Lapsus Katarak Rs Gambiran

Embed Size (px)

DESCRIPTION

ahaja

Citation preview

RINGKASAN AWAL

Seorang wanita, 56 tahun, mengeluh mata kanan dan kiri kabur, terasa kabur sejak satu tahun yang lalu, semakin hari semakin kabur. Kabur untuk melihat jauh. Terasa silau terutama pada siang hari. Kadang kadang nrocoh. Keluhan berkurang apabila malam hari. Pasien menyangkal memiliki riwayat diabetes melitus dan hipertensi, namun pada pemeriksaan tekanan darah, 140/90 mm Hg. pada pemeriksaan didapatkan VOD : 6/60, VOS : 6/60. Lensa OD/OS: keruh/keruh . Iris shadow OD/OS : +/+, fundus reflek OD/OS : +/+. Diagnosis: Katarak immatur ODS. Usulan pemeriksaan: Slit lamp. Rencana terapi: ICCE/ECCE/PhacoemulsificationDAFTAR ISI

RINGKASAN AWAL

1

DAFTAR ISI

2BAB I PENDAHULUAN

3BAB II TINJAUAN KASUS

4BAB III TINJAUAN PUSTAKA

9

3.1. Definisi Katarak

9

3.2. Anatomi

10

3.3 Faktor Resiko Katarak

11

3.4 Gejala Klinis

11

3.5. Morfologi dan Klasifikasi Katarak

14

3.6 Pemeriksaan Fisik

18

3.7 Penatalaksanaan

20

3.7 Komplikasi

21

3.8 Prognosis

30

BAB 1V PEMBAHASAN

28

DAFTAR PUSTAKA

30

BAB I

PENDAHULUAN Katarak adalah kekeruhan lensa yang mengarah kepada penurunan ketajaman visual dan/atau cacat fungsional yang dirasakan oleh pasien1,2. Katarak memiliki derajat kepadatan yang sangat bervariasi dan dapat disebabkan oleh berbagai hal, biasanya akibat proses degenatif2.

Sekitar 16 juta orang di seluruh dunia terkena efek dari katarak, dengan teknik bedah modern menghasilkan 100.000-200.000 kebutaan mata irreversible. Data yang dipublikasikan menunjukkan bahwa 1,2% seluruh populasi afrika buta, dengan penyebab katarak 36% dari seluruh kebutaan ini. Pada suatu survey yang dilakukan di 3 distrik di dataran Punjab, jumlah seluruh insiden katarak senilis sekitar 15,3% dari 1269 orang yang diperiksa (3).

Lensa katarak memiliki ciri berupa edema lensa, perubahan protein, perubahan proliferasi dan kerusakan kontinuitas serat serat lensa. Secara umum udema lensa bervariasi sesuai stadium perkembangan katarak. Katarak imatur (insupien) hanya sedikit opak. Katarak matur yang keruh total mengalami sedikit edema. Apabila kandungan air maksimum dan kapsul meregang, katarak disebut mengalami intumesensi (membengkak). Pada katarak hipermatur relative mengalami dehidrasi dan kapsul mengkerut akibat air keluar dari lensa dan meninggalkan kekeruhan (2).

Meskipun katarak dapat diklasifikasikan dengan berbagai metode, ini Pedoman mengklasifikasikan katarak senilis berdasarkan lokasi dalam tiga zona lensa: kapsul, korteks, atau nukleus. Mekanisme pembentukan katarak sangat multifaktorial, karenanya, sulit untuk dipelajari. Oksidasi lipid membran, struktural atau enzimatik protein, atau DNA oleh peroksida atau radikal bebas yang disebabkan oleh sinar UV merupakan hal awal terjadinya kejadian yang mengakibatkan hilangnya transparansi baik di nukleus dan jaringan korteks pada lensa. Pada katarak kortikal, elektrolit menyebabkan overhidrasi lensa, menyebabkan pencairan dari lensa. Secara Klinis, pembentukan katarak cortical dimanifestasikan oleh pembentukan vakuola, celah, atau lamelar yang dapat dilihat dengan slitlamp. Kerukakan nukleus pada katarak biasanya terjadi sekunder akibat denaturasi protein akibat proses oksidasi oksidasi, proteolitik, dan glikasi. Agregat Protein menyebabkan berat molekul protein lebih tinggi. Peningkatan densitas optic ini dapat menyebabkan pergeseran myopia indeks sehingga menghasilkan kesalahan bias. Selain itu, daerah pusat lensa menjadi keruh, tampilan kekuningan sampai terlihat pada bagian optik dengan slitlamp (1).

