Upload
pendi-adi-merta
View
131
Download
18
Embed Size (px)
DESCRIPTION
laporan kerja praktek
Citation preview
LAPORAN KERJA PRAKTEK
PT.PUPUK KALIMANTAN TIMUR
Departemen Operasi Pabrik 5
Unit POPKA
“EVALUASI UFC PLANT POPKA“
Disusun oleh :
Arya Anindia Widitama
(08/265578/TK/33734)
Muziibu Alfisyah
(08/269224/TK/34348)
JURUSAN TEKNIK KIMIA
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS GADJAH MADA
2012
LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN KERJA PRAKTEK
PT. PUPUK KALIMANTAN TIMUR
DEPARTEMEN OPERASI PABRIK 5
UNIT POPKA
Laporan ini telah diperiksa dan disetujui
Bontang, 13 Maret 2012
Mengetahui :
Pembimbing I Pembimbing II
H. Abdul Kadir, ST. Ngadiman
Kepala bagian POPKA Wakabag POPKA
Mengesahkan :
Dept. Operasi Pabrik 5 Dept. Diklat dan Manaj. Pengetahuan
Ir. Supriyoto Ir. Agus Subekti, M.Si.
Manager Manager
Laporan Kerja Praktek Universitas Gadjah Mada
Arya Anindia Widiatama (08/265578/TK/33734) Muziibu Alfisyah (08/269224/TK/34348)
Jurusan Teknik Kimia Universitas Gadjah Mada 3
LEMBAR PENGESAHAN
Laporan Kerja Praktek ini telah diperiksa dan disetujui oleh :
Dosen Pembimbing Kerja Praktek
Jurusan Teknik Kimia FT UGM
Dr. Ir. Aswati Mindaryani, M.Sc.
Laporan Kerja Praktek Universitas Gadjah Mada
Arya Anindia Widiatama (08/265578/TK/33734) Muziibu Alfisyah (08/269224/TK/34348)
Jurusan Teknik Kimia Universitas Gadjah Mada 4
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan rahmat-Nya sehingga
laporan Kerja Praktek di PT. Pupuk Kalimantan Timur dapat diselesaikan dengan baik.
Laporan ini disusun berdasarkan pengamatan lapangan dan studi pustaka yang
dilakukan pada saat Kerja Praktek di PT. Pupuk Kalimantan Timur. Kerja Praktek
merupakan salah satu tugas yang harus ditempuh sebagai persyaratan menyelesaikan
studi Strata-1 (S-1) di jurusan Teknik Kimia Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada.
Pada kesempatan ini penyusun mengucapkan terima kasih kepada PT. Pupuk
Kalimantan Timur yang memberikan kesempatan untuk Kerja Praktek sejak 19 Januari –
19 Maret 2011, dan juga terima kasih kepada:
1. Orang tua tercinta yang telah memberi dukungan baik moral maupun material
serta kasih sayang yang diberikan
2. Ir. Moh. Fahrurrozi, M.Sc., Ph.D., selaku Ketua Jurusan Teknik Kimia Fakultas
Teknik Universitas Gadjah Mada
3. Dr. Ir. Aswati Mindaryani, M.Sc. selaku Dosen Pembimbing Kerja Praktek
4. Bapak Ir. Agus Subekti, M.Si., selaku Manager Diklat & Manajemen
Pengetahuan PT. Pupuk Kaltim
5. Bapak Ir. Supriyoto, selaku Manager Departemen Operasi Pabrik 5
6. Bapak Muchyidin, S.Sos., selaku Kepala Bagian Perencanaan & Evaluasi Diklat
PT. Pupuk Kaltim
7. Bapak Bambang Gunawan, Bapak Yunus Simanjuntak dan seluruh Staff Diklat &
Manajemen Pengetahuan
8. Bapak H. Abdul Kadir, ST., selaku Pembimbing Lapangan I
9. Bapak Ngadiman, selaku Pembimbing Lapangan II
10. Bapak Sudiyono, selaku Kepala Bagian Utility Departemen Operasi Pabrik 4
11. Bapak Kuswanto, Bapak Budi, Bapak Herry, dan Bapak Mustayib selaku
supervisor pada Unit Urea POPKA
12. Seluruh staff dan karyawan Departemen Operasi Pabrik 5 yang telah memberikan
ilmunya selama berjalannya kerja praktek ini.
13. Teman-teman Teknik Kimia UGM, Ijal, Ragaguci, Sulthoni, Maya, Shelly,
Muziibu, Uzie, Hilman, Navilah, Nuri, Rofiq, Mba Tira, Adit dan Fajar, yang
Laporan Kerja Praktek Universitas Gadjah Mada
Arya Anindia Widiatama (08/265578/TK/33734) Muziibu Alfisyah (08/269224/TK/34348)
Jurusan Teknik Kimia Universitas Gadjah Mada 5
sudah bersama-sama bekerja keras bersama Kerja Praktek di bontang selama 2
bulan
14. Teman-teman Mess Petrosea Amoniak yang menjadi teman baru sekaligus
keluarga baru dan juga teman seperjuangan selama kerja Praktek, Sekar, Novita,
Amel, Mita, Nyoman, Darma, Alvin, Fajar, Aldi, Dantek, Fadlan, Ichank, Andi,
Irawan, Dimas, Ditya, Robby, Fadil
Penyusun menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu
kritik dan saran yang bersifat membangun sangat kami harapkan. Akhir kata semoga
laporan ini dapat memberi manfaat.
Bontang, 13 Maret 2012
Penyusun
Laporan Kerja Praktek Universitas Gadjah Mada
Arya Anindia Widiatama (08/265578/TK/33734) Muziibu Alfisyah (08/269224/TK/34348)
Jurusan Teknik Kimia Universitas Gadjah Mada 6
DAFTAR ISI
Halaman Judul
Lembar Pengesahan
Kata Pengantar
Daftar Isi
BAB I PROFIL PERUSAHAAN 8
I.1. Sejarah Lahirnya Perusahaan 8
I.2. Visi dan Misi Perusahaan 11
I.3. Lokasi Pabrik 12
I.4. Lambang PT Pupuk Kalimantan Timur 13
I.5. Jenis Perusahaan 15
I.6. Struktur Organisasi PT. Pupuk Kalimantan Timur 16
I.7. Tenaga Kerja dan Waktu Kerja 18
I.8. Fasilitas dan Jaminan Sosial 18
I.9. Spesifikasi Produk 19
I.10. Fasilitas Pabrik 20
I.11. Peningkatan Mutu dan Pengolahan Lingkungan 20
I.12. Pemasaran Hasil Produksi 20
BAB II BAGIAN UTILITY POPKA
17
II.1. Unit Sea Water Intake
...............................................................
22
II.2. Unit Chlorination
........................................................................
25
II.3. Unit Sea and Sweet Cooling Water System
............................
29
II.4. Unit Desalinasi 32
II.5. Compressor Stationary 36
II.6. Unit Plant Air (PA) dan Instrument Air (IA) 38
II.7. Pengolahan Air Buangan
...........................................................
40
II.8. Unit Urea Formaldehyde
...........................................................
43
Laporan Kerja Praktek Universitas Gadjah Mada
Arya Anindia Widiatama (08/265578/TK/33734) Muziibu Alfisyah (08/269224/TK/34348)
Jurusan Teknik Kimia Universitas Gadjah Mada 7
BAB III BAGIAN UREA POPKA 47
III.1. Persiapan Bahan Baku 49
III.2. Seksi Sintesa 51
III.3. Seksi Resirkulasi 53
III.4. Seksi Evaporasi 55
III.5. Seksi Granulasi 57
III.6. Seksi Waste Water Treatment (WWT) 62
III.7. Steam System 64
DAFTAR PUSTAKA
Laporan Kerja Praktek Universitas Gadjah Mada
Arya Anindia Widiatama (08/265578/TK/33734) Muziibu Alfisyah (08/269224/TK/34348)
Jurusan Teknik Kimia Universitas Gadjah Mada 8
BAB I
PROFIL PERUSAHAAN
I.1. Sejarah Lahirnya PT. Pupuk Kalimantan Timur
Pertanian merupakan salah satu sektor pembangunan yang mendapatkan perhatian
besar dari pemerintah karena sebagian besar masyarakat Indonesia adalah petani. Selain
itu, dari sektor inilah kebutuhan masyarakat akan pangan dapat terpenuhi. Pupuk
memegang peranan penting dalam usaha-usaha meningkatkan hasil-hasil pertanian.
Disamping digunakan pada sektor pertanian, pupuk juga dibutuhkan di sektor industri.
Pupuk memegang peranan penting dalam peningkatan kualitas produksi hasil
pertanian. Salah satu jenis pupuk yang banyak digunakan oleh petani adalah pupuk urea,
yang berfungsi sebagai sumber nitrogen bagi tanaman. Dalam peternakan, urea
merupakan nutrisi makanan ternak yang dapat meningkatkan produksi susu dan daging.
Selain itu, pupuk urea memiliki prospek yang cukup besar dalam bidang industri, antara
lain sebagai bahan dalam pembuatan resin, produk-produk cetak, pelapis, perekat, bahan
anti kusut dan pembantu pada pencelupan di pabrik tekstil. Oleh karena itu, kebutuhan
pupuk urea semakin bertambah seiring berjalannya waktu.
PT. Pupuk Kalimantan Timur merupakan salah satu Badan Usaha Milik Negara
(BUMN) yang bergerak dalam bidang pembuatan ammonia dan pupuk urea, yang berdiri
pada tanggal 7 Desember 1977. Pada mulanya proyek PT. Pupuk Kalimantan Timur
dikelola oleh Pertamina sebagai unit-unit pabrik terapung di bawah pengawasan
Direktorat Jendral Industri Kimia Dasar.
Pada tahun 1973, di pasar internasional terjadi kelangkaan pupuk urea yang
menyebabkan harga pupuk melambung tinggi sedangkan sumber gas yang ditemukan di
Kaltim diperkirakan hanya cukup 10 tahun saja. Maka dengan adanya masalah tersebut
munculah suatu gagasan utuk mendirikan pabrik urea sendiri. Pada awalnya Pertamina
mempunyai gagasan untuk mendirikan pabrik pupuk urea di atas kapal dengan
pertimbangan apabila gas alam sebagai bahan baku habis maka pabrik dapat dipindahkan.
Berdasarkan KEPPRES No.43 Tahun 1975, dibentuklah suatu tim yang bertugas
untuk meninjau dan meneliti program pembangunan pabrik terapung sesuai dengan
gagasan awal tersebut. Dan ternyata dari hasil peninjauan tersebut ditemukan data bahwa
Laporan Kerja Praktek Universitas Gadjah Mada
Arya Anindia Widiatama (08/265578/TK/33734) Muziibu Alfisyah (08/269224/TK/34348)
Jurusan Teknik Kimia Universitas Gadjah Mada 9
cadangan gas alam cukup untuk 25 tahun mendatang. Dengan adanya temuan tersebut
maka rencana pendirian pabrik terapung pun diteruskan.
Proyek direncanakan oleh Pertamina, rencana awalnya akan dibangun di atas
kapal ukuran 30.000 DWT untuk pabrik ammonia dan kapal ukuran 20.000 DWT untuk
pabrik urea. Lokasi proyek antara 10 sampai 15 mil dari lepas pantai. Kapasitas pabrik
ammonia 1500 ton per hari dan pabrik urea 1700 ton per hari. Fasilitas penunjang pabrik
yaitu tangki terapung penyimpanan amonia, kapal terapung penyimpan urea, mooring
complex akan dibangun. Floating security boom akan mengelilingi semua fasilitas pabrik
terapung tersebut.
Pada saat itu telah tersedia dua buah kapal untuk menunjang rencana tersebut,
yaitu kapal Mary Elizabeth dengan ukuran 55.000 DWT untuk pabrik ammonia dan kapal
Dominique ukuran 30.000 DWT untuk pabrik urea. Lokasi yang direncanakan adalah
Bontang Utara karena daerah tersebut mempunyai gugusan batu karang yang dapat
mengurangi laju ombak.
Karena kesulitan teknis dan beberapa pertimbangan lain maka konsep pabrik
terapung dipindahkan ke darat. Berdasarkan Keppres No. 39 tahun 1976 dilakukan serah
terima proyek ini dari Pertamina ke Departemen Perindustrian dalam hal ini Direktorat
Jenderal Industri Kimia Dasar pada tahun 1976. Setelah penyelesaian proses hukum
dalam rangka serah terima peralatan pabrik di eropa, maka pada tanggal 7 Desember
1977 didirikan sebuah Perseroan Negara untuk mengelola usaha ini dengan nama PT.
Pupuk Kalimantan Timur. Dengan dipindahkannya lokasi pabrik ke darat diperlukan
perubahan dan penyesuaian desain pabrik. Pemancangan tiang pertama dilakukan oleh
Menteri Perindustrian saat itu, Ir. A. R. Soehoed pada tanggal 16 Nopember 1979.
Menurut jadwal, masa konstruksi yang dimulai pada bulan Maret 1979 diperkirakan akan
berlangsung selama 36 bulan, namun pelaksanaannya mengalami banyak kesulitan
sehingga start-up baru dapat dilakukan pada bulan Juni 1982, produksi ammonia pertama
dihasilkan pada tanggal 20 Desember 1983 dan produksi pupuk urea pertama dihasilkan
pada tanggal 15 April 1984 dan pengapalan urea perdana ke Surabaya tanggal 24 Juli
1984.
Pada tahun 1981 diadakan persiapan pembangunan pabrik PT. Pupuk Kalimantan
Timur yang kedua yang kontrak pembangunannya ditandatangani pada tanggal 23 Maret
1982. Masa konstruksi Kaltim-2 dimulai pada bulan Maret 1983 dan start-up dari utility
Laporan Kerja Praktek Universitas Gadjah Mada
Arya Anindia Widiatama (08/265578/TK/33734) Muziibu Alfisyah (08/269224/TK/34348)
Jurusan Teknik Kimia Universitas Gadjah Mada 10
dimulai pada bulan April 1984, produksi ammonia pertama dihasilkan pada tanggal 6
September 1984 dan produksi urea pertama dihasilkan pada tanggal 15 September 1984.
Setelah itu, pembangunan pabrik Kaltim 3 menyusul, yang dilakukan dengan konsep
pabrik hemat energi. Pemancangan dilaksanakan pada tanggal 26 Juli 1986 dan
diresmikan pada tanggal 4 April 1989. Kapasitas produksi Kaltim 3 adalah 1000 ton per
hari amoniak dan 1725 ton per hari urea.
Sejalan dengan perkembangan waktu akan permintaan urea yang semakin
meningkat, maka PT. Pupuk Kalimantan Timur telah membangun pabrik urea baru lagi
sebagai jawaban akan permintaan pasar. Proyek pembangunan urea unit 4 PT. Pupuk
Kaltim dikenal dengan nama POPKA (Proyek Optimasi Pupuk Kaltim). Sesuai dengan
namanya maka tujuan utama pabrik ini adalah untuk optimalisasi yaitu dengan
memanfaatkan bahan baku (CO2 dan NH3) berlebih dari pabrik Kaltim-1 dan Kaltim-2.
Pabrik ini didirikan pada tahun 1999 untuk memproduksi pupuk urea granul dengan
orientasi ekspor.
Penandatanganan kontrak antara PT. Pupuk Kalimantan Timur dengan
konsorsium kontraktor dilaksanakan tanggal 9 Oktober 1996. Sebagai kontraktor utama
adalah PT. Rekayasa Industri (Persero) dan sub kontraktor Chiyoda Corp. yang
menggunakan lisensi dari Stamicarbon, sedangkan proses urea graul menggunakan lisensi
dari Hydro Agri. Produksi pertama urea granul POPKA adalah pada tanggal 18 Februari
1999 dan peresmiannya dilakukan pada tanggal 6 Juli 2000 oleh Presiden K.H.
Abdurrahman Wahid.
Pabrik Urea unit POPKA menerapkan teknologi Distributed Control System (DCS) yang
dioperasikan secara otomatis dan ramah lingkungan karena didukung unit Dust Scrubber,
Hydroliser, dan Neutralization yang dapat mengurangi zat polutan.
Saat ini PT. Pupuk Kalimantan Timur telah memiliki empat pabrik ammonia dan
lima pabrik urea. Dari seluruh pabrik tersebut, maka kapasitas terpasang adalah 1.850.000
ton ammonia dan 2.980.000 ton urea per tahun dan PT. Pupuk Kalimantan Timur menjadi
produsen urea terbesar di dunia dalam satu lokasi.
Laporan Kerja Praktek Universitas Gadjah Mada
Arya Anindia Widiatama (08/265578/TK/33734) Muziibu Alfisyah (08/269224/TK/34348)
Jurusan Teknik Kimia Universitas Gadjah Mada 11
Tabel 1. Data Kapasitas Produksi per Tahun
Pabrik Ammonia (ton) Urea (ton)
Kaltim-1 595.000 700.000
Kaltim-2 595.000 570.000
Kaltim-3 330.000 570.000
POPKA - 570.000
Kaltim-4 330.000 570.000
Jumlah 1.850.000 2.980.000
I.2. Visi dan Misi Perusahaan
PT. Pupuk Kalimantan Timur mempunyai visi menjadi perusahaan petrokimia
kelas dunia dengan meningkatkan nilai perusahaan melalui pengembangan industri pupuk
dan petrokimia untuk kepentingan stakeholder.
Sebagai Badan Usaha Milik Negara (BUMN). PT. Pupuk Kalimantan Timur
mengemban beberapa misi yaitu:
1. Sebagai Unit Ekonomi
2. Sebagai Development Agent dalam Bidang Industri
3. Sebagai Stabilisator
Adapun budaya perusahaan yang diterapkan oleh PT. Pupuk Kalimantan Timur
adalah Budaya Perusahaan yang Good Coorperate Governance yang meliputi:
1. Akuntabilitas
Prinsip akuntabilitas berkaitan dengan pertanggungjawaban atas keputusan dan hasil
yang dicapai, sesuai dengan wewenang dan tanggung jawab yang dimiliki dalam
mengelola perusahaan.
2. Kemandirian
Kemandirian/independensi mengandung makna bahwa dalam menjalankan tugas dan
kewenangannya mengelola perusahaan, para pengambil keputusan sepenuhnya
terlepas dari berbagai pengaruh/tekanan pihak lain yang dapat merugikan,
mengganggu, mengurangi objektivitas pengambilan keputusan atau menurunkan
efektivitas pengelolaan kinerja perusahaan.
Laporan Kerja Praktek Universitas Gadjah Mada
Arya Anindia Widiatama (08/265578/TK/33734) Muziibu Alfisyah (08/269224/TK/34348)
Jurusan Teknik Kimia Universitas Gadjah Mada 12
3. Transparansi
Transparansi menunjukkan kemampuan dari para stakeholder terkait untuk melihat
dan memahami proses dan landasan yang digunakan dalam pengambilan keputusan
atau dalam pengelolaan perusahaan.
4. Disklosur (disclosure)
Disklosur atau pengungkapan adalah penyajian informasi kepada stakeholders, baik
diminta maupun tidak, mengenai hal-hal yang berkaitan dengan kinerja operasional,
keuangan dan risiko usaha perusahaan.
I.3. Lokasi Pabrik
Lokasi pabrik PT. Pupuk Kalimantan Timur terletak di wilayah pantai Kota
Bontang, kira-kira 121 km sebelah utara Samarinda, ibukota propinsi Kalimantan Timur.
Secara geografis terletak pada 0o10’46,9” LU dan 117
o29’30,6” BT. Pabrik tersebut
terletak pada areal seluas 493 Ha, di sebelah selatan lokasi pabrik (sekitar 10 km) terdapat
lokasi pabrik pencairan gas alam PT. Badak NGL Co. Lokasi perumahan dinas karyawan
terletak sekitar 6 km sebelah barat pabrik seluas 765 Ha. Pada daerah tersebut juga
terdapat perumahan BTN untuk karyawan.
Gambar 1. Peta Lokasi PT. Pupuk Kalimantan Timur
Dasar pertimbangan lokasi pabrik:
1. Lokasi dekat dengan sumber bahan baku berupa gas alam.
2. Lokasi dekat dengan pantai sehingga memudahkan pengangkutan.
3. Lokasi berada di tengah daerah pemasaran pupuk untuk ekspor maupun
pemasaran dalam negeri.
4. Pemetaan Zone Industry.
Laporan Kerja Praktek Universitas Gadjah Mada
Arya Anindia Widiatama (08/265578/TK/33734) Muziibu Alfisyah (08/269224/TK/34348)
Jurusan Teknik Kimia Universitas Gadjah Mada 13
5. Peluang untuk perluasan pabrik karena luasnya lahan yang dimiliki.
I.4. Lambang PT. Pupuk Kalimantan Timur
Gambar 2. Lambang PT. Pupuk Kalimantan Timur
Makna dari lambang PT. Pupuk Kalimantan Timur:
1. Segi lima melambangkan Pancasila, merupakan landasan idiil perusahaan.Daun
buah melambangkan kesuburan dan kemakmuran.
2. Lingkaran kecil putih melambangkan letak lokasi Bontang dekat khatulistiwa.
3. Tulisan PUPUK KALTIM melambangkan keterbukaan perusahaan memasuki era
globalisasi.
4. Warna biru melambangkan keluasan wawasan nusantara dan semangat integritas
untuk membangun bersama serta kebijaksanaan dalam memanfaatkan sumber
daya alam.
5. Warna jingga melambangkan semangat sikap kreativitas membangun dan sikap
profesional dalam mencapai kesuksesan usaha.
Gambar 3. Merk Dagang Pupuk Urea Mandau
Arti merk dagang Mandau:
1. Daun sebanyak 17 melambangkan kemakmuran sebagai salah satu cita-cita
kemerdekaan.
Laporan Kerja Praktek Universitas Gadjah Mada
Arya Anindia Widiatama (08/265578/TK/33734) Muziibu Alfisyah (08/269224/TK/34348)
Jurusan Teknik Kimia Universitas Gadjah Mada 14
2. Mandau alat untuk membuat lahan pertanian yang dipergunakan penduduk asli
Kalimantan, melambangkan kepeloporan perusahaan dalam mengembangkan
usaha pertanian.
3. Mandau berjumbai lima melambangkan Pancasila.
4. Mandau biru melambangkan keluasan wawasan pemasaran.
5. Warna merah melambangkan dinamika kewiraswastaan.
Gambar 4. Merk Dagang Pupuk NPK Pelangi
Arti merk dagang Pupuk NPK Pelangi :
1. Logo terdiri dari simbolisasi pelangi yaitu tiga bidang lengkung dengan warna
dasar unsur cahaya, Merah, Hijau, dan Biru (R, G, B).
2. Daun buah mewakili perusahaan Pupuk Kaltim yang sudah dikenal.
3. Daun hijau melebar dan mengembang melambangkan kesuburan, hasil yang
bermanfaat serta kemakmuran.
