Upload
leonard-velasquez
View
84
Download
1
Embed Size (px)
DESCRIPTION
laporan
Citation preview
Di bidang kedokteran gigi, salah satunya bagian ortodonsia identitas pasien merupakan hal
pertama yang harus ditanyakan sebelum anamnesa dilakukan. Identitas pasien yang pada
umumnya ditanyakan adalah sebagai berikut:
1. Nama : Syafania Alitya P.
2. Umur dan Tanggal Lahir : 9 thn, 12 Juni 2004
Ini perlu ditanyakan untuk mengetahui apakah pasien masih dalam usia pertumbuhan
atau sudah berhenti, fase gigi apa yang sedang berlangsung (susu/pergantian/permanen),
kesesuaian antara usia dan gigi yang erupsi, jenis alat ortodontik dan lama perawatan
yang akan dilakukan. Dilihat dari usianya saat ini, pasien masih berada dalam masa
pertumbuhan, dan fase gigi geligi pergantian.
3. Jenis Kelamin : Perempuan
Biasanya dikaitkan dengan sisi psikologi yang nantinya berhubungan dengan perawatan
yang akan dilakukan. Misalnya, pada perempuan. Perempuan cenderung lebih detail
dalam memperhatikan kondisi giginya dan lebih telaten serta sabar dalam melakukan
perawatan dibandingkan laki-laki. Perempuan juga cenderung lebih penurut dan mudah
diajak bekerjasama.
4. Tempat Tinggal : Jl. Manggis no. 31
Mempermudah operator untuk menghubungi pasien, atau mengunjungi pasien untuk
melakukan kontrol. Dengan mengetahui tempat tinggal pasien, diharapkan juga
memudahkan operator ketika ingin berkonsultasi dengan orang tua pasien.
5. Nama Orang Tua/Wali : Muhammad Ali
Setelah mengetahui identitas pasien, operator harus menganalisis 4 macam faktor, yaitu analisis
umum, analisis lokal, analisis fungsional dan analisis model. Analisis umum, lokal, fungsional
dapat dilakukan pada pasien secara langsung yaitu melalui kondisi pasien secara umum,
ekstraoral dan intraoral. Pada pemeriksaan intraoral didapatkan hasil dari pemeriksaan klinis dan
dapat dilakukan pemeriksaan penunjang berupa foto rontgen. Analisis model dilakukan pada
model yang telah dibuat dari proses mencetak pada pasien. Analisis model memiliki peran
penting dalam menentukan rencana perawatan apa yang akan dilakukan. Contohnya dengan
mengetahui besar kekurangan tempat yang didapat dari diskrepansi model, operator dapat
memilih apakah gigi pasien harus diekstraksi atau dilakukan ekspansi dengan menggunakan alat
maupun dengan mengurangi ketebalan enamel (slicing, stripping).
I. Analisis
I. A Analisa Umum
Riwayat Penderita : Pasien datang ke RSGM UNEJ ingin merapikan
gigi anteriornya yang berdesakan. Kondisi umum pasien sehat.
Diperlukan untuk mengetahui keluhan utama pasien, yang nantinya berkaitan
dengan garis besar perawatan ortodonsia yaitu kemungkinan perawatan dan
kebutuhan dalam perawatan.
Berat dan Tinggi Badan :19,5 kg/137 cmm
Untuk mengetahui status gizi pasien, membantu untuk memperkirakan
pertumbuhan dan perkembangan pasien, serta mengetahui BMI pasien, apakah dia
termasuk underweight, healthy-weight, atau normal-weight. Dilihat dari tinggi
dan berat pasien, BMI pasien 10,42 dan tergolong underweight, sehingga
diperlukan edukasi untuk memperbaiki kondisi pasien. Tipe skelet pasien terlihat
ektomorf.
Kebangsaan/Suku : Indonesia/Jawa
Ada beberapa suku bangsa atau ras yang memiliki ciri-ciri spesifik yang masih
tergolong normal dan berbeda satu sama lain. Contohnya, pada suku Jawa yang
termasuk ras Mongoloid. Ukuran gigi dan lengkung rahang ras Mongoloid lebih
besar dan panjang daripada ras Kaukasoid. Sedangkan tinggi palatum ras
Mongoloid cenderung lebih rendah dan datar dibandingkan dengan ras Kaukasoid
yang memiliki kubah palatum tinggi.
