26
BAB I PENDAHULUAN Malaria masih menjadi masalah kesehatan di dunia terutama negara tropis karena angka kesakitan dan kematiannya yang tinggi. Infeksi  Plasmodium  falciparum ini dapat menimbulkan gejala yang berat sampai kematian. Perbedaan  perjalanan pen yakit pada masing-masing individu salah satunya dipengaruhi oleh sistim imun. Malaria adalah penyakit infeksi parasit utama di dunia yang mengenai hampir 170 juta orang tiap tahunnya di hampir 103 negara endemis. Angka kematian yang dilaporkan mencapai 1    1,5 juta penduduk per tahun, khususnya daerah yang kurang terjangkau oleh pelayanan kesehatan. Di Indonesia, malaria masih menjadi masalah kesehatan. Menurut Menteri Kesehatan, malaria ditemukan di daerah-daerah terpencil dan sebagian besar  penderitanya dari golongan ekonomi lemah. Angka kesakitan akibat malaria sejak 4 tahun terakhir menunjukkan peningkatan. Penyakit malaria disebabkan oleh protozoa genus plasmodium, yang ditular-kan oleh nyamuk anopheles betina dan sudah dikenal sejak 3000 tahun yang lalu. Ada empat jenis plasmodium yang menyebabkan penyakit malaria pada manusia yaitu  Plasmodium falciparum,  P. vivax,  P. malariae dan  P. ovale. Diantara mereka,  P. falciparum adalah yang terpen-ting karena penyebarannya luas, angka kesakitan yang disebabkannya tinggi, bersifat ganas, sehingga menyebabkan malaria berat dan menimbulkan lebih dari dua juta kematian setiap tahun di seluruh dunia.  Plasmodium falciparum saat ini di dunia sudah ditemukan memiliki lebih kurang 14 strain. Di Indonesia strain-strain dari  P. falciparum sampai saat ini  belum dilaporkan.  P.falciparum terdiri dari sekitar 5300 gen dan 211 gen di antaranya berfungsi sebagai imunogen pada tubuh manusia. Perbedaan strain  P.falciparum akan memberikan gejala klinik, patologi, sifat transmisi, maupun respons terhadap pengobatan yang berbeda pula. Secara umum dikatakan imunitas terhadap malaria sangat kompleks karena melibatkan hampir seluruh komponen sis-tim imun baik imunitas spesifik

Laporan Pendahuluan Malaria Cerebral

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Laporan Pendahuluan Malaria Cerebral

Citation preview

  • 5/24/2018 Laporan Pendahuluan Malaria Cerebral

    1/26

    BAB I

    PENDAHULUAN

    Malaria masih menjadi masalah kesehatan di dunia terutama negara tropis

    karena angka kesakitan dan kematiannya yang tinggi. Infeksi Plasmodium

    falciparumini dapat menimbulkan gejala yang berat sampai kematian. Perbedaan

    perjalanan penyakit pada masing-masing individu salah satunya dipengaruhi oleh

    sistim imun.

    Malaria adalah penyakit infeksi parasit utama di dunia yang mengenai

    hampir 170 juta orang tiap tahunnya di hampir 103 negara endemis. Angka

    kematian yang dilaporkan mencapai 1 1,5 juta penduduk per tahun, khususnya

    daerah yang kurang terjangkau oleh pelayanan kesehatan.

    Di Indonesia, malaria masih menjadi masalah kesehatan. Menurut Menteri

    Kesehatan, malaria ditemukan di daerah-daerah terpencil dan sebagian besar

    penderitanya dari golongan ekonomi lemah. Angka kesakitan akibat malaria sejak

    4 tahun terakhir menunjukkan peningkatan.

    Penyakit malaria disebabkan oleh protozoa genus plasmodium, yang

    ditular-kan oleh nyamuk anopheles betina dan sudah dikenal sejak 3000 tahun

    yang lalu. Ada empat jenis plasmodium yang menyebabkan penyakit malaria pada

    manusia yaitu Plasmodium falciparum, P. vivax, P. malariae dan P. ovale.

    Diantara mereka, P. falciparum adalah yang terpen-ting karena penyebarannya

    luas, angka kesakitan yang disebabkannya tinggi, bersifat ganas, sehingga

    menyebabkan malaria berat dan menimbulkan lebih dari dua juta kematian setiap

    tahun di seluruh dunia.

    Plasmodium falciparumsaat ini di dunia sudah ditemukan memiliki lebihkurang 14 strain. Di Indonesia strain-strain dari P. falciparum sampai saat ini

    belum dilaporkan. P.falciparum terdiri dari sekitar 5300 gen dan 211 gen di

    antaranya berfungsi sebagai imunogen pada tubuh manusia. Perbedaan strain

    P.falciparum akan memberikan gejala klinik, patologi, sifat transmisi, maupun

    respons terhadap pengobatan yang berbeda pula.

    Secara umum dikatakan imunitas terhadap malaria sangat kompleks

    karena melibatkan hampir seluruh komponen sis-tim imun baik imunitas spesifik

  • 5/24/2018 Laporan Pendahuluan Malaria Cerebral

    2/26

    maupun non spesifik, imunitas humoral maupun seluler yang timbul secara alami

    maupun di dapat sebagai akibat infeksi. Sejak permulaan invasi stadium sporozoit

    yang diikuti stadium selanjutnya, timbul reaksi sitokin yang demikian kompleks

    terhadap parasit malaria sebagai akibat terpaparnya berbagai jenis sel sistim imun

    terhadap berbagai macam antigen plasmodium.

