Upload
wahyu-marliyani
View
449
Download
2
Embed Size (px)
Citation preview
LAPORAN PRAKTIKUM
PRAKTIKUM BIOLOGI DASAR II
RESPIRASI
Disusun oleh :
1. Erlin Aprilia 13312241004
2. Wahyu Marliyani 13312241005
3. Endah Setyorini 13312241010
4. Sopa Saniah 13312241011
5. Lutfi Rahmawati Nurhadi 13312241028
6. Imamah 13312241040
Kelas: IPA A 2013
Kelompok V
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN IPA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
2014
A. Tujuan
Sesudah melakukan percobaan ini, diharapkan mahasiswa agar dapat:
a. Mengamati perubahan volume gas yang berhubungan dengan konsumsi
oksigen.
b. Mengukur laju respirasi spesimen.
c. Menjelaskan pengaruh massa ataupun jenis spesimen terhadap laju respirasi.
B. Latar Belakang
Dalam mempelajari suatu kehidupan, tentunya tak lepas dari pengkajian
mahluk hidup itu sendiri, baik manusia, hewan, tumbuhan dan mikroorganisme.
Dalam beberapa aspek fisiologi tumbuhan berbeda dengan fisiologi hewan atau
fisiologi sel. Tumbuhan dan hewan pada dasarnya telah berkembang melalui pola
atau kebiasaan yang berbeda. Tumbuhan dapat tumbuh dan berkembang
sepanjang hidupnya. Kebanyakan tumbuhan tidak berpindah, memproduksi
makanannya sendiri (autotrof), menggantungkan diri pada apa yang diperolehnya
dari lingkungannya sampai batas-batas yang tersedia. Hewan sebagian besar harus
bergerak, harus mencari makan(heterotrof), ukuran tubuhnya terbatas pada ukuran
tertentu dan harus menjaga integritas mekaniknya untuk hidup dan pertumbuhan.
Salah satu ciri-ciri mahluk hidup adalah melakukan proses menyerap
udara (O2) atau yang lebih dikenal dengan respirasi. Semua sel aktif terus menerus
melakukan respirasi, sering menyerap O2 dan melepaskan CO2 dalam volume
yang sama. Namun seperti kita ketahui, respirasi lebih dari sekadar pertukaran gas
secara sederhana. Proses keseluruhan merupakan reaksi oksidasi-reduksi, yaitu
senyawa dioksidasi menjadi CO2 dan O2 yang diserap direduksi menjadi H2O,
Pati, fruktan, sukrosa, atau gula yang lainnya, lemak, asam organik, bahkan
protein dapat bertindak sebagai substrat respirasi.
Respirasi merupakan proses katabolisme atau penguraian senyawa organik
menjadi senyawa anorganik. Respirasi sebagai proses oksidasi bahan organik
yang terjadi didalam sel dan berlangsung secara aerobik maupun anaerobik.
Dalam respirasi aerob diperlukan oksigen dan dihasilkan karbondioksida serta
energi. Sedangkan dalam respirasi anaerob dimana oksigen tidak atau kurang
1
tersedia dan dihasilkan senyawa selain karbondiokasida, seperti alkohol,
asetaldehida atau asam asetat dan sedikit energi. Secara umum, respirasi
karbohidrat dapat dituliskan sebagai berikut: C6H12 O6 + O2 → 6CO2 + H2O +
energy
Pada praktikum kali ini, pengamatan yang dilakukan adalah pengamatan
tentang kehidupan tumbuhan yang dapat dilakukan dengan melakukan
pembuktian teori bahwa tumbuhan itu bisa bernapas sebagaimana mahkluk hidup
yang lain. Untuk melakukan pembuktian tersebut digunakan tanaman cemara
(Pinus merkussi) dan tanaman sebagai objek pengamatan.
C. Dasar Teori
a. Pengertian Pernapasan (Respirasi)
Semua sel aktif terus menerus melakukan respirasi, sering menyerap O2
dan melepaskan CO2 dalam volume yang sama. Namun seperti kita ketahui,
respirasi lebih dari sekadar pertukaran gas secara sederhana. Proses keseluruhan
merupakan reaksi oksidasi-reduksi, yaitu senyawa dioksidasi menjadi CO2 dan O2
yang diserap direduksi menjadi H2O. Pati, fruktan, sukrosa, atau gula yang
lainnya, lemak, asam organik, bahkan protein dapat bertindak sebagai substrat
respirasi (Salisbury dan Ross, 1995: 57).
Respirasi adalah proses penguraian bahan makanan yang menghasilkan
energi. Respirasi dilakukan oleh semua penyusun tubuh, baik sel-sel tumbuhan
maupun sel hewan dan manusia. Respirasi dilakukan baik pada siang maupun
malam hari. Sebagaimana kita ketahui dalam semua aktivitas makhluk hidup
memerlukan energi begitu juga dengan tumbuhan. Respirasi terjadi pada seluruh
bagian tubuh tumbuhan, pada tumbuhan tingkat tinggi respirasi terjadi baik pada
akar, batang maupun daun dan secara kimia pada respirasi aerobik pada
karbohidrat (glukosa) adalah kebalikan fotosintesis. Pada respirasi pembakaran
glukosa oleh oksigen kan menghasilkan energi karena semua bagian tumbuhan
tersusun atas jaringan dan jaringan tersusun atas sel, maka respirasi terjadi pada
sel (Neil A Campbell, 2002: 160).
2
Tumbuhan hijau bernapas dengan mengambil oksigen dari lingkungan,
tidak semua tumbuhan bernapas dengan menggunakan oksigen. Tumbuhan tak
berklorofil benapas tanpa memerlukan oksigen. Tujuan proses pernapasan, yaitu
untuk memperoleh energi. Pada peristiwa bernapas terjadi pelepasan energi.
Tumbuhan yang bernapas secara anaeraob mendapatkan energi dengan car
menguraikan bahan – bahan tertentu dimana mereka hidup. Dalam proses
pernapasan aerob / anaerab. akan dihasilkan gas karbon dioksida dan uap air. Gas
dan uap air tersebut dikeluarkan dari tubuh. Oksigen diperlukan dan karbon
dioksida yang dihasilkan masuk dan keluar dari tubuh secara difusi. Gas – gas
tersebut masuk dan keluar melalui stomata yang ada pada permukaan daun dan
inti sel yang ditemukan pada kulit batang pegangan. Akar yang berada dalam
tanah juga dapat melakukan proses keluar msuknya gas. Tumbuhan yang hidup di
daerah rawa/berlumpur mempunyai akar yang mencuat keluar deari tanah. Akar
ini disebut akar panas. Kandungan katalis disebut juga enzim, enzim sangat
penting untuk siklus reaksi respirasi (sebaik-baiknya proses respirasi ). Beberapa
reaksi kimia membolehkan mencampur dengan fungsi dari enzim atau
mengkombinasikan sisi aktifnya. Penggunaan ini akan dapat dilihat hasilnya pada
inhibitor dari aktivitas enzim (Kimball, 1983).
