38
LAPORAN PENDAHULUAN KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN SISTEM PERNAFASAN PADA PASIEN DENGAN KANKER PARU DI RUANG ANGSOKA 2 RSUP SANGLAH TGL 22-25 SEPTEMBER 2015 OLEH : NAMA : KADEK YULIANDA DEWI NIM : P077120213026 TINGKAT/SEMESTER : III/V POLITEKNIK KESEHATAN DENPASAR

LP Ca Paru.doc

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: LP Ca Paru.doc

LAPORAN PENDAHULUAN KONSEP DASAR ASUHAN

KEPERAWATAN SISTEM PERNAFASAN PADA PASIEN DENGAN

KANKER PARU

DI RUANG ANGSOKA 2 RSUP SANGLAH

TGL 22-25 SEPTEMBER 2015

OLEH :

NAMA : KADEK YULIANDA DEWI

NIM : P077120213026

TINGKAT/SEMESTER : III/V

POLITEKNIK KESEHATAN DENPASAR

JURUSAN KEPERAWATAN

2015

Page 2: LP Ca Paru.doc

LAPORAN PENDAHULUAN KONSEP DASAR ASUHAN

KEPERAWATAN SISTEM PERNAFASAN PADA PASIEN DENGAN

KANKER PARU

DI RUANG ANGSOKA 2 RSUP SANGLAH

TGL 22-25 SEPTEMBER 2015

A. PENGERTIAN KANKER PARU

Kanker paru adalah tumor ganas paru primer yang berasal dari saluran

napas atau epitel bronkus. Terjadinya kanker ditandai dengan pertumbuhan sel

yang tidak normal, tidak terbatas, dan merusak sel-sel jaringan yang normal.

Proses keganasan pada epitel bronkus didahului oleh masa pra kanker. Perubahan

pertama yang terjadi pada masa prakanker disebut metaplasia skuamosa yang

ditandai dengan perubahan bentuk epitel dan menghilangnya silia (Robbin &

Kumar, 2007).

Kanker paru merupakan abnormalitas dari sel-sel yang mengalami

proliferasi dalam paru (Underwood, Patologi, 2000).

Kanker paru-paru adalah pertumbuhan sel kanker yang tidak terkendali

dalm jaringan paru-paru dapat disebabkan oleh sejumlah karsinogen, lingkungan,

terutama asap rokok ( Suryo, 2010).

B. ETIOLOGI

Seperti umumnya kanker yang lain, penyebab yang pasti dari kanker paru

belum diketahui, tapi paparan atau inhalasi berkepanjangan suatu zat yang bersifat

karsinogenik merupakan faktor penyebab utama disamping adanya faktor lain

seperti kekebalan tubuh, genetik, dan lain-lain (Amin, 2006).

a. Merokok

Menurut Van Houtte, merokok merupakan faktor yang berperan

paling penting, yaitu 85% dari seluruh kasus ( Wilson, 2005). Rokok

Page 3: LP Ca Paru.doc

mengandung lebih dari 4000 bahan kimia, diantaranya telah diidentifikasi

dapat menyebabkan kanker. Kejadian kanker paru pada perokok dipengaruhi

oleh usia mulai merokok, jumlah batang rokok yang diisap setiap hari,

lamanya kebiasaan merokok, dan lamanya berhenti merokok

(Stoppler,2010).

b. Perokok pasif

Semakin banyak orang yang tertarik dengan hubungan antara

perokok pasif, atau mengisap asap rokok yang ditemukan oleh orang lain di

dalam ruang tertutup, dengan risiko terjadinya kanker paru. Beberapa

penelitian telah menunjukkan bahwa pada orang-orang yang tidak merokok,

tetapi mengisap asap dari orang lain, risiko mendapat kanker paru meningkat

dua kali (Wilson, 2005).

c. Polusi udara

Kematian akibat kanker paru juga berkaitan dengan polusi udara,

tetapi pengaruhnya kecil bila dibandingkan dengan merokok kretek.

