lapsus revisi 1.pdf

Embed Size (px)

Citation preview

  • 8/18/2019 lapsus revisi 1.pdf

    1/26

    LAPORAN KASUS

    KETUBAN PECAH DINI

    Oleh:

    Ni Kadek Ari Puji Astiti (1202006005)

    Petrus Grasius Agung (1202006053)

    Pembimbing:

    dr. Ida Bagus Made Sukadana, SpOG

    DALAM RANGKA MENGIKUTI KEPANITERAAN KLINIK MADYA

    BAGIAN/SMF OBSTETRI DAN GINEKOLOGI

    FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS UDAYANA

    RSUD KABUPATEN KLUNGKUNG

    MARET 2016

  • 8/18/2019 lapsus revisi 1.pdf

    2/26

    KATA PENGANTAR 

    Puji syukur penulis panjatkan kehadapan Tuhan Yang Maha Esa / Ida Sang Hyang Widhi

    Wasa, karena berkat rahmat-Nya tinjauan pustaka yang berjudul ”KETUBAN PECAH

    DINI” dapat terselesaikan tepat pada waktunya. Tinjauan pustaka ini disusun dalam rangka

    menjalani jejaring kepaniteraan klinik madya di Bagian/SMF Ilmu Obstetri Ginekologi

    RSUD Kabupaten Klungkung/ FK UNUD.

    Dalam penyusunan tinjauan pustaka ini, berbagai bantuan, petunjuk serta saran dan

    masukan penulis dapatkan dari banyak pihak. Untuk itu, dalam kesempatan ini penulis

    mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

    1. dr. Ida Bagus Made Sukadana, Sp.OG yang telah membimbing dan memberikan

     pengarahan dalam penyusunan tinjauan pustaka ini.

    2. dr. I Gede Sudiarta, Sp.OG atas bimbingan dan ilmu yang diberikan kepada kami.

    3. dr. Ayu Novi Martha, Sp.OG atas bimbingan dan pengajaranya kepada kami.

    4. Ibu-ibu bidan senior yang telah memberi kesempatan waktu untuk membantu penyelesaian

    tinjauan pustaka ini.

    5. Semua pihak yang turut mendukung baik secara moral maupun material, yang tidak dapatdisebutkan satu persatu.

    Penulis menyadari bahwa tinjauan pustaka ini masih jauh dari sempurna. Oleh

    karenanya, kritik dan saran yang bersifat membangun sangat penulis harapkan. Akhir kata,

    semoga tinjauan pustaka ini dapat memberikan manfaat bagi perkembangan dunia pendidikan

    dan kesehatan.

    Denpasar, Maret 2016

    Penulis

  • 8/18/2019 lapsus revisi 1.pdf

    3/26

    DAFTAR ISI

    Halaman

    HALAMAN JUDUL ..........................................................................................i

    KATA PENGANTAR ........................................................................................ii

    DAFTAR ISI........................................................................................................iii

    BAB I PENDAHULUAN ................................................................................1

    BAB II TINJAUAN PUSTAKA .......................................................................2

    2.1 Definisi............................................................................................2

    2.1.1. Struktur selaput ketuban .........................................................3

    2.2 Epidemiologi...................................................................................4

    2.3 Etiologi............................................................................................4

    2.4 Patogenesis......................................................................................6

    2.5 Diagnosis.........................................................................................8

    2.6 Komplikasi......................................................................................8

    2.7 Penatalaksanaan ..............................................................................9

    BAB III LAPORAN KASUS .............................................................................113.1 Identitas...........................................................................................11

    3.2 Anamnesa........................................................................................12

    3.3 Pemeriksaan Fisik ...........................................................................12

    3.4 Pemeriksaan Penunjang ..................................................................14

    3.5 Diagnosa .........................................................................................14

    3.6 Penatalaksanaan ..............................................................................14

    3.7 Perjalanan Penyakit.........................................................................15

    BAB IV PEMBAHASAN...................................................................................19

    4.1 Masalah Diagnosis ..........................................................................19

    4.2 Masalah Penatalaksanaan................................................................20

    4.3 Masalah Prognosis ..........................................................................21

    BAB V RINGKASAN........................................................................................22

    DAFTAR PUSTAKA

  • 8/18/2019 lapsus revisi 1.pdf

    4/26

    1

    BAB 1

    PENDAHULUAN

    Ketuban pecah dini (KPD) adalah pecahnya selaput ketuban secara spontan, dan

    diikuti satu jam kemudian belum menunjukkan tanda-tanda persalinan/inpartu seperti

    kontraksi uterus teratur dan nyeri yang menyebabkan terjadinya effacement  atau

    dilatasi serviks. KPD bisa terjadi pada kehamilan aterm maupun preterm.1,2

    Ketuban pecah dini terjadi pada 5-10 % kehamilan, pada kehamilan aterm 8-

    10% wanita hamil mengalami ketuban pecah dini dan 30-40% KPD terjadi pada

    kehamilan preterm. KPD aterm , sebanyak 70% memulai persalinan dalam 24 jam,

    95% dalam 72 jam. Sedangkan KPD preterm, periode laten sejak pecahnya ketuban

    hingga persalinan berbanding terbalik dengan bertambahnya usia kehamilan.

