27
Referat KOREKSI KELAINAN REFRAKSI DENGAN LASIK (LASER-ASSISTED IN SITU KERATOMILEUSIS) Oleh : AULIA JANER S. Ked RAHMAWATI S. Ked R. NATALIA DEDETUWITRI S.Ked WAHONO S. Ked WIDYA PUSPASARI S. Ked PEMBIMBING : dr. NOFRI SURIADI, Sp.M dr. EFHANDI NUKMAN, Sp.M BAGIAN ILMU PENYAKIT MATA 1

Lasik

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Lasik

Referat

KOREKSI KELAINAN REFRAKSI DENGAN LASIK (LASER-ASSISTED

IN SITU KERATOMILEUSIS)

Oleh :

AULIA JANER S. Ked

RAHMAWATI S. Ked

R. NATALIA DEDETUWITRI S.Ked

WAHONO S. Ked

WIDYA PUSPASARI S. Ked

PEMBIMBING :

dr. NOFRI SURIADI, Sp.M

dr. EFHANDI NUKMAN, Sp.M

BAGIAN ILMU PENYAKIT MATA

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS RIAU

RSUD ARIFIN ACHMAD PEKANBARU

2012

1

Page 2: Lasik

KOREKSI KELAINAN REFRAKSI DENGAN LASIK

(LASER-ASSISTED IN SITU KERATOMILEUSIS)

Pendahuluan

Kelainan refraksi adalah keadaan bayangan tegas tidak dibentuk pada

retina. Secara umum, terjadi ketidak seimbangan sistem penglihatan pada mata

sehingga menghasilkan bayangan yang kabur. Sinar tidak dibiaskan tepat pada

retina, tetapi dapat di depan atau di belakang retina dan tidak terletak pada satu

titik fokus. Kelainan refraksi dapat diakibatkan terjadinya kelainan kelengkungan

kornea dan lensa, perubahan indeks bias, dan kelainan panjang sumbu bola mata.

Jenis kelainan refraksi diantaranya miopia, hipermetropia, presbiop dan

astigmatisma.1

Koreksi terhadap kelainan refraksi dapat dilakukan dengan penggunaan

kacamata, lensa kontak dan pada keadaan tertentu kelainan refraksi dapat diatasi

dengan pembedahan pada kornea antara lain keratotomi radial, keratektomi

fotorefraktif, Laser Asissted In situ Interlamelar Keratomilieusis (Lasik).1

Lasik adalah salah satu operasi refraksi untuk memperbaiki kelainan

refraksi pada mata seperti miopia, hipermetropia dan astigmatisma. Lasik

merupakan jenis yang paling sering digunakan dan paling terkenal dibandingkan

operasi dengan bantuan laser (laser-assisted) lainnya, seperti PRK (photorefractive

keratectomy) atau yang lebih dikenal dengan Lasek (laser-assisted sub-ephitelial

keratectomy). Jenis ini umumnya tergolong aman dan menghasilkan penanganan

yang lebih efektif untuk jenis kelainan pengelihatan yang lebih besar. Secara

spesifik, LASIK melibatkan fungsi dan kemampuan dari laser untuk merubah

bentuk kornea secara permanen. LASIK telah memperbaiki secara total kelainan

pada mata dan mengurangi ketergantungan pada kacamata dan lensa kontak

(contact lenses).2

Berdasarkan hal-hal di atas penulis tertarik untuk membahas mengenai

koreksi kelainan refraksi dengan penggunaan Lasik (laser-assisted in situ

keratomileusis).

2

Page 3: Lasik

TINJAUAN PUSTAKA

1. Kelainan Refraksi Pada Mata

Secara umum, cara kerja mata persis seperti cara kerja kamera. Pada

kamera, cahaya masuk melewati sistem lensa menuju film atau sensor CCD pada

kamera digital. Pada mata, kornea dan lensa mata berada pada bagian depan mata

(anterior chamber) dan fungsinya sama seperti lensa pada kamera. Retina berada

di bagian belakang mata (posterior chamber) dan fungsinya sama seperti film atau

sensor CCD pada kamera. Pada mata normal, berkas cahaya masuk melewati

kornea dan lensa mata dan langsung difokuskan pada retina untuk menghasilkan

bayangan yang jelas. Pada kelainan refraksi terjadi ketidak seimbangan sistem

penglihatan pada mata sehingga menghasilkan bayangan yang kabur. Sinar tidak

dibiaskan tepat pada retina, tetapi dapat di depan atau di belakang retina dan tidak

