Upload
yuliakhoiruddin
View
488
Download
9
Embed Size (px)
DESCRIPTION
Silahkan dimanfaatkan as much as you need. Silahkan kunjungi blog saya Pengeja Jendela Pikir pada label Universitas Jenderal Soedirman (UNSOED) untuk hunting beberapa tugas kuliah di jurusan Ilmu Teknologi Pangan
Citation preview
LAPORAN KIMIA DASAR II
ACARA IV
UJI TOLLENS UNTUK ALDEHID DAN KETON
Oleh :
Yuli Astuti (A1M012019)
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS PERTANIAN
JURUSAN TEKNOLOGI PERTANIAN
PROGRAM STUDI ILMU DAN TEKNOLOGI PANGAN
PURWOKERTO
2013
Uiversitas Jenderal Soedirman (UNSOED)
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Gugus fungsi paling penting dalam kimia organik yaitu gugus karbonil (-
CO-). Gugus ini dimiliki oleh golongan senyawa aldehida, keton, asam
karboksilat, ester dan turunan lainnya. Senyawa ini penting dalam banyak proses
produk pangan. Aldehida mempunyai paling sedikit satu atom hydrogen melekat
pada gugus karbonil dimana satu tangan mengikat gugus alkil dan tangan yang
lain mengikat atom hidrogen. Sedangkan keton hampir sama dengan aldehid,
hanya saja pada keton kedua tangan atom karbon mengikat gugus alkil atau dapat
dikatakan bahwa pada keton karbon atom karbonil dihubungkan dengan dua atom
karbon lain.
Aldehida dan keton adalah dua golongan senyawa yang mengandung
gugus karbonil dengan atom okisgen berikatan rangkap dengan karbon. Aldehida
dan keton adalah senyawa yang sangat penting. Beberapa contohnya yaitu
metiletil keton (CH3COH2CH3) dan aseton (CH3COCH3) dipakai dalam jumlah
besar sebagai pelarut. Larutan pekat formaldehida (HCHO) dalam air dipakai
untuk mengawetkan jaringan hewan dalam penelitian biologi. Bahan alami rumit
seperti karbohidrat dan hormon steroid mengandung struktur karbonil aldehida
dan keton bersama sama dengan gugus fungsi lain.
Aldehid dan keton ialah keluarga besar dari senyawa organik yang
merasuk ke dalam kehidupan sehari-hari kita. Senyawa-senyawa ini menimbulkan
bau wangi pada banyak buah-buahan dan parfum mahal. Contohnya
sinamaldehida (suatu aldehida) menyebabkan bau kayu manis (sinamon), dan
siveron (suatu keton) yang digunakan untuk bau musky (menyengat, sumber asli
semacam rusa) pada banyak pafum.
Aldehid dan keton banyak terdapat dalam system makhluk hidup seperti
gula ribosa dan hormon progesteron. Aldehid dan keton mempunyai bau yang
khas, yang pada umumnya aldehida berbau merangsang sedangkan keton
memiliki bau yang harum. Aldehid dan keton menyumbangkan manfaat yang
Uiversitas Jenderal Soedirman (UNSOED)
cukup besar dalam kehidupan. Salah satu contohnya yaitu metanal yang mrupakan
contoh dari senyawa aldehid. Metanal ini lebih dikenal dengan nama
formaldehida. Larutan formladehida 40% digunakan sebagai antiseptik atau yang
dikenal dengan sebutan formalin. Sedangkan pada keton yang paling banyak
dikenal yaitu aseton yang digunakan sebagai pelarut dan pembersih kaca. Oleh
karena banyak manfaatnya maka kita harus mampu membedakan mana senyawa
keton dan senyawa aldehid agar tidak terjadi kekeliruan dalam pemanfaatannya
Aldehid dan keton memiliki gugus karbonil, C ═ O yang merupakan
gugus fungsi paling penting dalam kimia organik. Seperti yang telah dibahas di
atas, senyawa ini penting dalam banyak proses biologi dan sering merupakan mata
niaga yang penting.
Rumus aldehid dan keton adalah sebagai berikut,
Aldehid : R ─ C ─ H
║ atau RCOH
O
Keton : R ─ C ─ R
║ atau RCOR
O
B. Tujuan
Untuk membedakan antara senyawa aldehid dan keton
menggunakan uji tollens.