Katarak hanya dapat diatasi melalui prosedur operasi. Akan tetapi jika gejala katarak tidak mengganggu, tindakan operasi tidak diperlukan. Kadang kala cukup dengan mengganti kacamata. Hingga saat ini belum ada obat-obatan, makanan, atau kegiatan olah raga yang dapat menghindari atau menyembuhkan seseorang dari gangguan katarak. Penelitian meununjukan, penggunaan Aldose reductase inhibitors, yang dipercaya dapat menghambat konversi glukosa mejadi sorbitol menujukkan hasil yang memuaskan. Obat-obatan lain yang sedang diteliti yaitu sorbitol-lowering agents, aspirin, glutathione-raising agents, dan anti oksidan ,vitamin C dan E4 (2). BAB II

TINJAUAN KASUS

I. IDENTITAS

Nama

: Ny. KhikmahJenis Kelamin: Perempuan

Usia

: 56 tahun Alamat

: Balungwerti, Kediri

Agama

: Islam

Pekerjaan : IRT

Status

: Sudah Menikah

II. ANAMNESIS

Hari/Tanggal

: Rabu, 26 Maret 2014Keluhan Utama: Kabur mata kanan dan kiriRiwayat Penyakit Sekarang:

Pasien mengeluh mata dan kirinya terasa kabur sejak 1 tahun yang lalu, semakin lama semakin kabur. Hal ini membuat pasien kesulitan melihat benda pada jarak jauh. Selain itu, pasien mengeluh silau saat siang hari atau saat melakukan aktivitas di tempat yang terang, keluhan berkurang saat malam hari atau saat kondisi ruangan gelap. Riwayat Penyakit Dahulu :Sebelumnya pasien pernah didiagnosis katarak dan menggunakan kacamata sebelumnya.Riwayat Penyakit Keluarga :

Riwayat penyakit seperti ini, kencing manis, darah tinggi, dan pemakaian kacamata dalam keluarga disangkal. Tidak ada anggota keluarga yang menderita katarak. Suami merokok.Riwayat Terapi

Penggunaan jangka panjang obat-obatan kortikosteroid, fenothiazid, miotik, amiodarone, jamu disangkal.

Riwayat trauma

Trauma disangkal

III. PEMERIKSAAN FISIK

Keadaan umum: Tampak baik

Kesadaran

: komposmentis

Status Generalis:

Tekanan darah: 140/90 mmHg

Nadi

: 73 x/menit

RR

: 20 x/menit

Suhu

: tidak diukur

Status Gizi: kesan gizi baikStatus Lokalis:ODPemeriksaan MataOS

6/60Visus6/60

Tidak majuPin HoleTidak maju

Tidak bisa 6/6 hanya sampai 6/21 dgn koreksi S-1,00 , C -1,50KoreksiTidak bisa 6/6 hanya sampai 6/21 dgn koreksi S-1,00

DBNBulbus OkuliDBN

(-)Paresis / Paralisis(-)

Hiperemi (-), edema (-) , Spasme (-)PalpebraHiperemi (-), edema (-) , Spasme (-)

Hiperemi (-)Konj. PalpebraHiperemi (-)

Hiperemi (-)Konjungtiva BulbiHiperemi (-)

