Click here to load reader
Upload
andini-afliani-putri
View
57
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
1
LEUKEMIA
A. PENDAHULUAN
Leukemia adalah sekumpulan penyakit yang ditandai oleh adanya akumulasi
leukosit ganas dalam sum-sum tulang dan darah1. Sumsum tulang atau bone marrow ini
dalam tubuh manusia memproduksi tiga type sel darah diantaranya sel darah putih
(berfungsi sebagai daya tahan tubuh melawan infeksi), sel darah merah (berfungsi
membawa oxygen kedalam tubuh) dan platelet (bagian kecil sel darah yang membantu
proses pembekuan darah.2
Leukemia umumnya muncul pada diri seseorang sejak dimasa kecilnya,
Sumsum tulang tanpa diketahui dengan jelas penyebabnya telah memproduksi sel darah
putih yang berkembang tidak normal atau abnormal. Normalnya, sel darah putih
mereproduksi ulang bila tubuh memerlukannya atau ada tempat bagi sel darah itu sendiri.
Tubuh manusia akan memberikan tanda atau signal secara teratur kapankah sel darah
diharapkan be-reproduksi kembali. Pada kasus Leukemia (kanker darah), sel darah putih
tidak merespon kepada tanda/signal yang diberikan. Akhirnya produksi yang berlebihan
tidak terkontrol
(abnormal) akan
keluar dari sumsum
tulang dan dapat
ditemukan di dalam
darah perifer atau
darah tepi. Jumlah sel
darah putih yang
abnormal ini bila
berlebihan dapat
mengganggu fungsi
normal sel lainnya2.
B. INSIDENS DAN EPIDEMIOLOGI
Insidens leukemia diperkirakan 1:100.000 penduduk. Dari jumlah ini ± 50%
bentuk akut,yaitu bentuk yang paling banyak terdapat anak. Frekuensi jenis-jenis
leukemia pada anak ialah :
ALL : >80%
2
ANLL: ±10%
CML : ±2%
CLL : 0%3
C. ETIOLOGI
Sampai saat ini penyebab leukemia belum diketahui secara pasti, akan tetapi ada
beberapa faktor yang diduga mempengaruhi frekuensi terjadinya leukemia antara lain :
1. Radiasi. Hal ini ditunjang dengan beberapa laporan dari beberapa riset yang
menangani kasus leukemia bahwa para pegawai radiologi lebih sering menderita
leukemia. Penderita dengan radioterapi lebih sering menderita leukemia. Leukemia
ditemukan pada korban hidup kejadian bom atom Hiroshima dan Nagasaki, Jepang.
2. Leukemogenik. Beberapa zat kimia dilaporkan telah diidentifikasi dapat
mempengaruhi frekuensi leukemia, misalnya racun lingkungan seperti benzena,
bahan kimia industri seperti insektisida, obat-obatan yang digunakan untuk
kemoterapi.
3. Herediter. Penderita Sindrom Down memiliki insidensi leukemia akur 20 kali lebih
besar daripada orang normal.
4. Virus. Beberapa jenis virus dapat menyebabkam leukemia seperti retrovirus, virus
leukemia feline, HTLV-1 pada dewasa.5
D. KLASIFIKASI LEUKEMIA
Ketika pada pemeriksaan diketahui bahwa leukemia mempengaruhi limfosit
atau sel limfoid, maka disebut leukemia limfositik. Sedangkan leukemia yang
mempengaruhi sel mieloid seperti neutrofil, basofil, dan eosonofil, disebut leukemia
mielositik. Dari klasifikasi ini maka leukemia dibagi menjadi empat type yaitu :
1. Leukemia Limfositik Akut (LLA) merupakan tipe leukemia paling sering terjadi pada
anak-anak. Penyakit ini juga terdapat pada dewasa yang terutama telah berumur 65
tahun atau lebih.
2. Leukemia Mielositik Akut (LMA), ini lebih sering terjadi pada dewasa daripada anak-
anak. Tipe ini dahulunya disebut leukemia nonlimfositik akut.
3. Leukimia Limfositik Akut (LLK). Hal ini sering diderita oleh orang dewasa yang
berumur lebih dari 55tahun. Kadang-kadang juga diderita oleh dewasa muda, dan
hampir tidak ada pada masa anak-anak.
