Upload
raniaadrieza
View
264
Download
3
Embed Size (px)
8/17/2019 laporan praktikum Pengujian Aktivitas Analgetika
http://slidepdf.com/reader/full/laporan-praktikum-pengujian-aktivitas-analgetika 1/20
LAPORAN PRAKTIKUM FARMAKOTERAPI SISTEM SARAF
SEMESTER GENAP 2015 - 2016
PENGUJIAN AKTIVITAS ANALGETIKA
Hari / Jam Praktikum : JUM’AT, 13.00-16.00
Tanggal Praktikum : 29 MARET 2016
Kelompok : 1
Asisten : 1. RABELLA MUFTI SORAYA
2. HIMMATUL ULYA
Anggota Kelompok
NAMA NPM TUGAS
Giovani Wijonarko 260110140119 Alat Bahan, Metode
Rindita Aulia Lubna 260110140120 Pembahasan
Rania Adrieza 260110140121 Tujuan, Prinsip,
Simpulan, Editor
Ira Darmayanti 260110140122 Teori Dasar, Daftar
Pustaka
Nadzir Rangga L 260110140139 Data PengamatanHamid Saeful Kirom 260110140154 Pembahasan
LABORATORIUM FARMAKOTERAPI SISTEM SARAF
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS PADJADJARAN
JATINANGOR
2016
8/17/2019 laporan praktikum Pengujian Aktivitas Analgetika
http://slidepdf.com/reader/full/laporan-praktikum-pengujian-aktivitas-analgetika 2/20
I. Tujuan
1.
Mengenal berbagai cara untuk mengevaluasi secara eksperimental
aktivitas analgetika suatu obat.
2. Memahami dasar-dasar perbedaan daya analgetika berbagai obat
analgetika.
II. Prinsip
a.
Nyeri
Nyeri adalah pengalaman sensori dan emosional yang tidak
menyenangkan akibat dari kerusakan jaringan yang aktual atau
potensial. Nyeri adalah alasan utama seseorang untuk mencari
bantuan perawatan kesehatan. Nyeri terjadi bersama banyak proses
penyakit atau bersamaan dengan beberapa pemeriksaan diagnostik
atau pengobatan. Nyeri sangat mengganggu dan menyulitkan lebih
banyak orang dibanding suatu penyakit manapun.(Smeltzer dan Bare
, 2002). b. Penatalaksanaan nyeri
Secara umum penatalaksanaan nyeri yang konservatif terbagi atas
intervensi farmakologi, berupa obat-obatan analgesik, analgetika-
opioid dan analgetik-adjuvan serta intervensi modalitas fisik
(Moeliono,2008).
c.
Analgetika
Analgetika atau obat penghilang nyeri adalah zat-zat yang
mengurangi atau menghalau rasa nyeri tanpa menghilangkan
kesadaran (perbedaan dengan anestetika umum) (Tjay, 2007).
III. Teori Dasar
Obat analgesik adalah obat yang dapat mengurangi atau menghilangkan
rasa nyeri dan akhirnya akan memberikan rasa nyaman pada orang yang
menderita. Nyeri adalah perasaan sensoris dan emosional yang tidak
8/17/2019 laporan praktikum Pengujian Aktivitas Analgetika
http://slidepdf.com/reader/full/laporan-praktikum-pengujian-aktivitas-analgetika 3/20
nyaman,berkaitan dengan ancaman kerusakan jaringan. Rasa nyeri dalam
kebanyakan hal hanya merupakan suatu gejala yang berfungsi sebagai
isyarat bahaya tentangadanya gangguan di jaringan seperti peradangan,
rematik, encok atau kejang otot (Tjay dan Rahardja, 2007).
Analgesik adalah senyawa yang dalam dosis terapetik meringankan atau
menekan rasa nyeri, tanpa memiliki kerja anestesi umum. Efek analgesik
parasetamol dapat menghilangkan atau mengurangi nyeri ringan sampai
sedang. Parasetamol merupakan salah satu analgesik yang umum digunakan.
Mekanisme kerja analgesik adalah menghambat kerja enzim
siklooksigenase, dengan demikian akan mengurangi produksi prostaglandin
oleh asam arakidonat sehingga mengurangi rasa nyeri, selain itu beberapa
jenis analgesik juga menghambat degranulasi neutrofil sehingga akan
menghambat pengeluaran sitokin, radikal bebas, serta enzim yang berperan
dalam peradangan (Tompunu et al, 2013).
