam pengambilan

keputusan.

c. Dorong sikap harapan yang realistis.

R/ Meningkatkan kedamaian diri.

d. Dukung penggunaan mekanisme pertahanan diri yang sesuai.

R/ Meningkatkan kemampuan pasien dalam menguasai masalah.

e. Berikan dorongan spritiual.

R/ Perasaan dekat dengan Tuhan akan meningkatkan kemampuan pasien

beradaptasi dengan kondisinya.

2. Diagnosa keperawatan 2

Tujuan:

Mengungkapkan dampak dari diagnosis kanker terhadap perannya dan

mendemontrasikan kemampuan untuk menghadapi konflik peran tersebut atau

perubahan peran.

Intervensi:

a. Bantu pasien untuk mengidentifikasi peran yang biasa dilakukan didalam

keluarga, kerja dan komunitasnya.

R/ Untuk mengkaji atau menggali peran dasar yang di miliki pasien

sebelum ia sakit.

b. Bantu pasien untuk mengidentifikasi perubahan peran yang spesifik yang

dibutuhkan sehubungan dengan penyakitnya.

R/ Untuk mengembangkan perubahan peran yang mungkin perlu.

c. Bantu pasien mengidentifikasi strategi yang positif untuk menangani

perubahan peran tersebut.

R/ Memperbaiki solusi dari potensial konflik peran.

Page 4: Lp CA Cerviks

d. Diskusikan dengan keluarga untuk berkompensasi terhadap perubahan peran

anggota keluarga yang sakit.

R/ Komunikasi terbuka membantu dalam mencegah konflik perubahan peran

yang berlebihan.

3. Diagnosa keperawatan 3

Tujuan:

Potensial infeksi menurun dan tidak terdapat tanda-tanda infeksi.

Intervensi:

a. Pantau tanda vital tiap 4 jam atau lebih sering jika diperlukan.

R/ Demam atau hipotermia dapat mengindikasikan timbulnya infeksi pada

klien yang mengalami granulositopenia.

b. Tempatkan pasien pada lokasi yang tersendiri.

R/ Terhindarnya kontak dengan seseorang yang mengalami infeksi saluran

pernafasan atau yang lain menurunkan resiko terjadinya infeksi.

c. Bantu pasien dalam menjaga higienitas perseorangan.

R/ Menurunkan hadirnya organisme endogen.

d. Anjurkan pasien beristirahat sesuai dengan kebutuhan.

R/ Keletihan dapat menurunkan fungsi imun.

e. Kolaborasi dalam: Pemeriksaan kultur (sputum, urine dan luka terbuka lain),

pemberian antibiotika.

R/ Pemeriksaan kultur membantu menentukan sensitivitas dan resistensi

kuman terhadap antibiotik tertentu.

4. Diagnosa keperawatan 4

Tujuan:

Pasien terbebas dari perdarahan dan hipoksia jaringan.

Intervensi:

a. Kolaborasi dalam pemeriksaan DL (Hb dan Trombo ) secara rutin/ berkala.

R/ Penurunan Hb dan trombosit dapat menjadi indikasi dari terjadinya

perdarahan.

b. Lakukan tindakan yang tidak menyebabkan perdarahan (Hindari trauma,

hindari tindakan invasif, anjurkan pasien untuk menggunakan sikat gigi yang

berbulu halus).

R/ Menurunkan resiko komplikasi dari terjadinya trombositopenia.

Page 5: Lp CA Cerviks

c. Observasi tanda-tanda perdarahan (Pusing, petekie, sekret yang ada diserta

darah, pucat).

R/ Secara klinik anemia yang cukup berarti memerlukan transfusi darah.

d. Observasi tanda-tanda vital.

R/ Munculnya hipotensi dan takikardia mungkin menjadi tanda adanya

perdarahan.

e. Kolaborasi dalam tindakan transfusi TC (trombosit concentrate).

R/ Transfusi diberikan jika Hb mencapai 8 gr% dan trmbosit mencapai

20.000 sel/mm3.

5. Diagnosa keperawatan 5

Tujuan:

Mampu mengenali dan menangani anemia. Pencegahan terhdap

terjadinya komplikasi perdarahan.

Intervensi:

a. Kolaborasi dalam pemeriksaan Hematokrit dan Hb serta jumlah trombosit.

