103
LAPORAN OBSERVASI PENGEMBANGAN KURIKULUM DI SMA NEGERI 42 JAKARTA Diajukan Untuk Melengkapi Sebagian Dari Tugas Dan Syarat-Syarat Yang Diperlukan Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Disusun Oleh : Nama : 1. Melisa Novirianti (1113150013) 2. Indah Prestika (1113150011) 3. Stephany (1113150016) 1

Laporan Observasi Pengembangan Kurikulum Kelompok 3

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Laporan Observasi Pengembangan Kurikulum Kelompok

Citation preview

Page 1: Laporan Observasi Pengembangan Kurikulum Kelompok 3

LAPORAN OBSERVASI PENGEMBANGAN

KURIKULUM DI SMA NEGERI 42 JAKARTA

Diajukan Untuk Melengkapi Sebagian Dari Tugas Dan Syarat-Syarat Yang

Diperlukan Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Disusun Oleh :

Nama : 1. Melisa Novirianti (1113150013)

2. Indah Prestika (1113150011)

3. Stephany (1113150016)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS KRISTEN INDONESIA

JAKARTA

2015

1

Page 2: Laporan Observasi Pengembangan Kurikulum Kelompok 3

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan yang Maha Esa yang telah

memberikan kesempatan kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan laporan ini,

namun kami menyadari laporan ini belum dapat dikatakan sempurna karena mungkin

masih banyak kesalahan-kesalahan didalamnya.

Laporan ini kami susun untuk memenuhi tugas mata kuliah Manajemen Berbasis

Sekolah yang berjudul “Laporan Observasi Pengembangan Kurikulum Di SMA Negeri

42 Jakarta”. Dengan laporan ini kami mengharapkan agar dapat digunakan sebagaimana

mestinya. Kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu

dalam menyelesaikan laporan ini.

1.  Kepada Dosen mata kuliah Manajemen Berbasis Sekolah Dr. Hotmaulina

Sihotang, M.Pd yang telah membimbing dan mengarahkan kami dalam

menyelesaikan laporan ini.

2. Kepada orang tua kami yang telah memberikan motivasi dan dukungan kepada

kami baik secara moral maupun material.

3. Kepada teman-teman FKIP Matematika UKI 2011 yang telah memberi

dorongan dan memotivasi dalam menyelesaikan makalah ini.

Akhir kata kami ucapkan terimakasih atas segala perhatiannya.

Jakarta, 18 Juni 2015

Penyusun

2

Page 3: Laporan Observasi Pengembangan Kurikulum Kelompok 3

DAFTAR ISI

Kata Pengantar...........................................................................................................i

Daftar Isi.....................................................................................................................ii

BAB I Pendahuluan.............................................................................................1

A. Latar Belakang Masalah...................................................................1

B. Identifikasi Masalah.........................................................................5

C. Pembatasan Masalah........................................................................6

D. Rumusan Masalah............................................................................6

E. Tujuan Observasi.............................................................................6

F. Manfaat Observasi...........................................................................7

BAB II Landasan Teori........................................................................................8

A. Pengertian Kurikulum......................................................................8

B. Komponen Kurikulum.....................................................................10

C. Fungsi Kurikulum............................................................................15

D. Peranan Kurikulum..........................................................................17

E. Pengembangan Kurikulum...............................................................18

F. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan 2006...................................32

G. Kurikulum 2013...............................................................................40

H. Perbandingan dan Perbedaan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan

2006 dengan Kurikulum 2013..........................................................43

I. Profil Sekolah...................................................................................46

3

Page 4: Laporan Observasi Pengembangan Kurikulum Kelompok 3

BAB III Metodologi Penelitian.............................................................................49

A. Metode Penelitian.............................................................................49

B. Tempat dan Waktu Observasi..........................................................49

C. Informan Observasi..........................................................................50

D. Teknik Pengumpulan Data Observasi..............................................50

E. Sumber Data Observasi....................................................................51

F. Instrumen Observasi.........................................................................52

G. Teknik Analisis Data........................................................................53

BAB IV Hasil Observasi.......................................................................................55

BAB V Kesimpulan dan Saran...........................................................................61

Daftar Pustaka............................................................................................................62

4

Page 5: Laporan Observasi Pengembangan Kurikulum Kelompok 3

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Iklim perpolitikan yang kurang kondusif, bahkan cenderung mengarah

pada kebebasan yang kurang terkendali telah menimbulkan berbagai

permasalahan dalam berbagai bidang kehidupan, termasuk pendidikan. Dalam

tatanan akar rumput, hal tersebut telah menimbulkan berbagai gejala dan

masalah sosial, seperti premanisme, perkelahian, pencurian, pelecehan seksual,

geng motor dan lain-lain, bahkan tidak sedikit kegiatan yang mengancam

stabilitas serta keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Dalam tatanan nasional, jika dalam bidang pertambangan dan

perekonomian, pemerintah terus-menerus melakukan perubahan harga bahan

bakar minyak, maka dalam bidang pendidikan sepertinya terus-menerus

mengotak-atik kurikulum. Keduanya beralasan untuk melakukan perbaikan,

tetapi pelaksanaannya seringkali tersesat atau salah jalan, sehingga sulit untuk

sampai pada tujuan. Mudah-mudahan bukan ini yang terjadi dengan kurikulum

yang baru yaitu kurikulum 2013, meskipun wacana perubahan diubah ketika

pendidikan sedang mengalamai kesemrawutan dan ketimpangan, baik secara

kuantitas, kualitas maupun dalam kaitannya dengan efektivitas dan relevansi

pendidikan, bahkan ada yang mengatakan pendidikan kita sangat kacau, tidak

jelas arah dan tujuannya. Hal ini juga diperlihatkan oleh kegagalan ujian

nasional (UN) tahun 2013, terutama untuk jenjang sekolah menengah atas

(SMA), dan sekolah menengah kejuruan (SMK).

Kehidupan dalam era global menuntut berbagai perubahan pendidikan

yang bersifat mendasar. Perubahan-perubahan tersebut antara lain: perubahan

dari pandangan kehidupan masyarakat lokal ke masyarakat global dan

perubahan dari pertumbuhan ekonomi ke perkembangan kemanusiaan. Untuk

melaksanakan perubahan dalam bidang pendidikan tersebut, sejak tahun 1998,

UNESCO telah mengemukakan dua basis landasan: pertama, pendidikan harus

diletakkan pada empat pilar yaitu belajar mengetahui (learning to know), belajar

melakukan (learning to do), belajar hidup dalam kebersamaan (learning to live

5

Page 6: Laporan Observasi Pengembangan Kurikulum Kelompok 3

together), dan belajar diri sendiri (learning to be); kedua, belajar seumur hidup

(life long learning). Kultur yang demikian harus dikembangkan dalam

pendidikan, karena pada akhirnya aspek kultural dari kehidupan manusia,

terutama yang berkaitan dengan pendidikan nilai dan sikap lebih penting dari

pertumbuhan ekonomi. Pendidikan nilai dan sikap, yang sekarang lebih populer

dengan istilah pendidikan karakter merupakan upaya untuk membantu

perkembangan jiwa anak-anak baik lahir maupun batin, dari sifat kodratnya

menuju ke arah peradaban yang manusiawi dan lebih baik. Oleh karena itu,

pembangunan nasional tidak dapat dilakukan dengan hanya melihat kebutuhan

internal masyarakat dan bangsa, tetapi juga pandangan tersebut perlu dijalin

dengan pandangan ke luar dan ke depan, karena masyarakat dan bangsa kita

merupakan bagian dari masyarakat dunia yang semakin menyatu. Meskipun

demikian, perubahan apapun yang dilakukan dalam bidang pendidikan, harus

tetap dilandasi oleh semangat membentuk nilai-nilai karakter bangsa.

Menghadapi berbagai masalah dan tantangan di atas, perlu dilakukan

penataan terhadap sistem pendidikan secara utuh dan menyeluruh, terutama

berkaitan dengan kualitas pendidikan, serta relevansinya dengan kebutuhan

masyarakat dan dunia kerja. Dalam hal ini, perlu adanya perubahan sosial yang

memberi arah bahwa pendidikan merupakan pendekatan dasar dalam proses

perubahan itu. Pendidikan adalah kehidupan, untuk itu kegiatan belajar harus

dapat membekali peserta didik dengan kecakapan hidup yang sesuai dengan

lingkungan kehidupan dan kebutuhan peserta didik. Pemecahan masalah secara

reflektif sangat penting dalam pembelajaran yang dilakukan melalui kerjasama.

Upaya meningkatkan kualitas pendidikan terus-menerus dilakukan baik

secara konvensional maupun inovatif. Hal tersebut lebih terfokus lagi setelah

diamanatkan bahwa tujuan pendidikan nasional adalah untuk meningkatkan

mutu pada setiap jenis dan jenjang pendidikan. Pemerintah juga telah lama

mencanangkan Gerakan Peningkatan Mutu Pendidikan, namun kenyataannya

jauh dari harapan, bahkan dalam hal tertentu ada gejala penurunan dan

kemerosotan. Misalnya kemerosotan moral peserta didik yang ditandai oleh

maraknya perkelahian pelajar, kecurangan dalam ujian, seperti menyontek yang

telah membudaya di kalangan pelajar dan mahasiswa. Berbagai indikator mutu

6

Page 7: Laporan Observasi Pengembangan Kurikulum Kelompok 3

pendidikan juga belum menunjukkan peningkatan yang berarti, bahkan gagal

dalam melaksanakan ujian nasional. Sebagian sekolah terutama diperkotaan,

menunjukkan peningkatan mutu pendidikan yang cukup menggembirakan,

namun sebagian besar lainnya masih memprihatinkan.

Pemerintah juga telah melakukan upaya penyempurnaan sistem

pendidikan, baik melalui penataan perangkat lunak maupun perangkat keras.

Upaya tersebut, antara lain dengan dikeluarkannya Undang-Undang Sistem

Pendidikan Nasional pada tahun 2003, dan Peraturan Pemerintah No.19 Tahun

2005 tentang Standar Nasional Pedidikan (SNP), yang telah dilakukan penataan

kembali dalam Peraturan Pemerintah No. 32 Tahun 2013. Dalam hal ini, visi,

misi, dan strategi Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan pada tingkat provinsi

dan kabupaten/kota harus dapat mempertimbangkan dengan bijaksana kondisi

nyata organisasi mapupun lingkungannya, dan harus mendukung visi dan misi

pendidikan nasional, serta harus mampu memelihara garis kebijaksanaan dari

birokrasi yang lebih tinggi. Di samping itu, tujuan harus jelas, layak, dan dapat

dicapai dengan kemampuan yang ada, serta memiliki wawasan tentang

gambaran ideal kondisi pendidikan yang diharapkan di masa depan.

Dalam rangka mengantisipasi perubahan-perubahan global dan

persaingan pasar bebas, serta tuntutan kemajuan IPTEK, khususnya teknologi

informasi yang semakin hari semakin canggih, pemerataan layanan pendidikan

perlu diarahkan pada pendidikan yang transfaran dan demokratis. Hal tersebut

harus dikondisikan dalam lingkungan keluarga, sekolah, dan masyarakat. Dalam

hal ini, sekolah sebagai inti dari pendidikan yang merupakan tempat

pengembangan peserta didik, dituntut untuk menciptakan pembelajaran yang

efektif, agar terjadi proses belajar yang menyenangkan. Dengan demikian

diharapkan mampu melahirkan calon-calon penerus pembangunan masa depan

yang sabar, kompeten, mandiri, kritis, cerdas, kreatif dan siap menghadapi

berbagai macam tantangan, dengan tetap bertawakal terhadap pencipta.

Untuk kepentingan tersebut diperlukan perubahan yang cukup mendasar

dalam sistem pendidikan nasional, yang dipandang oleh berbagai pihak sudah

tidak efektif, bahkan dari segi mata pelajaran yang diberikan dianggap kelebihan

muatan tetapi tidak memberikan bekal, serta tidak dapat mempersiapkan peserta

7

Page 8: Laporan Observasi Pengembangan Kurikulum Kelompok 3

didik untuk bersaing dengan bangsa-bangsa lain di dunia. Perubahan mendasar

tersebut berkaitan dengan kurikulum, yang dengan sendirinya menuntut dan

mempersyaratkan berbagai perubahan pada komponen-komponen lain.

Menurut Undang-Undang No.20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan

Nasional dan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No.19 Tahun 2005

tentang Standar Nasional Pendidikan menyatakan bahwa kurikulum adalah

seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi dan bahan pelajaran serta cara

yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk

mencapai pendidikan tertentu.

Kurikulum bersifat dinamis karena selalu berubah-ubah sesuai dengan

perkembangan dan tantangan zaman. Semakin maju peradaban suatu bangsa,

maka semakin berat pula tantangan yang dihadapinya. Persaingan ilmu

pengetahuan semakin gencar dilakukan oleh dunia internasional, sehingga

Indonesia juga dituntut untuk dapat bersaing secara global demi mengangkat

martabat bangsa. Oleh karena itu, untuk menghadapi tantangan yang akan

menimpa dunia pendidikan kita, ketegasan kurikulum dan implementasinya

sangat dibutuhkan untuk membenahi kinerja pendidikan yang jauh tertinggal

dengan negara-negara maju di dunia.

Kurikulum dan pembelajaran merupakan dua hal yang tidak dapat dipisahkan.

Sebagai suatu rencana atau program, kurikulum tidak akan bermakna apabila tidak di

implementasikan dalam bentuk pembelajaran. Demikian juga sebaliknya, tanpa

kurikulum yang jelas sebagai acuan, maka pembelajaran tidak akan berlangsung secara

efektif.

Persoalan bagaimana mengembangkan suatu kurikulum, ternyata bukan suatu

hal yang mudah serta tidak sesederhana yang dibayangkan. Dalam skala makro,

kurikulum berfungsi sebagai suatu alat dan pedoman untuk mengantar peserta didik

sesuai dengan harapan dan cita-cita. Oleh karena itu, proses mendesain dan merancang

suatu kurikulum mesti memperhatikan sistem nilai yang berlaku beserta perubahan-

perubahan yang terjadi di masyarakat itu. Disamping itu, kurikulum juga harus

berfungsi mengembangkan seluruh potensi yang dimiliki oleh anak didik sesuai dengan

bakat dan minatnya, maka proses pengembangannya juga harus memperhatikan dari

segala aspek yang terdapat pada peserta didik. Persoalan-persoalan tersebut, yaitu

mendorong begitu kompleksnya proses pengembangan kurikulum. Kurikulum harus

secara terus-menerus dievaluasi dan dikembangkan agar isi dan muatannya selalu

8

Page 9: Laporan Observasi Pengembangan Kurikulum Kelompok 3

relevan dengan tuntuan zaman yang selalu berubah sesuai dengan perkembangan ilmu

pengetahuan den teknologi.

Peran dan tanggung jawab guru juga memberikan dampak terhadap kurikulum,

guru juga harus ikut menyesuaikan setiap pengembangan kurikulum yang terjadi. Peran

guru bergeser dari hanya sebagai penyampai ilmu pengetahuan, sampai kepada pengatur

lingkungan untuk membelajarkan siswa. Oleh karena itu, setiap guru bukan hanya perlu

memahami hakikat dan makna pembelajaran beserta aspek-aspek yang

mempengaruhinya, akan tetapi juga dituntut penguasaan sejumlah kompetensi untuk

dapat mengaplikasikannya dilapangan dalam rangka proses membelajarkan siswa.