Karbohidrat merupakan substrat respirasi utama yang terdapat dalam sel
tumbuhan tinggi. Terdapat beberapa substrat respirasi yang penting lainnya
diantaranya adalah beberapa jenis gula seperti glukosa, fruktosa, dan sukrosa;
pati; asam organik; dan protein (digunakan pada keadaan dan spesies tertentu).
Secara umum, respirasi karbohidrat dapat dituliskan sebagai berikut:
C6H12O6 + O2 → 6CO2 + H2O + energi
Reaksi di atas merupakan persamaan rangkuman dari reaksi-reaksi yang
terjadi dalam proses respirasi (Danang, 2008: 18).
b. Proses Respirasi
Proses respirasi diawali dengan adanya penangkapan O2 dari lingkungan.
Proses transport gas-gas dalam tumbuhan secara keseluruhan berlangsung secara
difusi. Oksigen yang digunakan dalam respirasi masuk ke dalam setiap sel
tumbuhan dengan jalan difusi melalui ruang antar sel, dinding sel, sitoplasma dan
3
membran sel. Demikian juga halnya dengan CO2 yang dihasilkan respirasi akan
berdifusi ke luar sel dan masuk ke dalam ruang antar sel. Hal ini karena membran
plasma dan protoplasma sel tumbuhan sangat permeabel bagi kedua gas tersebut.
Setelah mengambil O2 dari udara, O2 kemudian digunakan dalam proses
respirasi dengan beberapa tahapan, diantaranya yaitu glikolisis, dekarboksilasi
oksidatif, siklus asam sitrat, dan transpor elektron.
Proses respirasi pada seluruh sel baik hewan maupun tumbuhan terjadi
didalam mitokondria. Berikut ini adalah striktur sel mitokondria:
Gambar 1. Mitokondria
Sumber: http://www.desyliapu3.wordpress.com
Reaksi pembongkaran glukosa sampai menjadi H2O + CO2 + Energi,
melalui tiga tahap :
1. Glikolisis
Glikolisis yaitu tahapan pengubahan glukosa menjadi dua molekul asam
piruvat (beratom C3), peristiwa ini berlangsung di sitosol. As. Piruvat yang
dihasilkan selanjutnya akan diproses dalam tahap dekarboksilasi oksidatif. Selain
itu glikolisis juga menghasilkan 2 molekul ATP sebagai energi, dan 2 molekul
NADH yang akan digunakan dalam tahap transport elektron.Dalam keadaan
anaerob, As. Piruvat hasil glikoisis akan diubah menjadi karbondioksida dan etil
alkohol. Proses pengubahan ini dikatalisis oleh enzim dalam sitoplasma. Dalam
respirasi anaerob jumlah ATP yang dihasilkan hanya dua molekul untuk setiap
satu molekul glukosa, hasil ini berbeda jauh dengan ATP yang dihasilkan dari
hasil keseluruhan respirasi aerob yaitu 36 ATP.
Peristiwa perubahan :
4
Glukosa berubah menjadi Glukosa – 6 – fosfat berubah menjadi Fruktosa
1,6 difosfat berubah menjadi 3 fosfogliseral dehid (PGAL) / Triosa fosfat Þ Asam
piravat.
Jadi hasil dari glikolisis : 2 molekul asam piravat, 2 molekul NADH yang
berfungsi sebagai sumber elektron berenergi tinggi dan 2 molekul ATP untuk
setiap molekul glukosa.
Enzim-enzim yang berperan dalam GLikolisis yaitu Heksokinase,
Fosfoheksokinase, Fosfofruktokinase, Aldolase, triosa fosfat isomerase, triosa
fosfat dehidrogenase, fosfogliseril kinase, fosfoglisero mutase, Enolase, dan
piruvat kinase.
Manfaat glikolisis:
a. Mereduksi 2 molekul NAD+ menjadi NADH untuk setiap molekul heksosa
yang dirombak.
b. Setiap molekul heksosa yang dirombak akan dihasilkan 2 molekul ATP,
jika substratnya berupa glukosa- P-, glukosa 6-P, atau fruktosa-6-P maka
akan dihasilkan 3 molekul ATP.
c. Melalui glikolisis akan dihasilkan senyawa- senyawa antara yang dapat
menjadi bahan baku untuk sintesis berbagai senyawa yang terdapat dalam
tumbuhan.
2. Dekarboksilasi Oksidatif
Dekarboksilasi oksidatif yaitu pengubahan asam piruvat (beratom C3)
menjadi Asetil KoA (beratom C2) dengan melepaskan CO2, peristiwa ini
berlangsung di sitosol. Asetil KoA yang dihasilkan akan diproses dalam siklus
asam sitrat. Hasil lainnya yaitu NADH yang akan digunakan dalam transpor
elektron.
3. Daur Krebs (Daur Trikarboksilat) atau Daur Asam Sitrat
Daur Krebs merupakan pembongkaran asam piruvat secara aerob menjadi
CO2 dan H2O serta energi kimia. Siklus asam sitrat (daur krebs) terjadi di dalam
matriks dan membran dalam mitokondria, yaitu tahapan pengolahan asetil KoA
dengan senyawa asam sitrat sebagai senyawa yang pertama kali terbentuk.
Beberapa senyawa dihasilkan dalam tahapan ini, diantaranya adalah satu molekul
5
ATP sebagai energi, satu molekul FADH dan tiga molekul NADH yang akan
digunakan dalam transfer elektron, serta dua molekul CO2.
Fungsi utama Siklus Krebs adalah:
a. Mereduksi NAD+ dan FAD menjadi NADH dan FADH2 yang kemudian
dioksidasi untuk menghasilkan ATP.
b. Sintesis ATP secara langsung, yakni 1 molekul ATP untuk setiap molekul
piruvat yang dioksidasi
c. Pembentukan kerangka karbon yang dapat digunakan untuk sintesis asam-
asam amino tertentu, yang kemudian dapat dikonversi untuk membentuk
senyawa yang lebih besar.
4. Transfer electron
Transfer elektron yaitu serangkaian reaksi yang melibatkan sistem karier
elektron (pembawa elektron). Proses ini terjadi di dalam membran dalam
mitokondria. Dalam reaksi ini elektron ditransfer dalam serangkaian reaksi redoks
dan dibantu oleh enzim sitokrom, quinon, piridoksin, dan flavoprotein. Reaksi
transfer elektron ini nantinya akan menghasilkan H2O.
Dari daur Krebs akan keluar elektron dan ion H+ yang dibawa sebagai
NADH2 (NADH + H+ + 1 elektron) dan FADH2, sehingga di dalam mitokondria
(dengan adanya siklus Krebs yang dilanjutkan dengan oksidasi melalui sistem
pengangkutan elektron) akan terbentuk air, sebagai hasil sampingan respirasi
selain CO2.