Analgesik, baik narkotik maupun nonnarkotik, diresepkan untuk
meredakan nyeri; pilihan obat tergantung dari beratnya nyeri. Nyeri yang
rungan sampai sedang dari otot rangka dan sendi seringkali diredakan
dengan pemakaian analgesik nonnarkotik Nyeri yang sedang sampai berat
pada otot polos, oragan, dan tulang biasanya membutuhkan analgesic
narkotik. Ada 5 klasifikasi dan jenis nyeri:
a. Nyeri akut, yang dapat ringan, sedang, atau berat: nyeri terjadi mendadak
dan memberikan respon terhadap pengobatan.
b. Nyeri kronik: nyeri menetap selama lebih dari 6 bulan dan sulit
untuk diobati atau dikendalikan.
c. Nyeri superfisial: nyeri dari daerah permukaan seperti kulit dan selaput
mukosa.
d. Nyeri somatik (tulang, otot rangkan, dan sendi): nyeri dari otot
rangka, ligamen, dan sendi.
e. Nyeri viseral (nyeri dalam): nyeri dari otot polos dan organ.
(Kee, 1996).
8/17/2019 laporan praktikum Pengujian Aktivitas Analgetika
http://slidepdf.com/reader/full/laporan-praktikum-pengujian-aktivitas-analgetika 4/20
Reseptor nyeri (nociceptor) merupakan ujung saraf bebas, yang tersebar di
kulit, otot, tulang, dan sendi. Impuls nyeri disalurkan ke susunan saraf pusat
melalui dua jaras, yaitu jaras nyeri cepat dengan neurotransmiternya
glutamat dan jaras nyeri lambat dengan neurotransmiternya substansi P
(Ganong, 2003).
Semua senyawa nyeri (mediator nyeri) seperti histamine, bradikin,
leukotriendan prostaglandin merangsang reseptor nyeri (nociceptor) di
ujung-ujung saraf bebas di kulit, mukosa serta jaringan lain dan demikian
menimbulkan antara lain reaksi radang dan kejang-kejang. Nociceptor ini
juga terdapat di seluruh jaringan dan organ tubuh, terkecuali di SSP. Dari
tempat ini rangsangan disalurkan ke otak melalui jaringan lebat dari tajuk-
tajuk neuron dengan sangat banyak sinaps via sumsum belakang, sumsum
lanjutan dan otak tengah. Dari thalamus impuls kemudian diteruskan ke
pusat nyeri di otak besar, dimana impuls dirasakan sebagai nyeri (Tjay dan
Rahardja, 2007).
Rasa nyeri dalam kebanyakan hal hanya merupakan suatu gejala yang
berfungsi melindungi tubuh. Nyeri harus dianggap sebagai isyarat bahaya
tentang adanya ganguan di jaringan, seperti peradangan, infeksi jasad renik,
atau kejang otot. Nyeri yang disebabkan oleh rangsangan mekanis, kimiawi
atau fisis dapat menimbulkan kerusakan pada jaringan. Rangsangan tersebut
memicu pelepasan zat-zat tertentu yang disebut mediator nyeri. Mediator
nyeri antara lain dapat mengakibatkan reaksi radang dan kejang-kejang yang
mengaktivasi reseptor nyeri di ujung saraf bebas di kulit, mukosa dan
jaringan lain. Nocireseptor ini terdapat diseluruh jaringan dan organ tubuh,
kecuali di SSP. Dari sini rangsangan di salurkan ke otak melalui jaringan
lebat dari tajuk-tajuk neuron dengan amat benyak sinaps via sumsumtulang
belakang, sumsum lanjutan, dan otak tengah. Dari thalamus impuls
kemudian diteruskan ke pusat nyeri di otak besar, dimana impuls dirasakan
sebagai nyeri (Tjay dan Rahardja, 2007).
Analgesik digolongkan menjadi 2 golongan besar menurut kerjadan
efeknya, yaitu:
8/17/2019 laporan praktikum Pengujian Aktivitas Analgetika
http://slidepdf.com/reader/full/laporan-praktikum-pengujian-aktivitas-analgetika 5/20
a. Analgetik nonnarkotika
Analgetik nonnarkotika yang disebut juga dengan analgetik antipiretika
(antipiretika = menurunkan panas). Analgetika golongan ini selain dapat
mengurangi rasa sakit juga dapat menurunkan panas badan. Umumnya obat-
obat golongan ini dapat dengan mudah dibeli di toko obat atau apotek tanpa
resep dokter dan termasuk dalam kelompok obat bebas. Obat yang termasuk
dalam golongan ini dan banyak digunakan oleh masyarakat ialah:
- Salisilamida
- Fenacetina dan Parasetamol
- Piramidon dan Novalgin’
b.Analgetik narkotika
Analgetika narkotika mempunyai sifat analgetikdan hipnotik (hipnotik =
menyebabkan kesadaran berkurang seperti bermimpi indah, dalam istilah
sehari-hari “fly”). Yang dimaksud analgetik narkotika ini ialah alkaloid
golongan opium, misalnya morfina, codeine, thebaina dan sebagainya.