Berdasarkan permasalahan kurikulum tersebut, kami penulis ingin

melakukan observasi ke SMA Negeri 42 Jakarta Timur mengenai bagaimana

implementasi kurikulum dan pengembangan kurikulum tahun ajaran 2014/2015.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan, maka dapat di

identifikasi masalah sebagai berikut :

1. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi berubahnya sebuah kurikulum ?

2. Bagaimana pengembangan suatu kurikulum ?

3. Apakah ada peran serta guru dalam pengembangan kurikulum?

4. Apakah peran dan tanggung jawab guru juga memberikan dampak terhadap

kurikulum ?

5. Bagaimana penerapan kurikulum dalam pembelajaran ?

6. Apakah kendala yang dihadapi oleh guru dalam menerapkan kurikulum ?

7. Bagaimana jika kurikulum yang telah ditetapkan oleh pemerintah tidak

sesuai apa yang diaplikasikan disekolah ?

C. Pembatasan Masalah

Berdasarkan pada latar belakang dan identifikasi masalah yang telah

dipaparkan sebelumnya maka perlu diberikan batasan masalah agar observasi ini

menjadi jelas dan terarah. Observasi ini difokuskan untuk melihat bagaimana

implementasi dan pengembangan kurikulum di SMA Negeri 42 Jakarta pada

tahun ajaran 2014/2015.

9

Page 10: Laporan Observasi Pengembangan Kurikulum Kelompok 3

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang, identifikasi masalah dan pembatasan

masalah yang telah diuraikan di atas, maka dapat dirumuskan masalah yang akan

diobservasi yaitu:

1. Kurikulum apa yang digunakan dalam kegiatan belajar mengajar ?

2. Bagaimana cara pengimplementasiannya ?

3. Apa kelebihan dan kekurangan dari kurikulum yang digunakan ?

4. Apa kendala yang muncul dan bagaimana solusinya ?

5. Bagaimana pengembangan kurikulum yang dilaksanakan di SMA negeri 42

Jakarta ?

6. Apakah ada peran serta guru dalam pengembangan kurikulum?

E. Tujuan Observasi

Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan observasi ini adalah:

1. Untuk mengetahui kurikulum yang digunakan di SMA Negeri 42 Jakarta

2. Untuk mengetahui cara pengimplementasiannya.

3. Untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan dari kurikulum yang

digunakan.

4. Untuk mengetahui kendala yang dihadapi serta memberi solusi terhadap

kendala yang ada.

5. Untuk mengetahui bagaimana pengembangan kurikulum di SMA Negeri 42.

6. Untuk mengetahui peran serta guru dalam kurikulum.

F. Manfaat Observasi

Manfaat yang diperoleh dari observasi adalah penulis (mahasiswa) yang

notabene adalah calon pendidik dapat mengetahui tentang pengimplementasian

kurikulum di SMA Negeri 42 Jakarta Timur serta bagaimana cara

pengimplementasiannya sehingga kami bisa memahami lebih dalam tentang arti

kurikulum dan berharap dapat memperbaiki maupun mengembangkan

kurikulum dengan lebih baik di masa mendatang.

10

Page 11: Laporan Observasi Pengembangan Kurikulum Kelompok 3

BAB II

LANDASAN TEORITIS

A. Pengertian Kurikulum

Istilah kurikulum berasal dari bahasa latin yaitu curir dan currere, artinya

lapangan perlombaan lari. Kurikulum juga berasal dari kata curriculum, artinya a

running course atau race course, especially a chariot race course, dan dalam

bahasa Prancis, yaitu courier artinya berlari (to run). Pada awalnya istilah

kurikulum ini digunakan dalam dunia olahraga. Pada saat itu kurikulum

diartikan sebagai jarak yang harus ditempuh oleh seseorang pelari mulai dari

start sampai finish untuk memperoleh medali/penghargaan. Kemudian,

pengertian tersebut diterapkan dalam dunia pendidikan menjadi sejumlah mata

pelajaran (subject) yang harus ditempuh oleh seorang siswa dari awal sampai

akhir program pelajaran untuk memperoleh penghargaan dalam bentuk ijazah.

Pada umumnya kurikulum dipandang sebagai suatu rencana yang

disusun untuk melancarkan proses belajar mengajar dibawah bimbingan dan

tanggung jawab sekolah atau lembaga pendidikan beserta staf pengajaranya. Ada

sejumlah ahli teori kurikulum yang berpendapat bahwa kurikulum bukan hanya

meliputi semua kegiatan yang direncanakan melainkan juga peristiwa-peristiwa

yang terjadi dibawah pengawasan sekolah, jadi selain kegiatan kurikuler yang

formal juga kurikuler yang tak formal (Nasution, 2012:5).

Menurut Undang-Undang No.20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan

Nasional dan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No.19 Tahun 2005

tentang Standar Nasional Pendidikan menyatakan bahwa kurikulum adalah

seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi dan bahan pelajaran serta cara

yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk

mencapai pendidikan tertentu.

Menurut Dakir (2010:3) kurikulum ialah suatu program pendidikan yang

berisikan berbagai bahan ajar dan pengalaman belajar yang diprogramkan,

direncanakan dan dirancangkan secara sistemik atas dasar norma-norma yang

berlaku yang dijadikan pedoman dalam proses pembelajaran bagi tenaga

kependidikan dan peserta didik untuk mencapai tujuan pendidikan.

11

Page 12: Laporan Observasi Pengembangan Kurikulum Kelompok 3

Suryosubroto (2010:32) menyatakan bahwa kurikulum adalah segala

pengalaman pendidikan yang diberikan oleh sekolah kepada seluruh anak

didiknya, baik dilakukan di dalam sekolah maupun diluar sekolah. Pengalaman

anak didik disekolah dapat diperoleh melalui berbagai kegiatan pendidikan

antara lain: mengikuti pelajaran di kelas, praktik keterampilan, latihan-latihan

olahraga dan kesenian, dan kegiatan karya wisata atau praktik dalam

laboratorium di sekolah.

Menurut Hamalik (2010:10) kurikulum adalah program pendidikan yang

disediakan oleh lembaga pendidikan (sekolah) bagi siswa. Berdasarkan program

pendidikan tersebut siswa melakukan berbagai kegiatan belajar, sehingga

mendorong perkembangan dan pertumbuhannya sesuai dengan tujuan

pendidikan yang telah ditetapkan.

Menurut pandangan modern (Hamid, 2012:16) kurikulum bukan hanya

rencana pembelajaran, melainkan merupakan realitas yang terjadi dalam proses

pendidikan di sekolah, kelas, luar kelas, pada pergaulan siswa dan lainnya yang

diorganisasikan oleh sekolah. Berbeda dengan pendapat Sanjaya (2009:9) yang

menyatakan kurikulum diartikan sebagai sebuah dokumen perencanaan yang

berisi tentang tujuan yang harus dicapai, isi materi dan pengalaman belajar yang

harus dilakukan siswa, starategi dan cara yang dapat dikembangkan untuk

mengumpulkan informasi tentang pencapaian tujuan serta implementasi dai

dokumen yang dirancang dalam bentuk nyata. Dengan demikian, pengembangan

kurikulum meliputi penyusunan dokumen implementasi dokumen serta evaluasi

dokumen yang telah disusun.

Nana Syaodih (2001:27) mengemukakan bahwa konsep yang terpenting

yang perlu mendapat penjelasan dalam teori kurikulum adalah konsep

kurikulum. Ada tiga konsep tentang kurikulum, kurikulum sebagai substansi,

kurikulum sebagai sistem dan kurikulum sebagai bidang studi. Konsep pertama,

kurikulum sebagai suatu substansi, suatu kurikulum, dipandang orang sebagai

suatu rencana kegiatan belajar bagi murid-murid di sekolah, atau sebagai

seperangkat tujuan yang ingin dicapai. Suatu kurikulum juga dapat menunjuk

kepada suatu dokumen yang berisi rumusan tentang tujuan, bahan ajar, kegiatan

belajar mengajar, jadwal dan evaluasi. Konsep kedua, adalah kurikulum sebagai

12

Page 13: Laporan Observasi Pengembangan Kurikulum Kelompok 3

suatu sistem, yaitu sistem kurikulum. Sistem kurikulum merupakan bagian dari

sistem persekolahan, sistem pendidikan, bahkan sistem masyarakat. Suatu sistem

kurikulum mencakup struktur personalitas, dan prosedur kerja bagaimana cara

menyusun suatu kurikulum, melaksanakan, mengevaluasi dan

menyempurnakannya. Konsep ketiga, kurikulum sebagai suatu bidang studi

yaitu bidang studi kurikulum. Ini merupakan bidang kajian para ahli kurikulum

dan ahli pendidikan dan pengajaran. Tujuan kurikulum sebagai bidang studi

adalah mengembangkan ilmu tentang kurikulum dan sistem kurikulum.

Dari pendapat para ahli di atas maka penulis menyimpulkan bahwa

kurikulum adalah seperangkat isi materi, bahan ajar, dan tujuan yang akan

ditempuh sebagai pedoman penyelanggaraan kegiatan pembelajaran untuk

mencapai tujuan pendidikan.

B. Komponen Kurikulum

Menurut Nurgiantoro (2004:16) menyatakan bahwa komponen-komponen

kurikulum, yaitu :

a. Komponen Tujuan

Komponen tujuan ini mempunyai tiga jenis tahapan, yaitu :

1. Tujuan jangka panjang

Hal ini menggambarkan tujuan hidup yang diharapkan serta didasarkan

pada nilai yang diambil dari filsafat. Tujuan ini tidak berhubungan

dengan tujuan sekolah, melainkan sebagai target setelah anak didik

menyelesaikan sekolah tujuan jangka menengah.

2. Tujuan jangka menengah

Tujuan ini merujuk pada tujuan sekolah yang berdasarkan pada

jenjangnya : SD, SMP, SMA dan lain-lainnya.

3. Tujuan jangka dekat

Tujuan yang dikhususkan pada pembelajaran dikelas, misalnya; siswa

dapat mengerjakan perkalian dengan betul, siswa dapat mempraktekkan

apa yang sudah diajarkan oleh guru, dan sebagainya.

Dalam sebuah kurikulum lembaga pendidikan terdapat dua tujuan. Yaitu:

1. Tujuan yang dicapai secara keseluruhan

13

Page 14: Laporan Observasi Pengembangan Kurikulum Kelompok 3

2. Tujuan yang ingin dicapai oleh setiap bidang studi.

b. Komponen isi/materi

Isi program kurikulum adalah segala sesuatu yang diberikan kepada

anak didik dalam kegiatan belajar mengajar dalam rangka mencapai tujuan.

Isi kurikulum meliputi jenis-jenis bidang studi yang diajarkan dan isi

masing-masing bidang studi tersebut. Bidang studi itu disesuaikan dengan

jenis, jenjang, maupun jalur pendidikan yang ada.

Langkah-langkah yang perlu dilakukan sebelum menentukan isi atau

content yang dilakukan sebagai kurikulum, terlebih dahulu perencana

kurikulum harus menyeleksi isi agar menjadi lebih efektif dan efisien.

Kriteria yang dapat dijadikan pertimbangan, antara lain :

1. Kebermaknaan

2. Manfaat dan kegunaan

3. Pengembangan manusia

c. Komponen Media (sarana dan prasarana)

Media merupakan sarana prasarana dalam pembelajaran. Media

merupakan perantara untuk menjabarkan isi kurikulum agar lebih mudah

dipahami oleh peserta didik dan agar memiliki retensi optimal.

Oleh karena itu, pemanfaatan dan pemakaian media dalam

pengajaran secara tepat terhadap pokok bahasan yang disajikan pada peserta

didik akan mempermudah peserta didik dalam menggapai, memahami isi

sajian guru dalam pengajaran.

d. Komponen strategi

Strategi merujuk pada pendekatan mengajar yang digunakan dalam

pengajaran, tetapi pada hakikatnya strategi pengajaran tidak hanya terbatas

pada hal itu saja. Strategi pengajaran berkaitan dengan cara penyampaian

atau cara yang ditempuh dalam melaksanakan pengajaran, mengadakan

penilaian, pelaksanaan bimbingan, dan mengatur kegiatan baik secara umum

maupun yang bersifat khusus.

e. Komponen proses belajar mengajar

Komponen ini sangat penting dalam sistem pengajaran, sebab diharapkan

melalui proses belajar mengajar akan terjadi perubahan tingkah laku pada diri

14

Page 15: Laporan Observasi Pengembangan Kurikulum Kelompok 3

peserta didik. Keberhasilan pelaksanaan proses belajar mengajar merupakan

indikator keberhasilan pelaksanaan kurikulum.

Kemampuan guru dalam menciptakan suuasana pengajaran yang

kondusif, merupakan indikator kreativitas guru dalam mengajar. Hal tersebut

bisa dicapai apabila guru dapat melaksanakan: 1) memusatkan diri dalam

mengajar, 2) menerapkan metode yang pas dalam mengajar, 3) memusatkan

pada proses dan produknya, 4) memusatkan pada kompetensi yang relevan

(Hamalik, 2003:35-36).

Menurut Nana Syaodih (2013:102-112) kurikulum dapat diumpamakan

sebagai suatu orgnisme manusia ataupun binatang, yang memiliki susunan

anatomi tertentu. Unsur atau komponen- komponen dari anatomi tubuh

kurikulum yang utama adalah: tujuan, isi atau materi, proses atau system

penyampaian dan media, serta evaluasi. Keempat komponen tersebut berkaitan

erat satu sama lain.

Suatu kurikulum harus memilki kesesuaian atau relevansi. Kesesuaian ini

meliputi dua hal. Pertama kesesuaian antara kurikulum dengan tuntutan,

kebutuhan, kondisi, dan perkembangan masyarakat. Kedua kesesuaian antar

komponen-komponen kurikulum, yaitu isi sesuai dengan tujuan, proses sesuai

dengan isi dan tujuan, demikian juga evaluasi sesuai dengan proses, isi dan

tujuan kurikulum.

1. Tujuan

Dalam kurikulum pendidikan dasar dan menengah 1975/1976 dikenal

kategori tujuan sebagai berikut. Tujuan pendidikan nasional merupakan tujuan

jangka panjang, tujuan ideal pendidikan bagi bangsa Indonesia. Tujuan

institusional, merupakan sasaran pendidikan sesuatu lembaga pendidikan.

Tujuan kurikuler, adalah tujuan yang ingin dicapai oleh sesuatu program studi.

Tujuan instruksional yang merupakan target yang harus dicapai oleh sesuatu

mata pelajaran. Yang terakhir ini, masih dirinci lagi menjadi tujuan instruksional

umum dan khusus atau disebut juga objektif, yang merupakan tujuan pokok

bahasan.

Tujuan pendidikan nasional yang berjangka panjang merupakan suatu

tujuan pendidikan umum, sedangkan tujuan instruksional yang berjangka waktu

15

Page 16: Laporan Observasi Pengembangan Kurikulum Kelompok 3

cukup pendek merupakan tujuan yang bersifat khusus. Tujuan-tujuan khusus

dijabarkan dari sasaran- sasaran pendidikan yang bersifat umum yang biasanya

abstrak dan luas, menjadi sasaran- sasaran khusus yang lebih konkret, sempit,

dan terbatas.

2. Bahan ajar

Siswa belajar dalam bentuk interaksi dengan lingkungannya, lingkungan

orang-orang, alat-alat dan ide-ide. Tugas utama seorang guru adalah

menciptakan lingkungan tersebut, untuk mendorong siswa melakukan interaksi

yang produktif dan memberikan pengalaman belajar yang dibutuhkan. Kegiatan

dan lingkungan demikian dirancang dalam suatu rencana mengajar, yang

mencakup komponen-komponen: tujuan khusus, sekuens bahan ajar, strategi

mengajar, media dan sumber belajar, serta evaluasi hasil mengajar. Karena

perumusan tujuan khusus strategi, dan evaluasi hasil mengajar dibahas secara

tersendiri, maka dalam bagian ini yang akan diuraikan hanya sekuens bahan ajar.