    Misalnya KPD pada umur kehamilan 20-26 minggu, rerata periode laten 12 hari,

    sedangkan pada 32-34 minggu hanya 4 hari.1

    Ketuban pecah dini ini merupakan suatu komplikasi yang sering terjadi pada

    kehamilan preterm dan dapat mengancam terjadinya persalinan prematur. Hal ini

    meningkatkan kemungkinan untuk memiliki resiko infeksi intrauteri bila interval

    pecah ketuban dengan persalinan terlalu lama. Etiologi KPD masih belum jelas,

    namun berdasarkan penelitian didapatkan beberapa faktor yang berperan dalam

    terjadinya KPD salah satunya adalah melemahnya selaput ketuban. Kondisi patologis

    ini menyebabkan KPD preterm. Salah satu penyakit yang disebabkan oleh KPD

    adalah asfiksia neonatorum. Keadaan ini disebabkan oleh hipoksia yang terjadi

    karena gangguan pertukaran transport oksigen dari ibu ke janin. Sehingga terjadi

    gangguan ketersediaan oksigen dan gangguan dalam mengeluarkan karbondioksida.KPD diduga bisa berulang pada kehamilan berikutnya dan dikaitkan dengann

    meningkatnya morbiditas pada ibu dan janin.1

    Mengingat cukup tingginya angka kejadian KPD maka perlu adanya

    pemahaman anatomi dan struktur membrane amnion, pathogenesis, cara

    mendiagnosis serta tatalaksana ketuban pecah dini guna menurunkan kejadian

    persalinan premature dan infeksi..1,5

  • 8/18/2019 lapsus revisi 1.pdf

    5/26

    2

    BAB 2

    TINJAUAN PUSTAKA

    2.1 Definisi

    Ketuban pecah dini adalah pecahnya selaput ketuban secara spontan pada saat

    belum inpartu, bila diikuti satu jam kemudian tidak timbul tanda-tanda awal

    persalinan. Ketuban pecah dini umumnya terjadi pada usia kehamilan 37 minggu

    sebelum dimulainya proses persalinan. Ketuban pecah dini preterm adalah pecahnya

    ketuban sebelum usia kehamilan 37 minggu. Dalam keadaan normal, selaput ketuban

    pecah saat proses persalinan. Apabila pecahnya ketuban melebihi 24 jam dan belum

    terdapat tanda-tanda persalinan maka dikatakan bahwa KPD memanjang. Warna air

    ketuban umumnya jernih, namun terkadang ketika persalinan warna air ketuban ini

    menjadi menjadi kehijau-hijauan karena tercampur mekonium (kotoran pertama yang

    dikeluarkan bayi dan yang mengandung empedu). Berat jenis likuor menurun dengan

    tuanya kehamilan (1,0251,010).

    Membran yang mengelilingi kavum amniotik terdiri dari amnion dan korion.

    Lapisan ini mengandung berbagai tipe sel termasuk sel epitel, sel mesenim, dan sel

    trofoblas, tertanam dalam matriks kolagen. Didalam ruang yang diliputi oleh selaput

     janin yang terdiri dari lapisan amnion dan korion terdapat likuor amnii (= air

    ketuban). Volume likuor amnii pada hamil cukup bulan 1000-1500 ml; warna putih,

    agak keruh, serta mempunyai bau yang khas, agak amis dan manis. Cairan ini dengan

    berat jenis 1,008, terdiri atas 98% air. Sisanya terdiri atas garam anorganik serta

    bahan organik dan bila diteliti benar, terdapat rambut lanugo (= rambut halus berasal

    dari bayi), sel-sel epitel, dan verniks kaseosa (= lemak yang meliputi kulit bayi).

    Protein ditemukan rata-rata 2,6% g per liter, sebagian besar sebagai albumin. airketuban mempunyai fungsi melindungi janin terhadap trauma dari luar,

    memungkinkan janin bergerak dengan bebas, melindungi suhu tubuh janin,

    meratakan tekanan di dalam uterus pada partus, sehingga serviks membuka; dan

    mempengaruhi keadaan di dalam vagina, sehingga bayi kurang mengalami

    infeksi.2,3,4

  • 8/18/2019 lapsus revisi 1.pdf

    6/26

    3

    2.1.1. Struktur selaput ketuban

    Selaput ketuban terdiri atas lima lapisan yang tidak mengandung

    pembuluh darah, saraf. Sehingga nutrisi yang dibutuhkan dipenuhi oleh cairan

    amnion. Lapisan yang terdekat dengan janin adalah epitel amnion. Sel ini

    mensekresikan kolagen tipe III dan IV dan glikoprotein non kolagen (laminin,

    lidonektin, dan fibronektin) yang membentuk membrane basal, lapisan

    selanjutnya dari amnion. Lapisan padat jaringan ikat yang dekat dengan

    membran basal membentuk kerangka fibrosa utama amnion. Sel mesenkim

    mensekresikan kolagen pada lapisan padat tersebut. Kolagen interstitial tipe I

    dan III predominan dan membentuk ikatan parallel yang mempertahankan

    integritas mekanik amnion. Kolagen tipe V dan VI membentuk penghubung

    filamentosa antara kolagen interstitial dan membrane epitel. Lapisan fibroblas,

    lapisan ini paling tebal dan mengandung sel-sel mesenkim dan makrofag.

    Kolagen pada lapisan ini membentuk jaringan longgar. Lapisan intermediate

    berada antara amnion dan korion. Lapisan ini menyerap tekanan fisik dengan

    menyebabkan amnion bergeser di korion yang melekat kuat pada desidua

    maternal.7,8

    Gambar 2.1. Struktur selaput ketuban aterm7

  • 8/18/2019 lapsus revisi 1.pdf

    7/26

    4

    2.2 Epidemiologi

    Ketuban pecah dini terjadi pada 5-10 % kehamilan, dan 3% terjadi pada

    kehamilan preterm serta 8-10% pada kehamilan aterm.1

    2.3 Etiologi

    Ketuban pecah dini bisa disebabkan oleh banyak faktor seperti infeksi, faktor selaput

    ketuban, hormon, faktor umur dan paritas, kehamilan kembar,faktor tingkat sosio-

    ekonomi (pendapatan), dan faktor-faktor lain.2,3,4

    1 Infeksi

    Data epidemiologi menunjukan adanya hubungan antara kolonosasi bakteri

    pada traktus genitalia oleh sterptokokus group B, clamidia trachomatis,

    neisseria gonorrhoeae, dan mikroorganisme yang menyebabkan vaginal

    vaginosis (vaginal anaerob, gardnerella vaginalis, mobiluncus species, dan

    micoplasma genetalia) dengan meningkatnya kejadian KPD. Demikian juga

    pada banyak penelitian menyatakan pengobatan infeksi pada wanita dengan

    antibiotika dapat menurunkan kejadian KPD

    Peranan infeksi dalam menimbulkan KPD dapat melalui beberapa

    mekanisme:

    1. Flora vagina, termasuk streptokokus group B, staphylokokus aureus,

    trichomonas vaginalis, dan mikroorganisme yang menyebabkan bakterial

    vaginosis, mensekresi protease yang menyebabkan degradasi kolagen

    dan melemahkan selaput ketuban.