terletak pada satu titik fokus.1

• Miopia

Gambar. 1 Miopia2

Miopia disebut rabun jauh karena berkurangnya kemampuan melihat jauh tapi

dapat melihat dekat dengan lebih baik. Pada penderita miopia, berkas cahaya yang

melewati kornea dan lensa mata tidak terfokus pada retina mata, melainkan jatuh

di depan retina, sehingga menghasilkan bayangan yang jelas pada objek yang

dekat, namun bayangan menjadi kabur sama sekali ketika pasien melihat benda

yang jauh letaknya. Miopia terjadi jika kornea (terlalu cembung) dan lensa

3

Page 4: Lasik

(kecembungan kuat) berkekuatan lebih atau bola mata terlalu panjang sehingga titik fokus

sinar yang dibiaskan akan terletak di depan retina.1,3,4

• Hipermetropia

Gambar 2. Hipermetrop2

Hipermetropia adalah keadaan mata yang tidak berakomodasi memfokuskan

bayangan di belakang retina. Pada penderita hipermetropia, berkas cahaya yang

melewati kornea dan lensa mata terfokus bukan pada retina, melainkan pada

bagian belakang retina, sehingga menghasilkan bayangan yang kabur pada objek

yang dekat, namun bayangan menjadi jelas ketika melihat objek yang jauh.

Hipermetropia terjadi jika kekuatan yang tidak sesuai antara panjang bola mata dan

kekuatan pembiasan kornea dan lensa lemah sehingga titik fokus sinar terletak di

belakang retina. Hal ini dapat disebabkan oleh penurunan panjang sumbu bola mata

(hipermetropia aksial), seperti yang terjadi pada kelainan bawaan tertentu, atau penurunan

indeks bias refraktif (hipermetropia refraktif), seperti afakia (tidak mempunyai lensa).1,3

• Astigmatisma

Gambar 3. Astigmatisma2

Pada astigmatisma, berkas cahaya yang diterima oleh retina tidak

terkumpul menjadi satu titik, melainkan menyebar, membentuk garis-garis

vertikal, sehingga menghasilkan bayangan yang kabur. Astigmatisma terjadi jika

kornea dan lensa mempunyai permukaan yang rata atau tidak rata sehingga tidak

memberikan satu fokus titik api. Variasi kelengkungan kornea atau lensa mencegah sinar

terfokus pada satu titik. Sebagian bayangan akan dapat terfokus pada bagian depan retina

4

Page 5: Lasik

sedang sebagian lain sinar difokuskan di belakang retina. Akibatnya penglihatan akan

terganggu.1,3

2. Cara Kerja LASIK

LASIK merubah secara permanen bentuk dari bagian sentral anterior pada

kornea dengan memanfaatkan laser jenis excimer untuk mengablate (mengikis

suatu bagian dari jaringan hidup dengan penguapan) sebagian kecil dari lapisan

jaringan stroma kornea yang berada di bagian depan mata, tepat dibawah lapisan

jaringan epitelium kornea. Agar tidak terjadi kesalahan operasi dan untuk

menambah ketelitian hingga satuan mikrometer, saat operasi sedang berlangsung,

sistem komputer melacak pergerakan mata pasien 60 hingga 4000 kali perdetik,

tergantung dari sistem yang digunakan, kemudian menepatkan posisi laser pada

peletakan yang presisi. Sistem modern saat ini bahkan secara otomatis langsung

memfokuskan berkas laser tepat pada posisi visual axis pada mata pasien, dan

akan berhenti dengan sendirinya apabila pergerakan mata diluar jangkauan

kemampuan sistem, dan akan lanjut dengan sendirinya apabila mata pasien telah

berada di posisi yang tepat.2

Bagian lapisan luar dari kornea atau epitelium, merupakan jaringan yang

lunak, hidup, terus memperbarui diri (regenerasi), dan dapat pulih secara

sempurna apabila terjadi iritasi atau disayat untuk keperluan operasi mata tanpa

kehilangan kejernihannya dari keadaan semula. Bagian lapisan yang lebih dalam

disebut stroma kornea, terbentuk sebelum epitelium, dan memiliki kemampuan

regenerasi jauh lebih lambat dan terbatas dibanding lapisan epitelium. Bagian ini,