4. Tulisan Pupuk Kaltim berwarna biru menampilkan identitas produsen untuk
melengkapi ikon daun buah yang sudah ada.
5. Pemilihan tipografi/huruf tanpa kaki untuk mengesankan modern, terbuka, dan
responsif terhadap perkembangan.
6. Warna merah menggambarkan dinamika dan kecerahan harapan.
7. Warna hijau menggambarkan karakter sejuk, kesuburan, dan kemakmuran sesuai
dengan esensi pupuk yang memberi kesuburan tanah.
Laporan Kerja Praktek Universitas Gadjah Mada
Arya Anindia Widiatama (08/265578/TK/33734) Muziibu Alfisyah (08/269224/TK/34348)
Jurusan Teknik Kimia Universitas Gadjah Mada 15
8. Warna biru menggambarkan kemajuan dan manfaat teknologi.
Gambar 5. Merk Dagang Pupuk Daun Buah
Arti merk dagang Pupuk Daun Buah :
1. Logo diolah melalui penggabungan simbol daun buah yang sudah menjadi
simbol/ikon dari Pupuk Kaltim dengan ilustrasi stilasi daun
2. Simbol daun buah mewakili perusahaan Pupuk Kaltim yang sudah dikenal.
3. Daun hijau melebar dan mengembang melambangkan kesuburan, hasil yang
bermanfaat serta kemakmuran.
4. Warna merah menggambarkan dinamika dan kecerahan harapan.
5. Warna hijau menggambarkan karakter sejuk, kesuburan, dan kemakmuran sesuai
dengan esensi pupuk yang memberi kesuburan tanah.
6. Warna biru menggambarkan kemajuan dan manfaat teknologi.
I.5. Jenis Perusahaan
Pada saat ini PT. Pupuk Kalimantan Timur, mengoperasikan 5 buah pabrik yaitu
pabrik Kaltim-1, pabrik Kaltim-2, pabrik Kaltim-3, pabrik Kaltim-4, dan POPKA. Setiap
pabrik terdiri dari empat unit yaitu unit Utility, Unit Ammoniak, Unit Urea, sedangkan
POPKA hanya mempunyai Unit Utility dan Unit Granul.
Selain menghasilkan ammoniak dan urea, pabrik PT. Pupuk Kalimantan Timur
juga menghasilkan produk sampingan berupa nitrogen, oksigen, dan karbondioksida.
Selanjutnya untuk perkembangan produk selain produk tersebut, maka dibuka beberapa
anak perusahaan sebagai berikut:
Laporan Kerja Praktek Universitas Gadjah Mada
Arya Anindia Widiatama (08/265578/TK/33734) Muziibu Alfisyah (08/269224/TK/34348)
Jurusan Teknik Kimia Universitas Gadjah Mada 16
1. PT. Kaltim Nusa Etika (KNE)
2. PT. Kaltim Multi Boga Utama (KMBU)
3. PT. Daun Buah
4. PT. Kaltim Cipta Yasa (KCY)
5. PT. Kaltim Adhiguna Dermaga (KAD)
6. PT. Kaltim Bahtera Adhiguna (KBA)
7. PT. Kaltim Industrial Estate (KIE)
8. PT. Kaltim Adventure Tours and Travel (KAIT)
Selain itu juga didirikan juga beberapa perusahaan patungan dengan perusahaan
besar Nasional dan Internasional, seperti:
1. PT. Kaltim Methanol Industri
2. PT. DSM Kaltim Melamine
3. PT. Kaltim Pasifik Ammonia
4. PT. Kaltim Ambikap Wiratama
5. PT. Kaltim Parna Industri
I.6. Struktur Organisasi PT. Pupuk Kalimantan Timur
Struktur organisasi perusahaan dibentuk untuk mempersatukan dan
menggalang semua aktivitas yang ada untuk mencapai tujuan. Bentuk perusahaan
adalah Perseroan Terbatas Badan Usaha Milik Negara dengan nama PT. Pupuk
Kalimantan Timur dengan sistem organisasi mengikuti garis dan staf yang terdiri dari
Dewan Direksi, Kepala Seksi, Kepala Kompartemen, Kepala Departemen atau Biro,
Kepala Bagian, Kepala Seksi, Kepala Regu dan Pelaksana.
Dewan Direksi terdiri dari seorang Direktur Utama dan empat orang Direktur
yaitu Direktur Teknik, Penelitian dan Pengembangan, Direktur Komersiil, Direktur
Produksi, dan Direktur Sumber Daya Manusia dan Umum. Dewan Direksi
bertanggung jawab kepada dewan komisaris yang mewakili pemerintah sebagai
pemegang saham, adapun tanggung jawab dan wewenangnya adalah sebagai berikut:
1. Direktur Utama, memimpin organisasi perusahaan dan bertanggung jawab atas
kelancaran jalannya perusahaan kepada Dewan Komisaris.
2. Direktur Teknik, Penelitian dan Pengembangan, memimpin bidang
pengembangan dan peneltian serta rancang bangun, perekayasa dan pengadaan
dan bertanggung jawab kepada Direktur Utama.
Laporan Kerja Praktek Universitas Gadjah Mada
Arya Anindia Widiatama (08/265578/TK/33734) Muziibu Alfisyah (08/269224/TK/34348)
Jurusan Teknik Kimia Universitas Gadjah Mada 17
3. Direktur Komersiil, memimpin bidang keuangan dan bidang pemasaran produk
yang dihasilkan perusahaan dan bertanggung jawab kepada Direktur Utama.
4. Direktur Produksi, bertanggung jawab atas kelancaran produksi dan bertanggung
jawab kepada Direktur Utama.
5. Direktur Sumber Daya Manusia dan Umum, memimpin bidang pengembangan
sumber daya karyawan dan bidang umum dan bertanggung jawab kepada Direktur
Utama.
Selain itu terdapat juga unsur bantuan yang terdiri dari beberapa Kompartemen
dan unit Departemen yang masing-masing dipimpin oleh General Manager untuk masing-
masing kompartemen dan Manager untuk masing-masing Departemen. Adapun unsur
bantuan itu adalah sebagai berikut:
Kompartemen terdiri atas:
1. Kompartemen Sekper
2. Kompartemen Operasi
3. Kompartemen Pemeliharaan
4. Kompartemen Renbang
5. Kompartemen Teknik
6. Kompartemen Komersil
7. Kompartemen Keuangan
Departemen meliputi:
1. Departemen Was Operasi
2. Departemen KHI
3. Departemen Cangun
4. Biro Penelitian dan Rentra
5. Departemen Perencanaan Material
dan Gudang
6. Departemen Hukum
7. Departemen Sekretariat
8. Departemen K3LH
9. Departemen Inspeksi Teknik
10. Departemen Pengendalian Proses
16. Departemen Humas
17. Departemen Jasa Teknik
18. Departemen Sistofel
19. Departemen Keuangan
20. Departemen Akuntansi
21. Departemen Anggaran
22. Departemen Sistem Manajemen
23. Departemen PKBL
24. Departemen Pengembangan
Usaha
25. Departemen Diklat & MP
Laporan Kerja Praktek Universitas Gadjah Mada
Arya Anindia Widiatama (08/265578/TK/33734) Muziibu Alfisyah (08/269224/TK/34348)
Jurusan Teknik Kimia Universitas Gadjah Mada 18
11. Departemen Pengadaan
12. Departemen Kamtib
13. Departemen
Mechanical/Machinery
14. Departemen Pemasaran Dalam
Negeri
15. Departemen Was Keuangan
26. Departemen Listrik/Instrumen
27. Departemen Operasi Pabrik-1
28. Departemen Operasi Pabrik-2
29. Departemen Operasi Pabrik-3
30. Departemen Operasi Pabrik-4
31. Departemen Ekspedisi
Pergudangan dan Distribusi
I.7. Tenaga Kerja dan Waktu Kerja
Waktu kerja bagi karyawan PT. Pupuk Kalimantan Timur dibagi dua, yaitu
karyawan shift dan non-shift. Untuk pembagian kerja karyawan shift, terdiri dari 3 shift
yang masing-masing bekerja selama 8 jam setiap shift. Adapun ketiga shift tersebut
adalah:
Day shift : pukul 07.00 – 15.00 WITA
Swing shift : pukul 15.00 – 23.00 WITA
Night shift : pukul 23.00 – 07.00 WITA
Sedangkan pembagian kerja untuk karyawan non-shift adalah:
Senin – Kamis : pukul 07.00 – 16.00 WITA
Jam istirahat : pukul 12.00 – 13.00 WITA
Jum'at : pukul 07.00 – 17.00 WITA
Jam istirahat : pukul 11.30 – 13.30 WITA
I.8. Fasilitas dan Jaminan Sosial
Karyawan PT. Pupuk Kalimantan Timur menerima fasilitas dan jaminan sosial
sebagai berikut:
1. Fasilitas rumah tangga
2. Program pensiun
3. Jaminan atas keselamatan kerja
4. Fasilitas rumah sakit dan tempat ibadah
5. Program tabungan hari tua
6. Fasilitas pendidikan: TK, SD, SMP, dan SMU
7. Fasilitas olah raga
Laporan Kerja Praktek Universitas Gadjah Mada
Arya Anindia Widiatama (08/265578/TK/33734) Muziibu Alfisyah (08/269224/TK/34348)
Jurusan Teknik Kimia Universitas Gadjah Mada 19
8. Fasilitas perbelanjaan meliputi: supermarket dan pusat perbelanjaan serba ada.
I.9. Spesifikasi Produk
Urea Prill
Spesifikasi produk urea dapat dinyatakan sebagai berikut:
Kandungan amoniak : 46,3% (min weight)
Moisture : 0,5% (max weight)
Biuret : 1% (max weight)
Fe : 0,1 ppm (max weight)
Ammonia free : 150 ppm (max weight)
Ukuran Partikel : 95% lolos 6-8 US mesh, 100% lolos 6 US mesh
Bentuk : prill (free flowing)
Ammonia
Spesifikasi produk ammonia dapat dinyatakan sebagai berikut:
Kandungan air : 0,1% (max weight)
Kandungan NH3 : 99,9% (min weight)
Kandungan minyak : 5 ppm (max weight)
Insoluble gas : 500 ppm (max weight)
Temperatur : -33 oC (ke storage), 20-38
oC (ke urea)
Urea Granul
Nitrogen : 46% (min weight)
Biuret : 1% (max weight)
Kandungan air : 0,5% (max weight)
Besi : 1 ppm (max weight)
Ammoniak bebas : 150 ppm (max weight)
Debu : 15 ppm (max weight)
Temperatur produk : 50 oC (max)
Ukuran produk : 90% (min weight) untuk 2–4 mm
Bentuk : granul
Laporan Kerja Praktek Universitas Gadjah Mada
Arya Anindia Widiatama (08/265578/TK/33734) Muziibu Alfisyah (08/269224/TK/34348)
Jurusan Teknik Kimia Universitas Gadjah Mada 20
I.10. Fasilitas Pabrik
PT. Pupuk Kalimantan Timur memiliki 4 buah dermaga dengan daya tampung
kapal yang berbeda, yaitu Dermaga I (6.000 DWT), Dermaga II (40.000 DWT), Dermaga
III (20.000 DWT), dan Dermaga Quadrant Arm Loader (40.000 DWT). Dengan
kedalaman dermaga yang dapat disinggahi kapal berdaya muat hingga puluhan ribu
DWT, PT. Pupuk Kalimantan Timur juga memiliki ammonia storage dengan kapasitas 52
ribu ton, gedung urea curah dengan kapasitas 70 ribu ton, dan gudang pengantongan
dengan kapasitas 10 ribu ton. Untuk menjaga kualitas produk PT. Pupuk Kalimantan
Timur memiliki laboratorium uji mutu yang hasilnya telah mendapat pengakuan dari
Badan Sertifikasi Internasional, ISO 17025. Di bidang pemeliharaan dan pengadaan alat-
alat pabrik PT. Pupuk Kalimantan Timur memiliki gudang spare part, bengkel, dan
Industri Peralatan Pabrik.
I.11. Peningkatan Mutu dan Pengolahan Lingkungan
PT. Pupuk Kalimantan Timur berupaya meningkatkan mutu dan pengelolaan
lingkungan. Hasil yang dicapai adalah keberhasilan meraih ISO 9002 pada tahun 1996,
ISO 14001 pada 1997 dan ISO 17025 pada tahun 2000. ISO 9002 adalah pengakuan
dibidang sistem manajemen produksi dan instalasi, ISO 14001 pada bidang manajemen
lingkungan dan ISO 17025 dibidang laboratorium uji mutu.
I.12. Pemasaran Hasil Produksi
Pemasaran Pupuk Urea
Produk pupuk urea PT. Pupuk Kalimantan Timur didistribusikan untuk memenuhi
kebutuhan di Indonesia bagian timur dan tengah yang meliputi daerah:
1. Jawa Tengah, dan Jawa Timur
2. Bali
3. Kalimantan Timur, dan Kalimantan Tengah
4. Sulawesi Tengah, Sulawesi Selatan, Sulawesi Barat, Sulawesi Tenggara,
Gorontalo, dan Sulawesi Utara
5. NTB dan NTT
6. Maluku
7. Irian Jaya
Laporan Kerja Praktek Universitas Gadjah Mada
Arya Anindia Widiatama (08/265578/TK/33734) Muziibu Alfisyah (08/269224/TK/34348)
Jurusan Teknik Kimia Universitas Gadjah Mada 21
Untuk pemasaran pupuk urea ke luar negeri yang dilayani oleh PT. Pupuk
Kalimantan Timur berdasarkan kuota dari APPI meliputi:
1. Malaysia
2. Vietnam
3. Jepang
4. China
5. Srilangka
6. Philipina
Pemasaran Ammonia
Produk ammonia sebagian besar diekspor ke luar negeri, antara lain:
1. Korea Selatan
2. India
3. Yordania
4. Tanzania
5. Spanyol
6. Thailand
7. Malaysia
8. Jepang
9. Taiwan
Laporan Kerja Praktek Universitas Gadjah Mada
Arya Anindia Widiatama (08/265578/TK/33734) Muziibu Alfisyah (08/269224/TK/34348)
Jurusan Teknik Kimia Universitas Gadjah Mada 22
BAB II
UNIT UTILITY POPKA
Unit utilitas POPKA berfungsi sebagai penunjang kebutuhan yang
diperlukan untuk kelancaran proses produksi pabrik urea. Unit utility POPKA
hanya memproduksi air pendingin, Natrium Hypochloride, air proses (raw
condensate, demin), UF-85, dan udara instrument (PA dan IA). Produk-produk
utilitas yang tersebut di atas diproduksi oleh unit-unit sebagai berikut :
1. Unit Sea Water Intake
2. Unit Khlorinasi
3. Cooling Water ( Sea and Sweet water)
4. Unit Desalinasi
5. Compressor Stationary
6. Plant Air dan Instrument Air
7. Pengolahan air buangan
8. Unit UF-85
II.1. UNIT SEA WATER INTAKE
Unit ini berfungsi untuk menyediakan bahan baku air laut untuk keperluan
air pendingin, bahan baku air proses , umpan unit Desalinasi, dan umpan unit
Chlorination. Air laut sebagai air pendingin digunakan dengan sistem sekali pakai
(once through), sedangkan air laut sebagai bahan baku air proses diolah lebih
dahulu di unit Desalinasi untuk mendapatkan air tawar dan kemudian air tawar
tersebut diproses lebih lanjut sesuai peruntukannya.
Air laut sebagai bahan baku untuk kebutuhan air di pabrik diambil dari air
laut sekitar pabrik. Air laut sebagai bahan baku utilitas di pabrik harus memenuhi
beberapa persyaratan kualitas yaitu :
Bebas dari kotoran yang bisa menyebabkan terjadinya penyumbatan di
sepanjang aliran perpipaan dan peralatan.
Tidak mengandung mikroorganisme, zat pencemar dan binatang laut lainnya
yang dapat menghambat aliran perpipaan dan peralatan.
Beberapa perlakuan yang harus dilakukan untuk menjaga agar persyaratan kualitas
Laporan Kerja Praktek Universitas Gadjah Mada
Arya Anindia Widiatama (08/265578/TK/33734) Muziibu Alfisyah (08/269224/TK/34348)
Jurusan Teknik Kimia Universitas Gadjah Mada 23
air laut terpenuhi adalah sebagai berikut :
Perlakuan Fisika
Dengan cara menyaring dan mengambil kotoran atau binatang laut dengan
menggunakan saringan.
Perlakuan Kimia
Air laut diinjeksikan larutan Natrium Hypochloride (NaOCl) untuk
mematikan/mengurangi aktifitas mikroorganisme dan pertumbuhan karang
laut.
Data peralatan utama yang ada di daerah air laut masuk (Sea water intake) adalah
sebagai berikut :
1. Sea Water Intake Basin (P12-T-101)
Sea Water Intake Basin berfungsi sebagai kolam penampung air laut bersih
sebelum dipompakan ke pemakai.
2. Kolam Sea Water Outfall (P11-T-102)
Kolam ini berfungsi sebagai tempat penampungan air laut setelah digunakan di
pabrik, sebelum dibuang kembali ke laut bebas.
3. Sea Water Pump (P11-P-101 A/B)
Pompa laut berfungsi untuk menaikkan tekanan air laut ± 3,5 - 4,2 kg/cm2G,
sehingga air laut bisa digunakan di unit urea dan utilitas.
Kapasitas : 14.500 m3/jam (normal) atau 16.000 m
3/jam (design) per pompa.
Tekanan : 3,5 - 4 kg/cm2.G (pressure discharge)
Power : 2360 KW
4. Peralatan Penyaring :
Bar Screen (P11-F-101A/B)
Bar Screen berfungsi untuk menyaring kotoran-kotoran yang relatif besar.
Alat ini dipasang pada kedalaman 5 meter di bawah permukaan air laut untuk
menghindari lapisan oli di permukaan dan untuk memperoleh suhu air laut
yang cukup rendah.
Rotary Screen (P11-F-102 A/B)
Rotary Screen berfungsi untuk menyaring kotoran-kotoran yang relatif kecil
yang masih lolos dari bar screen. Kotoran yang tersangkut kemudian
Laporan Kerja Praktek Universitas Gadjah Mada
Arya Anindia Widiatama (08/265578/TK/33734) Muziibu Alfisyah (08/269224/TK/34348)
Jurusan Teknik Kimia Universitas Gadjah Mada 24
disemprot dengan air laut dari dalam saringan dan dibuang ke trash basket.
Alat ini berupa silinder yang bekerja secara berputar dengan kapasitas 10
ton/hour. Digunakan dua rotary screen, satu on dan satu standby auto (6 jam
operasi, 6 jam berhenti).
Stop Log up-stream/down-stream (P11-X-101 A/B dan P11-X-103 A/B).
Alat ini berfungsi untuk menahan aliran air laut yang masuk ke Sea water
Intake Basin (P11-T-101) sehingga apabila diperlukan Sea Water Intake
Basin dapat dikosongkan untuk keperluan perbaikan/pembersihan pada saat
turn around.
Travershing Trash Rake ( P11-X-102 )
Alat ini berfungsi untuk mengambil kotoran-kotoran yang tersangkut di bar
screen untuk kemudian kotoran tersebut dikumpulkan di keranjang sampah
(trash basket).
Trash Basket
Trash Basket digunakan untuk menampung sampah dari travershing dan
rotary screen. Apabila trash basket sudah penuh sampah-sampah tersebut
dibuang di tempat pembuangan sampah.
II.1.1. Uraian Proses
Air laut masuk di unit sea water intake. Air laut kemudian disaring di
bar screen (P-11-F-101 A/B) untuk menyaring kotoran-kotoran yang relatif
besar. Pada daerah bar screen dilengkapi juga dengan travershing trash rake
(P11-X-102) untuk mengambil kotoran yang tersangkut di bar screen dan
Trash Basket untuk menampung kotoran yang terambil. Air laut setelah
melewati saringan pertama (bar screen) disaring lagi di rotary screen
sehingga kotoran-kotoran yang berukuran kecil akan tertahan di rotary screen
kemudian disemprot dari dalam penyaring dengan air laut dan dibuang ke
trash basket .
Air laut yang sudah relatif bersih kemudian ditampung di sea water
intake basin sebelum disalurkan ke pemakai (user) di unit urea dan utilitas
menggunakan pompa P-101 A/B. Pompa akan menaikkan tekanan air laut
antara 3,5 - 4,0 kg/cm2. Tekanan ini perlu dijaga stabil pada kondisi normal
operasi. Selain pompa yang running, disediakan juga pompa yang standby
Laporan Kerja Praktek Universitas Gadjah Mada
Arya Anindia Widiatama (08/265578/TK/33734) Muziibu Alfisyah (08/269224/TK/34348)
Jurusan Teknik Kimia Universitas Gadjah Mada 25
yang akan beroperasi sesuai kebutuhan. Apabila tekanan air laut turun dari
tekanan operasi normal, maka pompa yang standby akan running secara
otomatis untuk menaikkan tekanan sehingga tekanan operasi air laut kembali
normal. Air laut yang dipompakan akan didistribusikan sebagai pendingin dan
sebagian diolah menjadi air tawar di unit desalinasi untuk bahan baku
pembuatan steam.
Air laut dipompakan sebagai air pendingin proses (Sea Cooling
Water) dan sebagian diolah menjadi air tawar di unit desalinasi sebagai bahan
baku pembuatan steam. Setelah digunakan, air laut selanjutnya dibuang ke
laut bebas (outfall) yang letaknya cukup jauh dari lokasi Sea Water Intake.
Mengacu pada karakter air laut yang korosif, peralatan yang dilalui air
laut sebisa mungkin tahan terhadap korosi. Pemipaan bawah tanah yang
dilalui air laut dilapisi oleh semen untuk mencegah korosi (Bona Pipe).
Sedangkan untuk pemipaan yang yang berada di atas tanah dilapisi oleh karet
(rubber lining). Peralatan yang dilalui air laut seperti marine plate exchanger,
material yang umum digunakan adalah berbahan Cu/Ni (Tembaga/Nikel),
meskipun material ini tetap rawan terkorosi terhadap kehadiran amonia.
II.2. UNIT KHLORINASI
Unit khlorinasi berfungsi untuk memproduksi larutan Natrium
Hyphochloride (NaOCl) dengan konsentrasi antara 1000 - 2000 ppm. Larutan
Natrium Hyphochloride berfungsi sebagai desinfektan untuk mencegah
pertumbuhan ganggang, kerang, dan mikroorganisme lainnya yang terdapat di air
laut. Mikroorganisme ini dapat menyebabkan terjadinya kerak/karang sehingga
menyumbat pipa dan mengganggu proses transfer panas di alat-alat penukar panas.