R/ Memberikan informasi yang jelas sebagai bahan untuk melakukan

evaluasi respons pasien terhadap transfusi.

b. Berikan cairan secara tepat.

R/ Mencegah terjadinya hidrasi yang berlebihan.

c. Pantau dan atur kecepatan infus.

R/ Mencegah terjadinya resiko overload yang dapat meningkatkan beban

kerja jantung.

d. Kolaborasi dalam pemberian transfusi

R/ penmabahan sel darah akan membantu meningkatkan perfusi ke jaringan.

6. Diagnosa keperawatan 6

Tujuan:

Pasien mampu mempertahankan tingkat aktivitas yang optimal. Pasien

akan memaksimalkan energi dengan beristirahat dengan meminimalkan efek

keletihan pada aktivitas sehari-hari.

Intervensi:

a. Kaji pola istirahat serta adanya keletihan pada pasien.

R/ Menentukan data dasar untuk membantu pasien yang sering mengalami

keletihan.

Page 6: Lp CA Cerviks

b. Anjurkan kepada pasien untuk mempertahankan pola istirahat/ tidur

sebanyak mungkin dengan diimbangi aktivitas.

R/ meningkatkan kontrol diri.

c. Bantu pasien menrencanakan aktivitas berdasarkan pola istirahat atau

keletihan yang dialami.

R/ Meningkatkan aktivitas selama proses pencegahan keletihan.

d. Anjurkan pada pasien untuk melakukan latihan ringan.

R/ Memberikan kesempatan untuk istirahat serta latihan ringan dapat

meningkatkan pola istirahat.

e. Observasi kemampuan pasien dalam melakukan aktivitas.

R/ Peningkatkan kemampuan berkativitas merupakan indikasi dari ber-

kurangnya tingkat keletihan yang dialami pasien.

7. Diagnosa keperawatan 7

Tujuan:

Masukan atau intake yang adekuat serta kalori yang mencukupi

kebutuhan tubuh.

Intervensi:

a. Kaji adanya pantangan atau adanya alergi terhadap makanan tertentu.

R/ Memberikan data dalam pemberian menu dan pantang atau alergi pasien.

b. Kolaborasi dengan gizi dalam pemberian dengan menu yang sesuai dengan

diet yang ditentukan.

R/ Memberikan perencanaan dalam pemberian nutrisi kepada pasien sesuai

dengan diet.

c. Pantau masukan makanan oleh klien.

R/ Memberikan informasi untuk evaluasi dan rekomendasi terhadap tindakan

selanjutnya.

d. Anjurkan agar klien membawa makanan dari rumah jika diperlukan dan

disesuaikan dengan diet.

R/ Meningkatkan pengembalian pada diet reguler.

e. Lakukan perawatan mulut sebelum makan sesuai kebutuhan.

R/ Dengan mulut yang bersih akan meningkatkan nafsu makan.

Page 7: Lp CA Cerviks

8. Diagnosa keperawatan 8

Tujuan:

Pasien dapat mengungkapkan perencanaan pengobatan dan tujuan dari

pemberian terapi.

Intervensi:

a. Baringkan pasien diatas tempat tidur.

R/ Memberikan serta meningkatkan rasa nyaman.

b. Kaji kepatenan kateter abdomen.

R/ Meningkatkan drainase aliran dari terapi.

c. Berikan obat premedikasi sesuai dengan pesanan.

R/ Mencegah reaksi yang mungkin muncul dalam pemberian terapi.

d. Observasi tentang reaksi yang dialami pasien selama dalam pengobatan.

R/ Meningkatkan pengenalan dini terhadap masalah yang potensial terjadi.

e. Jelaskan kepada pasien efek yang dapat terjadi (dalam waktu lambat, sedang

dan cepat).

R/ Memberikan informasi terhadap perawatan mandiri.

Page 8: Lp CA Cerviks

DAFTAR PUSTAKA

Doengoes, Marylin E., 1989, Nursing Care Plans, USA Philadelphia: F.A Davis

Company.

Gale, Daniele, 1996, Rencana Asuhan Keperawatan Onkologi, Jakarta: Penerbit

Buku Kedoteran EGC.

Junadi, Purnawan, 1982, Kapita Selekta Kedokteran, Jakarta: Media aesculapius

Universitas Indonesia