Produk sampingan respirasi tersebut pada akhirnya dibuang ke luar tubuh
melalui stomata pada tumbuhan dan melalui paru-paru pada peristiwa pernafasan
hewan tingkat tinggi.
Secara sederhana, proses respirasi dapat dijabarkan sebagai berikut :
1. Glikolisis:
Glukosa ——> 2 asam piruvat + 2 NADH + 2 ATP
2. Siklus Krebs:
2 asetil piruvat ——> 2 asetil KoA + 2 CO2 + 2 NADH + 2 ATP
2 asetil KoA ——> 4 CO2 + 6 NADH + 2 FADH2
6
3. Rantai transpor elektron:
10 NADH + 5O2 ——> 10 NAD+ + 10 H2O + 30 ATP
2 FADH2 + O2 ——> 2 FAD + 2 H2O + 4 ATP
Jadi, total energi yang dihasilkan dari proses respirasi adalah 38 ATP
(Danang, 2008: 19)
Gambar 2. Proses Respirasi Seluler
Sumber: http://www.biologi-sel.com
Respirasi membutuhkan O2 dan menghasilkan zat sisa metabolisme berupa
uap air, CO2 dan panas sebagai entropi (energi panas yang tidak termanfaatkan).
Bila respirasi berjalan sempurna, dari pembakaram substrat (karbohidrat, lipida,
atau protein) akan dihasilkan rasio CO2/O2 tertentu yang disebut dengan
“Respiratory quotient” [RQ]. Respirasi dengan substrat lipida akan diperoleh
RQ<1, dan RQ=1 untuk substrat glukosa (Suyitno, 2007: 5).
Dengan kata lain, perbedaan antara jumlah CO2 yang dilepaskan dan
jumlah O2 yang digunakan dikenal dengan Respiratory Ratio atau Respiratory
Quotient dan disingkat RQ. Nilai RQ ini tergantung pada bahan atau subtrat untuk
respirasi dan sempurna atau tidaknya proses respirasi tersebut dengan kondisi
lainnya (Simbolon, 1989: 21).
7
Tergantung pada bahan yang digunakan, maka jumlah mol CO2 yang
dilepaskan dan jumlah mol O2 yang diperlukan tidak selalu sama. Diketahui nilai
RQ untuk karbohidrat = 1, protein < 1 (= 0,8 – 0,9), lemak < 1 (= 0,7) dan asam
organik > 1 (1,33). Nilai RQ ini tergantung pada bahan atau subtrat untuk
respirasi dan sempuran tidaknya proses respirasi dan kondisi lainnya (Krisdianto
dkk, 2005).
Sebagian besar energi yang dilepaskan selama respirasi kira-kira 2870 kj
atau 686 kcal per mol glukosa berupa bahang. Bila suhu rendah, bahang ini dapat
merangsang metabolisme dan menguntungkan beberapa spesies tertentu, tapi
biasanya bahang tersebut dilepas ke atmosfer atau ke tanah, dan berpengaruh kecil
terhadap tumbuhan. Yang lebih penting dari bahang adalah energi yang terhimpun
dalam ATP, sebab senyawa ini digunakan untuk berbagai proses esensial dalam
kehidupan, misalnya pertumbuhan dan penimbunan ion (Salisbury dan Ross,
1995: 57).
Respirasi merupakan rangkaian dari 50 atau lebih reaksi komponen,
masing-masing dikatalisis oleh enzim yang berbeda. Respirasi merupakan
oksidasi (dengan produk yang sama seperti pembakaran) yang berlangsung di
medium air dengan Ph mendekati netral, pada suhu sedang dan tanpa asap.
Pemecahan bertahap dan berjenjang molekul besar merupakan cara untuk
mengubah energi menjadi ATP. Lebih lanjut, sejalan dengan berlangsungnya
pemecahan, kerangka karbon-antara disediakan untuk menghasilkan berbagai
produk esensial lainnya dari tumbuhan. Produk ini meliputi asam amino untuk
protein, nukleotida untuk asam nukleat, dan prazat karbon untuk pigmen porfirin
(seperti klorofil dan sitokrom). Tentu saja bila senyawa tersebut terbentuk,
pengubahan substrat awal respirasi menjadi CO2 dan H2O tidaklah lengkap.
Biasanya hanya beberapa substrat respirasi yang dioksidasi seluruhnya menjadi
CO2 dan H2O (proses katabolik/penguraian), sedangkan sisanya digunakan dalam
proses sintesis (anabolisme/pembentukan) terutama di dalam sel yang sedang
tumbuh. Energi yang ditangkap dari proses oksidasi sempurna beberapa senyawa
dapat digunakan untuk mensintesis molekul lain yang dibutuhkan untuk
pertumbuhan. Bila tumbuhan sedang tumbuh, laju respirasi meningkat sebagai
8
akibat dari permintaan pertumbuhan, tapi beberapa senyawa yang hilang dialihkan
ke dalam reksi sintesis dan tidak pernah muncul sebagai CO2 (Salisbury & Ross,
1995: 58).
Ditinjau dari kebutuhannya akan oksigen, respirasi dapat dibedakan
menjadi dua macam yaitu :
1. Respirasi Aerobik (aerob)
Respirasi aerob yaitu respirasi yang menggunakan oksigen oksigen bebas
untuk mendapatkan energi. Persamaan reaksi proses respirasi aerob secara
sederhana dapat dituliskan :
C6H12O6 + 6O2 → 6CO2 + 6H2O + 675 kalori
Dalam kenyataan reaksi yang terjadi tidak sesederhana itu. Banyak
tahapan yang terjadi dari awal hingga terbentuknya energi.
2. Respirasi Anaerobik (anaerob)
Respirasi anaerobik adalah reaksi pemecahan karbohidrat untuk
mendapatkan energi tanpa menggunakan oksigen. Respirasi anaerobik
menggunakan senyawa tertentu misalnya asam fosfoenol piruvat atau asetal
dehida, sehingga pengikat hidrogen dan membentuk asam laktat atau alcohol.
Respirasi anaerobik terjadi pada jaringan yang kekurangan oksigen, akan
tumbuhan yang terendam air, biji-biji yang kulit tebal yang sulit ditembus
oksigen, sel-sel ragi dan bakteri anaerobik. Bahan baku respirasi anaerobik pada
peragian adalah glukosa. Selain glukosa, bahan baku seperti fruktosa, galaktosa
dan malosa juga dapat diubah menjadi alkohol. Hasil akhirnya adalah alcohol,
karbon dioksida dan energi. Glukosa tidak terurai lengkap menjadi air dan
karbondioksida, energi yang dihasilkan lebih kecil dibandingkan respirasi aerobik.
Reaksinya :
C6H12O6 → 2C2H5OH + CO2 + 28 Kalori
Dari persamaan reaksi tersebut terlihat bahwa oksigen tidak diperlukan.