Larutan Natrium Hyphochloride diinjeksikan di Sea Water Intake sebanyak
30 - 38 m3/h dengan kadar dalam air laut masuk basin dibatasi 1 ppm secara terus
menerus (normal dosing). Injeksi juga dilakukan setiap periode tertentu (shock
dosing) sebanyak 290 - 380 m3/h dengan kadar 10 ppm setiap 12 jam sekali selama
26 menit di header air laut setelah pipa distribusi ke unit desalinasi.
Pembuatan larutan Natrium Hypochloride dilakukan dengan cara
elektrolisa air laut sehingga dihasilkan Natrium Hyphochloride sebanyak 48
Laporan Kerja Praktek Universitas Gadjah Mada
Arya Anindia Widiatama (08/265578/TK/33734) Muziibu Alfisyah (08/269224/TK/34348)
Jurusan Teknik Kimia Universitas Gadjah Mada 26
kg/jam.
Proses elektrokhlorinasi terdiri atas beberapa tahap yaitu :
1. Air laut disuplai melalui pompa P11-P-101 A/B
2. Kotoran kasar dari air laut disaring menggunakan strainer F-2111
3. Air laut dialirkan ke elektrolisis cell bank dan dielektrolisis untuk
menghasilkan Natrium Hypochlorite dengan jalan mengatur keluaran arus DC
yang diperoleh dari transformer/rectifier.
4. Gas hidrogen dipisahkan dalam tangki penyimpanan Natrium Hypochlorite T-
2111 A/B.
5. Natrium Hypochlorite diinjeksikan ke dalam intake CW basin dan pipa CWP
discharge
Peralatan-peralatan yang digunakan dalam unit chlorinasi ini antara lain :
Sea Water Strainer (F-2111)
Alat ini berfungsi untuk menyaring kotoran-kotoran dalam air laut sebelum
masuk ke Cell bank (12-X-111 A/B).
NaOCl Generator / SEACLOR Chlorination ( Z-2111A/B )
NaOCl Generator (Chlorinator Cell Bank) adalah tempat terjadinya proses
elektrolisa air laut untuk menghasilkan NaOCl. Cell electroliser adalah
kumpulan dari cell-cell yang terdiri dari katoda dan anoda yang tersusun secara
paralel.
Kapasitas : 68 kg/jam per unit
Jumlah : 2 unit
Pompa-pompa di unit Chlorinasi :
o Pompa acid cleaning (P-2113)
Kapasitas : 13 m3/hari.
Daya motor : 1,1 kW
Pompa ini berfungsi mengalirkan larutan HCl 5% ke NaOCl Generator
yang akan dibersihkan.
o Continous dosing pump (P-2111A/B/C/D)
Pompa ini digunakan untuk mengalirkan Natrium Hypochloride secara
kontinyu ke sea water intake.
Kapasitas : 8 m3/jam
Laporan Kerja Praktek Universitas Gadjah Mada
Arya Anindia Widiatama (08/265578/TK/33734) Muziibu Alfisyah (08/269224/TK/34348)
Jurusan Teknik Kimia Universitas Gadjah Mada 27
Daya motor : 2,2 Kw
o Shock Dosing Pump (P-2112A/B/C)
Pompa ini digunakan untuk mengalirkan Natrium Hypochloride (10 ppm)
secara berkala ke discharge pipa air laut yang akan didistribusikan ke User
setiap 12 jam sekali.
Kapasitas pompa : 65 m3/jam
Daya motor : 22,3 kW
o Hypochloride Storage / H2 Degassing Tank (T-2111 A/B )
Tangki ini berbentuk silinder tegak dengan kapasitas 70 m3 dan diletakkan
pada aliran down stream dari NaOCl Generator. Tangki ini mempunyai
roof type open roof with shelter, orshed bottom yang memungkinkan H2
menguap ke atmosfir. Larutan Natrium Hyphochloride disimpan dan
diinjeksikan melalui tangki ini selama 30 menit pada interval waktu setiap
12 jam sebagai shock dosing.
o Transformer/Rectifier ( X-2111A/B )
Transformer berfungsi untuk memberikan suplai listrik/power ke NaOCl
Generator (Z-2111 A/B) berupa arus DC dengan merubah terlebih dahulu
arus AC ke arus DC.
Sumber power AC : 500 V, 50 HZ
DC rated output : 135 V, 2120 A
Kualitas umpan air laut yang siap didistribusikan adalah sebagai berikut :
pH pada 20 oC : 8,4
Total Dissolved Solid : 35000 ppm
Calcium (Ca) : 800 ppm
Sulfat (SO4-) : 2150 ppm
Sulfit (H2S) : max 5,0 ppm
Cl- : 16000-21000 ppm
SiO2 : 1,2 ppm
Total Hardness sebagai CaCO3 : 5000 ppm
Oil Content : tidak terdeteksi
Ammonia (NH3) : 1 – 5 ppm
Total Iron (Fe) : 0,4 ppm
Laporan Kerja Praktek Universitas Gadjah Mada
Arya Anindia Widiatama (08/265578/TK/33734) Muziibu Alfisyah (08/269224/TK/34348)
Jurusan Teknik Kimia Universitas Gadjah Mada 28
Mangan (Mn) : ≤ 0,01 ppm
Free Chlorine : 0,2 – 1,0 ppm
Suspended Solid : 10 ppm
Bikarbonat (HCO3) : 130 ppm
Specific Resistance : 21 – 24 ohm/cm
II.2.1. Uraian Proses
Air laut dengan flow rate 34 m3/h dialirkan ke NaOCl Generator (Z-
2111 A/B) dengan tekanan 2,5-4,0 kg/cm2G. Air laut terlebih dahulu dilewatkan
pada strainer (F-2111) untuk mencegah kotoran masuk ke dalam sel elektrolisis.
Tiap unit NaOCl Generator (Z-2111 A/B) terdiri dari beberapa sel yang disusun
seri sehingga membentuk cell bank dimana setiap sel memiliki electrode
(katode/anode). Sumber arus DC dalam proses elektrolisa ini disuplai dari trafo
yang dapat menyuplai arus maksimum 2120 Ampere dan tegangan sebesar 135
Volt.
Reaksi elektrolisa yang terjadi di NaOCl Generator (Z-2111A/B)
adalah sebagai berikut :
NaCl 2Na+
+ 2Cl -
Anoda : 2Cl-
Cl2 + 2e-
Katoda : 2H2O + 2e- 2OH
- + H2
Larutan : 2 Na+
+ 2 OH- + Cl2 NaOCl + NaCl + H2O
Keseluruhan : NaCl + H2O NaOCl + H2 (terjadi di ruang antara elektroda-
elektroda)
Larutan hasil elektrolisis tersebut dialirkan ke hypochloride storage
/H2Degassing Tank (T-2111 A/B) yang mempunyai kapasitas maksimum 70 m3
per unitnya untuk menghilangkan akumulasi gas H2 di dalam tangki sehingga
konsentrasinya berada di bawah ambang peledakan (di bawah 4% volum).
Konsentrasi Chlorine yang dihasilkan adalah 1500 – 1600 ppm. Larutan NaOCl
yang dihasilkan didistribusikan secara kontinyu ke Sea Water Intake baik untuk
normal dosing maupun shock dosing.
II.2.2. Acid Cleaning
Laporan Kerja Praktek Universitas Gadjah Mada
Arya Anindia Widiatama (08/265578/TK/33734) Muziibu Alfisyah (08/269224/TK/34348)
Jurusan Teknik Kimia Universitas Gadjah Mada 29
Performance unit chlorination sangat dipengaruhi oleh kebersihan
masing-masing cell. Apabila cell tersebut bersih dari endapan garam atau kerak,
maka konsentrasi produk NaOCl juga akan bagus. Sedangkan apabila cell
terkotori oleh endapan maka konsentrasi NaOCl akan rendah. Acid cleaning
dilakukan pada cell elektrolisis apabila :
1. Pressure drop (∆P) cell bank ≥ 1,2 kg/cm2 (Pinlet – Poutlet cell
elektrolisis)
2. Voltase cell elektrolisis ≥ 32 volt
Power yang dibutuhkan untuk menghasilkan jumlah produk dengan
konsentrasi tertentu akan naik karena kotornya cell (tahanannya semakin
besar).
Acid cleaning dilakukan rutin setiap bulan pada kondisi normal. Acid
cleaning menggunakan larutan asam klorida (HCl 5%) dengan cara
mensirkulasikannya ke seluruh cell elektrolisis selama 4 jam. Apabila
kandungan Ca dalam larutan asam yang disirkulasikan tersebut sudah stabil
berarti sudah tidak ada endapan yang terlarut lagi, dan cleaning dapat
dihentikan.
Cleaning dengan pencucian asam tidak mempunyai efek pada unjuk kerja
dan usia elektroda khusus yang melengkapi elektrolizer. Larutan asam yang tak
terpakai dibuang, dengan sebelumnya dinetralisir keasamannya dengan sejumlah
caustic.
II.3. SEA DAN SWEET COOLING WATER SISTEM
II.3.1. Sea Cooling Water System
Sistem pendinginan proses yang digunakan adalah dengan
menggunakan air laut. Air laut sebagai air pendingin digunakan dengan sistem
sekali pakai (once through). Sea cooling water POPKA didistribusikan ke :
1. Circulation Water Cooler (P12-E-211 A/B/C/D)
Air laut digunakan untuk mendinginkan sweet cooling water
(SCW) yang telah mendinginkan proses, sehingga menjadi lebih panas dan
perlu didinginkan agar dapat disirkulasikan kembali ke proses. total air
laut yang dibutuhkan untuk proses pendinginan SCW adalah sekitar 6000
Laporan Kerja Praktek Universitas Gadjah Mada
Arya Anindia Widiatama (08/265578/TK/33734) Muziibu Alfisyah (08/269224/TK/34348)
Jurusan Teknik Kimia Universitas Gadjah Mada 30
– 7000 m3/h untuk 3 unit cooler yang running (1 unit standby). Besarnya
penggunaan SCW dipengaruhi oleh kondisi operasi pabrik, apabila rate
pabrik sedang tinggi maka penggunaan SCW juga akan naik.
2. Surface Condenser (P2-E-102)
SCW digunakan untuk mengkondensasikan exhaust steam turbine
4 kg/cm2 (admission) dan ditampung di surface condenser untuk kemudian
dipompakan menuju raw condensate tank (T-101).
3. Unit Desalinasi
Air laut akan diolah menjadi air tawar di unit desalinasi, air tawar
ini akan digunakan sebagai bahan baku pembuatan steam. Air laut yang
diolah di unit desalinasi sekitar 625 m3/jam, dan akan menghasilkan
destilat sekitar 55-60 m3/jam. Sisanya berupa brine (air dengan kadar
garam tinggi) yang akan dibuang ke outfall.
Sea water yang sudah digunakan di unit-unit atau dipanaskan di alat
penukar panas digabung dan dialirkan ke Seawater Outfall Basin (P11-T-102)
melalui return header dan kemudian dibuang ke laut lepas. Selain itu, air
buangan netralisasi dari kolam netralisasi yang dibuang ke Header Seawater
Return.
II.3.2. Sweet Cooling Water
Sweet Cooling Water digunakan sebagai air pendingin untuk kebutuhan
proses maupun peralatan. Unit sweet cooling water POPKA merupakan
sistem sirkulasi tertutup yang mensuplai sweet water ke user pabrik urea dan
utilitas. Peralatan untuk masing-masing sistem terdiri dari:
o P12-P-211 A/B : Pompa Sirkulasi Sweet Water
o P12-E-211 A/B/C/D : Marine Plate Exchanger
o P12-V-201 : Sweet Water Expansion Drum
o Line Pipa Distribusi
Sistem ini dilengkapi pula dengan system emergency sweet water yang
terdiri atas pompa emergency sweet water (P12-P-202A/B) yang digunakan
untuk mensuplai water ke user yang harus tetap beroperasi dalam keadaan
emergency. Unit sweet cooling water menggunakan sistem sirkulasi tertutup
dan mempunyai persyaratan tertentu. Hal ini dimaksudkan agar tidak terjadi
Laporan Kerja Praktek Universitas Gadjah Mada
Arya Anindia Widiatama (08/265578/TK/33734) Muziibu Alfisyah (08/269224/TK/34348)
Jurusan Teknik Kimia Universitas Gadjah Mada 31
korosi pada peralatan yang dilalui oleh air pendingin. Air yang digunakan
sebagai “sweet cooling water” adalah air demin sebagai make-up sweet
cooling water yang hilang.
Peralatan utama yang ada di sweet cooling water system adalah
sebagai berikut :
a. Pompa sirkulasi Sweet Cooling Water.
Pompa ini digunakan untuk mengalirkan ke masing-masing “user” antara
lain :
1. Pompa untuk mengalirkan sweet water ke unit urea (P12-P-211 A/B).
Kapasitas : 6205 m3/jam
Head : 33,92 m
Tekanan discharge : 4,21 kg/cm2G
Temperatur SCW : 35 oC
2. Emergency Sweet Water Pump (P12-P-202 A/B)
Kapasitas : 225 m3/jam
Head : 48 m
Tekanan discharge : 4 kg/cm2G
Sweet water dan emergency sweet water panas yang keluar dari user
dialirkan melalui return header, kemudian didinginkan dengan menggunakan
Seawater di dalam Circulation Water Cooler (P12-E-211A/B) dan dikirim ke
suction header pompa untuk didistribusikan kembali. Demineralized water
sebagai make-up dikirim ke Sweet Water Expansion Drum (P12-V-201)
kemudian mengalir ke sweet water drum. Selama operasi normal, system
sweet water dimonitor secara periodik guna mencegah serangan korosi dan
pembentukan kerak/endapan lunak di sistem.
b. Marine Plate Exchanger
Marine Plate Exchanger adalah alat penukar panas (heat exchanger)
yang berupa kumpulan plate-plate tipis, dimana satu sisi dilewati oleh sweet
cooling water panas dan satu sisi yang lain dilewati oleh air laut sebagai
pendingin. Marine Plate Exchanger (MPE) yang digunakan di POPKA
berjumlah 4 buah MPE (P12-E-211 A/B/C/D) untuk unit Urea. Hanya dua
buah marine plate exchanger diaktifkan pada saat normal operasi, sedangkan
Laporan Kerja Praktek Universitas Gadjah Mada
Arya Anindia Widiatama (08/265578/TK/33734) Muziibu Alfisyah (08/269224/TK/34348)
Jurusan Teknik Kimia Universitas Gadjah Mada 32
dua marine plate exchanger (P12-E-201C/D) diposisikan standby yang dapat
di-switch untuk pendinginan di unit urea.
c. Sweet Water Expansion Drum (P12-V-201)
Sweet water expansion drum adalah drum atau tangki untuk
menambah (make up) air ke sistem sweet cooling water sehingga air yang ada
di sistem selalu terjaga.
Bahan kimia yang di injeksikan di unit sweet coling water sebagai berikut :
a. Natrium Nitrit (NaNO2)
Natrium nitrit berfungsi untuk mencegah terjadinya korosi dalam
peralatan yang dilalui sweet cooling water. Adanya injeksi ini akan
memberikan lapisan film pada permukaan logam yang dapat mencegah
proses terjadinya korosi. Nitrit menjaga pH dan mengikat O2 yang
terlarut pada cooling water. Nitrit di injeksikan ke sweet cooling water
jika hasil analisa laboratorium menunjukkan pH dan suhu air tidak
stabil. Dosis penggunaannya sebesar 500-600 ppm kandungan nitrit
dalam air.
b. Biocide
Biocide digunakan untuk menghambat/mencegah tumbuhnya
mikroorganisme. Sweet cooling water ini menggunakan biocide karena
jika menggunakan chlorine maka akan menyebabkan korosi pada
peralatan yang dilalui air. Biocide diinjeksikan ketika bakteri dalam
sweet cooling water >1000 koloni/liter.
II.4. UNIT DESALINASI
Kebutuhan air demineralisasi untuk utility maupun proses diperoleh dari air
laut melalui proses desalinasi dan demineralisasi. Akan tetapi pabrik POPKA hanya
mengolah air laut menjadi air tawar di unit desalinasi, sedangkan pengolahan air
tawar menjadi air demin dilakukan oleh PT. Kaltim Daya Mandiri (PT. KDM).
Proses desalinasi adalah menguapkan air laut dalam flash chamber. Air laut yang
mengadung garam dipanaskan dengan steam tekanan rendah sehingga menguap
sebagian, kemudian uap air yang terbentuk dikondensasikan. Proses desalinasi
beroperasi pada tekanan vakum (tekanan dibawah atmosfer).
Utility POPKA menggunakan dua buah unit Desalinasi yang mana masing-
Laporan Kerja Praktek Universitas Gadjah Mada
Arya Anindia Widiatama (08/265578/TK/33734) Muziibu Alfisyah (08/269224/TK/34348)
Jurusan Teknik Kimia Universitas Gadjah Mada 33
masing unit dapat menghasilkan distilat sebanyak 1680 ton/hari untuk diolah lebih
lanjut menjadi air demin. Peralatan utama desalinasi pabrik POPKA antara lain :
1. Flash Evaporator (P14-S-001 1/2)
Flash evaporator adalah tempat terjadinya penguapan air laut dan uap
yang terbentuk akan terkondensasi menjadi air tawar. Pada tekanan atmosfir air
akan mendidih pada temperatur 100oC, jika tekanan dibuat di bawah tekanan
atmosfir (1 atm) maka air akan mendidih pada temperatur dibawah 100 oC. Tekanan
dimana air atau liquid mulai mendidih atau menguap disebut tekanan uap jenuh.
Bila air mengalir ke dalam suatu ruangan yang tekanannya dipertahankan di bawah
tekanan uap jenuh maka air tersebut akan segera menguap, penguapan ini disebut
“Flash Evaporation“. Bila ruangan tersebut dihubungkan dengan ruangan lain yang
tekanannya lebih rendah penguapan akan terjadi lagi, demikian seterusnya sehingga
air akan teruapkan lagi pada tekanannya yang lebih rendah dan dibuat secara
bertingkat sehingga disebut “Multi Stage Flash Evaporation“. Uap air yang
terbentuk pada tiap ruang atau stage selanjutnya dikondensasi.
2. Sea Water Heater (P14-E-001)
Alat penukar panas ini berupa shell and tube memanjang yang berfungsi
sebagai tempat untuk memanaskan air laut. Unit desalinasi POPKA terdiri dari tiga
effect dengan memanfaatkan uap panas sebagai pemanas. Uap yang dihasilkan pada
effect pertama dipergunakan sebagai pemanas di effect kedua. Uap yang dihasilkan
pada effect kedua dipergunakan sebagai pemanas di effect ke tiga.
3. Vacuum System
Proses Desalinasi beroperasi pada tekanan vakum atau dibawah 1
atmosfer. Peralatan yang digunakan untuk membuat sistem vakum terdiri dari :
Steam Jet Ejector (P14-J-001 & P14-J-002)
Steam ejector berfungsi untuk mengambil udara dan gas-gas yang ada di
Flash Evaporator, sehingga flash evaporator menjadi vakum. Media yang
digunakan sebagai penarik adalah steam.
Ejector Condenser (P14-E-002)
Alat ini berfungsi untuk menghasilkan dan mempertahankan kondisi
vacuum di dalam evaporator dan juga untuk mengkondensasikan steam,
udara, dan gas-gas yang telah diambil steam ejector.
Laporan Kerja Praktek Universitas Gadjah Mada
Arya Anindia Widiatama (08/265578/TK/33734) Muziibu Alfisyah (08/269224/TK/34348)
Jurusan Teknik Kimia Universitas Gadjah Mada 34
4. Sistem Injeksi Bahan Kimia
Bahan kimia (Belgard 250) diinjeksikan ke air laut yang masuk untuk
mencegah terjadinya “Scale” atau kerak dan mencegah terjadinya busa
(Foaming). Peralatan yang digunakan pada sistem injeksi bahan kimia adalah
sebagai berikut :
Pompa Injeksi/Chemical Pump
Pompa injeksi digunakan untuk mengalirkan bahan kimia dalam
tangki/drum ke sea water inlet.
Tangki bahan kimia
Tangki ini digunakan untuk menampung larutan bahan kimia yang akan
diinjeksikan ke air laut.
5. Pompa-pompa
Desalinated Water Pump ( P14-P-002 A/B )
Pompa yang digunakan untuk mengalirkan air tawar hasil desalinasi
(destilat) ke RC Tank (Raw Condensat) P15-T-101.
Blow Down Pump/ Pompa Blow down (P14-P-003 A/B )
Pompa yang digunakan untuk membuang air laut yang tidak teruapkan
(brine) ke “Out Fall”.
Booster Pump (P14-P-001 A/B)
Pompa ini digunakan untuk mengalirkan air laut masuk ke flash evaporator.
Tidak semua unit desalinasi membutuhkan booster pump, karena tergantung
dari tekanan air laut yang ada.
Condensate Pump (P14-P-004 A/B)
Pompa yang digunakan untuk mengalirkan kondensat (hasil kondensasi
steam di sea water heater)
II.4.1. Uraian Proses
Proses ini berlangsung di Multi Stage Flash Evaporator dengan jumlah
stage 20 buah. Stage pertama mempunyai tekanan tertinggi, dan stage kedua
mempunyai lebih rendah dan berkurang pada stage yang terakhir. Keadaan
vakum dipertahankan dengan menggunakan ejector yang dilengkapi dengan
condenser. Air masuk lewat stage 20 dengan menggunakan booster pump (P14-
P-001 A/B) melalui tube dan akan mengalir menuju stage-stage berikutnya.
Laporan Kerja Praktek Universitas Gadjah Mada
Arya Anindia Widiatama (08/265578/TK/33734) Muziibu Alfisyah (08/269224/TK/34348)
Jurusan Teknik Kimia Universitas Gadjah Mada 35
Untuk menjaga material padat dari garam terbawa uap air maka pada
setiap stage evaporator dilengkapi dengan demister. Air desalinasi yang keluar
dikontrol laju alirnya oleh control level pada desalinated water box serta
konduktivitasnya dimonitor oleh conductivity meter. Konduktivitas air dijaga
supaya tidak lebih dari 20 µs/cm2, air kondensat yang baik kualitasnya (kurang
dari 11 µs/cm2) ditampung pada penampungan akhir yang akhirnya menuju
tangki raw condensate (P15-T-101) dengan menggunakan pompa distillate
water (P14-P-002 A/B), sedangkan yang jelek kualitasnya (lebih dari 11 µs/cm2)
dimasukkan ke evaporator tingkat satu. Produk distilat ini sekitar 70 ton/jam,
sedangkan sisa brine keluar stage 20 dipompa oleh P14-P-003 A/B dan dibuang
ke outfall dengan pompa Blow Down.