Penyakit anak-anak, alergi : Demam Berdarah, tidak ada alergi
Dengan mengetahui ini diharapkan operator mampu mendapatkan
pengetahuan yang lebih banyak untuk mempertimbangkan rencana perawatan
yang akan dilakukan. Pertimbangan yang dimaksud contohnya adalah apakah
penyakit yang pernah diderita pasien itu berpengaruh dengan pertumbuhan dan
perkembangan rahang dan gigi sehingga berkaitan dengan maloklusi, apakah
penyakit tersebut dapat menghambat perawatan yang akan dilakukan, dan apakah
penyakit itu dapat menular ke operator. Contoh penyakit anak-anak seperti kurang
gizi dan hipertensi.
Sedangkan alergi ini cenderung dikaitkan dengan alergi terhadap obat dan
bahan. Jika operator mengetahui ada riwayat alergi pada pasien, maka sebisa
mungkin operator harus menggunakan bahan dan obat lain yang tidak merangsang
terjadinya reaksi alergi. Pada pasien tidak ditemukan adanya penyakit yang dapat
berkaitan dengan perawatan dan juga alergi.
Kelainan Endokrin : taa
Kelainan endokrin pada kelenjar tiroid, paratiroid, adrenal, dan pituitari
memiliki manifestasi di rongga mulut terutama pada ukuran rahang, gigi, lidah,
bibir, tonsil maupun tulang rahang pasien. Contohnya pada kelainan
hiperpituitarisme seperti gigantisme, ukuran rahang akan terlihat menonjol, erupsi
gigi dini, akar gigi lebih panjang dari normal dan terjadi maloklusi yang parah.
Contoh lain adalah adanya kelainan seperti hipotiroidisme yang ditandai dengan
keterlambatan erupsi gigi pergantian, sehingga pada usia dewasa dapat ditemukan
gigi susu yang masih belum erupsi.
Operasi : taa
Dikaitkan dengan adanya tindakan operasi yang mungkin dapat menjadi
penyebab maloklusi pasien, misalnya operasi yang melibatkan daerah dento-
facial, dan juga adanya trauma pada daerah tersebut yang menyebabkan harus
dilakukannya suatu tindakan operasi.
Tonsil : taa
Ini berhubungan dengan rencana perawatan, karena jika ada kelainan pada
tonsil terutama yang serius, maka lebih baik dikonsultasikan dengan dokter THT
sebelum pemasangan alat. Jika tonsil mengalami peradangan, terutama tonsil
palatina mengalami peradangan, maka dapat menyebabkan kesulitan dalam
penelanan.
Kelainan Saluran Pernapasan : taa
Kelainan saluran pernapasan ini dapat berupa adanya obstruksi atau
kebuntuan saluran napas sehingga pasien harus bernapas melalui mulut. Bernapas
melalui mulut ini dapat menjadi penyebab terjadinya maloklusi dengan ciri-ciri
palatum tinggi, wajah sempit, openbite, dan protrusi gigi anterior RA.
Ciri Keluarga : taa
Berkaitan dengan genetik. Biasanya operator dapat mengamati kondisi
orang tua yang mendampingi anaknya, dan mengaitkannya dengan kondisi RM
anaknya. Karena pasien tidak didampingi orang tua ketika datang ke RSGM,
maka operator tidak dapat memeriksa dan melihat kondisi orangtuanya.
I. B Analisa Lokal
I. Ektra Oral
Tipe Profil : Cembung
Pada pasien, garis imajiner yang dihubungkan dari glabela, lip countour dan
symphisis membentuk tipe profil cembung atau bisa disebut juga tipe skeletal
Klas II. Tipe skeletal berhubungan erat dengan hubungan rahang dan basis
kranium. Kaitannya dengan tipe skeletal adalah adanya variasi ukuran rahang
(lebih besar/lebih kecil) dan posisi rahang (lebih ke depan/ke belakang). Jika
mandibula protrusi (Klas III Skeletal) maka tipe profil cenderung cekung dan jika
mandibula retrusi (Klas II Skeletal) maka tipe profil menjadi cembung.