Hiperemi (-)SkleraHiperemi (-)

JernihArkus Senilis (-)Kelengkungan (N)

Keratic presipitan (-)KorneaJernih Arkus Senilis (-)Kelengkungan (N)

Keratic presipitan (-)

DalamHipema (-)COADalam Hipema (-)

Warna hitam kecoklatan, corak regularIris shadow (+)

Pembuluh darah (-)

Koloboma iris (-)IrisWarna hitam kecoklatan, corak regular Iris shadow (+)

Pembuluh darah (-)

Koloboma iris (-)

Bulat, reguler, medial, ukuran 3mm

Leukokoria (+)

Reflek Cahaya direct (+) / indirect (+)Marcus gunn pupil (-)PupilBulat, reguler, medial, ukuran 3 mm

Leukokoria (+)

Reflek Cahaya direct (+) / idirect (+)Marcus gunn pupil (-)

Keruh tidak merataLuksasi/subluksasi (-)LensaLeukokoriaLuksasi subluksasi (-)

(+)Fundus Reflek(+)

Tidak dilakukanMediaTidak dilakukan

Tidak dilakukanTonometriTidak dilakukan

Tidak dilakukanTes KonfrontasiTidak dilakukan

IV. USULAN PEMERIKSAAN

A. Slit lamp : Untuk memeriksa jenis katarak, rata kekeruhan lensa, posisi lensa, ada tidaknya luksasi/subluksasi, integritas zonula zinii. Juga digunakan untuk memeriksa bagian lain selain lensa misal, kornea, kekeruhan kornea (contoh : kornea guttata). B. Oftalmoskop direk/ indirek : untuk menilai segmen posterior, mengetahui nervus optikus dan kelainan retina untuk menentukan prognosis setelah dilakukan ekstraksi katarak.V. DIAGNOSIS KLINISOD = Katarak immaturOS = katarak immatur VI. PENATALAKSANAAN

A. Ekstraksi katarak : ICCE/ECCE/PhacoemulsifikasiVII. KIE PASIEN DAN KELUARGA Menjelaskan kepada pasien bahwa mata kanan dan kirinya terdapat katarak yang menyebabkan pandangan menjadi kabur dan tidak bisa diatasi dengan penggunaan kacamata. Lensa yang mengalami kekeruhan akan semakin keruh menyebabkan semakin kabur dan semakin memperburuk prognosis pasca operasi bila tidak segera di ekstraksi.VIII. KOMPLIKASIA. Glaukoma fakomorfikB. Glaukoma fakolitikC. UveitisIX. PROGNOSIS

Prognosis baik bila segera dilakukan ekstraksi katarak ECCE maupun phacoemulsifikasi, tajam penglihatan akan meningkat. Tajam penglihatan tidak akan mengalami kemajuan bila terdapat kelainan okular lain seperti degenerasi makula dan atrofi nervus optikus.BAB IIIKAJIAN PUSTAKA

3.1. DEFINISI

Katarak adalah opasitas lensa kristalina yang normalnya jernih. Biasanya terjadi akibat proses penuaan tapi dapat timbul pada saat kelahiran (katarak kongenital). Dapat juga berhubungan dengan trauma mata tajam maupun tumpul, penggunaan kortikosteroid jangka panjang, penyakit sistemik, pemajanan radiasi, pemajanan yang lama sinar ultraviolet, atau kelainan mata lain seperti uveitis anterior (4). Katarak adalah penurunan progresif kejernihan lensa. Lensa menjadi keruh atau berwarna putih abu-abu, dan ketajaman penglihatan berkurang. Katarak terjadi apabila protein-protein lensa yang secara normal transparan terurai dan mengalami koagulasi (5).

Katarak adalah setiap keadaan kekeruhan pada lensa yang dapat terjadi akibat hidrasi (panambahan cairan) lensa, denaturasi protein lensa, atau akibat kedua-duanya. Biasanya mengenai kedua mata dan berjalan progresif (7).