Gas-gas yang tidak terkondensasi di flash evaporator, dikondensasikan
lagi dalam inter dan after condenser (P14-E-002). Performance unit desalinasi
dapat dilihat dari harga GOR, yield dan konsumsi steam, yaitu :
• Harga GOR, merupakan rasio antara jumlah distilat yang dihasilkan terhadap
jumlah steam yang dipakai untuk memanaskan air laut (harga GOR desain 5)
• Harga yield (distilat/sea water), semakin tinggi harga yield, menunjukkan
kinerja unit desalinasi semakin baik (harga yield desain 11,02%)
Kesalahan operasi yang mungkin terjadi adalah adanya kebocoran pada
tube sehingga air laut masuk meracuni destilat. Selain terjadinya busa (foaming)
juga akan menaikkan konduktifitas, karena busa air laut tersebut akan naik dan
bercampur dengan destilat. Untuk mencegah terjadinya scale dalam tube heat
transfer dan foam (buih) di flash chamber, ke dalam brine diinjeksikan chemical
Belgard EVN dengan konsentrasi (2,64 gr/m3 brine) untuk anti-scale dan Bellit
M-8 dengan konsentrasi (0,08 gr/m3 brine) sebagai anti-foam sebelum air laut
masuk evaporator. Kapasitas injeksi sekitar 211 cc/menit.
Kualitas destilat yang dihasilkan mempunyai spesifikasi :
pH : 6,5 – 7,5
Conductivity : 11 µs/cm
Ammonia nor/max : 3/15 ppm
Chloride : 2,25 ppm
Total Fe : 0,005 ppm.
Total Cu : 0,03 ppm
SiO2 : 0,02 ppm
Natrium : 1,2 ppm
Laporan Kerja Praktek Universitas Gadjah Mada
Arya Anindia Widiatama (08/265578/TK/33734) Muziibu Alfisyah (08/269224/TK/34348)
Jurusan Teknik Kimia Universitas Gadjah Mada 36
Potasium : 0,05 ppm
Magnesium : 0,15 ppm
Bicarbonat : 0,6 ppm
Sulphate : 0,4 ppm
TDS : 5 ppm
Chemical Cleaning
Unit desalinasi dilakukan cleaning ketika :
- Temperatur outlet tinggi dan energi yang diperlukan untuk pemanasan besar
- Output minimal tidak bisa dicapai walaupun valve steam dibuka penuh
- Melalui pemeriksaan secara visual dinyatakan adanya scale
Scale yang terdapat biasanya CaCO3 dan CaSO4. Endapan yang masih lunak dapat
dihilangkan dengan Ball Cleaning, yaitu dengan mensirkulasikan bola-bola karet
kecil dengan diameter seukuran tube-tube di flash evaporator dan brine heater.
Namun karena penurunan performa unit desalinasi relatif kecil, pengoperasian ball
cleaning hampir tidak pernah dilakukan. Endapan yang sudah mengeras tidak bisa
dihilangkan dengan ball cleaning, akan tetapi bisa dihilangkan dengan acid
cleaning, yaitu dengan mensirkulasikan larutan asam. Untuk pengoperasian acid
cleaning, unit desalinasi harus dimatikan terlebih dahulu. Bahan kimia yang
digunakan untuk chemical cleaning adalah H2SO4 dengan konsentrasi 5-15%,
kemudian di sirkulasi selama 12 jam dan temperatur dijaga 600C dengan cara
menambahkan steam ke dalam sirkulasi. Sedangkan demister yang ada di cleaning
menggunakan sulfamic acid 5% dengan cara perendaman selama 12 jam
(tergantung banyaknya scale) dan temperatur dijaga 600C dengan cara
menambahkan steam di bak perendaman. Acid cleaning dihentikan apabila
kandungan Ca dalam larutan sudah stabil.
II.5. COMPRESSOR STATIONARY
POPKA menggunakan suplai Plant Air and Instrument Air (PA&IA) yang
berasal dari sistem integrasi dengan pabrik-pabrik sekitarnya, seperti Kaltim-1,
Kaltim-2, dsb. Namun apabila tidak ada suplai PA&IA, maka digunakan kompresor
udara “Atlas Copco”. Kompresor ini (ZR-110 sampai ZR-750) merupakan screw
compressor dua tingkat yang digerakkan oleh motor listrik. Kompresor ini dapat
mengirim udara yang bebas oli dan bebas dari getaran. Sistem pendinginan
kompresor ini menggunakan air pendingin.
Laporan Kerja Praktek Universitas Gadjah Mada
Arya Anindia Widiatama (08/265578/TK/33734) Muziibu Alfisyah (08/269224/TK/34348)
Jurusan Teknik Kimia Universitas Gadjah Mada 37
ZR Kompressor tertutup dilengkapi dengan peredam suara di body-nya dan
meliputi :
Intercooler
Aftercooler
Elemen kompressor tekanan rendah
Elemen kompressor tekanan tinggi
Saringan udara/filter udara
Motor listrik
Kopling penggerak
Gear casing
Safety valve
Sistem kontrol electronikon
Pada system control “electronikon” terdapat regulator elektronik yang
menjaga tekanan di antara batasan-batasan, yang dapat diprogram dengan loading
dan unloading kompresor secara otomatis. Regulator menghentikan kompresor jika
memungkinkan untuk mengurangi pemakaian tenaga dan men-start kembali secara
otomatis jika tekanan yang dihasilkan turun. Jika diperkirakan waktu beban terlalu
pendek, maka kompresor ditahan tetap berjalan untuk mencegah waktu berhenti
yang terlalu pendek.
II.5.1. Uraian Proses
Udara yang masuk lewat dikompresikan di elemen kompresor tekanan
rendah dan dikeluarkan ke intercooler. Udara yang telah dingin selanjutnya
dikompresikan di elemen kompresor tekanan tinggi dan dikeluarkan lewat silencer
dan aftercooler untuk mendapatkan udara bersih. Sistem drain kondensat
menggunakan 2 trap condensate yang dipasang di downstream intercooler untuk
mencegah masuk kompresor dan satu lagi setelah aftercooler untuk mencegah
udara masuk ke outlet pipa udara. Tiap kondensat dihubungkan ke penampung
drain condensate. Pada ZR 300-750, sebuah tambahan trap kondensat dipasang di
pipa blow off untuk mencegah kondensat keluar lewat silencer selama transisi dari
kondisi berbeban ke kondisi operasi tanpa beban.
Oli disirkulasikan oleh pompa dari bagian bawah gear chasing lewat
pendingin dan filter menuju bearing-bearing dan timing gear. Butterfly Valve (BV)
Laporan Kerja Praktek Universitas Gadjah Mada
Arya Anindia Widiatama (08/265578/TK/33734) Muziibu Alfisyah (08/269224/TK/34348)
Jurusan Teknik Kimia Universitas Gadjah Mada 38
akan membuka jika tekanan oli naik melebihi nilai yang diijinkan. Air pendingin
mengalir melewati pendingin oli, jaket pendingin elemen kompresor tekanan tinggi
dan elemen kompresor tekanan rendah, pada ZR 300-750, dan juga melewati
intercooler dan aftercooler.
II.6. UNIT PLANT AIR (PA) & INSTRUMENT AIR (IA)
Unit ini berfungsi menyediakan PA, IA, dan juga menjaga ketersediaan
gas nitrogen. Kegunaan dari PA adalah sebagian besar untuk membantu terjadinya
proses di unit urea, unit desalinasi, Field Maintenance Station, unit pengantongan,
dan juga utility station, sedangkan IA yang merupakan udara kering berfungsi
untuk menggerakkan instrument.
Di dalam pabrik POPKA ada 3 jenis udara yang diistilahkan berdasarkan
fungsinya yaitu Udara Pabrik (Plant Air), Udara Instrument (Instrument Air) dan
gas nitrogen. Unit udara instrument adalah unit yang memproses PA menjadi udara
instrument dan berfungsi sebagai penggerak valve pengontrol tekanan (Pressure
Control Valve), pengontrolan aliran (Flow Control Valve), pengontrol oil untuk
speed control turbin-turbin, pengontrol level (Level Control Valve) dan alat kontrol
lainnya.
Udara yang digunakan sebagai udara instrument dijaga agar uap air yang
masih ada di dalam udara instrument tidak terkondensasi sepanjang tube dan alat
instrumentasi. Hal ini untuk mencegah malfungsi dan menyebabkan korosi
sepanjang peralatan yang dilaluinya. Udara instrument mempunyai tekanan 7
kg/cm2 dan dew point –40oC sehingga diharapkan tidak terjadi kondensasi uap air
di dalam sistem. Untuk mengurangi kandungan uap air tersebut umumnya dipakai
adsorbent/desicant seperti Activated Alummina atau Silica gel. Dan unit untuk
penyerapan uap air di dalam udara ini disebut Instrument Air Dryer Unit, dimana
1 unit beroperasi dan 1 unit lagi regenerasi atau stand by. Instrument Air Dryer Unit
yang beroperasi dalam waktu tertentu akan mengalami kejenuhan di desicant-nya,
sehingga perlu dilakukan regenerasi untuk mengembalikan dari kondisi jenuh ke
kondisi awal operasi.
Peralatan utama untuk mendapatkan PA dan IA adalah :
1. Air Receiver (P18-V-101)
Laporan Kerja Praktek Universitas Gadjah Mada
Arya Anindia Widiatama (08/265578/TK/33734) Muziibu Alfisyah (08/269224/TK/34348)
Jurusan Teknik Kimia Universitas Gadjah Mada 39
Alat ini berbentuk silinder dan berdiri secara vertikal yang berfungsi untuk
menampung udara yang disuplai dari interkoneksi sistem yang terintegrasi ataupun
dari emergency udara kompresor unit Utilitas. Air receiver dilengkapi dengan
drain trap untuk memisahkan kondensat yang mungkin terkondensasi pada line
kompresor.
2. Air Dryer (P18-D-201 A/B)
Alat ini terdiri dari 2 unit, berfungsi untuk menghilangkan uap air yang ada
di dalam udara. Di dalam alat ini dilengkapi 2 pre filter dan 2 after filter yang
berfungsi untuk menyaring debu-debu, minyak/oil dan kotoran (partikel) lainnya
serta dilengkapi tabung berisi zat pengering (desicant) yang berfungsi untuk
menyerap uap air di dalam udara. Sebagian bahan penyerap dipakai Activated
Alumina yang berbentuk granular putih dengan ukuran 2-4 mm, kapasitas
penyerapan 250 gr H2O/kg desicant.
3. Kompresor Udara (P18-K-101 A)
Kompresor sentrifugal yang berfungsi mensuplai kebutuhan plant air
yang nantinya akan diumpankan ke dalam Air Receiver (P18-V-101).
4. Emergency Kompresor Udara (P18-K-101B)
Alat ini berfungsi mensuplai kebutuhan service air apabila sumber
utamanya terhenti atau tekanan service air dibawah batas minimum. Alat ini terdiri
dari kompresor udara, filter inlet udara, inter cooler, lube oil system, fuel oil system
dan diesel engine. Emergency air Kompresor bisa dijalankan secara manual
ataupun secara otomatis. Kompresor ini berjenis screw kompresor (Kompresor
Atlas Copco).
II.6.1. Uraian proses
Udara melalui pre filter masuk ke Instrument Air Driyer (P18-D-201A/B)
dimana moisture content diturunkan sampai dew point -40 oC (pada tekanan 7
kg/cm2). Type dari instrument air driyer adalah Pressure swing heatless dan terdiri
dari dua vessel yang terisi dessicant/pengering. Selama normal operasi satu vessel
beroperasi dan yang lain standby/regenerasi. Setelah melewati after filter udara
kering sebagai instrument air didistribusikan ke user-user line distribusi melalui
header. Apabila tekanan IA di suatu instrument turun terus akibat penggunaan, maka
gas Nitrogen sebagai back up secara otomatis masuk ke Instrument Air header. Gas
Laporan Kerja Praktek Universitas Gadjah Mada
Arya Anindia Widiatama (08/265578/TK/33734) Muziibu Alfisyah (08/269224/TK/34348)
Jurusan Teknik Kimia Universitas Gadjah Mada 40
Nitrogen tekanan tinggi dihasilkan oleh Unit ASP K-1 yang terletak di area NH3
storage yang dikirim ke K-3 melalui header distribusi yang terletak pada existing
pipe rack K-1 dan K-2.
Header gas Nitrogen dengan header existing untuk K-1 dan K-2 pada dua
tempat, satu disekitar ASP dan satu lagi antara K-2 dan K-3 sehingga membentuk
distribution loop. Header untuk POPKA dihubungkan dengan header existing K-3.
Gas Nitrogen tekanan tinggi di let down ke gas Nitrogen tekanan rendah LP N2
dengan PIC-4006 melalui PV-4006 A/B yang terletak di pipe rack POPKA dan
dikirim ke 2-K-102-TI sebagai oil reservoir untuk purging dan start up dry gas seal.
II.6.2. Regenerasi (Sistem Pengering Udara Pneumatech)
Pneumatech menggunakan Activated Alumina Grade A untuk standar
pembangkit udara kering. Kapasitas alat pengering dari 5 SCFM ke 500 SCFM
menggunakan ukuran Activated Alumina s/d diameter 1/8“ Alat pengering yang lebih
besar dari 500 SCFM menggunakan ukuran diameter 1/4“ hal ini membantu
penyebaran udara yang melalui tower alat pengering.
Proses regenerasi air dryer dilakukan dengan memanfaatkan udara tekan itu
sendiri yang tekanannya sudah diturunkan ke tekanan atmosfer dan digunakan untuk
backwash kolom pengering yang lain atau purge flow. Regenerasi dessicant
dilakukan menggunakan udara kering tanpa penambahan panas. Valve air dryer ini
aktif secara bergantian setiap kurang lebih 3 menit, sehingga pengeringan atau drying
dan regenerasi dapat dilakukan secara bergantian.
II.7. PENGOLAHAN AIR BUANGAN
II.7.1. Dasar Perancangan
Di dalam pabrik ada dua jenis air buangan yang ditimbulkan, yaitu air
buangan bersih dan air buangan berminyak dan berbahan kimia. Air buangan
bersih terdiri dari air hujan dan air pemadam kebakaran. Sistem “sewer” bersih
diukur atas kondisi-kondisi sebagai berikut :
a. Air hujan : Desain intesitas hujan = 100 mm/jam
Desain lamanya hujan = 1 jam
Air hujan dihitung atas dasar kondisi-kondisi ini dan “Paved Area” dibagi ke
dalam sejumlah seksi sehingga jumlah yang cukup dapat dikumpulkan ke
Laporan Kerja Praktek Universitas Gadjah Mada
Arya Anindia Widiatama (08/265578/TK/33734) Muziibu Alfisyah (08/269224/TK/34348)
Jurusan Teknik Kimia Universitas Gadjah Mada 41
dalam setiap kolam penangkap.
b. Air pemadam kebakaran
Diukur pada kondisi maksimum keluaran air pemadam kebakaran pada suatu
kebakaran tunggal. Aliran yang disediakan di area pabrik utama sebanyak 570
m3/jam (enam aliran selang dan 2 monitor).
Air buangan berminyak dan berbahan kimia terdiri dari buangan kimia,
buangan sanitasi dan air berminyak. Normalnya tidak ada air berminyak
ditimbulkan dalam pabrik, karena pabrik menangani gas, bahan kimia, amoniak
dan urea. Timbulnya air berminyak diantisipasi terutama dari mesin-mesin. Air
buangan berbahan kimia dikumpulkan ke Chemical Sewer.
II.7.2. Uraian Sistem
II.7.2.1. Air Buangan Sistem
Semua air hujan pada “Paved Area” konkrit dikumpulkan ke setiap
kolam penangkap, meskipun demikian 60% dari hujan pada area berkerikil
diasumsikan mengalami permeasi ke dalam tanah. Air hujan jatuh pada area
pabrik utama mengalir pada kemiringan ke basin penangkap yang tersedia pada
lokasi yang sesuai atau ke saluran terbuka dan dikumpulkan ke “Collection Pit”
pada timur laut dari area utama melalui pipa-pipa konkrit. Air hujan yang
terkumpul bersama dengan air pemadam kebakaran mengalir ke pembuangan air
laut POPKA dalam pipa konkrit dan dibuang ke laut. Sedangkan air pemadam
kebakaran dikeluarkan ke area pada fire break atau fire training, keluaran air
pemadam kebakaran dikumpulkan dengan cara yang sama seperti air hujan.
II.7.2.2. Air Buangan Berminyak dan Berbahan Kimia
• Buangan-buangan Kimia
Berikut adalah buangan-buangan kimia yang ditimbulkan dalam pabrik utama :
a. Buangan pembersihan Asam dari Klorinasi (Pabrik AMJOS)
b. Buangan bahan kimia dan pembersihan Asam Desalinasi
c. Buangan bahan kimia dari Pabrik Hexamine
d. Buangan regenerasi demineralisasi (Pabrik KDM)
e. Buangan bahan kimia demineralisasi (Pabrik KDM)
f. Buangan bahan kimia dari Pabrik UFC
g. Buangan Laboratorium
Laporan Kerja Praktek Universitas Gadjah Mada
Arya Anindia Widiatama (08/265578/TK/33734) Muziibu Alfisyah (08/269224/TK/34348)
Jurusan Teknik Kimia Universitas Gadjah Mada 42
h. Buangan kimia dari Unit Urea.
Buangan kimia dari Desalinasi, Klorinasi, buangan regenerasi dan
demineralisasi, Pabrik UFC dan Pabrik Hexamine dikumpulkan dalam kolam
netralisasi di area KDM (diluar B/L POPKA). Netralisasi dilakukan dalam kolam dan
langsung dikirim ke “outfall” air laut melalui pipa balik seawater. Buangan kimia lain
mengalir ke “Collection Pit” buangan kimia melalui pipa “Chemical Sewer” dan
kemudian mengalir ke bawah ke Collection Pit kemudian dikirim ke outfall air laut.
• Buangan Sanitasi
Buangan-buangan sanitasi ditimbulkan dari bangunan-bangunan berikut dalam area
pabrik utama :
a. Gedung pengendali
b. Ruang seawater intake
c. Pangkalan Pemeliharaan Lapangan – Urea
d. Pangkalan Pemeliharaan Lapangan – Utilitas
• Air Berminyak
Air berminyak ditimbulkan dalam area pabrik utama oleh berikut ini :
a. Air permukaan pada Paved Area
b. Kondensat proses buangan – Unit Urea
c. Pembuangan Kompresor
d. Pembuangan mesin-mesin lain
e. Kondensat yang dibuang karena konduktivitas tinggi
Air berminyak ditimbulkan dalam area POPKA adalah air permukaan Paved
Area dan pembuangan mesin-mesin cerobong terbuka menghubungkan ke kolam-
kolam penangkap disediakan untuk membuang kompresor dan mesin. Air berminyak
dikeluarkan kecuali kondensat proses unit urea mengalir ke dalam kolam penangkap
terdekat dan akhirnya dikeluarkan ke laut dengan air hujan dan air pemadam
kebakaran.
Manhole berminyak disediakan di bagian hilir dari titik hubungan ke kolam
penangkap dilengkapi dengan seal dan vent untuk mencegah pengapian dan
penyebaran api. Dua penangkap minyak disediakan dalam area utama sehingga
keluaran minyak ke laut dapat diminimasi. Buangan kondesat proses dari unit Urea
langsung ke Collection Pit diluar B/L POPKA.
Laporan Kerja Praktek Universitas Gadjah Mada
Arya Anindia Widiatama (08/265578/TK/33734) Muziibu Alfisyah (08/269224/TK/34348)
Jurusan Teknik Kimia Universitas Gadjah Mada 43
II.8. UNIT UREA FORMALDEHYDE (UF-85)
Unit urea formaldehid berfungsi menghasilkan urea formaldehyde
concentrate 85% (UFC) untuk meningkatkan crushing strength dan menghindari
cacking urea granul di unit granulation. Formaldehyde dihasilkan dari sintesa antara
methanol (CH3OH) dengan oksigen (O2) yang berasal dari udara dengan bantuan
katalis “Ferry Molbdate Molybdenum Oxide”. Sedangkan urea formaldehid
dihasilkan dari sintesa formaldehyde dengan urea.
Bahan baku utama :
a. Methanol :99,85 % berat minimal
b. Urea (NH2CONH2) : 65 % berat
Produk :
Urea Formaldehyde (UF-85), dengan komposisi sebagai berikut :
a. Formaldehyde : 60% berat minimal
b. Urea : 25 % berat minimal
c. Methanol : 0,21 % maksimal
d. Asam formiat : 0,05 % berat maksimal.
e. Selebihnya adalah air.
II.8.1. Pembentukan Formaldehyde
Reaksi pembentukan formaldehyde terjadi antara CH3OH dan O2 dengan katalis
FeMo :
CH3OH + O2 → CHOH + H2O
sebagian kecil CHOH teroksidasi menjadi asam formiat/formic acid (HCOOH)
kemudian sebagian HCOOH terurai lagi menjadi CO dan H2O :
CHOH + ½ O2 → HCOOH → CO + H2O
Faktor-faktor yang mempengaruhi reaksi tersebut :
Temperatur
Laporan Kerja Praktek Universitas Gadjah Mada
Arya Anindia Widiatama (08/265578/TK/33734) Muziibu Alfisyah (08/269224/TK/34348)
Jurusan Teknik Kimia Universitas Gadjah Mada 44
Reaksi pembentukan formaldehyde tersebut sangat eksotermis dan untuk
menjaga temperatur optimum sekaligus membatasi pembentukan produk samping
(HCOOH, CO, dan CO2) maka panas/temperatur reaksi harus dikontrol.
Pengontrolan ini dilakukan dengan mengatur temperatur oil yang ada di bagian luar
tube sebagai media penyerap panas, yaitu dengan cara mengatur boiling point-nya
(titik didihnya). Semakin tinggi tekanan oil dijaga, semakin tinggi temperatur oil
dan semakin tinggi temperatur katalis di dalam tube reaktor.
Temperatur katalis harus diatur sedemikian rupa untuk mendapatkan
konversi methanol optimum dengan produk samping minimum dan juga semakin
tinggi temperatur operasi katalis maka semakin pendek umur katalis.
Konsentrasi Oksigen
Reaksi pembentukan CHOH adalah reaksi oksidasi methanol, oleh karena
itu jumlah oksigen menjadi faktor yang sangat penting. Oksigen pada inlet reaktor
harus dijaga 1% diatas konsentrasi methanol. Apabila methanol 9%, maka O2 harus
dijaga 10%.
Konsentrasi O2 dijaga dengan mengatur jumlah fresh air (udara segar) dan
jumlah recycle gas yang masuk ke Blower Resirkulasi. Oksigen dalam campuran
gas inlet reaktor juga tidak boleh terlalu rendah karena akan mengakibatkan
terjadinya reduksi katalis sehingga katalis bisa rusak.