Alkaloid golongan opium ini diperoleh dari tumbuh-tumbuhan golongan
Papaver somniferum (Mudjajanti, 1999).
T-Test adalah metode pengujian hipotesis dengan menggunakan satu
individu (objek penelitian) dengan menggunakan dua perlakuan yang
berbeda. Walaupun dengan menggunakan objek yang sama tetapi sampel
tetap terbagi menjadi dua yaitu data dengan perlakuan pertama dan data
dengan perlakuan kedua. Performance dapat diketahui dengan cara
membandingkan kondisi objek penelitian pertama dan kondisi objek pada
penelitian kedua (Hastuti, 2012).
IV. Alat dan Bahan
a. Hewan percobaan
• Mencit putih jantan dengan berat badan antara 20 – 25 g
b. Alat
• Jarum Suntik 1 ml
• Neraca Ohauss
8/17/2019 laporan praktikum Pengujian Aktivitas Analgetika
http://slidepdf.com/reader/full/laporan-praktikum-pengujian-aktivitas-analgetika 6/20
• Sonde Oral Mencit
• Stopwatch
c. Bahan
• Asam Asetat 0,7 % v/v
• Larutan Asam Asetil Salisilat
• Larutan Asam Mefenamat
• Larutan NaCl Fisiologis
d. Gambar alat
Jarum Suntik 1 ml Neraca Ohauss
Sonde Oral Stopwatch
V. Prosedur
Prosedur pengujian aktivitas analgesik dengan menggunakan metode
induksi kimia ini dilakukan cara menimbang hewan percobaan terlebih
dahulu. Setiap kelompok mendapat 3 ekor mencit sebagai hewan uji.Hewan
uji kemudian dibagi atas tiga kelompok, yang terdiri atas: kelompok kontrol
8/17/2019 laporan praktikum Pengujian Aktivitas Analgetika
http://slidepdf.com/reader/full/laporan-praktikum-pengujian-aktivitas-analgetika 7/20
negatif, kelompok kontrol positif, dan kelompok obat uji. Semua hewan dari
setiap kelompok diberi perlakuan sesuai dengan kelompoknya, yaitu:
kelompok kontrol negatif diberi larutan NaCl fisiologis; kelompok kontrol
positif diberi asam asetil salisilat dan kelompok obat uji diberi asam
mefenamat. Pemberian zat/obat dilakukan secara oral.
Setelah 30 menit, semua hewan uji diberi asam asetat 0,7% secara
i.p. Segera setelah pemberian asam asetat, gerakan geliat hewan uji diamati,
dan jumlah geliat dicatat setiap 5 menit selama 60 menit jangka waktu
pengamatan. Data yang diperoleh dianalisis secara statistik berdasarkan
analisis variansi dan kebermaknaan perbedaan jumlah geliat antara
kelompok kontrol dan kelompok uji dianalisis dengan S tudent’s t -test . Daya
proteksi obat uji terhadap rasa nyeri dan efektivitas analgetiknya dihitung.
Data yang telah didapatkan disajikan dalam bentuk tabel atau grafik.
VI. Data Pengamatan
Volume yang Diberikan
Berat mencit 1 : 20,2 gram
Berat mencit 2 : 20 gram
Berat mencit 3 : 20,7 gram
Dosis Oral :
a.
Volume PGA (kontrol -)
x 1 ml = 1,01 ml
b. Volume Asetosal (kontrol +)
x 1 ml = 1 ml
c. Volume Asam Mefenamat (uji)
x 0,5 ml = 1,035 ml
Dosis i.p Asam asetat
a. Mencit 1
x 0,25 ml = 0,2525 ml
b.
Mencit 2
8/17/2019 laporan praktikum Pengujian Aktivitas Analgetika
http://slidepdf.com/reader/full/laporan-praktikum-pengujian-aktivitas-analgetika 8/20
x 0,25 ml = 0,25 ml
c.
