Upload
gesti-m-pakpahan
View
86
Download
3
Embed Size (px)
DESCRIPTION
Laporan Observasi Pengembangan Kurikulum Kelompok
Citation preview
LAPORAN OBSERVASI PENGEMBANGAN
KURIKULUM DI SMA NEGERI 42 JAKARTA
Diajukan Untuk Melengkapi Sebagian Dari Tugas Dan Syarat-Syarat Yang
Diperlukan Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Disusun Oleh :
Nama : 1. Melisa Novirianti (1113150013)
2. Indah Prestika (1113150011)
3. Stephany (1113150016)
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS KRISTEN INDONESIA
JAKARTA
2015
1
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan yang Maha Esa yang telah
memberikan kesempatan kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan laporan ini,
namun kami menyadari laporan ini belum dapat dikatakan sempurna karena mungkin
masih banyak kesalahan-kesalahan didalamnya.
Laporan ini kami susun untuk memenuhi tugas mata kuliah Manajemen Berbasis
Sekolah yang berjudul “Laporan Observasi Pengembangan Kurikulum Di SMA Negeri
42 Jakarta”. Dengan laporan ini kami mengharapkan agar dapat digunakan sebagaimana
mestinya. Kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu
dalam menyelesaikan laporan ini.
1. Kepada Dosen mata kuliah Manajemen Berbasis Sekolah Dr. Hotmaulina
Sihotang, M.Pd yang telah membimbing dan mengarahkan kami dalam
menyelesaikan laporan ini.
2. Kepada orang tua kami yang telah memberikan motivasi dan dukungan kepada
kami baik secara moral maupun material.
3. Kepada teman-teman FKIP Matematika UKI 2011 yang telah memberi
dorongan dan memotivasi dalam menyelesaikan makalah ini.
Akhir kata kami ucapkan terimakasih atas segala perhatiannya.
Jakarta, 18 Juni 2015
Penyusun
2
DAFTAR ISI
Kata Pengantar...........................................................................................................i
Daftar Isi.....................................................................................................................ii
BAB I Pendahuluan.............................................................................................1
A. Latar Belakang Masalah...................................................................1
B. Identifikasi Masalah.........................................................................5
C. Pembatasan Masalah........................................................................6
D. Rumusan Masalah............................................................................6
E. Tujuan Observasi.............................................................................6
F. Manfaat Observasi...........................................................................7
BAB II Landasan Teori........................................................................................8
A. Pengertian Kurikulum......................................................................8
B. Komponen Kurikulum.....................................................................10
C. Fungsi Kurikulum............................................................................15
D. Peranan Kurikulum..........................................................................17
E. Pengembangan Kurikulum...............................................................18
F. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan 2006...................................32
G. Kurikulum 2013...............................................................................40
H. Perbandingan dan Perbedaan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
2006 dengan Kurikulum 2013..........................................................43
I. Profil Sekolah...................................................................................46
3
BAB III Metodologi Penelitian.............................................................................49
A. Metode Penelitian.............................................................................49
B. Tempat dan Waktu Observasi..........................................................49
C. Informan Observasi..........................................................................50
D. Teknik Pengumpulan Data Observasi..............................................50
E. Sumber Data Observasi....................................................................51
F. Instrumen Observasi.........................................................................52
G. Teknik Analisis Data........................................................................53
BAB IV Hasil Observasi.......................................................................................55
BAB V Kesimpulan dan Saran...........................................................................61
Daftar Pustaka............................................................................................................62
4
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Iklim perpolitikan yang kurang kondusif, bahkan cenderung mengarah
pada kebebasan yang kurang terkendali telah menimbulkan berbagai
permasalahan dalam berbagai bidang kehidupan, termasuk pendidikan. Dalam
tatanan akar rumput, hal tersebut telah menimbulkan berbagai gejala dan
masalah sosial, seperti premanisme, perkelahian, pencurian, pelecehan seksual,
geng motor dan lain-lain, bahkan tidak sedikit kegiatan yang mengancam
stabilitas serta keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Dalam tatanan nasional, jika dalam bidang pertambangan dan
perekonomian, pemerintah terus-menerus melakukan perubahan harga bahan
bakar minyak, maka dalam bidang pendidikan sepertinya terus-menerus
mengotak-atik kurikulum. Keduanya beralasan untuk melakukan perbaikan,
tetapi pelaksanaannya seringkali tersesat atau salah jalan, sehingga sulit untuk
sampai pada tujuan. Mudah-mudahan bukan ini yang terjadi dengan kurikulum
yang baru yaitu kurikulum 2013, meskipun wacana perubahan diubah ketika
pendidikan sedang mengalamai kesemrawutan dan ketimpangan, baik secara
kuantitas, kualitas maupun dalam kaitannya dengan efektivitas dan relevansi
pendidikan, bahkan ada yang mengatakan pendidikan kita sangat kacau, tidak
jelas arah dan tujuannya. Hal ini juga diperlihatkan oleh kegagalan ujian
nasional (UN) tahun 2013, terutama untuk jenjang sekolah menengah atas
(SMA), dan sekolah menengah kejuruan (SMK).