II.8.2. Absorbsi Gas Formaldehyde Menjadi Larutan UFC
Produksi UFC dilakukan di UF Absorber, gas dari Reaktor Formaldehyde
setelah diambil panasnya untuk menghasilkan steam masuk ke bagian bawah dan
diserap oleh larutan urea yang masuk dari bagian atas. Absorber ini dilengkapi
dengan 2 bed pall ring dan 12 tray. Beberapa parameter penting pengoperasian UF
Absorber :
1. pH Larutan
Untuk mencegah penggumpalan dan mengurangi laju pembentukan asam
formiat maka diinjeksikan larutan NaOH di suction pompa sirkulasi UF agar pH
larutan > 7 (basa)
Reaksi di Absorber :
a. 2 NH2CONH2 + CHOH → NH2CONH.CO.NHCONH2
Laporan Kerja Praktek Universitas Gadjah Mada
Arya Anindia Widiatama (08/265578/TK/33734) Muziibu Alfisyah (08/269224/TK/34348)
Jurusan Teknik Kimia Universitas Gadjah Mada 45
Methylol DiUrea
b. NH2CONH2 + CHOH → HOCH2NHCONH2
Methylol Urea
c. NH2CONH2 + 2CHO → HOCH2NHCONH.CH2OH
Dimethylol Urea
Reaksi yang dikehendaki adalah reaksi b. Di bagian atas, urea berlebih maka
reaksi a yang dominan, sedangkan reaksi c akan lebih banyak terjadi di bagian
bawah dimana CHOH-nya banyak.
2. Rasio Urea terhadap Formaldehyde
Rasio Urea terhadap Formaldehyde dijaga sekitar 1 : 4,8. Bila urea berlebih
maka larutan akan cenderung keruh (produk UF yang bagus berwarna jernih).
Untuk menghidari ini maka waktu tinggal pada tray section harus dibatasi kurang
dari satu jam.
3. Konsentrasi Produk
Produk dengan konsentrasi tinggi mempunyai kandungan air yang rendah.
Semakin tinggi konsentrasi produk maka semakin rendah pula tekanan uap airnya.
Konsentrasi larutan UF produk yang diharapkan adalah CHOH > 50% dan Urea >
20%. Untuk mendapatkan konsentrasi tersebut maka kandungan air dalam produk
harus serendah mungkin, caranya dengan menguapkan air yang ada. Oleh sebab itu
temperatur dan flow larutan penyerap di bagian tengah Absorber harus dikontrol.
Semakin tinggi temperatur bagian tengah & bawah, semakin banyak air yang
teruapkan dan semakin tinggi konsentrasi UF produk.
II.8.3. Deskripsi Proses
Cairan methanol dipompa dari methanol tank ke methanol evaporator
menggunakan salah satu dari dua methanol feed pump. Methanol evaporator bertipe
kettle heat exchanger, dimana panas penguapan methanol berasal dari steam yang
mengkondensasi. Kemudian gas methanol dikirim ke proses dan dicampur dengan
udara serta recycle gas yang di sirkulasikan oleh blower.
Udara yang dikompresikan oleh blower 2-K-701 dicampur dengan uap
methanol yang berasal dari methanol evaporator 2-E-701. Reaksi diatas adalah
reaksi eksotermis sehingga menimbulkan panas, untuk menyerap panas hasil reaksi,
pada bagian luar dari tube direndam oleh oli dowtherm untuk mengatur temperatur
Laporan Kerja Praktek Universitas Gadjah Mada
Arya Anindia Widiatama (08/265578/TK/33734) Muziibu Alfisyah (08/269224/TK/34348)
Jurusan Teknik Kimia Universitas Gadjah Mada 46
reaksi. Karena dowtherm oil menyerap panas hasil reaksi maka berubah menjadi
uap dan panasnya dipakai untuk memanaskan campuran gas inlet reactor dan inlet
incenerator, kelebihan panas pada dowtherm setelah dipakai untuk pemanasan
diatas dikondensasikan di 2-E-706 untuk dipakai lagi di reaktor.
Dari reactor gas panas hasil reaksi yang mengandung formaldehyde
didinginkan dan dipakai untuk membangkitkan steam tekanan 0,06 kg/cm2 di 2-E-
703 yang dipakai untuk menguapkan CH3OH di 2-E-701 dari 2-E-703 gas
dimasukkan ke absorber untuk diserap gas formaldehyde-nya. Gas-gas lain yang
tidak terserap, keluar dari bagian atas absorber 2-C-701, sebagian dimasukkan lagi
ke suction 2-K-701 sebagi recycle gas dan sebagian lagi dibakar di incinerator 2-R-
702 sebelum dibuang ke atmosfir. Jumlah gas yang direcycle diatur flow-nya dan
dipakai untuk mengontrol persen O2 di inlet 2-R-701.
Laporan Kerja Praktek Universitas Gadjah Mada
Arya Anindia Widiatama (08/265578/TK/33734) Muziibu Alfisyah (08/269224/TK/34348)
Jurusan Teknik Kimia Universitas Gadjah Mada 47
BAB III
PABRIK UREA POPKA
Urea merupakan pupuk nitrogen yang biasanya dipakai dalam bidang pertanian
dengan kandungan nitrogen yang cukup tinggi yaitu 46,65%. Dalam suhu kamar, urea
berupa padatan berwarna putih. Urea dapat larut dalam air, alkohol, dan ammonia
anhydrous. Urea ini bila terlarut dalam air maka akan terhidrolisa secara lambat menjadi
ammonium karbamat dan akan terurai lagi menjadi amoniak dan CO2.
Urea yang mempunyai rumus kimia (NH2)2CO2 dibentuk dari proses dehidrasi
ammonium karbamat (NH2COONH4).Sedangkan ammonium karbamat sendiri terbentuk
dari reaksi pencampuran amoniak amoniak (NH3) dan karbondioksida (CO2). Reaksi
pembentukan ammonium kabamat berdasarkan reaksi berikut :
2NH3 + CO2 NH2COONH4 ∆H298
= -28,5 kkal/mol
Reaksi pembentukan ammonium karbamat merupakan reaksi eksotermis yang
berlangsung sangat cepat. Sedangkan rekasi dehidrasi ammonium karbamat menjadi urea
adalah menurut reaksi berikut :
NH2COONH4 NH2COONH2 + H2O ∆H298
= 3 – 6 kkal/mol
Reaksi ini berbanding terbalik dengan reaksi pembentukan ammonium karbamat,
yaitu bersifat endotermis dan berlangsung lambat. Dalam prosesnya nanti panas reaksi
pembentukan ammonium karbamat akan dimanfaatkan untuk proses pembentukan urea.
Namun dari reaksi ini ada hal yang perlu diperhatikan, yaitu reaksi pembentukan biuret.
Hal ini menurut reaksi berikut :
2NH2CONH2 NH2CONHCONH2 + NH3 ∆H298
= 4,28 kkal/mol
Reaksi pembentukan biuret ini sangat dihindari karena merupakan reaksi yang tidak
diinginkan. Hal ini dikarenakan biuret merupakan racun bagi tanaman. Reaksi ini dapat
terjadi bila konsentrasi urea terlalu tinggi, konsentrasi amoniak yang rendah, dan waktu
tinggal urea yang cukup lama.
Reaksi pembentukan urea sebenarnya merupakan reaksi dehidrasi dan hanya
berlangsung pada fase cair. Namun pada reaksi ini pembentukan urea hanya sekitar 40%-
60% sehingga untuk meningkatkan konsentrasi urea butuh penghilangan zat-zat yang
tidak atau belum bereaksi. Untuk membuat reaksi ini tetap dalam fase cair maka
digunakan tekanan reaksi yang tinggi. Bila ditinjau lebih jauh, kondisi proses yang
Laporan Kerja Praktek Universitas Gadjah Mada
Arya Anindia Widiatama (08/265578/TK/33734) Muziibu Alfisyah (08/269224/TK/34348)
Jurusan Teknik Kimia Universitas Gadjah Mada 48
dipakai dalam proses ditentukan oleh sifat-sifat campuran empat komponen, yaitu NH3,
CO2, H2O, Urea, dan juga oleh adanya zat-zat inert (yang tidak bereaksi).
Unit urea POPKA ini memakai Total Recycle CO2 Stripping Process dari
Stamicarbon BV. Gellen Holland, dengan kapasitas produksi 1725 MTPD. Di dalam
proses stamicarbon “total recycle CO2 stripping”, hampir semua reaktan yang tidak
terkonversi dikembalikan ke reaktor. Sebagian besar reaktan yang tidak terkonversi
dipisahkan dari larutan reaktor pada tekanan sintesa dengan mengontakkan larutan ini
secara counter-current dengan CO2. Dengan stripping NH3 dari larutan, kesetimbangan
carbamate akan bergeser ke kiri, sehingga terjadi disosiasi dari carbamate yang tidak
terkonversi menjadi urea. Panas rekasi yang diperlukan di-supply dengan pemanasan tube
Stripper dari luar. Karena waktu tinggal yang pendek di dalam stripper dan temperatur
relatif rendah, kesetimbangan urea dijaga dari kestabilannya, sehingga hidrolisis urea
tidak terjadi. Larutan reaktor yang telah di-strip di-flash sampai tekanan yang sangat
rendah (± 4 bar) kemudian dilakukan distilasi/pemisahan untuk melepaskan sisa-sisa NH3
dan CO2 dimana reaktan tersebut dilarutkan dalam air dan dipompakan kembali ke seksi
sintesa.
Uraian proses unit Urea POPKA dapat dibagi dalam beberapa tahap, yaitu:
1. Persiapan Bahan Baku
2. Seksi Sintesa
3. Seksi Resirkulasi
4. Seksi Evaporasi
5. Seksi Granulasi
6. Seksi Waste Water Treatment (WWT)
7. Steam System
Variable-variable proses Sintesa yang penting adalah :
Rasio N/C mulai inlet HPCC sampai keluar reaktor berkisar 2,9-3,0. N>> naik
dan terlalu boros. N<< kecepatan reaksi berkurang
Tekanan Sintesa yang berkisar antara 143-145 kg/cm2
Pada kondisi yang demikian akan diperoleh :
Konversi CO2 menjadi Urea dalam reaktor antara 59% - 60%.
Efisiensi Stripping di dalam Stripper sekitar 80% - 85%.
Laporan Kerja Praktek Universitas Gadjah Mada
Arya Anindia Widiatama (08/265578/TK/33734) Muziibu Alfisyah (08/269224/TK/34348)
Jurusan Teknik Kimia Universitas Gadjah Mada 49
Hasil reaksi akan berupa campuran yang terdiri dari urea, karbamat, air, kelebihan
amoniak, karbondioksida, dan zat-zat tak turut bereaksi (inert) yang terbawa bersama
bahan baku. Terhadap hasil reaksi tersebut selanjutnya akan dilakukan proses pemisahan
dan recovery zat-zat yang masih dapat dipakai.
III.1. Persiapan Bahan Baku
NH3 dari K-1/K-2/Ammonia storage pada temperatur sekitar 27,5o C dan tekanan
24,5 kg/cm2 dimasukkan ke suction vessel (P2-V-105) untuk menjaga flow amoniak. Hal
ini dikarenakan POPKA tidak dapat mengatur flow amoniak yang masuk karena adanya
battery limit. Flow amoniak yang masuk ke suction vessel diukur oleh FR/FQ-104, yang
akan dikoreksi dengan temperatur TI-102. Suction vessel dilengkapi dengan sebuah level
control yang membuang gas ke LP Absorber (P2-C-305) melalui LIC-101A dan tekanan
PIC 101, selain itu juga dilengkapi dengan line injeksi N2 untuk menjaga tekanan di
suction pompa. Untuk proses draining dan penurunan tekanan atau pengosongan,
dipasang line ke Ammonia Water Tank (P2-T-703) dan vent ke Stack (P2-X-801). Jika
suplai NH3 tiba-tiba berhenti, tekanan suction pompa HP Amoniak akan dijaga
tekanannya selama 15 menit dengan sistem injeksi N2.
Laporan Kerja Praktek Universitas Gadjah Mada
Arya Anindia Widiatama (08/265578/TK/33734) Muziibu Alfisyah (08/269224/TK/34348)
Jurusan Teknik Kimia Universitas Gadjah Mada 50
Dari suction vessel, NH3 diumpankan ke pompa HP Amoniak (P2-P-102A/B) untuk
dinaikkan tekanannya menjadi 161,7 kg/cm2 lalu dimasukkan ke dalam HP Carbamate
Condenser melalui HP Ejector (P2-J-201). Kedua pompa HP Amoniak merupakan tipe
centrifugal yang dilengkapi dengan control minimum flow FIC-105/106, yang juga
dikoreksi oleh temperatur (TI-104). Control minimum flow tersebut dikembalikan ke line
inlet suction vessel dan pada sisi discharge dipasang “Non Return Valve” yang berfungsi
untuk mencegah aliran balik ke pompa. Arus Amoniak dari pompa HP Amoniak ke HP
Ejector dikontrol oleh FIC-103. Amoniak cair dari Pompa dapat di-drain melalui line
drain header ke Ammonia Water Tank (P2-T-703). Pada normal operasi, 1 pompa
beroperasi (running) dan 1 pompa pada posisi standby. Flow indikasi diletakkan di line
suction pompa amoniak. Pada kedua saluran suction dan discharge pompa amoniak
dipasang saringan (filter), yang dimaksudkan untuk melindungi pompa dan mencegah
pecahan-pecahan gasket pompa masuk ke sesi sintesa.
Karbondioksida mengandung H2 sekitar 0,85% vol.(maks), Nitrogen sekitar 0,2%
vol.(maks) dan sedikit methane dari battery limit masuk pabrik urea pada tekanan sekitar
0,21 kg/cm2 dan temperatur sekitar 40
o C. Aliran tersebut ditambah pula dengan udara,
yang juga dari battery limit, sebelum dimasukkan ke kompresor CO2 (P2-K-102). Jumlah
aliran udara dikontrol oleh FIC-102, sehingga oksigen cukup untuk pembakaran H2 di
dalam H2 converter (P2-R-101) dan sisanya sebanyak 0,6% volume sebagai bahan
pasivasi untuk anti korosi peralatan di Sintesa.
CO2 dikompresi dengan kompresor sentrifugal secara bertingkat (4 stage). Pada
setiap stage gas CO2 melalui tahap pendinginan di intercooler (E-121/E-122/E-123) dan
pemisahan air di separator (V-102/V-103/V-104). H2 Converter dipasang pada discharge
tingkat 2 kompresor CO2, converter ini diisi dengan katalis Platinum (Pt) di dalam Al2O3.
Sebagai hasil pembakaran hidrogen secara katalitik, suhu CO2 mengalami kenaikan (TR-
106) besarnya tergantung dari jumlah konsentrasi hidrogen dalam umpan. Indikasi O2
setelah H2 Converter ditunjukkan oleh AR-101, sedangkan indikasi H2 ditunjukkan oleh
AR-105.
Proses kompresi bertingkat tersebut dilakukan sampai tekanan sekitar 144,7
kg/cm2.G. CO2 Compressor tersebut digerakkan oleh steam turbine. CO2 yang telah
dikompresi di CO2 Compressor akan menuju HP Stripper (E-102) untuk men-stripping
reaktan yang tidak terkonversi di reaktor.
Laporan Kerja Praktek Universitas Gadjah Mada
Arya Anindia Widiatama (08/265578/TK/33734) Muziibu Alfisyah (08/269224/TK/34348)
Jurusan Teknik Kimia Universitas Gadjah Mada 51
III.2. Seksi Sintesa
NH3 cair dari K-1/K-2/Ammonia Storage yang telah dimasukkan ke suction vessel
pada temperatur sekitar 27,5o C dan tekanan 24,5 kg/cm
2, dimasukkan HP NH3 pump (P-
102 A/B) untuk dinaikkan tekanannya menjadi sekitar 157 kg/cm2 dan dimasukkan ke HP
Carbamate Condenser (E-202) melalui HP Ejector (J-201).
HP Ejector menarik larutan amoniak beserta carbamate dari HP Scrubber untuk
dimasukkan ke dalam HP Carbamate Condenser (HPCC) P2-E-202. Input dari HPCC ini
adalah gas outlet dari HP ejector dengan gas CO2 yang sebelumnya digunakan untuk
men-stripper. Di dalam HPCC, CO2 dan amoniak akan bereaksi menjadi carbamate. HP
Carbamat Condenser adalah alat penukar panas dengan posisi vertikal dimana gas/larutan
proses berada di sisi tube, sedangkan boiler water di sisi shell. Karena reaksi
pembentukan carbamate merupakan reaksi eksotermis, maka panas yang dihasilkan
dimanfaatkan untuk membangkitkan SLL 4,7 kg/cm2 dalam Steam Drum (P2-V-904
A/B). Di dalam HPCC, kondensasi Carbamate diatur agar tercapai 80% sedangkan sisa
gas yang belum bereaksi (20%) dilangsungkan dalam Reaktor sehingga panas yang
dihasilkan dimanfaatkan untuk dehidrasi Carbamate menjadi Urea. Umpan NH3 dan CO2
Laporan Kerja Praktek Universitas Gadjah Mada
Arya Anindia Widiatama (08/265578/TK/33734) Muziibu Alfisyah (08/269224/TK/34348)
Jurusan Teknik Kimia Universitas Gadjah Mada 52
ke Unit Sintesa dikonrol sedemikian rupa hingga rasio N/C didalam larutan outlet
Reaktor adalah antara 2,95-3,05 , rasio ini diperlukan untuk pembentukan urea yang
optimum.
Carbamate dan sisa gas yang belum bereaksi dijaga pada temperatur 172oC dan
dialirkan menuju bagian bawah Reaktor Sintesa (P2-R-201). Pada reaktor ini terdapat 11
buah sieve tray dengan jumlah lubang makin ke atas semakin sedikit. Hal ini
dimaksudkan agar kontak antara fase cair dan fase gas dapat berlangsung sempurna dan
diperoleh waktu tinggal yang sesuai sehingga kesetimbangan Urea dapat tercapai dan
juga untuk mencegah back mixing. Reaksi kesetimbangan urea dicapai dengan
membutuhkan panas (karena reaksi endotermis) dan waktu tinggal tertentu. Hal ini
diperoleh dari sisa gas yang belum bereaksi dan bentuk reaktor yang memiliki volume
besar sehingga memberikan waktu tinggal yang lama. Waktu tinggal yang lama ini
didapatkan karena overflow yang digunakan untuk mengalirkan urea ke proses berikutnya
berada di top reactor. Di top reactor, konversi CO2 menjadi Urea terjadi sekitar 60% .
Kemudian larutan Urea, sisa Carbamate, dan reaktan mengalir melalui pipa overflow
turun dan keluar dari bagian bawah Reaktor menuju HP Stripper dengan temperatur
sekitar 184,6oC. Line overflow ini dirancang sedemikian rupa sehingga membentuk
liquid seal antara Reaktor dan HP Stripper dan level nol (0) Reaktor adalah 1 meter di
atas permukaan (funnel) dan hal ini juga berfungsi untuk meyakinkan tidak terjadinya
reverse flow dari HP Stripper ke Reaktor.
Larutan urea yang dihasilkan dari reaktor dialirkan menuju HP Stripper untuk
diambil sisa-sisa carbamate yang masih ada. Larutan urea kemudian di-stripping dengan
gas CO2 umpan secara berlawanan arah (counter current), hal ini menyebabkan tekanan
parsial NH3 turun, akibatnya carbamate dapat terurai (terdekomposisi) dengan menggunakan
panas yang disuplai dari luar (Steam HP Stripper). Untuk hal tersebut, steam HP Saturator
dengan tekanan sekitar 21 Kg/cm2
dimasukkan di shell side memanasi tube. Efisiensi stripping
diharapkan mencapai 85% dimana konsentrasi larutan Urea keluar HP Stripper bertambah
pekat hingga 59% dan temperatur outlet 171,3 oC. Level di dalam HP Stripper ditahan/dijaga
serendah mungkin, untuk memperkecil pembentukan biuret dan hydrolisa Urea.
Cairan dari HP Stripper mengandung 7% Amoniak, dikirim ke Seksi Resirkulasi melalui
controller LIC-202 yang akan mengalir ke Rectifiying Column (P2-C-303). Sedangkan CO2 dari
HP stripper dialirkan ke dalam HPCC dengan membawa gas NH3, CO2, dan uap air yang
telah dipisahkan dari larutan urea solution 30%.
Laporan Kerja Praktek Universitas Gadjah Mada
Arya Anindia Widiatama (08/265578/TK/33734) Muziibu Alfisyah (08/269224/TK/34348)
Jurusan Teknik Kimia Universitas Gadjah Mada 53
Gas yang terbentuk pada reaktor, yang mengandung amoniak dan karbon dioksida
yang tidak bereaksi termasuk inert, dikeluarkan melalui top reactor dan akan
dikondensasikan kembali di HP Gas Scrubber dan bercampur dengan carbamate encer
dari seksi resirkulasi. HP Scrubber terdiri dari tiga bagian, yaitu :
a. Sebuah bola pelindung (blanketing sphere), dimana gas dari Reaktor dilewatkan.
b. Bagian penukar panas, yang dilengkapi dengan sebuah down comer pada pusatnya
untuk melewatkan cairan yang masih mengandung gas mengalir turun, sebuah
distributor gas dipasang pada bottom
c. Bagian pembersih (scrubbing), dimana gas-gas yang tinggal di-scrub dengan larutan
karbamat encer dan dimana hampir semua NH3 dan CO2 dikondensasikan.
Larutan Carbamate dari MP Scrubber overflow ke HP Ejector yang akan dibawa
bersama NH3 cair ke HPCC.
Gas Inert dari MP Scrubber mengandung sedikit NH3 dan CO2 di-absorb
menggunakan ammonia water dan air demin di HP Absorber. Gas-gas inert yang lolos
akan di-vent ke atmosfer karena sudah tidak dapat dimanfaatkan lagi.
III.3. Seksi Resirkulasi
Unit Resirkulasi ini berfungsi untuk menggunakan kembali sisa reaktan yang tidak
terkonversi untuk dikembalikan lagi ke seksi sintesa. Pengambilan reaktan ini dilakukan
Laporan Kerja Praktek Universitas Gadjah Mada
Arya Anindia Widiatama (08/265578/TK/33734) Muziibu Alfisyah (08/269224/TK/34348)
Jurusan Teknik Kimia Universitas Gadjah Mada 54
dengan cara penguraian carbamate menjadi CO2 dan NH3 dengan cara ekspansi dari
tekanan Sintesa (145 kg/cm2) menjadi 4,2 kg/cm
2 sebelum masuk ke unit Rectifying
Column. Sebagai akibat dari ekspansi ini, larutan carbamate akan terdekomposisi, panas
yang diperlukan diambil dari larutan itu sendiri, sehingga temperaturnya akan turun dari
171, 3oC menjadi 121
oC dan konsentrasi urea meningkat dari 56% menjadi 65%.