Bahkan bakteri anaerobik seperti klostidrium tetani (penyebab tetanus) tidak dapat
hidup jika berhubungan dengan udara bebas. Infeksi tetanus dapat terjadi jika luka
tertutup sehingga memberi kemungkinan bakteri tambah subur (Lukman, 1997).
c. Faktor-faktor yang Mempengarui Laju Respirasi
9
Berbagai faktor lingkungan dapat mempengaruhi laju respirasi,
diantaranya adalah sebagai berikut :
1. Ketersediaan substrat
Respirai bergantung pada ketersediaan substrat. Tumbuhan yang
kandungan pati, fruktan, atau gulanya rendah, melakukan respirasi pada laju yang
rendah. Tumbuhan yang kahat gula sering melakukan respirasi lebih cepat bila
gula disediakan. Bahkan laju respirasi daun sering lebih cepat segera setelah
matahari tenggelam, saat kandungan gula tinggi dibandingkan dengan ketika
matahari terbit, saat kandungan gulanya lebih rendah. Selain itu, daun yang
ternaungi atau daun bagian bawah biasanya berespirasi lebih lambat daripada
daun sebelah atas yang terkena cahaya lebih banyak. Bila hal ini tidak terjadi,
maka daun sebelah bawah akan lebih cepat mati. Perbedaan kandungan gula
akibat tak berimbangnya laju fotosintesis mungkin yang menyebabkan laju
respirasi yang lebih rendah pada daun yang ternaungi (Salisbury dan Ross, 1995:
61).
2. Ketersediaann oksigen
Ketersediaan oksigen akan mempengaruhi laju respirasi, namun besarnya
pengaruh tersebut berbeda bagi masing-masing spesies dan bahkan berbeda antara
organ pada tumbuhan yang sama. Fluktuasi normal kandungan oksigen di udara
tidak banyak mempengaruhi laju respirasi, karena jumlah oksigen yang
dibutuhkan tumbuhan untuk berespirasi jauh lebih rendah dari oksigen yang
tersedia di udara (I Komang Jaya Santika Yasa, 2009: 76).
3. Suhu
Pengaruh faktor suhu bagi laju respirasi tumbuhan sangat terkait dengan
faktor Q10, dimana umumnya laju reaksi respirasi akan meningkat untuk setiap
kenaikan suhu sebesar 10oC, namun hal ini tergantung pada masing-masing
spesies. Bagi sebagian besar bagian tumbuhan dan spesies tumbuhan, Q10 respirasi
biasanya 2,0 sampai 2,5 pada suhu antara 5 dan 25°C. Bila suhu meningkat lebih
jauh sampai 30 atau 35°C, laju respirasi tetap meningkat, tapi lebih lambat, jadi
Q10 mulai menurun. Penjelasan tentang penurunan Q10 pada suhu yang tinggi ini
adalah bahwa laju penetrasi O2 ke dalam sel lewat kutikula atau periderma mulai
10
menghambat respirasi saat reaksi kimia berlangsung dengan cepat. Difusi O2 dan
CO2 juga dipercepat dengan peningkatan suhu.Peningkatan suhu sampai 40°C atau
lebih, laju respirasi malahan menurun, khususnya bila tumbuhan berada pada
keadaan ini dalam jangka waktu yang lama. Nampaknya enzim yang diperlukan
mulai mengalami denaturasi dengan cepat pada suhu yang tinggi, mencegah
peningkatan metabolik yang semestinya terjadi.
4. Jenis dan Umur Tumbuhan
Masing-masing spesies tumbuhan memiliki perbedaan metabolsme,
dengan demikian kebutuhan tumbuhan untuk berespirasi akan berbeda pada
masing-masing spesies. Tumbuhan muda menunjukkan laju respirasi yang lebih
tinggi dibanding tumbuhan yang tua. Demikian pula pada organ tumbuhan yang
sedang dalam masa pertumbuhan (I Komang Jaya Santika Yasa, 2009: 76).
d. Manfaat Respirasi
Respirasi banyak memberikan manfaat bagi tumbuhan. Manfaat tersebut
terlihat dalam proses respirasi dimana terjadi proses pemecahan senyawa organik,
dari proses pemecahan tersebut maka dihasilkanlah senyawa-senyawa antara yang
penting sebagai ”Building Block”. Building Block merupakan senyawa-senyawa
yang penting sebagai pembentuk tubuh. Senyawa-senyawa tersebut meliputi asam
amino untuk protein; nukleotida untuk asam nukleat; dan prazat karbon untuk
pigmen profirin (seperti klorofil dan sitokrom), lemak, sterol, karotenoid, pigmen
flavonoid seperti antosianin, dan senyawa aromatik tertentu lainnya, seperti lignin.
Telah diketahui bahwa hasil akhir dari respirasi adalah CO2 dan H2O, hal ini
terjadi bila substrat secara sempurna dioksidasi, namun bila berbagai senyawa di
atas terbentuk, substrat awal respirasi tidak keseluruhannya diubah menjadi CO2
dan H2O. Hanya beberapa substrat respirasi yang dioksidasi seluruhnya menjadi
CO2 dan H2O, sedangkan sisanya digunakan dalam proses anabolik, terutama di
dalam sel yang sedang tumbuh. Sedangkan energi yang ditangkap dari proses
oksidasi sempurna beberapa senyawa dalam proses respirasi dapat digunakan
untuk mensintesis molekul lain yang dibutuhkan untuk pertumbuhan.
e. Respirasi pada Hewan
11
Proses respirasi pada hewan adalah peristiwa pengambilan oksigen dan
pelepasan karbondioksida melalui organ pernapasan. Sistem respirasi atau
respirasi pada hewan berbeda-beda sesuai dengan tingkat perkembangan hewan
tersebut. Alat pernapasan pada hewan, umumnya ada 4 macam bentuk yang
digunakan, yaitu permukaan tubuh, trakea, insang, dan paru-paru.
(http://www.bimbie.com).
Alat respirasi adalah alat atau bagian tubuh tempat 02 dapat berdifusi
masuk dan sebaliknya C02 dapat berdifusi keluar. Alat respirasi pada hewan
bervariasi antara hewan yang satu dengan hewan yang lain, ada yang berupa paru-
paru, insang, kulit, trakea, dan paru-paru buku, bahkan ada beberapa organisme
yang belum mempunyai alat khusus sehingga oksigen berdifusi langsung dari
lingkungan ke dalam tubuh, contohnya pada hewan bersel satu, porifera, dan
coelenterata. Pada ketiga hewan ini oksigen berdifusi dari lingkungan melalui
rongga tubuh. Sistem respirasi hewan dapat dibedakan menjadi dua yaitu sistem
respirasi pada hewan tingkat rendah dan respirasi pada hewan tingkat tinggi
(http://www.bebas.vlsm.org).
