56
TUGAS KEPANITERAAN KLINIK ILMU KESEHATAN MASYARAKAT LAPORAN KASUS INDIVIDU DIARE AKUT TANPA DEHIDRASI Oleh NI LUH PT DIAN A.P H1A007044 DALAM RANGKA MENGIKUTI KEPANITERAAN KLINIK MADYA BAGIAN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT

Lapsus Ikm - Dian

Embed Size (px)

DESCRIPTION

lapsus ikm

Citation preview

Page 1: Lapsus Ikm - Dian

TUGAS KEPANITERAAN KLINIK ILMU KESEHATAN MASYARAKAT

LAPORAN KASUS INDIVIDU

DIARE AKUT TANPA DEHIDRASI

Oleh

NI LUH PT DIAN A.P

H1A007044

DALAM RANGKA MENGIKUTI KEPANITERAAN KLINIK MADYA

BAGIAN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MATARAM

PUSKESMAS KEDIRI

2013

Page 2: Lapsus Ikm - Dian

BAB I

PENDAHULUAN

Diare merupakan keluhan yang sering ditemukan pada dewasa. Diperkirakan pada

orang dewasa setiap tahunnya mengalami diare akut atau gastroenteritis akut sebanyak

99.000.000 kasus. Di Amerika Serikat, diperkirakan 8.000.000 pasien berobat ke dokter dan

lebih dari 250.000 pasien dirawat di rumah sakit tiap tahun (1,5% merupakan pasien dewasa)

yang disebabkan karena diare atau gastroenteritis. Masih di USA, keluhan diare menempati

peringkat ketiga dari daftar keluhan pasien pada ruang praktek dokter, sementara di beberapa

rumah sakit di Indonesia data menunjukkan diare akut karena infeksi menduduki peringkat

pertama sampai dengan ke empat pada pasien dewasa yang datang berobat ke rumah sakit

(Hendarwanto, 1996). Frekuensi kejadian diare pada negara-negara berkembang termasuk

Indonesia lebih banyak 2-3 kali dibandingkan negara maju. (Sudoyo,2009)

Pada tahun 2008 dilaporkan terjadinya Kejadian Luar Biasa (KLB) Diare di 15

provinsi dengan jumlah penderita sebanyak 8.443 orang, jumlah kematian sebanyak 209

orang atau Case Fatality Rate (CFR) sebanyak 2,48%. Hal tersebut utamanya disebabkan oleh

rendahnya ketersediaan air bersih, sanitasi yang buruk dan perilaku hidup tidak bersih. (Profil

Kesehatan Indonesia, 2008).

Keputusan Menkes RI No.1216/Menkes/SK/XI/2001 tentang pedoman

pemberantasan penyakit diare dinyatakan bahwa penyakit diare masih merupakan masalah

kesehatan masyarakat Indonesia, baik ditinjau dari angka kesakitan dan angka kematian serta

kejadian luar biasa (KLB) yang ditimbulkan. Penyebab utama kematian pada penyakit diare

adalah dehidrasi sebagai akibat kehilangan cairan dan elektrolitnya melalui tinjanya. Di

negara berkembang prevalensi yang tinggi dari penyakit diare merupakan kombinasi dari

sumber air yang tercemar, kekurangan protein dan kalori yang menyebabkan turunnya daya

tahan tubuh.

Sanitasi merupakan salah satu tantangan yang paling utama bagi negara-negara

berkembang karena menurut World Health Organisation (WHO), penyakit diare membunuh

satu anak di dunia ini setiap 15 detik, karena akses pada sanitasi masih terlalu rendah. Hal ini

menimbulkan masalah kesehatan lingkungan yang besar, serta merugikan pertumbuhan

ekonomi dan potensi sumber daya manusia pada skala nasional. (Azwar, 2009).

Penyakit diare di Puskesmas Kediri masih termasuk dalam 10 penyakit terbanyak di

Puskesmas Kediri tahun 2012, baik untuk rawat jalan maupun rawat inap. Untuk data rawat

Page 3: Lapsus Ikm - Dian

inap, diare menempati urutan pertama dalam 10 penyakit terbanyak di Puskesmas Kediri

dengan jumlah kasus mencapai 298. Sedangkan untuk rawat jalan Puskesmas, diare termasuk

dalam urutan ke-6 dalam 10 penyakit terbanyak,dengan jumlah kasus mencapai 2306 kasus.

Hal ini tentu saja dapat menurunkan derajat kesehatan masyarakat Kediri. Oleh karena itu,

maka perlu dilakukan usaha-usaha untuk menurunkan angka kejadian diare dimana

puskesmas sebagai ujung tombak dalam pelayanan kesehatan masyarakat primer yang

bertanggung jawab terhadap kesehatan perorangan dan kesehatan masyarakat.

3

Page 4: Lapsus Ikm - Dian

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. GAMBARAN PENYAKIT DIARE DI PUSKESMAS KEDIRI

Diare merupakan penyakit yang termasuk dalam 10 penyakit terbanyak di Puskesmas

Kediri tahun 2012, baik untuk rawat jalan maupun rawat inap. Untuk data rawat inap, diare

menempati urutan pertama dalam 10 penyakit terbanyak di Puskesmas Kediri dengan jumlah

kasus mencapai 298 kasus. Sedangkan untuk rawat jalan Puskesmas, diare termasuk dalam

urutan ke-6 dalam 10 penyakit terbanyak, dengan jumlah kasus mencapai 2306 kasus.

Masalah diare tersebut tidak lepas dari beberapa faktor yang menjadi faktor resikonya,

terutama yang menyangkut PHBS (Perilaku Hidup Bersih dan Sehat) dan lingkungan. Dalam

hal ini, Puskesmas telah melakukan banyak upaya baik promotif, preventif, maupun kuratif

untuk menangani masalah diare tersebut.

Tabel 1. Data 10 Penyakit Terbanyak Rawat Inap Puskesmas Kediri Bulan

Januari - Desember 2012

No Nama penyakit Jumlah kasus

1. Diare 298

2. Typhoid 189

3. Pneumonia 128

4. Dispepsia 125

5. DHF 93

6. ISPA 54

7. Infeksi saluran kencing 45

8. Hipertensi 39

9. Asma Bronkial 33

10. Observasi febris 25

Sumber : Laporan Rawat Inap PKM Kediri 2012

4

Page 5: Lapsus Ikm - Dian

Grafik 1. Data 10 Penyakit Terbanyak Rawat Jalan Puskesmas Kediri Bulan Januari -

Desember 2012

ISPA

GASTRITI

S

INFEKSI

KULIT HTOTO

TDIARE

P.KULIT ALER

GI

ASMA

PULPA

MATA0

2000

4000

6000

8000

10000

12000

14000

Sumber : Laporan Rawat Jalan PKM Kediri 2012

Data temuan sarana kesehatan untuk kasus diare di wilayah kerja Puskesmas Kediri

terus meningkat dari tahun 2010 sampai dengan 2012. Pada tahun 2010 ditemukan 1902

kasus, pada tahun 2011 ditemukan 2163 kasus dan pada tahun 2012 ditemukan 2729 kasus.

Grafik 2. Kasus Diare untuk 3 Tahun terakhir

Januari

Febru

ari

Maret

April MeiJuni

Juli

Agustu

s

Septem

ber

Oktober

November

Desember

050

100150200250300350

201020112012

5

Page 6: Lapsus Ikm - Dian

Grafik3. Grafik mingguan kasus diare tahun 2012

minggu 1

minggu3

minggu5

minggu7

minggu9

minggu11

minggu13

minggu15

minggu17

minggu19

minggu21

minggu23

minggu25

minggu27

mingggu

29

minggu31

minggu33

minggu35

minggu37

minggu39

minggu41

minggu43

minggu45

minggu47

minggu49

minggu51

0

20

40

60

80

100

120

2012

Dari grafik di atas terlihat bahwa kasus diare paling tinggi terjadi pada minggu ke-47

pada tahun 2012 yaitu periode 18-24 Nopember 2012. Kasus terendah terjadi pada minggu

ke-7 yaitu periode 12-18 Februari 2012.