Kematian akibat kanker paru jumlahnya dua kali lebih banyak di daerah

perkotaan dibandingkan dengan daerah pedesaan. Bukti statistik juga

menyatakan bahwa penyakit ini lebih sering ditemukan pada masyarakat

dengan kelas tingkat sosial ekonomi yang paling rendah dan berkurang pada

mereka dengan kelas yang lebih tinggi. Hal ini, sebagian dapat dijelaskan

dari kenyataan bahwa kelompok sosial ekonomi yang lebih rendah

cenderung hidup lebih dekat dengan tempat pekerjaan mereka, tempat udara

kemungkinan besar lebih tercemar oleh polusi. Suatu karsinogen yang

ditemukan dalam udara polusi (juga ditemukan pada asap rokok) adalah 3,4

benzpiren (Wilson, 2005).

d. Paparan zat karsinogen

Beberapa zat karsinogen seperti asbestos, uranium, radon, arsen,

kromium, nikel, polisiklik hidrokarbon, dan vinil klorida dapat

menyebabkan kanker paru (Amin, 2006). Risiko kanker paru di antara

Page 4: LP Ca Paru.doc

pekerja yang menangani asbes kira-kira sepuluh kali lebih besar daripada

masyarakat umum. Risiko kanker paru baik akibat kontak dengan asbes

maupun uranium meningkat kalau orang tersebut juga merokok.

e. Diet

Beberapa penelitian melaporkan bahwa rendahnya konsumsi

terhadap betakarotene, selenium, dan vitamin A menyebabkan tingginya

risiko terkena kanker paru (Amin, 2006).

f. Genetik

Terdapat bukti bahwa anggota keluarga pasien kanker paru berisiko

lebih besar terkena penyakit ini. Penelitian sitogenik dan genetik molekuler

memperlihatkan bahwa mutasi pada protoonkogen dan gen-gen penekan

tumor memiliki arti penting dalam timbul dan berkembangnya kanker paru.

Tujuan khususnya adalah pengaktifan onkogen (termasuk juga gen-gen K-

ras dan myc), dan menonaktifkan gen-gen penekan tumor (termasuk gen rb,

p53, dan CDKN2) (Wilson, 2005).

g. Penyakit paru

Penyakit paru seperti tuberkulosis dan penyakit paru obstruktif

kronik juga dapat menjadi risiko kanker paru. Seseorang dengan penyakit

paru obstruktif kronik berisiko empat sampai enam kali lebih besar terkena

kanker paru ketika efek dari merokok dihilangkan (Stoppler, 2010).

C. KLASIFIKASI

Kanker paru dibagi menjadi kanker paru sel kecil (small cell lung cancer,

SCLC) dan kanker paru sel tidak kecil (non-small lung cancer, NSCLC).

Klasifikasi ini digunakan untuk menentukan terapi. Termasuk didalam golongan

kanker paru sel tidak kecil adalah epidermoid, adenokarsinoma, tipe-tipe sel besar,

atau campuran dari ketiganya.

Page 5: LP Ca Paru.doc

1. Karsinoma sel skuamosa (epidermoid) merupakan tipe histologik kanker

paru yang paling sering ditemukan, berasal dari permukaan epitel bronkus.

Perubahan epitel termasuk metaplasia, atau displasia akibat merokok

jangka panjang, secara khas mendahului timbulnya tumor. Karsinoma sel

skuamosa biasanya terletak sentral di sekitar hilus, dan menonjol ke dalam

bronki besar. Diameter tumor jarang melampaui beberapa sentimeter dan

cenderung menyebar secara langsung ke kelenjar getah bening hilus,

dinding dada, dan mediastinum. Karsinoma ini lebih sering pada laki-laki

daripada perempuan (Wilson, 2005).

2. Adenokarsinoma, memperlihatkan susunan selular seperti kelenjar bronkus

dan dapat mengandung mukus. Kebanyakan jenis tumor ini timbul di

bagian perifer segmen bronkus dan kadang-kadang dapat dikaitkan dengan

jaringan parut lokal pada paru dan fibrosis interstisial kronik. Lesi sering

kali meluas ke pembuluh darah dan limfe pada stadium dini dan sering

bermetastasis jauh sebelum lesi primer menyebabkan gejala-gejala.

3. Karsinoma bronkoalveolus dimasukkan sebagai subtipe adenokarsinoma

dalam klasifikasi terbaru tumor paru dari WHO. Karsinoma ini adalah sel-

sel ganas yang besar dan berdiferensiasi sangat buruk dengan sitoplasma

yang besar dan ukuran inti bermacam-bermacam. Sel-sel ini cenderung

timbul pada jaringan paru perifer, tumbuh cepat dengan penyebaran

ekstensif dan cepat ke tempat-tempat jauh.

4. Karsinoma sel kecil umumnya tampak sebagai massa abu-abu pucat yang

terletak di sentral dengan perluasan ke dalam parenkim paru dan

keterlibatan dini kelenjar getah bening hilus dan mediastinum. Kanker ini

terdiri atas sel tumor dengan bentuk bulat hingga lonjong, sedikit

sitoplasma, dan kromatin granular. Gambaran mitotik sering ditemukan.

