17
LAPORAN PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI FARMASI PENENTUAN POTENSI ANTIBIOTIKA Rabu, 6 Mei 2015 Kelompok XV Rabu, Pukul 13.30 – 16.30 WIB Nama NPM Tugas Kurnia Megawati 260110130122 Tujuan, Prinsip, Alat Bahan,Prosedur, Perhitungan, Pembahasan Imas Laili Lestari 260110130123 Editor, Teori Dasar, Hasil Data Pengamatan, Perhitungan, Pembahasan, Simpulan LABORATORIUM MIKROBIOLOGI FARMASI FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS PADJADJARAN 2015 Nilai TTD (Shintya Noor Amalya) (BenedictusGenta P)

Laporan Penentuan Potensi Antibiotika

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Laporan Penentuan Potensi Antibiotika

Citation preview

LAPORAN PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI FARMASIPENENTUAN POTENSI ANTIBIOTIKARabu, 6 Mei 2015Kelompok XVRabu, Pukul 13.30 16.30 WIB

NamaNPMTugasKurnia Megawati260110130122Tujuan, Prinsip, Alat Bahan,Prosedur, Perhitungan, PembahasanImas Laili Lestari260110130123Editor, Teori Dasar, Hasil Data Pengamatan, Perhitungan, Pembahasan, Simpulan

LABORATORIUM MIKROBIOLOGI FARMASIFAKULTAS FARMASIUNIVERSITAS PADJADJARAN2015NilaiTTD

(Shintya Noor Amalya) (BenedictusGenta P)