Mencit 3
x 0,25 ml = 0,2587 ml
Tabel 1. Hasil Pengamatan
Perhitungan
XT = X kontrol(-) + X asetosal + X as mafenamat
= 144,1 + 127,8 + 63
= 335,2
XT2 = X kontrol(-)2 + X asetosal2 + X as mafenamat2
= 1726,7 + 1527,48 + 388,52
= 3642,7
Kuadrat total = XT2 -
=3642,7 -
= 3642,7 – 3121,08
= 521,62
8/17/2019 laporan praktikum Pengujian Aktivitas Analgetika
http://slidepdf.com/reader/full/laporan-praktikum-pengujian-aktivitas-analgetika 9/20
jumlah kuadrat efektivitas analgesik
+
+
-
+
+
-
1730,4 + 1361,07 + 330,75 – 3115,5
= 306,72
Galat = kuadrat total – kuadrat efektivitas analgesik
= 521,62 – 306,72
= 214,9
Tabel 2. Tabel F Hitung
Sumber
variasi
JK dk Jk/dk
Perlakuan 306,72 3 – 1 = 2 306,72/2 = 153,36
Galat 214,9 36 -3 = 33 214,9/33 = 6,51
Total 521,62 35 521,62/35 = 14,9
Perhitungan F Hitung
F hitung =
=
= 23,55
F kritis = F (α ; dk variasi pemberian analgesik ; dk galat)
= F ( 0,05 ; 3 ;33)
= 3.490295
F hitung > F kritis = 23,55> 3.490295 Berbeda bermakna
Berbeda bermakna artinya pemberian obat analgetik yang berbeda pada
hewan ujimencit akan mempengaruhi frekuensi geliat mencit, sesuai dengan
efektivitas obat sebagaianalgetik
Perhitungan %Proteksi Obat
a.
%Proteksi Kontrol Negatif/PGA
8/17/2019 laporan praktikum Pengujian Aktivitas Analgetika
http://slidepdf.com/reader/full/laporan-praktikum-pengujian-aktivitas-analgetika 10/20
= 100-(
= 100-(
= 99 %
b. %Proteksi Kontrol Positif/Asetosal
= 100-(
= 100-(
= 20,95%
c. %Proteksi Obat Uji/Asam Mefenamat
= 100-(
= 100-(
= 60,78%
Tabel 3. Rata Rata Geliat Selama 60 Menit PSDS Kontrol Negatif (PGA) ,
Kontrol Positif ( Asetosal ), dan Asam Mefenamat
KELOMPOKWAKTU
5' 10' 15' 20' 25' 30' 35' 40' 45' 50' 55' 60'
Kontrol -5 10 14 15,3 15 16,3 12 12,6 11 10 11,3 11,6
Kontrol +12 14 13,2 15,6 14 13,4 11,2 11,6 7 6.4 5 4,4
Obat Uji3,4 5,4 10,2 8,2 6,4 6,2 5,2 4,6 4,6 3,6 3,4 1,8
Grafik 1. Rata Rata Geliat Selama 60 Menit PSDS Kontrol Negatif (PGA),
Kontrol Positif ( Asetosal ) dan Asam Mefenamat
8/17/2019 laporan praktikum Pengujian Aktivitas Analgetika
http://slidepdf.com/reader/full/laporan-praktikum-pengujian-aktivitas-analgetika 11/20
Perhitungan %Efektivitas Daya Analgesik Asetosal
%Efektivitas Daya Analgesik Asetosal
=
x 100%
=
x100% = 1%
%Efektivitas Daya Analgesik Asam Mefenamat
=
x 100%
=
x100%= 290,11%
Tabel 4. Daya Analgesik Obat
Grafik 2. Daya Analgesik Obat
0
10
20
30
40
50
5 10 15 20 25 30 35 40 45 50 55 60
Rata-rata geliat selama 60 menit
as mafenamat kontrol + kontrol -
DAYA ANALGESIK ZAT UJI
ASETOSAL 1
ASAM MEFENAMAT 290,11
8/17/2019 laporan praktikum Pengujian Aktivitas Analgetika
http://slidepdf.com/reader/full/laporan-praktikum-pengujian-aktivitas-analgetika 12/20
VII. Pembahasan
Pada praktikum kali ini akan dilakukan pengujian aktivitas analgetika.
Tujuan dari praktikum kali ini, guna mengenal berbagai cara untuk
mengevaluasi secara eksperimental aktivitas analgetika suatu obat dan
memahami dasar-dasar perbedaan daya analgetika berbagai obat analgetika.
Obat Analgetik Narkotik merupakan kelompok obat yang memiliki
sifat opium atau morfin. Analgetika narkotik, khusus digunakan untuk
menghalau rasa nyeri hebat, seperti pada fractura dan kanker. Meskipun
memperlihatkan berbagai efek farmakodinamik yang lain, golongan obat ini
terutama digunakan untuk meredakan atau menghilangkan rasa nyeri yang
hebat. Meskipun terbilang ampuh, jenis obat ini umumnya dapat
menimbulkan ketergantungan pada pemakai. Analgesik opioid merupakan
kelompok obat yang memiliki sifat-sifat seperti opium atau morfin.
Golongan obat ini terutama digunakan untuk meredakan atau
menghilangkan rasa nyeri. Tetapi semua analgesik opioid menimbulkan
adiksi/ketergantungan, maka usaha untuk mendapatkan suatu analgesik yang
ideal masih tetap diteruskan dengan tujuan mendapatkan analgesik yang
0
50
100
150
200
250
300
350
ASETOSAL AS.