2.2. KONSEP PENYAKIT DIARE

2.2.1. Pengertian Diare

Menurut WHO (1999) secara klinis diare didefinisikan sebagai bertambahnya

defekasi (buang air besar) lebih dari biasanya/lebih dari tiga kali sehari, disertai

dengan perubahan konsisten tinja (menjadi cair) dengan atau tanpa darah.

Menurut Depkes RI (2005), diare adalah suatu penyakit dengan tanda-tanda

adanya perubahan bentuk dan konsistensi dari tinja, yang melembek sampai mencair

dan bertambahnya frekuensi buang air besar biasanya tiga kali atau lebih dalam

sehari.

2.2.2. Etiologi

Menurut Widjaja (2002), diare disebabkan oleh infeksi, malabsorpsi

(gangguan penyerapan zat gizi), makanan dan faktor psikologis.

a. Faktor infeksi

6

Page 7: Lapsus Ikm - Dian

Infeksi pada saluran pencernaan merupakan penyebab utama diare. Jenis-jenis infeksi

yang umumnya menyerang antara lain:

1. Infeksi oleh bakteri : Escherichia coli, Salmonella thyposa, Vibrio

Cholera (kolera), dan serangan bakteri lain yang jumlahnya berlebihan

dan patogenik seperti pseudomonas.

2. Infeksi basil (disentri),

3. Infeksi virus rotavirus,

4. Infeksi parasit oleh cacing (Ascaris lumbricoides),

5. Infeksi jamur (Candida albicans),

6. Infeksi akibat organ lain, seperti radang tonsil, bronchitis, dan radang

tenggorokan, dan

7. Keracunan makanan.

b. Faktor malabsorpsi

Faktor ini paling sering menyebabkan diare pada bayi. Faktor malabsorpsi dibagi

menjadi dua yaitu malabsorpsi karbohidrat dan lemak. Malabsorpsi karbohidrat,

pada bayi, kepekaan terhadap lactoglobulis dalam susu formula dapat

menyebabkan diare. Gejalanya berupa diare berat, tinja berbau sangat asam, dan

sakit di daerah perut. Sedangkan malabsorpsi lemak, terjadi bila dalam makanan

terdapat lemak yang disebut triglyserida. Triglyserida, dengan bantuan kelenjar

lipase, mengubah lemak menjadi micelles yang siap diabsorpsi usus. Jika tidak ada

lipase dan terjadi kerusakan mukosa usus, diare dapat muncul karena lemak tidak

terserap dengan baik.

c. Faktor makanan

Makanan yang mengakibatkan diare adalah makanan yang tercemar, basi, beracun,

terlalu banyak lemak, dan sayuran mentah. Makanan yang terkontaminasi jauh

lebih mudah mengakibatkan diare pada anak-anak balita.

d. Faktor psikologis

Rasa takut, cemas, dan tegang, jika terjadi pada anak dapat menyebabkan diare

kronis. Tetapi jarang terjadi pada anak balita, umumnya terjadi pada anak yang

lebih besar dan pada orang dewasa.

2.2.3. Klasifikasi Diare

Menurut Depkes RI (2000), berdasarkan jenisnya diare dibagi empat yaitu:

a. Diare Akut

7

Page 8: Lapsus Ikm - Dian

Diare akut yaitu, diare yang berlangsung kurang dari 14 hari (umumnya

kurang dari 7 hari). Akibatnya adalah dehidrasi, sedangkan dehidrasi merupakan

penyebab utama kematian bagi penderita diare, baik anak-anak maupun orang

dewasa.

b. Disentri

Disentri yaitu, diare yang disertai darah dalam tinjanya. Akibat disentri adalah

anoreksia, penurunan berat badan dengan cepat, dan kemungkinan terjadinya

komplikasi pada mukosa.

c. Diare persisten

Diare persisten, yaitu diare yang berlangsung lebih dari 14 hari secara terus

menerus. Akibat diare persisten adalah penurunan berat badan dan gangguan

metabolisme.

d. Diare dengan masalah lain

Anak maupun orang dewasa yang menderita diare (diare akut dan diare

persisten) mungkin juga disertai dengan penyakit lain, seperti demam, gangguan

gizi, gangguan imunitas atau penyakit lainnya

2.2.4. Tanda dan Gejala Diare

Gejala diare atau mencret adalah tinja yang encer dengan frekuensi empat kali

atau lebih dalam sehari, yang kadang disertai: muntah, badan lesu atau lemah, panas,

tidak nafsu makan, darah dan lendir dalam kotoran, rasa mual dan muntah-muntah

dapat mendahului diare yang disebabkan oleh infeksi virus. Infeksi bisa secara tiba-

tiba menyebabkan diare, muntah, tinja berdarah, demam, penurunan nafsu makan atau

kelesuan. Selain itu, dapat pula mengalami sakit perut dan kejang perut, serta gejala-

gejala lain seperti flu misalnya agak demam, nyeri otot atau kejang, dan sakit kepala.

Gangguan bakteri dan parasit kadang-kadang menyebabkan tinja mengandung darah

atau demam tinggi.

Pada tingkat yang lebih lanjut, diare dapat menimbulkan dehidrasi. Dehidrasi

dibagi menjadi tiga macam, yaitu dehidrasi ringan, dehidrasi sedang dan dehidarsi

berat. Disebut dehidrasi ringan jika cairan tubuh yang hilang 5%. Jika cairan yang

hilang lebih dari 10% disebut dehidrasi berat. Pada dehidrasi berat, volume darah

berkurang, denyut nadi dan jantung bertambah cepat tetapi melemah, tekanan darah

merendah, penderita lemah, kesadaran menurun dan penderita sangat pucat.

8

Page 9: Lapsus Ikm - Dian

2.2.5. Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Penyakit Diare

1. Faktor Sosiodemografi

Demografi adalah ilmu yang mempelajari persoalan dan keadaan perubahan-

perubahan penduduk yang berhubungan dengan komponen-komponen perubahan

tersebut seperti kelahiran, kematian, migrasi sehingga menghasilkan suatu keadaan

dan komposisi penduduk menurut umur dan jenis kelamin tertentu.

Dalam pengertian yang lebih luas, demografi juga memperhatikan berbagai

karakteristik individu maupun kelompok yang meliputi karakteristik sosial dan

demografi, karakteristik pendidikan dan karakteristik ekonomi. Karakteristik sosial

dan demografi meliputi: jenis kelamin, umur, status perkawinan, dan agama.

Karakteristik pendidikan meliputi: tingkat pendidikan. Karakteristik ekonomi

meliputi jenis pekerjaan, status ekonomi dan pendapatan. Faktor sosiodemografi

meliputi tingkat pendidikan, jenis pekerjaan, dan umur.

a. Tingkat pendidikan

Jenjang pendidikan memegang peranan cukup penting dalam

kesehatan masyarakat. Pendidikan masyarakat yang rendah menjadikan

mereka sulit diberi tahu mengenai pentingnya higyene perorangan dan

sanitasi lingkungan untuk mencegah terjangkitnya penyakit menular,

diantaranya diare. Dengan sulitnya mereka menerima penyuluhan,

menyebabkan mereka tidak peduli terhadap upaya pencegahan penyakit

menular. Masyarakat yang memiliki tingkat pendidikan lebih tinggi lebih

berorientasi pada tindakan preventif, mengetahui lebih banyak tentang

masalah kesehatan dan memiliki status kesehatan yang lebih baik.

b. Jenis pekerjaan

Karakteristik pekerjaan seseorang dapat mencerminkan pendapatan,

status sosial, pendidikan, status sosial ekonomi, risiko cedera atau masalah

kesehatan dalam suatu kelompok populasi. Pekerjaan juga merupakan suatu

determinan risiko dan determinan terpapar yang khusus dalam bidang

pekerjaan tertentu serta merupakan prediktor status kesehatan dan kondisi

tempat suatu populasi bekerja.