Sekuens bahan ajar

Untuk mencapai tiap tujuan mengajar yang telah ditentukan diperlukan

bahan ajar. Bahan ajar tersusun atas topik- topik dan sub-subtopik

tertentu. Tiap topik atau subtopik mengandung ide-ide pokok yang

relevan dengan tujuan yang telah ditetapkan. Topik-topik atau sub-

subtopik tersebut tersusun dalam sekuens tertentu yang membentuk suatu

sekuens bahan ajar

3. Strategi mengajar

Penyusunan sekuens bahan ajar berhubungan erat dengan strategi atau

metode mengajar. Pada waktu guru menyusun sekuens suatu bahan ajar, ia juga

harus memikirkan strategi mengajar mana yang sesuai untuk menyajikan bahan

ajar dengan urutan seperti itu.

Ada beberapa strategi yang dapat digunakan dalam mengajar. Rowntree

(1974:93-97) membagi strategi mengajar itu atas Exposition-Discovery Learning

dan Groups-Individual Learning. Ausebel dan Robinson (1969:43-45)

membaginya atas strategi Reception Learning-Discovery Learning and Rote

Learning-Meaningful Learning.

16

Page 17: Laporan Observasi Pengembangan Kurikulum Kelompok 3

4. Media mengajar

Media mengajar merupakan segala macam bentuk perangsang dan alat

yang disediakan guru untuk mendorong siswa belajar. Perumusan diatas

menggambarkan pengertian media yang cukup luas, mencakup berbagai bentuk

perangsang belajar yang sering disebut sebagai audio visual aid, serta berbagai

bentuk alat penyaji perangsang belajar, berupa alat- alat elektronika seperti

mesin pengajaran, film, audio cassette, video cassette, televise, dan computer.

Romntree (1974:104-113)mengelompokkan media mengajar menjadi lima

macam dan disebut modes, yaitu interaksi insani, realita, pictorial, simbol

tertulis, dan rekaman suara.

5. Evaluasi pengajaran

Komponen utama selanjutnya setelah rumusan tujuan, bahan ajar,

strategi mengajar, dn media mengajar adalah evaluasi dan penyempurnaan.

Evaluasi ditujukan untuk menilai pencapaian tujuan-tujuan yang telah ditentukan

serta menilai proses pelaksanaan mengajar secara keseluruhan. Tiap kegiatan

akan memberikan umpan balik, demikian juga dalam pencapaian tujuan-tujuan

belajar dan proses pelaksanaan mengajar. Umpan balik tersebut digunakan untuk

mengadakan berbagai usaha penyempurnaan baik bagi penentuan dan

perumusan tujuan mengajar, penentuan sekuens bahan ajar, strategi, dan media

mengajar.

6. Penyempurnaan

Hasil- hasil evaluasi, baik evaluasi hasil belajar, maupun evaluasi

pelaksanaan mengajar secara keseluruhan, merupakan umpan balik bagi

penyempurnaan-penyempurnaan lebih lanjut. Komponen apa yang

disempurnakan, dan bagaimana penyempurnaan tersebut dilaksanakan? Sesuai

dengan komponen- komponen yang dievaluasi, pada dasarnya semua komponen

mengajar mempunyai kemungkinan untuk disempurnakan. Suatu komponen

mendapatkan prioritas lebih dulu atau mendapatkan penyempurnaan lebih

banyak, dilihat dari peranannya dan tingkat kelemahannya (Rowntree, 1974:150-

151). Penyempurnaan juga mungkin dilakukan secara langsung begitu

didapatkan sesuatu informasi umpan balik, atau ditangguhkan sampai jangka

waktu tertentu bergantung pada urgensinya dan kemungkinannya mengadakan

17

Page 18: Laporan Observasi Pengembangan Kurikulum Kelompok 3

penyempurnaan. Penyempurnaan mungkin dilaksanakan sendiri oleh guru, tetapi

dalam hal- hal tertentu mungkin dibutuhkan bantuan atau saran-saran orang lain

baik sesama personalia sekolah atau ahli pendidikan dari luar sekolah.

Penyempurnaan juga mungkin bersifat menyeluruh atau hanya menyangkut

bagian-bagian tertentu. Semua hal tersebut bergantung pada kesimpulan-

kesimpulan hasil evaluasi.

C. Fungsi Kurikulum

Apa sebenarnya fungsi kurikulum bagi guru, siswa, kepala

sekolah/pengawas, orang tua dan masyarakat? Pada dasarnya fungsi kurikulum

berfungsi sebagai pedoman atau acuan. Bagi guru, kurikulum berfungsi sebagai

pedoman dalam melaksanakan proses pembelajaran. Bagi kepala sekolah dan

pengawas, kurikulum berfungsi sebagai pedoman dalam melaksanakan supervisi

atau pengawasan. Bagi orang tua, kurikulum berfungsi sebagai pedoman dalam

membimbing anaknya belajar dirumah. Bagi masyarakat, kurikulum berfungsi

sebagai pedoman untuk memberikan bantuan bagi terselenggaranya proses

pendidikan disekolah. Sedangkan bagi siswa, kurikulum berfungsi sebagai suatu

pedoman belajar.

Berkaitan dengan fungsi kurikulum bagi siswa sebagai subjek didik

terdapat enam fungsi kurikulum yaitu fungsi penyesuaian, fungsi

pengintegrasian, fungsi diferensiasi, fungsi persiapan, fungsi pemilihan, dan

fungsi diagnostik.

1. Fungsi Penyesuaian (The Adjustive of Adaptive Function)

Individu hidup dalam lingkungan. Setiap individu harus mampu

menyesuaikan diri terhadap lingkungannya secara menyeluruh. Karena

lingkungan sendiri senantiasa berubah dan bersifat dinamis, maka masing-

masing individu pun harus memiliki kemampuan menyesuaikan diri secara

dinamis pula. Dibalik itu, lingkungan pun harus disesuaikan dengan kondisi

perorangan. Disinilah letak fungsi kurikulum sebagai alat pendidikan, sehingga

individu bersifat well-adjusted.

18

Page 19: Laporan Observasi Pengembangan Kurikulum Kelompok 3

2. Fungsi Integrasi (The Integrating Function)

Kurikulum berfungsi mendidik pribadi-pribadi yang terintegrasi. Oleh

karena individu sendiri merupakan bagian dari masyarakat, maka pribadi yang

terintegrasi itu akan memberikan sumbangan dalam pembentukan atau

pengintegrasian masyarakat.

3. Fungsi Diferensiasi (The Differentiating Function)

Kurikulum perlu memberikan pelayanan terhadap perbedaan diantara

setiap orang dalam masyarakat. Pada dasarnya, diferensiasi akan mendorong

orang berpikir kritis dan kreatif, sehingga akan mendorong kemajuan sosial

dalam masyarakat. Akan tetapi, adanya diferensiasi tidak berarti mengabaikan

solidaritas social dan integrasi, karena diferensiasi juga dapat menghindarkan

terjadinya stagnasi social.

4. Fungsi Persiapan (The Propaedeutic Function)

Kurikulum berfungsi mempersiapkan siswa agar mampu melanjutkan

studi lebih lanjut untuk suatu jangkauan yang lebih jauh, misal melanjutkan

studi kesekolah yang lebih tinggi atau persiapan belajar didalam masyarakat.

Persiapan kemampuan belajar lebih lanjut ini sangat diperlukan, mengingat

sekolah tidak mungkin memberikan semua yang diperlukan siswa atau apapun

yang menarik perhatian mereka.

5. Fungsi Pemilihan (The Selective Function)

Perbedaan (diferensiasi) dalam pemilihan (seleksi) adalah dua hal yang

saling berkaitan. Pengakuan atas perbedaan berarti memberikan kesempatan

bagi seseorang untuk memilih apa yang diinginkan dan menarik minatnya.

Kedua hal tersebut merupakan kebutuhan bagi masyarakat yang menganut

sistem demokratis. Untuk mengembangkan berbagai kemampuan tersebut, maka

kurikulum perlu disusun secara luas dan bersifat fleksibel.

6. Fungsi Diagnostik (The Diagnostic Function)

Salah satu segi pelayanan pendidikan adalah membantu dan

mengarahkan siswa untuk mampu memahami dan menerima dirinya, sehingga

dapat mengembangkan seluruh potensi yang dimilikinya. Hal ini dapat

dilakukan jika siswa menyadari semua kelemahan dan kekuatan yang

dimilikinya melalui proses eksplorasi. Selanjutnya siswa sendiri yang

19

Page 20: Laporan Observasi Pengembangan Kurikulum Kelompok 3

memperbaiki kelemahan tersebut dan mengembangkan sendiri kekuatan yang

ada. Fungsi ini merupakan fungsi diagnostik kurikulum akan membimbing siswa

untuk dapat berkembang secara optimal.

Berbagai fungsi kurikulum tadi dilaksanakan oleh kurikulum secara

keseluruhan. Fungsi-fungsi tersebut memberikan pengaruh terhadap

pertumbuhan dan perkembangan siswa, sejalan dengan arah filsafat

pendidikandan tujuan pendidikan yang diharapkan oleh institusi pendidikan

yang bersangkutan.

D. Peranan Kurikulum

Sebagai program pendidikan yang telah direncanakan secara sistematis,

kurikulum mengemban peranan yang sangat penting bagi pendidikan siswa.

Apabila dianalisis sifat dari masyarakat dan kebudayaan, dengan sekolah sebagai

institusi sosial dalam melaksanakan operasinya, maka dapat ditentukan paling

tidak tiga peranan kurikulum yang sangat penting, yakni peranan konservatif,

peranan kritis atau evaluative, dan peranan kreatif. Ketiga peranan ini sama

penting dan perlu dilaksanakan secara seimbang.

1. Peranan Konservatif

Salah satu tanggung jawab kurikulum adalah mentransmisikan dan

menafsirkan warisan sosial pada generasi muda. Dengan demikian, sekolah

sebagai suatu lembaga sosial dapat memengaruhi dan membina tingkah laku

siswa sesuai dengan berbagai nilai sosial yang ada dalam masyarakat, sejalan

dengan peranan pendidikan sebagai suatu proses sosial. Ini seiring dengan

hakikat pendidikan itu sendiri, yang berfungsi sebagai jembatan antara para

siswa selaku anak didik dengan orang dewasa, dalam suatu proses pembudayaan

yang semakin berkembang menjadi lebih kompleks. Oleh karenanya, dalam

kerangka ini fungsi kurikulum menjadi teramat penting, karena ikut membantu

proses tersebut. Dengan adanya peranan konservatif ini, maka sesungguhnya

kurikulum itu berorientasi pada masa lampau. Meskipun demikian, peranan ini

sangat mendasar sifatmya.

20

Page 21: Laporan Observasi Pengembangan Kurikulum Kelompok 3

2. Peranan Kritis atau Evaluatif

Kebudayaan senantiasa berubah dan bertambah. Sekolah tidak hanya

mewariskan kebudayaan yang ada, melainkan juga menilai dan memilih

berbagai unsur kebudayaan yang akan diwariskan. Dalam hal ini, kurikulum

turut aktif berpartisipasi dalam kontrol sosial dan memberi penekanan pada

unsur berpikir kritis. Nilai-nilai sosial yang tidak sesuai lagi dengan keadaan

dimasa mendatang dihilangkan, serta diadakan modifikasi dan perbaikan.

Dengan demikian kurikulum harus merupakan pilihan yang tepat atau dasar

kriteria tertentu.

3. Peranan Kreatif

Kurikulum berperan dalam melakukan berbagai kegiatan kreatif dan

konstruktif, dalam artian menciptakan dan menyusun suatu hal yang baru sesuai

dengan kebutuhan masyarakat dimasa sekarang dan masa mendatang. Untuk

membantu setiap individu dalam mengembangkan semua potensi yang ada

padanya, maka kurikulum menciptakan pelajaran, pengalaman, cara berpikir,

kemampuan, dan keterampilan yang baru, yang memberikan manfaat bagi

masyarakat.

Ketiga peranan kurikulum tersebut harus berjalan secara seimbang, atau

dengan kata lain terdapat keharmonisan diantara ketiganya. Dengan demikian,

kurikulum dapat memenuhi tuntutan waktu dan keadaan dalam membawa siswa

menuju kebudayaan masa depan.

E. Pengembangan Kurikulum

1. Landasan Pengembangan Kurikulum

Kurikulum disusun untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional

dengan memperhatikan tahap perkembangan peserta didik dan kesesuaiannya

dengan lingkungan, kebutuhan pembangunan nasional, perkembangan ilmu

pengetahuan dan teknologi serta kesenian, sesuai dengan jenis dan jenjang

masing-masing satuan pendidikan. Sejalan dengan kententuan tersebut, perlu

ditambahkan bahwa pendidikan nasional berakar pada kebudayaan nasional, dan

pendidikan nasional berdasarkan Pancasila dan Undang- Undang Dasar 1945.

21

Page 22: Laporan Observasi Pengembangan Kurikulum Kelompok 3

Berdasarkan ketentuan dan konsep-konsep tersebut, pengembangan kurikulum

agar berlandaskan faktor-faktor sebagai berikut :

1. Tujuan filsafat dan pendidikan nasional yang dijadikan sebagai dasar untuk

merumuskan tujuan institusional yang pada gilirannya menjadi landasan

dalam merumuskan tujuan kurikulum suatu satuan pendidikan.

2. Sosial budaya dan agama yang berlaku dalam masyarakat kita.

3. Perkembangan peserta didik, yang menunjuk pada karakteristik

perkembangan peserta didik.

4. Keadaan lingkungan, yang dalam arti luas meliputi lingkungan manusiawi

(interpersonal), lingkungan kebudayaan termasuk iptek (kultural), dan

lingkungan hidup (bioekologi), serta lingkungan alam (geoekologis).

5. Kebutuhan pembangunan, yang mencakup kebutuhan pembangunan

dibidang ekonomi, kesejahteraan rakyat, hukum, hankam, dan sebagainya.

6. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang sesuai dengan system

nilai dan kemanusiawian serta budaya bangsa.

Keenam faktor tersebut saling kait-mengait antara satu dengan yang lainnya.

1) Filsafat dan Tujuan Pendidikan

Filsafat pendidikan mengandung nilai-nilai atau cita-cita masyarakat.

Berdasarkan cita-cita tersebut terdapat landasan, mau dibawa kemana pendidikan

anak. Filsafat pendidikan menggambarkan manusia yang ideal yang diharapkan

oleh masyarakat. Dengan kata lain, filsafat pendidikan merupakan pandangan

hidup masyarakat. Filsafat pendidikan menjadi landasan untuk merancang tujuan

pendidikan, prinsip-prinsip pembelajaran, serta perangkat pengalaman belajar

yang bersifat mendidik. Filsafat pendidikan dipengaruhi oleh dua hal yang

pokok, yakni: 1. Cita-cita msayrakat, dan 2. Kebutuhan peserta didik yang hidup

di masyarakat.

Filsafat pendidikan sebagai suatu pandangan hidup bukan menjadi hiasan

lidah belaka, melainkan harus meresapi tingkah laku semua anggota masyarakat.

