22
LAPORAN PENDAHULUAN ASKEP MALARIA LAPORAN PENDAHULUAN ASKEP MALARIA A. Konsep Dasar Teori 1. Pengertian Malaria adalah penyakit yang bersifat akut maupun kronik yang disebabkan oleh protozoa genus plasmodium yang ditandai dengan demam, anemia dan splenomegali (Mansjoer, 2001, hal 406). Malaria adalah infeksi parasit pada sel darah merah yang disebabkan oleh suatu protozoa spesies plasmodium yang ditularkan kepada manusia melalui air liur nyamuk (Corwin, 2000, hal 125). Malaria adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh protozoa obligat intraseluler dari genus plasmodium (Harijanto, 2000, hal 1). Malaria adalah penyakit infeksi dengan demam berkala, yang disebabkan oleh Parasit Plasmodium dan ditularkan oleh sejenis nyamuk Anopeles (Tjay & Raharja, 2000).

Laporan Pendahuluan Askep Malaria

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Laporan Pendahuluan Askep Malaria

LAPORAN PENDAHULUAN ASKEP MALARIA

LAPORAN PENDAHULUAN ASKEP MALARIA

A.     Konsep Dasar Teori

1. Pengertian

Malaria adalah penyakit yang bersifat akut maupun kronik yang disebabkan oleh

protozoa genus plasmodium yang ditandai dengan demam, anemia dan splenomegali

(Mansjoer, 2001, hal 406).

Malaria adalah infeksi parasit pada sel darah merah yang disebabkan oleh suatu

protozoa spesies plasmodium yang ditularkan kepada manusia melalui air liur nyamuk

(Corwin, 2000, hal 125).

Malaria adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh protozoa obligat intraseluler dari

genus plasmodium (Harijanto, 2000, hal 1).

Malaria adalah penyakit infeksi dengan demam berkala, yang disebabkan oleh Parasit

Plasmodium dan ditularkan oleh sejenis nyamuk Anopeles (Tjay & Raharja, 2000).

Page 2: Laporan Pendahuluan Askep Malaria

2. Etiologi

Menurut Harijanto (2000) ada empat jenis plasmodium yang dapat menyebabkan infeksi

yaitu,

a. Plasmodium vivax, merupakan infeksi yang paling sering dan menyebabkan malaria

tertiana/ vivaks (demam pada tiap hari ke tiga).

b. Plasmodium falciparum, memberikan banyak komplikasi dan mempunyai

perlangsungan yang cukup ganas, mudah resisten dengan pengobatan dan

menyebabkan malaria tropika/ falsiparum (demam tiap 24-48 jam).

c. Plasmodium malariae, jarang ditemukan dan menyebabkan malaria

quartana/malariae (demam tiap hari empat).

d. Plasmodium ovale, dijumpai pada daerah Afrika dan Pasifik Barat, diIndonesia

dijumpai di Nusa Tenggara dan Irian, memberikan infeksi yang paling ringan dan

dapat sembuh spontan tanpa pengobatan, menyebabkan malaria ovale.

Masa inkubasi malaria bervariasi tergantung pada daya tahan tubuh dan spesies

plasmodiumnya. Masa inkubasi Plasmodium vivax 14-17 hari, Plasmodium ovale

11-16 hari, Plasmodium malariae 12-14 hari dan Plasmodium falciparum 10-12 hari

(Mansjoer, 2001).

Page 3: Laporan Pendahuluan Askep Malaria

Epidemiologi

Penyakit malaria merupakan masalah kesehatan di Indonesia, khususnya di bagian

Indonesia Timur.

Angka mortalitas 20,9 – 50 %. NTT daerah endemis malaria penyakit ini menduduki

rangking ke 2 dari 10 besar dari penyakit utama di Puskesmas.