9

Page 10: Lapsus Ikm - Dian

c. Umur

Umur mempunyai lebih banyak efek pengganggu daripada yang

dimiliki karakter tunggal lain. Umur merupakan salah satu variabel terkuat

yang dipakai untuk memprediksi perbedaan dalam hal penyakit, kondisi, dan

peristiwa kesehatan, dan karena saling diperbandingkan maka kekuatan

variable umur menjadi mudah dilihat.Umur adalah variabel yang selalu

diperhatikan di dalam penyelidikan-penyelidikan epidemiologi. Angka-

angka kesakitan maupun kematian di dalam hampir semua keadaan

menunjukkan hubungan dengan umur.

2. Faktor lingkungan

Banyak faktor risiko yang diduga menyebabkan terjadinya penyakit diare pada

dewasa, bayi dan balita di Indonesia.Salah satu faktor risiko yang sering diteliti

adalah faktor lingkungan yang meliputi sarana air bersih (SAB), sanitasi, jamban,

saluran pembuangan air limbah (SPAL), kualitas bakterologis air, dan kondisi

rumah. Data terakhir menunjukkan bahwa kualitas air minum yang buruk

menyebabkan 300 kasus diare per 1000 penduduk. Sanitasi yang buruk dituding

sebagai penyebab banyaknya kontaminasi bakteri E.coli dalam air bersih yang

dikonsumsi masyarakat.Bakteri E.coli mengindikasikan adanya pencemaran tinja

manusia.

a. Sumber air minum

Air sangat penting bagi kehidupan manusia.Di dalam tubuh manusia

sebagian besar terdiri dari air. Tubuh orang dewasa sekitar 55- 60% berat

badan terdiri dari air, untuk anak-anak sekitar 65% dan untuk bayi sekitar

80%. Kebutuhan manusia akan air sangat kompleks antara lain untuk minum,

masak, mandi, mencuci dan sebagainya. Di negara-negara berkembang,

termasuk Indonesia tiap orang memerlukan air antara 30-60 liter per hari. Di

antara kegunaan-kegunaan air tersebut, yang sangat penting adalah kebutuhan

untuk minum. Oleh karena itu, untuk keperluan minum dan masak air harus

mempunyai persyaratan khusus agar air tersebut tidak menimbulkan penyakit

bagi manusia. Sumber air minum utama merupakan salah satu sarana sanitasi

10

Page 11: Lapsus Ikm - Dian

yang tidak kalah pentingnya berkaitan dengan kejadian diare. Sebagian

kuman infeksius penyebab diare ditularkan melalui jalur fekal oral. Mereka

dapat ditularkan dengan memasukkan ke dalam mulut, cairan atau benda

yang tercemar dengan tinja, misalnya air minum. Menurut Depkes RI (2000),

hal - hal yang perlu diperhatikan dalam penyediaan air bersih adalah:

1. Mengambil air dari sumber air yang bersih.

2. Mengambil dan menyimpan air dalam tempat yang bersih dan tertutup

serta menggunakan gayung khusus untuk mengambil air.

3. Memelihara atau menjaga sumber air dari pencemaran oleh binatang,

anak-anak, dan sumber pengotoran. Jarak antara sumber air minum

dengan sumber pengotoran seperti septictank, tempat pembuangan

sampah dan air limbah harus lebih dari 10 meter.

4. Mengunakan air yang direbus.

5. Mencuci semua peralatan masak dan makan dengan air yang bersih

dan cukup.

b. Jenis tempat pembuangan tinja

Pembuangan tinja merupakan bagian yang penting dari kesehatan

lingkungan. Pembuangan tinja yang tidak menurut aturan memudahkan

terjadinya penyebaran penyakit tertentu yang penulurannya melalui tinja

antara lain penyakit diare. Syarat pembuangan kotoran yang memenuhi aturan

kesehatan adalah :

1. Tidak mengotori permukaan tanah di sekitarnya,

2. Tidak mengotori air permukaan di sekitarnya,

3. Tidak mengotori air dalam tanah di sekitarnya,

4. Kotoran tidak boleh terbuka sehingga dapat dipakai sebagai tempat

lalat bertelur atau perkembangbiakan vektor penyakit lainnya,

5. Tidak menimbulkan bau,

6. Pembuatannya murah, dan

7. Mudah digunakan dan dipelihara.

Tempat pembuangan tinja yang tidak memenuhi syarat sanitasi akan

meningkatkan risiko terjadinya diare berdarah pada anak balita sebesar dua

kali lipat dibandingkan dengan keluarga yang mempunyai kebiasaan

membuang tinjanya yang memenuhi syarat sanitasi.

11

Page 12: Lapsus Ikm - Dian

c. Jenis lantai rumah

Menurut Notoatmodjo (2003) syarat rumah yang sehat jenis lantai

yang tidak berdebu pada musim kemarau dan tidak basah pada musim

penghujan. Lantai rumah dapat terbuat dari: ubin atau semen, kayu, dan tanah

yang disiram kemudian dipadatkan. Lantai yang basah dan berdebu dapat

menimbulkan sarang penyakit.

Lantai yang baik adalah lantai yang dalam keadaan kering dan tidak

lembab. Bahan lantai harus kedap air dan mudah dibersihkan, paling tidak

perlu diplester dan akan lebih baik kalau dilapisi ubin atau keramik yang

mudah dibersihkan.

3. Faktor perilaku

Menurut Depkes RI (2005), faktor perilaku yang dapat menyebabkan penyebaran

kuman enterik dan meningkatkan risiko terjadinya diare adalah sebagai berikut:

a. Kebiasaan cuci tangan

Kebiasaan yang berhubungan dengan kebersihan perorangan yang

penting dalam penularan kuman diare adalah mencuci tangan. Mencuci

tangan dengan sabun, terutama sesudah buang air besar, sesudah

membuang tinja anak, sebelum menyuapi makan anak dan sesudah makan,

mempunyai dampak dalam kejadian diare.

b. Kebiasaan membuang tinja

Membuang tinja harus dilakukan secara bersih dan benar. Banyak

orang beranggapan bahwa tinja tidaklah berbahaya, padahal sesungguhnya

mengandung virus atau bakteri dalam jumlah besar. Tinja yang dibuang

secara tidak benar inilah yang nantinya akan menyebabkan terjadinya

penyebaran penyakit, termasuk diare.

c. Menggunakan air minum yang tercemar

Air mungkin sudah tercemar dari sumbernya atau pada saat

disimpan di rumah. Pencemaran dirumah dapat terjadi kalau tempat

peyimpanan tidak tertutup atau tangan yang tercemar menyentuh air pada

saat mengambil air dari tempat penyimpanan. Untuk mengurangi risiko

terhadap diare yaitu dengan menggunakan air yang bersih dan melindungi

air tersebut dari kontaminasi. Salah satu caranya yaitu dengan merebus air

hingga mencapai suhu 1000 C sebelum dikonsumsi.

12

Page 13: Lapsus Ikm - Dian

d.Menggunakan jamban

Penggunaan jamban mempunyai dampak yang besar dalam penularan

risiko terhadap penyakit diare. Keluarga yang tidak mempunyai jamban

sebaiknya membuat jamban dan keluarga harus buang air besar di jamban.

Jamban yang baik hendaknya jauh dari rumah, jalan setapak tempat anak-anak

bermain dan harus berjarak kurang lebih 10 meter dari sumber air, serta

hindari buang air besar tanpa alas kaki.