I. TUJUANMenentukan besarnya potensi sampel antibiotika di pasaran terhadap antibiotika standar.

II. PRINSIP1. Pengenceran AntibiotikaPengenceran antibiotika dilakukan untuk memberoleh variasi konsentrasi antibiotic. Pengenceran dilakukan dengan menggunakan pelarut berupa akuades steril dan dilakukan secara aseptis.2. Potensi AntibiotikaUji potensi antibiotika secara mikrobiologik adalah suatu teknik untuk menetapkan suatu potensi antibiotika dengan mengukur efek senyawa tersebut terhadap pertumbuhan mikroorganisme uji yang peka dan sesuai. Efek yang ditimbulkan pada senyawa uji dapat berupa hambatan pertumbuhan.3. Zona HambatTerbentuknya zona bening atau zona hambat menandakan adanya potensi dari antibiotik yang digunakan dalam menghambat dan membunuh bakteri.4. Teknik aseptisTeknik aseptis yaitu teknik yang digunakan dalam pencegahan kontaminasi selama membuat dan mensterilkan medium kultur. Tindakan aseptis ini bertujuan untuk mengurangi atau menghilangkan mikroorganisme yang terdapat pada permukaan benda hidup atau benda mati.5. Metode lempengMetode lempeng didasarkan pada difusi antibiotika dari silinder atau lubang yang yang dipasang tegak lurus pada lapisan agar padat dalam cawan petri atau lempeng, sehingga mikroba yang ditambahkan dihambat pertumbuhannya. Penghambatan pertumbuhan mikroba ini akan tampak sebagai diameter daerah hambat (DDH).III. TEORI DASARAntibiotika adalah zat-zat kimia yang dihasilkan mikro-organisme hidup terutama fungi dan bakteri tanah, yang memiliki khasiat mematikan atau menghambat pertumbuhan banyak bakteri dan beberapa virus besar, sedangkan toksisitasnya bagi manusia relatif kecil (Tjay, 2008). Antibiotik adalah segolongan senyawa, baik alami maupun sintetik, yang mempunyai efek menekan atau menghentikan suatu proses biokimia di dalam organisme, khususnya dalam proses infeksi oleh bakteri (Craig., 1998). Berdasarkan sifatnya antibiotik dibagi menjadi dua; antibiotik yang bersifat bakterisidal, yaitu antibiotik yang bersifat destruktif terhadap bakteri dan antibiotik yang bersifat bakteriostatik, yaitu antibiotik yang bekerja menghambat pertumbuhan atau multiplikasi bakteri (Saene, et al 2005).Berdasarkan mekanisme kerjanya dapat dibagi menjadi 5 kelompok yaitu: pengganggu metabolisme sel mikroba (sulfonamid, trimetoprin, asam p-aminosalisilat (PAS), dan Sulfon.), penghambat sintesis dinding mikroba (penisilin, sefalosporin, basitrasin, vankomisin, dan sikloserin), pengganggu permeabilitas membran sel mikroba (polimiksin, golongan polien serta berbagai antimikroba kemoterapeutik) penghambat sintesis protein sel mikroba (golongan aminoglikosid, makrolid, linkomisin, tetrasiklin, dan kloramfenikol), penghambat sintesis atau merusak asam nukleat sel mikroba (rifampisin, dan golongan kuinolon) (Jawetz et.al. 2005).Secara umum antibiotika terbagi atas (Tjay et al, 2008).: PenisilinPenisilin-G dan turunannya bersifat bakterisid terhadap terutama kuman Gram-positif (khususnya Cocci) dan hanya beberapa kuman Gram-negatif. Contohnya : Benzilpenisilin, Fenoksimetilpenisilin Kloksasilin, Asam Klavulanat, Ampisilin. SefalosporinSpektrum kerjanya luas dan meliputi banyak kuman Gram-positif dan Gram-negatif termasuk Escherichia coli. Berkhasiat bakterisid dalam fase pembunuhan kuman, berdasarkan penghambatan sintesa peptidoglikan yang diperlukan kuman untuk ketangguhan dindingnya. Contohnya : Sefaleksin, Sefamandol, Sefouroksin, Sefotaksim, Seftazidim, Aztreonam. AminoglikosidaAktivitasnya bakterisid, berdasarkan dayanya untuk mempenetrasi dinding bakteri dan mengikat diri pada ribosom di dalam sel. Proses translasi (RNA dan DNA) diganggu sehingga biosintesa proteinnya dikacaukan. Efek ini tidak saja terjadi pada fase pertumbuhan juga bila kuman tidak membelah diri. Contohnya : Streptomisin, Gentamisin, Amiksin, Neomisin Paromomisin. TetrasiklinMekanisme kerja berdasarkan diganggunya sintesa protein kuman. Spectrum kerjanya luas dan meliputi banyak cocci Gram-positif dan Gram-negatif serta kebanyakan bacilli, kecuali pseudomonas dan proteus. Contohnya : Tetrasiklin, Doksisiklin, Makrolida dan linkomisinEritromisin bekerja bakteriostatis terhadap terutama bakteri Gram-positif, dan spectrum kerjanya mirip penisilin-G. Mekanisme kerjanya melalui