Upload
boi-bolang
View
850
Download
13
Embed Size (px)
DESCRIPTION
mata kuliah kimia medisinal sub Bab ANALGETIKA
MAKALAH KIMIA MEDISINAL
“Analgetik : Non Steroid Anti Inflamation Drugs (NSAID’s)”
Kelompok :3
Nama :1. AditiaDwicahyo (09012002)
2. I made BayuAnggriawan (09012025)
3. KaniaAriyanti (09012029)
4. LinaAsriani (09012032)
5. Riaayikurniasih (09012046)
6. Uli Sulhiyyah (09012050)
Semester :VII
Dosenpembimbing :Drs. BinaLohita Sari, Mpd, Apt
SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI INDUSTRI DAN FARMASI BOGOR
2012
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, segalapujibagi Allah swt.karenaataskekuasaan-Nyasehingga kami
dapatmenyelesaikanmakalahinisebagaisalahsatuprasyaratpemenuhantugasdarimatakuliah Kimia
Medisinal. Kami mengucapkanterimakasihkepadaDosenPembimbing Mata Kuliah Kimia
Medisinal, IbuBinaLohita Sari, M.pd,Aptyang
telahmemberikankesempatandanmaterimasukanselama proses perkuliahan, yang
sangatberartidalampembuatanmakalah ini. Terimakasihkepadarekan–rekan yang
turutmengikutimatakuliahiniatassegala saran, kritikandanbantuannyaselama proses
pembuatanmakalahini.
Kami telahberusahauntukmenyempurnakanpenulisanmakalahininamunsebagaimanusia
kami akanmenyadariketerbatasanmaupunkekhilafandankesalahan yang tanpadisadari.
Oleh karena itu, saran dankritikuntukperbaikanmakalahiniakansangatdinantikan. Kami
berharapsemogadarimakalahinikitadapatmemperolehilmu yang bermanfaat.Amin.
Bogor, 28
September 2012
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Nyeri merupakan respon langsung terhadap kejadian peristiwa yang tidak
menyenangkan yang berhubungan dengan kerusakan jaringan seperti luka, inflamasi, atau
kanker, nyeri juga dapat dikatakan sebagai perasaan sensoris dan emosional yang tidak
enak dan yang berkaitan dengan (ancaman) kerusakan jaringan.Nyeri merupakan suatu
perasaan pribadi dimana ambang toleransi nyeri berbeda-beda bagi setiap orang.Ambang
nyeri didefinisikan sebagai tingkat (level), dimana nyeri dirasakan untuk pertama kali.
Sangat sulit untuk mengukur rasa nyeri, karena derajat nyeri yang dialami
seseorang tidak hanya bergantung pada stimulus dan persepsinya, tetapi juga pada
interpretasi yang bersangkutan.Penggunaan substansi analgesic untuk menghilangkan
nyeri telah diketahui sekurang-kurangnya sejak masa Hippocrates.Analgesic adalah obat
yang mencegah atau menghilangkan demam.
Analgetika merupakan suatu senyawa atau obat yang dipergunakan
untuk mengurangi rasa sakit atau nyeri (diakibatkan oleh berbagai rangsangan
pada tubuh missalnya rangsangan mekanis, kimiawi dan fisis sehingga menimbulkan
kerusakan pada jaringan yang memicu pelepasan mediator nyeri seperti brodikinin dan
prostaglandin yang akhirnya mengaktivasi reseptor nyeri di saraf perifer dan diteruskan
oleh otak yang secara umum dapat dibagi dalam dua golongan, yaitu analgetika non
narkotik (seperti: asetosat, parasetamol) dan analgetika narkotik (seperti : morfin).
Terkadang, nyeri dapat berarti perasaan emosional yang tidak nyaman dan berkaitan
dengan ancaman seperti kerusakan pada jaringan karena pada dasarnya rasa nyeri
merupakan suatu gejala, serta isyarat bahaya tentang adanya gangguan pada tubuh
umumnya dan jaringan khususnya. Meskipun terbilang ampuh jenis obat ini umumnya
dapat menimbulkan ketergantungan pada pemakai untuk mengurangi atau meredakan
rasa sakit atau nyeri tersebut maka banyak digunakan obat-obat analgetik (seperti :
parasetamol, asam mefenamat dan antalgin) yang bekerja dengan memblokir pelepasan
mediator nyeri sehingga reseptor nyeri tidak menerima rangsangan nyeri. Terdapat
perbedaan mencolok antara analgetika dengan anastetika umum.
I.2 Tujuan
1. Mengetahui jenis – jenis obat analgetika
2. Mengetahui dan memahami struktur kimia atau struktur dasar serta pengembangan
rantai samping dari obat analgetika terutama golongan NSAID’s (Non Steroid Anti
Inflamation Drugs)
BAB II
URAIAN UMUM
II.1 Definisi
Analgetika adalah senyawa yang dapat menekan fungsi system saraf pusat secara
selektif, digunakan untuk mengurangi rasa sakit tanpa mempengaruhi
kesadaran.Analgetika bekerja dengan meningkatkan nilai ambang persepsi rasa sakit.
II.2 Patogenesis
Nyeri adalah suatu gejala yang berfungsi untuk melindungi dan memberikan
tanda bahaya tentang adanya gangguan-gangguan pada tubuh; seperti peradangan,
infeksi-infeksi kuman, dan kejang otot. Sehingga sesungguhnya rasa nyeri berguna sebgai
“alarm” bahwa ada yang salah pada tubuh. Misalnya, saat seseorang tidak sengaja
menginjak pecahan kaca, dan kakinya tertusuk, maka ia akan merasakan rasa nyeri pada
kakinya dan segera ia memindahkan kakinya. Tetapi adakalanya nyeri yang merupakan
pertanda ini dirasakan sangat menggangu apalagi bila berlangsung dalam waktu yang
lama, misalnya pada penderita kanker.
a. Penyebab timbulnya rasa nyeri :
Adanya rangsangan-rangsangan mekanis/kimiawi ( kalor/listrik ) yang dapat
menimbulkan kerusakan-kerusakan pada jaringan dan melepaskan zat-zat tertentu
yang disebut mediator-mediator nyeri.
Mediator nyeri antara lain : histamin, serotonin, plasmakinin-plasmakinin,
prostaglandin-prostaglandin, ion-ion kalium. Zat-zat ini merangsang reseptor-reseptor
nyeri pada ujung saraf bebas di kulit, selaput lendir,dan jaringan, lalu dialirkan
melalui saraf sensoris ke susunan syaraf pusat ( SSP ) melalui sumsum tulang
belakang ke talamus dan ke pusat nyeri di otak besar (rangsangan sebagai nyeri).
b. Penggolongan Nyeri
Umumnya nyeri digolongkan menjadi 2 jenis:
1. Nyeri akut : nyeri yang tidak berlangsung lama. Berdasarkan sumber nyeri,
umumnya nyeri ini dibagi menjadi 3:
Nyeri permukaan: sumbernya adalah luka luar, iritasi bahan kimia, dan
rangsangan termal, yang hanya permukaan kulit saja.