    2. Respon inflamasi tubuh terhadap infeksi traktus genetalia berupa

    pelepasan PNM dan macrophage yang dibawa ketempat infeksi dan

    memproduksi cytokin, matrik metaloproteinase, dan prostaglandin.

    Inflamasi cytokin, meliputi IL-1 dan TNF , merupakan produk dari

    monocyt, cytokin ini meningkatkan MMP-1 dan MMP-3 pada tingkat

    transkripsi dan post-transkipsi pada sel korion.

    3. Infeksi bakteri dan respon inflamasi tubuh menyebabkan terjadinya

    iritabilitas uterus dan degradasi kolagen selaput amnion. Strain tertentu

    dari bakteri menghasilkan phospolipase A2, yang dapat merangsang

    pelepasan prekursor prostaglandin yaitu asam aracidonat kedalam cairan

  • 8/18/2019 lapsus revisi 1.pdf

    8/26

    5

    amnion. Respon immun terhadap infeksi berupa pembentukan cytokin

    yang meningkatkan pembentukan prostaglandin E2 oleh sel amnion.

    Prostaglandin E2 merangsang cyclooxygenase II, yang dapat mengubah

    asam aracidonat menjadi prostaglandin. Prostaglandin E2 mengurangi

    sintesis kolagen dan meningkatkan ekspresi MMP-1 dan MMP-3.

    4. Infeksi memicu pembentukan glukokortikoid yang akan merangsang

    pembentukan prostaglandin. Demikian juga dexametason menekan

    sintesis fibronektin dan kolagen tipe III pada kultur membran amnion.

    Penemuan ini menunjukan bahwa pembentukan glukokortikoid dalam

    respon terhadap infeksi menyebabkan ruptur membran amnion.

    2 Faktor selaput ketuban

    Sindroma Ehlers-Danlos merupakan suatu keadaan dimana terjadi gangguan

    pada jaringan ikat oleh karena defek pada sintesa dan struktur kolagen dengan

    gejala berupa hiperelastisitas pada kulit dan sendi, termasuk pada selaput

    ketuban yang komponen utamanya adalah kolagen. Hiperelastisitas ini

    menyebabkan peregangan uterus yang berlebihan atau terjadi peningkatan

    tekanan yang mendadak di dalam kavum amnion sehingga terjadi KPD, di

    samping juga ada kelainan selaput ketuban itu sendiri.

    3 Hormon

    Progesteron dan estradiol menekan remodeling matrik ekstraseluler pada

     jaringan reproduksi. Hormon tersebut menekan konsentrasi MMP-1 dan

    MMP-3 sehingga konsentrasi metaloproteinase tissue inhibitor pada fibroblas

    serviks meningkat. Tingginya konsentrasi progesteron menekan produksi

    kolagenase pada jaringan fibroblas serviks.

    4 Faktor umur dan paritas

    Semakin tinggi paritas ibu akan makin mudah terjadi infeksi cairan amnion

    akibat rusaknya struktur serviks akibat persalinan sebelumnya.

    5 Kehamilan kembar

    Pada kehamilan kembar terjadi distensi uterus yang berlebihan sehingga

    menimbulkan rahim menjadi tegang. Isi rahim yang lebih besar dan selaput

  • 8/18/2019 lapsus revisi 1.pdf

    9/26

    6

    ketuban yang relatif kecil sedangkan dibagian bawah tidak ada yang menahan

    sehingga mengakibatkan selaput ketuban pecah.

    6 Faktor tingkat sosio-ekonomi (pendapatan)

    Pendapatan merupakan salah satu faktor penentu kualitas dan kuantitas

    kesehatan suatu keluarga. Pendapatan yang rendah, status gizi yang kurang

    akan meningkatkan insiden ketuban pecah dini, lebih-lebih disertai dengan

     jumlah persalinan yang banyak, serta jarak kelahiran yang dekat.

    7 Faktor-faktor lain

    Inkompetensi serviks atau serviks yang terbuka adalah kelainan pada otot-

    otot leher rahim yang terlalu lunak dan lemah. Sehingga ketika mendapatkan

    desakan janin yang semakin besar lama-kelamaan serviks akan membuka dan

    menyebabkan pecahnya selaput ketuban lebih awal karena mendapat tekanan

    yang langsung dari kavum uteri.

    Beberapa prosedur pemeriksaan, seperti amniosintesis dapat meningkatkan

    risiko terjadinya ketuban pecah dini. Pada perokok secara tidak langsung

    dapat menyebabkan ketuban pecah dini terutama pada kehamilan prematur.

    Keadaan ini berhubungan dengan kandungan kadmium dalam tembakau yang

    meningkatkan pemecahan tembaga, sehingga meningkatkan insiden kejadian

    ketuban pecah dini.

    2.4 Patogenesis

    Ketika persalinan ketubah pecah akibat melemahnya selaput ketuban karena

    kontraksi uterus dan peregangan yang berulang yang dipengaruhi oleh

    keseimbangan antara sintesis dan degradasi komponen matriks ekstraseluler pada

    selaput ketuban. Pada ketuban pecah dini terjadi perubahan-perubahan seperti

    penurunan jumlah jaringan kolagen dan terganggunya struktur kolagen, serta

    peningkatan aktivitas kolagenolitik. Degradasi kolagen tersebut terutama disebabkan

    oleh matriks metaloproteinase (MMP). MMP merupakan suatu grup enzim yang

    dapat memecah komponen-komponen matriks ektraseluler seperti kolagen,

    glikoprotein, dan proteoglikan. Enzim tersebut diproduksi dalam selaput ketuban.