Gambar 2.1 Peta konsep etiologi diare dari segi IKM

2.2.6. Penatalaksanaan Diare

Rehidrasi

Aspek paling penting dari terapi diare adalah untuk menjaga hidrasi yang adekuat dan

keseimbangan elektrolit selama episode akut. Ini dilakukan dengan rehidrasi oral, dimana

harus dilakukan pada semua pasien kecuali yang tidak dapat minum atau yang terkena diare

hebat yang memerlukan hidrasi intavena yang membahayakan jiwa. Idealnya, cairan rehidrasi

oral harus terdiri dari 3,5 g Natrium klorida, dan 2,5 g Natrium bikarbonat, 1,5 g kalium

klorida, dan 20 g glukosa per liter air. Cairan seperti itu tersedia secara komersial dalam

paket-paket yang mudah disiapkan dengan mencampurkan dengan air. Jika sediaan secara

komersial tidak ada, cairan rehidrasi oral pengganti dapat dibuat dengan menambahkan ½

13

Page 14: Lapsus Ikm - Dian

sendok teh garam, ½ sendok teh baking soda, dan 2 – 4 sendok makan gula per liter air. Dua

pisang atau 1 cangkir jus jeruk diberikan untuk mengganti kalium. Pasien harus minum cairan

tersebut sebanyak mungkin sejak mereka merasa haus pertama kalinya. Jika terapi intra vena

diperlukan, cairan normotonik seperti cairan saline normal atau laktat Ringer harus diberikan

dengan suplementasi kalium sebagaimana panduan kimia darah. Status hidrasi harus

dimonitor dengan baik dengan memperhatikan tanda-tanda vital, pernapasan, dan urin, dan

penyesuaian infus jika diperlukan. Pemberian harus diubah ke cairan rehidrasi oral sesegera

mungkin. (Khalid, 2004)

Jumlah cairan yang hendak diberikan sesuai dengan jumlah cairan yang keluar dari

badan. Kehilangan cairan dari badan dapat dihitung dengan memakai cara :

BJ plasma, dengan memakai rumus :

Kebutuhan cairan = BJ Plasma – 1,025 X Berat badan (Kg) X 4 ml

0,001

Metode Pierce berdasarkan keadaan klinis :

- Dehidrasi ringan, kebutuhan cairan 5% X KgBB

- Dehidrasi sedang, kebutuhan cairan 8% X KgBB

- Dehidrasi berat, kebutuhan cairan 10% X KgBB

Metode Daldiyono berdasarkan keadaan klinis yang diberi penilaian/skor (tabel 1)

Skor Daldiyono

- rasa haus/muntah (1)

- Tekanan darah sistolik 60-90 mmHg (1)

- Tekanan darah sistolik < 60 mmHg (2)

- Frekwensi Nadi> 120 x/menit (1)

- kesadaran apatis (1)

- Kesadaran somnolen, sopor atau koma (2)

- Frekwensi nafas > 30 x/menit (1)

14

Page 15: Lapsus Ikm - Dian

- Facies cholerica (2)

-Voxcholerica (2)

- Turgor kulit menurun (1)

- Washer’s woman’s hand (1)

- Ekstremitas dingin (1)

-Sianosis (2)

- Umur 50-60 tahun (-1)

- Umur> 60 tahun (-2)

Kebutuhan cairan = Skor X 10% X KgBB X 1 liter

15

Bila skor kurang dari 3 dan tidak ada syok, maka hanya diberikan cairan peroral

(sebanyak mungkin sedikit demi sedikit). Bila skor lebih atau sama 3 disertai syok diberikan

cairan per intravena. (Sudoyo,2009)

Antibiotik

Pemberian antibotik secara empiris jarang diindikasikan pada diare akut infeksi,

karena 40% kasus diare infeksi sembuh kurang dari 3 hari tanpa pemberian anti biotik.

Pemberian antibiotik di indikasikan pada : Pasien dengan gejala dan tanda diare infeksi

seperti demam, feses berdarah,, leukosit pada feses, persisten, diare pada pelancong, dan

pasien immunocompromised. Obat pilihan yaitu kuinolon (missal siprofloksasin 500 mg 2

x/hari selama 5-7 hari). Obat ini baik terhadap bakteri pathogen invasif termasuk

Campylobacter, Shigella, Salmonella, Yersinia, dan Aeromonas species. Sebagai alternatif

yaitu kotrimoksazol. Metronidazol 250 mg 3 x/hari selama 7 hari diberikan bagi yang

dicurigai giardiasis. (Sudoyo,2009)

Obat Antidiare

Obat-obat ini dapat mengurangi gejala-gejala:

15

Page 16: Lapsus Ikm - Dian

a. Yang paling efektif yaitu derivat opioid misal loperamide, difenoksilat-atropin dan tinktur

opium.

b. Obat yang mengeraskan tinja: atapulgite 4 x 2 tab/hari, smectite 3 x 1 sachet diberikan tiap

diare/BAB encer sampai diare berhenti.

c. Obat anti sekretorik atau anti enkephalinase: Hidrasec 3 x 1 tab/hari (Sudoyo,2009)

Diet

Pasien diare tidak dianjurkan puasa, kecuali bila muntah-muntah hebat. Pasien

dianjurkan justru minum minuman sari buah, teh, minuman tidak bergas, makanan mudah

dicerna seperti pisang, nasi, kripik dan sup. Susu sapi harus dihindarkan karena adanya

defisiensi laktase transien yang disebabkan oleh infeksi virus dan bakteri. Minuman berkafein

dan alkohol harus dihindari karena dapat meningkatkan motilitas dan sekresi usus.

(Sudoyo,2009)

2.7 Faktor-Faktor Lingkungan yang Mempengaruhi Terjadinya Diare

Sumber air minum

Air sangat penting bagi kehidupan manusia. Di dalam tubuh manusia sebagian besar

terdiri dari air. Tubuh orang dewasa sekitar 55-60% berat badan terdiri dari air, untuk anak-

anak sekitar 65% dan untuk bayi sekitar 80%. Kebutuhan manusia akan air sangat kompleks

antara lain untuk minum, masak, mandi, mencuci dan sebagainya. Di Negara-negara

berkembang, termasuk Indonesia tiap orang memerlukan air antara 30-60 liter per hari. Di

antara kegunaan-kegunaan air tersebut, yang sangat penting adalah kebutuhan untuk minum.

Oleh karena itu, untuk keperluan minum dan masak air harus mempunyai persyaratan khusus

agar air tersebut tidak menimbulkan penyakit bagi manusia (Notoatmodjo, 2003).

Sumber air minum utama merupakan salah satu sarana sanitasi yang tidak kalah

pentingnya berkaitan dengan kejadian diare. Sebagian kuman infeksius penyebab diare

ditularkan melalui jalur fekal oral. Mereka dapat ditularkan dengan memasukkan ke dalam

mulut, cairan atau benda yang tercemar dengan tinja, misalnya air minum, jari-jari tangan,

dan makanan yang disiapkan dalam panci yang dicuci dengan air tercemar (Depkes RI,

2000). Abdullah (1987) menyimpulkan bahwa penduduk disuatu daerah yang tidak

menggunakan air bersih, akan memiliki kecenderungan menderita penyakit diare. Hal ini

16

Page 17: Lapsus Ikm - Dian

sejalan dengan penelitian Munir (1983) yang menyatakan bahwa penyediaan air bersih dapat

menurunkan risiko diare. Hasil penelitian menunjukkan bahwa keluarga yang memanfaatkan

air bersih dari sumber yang memenuhi syarat kesehatan angka kejadian diarenya lebih sedikit

bila dibandingkan dengan keluarga yang memanfaatkan air dari sumber yang tidak memenuhi

syarat kesehatan (Kusnindar, 1994).

Menurut Depkes RI (2000), hal - hal yang perlu diperhatikan dalam penyediaan air

bersih adalah:

1. Mengambil air dari sumber air yang bersih.

2. Mengambil dan menyimpan air dalam tempat yang bersih dan tertutup serta menggunakan

gayung khusus untuk mengambil air.

3. Memelihara atau menjaga sumber air dari pencemaran oleh binatang, anak-anak, dan

sumber pengotoran. Jarak antara sumber air minum dengan sumber pengotoran seperti

septiktank, tempat pembuangan sampah dan air limbah harus lebih dari 10 meter.

4. Mengunakan air yang direbus.

5. Mencuci semua peralatan masak dan makan dengan air yang bersih dan cukup.

Jenis tempat pembuangan tinja

Pembuangan tinja merupakan bagian yang penting dari kesehatan lingkungan.