Uiversitas Jenderal Soedirman (UNSOED)
II. TINJAUAN PUSTAKA
Aldehid dan keton merupakan dua dari sekian banyak kelompok
senyawaan organik yang mengandung gugus karbonil. Aldehid adalah senyawa
organik yang karbon karbonilnya (karbon yang terikat pada oksigen) selalu
berikatan dengan paling sedikit satu hidrogen. Sedangkan keton adalah senyawa
organik yang karbon karbonilnya dihubungkan dengan dua karbon lain
(Wilbraham dan Matta, 1992
Aldehid dan keton merupakan kelompok senyawa organik yang
mengandung gugus karbonil (C = O). Rumus umum struktur aldehid dan keton
seperti tertulis dibawah ini dengan R adalah alkyl atau aril
O O
║ ║
R-C-H R-C-R
suatu aldehid suatu keton
(Fessenden dan Fessenden, 1990).
Banyak aldehid dan keton mempunyai bau khas yang membedakannya.
Umumnya aldehid berbau merangsang dan keton berbau harum. Misalnya,
transinamaldehida adalah komponen utama minyak kayu manis dan enantiomer–
enantiomer karbon yang menimbulkan bau jintan dan tumbuhan permen
(Fessenden dan Fessenden, 1997).
Sifat fisis dari aldehid dan keton, gugus karbonil terdiri dari sebuah atom
karbon Sp2 yang dihubungkan ke sebuah atom oksigen oleh sebuah ikatan sigma
dan sebuah ikatan pi. Ikatan–ikatan sigma gugus karbonil terletak dalam suatu
bidang dengan sudut ikatan kira-kira 120oC di sekitar karbon Sp
2. Ikatan pi yang
menghubungkan C dan O terletak di atas dan di bawah bidang ikatan-ikatan sigma
tersebut. Gugus karbonil bersifat polar, dengan elektron-elektron dalam ikatan
sigma dan terutama elektron-elektron dalam ikatan pi, tertarik ke oksigen yang
lebih elektronegatif. Oksigen gugus karbonil mempunyai dua pasang elektron
menyendiri. Semua sifat-sifat struktural ini kedataran, ikatan pi, polaritas dan
adanya elektron menyendiri, mempengaruhi sifat dan kereaktifan gugus karbonil
(Fessenden dan Fessenden, 1990).
Aldehid dan keton dapat membentuk ikatan hidrogen antar molekul,
karena tidak ada gugus hidroksil dan dengan demikian titik didihnya menjadi
Uiversitas Jenderal Soedirman (UNSOED)
lebih rendah dari alkohol padanannya. Tetapi aldehid dan keton tarik menarik
melalui interaksi antara polar-polar, sehingga titik didihnya menjadi lebih tinggi
dibanding alkana padanannya (Wilbraham, 1992).
Ciri polar gugus karbonil memberikan petunjuk untuk mengerti sifat kimia
senyawa karbonil. Atom karbon gugus karbonil adalah ujung positif dipol dan
atom oksigen adalah ujung negatif. Nukleofil mengadisi pada atom karbon
karbonil, dan elektrofil mengadisi pada atom oksigen karbonil (Pine, 1988).
Formaldehida, suatu gas tak berwarna, mudah larut dalam air. Larutan 40
% dalam air dinamakan formalin, yang digunakan dalam pengawetan cairan dan
jaringan. Formaldehida juga digunakan dalam pembuatan resin sintetik. Polimer
dari formaldehida, yang disebut para formaldehida, juga digunakan sebagai
antiseptic dan insektisida (Petrucci, 1999).
Aldehid dan keton dapat membentuk ikatan hidrogen dengan molekul air
yang polar. Anggota deret yang rendah, yaitu formaldehida, asetaldehida dan
aseton yang bersifat larut dalam air dalam segala perbandingan. Aldehida bersifat
netral, suku-suku dengan 4 karbon tak larut dalam HO berbau tajam dan enak,
tetapi yang mengandung 8-12 karbon dalam larutan encer baunya seperti bunga
dan di dalam industri wangi-wangian (Riawan, 1989).