Jadi, dapat disimpulkan katarak adalah kekeruhan lensa yang normalnya transparan dan dilalui cahaya menuju retina, dapat disebabkan oleh berbagai hal sehingga terjadi kerusakan penglihatan.3.2. ANATOMI

Lensa adalah suatu struktur bikonveks, vaskular, tidak berwarna dan hampir transparan sempurna. Lensa tidak mempunyai asupan darah ataupun inervasi syaraf, dan bergantung sepenuhnya pada akuos humor untuk metabolisme dan pembuangan. Lensa terletak di belakang iris dan di depan korpus vitreous. Posisinya ditopang oleh Zonula Zinni, terdiri dari serabut-serabut kuat yang melekat ke korpus siliaris (2).

Diameter lensa adalah 9-10 mm dan tebalnya bervariasi sesuai dengan umur, mulai dari 3,5 mm (saat lahir) dan 5 mm (dewasa) Lensa dapat membiaskan cahaya karena memiliki indeks refraksi, normalnya 1,4 di sentral dan 1,36 di perifer. Dalam keadaaan nonakomodatif, kekuatannya 15-20 dioptri (D) (2).

Struktur Lensa terdiri dari Kapsul yang tipis, transparan, dikelilingi oleh membran hialin yang lebih tebal pada permukaan anterior dibanding posterior. Lensa disokong oleh serabut zonular berasal dari lamina nonpigmented epithelium pars plana dan pars plikata daripada korpus siliaris. Zonular ini masuk ke dalam Lensa di regio ekuator. Diameter serabut adlaah 5-30 m. Epitel berada tepat di belakang kapsul anterior Lensa terdapat satu lapisan sel epitel. Di bagian ekuator, sel ini aktif membelah dan membentuk serabut Lensa baru sepanjang kehidupan. Nukleus pada bagian sentralnya terdiri serabut-serabut tua. Terdiri beberapa zona berbeda, yang menumpuk ke bawah sesuai dengan perkembangannya. Korteks pada bagian perifer terdiri dari serabut-serabut lensa yang muda (2).

Enam puluh lima persen Lensa terdiri dari air, sekitar 35% protein (kandungan protein tertinggi di antara jaringan-jaringan tubuh), dan sedikit sekali mineral yang biasa ada di jaringan tubuh lainnya. Kandungan kalium lebih tinggi di lensa daripada di kebanyakan jaringan lain. Asam askorbat dan glutation terdapat dalam bentuk teroksidasi maupun tereduksi (7,8).

Lensa kristalin adalah struktur transparan, bikonveks yang berfungsi untuk :

Mengatur kejernihannya sendiri

Merefraksikan cahaya

Untuk akomodasi

Lensa tidak mempunyai suplai darah atau inervasi setelah perkembangan fetal, dan ini semua tergantung sepenuhnya pada humor akuos untuk fungsi metabolisme dan pembuangan. Lensa terletak dibelakang iris dan dianterior dari korpus vitreous. Lensa ditopang oleh zonula Zinii, yang terdiri atas serabut-serabut kuat yang melekat ke korpus siliaris. Bagian lensa terdiri atas kapsul, epithelium lensa, korteks dan nucleus (3,4).

Enam puluh lima persen lensa terdiri dari air, sekitar 35% protein (kandungan protein tertinggi diantara jaringan-jaringan tubuh), dan sedikit sekali mineral yang biasa ada di jaringan tubuh lainnya. Kandungan kalium lebih tinggi di lensa daripada di kebanyakan jaringan lain. Asam askorbat dan glutation terdapat dalam bentuk teroksidasi maupun tereduksi (7,8).

Secara fisiologik lensa mempunyai sifat tertentu yaitu :

Kenyal atau atau lentur karena memegang peranan penting dalam akomodasi untuk menjadi cembung

Jernih atau transparan karena diperlukan sebagai media penglihatan

Terletak ditempatnya

Keadaan patologik lensa adalah :

Tidak kenyal pada orang dewasa yang akan mengakibatkan presbiopia

Keruh atau apa yang disebut katarak

Tidak berada pada tempatnya atau apa yang disebut subluksasi dan dislokasi.