Nyeri somatis dalam: biasanya bersumber dari luka/iritasi dari dalam
tubuh, seperti karena injeksi atau dari ischemia
Nyeri viseral: nyeri ini berasal dari organ-organ besar dalam tubuh, seperti
hati, paru-paru, usus, dll
2. Nyeri kronis : nyeri ini berlangsung sangat lama, bisa menahun, yang kadang
sumbernya tidak diketahui. Nyeri kronis sering diasosiasikan dengan penyakit
kanker dan arthritis. Salah satu tipe nyeri akut adalah neuropathic pain yang
disebabkan oleh suatu kelainan di sepanjang suatu jalur saraf. Suatu kelainan akan
mengganggu sinyal saraf, yang kemudian akan diartikan secara salah oleh otak.
Nyeri neuropatik bisa menyebabkan suatu sakit dalam atau rasa terbakar dan rasa
lainnya (misalnya hipersensitivitas terhadap sentuhan). Beberapa sumber yang
dapat menyebabkan nyeri neuropati ini adalah herpes zoster, dan phantom limb
pain, dimana seseorang yang lengan atau tungkainya telah diamputasi merasakan
nyeri pada lengan atau tungkai yang sudah tidak ada.
c. Pemberantasan rasa nyeri
1. Merintangi pembentukan rangsangan dalam reseptor nyeri perifer, oleh analgetika
perifer atau anestetika lokal.
2. Merintangi penyaluran rangsangan nyeri dalam syaraf-syaraf sensoris oleh
anestetika lokal.
3. Blokade pusat nyeri pada SSP dengan analgetika sentral ( narkotika ) atau
anestetika umum.
II.3 Penggolongan Analgetik
Berdasarkan aksinya, obat-abat analgetik dibagi menjadi 2 golongan :
1. Analgetika narkotik
Turunan morfin
Turunan meperidin
Turunan metadon
Turunan lain – lain (Tramadol, butorfanol tartrat)
2. Analgetika Non narkotik
Analgetika – antipiretika
o Turunan aniline dan para-Aminofenol
o Turunan 5- pirazolam
Obat antiradang bukan steroid (NSAID = Non Steroid Anti Inflamation Drug)
o Turunan asam salisilat
o Turunan 5 – pirazolidindion
o Turunan asam N- arilantranilat
o Turunan asam arilasetat
o Turunan asam heteroarilasetat
o Turunan oksikam
o Turunan lain – lain
Kedua jenis analgetik ini berbeda dalam hal mekanisme dan target aksinya.
1. Analgetik Narkotik / opioid
Analgetik opiad merupakan golongan obat yang memiliki sifat seperti
opium/morfin. Sifat dari analgesik opiad yaitu menimbulkan adiksi: habituasi dan
ketergantungan fisik. Oleh karena itu, diperlukan usaha untuk mendapatkan analgesik
ideal:
a. Potensi analgesik yg sama kuat dengan morfin
b. Tanpa bahaya adiksi
Obat yang berasal dari opium-morfin
Senyawa semisintetik morfin
Senyawa sintetik yang berefek seperti morfin
Analgetik opiad mempunyai daya penghalang nyeri yang sangat kuat dengan
titik kerja yang terletak di susunan syaraf pusat (SSP). Umumnya dapat mengurangi
kesadaran dan menimbulkan perasaan nyaman (euforia).. Analgetik opioid ini
merupakan pereda nyeri yang paling kuat dan sangat efektif untuk mengatasi nyeri
yang hebat.
Tubuh sebenarnya memiliki sistem penghambat nyeri tubuh sendiri (endogen),
terutama dalam batang otak dan sumsum tulang belakang yang mempersulit
penerusan impuls nyeri.Dengan sistem ini dapat dimengerti mengapa nyeri dalam
situasi tertekan, misalnya luka pada kecelakaan lalu lintas mula-mula tidak terasa
dan baru disadari beberapa saat kemudian.Senyawa-senyawa yang dikeluarkan oleh
sistem endogen ini disebut opioid endogen. Beberapa senyawa yang termasuk dalam
penghambat nyeri endogen antara lain: enkefalin, endorfin, dan dinorfin.
Opioid endogen ini berhubungan dengan beberapa fungsi penting tubuh seperti
fluktuasi hormonal, produksi analgesia, termoregulasi, mediasi stress dan
kegelisahan, dan pengembangan toleransi dan ketergantungan opioid.Opioid
endogen mengatur homeostatis, mengaplifikasi sinyal dari permukaan tubuk ke otak,
dan bertindak juga sebagai neuromodulator dari respon tubuh terhadap rangsang
eksternal.Baik opioid endogen dan analgesik opioid bekerja pada reseptor opioid,
berbeda dengan analgesik nonopioid yang target aksinya pada enzim.
Ada beberapa jenis Reseptor opioid yang telah diketahui dan diteliti, yaitu
reseptor opioid μ, κ, σ, δ, ε. (dan yang terbaru ditemukan adalah N/OFQ receptor,
initially called the opioid-receptor-like 1 (ORL-1) receptor or “orphan” opioid
receptor dan e-receptor, namum belum jelas fungsinya).
Reseptor μ memediasi efek analgesik dan euforia dari opioid, dan
ketergantungan fisik dari opioid.Sedangkan reseptor μ 2 memediasi efek depresan
pernafasan.Reseptor δ yang sekurangnya memiliki 2 subtipe berperan dalam
memediasi efek analgesik dan berhubungan dengan toleransi terhadap μ opioid.
reseptor κ telah diketahui dan berperan dalam efek analgesik, miosis, sedatif, dan
diuresis. Reseptor opioid ini tersebar dalam otak dan sumsum tulang belakang.
Reseptor δ danreseptorκ menunjukan selektifitas untuk ekekfalin dan dinorfin,
sedangkan reseptor μ selektif untuk opioid analgesic.
Mekanisme umumnya :
Terikatnya opioid pada reseptor menghasilkan pengurangan masuknya ion Ca2+
ke dalam sel, selain itu mengakibatkan pula hiperpolarisasi dengan meningkatkan
masuknya ion K+ ke dalam sel. Hasil dari berkurangnya kadar ion kalsium dalam sel
adalah terjadinya pengurangan terlepasnya dopamin, serotonin, dan peptida
penghantar nyeri, seperti contohnya substansi P, dan mengakibatkan transmisi
rangsang nyeri terhambat.
Efek-efek yang ditimbulkan dari perangsangan reseptor opioid diantaranya:
Analgesik
medullary effect
Miosis
immune function and Histamine
Antitussive effect
Hypothalamic effect
GI effect
Efek samping yang dapat terjadi:
Toleransi dan ketergantungan
Depresi pernafasan
Hipotensi, dll
Atas dasar kerjanya pada reseptor opioid, analgetik opioid dibagi menjadi:
1. Agonis opioid menyerupai morfin (pd reseptor μ, κ). Contoh: Morfin, fentanyl
2. Antagonis opioid. Contoh: Nalokson
3. Menurunkan ambang nyeri pd pasien yg ambang nyerinya tinggi
4. Opioid dengan kerja campur. Contoh: Nalorfin, pentazosin, buprenorfin,
malbufin, butorfanol.