Gambar 3. Trakea pada Serangga
Sumber: web.ipb.ac.id
f. Respirasi pada Tumbuhan
Tumbuhan terutama tumbuhan tingkat tinggi, untuk memperoleh makanan
sebagai kebutuhan pokoknya agar tetap bertahan hidup, tumbuhan tersebut harus
melakukan suatu proses yang dinamakan proses sintesis karbohidrat yang terjadi
di bagian daun satu tumbuhan yang memiliki kloropil, dengan menggunakan
12
cahaya matahari. Cahaya matahari merupakan sumber energi yang diperlukan
tumbuhan untuk proses tersebut. Tanpa adanya cahaya matahari tumbuhan tidak
akan mampu melakukan proses fotosintesis, hal ini disebabkan kloropil yang
berada di dalam daun tidak dapat menggunakan cahaya matahari karena kloropil
hanya akan berfungsi bila ada cahaya matahari (Dwidjoseputro, 1986).
Respirasi pada tumbuhan tingkat tinggi berlangsung secara aerob, pada
pernafasan ini terjadi proses pembebasan energi dari sari makanan di dalam sel
tubuh melalui proses oksidasi biologis, Oksidasi biologis ada;ah suatu reaksi
antara sari makanan dengan oksigen yang menghasilkan karbon dioksida ( CO2 ),
air (H2O) dan energi.Reaksikiia ini merupakan reaksi enzimatis, enzim berperan
sebagai katalisator ( pemercepat proses reaksi ).
Energi yang dihasilkan dari pernafasan digunakan oleh tumbuhan untuk
mewlakukan berbagai kegiatan hidupnya, misalnya untuk pertumbuhan dan
melakukan kegiatan di dalam hidupnya, misalnya untuk pertumbuhan,,
pembentukan protein mengangkut mineral dari dalam tanah, berkembang
biak,serta melakukan proses fotosintesis.
Respirasi pada tumbuhan tingkat rendah ada yang aerob dan ada yang
anaerob. Respirasi anaerob disebut juga dengan fermentasi ( proses pengubahan
senyawa utama menjadi senyawa bentuk lain dengan bantuan enzim ), misalnya
proses pembentukan alkohol dari glukosa dengan bantuan jamur ragi
(Saccharomyces ) seperti pembuatan tempe (Wilskins, 1993).
Pada tumbuhan, alat respirasi terletak tersebar. Artinya tumbuhan dapat
melakukan pertukaran gas melalui stomata, lentisel, dan rambut akar.
1. Stomata
Stomata atau mulut daun
terdiri atas celah atau lubang yang
dikelilingi oleh dua sel penjaga dan
terletak di daun. Stomata berfungsi
sebagai tempat pertukaran gas pada
tumbuhan, sedangkan sel penjaga
berfungsi untuk mengatur, membuka
13
dan menutupnya stomata. Membuka dan menutupnya daun dipengaruhi oleh
kandungan air dan ion kalium sel penjaga.
2. Lentisel
Lentisel merupakan lubang-lubang yang
terbentuk pada lubang akibat adanya
pertumbuhan kambium gabus, parenkim gabus,
dan terlepas dari bagian kulit. Lentisel
memungkinkan sel-sel tetap hidup didalam
batang melalui pertukaran gas dengan udara
luar.
3. Rambut Akar
Akar merupakan salah satu bagian pokok tubuh
tumbuhan berkormus dan merupakan organ
vegetif tumbuhan. Selain berfungsi menghisap
air dan garam-garam mineral, rambut akar
berfungsi sebagai alat pernapasan. Sel-sel rambut
akar akan mengambil oksigen pada pori-pori
tanah.
g. Respirometer
Gambar 7. Skema Alat Respirometer
Sumber: http://www.biscience5.blogspot.com
Respirometer adalah alat yang digunakan untuk mengukur rata-rata
pernapasan organisme dengan mengukur rata-rata pertukaran oksigen dan karbon
dioksida. Hal ini memungkinkan penyelidikan bagaimana faktor-faktor seperti
14
umur atau pengaruh cahaya memengaruhi rata-rata pernapasan. Respirometer
sederhana adalah alat yang dapat digunakan untuk mengukur kecepatan
pernapasan beberapa macam organisme hidup seperti serangga, bunga, akar,
kecambah yang segar. Jika tidak ada perubahan suhu yang berarti, kecepatan
pernapasan dapat dinyatakan dalam ml/detik/g, yaitu banyaknya oksigen yang
digunakan oleh makhluk percobaan tiap 1 gram berat tiap detik.
Respirometer ini terdiri atas dua bagian yang dapat dipisahkan, yaitu
tabung spesimen (tempat hewan atau bagian tumbuhan yang diselidiki) dan pipa
kapiler berskala yang dikaliberasikan teliti hingga 0,01 ml. Kedua bagian ini dapat
disatukan amat rapat hingga kedap udara dan didudukkan pada penumpu
(landasan) kayu atau logam.
Alat ini bekerja atas suatu prinsip bahwa dalam pernapasan ada oksigen
yang digunakan oleh organisme dan ada karbon dioksida yang dikeluarkan
olehnya. Jika organisme yang bernapas itu disimpan dalam ruang tertutup dan
karbon dioksida yang dikeluarkan oleh organisme dalam ruang tertutup itu diikat,
maka penyusutan udara akan terjadi. Kecepatan penyusutan udara dalam ruang itu
dapat dicatat (diamati) pada pipa kapiler berskala.
D. Alat dan Bahan
1. Respirometer
2. Botol vial
3. Kapas
4. KOH padat
5. Aquades
6. Eosin
7. Vaselin
8. Jarum suntik
9. Timbangan digital
10. Spesimen (tanaman Titian dan daun Cemara Norfolk)
15
E. Langkah Kerja
a. Skema Alat
Gambar 8. Skema Percobaan Respirasi Hewan
Sumber: http://www.masihtertulis.blogspot.com
b. Prosedur Kerja
16
F. Data Hasil Pengamatan
NO Nama SpesimenWaktu / menit
5 10 15 20 25
1. Tumbuhan Titian 0,38 ml 0,57 ml 0,67 ml 0,71 ml 0,74 ml
2. Tumbuhan Cemara 0,46 ml 0,66 ml 0,77 ml 0,81 ml 0,97 ml
G. Analisis Data
Rumus laju respirasi:
v= st
Dimana:
v : laju respirasi (ml/s)
s : perubahan eosin (ml)
t : waktu (detik)
Mengulangi percobaan dengan spesimen yang berbeda dan massa yang berbeda pula.
Mengamati dan mencatat perubahan kedudukan eosin pada pipa berskala setiap 5 menit selama 25 menit (5 data).
Menutup pipa berskala kurang lebih 1 menit, melepaskan dan memasukkan tetesan eosin dengan suntikan jarum.
Memasukkan tanaman kedalam botol dan menutupnya dengan pipa berskala.
Mengolesi bagian pipa berskala dengan vaselin.
Membungkus kristal KOH dengan kapas, kemudian memasukkannya ke dalam tabung respirometer.
Mengukur massa berat tanaman sebagai spesimen yang akan digunakan.
Menyiapkan alat dan bahan yang diperlukan.