Pembuangan tinja yang tidak menurut aturan memudahkan terjadinya penyebaran penyakit

tertentu yang penulurannya melalui tinja antara lain penyakit diare. Menurut Notoatmodjo

(2003), syarat pembuangan kotoran yang memenuhi aturan kesehatan adalah :

1. Tidak mengotori permukaan tanah di sekitarnya,

2. Tidak mengotori air permukaan di sekitarnya,

3. Tidak mengotori air dalam tanah di sekitarnya,

4. Kotoran tidak boleh terbuka sehingga dapat dipakai sebagai tempat lalat bertelur atau

perkembangbiakan vektor penyakit lainnya,

5. Tidak menimbulkan bau,

6. Pembuatannya murah, dan

7. Mudah digunakan dan dipelihara.

Pembuangan sampah

Sampah adalah semua zat atau benda yang sudah tidak terpakai baik yang berasal dari

rumah tangga atau hasil proses industri. Jenis-jenis sampah antara lain, yakni sampah

17

Page 18: Lapsus Ikm - Dian

anorganik, adalah sampah yang umumnya tidak dapat membusuk, misalnya: logam/besi,

pecahan gelas, plastik. Sampah organik, adalah sampah yang pada umumnya dapat

membusuk, misalnya : sisa makanan, daun-daunan, buah-buahan. Cara pengolahan sampah

antara lain sebagai berikut: (Notoatmodjo, 2003).

1. Pengumpulan dan pengangkutan sampah.

Pengumpulan sampah diperlukan tempat sampah yang terbuat dari bahan yang mudah

dibersihkan, tidak mudah rusak, harus tertutup rapat, ditempatkan di luar rumah.

Pengangkutan dilakukan oleh dinas pengelola sampah ke tempat pembuangan akhir (TPA)

2. Pemusnahan dan pengelolaan sampah

Dilakukan dengan berbagai cara yakni, ditanam (Landfill), dibakar (Inceneration),

dijadikan pupuk (Composting)

Perumahan

Keadaan perumahan adalah salah satu faktor yang menentukan keadaan higiene dan

sanitasi lingkungan. Adapun syarat-syarat rumah yang sehat ditinjau dari ventilasi, cahaya,

luas bangunan rumah, Fasilitas-fasilitas di dalam rumah sehat sebagai berikut :

(Notoatmodjo, 2003).

1. Ventilasi

Fungsi ventilasi adalah untuk menjaga agar aliran udara di dalam rumah tersebut tetap

segar dan untuk membebaskan udara ruangan dari bakteri-bakteri, terutama bakteri

patogen.. Luas ventilasi kurang lebih 15-20 % dari luas lantai rumah

2. Cahaya

Rumah yang sehat memerlukan cahaya yang cukup, kurangnya cahaya yang masuk ke

dalam ruangan rumah, terutama cahaya matahari disamping kurang nyaman, juga

merupakan media atau tempat baik untuk hidup dan berkembangnya bibit penyakit.

Penerangan yang cukup baik siang maupun malam 100-200 lux.

3. Luas bangunan rumah

Luas bangunan yang optimum adalah apabila dapat menyediakan 2,5-3 m2 untuk tiap

orang. Jika luas bangunan tidak sebanding dengan jumlah penghuni maka menyebabkan

kurangnya konsumsi O2, sehingga jika salah satu penghuni menderita penyakit infeksi

maka akan mempermudah penularan kepada anggota keluarga lain.

18

Page 19: Lapsus Ikm - Dian

4. Fasilitas-fasilitas di dalam rumah sehat

Rumah yang sehat harus memiliki fasilitas seperti penyediaan air bersih yang cukup,

pembuangan tinja, pembuangan sampah, pembuangan air limbah, fasilitas dapur, ruang

berkumpul keluarga, gudang, kandang ternak

Air limbah

Air limbah adalah sisa air yang dibuang yang berasal dari rumah tangga, industri dan

pada umumnya mengandung bahan atau zat yang membahayakan. Sesuai dengan zat yang

terkandung di dalam air limbah, maka limbah yang tidak diolah terlebih dahulu akan

menyebabkan gangguan kesehatan masyarakat dan lingkungan hidup antara lain limbah

sebagai media penyebaran berbagai penyakit terutama kolera, diare, typus, media

berkembangbiaknya mikroorganisme patogen, tempat berkembangbiaknya nyamuk,

menimbulkan bau yang tidak enak serta pemandangan yang tidak sedap, sebagai sumber

pencemaran air permukaan tanah dan lingkungan hidup lainnya, dan mengurangi

produktivitas manusia, karena bekerja tidak nyaman (Notoatmodjo, 2003).

Usaha untuk mencegah atau mengurangi akibat buruk tersebut diperlukan kondisi,

persyaratan dan upaya sehingga air limbah tersebut tidak mengkontaminasi sumber air

minum, tidak mencemari permukaan tanah, tidak mencemari air mandi, air sungai, tidak

dihinggapi serangga, tikus dan tidak menjadi tempat berkembangbiaknya bibit penyakit dan

vektor, tidak terbuka kena udara luar sehingga baunya tidak mengganggu (Notoatmodjo,

2003).

2.8 Pencegahan

Karena penularan diare menyebar melalui jalur fekal-oral, penularannya dapat dicegah

dengan menjaga higiene pribadi yang baik. Ini termasuk sering mencuci tangan setelah keluar

dari toilet dan khususnya selama mengolah makanan. Kotoran manusia harus diasingkan dari

daerah pemukiman, dan hewan ternak harus terjaga dari kotoran manusia. (Khalid,2004)

Karena makanan dan air merupakan penularan yang utama, ini harus diberikan

perhatian khusus. Minum air, air yang digunakan untuk membersihkan makanan, atau air

yang digunakan untuk memasak harus disaring dan diklorinasi. Jika ada kecurigaan tentang

keamanan air atau air yang tidak dimurnikan yang diambil dari danau atau air, harus direbus

dahulu beberapa menit sebelum dikonsumsi. Ketika berenang di danau atau sungai, harus

diperingatkan untuk tidak menelan air. (Khalid,2004)

19

Page 20: Lapsus Ikm - Dian

Semua buah dan sayuran harus dibersihkan menyeluruh dengan air yang bersih (air

rebusan, saringan, atau olahan) sebelum dikonsumsi. Limbah manusia atau hewan yang tidak

diolah tidak dapat digunakan sebagai pupuk pada buah-buahan dan sayuran. Semua daging

dan makanan laut harus dimasak.

20

Page 21: Lapsus Ikm - Dian

BAB III

LAPORAN KASUS

I. Identitas Pasien

Nama : Ny. R

Kelamin : Perempuan

Usia : 45 tahun

Alamat : Sedayu Utara

Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga

Agama : Islam

Pendidikan : SMP

Tanggal pemeriksaan : 23 Maret 2013

II. Anamnesis

Keluhan Utama:

Mencret

Riwayat Penyakit Sekarang:

Pasien mengeluhkan mencret sejak 1 hari sebelum ke puskesmas (22/3/2013).

Mencret ± 3 kali dalam 1 hari, mulai sejak jumat malam dengan konsistensi cair,

ampas (-), warna kekuningan, lendir (+), darah (-). Pasien sempat meminum diaform,

akan tetapi keluhan tidak membaik. Keluhan demam atau menggigil disangkal pasien.

Perut terasa mules, mual (+), muntah (+). Pasien mengeluhkan badan terasa lemas.

Nafsu makan pasien menurun sejak menderita mencret. BAK sejak kemarin sebanyak

1x, dengan kualitas dan kuantitas seperti biasa. Pagi harinya pasien sempat makan

pelecing yang dibawa oleh keponakannya.