MEFENAMAT
8/17/2019 laporan praktikum Pengujian Aktivitas Analgetika
http://slidepdf.com/reader/full/laporan-praktikum-pengujian-aktivitas-analgetika 13/20
sama kuat dengan morfin tanpa bahaya adiksi. Ada 3 golongan obat ini
yaitu, obat yang berasal dari opium-morfin, senyawa semisintetik morfin,
dan senyawa sintetik yang berefek seperti morfin.
Mekanisme kerja obat analgesik dengan menduduki reseptor opioid
(agonis opioid), bertindak seperti opioid endogen. Yang termasuk opioid
endongen adalah, endorfin dan enkephalin. Efek dari opioid yaitu,
respiratory paralisis (hati-hati dalam penggunaan karena dapat menyebabkan
kematian karena respirasi dapat tertekan), menginduksi pusat muntah
(emesis), supresi pusat batuk (antitusif) (kodein), menurunkan motilitas GI
tract (obat antidiare, yaitu loperamid), meningkatkan efek miosis pada mata,
menimbulkan reaksi alergi, urtikaria (jarang terjadi), mempengaruhi mood,
menimbulkan ketergantungan karena reseptor dapat berkembang.
Hal penting dari opioid:
• Dapat diberikan berbagai rute obat: oral, injeksi, inhalasi, dermal.
• Antagonis morfin (misalnya nalokson dan naltrekson): digunakan
apabila terjadi keracunan morfin.
• Rawan penyalahgunaan, sehingga regulatory obat diatur
(Tjay, 2002).
Obat Analgesik Non-Narkotik dalam Ilmu Farmakologi sering dikenal
dengan istilah Analgetik/Analgetika/Analgesik Perifer. Analgetika perifer
(non-narkotik), yang terdiri dari obat-obat yang tidak bersifat narkotik dan
tidak bekerja sentral. Penggunaan Obat Analgetik Non-Narkotik atau Obat
Analgesik Perifer ini cenderung mampu menghilangkan atau meringankan
rasa sakit tanpa berpengaruh pada sistem susunan saraf pusat atau bahkan
hingga efek menurunkan tingkat kesadaran. Obat Analgetik Non-Narkotik /
Obat Analgesik Perifer ini juga tidak mengakibatkan efek ketagihan pada
pengguna (berbeda halnya dengan penggunaan Obat Analgetika jenis
Analgetik Narkotik). Penggunaan analgetika perifer mampu meringankan
8/17/2019 laporan praktikum Pengujian Aktivitas Analgetika
http://slidepdf.com/reader/full/laporan-praktikum-pengujian-aktivitas-analgetika 14/20
atau menghilangkan rasa nyeri, tanpa mempengaruhi SSP atau menurunkan
kesadaran, juga tidak menimbulkan ketagihan. Kombinasi dari dua atau
lebih analgetik sering kali digunakan, karena terjadi efek potensiasi.
Mekanisme utama kerja obat analgetika non-narkotika adalah
menghambat enzim COX dan menurunkan produksi prostaglandin di
seluruh tubuh. Prostaglandin adalah suatu senyawa kimia yang diproduksi
oleh sel tubuh yang mengakibatkan rasa nyeri, panas badan, peradangan,
berperan dalam proses pembekuan darah dan melindungi lambung dari
asam. Dalam proses pembentukannya, prostaglandin membutuhkan suatu
enzim yang dinamakan enzim siklooksigenase (COX). Enzim
siklooksigenase ini terdiri dari dari 2 tipe, yakni COX-1 dan COX-2. Kedua
tipe enzim ini berperan menghasilkan prostaglandin yang memiliki fungsi
tertentu. Enzim COX-1 terdapat di perut; berfungsi mengontrol produksi
prostaglandin yang bertugas melindungi lambung dari asam. Enzim COX-2
terdapat dalam sel darah putih; berfungsi mengontrol produksi prostaglandin
yang berperan menghasilkan rasa sakit dan peradangan. Ketika enzimsiklooksigenasi dihambat, Prostaglandin yang berperan melindungi lambung
dan pembekuan darah pun menurun sehingga penggunaan NSAIDs dapat
mengakibatkan luka atau ulkus di lambung disamping gangguan pembekuan
darah.
Pada waktu mengevaluasi aktivitas obat analgesik perlu
diperhatikan bahwa metode eksperimental tidak selalu dapat
mendiskriminasikan dengan baik antara obat yang potensial sebagai
analgesik pada manusia. Oleh karena itu, evaluasi dilakukan dengan menilai
kemampuan zat uji untuk menekan atau menghilangkan rasa nyeri yang
diinduksi pada hewan percobaan berupa mencit yang meliputi secara
mekanik, termik, elektrik, dan secara kimia.