Nilai-nilai filsafat pendidikan harus dilaksanakan dalam perilaku sehari-hari. Hal

ini menunjukkan pentingnya filsafat pendidikan sebagai landasan dalam rangka

pengembangan kurikulum.

22

Page 23: Laporan Observasi Pengembangan Kurikulum Kelompok 3

Filsafat pendidikan sebagai sumber tujuan. Secara sederhana dapat

ditafsirkan bahwa filsafat pendidikan adalah hal yang diyakini dan diharapkan

oleh seseorang. Filsafat pendidikan mengandung nilai-nilai atau perbuatan

seseorang atau masyarakat. Dalam filsafat pendidikan terkandung cita-cita

tentang model manusia yang diharapkan, sesuai dengan nilai-nilai yang disetujui

oleh individu dan masyarakat. Karena itu, filsafat pendidikan harus dirumuskan

berdasarkan kriteria yang bersifat umum dan objektif. Hopkin dalam bukunya

Interaction The Democratic Process, mengemukakan kriteria, antara lain :

1. Kejelasan, filsafat/ keyakinan harus jelas dan tidak boleh meragukan.

2. Konsisten dengan kenyataan, berdasarkan penyelidikan yang akurat.

3. Konsisten dengan pengalaman, yang sesuai dengan kehidupan individu.

2) Keadaan Lingkungan

Dalam arti yang luas, lingkungan merupakan suatu sistem yang disebut

ekosistem, yang meliputi keseluruhan faktor lingkungan, yang tertuju pada

peningkatan mutu kehidupan diatas bumi ini. Faktor-faktor dalam ekosistem itu,

meliputi:

1. Lingkungan manusiawi/ interpersonal;

2. Lingkungan sosial budaya/ kultural;

3. Lingkungan biologis, yang meliputi flora dan fauna;

4. Lingkungan geografis, seperti bumi, air, dan sebagainya.

Masing- masing faktor lingkungan memilki sumber daya yang dapat

digunakan sebagai modal atau kekuatan yang mempengaruhi pembangunan.

Lingkungan manusiawi merupakan sumber daya manusia (SDM), baik dalam

jumlah maupun dalam mutunya. Lingkungan sosial budaya merupakan sumber

daya budaya (SDB) yang mencakup kebudayaan, ilmu pengetahuan, dan

teknologi. Lingkungan biologis dan geografis merupakan sumber daya alam

(SDA). Jadi ada tiga sumber daya yang terkait erat dengan pembangunan yang

berwawasan lingkungan.

Pembangunan berwawasan lingkungan ditafsirkan dalam konteks bahwa

pembangunan itu memperhatikan dan disesuaikan dengan keadaan dan

kebutuhan lingkungan, memanfaatkan potensi dan sumber-sumber yang tersedia

23

Page 24: Laporan Observasi Pengembangan Kurikulum Kelompok 3

di lingkungan, memelihara atau melestarikan lingkungan, serta meningkatkan

dan mengembangkan lingkungan.

Penyesuaian pembangunan dengan lingkungan berarti upaya-upaya dan

kegiatan pelaksanaan pembangunan disesuaikan dengan keadaan dan kondisi

masyarakat yang sedang berkembang cepat dalam semua karakteristiknya.

Pemanfaatan lingkungan adalah memanfaatkan sumber daya tersebut untuk

mendukung pelaksanaan pembangunan. Pemeliharaan dan pelestarian

lingkungan berarti menjamin dan menjaga agar lingkungan dengan sumber-

sumbernya itu tetap terbina sehingga terus berfungsi sebagaimana adanya, tidak

rusak atau terganggu, melainkan tetap utuh dan harmonis dalam hubungannya

dengan kehidupn manusia. Peningkatan dan pengembangan mancakup juga

perbaikan dan rehabilitasi.

3) Kebutuhan Pembangunan

Tujuan pokok pembangunan adalah untuk menumbuhkan sikap dan

tekad kemandirian manusia dan masyarakat Indonesia dalam rangka

meningkatkan kualitas sumber daya manusia untuk mewujudkan kesejahteraan

lahir batin yang lebih selaras, adil dan merata. Keberhasilan pembangunan

ditandai oleh terciptanya suatu masyarakat yang maju, mandiri dan sejahtera.

Untuk mencapai tujuan pembangunan tersebut, maka dilaksanakan

proses pembangunan yang titik beratnya terletak pada pembangunan ekonomi

yang seiring dan didukung oleh pengembangan sumber daya manusia yang

berkualitas, serta upaya-upaya pembangunan di sektor lainnya. Hal ini menunjuk

pada kebutuhan pembangunan sesuai dengan sektor-sektor yang perlu dibangun

itu sendiri, yakni bidang-bidang industri, pertanian, tenaga kerja, perdagangan,

transportasi, pertambangan, kehutanan, usaha nasional, pariwisata, pos dan

telekomunikasi, transmigrasi, energi, dan lingkungan hidup (GBHN,1993).

Pembangunan sumber daya manusia yang berkualitas diarahkan untuk

meningkatkan kualitas SDM yang mampu mendukung pembangunan ekonomi

dan pembangunan di bidang-bidang lainnya. Implikasi dari upaya pembangunan

tersebut maka diperlukannya peningkatan produktivitas, peningkatan dan

perluasan pendidikan keahlian sesuai dengan kebutuahn bidang- bidang

pembangunan tersebut, dan pengembangan iptek yang mantap.

24

Page 25: Laporan Observasi Pengembangan Kurikulum Kelompok 3

4) Perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Pembangunan didukung oleh perkembangan ilmu pengetahuan dan

teknologi dalam rangka mempercepat terwujudnya ketangguhan dan keunggulan

bangsa. Dukungan iptek terhadap pembangunan dimaksudkan unuk memacu

pembangunan menuju terwujudnya masyarakat yang mandiri, maju dan

sejahtera. Di sisi lain, perkembangan iptek itu sendiri berlangsung semakin

cepat, berbarengan dengan persaingan antar bangsa semakin meluas, sehingga

diperlukan penguasaan, pemanfaatan, dan pengembangan iptek, yang pada

gilirannya mengandung implikasi tertentu terhadap pengembangan sumber daya

manusia supaya memiliki kemampuan dalam penguasaan dan pemanfaatan serta

pengembangan dalam bidang iptek.

Untuk mencapai tujuan dan kemampuan-kemampuan tersebut, maka ada

tiga hal yang dijadikan sebagai dasar, yakni :

1. Pembangunan iptek harus berada dalam keseimbangan yang dinamis dan

efektif dengan pembinaan sumber daya manusia, pengembangan sarana

dan prasarana iptek, pelaksanaan penelitian dan pengembangan serta

rekayasa dan prduksi barang dan jasa.

2. Pembangunan iptek tertuju pada peningkatan kualitas, yakni untuk

meningkatkan kualitas kesejahteraan dan kehidupan bangsa.

3. Pembangunan iptek harus selaras (relevan) dengan nilai- nilai agama,

nilai luhur budaya bangsa, kondisi sosial budaya, dan lingkungan hidup.

4. Pembangunan iptek harus berpijak pada upaya peningkatan

produktivitas, efisiensi dan efektivitas penelitian dan pengembangan

yang lebih tinggi.

5. Pembangunan iptek berdasarkan pada asa pemanfaatannya yang dapat

memberikan nilai tambah dan memberikan pemecahan masalah konkret

dalam pembangunan.

Penguasaan, pemanfaatan, dan pengembangan ilmu pengetahuan dan

teknologi dilaksanakan oleh berbagai pihak, yakni :

1. Pemerintah, yang mengembangkan dan memanfaatkan iptek untuk

menunjang pembangunan dalam segala bidang.

25

Page 26: Laporan Observasi Pengembangan Kurikulum Kelompok 3

2. Masyarakat, yang memanfaatkan iptek utnuk pengembangan masyarakat

dan mengembangkannya secara swadaya.

3. Akademisi terutama di lingkungan perguruan tinggi, mengembangkan

iptek untuk disumbangkan kepada pembangunan.

4. Pengusaha, untuk kepentingan meningkatkan produktivitas.

2. Proses Pengembangam Kurikulum

Dalam pengembangan kurikulum terdapat dua proses utama yakni

pengembangan pedoman kurikulum dan pengembangan pedoman instruksional.

2.1 Pengembangan Pedoman Kurikulum

Pedoman kurikulum meliputi :

- Latar belakang yang berisi rumusan falsafah dan tujuan lembaga

pendidikan, populasi yang menjadi sasaran, rasional bidang studi atau

matakuliah, struktur organisasi bahan pelajaran.

- Silabus yang berisi mata pelajaran secara lebih terinci yang diberikan

yakni scope (ruang lingkup) dan sequence-nya (urutan pengajiannya)

- Desain Evaluasi termasuk strategi revisi atau perbaikan kurikulum

mengenai:

a. Bahan pelajaran (scope dan sequence)

b. Organisasi bahan dan strategi instruksionalnya.

Pedoman kurikulum disusun untuk menentukan dalam garis besarnya:

- Apa yang akan diajarkan (ruang lingkup, scope)

- Kepada siapa diajarkan

- Apa sebab diajarkan, dengan tujuan apa

- Dalam urutan yang bagaimana (sequence)

Selanjutnya perlu diuraikan:

- Falsafah dan misi lembaga pendidikan, sekolah, akademi atau

universitas institut.

Dalam hal perguruan tinggi perlu dikemukakan falsafah dan misi tiap

fakultas dan jurusan.

- Alasan atau rasional kurikulum berhubungan dengan populasi yang

dijadikan sasaran, yakni untuk apa siswa dipersiapkan

26

Page 27: Laporan Observasi Pengembangan Kurikulum Kelompok 3

- Tujuan filosofis mengenai bahan yang akan diajarkan, alas an

memilihnya/

- Organisasi bahan pelajaran secara umum

Langkah-langkah dalam Pengembangan Pedoman Kurikulum :

Dalam garis besarnya kita dapat mengikuti langkah-langkah sebagai berikut:

1) Kumpulkan keterangan mengenai faktor-faktor yang turut menentukan

kurikulum serta latar belakangnya.

2) Tentukan mata pelajaran atau matakuliah yang akan diajarkan

3) Rumuskan tiap tujuan matapelajaran

4) Tentukan hasil belajar yang diharapkan siswa dalam tiap matapelajaran

5) Tentukan topik-topik tiap mata pelajaran

6) Tentukan syarat-syarat yang dituntut dari siswa

7) Tentukan bahan yang harus dibaca oleh siswa

8) Tentukan strategi mengajar yang serasi serta sediakan berbagai

sumber/alat peraga proses belajar mengajar

9) Tentukan alat evaluasi hasil belajar siswa serta skala penilaiannya

10) Buat desain rencana penilaian kurikulum secara keseluruhan dan

strategi perbaikannya.

2.2 Pengembangan Pedoman Instruksional

Pedoman Instruksional diperoleh atas usaha pengajar untuk menguraikan

pedoman isi kurikulum agar lebih spesifik sehingga lebih mudah untuk

mempersiapkannya sebagai pelajaran dalam kelas. Dengan demikian apa yang

diajarkan benar-benar bersumber dari pedoman kurikulum.

Untuk praktisnya dan mempermudah pekerjaan sambil lebih menjamin

mutunya, penyusunan pedoman instruksional sebaiknya dilakukan oleh suatu

tim, termasuk guru yang akan mengajarkannya.

Ada orang yang mengajukan kritik bahwa pedoman instruksional

terlampau membatasi kebebasan dan kreativitas guru. Pedoman instruksional

yang rerinci menentukan tujuan instruksional yang spesifik dengan bahan yang

khusus pula. Seperti kita ketahui tujuan instruksional khusus pada umumnya

terlampau mengutamakan hasil belajar tingkatan kognitif rendah berupa fakta

27

Page 28: Laporan Observasi Pengembangan Kurikulum Kelompok 3

dan informasi yang tidak merangsang siswa untuk berpikir. Kiritik itu ada

kebenarannya.

Namun bila dalam pengajaran dipentingkan efektifitas dan

pertanggungjawaban atas mutu hasil belajar, maka berdasarkan penelitian pada

tingkat SD, SMP, SMA maupun perguruan tinggi hasil belajar nyata-nyata lebih

tinggi bila pelajaran lebih berstruktur. Pelajaran dikatakan berstruktur bila lebih

dahulu ditentukan secara jelas dan terinci tujuan (biasanya berupa TIK), strategi

mengajar (PBM), bahan pelajaran dan evaluasinya (sering berupa tes objektif).

Keunggulan pengajaran berstruktur atas pengajaran “terbuka” terbukti

dari hasil pengukuran berbagai ragam hasil belajar siswa, walaupun harus diakui

bahwa pengukuran ini terutama mengenai aspek kognitif dan keterampilan

tingkatan rendah. Namun demikian dengan guru yang baik diharapkan bahwa

tingkat kognitif tinggi serta aspek afektif tak perlu diabaikan.

Untuk lebih menjamin mutu dan efektivitas proses belajar mengajar,

maka para pendidik harus menguasai proses pengembangan kurikulum dan

mendesain pedoman instruksional yang lebih berstruktur.

Langkah-langkah mendesain pedoman instruksional :

1. Tentukan satu atau dua tujuan untuk tiap topik yang telah disebut

dalam silabus mata pelajaran. Tujuan itu lazim disebut tujuan

instruksional umum atau TIU.

2. Rumuskan Tujuan Instruksional Khusus (TIK) sehingga dapat

diamati dan diukur hasilnya.

3. Tentukan dua atau tiga macam kegiatan belajar bagi tiap tujuan

khusus.

4. Sediakan sumber dan alat belajar mengajar yang sesuai.

5. Buat desain penilaian hasil dan kemajuan belajar, cara menilai, alat

menilai untuk tiap tujuan khusus.

3. Komponen-Komponen Pengembangan Kurikulum

Kurikulum sebagai suatu sistem keseluruhan memiliki komponen-

komponen yang saling berkaitan antara satu dengan lainnya yakni : 1. Tujuan, 2.

Materi, 3. Metode, 4. Organisasi, 5. Evaluasi. Komponen- komponen tersebut,

28

Page 29: Laporan Observasi Pengembangan Kurikulum Kelompok 3

baik secara sendiri- sendiri maupun secara bersama- sama menjadi dasar utama

dalam upaya mengembangkan system pembelajaran.

3.1 Tujuan Kurikulum

Tujuan kurikulum tiap satuan pendidikan harus mengacu kearah

pencapaian tujuan pendidikan nasional, sebagaimana telah ditetapkan dalam

Undang- Undang No. 2 Tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Dalam

skala yang lebih luas, kurikulum merupakan suatu alat pendidikan dalam rangka

pengembangan sumber daya manusia yang berkualitas. Kurikulum menyediakan

kesempatan yang luas bagi peserta didik untuk mengalami proses pendidikan

dan pembelajaran untuk mencapi target tujuan pendidikan nasioanal khususnya

dan sumber daya manusia yang berkualitas umumnya. Tujuan ini dikategorikan

sbagai tujuan umum kurikulum.

3.2 Materi Kurikulum

Materi kurikulum pada hakikatnya adalah isi kurikulum. Dalam Undang-

Undang Pendidikan tentang Sistem Pendidikan Nasioanal telah ditetapkan,

bahwa ”Isi kurikulum merupakan bahan kajian dan pelajaran untuk mencapai

tujuan penyelenggaraan satuan pendidikan yang bersangkutan dalam rangka

upaya pencapaian tujuan pendidikan nasional”. Sesuai dengan rumusan tersebut,

isi kurikulum dikembangkan dan disusun berdasarkan prinsip- prinsip sebagai

berikut :

1. Materi kurikulum berupa bahan pembelajaran yang terdiri dari bahan kajian

atau topik- topik pelajaran yang dapat dikaji oleh siswa dalam proses belajar

dan pembelajaran;

2. Materi kurikulum mengacu pada pencapaian tujuan masing-masing satuan

pendidikan. Perbedaan dalam ruang lingkup dan urutan bahan pelajaran

disebabkan oleh perbedaan tujuan satuan pendidikan tersebut;

3. Materi kurikulum diarahkan untuk mencapai tujuan pendidikan nasional.

Dalam hal ini, tujuan pendidikan nasional meupakan target tertinggi yang

hendak dicapai melalui penyampaian materi kurikulum.