Riwayat Sosial dan Lingkungan:

o Pasien tinggal dengan suaminya dan ketiga orang anaknya

o Rumah tinggal pasien terdiri dari 2 kamar tidur, 1 ruang tamu sekaligus sebagai

ruang keluarga, 1 dapur, 1 WC. Luas rumah pasien ± 6x4 meter, rumah pasien

tidak memiliki pekarangan, rumah pasien mepet dengan rumah tetangga. Sinar

21

Page 22: Lapsus Ikm - Dian

matahari dapat masuk dengan baik ke dalam dapur dan ruang keluarga, namun

tidak sampai ke kamar pasien. Terdapat cukup jendela dan ventilasi pada ruang

keluarga sehingga sinar matahari yang masuk cukup. Pada kedua kamar pasien

gelap dan sering ditutupi oleh korden dan tidak terdapat ventilasi. Lantai rumah

terbuat dari semen, dinding rumah berupa tembok, atap rumah terbuat dari seng.

o Sumber air minum berasal dari air sumur, air minum selalu direbus. Sumur tersebut

merupakan sumur galian yang dalam hingga permukaan airnya sekitar 4,5 meter.

Letak sumur berdekatan dengan rumah pasien, dimana sumur di luar rumah

berjarak ± 7 meter. Letak sumur dan kamar mandi sekitar 6 meter. Kamar mandi

terdiri atas bak sebagai penampung air, jamban, dan ember di dalamnya. Lantai

kamar mandi terbuat dari keramik, dinding bak terbuat dari semen. Tembok kamar

mandi terbuat dari semen plester. Kamar mandi ini hanya digunakan oleh keluarga

ini, sedangkan sumur digunakan oleh 3 KK yang tinggalnya berdekatan dengan

rumah pasien.

o Untuk mencuci piring dan alat dapur biasanya digunakan air sumur tersebut. Pasien

mengaku tidak terbiasa mencuci tangan sebelum makan dan setelah buang air.

Sesekali ketika mencuci tangan menggunakan sabun cuci piring ataupun sabun

cuci baju.

o Pendapatan keluarga berasal dari suami pasien yang bekerja sebagai tukang

bangunan. Penghasilan yang diterima tidak menentu, rata-rata sebulan sekitar

750.000 – 1.000.000.

22

Page 23: Lapsus Ikm - Dian

IKHTISAR KELUARGA

Riwayat penyakit dahulu:

Menurut pengakuan pasien, pernah mengalami mencret sebelumnya. Sekitar

1,5 bulan yang lalu, pasien mengalami mencret selama 2 hari. Pasien mengalami

muntah, BAB sering bolak balik kamar mandi dengan frekuensi sekitar 10 kali

terutama saat malam hari. BAB pasien saat itu tidak bercampur lendir dan darah. Saat

itu pasien hanya meminum pil berwarna hijau dan putih yang diberikan dari perawat

puskesmas dan keluhan membaik. Pasien menyangkal mengonsumsi air yang tidak

direbus.

Riwayat penyakit keluarga dan lingkungan:

Anggota keluarga yang tinggal serumah, yaitu anak pasien yang paling bungsu

juga menderita keluhan serupa. Mencret sejak pagi harinya, dan mengkonsumsi obat

pasien yang diperoleh dari puskesmas. Keluhan segera dirasakan membaik.

Riwayat pengobatan:

Pasien sebelumnya tidak pernah memeriksakan diri ke tempat pelayanan

kesehatan lainnya dan untuk keluhannya, pasien hanya mengonsumsi diaform, akan

tetapi keluhan tidak membaik.

Riwayat alergi

- Makanan : tidak ada

- Obat : tidak ada

III. Pemeriksaan Fisik

1. Keadaan Umum

Keadaan umum : baik

Kesadaran/ GCS : compos mentis/ E4V5M6

23

Page 24: Lapsus Ikm - Dian

2. Tanda vital

Tekanan darah : 110/80 mmHg

Nadi : 104 x/menit, regular, isi tegangan cukup

Respirasi : 20 x/ menit

Suhu : 36,2 0C

Pemeriksaan fisik umum

1. Kepala-leher

Kepala : simetris, deformitas (-)

Mata : anemis -/-, ikterus -/-, mata cowong -/-

Wajah : sianosis (-), flushing (-)

Telinga : deformitas (-)

Hidung : deformitas (-)

Mulut : sianosis bibir (-), stomatitis (-), mukosa bibir basah

Leher : pembesaran KGB (-), Tekanan vena jugularis : meninggi (-)

2. Toraks-kardiovaskuler

Inspeksi : kelainan bentuk (-), Tarikan sela iga (retraksi subcostal) (-), simetris

Auskultasi : Jantung: S1 S2 tunggal, teratur, Murmur (-), gallop (-)

Paru : vesikuler +/+, ronki-/-, Wheezing : -/-

3. Abdomen

Inspeksi : distensi (-)

Auskultasi : peristaltik (+) meningkat

Perkusi : timpani

Palpasi : supel, turgor normal, nyeri tekan (+) pada epigastrium, hepar dan lien tidak

teraba.

24

Page 25: Lapsus Ikm - Dian

4. Uro-genital

Tidak dievaluasi

5. Anal-perianal

Tidak dievaluasi

6. Ekstermitas atas-aksilla

Edema (-)/(-), akral hangat (+)/(+), pembesaran KGB aksila (-)/(-)

7. Ekstremitas bawah

Edema (-)/(-), akral hangat (+)/(+)

IV. Pemeriksaan Penunjang

(-)

V. Diagnosis:

Diare cair akut tanpa dehidrasi

VI. Rencana Tindak Lanjut

1. Pendekatan terapeutik untuk masalah yang dihadapi pasien

Zinc 1x20 mg, selama 10 hari

Oralit

Loperamide tab 3x1

Amoksisilin tab 3x500 mg

2. Tujuan terapi

Meringankan gejala

Edukasi : Menjaga kebersihan makanan, mengurangi kebiasaan makan dan minum

di luar rumah yang kebersihannya diragukan dan membiasakan mencuci tangan

dengan sabun sebelum makan dan menjaga kebersihan kuku.

Edukasi kepada keluarga atau orang yang kontak dengan pasien diberikan penjelasan

mengenai rute tranmisi, gejala-gejala, dan cuci tangan yang efektif, terutama sekali

setelah BAB dan BAK, dan sebelum menyiapkan makanan atau makan.

25

Page 26: Lapsus Ikm - Dian

Rumah pasien berada di gang sempit yang dilapisi oleh paving blok

Kamar mandi : berdinding tembok yang diplester, bak penampungan dari semen, sumber air

dari sumur, pencahayaan kurang

26

Page 27: Lapsus Ikm - Dian

Lantai kamar mandi dari keramik, terdapat kloset jongkok

Tempat cuci piring : sumber air sumur, berdekatan dengan kamar mandi

27

Page 28: Lapsus Ikm - Dian

Dapur yang berhadapan dengan kamar mandi, tanpa ada sekat pembatas, beberapa alat makan

diletakkan di bawah

Cahaya matahari masuk melalui atap yang tembus cahaya, menerangi dapur, namun

pencahayaan tidak sampai ke kamar tidur

28

Page 29: Lapsus Ikm - Dian

Dapur yang berfungsi juga sebagai tempat meletakkan sepeda

29

Page 30: Lapsus Ikm - Dian

Kamar tidur : tanpa ventilasi, dinding tembok diplester, kasur berupa busa tipis, banyak baju

bergantungan

Jendela kamar tidur yang menghadap ke ruang tamu/ruang keluarga, tidak bisa dibuka

30

Page 31: Lapsus Ikm - Dian

Ruang keluarga sekaligus berfungsi sebagai ruang tamu

Sumur berjarak sekitar 6 meter dari kamar mandi, 7 meter dari rumah, sumber air minum, dan

mencuci

31

Page 32: Lapsus Ikm - Dian

Sumur dengan kedalaman 9 meter, jarak permukaan air sekitar 4,5 meter

Selokan dekat dengan sumur, air tergenang, berbau

32

Page 33: Lapsus Ikm - Dian

Tempat menjemur pakaian berdekatan dengan sumur

33

Page 34: Lapsus Ikm - Dian

U

DENAH RUMAH NY. R

34

Keterangan :Keterangan :

a. Dapur

b. Kamar Mandi + Jamban

c. Sumur

d. Gang Jalan rumah

e. Got besar

f. : Daun Pintu

: Daun Jendela

g. Ruang Keluarga

h. Kamar Tidur 1

i. Kamar Tidur 2

j. Tempat menjemur

pakaian

Page 35: Lapsus Ikm - Dian

BIOLOGIS

Pasien umur 45 tahun masuk dalam kriteria mendekati lansia dimana kinerja system imun perlahan menurun