3
4. Leukemia Mielositik Kronis (LMK) sering terjadi pada orang dewasa. Dapat juga terjadi
pada anak-anak namun sangat sedikit.6
E. PATOFISIOLOGI
Etiologi leukemia sampai saat ini belum diketahui dengan jelas. Diperkirakan ada
beberapa faktor yang berperan dalam timbulnya leukemia. Sel-sel blast dari suatu garis
keturunan sel yang seharusnya berdiferensiasi untuk menjadi sel-sel matang yang
berfungsi, proses pematangannya terhenti (maturation arrest) sehingga hanya terjadi
proliferasi sel blast yang tak terkendali. Akibatnya sel-sel blast akan memenuhi sum-sum
tulang dan mendesak produksi sel-sel darah normal lain yang berakibat terjadinya anemia,
granulositopenia, dan trombositopenia. Sel-sel blast ini juga berproliferasi dalam organ-
organ lain seperti hepar, lien dan kelenjar limfe.3
Berbagai sebab seperti radiasi, bahan kimia, infeksi virus dan lain-lain mengarah
pada terjadinya kelainan gen. Gen DNA protein. Dengan adanya kelainan gen,
protein yang diproduksi juga akan menyimpang dari normal sehingga tidak dapat
berfungsi untuk mengendalikan produksi sel-sel normal.3
Teori klasik memandang keganasan sebagai serangkaian penyakit yang dipicu
oleh kelainan-kelainan genetik progresif yang meliputi mutasi pada gen supresi tumor
dan onkogen dan kelainan-kelainan kromosom. Namun sekarang diketahui kelainan-
kelainan epigenetik, yaitu pola-pola expresi gen yang menyimpang yang terjadi karena
mekanisme yang tidak mempengaruhi urutan primer DNA, juga dapat memicu timbulnua
kanker.3
F. DIAGNOSIS
1. Manifestasi Klinis
Gejala leukemia yang ditimbulkan umumnya berbeda di antara penderita, namun
demikian secara umum dapat digambarkan sebagai berikut :
a. Anemia. Penderita akan menampakkan cepat lelah, pucat dan bernafas cepat (sel
darah merah dibawah normal menyebabkan oxygen dalam tubuh kurang,
akibatnya penderita bernafas cepat sebagai kompensasi pemenuhan kekurangan
oxygen dalam tubuh.
4
b. Perdarahan. Ketika Platelet (sel pembeku darah) tidak terproduksi dengan wajar
karena didominasi oleh sel darah putih, maka penderita akan mengalami
perdarahan dijaringan kulit (banyaknya jentik merah lebar/kecil dijaringan kulit).
c. Terserang infeksi. Sel darah putih berperan sebagai pelindung daya tahan tubuh,
terutama melawan penyakit infeksi. Pada Penderita Leukemia, sel darah putih
yang diterbentuk adalah tidak normal (abnormal) sehingga tidak berfungsi
semestinya. Akibatnya tubuh si penderita rentan terkena infeksi virus/bakteri,
bahkan dengan sendirinya akan menampakkan keluhan adanya demam, keluar
sekret dari hidung dan batuk.
d. Nyeri tulang dan persendian. Hal ini disebabkan sebagai akibat dari sumsum
tulang (bone marrow) mendesak padat oleh sel darah putih.
e. Nyeri perut. Nyeri perut juga merupakan salah satu indikasi gejala leukemia,
dimana sel leukemia dapat terkumpul pada organ ginjal, hati dan empedu yang
menyebabkan pembesaran pada organ-organ tubuh ini dan timbulah nyeri. Nyeri
perut ini dapat berdampak hilangnya nafsu makan penderita leukemia.
f. Pembengkakan kelenjar limfe. Penderita kemungkinan besar mengalami
pembengkakan kelenjar limfe, baim itu yang dibawah lengan, leher, dada dan
lainnya. Kelenjar limfe bertugas menyaring darah, sel leukemia dapat terkumpul
di sini dan menyebabkan pembengkakan.
g. Kesulitan bernapas (dyspneu). Penderita mungkin menampakkan gejala kesulotan
bernapas dan nyeri dada apabila terjadi hal ini maka harus segera mendapat
pertolongan medis.
2. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan fisis meliputi pemeriksaan pembesaran kelenjar getah bening, limpa,
atau hati.
b. Pemeriksaan darah yang meliputi hitung darah lengkap untuk memeriksa jumlah
leukosit, eritrosit, trombosit. Leukemia menyebababkan jumlah leukosit sangat
tinggi. Juga seringkali ditemukan rendahnya tingkat trombosit dan hemoglobin
dalam darah.
c. Biopsi merupakan satu-satunya cara pasti untuk mengetahui apakah sel-sel
leukemia ada dalam sum-sum tulang.
d. Aspirasi sumsum tulang. Jumlah sel-sel blast >5%
e. Biopsi sumsum tulang
5
f. Sitogenetik. Laboratorium akan meneliti kromosom dari sampel sel darah,
sumsum tulang atau kelenjar getah bening. Jika kromosom abnormal ditemukan,
tes dapt menunjukkan jenis leukemia yang Anda miliki. Misalnya, orang dengan
CML memiliki kromosom abnormal yang disebut kromosom philadelphia.
g. Spinal Tap.
h. Foto thorax untuk melihat adanya pembesaran kelenjar getah bening.
G. PENATALAKSANAAN
Ada 2 pendekatan dalam pengobatan leukemia akut, yaitu strategi dan siasat.
Siasat ialah cara untuk mencapai strategi tertentuu dan biasanya berbeda tergantung pada
pusat pengobatannya, misalnya obat-obat yang dipakai, lama pemberian, dosis, frekuensi
pengobatan dsb. Strategi yang dipakai sekarang boleh dikatakan sama di seluruh dunia:
1. Induksi remisi baik remisi klinis maupun hematologis
2. Profilaksis SSP
3. Konsolidasi
4. Mempertahankan remisi :
- Pengobatan konsolidasi
- Pengobatan maintenance
5. Pencangkokan sumsum tulang bila diperlukan
6. Penghentian pengobatan
1. Induksi remisi bertujuan mendapatkan remisi lengkap. Kriteria remisi lengkap :
- Sum-sum tulang dengan hematopoesis normal dan jumlah blast ≤5% dari 200 sel
berinti dalam preparat sumsum tulang.
- Tak ditemukan sel-sel leukemia dalam sel darah tepi.
- Tak ada leukemia serebromeningeal
- Tak ada infiltrat leukemia di tempat-tempat lain badan.
Siasat pengobatan :
- Induksi remisi : untuk mencapai remisi yang diharapkan terjadi setelah 6 minggu
atau 42 hari, biasanya dipilih obat-obat yang bekerjanya cepat dengan toksisitas
selektif terhadap sel-sel leukemia. Dasar pengobatan induksi ialah mengurangi
secepatnya masa sel-sel ganas sehingga kesempatan untuk berkembangnya seri
6
sel resisten dapat dikurangi. Dengan pengobatan induksi yang agresif dapat
ditingkatkan persentase remisi serta dikurangi jumlah kasus relaps dalam perjalan
penyakit di kemudian hari.
- Berdasarkan pertimbangan-pertimbangan di atas pengobatan induksi saat ini
paling kurang menggunakan 3 kombinasi macam obat. Biasanya Vincristine,
kortikosteroid, dan L-asparginase.
- Obat-obat yang dipilih tergantung jenis leukemia. Biasanya rencana pengobatan
dituangkan dalam suatu protokol pengobatan.
2. Profilaksis SSP
Diperkirakan bahwa pada 70% penderita sel-sel leukemia sudah masuk ke
dalam SSP pada saat dibuat diagnosis, meskipun pada sebagian besar pasien belum
timbul gejala. Obat-obat untuk membasmi sel-sel leukemia dalam sum-sum tulang tidak
dapat menembus sawar darah otak sehingga sel-sel tersebut dapat berkembang biak
dengan bebas dan beberapa bulan kemudian menimbulkan relaps (CNS relapse).
Untuk mencegah hal ini diberikan profilaksis SSP saat pasien masuk rumah
sakit, kemudian 1 minggu kemuadian dimulai induksi remisi (window period 1 minggu).