3.3 Metode

Metode adalah cara yang digunakan untuk menyampaikan materi

pelajaran dalam upaya mencapai tujuan kurikulum. Suatu metode mengandung

29

Page 30: Laporan Observasi Pengembangan Kurikulum Kelompok 3

pengertian terlaksananya kegitan guru dan kegiatan siswa dalam proses

pembelajaran. Metode dilaksanakan melalui prosedur tertentu. dewasa ini,

keaktifan siswa belajar mendapat tekanan utama dibandingkan dengan keaktifan

siswa yang bertindak sebagai fasilitator dan pembimbing bagi siswa. Karena itu,

istilah metode yang lebih menekankan pada kegiatan guru, selanjutnya diganti

dnegan istilah strategi pembelajaran yang menekankan pada kegiatan siswa.

Metode atau strategi pemebelajaran menempati fungsi yang penting

dalam kurikulum, karena itu, penyusunannya hendaknya berdasarkan analis

tugas yang mengacu pada tujuan kurikulum dan berdasarkan perilku awal siswa.

Dalam hubungan ini, ada tiga altenatif pendekatan yang dapt digunakan, yakni :

1. Pendekatan yang berpusat pada mata pelajaran

2. Pendekatan yang berpusat pada siswa

3. Pendekatan yang berorientasi pad kehidupan masyarakat.

3.4 Organisasi Kurikulum

Organisasi kurikulum terdiri dari beberapa bentuk, yang masing- masing

memilki ciri- cirinya sendiri.

a. Separated Subject Curriculum

Kurikulum ini menyajikan segala bahan pelajaran dalam berbagai macam

mata pelajaran (subjects) yang terpisah-pisah satu sama lain, seakan-akan ada

batas pemisah antara mata pelajaran yang satu sama lain, seakan-akan ada batas

pemisah antara mata pelajaran yang satu dengan yang lain juga antara suatu

kelas dengan kelas yang lain.

Dengan demikian sukar terdapat kebetulan pengetahuan pada anak.

Sebagai contoh misalnya dahulu kita pernah menyajikan mata pelajaran untuk

“Sekolah Rakyat VI Tahun” (sekarang Sekolah Dasar) terdiri atas Ilmu tumbuh-

tumbuhan, Ilmu hewan, Ilmu Tubuh Manusia, Ilmu kesehatan dan masih ada

juga limu Alam. Untuk masa sekarang semua mata pelajaran tersebut di atas

diintegrasikan diberikan predikat sebagai Ilmu Pengetahuan Alam disingkat

IPA. Tentu saja konsep dasar tinjauannya sangat berbeda dengan lima mata

pelajaran yang terdahulu. Separate Subject Curriculum mengandung beberapa

hal yang positif didalam praktek pendidikan sekolah yakni:

a) Bahan pelajaran disajikan secara sistematis dan logis.

30

Page 31: Laporan Observasi Pengembangan Kurikulum Kelompok 3

b) Organisasi kurikulum ini sederhana: mudah disusun mudah ditambah

atau mudah dikurangi jumlah pelajaran yang diperlukan (mudah

direorganisir).

c) Penilaian lebih mudah karena biasanya bahan pelajaran ditentukan

berdasarkan buku- buku pelajaran tertentu sehingga dapat diadakan ujian

umum atau tes hasil belajar yang seragam (uniform) disleuruh Negara.

- Kelebihan pada Separate Subject Curriculum yaitu :

1. Kurikulum ini memudahkan guru dalam melaksanakan pengajaran

karena bersifat “Subject Centered”; guru-guru yang sudah

berpengalaman dan menguasai seluruh bahan pelajaran dari buku maka

pekerjaannya menjadi rutin tiap tahun hany amnegulang yang sudah

pernah dilakukan sebelumnya.

2. Kebanyakan orang beranggapan bahwa sekolah adalah persiapan masuk

Perguruan Tinggi ; di Perguruan Tinggi biasanya organisasi Kurikulum

sesuai dengan prinsip terpisah-pisah itu. Jadi organisasi kurikulum di

sekolah dasar dan menengah dengan begitu sesuai dengan organisasi di

Perguruan Tinggi.

- Di samping ada hal- hal positif, Separate Subject Curriculum mendapat

kritik- kritik sebagai berikut:

1. Mata pelajaran terlepas-lepas satu sama lain hal ini tidak sesuai dengan

kenyataan kehidupan yang sebenarnya.

2. Tidak atau kurang memperhatikan masalah ynag dihadapi dalam

kehidupan sehari- hari.

3. Dari sudut Psikologis kurikulum demikian mengandung kelemahan;

banyak terjadi verbalitas dan menghafal serta makna tujuan pelajaran

kurang dihayati oleh anak didik.

4. Kurikulum ini cenderung statis dan ketinggalan dari perkembangan

zaman.

b. Correlated Curriculum

Pada dasarnya organisasi kurikulum ini menghendaki agar mata

pelajaran itu satu sama lain ada hubungan, bersangkut paut (correlated)

walaupun mungkin batas-batas yang satu dengan yang lain masih dipertahankan.

31

Page 32: Laporan Observasi Pengembangan Kurikulum Kelompok 3

Prinsip berhubungan satu sama lain (korelasi) ini dapat dilaksanakan dengan

beberapa cara :

1. Antara dua mata pelajaran diadakan hubungan secara insidental.

2. Memperbincangkan masalah-masalah tertentu dalam berbagai macam

pelajaran.

3. Mempersatukan beberapa mata pelajaran dengan menghilangkan batas

masing-masing.

Paduan atau fungsi antara beberapa mata pelajaran ini disebut “broad-fields”;

Broad-fields merupakan kesatuan yang tidak terbagi-bagi atas bagian-bagian.

Tetapi broad-fields pada dasarnya masih bersifat subject curriculum, hanya saja

jumlah mata pelajaran menjadi berkurang, sehingga broad-fields dapat dianggap

sebagai modifikasi dari subject curriculum, yang tradisional (Prof. Dr. Nasution,

hal.90).

Beberapa kebaikan Correlated curriculum dapat disebutkan antara lain :

1. Dengan korelasi pengetahuan murid lebih integral, tidak terlepas-lepas

(berpadu).

2. Dengan melihat hubungan erat antara mata pelajaran satu dengan yang

lain, minat murid bertambah.

3. Korelasi memberikan pengertian yang lebih luas dan mendalam karena

memandang dari berbagai sudut.

4. Dengan korelasi maka yang diutamakan adalah pengertian dan prinsip-

prinsip bukan pengetahuan akan fakta, dengan begitu lebih

memungkinkan penggunaan pengetahuan secara fungsional bagi murid-

murid.

Adapun disamping kebaikan ynag ada tersebut, ada keberatan yang diajukan

terhadap correlated curriculum ini yakni sebagai berikut:

1. Sulit untuk menghubungkan dengan masalah- masalah yang hangat

dalam kehidupan sehari-hari sebab dasarnya subject centered.

2. Brood fields tidak memberikan pengetahuan yang sistematis dan

mendalam untuk sesuatu mata pelajaran sehingga hal ini dipandang

kurang cukup untuk bekal mengikuti pelajaran Perguruan Tinggi.

32

Page 33: Laporan Observasi Pengembangan Kurikulum Kelompok 3

c. Integrated Curriculum

Integrated curriculum meniadakan batas-batas antara berbagai mata

pelajaran dan menyajikan bahan pelajaran dan menyajikan bahan pelajaran

dalam bentuk unit atau keseluruhan. Dengan kebulatan bahan pelajaran

diharapkan mampu membentuk kepribadian murid yang integral, selaras dengan

kehidupan sekitarnya, apa yang diajarkan di sekolah di sesuaikan dengan

kehidupan anak diluar sekolah, (Nasution, hal.92).

Beberapa manfaat kurikulum yang “Integrated” ini dapat disebutkan

sebagai berikut:

1. Segala sesuatu yang dipelajari anak merupakan unit yang bertalian erat,

bukan fakta yang terlepas satu sama lain.

2. Kurikulum ini sesuai dengan pendapat- pendapat modern tentang belajar,

murid dihadapkan kepada masalah yang berarti dalam kehidupan mereka.

3. Kurikulum ini memungkinkan hubungan yang erat antara sekolah dengan

masyarakat.

4. Aktifitas anak-anak meningkat karena dirangsang untuk berpikir sendiri dan

bekerja sendiri, atau bekerja sama dengan kelompok.

5. Kurikulum ini mudah disesuaikan dengan minat, kesanggupan dan

kematangan murid.

Keberatan- keberatan yang dilontarkan orang kepada kurikulum yang integrated

ini adalah sebagai berikut:

1. Guru-guru kita belum disiapkan untuk melaksanakan kurikulum ini.

2. Kurikulum ini tidak mempunyai organisasi yang sistematis.

3. Kurikulum ini memberatkan tugas guru.

4. Kurikulum ini tidak memungkinkan ujian umum sebab tidak ada

uniformalitas di sekolah-sekolah satu sama lain.

5. Anak-anak diragukan untuk bisa diajak menentukan kurikulum.

6. Pada umumnya kondisi sekolah masih kekurangan alat-alat untuk

melaksanakan kurikulum ini.

Selanjutnya menurut Nasution (Nana Syaodih,2013:94-95), dikatakan

memang sekolah-sekolah modern sudah mulai berangsur-angsur meninggalkan

33

Page 34: Laporan Observasi Pengembangan Kurikulum Kelompok 3

kurikulum yang subject cebtered ini karena dianggap tidak menghasilkan pribadi

yang harmonis.

Oleh karena itu pelajaran disusun sebagi keseluruhan yang disebut

“brood- unit” denga ciri- ciri sebagai berikut:

1. Unit merupakan suatu keseluruhan yang bulat.

2. Unit menghapus batas-batas pelajaran.

3. Unit didasarkan pada pendapat-pendapat modern mengenai cara belajar

(didasarkan pada pusat minat dari anak)

4. Unit didasarkan pada kebutuhan anak.

5. Unit memerlukan waktu yang lebih panjang dibanding dengan mata

pelajaran yang biasa dari kurikulum tradisional.

6. Unit bersifat “Life Centered” (berhubungan dengan kehidupan)

7. Unit memanfaatkan dengan wajar dari dalam diri anak yang belajar.

8. Dalam unit anak dihadapkan pada situasi-situasi yang mengandung

problema.

9. Unit dengan sengaja memajukan perkembangan social kepada anak- anak

sebab banyak memberi kesempatan untuk bekerja sama dalam kelompok.

10. Unit direncanakan bersama oleh guru dan murid.

3.4 Evaluasi

Evaluasi merupakan suatu komponen kurikulum, karena kurikulum

adalah pedoman penyelenggaraan kegiatan belajar mengajar. Dengan evaluasi

dapat diperoleh informasi yang akurat tentang penyelenggaraan pembelajaran

dan keberhasilan belajar siswa. Berdasarkan informasi itu dapat dibuat

keputusan tentang kurikulum itu sendiri, pembelajaran, kesulitan dan upaya

bimbingan yang perlu dilakukan.

F. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan

KTSP yang merupakan penyempurnaan dari Kurikulum 2004 (KBK)

adalah kurikulum operasional yang disusun dan dilaksanakan oleh masing-

masing satuan pendidikan/sekolah. Departemen Pendidikan Nasional

34

Page 35: Laporan Observasi Pengembangan Kurikulum Kelompok 3

mengharapkan paling lambat tahun 2009/2010, semua sekoloah telah

melaksanakan KTSP.

Terkait dengan penyusunan KTSP, BSNP telah membuat Panduan

Penyusunan KTSP. Panduan ini diharapkan menjadi acuan bagi satuan

pendidikan SD/MI/SDLB, SMP/MTs/SMPLB, SMA/MA/SMALB, dan SMK

dalam penyusunan dan pengembangan kurikulum yang akan dilaksanakan pada

tingkat satuan pendidikan yang bersangkutan.

Penyusunan KTSP yang dipercayakan pada setiap tingkat satuan

pendidikan hampir senada dengan prinsip implementasi KBK (Kurikulum 2004)

yang disebut Pengelolaan Kurikulum Berbasis Sekolah (KBS) dalam

merencanakan, melaksanakan, dan mengelola serta menilai pembelajaran sesuai

dengan kondisi dan aspirasi mereka. Prinsip Pengelolaan KBS mengacu pada

“kesatuan dalam kebijaksanaan dan keberagaman dalam pelaksanaan”. Yang

dimaksud dengan “kesatuan dalam kebijaksanaan” ditandai dengan sekolah-

sekolah menggunakan perangkat dokumen KBK yang “sama” dikeluarkan oleh

Departemen Pendidikan Nasional. Sedangkan “Keberagaman dalam

pelaksanaan” ditandai dengan keberagaman silabus yang akan dikembangkan

oleh sekolah masing-masing sesuai dengan karakteristik sekolahnya.

Dengan adanya pengelolaan KBS, banyak pihak/instansi yang akan

berperan dan bertanggung jawab dalam melaksanakannya, yaitu sekolah, kepala

sekolah, guru, dinas pendidikan kabupaten atau kota dinas pendidikan provinsi

dan Depdiknas. Pada KTSP, kewenangan tingkat satuan pendidikan sekolah

untuk mengembangkan dan mengelola kurikulum lebih diperbesar.

1. Prinsip Dan Acuan Pengembangan Ktsp

KTSP dikembangkan berdasarkan prinsip-prinsip berikut :

- Berpusat pada potensi, perkembangan, kebutuhan, dan kepentingan peserta

didik dan lingkungannya

- Beragam dan terpadu

- Tanggap terhadap perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni

- Relevan dengan kebutuhan kehidupan

- Menyeluruh dan berkesinambungan

- Belajar sepanjang hayat

35

Page 36: Laporan Observasi Pengembangan Kurikulum Kelompok 3

- Seimbang antara kepentingan nasional dan kepentingan daerah

Selain itu, KTSP disusun dengan memerhatikan acuan operasional

sebagai berikut :

1. Peningkatan iman dan takwa serta akhlak mulia

2. Peningkatan potensi, kecerdasan dan minat sesuai dengan tingkat

perkembangan dan kemampuan peserta didk

3. Keragaman potensi dan karakteristik daerah dan lingkungan

4. Tuntutan pembangunan daerah dan nasional

5. Tuntutan dunia kerja

6. Perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni

7. Agama

8. Dinamika perkembangan global

9. Persatuan nasional dan nilai-nilai kebangsaan

10. Kondisi social budaya masyarakat setempat

11. Kesetaraan gender

12. Karakteristik satuan pendidikan

2. Apa Saja Komponen KTSP

Komponen KTSP terdiri atas, yaitu 1) tujuan pendidikan tingkat satuan

pendidikan, 2) struktur dan muatan KTSP, 3) kalender pendidikan dan 4) silabus

dan Rencana Pelaksanaan Pengajaran (RPP).

Komponen 1 : Tujuan Pendidikan Tingkat Satuan Pendidikan.