Berdasarkan Profil Kesehatan Propinsi NTT dari tahun 1996 s/d 1997, Insiden penyakit

malaria yang diukur berdasarkan Annual Malaria Incidence (AMI) sejak tahun 1996 s/d

1997 cenderung meningkat, seperti terlihat pada data berikut : tahun 1996 sebesar 189,17

‰, sedangkan pada tahun 1997 sebesar 197,5 ‰ sedangkan Parasite Rate (PR)

mengalami penurunan dari tahun 1996 sebesar 4,41% dan pada tahun 1997 sebesar

1,77%, namun jika dilihat perdesa masih ada desa dengan RP > 10 %, disamping itu

penyakit malaria ini juga sering menimbulkan Kejadian Luar Biasa (Kanwil Depkes. NTT,

1998)

Cara Penularan dan siklus hidup

Tergantung faktor setempat; seperti pola curah air hujan, kedekatan antara lokasi

perkembangbiakan nyamuk dengan manusia, dan jenis nyamuk di wilayah tersebut.

Page 4: Laporan Pendahuluan Askep Malaria

Dikenal istilah ‘endemis malaria’ dan ‘musim malaria’ Epidemik yang luas dan berbahaya

dapat terjadi ketika parasit yang bersumber dari nyamuk masuk ke wilayah di mana

masyaratnya memiliki kontak dengan parasit namun memiliki sedikit atau bahkan sama

sekali tidak memiliki kekebalan terhadapa malaria. Atau, ketika orang dengan tingkat

kekebalan rendah pindah ke wilayah yang memiliki kasus malaria tetap. Epidemik ini dapat

dipicu dengan kondisi iklim basah dan banjir, atau perpindahan masyarakat akibat konflik.

3. Jenis-jenis malaria

Menurut Harijanto (2000) pembagian jenis-jenis malaria berdasarkan jenis

plasmodiumnya antara lain sebagai berikut :

a. Malaria Tropika (Plasmodium Falcifarum)

Malaria tropika/ falciparum malaria tropika merupakan bentuk yang paling berat,

ditandai dengan panas yang ireguler, anemia, splenomegali, parasitemia yang banyak dan

sering terjadi komplikasi. Masa inkubasi 9-14 hari. Malaria tropika menyerang semua

bentuk eritrosit. Disebabkan oleh Plasmodium falciparum. Plasmodium ini berupa Ring/

cincin kecil yang berdiameter 1/3 diameter eritrosit normal dan merupakan satu-satunya

spesies yang memiliki 2 kromatin inti (Double Chromatin).

Klasifikasi penyebaran Malaria Tropika:

Plasmodium Falcifarum menyerang sel darah merah seumur hidup. Infeksi Plasmodium

Falcifarum sering kali menyebabkan sel darah merah yang mengandung parasit

menghasilkan banyak tonjolan untuk melekat pada lapisan endotel dinding kapiler dengan

akibat obstruksi trombosis dan iskemik lokal. Infeksi ini sering kali lebih berat dari infeksi

lainnya dengan angka komplikasi tinggi (Malaria Serebral, gangguan gastrointestinal, Algid

Malaria, dan Black Water Fever).

b. Malaria Kwartana (Plasmoduim Malariae)

Plasmodium Malariae mempunyai tropozoit yang serupa dengan Plasmoduim vivax, lebih

kecil dan sitoplasmanya lebih kompak/ lebih biru. Tropozoit matur mempunyai granula

coklat tua sampai hitam dan kadang-kadang mengumpul sampai membentuk pita. Skizon

Page 5: Laporan Pendahuluan Askep Malaria

Plasmodium malariae mempunyai 8-10 merozoit yang tersusun seperti kelopak bunga/

rossete. Bentuk gametosit sangat mirip dengan Plasmodium vivax tetapi lebih kecil.