    Sitokin adalah suatu glikoprotein yang berasal dari sel T helper, sel natural

    killer (NK) dan makrofag, yang berperan penting pada respon tubuh melawan

    infeksi malaria. Sel T helper terdiri dari dua subset yang masing-masing

    menghasilkan sitokin pengatur perbedaan fungsi imun efektor dan bereaksi satu

    sama lain. Sel T helper tipe 1 (Th-1) menghasilkan IFN-(interferon gama), IL-2

    (interleukin-2) dan TNF- (tumor necrosis factor alfa). Sitokin ini mengaktifkan

    makrofag, untuk membentuk sitokin pro inflamasi seperti TNF-, IL-1 dan IL-6

    dan menginduksi mekanisme imun efektor sitotoksik dari makrofag. Sebaliknya,

    sel T helper tipe 2 (Th-2) menghasilkan IL-4, IL-5, IL-10 dan IL-13. Sitokin ini

    menginduksi pembentukan antibodi tetapi juga menghambat fungsi makrofag dan

    disebut sitokin anti inflamasi.

    TNF- merupakan sitokin yang bersifat sebagai pirogen. Pada kadar

    rendah ia dapat menghambat pertumbuhan stadium darah parasit dengan mengak-

    tifkan sistim imun seluler, dan juga dapat membunuh parasit secara langsung

    namun aktifitasnya lemah. Peran ganda dari sitokin terutama TNF- yaitu pada

    kadar yang tepat akan memberi perlindungan dan penyembuhan. Akan tetapi

    kadar berlebihan yang mungkin merupakan tanggapan terhadap hiperparasitemia

    dan pertumbuhan parasit yang berlebihan akan menyebabkan kerusakan jaringan

    yang sangat berat dan fatal.

    IL-10 ditemukan di dalam plasma penderita malaria akut, dihasilkan olehmonosit, sel Th-2 dan sel B, menghambat produksi sitokin pada Th-1 dan sel

    CD8+. IL-10 berfungsi sebagai down regulator pada makrofag/inhibitor

    makrofag, mengurangi presentasi antigen, mencegah sel Th-1 berproliferasi dan

    menekan produksi IFN-dan TNF-. Pada malaria serebral, peng-hambatan IFN-

    dan sekresi TNF- oleh sintesis IL-10 berperan penting dalam menetralkan

    patologi dari makrofag (Irawati ,dkk, 2008).

  • 5/24/2018 Laporan Pendahuluan Malaria Cerebral

    3/26

    Malaria serebral sering dijumpai pada daerah endemik seperti Jawa

    Tengah (Jepara), Sulawesi Utara, Maluku dan Irian Jaya. Di Sulawesi Utara

    mortalitasnya 30,5% sedangkan di RSUP Manado 50% (Suparman, 2005).

    Angka kejadian malaria cerebral pada kasus malaria dewasa yang di rawat

    di rumah sakit di beberapa daerah di Indonesia 3,18% - 14,8% dengan ratarata

    11% - 12%. Menurut kelompok usia, malaria cerebral menonjol pada kelompok

    usia produktif 1445 tahun. Menurut jenis kelamin perbandingan lakilaki dan

    perempuan (1,220 : 1). Menurut pekerjaan 66,7% merupakan petani (Wibisono,

    1995).

  • 5/24/2018 Laporan Pendahuluan Malaria Cerebral

    4/26

    BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    2.1 DEFINISIMalaria cerebral adalah malaria dengan penurunan kesadaran yang

    dinilai dengan skala dari Glasgow Coma Scale (GCS). Nilai GCS untuk

    penderita malaria dewasa

  • 5/24/2018 Laporan Pendahuluan Malaria Cerebral

    5/26

    kemerahan, berbentuk ginjal dengan ujung tumpul, pigmennya

    bergranul gelap.

    Gambar 1. Morfologi semua stadium Plasmodium falciparum

    b. Siklus Hidup Plasmodium (CDC, 2010)

    Gambar 2. Siklus Hidup Plasmodium

  • 5/24/2018 Laporan Pendahuluan Malaria Cerebral

    6/26

    Keterangan Gambar 2 :

    1)Siklus Hidup pada Manusiaa)Sporozoit melalui gigitan nyamuk anopheles betina masuk ke

    jaringan sub kutan lalu beredar dalam darah menuju hepar dan

    menyerang sel hepar.

    b)Parasit berkembang biak dan setelah 1-2 minggu skizon pecahdan melepasakan merozoit yang lalu masuk aliran darah untuk

    menginfeksi eritrosit.

    c)Dalam eritrosit, merozoit berkembang menjadi skizon yang pecahuntuk melepaskan merozoit yang punya kemampuan menginfeksi

    sel eritrosit baru. Proses perkembangan aseksual ini disebut

    skizogoni.

    d)Selanjutnya, setelah 48 jam eritrosit yang terinfeksi (skizon)pecah dan 6 - 36 merozoit yang keluar akan menginfeksi sel darah

    merah lainnya. Siklus ini disebut siklus erirositer.

    e)Setelah 2-3 minggu siklus skizogoni darah, sebagian merozoityang menginfeksi eritrosit akan membentuk stadium seksual

    (gamet jantan dan betina).

    2)Siklus Hidup pada Nyamuka)Nyamuk anopheles betina menghisap darah yang mengandung

    gametositpembuahan menjadi zigot.

    b)Zigot akan berkembang menjadi ookinet kemudian menembusdinding lambung nyamuk.

    c)Pada dinding luar lambung nyamuk, ookinet akan menjadi ookistadan selanjutnya mengeluarkan sporozoit.

    d)Sporozoit bersifat infektif dan siap ditularkan ke manusia.