Rumusan tujuan pendidikan tingkat satuan pendidikan mengacu pada tujuan

umum pendidikan berikut.

- Tujuan pendidikan dasar adalah meletakkan dasar kecerdasan pengetahuan,

kepribadian, akhlak mulia, serta keterampilan untuk hidup mandiri dan

mengikuti pendidikan lanjut

- Tujuan pendidikan menengah adalah meningkatkan kecerdasan pengetahuan,

kepribadian, akhlak mulia, serta keterampilan untuk hidup mandiri dan

mengikuti pendidikan lebih lanjut

36

Page 37: Laporan Observasi Pengembangan Kurikulum Kelompok 3

- Tujuan pendidikan menengah kejuruan adalah meningkatkan kecerdasan,

pengetahuan, kepribadian, akhlak muliah, serta keterampilan untuk hidup

mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut sesuai dengan kejuruannya

Komponen 2 : Struktur dan Muatan Kurikulum Tingkat Satuan

Pendidikan.

Struktur kurikulum tingkat satuan pendidikan pada jenjang pendidikan

dasar menengah tertuang dalam Standar isi, yang dikembangkan dari kelompok

mata pelajaran sebagai berikut :

1. Kelompok mata pelajaran agama dan akhlak mulia

2. Kelompok mata pelajaran kewarganegaraan dan kepribadian

3. Kelompok mata pelajaran ilmu pengetahuan dan teknologi

4. Kelompok mata pelajaran estetika

5. Kelompok mata pelajaran jasmani, olahraga, kesehatan

Kelompok mata pelajaran tersebut dilaksanakan melalui muatan dan/atau

kegiatan pembelajaran sebagaimana diuraikan dalam PP No. 19 Tahun 2005

tentang Standar Nasional Pendidikan Pasal 7.

Muatan kurikulum tingkat satuan pendidikan meliputi sejumlah mata

pelajaran yang keluasan dan kedalamannya merupakan beban belajar bagi

peserta didik pada satuan pendidikan. Disamping itu, materi muatan lokal dan

kegiatan pengembangan diri termasuk kedalam isi kurikulum.

- Mata Pelajaran

Mata pelajaran beserta alokasi waktu untuk masing-masing tingkat satuan

pendidikan tertera pada struktur kurikulum yang tercantum dalam Standar isi

- Muatan Lokal

Muatan lokal merupakan kegiatan kurikuler untuk mengembangkan kompetensi

yang disesuaian dengan ciri khas dan potensi daerah, termasuk keunggulan

daerah, yang materinya tidak dapat dikelompokkan kedalam mata pelajaran yang

ada. Substansi muatan lokal ditentukan oleh satuan pendidikan

- Kegiatan Pengembangan Diri

Pengembangan diri bukan merupakan mata pelajaran yang harus diasuh

oleh guru. Pengembangan diri bertujuan untuk memberikan kesempatan kepada

peserta didik untuk mengembangkan dan mengekspresikan diri sesuai dengan

37

Page 38: Laporan Observasi Pengembangan Kurikulum Kelompok 3

kebutuhan, bakat, minat, setiap peserta didik sesuai dengan kondisi sekolah.

Kegiatan pengembangan diri difasilitasi dan/atau dibimbing oleh konselor, guru,

atau tenaga kependidikan yang dapat dilakukan dalam bentuk kegiatan

ekstrakulikuler. Kegiatan pengembangan diri dilakukan melalui kegiatan

pelayanan konseling yang berkenaan dengan masalah diri pribadi dan kehidupan

sosial, pelajar, dan pengembangan karier peserta didik .

Khusus untuk sekolah menengah kejuruan pengembangan diri terutama

ditujukan untuk pengembangan kreativitas dan bimbingan karier.Pengembangan

diri untuk satuan pendidikan khusus menekankan pada peningkatan kecakapan

hidup dan kemandirian sesuai dengan kebutuhan khusus peserta didik.

- Pengaturan beban belajar

1. Beban belajar dalam sistem paket digunakan oleh tingkat satuan pendidikan

SD/MI/SDLB,SMP/MTs/SMPLB, baik kategori standar maupun mandiri,

SMA/MA/SMALB/SMK/MAK kategori standar

2. Beban belajar dalam sistem kredit semester (SKS) digunakan oleh

SMA/MA/SMALB/SMK/MAK kategori mandiri

3. Jam pembelajaran untuk setiap matapelajaran pada sistem paket dialokasikan

sebagaimana tertera dalam struktur kurikulum. Satuan pendidikan

dimungkinkan menambah maksimum empat jam pembelajaran per minggu

secara keseluruhan. Pemanfaatan jam pembelajaran tambahan

mempertimbangkan kebutuhan peserta didik dalam mencapai kompetensi

4. Alokasi waktu untuk penugasan terstruktur dan kegiatan mandiri tidak

terstruktur dalam sistem paket untuk SD/MI/SDLB 0%-40%,

SMP/MTs/SMPLB 0%-50% dan SMA/MA/SMALB/SMK/MAK 0%-60%

dari waktu kegiatan tatap muka matapelajaran yang bersangkutan.

Pemanfaatan alokasi waktu tersebut mempertimbangkan kebutuhan peserta

didik dalam mencapai kompetensi

5. Alokasi waktu untuk praktik, dua jam kegiatan praktik disekolah setara

dengan satu jam tatap muka. Empat jam praktik diluar sekolah setara dengan

satu jam tatap muka.

38

Page 39: Laporan Observasi Pengembangan Kurikulum Kelompok 3

6. Alokasi waktu untuk tatap muka, penugasan terstruktur dan kegiatan mandiri

tidak terstruktur untuk SMP/MTs dan SMA/MA/SMK/MAK yang

menggunakan sistem SKS mengikuti aturan sebagai berikut.

o Satu SKS pada SMP/MTs teridir atas : 40 menit tatap muka, 20 menit

kegiatan terstruktur dari kegiatan mandiri tidak terstruktur.

o Satu SKS pada SMA/MA/SMK/MAK terdiri atas : 45 menit tatap

muka, 25 menit kegiatan terstruktur dan kegiatan mandiri tidak

terstruktur.

7. Kenaikan Kelas, Penjurusan, dan Kelulusan

Kenaikan kelas, penjurusan, dan kelulusan mengacu pada standar penilaian

yang dikembangkan oleh BNSP.

8. Pendidikan Kecakapan Hidup

o Kurikulum untuk SD/MISDLB, SMP/MTs/SMPLB,

SMA/MA/SMALB, SMK/SMAK dapat memasukkan pendidikan

kecakapan hidup, yang mencakup kecakapan pribadi, kecakapan

social, kecakapan akademik dan/atau kecakapan vokasional.

o Pendidikan kecakapan hidup dapat merupakan bagian dari

pendidikan semua matapelajaran.

o Pendidikan kecakapan hidup dapat diperoleh peserta didik dari satuan

pendidikan yang bersangkutan dan/atau dari satuan pendidikan

formal lain dan/atau nonformal yang sudah memperoleh akreditasi.

9. Pendidikan berbasis keunggulan Lokal dan Global

o Kurikulum untuk semua tingkat satuan pendidikan dapat

memasukkan pendidikan berbasis keunggulan lokal dan global

o Pendidikan berbasis keunggulan lokal dan global dapat merupakan

bagian dari semua matapelajaran

o Pendidikan berbasis keunggulan lokal dapat diperoleh peserta didik

dari satuan pendidikan formal lain dan/atau noonformal yang sudah

memperoleh akreditasi

Komponen 3 : Kalender Pendidikan

39

Page 40: Laporan Observasi Pengembangan Kurikulum Kelompok 3

Satuan pendidikan dapat menyusun kalender pendidikan sesuai dengan

kebutuhan daerah, karakteristik sekolah, kebutuhan peserta didik dan

masyarakat, dengan memerhatikan kalender pendidikan sebagaimana tercantum

dalam Standar Isi.

Komponen 4 : Silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran

Silabus merupakan penjabaran standar kompetensi dan kompetensi dasar

kedalam materi pokok, kegiatan pembelajaran dan indikator pencapaian

kompetensi untuk penilaian. Berdasarkan silabus inilah guru bisa

mengembangkannya menjadi Rancangan Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang

akan diterapkan dalam kegiatan belajar mengajar (KBM) bagi siswanya.

a. Struktur KTSP

Secara dokumentatif, komponen KTSP dikemas dalam dua dokumen.

- Dokumen I memuat acuan pengembangan KTSP, tujuan pendidikan, struktur

dan muatan KTSP, dan kalender pendidikan

- Dokumen II memuat silabus dari SK/KD yang dikembangkan pusat dan

silabus dari SK/KD yang dikembangkan sekolah (muatan local, mata

pelajaran tambahan).

Secara garis besar, struktur kedua dokumen KTSP tersebut terlihat sebagai

berikut:

A. Struktur KTSP Dokumen 1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar belakang (dasar pemikiran penyusunan KTSP)

B. Tujuan pengembangan KTSP

C. Prinsip pengembangan KTSP

BAB II TUJUAN PENDIDIKAN

A. Tujuan pendidikan (disesuaikan dengan jenjang satuan pendidikan)

B. Visi sekolah

C. Misi sekolah

D. Tujuan Sekolah

BAB III STRUKTUR DAN MUATAN KURIKULUM

40

Page 41: Laporan Observasi Pengembangan Kurikulum Kelompok 3

Meliputi Subkomponen:

A. Mata pelajaran

Berisi :”Struktur Kurikulum Tingkat Sekolah” yang disusun berdasarkan

kebutuhan siswa dan sekolah terkait dengan upaya pencapaian SKL

Pengembangan struktur kurikulum dilakukan dengan cara antara lain :

o Mengatur alokasi waktu pembelajaran “tatap muka” seluruh mata

pelajaran dan pilihan keterampilan/bahasa asing lain.

o Memanfaatkan 4 jam tambahan untuk menambah jam pembelajaran

pada mata pelajaran tertentu atau menambah matapelajaran baru.

o Mencantumkan jenis mata pelajaran muatan lokal dalam struktur

kurikulum.

o Tidak boleh mengurangi matapelajaran yang tercantum dalam

Standar isi.

B. Muatan Lokal

Berisi tentang jenis, strategi pemilihan dan pelaksanaan Mulok yang

diselenggarakan oleh sekolah.

C. Kegiatan Pengembangan Diri

o Bertujuan memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk

mengembangkan dan mengekspresikan diri sesuai dengan kebutuhan,

kemampuan, bakat, minat peserta didik dan kondisi sekolah.

o Dapat dilaksanakan dalam bentuk kegiatan :

Pelayanan konseling (kehidupan pribadi, social, kesulitan

belajar, karier), dan/atau

Pengembangan kreativitas, kepribadian siswa, seperti

Kepramukaan, Kepemimpinan, KIR

o Bukan mata pelajaran dan tidak perlu dibuatkan SK, KD, dan silabus

o Dilaksanakan melalui ekstrakulikuler

o Penilaian dilakukan secara kualitatif (deskripsi), yang difokuskan

pada perubahan sikap dan perkembangan pelaku peserta didik setelah

mengikuti kegiatan pengembangan diri

D. Pengaturan Beban Belajar

41

Page 42: Laporan Observasi Pengembangan Kurikulum Kelompok 3

E. Ketuntasan Belajar

F. Kenaikan Kelas dan Kelulusan

o Berisi tentang kriteria dan mekanisme kenaikan kelas dan kelulusan

serta strategi penanganan siswa yang tidak naik atau tidak lulus yang

diberlakukan oleh sekolah. Program disusun mengacu pada hal-hal

sebagai berikut.

o Panduan kenaikan kelas yang akan disusun oleh Direktorat

Pembinaan SMA

o Sedangkan ketentuan kelulusan akan diatur secara khusus dalam

peraturan tersendiri

G. Penjurusan

o Berisi tentang kriteria dan mekanisme penjurusan serta strategi

penanganan bakat, minat dan prestasi yang diberlakukan oleh sekolah

yang disusun dengn mengacu pada panduan penjurusan yang akan

disusun oleh direktorat terkait

H. Pendidikan Kecakapan Hidup

I. Pendidikan Berbasis Keunggulan Lokal dan Global

BAB IV KALENDER PENDIDIKAN

Berisi tentang kalender pendidikan yang digunakan oleh sekolah, yang

disusun sesuai dengan kebutuhan daerah, karakteristik sekolah, kebutuhan

peserta didik dan masyarakat, dengan memerhatikan kalender pendidikan

sebagaimana tercantum dalam standar isi.

G. KURIKULUM 2013

- Pengertian Kurikulum 2013

Kurikulum 2013 adalah kurikulum yang melakukan penyederhanaan,

menambah jam pelajaran, dan bertujuan untuk mendorong peserta didik atau

siswa, mampu lebih baik dalam melakukan observasi, bertanya, bernalar dan

mempersentasikan apa yang mereka peroleh atau mereka ketahui setelah

menerima materi atau pembelajaran dan diharapkan siswa memiliki kompetensi

sikap, keterampilan dan pengetahuan jauh lebih baik.

42

Page 43: Laporan Observasi Pengembangan Kurikulum Kelompok 3

- Prinsip Pengembangan Kurikulum

Sesuai dengan kondisi negara, kebutuhan masyarakat, dan berbagai

perkembangan serta perubahan yang sedang berlangsung dewasa ini, dalam

pengembangan Kurikulum 2013 yang berbasis karakter dan kompetensi perlu

memperhatikan dan mempertimbangkan prinsip-prinsip sebagai berikut

(Balitbang Kemdikbud, 2013) :

1. Pengembangan kurikulum dilakukan mengacu pada standar nasional

pendidikan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional.

2. Kurikulum pada semua jenjang dan jenis pendidikan dikembangkan dengan

prinsip diversifikasi sesuai dengan satuan pendidikan, potensi daerah, dan

peserta didik.

3. Mata Pelajaran merupakan wahana untuk mewujudkan pencapaian

kompetensi.

4. Standar Kompetensi Lulusan dijabarkan dari tujuan pendidikan nasional dan

kebutuhan masyarakat, negara serta perkembangan global.

5. Standar isi dijabarkan dari Standar Kompetensi lulusan.

6. Standar proses dijabarkan dari standar isi.

7. Standar Penilaian dijabarkan dari Standar Kompetensi Lulusan, Standar Isi,

Standar Proses.

8. Standar Kompetensi Lulusan dijabarkan ke dalam kompetensi Inti.

9. Kompetensi inti dijabarkan kedalam kompetensi dasar yang

dikonteksualisasikan dalam suatu mata pelajaran.