Biasanya ditemukan nekrosis dan mungkin luas. Sel tumor sangat rapuh

dan sering memperlihatkan fragmentasi dan “crush artifact” pada sediaan

biopsi. Gambaran lain pada karsinoma sel kecil, yang paling jelas pada

pemeriksaan sitologik, adalah berlipatnya nukleus akibat letak sel tumor

dengan sedikit sitoplasma yang saling berdekatan (Kumar, 2007).

Page 6: LP Ca Paru.doc

5. Karsinoma sel besar adalah sel-sel ganas yang besar dan berdiferensiasi

sangat buruk dengan sitoplasma yang besar dan ukuran inti bermacam-

macam. Sel-sel ini cenderung timbul pada jaringan paru perifer, tumbuh

cepat dengan penyebaran ekstensif dan cepat ke tempat-tempat yang jauh

(Wilson, 2005).

6. Bentuk lain dari kanker paru primer adalah adenoma, sarkoma, dan

mesotelioma bronkus. Walaupun jarang, tumor-tumor ini penting karena

dapat menyerupai karsinoma bronkogenik dan mengancam jiwa.

D. STADIUM KLINIS

Pembagian stadium klinis kanker paru berdasarkan sistem TNM menurut

International Union Against (IUAC)/The American Joint Comittee on Cancer

(AJCC) 1997 adalah sebagai berikut :

Tabel 2.1. Stadium Klinis Kanker Paru.

STADIUM TNM

Karsinoma tersembunyi Tx, N0, M0

Stadium 0 Tis, N0, M0

Stadium IA T1, N0, M0

Stadium IB T2, N0, M0

Stadium IIA T1, N1, M0

Stadium IIB T2, N1, M0

T3, N0, M0

Stadium IIIA T3, N1, M0

T1-3, N2, M0

Stadium IIIB T berapa pun, N3, M0

T4, N berapa pun, M0

Stadium IV T berapa pun, N berapa pun, M1

Page 7: LP Ca Paru.doc

Keterangan :

Status Tumor Primer (T)

T0 : Tidak terbukti adanya tumor primer.

Tx : Kanker yang tersembunyi terlihat pada sitologi bilasan bronkus, tetapi tidak

terlihat pada radiogram atau bronkoskopi.

Tis : Karsinoma in situ.

T1 : Tumor berdiameter ≤ 3 cm dikelilingi paru atau pleura viseralis yang

normal.

T2 : Tumor berdiameter > 3 cm atau ukuran berapa pun yang sudah menyerang

pleura viseralis atau mengakibatkan ateletaksis yang meluas ke hilus;

harus berjarak > 2 cm distal dari karina.

T3 : Tumor ukuran berapa saja yang langsung meluas ke dinding dada,

diafragma, pleura mediastinalis, dan perikardium parietal atau tumor di

bronkus utama yang terletak 2 cm dari distal karina, tetapi tidak

melibatkan karina, tanpa mengenai jantung, pembuluh darah besar, trakea,

esofagus, atau korpus vertebra.

T4 : Tumor ukuran berapa saja dan meluas ke mediastinum, jantung, pembuluh

darah besar, trakea, esofagus, korpus vertebra, rongga pleura/perikardium

yang disertai efusi pleura/perikardium, satelit nodul ipsilateral pada lobus

yang sama pada tumor primer.

Keterlibatan kelenjar getah bening regional (N)

N0 : Tidak dapat terlihat metastasis pada kelenjar getah bening regional

N1 : Metastasis pada peribronkial dan/ atau kelenjar hilus ipsilateral

N2 : Metastasis pada mediastinal ipsilateral atau kelejar getah bening subkarina

N3 : Metastasis pada mediastinal atau kelenjar getah bening hilus kontralateral:

kelenjar getah bening skalenus atau supraklavikular ipsilateral atau

kontralateral

Metastasis Jauh

M0 : Tidak diketahui adanya metastasis jauh

M1 : Metastasis jauh terdapat pada tempat tertentu misalnya otak

Page 8: LP Ca Paru.doc

E. PATOFISIOLOGI

Dari etiologi yang menyerang percabangan segmen atau sub bronkus

menyebabkan cilia hilang dan deskuamasi sehingga terjadi pengendapan

karsinogen. Dengan adanya pengendapan karsinogen maka menyebabkan

metaplasia,hyperplasia dan displasia. Bila lesi perifer yang disebabkan oleh

metaplasia, hyperplasia dan displasia menembus ruang pleura, biasa timbul efusi

pleura, dan bisa diikuti invasi langsung pada kosta dan korpus vertebra. Lesi yang

letaknya sentral berasal dari salah satu cabang bronkus yang terbesar. Lesi ini

menyebabkan obstuksi dan ulserasi bronkus dengan diikuti dengan supurasi di

bagian distal.