    2.3 FAKTOR RISIKOa. Bayi dengan BBLR

    b. Hipoglikemi yang tidak tertangani (WHO et al., 2001)

  • 5/24/2018 Laporan Pendahuluan Malaria Cerebral

    7/26

    Gejala hipoglikemia dapat berupa gangguan kesadaran sampai koma.

    Bila sebelumnya penderita sudah dalam keadaan koma karena malaria

    serebral, maka komanya akan lebih dalam lagi.

    2.4 PATOGENESIS dan PATOFISIOLOGISampai saat ini masih belum memuaskan dan belum dimengerti

    dengan baik patogenesis dan patofisiologi malaria serebral. Ada tiga teori

    yang dikemukakan, yaitu Teori Mekanis (Sitoadherens, Rosetting dan

    Deformabilitas Eritrosit), Teori Toksik dan Teori Permeabilitas. Namun

    tidak banyak perbedaan antara ketiga teori tersebut dimana teori yang satu

    saling terkait dengan teori yang lain (Dondorp, 2005):

    a. Teori Mekanis1) Sitoadherens

    Plasmodium falciparum merupakan satu-satunya spesies

    yang dapat menginduksi sitoadherens ke endotelium vaskular

    eritrosit yang mengandung parasit matur. Sebagai parasit matur,

    protein parasit dibawa dan dimasukkan ke membran eritosit.

    Sitoadherens menyebabkan penyerapan eritrosit berparasit pada

    mikrosirkulasi, terutama kapiler dan post kapiler venula.

    Penelitian menunjukkan, penyerapan eritrosit berparasit lebih

    banyak pada otak, tetapi juga pada hati, mata, jantung, ginjal,

    intestinum dan jaringan adiposa. Penyerapan yang paling menonjol

    pada serebrum, serebelum (medula oblongata). Dari penelitian pada

    anak dengan malaria serebral didapatkan penyerapan eritrosit

    berparasit dan akumulasi platelet intravaskular, yang berperanadalah sitoadherens.

    2) Deformabilitas eritrosit dan rosetting.Eritrosit berparasit yang dapat melakukan sitoadherens juga

    dapat melakukan resetting, dimana berkelompoknya eritrosit

    berparasit yang diselubungi 10 atau lebih eritrosit non parasit.

    Proses ini mempermudah terjadinya sitoadherens karena obstruksi

    aliran darah dalam jaringan.

  • 5/24/2018 Laporan Pendahuluan Malaria Cerebral

    8/26

    Adanya sitoadherens, roset, penyerapan eritorsit berparasit

    dalam otak dan menurunnya deformabilitas eritrosit berparasit

    menyebabkan obstruksi mikrosirkulasi akibatnya terjadi hipoksia

    jaringan.

    b. Teori ToksikPada Malaria berat dengan infeksi berat, konsentrasi sitokin

    proinflamasi dalam darah seperti TNF alfa, IL-1. IL-6, dan IL-8

    meningkat, begitu juga dengan sitokin Th2 anti inflamasi (IL-4 dan IL-

    10). Stimulator yang menginduksi produksi sitokin proinflamasi oleh

    leukosit adalah glycosylphosphatidylinositol (GPI) yang dimiliki oleh

    Plasmodium falciparum. GPI (glycosylphosphatidylinositol)

    menstimulasi produksi TNF alfa dan juga limfotoksin. Kedua sitokin

    tersebut dapat meregulasi ekspresi ICAM-1 (intercellular adhesion

    molecule 1) dan VCAM-1 pada sel endotelium, kemudian terjadi

    penyerapan eritrosit berparasit di otak, dan menyebabkan koma.

    Peningkatan konsentrasi plasma TNF alfa pada pasien dengan malaria

    falciparum berhubungan dengan keparahan penyakit, termasuk koma,

    hipoglikemia, hiperparasitemia dan kematian.

    Selain hal tersebut, TNF alfa juga menyebabkan pelepasan NO

    (Nitrit Oksida). Pelepasan NO (Nitrit Oksida) mengakibatkan kelainan

    neurologis karena mengganggu neurotransmitter.

    c. Teori PermeabilitasTerdapat sedikit peningkatan permeabilitas vaskular pada malaria

    berat, namun Blood Brain Barrier (BBB) pada pasien dewasa dengan

    malaria serebral secara fungsional utuh. Penelitian pada anak anakafrika dengan malaria serebral memperlihatkan peningkatan

    permeabilitas BBB (Blood Brain Barrier) dengan disrupsi endotel

    interseluler.

    Penelitian yang dilakukan pada pasien dewasa dengan malaria

    serebral tidak memperlihatkan adanya oedem serebral. Namun pada

    anak anak afrika, frekuensi oedem serebral lebih banyak terjadi,

    meskipun tidak secara konsisten ditemukan.

  • 5/24/2018 Laporan Pendahuluan Malaria Cerebral

    9/26

    Disebutkan pula, pembukaan tekanan lumbal pungsi pada pasien

    dewasa biasanya normal, namun meningkat > 80% pada anak dengan

    malaria serebral. Peningkatan tekanan intrakranial sebagian disebabkan

    oleh penyerapan eritrosit berparasit oleh otak.

    Gambar 3. Platelet dan mikropartikel merupakan elemen patogenik pada

    malaria serebral

    Berdasarkan gambar 3 diatas diketahui bahwa (Combes; Coltel;

    Faille; Wassmer; Grau, 2006):

    Selama fase akut malaria serebral, terlihat adanya peningkatan level

    mikropartikel endotelial dalam plasma dari pasien mencerminkan aktivasi

    endotel secara luas dan atau terjadi perubahan, disebabkan karena

    peningkatan level TNF (Tumour Necrosis Factor). Secara in vitro, platelet

    dapat memperkuat ikatan antara erirosit berparasit (PRBC) dengan sel

    endotel dan menyebabkan molekul adhesi baru antara 2 tipe sel. Juga,

    platelet mampu menginduksi perubahan PRBC monolayer endotel, terutama

    dengan meningkatkan permeabilitas dan mempromosikan apoptosis.