Obat-obat Opioid Analgesics ( Generic name )
Alfentanil,Benzonatate,Buprenorphine, Butorphanol,
Codeine,Dextromethorphan, Dezocine, Difenoxin, Dihydrocodeine, Diphenoxylate,
Fentanyl, Heroin Hydrocodone, Hydromorphone, LAAM, Levopropoxyphene,
Levorphanol Loperamide, Meperidine, Methadone, Morphine,
Nalbuphine,Nalmefene, Naloxone,Naltrexone, Noscapine Oxycodone,
Oxymorphone, Pentazocine, Propoxyphene,Sufentanil.
Deskripsi Obat Analgesik opioid
1. Agonis Kuat
a. Fenantren
Morfin, Hidromorfin,dan oksimorfon merupakan agonis kuat yang
bermanfaat dalam pengobatan nyeri hebat. Heroin adalah agonis yang kuat
dan bekerja cepat
b. Fenilheptilamin
Metadon mempunyai profil sama dengan morfin tetapi masa kerjanya
sedikit lebih panjang. Dalam keadaan nyeri akut,potensi analgesik dan
efikasinya paling tidak sebanding dengan morfinLevometadil asetat
merupakan Turunan Metadon yang mempunyai waktu paruh lebih panjang
daripada metadon.
c. Fenilpiperidin
Meperidin dan Fentanil adalah yang paling luas digunakan diantara opioid
sintetik yang ada ,mempunyai efek antimuskarinik.subgrup fentanil yang
sekarang terdiri dari sufentanil dan alventanil.
d. Morfinan
Levorfanol adalah preparat analgesik opioid sintetik yang kerjanya mirip
dengan morfin namun manfaatnya tidak menguntungkan dari morfin.
2. Agonis Ringan sampai sedang
a. Fenantren
Kodein,Oksikodoa, dihidrokodeindan hidrokodon,semuanya mempunyai
efikasi yang kurang dibanding morfin,atau efek sampingnya membatasi
dosis maksimum yang dapat diberikan untuk memperoleh efek analgesik
yang sebanding dengan morfin,penggunaan dengan kombinasi dalam
formulasi-formulasi yang mengandung aspirin atau asetaminofen dan obat-
obat lain.
b. Fenilheptilamin
Propoksifen aktivitas analgesiknya rendah,misalnya 120 mg propoksifen =
60 mg kodein.
c. Fenilpiperidin
Difenoksilat dan metabolitnya,difenoksindigunakan sebagai obat diare dan
tidak untuk analgesik,digunakan sebagai kombinasi dengan atropin.
d. Loperamid
Loperamid adalah turunan fenilpiperidin yang digunakan untuk mengontrol
diare.Potensi disalahgunakan rendah karena kemampuannya rendah untuk
masuk ke dalam otak.
3. Mixed Opioid Agonist–Antagonists or Partial Agonists
a. Fenantren
Nalbufin adalah agonis kuat reseptor kapa dan antagonis reseptor mu, pada
dosis tinggi terjadi depresi pernafasan.
b. Buprenorfin
Buprenorfinadalah turunan fenantren yang kuat dan bekerja lama
danmerupakan suatu agonis parsial reseptor mu.Penggunaan klinik lebih
banyakmenyerupai nalbufin,mendetoksifikasi dan mempertahankan
penderitapenyalahgunaan heroin.
c. Morfinan
Butorfanol efek analgesik ekivalen dengan nalbufin dan buprenorfin,tetapi
menghasilkan efek sedasi pada dosis ekivalen ,merupakan suatu
agonisreseptor kapa.
d. Benzomorfan
Pentazosin adalah agonis reseptor kapa dengan sifat-sifat antagonisreseptor
mu yang lemah.Obat ini merupakan preparat campuran agonis-
antagonisyang tertua.
e. Dezosin
Dezosin adalah senyawa yang struktur kimianya berhubungan dengan
pentazosin, mempunyai aktivitas yang kuat terhadap reseptor mu dan kurang
bereaksi dengan reseptor kappa, mempunyai efikasi yang ekivalen dengan
morfin.
4. Antagonis Opioid
Nalokson dan Naltrekson merupakan turunan morfin dengan gugusan pengganti
pada posisi N, mempunyai afinitas tinggi untuk berikatan dengan reseptormu,
dan afinitasnya kurang berikatan dengan reseptor lain. Penggunan utama
nalokson adalah untuk pengubatan keracunan akut opioid, masa kerja nalokson
relatif singkat, Sedangkan naltrekson masa kerjanya panjang, untuk program
pengobatan penderita pecandu.individu yang mengalami depresi akut akibat
kelebihan dosis suatu opioid, antagonis akan efektif menormalkan pernapasan,
tingkat kesadaran, ukuran pupil aktivitas usus,dan lain-lain.
5. Drugs Used Predominantly as Antitussives
Analgesic opioid adalah obat yang paling efektif dari semua analgesik yang ada
untuk menekan batuk.Efek ini dicapai pada dosis dibawah dari dosis yang
diperlukan untuk menghasilkan efek analgesik.Contoh obatnya adalah
Dekstrometrofan, Kodein, Levopropoksifen.
2. AnalgetikNon-narkotik/Non-opioid
Obat-obatan dalam kelompok ini memiliki target aksi pada enzim, yaitu enzim
siklooksigenase (COX). COX berperan dalam sintesis mediator nyeri, salah satunya
adalah prostaglandin. Mekanisme umum dari analgetik jenis ini adalah mengeblok
pembentukan prostaglandin dengan jalan menginhibisi enzim COX pada daerah yang
terluka dengan demikian mengurangi pembentukan mediator nyeri . Mekanismenya
tidak berbeda dengan NSAID dan COX-2 inhibitors.
Efek samping yang paling umum dari golongan obat ini adalah gangguan
lambung usus, kerusakan darah, kerusakan hati dan ginjal serta reaksi alergi di
kulit.Efek samping biasanya disebabkan oleh penggunaan dalam jangka waktu lama
dan dosis besar.
Obat- obat Nonopioid Analgesics ( Generic name )
Acetaminophen, Aspirin, Celecoxib, Diclofenac,
Etodolac,Fenoprofen,Flurbiprofen, Ibuprofen, Indomethacin, Ketoprofen,
Ketorolac,Meclofenamate,Mefanamic acid Nabumetone, Naproxen,
Oxaprozin,Oxyphenbutazone, Phenylbutazone, Piroxicam Rofecoxib,
Sulindac,Tolmetin.
Deskripsi Obat Analgesik Non-opioid
a. Salicylates
Contoh Obatnya :Aspirin, mempunyai kemampuan menghambat
biosintesis prostaglandin. Kerjanya menghambat enzim siklooksigenase secara
ireversibel, pada dosis yang tepat,obat ini akan menurunkan pembentukan
prostaglandin maupun tromboksan A2 , pada dosis yang biasa efek sampingnya
adalah gangguan lambung( intoleransi ).Efek ini dapat diperkecil dengan
penyangga yang cocok ( minum aspirin bersama makanan yang diikuti oleh
segelas air atau antasid).
b. p-Aminophenol Derivatives
Contoh Obatnya :Acetaminophen (Tylenol) adalah metabolit darifenasetin.