merupakan bagian yang diubah pada tindakan operasi mata dengan LASIK

maupun PRK/LASEK. Apabila bagian ini dibentuk ulang oleh tindakan diatas

menggunakan laser atau mikrokeratome (sayatan halus), maka bagian ini akan

mempertahankan bentuk tersebut tanpa terjadi perubahan bentuk semula.4

3. Teknologi dalam bidang LASIK

a. Excimer Laser

Laser excimer memberikan hasil yang lebih akurat untuk operasi kornea

dan koreksi pengelihatan dari teknologi sebelumnya. Sebuah pulse dari laser

excimer dapat mengambil 0,25 mikron dari jaringan. Sebagai perbandingan,

sebuah rambut manusia memiliki ketebalan 70 mikron.5,6

5

Page 6: Lasik

Dua jenis laser excimer tersedia untuk prosedur operasi refraksi:  broad

beam laser dan scanning laser. Scanning laser dapat dibagi menjadi dua

kelompok: silt scanning dan spot scanning. Setiap jenis laser memiliki kelebihan

dan kekurangan, diantaranya:5,6

 * Broad Beam Laser

Sebuah broad beam laser menggunakan laser berdiameter yang relatif

besar (6,0-8,0 mm) yang dapat dimanipulasi untuk mengikis kornea. Penggunaan

laser jenis ini dapat menghasilkan waktu operasi tercepat dibandingkan laser

lainnnya, yang mengurangi kemungkinan overcorrection  dan decentration

komplikasi yang disebabkan oleh pergerakan pupil. Kerugiannya adalah

kemungkinan peningkatan komplikasi yang terkait dengan pengikisan kornea5,6

* Slit Scanning Laser

Sebuah silt scanning laser menggunakan laser berukuran relatif kecil, yang

kemudian dihubungkan ke perangkat rotasi dengan celah yang dapat berubah.

Selama operasi, sinar laser yang melewati celah ini dapat berubah secara bertahap

meningkatkan zona pengikisan kornea. Laser sinar seragam dan pengikisan

kornea yang lebih halus merupakan ciri dari digunakannya laser jenis ini. Laser ini

memiliki kekurangan, yaitu kecenderungan sedikit lebih tinggi untuk decentration

dan overcorrection.5,6

* Spot Scanning Laser   

Sistem laser ini memiliki potensi untuk menghasilkan pengikisan kornea

yang halus dan menggunakan teknologi radar untuk melacak gerakan mata.

Sistem ini  juga memiliki kemampuan untuk mengobati silindris tidak teratur dari

acuan topografi. Laser ini harus dihubungkan dengan sistem eye-tracking untuk

memastikan peletakan laser yang akurat.5,6

b. Wavefront Sensing Diagnostik (Wavefront-guided LASIK)

6

Page 7: Lasik

Gambar 4. Wavefront Sensing Diagnostik

Wavefront sensing adalah sebuah alat diagnostik untuk mengukur

kesalahan refraksi mata. Metode refraksi konvensional terbatas untuk mengukur

refraksi speris dan silinder yang dapat dijangkau oleh mata (miopia atau hyperopia

dan silindris biasa). Namun, metode wavefront sensing memungkinkan dokter

untuk mengukur kondisi dalam kornea yang mempengaruhi pengelihatan pasien.

Mengacu dari hasil tersebut, dokter dapat menyimpulkan sebagai penyimpangan

pengelihatan (higher order abberation) . Secara tradisional penyimpangan

pengelihatan digambarkan sebagai silindris tidak teratur, dan dianggap

pembatasan untuk pengelihatan terbaik dengan refraksi. Namun saat ini, dengan

memahami dan karakterisasi komponen higher order abberation, dokter memiliki

kemampuan diagnostik lebih atas silindris tidak teratur, dan kemampuan untuk

mengukur tingkat alami atau pembedahan induksi abberasi. Alat diagnostik dari

wavefront sensing dapat dilihat dalam verifikasi spherocylindrical refraksi,

diagnosis kondisi kompleks atau keadaan rapuh dari kornea, seperti keratoconus,

mata kering dan katarak, dan besarnya penyimpangan prosedur diinduksi setelah

koreksi penglihatan dengan LASIK. Secara garis besar, wavefront sensing

memiliki nilai lebih dalam upaya untuk memperbaiki penyimpangan

pengelihatan.6

Pada dasarnya, wavefront sensing menggunakan teknik sederhana. Pasien

diminta untuk memandang ke depan, dan fokus pada suatu objek, sementara itu

dokter memberikan sebuah proyeksi cahaya menuju mata. Berkas cahaya ini

masuk ke dalam mata, dan memantul kembali keluar mata. Kemudian komputer

menganalisa berkas sinar, yang selanjutnya menganalisa data berkaitan tentang

keadaan mata. Beberapa sistem dengan cara ini dapat menganalisa lebih dari 2000

poin data keadaan mata.6

7

Page 8: Lasik

4. Prosedur LASIK

a. Pra-operasi 2,6

Pemeriksaan komprehensif mata yang meliputi:

• Penentuan pengelihatan sebelum dan sesudah dikoreksi dengan kacamata

atau lensa kontak.