Ciri-ciri demam tiga hari sekali setelah puncak 48 jam. Gejala lain nyeri pada kepala dan

punggung, mual, pembesaran limpa, dan malaise umum. Komplikasi yang jarang terjadi

namun dapat terjadi seperti sindrom nefrotik dan komplikasi terhadap ginjal lainnya. Pada

pemeriksaan akan di temukan edema, asites, proteinuria, hipoproteinemia, tanpa uremia

dan hipertensi.

c. Malaria Ovale (Plasmodium Ovale)

Malaria Tersiana (Plasmodium Ovale) bentuknya mirip Plasmodium malariae, skizonnya

hanya mempunyai 8 merozoit dengan masa pigmen hitam di tengah. Karakteristik yang

dapat di pakai untuk identifikasi adalah bentuk eritrosit yang terinfeksi Plasmodium Ovale

biasanya oval atau ireguler dan fibriated. Malaria ovale merupakan bentuk yang paling

ringan dari semua malaria disebabkan oleh Plasmodium ovale. Masa inkubasi 11-16 hari,

walau pun periode laten sampai 4 tahun. Serangan paroksismal 3-4 hari dan jarang terjadi

lebih dari 10 kali walau pun tanpa terapi dan terjadi pada malam hari

d. Malaria Tersiana (Plasmodium Vivax)

Malaria Tersiana (Plasmodium Vivax) biasanya menginfeksi eritrosit muda yang

diameternya lebih besar dari eritrosit normal. Bentuknya mirip dengan plasmodium

Falcifarum, namun seiring dengan maturasi, tropozoit vivax berubah menjadi amoeboid.

Terdiri dari 12-24 merozoit ovale dan pigmen kuning tengguli. Gametosit berbentuk oval

hampir memenuhi seluruh eritrosit, kromatinin eksentris, pigmen kuning. Gejala malaria

jenis ini secara periodik 48 jam dengan gejala klasik trias malaria dan mengakibatkan

demam berkala 4 hari sekali dengan puncak demam setiap 72 jam.

Dari semua jenis malaria dan jenis plasmodium yang menyerang system tubuh, malaria

tropika merupakan malaria yang paling berat di tandai dengan panas yang ireguler,

anemia, splenomegali, parasitemis yang banyak, dan sering terjadinya komplikasi.

Page 6: Laporan Pendahuluan Askep Malaria

4. Karakteristik nyamuk

Menurut Harijanto (2000) malaria pada manusia hanya dapat ditularkan oleh nyamuk

betina Anopheles. Lebih dari 400 spesies Anopheles di dunia, hanya sekitar 67 yang

terbukti mengandung sporozoit dan dapat menularkan malaria. Di Indonesia telah

ditemukan 24 spesies Anopheles yang menjadi vektor malaria.

Sarang nyamuk Anopheles bervariasi, ada yang di air tawar, air payau dan ada pula yang

bersarang pada genangan air pada cabang-cabang pohon yang besar (Slamet, 2002, hal

103).

Karakteristik nyamuk Anopeles adalah sebagai berikut :

a.       Hidup di daerah tropic dan sub tropic, ditemukan hidup di dataran rendah

b.      Menggigit antara waktu senja (malam hari) dan subuh hari

c.       Biasanya tinggal di dalam rumah, di luar rumah, dan senang mengigit manusia (menghisap

darah)

d.      Jarak terbangnya tidak lebih dari 2-3 km

e.       Pada saat menggigit bagian belakangnya mengarah ke atas dengan sudut 48 derajat

f.        Daur hidupnya memerlukan waktu ± 1 minggu .

g.       Lebih senang hidup di daerah rawa

5. Patofisiologi

Daur hidup spesies malaria pada manusia yaitu:

a.       Fase seksual

Fase ini terjadi di dalam tubuh manusia (Skizogoni), dan di dalam tubuh nyamuk

(Sporogoni). Setelah beberapa siklus, sebagian merozoit di dalam eritrosit dapat

berkembang menjadi bentuk- bentuk seksual jantan dan betina. Gametosit ini tidak

berkembang akan mati bila tidak di hisap oleh Anopeles betina. Di dalam lambung nyamuk

terjadi penggabungan dari gametosit jantan dan betina menjadi zigote, yang kemudian

mempenetrasi dinding lambung dan berkembang menjadi Ookista. Dalam waktu 3 minggu,

sporozoit kecil yang memasuki kelenjar ludah nyamuk (Tjay & Rahardja, 2002, hal .162-

163).