Obat ini menghambat prostaglandin yang lemah pada jaringan perifer dan tidak
memiliki efek anti-inflamasi yang bermakna.Obat ini berguna untuk nyeri ringan
sampai sedang seperti nyeri kepala,mialgia,nyeri pasca persalinan dan keadaan
lain.efek samping kadang-kadang timbul peningkatan ringan enzim hati.Pada
dosis besar dapat menimbulkan pusing,mudah terangsang, dan disorientasi.
c. Indoles and Related Compounds
Contoh Obatnya :Indomethacin (Indocin), obat ini lebih efektif daripada
aspirin, merupakan obat penghambat prostaglandin terkuat. Efek samping
menimbulkan efek terhadap saluran cerna seperti nyeri abdomen,diare,
pendarahan saluran cerna,dan pankreatitis.serta menimbulkan nyeri kepala, dan
jarang terjadi kelainan hati.
d. Fenamates
Contoh Obatnya :Meclofenamate (Meclomen) ,merupakan turunan asam
fenamat,mempunyai waktu paruh pendek,efek samping yang serupa dengan obat-
obat AINS baru yang lain dan tak ada keuntungan lain yang melebihinya.obat ini
meningkatkan efek antikoagulan oral. Dikontraindikasikan pada kehamilan.
e. Arylpropionic Acid Derivatives
Contoh Obatnya :Ibuprofen (Advil), tersedia bebas dalam dosis rendah
dengan berbagai nama dagang.obat ini dikontraindikasikan pada mereka yang
menderita polip hidung, angioedema, dan reaktivitas bronkospastik terhadap
aspirin.Efek samping,gejala saluran cerna.
f. Pyrazolone Derivatives
Contoh Obatnya :Phenylbutazone (Butazolidin) untuk pengobatanartristis
rmatoid,dan berbagai kelainan otot rangka.obat ini mempunya efek anti-inflamasi
yang kuat. tetapimemiliki efek samping yang serius seperti agranulositosis,
anemia aplastik,anemia hemolitik,dan nekrosis tubulus ginjal.
g. Oxicam Derivative
Contoh Obatnya :Piroxicam (Feldene), obat AINS dengan struktur
baru.waktu paruhnya panjang untuk pengobatan artristis rmatoid,dan berbagai
kelainan otot rangka.efek sampingnya meliputi tinitus ,nyeri kepala,dan rash.
h. Acetic Acid Derivative
Contoh Obatnya:Diclofenac (Voltaren),obat ini adalah penghambat
siklooksigenase yang kuat dengan efek antiinflamasi,analgetik, dan antipiretik.
waktu parunya pendek. dianjurkanuntuk pengobatan artristis rmatoid,dan
berbagai kelainan otot rangka.efek sampingnya distres saluran cerna, perdarahan
saluran cerna,dan tukak lambung.
i. Miscellaneous Agents
Contoh Obatnya :Oxaprozin (Daypro), obat ini mempunyai waktu paruh
yang panjang.obat ini memiliki beberapa keuntungan dan resiko yang berkaitan
dengan obat AINS lain.
BAB III
URAIAN KHUSUS
III.1 Analgetika Non Narkotik
Analgetika non narkotik sering juga disebut analgetika-antipiretik atau Non
Steroidal Anti-Inflamantory Drugs (NSAID).
Analgetika non narkotik bekerja pada perifer dan sentral system saraf pusat.Obat
golongan ini digunakan untuk mengurangi rasa sakit yang ringan sampai moderat, untuk
menurunkan suhu badan pada keadaan panas badan yang tinggi dan sebagai antiradang
untuk pengobatan rematik.Analgetik-antipiretika digunakan untuk pengobatan
simptomatik, yaitu hanya meringankan gejala penyakit, tidakmenyembuhkan atau
menghilangkan penyebab penyakit.Obat golongan ini mengadakan potensiasi dengan
obat – obat penekan system saraf pusat.
Mekanisme Kerja
a. Analgesik
Analgetika non narkotik menimbulkan efek analgesic dengan cara menghambat
secara langsung dan selektif enzim – enzim pada system saraf pusat yang
mengkatalisis biosintesis prostaglandin, seperti siklooksigenase, sehingga mencegaj
sensitisasi reseptor rasa sakit oleh mediator – mediator rasa sakit, seperti bradikinin,
histamine, serotonin, prostasiklin, prostaglandin, ion – ion hydrogen dan kalium, yang
dapat merangsang rasa sakit secara mekanis atau kimiawi.
b. Antipiretik
Analgetika non narkotik menimbulkan kerja antipiretik dengan meningkatkan
eliminasi panas, pada penderita dengan suhu badan tinggi, dengan cara menimbulkan
dilatasi buluh darah perifer dan mobilisasi air sehingga terjadi pengenceran darah dan
pengeluaran keringat. Pengaruh obat pada suhu badan normal relative kecil.
Penurunan suhu tersebut adalah hasil kerja obat pada system saraf pusat yang
melibatkan pusat control suhu dihipotalamus.
c. Antiradang
Keradangan timbul karena pengaktifan fosfolipase A2 , enzim yang menyebabkan
pelepasan asam arachidonat yang kemudian diubah menjadi prostaglandin oleh
prostaglandin sintetase. Analgetik non narkotik menimbulkan efek antiradang melalui
beberapa kemungkinan, antara lain adalah menghambat biosintesis dan pengeluaran
prostaglandin dengan cara memblok secara terpulihkan enzim siklooksigenase
sehingga menurunkan gejala keradangan.
Mekanisme yang lain adalah menghambat enzim – enzim yang terlibat pada
biosintesis mukopolisakarida dan glikoprotein, meningkatkan pergantian jaringan
kolagen dengan memperbaiki jarringan penghubung dan mencegah pengeluaran
enzim – enzim lisosom melalui stabilisasi membrane yang terkena radang.
Analgetika non narkotik efektif untuk mengurangi keradangan tetapi tidak dapat
mencegah kerusakan jaringan pada penderita arthritis.
Berdasarkan struktur kimianya analgetika non narkotik dibagi menjadi 7
kelompok yaitu turunan salisilat, turunan aniline dan paraaminofenol, turunan 5-
pirazolon dan 5-pirazolidindion, turunan asam N-arilantranilat, turunan asam
arilasetat dan hetero arilasetat, turunan oksikam dan turunan lain – lain.