Kehidupan dalam era global menuntut berbagai perubahan pendidikan
yang bersifat mendasar. Perubahan-perubahan tersebut antara lain: perubahan
dari pandangan kehidupan masyarakat lokal ke masyarakat global dan
perubahan dari pertumbuhan ekonomi ke perkembangan kemanusiaan. Untuk
melaksanakan perubahan dalam bidang pendidikan tersebut, sejak tahun 1998,
UNESCO telah mengemukakan dua basis landasan: pertama, pendidikan harus
diletakkan pada empat pilar yaitu belajar mengetahui (learning to know), belajar
melakukan (learning to do), belajar hidup dalam kebersamaan (learning to live
5
together), dan belajar diri sendiri (learning to be); kedua, belajar seumur hidup
(life long learning). Kultur yang demikian harus dikembangkan dalam
pendidikan, karena pada akhirnya aspek kultural dari kehidupan manusia,
terutama yang berkaitan dengan pendidikan nilai dan sikap lebih penting dari
pertumbuhan ekonomi. Pendidikan nilai dan sikap, yang sekarang lebih populer
dengan istilah pendidikan karakter merupakan upaya untuk membantu
perkembangan jiwa anak-anak baik lahir maupun batin, dari sifat kodratnya
menuju ke arah peradaban yang manusiawi dan lebih baik. Oleh karena itu,
pembangunan nasional tidak dapat dilakukan dengan hanya melihat kebutuhan
internal masyarakat dan bangsa, tetapi juga pandangan tersebut perlu dijalin
dengan pandangan ke luar dan ke depan, karena masyarakat dan bangsa kita
merupakan bagian dari masyarakat dunia yang semakin menyatu. Meskipun
demikian, perubahan apapun yang dilakukan dalam bidang pendidikan, harus
tetap dilandasi oleh semangat membentuk nilai-nilai karakter bangsa.
Menghadapi berbagai masalah dan tantangan di atas, perlu dilakukan
penataan terhadap sistem pendidikan secara utuh dan menyeluruh, terutama
berkaitan dengan kualitas pendidikan, serta relevansinya dengan kebutuhan
masyarakat dan dunia kerja. Dalam hal ini, perlu adanya perubahan sosial yang
memberi arah bahwa pendidikan merupakan pendekatan dasar dalam proses
perubahan itu. Pendidikan adalah kehidupan, untuk itu kegiatan belajar harus
dapat membekali peserta didik dengan kecakapan hidup yang sesuai dengan
lingkungan kehidupan dan kebutuhan peserta didik. Pemecahan masalah secara
reflektif sangat penting dalam pembelajaran yang dilakukan melalui kerjasama.
Upaya meningkatkan kualitas pendidikan terus-menerus dilakukan baik
secara konvensional maupun inovatif. Hal tersebut lebih terfokus lagi setelah
diamanatkan bahwa tujuan pendidikan nasional adalah untuk meningkatkan
mutu pada setiap jenis dan jenjang pendidikan. Pemerintah juga telah lama
mencanangkan Gerakan Peningkatan Mutu Pendidikan, namun kenyataannya
jauh dari harapan, bahkan dalam hal tertentu ada gejala penurunan dan
kemerosotan. Misalnya kemerosotan moral peserta didik yang ditandai oleh
maraknya perkelahian pelajar, kecurangan dalam ujian, seperti menyontek yang
telah membudaya di kalangan pelajar dan mahasiswa. Berbagai indikator mutu
6
pendidikan juga belum menunjukkan peningkatan yang berarti, bahkan gagal
dalam melaksanakan ujian nasional. Sebagian sekolah terutama diperkotaan,
menunjukkan peningkatan mutu pendidikan yang cukup menggembirakan,
namun sebagian besar lainnya masih memprihatinkan.