    MMP diklasifikasikan berdasarkan substratnya, MMP-1 dan MMP-8 berperan pada

    pembelahan kolagen tipe I, II,III. MMP-2 dan MMP-9 termasuk gelatinase yang juga

  • 8/18/2019 lapsus revisi 1.pdf

    10/26

    7

    memecah kolagen tipe IV dan V (kolagen denaturasi). MMP-3, MMP-7, dan MMP-

    10 mendegradasi proteoglikan, fibronektin, dan komponen stromal lain. Pada selaput

    ketuban juga diproduksi penghambat metaloproteinase /  tissue inhibitor 

    metalloproteinase (TIMP). TIMP-1 menghambat aktivitas MMP-1, MMP-8, MMP-9

    dan TIMP-2 menghambat aktivitas MMP-2. TIMP-3 dan TIMP-4 mempunyai

    aktivitas yang sama dengan TIMP-1.

    Keutuhan dari selaput ketuban tetap terjaga selama masa kehamilan oleh

    karena aktivitas MMP yang rendah dan konsentrasi TIMP yang relatif lebih tinggi.

    Saat mendekati persalinan keseimbangan tersebut akan bergeser, yaitu didapatkan

    kadar MMP yang meningkat dan penurunan yang tajam dari TIMP yang akan

    menyebabkan terjadinya degradasi matriks ektraseluler selaput ketuban.

    Ketidakseimbangan kedua enzim tersebut dapat menyebabkan degradasi patologis

    pada selaput ketuban. Aktivitas kolagenase diketahui meningkat pada kehamilan

    aterm dengan ketuban pecah dini. Sedangkan pada preterm didapatkan kadar

    protease yang meningkat terutama MMP-9 serta kadar TIMP-1 yang rendah.

    Infeksi traktus genitalia dapat mempercepat pecahnya ketuban. Data

    epidemiologi menunjukkan adanya hubungan antara kolonisasi traktus genitalia oleh

    streptokokus grup B, Stafilokokus aureus, dan Trikomonas vaginalis mensekresi

    protease yang akan menyebabkan terjadinya degradasi membran dan akhirnya

    melemahkan selaput ketuban. Respon terhadap infeksi berupa reaksi inflamasi akan

    merangsang produksi sitokin, MMP, dan prostaglandin oleh netrofil PMN dan

    makrofag. Interleukin-1 dan tumor nekrosis faktor α yang diproduksi oleh monosit

    akan meningkatkan aktivitas MMP-1 dan MMP-3 pada sel korion.

    Progesteron dan estradiol menekan proses remodeling matriks ekstraseluler

    pada jaringan reproduktif. Kedua hormon ini dapat menurunkan konsentrasi MMP-1dan MMP-3 serta meningkatkan konsentrasi TIMP pada fibroblas serviks dari kelinci

    percobaan. Tingginya konsentrasi progesteron akan menyebabkan penurunan

    produksi kolagenase pada babi walaupun kadar yang lebih rendah dapat

    menstimulasi produksi kolagen. Ada juga protein hormon relaxin yang berfungsi

    mengatur pembentukan jaringan ikat diproduksi secara lokal oleh sel desidua dan

    plasenta. Hormon ini mempunyai aktivitas yang berlawanan dengan efek inhibisi

    oleh progesteron dan estradiol dengan meningkatkan aktivitas MMP-3 dan MMP-9

  • 8/18/2019 lapsus revisi 1.pdf

    11/26

    8

    dalam membran janin. Aktivitas hormon ini meningkat sebelum persalinan pada

    selaput ketuban manusia saat aterm. Peran hormon-hormon tersebut dalam

    patogenesis pecahnya selaput ketuban belum dapat sepenuhnya dijelaskan.

    Peregangan secara mekanis akan merangsang beberapa faktor di selaput

    ketuban seperti prostaglandin E2 dan interleukin-8. Selain itu peregangan juga

    merangsang aktivitas MMP-1 pada membran. Interleukin-8 yang diproduksi dari sel

    amnion dan korionik bersifat kemotaktik terhadap neutrofil dan merangsang aktifitas

    kolegenase. Hal-hal tersebut akan menyebabkan terganggunya keseimbangan proses

    sintesis dan degradasi matriks ektraseluler yang akhirnya menyebabkan pecahnya

    selaput ketuban.4,7,8

    2.5 Diagnosis

    Diagnosis dapat ditegakkan melalui beberapa tahap sebagai berikut2,3

    :

    a. Menentukan pecahnya selaput ketuban dengan adanya cairan ketuban

    di vagina

    b. Memeriksa adanya cairan yang berisi mekonium,vernik kaseosa,

    rambut lanugo, dan kadang-kadang bau kalo ada infeksi

    c. Dari pemeriksaan inspekulo terlihat keluar cairan ketuban dari cairan

    servikalis

    d. Tes nitrazin/lakmus, kertas lakmus berubah menadi biru (basa) bila

    ketuban sudah pecah

    e. Pemeriksaan penunjang dengan menggunakan USG untuk membantu

    menentukan usia kehamilan, letak janin, berat janin, letak plasenta

    serta jumlah air ketuban. Pemeriksaan air ketuban dengan tes leukosit

    esterase, bila leukosit darah lebih dari 15.000/mm3, menunjukkan

    kemungkinan adanya infeksi

    2.6 Komplikasi2,3

    1. Infeksi intrauterin

    2. Tali pusat menumbung

    3. Kelahiran prematur

    4. Amniotic Band Syndrome

  • 8/18/2019 lapsus revisi 1.pdf

    12/26

    9

    2.7 Penatalaksanaan

    Pertimbangan dalam penatalaksanaan KPD adalah usia kehamilan, adanya infeksi

    dan komplikasi pada ibu dan janin, adanya tanda-tanda inpartu. Pada pasien

    dengan KPD penatalaksanaan dibedakan antara kehamilan preterm dan

    kehamilan aterm. Menurut protap Rumah Sakit Sanglah penatalaksanaan KPD

    adalah sebagai berikut5

    :