Metode yang dilakukan kali ini yaitu, metode induksi kimia dan
mencit jantan sebagai hewan uji dan asam asetat 0,7% v/v sebagai
8/17/2019 laporan praktikum Pengujian Aktivitas Analgetika
http://slidepdf.com/reader/full/laporan-praktikum-pengujian-aktivitas-analgetika 15/20
perangsang terbentuknya prostaglandin dan menimbulkan rasa nyeri pada
mencit. Metode ini cukup peka untuk pengujian analgetik, karena obat yang
mempunyai efek analgesik lemah pun dapat memberikan hasil yang positif.
Mencit putih jantan digunakan dengan alasan kondisi biologisnya
stabil bila dibandingkan dengan mencit betina yang kondisi biologisnya
dipengaruhi masa siklus estrus. Disamping keseragaman jenis kelamin,
hewan uji yang digunakan juga harus mempunyai keseragaman berat badan
(antara 20-30 gram), dan umur (3-4 bulan). Hal ini bertujuan untuk
memperkecil variabilitas biologis antar hewan uji yang digunakan, sehingga
dapat memberikan respon yang relative lebih seragam terhadap rangsangan
kimia yang digunakan.
Langkah pertama yang dilakukan adalah menimbang tiga mencit yang
akan diuji guna mengetahui berapa dosis yang akan diberikan kepada
mencit. Setelah itu, pemberian obat analgetik untuk mencit I diberikan
kontrol negatif yaitu PGA sebanyak 1,0ml sebagai kontrol negatif, mencit II
diberikan kontrol positif yaitu asam asetil salisilat sebanyak 1ml sebagai
kontrol positif dan mencit III diberikan obat uji berupa asam mefenamat
sebanyak 1,035ml yang pemeriannya diberikan secara oral. Asam
mefenamat digunakan sebagai pembanding karena obat ini memiliki
aktivitas dengan menghambat jalan enzim siklooksigenase sehingga
pembentukan prostaglandin terhambat dan dapat juga digunakan sebagai
pembanding dengan sampel yang diteliti. Setelah 30 menit, mencit I, mencit
II, dan mencit III disuntik secara intraperitonial dengan larutan induksi asam
asetat 0,7% sebanyak 0,25 ml untuk semua mencit. Pemberian dilakukan
secara intraperitonial karena untuk mencegah penguraian asam asetat saat
melewati jaringan fisiologik pada organ tertentu. Dan larutan asam asetat
dikhawatirkan dapat merusak jaringan tubuh jika diberikan melalui rute lain,
misalnya per oral, karena sifat kerongkongan cenderung bersifat tidak tahan
terhadap pengaruh asam. Selain itu pemberian pada peritoneal atau selaput
8/17/2019 laporan praktikum Pengujian Aktivitas Analgetika
http://slidepdf.com/reader/full/laporan-praktikum-pengujian-aktivitas-analgetika 16/20
gastrointestinal mencit memungkinkan sediaan lebih mudah diabsorbsi oleh
tubuh dan cepat memberikan efek.
Asam asetat merupakan asam lemah yang tidak terkonjugasi dalam
tubuh, pemberian sediaan asam asetat terhadap mencit akan merangsang
prostaglandin untuk menimbulkan rasa nyeri akibat adanya kerusakan
jaringan atau inflamasi. Prostaglandin menyebabkan sensitisasi reseptor
nyeri terhadap stimulasi mekanik dan kimiawi sehingga prostaglandin dapat
menimbulkan keadaan hiperalgesia, kemudian mediator kimiawi seperti
bradikinin dan histamin merangsangnya dan menimbulkan rasa nyeri yang
nyata. Akibat dari adanya rasa nyeri inilah mencit akan menggeliatkan kaki
belakangnya saat efek dari penginduksi ini bekerja.
Larutan asam asetat diberikan setelah 30 menit karena diketahui bahwa
obat yang telah diberikan sebelumnya sudah mengalami fase absorbsi untuk
meredakan rasa nyeri. Hal ini diharapkan agar obat yang diberikan belum
bekerja sehingga asam asetat langsung berefek dan juga mempermudah
pengamatan onset dari obat itu.
Beberapa menit setelah diberikan larutan asam asetat 0,7% mencit
menggeliat dengan ditandai perut kejang dan kaki ditarik ke belakang.
Jumlah geliat dihitung setiap 5 menit selama 60 menit atau 1 jam. Data yang
diperoleh dianalisis secara statistic berdasarkan analisis variansi dan
kebermaknaan perbedaan jumlah geliat antara kelompok kontrol dan
kelompok uji dianalisis dengan Student’s t -test.