Pemerintah juga telah melakukan upaya penyempurnaan sistem
pendidikan, baik melalui penataan perangkat lunak maupun perangkat keras.
Upaya tersebut, antara lain dengan dikeluarkannya Undang-Undang Sistem
Pendidikan Nasional pada tahun 2003, dan Peraturan Pemerintah No.19 Tahun
2005 tentang Standar Nasional Pedidikan (SNP), yang telah dilakukan penataan
kembali dalam Peraturan Pemerintah No. 32 Tahun 2013. Dalam hal ini, visi,
misi, dan strategi Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan pada tingkat provinsi
dan kabupaten/kota harus dapat mempertimbangkan dengan bijaksana kondisi
nyata organisasi mapupun lingkungannya, dan harus mendukung visi dan misi
pendidikan nasional, serta harus mampu memelihara garis kebijaksanaan dari
birokrasi yang lebih tinggi. Di samping itu, tujuan harus jelas, layak, dan dapat
dicapai dengan kemampuan yang ada, serta memiliki wawasan tentang
gambaran ideal kondisi pendidikan yang diharapkan di masa depan.
Dalam rangka mengantisipasi perubahan-perubahan global dan
persaingan pasar bebas, serta tuntutan kemajuan IPTEK, khususnya teknologi
informasi yang semakin hari semakin canggih, pemerataan layanan pendidikan
perlu diarahkan pada pendidikan yang transfaran dan demokratis. Hal tersebut
harus dikondisikan dalam lingkungan keluarga, sekolah, dan masyarakat. Dalam
hal ini, sekolah sebagai inti dari pendidikan yang merupakan tempat
pengembangan peserta didik, dituntut untuk menciptakan pembelajaran yang
efektif, agar terjadi proses belajar yang menyenangkan. Dengan demikian
diharapkan mampu melahirkan calon-calon penerus pembangunan masa depan
yang sabar, kompeten, mandiri, kritis, cerdas, kreatif dan siap menghadapi
berbagai macam tantangan, dengan tetap bertawakal terhadap pencipta.
Untuk kepentingan tersebut diperlukan perubahan yang cukup mendasar
dalam sistem pendidikan nasional, yang dipandang oleh berbagai pihak sudah
tidak efektif, bahkan dari segi mata pelajaran yang diberikan dianggap kelebihan
muatan tetapi tidak memberikan bekal, serta tidak dapat mempersiapkan peserta
7
didik untuk bersaing dengan bangsa-bangsa lain di dunia. Perubahan mendasar
tersebut berkaitan dengan kurikulum, yang dengan sendirinya menuntut dan
mempersyaratkan berbagai perubahan pada komponen-komponen lain.
Menurut Undang-Undang No.20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional dan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No.19 Tahun 2005
tentang Standar Nasional Pendidikan menyatakan bahwa kurikulum adalah
seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi dan bahan pelajaran serta cara
yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk
mencapai pendidikan tertentu.
Kurikulum bersifat dinamis karena selalu berubah-ubah sesuai dengan
perkembangan dan tantangan zaman. Semakin maju peradaban suatu bangsa,
maka semakin berat pula tantangan yang dihadapinya. Persaingan ilmu
pengetahuan semakin gencar dilakukan oleh dunia internasional, sehingga
Indonesia juga dituntut untuk dapat bersaing secara global demi mengangkat
martabat bangsa. Oleh karena itu, untuk menghadapi tantangan yang akan
menimpa dunia pendidikan kita, ketegasan kurikulum dan implementasinya
sangat dibutuhkan untuk membenahi kinerja pendidikan yang jauh tertinggal
dengan negara-negara maju di dunia.
Kurikulum dan pembelajaran merupakan dua hal yang tidak dapat dipisahkan.