• Penentuan besarnya kesalahan pengelihatan dalam setiap mata untuk

menetapkan jumlah koreksi bedah yang diperlukan dan mengembangkan

strategi operasi yang tepat.

• Penilaian permukaan kornea dengan topografi (kurvatur kornea atau

bentuk), untuk mengkorelasikan bentuk kesalahan dalam fokus (berkorelasi

bentuk kornea untuk astigmatisme refraksi), untuk menemukan

penyimpangan, dan untuk mengetahui penyakit yang dapat memburuk jika

dilakukan pembedahan dengan LASIK.

• Pengukuran ukuran pupil dalam cahaya redup dan ruang. Ukuran pupil

merupakan faktor penting dalam pengukuran pengelihatan malam dan

penentuan tindakan koreksi oleh LASIK yang tepat.

• Pemeriksaan pada kelopak mata untuk melihat apakah kelopak berbalik ke

dalam (mungkin bergesekan dengan kornea) atau ke luar dan mengarahkan

aliran air mata terbuang dari mata yang mengakibatkan mata kering, dan

kondisi lain.

• Pemeriksaan kornea untuk menentukan apakah ada kelainan yang dapat

mempengaruhi hasil pembedahan.

• Pemeriksaan dari lensa kristal untuk menentukan apakah terdapat kekaburan

(katarak) atau kelainan lainnya yang ada.

• Pengukuran ketebalan kornea (dengan pachymetry). Jumlah koreksi LASIK

dapat ditentukan sebagian oleh ketebalan kornea.

• Pengukuran tekanan intraokular untuk mendeteksi kondisi glaukoma atau

pre-glaukoma. Glaukoma adalah kehilangan penglihatan yang disebabkan

oleh kerusakan pada saraf optik yang diakibatkan tekanan yang terlalu

tinggi di mata.

8

Page 9: Lasik

• Penilaian bagian belakang (segmen posterior) mata: Pemeriksaan

pembesaran fundus digunakan untuk menilai kesehatan dari permukaan ke

dalam mata (retina), dengan pupil terbuka penuh. Juga pemeriksaan retina,

saraf optik, dan pembuluh darah  untuk mengetahui sejumlah gangguan

mata dan gangguan sistemik.

b. Operasi 2,6

Selama operasi berlangsung, pasien dalam keadaan sadar dan dapat

bergerak. Namun, pasien biasanya diberikan sedatif lemah (seperti Valium) dan

tetes mata anestetik. LASIK dilakukan dalam 3 langkah. Langkah pertama adalah

membuat sayatan lapisan dari jaringan kornea. Langkah kedua adalah remodelling

kornea dibawah sayatan sebelumnya dengan menggunakan laser. Dan langkah

ketiga adalah reposisi dari sayatan.

1. Pembuatan Sayatan (Flap)

Gambar 5. Prosedur Flap

Sebuah ring penahan dan pembentuk kornea dipasang pada mata, menahan

posisi mata agar tidak bergerak. Prosedur ini terkadang, pada beberapa kasus

menyebabkan perdarahan minor pada pembuluh darah halus pada mata, yang akan

sembuh dengan sendirinya dalam beberapa hari setelah operasi. Setelah mata

tertahan pada posisinya, maka sayatan epitellium akan dibentuk. Proses

pembuatan sayatan menggunakan mikrokeratome, sebuah pisau bedah halus

berketebalan beberapa mikrometer, atau menggunakan femtosecond laser. Setelah

sayatan terbentuk, lapisan sayatan diangkat, meninggalkan lapisan dibawahnya,

yaitu stroma, lapisan tengah dari kornea.