PERILAKU

KERANGKA KONSEP MASALAH PASIEN

BAB IV

35

LINGKUNGANPasien sering makan

makanan yang mengiritasi lambung

seperti pelecing

Pasien terkadang lupa mencuci tangan sebelum

makan

Perabotan yang dicuci dari air sumur yang

kurang bersih, apalagi letak dapur dekat

kamar mandiPELAYANAN KESEHATAN

Kurangnya penyuluhan mengenai alur penularan diare serta

pentingnya PHBS

DIARE

Pasien tinggal di daerah yang dekat got dan padat penduduk

Musim Penghujan :

Lalat tumbuh dan menghinggapi makananMakanan di dalam

rumah tidak ditutup sehingga mudah dihinggapi lalat

Page 36: Lapsus Ikm - Dian

PEMBAHASAN

Aspek Klinis

Pada kasus ini, pasien adalah perempuan berumur 45 tahun dengan keluhan utamanya

adalah mencret. Mencret dengan frekuensi 3x/hari, dengan konsistensi cair dengan lendir dan

tidak ada darah yang berlangsung sejak 1 hari sebelum ke puskesmas. Berdasarkan keadaan

tersebut, pasien di diagnosis awal dengan diare akut. Diare didefinisikan sebagai

bertambahnya defekasi lebih dari biasanya atau lebih dari tiga kali sehari, disertai dengan

perubahan konsisten tinja menjadi cair dengan atau tanpa darah. Dikatakan diare akut karena

munculnya mendadak dan berlangsung dalam waktu kurang dari 15 hari.

Berdasarkan hasil anamnesis dan pemeriksaan fisik tidak didapatkan adanya tanda-

tanda dehidrasi pada pasien ini, keadaan umum pasien sedang, mata cowong tidak ada,

mukosa mulut terlihat basah, tekanan darah 110/80 mmHg, denyut nadi 104 x/menit, kuat

angkat, isi cukup, pernapasan dalam batas normal, suhu tubuh normal yaitu 36,2ºC,

pemeriksaan turgor kulit kembali normal. Dari pemeriksaan abdomen juga didapatkan

peristaltik usus meningkat.

Berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik didapatkan diagnosis diare akut tanpa

dehidrasi. Pemeriksaan penunjang seperti pemeriksaan feses lengkap (FL) pada kasus ini

tidak perlu dilakukan karena dari anamnesis dan pemeriksaan fisik mengarahkan bahwa diare

ini bersifat akut dan berdasarkan literatur menunjukkan diare akut infektif. Hal ini didukung

oleh adanya keluhan yang khas yaitu nausea, muntah, nyeri abdomen, demam dan tinja yang

cair disertai adanya lendir.

ORT (Oral Rehydration Therapy) merupakan hal yang paling penting untuk

mencegah dan mengobati kekurangan cairan dan elektrolit. Di Indonesia telah dibuat ORS

yang diberi nama Oralit, yang berisi NaCl 0,7 g, KCl 0,3 g, trinatrium sitrat dihidrat 2,9 g

serta glukosa anhidrat yang berbentuk serbuk dalam sachet, dimana setiap sachet untuk 200

ml air. Glukosa menstimulasi secara aktif transport Na dan air melalui dinding usus sehingga

resorbsi air dalam usus halus meningkat 25 kali. Penggunaan ORS dengan formula WHO

yang dilaksanankan dengan benar, dapat mengatasi dehidrasi akibat semua jenis diare pada

semua kelompok umur.

36

Page 37: Lapsus Ikm - Dian

Pemberian makanan harus diteruskan selama diare dan ditingkatkan setelah sembuh.

Meneruskan pemberian makanan akan mempercepat kembalinya fungsi usus yang normal

termasuk kemampun menerima dan mengabsorbsi berbagai nutrien.

Pada kasus ini, faktor yang paling berperan dalam penularan diare ialah faktor

perilaku dan lingkungan. Pasien tidak membiasakan dirinya mencuci tangan dengan sabun

sebelum makan dan setelah buang air. Selain itu kebiasaan pasien sendiri adalah makan tidak

teratur dan kebiasaan masyarakat sering makan pedas-pedas yang bisa menyebabkan diare.

Musim terjadinya penyakit diare ini umumnya terjadi di saat musim penghujan,

dimana lalat mulai banyak tumbuh dan menghinggapi kotoran bergantian dengan

menghinggapi makanan membawa kontaminan dari orang yang sebelumnya terinfeksi bakteri

atau virus. Hal ini memudahkan penularan penyakit dari satu orang ke orang lainnya.

Untuk itu, selain menatalaksanai pasien dengan terapi sesuai tatalaksana diare tanpa

dehidrasi, keluarga pasien juga diberi informasi mengenai cara penularan diare melalui

perilaku mereka yang salah selama ini serta cara mencegahnya muncul lagi dikemudian hari.

Dari pengamatan yang dilakukan selama tiga tahun terakhir, tampak angka kejadian

diare secara keseluruhan berkurang. Hal ini mungkin disebabkan karena kesadaran orang

mengenai cara penularan serta cara mencegah penularan diare semakin baik. Namun, angka

kejadian diare ini menunjukkan peningkatan di bulan tertentu dalan suatu tahun.

Bulan-bulan ini adalah saat musim penghujan tiba, dimana lalat sebagai vektor kuman

mulai banyak tumbuh dan mengkontaminasi makanan dan minuman di sekeliling kita, oleh

karenanya, sangat penting bagi kita untuk waspada dengan jalan menjaga perilaku hidup

bersih dan sehat untuk meminimalisir resiko tertular diare.

Aspek Ilmu Kesehatan Masyarakat

Suatu penyakit dapat terjadi oleh karena adanya ketidakseimbangan faktor-faktor utama

yang dapat mempengaruhi derajat kesehatan masyarakat. Paradigma hidup sehat yang

diperkenalkan oleh H. L. Bloom mencakup 4 faktor yaitu faktor genetik (keturunan), perilaku

37

Page 38: Lapsus Ikm - Dian

(gaya hidup) individu atau masyarakat, faktor lingkungan (sosial ekonomi, fisik, politik) dan

faktor pelayanan kesehatan (jenis, cakupan dan kualitasnya), namun yang paling berperan

dalam terjadinya diare adalah faktor prilaku, lingkungan serta pelayanan kesehatan. Diare

menjadi masalah di mayarakat disebabkan oleh karena faktor-faktor berikut :

1. Faktor Lingkungan

Sosio-ekonomi menengah

Pasien termasuk dalam keluarga dengan sosio-ekonomi yang menengah ke bawah.

Walaupun dapat memenuhi kebutuhan sehari-hari, pasien terkadang tidak memikirkan

kualitas makanan yang dipilih. Hal ini kemungkinan disebabkan oleh budaya setempat

yang hanya mencuci dengan air yang menggenang, kemudian tidak memakai sabun

khusus, terkadang hanya terkena air dianggap sudah bersih. Dari segi pengetahuan

cukup baik sebab masing-masing orang butuh perhatian dan usaha yang lebih untuk

memperhatikan bagaimana pencegahan diare tersebut.

Lalat

Lalat adalah salah satu vektor yang dapat menyebabkan penyebaran penyakit.