Page 7: Laporan Pendahuluan Askep Malaria

Fase eritrosit dimulai dan merozoid dalam darah menyerang eritrosit membentuk

tropozoid. Proses berlanjut menjadi trofozoit- skizonmerozoit. Setelah 2- 3 generasi

merozoit dibentuk, sebagian merozoit berubah menjadi bentuk seksual. Masa antara

permulaan infeksi sampai ditemukannya parasit dalam darah tepi adalah masa prapaten,

sedangkan masa tunas/ incubasi intrinsik dimulai dari masuknya sporozoit dalam badan

hospes sampai timbulnya gejala klinis demam. (Mansjoer, 2001, hal. 409).

b. Fase Aseksual

Terjadi di dalam hati, penularan terjadi bila nyamuk betina yang terinfeksi parasit,

menyengat manusia dan dengan ludahnya menyuntikkan “ sporozoit “ ke dalam peredaran

darah yang untuk selanjutnya bermukim di sel-sel parenchym hati (Pre-eritrositer). Parasit

tumbuh dan mengalami pembelahan (proses skizogoni dengan menghasilakn skizon) 6-9

hari kemudian skizon masak dan melepaskan beribu-ribu merozoit. Fase di dalam hati ini

di namakan “ Pra -eritrositer primer.” Terjadi di dalam darah. Sel darah merah berada

dalam sirkulasi lebih kurang 120 hari. Sel darah mengandung hemoglobin yang dapat

mengangkut 20 ml O2 dalam 100 ml darah. Eritrosit diproduksi oleh hormon eritropoitin

di dalam ginjal dan hati. Sel darah di hancurkan di limpa yang mana proses penghancuran

yang di keluarkan diproses kembali untuk mensintesa sel eritrosit yang baru dan pigmen

bilirubin yang dikelurkan bersamaan dari usus halus. Dari sebagian merozoit memasuki

sel-sel darah merah dan berkembang di sini menjadi trofozoit. Sebagian lainnya memasuki

jaringan lain, antara lain limpa atau terdiam di hati dan di sebut “ekso-eritrositer

sekunder“. Dalam waktu 48 -72 jam, sel-sel darah merah pecah dan merozoit yang di

lepaskan dapat memasuki siklus di mulai kembali. Setiap saat sel darah merah pecah,

penderita merasa kedinginan dan demam, hal ini di sebabkan oleh merozoit dan protein

asing yang di pisahkan. Secara garis besar semua jenis Plasmodium memiliki siklus hidup

yang sama yaitu tetap sebagian di tubuh manusia (aseksual) dan sebagian ditubuh nyamuk.

6. Manifestasi klinis

Tanda dan gejala yang di temukan pada klien dngan malaria secara umum menurut

Mansjoer (1999) antara lain sebagai berikut :

Page 8: Laporan Pendahuluan Askep Malaria

a.       Demam

Demam periodik yang berkaitan dengan saat pecahnya skizon matang (sporolasi). Pada

Malaria Tertiana (P.Vivax dan P. Ovale), pematangan skizon tiap 48 jam maka periodisitas

demamnya setiap hari ke-3, sedangkan Malaria Kuartana (P. Malariae) pematangannya tiap

72 jam dan periodisitas demamnya tiap 4 hari. Tiap serangan di tandai dengan beberapa

serangan demam periodik.

Gejala umum (gejala klasik) yaitu terjadinya “Trias Malaria” (malaria proxysm) secara

berurutan :

1)     Periode dingin.

Mulai menggigil, kulit kering dan dingin, penderita sering membungkus diri dengan selimut

atau sarung dan pada saat menggigil sering seluruh badan bergetar dan gigi-gigi saling

terantuk, pucat sampai sianosis seperti orang kedinginan. Periode ini berlangsung 15 menit

sampai 1 jam diikuti dengan meningkatnya temperatur.