Sebagai suatu rencana atau program, kurikulum tidak akan bermakna apabila tidak di
implementasikan dalam bentuk pembelajaran. Demikian juga sebaliknya, tanpa
kurikulum yang jelas sebagai acuan, maka pembelajaran tidak akan berlangsung secara
efektif.
Persoalan bagaimana mengembangkan suatu kurikulum, ternyata bukan suatu
hal yang mudah serta tidak sesederhana yang dibayangkan. Dalam skala makro,
kurikulum berfungsi sebagai suatu alat dan pedoman untuk mengantar peserta didik
sesuai dengan harapan dan cita-cita. Oleh karena itu, proses mendesain dan merancang
suatu kurikulum mesti memperhatikan sistem nilai yang berlaku beserta perubahan-
perubahan yang terjadi di masyarakat itu. Disamping itu, kurikulum juga harus
berfungsi mengembangkan seluruh potensi yang dimiliki oleh anak didik sesuai dengan
bakat dan minatnya, maka proses pengembangannya juga harus memperhatikan dari
segala aspek yang terdapat pada peserta didik. Persoalan-persoalan tersebut, yaitu
mendorong begitu kompleksnya proses pengembangan kurikulum. Kurikulum harus
secara terus-menerus dievaluasi dan dikembangkan agar isi dan muatannya selalu
8
relevan dengan tuntuan zaman yang selalu berubah sesuai dengan perkembangan ilmu
pengetahuan den teknologi.
Peran dan tanggung jawab guru juga memberikan dampak terhadap kurikulum,
guru juga harus ikut menyesuaikan setiap pengembangan kurikulum yang terjadi. Peran
guru bergeser dari hanya sebagai penyampai ilmu pengetahuan, sampai kepada pengatur
lingkungan untuk membelajarkan siswa. Oleh karena itu, setiap guru bukan hanya perlu
memahami hakikat dan makna pembelajaran beserta aspek-aspek yang
mempengaruhinya, akan tetapi juga dituntut penguasaan sejumlah kompetensi untuk
dapat mengaplikasikannya dilapangan dalam rangka proses membelajarkan siswa.
Berdasarkan permasalahan kurikulum tersebut, kami penulis ingin
melakukan observasi ke SMA Negeri 42 Jakarta Timur mengenai bagaimana
implementasi kurikulum dan pengembangan kurikulum tahun ajaran 2014/2015.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan, maka dapat di
identifikasi masalah sebagai berikut :
1. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi berubahnya sebuah kurikulum ?
2. Bagaimana pengembangan suatu kurikulum ?
3. Apakah ada peran serta guru dalam pengembangan kurikulum?
4. Apakah peran dan tanggung jawab guru juga memberikan dampak terhadap
kurikulum ?
5. Bagaimana penerapan kurikulum dalam pembelajaran ?
6. Apakah kendala yang dihadapi oleh guru dalam menerapkan kurikulum ?
7. Bagaimana jika kurikulum yang telah ditetapkan oleh pemerintah tidak
sesuai apa yang diaplikasikan disekolah ?
C. Pembatasan Masalah
Berdasarkan pada latar belakang dan identifikasi masalah yang telah
dipaparkan sebelumnya maka perlu diberikan batasan masalah agar observasi ini
menjadi jelas dan terarah. Observasi ini difokuskan untuk melihat bagaimana
implementasi dan pengembangan kurikulum di SMA Negeri 42 Jakarta pada
tahun ajaran 2014/2015.
9
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang, identifikasi masalah dan pembatasan
masalah yang telah diuraikan di atas, maka dapat dirumuskan masalah yang akan
diobservasi yaitu:
1. Kurikulum apa yang digunakan dalam kegiatan belajar mengajar ?
2. Bagaimana cara pengimplementasiannya ?
3. Apa kelebihan dan kekurangan dari kurikulum yang digunakan ?
4. Apa kendala yang muncul dan bagaimana solusinya ?
5. Bagaimana pengembangan kurikulum yang dilaksanakan di SMA negeri 42
Jakarta ?
6. Apakah ada peran serta guru dalam pengembangan kurikulum?
E. Tujuan Observasi
Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan observasi ini adalah:
1. Untuk mengetahui kurikulum yang digunakan di SMA Negeri 42 Jakarta
2. Untuk mengetahui cara pengimplementasiannya.
3. Untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan dari kurikulum yang
digunakan.