Gejala – gejala yang timbul dapat berupa batuk, hemoptysis, dispneu,

demam, dan dingin.Wheezing unilateral dapat terdengar pada auskultasi. Pada

stadium lanjut, penurunan berat badan biasanya menunjukkan adanya metastase,

khususnya pada hati. Kanker paru dapat bermetastase ke struktur – struktur

terdekat seperti kelenjar limfe, dinding esofagus, pericardium, otak, tulang rangka.

Page 9: LP Ca Paru.doc

Pathway :

F. GEJALA KLINIS

MK : Kerusakan Pertukaran

Gas

MK : Ketidakefektifan

bersihan jalan nafas

MK : Nyeri

Peningkatan jumlah sekret

Gangguan suplai O2

Lesi dan melebarnya pembuluh darah

Timbul pada bagian perifer segmen paru

Bronkus BesarRespon umum

tubuh menghasilkan sputum

Kehilangan fungsi silia

Perubahan struktur alveoli

Fibrosis interstitial

Bronkus mengandung

mukus

Perubahan epitel bronkus (metaplasia/displasia)

Penimbunan toksin

Asap tembakau

Radiasi Perokok Pasif Pemajanan Okupasi

Polusi Udara

Karsinoma sel bronkial alveolar

Karsinoma sel skuamosa

Adeno karsinoma

Page 10: LP Ca Paru.doc

Pada fase awal kebanyakan kanker paru tidak menunjukkan gejala-gejala

klinis. Bila sudah menampakkan gejala berarti pasien dalam stadium lanjut.

Gejala-gejala dapat bersifat :

1. Lokal (tumor tumbuh setempat) :

a. Batuk baru atau batuk lebih hebat pada batuk kronis

b. Hemoptisis

c. Mengi (wheezing, stridor) karena ada obstruksi saluran nafas

d. Kadang terdapat kavitas seperti abses paru

e. Ateletaksis

2. Invasi lokal :

a. Nyeri dada

b. Dispnea karena efusi pleura

c. Invasi ke perikardium terjadi tamponade atau aritmia

d. Sindrom vena cava superior

e. Sindrom Horner (facial anhidrosis, ptosis, miosis)

f. Suara serak, karena penekanan pada nervus laryngeal recurrent

g. Sindrom Pancoast, karena invasi pada pleksus brakhialis dan saraf

simpatis servikalis

3. Gejala Penyakit Metastasis :

a. Pada otak, tulang, hati, adrenal

b. Limfadenopati servikal dan supraklavikula (sering menyertai metastasis)

4. Sindrom Paraneoplastik : terdapat 10% kanker paru dengan gejala :

a. Sistemik : penurunan berat badan, anoreksia, demam

b. Hematologi : leukositosis, anemia, hiperkoagulasi

c. Hipertrofi osteoartropati

d. Neurologik : dementia, ataksia, tremor, neuropati perifer

e. Neuromiopati

f. Endokrin : sekresi berlebihan hormon paratiroid (hiperkalsemia)

g. Dermatologik : eritema multiform, hiperkeratosis, jari tabuh

h. Renal : syndrome of inappropriate antidiuretic hormone

5. Asimtomatik dengan kelainan radiologis

Page 11: LP Ca Paru.doc

a. Sering terdapat pada perokok dengan COPD yang terdeteksi secara

radiologis.

b. Kelainan berupa nodul soliter (Amin, 2006).

G. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK

1. Pemeriksaan laboratorium

Pemeriksaan laboratorium ditujukan untuk :

a. Menilai seberapa jauh kerusakan yang ditimbulkan oleh kanker paru.

Kerusakan pada paru dapat dinilai dengan pemeriksaan faal paru atau

pemeriksaan analisis gas.

b. Menilai seberapa jauh kerusakan yang ditimbulkan oleh kanker paru

pada organ-organ lainnya.

c. Menilai seberapa jauh kerusakan yang ditimbulkan oleh kanker paru

pada jaringan tubuh baik oleh karena tumor primernya maupun oleh

karena metastasis.

2. Radiologi

Pemeriksaan radiologi adalah pemeriksaan yang paling utama

dipergunakan untuk mendiagnosa kanker paru. Kanker paru memiliki

gambaran radiologi yang bervariasi. Pemeriksaan ini dilakukan untuk

menentukan keganasan tumor dengan melihat ukuran tumor, kelenjar

getah bening, dan metastasis ke organ lain.