Pada praktikum ini, hasil yang diperoleh adalah jumlah geliat
kelompok kontrol negatif, yaitu kelompok yang diberikan PGA, memiliki
jumlah rata-rata geliat yang paling banyak dibandingkan kelompok kontrol
positif dan kelompok uji, yaitu 161,67. Geliat di sini merupakan respon
nyeri hewan uji, dalam hal ini mencit, terhadap respon nyeri. Hal ini
dikarenakan mencit pada kelompok kontrol negatif tidak diberikan
8/17/2019 laporan praktikum Pengujian Aktivitas Analgetika
http://slidepdf.com/reader/full/laporan-praktikum-pengujian-aktivitas-analgetika 17/20
perlindungan dengan obat analgesik sehingga rasa nyeri yang dirasakan
sangat kuat dan menyebabkan mencit terus-menerus menggeliat.
Asam asetat merupakan asam lemah yang tidak terkonjugasi dalam
tubuh, pemberian sediaan asam asetat terhadap hewan percobaan akan
merangsang prostaglandin untuk menimbulkan rasa nyeri akibat adanya
kerusakan jaringan atau inflamasi. Prostaglandin meyebabkan sensitisasi
reseptor nyeri terhadap stimulasi mekanik dan kimiawi sehingga
prostaglandin dapat menimbulkan keadaan hiperalgesia, kemudian mediator
kimiawi seperti bradikinin dan histamin merangsangnya dan menimbulkan
nyeri yang nyata. Akibat dari adanya rasa nyeri inilah hewan percobaan akan
menggeliatkan kaki belakangnya saat efek dari penginduksi ini bekerja.
Pemberian sediaan asam asetat pada peritonial atau selaput gastrointestinal
hewan memungkinkan sediaan lebih mudah diabsorbsi oleh tubuh dan cepat
memberikan efek.
Dari hasil pengamatan, dapat dilihat bahwa jumlah geliat pada
mencit yang diberi asam mefenamat paling sedikit sehingga menunjukkan
bahwa mencit yang diberi analgesik non-narkotik berupa asam mefenamat
memberikan perlindungan yang sangat baik dalam menurunkan atau
menghilangkan rasa nyeri. Jumlah geliat dari mencit yang diberi asetosal
lebih banyak dari jumlah geliat mencit yang diberi asam mefenamat tetapi
lebih sedikit dari jumlah geliat mencit yang diberi PGA. Hal ini
menunjukkan mencit masih cukup merasakan nyeri meskipun telah
diberikan asetosal sebagai analgesiknya.
Asetosal dan asam mefenamat merupakan obat analgesik non
narkotik yang bekerja dengan menghambat biosintesis prostaglandin yang
menstimulasi SSP sehingga dapat menghambat terjadinya perangsangan
reseptor nyeri. Prostaglandin akan dilepaskan oleh sel yang mengalami
kerusakan. Pembentukan prostaglandin dihambat dengan menghambat
enzim siklooksigenase yang bertugas mengubah asam arakidonat menjadi
8/17/2019 laporan praktikum Pengujian Aktivitas Analgetika
http://slidepdf.com/reader/full/laporan-praktikum-pengujian-aktivitas-analgetika 18/20
endoperoksida (PGG2/PGH). PGH akan memproduksi prostaglandin
sehingga secara tidak langsung obat analgesik menghambat pembentukan
prostaglandin. Prostaglandin berperan pada nyeri yang berkaitan dengan
kerusakan jaringan atau inflamasi dan menyebabkan sensitivitas reseptor
nyeri terhadap stimulasi mekanik dan kimiawi.
Asetosal merupakan sediaan yang efektif terhadap nyeri dengan
intensitas rendah sampai sedang misalnya pada sakit kepala, mialgia,
atralgia dan nyeri lain yang berasal dari inegumen, sediaan ini juga efektif
terhadap nyeri yang berkaitan dengan inflamasi. Efek analgesikanya jauh
lebih lemah daripada efek analgesika opiat tetapi sediaan ini tidak
menimbulkan ketagihan efek samping sentral yang merugikan. Asetosal
bekerja dengan mengubah persepsi modalitas sensorik nyeri, tanpa
mempengaruhi sensorik lain. Pemberian asetosal dalam kelompok ini juga
akan menunjukkan efek analgesik setelah diberi penginduksi asam asetat.
Setelah dilakukan perhitungan persentase daya proteksi pada obat
analgesik yang diberikan pada mencit, ternyata dapat dilihat bahwa besarnya
daya proteksi asam mefenamat lebih besar daripada asetosal, yaitu 60,78%.