17
a. Tumbuhan Titian
a. Diketahui S1 = 0,38 ml
t1 = 5 menit = 300 sekon
Perhitungan :
v1= s1t 1
v1=0,38 ml300 s
v1=0,0012667 ml /s
v1=0,00127 ml /s
b. Diketahui S2 = 0,57 ml – 0,38 ml = 0,19 ml
t2 = 10 menit – 5 menit = 5 menit = 300 sekon
Perhitungan :
v2= s2t 2
v2=0,19 ml3 00 s
v2=0,00063333 ml/ s
v2=0,00063 ml/ s
c. Diketahui S3 = 0,67 ml – 0,57 ml = 0,10 ml
t3 = 15 menit – 10 menit = 5 menit = 300 sekon
Perhitungan :
v3= s3t 3
v3=0,10 ml3 00 s
v3=0,0003333 ml /s
v3=0,00033 ml /s
d. Diketahui S4 = 0,71 ml – 0,67 ml = 0,04 ml
t4 = 20 menit – 15 menit = 5 menit = 300 sekon
18
Perhitungan :
v 4= s4t 4
v 4=0,04 ml3 00 s
v 4=0,00013333 ml/ s
v 4=0,00013 ml/ s
e. Diketahui S5 = 0,74 ml – 0,71 ml = 0,03 ml
t5 = 25 menit – 20 menit = 5 menit = 300 sekon
Perhitungan :
v5= s5t 5
v5=0,03 ml3 00 s
v5=0,00010 ml /s
Rata-rata laju respirasi:
v= v 1+v 2+v 3+v 4+v55
v=(0,00127+0,000 63+0,000 33+0,00013+0,000 10 ) ml/ s
5
v=0,00246 ml/ s5
v=0,00049 ml /s
b. Daun Tumbuhan Cemara Norfolk
a. Diketahui S1 = 0,46 ml
t1 = 5 menit = 300 sekon
Perhitungan :
19
v1= s1t 1
v1=0,46 ml300 s
v1=0 ,0015333 ml /s
v1=0,00153 ml/ s
b. Diketahui S2 = 0,66 ml – 0,46 ml = 0,20 ml
t2 = 10 menit – 5 menit = 5 menit = 300 sekon
Perhitungan :
v2= s2t 2
v2=0,20 ml3 00 s
v2=0 , 000666666 ml/ s
v2=0 , 00067 ml/ s
c. Diketahui S3 = 0,77 ml – 0,66 ml = 0,11 ml
t3 = 15 menit – 10 menit = 5 menit = 300 sekon
Perhitungan :
v3= s3t 3
v3=0 ,11ml3 00 s
v3=0 , 000 3666 6ml/ s
v3=0,000 37 ml /s
d. Diketahui S4 = 0,81 ml – 0,77 ml = 0,04 ml
t4 = 20 menit – 15 menit = 5 menit = 300 sekon
Perhitungan :
v 4= s4t 4
20
v 4=0 , 04 ml3 00 s
v 4=0 ,00013333 ml /s
v 4=0,00013 ml/ s
e. Diketahui S5 = 0,97 ml – 0,81 ml = 0,16 ml
t5 = 25 menit – 20 menit = 5 menit = 300 sekon
Perhitungan :
v5= s5t 5
v5=0 ,16 ml300 s
v5=0 , 0005333 ml /s
v5=0,000 53 ml/ s
Rata-rata laju respirasi:
v= v 1+v 2+v 3+v 4+v55
v=(0,00153+0,00067+0,00037+0,000 13+0,000 53 ) ml /s
5
v=0,00323 ml/ s5
v=0,000 65 ml /s
Data Hasil Perhitungan
NO
.
Nama
Specimen
v1
(ml/ s)
v2
(ml/ s)
v3
(ml/ s)
v4
(ml/ s)
v5
(ml/ s)
1.Tumbuhan
Titian0,00127 0,00033 0,00013 0,00010 0,00049
2.Tumbuhan
Cemara0,00153 0,00037 0,00013 0,00053 0,00065
21
H. Pembahasan
Paraktikum pada percobaan yang berjudul “Respirasi” yang telah
dilakukan pada hari Kamis, tanggal 3 April 2014, pukul 07.00-08.40 WIB, di
Laboratorium Biologi Dasar FMIPA UNY, memiliki tujuan agar setelah
melakukan percobaan mahasiswa dapat mengamati perubahan volume gas yang
berhubungan dengan konsumsi oksigen, mengukur laju respirasi spesimen, dan
dapat menjelaskan pengaruh massa ataupun jenis spesimen terhadap laju respirasi.
Pada percobaan ini, alat yang digunakan antara lain respirometer, botol
vial, kapas, dan jarum suntik. Respirometer merupakan sebuah alat yang
digunakan untuk mengukur kecepatan pernapasan beberapa macam organisme
hidup, seperti jangkrik, kuncup bunga, maupun kecambah besar. Hal ini
memungkinkan menyelidiki bagaimana faktor-faktor seperti massa, umur, jenis
mempengaruhi rata-rata pernapasan. Respirometer ini terdiri atas dua bagian yang
dapat dipisahkan, yaitu tabung spesimen (tempat hewan atau bagian hewan/
tumbuhan yang akan diselidiki) dan pipa kapiler berskala yang dikalibrasikan
teliti hingga 0,01 mL. Kedua bagian ini dapat disatukan dengan rapat hingga
kedap udara dan didudukkan pada penumpu (landasan). Sedangkan kapas
digunakan untuk membungkus kristal KOH, sehingga tidak ada kontak langsung
dengan spesimen yang akan di uji coba.
Selain alat-alat diatas, dalam percobaan ini bahan yang dibutuhkan antara
lain spesimen, kristal KOH, eosin, dan vaselin. Pada percobaan ini, spesimen yang
digunakan praktikan adalah tanaman Titian dan daun cemara norfolk. Kristal
KOH digunakan untuk mengikat CO2 (karbondioksida). Selain itu KOH
digunakan untuk peningkat suhu agar respirasi terpicu menjadi lebih cepat. Eosin
disini berfungsi untuk penanda seberapa cepat oksigen berkurang dalam tabung
yang berisispesimen. Vaselin digunakan agar udara ynag berada didalam tidak
dapat keluar dan udara yang diluar tidak dapat masuk melalui celah-celah antara
mulut tabung dengan penutup.
Berdasarkan alat dan bahan yang telah disediakan, maka praktikan dapat
melakukan langkah demi langkah percobaan. Langkah pertama yang dilakukan
praktikan yaitu mengukur massa berat tanaman sebagai spesimen yang akan
22
digunakan. Kemudian praktikan membungkus kristal KOH dengan kapas dan
memasukkannya ke dalam tabung respirometer. Selanjutnya mengolesi bagian
pipa berskala dengan vaselin dan memasukkan tanaman kedalam botol kemudian
menutup botol dengan pipa berskala. Langkah berikutnya menutup pipa berskala
kurang lebih 1 menit, melepaskan dan memasukkan tetesan eosin dengan suntikan
jarum. Praktikan mengamati dan mencatat perubahan kedudukan eosin pada pipa
berskala setiap 5 menit selama 25 menit (5 data). Langkah terakhir yang dilakukan
praktikan yaitu mengulangi percobaan dengan spesimen yang berbeda dan massa
yang berbeda pula.