4. Untuk mengetahui kendala yang dihadapi serta memberi solusi terhadap
kendala yang ada.
5. Untuk mengetahui bagaimana pengembangan kurikulum di SMA Negeri 42.
6. Untuk mengetahui peran serta guru dalam kurikulum.
F. Manfaat Observasi
Manfaat yang diperoleh dari observasi adalah penulis (mahasiswa) yang
notabene adalah calon pendidik dapat mengetahui tentang pengimplementasian
kurikulum di SMA Negeri 42 Jakarta Timur serta bagaimana cara
pengimplementasiannya sehingga kami bisa memahami lebih dalam tentang arti
kurikulum dan berharap dapat memperbaiki maupun mengembangkan
kurikulum dengan lebih baik di masa mendatang.
10
BAB II
LANDASAN TEORITIS
A. Pengertian Kurikulum
Istilah kurikulum berasal dari bahasa latin yaitu curir dan currere, artinya
lapangan perlombaan lari. Kurikulum juga berasal dari kata curriculum, artinya a
running course atau race course, especially a chariot race course, dan dalam
bahasa Prancis, yaitu courier artinya berlari (to run). Pada awalnya istilah
kurikulum ini digunakan dalam dunia olahraga. Pada saat itu kurikulum
diartikan sebagai jarak yang harus ditempuh oleh seseorang pelari mulai dari
start sampai finish untuk memperoleh medali/penghargaan. Kemudian,
pengertian tersebut diterapkan dalam dunia pendidikan menjadi sejumlah mata
pelajaran (subject) yang harus ditempuh oleh seorang siswa dari awal sampai
akhir program pelajaran untuk memperoleh penghargaan dalam bentuk ijazah.
Pada umumnya kurikulum dipandang sebagai suatu rencana yang
disusun untuk melancarkan proses belajar mengajar dibawah bimbingan dan
tanggung jawab sekolah atau lembaga pendidikan beserta staf pengajaranya. Ada
sejumlah ahli teori kurikulum yang berpendapat bahwa kurikulum bukan hanya
meliputi semua kegiatan yang direncanakan melainkan juga peristiwa-peristiwa
yang terjadi dibawah pengawasan sekolah, jadi selain kegiatan kurikuler yang
formal juga kurikuler yang tak formal (Nasution, 2012:5).
Menurut Undang-Undang No.20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional dan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No.19 Tahun 2005
tentang Standar Nasional Pendidikan menyatakan bahwa kurikulum adalah
seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi dan bahan pelajaran serta cara
yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk
mencapai pendidikan tertentu.
Menurut Dakir (2010:3) kurikulum ialah suatu program pendidikan yang
berisikan berbagai bahan ajar dan pengalaman belajar yang diprogramkan,
direncanakan dan dirancangkan secara sistemik atas dasar norma-norma yang
berlaku yang dijadikan pedoman dalam proses pembelajaran bagi tenaga
kependidikan dan peserta didik untuk mencapai tujuan pendidikan.
11
Suryosubroto (2010:32) menyatakan bahwa kurikulum adalah segala
pengalaman pendidikan yang diberikan oleh sekolah kepada seluruh anak
didiknya, baik dilakukan di dalam sekolah maupun diluar sekolah. Pengalaman
anak didik disekolah dapat diperoleh melalui berbagai kegiatan pendidikan
antara lain: mengikuti pelajaran di kelas, praktik keterampilan, latihan-latihan
olahraga dan kesenian, dan kegiatan karya wisata atau praktik dalam
laboratorium di sekolah.
Menurut Hamalik (2010:10) kurikulum adalah program pendidikan yang
disediakan oleh lembaga pendidikan (sekolah) bagi siswa. Berdasarkan program
pendidikan tersebut siswa melakukan berbagai kegiatan belajar, sehingga
mendorong perkembangan dan pertumbuhannya sesuai dengan tujuan
pendidikan yang telah ditetapkan.