Hal ini kemungkinan dikarenakan efek analgesik yang ditimbulkan oleh
asam mefenamat lebih besar daripada yang ditimbulkan oleh asetosal
sehingga efektivitas daya analgesik asam mefenamat terhadap asetosal
sangat besar, yaitu 290,11%. Daya proteksi adalah kemampuan obat
analgesik dalam menurunkan atau menghilangkan nyeri. Semakin tinggi
daya proteksinya, maka semakin tinggi efek analgesiknya. Efektivitas daya
analgesik merupakan keefektifan sifat analgesik dari bahan uji. Oleh karena
itu, terdapat hubungan antara daya proteksi dengan efektivitas yang dapat
dikatakan bahwa semakin tinggi daya proteksi maka semakin tinggi
efektivitasnya. Dalam praktikum ini, yang memiliki daya proteksi dan
efektivitas yang baik adalah asam mefenamat.
8/17/2019 laporan praktikum Pengujian Aktivitas Analgetika
http://slidepdf.com/reader/full/laporan-praktikum-pengujian-aktivitas-analgetika 19/20
Pada pengujian ANOVA, didapatkan hasil F hitung sebesar 23,55
dan F kritis sebesar 3,490295. F hitung adalah nilai yang didapat dari hasil
output tabel ANOVA dan F kritis dapat dicari di tabel statistik atau F tabel.
Dari data tersebut, dapat diketahui bahwa F hitung > F kritis sehingga
hasilnya berbeda bermakna. Berbeda bermakna artinya pemberian obat
analgetik yang berbeda pada hewan uji mencit akan mempengaruhi
frekuensi geliat mencit, sesuai dengan efektivitas obat sebagai analgetik.
Pada pengujian lain juga dapat diketahui galat sebesar 214,9. Galat atau
error dapat didefinisikan sebagai selisih dari nilai atau hasil yang
diharapkan terjadi (expected value) dengan observasi atau kenyataan yang
terjadi di lapangan. Galat dapat berfungsi untuk menunjukkan efisiensi dari
satu jenis percobaan atau penelitian ke penelitan yang lain. Semakin kecil
galat berarti semakin kecil kesalahan dalam proses pengambilan data
sehingga berarti lebih bagus, begitu pun sebaliknya.
VIII. Simpulan
1.
Aktivitas analgetika suatu obat dapat dievaluasi secara eksperimentaldengan cara yaitu metode induksi kimia, yaitu memberikan stimulan
nyeri berupa asam asetat kepada mencit dengan 3 kelompok berbeda
yang antara lain disuntikkan PGA, asetosal, dan asam mefenamat.
Setalah itu data yang diperoleh dianalisis dengan Student’s t -test
serta dihitung daya proteksi obat uji terhadap rasa nyeri dan
efektivitas analgetiknya.
2. Daya analgetika terbesar berada pada asam mefenamat, hal ini
dibuktikan dari hasil daya proteksi asam mefenamat yang lebih besar
daripada asetosal, yaitu 60,78%. Selain itu, efektivitas daya
analgesik asam mefenamat terhadap asetosal sebesar 290,11%.
Daftar Pustaka
Ganong, W. F. 2003. Fisiologi Saraf & Sel Otot . Jakarta: EGC
8/17/2019 laporan praktikum Pengujian Aktivitas Analgetika
http://slidepdf.com/reader/full/laporan-praktikum-pengujian-aktivitas-analgetika 20/20
Hastuti, K. 2012. Analisis Komparasi Algoritma Klasifikasi Data Mining untuk
Prediksi Mahasiswa Non Aktif. Seminar Nasional Teknologi Informasi &
Komunikasi Terapan. Hal 241-249.
Kee, J. L. 1996. Farmakologi: Pendekatan Proses Keperawatan. Jakarta: EGC.
Moeliono , Marina A. 2008 . Physical Modalities in the Management of Pain .
Tersedia di http://pustaka.unpad.ac.id/wp-
content/uploads/2011/04/physical_modalities_in_the_management_of_pai
n.pdf (Diakses 25 April 2016)
Mudjajanti, V. N. 1999. Obat Obatan. Yogyakarta: Kanisius.
Smeltzer, Suzanne C. dan Bare, Brenda G. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal
Bedah Brunner dan Suddarth .Jakarta : EGC.
Tjay, T. H., dan K. Rahardja. 2007. Obat-obat Penting. Jakarta: PT Gramedia.
Tompunu, C., Hosea J. E., dan Hamidah S. S. 2013. Formulasi Sirup Analgesik
Ekstrak Etanol Daun Songgolangit (Tridax procumbens L.). Pharmacon.
Jurnal Ilmiah Farmasi. Vol 2 (3): 71-74.