Obat untuk profilaksis SSP biasanya terdiri dari kombinasi metotreksat MTX,
kortikosteroid, dan sitosin arabinosid (Ara-C)
3. Mempertahankan remisi
a. Konsolidasi
Untuk memantapkan remisi yang telah dicapai, biasanya dipakai MTX dalam
dosis sedamg disertai leukovorin.
b. Pengobatan maintenance
Dipakai obat-obat yang kurang toksik untuk menurunkan jumlah sel-sel
ganas menjadi 0 dalam jangka panjang, biasanya 2 tahun. Obat-obat yang
diberikan biasanya ialah 6 merkaptopurin (puinetol) dalam kombinasi dengan
MTX dan bergantian dengan kortikosteroid.
c. Reinduksi diberikan dengan 1 atau 2 kali injeksi VCR i.v. setiap 8 minggu sekali
selama maintenance.
d. Profilaksis SSP terus dilanjutkan tiap 8 minggu sampai minggu ke 60.
7
3. Pencangkokan sumsum tulang
Pada pencangkokan sumsum tulang dimasukkan stem cell sehat untuk
menggantikan sel-sel leukemia. Sumber stem cell bisa dari sumsum tulang, stem cell
darah tepi (PBSC – peripheral blood stem cell) dan darah tali pusat. Mana yang akan
dipakai tergantung faktor pasien.
Stem cell bisa berasal dari orang lain (alogenik) atau dari pasien sendiri
(otolog).Darah tali pusat lebih banyak dipakai pada transpalntasi anak, tetapi sekarang
juga makin banyak digunakan pada orang dewasa. Keuntungannya ialah :
- Kesalahan mencocokkan HLA ditolerir lebih baik.
- Lebih mudah didapat daripada sumsum tulang atau PBSC.
- Insidens dan beratnya GVHD kurang.
PBSC sekarang lebih banyak dipakai daripada sumsum tulang pada
transplantasi alogenik orang dewasa dengan alasan :
- Stem cells tali pusat lebih mudah didapat.
- Pemulihan hematopoetik lebih cepat.
- Lebih murah.
Keseluruhan pengobatan pada umumnya berlangsung selama 2 tahun.
H. PROGNOSIS
Prognosis pada pasien leukemia tergantung beberapa faktor termasuk usia pasien,
jenis leukemia, dan luas penyebaran kanker.
Dengan diagnostik dan pengobatan modern 80% pasien ALL dapat disembuhkan di
pusat-pusat yang maju. Di Indonesia angka kesembuhan hanya 30-40%. Hal ini
disebabkan oleh karena diagnostik yang kurang tepat, perawatan yang kurang memadai,
ketaatan pasien mengikuti protokol, kesediaa obat di pasar,dan sebagainya.
Ada beberapa faktor yang menentukan prognosis. Prognosis baik bila :
Jumlah leukosit <50.000/mm3
Tak terdapat pelebaran mediastinal
Tak terdapat sel-sel leukemia dalam cairan likor pada diagnosis.
Tak ada leukemi testis pada diagnosis.
8
Tak ada kelainan kromosom tertentu, misalnya t(9;22), t(4;11), translokasi BCR-
ABL.
Pasien yang memenuhi kriteria di atas dimasukkan ke dalam golongan ALL
Non High Risk (atau standard risk) – ALL NHR. Pasien yang tidak termasuk dalam
ALL-NHR dimasukkan dalam golongan ALL-HR. Selama kemoterapi atau setelah
kemoterapi pada sebagian pasien terjadi relaps.
Kriteria relaps apabila ≥25% blas pada penghitungan >200 sel-sel sumsum tulang
berinti dan atau adanya sel-sel blas leukemia dalam darah tepi dan atau leukemia ssp
>15/3 (>5mm) sel limfoblas dalam likuor dan atau infiltrat leukemia di tempat lain
(dibuktikan dengan pemeriksaan patologi/imunologi dari jaringan biopsi).
9
DAFTAR PUSTAKA
1. Bagian Ilmu Kesehatan Anak FK Unhas Leukemia. Dalam : Standar Prosedur Medis
Bagian Anak. Makassar: Bagian Ilmu Kesehatan Anak; 2010; 68-74.
2. Annonomious. Symptomps of Leukemia in : Cancer Types [online] , [cited on 2011,
August 10 ]. Available from : http://www.doctorwannabe.com
3. Leukemia Dalam : Buku Ajar Hematologi Anak. Bagian Ilmu Kesehatan Anak. 2010;
50-57.
4. Annonomious. Leukemia [online] , [cited on 2011, August 10 ]. Available from :
http://www.e-medicine.medscape.com
5. Annonomious. Leukemia [online] , [cited on 2011, August 10 ]. Available from :
http://www.cancerhelps.com