2)     Periode panas

Muka merah, kulit panas dan kering, nadi cepat dan panas tetap tinggi sampai 40oC atau

lebih, respirasi meningkat, nyeri kepala, nyeri retroorbital, muntah-muntah, dapat terjadi

syok (tekanan darah turun), kesadaran delirium sampai terjadi kejang (anak). Periode ini

lebih lama dari fase dingin, dapat sampai 2 jam atau lebih, diikuti dengan keadaan

berkeringat

3)     Periode

Penderita berkeringat mulai dari temporal, diikuti seluruh tubuh, sampai basah,

temperatur turun, penderita merasa capai dan sering tertidur. Bila penderita bangun akan

merasa sehat dan dapat melakukan pekerjaan biasa.

b. Splenomegali

Splenomegali adalah pembesaran limpa yang merupakan gejala khas Malaria Kronik.

Limpa mengalami kongesti, menghitam dan menjadi keras karena timbunan pigmen

eritrosit parasit dan jaringan ikat bertambah (Corwin , 2000, hal. 571). Pembesaran limpa

terjadi pada beberapa infeksi ketika membesar sekitar 3 kali lipat. Lien dapat teraba di

Page 9: Laporan Pendahuluan Askep Malaria

bawah arkus costa kiri, lekukan pada batas anterior. Pada batasan anteriornya merupakan

gambaran pada palpasi yang membedakan jika lien membesar lebih lanjut. Lien akan

terdorong ke bawah ke kanan, mendekat umbilicus dan fossa iliaca dekstra.

c. Anemia

Derajat anemia tergantung pada spesies penyebab, yang paling berat adalah anemia karena

Falcifarum. Anemia di sebabkan oleh penghancuran eritrosit yang berlebihan Eritrosit

normal tidak dapat hidup lama (reduced survival time). Gangguan pembentukan eritrosit

karena depresi eritropoesis dalam sumsum tulang (Mansjoer. dkk, Hal. 411).

e. Ikterus

Ikterus adalah diskolorasi kuning pada kulit dan skIera mata akibat kelebihan bilirubin

dalam darah. Bilirubin adalah produk penguraian sel darah merah. Terdapat tiga jenis

ikterus antara lain :

1)     Ikterus hemolitik

Disebabkan oleh lisisnya (penguraian) sel darah merah yang berlebihan. Ikterus ini dapat

terjadi pada destruksi sel darah merah yang berlebihan dan hati dapat mengkonjugasikan

semua bilirubin yang di hasilkan

2) Ikterus hepatoseluler

Penurunan penyerapan dan konjugasi bilirubin oleh hati terjadi pada disfungsi hepatosit

dan di sebut dengan hepatoseluler.

3) Ikterus Obstruktif

Sumbatan terhadap aliran darah ke empedu keluar hati atau melalui duktus biliaris di

sebut dengan ikterus obstuktif (Corwin, 2000, hal. 571).

7. Pemeriksaan diagnostic

a.       Pemeriksaan mikroskopis malar

Page 10: Laporan Pendahuluan Askep Malaria

Diagnosis malaria sebagai mana penyakit pada umumnya didasarkan pada manifestasi

klinis (termasuk anamnesis), uji imunoserologis dan ditemukannya parasit (plasmodium)

di dalam penderita.Uji imunoserologis yang dirancang dengan bermacam-macam target

dianjurkan sebagai pelengkap pemeriksaan mikroskopis dalam menunjang diagnosis

malaria atau ditujukan untuk survey epidemiologi di mana pemeriksaan mikrokopis tidak

dapat dilakukan. Diagnosis definitif demam malaria ditegakan dengan ditemukanya parasit

plasmodium dalam darah penderita. Pemeriksaan mikrokropis satu kali yang memberi

hasil negatif tidak menyingkirkan diagnosis deman malaria. Untuk itu diperlukan

pemeriksaan serial dengan interval antara pemeriksaan satu hari.