9

Page 10: Lasik

2. Laser Remodelling 2,6

Gambar 6. Penggunaan eximer laser 2

Langkah kedua ialah menggunakan eximer laser, yang memiliki panjang

gelombang sebesar 195 nm untuk merubah bentuk dari stroma kornea. Laser

menguapkan (vaporized) jaringan stroma yang ingin dibentuk ulang (remodelling)

dengan ketelitian yang amat tinggi tanpa membahayakan jaringan lain

disekitarnya. Tidak ada pemanasan dan pembakaran, maupun pemotongan nyata

yang terjadi pada stroma yang dibentuk ulang, sehingga tidak ada rasa sakit sama

sekali pada saat operasi. Beberapa pasien hanya mengeluhkan rasa tak nyaman.

Lapisan yang diambil saat penguapan jaringan hanya beberapa mikrometer

ketebalannya. Perlakuan penguapan jaringan dalam kornea (stroma) pada LASIK

menghasilkan kecepatan dalam operasi, hasil yang maksimal dan sedikit atau

bahkan tak ada rasa sakit yang dihasilkan.2,6

Selama proses kedua ini, pengelihatan pasien akan menjadi sangat kabur

setelah lapisan sayatan diangkat. Pasien hanya dapat melihat cahaya putih

mengelilingi cahaya orange dari laser.

Saat ini, manufaktur laser excimer menggunakan pelacak posisi mata yang

mengikuti gerakan mata sebanyak 4000 kali perdetik, kemudian memusatkan

gelombang laser dengan akurat pada daerah yang akan di remodelling.

Gelombang laser yang digunakan berkisar antara 1 milijoule (mJ) selama 10

sampai 20 nanodetik.2,5

3. Reposisi Flap

10

Page 11: Lasik

Gambar 7. Reposisi Flap 2,6

Setelah laser me-remodelling lapisan jaringan stroma, lapisan epiltelium

yang diangkat perlahan-lahan dikembalikan ke tempatnya semula, yaitu diatas

lapisan stroma yang telah di bentuk ulang, kemudian dicek ulang terdapatnya

gelembung udara, debris (kotoran halus), dan memastikan bahwa lapisan

epitellium telah terpasang secara tepat. Lapisan tersebut akan menempel dengan

sendirinya, dan akan menyatu dengan lapisan stroma (sembuh) sampai waktu

panyembuhan telah usai.2,6,7

c. Perawatan pasca-operasi

Pasien umumnya diberikan tetes mata antibiotik dan anti inflamatory

(radang) selama beberapa minggu pasca operasi. Pasien juga disarankan untuk

tidur lebih lama dan lebih sering dan juga diberikan sepasang pelindung mata dari

cahaya yang berlebihan dan pelindung mata dari gosokan ketika tidur dan

mengurangi mata kering. 8,9

5. Kandidat Ideal Pasien LASIK

Meskipun banyak individu dianggap memiliki kriteria yang baik untuk

LASIK, namun terdapat beberapa yang tidak memenuhi kriteria medis umum

yang diterima untuk memastikan prosedur LASIK sukses. Berdasarkan berbagai

kondisi dan keadaan, semua kandidat LASIK akan terpilih ke dalam salah satu

dari tiga kategori besar berikut:2,6

1. Kandidat Ideal: 2,6

• Berumur minimal 18 tahun dan telah memiliki kacamata atau resep lensa

kontak yang stabil setidaknya selama dua tahun.

• Memiliki ketebalan kornea cukup

11

Page 12: Lasik

• Pasien memiliki salah satu atau lebih dari tiga kelainan pengelihatan, seperti

miopia (rabun jauh), astigmatism (penglihatan kabur yang disebabkan oleh

kornea berbentuk tidak teratur), hyperopia (rabun jauh), atau kombinasi

keduanya (misalnya, miopia dengan silindris).

• Tidak menderita penyakit pengelihatan atau yang lainnya, yang dapat

mengurangi efektivitas operasi atau kemampuan pasien untuk sembuh

dengan baik dan cepat.

2. Kurang Ideal 2,6

Kategori ini meliputi mereka yang:

• Memiliki riwayat mata kering, yang mungkin akan memburuk setelah

operasi dilakukan.

• Pasien yang dirawat dengan obat-obatan seperti steroid atau

imunosupresan, yang dapat mencegah penyembuhan, atau menderita penyakit

yang melambatkan penyembuhan, seperti gangguan autoimun

• Memiliki jaringan parut kornea.

• Berumur di bawah usia 18.

• Memiliki pengelihatan yang tidak stabil,

• Sedang hamil atau menyusui.

• Memiliki sejarah herpes okular dalam satu tahun sebelum operasi.