Proses resirkulasi meliputi 2 tahap :
1. Penguraian Carbamate di Rectifying Column (C-303)
2. Kondensasi Carbamate di Low Pressure Carbamate Condenser (E-303)
Campuran dari gas dan cairan dari HP Stripper didistribusikan di atas bed Pall Ring
di dalam rectifying column yang selanjutnya akan turun menuju Heater Resirculation (E-
302) untuk dipanaskan hingga suhu 136oC. Pemanasan ini bertujuan untuk menguraikan
carbamate yang masih ada. Pemanasan dilakukan menggunakan Steam Low Low (SLL)
yang masuk melalui shell side, sedangkan larutan urea 65% melewati tube side. Dari
Heater Resirculation larutan urea masuk separator yang berada diantara Rectifying
column dan Heater Resirkulasi. Di separator ini fase gas dan cairan akan terpisahkan.
Larutan urea yang semakin pekat (sekitar 68%) mengalir menuju Atmospheric Flash
Separator (S-304) secara gravitasi. Sedangkan gas-gas NH3, CO2 serta uap air yang
keluar dari separator akan bertemu dengan larutan urea yang lebih dingin suhunya di
tumpukan Pall Ring yang ada di Rectifying Column untuk memperluas bidang kontak.
Pada Atmospheric Flash Separator terjadi penurunan tekanan secara mendadak
(dari 3 kg/cm2 – tekanan atmosfer) yang mengakibatkan konsentrasi urea naik menjadi
74-75% yang secara gravitasi akan mengalir menuju Urea Solution Tank (T-302).
Temperatur urea solution akan turun dari 136oC menjadi 85
oC. Uap air dan gas-gas outlet
separator akan menuju Seksi Evaporasi.
Gas-gas yang keluar dari Rectifying Column yang masih mengandung CO2, NH3,
uap air serta sedikit sekali N2 akan dikondensasikan di dalam LP Carbamate Condenser.
Pembentukan carbamate dilakukan dengan menurunkan temperatur gas-gas serta uap air
yang masuk ke LPCC. Untuk itu panas yang yang dihasilkan diserap oleh sirkulasi air
pendingin. Untuk membantu proses kondensasi di LPCC, Process Condensate dari
Tangki kondensat (P2-T-703) dimasukkan ke line inlet LPCC dengan Condensate
Pump (P2-P-703 A/B). Selain itu untuk memperbaiki rasio N/C saat kembali ke Seksi
Sintesa, maka pada line inlet LPCC juga ditambahkan NH3 yang berasal dari vessel V-
Laporan Kerja Praktek Universitas Gadjah Mada
Arya Anindia Widiatama (08/265578/TK/33734) Muziibu Alfisyah (08/269224/TK/34348)
Jurusan Teknik Kimia Universitas Gadjah Mada 55
105. Selain itu Carbamate encer yang berasal dari Level Tank Reflux Condenser (P2-V-
801) juga dialirkan ke line inlet LPCC dengan Reflux Pump (P2-P-802 A/B).
Larutan Carbamate dari LPCC kemudian dipisahkan dari gasnya dalam Level Tank
LPCC (P2-V-301). Di sini gas dan cairannya akan terpisah. Larutan Carbamate
selanjutnya dipompakan ke Seksi Sintesa untuk menangkap gas outlet Reaktor di HP
Scrubber menggunakan pompa Carbamate (P2-P-301 A/B). Sedangkan gas outletnya
akan diserap lagi NH3 dan CO2 yang masih terkandung di dalamnya di unit LP Absorber.
III.4 Seksi Evaporasi
Pada seksi evaporasi ini urea diinginkan untuk mencapai konsentrasi hingga 96%.
Untuk mencapai konsentrasi tersebut maka digunakan dua buah evaporator, hal ini
dilakukan untuk menghindari kristalisasi urea. Kristalisasi ini terjadi bila tekanan
evaporasi diturunkan langsung ke -0,71 kg/cm2 maka larutan akan langsung mengkristal.
Akibatnya, urea yang mengkristal sebelum waktunya ini tidak dapat dikirim ke unit
granulation. Hal tersebut juga akan membuat buntu pipa-pipa dan peralatan di unit
evaporator.
Tahapan pada unit evaporasi adalah:
Evaporator tingkat I, larutan dipanaskan menjadi 121-122o C dengan tekanan -0,66
kg/cm2 (vacuum).
Laporan Kerja Praktek Universitas Gadjah Mada
Arya Anindia Widiatama (08/265578/TK/33734) Muziibu Alfisyah (08/269224/TK/34348)
Jurusan Teknik Kimia Universitas Gadjah Mada 56
Evaporator tingkat II, suhu larutan dijaga maksimal 132o C dan tekanan diturunkan
menjadi -0,71 kg/cm2 (vacuum).
Larutan urea dari Urea Solution Tank dengan konsentrasi sekitar 75% dan
temperatur 82oC dipompa ke bagian bawah evaporator I (P2-E-401 A/B), di sini
temperatur larutan Urea dialirkan di dalam pemanas bawah Evaporator I (P2-E-401 B) yang
panasnya berasal dari sirkulasi air pendingin HP Scrubber. Kemudian Urea dipanaskan lagi
dengan pemanas atas Evaporator I (P2-E-401 A) dengan LP Steam sehingga temperatur larutan
menjadi 110 oC. Di Evaporator I ini konsentrasi Urea naik menjadi 90% dengan tekanan -0,61
kg/cm2.
Di bagian Separator Evaporator I, uap yang terbentuk dipisahkan dengan cairannya.
Uap tersebut kemudian dikondensasikan didalam Condenser Evaporator I (P2-E-702).
Sedang cairannya overflow ke Evaporator II (P2-E-402). Vapour yang tidak
terkondensasi di Condensor ditarik oleh Ejector Evaporator I (P2-J-702) dan dikirim ke
LP Absorber (P2-C-305).
Di Evaporator II larutan Urea dinaikkan konsentrasinya hingga 96% dengan
temperatur 133 oC dan tekanan -0,71 kg/cm
2. Di bagian Separator Evaporator II (P2-
C-305) fase uap dan cairannya dipisahkan. Uap yang dihasilkan ditarik ke Condensor I
Evaporator II (P2-E-703) menggunakan Ejector (P2-J-704), sedang cairannya (Larutan
Urea) overflow ke suction Pompa Urea Solution (P2-P-401 A/B) untuk selanjutnya
dikirim ke unit Granulasi.
Resiko yang dialami selama evaporasi adalah terbentuknya biuret, karena selama
evaporasi larutan urea dipanaskan. Penurunan tekanan pada separator di samping untuk
membantu menguapkan air juga agar panas yang diperlukan untuk penguapan tidak
banyak, sehingga resiko pembentukan biuret dapat ditekan.
Laporan Kerja Praktek Universitas Gadjah Mada
Arya Anindia Widiatama (08/265578/TK/33734) Muziibu Alfisyah (08/269224/TK/34348)
Jurusan Teknik Kimia Universitas Gadjah Mada 57
III.5. Seksi Granulasi
Pada pabrik POPKA ini urea diproduksi dalam bentuk granul. Urea granul
diproduksi dengan jalan menyemprotkan cairan urea ke atas bibit yang sedang
terfluidisasi. Karakteristik proses ini adalah :
Cairan urea yang disemprotkan adalah larutan dengan konsentrasi tinggi dan
bukan lelehan (melt).
Penyemprotan terjadi di bagian tengah unggun fluid bed melalui spray nozzle.
Proses penambahan ukuran partikel granul dicapai melalui akresi, yaitu
melalui proses penguapan dan solidifikasi kontinyu dari sebuah tetesan urea
ke atas bibit.
Larutan formaldehyde ditambahkan ke dalam larutan urea sebelum
disemprotkan sebagai bahan penguat strength dan anti-cacking agent.
Proses penambahan ukuran partikel granul dapat tercapai melalui tiga proses
berikut ini :
Aglomerisasi, yaitu pengikatan beberapa partikel menggunakan larutan yang
berfungsi sebagai pengikat/lem. Pada proses ini sering menghasilkan produk
yang tidak homogen dan memiliki sifat mekanikal yang kurang baik.
Pelapisan, yaitu pembentukan lapisan di sekitar bibit yang lapisan-lapisan ini
kemudian membentuk struktur lapisan kulit bawang (onion skin structure).
Laporan Kerja Praktek Universitas Gadjah Mada
Arya Anindia Widiatama (08/265578/TK/33734) Muziibu Alfisyah (08/269224/TK/34348)
Jurusan Teknik Kimia Universitas Gadjah Mada 58
Proses ini dilakukan dalam satu interval sedemikian rupa sehingga terjadi
proses pembekuan/solidifikasi.
Akresi, yaitu proses pertumbuhan ukuran granul yang dicapai melalui proses
penguapan dan solidifikasi kontinyu dari sebuah tetesan urea ke atas bibit.
Pada proses di pabrik POPKA digunakan Fluid Bed Granulator, yang terdiri dari :
1. Chasing bagian bawah (lower chasing)
2. Pelat yang berlubang-lubang (Perforated plate)
3. Bagian injeksi (Injection Header)
4. Chasing bagian atas (Upper Chasing)
Pelat yang berlubang-lubang akan mendistribusikan udara secara merata yang
diperlukan untuk mengalirkan dan menahan lapisan urea granul agar tetap pada kondisi
melayang-layang. Perforated plate dipasang secara horizontal dan mempunyai lubang
kecil dengan diameter 2 mm. Lubang-lubang tersebut dibentuk dengan dipukul
sedemikian rupa, sehingga membentuk tonjolan ke samping yang akan berfungsi agar
udara dapat mendorong urea granul ke arah samping. Perancangan yang demikian ini
akan memudahkan pengosongan granulator dan pengangkatan gumpalan/bongkahan
granul yang menggumpal.
Chasing bagian bawah menyangga perforated plate, injection header dan upper
chasing. Chasing bagian bawah ini dibagi menjadi 5 ruang/chamber yang masing-masing
ditekan/dialiri udara terfluidisasi. Bagian injeksi yang berjumlah 9 baris dihubungkan
dengan larutan urea dan udara atomisasi, yang masing-masing dilengkapi dengan steam
tracing. Masing-masing bagian injeksi dipasang 22 penyemprot/sprayer yang diletakkan
ke arah vertical untuk menyemprotkan larutan urea ke partikel-partikel inti.
Chasing bagian atas mempunyai 2 fungsi, yaitu membatasi lapisan fluidisasi dan
menahan pelepasan debu urea kasar ke granulator. Chasing bagian atas dibagi menjadi 6
ruangan, yaitu :
Ruangan pertama menerima aliran urea yang dikembalikan (urea granul halus
dan urea granul yang telah dipecah dari Roll Crusher) sebagai material inti
dan dimasukkan di bagian atas tumpukan urea yang telah ada di dalam
Granulator. Ruangan pertama ini mempunyai 3 bagian injeksi dengan jumlah
penyemprot 66 buah.
Laporan Kerja Praktek Universitas Gadjah Mada
Arya Anindia Widiatama (08/265578/TK/33734) Muziibu Alfisyah (08/269224/TK/34348)
Jurusan Teknik Kimia Universitas Gadjah Mada 59
Ruangan kedua dan ketiga, masing-masing mempunyai penyemprot 3 x 22 =
66 buah untuk memperbesar ukuran partikel secara merata dan terus menerus.
Tiga ruangan yang terakhir hanya berfungsi untuk menghilangkan debu dan
sedikit mendinginkan. Ruangan yang ke-6 dihubungkan dengan bagian keluar
dari granulator.
Pembatas ruangan dihubungkan dengan dinding Granulator, tetapi bagian bawah
dari pembatas tersebut dapat diatur ketinggiannya dan dapat juga dilepas untuk
memungkinkan mengeluarkan perforated plate dari dalam Granulator.
Jumlah aliran produk akhir diatur oleh Flapper Valve LV-602 A/B yang
ditempatkan pada celah bagian keluar Granulator, dihubungkan dengan Granulator
Extractor dan digerakkan oleh isyarat atau signal dari LIC-602. Granulator Extractor
akan berhenti jika ketinggian tumpukan urea di dalam Granulator turun di bawah harga
low-low level. Hal ini dimaksudkan untuk menghindari kekosongan/kehabisan tumpukan
urea di dalam Granulator.
Untuk memperoleh pengontrolan yang baik terhadap ketinggian Urea/Level Bed
dapat dilakukan dengan mengukur perbedaan tekanan. Alat pengukur perbedaan tekanan
tersebut secara terus-menerus dihembus dengan udara instrumen agar tidak buntu oleh
partikel udara atau debu. Aliran udara instrumen disuplai melalui rotameter dengan
indikasi berada di tengah-tengah dari keadaan terendah dan tertingginya.
Fluid Bed Granulator merupakan satu-satunya sistem yang menggunakan proses
akresi dalam memperbesar ukuran partikel granul. Hal ini berarti bahwa selama di dalam
zona granulasi, setiap bibit berulang kali tersemprot oleh tetesan lembut dari larutan urea.
Dengan demikian, pertumbuhan partikel berjalan progresif dan seragam dan berlangsung
bersamaan dengan proses evaporasi air. Untuk mencegah terjadinya proses aglomerisasi,
maka bibit tidak boleh berdekatan dan hal ini dapat dicapai dengan menggunakan proses
fluidisasi. Metode lain yang dapat digunakan adalah penyemprotan larutan di atas lapisan
partikel yang sedang jatuh dan penyemprotan hanya dapat dilakukan secara intermitten
saja.
Larutan urea dengan konsentrasi 96% dikirim ke Unit Granulasi melalui pompa
(P2-P-401 A/B). Di suction pompa tersebut diinjeksikan UF-85 (Urea Formaldehyde)
dari UF Storage Tank (P2-T-610) dengan jumlah aliran minimum 539 kg/h atau
maksimum 660 kg/h.
Laporan Kerja Praktek Universitas Gadjah Mada
Arya Anindia Widiatama (08/265578/TK/33734) Muziibu Alfisyah (08/269224/TK/34348)
Jurusan Teknik Kimia Universitas Gadjah Mada 60
Larutan urea yang sudah bercampur UF-85 dipompakan ke dalam Granulator (P2-
AG-601) melalui injection Head (Spray Nozzle). Temperatur Urea Solution Feed
Granulator adalah 132oC. Dan juga secara bersamaan disemprotkan udara atomisasi yang
telah dikompresi oleh Atomization Air Blower (P2-K-604). Udara atomisasi yang telah
dikompresi kemudian dipanaskan terlebih dahulu di Atomization Air Heater (P2-E-602)
hingga menjadi 135oC. Udara atomisasi diperlukan untuk membentuk semprotan larutan
urea ke dalam tumpukan partikel urea di Granulator.
Di dalam granulator terdapat pula udara fluidisasi yang berguna untuk mengalirkan
produk urea granul dari satu chamber ke chamber lainnya dan sekaligus sebagai media
pendingin produk. Udara Fluidisasi dikompresi di Granulator Fluidization Air Fan (P2-
K-601) dan dikirim ke Granulator dengan temperatur 43 oC. Pada bagian saluran udara
Fluidisasi ke ruang Granulasi dilengkapi dengan Granulator Fluidization Air Heater (P2-
E-601 A/B/C) yang digunakan pada saat Start Up dan normal operasi untuk mengatur
temperatur Bed Granulasi. Udara yang keluar dari bagian atas granulator selanjutnya
diolah di Granulator Scrubber (P2-C-601) sebelum dibuang ke atmosfir.
Pada Granulator Scrubber (P2-C-601), debu-debu urea akan di-spray oleh proses
kondensat dari Process Condensate Tank (P2-T-701). Pada tahap ini diharapkan agar
debu-debu urea yang masih terdapat di dalam udara dapat terambil. Proses kondensat
yang telah bercampur dengan debu-debu urea disirkulasikan ke Granulator Scrubber
Tank (P2-T-601) untuk make up. Lalu larutan tersebut dipompa dengan Granulation
Scrubber Circulation Pump (P2-P-601 A/B) ke sprayer di Granulator Scrubber untuk
menangkap debu-debu urea dari granulator. Sirkulasi tersebut berlangsung secara
kontinyu. Untuk mengantisipasi debu-debu urea yang masih lolos maka digunakan
demister pada bagian atas Scrubber. Debu yang lolos dari demister akan dihisap oleh
Granulation Scrubber Exhaust Fan (P2-K-602) menuju Granulation Stack (X-601) yang
kemudian dibuang ke atmosfer.
Produk urea granul dari Granulator lalu dialirkan ke Vibrating Extractor (P2-FR-
601 A/B) dan mengalir ke Safety Screen (P2-SE-601 A/B). Di Safety Screen terjadi
pengayakan untuk memisahkan bongkahan atau gumpalan urea granul yang berukuran
lebih dari 10 mm untuk dikirim ke Recycle Tank (P2-T-603). Urea Granul yang
berukuran diameter di bawah 10 mm dikirim ke First Fluid Bed Cooler (P2-DR-601) dan
selanjutnya dikirim ke atas dengan menggunakan Bucket Elevator (P2-CR-601). Debu
Laporan Kerja Praktek Universitas Gadjah Mada
Arya Anindia Widiatama (08/265578/TK/33734) Muziibu Alfisyah (08/269224/TK/34348)
Jurusan Teknik Kimia Universitas Gadjah Mada 61
Urea yang terjadi dipisahkan menggunakan udara ambient yang disuplai dari First Cooler
Fluidization untuk selanjutnya di-recycle. Urea Granul yang telah dipisahkan debunya
dan didinginkan sesuai temperatur yang dikehendaki yaitu sekitar 70 oC, dialirkan ke
Vibrating Screen (P2-SE-602 A/B) untuk dilakukan pengayakan untuk memisahkan 3
fraksi, yaitu oversize, undersize, dan onsize. Fraksi onsize dikirim ke Final Fluid Bed
Cooler (P2-DR-602) dan selanjutnya ke unit pengantongan. Sedangkan fraksi undersize
dikembalikan ke Granulator sebagai material inti (seed) bersama fraksi oversize yang
terlebih dahulu digiling dalam Roll Crusher (P2-MX-601 A/B) yang berada di Crushed
Feeder (P2-FR-602 A/B) dengan melewati Crusher Feed Hooper (P2-B-601).
Produk onsize selanjutnya didinginkan dengan mengirimnya ke Final Fluid Bed
Cooler (P2-DR-602) dengan menggunakan udara dingin dari Final Cooler Fluidization
Air Fan (P2-K-607). Temperatur produk akhir diturunkan sampai 45oC. Bila terjadi
masalah pada Final Fluid Bed Cooler maka produk urea granul dapat di-bypass untuk
dapat langsung ke pengantongan.
Debu-debu yang dibuang dari dua Fluid Bed Cooler (First Fluid Bed Cooler dan
Final Fluid Bed Cooler) mengandung debu dengan jumlah yang lebih kecil dan
berukuran lebih besar/kasar dibanding dengan debu yang berasal dari granulator. Namun
tetap debu ini harus dibersihkan dahulu sebelum dibuang ke atmosfir. Hampir sama
dengan Granulator Scrubber, Cooler Scrubber juga terdapat penyemprotan debu-debu
urea dengan larutan dari Cooler Scrubber Tank (P2-T-602) yang berada di bawah Cooler
Scrubber. Terdapat pula demister yang terpasang di bagian atas, dicuci/disemprot dengan
air proses secara berkala dengan aliran yang kecil.
Laporan Kerja Praktek Universitas Gadjah Mada
Arya Anindia Widiatama (08/265578/TK/33734) Muziibu Alfisyah (08/269224/TK/34348)
Jurusan Teknik Kimia Universitas Gadjah Mada 62
III.6. Waste Water Treatment Process
Semua proses kondensat dari kondenser-kondenser Evaporator yang mengandung
NH3, CO2 dan Urea dikumpulkan dan ditampung dalam Ammonia Water Tank (P2-T-
703). Serta semua gas yang di-vent dari beberapa tempat diserap di dalam LP Absorber
(P2-C-305) untuk diambil sisa NH3 yang masih ada di dalam gas yang pada akhirnya
akan ditampung juga di dalam Ammonia Water Tank.
Ammonia Water ini kemudian diproses di dua Desorber (P2-C-801/802) dan
Hydrolizer (P2-C-803) untuk diambil kembali hampir semua komponen yang terkandung.
Carbamate encer yang didapat di dalam Reflux Condenser (P2-E-804) dikembalikan ke
Resirkulasi melalui Pompa Reflux (P2-P-802 A/B). Semua waste yang meninggalkan alat
penukar panas Desorber II (P2-C-802) ditampung di dalam Waste Water Tank (P2-T-
701).
Ammonia Water Tank terdiri dari dua bagian kecil dan satu bagian besar. Kondensat
dari Condenser Evaporator dimasukkan ke bagian I, kemudian dikirim ke dalam MP
Absorber (P2-C-201) melalui MP Absorber Cooler (P2-E-206) menggunakan pompa
umpan MP Absorber (P2-P-705 A/B). Dari MP Absorber air proses dikembalikan ke LP
Absorber (P2-C-306) dan Vent Stack (P2-X-801) kemudian masuk ke dalam bagian II
Ammonia Water Tank. Sedangkan bagian III Tangki digunakan untuk menampung drain-
Laporan Kerja Praktek Universitas Gadjah Mada
Arya Anindia Widiatama (08/265578/TK/33734) Muziibu Alfisyah (08/269224/TK/34348)
Jurusan Teknik Kimia Universitas Gadjah Mada 63
drain yang berada dibeberapa tempat di dalam pabrik. Ammonia Water dari bagian II
Tangki P2-T-703 dipompa ke Desorber I menggunakan pompa P2-P-703 A/B. Sebelum
diumpankan ke Desorber I, Ammonia Water dipanaskan terlebih dahulu di Desorber HE
(P2-E-802) dari temperatur 67 oC menjadi 110
oC menggunakan kondensat yang keluar
dari bagian bawah Desorber II (P2-C-802). Di dalam Desorber I yang dilengkapi dengan
15 trays ini cairan mengalir turun, kemudian dipanasi hingga 142 oC pada tekanan sekitar
2,5 kg/cm2 menggunakan uap yang mengalir naik dari Desorber II sehingga kandungan
Amoniaknya turun.
Dari bagian bawah Desorber I, cairan yang masih mengandung sejumlah NH3 dan
Urea diumpankan ke dalam Hydrolizer menggunakan Hydrolizer Feed Pump (P2-P-801
A/B) melalui Hydrolizer HE (P2-E-803 A/B). Di dalam penukar panas ini, umpan
dipanasi sampai 190 oC oleh cairan yang keluar dari Hydrolizer (P2-C-803) itu sendiri.