Tumbuhan adalah salah satu makluk hidup di bumi ini yang mempunyai
suatu keistimewaan. Tumbuhan dapat membuat makanannya sendiri dengan
memanfaatkan sesuatu yang ada disekitarnya. Proses pembuatan makanan ini
disebut fotosintesis. Selain berfotosintesis tumbuhan juga melakukan proses
respirasi seperti halnya mahluk hidup pada umumnya. Seperti yang praktikan
sudah paparkan di dalam latar belakang bahwa untuk membuktikan tumbuhan
melakukan proses respirasi maka diperlukan suatu pengamatan, pengamatan yang
dilakukan yaitu dengan menggunakan dua tumbuhan berbeda, yang bertujuan
sebagai perbandingan mana yang lebih cepat laju respirasinya yang dipengaruhi
oleh factor-faktor tertentu, diantaranya yaitu jenis dan masaa tumbuhan. Dua
tumbuhan tersebut yaitu tanaman Titian dan daun Cemara Norfolk. Pada
percobaan ini praktikan melakukan lima kali pengulangan untuk setiap lima menit
sekali, sehingga menggunakan waktu selama 25 menit untuk satu jenis percobaan.
Untuk bobot dari tanaman Titian yaitu memiliki bobot 3,04 gram untuk semua
pengulangan, sedangkan untuk bobot daun Cemara Norfolk yaitu 3,00 gram.
Dari percobaan di atas diperoleh hasil yang berbeda-beda antara laju
respirasi pada tumbuhan Titian dan daun Cemara Norfolk. Mekanisme respirasi
pada tumbuhan yaitu, pada dasarnya tumbuhan memerlukan oksigen, meski dalam
keadaan tertentu, keberadaan okisigen tak lagi dibutuhkan (terutama pada
tumbuhan yang tak berklorofil). Tujuan respirasi tumbuhan sama halnya dengan
tujuan makhluk hidup lainnya. Respirasi dilakukan untuk mendapatkan energi.
Tumbuhan yang bernapas dengan sistem anaerob, akan mendapatkan energi.
23
Caranya dengan mengurai sejumlah bahan tertentu di tempat mereka hidup.
Sedangkan pada pernapasan aerob, akan dihasilkan karbon dioksida juga uap air
yang kemudian akan dikeluarkan melalui tubuh tumbuhan dengan sistem difusi.
Semua gas yang keluar dan masuk tersebut melewati stomata yang terletak pada
permukaan daun tumbuhan juga inti sel yang ada pada batang tumbuhan. Pada
kondisi tertentu, akar tanaman juga merupakan tempat keluar masuknya gas.
Terutama bagi tanaman yang tumbuh di rawa.
Proses respirasi tumbhan pada percobaan ini dapat diamati dengan adanya
perubahan kedudukan eosin menuju tabung vial yang berisi tanaman, sehingga
terjadi penyusutan volume udara dalam tabung. Pada saat melakukan ekspirasi,
CO2 yang dihasilkan oleh tumbuhan akan diikat oleh KOH menjadi K2CO3 dan H-
2O. Reaksinya adalah sebagai berikut:
2KOH (s) + CO2 (g) K2CO3 (s) + H2O (l)
Dari reaksi diatas CO2 memiliki volume terbesar karena merupakan gas,
sedangkan K2CO3 berbentuk padat. Akibatnya volume CO2 dalam tabung kaca
yang berisi tumbuhan akan terus berkurang karena CO2 diikat menjadi K2CO3.
Volume udara yang berkurang akan menyebabkan adanya tekanan negatif yang
menyebabkan larutan eosin bergerak menuju tanung kaca yang berisi tumbuhan.
Pada percobaan terhadap spesimen jenis tumbuhan yaitu tanaman Titian
dan daun Cemara Norfolk akan dicari laju respirasi rata-rata dengan terlebih
dahulu menghitung laju respirasi masing-masing perjarak/volume maupun
waktunya, yaitu dengan menggunakan rumus persamaan:
v= st
Dimana S menunjukkan perubahan eosin (mL) dan t menunjukkan waktu (detik).
Sehingga dari masing-masing tumbuhan, yaitu tanaman Titian dan daun Cemara
Norfolk terdapat 5 data dari perhitungan.
Pada percobaan dengan menggunakan tanaman Titian, didapatkan hasil
pada menit ke-5 laju respirasi mencapai 0,00127 ml/s, pada menit ke-10 laju
respirasinya menurun lebih lambat, yaitu 0,00063 ml/s, dan menit ke-15 juga
terjadi penurunan laju respirasi menjadi 0,00033 ml/s, begitu pula pada menit ke-
24
20 didapatkan hasil 0,00013 ml/s dan pada menit ke-25 laju respirasi mencapai
0,00010 ml/s, pada menit ini laju respirasi belum mencapai ujung skala, namun
percobaan hanya diambil sebanyak 5 data, sehingga percobaan dihentikan pada
menit ini. Untuk percobaan dengan menggunakan daun cemara Norfolk di
dapatkan hasil, pada menit ke-5 laju respirasinya 0,00153 ml/s, pada menit ke-10
laju respirasinya menurun lebih lambat, yaitu 0,00067 ml/s, dan menit ke-15 juga
terjadi penurunan laju respirasi menjadi 0,00037 ml/s, begitu pula pada menit ke-
20 didapatkan hasil 0,00013 ml/s dan pada menit ke-25 laju respirasi mengalami
kenaikan lebih cepat mencapai 0,00053 ml/s, pada menit ini laju respirasi belum
mencapai ujung skala, namun percobaan hanya diambil sebanyak 5 data, sehingga
percobaan ini juga dihentikan pada menit ke-25.
Dari kelima data yang dihasilkan, laju respirasi rata-rata dari tanaman
Titian yaitu 0,00049 mL/s. Sedangkan pada daun Cemara Norfolk memiliki laju
respirasi rata-rata 0,00065 mL/s. Berdasarkan hasil tersebut, terlihat bahwa daun
Cemara Norfolk memiliki laju respirasi yang lebih cepat dibandingkan dengan
tanaman Titian. Hal ini berarti sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa jenis
tumbuhan mempengaruhi laju reaksi.