Menurut pandangan modern (Hamid, 2012:16) kurikulum bukan hanya
rencana pembelajaran, melainkan merupakan realitas yang terjadi dalam proses
pendidikan di sekolah, kelas, luar kelas, pada pergaulan siswa dan lainnya yang
diorganisasikan oleh sekolah. Berbeda dengan pendapat Sanjaya (2009:9) yang
menyatakan kurikulum diartikan sebagai sebuah dokumen perencanaan yang
berisi tentang tujuan yang harus dicapai, isi materi dan pengalaman belajar yang
harus dilakukan siswa, starategi dan cara yang dapat dikembangkan untuk
mengumpulkan informasi tentang pencapaian tujuan serta implementasi dai
dokumen yang dirancang dalam bentuk nyata. Dengan demikian, pengembangan
kurikulum meliputi penyusunan dokumen implementasi dokumen serta evaluasi
dokumen yang telah disusun.
Nana Syaodih (2001:27) mengemukakan bahwa konsep yang terpenting
yang perlu mendapat penjelasan dalam teori kurikulum adalah konsep
kurikulum. Ada tiga konsep tentang kurikulum, kurikulum sebagai substansi,
kurikulum sebagai sistem dan kurikulum sebagai bidang studi. Konsep pertama,
kurikulum sebagai suatu substansi, suatu kurikulum, dipandang orang sebagai
suatu rencana kegiatan belajar bagi murid-murid di sekolah, atau sebagai
seperangkat tujuan yang ingin dicapai. Suatu kurikulum juga dapat menunjuk
kepada suatu dokumen yang berisi rumusan tentang tujuan, bahan ajar, kegiatan
belajar mengajar, jadwal dan evaluasi. Konsep kedua, adalah kurikulum sebagai
12
suatu sistem, yaitu sistem kurikulum. Sistem kurikulum merupakan bagian dari
sistem persekolahan, sistem pendidikan, bahkan sistem masyarakat. Suatu sistem
kurikulum mencakup struktur personalitas, dan prosedur kerja bagaimana cara
menyusun suatu kurikulum, melaksanakan, mengevaluasi dan
menyempurnakannya. Konsep ketiga, kurikulum sebagai suatu bidang studi
yaitu bidang studi kurikulum. Ini merupakan bidang kajian para ahli kurikulum
dan ahli pendidikan dan pengajaran. Tujuan kurikulum sebagai bidang studi
adalah mengembangkan ilmu tentang kurikulum dan sistem kurikulum.
Dari pendapat para ahli di atas maka penulis menyimpulkan bahwa
kurikulum adalah seperangkat isi materi, bahan ajar, dan tujuan yang akan
ditempuh sebagai pedoman penyelanggaraan kegiatan pembelajaran untuk
mencapai tujuan pendidikan.
B. Komponen Kurikulum
Menurut Nurgiantoro (2004:16) menyatakan bahwa komponen-komponen
kurikulum, yaitu :
a. Komponen Tujuan
Komponen tujuan ini mempunyai tiga jenis tahapan, yaitu :
1. Tujuan jangka panjang
Hal ini menggambarkan tujuan hidup yang diharapkan serta didasarkan
pada nilai yang diambil dari filsafat. Tujuan ini tidak berhubungan
dengan tujuan sekolah, melainkan sebagai target setelah anak didik
menyelesaikan sekolah tujuan jangka menengah.
2. Tujuan jangka menengah
Tujuan ini merujuk pada tujuan sekolah yang berdasarkan pada
jenjangnya : SD, SMP, SMA dan lain-lainnya.
3. Tujuan jangka dekat
Tujuan yang dikhususkan pada pembelajaran dikelas, misalnya; siswa
dapat mengerjakan perkalian dengan betul, siswa dapat mempraktekkan
apa yang sudah diajarkan oleh guru, dan sebagainya.
Dalam sebuah kurikulum lembaga pendidikan terdapat dua tujuan. Yaitu:
1. Tujuan yang dicapai secara keseluruhan
13
2. Tujuan yang ingin dicapai oleh setiap bidang studi.
b. Komponen isi/materi
Isi program kurikulum adalah segala sesuatu yang diberikan kepada
anak didik dalam kegiatan belajar mengajar dalam rangka mencapai tujuan.
Isi kurikulum meliputi jenis-jenis bidang studi yang diajarkan dan isi
masing-masing bidang studi tersebut. Bidang studi itu disesuaikan dengan
jenis, jenjang, maupun jalur pendidikan yang ada.