Dari tipe profil, kita juga bisa melihat apakah maloklusi pada pasien
disebabkan karena proinklinasi gigi (contoh: pada insisivus RA) atau karena
adanya protrusi maksila. Jika maksila yang mengalami protrusi, maka itu
berhubungan dengan tipe skeletal. Hal ini akan menyebabkan perawatan untuk
mengurangi overjet menjadi semakin sulit dibanding dengan kondisi protrusi
akibat proinklinasi gigi.
Karena itulah hubungan skeletal membatasi jenis dan jumlah pergerakan
gigi yang bisa dilakukan terutama pada gigi insisivus.
Pada pasien, maksila lebih protrusi daripada mandibula, namun posisi gigi
insisivus RAnya tidak labioversi, tetapi palatoversi.
Tipe Wajah, Tipe Kepala : Ovoid, Mesosefalik
Tipe wajah dan kepala saling berkaitan satu sama lain, dan juga
berhubungan dengan variasi bentuk lengkung rahang.
Tipe Kepala Tipe Wajah Tipe Lengkung Rahang
Brachysephalik Pendek dan Lebar Lebar
Mesosephalik Ovoid Parabola
Dolicosephalik Sempit Panjang
Tonus Otot (Bibir atas dan bawah) : Normal
Ukuran bibir berkaitan dengan ukuran rahang dan variasi hubungan tulang
basal antara kedua rahang. Bibir dapat mempengaruhi posisi insisivus dan posisi
bibir dipengaruhi oleh tipe skeletalnya juga. Misalnya pada pasien Klas II Skeletal
(maksila protrusi) maka bibir atas akan lebih anterior dibanding bibir bawah. Jika
garis bibir bawah rendah (di bawah mahkota gigi RA; sisi labial) maka bibir
bawah berada di posterior insisivus RA dan dapat menyebabkan proinklinasi dan
terjadi labioversi. Sedangkan jika garis bibirnya tinggi (lebih dari ½ tinggi
mahkota gigi RA; sisi labial) maka posisi bibir bawah ada di anterior insisivus RA
dan dapat menyebabkan retroklinasi dan terjadi palatoversi.
Selain itu, jika bibir inkompeten/hipotonus maka biasanya mulut pasien
akan terbuka terus. Hal ini akan membuat aktivitas otot pasien menjadi progresif
untuk menutup mulutnya sehingga menyebabkan insisivus menerima tekanan
yang besar. Dan sebaliknya, jika bibir hipertonus maka tekanan yang diterima
insisivus baik dalam keadaan kontraksi maupun relaksasi juga besar dan dapat
menyebabkan terjadinya retrusi pada insisivus.
Pada pasien tipe skeletalnya Klas II, dan dalam kondisi relaksasi, bibir
sedikit terbuka dan insisivus RA terlihat sekitar 1-2 mm sedangkan pada insisivus
RB, tidak terlihat karena tertutupi bibir bawah . Hal ini merupakan kondisi yang
normal.
Fonetik : taa
Berhubungan dengan adanya maloklusi yang menyebabkan pengucapan
kata atau artikulasi normal/tidak normal. Biasanya pada pasien dengan kondisi
openbite anterior, atau lidahnya tidak kompeten, memiliki cara pengucapan kata
yang kurang baik. Pada pasien tidak terdapat kelainan dalam pengucapan kata.
Kebiasaan buruk : taa
Untuk melakukan perawatan pada pasien, sebelum melakukan tindakan
seperti pemasangan alat, hal pertama yang harus dilakukan adalah menghilangkan
atau mengurangi kebiasaan buruk pasien. Karena keberhasilan perawatan yang
tidak memperhatikan kebiasaan buruk pasien cenderung memiliki keberhasilan
yang rendah. Untuk mengatasi kebiasaan buruk ini dapat dengan bantuan kerja
sama orang tua.