pengikatan reversible pada ribosom kuman, sehingga sintesis proteinnya dirintangi. Contohnya : Eritromisin, Azitromisin, Spiramisin, Linkomisin. PolipeptidaKhasiatnya adalah bakterisid berdasarkan aktivitas permukaannya dan kemampuannya untuk melekatkan diri pada membran sel bakteri, sehingga permeabilitas sel meningkat dan akhirnya sel meletus. Contohnya : Polimiksin B, Basitrasin, Gramsidin. Antibiotika lainnyaKhasiatnya bersifat bakteriostatis terhadap enterobacter dan Staphylococcus aureus berdasarkan perintangan sintesa polipeptida kuman. Contohnya : Kloramfenikol, Vankomisin, Asam fusidat, Mupirosin, Spektinomisin (Tjay et al, 2008).Suatu zat antimikroba yang ideal, memiliki toksisitas selektif. Istilah ini berarti bahwa suatu obat berbahaya bagi parasit tapi tidak membahayakan bagi inang. Umumnya toksisitas selektif lebih bersifat relatif dan bukan absolud, ini berarti bahwa suatu obat yang pada konsentrasi tertentu dapat ditoleransi oleh inang umum dapat merusak parasit (Tjay et al, 2008).Rifampisin merupakan senyawa antimikroba yang sampai saat ini masih menjadi pilihan sebagai obat anti TB (Tuberculosis). Dalam sediaan, rifampisin sering dikombinasikan dengan INH dan etambutol untuk mencapai efek farmakologi yang lebih baik. Bentuk sediaan yang banyak ditemukan diperdagangan umumnya tablet, kapsul atau kaplet, baik tunggal maupun kombinasi. Efek farmakologi rifampisin sebagai anti tuberkulotik berlangsung melalui mekanisme kerja penghambatan polimerase RNA yang bergantung pada DNA bakteri. Spektrum kerjanya luas, disamping terhadap mikobakteri, juga efektif terhadap sejumlah bakteri gram positif dan negatif (Mutschler, 1996).Dalam larutan basa rifampisin mudah teroksidasi dengan adanya oksigen atmosfer. Reaksi ini dapat dicegah dengan penambahan natrium askorbat sebagai anti oksidan. Disimpan dalam wadah tidak tembus cahaya, tertutup rapat terlindung dari panas berlebihan (Florey, 1976).Suatu antibiotika perlu ditentukan potensinya karena efek penggunaan antimikroba yang meningkat, sehingga meningkatkan pula efek resistensi berbagai mikroba patogen. Efektivitas daya hambat atau daya bunuh antimikroba sangat tergantung pada jumlah dan kekuatan zat aktifnya (Singgih, 2007).Metode umum dalam uji potensi antibiotik antara lain :1. Metode lempeng (silinder/kertas cakram)Metode ini didasarkan pada difusi antibiotik dari silinder yang dipasang tegak lurus pada lapisan agar padat dalam cawan petri atau lempeng yang berisi biakan mikroba uji pada jumlah tertentu. Sediaan antibiotika menghambat pertumbuhan mikroba yang ada pada lempeng agar (Singgih, 2007).2. Metode turbidimetriHambatan pertumbuhan biakan mikroba dalam larutan serbasama antibiotik, dalam media cair yang dapat menumbuhkan mikroba dengan cepat bila tidak terdapat antibiotik metode turbidimetri dilakukan pada sampel yang sulit larut dalam air, contohnya : gramisidin (Singgih, 2007).Bacillus subtilis adalah mikroorganisme tanah di mana-mana yang memberikan kontribusi untuk hara bersepeda ketika biologis aktif karena berbagai enzim yang dihasilkan oleh anggota spesies. Meskipun angka yang sebenarnya yang ada di lingkungan untuk thisspecies belum ditentukan, basil terjadi pada tingkat populasi 106-107 per gram tanah. Namun, kecuali tanah telah diubah terakhir dengan bahan organik memberikan nutrisi mudah dapat dipakai, basil ada di tahap endospora. Diperkirakan bahwa 60 sampai 100% dari populasi basil tanah ada di negara spora aktif (Alexander, 1977). Seperti kebanyakan anggota genus, B. subtilis adalah aerobik, kecuali dengan adanya glukosa dan nitrat, beberapa pertumbuhan anaerob dapat terjadi (Claus dan Berkeley, 1986).Bacillus merupakan bakteri Gram positif, berbentuk batang, beberapa spesies bersifat aerob obligat dan bersifat anaerobik fakultatif, dan memiliki endospora sebagai struktur bertahan saat kondisi lingkungan tidak mendukung. Menurut Fardiaz (1992) bentuk spora (endospora) Bacillus bervariasi bergantung pada spesiesnya. Endospora ada yang lebih kecil dan ada juga yang lebih besar dari pada diameter sel induknya. Pada umumnya sporulasi terjadi bila keadaan medium memburuk, zat-zat yang timbul sebagai pertukaran zat yang terakumulasi dan faktor luar lainnya yang merugikan (Backman et al.,1994).