Pemeriksaan mikroskropis membutuhkan syarat-syarat tertentu agar mempunyai nilai

diagnostik yang tinggi (sensitivitas dan spesifisitas mencapai 100%).

1) Waktu pengambilan sampel harus tepat yaitu pada akhir periode

demam memasuki periode berkeringat. Pada periode ini jumlah trophozoite dalam

sirkulasi dalam mencapai maksimal dan cukup matur sehingga memudahkan identifikasi

spesies parasit.

2) Volume yang diambil sebagai sampel cukup, yaitu darah kapiler (finger prick) dengan

volume 3,0-4,0 mikro liter untuk sediaan tebal dan 1,0-1,5 mikro liter untuk sedian tipis.

3) Kualitas perparat harus baik untuk menjamin identifikasi spesies plasmodium yang

tepat.

4) Identifikasi spesies plasmodium

5) Identifikasi morfologi sangat penting untuk menentukan spesies plasmodium dan

selanjutnya digunakan sebagai dasar pemilihan obat.

b. QBC (Semi Quantitative Buffy Coat)

Prinsip dasar: tes floresensi yaitu adanya protein pada plasmodium yang dapat mengikat

acridine orange akan mengidentifikasi eritrosit terinfeksi plasmodium. QBC merupakan

teknik pemeriksaan dengan menggunakan tabung kapiler dengan diameter tertentu yang

dilapisi acridine orange tetapi cara ini tidak dapat membedakan spesies plasmodium dan

kurang tepat sebagai instrumen hitung parasit.

Page 11: Laporan Pendahuluan Askep Malaria

b.       Pemeriksaan imunoserologis

Pemeriksaan imunoserologis didesain baik untuk mendeteksi antibodi spesifik terhadap

paraasit plasmodium maupun antigen spesifik plasmodium atau eritrosit yang terinfeksi

plasmodium teknik ini terus dikembangkan terutama menggunakan teknik

radioimmunoassay dan enzim immunoassay.

d. Pemeriksan Biomolekuler

Pemeriksaan biomolekuler digunakan untuk mendeteksi DNA spesifik parasit/

plasmodium dalam darah penderita malaria.tes ini menggunakan DNA lengkap yaitu

dengan melisiskan eritrosit penderita malaria untuk mendapatkan ekstrak DNA

8. Penatalaksanaan

Penatalaksanaan khusus pada kasus- kasus malaria dapat diberikan tergantung dari jenis

plasmodium, menurut Tjay & Rahardja (2002) antara lain sebagai berikut:

a. Malaria Tersiana/ Kuartana

Biasanya di tanggulangi dengan kloroquin namun jika resisten perlu di tambahkan

mefloquin single dose 500 mg p.c (atau kinin 3 dd 600 mg selama 4-7 hari). Terapi ini

disusul dengan pemberian primaquin 15 mg /hari selama 14 hari)

b. Malaria Ovale

Berikan kinin dan doksisklin (hari pertama 200 mg, lalu 1 dd 100 mg selama 6 hari). Atau

mefloquin (2 dosis dari masing-masing 15 dan 10 mg/ kg dengan interval 4-6 jam).

Pirimethamin-sulfadoksin (dosis tunggal dari 3 tablet ) yang biasanya di kombinasikan

dengan kinin (3 dd 600 mg selama 3 hari).

c. Malaria Falcifarum

Page 12: Laporan Pendahuluan Askep Malaria

Kombinasi sulfadoksin 1000 mg dan pirimetamin 25 mg per tablet dalam dosis tunggal

sebanyak 2-3 tablet. Kina 3 x 650 mg selama 7 hari. Antibiotik seperti tetrasiklin 4 x 250

mg/ hari selama 7-10 hari dan aminosiklin 2 x 100 mg/ hari selama 7 hari

9. Komplikasi

Menurut Gandahusa, Ilahude dan Pribadi (2000) beberapa komplikasi yang dapat terjadi

pada penyakit malaria adalah :

a.       Malaria otak

Malaria otak merupakan penyulit yang menyebabkan kematian tertinggi (80%) bila

dibandingkan dengan penyakit malaria lainnya. Gejala klinisnya dimulai secara lambat atau

setelah gejala permulaan. Sakit kepala dan rasa ngantuk disusul dengan gangguan

kesadaran, kelainan saraf dan kejang-kejang bersifat fokal atau menyeluruh.

b. Anemia berat

Komplikasi ini ditandai dengan menurunnya hematokrit secara mendadak (<> 3 mg/ dl.