    2.5 MANIFESTASI KLINISManifestasi klinis yang didapatkan pada malaria serebral dibagi

    menjadi 2 fase, yaitu (Munthe, 2001):

  • 5/24/2018 Laporan Pendahuluan Malaria Cerebral

    10/26

    a. Fase prodromal: gejala yang timbul tidak spesifik, penderita mengeluhsakit pinggang, mialgia, demam yang hilang timbul serta kadang-kadang

    menggigil, dan sakit kepala.

    b. Fase akut: gejala yang timbul menjadi bertambah berat dengantimbulnya komplikasi seperti sakit kepala yang sangat hebat, mual,

    muntah, diare, batuk berdarah, gangguan kesadaran, pingsan, kejang,

    hemiplegi dan dapat berakhir dengan kematian. Pada fase akut ini dalam

    pemeriksaan fisik akan ditemukan cornea mata divergen, anemia,

    ikterik, purpura, akan tetapi tidak ditemukan adanya tanda rangsang

    meningeal.

    2.6 PENEGAKKAN DIAGNOSISPenegakkan diagnosis malaria serebral adalah ditemukannya :

    a. Gejala klinik: trias malaria (demam, menggigil dan berkeringat), sakitkepala, gangguan mental, nyeri tengkuk, kaku otot dan kejang umum.

    b. Pemeriksaan fisik:1) Sering dijumpai splenomegali dan hepatomegali.2) Gangguan kesadaran atau koma (biasanya 24 72 jam) dewasa

    GCS < 11 dan anakBlantyre coma score< 3.

    c. Pemeriksaan Penunjang1) Pada pemeriksaan apusan darah tebal dan tipis dijumpai bentuk

    aseksual dari Plasmodium falciparum.

    2) Tidak ditemukan infeksi lain.3) Hipoglikemi, hiponatremi, hipofosfatemi, pleositosis sampai 80

    sel/mikron

    3

    , limfosit sampai 15 sel/mikron

    3

    .4) Analisa cairan serebrospinaladanya peningkatan limfosit > 15/ul.5) CT dan MRIedema serebral.

    2.7 DIAGNOSIS BANDINGa. Meningitis

    Untuk membedakan meningitis bakterial dan malaria cerebral

    diperlukan hasil dari pemeriksaan laboratorium, diantaranya penemuan

  • 5/24/2018 Laporan Pendahuluan Malaria Cerebral

    11/26

    plasmodium pada apusan darah, hitung leukosit pada CSS, kultur darah

    dan CSS, serta tes antigen bakteri pada CSS (berkley, mwang,

    mellington, mwarumba and marsh, 1999; Endang, 1992).

    b. Tifoid ensefalopatiPemeriksaan darah dapat menentukan jenis bakteri atau parasit

    yang menyebabkan ensefalopati yang di derita, baik akibat salmonella

    typhii maupun plasmodium (dept IKA usu, 2008).

    c. TetanusPada malaria dan tetanus yang terjadi pada anak sering

    menunjukkan gejala opistotonus. Hal tersebut harus dibedakan melalui

    anamnesis yang detail, seperti riwayat luka sebelumnya dan demam

    yang menyertai. pada tetanus terdapat riwat luka sebelumnya yang

    merupakan port de entry kuman Clostridium tetani. Riwayat demam

    hanya ditemukan pada 60% pasien tetanus. Pada malaria serebral gejala

    opistotonus biasanya dibarengi dengan keadaan koma (penurunan

    kesadaran), tidak seperti pada tetanus yang kesadarannya baik (dept IPD

    usu, 2008).

    d. Penyakit pembuluh darah otak (stroke hemoragik/nonhemoragik)Pada malaria serebral, demam timbul sebelum kelainan

    neurologik, sedangkan pada penderita stroke, demam timbul setelah

    kelainan neurologik dan biasanya dijumpai lateralisasi (Endang, 1992).

    e. Penyakit endokrin/metabolik (diabetes dan tiroid)Salah satu gejala malaria serebral adalah koma (penurunan

    kesadaran). Namun koma pada malaria serebral dan koma oleh

    penyebab lain harus dibedakan untuk penatalaksanaan. Koma diabetikdapat diketahui dari pemeriksaan gula darah. Koma hipotiroid dan krisis

    tiroid dapat diketahui dari gejala klinik yang lain (Endang, 1992).

    2.8 PENATALAKSANAANTerapi yang diberikan untuk pasien malaria serebrum karena infeksi

    Plasmodium falciparum berdasarkan pada terapi ACT (Artemisin

    Combination Therapy) (WHO, 2010)

  • 5/24/2018 Laporan Pendahuluan Malaria Cerebral

    12/26

    a. Pengobatan Lini1Tabel 1. Terapi ACT Lini - 1

    Setelah pemberian Lini 1, kemudian dipantau dari hari pertama

    pemberian sampai hari ke 28. Dikatakan gagal pengobatan Lini1, bila

    dalam 28 hari setelah pemberian obat:

    1) Gejala klinis memburuk dan parasit aseksual positif atau2) Gejala klinis tidak memburuk tetapi parasit aseksual tidak berkurang

    atau timbul kembali.