III.2 Obat Antiradang Bukan Steroid
Berdasarkan struktur kimianya obat antiradang bukan steroid dibagi menjadi tujuh
kelompok yaitu antara lain :
1. Turunan Asam Salisilat
Asam salisilat mempunyai aktivitas analgesic – antipiretik dan antirematik,
tetapi tidak digunakan secara oral karena terlalu toksik.Yang banyak digunakan
sebagai analgesic-antipiretik adalah senyawa turunannya.Turunan asam salisilat
digunakan untuk mengurangi rasa sakit pada nyeri kepala, sakit otot dan sakit yang
berhubungan dengan rematik.Kurang efektif untuk mengurangi sakit gigi, sakit pada
waktu menstruasi dan sakit karena kanker.Tidak efektif untuk mengurangi sakit
karena kram, kolik dan migraine.Turunan asam salisilat menimbulkan efek samping
iritasi lambung. Iritasi lambung yang akut kemungkinan berhubungan dengan gugus
karboksilat yang bersifat asam, sedang iritasi kronik kemungkinan disebabkan oleh
penghambatan pembetukan prostaglandin E1 dan E2, yaitu suatu senyawa yang dapat
meningkatkan vasodilatasi mukosa lambung, sehingga terjadi peningkatan sekresi
asam lambung dan vasokontriksi mukosa lambung, yang menyebabkan nekrosis
iskemik dan kerusakan mukosa lambung.
Untuk meningkatkan aktivitas analgesic – antipiretik dan menurunkan efek
samping, modifikasi struktur turunan asam salisilat telah dilakukan melalui empat
jalan, yaitu :
a. Mengubah gugus karboksil melalui pembentukan garam,ester atau amida.
Turunan tipe ini mempunyai efek antipiretik rendah dan lebih banyak untuk
penggunaan setempat sebagai counterirritant dan obat gosok karena diabsorbsi
dengan baik melalui kulit. Contoh : metilsalisilat, asetaminosalol, natrium
salisilat, magnesium salisilat dan salisilamida
b. Substitusi pada gugus hidroksil. Contoh asam asetilsalisilat (aspirin) dan
salsalat
c. Modifikasi pada gugus karboksil dan hidroksil. Modifikasi ini berdasarkan
pada prinsip salol, dan pada in vivo senyawa dihidrolisis menjadi aspirin.
Contoh : alumunium aspirin dan karbetil salisilat.
d. Memasukan gugus hidroksil atau gugus yang lain pada cincin aromatic atau
mengubah gugus – gugus fungsional. Contoh : flufenisal, diflunisal dan
meseklazon.
Hubungan struktur aktivitas turunan asam salisilat
a. Senyawa yang aktif sebagai antiradang adalah anioin salisilat. Gugus
karboksilat penting untuk aktivitas dan letak gugus hidroksil harus berdekatan
dengannya.
b. Turunan halogen, seperti asam 5-klorsalisilat, dapat meningkatkan aktivitas
tetapi menimbulkan toksisitas lebih besar.
c. Adanya gugus amino pada posisi 4 akan menghilangkan aktivitas.
d. Pemasukan gugus metal pada posisi 3 menyebabkan metabolisme atau
hidrolisis gugus asetil menjadi lebih lambat sehingga masa kerja obat menjadi
lebih panjang.
e. Adanya gugus aril yang bersifat hidrofob pada posisi 5 dapat meningkatkan
aktivitas.
R1 R2 Nama Obat
H OH Asam salisilat
H OCH3 Metil salisilat
H NH2 Salisilamida
COCH3 OH Asam asetil salisilat
f. Adanya gugus difluorofenil pada posisi meta dari gugus karboksilat
(diflunisal) dapat meningkatkan aktivitas analgesic, memperpanjang masa
kerja obat dan menghilangkan efek samping, seperti iritasi saluran cerna dan
peningkatan waktu pembekuan darah.
g. Efek iritasi lambung dari aspirin dihubungkan dengan gugus karboksilat.
Esterifikasi gugus karboksil akan menurunkan efek iritasi tersebut. Karbetil
salisilat adalah ester karbonat dari etil salisilat, ester ini tidak menimbulkan
iritasi lambung dan tidak berasa.
Contoh :
- Aspirin ( asam asetil salisilat, asetosal, aspro, rhonal ) digunakan sebagai
analgesic antipiretik dan antirematik. Pemberian aspiran pada dosis rendah dan
dalam waktu yang lama dapat digunakan untuk mencegah serangan jantung.
Aspirin juga digunakan untuk pengobatan thrombosis karena mempunyai efek
antiplatelet. Absorpsi aspirin dalam saluran cerna cepat, terutama pada usus kecil
dan lambung, dan segera terhidrolisis menjadi asam salisilat yang aktif. Asam
salisilat terikat oleh protein plasma kurang lebih 90%, kadar plasma tertinggi
aspirin dicapai dalam waktu 14 menit, sedang asam salisilat 0,5-1 jam. Waktu
paruh aspirin kurang lebih 17 menit, sedang asam salisilat kurang lebih 3,15 jam.
Dosis analgesic : 500 mg setiap 4 jam bila diperlukan.
- Salisilamid (orto-hidroksibenzamid) mempunyai aktivitas analgesic antipiretik
sama dengan aspirin, tetapi tidak menunjukkan efek antiradang dan antirematik.
Karena salisilamid tidak terhidrolisis menjadi asam salisilat maka yang
bertanggungjawab terhadap aktivitas analgesic adalah seluruh molekul. Dibanding
aspirin, salisilamid mempunyai awal kerja lebih cepat, lebih cepat diekskresikan
(masa kerja pendek) dan menimbulkan toksisitas yang relative lebih rendah. Pada
sediaan sering dikombinasikan dengan obat analgesic lain seperti asetaminophen.
Absorpsi obat dalam saluran cerna cepat, kadar plasma tertinggi mencapai dalm
waktu 0,3-2 jam, dengan waktu paruh kurang lebih 1 jam. Dosis analgesic 500 mg
3dd.
- Diflunisal (diflonid) mempunyai aktivitas analgesic, antiradang dan antipiretik
lebih besar disbanding aspirin. Absorpsi obat dalam saluran cerna cepat dan
sempurna, awal kerja obat kurang lebih 1 jam sesudah pemberian. Kadar plasma
tertinggi dicapai setelah kurang lenih 2 jam, dengan waktu paruh biologis dan
masa kerja kurang lebih 12 jam. Diflunisal efektif untuk mengurangi rasa nyeri
sesudah operasi dan osteoarthritis. Dosis analgesic 250 mg 2dd.
2. Turunan 5 – pirazolidindion
Turunan 5-pirazolidindion, seperti fenilbutazon dan oksifenbutazon, adalah
antiradang nonsteroid yang banyak digunakan untuk meringankan rasa nyeri yang
berhubungan dengan reumatik, penyakit pirai dan sakit persendian.Turunan ini
menimbulkan efek samping agranulositosis yang cukup besar dan iritasi lambung.
Hubungan struktur dan aktifitas
a. Turunan 5-pirazolidindion mengandung gugus keto (C3) yang dapat membentuk
gugus Enol aktif yang mudah terionisasi.