    A. KPD dengan kehamilan aterm

    1) Diberikan antibiotika profilaksis, ampisilin 4 x 500 mg selama 7

    hari

    2) Dilakukan pemeriksaan admission test bila hasilnya patologis

    dilakukan terminasi kehamilan

    3) Observasi temperatur rektal setiap 3 jam, bila ada kecendrungan

    meningkat lebih atau sama dengan 37,6 derajat celcius. Segera

    dilakukan terminasi

    4) Bila temperatur rektal tidak meningkat, dilakukan observasi selama

    12 jam. Setelah 12 jam bila belum ada tanda-tanda inpartudilakukan

    terminasi

    5) Batasi pemeriksaan dalam, dilakukan hanya berdasarkan indikasi

    obstetrik 

    6) Bila dilakukan terminasi, lakukan evaluasi PS:

      a Bila PS lebih atau sama dengan 5, dilakukan induksi

    dengan oksitosin drip

    b. Bila Ps kurang dari 5, dilakukan pematangan servik 

     

    B. KPD dengan kehamilan preterm1) Penanganan dirawat di RS

    2) Diberikan antibiotika: Ampisilin 4 x 500 mg selama 7 hari

    3) Untuk merangsang maturasi paru diberikan kortikosteroid (untuk 

    UK kurang dari 35 minggu) : deksametason 12 mg /hari

    4) Observasi di kamar bersalin

    a. Tirah baring selama 24 jam, selanjutnya dirawat di ruang

    obstetri

  • 8/18/2019 lapsus revisi 1.pdf

    13/26

    10

    b.  Dilakukan obsrvasi temperatur rektal tiap 3 jam, bila ada

    kecendrungan terjadi peningkatan lebih atau sama dengan

    37,6 derajat celcius segera dilakukan terminasi

    5) Di ruang obstetri

    a  Temperatur rektal diperiksa setiap 6 jam

    b  Dikerjakan pemeriksaan laboratorium : leukosit dan laju

    endap darah (LED) setiap 3 jam

    6) Tata cara perawatan konservatif 

    a  Dilakukan sampai janin viable

    b  Selama perawatan konservatif, tidak dianjurkan melakukan

    pemeriksaan dalam

    c  Dalam observasi selama 1 minggu, dilakukan pemeriksaan

    USG untuk menilai air ketuban

    Bila air ketuban cukup, kehamilan diteruskan

    Bila air ketuban kurang (oligohidramnion),

    dipertiimbangkan untuk terminasi kehamilan

    d  Pada perawatan konservatif, pasien dipulangkan hari ke-7

    dengan saran sebagai berikut:

    Tidak boleh koitus

    Tidak boleh melakukan manipulasi vagina

    Segera kembali ke RS bila ada keluar air lagi

    Terminasi kehamilan :

    1) Induksi Persalinan dengan drip oksitosin

    2) Seksio sesaria bila prasyarat drip oksitosin tidak terpenuhi atau bila drip

    oksitosin gagal.

    3) Bila skor pelvik jelek, dilakukan pematangan dan induksi persalinan

    dengan misoprostol 50 mcg oral tiap 6 jam, maksimal 4 kali pemberian.

  • 8/18/2019 lapsus revisi 1.pdf

    14/26

    11

    BAB 3

    LAPORAN KASUS

    3.1 Identitas

     Nama : NKF

    Usia : 31 tahun

    Alamat : Br. Temukus, Ds Besakih,Kec Rendang

    Pendidikan : Tidak Sekolah

    Pekerjaan : Petani

    Agama : Hindu

    Suku : Bali

    MRS : 17 Maret 2016

    Tanggal Pemeriksaan : 17 Maret 2016

    3.2 Anamnesa

    Keluhan Utama

    Keluar air pervaginam

    Riwayat Penyakit Sekarang

    Pasien mengeluh keluar air dari jalan lahir sejak pukul 19.00 wita (17/3/16).

    Pasien tidak merasakan adanya rasa sakit pada perutnya, tidak terdapat lendir 

     bercampur darah, tidak terdapat demam dan gerak anak dirasakan masih baik.

    Riwayat Menstruasi

    • Menarche umur ± 14 tahun, siklus tidak teratur , lamanya 4 -5 hari tiap

    kali mentruasi.

    • Hari pertama haid terakhir : 28 Mei 2015

    • Taksiran persalinan : 4 Maret 2016

    Riwayat Perkawinan

    Penderita menikah satu kali dengan suami sekarang selama 10 tahun.

  • 8/18/2019 lapsus revisi 1.pdf

    15/26

    12

    Riwayat Kehamilan

    1. Perempuan/2500 gram/aterm/RS/SC o/k fetal distress/2006

    2. Laki-laki/3200 gr/aterm/RS/p.Spont B/2008

    3. Hamil ini

    Riwayat Antenatal Care (ANC)

    Pasien kontrol sebanyak 5x di bidan selama kehamilan. Pasien tidak 

     pernah diperiksa USG selama kehamilan

    Riwayat Penggunaan Kontrasepsi

    Penderita tidak memakai KB sebelumnya.

    Riwayat Alergi

    Pasien mengatakan tidak memiliki alergi makanan dan obat.

    Riwayat Penyakit Terdahulu

    Penderita menyangkal memiliki riwayat penyakit asma, jantung, diabetes

    mellitus, dan tekanan darah tinggi.

    Riwayat Penyakit Keluarga

    Keluarga pasien tidak ada yang mengalami hal serupa dengan pasien

    ataupun memiliki riwayat penyakit asma, jantung, diabetes mellitus, dan tekanan

    darah tinggi.