Respirasi tumbuhan tingkat tinggi dan tumbuhan tingkat rendah memiliki
perbedaan yang mendasar. Respirasi tumbuhan tingkan tinggi, prosesnya
berlangsung secara aerob dimana pada pernapasan tersebut terdapat pembebasan
energi dari sari-sari makanan pada bagian dalam sel tubuh tumbuhan yang
dilakukan dengan cara oksidasi secara biologis. Oksidasi sendiri merupakan
proses reaksi di antara sari makanan dengan oksigen yang pada akhirnya akan
menghasilkan CO2, energi dan juga H2O. Reaksi tersebut merupakan jenis rekasi
enzimatis yang memiliki peran sebagai katalisator. Energi yang dihasilkan oleh
tumbuhan tersebut akan digunakan dalam proses pertumbuhan, pengangkutan
mineral, pembentukan protein, proses fotosintesis dan masih banyak lagi lainnya.
Pernapasan pada tumbuhan tingkat rendah bisa terjadi dengan dua cara
yakni aerob dan juga anaerob. Respirasi anaerob yang biasanya disebut juga
dengan fermentasi yakni suatu proses pengubahan suatu senyawa utama menjadi
25
senyawa lanjutan dengan menggunakan bantuan enzim. Proses ini bisa kita
jumpai pada pembentukan alhokol yang awalnya merupakan glukosa.
Laju respirasi dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor-faktor yaitu suhu,
kelembaban, ketersediaan jumlah dan jenis subsrat, ketersediaan O2 , jenis dan
umur tumbuhan (Salisbury, 1995).
Reaksi respirasi akan terjadi ketika terdapat oksigen, berikut reaksi yang
terjadi dalam proses respirasi:
C6H12O6 + O2 → 6CO2 + H2O + energy
Ketersediaan oksigen akan mempengaruhi laju respirasi, walaupun
besarnya pengaruh tersebut berbeda bagi masing-masing spesies dan bahkan
berbeda antara organ pada tumbuhan yang sama. Fluktuasi normal kandungan
oksigen di udara tidak banyak mempengaruhi laju respirasi, karena jumlah
oksigen yang dibutuhkan tumbuhan untuk berespirasi jauh lebih rendah dari
oksigen yang tersedia di udara (I Komang Jaya Santika Yasa, 2009). Sehinga
ketersediaan oksigen ruangan pun akan berpengaruh walaupun dalam jumlah
relatif sedikit.
I. Kesimpulan
Berdasarkan hasil percobaan dan pembahasan yang telah dilakukan oleh
praktikan, maka dapat disimpulkan bahwa:
a. Adanya perubahan volum yang ditunjukkan oleh larutan eosin menunjukkan
CO2 yang dikeluarkan saat respirasi terikat KOH, sehingga volume udara
akan berkurang dan menyebabkan adanya tekanan negatif.
b. Laju respirasi spesimen
a. Tanaman Titian memiliki laju respirasi rata-rata sebesar 0,00049 ml/s.
b. Daun tanaman Cemara Norfolk memiliki laju respirasi rata-rata sebesar
0,00065 ml/s.
c. Daun Cemara Norfolk memiliki laju respirasi yang lebih cepat dibandingkan
dengan tanaman Titian.
26
J. Daftar Pustaka
Asri Widowati dan Ekosari R. 2012. Petunjuk Praktikum Biologi Dasar 2.
Yogyakarta: FMIPA UNY.
Campbell, Neil A. 2000. Biologi Edisi Kelima Jilid I. Jakarta: Erlangga.
Danang.2008.Fotosintesis dan Respirassi. http//www.Indoskripsi.com. diakses
pada
hari Selasa 08 April 2014 pukul 13.00 WIB.
Dwijoseputro. 1986. Biologi. Jakarta: Erlangga.
Kimball, John. 1998. Biologi Jilid I. Jakarta: Erlangga.
Krisdianto,dkk.2005. Penuntun Praktikum Biologi Umum. Banjar baru: FMIPA
Universitas Lambang Mangkurat
Komang, I Jaya S.Y. 1999. Prinsip-Prinsip Biologi Tumbuhan. Jakarta: Gramedia
Lakitan, Benyamin. 1993. Dasar-Dasar Fisiologi Tumbuhan. Jakarta: Raja
Grafindo Persada.
Lukman, Diah. 1997. Buku Ajar Fisiologi Tumbuhan. Jakarta: Gramedia.
Ross, Salisburry. 1995. Fisiologi Tumbuhan. Bandung: ITB.
Wilkins.M.B, 1993, Fisiologi Tumbuhan. Jakarta: Bumi Angkasa.
Sumber gambar:
Diakses dari http://www. bimbie .com pada hari Selasa 8 April 2014 pukul 13.08
WIB.
Diakses dari www. bebas.vls . org pada hari Selasa 8 April 2014 pukul 13.13
WIB.
Diakses dari http://www.desyliapu3.wordpress.com pada hari Selasa 8 April 2014
pukul 13.15 WIB.
Diakses dari www.biologi-sel.com pada hari Jumat 28 Maret 2014 pukul 13.23
WIB.
Diakses dari http://www.biscience5.blogspot.com pada hari Jumat 28 Maret 2014
pukul 13.25 WIB.
Diakses dari http://www.masihtertulis.blogspot.com pada hari Jumat 28 Maret
2014 pukul 13.30 WIB.
27
Diakses dari www.web.ipb.ac.id pada hari Jumat 28 Maret 2014 pukul 13.37
WIB.
K. Jawaban Pertanyaan
1. Dalam praktikum ini KOH berfungsi sebagai pengikat CO2 agar dapat
dijadikan sebagai indiakator terjadinya rspirasi yang bertujuan agar gas CO2
tidak mengganggu proses respirasi. Serta berfungsi sebagai peningkat suhu
agar respirasi terpicu menjadi cepat.
2. Kesimpulan dalam percobaan ini adalah:
a. Adanya perubahan volum yang ditunjukkan oleh larutan eosin
menunjukkan CO2 yang dikeluarkan saat respirasi terikat KOH, sehingga
volume udara akan berkurang dan menyebabkan adanya tekanan negatif.
b. Laju respirasi spesimen
1) Tanaman Titian memiliki laju respirasi rata-rata sebesar 0,00049 ml/s.
2) Daun tanaman Cemara Norfolk memiliki laju respirasi rata-rata
sebesar 0,00065 ml/s.
c. Daun Cemara Norfolk memiliki laju respirasi yang lebih cepat
dibandingkan dengan tanaman Titian.
3. Kendala yang dialami saat melakukan praktikum yaitu:
a. Kesulitan dalam proses penimbangan spesimen secara konstan.
b. Menetapkan pembacaan skala ukur yang tepat.
c. Posisi respirometer yang sering bergerak.
d. Saat melakukan praktikum, dalam penggunaan respirometer tidak
menggunakan alas yang warnanya lebih gelap, sehingga dalam mengamati
pergerakan eosin mengalami kesulitan untuk membaca skala.
e. Pipa kapiler kurang bersih (masih terdapata air) sehingga eosin sulit naik.
L. Lampiran
Foto 1. Alat-alat dan Bahan
28
Foto 2. Proses pemasangan tutup
Foto 3. Pnyuntikan Eosin
29
Foto 3. Melapisi tabung vial dengan vaselin
30