II. Intra Oral
Jaringan mukosa mulut : Peradangan di gingiva gigi 84, 85 dan 42
Jaringan mukosa mulut yang mengalami inflamasi biasanya
mengindikasikan adanya oral hygiene yang kurang baik, dan harus diperbaiki
terlebih dahulu sebelum dilakukan perawatan. Tetapi pada pasien, gingiva gigi 84
dan 85 berwarna kemerahan dan mengalami peradangan karena ada gigi 44 yang
akan erupsi. Gigi 44 akan erupsi pada usia 10-12 tahun sedangkan pasien saat ini
berusia hampir 10 tahun. Sedangkan pada gigi 42 keradangan mungkin
disebabkan karena banyaknya gigi yang berjejal di sana (gigi 83,84,42) sehingga
dapat terjadi food impaction yang sulit dibersihkan dengan menggosok gigi.
Akibatnya bakteri mudah berkembang biak dan menginduksi respon inflamasi
gingiva.
Lidah : Normal
Ukuran, posisi istirahat dan fungsi lidah sangat berperan dalam
pertumbuhan gigi maupun perkembangan oklusi. Jika ukuran lidah terlalu besar,
maka lidah akan mencari ruang di RA dan RB. Akibatnya pertumbuhan vertikal
gigi terhambat dan dapat terjadi openbite dan gangguan pertumbuhan struktur
dentofasial. Selain itu, bibir yang hipotonus menyebabkan lidah dalam posisi
postural adaptif yaitu lidah bersandar di antara gigi insisivus RA dan RB untuk
mempertahankan kontak dengan bibir bawah. Adanya posisi ini bertujuan untuk
menutup bagian depan mulut agar dapat terjadi pernapasan melewati hidung.
Akibatnya adalah terjadi overbite yang tidak total karena ada perkembangan
vertikal yang terhalang pada gigi insisivus.
Palatum : Normal
Palatum yang tinggi biasanya berkaitan dengan kebiasaan bernapas melalui mulut
dan adanya pertumbuhan ke arah lateral yang tidak sempurna. Adanya palatum
yang tinggi menjadi sebuah pertimbangan karena dalam pembuatan model studi
dikhawatirkan tidak tercetaknya keseluruhan bagian anatomi palatum seperti
rugae palatina dan raphe palatina.
Kebersihan Mulut : Baik
Dilihat dengan menggunakan oral hygiene index (OHI). Cara menghitungnya
adalah rongga mulut dibagi menjadi 6 sextan (3 di RA dan 3 di RB) kemudian
dipilih 1 gigi untuk dihitung skornya.
Skor Kriteria
0 Tidak ada debris atau stain
1 Debris menutupi tidak lebih dari 1/3 permukaan gigi
2 Debris menutupi lebih dari 1/3 permukaan gigi tapi tidak lebih dari 2/3 permukaan gigi.
3 Debris menutupi lebih dari 2/3 permukaan gigi
Cara menghitung OHI adalah dengan menjumlahkan skor dari gigi yang telah
diperiksa kemudian dibagi dengan jumlah gigi yang diperiksa. Interpretasi hasil
OHI adalah:
Baik : 0,0-1,2
Sedang : 1.3-3,0
Buruk : 3,1-6,0
Pada pasien kami, OHInya adalah = 0+0+0+0+2+0/6 = 2/6 = 0,33, sehingga
kesehatan mulutnya termasuk baik.
Frekuensi Karies : Sangat Tinggi
Dapat dihitung dengan menggunakan indeks DMF-T pada pasien dengan gigi
permanen dan def-t pada pasien dengan gigi sulung. D/d untuk gigi karies, M/e
untuk gigi yang hilang sedangkan F/f untuk gigi yang ditumpat. Pada pasien, kami
mendapatkan ada 11 gigi yang karies (d=12), 1 gigi yang hilang karena karies
(e=1) dan tidak ada gigi yang pernah ditumpat (f=0). Kemudian hasil dari d+e+f
adalah 13 dan dibagi dengan jumlah orang yang diperiksa yaitu 1 sehingga 13/1
=13.
Kategori DMF-T menurut WHO :
0,0 – 1,1 = sangat rendah
1,2 – 2,6 = rendah
2,7 – 4,4 = sedang
4,5 – 6,5 = tinggi
> 6,6 = sangat tinggi
Pasien memiliki frekuensi karies yang sangat tinggi.
Pemeriksaan Roentgenogram
Untuk mengetahui adanya gigi yang impaksi, agenisi, supernumerary serta benih
gigi. Pada pasien, kami menemukan adanya benih gigi 13, 14, 15, 23, 34, 35, 43,
44, dan 45. Gigi yang sudah mendekati tulang alveolar adalah gigi 14, 44, dan 43.