    3.3 Pemeriksaan Fisik 

    Status Present

    Keadaan umum : Baik 

    Kesadaran : Composmentis

    Tekanan darah : 120/80 mmhg

     Nadi : 88 x/mntRespirasi : 20 x/mnt

    Temperatur axila : 36 ºC

    Berat badan : 70 kg

    Tinggi badan : 149 cm

    Status General

    Mata : anemia -/-, ikt -/-

  • 8/18/2019 lapsus revisi 1.pdf

    16/26

    13

    THT : kesan normal

    Cor : S1S2 tunggal reguler murmur (-)

    Pulmo : ves +/+, Rh -/-, wh -/-

    Mammae : hiperpigmentasi areola mammae, mammae tampak tegang

    Abdomen : sesuai status obstetric

    Extremitas : edema (-)

    Status Obstetri

    Pemeriksaan luar 

    Abdomen :

    Inspeksi

    Tampak perut membesar dengan striae gravidarum (livide dan striae

    albicantus)

    Tampak bekas luka SC

    Palpasi

    Pemeriksaan Leopold

    I. Tinggi fundus uteri 3 jari dibawah procesus xiphoideus (30 cm)

    Teraba bagian bulat dan lunak (kesan bokong)

    II. Teraba tahanan keras di kanan (kesan punggung) dan bagian

    kecil di kiri

    III. Teraba bagian bulat, keras (kesan kepala)

    IV. Bagian bawah belum masuk pintu atas panggul

    His (-)

    Auskultasi

    DJJ +, punctum maksimum pada abdomen bawah bagian kanan,frekuensi 142x / menit

    Pemeriksaan dalam

    Inspeksi v/v : perdarahan (-)

    Inspekulo : flx (-), fl (-)

    Po (-), livide (+), jaringan (-), tampak keluar cairan dari OUE

    VT : flx (-), fl (-), po (-),

  • 8/18/2019 lapsus revisi 1.pdf

    17/26

    14

    3.4 Pemeriksaan Penunjang

    Darah Lengkap

    WBC : 8,08. 103/µL

     NEUT : 4,88. 103/µL

    LYMPH : 2.40. 103/µL

    MONO : 0,57. 103/µL

    EO : 0.21. 103/µL

    BASO : 0.02. 103/µL

     NEUT% : 60,4%

    LYMPH% : 29,7%

    MONO% : 7,1%

    EO% : 2,6%

    BASO% : 0,2%

    RBC : 3,65. 106/µL

    HGB : 10,5 g/Dl

    HCT : 31,8%

    PLT : 137. 103/L

    BT/CT : 2’00” / 13’00”

    3.5 Diagnosa

    G3P2002, 41 minggu 6 hari, Tunggal/ Hidup + KPD + LMR 

    3.6 Penatalaksanaan

    Terapi : SC Cito

    Cefoperazone Sulbactam 2 gr 

    Monitoring: Vital sign

    DJJ

    Temperatur rectal

    KIE : Tenangkan pasien dan keluarga, jelaskan tentang diagnosis,

    rencana tindakan, serta risiko & komplikasi

  • 8/18/2019 lapsus revisi 1.pdf

    18/26

    15

    3.7 Perjalanan Penyakit

    Tgl 17 Maret 2016

    23.30 Status Present

    TD : 110/70

     N : 60 x/menit

    RR : 18 x/menit

    Temperatur rectal: 37 o C

    00.00 Status Present

    TD : 120/80

     N : 80 x/menit

    RR : 20 x/menit

    Temperatur rectal: 37,1 o C

    01.30 Dilakukan tindakan anestesi

    01.35 Operasi dimulai

    01.42 Lahir bayi, JK perempuan, BBL 3200 gr, tangis (+), plasenta lengkap

    02.05 Operasi selesai, Perdarahan kurang lebih 600 mL

    02.25 Pasien dipindahkan dari ruangan OK ke Nifas

    Tabel evaluasi 2 jam PP

    Pukul TD N RR Kontraksi Perdarahan

    02.25 110/80 78 18 + -

    02.40 110/80 80 20 + -

    02.55 120/80 80 20 + -

    03.10 110/80 85 17 + -

    03.40 120/80 82 18 + -

    04.10 120/70 75 18 + -

  • 8/18/2019 lapsus revisi 1.pdf

    19/26

    16

    Follow Up

    Tgl 18 Maret 2016

    07.00 WITA

    S : nyeri luka jahit (+), ASI (+), BAK (+), BAB (-),mobilisasi (-),Flatus (+)

    O : Status Present: T : 120/80 mmHg

     Nadi : 80 x/menit

    RR : 18 X/menit

    Temperatur : 36,6 0 C

    DC (+) urine 400 cc tertampung

    Status Obstetri

    Abdomen: tinggi fundus uteri 2 jari di bawah pusat, kontraksi baik.

    Vagina : lochia rubra (+), perdarahan aktif (-)

    Assesement : P3003 post SC H0 o/k KPD+LMR 

    Terapi : - IVFD RL 500 cc + Oxytocin 20IU ~ 30 tpm

    - Cefoperazone Sulbactam 2 x 1 gram IV

    - Alinamin F 2 x 1 amp IV

    - Vitamin C 1 x 1 amp IV

    KIE : Mobilisasi dini

    ASI Eksklusif 

    Tgl 19 Maret 2016

    07.00 WITA

    S : nyeri luka jahit (+), ASI (+), BAK (+), BAB (-), mobilisasi (+) terbatas,

    Flatus (+)

    O : Status Present: T : 120/70 mmHg Nadi : 96 x/menit

    RR : 18 X/menit

    Temperatur : 36,5 0 C

    DC (+) urine 500 cc tertampung

    Status Obstetri

    Abdomen: tinggi fundus uteri 2 jari di bawah pusat, kontraksi baik.