    b. Pengobatan Lini2Tabel 2. Terapi ACT Lini - 2

    Ha

    ri

    Jenis obat Jumlah tablet menurut kelompok umur

    Dosis tunggal0 - 1

    bulan

    211

    bulan

    14

    tahu

    n

    59

    tahun

    10

    14

    tahun

    > 15

    tahu

    n

    1

    Artesunate 1 2 3 4

    Amodiakuin 1 2 3 4

    Primakuin -- -- 1 2 2 - 3

    2

    Artesunate 1 2 3 4

    Amodiakuin 1 2 3 4

    3

    Artesunate 1 2 3 4

    Amodiakuin 1 2 3 4

    Ha

    ri

    Jenis obat Jumlah tablet menurut kelompok umur

    Dosis tunggal011

    bulan

    14

    tahun

    59

    tahun

    1014

    tahun

    > 15

    tahun

    1 Kina3 x 10

    mg/kg3 x 3 x 1 3 x 1 3 x (2-3)

  • 5/24/2018 Laporan Pendahuluan Malaria Cerebral

    13/26

    2.9 PENCEGAHANa. Pemberian obat anti malaria secara teratur pada anak tiap jadwal

    vaksinasi rutin untuk mencegah komplikasi malaria dan anemia.

    b. Vaksinasi malaria, saat ini sedang dalam proses pengembangan namunbeberapa penelitian telah menunjukkan hasil yang menjanjikan (Milner

    et al., n.d.).

    c. Penanganan segera dan kombinasi pengobatan antimalaria yang adekuat(WHO, 2010)

    d. Penegakan diagnosis secara dini (WHO et al., 2001)

    2.10 KOMPLIKASIa. Kecacatan

    b. Defisit neurologis, misalnya kelemahan, paralisis flaccid, kebutan,gangguan bicara dan epilepsi (WHO et al., 2001)

    c. Kematian (WHO, 2010)

    BB

    Doksisiklin -- -- -- 2 x 50mg 2 x 100mg

    Primakuin -- 1 2 2 - 3

    2 -

    3

    Kina

    3 x 10

    mg/kg

    BB

    3 x 3 x 1 3 x 1 3 x 2

    Doksisiklin -- -- -- 2 x 50mg 2 x 100mg

    Dosis Tetrasiklin -- -- --

    4 x 4

    mg/kg BB 4 x 250 mg

    Dosis Clindamycin -- -- --2 x 10

    mg/kg BB

    2 x 10

    mg/kg BB

  • 5/24/2018 Laporan Pendahuluan Malaria Cerebral

    14/26

    2.11 PROGNOSISTergantung pada (Zulkarnain dan setiawan, 2007; Harijanto, 2007):

    a. Kecepatan/ ketepatan diagnosis dan pengobatanMakin cepat dan tepat dalam menegakkan diagnosis dan pengobatannya

    akan memperbaiki prognosisnya serta memperkecil angka kematiannya.

    b. Kegagalan fungsi organSemakin sedikit bagian vital yang terganggu dan mengalami kegagalan

    dalam fungsinya, semakin baik prognosisnya.

    c. Kepadatan parasitPada pemeriksaan hitung parasit (parasite count) semakin padat/

    banyak jumlah parasitnya yang didapatkan, semakin buruk

    prognosisnya, terlebih lagi bila didapatkan bentuk skizon dalam

    pemeriksaan darah tepinya.

    d. Kadar laktat pada CSS (cairan serebro-spinal)Pada malaria serebral kadar laktat pada CSS meningkat, yaitu >2,2

    mmol/l. Bila kadar laktat >6 mmol/l memiliki prognosa yang fatal.

  • 5/24/2018 Laporan Pendahuluan Malaria Cerebral

    15/26

    BAB III

    PEMBAHASAN

    Sejak 1638, malaria sudah ditangani dengan menggunakan getah batang

    pohon Cinchona yang dikenal sebagai kina yang sebenarnya beracun, untuk

    menekan pertumbuhan protozoa dalam jaringan darah. Pada 1930, ahli obat-

    obatan Jerman berhasil menemukan Atabrine (Quinacrine hydrocloride) yang

    pada saat itu lebih efektif daripada quinine; dan kadar racunnya lebih rendah.

    Sejak akhir perang dunia kedua, klorokuin dianggap lebih mampu menangkal dan

    menyembuhkan demam rimba secara total dan lebih efektif dibandingkan atabrine

    atau quinine untuk menekan jenis-jenis malaria tanpa perlu digunakan secara terus

    menerus. Obat itu juga mengandung kadar racun paling rendah daripada obat-

    obatan terdahulu.

    Tapi baru-baru ini, strain Plasmodium falciparum, organisme yang

    menyebabkan malaria tropika memperlihatkan adanya daya tahan terhadap

    klorokuin serta obat anti malaria sintetik lainnya. Strain jenis ini ditemukan

    terutama di Vietnam, di semenanjung Malaysia, Afrika dan Amerika Selatan.

    Kina juga semakin kurang efektif terhadap strain Plasmodium falciparum. Seiring

    dengan munculnya strain parasit yang kebal terhadap obat-obatan itu, fakta bahwa

    beberapa jenis nyamuk pembawa (anopheles) telah memiliki daya tahan terhadap

    insektisida seperti DDT, telah mengakibatkan peningkatan jumlah kasus penyakit

    malaria di beberapa negara tropis. Sebagai akibatnya, kasus penyakit malaria juga

    mengalami peningkatan pada para turis dari Amerika dan Eropa Barat yang

    datang ke Asia dan Amerika Tengah dan juga di antara pengungsi-pengungsi dari

    daerah itu. Para turis yang datang ke tempat yang dijangkiti penyakit malaria yang

    tengah menyebar, dapat diberikan obat anti malaria sebagai profilaksis (obatpencegah) (Anon, 2007).