43

Page 44: Laporan Observasi Pengembangan Kurikulum Kelompok 3

H. Perbandingan dan Perbedaan Kurikulum KTSP 2006 dengan

Kurikulum 2013

Perbandingan Tata Kelola Pelaksanaan Kurikulum

ElemenUkuran Tata

KelolaKTSP 2006 Kurikulum 2013

GURU

Kewenangan Hampir mutlak Terbatas

Kompetensi Harus tinggi Sebaiknya tinggi. Bagi yang

rendah masih terbantu

dengan adanya buku

Bebasan Berat Ringan

Efektivitas waktu

untuk kegiatan

pembelajaran

Rendah (banyak

waktu untuk

persiapan)

Tinggi

BUKU

Peran penerbit Besar Kecil

Variasi materi dan

proses

Tinggi Rendah

Variasi harga/bebas

siswa

Tinggi Rendah

SISWA

Hasil pembelajaran Tergantung

sepenuhnya

pada guru

Tidak sepenuhnya

tergantung guru, tetapi juga

buku yang disediakan

pemerintah

Pemantaua

n

Tidak

penyimpangan

Banyak Sedikit

Besar

Penyimpangan

Tinggi Rendah

Pengawasan Sulit, hampir

tidak mungkin

Mudah

44

Page 45: Laporan Observasi Pengembangan Kurikulum Kelompok 3

Perbandingan Tata kelola Pelaksanaan Kurikulum

Proses Peran KTSP 2006 Kurikulum 2013

Penyusunan

Silabus

Guru Hampir mutlak

(dibatasi hanya

oleh SK-SD)

Pengembangan dari yang

sudah disiapkan

Pemerintah Hanya sampai

SK-SD

Mutlak

Pemerintah Daerah Supervisi

penyusunan

Lemah

Penyediaan

Buku

Penerbit Kuat Lemah

GuruHampir mutlak Kecil, untuk buku

pengayaan

Pemerintah

Kecil, untuk

kelayakan

penggunaan

disekolah

Mutlak untuk buku teks,

kecil untuk buku pengayaan

Penyusunan

RPP

Guru Hampir mutlak Kecil, untuk pengembangan

dari yang ada pada buku

teks

Pemerintah Daerah Supervisi

penyusunan

dan

pemantauan

Supervisi pelaksanaan dan

pemantauan

Pelaksanaan

Pembelajara

n

Guru Mutlak Hampir mutlak

Pemerintah Daerah Pemantauan

kesesuaian

dengan rencana

(variatif)

Pemantauan kesesuain

dengan buku teks

(terkendali)

Penjaminan

Mutu

Pemerintah Sulit, karena

variasi terlalu

Mudah, karena mengarah

pada pedoman yang sama.

45

Page 46: Laporan Observasi Pengembangan Kurikulum Kelompok 3

besar

Perbedaan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan dan Kurikulum 2013

Perbedaan Esensial Kurikulum SD

KTSP 2006 Kurikulum 2013 Statusnya

Mata pelajaran tertentu

mendukung kompetensi

tertentu

Tiap matapelajaran mendukung semua

kompetensi (sikap, keterampilan,

pengetahuan)

Benarnya

Mata pelajaran dirancang

berdiri sendiri dan

memiliki kompetensi

dasar sendiri

Mata pelajaran dirancang terkait satu

dengan yang lain dan memiliki kompetensi

dasar yang diikat oleh kompetensi inti tiap

kelas

Benarnya

Bahasa Indonesia sejajar

dengan matapelajaran

lain

Bahasa Indonesia sebagai penghela mapel

lain (sikap dan keterampilan berbahasa)Idealnya

Tiap mata pelajaran

diajarkan dengan

pendekatan berbeda

Semua matapelajaran diajarkan dengan

pendekatan yang sama (saintifik) melalui

mengamati, menanya, mencoba, menalar,..

Idealnya

Tiap jenis konten

pembelajaran diajarkan

terpisah

Bermacam jenis konten pembelajaran

diajarkan terkait dan terpadu satu sama lain Baiknya

Konten ilmu diintegrasikan dan dijadikan

penggerak konten pembelajaran lainnya

Tematik untuk kelas –III

(belum integratif)

Tematik Integratif untuk Kelas I-VIBaiknya

46

Page 47: Laporan Observasi Pengembangan Kurikulum Kelompok 3

Perbedaan Esensial Kurikulum SMP

KTSP 2006 Kurikulum 2013 Statusnya

Mata pelajaran tertentu

mendukung kompetensi

tertentu

Tiap matapelajaran mendukung semua

kompetensi (sikap, keterampilan,

pengetahuan)

Benarnya

Mata pelajaran

dirancang berdiri

sendiri dan memiliki

kompetensi dasar

sendiri

Mata pelajaran dirancang terkait satu dengan

yang lain dan memiliki kompetensi dasar

yang diikat oleh kompetensi inti tiap kelas Benarnya

Bahasa Indonesia

sejajar dengan

matapelajaran lain

Bahasa Indonesia sebagai penghela mapel lain

(sikap dan keterampilan berbahasa) Idealnya

Tiap matapelajaran

diajarkan dengan

pendekatan berbeda

Semua matapelajaran diajarkan dengan

pendekatan yang sama (saintifik) melalui

mengamati, menanya, mencoba, menalar,..

Idealnya

TIK adalah mata

pelajaran sendiri

TIK merupakan sarana pembelajaran,

dipergunakan sebagai media pembelajaran

mata pelajaran lain

Baiknya

Perbedaan Esensial Kurikulum SMA/SMK

KTSP 2006 Kurikulum 2013 Statusnya

Mata pelajaran tertentu

mendukung

kompetensi tertentu

Tiap mata pelajaran mendukung semua

kompetensi (sikap, keterampilan,

pengetahuan) dengan penekanan yang berbeda

Benarnya

Mata pelajaran

dirancang berdiri

sendiri dan memiliki

Mata pelajaran dirancang terkait satu dengan

yang lain dan memiliki kompetensi dasar yang

diikat oleh kompetensi inti tiap kelas

Benarnya

47

Page 48: Laporan Observasi Pengembangan Kurikulum Kelompok 3

kompetensi dasar

sendiri

Bahasa Indonesia

sebagai pengetahuan

Bahasa Indonesia sebagai alat komunikasi dan

carrier of knowledgeIdealnya

Tiap mata pelajaran

diajarkan dengan

pendekatan berbeda

Semua matapelajaran diajarkan dengan

pendekatan yang sama (saintifik) melalui

mengamati, menanya, mencoba, menalar,..

Idealnya

Untuk SMA, ada

penjurusan sejak kelas

XI

Tidak ada penjurusan SMA. Ada

matapelajaran wajib, peminatan, antar minta,

dan pendalaman minat

Idealnya

SMA dan SMK tanpa

kesamaan kompetensi

SMA dan SMK memiliki mata pelajaran wajib

yang sama terkait dasar-dasar pengetahuan,

keterampilan, dan sikap

Baiknya

Penjurusan di SMK

sangat detail (sampai

keahlian)

Penjurusan di SMK tidak terlalu detail

(sampai bidang studi), didalamnya terdapat

pengelompokan peminatan dan pendalaman

Baiknya

48

Page 49: Laporan Observasi Pengembangan Kurikulum Kelompok 3

I. PROFIL SEKOLAH SMA NEGERI 42 JAKARTA

SMA Negeri 42 terletak di Jl. Rajawali Halim Perdanakusuma,

Kelurahan Halim Perdanakusuma, Kecamatan Makasar, Jakarta Timur, Telp.

(021) 8093926, fax:80887233, website:http://www.sman42-jkt.sch.id, email :

[email protected], 13610.

Riwayat Singkat :

Tahun 1971 – 1974 bernama SMA Angkasa

Tahun 1975 – 1979 bernama SMA 14 FILIAL

Tahun 1980 – sekarang bernama SMA Negeri 42

Visi :

Unggul dalam prestasi yang berwawasan IMTAQ, IPTEK dan LINGKUNGAN

serta menjunjung tinggi nilai-nilai budaya bangsa.

Misi :

- Menumbuhkembangkan penghayatan dan pengalaman agama sesuai dengan keyakinan.

- Membentuk peserta didik yang cerdas, berjiwa enterpreneur serta menguasai ICT dan bahasa inggris.

- Membentuk peserta didik dalam meningkatkan kualitas mencintai lingkungan.

- Menanamkan peserta didik yang berkarakter sesuai nilai-nilai budaya bangsa.

Logo Sekolah :

Makna yang terkandung dalam gambar:

1. Perisai segi lima mengacu pada Pancasila

2. Pena dan buku, berkaitan dengan membaca dan menulis sebagai simbol pendidikan.

3. Kelopak bunga teratai yang mekar berjumlah 14 yang memiliki arti bahwa SMAN 42 awal mulanya berasal dari Filial SMA N 14

Makna warna dalam gambar :

1. Merah, Putih mengacu pada Bendera kebangsaan Negara Indonesia.

2. Biru, sekolah yang berada dilingkungan TNI AU Halim Perdanakusuma.

3. Kuning,adalah komposisi perpaduan warna dari warna merah, putih dan biru yang berarti harapan dan kejayaan SMA Negeri 42 Jakarta.didesain oleh: Dra. Tisnoarsi (Guru Seni Rupa) pada Januari 1980.

49

Page 50: Laporan Observasi Pengembangan Kurikulum Kelompok 3

Jakarta.

Struktur Organisasi Sekolah :

50

Page 51: Laporan Observasi Pengembangan Kurikulum Kelompok 3

DENAH SMA NEGERI 42 JAKARTA

Fasilitas sekolah:

51

Page 52: Laporan Observasi Pengembangan Kurikulum Kelompok 3

- Laboratorium - Masjid - Hutan mini

- Perpustakaan - Kantin - Tempat parkir mobil dan motor

- Lapangan - Taman

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

Secara umum metode penelitian diartikan sebagai cara ilmiah untuk

mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Metodologi penelitian

adalah cara-cara yang dianggap efektif dan praktis sehingga penelitian lapangan

dapat berjalan dengan baik atau pemikiran rasional dan teknikal yang diatur

untuk memberi jaminan terlaksananya penelitian secara efektif.

A. Metode Penelitian

Secara umum metode penelitian diartikan sebagai cara ilmiah untuk

mendapatkan data dengan tujuan tertentu. Menurut Asmani (2011:40) metode

penelitian menggambarkan rancangan observasi yang meliputi prosedur atau

langkah-langkah yang harus ditempuh, waktu observasi, sumber data, serta

dengan cara apa data tersebut diperoleh dan diolah-dianalisis. Metode yang

digunakan dalam observasi ini adalah metode penelitian kualitatif. Metode

penelitian kualitatif adalah metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat

positivisme, digunakan untuk meneliti pada kondisi objek yang alamiah, dimana

peneliti adalah sebagai instrumen kunci, pengambilan sampel, sumber data,

dilakukan secara purposive dan snowbaal, teknik pengumpulan dengan

gabungan, analisis data bersifat induktif/kualitatif, dan hasil observasi kualitatif

lebih menekankan makna daripada generalisasi (Sugiyono, 2013:15).

B. Tempat dan Waktu Observasi

1. Tempat Observasi

Observasi ini dilaksanakan di sekolah SMA Negeri 42 yang terletak di Jalan

Rajawali, Kelurahan Halim Perdana Kusuma, Kecamatan Makasar, Jakarta

Timur, (021) 8093926.

2. Waktu Observasi

52

Page 53: Laporan Observasi Pengembangan Kurikulum Kelompok 3

Observasi ini dilaksanakan pada hari senin tanggal 11 Juni 2015, pukul

09.00 - 11.30 WIB.

C. Informan Observasi

Dalam penelitian kualitatif, hal yang menjadi bahan pertimbangan utama

dalam pengumpulan data adalah pemilihan informan. Observasi mengenai

pengembangan kurikulum ini memerlukan informan yang mempunyai

pemahaman langsung dengan masalah observasi guna memperoleh data dan

informasi yang akurat. Oleh sebab itu, informan yang dimaksud adalah Ibu Dra.

Juni Astuti selaku wakil kepala sekolah bidang kurikulum sekaligus guru bidang

studi biologi di SMA Negeri 42 Jakarta.

D. Teknik Pengumpulan Data Observasi

Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling strategis

dalam penelitian, karena tujuan utama dari observasi adalah mendapatkan data.

(Sugiyono,2010:193). Dalam observasi ini, peneliti menggunakan teknik

pengumpulan data yang meliputi :

1. Observasi

Menurut W.Gulo (2004:116), observasi adalah metode pengumpulan

data dimana peneliti mencatat hasil informasi sebagaimana yang mereka

saksikan selama penelitian. Observasi melibatkan dua komponen yaitu sipelaku

observasi (observer) dan objek yg diobservasi (observe). Dalam penelitian ini,

peneliti menggunakan observasi non participant dimana peneliti hanya

mengamati secara langsung keadaan objek, tetapi peneliti tidak aktif dan ikut

terlibat langsung. Objek observasi dalam penelitian ini mencakup

pengembangan kurikulum di SMA Negeri 42 Jakarta.

2. Wawancara

Menurut Sugiyono (2010:194) wawancara digunakan sebagai teknik

pengumpulan data apabila peneliti ingin melakukan studi pendahuluan untuk

menemukan permasalahan yang harus diteliti, dan juga apabila peneliti ingin

53

Page 54: Laporan Observasi Pengembangan Kurikulum Kelompok 3

mengetahui hal-hal dari responden yang lebih mendalam dan jumlah

respondennya sedikit atau kecil.

Moleong (2007:186) menyatakan wawancara adalah percakapan dengan

maksud tertentu yang dilakukan oleh dua pihak yaitu pewawancara

(interviewer) yang mengajukan pertanyaan, dan terwawancara (interviewee)

yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu. Wawancara secara umum

terbagi menjadi dua yaitu wawancara terstrutktur dan wawancara tidak

terstruktur. Wawancara terstruktur digunakan sebagai teknik pengumpulan data

bila peneliti atau pengumpul data telah mengetahui dengan pasti tentang

informasi apa yang diperoleh, pengumpul data telah menyiapkan instrument

penelitian berupa pertanyaan-pertanyaan tertulis yang alternatif jawabannya

juga telah disiapkan. Sedangkan wawancara tidak terstruktur adalah wawancara

yang bebas dimana peneliti tidak menggunakan pedoman wawancara yang telah

tersususn secara sistematis dan lengkap untuk pengumpulan data.

Dalam observasi ini, peneliti menggunakan wawancara tidak terstruktur.

Sebelum melakukan wawancara peneliti telah menyiapkan pertanyaan-

pertanyaan yang nantinya akan diajukan kepada narasumber.

E. Sumber Data Observasi

Sumber data utama dalam observasi ialah kata-kata atau tindakan,

selebihnya adalah data tambahan seperti dokumen dan lain-lain. Dimana data

hasil observasi didapatkan melalui dua sumber data yaitu :

1. Data primer yaitu data yang diperoleh langsung dari narasumber atau

informan yang dianggap berpotensi dalam memberikan informasi yang

relevan dan sebenarnya dilapangan. Dalam observasi ini yang menjadi data

primer adalah pengembangan kurikulum yang diperoleh dari subjek dengan

menggunakan daftar pertanyaan wawancara yang dibuat berdasarkan

indikator-indikator yang telah ditentukan.

2. Data sekunder yaitu data pendukung data primer dari literature dan dokumen

serta data yang diambil dari suatu organisasi yang terdapat pada lokasi

observasi berupa bahan bacaan, bahan pustaka, dan laporan-laporan

penelitian. Dalam observasi ini yang menjadi data sekunder adalah data

54

Page 55: Laporan Observasi Pengembangan Kurikulum Kelompok 3

mengenai profil sekolah SMA Negeri 42 Jakarta yang diperoleh melalui Tata

Usaha.

F. Instrumen Observasi

Menurut Arikunto (2006:158) instrumen penelitian atau instrumen

pengumpulan data adalah alat bantu yang dipilih dan digunakan peneliti dalam

kegiatannya mengumpulkan data agar kegiatan tersebut menjadi sistematis dan

dipermudah olehnya. Instrumen yang digunakan dalam observasi ini adalah

berupa daftar pertanyaan yang disusun dan dikembangkan oleh peneliti

berdasarkan deskripsi teori dalam bab II.

Tabel 3.1 Instrumen Observasi

No Indikator Pertanyaan

1 Implementasi

Kurikulum

1. Kurikulum apa yang digunakan disekolah SMA

Negeri 42 ?

2. Bagaimana penerapan kurikulum 2013 di SMA

negeri 42 ?