    Vagina : lochia rubra (+), perdarahan aktif (-)

  • 8/18/2019 lapsus revisi 1.pdf

    20/26

    17

    Assesement : P3003 post SC H1 o/k KPD+LMR 

    Terapi : -IVFD RL 500 cc ~ 28 tpm

    - Cefoperazone Sulbactam 2 x 1 gram IV

    - Alinamin F 2 x 1 amp IV

    - Vitamin C 1 x 1 amp IV

    Tgl 20 Maret 2016

    07.00 WITA

    S : nyeri luka jahit (+),mobilisasi (+) terbatas, BAK (+), Flatus (+)

    O : Status Present: T : 110/70 mmHg

     Nadi : 80 x/menit

    RR : 18 X/menit

    Temperatur : 36,5 0 C

    DC (+) urine 500 cc tertampung

    Status obstetri:

    Abdomen: tinggi fundus uteri 1 jari di bawah pusat, kontraksi baik.

    Vagina : lochia rubra (+), perdarahan aktif (-)

    Assesement : P3003 post SC H2 o/k KPD+LMR 

    Terapi : -IVFD RL 500 cc ~ 28 tpm

    - Cefoperazone Sulbactam 2 x 1 gram IV

    - Alinamin F 2 x 1 amp IV

    - Vitamin C 1 x 1 amp IV

    Tgl 21 Maret 201607.00 WITA

    S : Keluhan (-)

    O : Status Present: T : 120/70 mmHg

     Nadi : 68 x/menit

    RR : 18 X/menit

    Temperatur : 35,6 0 C

  • 8/18/2019 lapsus revisi 1.pdf

    21/26

    18

    Status obstetri:

    Abdomen: tinggi fundus uteri 1 jari di bawah pusat, kontraksi baik.

    Vagina : lochia rubra (+), perdarahan aktif (-)

    Assesement : P3003 post SC H3 o/k KPD+LMR 

    Terapi : KIE pasien personal hygiene, kurangi aktifitas berat, ASI eksklusif 

    Kontrol 1 minggu lagi

    BPL

    Amoxicilin 500 mg 3 x 1

    Asam Mefenamat 500 mg 3 x 1

    Aff DC

    Aff Infus

  • 8/18/2019 lapsus revisi 1.pdf

    22/26

    19

    BAB 4

    PEMBAHASAN

    Masalah yang dibahas pada kasus ini adalah:

    1. masalah diagnosis

    2. masalah etiologi

    3. masalah penatalaksanaan

    4. masalah prognosis

    4.1. Masalah Diagnosis

    Diagnosis ketuban pecah dini ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan

    fisik dan pemeriksaan penunjang.

    Gejala klinis ketuban pecah dini yang digunakan sebagai dasar diagnosis,

    yaitu

    1. Anamnesis

    2. Inspeksi : keluar cairan pervaginam

    3. Inspekulo : bila fundus uteri ditekan atau bagian terendah

    digoyangkan, keluar cairan dari osteum uteri internum (OUI).

    4. Pemeriksaan dalam: ada cairan dalam vagina dan selaput ketuban

    sudah pecah

    5. Pemeriksaan laboratorium

    a. Dengan lakmus, menunjukkan reaksi basa

     b. Mikroskopik, tampak lanugo atau verniks kaseosa

    (tidak selalu dikerjakan)

    Berdasarkan anamnesis didapatkan bahwa pasien datang dengan keluhan

    keluar air pervaginam sejak pukul 19.00 WITA. Gerak anak dirasakan masih

     baik. Dari anamnesis diketahui ini merupakan kehamilan yang ketiga. Dari

     pemeriksaan fisik ditemukan adanya tanda-tanda kehamilan seperti

    ditemukannya pembesaran uterus sesuai dengan umur kehamilan (tinggi

    fundus uteri 3 jari di bawah prosesus xyphoideus atau 30 cm), adanya

    hiperpigmentasi areola mammae, adanya linea gravidarum pada abdomen dan

  • 8/18/2019 lapsus revisi 1.pdf

    23/26

    20

    striae livide. Pada pemeriksaan palpasi ditemukan adanya bagian-bagian janin

    merupakan tanda pasti kehamilan.

    HPHT pasien adalah 28 Mei 2015, dan tafsiran persalinannya 4 Maret 2016).

    Pasien datang pada tanggal 17 Maret 2014, dengan demikian dapat dihitung

    umur kehamilan saat ini adalah 41 minggu 6 hari.

    Pada pemeriksaan menggunakan Doppler didapatkan DJJ 142 x/menit.

    Pada pemeriksaan dengan kertas lakmus menunjukkan pH cairan bersifat basa

     berwarna biru yang merupakan ciri air ketuban.

    Berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang

    tersebut maka pasien ini didiagnosis dengan G3P2002, 41 minggu 6 hari

    tunggal/hidup, KPD, LMR.

    4.2 Masalah Penatalaksanaan

    Pada pasien dengan KPD penatalaksanaan dibedakan antara kehamilan

     preterm dan kehamilan aterm. Menurut protap Rumah Sakit Sanglah

     penatalaksanaan KPD adalah sebagai berikut :

    KPD dengan kehamilan aterm

    1) Diberikan antibiotika profilaksis, ampisilin 4 x 500 mg selama 7

    hari

    2) Dilakukan pemeriksaan admission test bila hasilnya patologis

    dilakukan terminasi kehamilan

    3) Observasi temperatur rektal setiap 3 jam, bila ada kecendrungan

    meningkat lebih atau sama dengan 37,6 derajat celcius. Segera

    dilakukan terminasi

    4) Bila temperatur rektal tidak meningkat, dilakukan observasi selama12 jam. Setelah 12 jam bila belum ada tanda-tanda inpartu

    dilakukan terminasi

    5) Batasi pemeriksaan dalam, dilakukan hanya berdasarkan indikasi

    obstetrik 

    6) Bila dilakukan terminasi, lakukan evaluasi PS:

    Bila PS lebih atau sama dengan 5, dilakukan induksi

    dengan oksitosin drip

  • 8/18/2019 lapsus revisi 1.pdf

    24/26

    21

    Bila PS kurang dari 5, dilakukan pematangan servik 

    dengan Misoprostol 50 µg setiap 6 jam oral maksimal 4

    kali pemberian

    Pada kasus ini dimana usia kehamilan 41 minggu 6 hari, maka dikelola

    sesuai dengan KPD aterm yaitu pemberian antibiotik amoxicilin ditujukan

    sebagai profilaksis pencegahan infeksi yang dapat terjadi sebagai komplikasi

    dari KPD dan juga sebagai terapi apabila telah terjadi infeksi. Pada pasien ini

    dilakukan SC cito karena LMR (bekas SC 1x) dengan penyulit KPD.