Penularan penyakit ini terjadi secara mekanis, dimana kulit tubuh dan kaki-kaki lalat

yang kotor merupakan tempat menempelnya mikrorganisme penyakit yang kemudian

hinggap pada makanan sehingga makanan tersebut menjadi sumber penyakit. Oleh

karena itu perlu dilakukan pengendalian lalat dengan cermat. Pengelolaan sampah

buruk karena tidak dibuang pada tempatnya. Kemudian musim hujan bisa

mendatangkan lalat yang tidak diperhatikan oleh pasien. Ditambah lagi , rumah pasien

dekat dengan got dimana airnya menggenang dan berbau.

2. Perilaku

Kebiasaan tidak mencuci tangan menggunakan sabun

Keefektifan mencuci tangan pada saat sebelum makan, sesudah makan, sebelum

mempersiapkan makanan, sesudah BAK dan BAB pada pasien masih kurang, pasien

tetap melakukan rutinitas cuci tangan, namun pasien tidak menggunakan sabun. Hal ini

dapat memudahkan penyebaran penyakit. Budaya cuci tangan yang benar adalah

kegiatan terpenting. Kegiatan ini sangat penting baik bagi pasien, penyaji makanan,

atau warung serta orang-orang yang merawat dan mengasuh anak. Setiap tangan kontak

dengan feses, urin atau dubur harus dicuci dengan sabun dan kalau perlu disikat, hal ini

diperlukan untuk memutuskan rute transmisi penyakit

38

Page 39: Lapsus Ikm - Dian

Pengolah makanan dan minuman yang tidak higienis

Pengolaham makanan dan minuman yang tidak higienis berperan dalam penularan

diare misalnya makanan yang tercemar dengan debu, sampah, dihinggapi lalat, air

minum yang tidak dimasak. Sumber air minum pasien ini adalah sumur dimana air

untuk diminum dan memasak selalu dimasak. Sedangkan jarak minimal septik tank

dengan sumur adalah 10 meter.

3. Pelayanan Kesehatan

Kurangnya data surveillance diare yang menunjukkan orang yang terserang/ kelompok

populasi yang terkena diare serta informasi tempat dan waktu kejadian diare di

masyarakat sehingga para pengambil keputusan di bidang kesehatan dapat menetapkan

cara penanganan yang tepat dan dapat menelaah efikasi cara yang telah dan akan

diterapkan.

Kuman penyebab penyakit diare, keluar dari tubuh penderita bersama tinja atau

muntahan dan menular dengan perantaraan makanan dan minuman yang telah terkontaminasi

oleh bibit penyakitnya. Pengotoran (kontaminasi) ini dapat terjadi karena:

1. Makanan / minuman dimasak kurang matang atau sengaja dimakan mentah misalnya sayur

2. Makanan / alat-alat makan dihinggapi lalat yang memindahkan bibit penyakitnya (vektor)

3. Tidak mencuci tangan dengan sabun sebelum makan.

Pada pasien ini tempat memasak tidak higienis karena dapur berhadapan langsung

dengan kamar mandi.Penyimpanan alat-alat makan kurang baik, karena ada beberapa alat

makan yang disimpan di bawah lantai. Penyimpanan makanan kurang baik, karena sisa

makanan tidak ditutup dengan penutup makanan sehingga dihinggapi lalat.

Pada kasus ini, pasien mengkonsumsi air sumur yang dimasak terlebih dahulu. Akan

tetapi, letak air sumur bersebelahan dari jamban umum.

Pasien mengaku selalu mencuci tangan sesudah buang air besar namun jarang

menggunakan sabun. Begitu pula pada saat sebelum makan, pasien mencuci tangan namun

jarang menggunakan sabun.

39

Page 40: Lapsus Ikm - Dian

Pada kasus ini, keluarga pasien memakai jamban jongkok. Lantai cukup bersih,

namun dinding jamban tampak kotor.

Rumah pasien belum memenuhi kriteria rumah sehat dimana rumah tinggal pasien

terdiri dari 2 kamar tidur, 1 ruang tamu sekaligus sebagai ruang keluarga, 1 dapur. Luas

rumah pasien ± 6x4 meter, jarak rumah pasien dengan rumah tetangga mepet tembok, tanpa

pekarangan. Sinar matahari yang masuk cukup namun tidak mencapai masing-masing kamar.

Pada kamar juga tidak terdapat ventilasi, walaupun terdapat jendela tetapi jarang dibuka.

Lantai rumah terbuat dari semen, dinding rumah berupa tembok dan atap rumah terbuat dari

seng. Luas lantai bangunan rumah sehat harus cukup untuk penghuni di dalamnya, artinya

luas lantai bangunan tersebut harus disesuaikan dengan jumlah penghuninya. Rumah pasien

yang berukuran 6x4 m2 dihuni oleh 5 orang anggota keluarga.

40

Page 41: Lapsus Ikm - Dian

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

1. Diare merupakan penyakit menular yang masih menjadi masalah di Puskesmas Kediri

terlihat pada tahun 2012, diare menduduki peringkat keenam dari sepuluh penyakit

terbanyak rawat jalan, dan peringkat pertama penyakit pada rawat inap di Puskesmas

Kediri

2. Munculnya diare pada pasien ini disebabkan oleh perilaku hidup bersih dan sehat yang

berupa mencuci tangan, sarana air bersih dan matang, serta pengelolaan sampah yang

kurang sehingga masih perlu dibina.

Saran

1. Koordinasi antara bagian konseling dengan bagian pelayanan kesehatan agar lebih

ditingkatkan terutama dalam melakukan sosialisasi berupa penyuluhan yang berkaitan

dengan sanitasi lingkungan dan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS)

2. Mendorong keluarga untuk mengoptimalkan fasilitas jamban keluarga.

3. Mencuci tangan serta makanan dengan air mengalir dan dengan sabun secara benar agar

kotoran yang menempel ikut terbuang bersama air.

4. Memakan makanan yang bergizi, tidak berlebihan dan buah-buahan yang bersih agar

terhindar dari diare.

5. Menganjurkan agar tidak terlalu banyak makan makanan yang terlalu pedas karena iritatif

terhadap lambung

6. Mendorong keluarga untuk mengupayakan selalu tersedianya air masak di dalam

keluarganya.

41

Page 42: Lapsus Ikm - Dian

DAFTAR PUSTAKA

Depkes, R. I., 2000. Buku Pedoman Pelaksanaan Program P2 Diare. Jakarta : Ditjen

PPM dan PL.

Depkes, R.I., 2001. Pedoman Pemberantasan Penyakit Diare. Jakarta : Ditjen PPM dan

PL.

Depkes, R.I., 2005. Pedoman Pemberantasan Penyakit Diare. Jakarta : Ditjen PPM dan

PL.

Hendarwanto. 1996. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid I. Edisi ketiga. Jakarta: Pusat

Informasi dan Penerbit Bagian Ilmu Penyakit Dalam FKUI

Khalid, Zein dkk. 2004. Diare Akut Disebabkan Bakteri. Fakultas Kedokteran Divisi

Penyakit Tropik dan Infeksi Bagian Ilmu Penyakit Dalam Universitas Sumatera

Utara

Mansjoer, Arif dkk. 2001. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta: Media Aesculapius

Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia

Notoatmodjo, S., 2003. Ilmu Kesehatan Masyarakat. Jakarta : Rineka Cipta.

Soewondo ES. 2002. Seri Penyakit Tropik Infeksi Perkembangan Terkini Dalam

Pengelolaan Beberapa penyakit Tropik Infeksi. Surabaya : Airlangga University

Press.

Sosroamidjojo, 1981, Diare dan Profil Lingkungan, Jakarta : Dian Rakyat.

Sudoyo, Aru W. dkk. 2009. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid I Edisi V. Jakarta : x

Interna Publishing.

Page 43: Lapsus Ikm - Dian

Tim Penyusun, 2012, Laporan Tahunan Puskesmas Kediri Tahun 2012. Dinas

Kesehatan Kabupaten Lombok Barat.

Widoyono. 2008. Penyakit Tropis Epidemiologi, Penularan, Pencegahan &

Pemberantasannya. Jakarta : Erlangga.

43