Aldehid dan keton bersifat netral. Siku-siku yang rendah larut dalam air
dan pelarut organik. Siku yang lebih dari 4c akan tidak larut dalam air. Aldehid-
aldehid yang rendah seperti formaldehida dan asetaldehida berbau tidak sedap dan
menyengat. Sedangkan aldehid yang berantai panjang dalam larutan encer baunya
seperti bunga (Riawan, 1989).
Perbedaan aldehid dan keton dapat dilihat dalam tabel berikut :
Aldehid Keton
Teroksidasi menjadi asam karboksilat Berbau harum untuk rantai C panjang
Larut dalam air Larut dalam air
Mereduksi larutan fehling (CuO)
membentuk endapan merah bata (Cu2O)
Tidak mereduksi larutan fehling
Mereduksi larutan Tollens Ag2O
membentuk cermin perak Ag
Tidak mereduksi larutan Tollens
Membunuh bakteri
Uiversitas Jenderal Soedirman (UNSOED)
Aldehida atau Alkanal (CnH2nO) merupakan senyawa karbon yang
mengandung gugus karbonil (-CO-), dimana satu tangan mengikat gugus alkil dan
tangan yang lain mengikat atom hidrogen. Secara umum struktur aldehida dapat
digambarkan sebagai berikut :
Aldehid adalah senyawa yang memiliki titik didih lebih tinggi daripada
alkana yang sederajat, tetapi lebih rendah dari alkohol yang sesuai, hal ini
disebabkan karena aldehid tidak mempunyai ikatan hidrogen. Metanal pada suhu
yang kamar akan berupa gas sedangkan suku yang lebih tinggi akan berwujud cair
dan padat, berbau tajam tetapi makin panjang rantai karbonya makin sedap
baunya. Metanal atau formaldehid dan asetal dehida atau etanal sangat mudah
larut dalam air, hal ini disebabkan senyawa dengan gugus fungsi aldehid bersifat
polar terutama yang jumlah atom C nya sedikit.
Keton dan Aldehida merupakan isomer gugus fungsi. Keduanya
mempunyai gugus yang sama, yaitu gugus karbonil (-CO-). Perbedaannya,pada
aldehida bila tangan atom karbon gugus karbonil yang satu mengikat gugus
alkil,maka tangan yang lain mengikat atom hidrogen, sedangkan pada keton kedua
tangan atom karbon mengikat gugus alkil. Struktur umum keton adalah.
Apabila keton direduksi akan menghasilkan alkohol sekunder. Keton juga
tidak dapat dioksidasi oleh pereaksi Fehling dan pereaksi Tollens. Sifat ini
digunakan untuk membedakan keton dari aldehida atau sebaliknya.
Uiversitas Jenderal Soedirman (UNSOED)
III. METODE PRAKTIKUM
A. Alat dan Bahan
a. Alat : tabung reaksi, erlenmeyer, pipet tetes, filler, dan panci.
b. Bahan : larutan NaOH 10 %, larutan AgNO3 10 %, larutan
NH4OH, etanol 95 %, asetaldehid, glukosa, fruktosa dan aseton.
B. Prosedur
20 tetes larutan 10 % NaOH ditambhakan ke dalam
20 tetes larutan10 % AgNO3.
NH4OH ditambahkan tetes demi tetes sampai
endapannya hilang. (inilah yang disebut pelarut
tollens)
1 tetes sampel cair atau 1 spatula sampel padat
dilarutkan dalam sedikit air atau etanol 95 %. Sampel
yang digunakan adalah asetaldehid, aseton, glukosa
dan fruktosa.
Sampel ditambahkan tetes demi tetes ke dalam
pereaksi tollens sambil dikocok.