Langkah-langkah yang perlu dilakukan sebelum menentukan isi atau
content yang dilakukan sebagai kurikulum, terlebih dahulu perencana
kurikulum harus menyeleksi isi agar menjadi lebih efektif dan efisien.
Kriteria yang dapat dijadikan pertimbangan, antara lain :
1. Kebermaknaan
2. Manfaat dan kegunaan
3. Pengembangan manusia
c. Komponen Media (sarana dan prasarana)
Media merupakan sarana prasarana dalam pembelajaran. Media
merupakan perantara untuk menjabarkan isi kurikulum agar lebih mudah
dipahami oleh peserta didik dan agar memiliki retensi optimal.
Oleh karena itu, pemanfaatan dan pemakaian media dalam
pengajaran secara tepat terhadap pokok bahasan yang disajikan pada peserta
didik akan mempermudah peserta didik dalam menggapai, memahami isi
sajian guru dalam pengajaran.
d. Komponen strategi
Strategi merujuk pada pendekatan mengajar yang digunakan dalam
pengajaran, tetapi pada hakikatnya strategi pengajaran tidak hanya terbatas
pada hal itu saja. Strategi pengajaran berkaitan dengan cara penyampaian
atau cara yang ditempuh dalam melaksanakan pengajaran, mengadakan
penilaian, pelaksanaan bimbingan, dan mengatur kegiatan baik secara umum
maupun yang bersifat khusus.
e. Komponen proses belajar mengajar
Komponen ini sangat penting dalam sistem pengajaran, sebab diharapkan
melalui proses belajar mengajar akan terjadi perubahan tingkah laku pada diri
14
peserta didik. Keberhasilan pelaksanaan proses belajar mengajar merupakan
indikator keberhasilan pelaksanaan kurikulum.
Kemampuan guru dalam menciptakan suuasana pengajaran yang
kondusif, merupakan indikator kreativitas guru dalam mengajar. Hal tersebut
bisa dicapai apabila guru dapat melaksanakan: 1) memusatkan diri dalam
mengajar, 2) menerapkan metode yang pas dalam mengajar, 3) memusatkan
pada proses dan produknya, 4) memusatkan pada kompetensi yang relevan
(Hamalik, 2003:35-36).
Menurut Nana Syaodih (2013:102-112) kurikulum dapat diumpamakan
sebagai suatu orgnisme manusia ataupun binatang, yang memiliki susunan
anatomi tertentu. Unsur atau komponen- komponen dari anatomi tubuh
kurikulum yang utama adalah: tujuan, isi atau materi, proses atau system
penyampaian dan media, serta evaluasi. Keempat komponen tersebut berkaitan
erat satu sama lain.
Suatu kurikulum harus memilki kesesuaian atau relevansi. Kesesuaian ini
meliputi dua hal. Pertama kesesuaian antara kurikulum dengan tuntutan,
kebutuhan, kondisi, dan perkembangan masyarakat. Kedua kesesuaian antar
komponen-komponen kurikulum, yaitu isi sesuai dengan tujuan, proses sesuai
dengan isi dan tujuan, demikian juga evaluasi sesuai dengan proses, isi dan
tujuan kurikulum.
1. Tujuan
Dalam kurikulum pendidikan dasar dan menengah 1975/1976 dikenal
kategori tujuan sebagai berikut. Tujuan pendidikan nasional merupakan tujuan
jangka panjang, tujuan ideal pendidikan bagi bangsa Indonesia. Tujuan
institusional, merupakan sasaran pendidikan sesuatu lembaga pendidikan.
Tujuan kurikuler, adalah tujuan yang ingin dicapai oleh sesuatu program studi.
Tujuan instruksional yang merupakan target yang harus dicapai oleh sesuatu
mata pelajaran. Yang terakhir ini, masih dirinci lagi menjadi tujuan instruksional
umum dan khusus atau disebut juga objektif, yang merupakan tujuan pokok
bahasan.