Pemeriksaan radiologi dapat dilakukan dengan metode tomografi

komputer. Pada pemeriksaan tomografi komputer dapat dilihat hubungan

kanker paru dengan dinding toraks, bronkus, dan pembuluh darah secara

jelas. Keuntungan tomografi komputer tidak hanya memperlihatkan

bronkus, tetapi juga struktur di sekitar lesi serta invasi tumor ke dinding

toraks. Tomografi komputer juga mempunyai resolusi yang lebih tinggi,

dapat mendeteksi lesi kecil dan tumor yang tersembunyi oleh struktur

Page 12: LP Ca Paru.doc

normal yang berdekatan.

3. Sitologi

Sitologi merupakan metode pemeriksaan kanker paru yang

mempunyai nilai diagnostik yang tinggi dengan komplikasi yang rendah.

Pemeriksaan dilakukan dengan mempelajari sel pada jaringan.

Pemeriksaan sitologi dapat menunjukkan gambaran perubahan sel, baik

pada stadium prakanker maupun kanker. Selain itu dapat juga

menunjukkan proses dan sebab peradangan.

Pemeriksaan sputum adalah salah satu teknik pemeriksaan yang

dipakai untuk mendapatkan bahan sitologik. Pemeriksaan sputum adalah

pemeriksaan yang paling sederhana dan murah untuk mendeteksi kanker

paru stadium preinvasif maupun invasif. Pemeriksaan ini akan memberi

hasil yang baik terutama untuk kanker paru yang letaknya sentral.

Pemeriksaan ini juga sering digunakan untuk skrining terhadap kanker

paru pada golongan risiko tinggi.

4. Bronkoskopi

Setiap pasien yang dicurigai menderita tumor bronkus merupakan

indikasi untuk bronkoskopi. Dengan menggunakan bronkoskop fiber

optik, perubahan mikroskopik mukosa bronkus dapat dilihat berupa nodul

atau gumpalan daging. Bronkoskopi akan lebih mudah dilakukan pada

tumor yang letaknya di sentral. Tumor yang letaknya di perifer sulit

dicapai oleh ujung bronkoskop.

5. Biopsi Transtorakal

Biopsi aspirasi jarum halus transtorakal banyak digunakan untuk

mendiagnosis tumor pada paru terutama yang terletak di perifer. Dalam

hal ini diperlukan peranan radiologi untuk menentukan ukuran dan letak,

juga menuntun jarum mencapai massa tumor. Penentuan letak tumor

bertujuan untuk memilih titik insersi jarum di dinding kulit toraks yang

berdekatan dengan tumor.

Page 13: LP Ca Paru.doc

6. Torakoskopi

Torakoskopi adalah cara lain untuk mendapatkan bahan guna

pemeriksaan histopatologik untuk kanker paru. Torakoskopi adalah

pemeriksaan dengan alat torakoskop yang ditusukkan dari kulit dada ke

dalam rongga dada untuk melihat dan mengambil sebahagian jaringan

paru yang tampak.

Pengambilan jaringan dapat juga dilakukan secara langsung ke

dalam paru dengan menusukkan jarum yang lebih panjang dari jarum

suntik biasa kemudian dilakukan pengisapan jaringan tumor yang ada

(Soeroso, 1992).

H. PENATALAKSANAAN MEDIS

1. Pembedahan

Pembedahan pada kanker paru bertujuan untuk mengangkat tumor

secara total berikut kelenjar getah bening disekitarnya. Hal ini biasanya

dilakukan pada kanker paru yang tumbuh terbatas pada paru yaitu stadium

I (T1 N0 M0 atau T2 N0 M0), kecuali pada kanker paru jenis SCLC. Luas

reseksi atau pembedahan tergantung pada luasnya pertumbuhan tumor di

paru. Pembedahan dapat juga dilakukan pada stadium lanjut, akan tetapi

lebih bersifat paliatif. Pembedahan paliatif mereduksi tumor agar

radioterapi dan kemoterapi lebih efektif, dengan demikian kualitas hidup

penderita kanker paru dapat menjadi lebih baik.

Pembedahan untuk mengobati kanker paru dapat dilakukan dengan

cara :

a. Wedge Resection, yaitu melakukan pengangkatan bagian paru

yang berisi tumor, bersamaan dengan margin jaringan normal.

b. Lobectomy, yaitu pengangkatan keseluruhan lobus dari satu

paru.

c. Pneumonectomy, yaitu pengangkatan paru secara keseluruhan.