Hal ini sesuai dengan umur erupsi gigi di mana gigi caninus bawah akan erupsi di
usia 9-10 tahun, sedangkan gigi premolar 1 bawah akan erupsi di usia 10-12 tahun
karena usia pasien saat ini menjelang 10 tahun. Tidak ada kelainan benih gigi lain
tetapi ada gigi yang tanggal prematur yaitu gigi 74 yang mungkin disebabkan oleh
resorpsi fisiologis gigi 34.
I. C Analisa Fungsional
Freeway space : 3 mm
Merupakan jarak interoklusal antara mandibula dalam posisi oklusi sentris dengan
mandibula dalam posisi relaksasi. Cara menghitung jaraknya adalah dengan
mengurangi jarak ketika mandibula posisi istirahat dengan jarak ketika mandibula
sedang dalam posisi oklusi sentris. Nilai normalnya adalah 2-3 mm. Freeway
space perlu diketahui untuk digunakan sebagai panduan untuk pemberian
peninggian gigit di posterior sehubungan dengan adanya crossbite anterior.
Apabila nilainya lebih besar daripada overbite maka tidak perlu diberi peninggian
gigit posterior. Sedangkan bila nilainya lebih kecil daripada overbite maka perlu
diberi peninggian gigit posterior untuk mencegah terjadinya blocking gigi
anterior.
Path of closure : Normal
Dilihat untuk mengetahui ada/tidaknya displacement atau deviasi mandibula. Jika
terdapat kesulitan dalam mengembalikan posisi mandibula dari posisi relaksasi ke
posisi oklusi sentris, atau gerakannya tidak smooth maka harus dicurigai ada
kelainan pada mandibula atau sendi temporomandibularnya. Pada pasien tidak
ditemukan kelainan path of closure.
Sendi Temporomandibular : Normal
Untuk mengetahui adanya kelainan pada hubungan persendian tulang condylus
mandibula dengan fossa glenoid. Jika ada kelainan maka akan terdengar atau
terasa ada suara kliking dan krepitasi ketika dilakukan perabaan (palpasi) pada
bagian depan meatus akustikus ekternus. Tidak ada kelainan pada sendi TMJ
pasien. Adanya kelainan pada TMJ juga dapat disebabkan oleh adanya suatu
kondisi kebiasaan mengunyah pada satu sisi sehingga kerja TMJ tidak seimbang,
dan akhirnya terjadi kelainan seperti krepitasi maupun kliking.
Pola Atrisi : Normal
Dikatakan tidak normal jika terdapat adanya gigi permanen yang atrisi pada fase
gigi geligi pergantian.
I. D Analisa Model
Bentuk Lengkung Gigi : Normal
Biasanya berhubungan dengan tipe kepala dan tipe wajah.
Jumlah lebar 4 Insisivus RA : 31 mm
Lebar mesiodistal dari 4 Insisivus dihitung satu per satu dengan menggunakan
jangka. Jika jumlahnya adalah x, maka:
x < 28 mm = Mikrodonsia
28 mm ≤ x ≥ 36 mm = Normal
x > 36 mm = Makrodonsia
Jumlah lebar 4 insisivus RA pasien adalah 31 mm dan tergolong normal.