Kemudian endapan Ag yang terbentuk diamati
Tabung reaksi dipanaskan dalam air mendidih dan
diamati
Uiversitas Jenderal Soedirman (UNSOED)
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
No Nama percobaan Prosedur Foto
1
Pembuatan pereaksi
Tollens
(20 tetes AgNO3 + 20
tetes NaOH + 1,5 ml
NH4OH)
2
Larutan glukosa
+10 tetes tollens
Terbentuk endapam Ag
(perubahan warna perak)
Setelah direbus
Perubahan warna
menjadi coklat pekat
terbentuk endapan Ag
berwarna abu-abu
3
Larutan fruktosa
+ 5 tetea tollens
Terbentuk endapan Ag
(perubahan warna perak)
Setelah direbus
Warna menjadi coklat
kemerahan, terbentuk
endapan Ag berwarna
emas
Uiversitas Jenderal Soedirman (UNSOED)
4.
Larutan Aseton
+ 5 tetes tollens
Tidakm terbentuk
endapan Ag (perubahan
warna menjadi putih
keruh)
Setelah direbus
Perubahan warna
menjadi abu-abu
5.
Larutan Formaldehid
+ 3 tetes tollens
Terbentuk endapan Ag
(terjadi perubahan warna,
namun peraknya pecah)
Setelah direbus
Terjadi perubahan warna
menjadi warna putih
bening, dan terbentuk
endapan Ag berwarna
abu-abu
B. Pembahasan
Aldehida dan keton dicirikan oleh adanya gugus karbonil, yang barangkali
merupakan gugus fungsi paling penting dalam kimia organik. Aldehida memiliki
sedikitnya satu atom hidrogen melekat pada atom karbon karbonil. Gugus sisanya
dapat berupa atom hidrogen lain atau gugus organik alifatik atau aromatik.
Gugus -CH=O yang merupakan ciri dari aldehida sering disebut gugus formil.
Pada keton, atom karbon karbonil terhubung dengan dua atom karbon lain.
Uiversitas Jenderal Soedirman (UNSOED)
Aldehid adalah reduktor kuat sehingga dapat mereduksi oksidator-
oksidator lemah. Pereaksi Tollens adalah contok oksidator lemah yang merupakan
pereaksi khusus untuk mengenali aldehida. Oksidasi aldehida mnghasilkan asam
karboksilat.
aldehida asam karboksilat
Pereaksi Tollens adalah larutan perak nitrat dalam amonia. Pereaksi ini
dibuat dengan cara menetesi larutan perak nitrat dengan larutan ammonia sedikit
demi sedikit hingga endapan yang mula-mula terbentuk larut kembali. Pereaksi
Tollens dapat dianggap sebagai larutan perak oksida (Ag2O). Aldehid dapat
mereduksi pereaksi Tollens sehingga membebaskan unsur perak (Ag).
Reaksi aldehida dengan pereaksi Tollens dapat ditulis sebagai berikut:
O O
R – C – H + Ag2O (aq) R – C – OH + 2Ag(s)
Saat larutan sampel d tetesi oleh pereaksi tollens pada permukaan tabung
reaksi terbentuk cermin perak. Cermin perak ini sesungguhnya adalah endapan
Ag. Sampel yang terdapat endapan Ag yaitu, larutan glukosa. Fruktosa, dan
formaldehid. Pada larutan glukosa diperlukan penambahan 10 tetes pereaksi
tollens untuk terbentuk endapan Ag dan terjadi perubahan warna menjadi perak,
setelah direbus larutan glukosa berubah warna menjadi coklat pekat, dan endapan
perak semakin terbentuk berwarna abu-abu.
Larutan fruktosa membutuhkan 5 tetes pelarut tollens untuk terbentuk
endapan Ag, dan terjadi perubahan warna menjadi perak. Setelah direbus
perubahan warna menjadi coklat kemerahan, dan terbentuk endapan perak
berwarna emas. Larutan formaldehid membutuhkan 3 tetes pelarut tollens untuk
membentuk endapan Ag, namun endapan Ag tidak terlalu menyatu. Setelah
direbus terjadi perubahan warna menjadi putih bening dan terbentuk endapan Ag
berwarna abu-abu,.
Uiversitas Jenderal Soedirman (UNSOED)
Pada larutan Aseton setelah ditambahkan pelarut tollens tetap tidak
ternbentuk endapan Ag, perubahan warna menjadi putih keruh, dan setelah
direbus perubahan warna menjadi abu-abu. Aseton adalah contoh dari keton ,
sehingga tidak dapat terbentuk endapan Ag.