Mekanisme pembentukan gugus enol dapat dijelaskan sebagai berikut:
b. Substitusi atom H pada C4 dengan gugus metil akan menghilangkan aktifitas
antiradang karena senyawa tidak dapat membentuk gugus enol.
c. Penggantian satu atom N pada inti pirazolidindion dengan atom O, pemasukan
gugus metil dan halogen pada cincin benzene dan penggantian gugus n_butil
dengan gugus alil atau propel ternyata tidak mempengaruhi aktifitas antiradang,
atau aktifitasnya tetap.
d. Penggantian cincin benzene dengan siklopenten atau siklopentan akan membuat
senyawa menjadi tidak aktif.
e. Peningkatan keasaman akan menurunkan aktifitas antiradang dan meningkatkan
efek urikosurik.
Struktur Turunan 5-pirazolidindion
Contoh :
1. Fenilbutazon ,adalah suatu pra obat, dalam tubuh akan mengalami metabolisme, yaitu
hidroksilasi aromatic, menjadi oksifenbutazon yang aktif sebagai antiradang dan
analgesic. Penyerapan obat dalam saluran cerna cepat, 99% obat terikat oleh protein
plasma. Kadar plasma tertingginya dicapai dalam waktu 1 – 7 jam, dengan waktu
paruh 3 hari.
2. Oksifenbutazon (Tandearil, Reozon), menimbulkan efek samping iritasi lambung
yang lebih rendah disbanding fenilbutazon.
Penyerapan obat dalam saluran cerna cepat, 99% obat terikat oleh protein plasma.
Kadar plasma tertingginya dicapai dengan waktu 2 – 12 jam, dengan waktu paruh 2 –
3 hari.
Tandearil ditarik oleh pabriknya pada tahun 1985)
3. Sulfinpirazon (pKa=2,8), mengandung gugus sulfinil yang bersifat hidrofil, dapat
meningkatkan ekskresi asam urat sehingga digunakan untuk pengobatan penyakit
pirai yang kronik. Masa kerja sulfinpirazon relative pendek, pada manusia
mempunyai waktu paruh 2 jam, bila dibandingkan dengan fenilbutazon (pKa=4,5)
atau oksifenbutazon (pKa=4,7) yang memountai waktu paruh 48 – 72 jam.
4. Bumadizon kalsium semihidrat (eumotol), merupakan produk utama hidrolisis
fenilbutazon, mempunyai efek analgesic, antipiretik dan antiradang. Bumadizon
digunakan untuk pengobatan reumatik arthritis akut.
3. Turunan asam N- arilantranilat
Asam antranilat adalah analog nitrogen dari asam salisilat.Turunan asam N-
arilantranilat terutama digunakan sebagai antiradang untuk pengobatan rematik, den
sebagai analgesic untuk mengurangi rasa nyeriyang ringan dan moderat.Turunan ini
menimbulkan efek samping iritasi saluran cerna, mual, diare, nyeri abdominal,
anemia, agranulositosis dan trombositopenia.
Hubungan struktur-aktifitas
a. Turunan asam N-antranilat mempunyai aktifitas yang lebih tinggi bila pada cincin
benzene yang terikat atom N mempunyai substituent-substituen pada posisi 2,3
dan6.
Struktur turunan N-arilantranilat
R1 R2 R3 Nama obat Dosis
CH3 CH3 H Asam mefenamat 250 mg 4 dd
H CF3 H Asam flufenamat 150 mg 2 dd
Cl CH3 Cl Asam
meklofenamat
50 mg 3 dd
Glafenin (R= 7-Cl) 200 mg 4 dd
Floktafenin (R = 8-
CF3)
200 mg 4 dd
b. Yang aktif adalah turunan senyawa 2,3-disubstitusi. Hal ini menunjukan bahwa
senyawa mempunyai aktifitas yang lebih besar apabila gugus – gugus pada N-aril
berada diluar koplanaritas asam antranilat. Struktur tidak planar tersebut sesuai
dengan tempat reseptor hipotetik antiradang.
Contoh : adanya substituent orto-metil pada asam mefenamat dan orto-chlor pada
asam meklofenamat akan meningkatkan aktifitas analgesic.
c. Penggantian atom N pada asam antranilat dengan gugus-gugus isosterik seperti O,
S, dan CH2 dapat menurunkan aktifitas.
Contoh :
1. Asam mefenamat (ponstan,benostan,mefinal) memepunyai aktifitas analgesic 2 -3 kali
aspirin dan aktifitas antiradang seperlima kali fenilbutazon. Asam mefenamat banyak
digunakan untuk menghilangkan rasa nyeri setelah operasi gigi. Asam mefenamat
menimbulkan toksisitas hematopoitik dan efek samping iritasi lambung. Batas
keamanannya menurun bila diberikan dalam dosis yang besar dan jangka waktu yang
lama sehingga untuk pengobatan tidak boleh lebih dari 1 minggu.
Penyerapan obat dalam saluran cerna cepat dan hampir sempurna, 99% obat terikat
oleh protein plasma.Kadar plasma tertinggi dicapai dalam 2 jam setelah pemberian
oral, dengan waktu paruh plasma 3 – 4 jam.
2. Asam flufenamat (arlef) mempunyai aktivitas antireumatik lebih besar dan massa
kerja yang lebihpanjang dibandingkan asam mefenamat. Efek samping yang
ditimbulkan serupa dengan asam mefenamat.
Asam flufenamat digunakan untuk antireumatik dan analgesic.Penyerapan obat dalam
saluran cerna cepat, dengan waktu paruh plasma 3 jam.
3. Natrium meklofenamat (Meklomen), mempunyao aktivitas antiradang 25 kali lebih
besar disbanding asam mefenamat. Aktivitas antireumatiknya lebih besar disbanding
asam flufenamat. Meklofenamat digunakan terutama untuk mengurangi rasa nyeri
akibat keradangan, pada berbagai kondisi reumatik dan arthritis.
4. Glafenin (Glafen, Glifanan, Biofenin), aktivitas analgesiknya 5 kali lebih besar
dibanding aspirin dengan efek samping lebih rendah dan batas keamanan yang lebih
luas. Penyerapan obat dalam saluran cerna cepat, awal kerja obat 15-30 menit. Kadar
plasma tertinggi dicapai dalam waktu 1-2 jam setelah pemberian oral, dan masa kerja
obat 6-8 jam. Glafenin digunakan terutama untuk analgesic pada nyeri yang akut dan
kronik, missal nyeri setelah operasi.
5. Floktafenin (Idarac), merupakan analgesic dengan aktivitas yang hampir sama
dengan glafenin, digunakan terutama untuk mengurangi rasa nyeri yang akut dan
kronik. Penyerapan dalam saluran cerna cepat, dan obat segera termetabolisis menjadi
asam floktafenat yang aktif. Kadar plasma tertinggi dicapai dalam 0,5-2,5 jam setelah
pemberian oral.
4. Turunan asam arilasetat
Turunan ini mempunyai aktivitas antiradang dan analgesic yang tinggi dan
terutama digunakan sebagai antirematik. Seperti pada obat antirematik yang lain.
Turunan ini juga menimbulkan efeks samping iritasi saluran cerna cukup besar.