    Obat-obat pencegah malaria seringkali tetap digunakan hingga beberapa

    minggu setelah kembali dari bepergian. Mefloquine telah dibuktikan efektif

    terhadap strain malaria yang kebal terhadap klorokuin, baik sebagai pengobatan

    ataupun sebagai pencegahan. Namun demikian, obat itu saat ini sedang diselidiki,

    apakah dapat menimbulkan efek samping merugikan. Suatu kombinasi dari

    sulfadoxine dan pyrimethamine digunakan untuk pencegahan di daerah-daerah

  • 5/24/2018 Laporan Pendahuluan Malaria Cerebral

    16/26

    yang terjangkit malaria yang telah kebal terhadap klorokuin. Sementara itu,

    proguanil digunakan hanya sebagai pencegahan.

    Saat ini, para ahli masih tengah berusaha untuk menemukan vaksin untuk

    malaria. Beberapa vaksin yang dinilai memenuhi syarat, kini sedang diuji coba

    klinis dengan menggunakan sukarelawan untuk keamanan dan keefektifannya.

    Sementara itu, ahli lainnya sedang berupaya untuk menemukan vaksin untuk

    penggunaan umum. Riset pun sedang dilakukan untuk menemukan sejumlah obat

    dengan bahan dasar artemisin yang digunakan ahli obat-obatan Cina untuk

    menyembuhkan demam. Bahan itu terbukti efektif terhadap plasmodium

    falciparum, tapi masih sangat sulit untuk diperbanyak jumlahnya (Anon, 2007).

    Upaya penanggulangan juga dilakukan dengan pencarian penderita, yaitu

    dengan mass fever survey (pemeriksaan massal penderita demam) dilanjutkan

    pengobatan massal, penyuluhan, pemberantasan vektor malaria, yaitu nyamuk

    anopheles sp. Pemberantasan nyamuk itu bisa dilakukan dengan penyemprotan

    insektisida ICON 10 WP, seperti yang dilakukan di Banyumas, pegunungan

    Menoreh dan Kedu.

    Penduduk negara-negara yang umumnya masih terbelakang menemukan

    cara baru yang murah dan efektif dalam memerangi nyamuk Anopheles sp, yaitu

    dengan memanfaatkan sapi yang telah diolesi insektisida. Metode itu dilakukan

    mengingat nyamuk malaria menyukai binatang. Anopheles sendiri mencari

    makanan dengan mengisap darah binatang dan hanya sekali-sekali memangsa

    manusia. Mark Rowland dari London School of Hygiene and Tropical Medicine

    menyampaikan bahwa Anopheles stepheni dan Anopheles culicifaciespun gemar

    mengisap darah sapi.

    Uji coba kemudian dilakukan di enam kamp. penampungan parapengungsi Afganistan di provinsi Lembah Hangu, Pakistan. Para pengungsi

    mengolesi sapinya dengan deltametrin selama tiga kali musim malaria. Hasilnya,

    cara ini sama efektifnya dengan penyemproton rumah. Selain biayanya 80% lebih

    murah, cara ini pun lebih mudah dan aman bagi penduduk. Keuntungan lainnya

    adalah insektisida tersebut juga terbukti dapat membasmi kutu hewan, sehingga

    hewan itu semakin montok dan menghasilkan lebih banyak susu. Namun terbukti

    tidak mengkontaminasi daging sapi.

  • 5/24/2018 Laporan Pendahuluan Malaria Cerebral

    17/26

    Metode yang diterapkan oleh Rowland tersebut disambut dengan baik oleh

    WHO (World Health Organisation) yang kemudian mengusulkan agar metode

    Rowland tersebut diterapkan di Negara Negara Asia Tropis. Namun, metode

    Rowland tersebut hanya tepat digunakan pada jenis nyamuk yang menyukai

    binatang dan menghisap darah sapi. Rowland mengatakan bahwa metodenya

    mungkin tidak dapat diterapkan di Afrika karena jenis nyamuknya berbeda.

  • 5/24/2018 Laporan Pendahuluan Malaria Cerebral

    18/26

    BAB IV

    ASUHAN KEPERAWATAN

    4.1 Pengkajian Keperawatan1) Demam periodic

    a) Pada malaria tertiana (p. vivax & P. ovale) demam setiap harike-3

    b) Malaria quartana (P. malariae) demam tiap 4 hariDemam malaria terdiri dari 3 stadium yaitu:

    a) menggigil (15 menit-1 jam)b) puncakdemam (2 jam-6 jam)c) berkeringat (2 jam-4 jam)

    2) SplenomegaliLimpa mengalami kongesti, meghitam dean menjadi keras karena

    timbunan eritosit parasit dan jaringan ikat yang bertambah.

    3) AnemiaDerajat yang paling berat pada P. Falciparum. Anemia disebabkan

    oleh:

    a) penghancuran eritrosit yang berlebihanb) eritrosit normal tidak dapat hidup lama (reduce survivel time)c) gangguan pembentukan eritrosit karena depressi eritopoisis

    dalam sumsum tulang (Diseritopoisis)

    4) ikterus disebabkan karena Hemolisis dan gangguan hepar.5) berkeringat banyak6) menggigil

  • 5/24/2018 Laporan Pendahuluan Malaria Cerebral

    19/26

    7) mual & muntah8) oliguria (urin

  • 5/24/2018 Laporan Pendahuluan Malaria Cerebral

    20/26

    1.3 anjurkan klien minum banyak

    1.4 berikan antipiretik (kolaborasi)

    banyak berkeringat sehingga

    diperlukan penggantian cairan yang

    keluar dan peningkatan suhu dapat

    juga disebabkan oleh kekurangan

    cairan.