Diskrepansi Model
Tempat yang tersedia
Penghitungan tempat yang tersedia adalah dengan mengukur panjang
lengkung rahang dengan menggunakan wire. Wire diletakkan di fissure gigi
yang berada di mesial M1 permanen, kemudian ke insisal edge dan diteruskan
sampai mesial M1 permanen di sisi sebelahnya. Besar tempat yang tersedia
sebesar 72 mm untuk RA dan 60 mm untuk RB
Tempat yang dibutuhkan
Karena pada foto roentgen dan model tidak dapat diidentifikasi jumlah lebar
mesio-distal secara tepat, maka kami menggunakan tabel prediksi Sitepu
dengan menghitung jumlah 4 insisivus RB. Kami mendapatkan jumlah 4 lebar
mesio-distal insisivus RB sebesar 23,5 mm. Kemudian dilihat di tabel
prediksi Sitepu, Y. RB (lebar C, P1 dan P2 RB) sebesar 21,72 mm. Tempat
yang dibutuhkan dihitung dengan menggunakan rumus:
X (jumlah lebar mesio-distal 4 insisivus RB) + Y. RB x 2
= 23,5 + 21,72 x 2
= 23,5 + 43,44
= 66, 94 mm
Sedangkan untuk lebar mesio-distal 4 insisivus RB sebesar 23,5 mm, nilai
Y.RA (lebar C, P1, P2 RA) sebesar 23.09. Maka tempat yang dibutuhkan
untuk RA dapat dihitung dengan menggunakan rumus:
X (jumlah lebar mesio-distal 4 insisivus RA) + Y.RA x 2
= 31 + 23.09 x 2
= 31 + 46.18
= 77, 18 mm
Hasil
Untuk mengetahui diskrepansi model, dapat menggunakan rumus:
Besar tempat yang tersedia – besar tempat yang dibutuhkan
Sehingga didapatkan hasil:
RA = 72 mm – 77, 18 mm = - 5,18 mm
RB = 60 mm – 66,94 mm = - 6,94 mm
Berarti untuk dapat mendapatkan pertumbuhan gigi yang ideal, pasien
memiliki kekurangan tempat sebesar 5,18 mm untuk RA dan 6,94 mm untuk
RB.
Kurva Spee
Karena pasien masih berada dalam fase gigi geligi pergantian, maka kurva spee
tidak bisa dihitung. Kurva spee hanya bisa dihitung ketika seluruh gigi permanen
telah erupsi, dan diukur mulai dari insisal edge RB ke caninus, kemudian ke bukal
cusp premolar dan molar.
Diastema : taa
Pergeseran gigi-gigi
Diukur dengan menggunakan simetroskop yang diletakkan di atas gigi senama.
Kemudian pada gigi senama itu dilihat yang tidak tertutupi simetroskop, maka
gigi tersebut disebut ‘gigi yang lebih mesial daripada gigi senamanya’. Pada
pasien gigi 26 lebih mesial daripada 16 dan gigi 36 lebih mesial daripada 46.
Untuk gigi 36 lebih mesial daripada 46 kemungkinan disebabkan karena adanya
sedikit mesial drifting pada gigi 36 karena adanya tanggal prematur pada gigi 75.
Gigi-gigi yang terletak salah
Gigi yang terletak salah arah pada RA pasien adalah gigi 22 yang mesio labio
rotasi eksentris, gigi 12 disto labio rotasi eksentris dan gigi 11 21 yang
palatoversi. Terjadinya letak salah arah pada gigi 22 dan 12 mungkin disebabkan
karena kekurangan tempat untuk erupsi. Tempat yang seharusnya untuk gigi 22
dan 12 erupsi, ditempati oleh gigi 11 dan 21 yang erupsi lebih awal. Sedangkan
pada RB pasien, terdapat gigi 32 dan 42 yang linguoversi.
Pergeseran garis median terhadap muka
Ada kemungkinan terjadi pergeseran garis median ini disebabkan oleh adanya
gigi yang tanggal prematur atau ada gigi yang terdorong keluar dari lengkung
sehingga gigi anterior bergeser ke arah ruang yang terbentuk akibat tanggal
prematur itu. Pada pasien terdapat pergeseran garis median ke kanan sebesar 2
mm pada RA dan pergeseran garis median ke kiri sebesar 1 mm.
Kelainan kelompok gigi
Letak Berdesakan
Pada pasien ditemukan gigi yang berdesakan baik di RA maupun RB.
Tetapi hal ini diharapkan akan bisa diperbaiki mengingat pasien masih
berada dalam fase pertumbuhan yang aktif.
Supra Posisi : taa
Infra Posisi : taa
Retrusi Anterior
Gigi 11 dan 21 yang palatoversi kemungkinan dapat disebabkan tekanan
berlebih dari bibir bawah.
Protrusi Anterior : taa
Relasi geligi RA terhadap RB
Sagital
Dari antero-posterior, relasi molar pasien adalah relasi netroklusi karena
mesiobukal cusp M1 permanen RA ada di bukal groove M1 permanen RB.