Struktur umum turunan arilasetat dan heteroarilasetat digambarkan sebagai berikut :
R1 = gugus alkil : turunan asam fenilasetat
R2 = gugus yang bersifat hidrofob
X = gugus yang bersifat elektronegatif (F atau Cl) yang terletak pada posisi meta dari
rantai samping
Contoh turunan asam fenilasetat : namoksirak, diklofenak-Na, ibufenak, fenbufen,
ibuprofen, ketoprofen dan fenoprofen.
Hubungan struktur aktivitas turunan asam arilasetat
Turunan asam arilasetat secara umum mempunyai gambaran struktur sebagai berikut :
1. Mempunyai gugus karboksil atau ekivalennya seperti asam enolat, asam
hidroksamat, sulfonamide dan tetrasol, yang terpisah oleh satu atom C dari inti
aromatic datar. Pemisahan dengan lebih dari satu atom C misal pada turunan asam
propionate atau butirat akan menurunkan aktivitas.
2. Adanya gugus α-metil pada rantai samping asetat dapat meningkatkan aktivitas
antiradangnya. Contohnya ibufenak tidak mempunyai gugus α-metil dab bersifat
hepatotoksik, turunan α-metilnya (ibuprofen) mempunyai aktivitas antiradang
lebih tinggi daripada ibufenak. Makin panjang jumlah atom C aktivitasnya makin
menurun.
3. Adanya α-substitusi menyebabkan senyawa bersifat optis aktif dan kadang-
kadang isomer 1 lebih aktif dibanding yang lain. Konfigurasi yang aktif adalah
bentuk isomer S. contoh : S (+) ibuprofen lebih aktif dibanding isomer (-), sedang
isomer (+) dan (-) fenoprofen mempunyai aktivitas yang sama.
4. Turunan ester dan amida juga mempunyai aktivitas antiradang karena secara
invivo dihidrolisis menjadi bentuk asamnya. Demikian pula untuk turunan alcohol
dan aldehida, secara invivo dioksidasi menjadi gugus karboksil.
Contoh turunan arilasetat :
1. Diklofenak-Na (voltaren, neurofenak) dan diklofenak K ( cataflan ) mempunyai
aktivitas antirematik, antiradang dan analgesic antipiretik, digunakan terutama untuk
mengurangi rasa nyeri akibat peradangan pada berbagai keadaan rematik dan kelainan
degenerative pada system otot rangka. Diklofenak diabsorpsi secara cepat dan
sempurna dalam lambung, kadang plasma tertinggi dicapai 2 jam setelah pemberian
oral, dengan waktu paruh eliminasi 3-6 jam. Dosis 25-50 mg 3dd.
2. Ibuprofen (brufen, ifen, motrim) mempunyai aktivitas antirematik, antiradang dan
analgesic antipiretik, digunakan terutama untuk mengurangi rasa nyeri akibat
keradangan pada berbagai kondisi rematik dan arthritis. Ibuprofen diabsirpsi dengan
cepat pada saluran cerna, kadar serum tertinggi terjadi dalam 1-2 jam setelah
pemberian oral, dengan waktu paruh 1,8-2 jam. Dosis 400 mg 3-4dd.
3. Ketoprofen (profenid) mempunyai aktivitas antiradang analgesic antipiretik,
digunakan terutama untuk mengurangi rasa nyeri akibat keradangan pada berbagai
keadaan rematik dan kelainan degenerative pada system otot rangka. Ketoprofen
diabsorpsi secara cepat dan sempurna dalam saluran cerna, kadar plasma tertinggi
dicapai dalam 0,5-1 jam setelah pemberian oral, dengan waktu paruh eliminasi
kurang lebih 2-3 jam. Dosis 50-100 mg 2dd.
4. Flurbiprofen (ansaid) aktivitas dan kegunaan serupa dengan ketoprofen. Dosis 50 mg
2dd.
5. Loksoprofen (loxonim) aktivitas dan kegunaan serupa dengan ketoprofen. Dosis 60
mg 3dd.
6. Fenbufen (cybufen) 3-(4-befenilil-karbonil) asam propionate, mempunyai aktivitas
antirematik, antiradang dan analgesic antipiretik digunakan terutama untuk
pengobatan rematik arthritis tulang, arthritis pirai dan mengurangi rasa nyeri pada
otot rangka. Fenbufen diabsorpsi secara cepat dalam saluran cerna, kadar plasma
tertinggi dicapai kurang lebih 2 jam setelah pemberian oral, dengan waktu paruh 6-15
jam. Dosis 300 mg 3dd.
Kadang-kadang pada cincin fenil bergabung cincin fenil lain, seperti pada turunan
naftalenasetat, contoh naproksen dan namebuton.
Hubungan struktuur dan aktifitas turunan naftalenasetat
1. Penggantian gugus OCH3 dengan SCH3 atau penggantian gugus COOH dengan
gugus alcohol atau aldehid, senyawa tetap aktif sebagai analgesic.
2. Penggantian gugus CH3 dengan gugus alkil yang lebih besar akan mennurunkan
aktifitas.
Contoh :
a. Naproksen ( naxsen ) mempunyai aktifitas anti radang dan analgesic
antipiretik, di gunakan terutama untuk mengurangi rasa nyeri dan anti radang
pada berbagai keadaan rematik dan kelainan degenerative pada system otot
rangka. Naproksen diabsobsi secara sempurna dalam saluran cerna
kadarplasma tertinggi dicapai 2-4 jam setelah pemberian oral, dengan waktu
paruh biologis kurang lebih 13 jam. Dosis 250-500 mg 2dd.
b. Namebuton ( relifex ) adalah praobat turunan keton dalam tubuh akan
termetabolisis menjadi senyawa aktif asam 6-metoksi-2 naftil-asetat, senyawa
analog naproksen, dengan sifat dan kegunaan yang mirip. Dosis tunggal 1000
mg.
5. Turunan asam heteroarilasetat
Hubungan struktur-aktivitas turunan asam heteroarilasetat
a. Pada turunan heteroarilasetat, seperti indometasin (areumatin), gugus karboksil
penting untuk aktivitas antiradang, penggantian dengan radang lain akan
menurunkan aktivitas.
b. Penggantian gugus C=O (X) dengan -CH2- akan menurunkan aktivitas. Adanya
gugus para halogen (R3), CF3 dan SCH3 dapat meningkatkan aktivitas.
c. Penggantian gugus metil (R2) dengan gugus aril akan menurunkan aktivitasnya.
d. Adanya gugus α-metil pada R1 menunjukkan aktivitas yang sama dengan
senyawa induk, sedang pemasukan α,α- dimetil akan mengurangi aktivitas.
e. Turunan Isosterik 1-indeninindenil mempunyai aktivitas yang serupa dengan
indometasin. Hilangnya atom N-heterosiklik menurunkan efek samping gejala
pada system saraf pusat dan mengurangi efek iritasi lambung. Meskipun
demikian, metabolitnya tidak larut dalam urin dan pada dosis tinggi menyebabkan
kristal uria sehingga tidak digunakan lagi dalam klinik.
f. Penggantian gugus metoksi dengan gugus F (R2) dan gugus Cl dengan gugus
metil sulfinil (R3), seperti yang terlihat pada sulindak, akan meningkatkan
kelarutan dalam urin dan menurunkan efek samping iritasi lambung.