• Kesalahan refraksi terlalu berat untuk pengobatan dengan teknologi saat

ini.

Meskipun laser disetujui FDA tersedia untuk memperlakukan salah satu

dari tiga jenis utama kesalahan refraksi  miopia, hyperopia dan silindris.

Indikasi yang disetujui FDA menetapkan pasien yang tepat untuk penanganan

dengan miopia sampai dengan -12 D, astigmatisme sampai dengan 6D dan

hyperopia hingga 6 D.

3. Kandidat non-LASIK 2,6

Beberapa kondisi dan keadaan individu sepenuhnya yang tidak cocok untuk

mendapatkan penanganan LASIK diantaranya:

• Memiliki penyakit seperti katarak, glaukoma maju, penyakit kornea, gangguan

penipisan kornea (degenerasi marjinal keratoconus atau bening), atau beberapa

12

Page 13: Lasik

penyakit mata lainnya yang sudah ada terlebih dahulu dan mempengaruhi atau

mengancam penglihatan.

6. Kontraindikasi Lasik

Kontraindikasi dari lasik diantaranya :

Kornea yang tidak normal (terlalu tipis), penyakit kolagen vaskuler

(lupus/rheumatoid arthritis), penyakit pembuluh darah ,ambliopia

penggunaan antihistamin, penyakit autoimun (rheumatoid arthritis/sjögren’s

syndrome/systemic lupus erythematosus/fms), blepharitis, menyusui, katarak

(katarak yang sedang berkembang/sebelum operasi katarak, jaringan parut pada

kornea, diabetes mellitus, mata kering, ketidakseimbangan otot mata, ptosis,

glaucoma, herpes zoster pada mata, riwayat abrasi kornea / erosi

berulang/epithelial dystrophy, gangguan penutupan kelopak mata (misalnya pada

pasien tiroid dengan exopthalmus), pupil yang lebar, kehamilan, abnormalitas

kelengkungan kornea (lebih dari 47k/kurang dari 38-41k), abnormalitas retina,

uveitis. 2,4,6

7. Potensi Komplikasi 2,4,6

Komplikasi yang paling sering terjadi pasca operasi refraksi adalah “mata

kering”. Menurut jurnal American Journal of Ophtalmology, pada maret 2008,

tingkat kejadian “mata kering” pasca operasi LASIK selama 6 bulan masa

pemulihan mencapai 36%. Tingginya tingkat “mata kering” pasca operasi

memerlukan evaluasi baru dalam penanganan pra-operasi dan pasca-operasi, serta

perawatan bagi”mata kering”. Terdapat beberapa metode yang sukses dipasaran

seperti air mata buatan, dsb. Apabila “mata kering” dibiarkan tanpa mendapatkan

tindakan yang sesuai, akan menyebabkan gangguan pengelihatan dan hasil yang

buruk pada LASIK maupun PRK. Pada beberapa kasus yang parah, “mata kering

parah” dapat menimbulkan nyeri yang hebat dan kerusakan permanen jaringan

mata.

Resiko pasien dalam menderita gangguan pengelihatan seperti halos,

pengelihatan ganda, kehilangan kontras pengelihatan, dan kesilauan setelah

operasi LASIK bergantung pada tingkat ametropia sebelum operasi dan faktor

13

Page 14: Lasik

lain. Berikut ini adalah beberapa komplikasi yang sering dilaporkan pasien

diantaranya: 8

• “mata kering” pasca operasi

• Overcorrection dan undercorrection

• Sensitivitas berlebihan terhadap cahaya

• Pengelihatan tidak stabil

• Halos

• Pengelihatan ganda (berbayang)

• Pengikisan (ablasi) berlebihan

• Kotoran renik (debris) dalam sayatan

• Erosi epitelium

• Macular hole.