Seringkali penyulit ini disertai edema paru. Angka kematian mencapai 50%. Gangguan

ginjal diduga disebabkan adanya Anoksia, penurunan aliran darah keginjal, yang

dikarenakan sumbatan kapiler, sebagai akibatnya terjadi penurunan filtrasi pada

glomerulus.

c. Edema paru

Komplikasi ini biasanya terjadi pada wanita hamil dan setelah melahirkan. Frekuensi

pernapasan meningkat. Merupakan komplikasi yang berat yang menyebabkan kematian.

Biasanya disebabkan oleh kelebihan cairan dan Adult Respiratory Distress Syndrome

(ARDS).

d. Hipoglikemia

Konsentrasi gula pada penderita turun (< style="font-weight: bold;">B. Konsep Dasar

Asuhan Keperawatan

Page 13: Laporan Pendahuluan Askep Malaria

1.     Pengkajian

Dasar data pengkajian

a.       Aktivitas/ istirahat

Gejala : Keletihan, kelemahan, malaise umum

Tanda : Takikardi, Kelemahan otot dan penurunan kekuatan.

b. Sirkulasi

Tanda : Tekanan darah normal atau sedikit menurun. Denyut perifer kuat dan cepat (fase

demam) Kulit hangat, diuresis (diaphoresis ) karena vasodilatasi. Pucat dan lembab (vaso

kontriksi), hipovolemia,penurunan aliran darah.

c. Eliminasi

Gejela : Diare atau konstipasi; penurunan haluaran urine

Tanda : Distensi abdomen

d. Makanan dan cairan

Gejala : Anoreksia mual dan muntah

Tanda : Penurunan berat badan, penurunan lemak subkutan, dan Penurunan masa otot.

Penurunan haluaran urine, kosentrasi urine.

e. Neuro sensori

Gejala : Sakit kepala, pusing dan pingsan

Tanda : Gelisah, ketakutan, kacau mental, disorientas deliriu atau koma.

f. Pernapasan.

Tanda : Tackipnea dengan penurunan kedalaman pernapasan

Gejala : Napas pendek pada istirahat dan aktivitas

g. Penyuluhan/ pembelajaran

Gejala : Masalah kesehatan kronis, misalnya hati, ginjal, keracunan alkohol, riwayat

splenektomi, baru saja menjalani operasi/ prosedur invasif, luka traumatik.

Page 14: Laporan Pendahuluan Askep Malaria

2. Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan pada pasien dengan malaria berdasarkan dari tanda dan gejala yang

timbul dapat diuraikan seperti dibawah ini (Doengoes, Moorhouse dan Geissler, 1999):

a.       Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan asupan makanan

yang tidak sdekuat ; anorexia; mual/muntah

b.      Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan penurunan sistem kekebalan tubuh;

prosedur tindakan invasive

c.       Hipertermia berhubungan dengan peningkatan metabolisme, dehidrasi, efek langsung

sirkulasi kuman pada hipotalamus.

d.      Perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan komponen seluler yang di

perlukan untuk pengiriman oksigen dan nutrient dalam tubuh.

e.       Kurang pengetahuan, mengenai penyakit, prognosis dan kebutuhan pengobatan

berhubungan dengan kurangnya pemajanan/ mengingat kesalahan interprestasi informasi,

keterbatasan kognitif.

3. Perencanaan Keperawatan

Rencana keperawatan malaria berdasarkan masing-masing diagnosa diatas adalah :

a Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan asupan makanan

yang tidak sdekuat; anorexia; mual/muntah .