Sulindak, mempunyai aktivitas antireumatik yang kurang lebih sama dengan
endometasin dan tidak menyebabakan efek samping nyeri kepala. Sulindak adalah
pra-obat, bentuk yang aktif adalah metabolit sulfidanya.
Sulindak mempunyai waltu paruh relative panjang, sehingga di klinik cukup
diberikan 2 kali sehari.Sulindak diserap dengan baik dalam saluran cerna, dan
kemudian dimetabolisis menjadi sulfide aktif.Kadar plasma tertinggi sulindak dicapai
dalam 1-2 jam setelah pemberian oral, sedang bentuk sulfidanya 3 jam.Waktu paruh
plasma sulindak 7-8 jam, sedang bentuk sulfidanya 16-18 jam.
Dosis: 100-200 mg 2dd.
Contoh turunan heteroasetat yang lain:
1. Fentiazak (donorest), digunakan sebagai antiradang yang kronik dan akut setra untuk
pengobatan arthritis. Dosis: 100 mg 3dd.
2. Asam Tiaprofenat (surgam), mempunyai aktivitas antiradang dan anlgesik antipiretik,
digunakan terutama untuk pengobatan rasa nyeri karena keradangan dan kelainan
degenerative pada system otot rangka, arthritis tulang, reumatik arthritis dan penyakit
pirai akut. Asam tiaprofenat diserap dengan baik dalam saluran cerna, 98% obat
terikat oleh protein plasma. Kadar plasma tertinggi dicapai dalam 0,5-1,5 jam setelah
pemberian oral, dengan waktu paruh plasma 1-2 jam. Dosis 200 mg 3dd.
3. Asam Metiazinat (soripal), mempunyai efek antiradang yang cukup besar, digunakan
pada semua kondisi reumatik, untuk meringankan rasa nyeri saraf otot dan untuk
pengobatan penyakit pirai akut. Dosis 500 mg 3-4dd.
4. Ketorolak trometamol (Toradol), dapat menghambat biosintesis prostaglandin,
mempunyai efek analgetik yang kuat, digunakan untuk mengatasi rasa nyesi sesudah
pembedahan. Diberikan secara injeksi, dengan dosis : 10 mg, diikuti 10-30 mg tiap 4-
6 jam.
Gambaran struktur pada turunan arilasetat dan heteroarilasetat yang diperlukan untuk
aktivitas antiradang ternyata juga dijumpai pada struktur obat antiradang tertentu,
seperti turunan salisilat, pirazolidindion dan N-arilantranilat, yaitu adanya gugus
aromatic yang bersifat planar, gugus yang bersifat asam dan struktur rantai samping
tertentu. Gugus aromatic dan asam diperlukan untuk pengikatan obat pada reseptor,
sedang rantai samping diperlukan untuk mengatur distribusi obat dalam menembus
membrane biologis.
6. Turunan oksikam
Turunan ini pada umumnya bersifat asam, mempunyai efek anti radang,
analgetik antipiretik, efektif untuk pengobatan simptomatik rematik arthritis,
osteoarthritis dan antipirai.
Contoh : Piroksikam, tenoksikam dan isoksikam.
a. Piroksikam ( feldene, indene, rosic, resixam ) mempunyai aktifitas analgesic,
anti rematik dan anti radang yang kurang lebih sama dengan indometasin,
dengan masa kerja cukup panjang. Kadang-kadang digunakan untuk
pengobatan penyakit pirai akut. Piroksikam menimbulkan efek samping iritasi
saluran cerna cukup besar. Piroksikan diabsorbsi dengan baik dalam saluran
cerna, kurang lebih 99% obat terikat oleh protein plasma. Kadar plasma
tertinggi di capai pada 3-5 jam setelah pemberian oral, dengan waktu paruh
plasma kurang lebih 30-60 jam. Dosis 20 mg per hari.
b. Tenoksikam ( tilcotil ) mempunyai aktifitas antiradang analgetik anti piretik
dan juga menghambat agregasi platelet. Tenoksikam digunakan terutama
untuk mengurangi rasa nyeri akibat mengurangi rasa nyeri akibat peradangan
dan kelainan degenerative pada system otot rangka. Efek samping iritasi
saluran cerna cukup besar. Teniksikam mempunyai masa kerja yang panjang,
dan waktu paruh biologisnya kurang lebih 72 jam dosis 20 mg per hari.
7. Turunan lain-lain
Seperti turunan yang terdahulu, turunan ini juga menimbulkan efek samping
iritasi saluran cerna, serta menyebabkan ketidaknormalan hematologis dan kadang-
kadang bersifat hepatotoksik atau nefrotoksik.
Contoh:
1. Benzidamin HCl (Tantum), mempunyai efek analgesic dan antiradang yang dapat
digunakan untuk pemakaian sistemik dan setempat. Benzidamin digunakan
sebagai antiradang pada urologi, pembedahan dan ortopedi. Dalam bentuk obat
kumur, benzidamin digunakan untuk kondisi keradangan pada rongga mulut dan
tenggorokan, serta untuk antiradang setelah operasi gigi. Dosis 50 mg 3dd.
Benzidamin HCl
2. Tinoridin (nonflamin), digunakan sebagai aniradang sesudah pembedahan,
pendarahan pada urologi, dan untuk meringankan rasa nyeri pada punggung, nyeri
sesudah ekstraksi gigi dan nyeri pada penyakit reumatik kronik. Dosis 50-100 mg
3dd.
Tinoridin
3. Asam niflumat (Niflucid), digunakan untuk mengurangi keradangan,
pembengkakan dan rasa sakit, serta efektif sebagai antireumatik. Dosis 250 mg
3dd.
BAB III
PENUTUP
III.1 Simpulan
Penambahan rantai samping pada struktur suatu obat dapat menurunkan atau
menaikkan aktifitas serta menghilangkan efek samping dari obat tersebut.Berikut adalah
turunan dari obat analgesic NSAID’s yang memiliki aktifitas obat:Turunan asam salisilat
(asam salisilat, salisilamida, asetosal), turunan 5-pirazolidindion (fenilbutazon,
sulfinpirazon), turunan N-arilantranilat (asam mefenamat), turunan asam arilasetat
(diklofenak, ibuprofen), turunan asam heteroarilasetat (asam tiaprofenat, fentiazak),
turunan oksikam (piroksikam, tenoksikam), turunan lain-lain (benzidamin, asam
niflumat).
DAFTAR PUSTAKA
Siswandono dan Bambang Soekardjo. 1995. Kimia Medisinal. Surabaya: Airlangga
University press.
Anonym. 2011. “Analgetic dan Obat-obatnya”.
Sumber :http://habib.blog.ugm.ac.id/kuliah/analgetic-dan-obat-obatnya/. Diakses tanggal:
28 september 2012, Jam : 14.00.