8. Perbedaan PRK/LASEK dan LASIK.

Pada PRK/LASEK, lapisan epitelium pada kornea diambil dan dibuang

sebelum laser ditembakkan ke mata. Karena PRK tidak membutuhkan sayatan

permanen pada lapisan epitelium, namun lapisan epitelium dibuang dan dibiarkan

tumbuh dengan sendirinya, maka struktur kornea lebih stabil dibandingkan

LASIK. Prosedur ini berbeda dengan LASIK, dimana bagian epitelium kornea

dibuat suatu sayatan/flap dengan menggunakan mikrokeratome (pisau bedah

halus), untuk menghasilkan sayatan/flap pada kornea setebal 100 hingga 180

micrometer sebelum laser ditembakkan ke mata, yang nantinya sayatan akan

ditutup dan menyatu kembali dengan sendirinya oleh lapisan yang diambil

sebelumnya. Untuk rasa sakit yang ditimbulkan, PRK menimbulkan rasa nyeri

yang lebih dibandingkan LASIK, dikarenakan pengambilan lapisan epitelium

dilakukan secara keseluruhan.2,6

9. Operasi Lasik pada hipermetrop 10,12

LASIK dapat digunakan untuk mengobati hipermetrop derajat rendah

sampai tinggi dengan hasil yang memuaskan. FDA merekomendasikan LASIK

untuk koreksi hipermetrop sampai +6.00D.

14

Page 15: Lasik

Hipermetrop LASIK (H-LASIK) dilakukan dengan bentuk ablasi annular

di daerah perifer kornea untuk meninggikan daerah sentral kornea dan

mendapatkan efek kekuatan refraksi yang diinginkan. Masalah awal dari terapi

hipermetrop meliputi menurunnya stabilitas dan prediktabilitas dibandingkan

dengan terapi untuk miop seperti hilangnya visus setelah koreksi terbaik. Namun

dengan bertambahnya zona optikal dan zona perifer, seperti peningkatan sentrasi

dengan bantuan alat, penelitian LASIK hipermetrop jangka panjang menunjukkan

dampak yang lebih baik.

Dalam penelitian 139 mata yang dilakukan oleh Jin G (dengan refraksi

sferis +0,63D - +5,13D) didapatkan 71% mata emmetrop dengan 0,50D, dan 91%

mata dengan 1,00D pada 16 bulan follow up. Visus sebelum koreksi adalah

kriteria utama untuk menilai keefektifan suatu prosedur refraksi, dan Jin

mendapatkan visus sebelum koreksi post operasi 20/20 pada 42%, 20/25 pada

63% dan 20/40 pada 93% mata.

Pada penelitian klinik FDA untuk LASIK hipermetrop yang sampai +6D,

49-59% mata memperoleh visus sebelum koreksi 20/20 post operasi, 93-960

mencapai 20/40, 86-87% mencapai emmetrop dengan lD. Dan 3,5% mata

kehilangan 2 atau lebih garis dari visus setelah koreksi terbaik. Secara

keseluruhan, penelitian dengan zona ablasi yang lebih besar memperlihatkan hasil

yang baik untuk kelainan refraksi sampai +4 s/d +5D, namun prediktabilitas dan

stabilitasnya menurun untuk terapi hipermetrop diatas level ini.

Gulani yang melakukan penelitian pada 49 mata, 90% mata mendapatkan

visus 20/40 post operasi, sedangkan 50% mencapai 20/20. Hasil yang sama

dilaporkan oleh Zadok yang melakukan H-LASIK sampai +5D pada 72 mata

mendapatkan prediktabilitas yang baik sampai +3D yaitu 89% mata emmetropia

dengan plus minus 1D dan prediktabilitas menurun pada level lebih dari +3D

(52% mata emmetrop dengan plus minus 1D)

Hasil dari LASIK hipermetrop cukup baik dan relatif stabil dalam 6 bulan

post operasi. Stabilitas refraksi terjadi pada l-2 minggu post operasi dan tetap

stabil dalam 6 bulan. Jin G juga melaporkan stabilitas visus sebelum koreksi

didapat setelah 6 bulan.

15

Page 16: Lasik

Komplikasi dari LASIK antara lain adalah instabilitas kornea, kornea

kabur, penurunan visus dan dry eye. Pada penelitian Gulani, tidak didapatkan

kekaburan kornea yang signifikan, desentrasi, astigmat iregular, atau inflamasi.

Epitelial ingrowth dijumpai pada 3 kasus, tapi ringan dan terbatas di perifer.

Sedangkan Jin G tidak mendapatkan komplikasi intra operasi yang serius, abrasi

epitel pada 9%, epithelial ingrowth yang memerlukan operasi terdapat pada dua

mata (1,4%)

10. Operasi Lasik pada Miop 11,12

Dengan menggunakan sinar cahaya laser juga dapat membentuk kembali

kornea dan seterusnya dapat membaiki miopia. Keratectomy photorefractive

(PRK) dan laser keratomileusis in situ (LASIK) merupakan dua prosedur yang

umum dilakukan.