    1.4 antipiretik digunakan unutuk

    mengurangi demam dengan sasaran

    hipotalamus

    2) (resiko) ganguan perfusi jaringan cerebral/perifer b/d penurunansuplai O2ke otak / perifer

    intervensi rasional

    2.1 awasi tanda vital, pengisian kapiler,

    status membran mukosa, dan dasar

    kuku

    2.2 selidiki keluhan nyeri dada,

    palpitasi

    2.3 tinggikan tempat tidur sesuai

    toleransi

    2.4 anjurkan/ ajarkan klien untuk

    megurangi aktivitas/ istirahat

    2.5 awasi pemeriksaan HB, HT, SDM,

    dan GDA

    2.6 berikan oksigen tambahan O2

    2.1 indikator keadekauatan perfusi

    jarinan dan menentukan kebutuhan

    intervensi

    2.2 iskemia seluler mempengaruhi

    jaringan miokardial

    2.3 meningkatkan ekspansi paru dan

    memaksimalkan oksigenasi kebutuhan

    seluler

    2.4 mengurangi kebutuhan O2 terhadap

    jaringan

    2.5 megidentifikasi kebutahan

    pengobatan dan respon terapi

    2.6 memaksimalkan transpor O2 ke

    jaringan

  • 5/24/2018 Laporan Pendahuluan Malaria Cerebral

    21/26

    3) (resiko) kekurangan volume cairan b/d output berlebih sekunderterhadap muntah dan berkeringat banyak

    Intervensi rasional

    3.1 awasi tanda vital, pengisian kapiler,

    status membran mukosa, dan tugor kulit

    3.2 ukur haluran urune dengan akurat

    3.3 anjurkan klien minum air 1.500-

    2000 cc/hari sesuai toleransi

    3.4 kaji hasil tes fungsi elektrolit /ginjal

    3.5 berikan cairan melalui IV

    3.6 tambahan kalium, oral atau IV

    sesuai indikasi

    3.1 indikator keadekauatan volume

    sirkulasi dan cairan.

    3.2 Untuk mengetahui jml intake dan

    jml output

    3.3 memenuhi kebutuhan cairan &

    elektrolit3.4 gangguan vol cairan deapat

    menggangu fungsi ginjal dan

    memerlukan intervensi tambahan

    3.5 tindakan darurat untuk memperbaiki

    ketidak seimbangan ciran/elektrolit

    3.6 mencegah disritmia

    4) pola napas tidak efektif b/d penurunan HB dalam darahIntervensi rasional

    4.1 pantau TTV terutama respiratori

    4.2 berikan posisi semi powler

    4.3 anjurkan/ ajarkan klien untuk

    megurangi aktivitas/ istirahat

    4.4 berikan O2

    4.5 berikan transfusi (HB)

    4.1 indikator status respiratori

    4.2 meningkatkan ekspansi paru dan

    memaksimalkan oksigenasi kebutuhan

    seluler

    4.3 mengurangi kebutuhan O2 terhadap

    jaringan

    4.4 memaksimalkan transpor O2 ke

    jaringan

    4.5 memenuhi jumlah HB dalam darah

  • 5/24/2018 Laporan Pendahuluan Malaria Cerebral

    22/26

    dan meningkatkan transport O2 ke

    jaringan

    5) (resiko) kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d mual danmuntah

    Intervensi rasional

    5.1 timbang BB setiap hari

    5.2 berikan kebersihan oral

    5.3 anjurkan klien istirahat sebelum

    makan

    5.4 berikan anti emetik

    5.1 mengetahui perubahan nutrisi yang

    terjadi

    5.2 meningkatkan rasa makan

    5.3 menenangkan peristaltik dan

    meningkatkan energi unutk makan

    5.4 mengurangi mual & muntah

    6) Intoleren aktivitas b/d kelemahan fisikIntervensi rasional

    6.1 kaji kemampuan klien untukmelakukan tugas normal, catat laporan

    kelelahan, keletihan, dan kesulitan

    6.2 kaji kekuatan otot

    6.3 awasi TTV selama aktivitas

    6.4 berikan lingkungan tenang

    6.5 berikan bantuan dalam aktivitas bila

    perlu, mungkinkan klien untuk

    melakukan sendiri

    6.6 anjurkan klien untuk menghentikan

    aktivitas bila palpitasi, nyeri dada,

    6.1 mempengaruhi pilihanintervensi/bantuan

    6.2 indikator pemberian bantuan

    kebutuhan

    6.3 manivestasi kardiopulmonal dari

    upaya jantung dan paru untuk

    membawa jumlah O2 adekuat ke

    jaringan

    6.4 meningkatkan istirahat

    6.5 membantu bila perlu, untuk

    meningkatkan harga diri bila klien

    melakukan sendiri

    6.6 regangan/stress kardiopulmonal

    berlebihan/stress da[at menimbulkan

  • 5/24/2018 Laporan Pendahuluan Malaria Cerebral

    23/26

    napas sesak, kelemahan dan pusing

    terjadi.

    dekompensasi/kegagalan

  • 5/24/2018 Laporan Pendahuluan Malaria Cerebral

    24/26

    BAB V

    KESIMPULAN DAN SARAN

    5.1 KESIMPULAN1. Kasus malaria serebral yang merupakan infeksi Plasmodium

    falciparum masih sangat jarang ditemukan. Hal ini disebabkan karena

    keterlambatan penanganan malaria berat.

    2. Malaria serebral merupakan malaria kasus berat yang ditandai denganpenurunan kesadaran, dimana tingkat mortalitasnya tinggi pada anak

    anak.