Apabila suatu sampel direaksikan dengan pereaksi Tollens kemudian
dipanaskan dan muncul endapan cermin perak pada permukaan tabung reaksi
maka dapat dikatakan bahwa sampel tersebut merupakan salah satu dari senyawa
aldehid. Hal yang membedakan aldehid dengan keton yaitu kemampuan kedua
senyawa ini apabila dioksidadi. Aldehid adalah larutan yang mudah sekali
dioksidasi dengan menggunakan uji Tollens sedangkan keton tidak.
Senyawa keton tidak dapat membentuk cermin perak karena keton tidak
memiliki atom hydrogen yang terikat pada gugus karbon. Kedua tangan gugus
karbonnya sudah mengikat dua gugus alkil sehingga aseton tidak mengalami
oksidasi ketika ditambah pereaksi Tollens dan dipanaskan. Pada glukosa dan
fruktosa, oksidasi terjadi dengan mudah karena keduanya lebih reaktif.
Aldehid begitu mudahnya dioksidasi sehingga sampel yang disimpan
biasanya mengandung sedikit asamnya. Kontaminasi ini disebabkan oleh oksidasi
udara. Oksidasi aldehid menghasilkan asam dengan jumlah atom karbon yang
sama.
2 RCHO + O2 2 RCO2H
Keton juga dapat dioksidasi, tetapi memerlukan kondisi oksidasi khusus.
Misalnya, sikloheksanon yang dapat dioksidasi secara komersial menjadi asam
adipat, suatu bahan kimia industri penting untuk membuat nilon. Pada keton,
ikatan antara karbon karbonil dan salah satu karbonnya putus, memberikan hasil-
hasil oksidasi dengan jumlah atom karbon yang lebih sedikit daripada bahan keton
asalnya. Kekecualian adalah dalam oksidasi keton siklik, karena jumlah bahan
kimia penting seperti pada pembuatan nilon.
Uiversitas Jenderal Soedirman (UNSOED)
V. PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari praktikum yang dilakukan praktikan, dapat diperoleh beberap
simpulan terkait uji tollens, antara lain :
1. Persamaan senyawa aldehida dan keton adalah sama – sama senyawa polar
dan sama –sama terikat pada karbon karbonil. Sedangkan perbedaanya
adalah aldehida dapat dioksidasi dan menghasilkan suatu asam karboksilat,
keton tidak dapat dioksidasi. Aldehida akan bereaksi dengan pereaksi
tollens dan fehling, sedangkan keton tidak dapat bereaksi.
2. Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan, glukosa formaldehid dan
fruktosa merupakan senyawa aldehid, sebab ketiga sampel itu direaksikan
menggunakan pereaksi Tollens, ketiganya membentuk reaksi positif
dengan terbentukanya cermin perak atau endapan Ag pada permukaan
dinding tabung reaksi yang dipergunakan.
3. Aseton termasuk senyawa keton karena saat direaksikan menggunakan
pereaksi tollens tidak terbentuk cermin perak atau endapan Ag.
B. Saran
1. Sebaiknya praktikan memakai sarung tangan dan masker saat melakukan
percobaan agar lebih terjaga dari bahan-bahan kimia.
2. Uji tollens sangat penting diketahui oleh praktikan, oleh sebab itu,
hendaknya setip praktikan diberikan kesempan untuk melakukan
praktikum uji tollens ini
Uiversitas Jenderal Soedirman (UNSOED)
DAFTAR PUSTAKA
Fessenden, R. J. dan Joan, S. Fessenden, 1990, Kimia Organik, Jilid 2, Erlangga,
Jakarta.
Fessenden, R. J. dan Joan, S. Fessenden, 1997, Dasar-Dasar Kimia Organik,
Erlangga, Jakarta.
Petrucci,R. H, 1999, Kimia Dasar Prinsip dan Terapan Modern, Erlangga,
Jakarta.
Pine, Stanley. H, 1988, Kimia Organik I, Penerbit ITB, Bandung.
Riawan, S, 1989, Kimia Organik, Bina Rupa Aksara, Jakarta.
Wilbraham, A. C. dan Michael S, Matta, 1992, Pengantar Kimia Organik
dan Hayati, ITB, Bandung.