Lapisan tipis jaringan dari permukaan kornea dihilangkan dengan

menggunakan laser dalam prosedur PRK bertujuan untuk mengubah bentuk

jaringan tipis dari kornea dan memfokuskan cahaya yang masuk ke dalam mata.

Meskipun begitu jumlah pembuangan jaringan tipis ini terdapat batas amannya.

Apabila sebagian jaringan kornea ini dibuang, maka sejumlah kasus miopia dapat

diatasi.

PRK membuang lapisan tipis dari permukaan kornea sedangkan LASIK

tidak. LASIK membuang sebagian lapisan jaringan dari lapisan dalamnya. Untuk

melakukan hal ini, bagian dari permukaan luar kornea dipotong dan dilipat agar

jaringan lapisan dalam terdedah. Kemudian sebagian jaringan lapisan dalam yang

diperlukan untuk membentuk kembali kornea dibuang pada jumlah yang tepat

dengan menggunakan laser, dan kemudian jaringan luar ditutup dan ditempatkan

semula dalam posisi untuk menyembuhkan. Jumlah miopia yang dapat dikoreksi

LASIK dibatasi oleh jumlah jaringan kornea yang dapat dihapus dengan cara yang

aman. Pada masa ini, orang yang sangat rabun dekat atau korneanya terlalu tipis

sehingga tidak memungkinkan penggunaan prosedur laser sudah memiliki pilihan

lain selain untuk memperbaiki rabun jauhnya. Dengan melakukan prosedur

penanaman lensa kecil di dalam mata mereka, rabun jauh yang mereka miliki

16

Page 17: Lasik

mungkin dapat dikoreksi. Lensa intraokular ini dapat memberikan koreksi optik

yang diperlukan secara langsung di dalam mata dan lensa intraokular ini terlihat

seperti lensa kontak kecil.

11. Keuntungan dan Kerugian LASIK 2,6

a. Keuntungan :

Minimal atau tidak ada rasa nyeri setelah operasi

Kembalinya penglihatan lebih cepat dibandingkan PRK

Tidak ada risiko perforasi saat operasi dan rupture bola mata

karena trauma setelah operasi

Tidak ada gejala sisa kabur karena penyembuhan epitel

b. Kerugian :

LASIK jauh lebih mahal

Membutuhkan skill operasi para ahli mata

Dapat terjadi komplikasi yang berhubungan dengan flap, seperti

flap putus saat operasi, dislokasi flap post operasi, astigmat

irreguler

Daftar Pustaka

17

Page 18: Lasik

1. Sidarta Ilyas. Penuntun Ilmu Penyakit Mata Edisi Ketiga. Jakarta: Fakultas

Kedokteran Uiversitas Indonesia. 2005

2. Reinstein DZ, Archer TJ, Gobbe M. The history of LASIK. Journal of

Refractive Surgery. 2012; 28(4): 291-98

3. Vaugan DG, Asbury T, Eva P. Oftalmologi Umum, Edisi 14. Jakarta:

Penerbit Widya Medika. 2000; 3

4. Binder PS, Lindstrom RL, Stulting RD ,et al. Keratoconus and Corneal

Ectasia After LASIK. Journal of Refractive Surgery .2005; 21: 749-753

5. Matillon Y. Correction of refractive disorders by excimer laser:

photorefractive keratectomy and LASIK. The national agency For

accreditation and evaluation In health (anaes).2000

6. Gulani A. Hyperopia" Lasik. In: eMedicine Article. 2006; 1-8.

7. Wang M. Epithelial ingrowth after laser in situ keratomileusis. Am J

Ophthalmol. 2001;129(6):746-751.

8. Turu L, Alexandrescu C, Stana D, Tudosescu, et al. Dry Eye Disease After

LASIK. Journal of medicine and life. 2011

9. Hammond S, Puri A, Ambati B. Quality of vision and patient satisfaction

after LASIK. Current Opinion in Ophthalmology. 2004;15(4):328-332.

10. Jin GJC, Lyle A. Laser In situ keratomileusis for primary hyperopia. In : J

Cataract Refractive Surgery. 2005 ;31 :776-784.

11. Helgesen A, Hjortdal J, Ehlers N. Pupil size and night vision disturbances

after LASIK for myopia. Acta Ophthalmologica Scandinavica.

2004;82(4):454-460

12. Epstein D. LASIK Outcomes ln Myopia and Hyperopia. Smolin And

Thoft's The Comea. 4th Ed. Lippincott Williams & Wilkins, 2005; 1229-

1231.

18