Perawatan yang akan dilakukan harus mempertimbangkan untuk menjaga
agar relasi molar tetap netroklusi. Sedangkan relasi caninusnya tidak bisa
dilihat selama gigi caninus masih gigi sulung.
Transversal
Tidak ada crossbite yang terjadi pada gigi posterior.
Vertikal
Tidak ada crossbite yang terjadi pada gigi anterior.
Relasi gigi anterior RA terhadap RB
Tumpatan Gigit
Merupakan jarak vertikal antara insisal edge insisivus sentral RA dan RB
atau disebut dengan overbite. Besar overbite normal adalah 2-4 mm,
sedangkan overbite pasien sebesar 6 mm, dan insisal edge gigi RB hampir
menyentuh palatum. Kondisi pasien ini bisa disebut deep overbite.
Jarak Gigit
Merupakan jarak horisontal antara insisal edge insisivus RA dan RB dan
disebut overjet. Nilai normal overjet adalah 2-4 mm, dan overjet pasien
adalah 3 mm. Besar overjet pasien tergolong normal.
II. Etiologi dari Maloklusi
Dari hasil anamnesa dan pemeriksaan yang kami lakukan, kami mendapati bahwa pasien
mengalami tanggal prematur pada gigi 75, sehingga terjadi mesial drifting pada gigi 36.
Kemudian gigi 11 dan 21 yang erupsi duluan lebih ke arah palatoversi mengambil tempat
erupsi gigi 22 dan 12 sehingga terjadi rotasi eksentris pada sisi mesial dan distal. Gigi 83
juga terdorong ke labial kemungkinan karena erupsi gigi 42 yang kekurangan tempat karena
sudah ditempati oleh gigi 41 dan 31.
III. Diagnosis
Klasifikasi maloklusi menurut Angle adalah Klas I dengan gigi anterior berdesakan,
pergeseran garis median 2 mm ke kanan, tumpatan gigit bertambah dan gigi 75 tanggal
prematur.
IV. Ringkasan
1. Diagnosa : Pasien perempuan usia 9 tahun dengan gigi berdesakan anterior,
pergeseran garis median 2 mm ke kanan dan tumpatan gigi bertambah.
2. Diskrepansi model didapatkan hasil kekurangan tempat RA 6,18 mm dan RB 6,94 mm.
3. Gigi 75 tanggal prematur.
4. Etiologi maloklusi karena gigi 75 yang tanggal prematur.
V. Macam Perawatan
Ekstraksi Seri : Gigi 63, 53, 83, 73
Alasan dilakukannya ekstraksi seri adalah untuk memberikan ruang untuk gigi permanen
agar bisa erupsi ke susunan yang baik. Salah satu tahapan ekstraksi seri adalah dengan
mencabut gigi caninus sulung. Pada pasien kami, terdapat rotasi eksentris pada gigi 12 dan
22, dan diharapkan pencabutan gigi 63 dan 53 dapat menimbulkan perbaikan spontan pada
gigi tersebut karena posisi apikal gigi masih dalam lengkung normal. Malposisi pada gigi
insisivus lateral tadi juga bisa mengalami perbaikan spontan ketika kondisi berjejal tidak
lebih dari 1/3 lebar unit insisivus di masing-masing kuadran.
Selain itu, pencabutan gigi 63 bertujuan untuk memberikan tempat erupsi gigi 14 yang
sudah berada di dekat tulang alveolar. Gigi susu yang lebih cepat tanggal (contoh: karena
pencabutan) dapat mendorong erupsi gigi pengganti yang lebih cepat juga. Pencabutan gigi
83 dan 73 bertujuan untuk memberikan tempat pada gigi 43 yang sudah akan erupsi kira-kira
pada usia 9-10 tahun.
Perawatan Pasif : Dengan Alat Space Maintainer pada gigi 36
Alasan digunakannya SM pada gigi 36 adalah mencegah mesial drifting gigi 36, yang
akibatnya akan merubah relasi M1 permanen yang netroklusi. Frekuensi karies pasien sangat
tinggi tapi OHIs tergolong rendah. Gigi 35 yang akan menggantikan gigi 75 yang tanggal
prematur telah siap menembus mukosa oral pada usia 11-12 tahun, sehingga penggunaan SM
diharapkan dapat menjaga ruang untuk erupsi gigi 35.