    3. Perkembangan terapi malaria serebral sampai sekarang mengalamiperbaikan, dimana terapi ACT (Artemisin Combination Therapy) yang

    diberikan pada penderita malaria serebral terbukti efektif terhadap

    Plasmodium falciparum.

  • 5/24/2018 Laporan Pendahuluan Malaria Cerebral

    25/26

    DAFTAR PUSTAKA

    Anon. 2007. Plasmodium falciparum. [Online] Available at: HYPERLINK

    www.kalbe.co.id www.kalbe.co.id [Accessed 18 Mei 2014]

    Combes, Valery; N. Coltel; D. Faille; S. C. Wassmer; G. E. Grau. 2006. Cerebral

    malaria: role of microparticles and platelets in alterations of the blood-

    brain barrier. International Journal for Parasitology, 36, pp541-46.

    Divisi penyakit tropic dan infeksi departemen penyakit dalam FK USU/ RS

    H.adam malik. 2008. Tetanus. [Online] Available at: HYPERLINK

    ocw.usu.ac.id ocw.usu.ac.id [Accessed 18 Mei 2014]

    Divisi penyakit tropic departemen ilmu kesehatan anak FK USU/ RS H.adam

    malik .2008. Malaria Pada Anak. [Online] Available at: HYPERLINK

    ocw.usu.ac.id ocw.usu.ac.id [Accessed 18 Mei 2014]

    Er ror ! Bookmark not defined..2010. Biology: Malaria. [Online] Available at:

    HYPERLINK www.cdc.gov www.cdc.gov [Accessed 28 September

    2010]

    Dondorp, Arjen M. 2005.Pathophysiology, clinical presentation and treatment of

    cerebral malaria, 10, pp67-77. [Online] Available at: HYPERLINK

    www.neurology-asia.org www.neurology-asia.org [Accessed 18 Mei

    2014]

    Endang Haryanti Gani . 1992. Penatalaksanaan Malaria Berat Masa Kini.

    [Online] Available at: HYPERLINK www.kalbe.co.idwww.kalbe.co.id

    [Accessed 18 Mei 2014]

    Iskandar Zulkarnain dan Budi Setiawan. 2007. Malaria Berat dalam: Buku ajar

    Ilmu Penyakit Dalam jilid III ed IV. Jakarta: Pusat Penerbit DepartemenIlmu Penyakit Dalam. 1745-7

    J.A. Berkley, Mwang, F. Mellington, S. Mwarumba and K. Marsh. 1999. Cerebral

    malaria versus bacterial meningitis in children with impaired

    consciousness.Q J Med oxford Journal, 92, pp15157.

    Lili Irawati ,dkk. 2008. Ekspresi Tumor Necrosis Factor-Alfa (TNF-) Dan

    Interleukin-10 (IL-10) Pada Infeksi Malaria Falciparum. Jakarta:

    Universitas Andalas.

    http://www.kalbe.co.id/http://www.cdc.gov/nczved/divisions/dpd/http://www.cdc.gov/nczved/divisions/dpd/http://www.cdc.gov/http://www.cdc.gov/http://www.cdc.gov/http://www.neurology-asia.org/http://www.neurology-asia.org/http://www.neurology-asia.org/http://www.kalbe.co.id/http://www.kalbe.co.id/http://www.kalbe.co.id/http://www.kalbe.co.id/http://www.kalbe.co.id/http://www.kalbe.co.id/http://www.neurology-asia.org/http://www.neurology-asia.org/http://www.cdc.gov/http://www.cdc.gov/http://www.cdc.gov/nczved/divisions/dpd/http://www.kalbe.co.id/http://www.kalbe.co.id/
  • 5/24/2018 Laporan Pendahuluan Malaria Cerebral

    26/26

    Milner, D.A., Montgomery, J., Rogerson, S.J. & Seydel, K.B., n.d. Severe malaria

    in children and pregnancy: an update and perspective. Trends in

    Parasitology, 24(12), p.592.

    Munthe, C. E. 2001. Laporan Kasus: Malaria Serebral, 131. [Online] Available

    at: HYPERLINK www.kalbe.co.idwww.kalbe.co.id [Accessed 18 Mei

    2014]

    Paul N. Harijanto. 2007. Malaria dalam: Buku ajar Ilmu Penyakit Dalam jilid III

    ed IV. Jakarta: Pusat Penerbit Departemen Ilmu Penyakit Dalam. 1732-43

    Suparman, Eddy. 2005. Malaria pada Kehamilan. [Online] Available at:

    HYPERLINKwww.kalbe.co.id www.kalbe.co.id [Accessed 18 Mei 2014]

    WHO, 2010. Guideline for the treatment of malaria. Publication. Switzerland:

    WHO Press World Health Organization.

    WHO, UNDP & UNICEF, 2001. Roll Back Malaria. [Online] Roll Back Malaria

    Partnership Available at: HYPERLINK

    "http://www.rollbackmalaria.org/cmc_upload/0/000/015/367/RBMInfoshe

    et_6.pdf"

    http://www.rollbackmalaria.org/cmc_upload/0/000/015/367/RBMInfoshee

    t_6.pdf [Accessed 18 Mei 2014].

    Wibisono BH. 1995. AspekKlinis Malaria Otak Pada Orang Dewasa. AMI, vol.

    XXVII, Nomor Gabungan. 189215

    Wita Pribadi, saleha Sungkar. 1994.Malaria. Jakarta: Balai Penerbit FK UI.

    http://www.kalbe.co.id/http://www.kalbe.co.id/http://www.kalbe.co.id/http://www.kalbe.co.id/http://www.kalbe.co.id/http://www.kalbe.co.id/http://www.kalbe.co.id/http://www.kalbe.co.id/