Tindakan/ Intervensi :

1)     Kaji riwayat nutrisi, termasuk makanan yang disukai. Observasi dan catat masukan

makanan klien

Rasional : mengawasi masukan kalori atau kualitas kekeurangan konsumsi makanan.

2)     Berikan makan sedikit dan makanan tambahan kecil yang tepat

Rasional : Dilatasi gaster dapat terjadi bila pemberian makan terlalu cepat setelah periode

anoreksia

3)     Pertahankan jadwal penimbangan berat badan secara teratur.

Rasional : Mengawasi penurunan berat badan atau efektifitas nitervensi nutrisi

4)     Diskusikan yang disukai klien dan masukan dalam diet murni.

Rasional : Dapat meningkatkan masukan, meningkatkan rasa berpartisipasi/ control

Page 15: Laporan Pendahuluan Askep Malaria

5)     Observasi dan catat kejadian mual/ muntah, dan gejala lain yang berhubungan

Rasional : Gejala GI dapat menunjukan efek anemia (hipoksia) pada organ

6)     Kolaborasi untuk melakukan rujukan ke ahli gizi

Rasional : Perlu bantuan dalam perencanaan diet yang memenuhi kebutuhan nutrisi.

b Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan penurunan sistem tubuh

(pertahanan utama tidak adekuat), prosedur invasif.

Tindakan/ Intervensi :

1)           Pantau terhadap kecenderungan peningkatan suhu tubuh.

Rasional : Demam disebabkan oleh efek endoktoksin pada hipotalamus dan hipotermia

adalah tanda tanda penting yang merefleksikan perkembangan status syok/ penurunan

perfusi jaringan.

2)           Amati adanya menggigil dan diaforosis

Rasional : Menggigil sering kali mendahului memuncaknya suhu pada infeksi umum.

3)           Memantau tanda - tanda penyimpangan kondisi/ kegagalan untuk memperbaiki selama

masa terapi

Rasional : Dapat menunjukkan ketidak tepatan terapi antibiotik atau pertumbuhan dari

organisme.

4)           Berikan obat anti infeksi sesuai petunjuk.

Rasional : Dapat membasmi/ memberikan imunitas sementara untuk infeksi umum

5)           Dapatkan spisemen darah.

Rasional : Identifikasi terhadap penyebab jenis infeksi malaria

c Hipertermia berhubungan dengan peningkatan metabolisme dehirasi efek langsung

sirkulasi kuman pada hipotalamus.

Tindakan/ intervensi :

1)       Pantau suhu pasien (derajat dan pola), perhatikan menggigil.

Rasional : Hipertermi menunjukan proses penyakit infeksius akut. Pola demam

menunjukkan diagnosis.

Page 16: Laporan Pendahuluan Askep Malaria

2)       Pantau suhu lingkungan.

Rasional : Suhu ruangan/ jumlah selimut harus diubah untuk mempertahankan suhu

mendekati normal.

3)       Berikan kompres mandi hangat, hindari penggunaan alkohol.

Rasional : Dapat membantu mengurangi demam, penggunaan es/alkohol mungkin

menyebabkan kedinginan. Selain itu alkohol dapat mengeringkan kulit.

4) Berikan antipiretik.

Rasional : Digunakan untuk mengurangi demam dengan aksi sentralnya pada hipotalamus.

5)Berikan selimut pendingin.

Rasional : Digunakan untuk mengurangi demam dengan hipertermi.

d Perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan komponen seluler yang di

perlukan untuk pengiriman oksigen dan nutrient dalam tubuh

Tindakan/ intervensi

1)         Pertahankan tirah baring bantu dengan aktivitas perawatan.

Rasional : Menurunkan beban kerja miokard dan konsumsi oksigen, memaksimalkan

efektifitas dari perfusi jaringan.

http://cahaya-salim.blogspot.com/2011/10/laporan-pendahuluan-askep-malaria.html