Hal ini dilakukan jika diperlukan dan jika pasien memang

sanggup bernafas dengan satu paru.

Page 14: LP Ca Paru.doc

2. Radioterapi

Radioterapi dapat digunakan untuk tujuan pengobatan pada kanker

paru dengan tumor yang tumbuh terbatas pada paru. Radioterapi dapat

dilakukan pada NCLC stadium awal atau karena kondisi tertentu tidak

dapat dilakukan pembedahan, misalnya tumor terletak pada bronkus utama

sehingga teknik pembedahan sulit dilakukan dan keadaan umum pasien

tidak mendukung untuk dilakukan pembedahan.

Terapi radiasi dilakukan dengan menggunakan sinar X untuk

membunuh sel kanker. Pada beberapa kasus, radiasi diberikan dari luar

tubuh (eksternal). Tetapi ada juga radiasi yang diberikan secara internal

dengan cara meletakkan senyawa radioaktif di dalam jarum, dengan

menggunakan kateter dimasukkan ke dalam atau dekat paru-paru. Terapi

radiasi banyak dipergunakan sebagai kombinasi dengan pembedahan atau

kemoterapi.

3. Kemoterapi

Kemoterapi pada kanker paru merupakan terapi yang paling umum

diberikan pada SCLC atau pada kanker paru stadium lanjut yang telah

bermetastasis ke luar paru seperti otak, ginjal, dan hati. Kemoterapi dapat

digunakan untuk memperkecil sel kanker, memperlambat pertumbuhan,

dan mencegah penyebaran sel kanker ke organ lain. Kadang-kadang

kemoterapi diberikan sebagai kombinasi pada terapi pembedahan atau

radioterapi. Penatalaksanaan ini menggunakan obat-obatan (sitostatika)

untuk membunuh sel kanker. Kombinasi pengobatan ini biasanya

diberikan dalam satu seri pengobatan, dalam periode yang memakan

waktu berminggu-minggu atau berbulan-bulan agar kondisi tubuh

penderita dapat pulih (ASCO, 2010).

Page 15: LP Ca Paru.doc

I. PENGKAJIAN

1. Data Subjektif:

Anamnesis

Anamnesis yang lengkap serta pemeriksaan fisik merupakan kunci untuk

diagnosis tepat. Keluhan dan gejala klinis permulaan merupakan tanda awal

penyakit kanker paru. Batuk disertai dahak yang banyak dan kadang-kadang

bercampur darah, sesak nafas dengan suara pernafasan nyaring (wheezing),

nyeri dada, lemah, berat badan menurun, dan anoreksia merupakan keadaan

yang mendukung. Beberapa faktor yang perlu diperhatikan pada pasien

tersangka kanker paru adalah faktor usia, jenis kelamin, keniasaan merokok,

dan terpapar zat karsinogen yang dapat menyebabkan nodul soliter paru.

2. Data Objektif

Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan ini dilakukan untuk menemukan kelainan-kelainan berupa

perubahan bentuk dinding toraks dan trakea, pembesaran kelenjar getah

bening dan tanda-tanda obstruksi parsial, infiltrat dan pleuritis dengan cairan

pleura.

J. DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Bersihan jalan nafas tidak efektif b/d peningkatan jumlah secret paru.

2. Pola nafas tidak efektif b/d hiperventilasi.

3. Gangguan pertukaran gas b/d hipoventilasi.

4. Kurang pengetahuan berhubungan dengan : keterbatasan kognitif,

interpretasi terhadap informasi yang salah, kurangnya keinginan untuk

mencari informasi, tidak mengetahui sumber-sumber informasi.

5. Ansietas b/d perubahan status kesehatan.

Page 16: LP Ca Paru.doc

K. PERENCANAAN KEPERAWATAN

NO DIAGNOSA TUJUAN & KRITERIA

HASIL (NOC)

INTERVENSI (NIC)

1. Bersihan jalan

nafas tidak efektif

b/d peningkatan

jumlah secret paru

NOC:

- Respiratory status:

ventilation

- Respiratory status: airway

patency

- Aspiration control

Setelah dilakukan tindakan

keperawatan 3x24 jam

diharapkan mampu

mempertahankan kebersihan

jalan nafas dengan kriteria :

a. Mendemonstrasikan batuk

efektif dan suara nafas

yang bersih, tidak ada

sianosis dan dyspneu

(mampu mengeluarkan

sputum, mampu bernapas

dengan mudah)

b. Menunjukkan jalan nafas

yang paten (frekuensi

pernafasan rentang

normal, tidak ada suara

nafas abnormal)

c. Saturasi O2 dalam batas

normal

NIC:

Airway suction

1. Auskultasi suara

nafas sebelum dan

sesudah suctioning

2. Informasikan pada

klien dan keluarga

tentang suctioning

3. Minta klien nafas

dalam sebelum

suction dilakukan

4. Berikan O2 dengan

menggunakan nasal

untuk memfasilitasi

suction nasotrakeal

5. Anjurkan pasien

untuk istirahat dan

napas dalam setelah

kateter dikeluarkan

dari nasatrakeal

6. Ajarkan keluarga

bagaimana cara

melakukan suction

7. Hentikan suction

dan berikan oksigen

apabila pasien

menunjukan

bradikardi,

peningkatan saturasi

Page 17: LP Ca Paru.doc

O2,dll.

Airway management

1. Posisikan pasien

untuk

memaksimalkan

ventilsi

2. Identifikasi pasien

perlunya

pemasangan alat

jalan nafas buatan

3. Lakukan fisioterpi

dada jika perlu

4. Keluarkan sekret

dengan batuk atau

suction

5. Auskultasi suara

nafas, catat adanya

suara tambahan

2. Pola nafas tidak

efektif b/d

hiperventilasi

NOC:

Respiratory Status :

Ventilation

Vital Sign Status

Setelah dilakukan tindakan

keperawatan 3x24 jam

diharapkan mampu

mempertahankan kebersihan

jalan nafas dengan kriteria :

a. Mendemonstrasikan batuk

efektif dan suara nafas

NIC:

Terapi oksigen

1. Bersihkan mulut,

hidung, dan seckret

trakea

2. Pertahankan jalan

napas yang paten

3. Monitor aliran

oksigen

4. Pertahankan posisi

klien

5. Monitor TD, nadi,

Page 18: LP Ca Paru.doc

yang bersih, tidak ada

sianosis dan dyspneu

(mampu mengeluarkan

sputum, mampu bernapas

dengan mudah)

b. Menunjukkan jalan nafas

yang paten (frekuensi

pernafasan rentang

normal, tidak ada suara

nafas abnormal)

c. Tanda-tanda vital dalam

rentang normal

dan RR

3. Gangguan

pertukaran gas b/d

hipoventilasi

NOC:

Respiratory Status : Gas

Exchange

Keseimbangan asam Basa,

Elektrolit

Setelah dilakukan tindakan

keperawatan selama 3x24 jam,

diharapkan gangguan

pertukaran pasien teratasi

dengan kriteria hasil:

a. Mendemonstrasikan

peningkatan ventilasi dan

oksigenasi yang adekuat

b. Memelihara kebersihan

paru paru dan bebas dari

tanda tanda distress

pernafasan

c. Mendemonstrasikan

NIC:

1. Posisikan pasien

untuk

memaksimalkan

ventilasi

2. Pasang mayo bila

perlu

3. Lakukan fisioterapi

dada jika perlu

4. Keluarkan sekret

dengan batuk atau

suction

5. Auskultasi suara

nafas, catat adanya

suara tambahan

6. Berikan

bronkodilator

7. Barikan pelembab

udara

Page 19: LP Ca Paru.doc

batuk efektif dan suara

nafas yang bersih, tidak

ada sianosis dan dyspneu

(mampu mengeluarkan

sputum, mampu bernafas

dengan mudah, tidak ada

pursed lips)

d. Tanda tanda vital dalam

rentang normal

e. AGD dalam batas

normal

f. Status neurologis dalam

batas normal

8. Atur intake untuk

cairan

mengoptimalkan

keseimbangan.

9. Monitor respirasi dan

status O2

10. Catat pergerakan

dada,amati

kesimetrisan,

penggunaan otot

tambahan, retraksi

otot supraclavicular

dan ntercostal

11. Monitor suara nafas,

seperti dengkur

12. Monitor pola nafas :

bradipena, takipenia,

kussmaul,

hiperventilasi, cheyne

stokes, biot

13. Auskultasi suara

nafas, catat area

penurunan / tidak

adanya ventilasi dan

suara tambahan

14. Monitor TTV, AGD,

elektrolit dan ststus

mental

15. Observasi sianosis

khususnya membrane

mukosa

16. Jelaskan pada pasien

Page 20: LP Ca Paru.doc

dan keluarga tentang

persiapan tindakan

dan tujuan

penggunaan alat

tambahan (O2,

Suction, Inhalasi)

17. Auskultasi bunyi

jantung, jumlah,

irama dan denyut

jantung

4 Kurang

Pengetahuan

berhubungan

dengan :

keterbatasan

kognitif,

interpretasi

terhadap

informasi yang

salah,

kurangnya

keinginan untuk

mencari informasi,

tidak

mengetahui

sumber-sumber

informasi.