Suhu cairan di dalam Hydrolizer dinaikkan menggunakan steam SML 20 kg/cm2. Untuk
memperoleh kontak yang baik, Hydrolizer dilengkapi dengan 19 trays dengan lubang-
lubang di permukaannya. Selama waktu tinggal, urea terurai menjadi CO2 dan NH3,
sedangkan gas yang terbentuk dialirkan ke Desorber tingkat I. Larutannya dikirim ke
bagian atas Desorber II melalui Hydrolizer HE dan dipergunakan untuk memanaskan
larutan yang akan ke Hydrolizer. Suhu kondensat keluar Hydrolizer akan turun menjadi
151 oC. Cairan yang masuk Desorber II mengalir turun dan dikontakkan dalam 21 trays
dengan steam yang naik sehingga kandungan NH3 dan Urea dalam cairan dapat
diturunkan sampai di bawah 5 ppm pada outlet Desorber II. Air dari bagian bawah
Desorber II mengandung tidak lebih dari 5 ppm amoniak dan 5 ppm urea serta
mempunyai temperatur 145oC, dikirim ke Waste Water Tank melalui alat penukar panas
Desorber. Uap dari bagian atas Desorber I dikirim ke reflux condenser, diinginkan pada
tahapan ini seluruhnya terkondensasi. Sejumlah proses kondensat dari pompa umpan
Desorber dapat dimasukkan ke Reflux Condenser untuk menaikkan efisiensi. Cairan dari
Reflux Condenser overflow ke level tank Reflux Condenser, yang selanjutnya
diumpankan ke LP Carbamate Condenser.
Laporan Kerja Praktek Universitas Gadjah Mada
Arya Anindia Widiatama (08/265578/TK/33734) Muziibu Alfisyah (08/269224/TK/34348)
Jurusan Teknik Kimia Universitas Gadjah Mada 64
III.7. Steam System
Tekanan steam yang digunakan di pabrik urea POPKA dibedakan menjadi 4, yaitu :
Steam HP 80 kg/cm2 dan temperatur 480
oC sebagai penggerak Turbin CO2
Kompresor
Steam MP pada tekanan 20 kg/cm2 dan temperatur 310
oC dari steam ekstraksi
turbin CO2 Kompresor (P2-K-102) serta Let Down 80 menjadi 20 kg/cm2 melalui
PV 930
MP steam jenuh tekanan 9 kg/cm2
LP steam jenuh tekanan 4 kg/cm2
HP Steam yang di-import, diperlukan untuk HP Stripper, Hydrolyzer, dan sebagai
make up steam untuk MP dan LP steam. HP steam yang dibutuhkan untuk HP stripper
dikirim dari HP Saturator. Steam kondensat dari HP stripper yang mengalir kembali ke
HP Steam Saturator selanjutnya dikirim ke MP Steam Drum.
HP Condensate diturunkan tekanannya sampai 9 Kg/cm2 di dalam MP Steam drum.
MP steam diperlukan untuk tracing di seksi sintesa dan untuk heater-heater di dalam
Seksi Granulasi.
Laporan Kerja Praktek Universitas Gadjah Mada
Arya Anindia Widiatama (08/265578/TK/33734) Muziibu Alfisyah (08/269224/TK/34348)
Jurusan Teknik Kimia Universitas Gadjah Mada 65
DAFTAR PUSTAKA
Team Start Up POPKA, 1998, “Petunjuk Operasi Pabrik Urea Unit-4 POPKA”, buku jilid
1, Bontang, PT. Pupuk Kalimantan Timur.
Team Start Up POPKA, 1998, “ Petunjuk Operasi UF-85 POPKA”, buku jilid 4,
Bontang, PT. Pupuk Kalimantan Timur.
Team Start Up POPKA, 1998, “ Petunjuk Operasi Utilitas POPKA”, buku jilid 2,
Bontang, PT. Pupuk Kalimantan Timur.
Smith, J. M., and Van Ness. H. C., 1975, “Introduction to Chemical Engineering
Thermodynamics”, 3ed., Kogakusha: McGraw-Hill.
Yaws,C.L., 1999, ”Chemical Propertis Handbook”, New York: McGraw-Hill.
Laporan Kerja Praktek Universitas Gadjah Mada
Arya Anindia Widiatama (08/265578/TK/33734) Muziibu Alfisyah (08/269224/TK/34348)
Jurusan Teknik Kimia Universitas Gadjah Mada
TUGAS KHUSUS
EVALUASI UFC PLANT POPKA
DEPARTEMEN OPERASI PABRIK 5
20 JANUARI – 19 MARET 2012
Disusun Oleh :
Arya Anindia Widiatama
(08/265578/TK/33734)
Muziibu Alfisyah
(08/269224/TK/34348)
JURUSAN TEKNIK KIMIA
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2012
Laporan Kerja Praktek Universitas Gadjah Mada
Arya Anindia Widiatama (08/265578/TK/33734) Muziibu Alfisyah (08/269224/TK/34348)
Jurusan Teknik Kimia Universitas Gadjah Mada 1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Unit Urea Formaldehyde merupakan salah satu unit utilitas yang dimiliki oleh PT
Pupuk Kalimantan Timur. Unit Urea Formaldehyde di PT Pupuk Kalimantan Timur
hanya dimiliki oleh Kaltim 2, Kaltim 4, dan POPKA.. Pabrik POPKA dan Kaltim 4
memproduksi UF dengan konsentrasi 85% (UF-85). UF-85 berfungsi sebagai bahan anti
cacking urea granul di unit granulasi dan juga berfungsi untuk meningkatkan crushing
strength urea granul. Kapasitas produksi UF-85 yang dimiliki oleh Kaltim 4 adalah 17
MTPD, sedangkan POPKA memiliki kapasitas produksi 16 MTPD.
Bahan baku utama pembuatan UF-85 adalah Methanol (CH3OH) 99,85% berat
dan Urea (NH2CONH2) 65% berat. Sedangkan produk yang dihasilkan berupa Urea
Formaldehyde (UF-85) dengan komposisi :
Formaldehyde : 60% berat minimal
Urea : 25% berat minimal
Methanol : 0,21% berat maksimal
Asam formiat : 0,05% berat maksimal
Air : selebihnya hingga 100%
Proses pembentukan UF 85 terdiri dari 2 proses utama, yaitu proses pembentukan
formaldehyde dari methanol dan O2 dengan katalis FeMo di reaktor, dengan reaksi :
CH3OH + O2 HCHO + H2O
Dan reaksi absorbsi formaldehyde oleh larutan urea solution di absorber, dengan reaksi :
HCHO + NH2CONH2 HOCH2NHCONH2
Beberapa faktor yang mempengaruhi reaksi pembentukan formaldehyde adalah :
Konsentrasi Oksigen
Reaksi pembentukan formaldehyde adalah reaksi oksidasi metanol, oleh karena itu
konsentrasi oksigen yang masuk reaktor menjadi faktor yang sangat penting. Inlet
oksigen pada reaktor harus dijaga 1% diatas konsentrasi metanol. Apabila inlet
metanol 9%, maka inlet oksigen harus 10%.
Laporan Kerja Praktek Universitas Gadjah Mada
Arya Anindia Widiatama (08/265578/TK/33734) Muziibu Alfisyah (08/269224/TK/34348)
Jurusan Teknik Kimia Universitas Gadjah Mada 2
Suhu
Reaksi pembentukan formaldehyde merupakan reaksi eksotermis. Sehingga perlu
untuk menjaga suhu optimum reaksi. Dengan menjaga suhu optimum reaksi juga
dapat membatasi terbentuknya produk samping berupa HCOOH, CO, dan CO2.
Reaksi pembentukan UF-85 terjadi di absorber, gas formaldehyde dari
reaktor masuk ke bagian bawah absorber dan diserap oleh larutan urea yang
masuk dari bagian atas. Beberapa faktor yang mempengaruhi produk UF-85
adalah :
pH Larutan
Untuk mencegah penggumpalan dan mengurangi laju pembentukan asam formiat
maka diinjeksikan larutan NaOH di suction pompa sirkulasi UF agar pH larutan >
7 (basa)
Rasio Urea terhadap Formaldehyde
Rasio urea terhadap formaldehyde dijaga sekitar 1 : 4,8. Bila urea berlebih maka
larutan akan cenderung keruh, sedangkan produk UF yang baik berwarna jernih.
Untuk menghindari hal ini maka waktu tinggal pada tray section harus dibatasi
kurang dari satu jam.
Konsentrasi Produk
Konsentrasi produk UF yang diharapkan adalah CHOH > 50% dan Urea > 20% .
Untuk mendapatkan konsentrasi tersebut maka kandungan air dalam produk perlu
dikontrol dengan cara mengontrol suhu dan flow larutan penyerap yang ada di
bagian tengah absorber.
1.2. Tujuan
Tujuan tugas khusus ini adalah untuk melakukan perbandingan yang ada pada
UFC Plant POPKA dengan UFC Plant Kaltim 4 tentang perbedaan-perbedaan yang ada
dan yang mungkin bisa menyebabkan masalah di dalamnya dan khususnya mengetahui
komposisi tail gas UF Absorber yang selama ini menjadi permasalahan pada UFC Plant
POPKA yang ada sekarang.
Laporan Kerja Praktek Universitas Gadjah Mada
Arya Anindia Widiatama (08/265578/TK/33734) Muziibu Alfisyah (08/269224/TK/34348)
Jurusan Teknik Kimia Universitas Gadjah Mada 3
1.3. Batasan Masalah
Pelaksanaan tugas khusus ini dibatasi pada perbandingan UFC Plant antara
POPKA dan Kaltim 4. Khususnya mengenai evaluasi tail gas UF Absorber di masing-
masing Plant, serta rekomendasi untuk permasalahan yang terjadi.
Laporan Kerja Praktek Universitas Gadjah Mada
Arya Anindia Widiatama (08/265578/TK/33734) Muziibu Alfisyah (08/269224/TK/34348)
Jurusan Teknik Kimia Universitas Gadjah Mada 4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Reaksi pembentukan urea formaldehyde merupakan reaksi polimerisasi antara
formaldehyde dan urea yang berlangsung dalam fasa cair. Polimerisasi berlangsung
secara adisi dan kondensasi. Fasa hasil resin yang terbentuk tergantung pada derajat
polimerisasi yang terjadi. Polimerisasi adisi adalah reaksi polimerisasi yang ditandai oleh
masuknya gugus aldehyde pada ikatan N-H pada senyawa urea membentuk monomer
dengan gugus alkohol. Polimerisasi adisi dapat berlangsung pada kondisi asam maupun
basa.
Polimerisasi kondensasi adalah reaksi penggabungan monomer-monomer
membentuk rantai yang lebih panjang dan melepas senyawa yang lebih kecil, seperti air.
Reaksi kondensasi hanya dapat berlangsung pada larutan dengan pH rendah. Adanya
asam dan suhu reaksi yang tinggi juga akan mengkatalis terbentuknya methylene urea
yang tidak larut dalam air.
Absorbsi gas adalah proses transfer massa suatu gas (absorbate) yang mudah larut
dari campuran gas ke bahan penyerap (absorbent), yang berlangsung karena adanya
driving force berupa beda konsentrasi antara kedua fasa yang berkontak. Absorbent dapat
berupa cairan dan padatan. Absorbsi dapat berlangsung bila terjadi kontak antara
absorbate dengan absorbent. Kecepatan absorbsi ditentukan oleh kondisi kesetimbangan
pada film cairan dan film gas sistem. Transfer massa akan terus berlangsung hingga
kesetimbangan antara kedua film tercapai. Transfer massa dapat ditingkatkan dengan
jalan memperluas bidang kontak yang disebut juga interfacial area. Interfacial area
dapat diperluas dengan jalan membentuk gelembung, pengaliran lewat bahan isian, dan
kontak pada tray (Treybal, 1981).
Penyerapan formaldehyde pada UF Absorber berlangsung secara chemisorption,
dimana formaldehyde dari gas yang terserap melarut ke cairan kemudian bereaksi dengan
larutan urea yang berada dalam cairan, membentuk hasil polimerisasi. Karena reaksi
polimerisasi berlangsung pada suasana basa dengan rasio molar urea-formaldehyde 1 :
4,8 maka dapat diasumsikan bahwa sebagian besar hasil reaksi yang terbentuk adalah
dimethylolurea.
Laporan Kerja Praktek Universitas Gadjah Mada
Arya Anindia Widiatama (08/265578/TK/33734) Muziibu Alfisyah (08/269224/TK/34348)
Jurusan Teknik Kimia Universitas Gadjah Mada 5
BAB III
METODOLOGI
Gambar 1. Block dan Stream UF Absorber
Untuk mensimulasikan proses yang terjadi di UF-Absorber POPKA (F-101) dan
Kaltim 4 (2-C-701), masing-masing alat di kedua pabrik tersebut didekati dengan blok-
blok yang tersedia di program Aspen Plus 7.2. Hasil simulasi diharapkan dapat mewakili
proses yang terjadi di UF-Absorber POPKA dan Kaltim 4. Hasil simulasi UF-Absorber
ini diharapkan dapat dijadikan sebagai studi perbandingan kondisi UF Absorber POPKA
dan Kaltim 4.
Sumber Data
Untuk dapat menjalankan simulasi, diperlukan informasi-informasi pokok yang
merupakan bagian dari penyelesaian masalah. Informasi-informasi tersebut adalah :
1. Deskripsi proses di UF-Absorber POPKA (F-101) dan Kaltim 4 (2-C-701)
2. Mechanical Data UF-Absorber POPKA (F-101) dan Kaltim 4 (2-C-701)
3. Flow Diagram Proses Data Design UFC Plant POPKA dan Kaltim 4
4. Log Sheet dan DCS UF-Absorber POPKA (F-101) dan Kaltim 4 (2-C-701)
5. Analisa Lab UF-Absorber POPKA (F-101) dan Kaltim 4 (2-C-701)
Laporan Kerja Praktek Universitas Gadjah Mada
Arya Anindia Widiatama (08/265578/TK/33734) Muziibu Alfisyah (08/269224/TK/34348)
Jurusan Teknik Kimia Universitas Gadjah Mada 6
Pembuatan Simulasi
Data kondisi operasi yang digunakan untuk pembuatan simulasi UF Absorber ini
berasal dari data log sheet dan analisa lab rata-rata pada tanggal 8, 9, dan 10 Februari
2012. Sedangkan untuk data spesifikasi alat berasal dari Mechanical Data Catalogue UF
Absorber (F-101) dan UF Absorber (2-C-701).
Asumsi-asumsi yang digunakan dalam evaluasi UF Absorber ini adalah :
a. Semua aliran steady state sehingga tidak ada akumulasi massa
b. Data input merupakan campuran dari data aktual dan pendekatan design
c. Berat molekul UF merupakan gabungan dari berat molekul urea dan formaldehyde
yaitu 90 gram/mol.
d. Sistem sirkulasi tidak diperhitungkan dikarenakan massa sirkulasi input dan
output-nya dianggap tetap.
e. Pressure drop di tiap bed dianggap sama.
Berikut ini adalah langkah-langkah pembuatan simulasi UF-Absorber POPKA
dan Kaltim 4 :
1. Pembuatan Process Flowsheet
Alat yang digunakan untuk simulasi UF Absorber adalah Column jenis RadFrac
Absorber dan alat Mixer jenis Tee untuk mencampur arus demin dan urea solution
Arus yang diperlukan untuk simulasi UF Absorber ini berjumlah 7 arus, berikut
adalah pembagiannya :
o Arus Input :
Arus Gas Formaldehyde masuk didekati dengan penamaan “GAS”
Arus Urea Solution masuk sebelum pencampuran di Tee didekati dengan
penamaan “LIQ”
Arus Demin Water pencampur di Tee didekati dengan penamaan
“DEMIN-1”
Arus Demin Water masuk top absorber didekati dengan penamaan
“DEMIN-2”
Arus Urea Solution masuk Absorber didekati dengan penamaan “US”
Arus Product UF-85 didekati dengan penamaan “UF”
Arus Tail Gas keluar top absorber didekati dengan penamaan “TAIL”.
Laporan Kerja Praktek Universitas Gadjah Mada
Arya Anindia Widiatama (08/265578/TK/33734) Muziibu Alfisyah (08/269224/TK/34348)
Jurusan Teknik Kimia Universitas Gadjah Mada 7
Input Data Komponen
Input data komponen dilakukan di Data Browser, semua komponen yang
ada pada arus di-input di sini.
Gambar 2. Input Data Komponen UF Absorber
Penentuan Properties
Program Aspen 7.2 menyediakan berbagai jenis Properties yang dapat
digunakan sesuai proses yang digunakan. Dalam simulasi UF Absorber ini
digunakan Property Method POLYNRTL karena reaksi pembentukan UF-
85 merupakan reaksi polimerisasi.
Gambar 3. Penentuan Property Method
Input Data Stream
Pemasukan data arus dilakukan untuk arus-arus sebagai berikut :
o Arus DEMIN-1 masuk mixer Tee
o Arus LIQ masuk mixer Tee
o Arus DEMIN-2 masuk top Absorber
Laporan Kerja Praktek Universitas Gadjah Mada
Arya Anindia Widiatama (08/265578/TK/33734) Muziibu Alfisyah (08/269224/TK/34348)
Jurusan Teknik Kimia Universitas Gadjah Mada 8
o Arus GAS masuk bottom Absorber
Komposisi arus lain (US, TAIL dan UF) akan terhitung oleh program
Aspen 7.2.
Gambar 4. Input Data DEMIN-1 (kiri) dan DEMIN-2 (kanan)
Gambar 5. Input Data GAS (kiri) dan LIQ (kanan)
Input Data Block
Gambar 6. Input Data Block Absorber
Laporan Kerja Praktek Universitas Gadjah Mada
Arya Anindia Widiatama (08/265578/TK/33734) Muziibu Alfisyah (08/269224/TK/34348)
Jurusan Teknik Kimia Universitas Gadjah Mada 9
Di block ini dimasukkan data spesifikasi inlet absorber, seperti inlet gas
formaldehyde masuk absorber, inlet demin water, dan inlet urea solution
berdasarkan data spesifikasi di Mechanical Catalogue.
Gambar 7. Input Data Packed & Tray Absorber
Di block ini dimasukkan spesifikasi packed bed dan tray absorber. Untuk
spesifikasi tray dan bahan isian bed baik POPKA dan Kaltim 4 memiliki
persamaan, yaitu untuk tray sejumlah 12 trays (stage) dan bahan isian
menggunakan Pall Ring ukuran 50 mm dari vendor Raschig. Sedangkan untuk
jumlah bed, terdapat perbedaan dimana UF Absorber POPKA memiliki 2 bed
(top/bottom : 6 / 3 m) sedangkan Kaltim 4 memiliki 3 bed (top/middle/bottom :
3,1 / 6,1 / 3,1 m).
Setelah semua data di-input, proses siap disimulasikan dengan me-running-kan
program aspen (klik icon N> berwarna biru), lalu didapat hasil simulasi untuk
berbagai stream seperti di bawah ini :
Gambar 8. Hasil Simulasi UF Absorber
Laporan Kerja Praktek Universitas Gadjah Mada
Arya Anindia Widiatama (08/265578/TK/33734) Muziibu Alfisyah (08/269224/TK/34348)
Jurusan Teknik Kimia Universitas Gadjah Mada 10
BAB IV
PEMBAHASAN
1. Studi Perbandingan UFC Plant POPKA dan Kaltim 4
Secara garis besar, proses produksi Urea Formaldehyde Concentrate (UFC)
dengan konsentrasi 85 % (UF-85) di pabrik POPKA dan Kaltim 4 adalah sama, yaitu
dengan menggunakan methanol dan urea solution sebagai bahan bakunya. Proses dimulai
dengan menguapkan metanol di methanol evaporator kemudian uap metanol yang
terbentuk dicampur dengan udara dan dialirkan ke process gas heater untuk dipanaskan
hingga temperatur operasi reaktor, yaitu 200 oC. Setelah campuran gas dan metanol
mencapai temperatur operasi, campuran gas kemudian dimasukkan ke dalam reaktor
untuk mereaksikan udara dan uap metanol menjadi gas formaldehyde. Formaldehyde
yang terbentuk kemudian dialirkan ke bottom absorber untuk dikontakkan dengan urea
solution dari top absorber. Di absorber ini terjadi reaksi penyerapan gas formaldehyde ke
dalam urea solution dan membentuk Urea Formaldehyde Concentrate (UF-85). Produk
UF-85 ini keluar di bottom absorber untuk kemudian digunakan sesuai peruntukkannya.
Sedangkan gas-gas sisa proses absorbsi/tail gas keluar melalui top absorber untuk
kemudian di-vent ke atmosfer dengan sebelumnya dibakar di incenerator agar tidak
membahayakan lingkungan.
Walaupun secara garis besar proses produksi UF-85 di pabrik POPKA dan
Kaltim 4 relatif sama, namun terdapat beberapa perbedaan yang cukup dapat
mempengaruhi kondisi proses maupun produk yang akan dihasilkan. Perbedaan tersebut
dapat berupa :
Spesifikasi alat yang digunakan,
Kebutuhan bahan baku maupun bahan penunjang.
Berikut ini adalah beberapa studi perbandingan unit UFC Plant pabrik POPKA
dan Kaltim 4 :
Laporan Kerja Praktek Universitas Gadjah Mada
Arya Anindia Widiatama (08/265578/TK/33734) Muziibu Alfisyah (08/269224/TK/34348)
Jurusan Teknik Kimia Universitas Gadjah Mada 11
POPKA KALTIM 4
Bahan Baku
Methanol : Grade A atau sejenis
Urea Solution 71,1%
Methanol : US Grade AA
Urea Solution 65%
Produk Urea Formaldehyde (UF)
Urea Formaldehyde 85 (UF-85)
Formaldehyde : 60 %
Urea : 25 %
Methanol : 0,21 %
Formic Acid : 0,05 %
Water : Balance
Urea Formaldehyde 85 (UF-85)
Formaldehyde : 60 %
Urea : 25 %
Methanol : 0,21 %
Formic Acid : 0,05 %
Water : Balance
Konsumsi dan Produksi UF-85
Konsumsi Per jam / 1000 kg produk
UF-85 Konsumsi Per jam
/ 1000 kg produk
UF-85
Methanol 463 kg 695 kg Methanol 492 kg 695 kg
Urea Solution 71 % 235 kg 352 kg Urea Solution 65 % 272 kg 384 kg
Cooling water 44 m3 66 m
3 Cooling water 48 m
3 68 m
3
Produksi Per jam / 1000 kg produk
UF-85 Produksi Per jam
/ 1000 kg
produk UF-85
UF-85 667 kg - UF-85 708 kg -
Tail Gas 1163 Nm3 1745 Nm3 Tail Gas 1245 Nm3 1758 Nm3
Kapasitas 16 MTPD Kapasitas 17 MTPD
Proses Produksi
Lihat PFD Lampiran Lihat PFD Lampiran
Tabel 1. Data Perbandingan Konsumsi dan Produksi UF-85 POPKA & Kaltim 4
Laporan Kerja Praktek Universitas Gadjah Mada
Arya Anindia Widiatama (08/265578/TK/33734) Muziibu Alfisyah (08/269224/TK/34348)
Jurusan Teknik Kimia Universitas Gadjah Mada 12
POPKA dan Kaltim 4 menghasilkan produk urea formaldehyde yang sama yaitu
UF-85. Namun bahan baku pembuatan UF-85 (urea solution dan methanol) yang dimiliki
pabrik POPKA dan Kaltim 4 sedikit berbeda. Pabrik POPKA menggunakan bahan baku
urea solution dengan konsentrasi 71,1% sedangkan Kaltim 4 menggunakan urea solution
dengan konsentrasi 65%. Unit UFC Plant POPKA memiliki kapasitas design produk
terpasang mencapai 16 ton/hari. Sedangkan unit UFC Plan t Kaltim 4 memiliki kapasitas
design produk terpasang 17 ton/hari. Konsumsi bahan baku urea solution dan methanol
Kaltim 4 lebih besar daripada POPKA, sehingga wajar apabila kapasitas produksinya
berbeda.