3.3. FAKTOR RESIKO

Katarak umumnya terjadi karena faktor usia, meskipun etiopatogenesis belum jelas, namun beberapa faktor yang dapat mempengaruhi terjadinya katarak senilis adalah (1,2):

Herediter.

Cukup berperan dalam indsidensi, onset dan kematangan katarak senilis pada keluarga yang berbeda.

Sinar ultraviolet.

Bila lebih banyak terekspos dengan sinar ultraviolet dari matahari maka akan berpengaruh pada onset dan kematangan katarak.

Nutrisi.

Defisiensi nutrisi seperti protein, asam amino, vitamin (riboflavin, vitamin E, vitamin C) dan elemen penting lainnya mengakibatkan katarak senilis lebih cepat timbul dan lebih cepat matur.

Dehidrasi.

Terjadinya malnutrisi, dehidrasi dan perubahan ion tubuh juga akan mempengaruhi katarak.

Perokok

Merokok menyebabkan akumulasi molekul pigmen 3 hydroxykynurinine dan kromofor, yang menyebabkan warna kekuningan pada lensa. Cyanates pada rokok menyebabkan denaturasi protein.

Faktor yang dapat menyebabkan terjadinya katarak presenile atau katarak yang timbul sebelum usia 50 tahun adalah (3,5) :

Herediter.

Seperti yang telah disebutkan diatas, keturunan dapat mempengaruhi perubahan kataraktous yang terjadi pada usia muda.

Diabetes mellitus.

Katarak terkait usia dapat terjadi lebih cepat pada penderita diabetes. Katarak nuklear lebih sering dan cenderung progresif. Diperkirakan bahwa proses terjadinya katarak pada penderita diabetes mellitus adalah akibat penumpukan zat-zat metabolisme gula oleh sel-sel lensa mata. Dalam keadaan kadar gula normal, penumpukan zat-zat sisa ini tidak terjadi. Bila kadar gula darah meningkat, maka perubahan glukosa oleh aldose reduktase menjadi sorbitol meningkat. Selain itu perubahan sorbitol menjadi fruktosa relatif lambat dan tidak seimbang sehingga kadar sorbitol dalam lensa meningkat. Sorbitol menaikkan tekanan osmosis intraselular dengan akibat meningkatnya water uptake dan selanjutnya secara langsung maupun tidak langsung terbentuklah katarak.

Miotonik distrofi.

Berhubungan dengan tipe subkapsular posterior dari katarak presenilis.

Dermatitis atopic.

Terjadi katarak presenilis pada 10% kasus.

Duke Elder mencoba membuat ikhtisar dari penyebab-penyebab yang dapat menimbulkan katarak sebagai berikut (6):

1. Sebab-sebab biologik :

A. Karena usia.

Seperti juga pada seluruh makhluk hidup maka lensa pun mangalami proses tua dimana dalam keadaan ini ia menjadi katarak.

B. Pengaruh genetik.

Pengaruh genetik dikatakan berhubungan dengan proses degenerasi yang timbul pada lensa.

2. Sebab-sebab imunologik:

Badan manusia mempunyai kemampuan membentuk antibody spesifik terhadap salah satu dari protein-protein lensa. Oleh sebab-sebab tertentu dapat terjadi sensitisasi secara tidak disengaja oleh protein lensa yang menyebabkan terbentuknya antibody tersebut. Bila hal ini terjadi maka dapat menimbulkan katarak.

3. Sebab-sebab fungsional:

Akomodasi yang sangat kuat mempunyai efek yang buruk terhadap serabut-serabut lensa dan cenderung memudahkan terjadinya kekeruhan pada lensa. Ini dapat terlihat pada keadaan seperti intoksikasi ergot, keadaan tetani dan apathyroidisme.