3. Bagaimana pengembangan kurikulum disekolah

ini?

4. Kurikulum dibuat oleh KEMENDIKBUD

kemudian diberikan ke sekolah, apakah sekolah

melakukan perubahan atau melaksanakan

kurikulum yang sudah diberikan ?

5. Dimana letak perbedaan antara kurikulum

sebelumnya dengan yang sekarang digunakan?

6. Apa kendala yang dialami selama menggunakan

kurikulum 2013?

7. Apakah ada perbedaan RPP kurikulum KTSP 2006

dengan kurikulum 2013?

8. Apakah kelebihan dan kelemahan RPP kurikulum

55

Page 56: Laporan Observasi Pengembangan Kurikulum Kelompok 3

KTSP 2006 dengan kurikulum 2013?

9. Bagaimana pembagian materi di setiap semester

berdasar kurikulum 2013?

10. Bagaimana kalau misalnya kurikulum yang

ditetapkan pemerintah tidak sesuai dengan yang di

aplikasikan disekolah ini?

2 Keterlibatan

guru dan siswa

dalam

kurikulum

1. Apakah di SMAN 42 melakukan pembinaan atau

penataran terhadap guru-guru mengenai kurikulum

2013 ?

2. Bagaimana dengan Silabus dan RPP yang

digunakan, apakah guru juga melakukan

pengembangan atau perubahan ? dan bagaimana

dengan alokasi waktunya ?

3. Apakah ada siswa yang komplain dengan

kurikulum yang digunakan?

3 Peran serta

guru dalam

kurikulum

1. Apa peran guru dalam kurikulum yang digunakan?

2. Apa peran serta guru dalam pengembangan

kurikulum disekolah ini?

3. Bagaimana cara guru mengembangkan kurikulum

yang ada?

G. Teknik Analisis Data

Menurut Moleong (2007:248) analisis data kualitatif adalah upaya yang

dilakukan dengan jalan bekerja dengan data, mengorganisasikan data, memilah-

milahnya menjadi satuan yang dapat dikelola, mensintesiskannya, mencari dan

menemukan pola, menemukan apa yang penting dan apa yang dipelajari, dan

memutuskan apa yang diceritakan kepada orang lain. Berdasarkan definisi diatas

maka langkah awal dari analisis data adalah mengumpulkan data yang ada,

menyusun secara sistematis, kemudian mempersentasikan hasil penelitiannya

kepada orang lain.

56

Page 57: Laporan Observasi Pengembangan Kurikulum Kelompok 3

Analisis data dilakukan dengan melakukan wawancara mendalam

dengan informan, yaitu sesorang yang benar-benar memahami dan mengetahui

situasi objek penelitian. Setelah melakukan wawancara analisis data dimulai

dengan membuat transkip hasil wawancara, dengan cara memutar kembali

rekaman hasil wawancara, mendengarkan dengan seksama, kemudian

menuliskan kata-kata yang didengar sesuai dengan apa yang direkam tersebut.

Setelah peneliti menulis hasil wawancara tersebut kedalam transkip,

selanjutnya peneliti harus membaca secara cermat untuk kemudian dilakukan

reduksi data. Peneliti membuat reduksi data dengan cara membuat abstraksi,

yaitu mengambil dan mencatat informasi-informasi yang bermanfaat sesuai

dengan konteks penelitian atau mengabaikan kata-kata yang tidak perlu sehingga

didapatkan inti kalimatnya saja tetapi bahasanya sesuai dengan bahasa

informan.

Dalam rangka menjawab permasalahan observasi, maka analisis data

dalam penelitian ini dilakukan secara kualitatif yaitu suatu analisis yang

berusaha mencari pola, model, tema, hubungan, persamaan, dan makna dari data

yang dinyatakan dalam bentuk pertanyaan-pertanyaan, tafsiran-tafsiran setelah

menggali data dari informan yang ditabulasikan dan dipersentasikan sesuai

dengan hasil temuan (observasi) dan wawancara mendalam penulis dengan

informan. Hasil pengumpulan data diolah secara manual, direduksi, selanjutnya

hasil reduksi tersebut dikelompokkan dalam bentuk segmen data (display data)

dan kemudian disajikan dalam bentuk konten analisis dengan penjelasan-

penjelasan, selanjutnya diberi kesimpulan, sehingga dapat menjawab rumusan

masalah, menjelaskan dan terfokus pada representasi terhadap fenomena yang

hadir dalam observasi.

57

Page 58: Laporan Observasi Pengembangan Kurikulum Kelompok 3

58

Page 59: Laporan Observasi Pengembangan Kurikulum Kelompok 3

BAB IV

HASIL OBSERVASI

Satuan pendidikan : SMA Negeri 42 Jakarta

Narasumber : Dra. Juni Astuti

Jabatan : Wakil Kepala Sekolah Bidang Kurikulum

Indikator Pertanyaan Jawaban

Implementas

i Kurikulum

1. Kurikulum apa yang digunakan

disekolah ini?

Untuk kelas XII yang lalu masih menggunakan kurikulum 2006,tapi

untuk kelas X dan XI sudah menggunakan kurikulum 2013.

2. Bagaimana pengembangan

kurikulum disekolah ini?

Pengembangan kurikulum tentunya ditujukan untuk meningkatkan

kualitas pendidikan di Indonesia. Pengembangan kurikulumnya

dalam hal penilaian dan metode mengajar. Sistem penilaiannya

menyeluruh mulai dari aspek kognitif, afektif dan psikomotorik.

Dan aspek tersebut menentukan kenaikan kelas. Format penilainnya

juga bukan dalam konversi 0-100 namun sudah berubah menjadi

konversi A-D. Kemudian dalam hal metode mengajarnya, lebih

mengutamakan pada siswa misalnya problem based learning. Jadi

yang diharapkan adalah siswa dapat aktif dan guru hanya sebagai

pendamping.

59

Page 60: Laporan Observasi Pengembangan Kurikulum Kelompok 3

3. Kurikulum dibuat oleh

KEMENDIKBUD ,lalu diberikan

ke sekolah, apakah di sekolah

sendiri di lakukan perubahan atau

melaksanakan yang sudah di

berikan?

Dalam kenyataannya seharusnya guru melaksanakan sesuai dengan

implementasi kurikulum 2013, akan tetapi apa yang ditulis diatas

kertas terkadang berbeda dengan apa yang ada dilapangan. Jadi guru

ikut menyesuaikan dan belajar setiap harinya. Guru melaksanakan

kurikulum 2013 walaupun belum sepenuhnya benar-benar seperti

yang diharapkan.

4. Dimana letak perbedaan antara

kurikulum yang sebelumnya

dengan yang sekarang digunakan?

Sebenarnya intinya sama, hanya saja terletak pada pelaksanaan yang

lebih aktif di siswa dan penilaiannya. Dalam kurikulum 2013 lebih

menekankan pada pendekatan saintifik dan penilaiannya juga

berbeda kalau dulu penilaiannya hanya sebagian, kalau sekarang

penilainnya menyeluruh yaitu penilaian untuk kerja, portofolio, dan

karakter. Misalnya untuk sikap saja ada penilaian autentik,

contohnya penilaian yang antar teman sebaya, penilaian observasi

dan lain sebagainya. Untuk kognitif misalnya dari penugasan,

ulangan dan lain-lain.

5. Apa kendala yang dialami selama

menggunakan kurikulum 2013?

Kendalanya banyak, apa lagi sekarang ditambah dengan jurusan

yang diambil dari kelas X, jadi anak-anak nilainya memang

memenuhi tapi secara kemampuan belum tentu bisa, itu yang agak

repot dan kebiasaan anak diskusi itu belum dibiasakan dari SD dan

SMP, sehingga saat SMA metode diskusi sulit untuk dilaksankan

60

Page 61: Laporan Observasi Pengembangan Kurikulum Kelompok 3

dan menuntut anak-anak untuk aktif. Penilaian juga agak repot serta

metode yang digunakan juga menjadi kendala karna setiap kelas

punya karakteristik masing- masing.

Inti kendalanya:

- Tidak melalui riset dan evaluasi yang mendalam

- Menitikberatkan pada siswa

- Ketidaksiapan guru karena terkesan mendadak.

6. Apakah ada perbedaan RPP

kurikulum 2013 dengan

kurikulum KTSP 2006?

Kompetensi Intinya saja yang berbeda tapi sebenarnya sama saja

hanya istilahnya saja yang berbeda. Kalau kurikulum yang sekarang

lebih dijabarkan dan lebih detail, jadi semuanya dilakukan secara

spesifik.

7. Apakah kelebihan dan kelemahan

RPP kurikulum 2006 dengan

kurikulum 2013?

Kelemahannya yaitu dalam pelaksanaannya masih susah, banyak

kendala karena guru mengahadapi anak-anak yang berbagai macam

tingkat kemampuan dan tidak bisa di samakan.

Kelebihannya kalau kurikulum 2013 itu lebih menekankan pada

karakter, sedangkan untuk kurikulum 2013 lebih menekankan pada

pemahaman materi yang baik.

8. Bagaimana pembagian materi di

setiap semester berdasar

kurikulum 2013?

Biasanya dibagi menjadi dua yaitu semester genap dan ganjil. Untuk

Kompetensi Inti dibagi menjadi 4, lalu dibagi-bagi menjadi KD.

Kompetensi Dasar dibagi menjadi 10, alu dibagi dua. Sudah dari

61

Page 62: Laporan Observasi Pengembangan Kurikulum Kelompok 3

sananya seperti itu, SMA diDKI memakai system sift jadi sudah

langsung terbagi. Guru mensetup tagihan (masukan 3 aspek) lalu

memasukan entri nilai, dan setiap tagihan itu harus memasukkan

tiga aspek (pengetahuan, keterampilan dan sikap).

Keterampilan bisa diambil dari praktek, projek, portofolio. Kalau

sikap dibagi menjadi dua ada yang sikap ke Tuhan dan ke sesama.

Salah satunya menjalankan agamanya di konsultasikan langsung

dengan guru agamanya masing- masing, dan di setiap mata pelajaran

kita harus memasukkan nilai keagamaan, supaya mereka lebih

bersyukur. Kalau yang sesama bisa dengan tanggung jawab,

disiplin,kerja sama, saling menghargai itu ada formatnya sendiri.

9. Bagaimana kalau misalnya

kurikulum yang ditetapkan

pemerintah tidak sesuai dengan

yang di aplikasikan disekolah ini?

Saya kira masih ada sekolah yang tidak menjalankan sesuai dengan

aturannya,karena banyak faktor seperti fasilitas yang tidak memadai,

keadaan lingkungan dan masih banyak lainnya. Namun sebaiknya

guru menerapkan kurikulum sesuai yang telah ditetapkan oleh

pemerintah.

Keterlibatan

guru dan

siswa dalam

kurikulum

10. Apakah di SMAN 42 melakukan

pembinaan atau penataran

terhadap guru-guru mengenai

kurikulum 2013?

Tentu saja iya, semua guru melakukan penataran secara bertahap.

Sehingga guru-guru dapat menerapkan kurikulum dengan benar.

62

Page 63: Laporan Observasi Pengembangan Kurikulum Kelompok 3

11. Bagaimana dengan Silabus dan

RPP yang digunakan, apakah guru

juga melakukan pengembangan

atau perubahan ? dan bagaimana

dengan waktunya ?

Kalau silabus guru tidak melakukan perubahan, akan tetapi kalau

RPP guru melakukan pengembangan sesuai dengan keadaaan

sekolah.

Kalau untuk alokasi waktunya, contohnya mata pelajaran biologi

sudah ada plot-plotnya, semuanya sama misalnya kelas X peminatan

ada 3 jam, jadi di kurikulum 2013 ada penjurusannya ada wajib dan

peminatan. Bedanya hanya materinya saja. Ada juga lintas minat,

satu jam pertemuan 45 menit. Dan tidak boleh dipecah- pecah jam

pelajarannya. Satu kelas terdiri dari 36 siswa.

12. Apakah ada siswa yang komplain

dengan kurikulum yang

digunakan?

Banyak. Siswa kaget karena biasanya guru menerangkan pelajaran

dan sekarang tidak, jadi banyak siswa tidak paham karena metode

nya lebih banyak diskusi. Tapi sekarang yang kelas XI sudah

terbiasa dan paham karena memang dituntut seperti itu.

Peran serta

guru dalam

kurikulum

13. Apa peran guru dalam kurikulum

yang digunakan?

Peran guru dalam kurikulum 2013 hanya sebagai fasilitator dalam

proses pembelajaran, yang fungsinya mengarahkan peserta didik

untuk mencapai target pembelajaran sesuai dengan yang ditetapkan.

Jadi proses pembelajarannya terpusat kepada siswa.

14. Apa peran serta guru dalam

pengembangan kurikulum

disekolah ini?

Guru melakukan penataran sebelum pelaksanaan kurikulum atau

yang disebut workshop kurikulum 2013. Untuk yang merancang

kurikulum adalah pemerintah. Guru ikut dalam mengembangkan

63

Page 64: Laporan Observasi Pengembangan Kurikulum Kelompok 3

kurikulum namun dalam penyusunannya tidak karena sudah ada tim

penyusunnya dari KEMENDIKBUD.

15. Bagaimana cara guru

mengembangkan kurikulum yang

ada?

Caranya dengan melakukan pengembangan pada komponen

kurikulum seperti materi, RPP sehingga dapat berjalan sesuai

dengan yang diharapkan.

64

Page 65: Laporan Observasi Pengembangan Kurikulum Kelompok 3

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Perubahan dan pengembangan kurikulum merupakan bentuk

penyempurnaan dari kurikulum sebelumnya, diharapkan mampu memberikan

perubahan tatanan pendidikan dan mencetak sumber daya manusia yang

berkualitas.

Saran

Perubahan kurikulum menuju pendidikan yang lebih berkualitas

hendaknya diimbangi dengan sarana dan prasarana yang menunjang

pengembangan kurikulum, sehingga perkembangan dan kemajuan pendidikan

dapat dirasakan semua sekolah.

lxv

Page 66: Laporan Observasi Pengembangan Kurikulum Kelompok 3

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik.

Jakarta : Rineka Cipta.

Dakir. 2010. Perencanaan dan Pengembangan Kurikulum. Jakarta: Rineka

Cipta.

Hamalik,Oemar.2010.Manajemen Pengembangan Kurikulum.Bandung: PT

Remaja Rosdakarya.

Mulyasa.2014.Pengembangan dan Implementasi Kurikulum 2013.Bandung:

PT Remaja Rosdakarya.

Muslich.2009.Dasar Pemahaman dan Pengembangan. Jakarta: PT Bumi

Aksara

Moleong, Lexy J. 2007. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung : PT. Remaja

Rosdakarya.

Nasution.2012. Kurikulum dan Pengajaran. Jakarta: PT Bumi Aksara

Nurgiantoro, Burhan. 2004. Dasar-dasar Pengembangan Kurikulum Sekolah.

Yogyakarta : BPFE

Sukmadinata, Nana Syaodih.2013.Pengembangan Kurikulum.Bandung:PT

Remaja Rosdakarya.

Sanjaya, Wina.2009.Kurikulum dan Pembelajaran.Jakarta: Kencana

Suryosubroto. 2005. Tatalaksana Kurikulum. Jakarta : PT Rineka Cipta

Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung : Alfabeta

lxvi

Page 67: Laporan Observasi Pengembangan Kurikulum Kelompok 3

Tim Pengembang MKDP.2012. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: PT

Rajagrafindo Persada.

Gulo, W. 2005. Metodologi Penelitan. Jakarta : PT.Grasindo

lxvii