Sumber gambar: http://anabio.vn/gioi-thieu-loi-khuan-bacillus-subtilis/IV. ALAT DAN BAHAN4.1 Alata. Cawan petri b. Inkubator c. Jangka sorong d. Labu ukur 100 ml e. Lampu spirtus f. Mikropipet g. Mortir dan stamfer h. Perforator i. Pinset j. Rak tabung k. Spatel l. Tabung reaksi besar m. Volume pipet berukuran 1 ml dan 10 ml 4.2 Bahana. Air suling steril b. Larutan desinfektanc. Media nutrien agar d. Pelarut sediaan uji e. Sediaan antibiotika standar dan sampel (Rifampisin)f. Suspensi bakteri Bacillus subtilis 4.3 Gambar Alat Cawan petriJangka sorong

Labu ukur 100 ml

Lampu spirtus

Mikropipet

Mortir dan Stamper

Perforator

Pinset Rak Tabung

Spatel

Tabung reaksi besar Volume pipet 1 ml

Volume pipet 10 ml

V. PROSEDURSuspensi bakteri disiapkan dalam Nutrien broth yang berumur 18-24 jam, bakteri ini harus homogen. Perbenihan nutrien agar dengan cara melarutkan sejumlah tertentu nutrien agar dalam aquades kemudian disterilkan dalam otoklaf selama 15 menit pada 121oC. Sediaan uji dimasukkan ke dalam labu ukur, dilarutkan dengan sedikit pelarutnya. Kemudian ditambahkan air suling steril sampai tanda batas. Jika sediaan uji berbentuk padat, gerus dahulu dalam mortir, sebelum dimasukkan dalam labu ukur. Pengenceran larutan sampel dan larutan standar direncanakan hingga didapat variasi dua seri dosis yang diinginkan (dosis tinggi, dosis menengah dan dosis rendah). Larutan inokulum dibuat dengan cara memasukkan suspensi biakan bakteri ke dalam nutrien agar yang telah disterilisasi. Dalam keadaan masih cair, nutrien agar yang telah mengandung suspensi bakteri tersebut dituangkan ke dalam cawan petri secara aseptis sebanyak 20 ml. Dibiarkan sampai membeku. Permukaan dasar cawan menjadi enam area sama besar. Diberi label masing-masing area tersebut tergantung variasi seri dosis yang akan digunakan. Enam cetakan reservoir (lubang) dibuat pada masing-masing cawan petri dengan menggunakan perforator secara aseptis. Reservoir tersebut dibuat dengan cara membuang agar yang ada dalam cetakan reservoir tersebut dengan menggunakan spatel. Hasil buangan tersebut dimasukkan ke dalam larutan desinfektan yang telah disediakan. Larutan sampel dan standar dimasukkan pada masing-masing reservoir sesuai dosis yang ditentukan dengan menggunakan mikropipet secara aseptis. Kemudian diinkubasikan dalam inkubator pada suhu 37oC selama 18-24 jam. Diameter daerah bening (zone lisis) yang terjadi di sekeliling reservoir yang telah mengandung antibiotika tersebut diukur dengan menggunakan jangka sorong dan dicatat. Lalu potensi antibiotic dihitung.

DAFTAR PUSTAKAAlexander, M. 1977. Introduction to Soil Microbiology. New York : John Wiley and Sons, Inc.Backman, PA, Brannnen PM and Mahaffe WF.1994. Plant Respon and Disease Control Followin Seed Inoculation with Bacillus sp. Australia: Pruc Third Int Work PGPR South Australia, March 7-11 1994.Claus, D. and R.C.W. Berkeley. 1986. Bergey's Manual of Systematic Bacteriology Vol. 2. Baltimore, MD : Williams and Wilkins Co.,. Craig, W.A. 1998. Choosing An Antibiotic On The Basis of Pharmacodynamics. England: J. New.Depkes RI. 1995. Farmakope Indonesia Edisi IV. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia.Dwidjoseputro, D. 2003. Dasar-Dasar Mikrobiologi. Djambatan. Jakarta.Florey, K.. 1976. Analytical Profiles of Drugs Substances Volume V. London: Academic Press. Jawetz, et al. 2005. Mikrobiologi Kedokteran. Salemba Medika. Jakarta.Mutschler, E. 1996. Arzneimittelwirkungen, 7 Neu Bearbeitete Auflage. Stuttgart : Wissenschaftliche Verlagsgeselschaft mbH. Saene, Van et al. 2005. Infection Control In The Intensive Care Unit. 2nd ed. Milan : Springer. Singgih, Maria. 2007. Uji Potensi Antibiotik. Tersedia online di http://digilib.si.itb.ac.id/go.php?id=jbptitbpp-gdl-s2-1990-sudding-1734 [diakses pada 10 Mei 2015].Thng Ba. 2015. Bacillus subtilis. Tersedia online di http://anabio.vn/gioi-thieu-loi-khuan-bacillus-subtilis/ [diakses pada 10 Mei 2015].Tjay, Tann Hoan., Rahardja, Kirana. 2008. Obat-Obat Penting. Jakarta : Elexmedia Komputindo.