4. Gangguan bersifat lokal terhadap lensa:

Dapat berupa:

a. gangguan nutrisi pada lensa

b. gangguan permeabilitas kapsul lensa

c. efek radiasi dari cahaya matahari

5. Gangguan metabolisme umum:

Defisiensi vitamin dan gangguan endokrin dapat menyebabkan katarak misalnya pada penyakit diabetes mellitus atau hyperparathiroidisme.

3.4. GEJALA KLINIS

1. Penurunan Tajam Penglihatan

Umumnya pasien katarak menceritakan riwayat klinisnya lansung pada keluhan aktivitasnya yang terganggu. Dalam keadaan lain, pasien hanya menyadari adanya gangguan penglihatan setelah dilakukan pemeriksaan. Setiap jenis katarak biasanya mempunyai gejala gangguan penglihatan yang berbeda, tergantung pada cahaya, ukuran pupil dan derajat myopia. Setelah diketahui riwayat penyakit, pasien dilakukan pemeriksaan mata lengkap, dimulai dengan kelainan refraksi (2,3).

2. Silau.

Pasien katarak sering mengeluh sialu, keparahannya bervariasi mulai dari penurunan sensitivitas kontras dalam tempat yang terang hinggan silau pada saat siang hari atau sewaktu melihat lampu mobil atau keadaan serupa pada malam hari. Peningkatan sensitivitas terutama timbul pada katarak posterior subkapsular. Pemerikasaan silau (test glare) dilakukan untuk mengetahui tingkat gangguan penglihatan yang disebabkan oleh submber cahaya yang diletakkan di dalam lapang pandangan pasien (2,8,9).

3. Perubahan sensitivity kontras.

Sensitivitas kontras dilakukan untuk mengetahui kemampuan pasien mendeteksi berbagai bentuk gambar dalam kontras yang bervariasi, luminansi, dan frekwensi spasial. Sensitivitas kontras dapat menunjukkan penurunan fungsi penglihatan yang tidak terdeteksi dengan Snellen. Namun, hal tersebut bukanlah indikator spesifik hilangnya tajam penglihatan oleh karena katarak (7,9).

4. Myopic shift

Perkembangan katarak dapat meningkatkan dioptri kekuatan lensa, yang menyebabkan myopia ringan atau sedang.

5. Diplopia monocular atau poliopia

Kadang-kadang, perubahan nuklear terletak pada lapisan bagian dalam nukleus lensa menimbulkan daerah pembiasan multiple pada bagian tengah lensa. Daerah ini tampak irreguler pada red reflek dengan retinoskopi atau ophthalmoskop indirek. Tipe katarak ini akan menimbulkan diplopia monokular atau poliopia (10).

3.5. MORFOLOGI DAN KLASIFIKASI KATARAK

Jenis- jenis katarak menurut Vaughan, Dale (2000) terbagi atas :

1. Katarak terkait usia (katarak senilis)

Katarak senilis adalah jenis katarak yang paling sering dijumpai. Satusatunya gejala adalah distorsi penglihatan dan penglihatan yang semakin kabur.

2. Katarak anak- anak

Katarak anak- anak dibagi menjadi dua kelompok, yaitu :

a. Katarak kongenital, yang terdapat sejak lahir atau segera sesudahnya. Banyak katarak kongenital yang tidak diketahui penyebabnya walaupun mungkin terdapat faktor genetik, yang lain disebabkan oleh penyakit infeksi atau metabolik, atau beerkaitan dengan berbagai sindrom.

b. Katarak didapat, yang timbul belakangan dan biasanya terkait dengan sebab-sebab spesifik. Katarak didapat terutama disebabkan oleh trauma, baik tumpul maupun tembus. Penyyebab lain adalah uveitis, infeksi mata didapat, diabetes dan obat.