    4.3 Masalah Prognosis

    Ketuban pecah dini dapat menimbulkan komplikasi yang bervariasi sesuai

    dengan usia kehamilan. Kurangnya pemahaman terhadap kontribusi dari

    komplikasi yang mungkin timbul dengan peningkatan morbiditas dan mortalitas

     perinatal bertanggung jawab terhadap kontroversi dalam penatalaksanaannya.

    Beberapa komplikasi yang berhubungan dengan ketuban pecah dini antara lain:

    1. Infeksi

    2. Persalinan preterm

    3. Hipoksia dan atau asfiksia sekunder oleh karena penekanan tali pusat dan

    atau disertai solusio plasenta.

    4. Oligohidramnion, menyebabkan hipoplasia paru pada neonatus

    5. Peningkatan insiden retensio plasenta, dan kejadian perdarahan postpartum

     primer ataupun sekunder.

    6. Pecahnya vasa previa dapat menyebabkan kematian janin antara 33-100%

    Melihat riwayat LMR (bekas SC 1x) dengan penyulit KPD, maka

    terminasi dilakukan melalui sectio caesaria cito. Prognosis pasien ini baik 

    dimana kondisi bayi dan ibu stabil pasca persalinan. Pada kehamilan selanjutnya

    kemungkinan terjadinya KPD tetap ada karena sangat erat berhubungan dengan

    kebersihan ibu yang dapat menyebabkan terjadinya infeksi. Resiko ini dapat

    diperkecil dengan menjaga kebersihan dengan lebih baik lagi.

  • 8/18/2019 lapsus revisi 1.pdf

    25/26

    22

    BAB 5

    RINGKASAN

    Pasien NKF, 31 tahun, Br. Temukus, Ds Besakih,Kec Rendang datang

    dengan keluhan keluar air pervaginam sejak 4,5 jam sebelum masuk rumah sakit,

    tanpa disertai sakit perut. Dari anamnesis didapatkan ini merupakan kehamilan

     pertama dengan usia kehamilan 41 minggu 6 hari, keadaan janin baik tunggal

    hidup aterm. Dari pemeriksaan lakmus tes (+). Pasien didiagnosis dengan

    G3P2002 41 minggu 6 hari, tunggal hidup, KPD, LMR.

    Melihat usia kehamilan dan riwayat LMR, pengelolaan dilakukan sectio

    caesaria cito karena LMR (bekas SC 1x) dengan penyulit KPD. Pada pukul 01.42

    lahir bayi perempuan berat 3200 gram, panjang badan lahir 50 cm dengan apgar 

    skor 7-8.

    Penyebab ketuban pecah dini pada kasus ini masih belum diketahui,

    karena dari pemeriksaan yang dilakukan masih belum cukup untuk mengetahui

    etiologinya. Dari follow up, keadaan pasien semakin membaik, sehingga pasien

    dipulangkan pada hari ketiga post sectio caesaria. Saat pasien pulang diberikan

    KIE untuk kontrol poli 7 hari kemudian atau terdapat keluhan lain. Pasien juga

    diberikan penjelasan mengenai mobilisasi dini, ASI eksklusif dan KB.

  • 8/18/2019 lapsus revisi 1.pdf

    26/26

    DAFTAR PUSTAKA

    1 Premature rupture of membranes. ACOG Technical Bulletin. No.

    115.April 1988. (Washington, DC: American college of Obstetricians and

    Gynecologist.2 Soewarto, S. 2009. Ketuban Pecah Dini. Dalam: Winkjosastro H.,

    Saifuddin A.B., dan Rachimhadhi T. (Editor).  Ilmu Kebidanan. Jakarta:

    Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. Hal. 677-680.

    3 Gde Manuaba, I.B. Ketuban Pecah Dini (KPD). Ilmu Kebidanan, Penyakit

    Kandungan & Keluarga Berencana. Jakarta: EGC; 2001. Hal:229-232

    4 Saifudin A.B. 2006. Ketuban Pecah Dini. Buku Acuan Nasional Pelayanan

    Maternal dan Neonatal. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono

    Prawirohardjo. Hal: 218-220

    5 Bagian/SMF Obstetri dan Ginekologi FK Unud/RS SanglahDenpasar.2004.Prosedur Tetap Bagian/SMF Obstetri dan Ginekologi FK

    Unud/RS Sanglah Denpasar.Denpasar: RS Sanglah

    6 Durfee RB, Pernoll ML, Premature rupture of the membranes In: Current

    obsetrics & gyecologic diagnosis & treatment, Pernoll ML, ed, Lange

    Medical Publications, New Jersey; 1991; 332-334

    7 Cassey ML, MacDonald PC. Interstitial collagen synthesis and processing

    human amnion: a property of the mesenchymal cells.Biol Reprod 1996;

    55:1253-60

    8 Mamede AC, Carvalho MJ, Abrantes AM, Laranjo M, Maia CJ, Motelho,

    MF. Amniotic membranes: from structure and functions to clinical

    application. Cell Tissie res. 2012 Aug; 349(2): 447-58