NOC:

Kowledge : disease

Process

Kowledge : health

Behavior

Setelah dilakukan tindakan

keperawatan selama 3x24 jam,

pasien menunjukkan

pengetahuan tentang proses

penyakit dengan kriteria hasil:

a. Pasien dan keluarga

menyatakan pemahaman

tentang penyakit, kondisi,

prognosis dan program

pengobatan

b. Pasien dan keluarga

mampu melaksanakan

prosedur yang dijelaskan

secara benar

c. Pasien dan keluarga

mampu menjelaskan

NIC:

1. Kaji tingkat

pengetahuan pasien

dan keluarga

2. Jelaskan patofisiologi

dari penyakit dan

bagaimana hal ini

berhubungan dengan

anatomi dan fisiologi,

dengan cara yang

tepat.

3. Gambarkan tanda dan

gejala yang biasa

muncul pada

penyakit, dengan cara

yang tepat

4. Gambarkan proses

penyakit, dengan cara

yang tepat

5. Identifikasi

kemungkinan

penyebab, dengan

Page 21: LP Ca Paru.doc

kembali apa yang

dijelaskan perawat/tim

kesehatan lainnya

cara yang tepat

6. Sediakan informasi

pada pasien tentang

kondisi, dengan cara

yang tepat

7. Sediakan bagi

keluarga informasi

tentang kemajuan

pasien dengan cara

yang tepat

8. Diskusikan pilihan

terapi atau

penanganan

9. Dukung pasien untuk

mengeksplorasi atau

mendapatkan second

opinion dengan cara

yang tepat atau

diindikasikan

10. Eksplorasi

kemungkinan sumber

atau dukungan,

dengan cara yang

tepat

5 Ansietas

berhubungan

dengan

perubahan status

kesehatan

NOC :

Kontrol kecemasan

Koping

Setelah dilakukan asuhan

selama 3x24 jam, klien

kecemasan teratasi dgn kriteria

NIC :

Anxiety Reduction

(penurunan kecemasan)

1. Gunakan pendekatan

yang menenangkan

2. Nyatakan dengan jelas

harapan terhadap

Page 22: LP Ca Paru.doc

hasil:

1. Klien mampu

mengidentifikasi dan

mengungkapkan gejala

cemas

2. Mengidentifikasi,

mengungkapkan dan

menunjukkan tehnik untuk

mengontol cemas

3. Vital sign dalam batas

normal

4. Postur tubuh, ekspresi

wajah, bahasa tubuh dan

tingkat aktivitas

menunjukkan

berkurangnya kecemasan

pelaku pasien

3. Jelaskan semua

prosedur dan apa yang

dirasakan selama

prosedur

4. Temani pasien untuk

memberikan

keamanan dan

mengurangi takut

5. Berikan informasi

faktual mengenai

diagnosis, tindakan

prognosis

6. Libatkan keluarga

untuk mendampingi

klien

7. Instruksikan pada

pasien untuk

menggunakan tehnik

relaksasi

8. Dengarkan dengan

penuh perhatian

9. Identifikasi tingkat

kecemasan

10. Bantu pasien

mengenal situasi yang

menimbulkan

kecemasan

11. Dorong pasien untuk

mengungkapkan

perasaan, ketakutan,

persepsi

Page 23: LP Ca Paru.doc

12. Kelola pemberian

obat anti cemas

Page 24: LP Ca Paru.doc

Daftar Pustaka

Carpenito, Lynda Juall. (2000). Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Edisi 8. EGC.

Jakarta.

Doenges, M. G. (2000). Rencana Asuhan Keperawatan. Edisi 3 EGC. Jakarta.

NANDA International. 2012. Diagnosis Keperawatan: Definisi dan Klasifikasi

2012-2014. Jakarta: EGC.

Herman.2013.Daftar Diagnosa Keperawatan NandaNOC.http:// hermankampus.

blogspot.com/2013/04/daftar-diagnosa-keperawatan-nanda-noc.html.

diakses tanggal 5 September 2014.

Ikhsanuddin. 2013. Keperawatan. http://repository.usu .ac.id/bitstream /12345

6789/3583/1/keperawatan-ikhsanuddin2.pdf

Page 25: LP Ca Paru.doc

Denpasar, 26 September 2015

Pembimbing / CI, Mahasiswa,

……………………………. KADEK YULIANDA DEWI

NIP. NIM. P07120213026

Pembimbing / CT,

…………………………………

NIP.