3. Katarak traumatik

Katarak traumatik paling sering disebabkan oleh cedera benda asing di lensa atau trauma tumpul terhadap bola mata. Lensa menjadi putih segera setelah masuknya benda asing karena lubang pada kapsul lensa menyebabkan humor aqueus dan kadang- kadang korpus vitreum masuk kedalam struktur lensa.

4. Katarak komplikata

Katarak komplikata adalah katarak sekunder akibat penyakit intraokular pada fisiologi lensa. Katarak biasanya berawal didaerah sub kapsul posterior dan akhirnya mengenai seluruh struktur lensa. Penyakit- penyakit intraokular yang sering berkaitan dengan pembentukan katarak adalah uveitis kronik atau rekuren, glaukoma, retinitis pigmentosa dan pelepasan retina.

5. Katarak akibat penyakit sistemik

Katarak bilateral dapat terjadi karena gangguan- gangguan sistemik berikut: diabetes mellitus, hipoparatiroidisme, distrofi miotonik, dermatitis atropik, galaktosemia, dan syndrome Lowe, Werner atau Down.

6. Katarak toksik

Katarak toksik jarang terjadi. Banyak kasus pada tahun 1930-an sebagai akibat penelanan dinitrofenol (suatu obat yang digunakan untuk menekan nafsu makan). Kortokosteroid yang diberikan dalam waktu lama, baik secara sistemik maupun dalam bentuk tetes yang dapat menyebabkan kekeruhan lensa.

7. Katarak ikutan

Katarak ikutan menunjukkan kekeruhan kapsul posterior akibat katarak traumatik yang terserap sebagian atau setelah terjadinya ekstraksi katarak ekstrakapsular.

Jenis Katarak Menurut Letak Anatomis

1. Katarak subkapsular

a. Katarak subkapsular anterior terletak dibawah kapsul lensa dan berhubungan dengan metaplasia fibrous dari epitel lensa.

b. Katarak subkapsular posterior terletak didepan kapsul posterior, karena lokasinya pada nodal point mata, opasitas subkapsular posterior lebih mempengaruhi penglihatan dibandingkan katarak kortikal atau nuklear. Penglihatan dekat lebih jelek daripada penglihatan jauh (10,11).

2. Katarak nuklear

Katarak nuklear cenderung berkembang lambat. Meskipun biasanya bilateral, namun mereka asimetris. Umumnya lebih berpengaruh pada penglihatan jauh daripada penglihatan dekat. Pada tahap awal, pengerasan progresif dari nuckleus lensa sering menyebabkan peningkatan indeks refraktif lensa dan kemudian terjadi myopic shift refraksi (9,8).

3. Katarak kortikal

Melibatkan korteks anterior, posterior atau equatorial. Gejala katarak kortikal yang paling sering adalah silau, dapat dijumpai monocular diplopia. Tanda awal katarak ini adalah dengan pemeriksaan slitlamp tampak sebagai vakuola dan celah air pada korteks anterior atau posterior (10,11).

Klasifikasi berdasarkan kematangan katarak (2):

1. Katarak Insipien

Tampak garis garis di bagian perifer korteks menuju ke sentral lensa seperti gambaran jeruji pedati, pada pemeriksaan biasanya tidak menganggu tajam penglihatan dan bila terjadi gangguan tajam penglihatan, dapat dikoreksi hingga 6/6, irish shadow (-), fundus reflek (+).

2. Katarak imatur

Tampak hanya sebagian lensa yang mengalami kekeruhan. Pada pemeriksaan didapatkan visus > 1/60 irish shadow (+), dan fundus reflek (+).

3. Katarak matur

Tampak lensa mengalami kekeruhan seutuhnya. Pada pemeriksaan didadapatkan visus < 1/60 irish shadow (-), fundus reflek (-).

4. Katarak hipermatur

Katarak mengalami penciutan dan penyusutan kapsul anterior yang menyebabkan kebocoran air dari lensa. Dari pemeriksaan didapatkat visus