Secara umum proses produksi UF-85 POPKA dan Kaltim 4 sama, baik dari segi
kondisi operasi maupun dari peralatan yang dipakai. Namun terdapat sedikit perbedaan di
beberapa alat yang dipakai unit UFC Plant POPKA dan Kaltim 4. Berikut ini akan
dibahas beberapa perbedaan spesifikasi alat yang dipakai di unit UFC Plant masing-
masing pabrik :
POPKA KALTIM 4
Formaldehyde Reactor (R-101) Formaldehyde Reactor (2-R-701)
Design T : 330 oC
Operating T : 280 oC
Design P : Full Vacuum
Operating P : 0,59 shell/ 0,35 tube
Length : 3090 mm
Diameter : ID/OD : 1774/1800 mm
Total Tube : 2153
Tube Length : 1200 mm
Tube D : OD/ID : 25,4/21,18 mm
Catalyst : FK-2 (5,6 mm/265 L)
FK-2 (4,5 mm/409 L)
Porcelain (5 mm/114 L)
Oil System : Dowtherm A
Construction : Stainless Steel
Design T : 330 oC
Operating T : 280 oC
Design P : Full Vacuum
Operating P : 0,59 shell/ 0,35 tube
Length : 3090 mm
Diameter : D/OD : 1774/1800 mm
Total Tube : 2153
Tube Length : 1200 mm
Tube D : OD/ID : 25,4/21,18 mm
Catalyst : FK-2 (4,5 mm/638 L)
Porcelain (5 mm/150 L)
Oil System : Dowtherm A
Construction : Stainless Steel
Tabel 2. Mechanical Data for Formaldehyde Reactor POPKA & Kaltim 4
Laporan Kerja Praktek Universitas Gadjah Mada
Arya Anindia Widiatama (08/265578/TK/33734) Muziibu Alfisyah (08/269224/TK/34348)
Jurusan Teknik Kimia Universitas Gadjah Mada 13
Pada perbandingan reaktor UFC ini, masing-masing plant memiliki design fisik
yang sama namun terdapat perbedaan pada katalis yang digunakannya. Katalis ini
berfungsi untuk mempercepat reaksi terjadinya formaldehyde di reaktor sehingga bentuk
reaktor yang dibuat menjadi tidak terlalu besar.
Perbedaan yang dapat dilihat adalah pemakaian katalis FK-2 pada POPKA dan
Kaltim 4. Pada POPKA terlihat terdapat dua jenis ukuran katalis yaitu 5,6 mm ring dan
4,5 mm ring, sedangkan pada Kaltim 4 hanya digunakan FK-2 4,5 mm ring. Hal ini
terjadi karena flow input dari reactor itu sendiri berbeda. Kaltim 4 memiliki flow input
yang lebih besar dibanding POPKA namun keduanya memiliki design fisik reaktor
(diameter, panjang, dll) yang sama. Maka untuk menjaga konversi dari methanol menjadi
formaldehyde, Kaltim 4 memakai lebih banyak FK-2 yang berukuran 4,5 mm ring.
Ukuran katalis cukup berpengaruh dalam peningkatan kecepatan suatu reaksi.
Apabila ditinjau dari satu volume alat yang sama, semakin kecil ukuran katalis akan
menyebabkan luas permukaan katalis yang semakin besar. Dengan semakin besarnya
luas permukaan katalis maka kecepatan reaksi yang didapat pun akan semakin tinggi
sehingga untuk kecepatan flow yang tinggi akan menaikkan konversi methanol dan
oksigen di reaktor formaldehyde.
Laporan Kerja Praktek Universitas Gadjah Mada
Arya Anindia Widiatama (08/265578/TK/33734) Muziibu Alfisyah (08/269224/TK/34348)
Jurusan Teknik Kimia Universitas Gadjah Mada 14
POPKA KALTIM 4
UF Absorber (F-101) UF Absorber (2-C-701)
Input gas : 4050 Nm3/h
Input Liquid : 239 kg/h
Type : Vertical Vessel
Operating T : 130 / 59,5 oC
Design T : 200 oC
Operating P : 0,204 kg/cm2g
Design P : 2.5 / 0,2 kg/cm2g
Length : 25000 mm
Diameter : 950/1050 mm
Construction : Stainless Steel
Total Volume : 18,618 m3
Trays : 12 (L : 11 x 500 mm)
Bed : 2
Bed L : top/bottom : 6000/3000 mm
Bed D : 1050 mm
Packed : 2 “ Pall Rings
Demister : 1 unit (L : 150 mm)
Input gas : 4302 Nm3/h
Input Liquid : 260 kg/h
Type : Vertical Vessel
Operating T : 130 / 39 oC
Design T : 200 oC
Operating P : 0,204 kg/cm2g
Design P : 1,05 kg/cm2g
Length : 28950 mm
Diameter : 1050 mm
Construction : Stainless Steel
Total Volume : 25,4 m3
Trays : 12 (L : 11 x 500 mm)
Bed : 3
Bed L : top/mid/bot : 3,1/6,1/3,1 m
Bed D : 1050 mm
Packed : 2 “ Pall Rings
Demister : 2 unit (L : 150 mm)
Tabel 3. Mechanical Data for UF-Absorber POPKA & Kaltim 4
Absorber di unit UFC Plant digunakan untuk memproduksi UF-85. Prinsipnya
adalah dengan menggunakan urea solution sebagai absorbent (penyerap) dan gas
formaldehyde sebagai absorbate (bahan yang diserap). Secara umum proses produksi UF-
85 dengan menggunakan absorber baik di POPKA maupun Kaltim 4 adalah sama.
Namun terdapat beberapa perbedaan yang cukup dapat mempengaruhi kualitas outlet
absorber (produk dan tail gas). Perbedaan itu dapat berupa spesifikasi absorber dan
kondisi operasi absorber.
Design ukuran alat absorber di POPKA dan Kaltim 4 ini cukup berbeda, terlihat
pada perbedaan ukuran tinggi dari tiap bed di masing-masing absorber. Hal ini
dikarenakan untuk mengatasi perbedaan flow input dari tiap absorber. Oleh karena itu,
Laporan Kerja Praktek Universitas Gadjah Mada
Arya Anindia Widiatama (08/265578/TK/33734) Muziibu Alfisyah (08/269224/TK/34348)
Jurusan Teknik Kimia Universitas Gadjah Mada 15
pada Kaltim 4 dibutuhkan ukuran bed yang lebih tinggi dibanding pada POPKA agar
penyerapan formaldehyde dapat lebih tinggi.
Berbeda dengan kasus pada reaktor sebelumnya, yaitu design ukuran alat sama
namun berbeda katalis, pada absorber ini bahan isiannya mempunyai jenis dan ukuran
yang sama sehingga butuh ukuran alat yang lebih besar untuk mendapatkan hasil yang
diinginkan.
Selain menambah tinggi dari tiap bed, pada Kaltim 4 menambah bed ke-3 yang
berfungsi sebagai bed pencuci. Hal ini bertujuan untuk menangkap kembali gas-gas yang
masih lolos/carry over dari proses sebelumnya. Sehingga diharapkan gas output absorber
menjadi lebih bersih.
POPKA KALTIM 4
Catalytic Incenerator (R-102) Catalytic Incenerator (2-R-702)
Operating T : 250 oC
Design T : 550 oC
Operating P : 0,02 kg/cm2g
Design P : 1,05 kg/cm2g
Length : 2896 mm
Diameter : 610 mm
Construction : Stainless Steel
Total Weight : 593 kg (dry)
Total Volume : 0,620 m3
Inlet gas : 8 inch
Outlet gas : 8 inch
Catalyst : Monolithic CKM-22
204 Liter
Operating T : 477 / 250 oC
Design T : 550 oC
Operating P : 0,04 kg/cm2g
Design P : 0,1 kg/cm2g
Length : 2896 mm
Diameter : 610 mm
Construction : Stainless Steel
Total Weight : 1850 kg
Total Volume : 0,77 m3
Inlet gas : 8 inch
Outlet gas : 8 inch
Catalyst : Monolithic CKM-22
204 Liter
Tabel 4. Mechanical Data for Reactor Incenerator POPKA & Kaltim 4
Secara umum spesifikasi alat dan proses kerja incenerator POPKA dan Kaltim 4
adalah sama. Namun yang terjadi saat ini adalah adanya permasalahan pada incenerator
POPKA yang hanya dapat membakar sebagian tail gas yang diumpankan. Hal ini
diperkirakan karena adanya carry over urea pada tail gas umpan incenerator.
Laporan Kerja Praktek Universitas Gadjah Mada
Arya Anindia Widiatama (08/265578/TK/33734) Muziibu Alfisyah (08/269224/TK/34348)
Jurusan Teknik Kimia Universitas Gadjah Mada 16
2. Evaluasi UF-Absorber
Absorber di unit UFC Plant digunakan untuk memproduksi UF-85. Prinsipnya
adalah dengan menggunakan urea solution sebagai absorbent (penyerap) dan gas
formaldehyde sebagai absorbate (bahan yang diserap). Secara umum proses produksi UF-
85 dengan menggunakan absorber baik di POPKA maupun Kaltim 4 adalah sama.
Namun terdapat beberapa perbedaan yang cukup dapat mempengaruhi kualitas outlet
absorber (produk dan tail gas). Perbedaan itu dapat berupa spesifikasi absorber dan
kondisi operasi absorber.
Berdasarkan tabel 3 diatas terlihat bahwa spesifikasi absorber POPKA dan Kaltim
4 memiliki cukup banyak perbedaan baik itu dari segi ukuran, volume absorber, jumlah
demister, maupun jumlah bed. Untuk kondisi operasi berupa suhu dan tekanan operasi
absorber di masing-masing pabrik juga terdapat beberapa perbedaan.
Permasalahan yang terjadi di unit incenerator POPKA (R-102) adalah incenerator
tersebut tidak dapat beroperasi secara normal. Terdapat dugaan bahwa penyebab masalah
tersebut adalah dari komposisi input incenerator (R-102). Input Incenerator R-102
merupakan tail gas keluaran dari UF Absorber. Maka disimulasikan untuk mencari
komposisi tail gas outlet UF Absorber POPKA (F-101) kemudian dibandingkan dengan
data design tail gas Absorber F-101. Berikut ini adalah hasil simulasi UF-Absorber
POPKA berdasarkan data aktual rata-rata tertanggal 8, 9, dan 10 Februari 2012
(terlampir) :
Tabel 5. Hasil Simulasi Absorber POPKA
Laporan Kerja Praktek Universitas Gadjah Mada
Arya Anindia Widiatama (08/265578/TK/33734) Muziibu Alfisyah (08/269224/TK/34348)
Jurusan Teknik Kimia Universitas Gadjah Mada 17
Variabel Design
(kg/h)
Simulasi
(kg/h)
Actual (kg/h)
08/02/12 09/02/12 10/02/12
UF-85 667 595,53 540 562 596
Urea (Tail Gas) 0 75,278 -
HCHO (Tail Gas) 0,04 (%mol) Trace -
Tabel 6. Data Aktual dan Design Urea di Tail Gas UF Absorber POPKA (F-101)
Berdasarkan tabel di atas, terjadi carry over urea pada tail gas, dimana komposisi
urea simulasi melebihi komposisi design. Komposisi design urea adalah 0 kg/h sedangkan
komposisi urea simulasi sebesar 75,278 kg/h. Hal ini perlu diwaspadai karena fase urea
yang keluar UF Absorber F-101 berupa droplet-droplet yang terbawa gas dengan jumlah
yang cukup besar, sehingga dikhawatirkan dapat membuat deposit urea di sepanjang jalur
perpipaan inlet incenerator R-102 atau mungkin di dalam incenerator R-102 itu sendiri.
Permasalahan ini dicoba dibandingkan dengan komposisi tail gas pada UF
Absorber Kaltim 4, dimana Incenerator Kaltim 4 masih dapat beroperasi secara normal.
Berdasarkan data spesifikasi alat yang dimiliki oleh UF Absorber Kaltim 4 dan data
aktual UF Absorber tertanggal 8, 9, dan 10 Februari 2012 dicoba disimulasikan operasi
UF Absorber Kaltim 4. Berikut ini adalah hasil simulasi dari UF Absorber Kaltim 4 :
Tabel 7. Hasil Simulasi Absorber Kaltim 4
Laporan Kerja Praktek Universitas Gadjah Mada
Arya Anindia Widiatama (08/265578/TK/33734) Muziibu Alfisyah (08/269224/TK/34348)
Jurusan Teknik Kimia Universitas Gadjah Mada 18
Variabel Design
(kg/h)
Simulasi
(kg/h)
Actual (kg/h)
08/02/12 09/02/12 10/02/12
UF-85 (kg/h) 708 615,42 583 580 588
HCHO (kg/h) 0,01 (%mol) Trace -
Urea (kg/h) 0 2,23 -
Tabel 8. Data Aktual dan Design Urea di Tail Gas UF Absorber Kaltim 4 (2-C-701)
Dari simulasi tail gas UF Absorber Kaltim 4 terlihat bahwa komposisi urea di tail
gas hanya sebesar 2,23 kg/h. Hal ini berbeda dengan komposisi urea di tail gas UF
Absorber POPKA dimana komposisi urea di tail gas mencapai 75,278 kg/h. Komposisi
tail gas UF Absorber Kaltim 4 relatif lebih bersih dibandingkan dengan komposisi tail gas
UF Absorber POPKA. Beberapa hal yang dapat membedakan hal tersebut dilihat dari
perbandingan spesifikasi alat pada masing-masing UF Absorber, diantaranya :
1. Jumlah Packing Bed
Pada UF Absorber POPKA terdapat 2 packing bed, sedangkan UF Absorber Kaltim
4 memiliki 3 packing bed. Tiga Packing Bed yang dimiliki Kaltim 4 merupakan 2
packing bed dan 1 packing bed untuk pencucian. Dalam prosesnya, absorbsi gas
formaldehyde oleh urea solution hanya terjadi pada 2 packing bed terbawah (baik
di POPKA maupun Kaltim 4). Sedangkan untuk packing bed pencucian yang
dimiliki Kaltim 4 hanya berfungsi untuk mencuci/mengambil kembali urea maupun
formaldehyde yang masih lolos terbawa gas. Packing bed pencucian ini
diperkirakan sangat berpengaruh terhadap kualitas tail gas yang dihasilkan.
2. Jumlah Demister
Pemakaian demister pada POPKA dan Kaltim 4 berbeda jumlahnya, dimana
POPKA memiliki hanya satu demister, sedangkan Kaltim 4 memiliki 2 demister.
Demister sangat berpengaruh dalam memfiltrasi tail gas yang dihasillkan, dengan
adanya demister ini diharapkan dapat menjadikan tail gas yang ada menjadi lebih
bersih. Selain itu washing water demister di top absorber Kaltim 4 selalu diaktifkan
sehingga menurunkan potensi adanya deposit urea di demister, berbeda halnya
dengan washing water POPKA yang sudah jarang diaktifkan. Karena Kaltim 4
memiliki jumlah demister yang lebih banyak dari POPKA dan juga aktifnya
Laporan Kerja Praktek Universitas Gadjah Mada
Arya Anindia Widiatama (08/265578/TK/33734) Muziibu Alfisyah (08/269224/TK/34348)
Jurusan Teknik Kimia Universitas Gadjah Mada 19
washing water demister di top absorber, maka diperkirakan tail gas yang dihasilkan
Kaltim 4 lebih bersih dari POPKA.
3. Marine Plate HE
Pada MPHE POPKA (E-108 dan E-109) terdapat masalah berupa kebuntuan.
Kebuntuan ini menyebabkan suhu sirkulasi absorber menjadi lebih tinggi dan
hilangnya sebagian flow. Carry over urea yang terjadi pada tail gas UF Absorber
POPKA diperkirakan disebabkan oleh tidak normalnya suhu sirkulasi karena
masalah yang terjadi pada MPHE tersebut. Dengan berkurangnya flow dan suhu
sirkulasi yang menjadi lebih tinggi maka penyerapan formaldehyde akan berkurang
dan diperkirakan menyebabkan terjadinya carry over urea dikarenakan hilangnya
sebagian flow sirkulasi urea sehingga sebagian dari urea terdorong oleh kecepatan
gas proses yang naik ke top absorber.
Tanggal 08/02/2012 DESIGN 17/01/2009
Sirkulasi atas 60 oC 56,3
oC 55,9
oC
Sirkulasi bawah 55,4 oC 56,9
oC 50,9
oC
Tail gas 63,4 oC 57,9
oC 57,7
oC
Tabel 9. Perbandingan Suhu Sirkulasi UF Absorber Pada Normal Operasi dan Aktual Saat
Ini
Tiga perbedaan tersebut dapat menjadi hal yang sangat mempengaruhi komposisi
tail gas di UF Absorber. Carry over sesungguhnya normal terjadi, namun ada batasan
tertentu yang diizinkan agar tidak menyebabkan kerusakan pada alat selanjutnya yang
dilewati oleh tail gas ataupun masalah lainnya berupa turunnya rate produksi UF-85.
Mengacu pada hasil simulasi di atas, maka carry over urea yang tidak terlalu banyak pada
Kaltim 4 dapat disebabkan karena adanya packing bed pencucian, normalnya MPHE,
dan tambahan demister pada UF Absorber.
POPKA KALTIM 4
Laporan Kerja Praktek Universitas Gadjah Mada
Arya Anindia Widiatama (08/265578/TK/33734) Muziibu Alfisyah (08/269224/TK/34348)
Jurusan Teknik Kimia Universitas Gadjah Mada 20
Gambar 9. UF Absorber POPKA dan Kaltim 4
Laporan Kerja Praktek Universitas Gadjah Mada
Arya Anindia Widiatama (08/265578/TK/33734) Muziibu Alfisyah (08/269224/TK/34348)
Jurusan Teknik Kimia Universitas Gadjah Mada 21
BAB IV
KESIMPULAN & SARAN
1. Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diambil dari uraian di atas adalah :
a. Terdapat beberapa perbedaan spesifikasi alat utama antara UFC Plant
POPKA dan UFC Plant Kaltim 4. Perbedaan tersebut diantaranya :
Kapasitas Produksi
POPKA : 16 MTPD
Kaltim 4 : 17 MTPD
Katalis FK-2 Formaldehyde Reactor
POPKA : FK-2 (5,6 mm/265 L) & FK-2 (4,5 mm/409 L)
Kaltim 4 : FK-2 (4,5 mm/638 L)
Tinggi dan Jumlah Packing Bed UF Absorber
POPKA : 2 packing bed ; (top/bottom : 6 / 3 m)
Kaltim 4 : 3 packing bed ; (top/middle/bottom : 3,1 / 6,1 / 3,1 m)
b. Dari evaluasi komposisi tail gas UF Absorber POPKA didapatkan carry over
urea sebesar 75,278 kg/h, sedangkan komposisi tail gas UF Absorber Kaltim
4 didapatkan carry over urea sebesar 2,23 kg/h.
c. Carry over urea yang berlebihan pada tail gas UF Absorber POPKA (F-101)
diduga menjadi penyebab permasalahan pada Incenerator POPKA (R-102).
d. Jumlah Packing Bed dan Demister yang dipakai mempengaruhi komposisi
tail gas UF Absorber.
Laporan Kerja Praktek Universitas Gadjah Mada
Arya Anindia Widiatama (08/265578/TK/33734) Muziibu Alfisyah (08/269224/TK/34348)
Jurusan Teknik Kimia Universitas Gadjah Mada 22
2. Saran
Saran yang dapat diberikan untuk kelancaran operasi UFC plant POPKA :
a. Mengaktifkan kembali washing water di top demister secara berkala untuk
mencuci demister dari deposit urea sehingga diharapkan komposisi tail gas
UF Absorber menjadi lebih bersih.`
b. Melakukan total cleaning pada Marine Plate Heat Exchanger (E-108 dan E-
109) sehingga diharapkan temperatur sirkulasi dan flow UF Absorber
kembali normal.
c. Perlu adanya pengkajian lebih lanjut mengenai hubungan antara suhu
sirkulasi UF Absorber terhadap laju absorbsi UF Absorber.
d. Melakukan pengkajian lebih lanjut tentang sistem pendinginan pengganti
MPE sirkulasi UF Absorber.
Laporan Kerja Praktek Universitas Gadjah Mada
Arya Anindia Widiatama (08/265578/TK/33734) Muziibu Alfisyah (08/269224/TK/34348)
Jurusan Teknik Kimia Universitas Gadjah Mada 23
DAFTAR PUSTAKA
Coulson, J.M. and Richardson, J.F., 1983, Chemical Engineering, vol 6., Pergamon Press,
London.
Perry, R.H. and Green, D.W., 1999, Perry’s Chemical Engineers’ Handbook, 7th
ed., Mc
Graw-Hill, New York.
Team Start Up Bagian Utility Kaltim-4, 2001, “Petunjuk Operasi Unit UF-85”, Bontang,
PT. Pupuk Kalimantan Timur.
Team Start Up POPKA, 1998, “Petunjuk Operasi UF-85 POPKA”, buku jilid 1, Bontang,
PT. Pupuk Kalimantan Timur.
Team Start Up POPKA, 1998, “Petunjuk Operasi UF-85 POPKA”, buku jilid 4, Bontang,
PT. Pupuk Kalimantan Timur.
Treyball, R.E., 1983, Introduction to Material and Energy Balances, Singapore : Mc
Graw-Hill Book Company.