Tujuan pendidikan nasional yang berjangka panjang merupakan suatu
tujuan pendidikan umum, sedangkan tujuan instruksional yang berjangka waktu
15
cukup pendek merupakan tujuan yang bersifat khusus. Tujuan-tujuan khusus
dijabarkan dari sasaran- sasaran pendidikan yang bersifat umum yang biasanya
abstrak dan luas, menjadi sasaran- sasaran khusus yang lebih konkret, sempit,
dan terbatas.
2. Bahan ajar
Siswa belajar dalam bentuk interaksi dengan lingkungannya, lingkungan
orang-orang, alat-alat dan ide-ide. Tugas utama seorang guru adalah
menciptakan lingkungan tersebut, untuk mendorong siswa melakukan interaksi
yang produktif dan memberikan pengalaman belajar yang dibutuhkan. Kegiatan
dan lingkungan demikian dirancang dalam suatu rencana mengajar, yang
mencakup komponen-komponen: tujuan khusus, sekuens bahan ajar, strategi
mengajar, media dan sumber belajar, serta evaluasi hasil mengajar. Karena
perumusan tujuan khusus strategi, dan evaluasi hasil mengajar dibahas secara
tersendiri, maka dalam bagian ini yang akan diuraikan hanya sekuens bahan ajar.
Sekuens bahan ajar
Untuk mencapai tiap tujuan mengajar yang telah ditentukan diperlukan
bahan ajar. Bahan ajar tersusun atas topik- topik dan sub-subtopik
tertentu. Tiap topik atau subtopik mengandung ide-ide pokok yang
relevan dengan tujuan yang telah ditetapkan. Topik-topik atau sub-
subtopik tersebut tersusun dalam sekuens tertentu yang membentuk suatu
sekuens bahan ajar
3. Strategi mengajar
Penyusunan sekuens bahan ajar berhubungan erat dengan strategi atau
metode mengajar. Pada waktu guru menyusun sekuens suatu bahan ajar, ia juga
harus memikirkan strategi mengajar mana yang sesuai untuk menyajikan bahan
ajar dengan urutan seperti itu.
Ada beberapa strategi yang dapat digunakan dalam mengajar. Rowntree
(1974:93-97) membagi strategi mengajar itu atas Exposition-Discovery Learning
dan Groups-Individual Learning. Ausebel dan Robinson (1969:43-45)
membaginya atas strategi Reception Learning-Discovery Learning and Rote
Learning-Meaningful Learning.
16
4. Media mengajar
Media mengajar merupakan segala macam bentuk perangsang dan alat
yang disediakan guru untuk mendorong siswa belajar. Perumusan diatas
menggambarkan pengertian media yang cukup luas, mencakup berbagai bentuk
perangsang belajar yang sering disebut sebagai audio visual aid, serta berbagai
bentuk alat penyaji perangsang belajar, berupa alat- alat elektronika seperti
mesin pengajaran, film, audio cassette, video cassette, televise, dan computer.
Romntree (1974:104-113)mengelompokkan media mengajar menjadi lima
macam dan disebut modes, yaitu interaksi insani, realita, pictorial, simbol
tertulis, dan rekaman suara.
5. Evaluasi pengajaran
Komponen utama selanjutnya setelah rumusan tujuan, bahan ajar,
strategi mengajar, dn media mengajar adalah evaluasi dan penyempurnaan.
Evaluasi ditujukan untuk menilai pencapaian tujuan-tujuan yang telah ditentukan
serta menilai proses pelaksanaan mengajar secara keseluruhan. Tiap kegiatan
akan memberikan umpan balik, demikian juga dalam pencapaian tujuan-tujuan
belajar dan proses pelaksanaan mengajar. Umpan balik tersebut digunakan untuk
mengadakan berbagai usaha penyempurnaan baik bagi penentuan dan
perumusan tujuan mengajar, penentuan sekuens bahan ajar, strategi, dan media
mengajar.
6. Penyempurnaan
Hasil- hasil evaluasi, baik evaluasi hasil belajar, maupun evaluasi
pelaksanaan mengajar secara keseluruhan, merupakan umpan balik bagi
penyempurnaan-penyempurnaan lebih lanjut. Komponen apa yang
disempurnakan, dan bagaimana penyempurnaan tersebut dilaksanakan? Sesuai
dengan komponen- komponen yang dievaluasi, pada dasarnya semua komponen
mengajar mempunyai kemungkinan untuk disempurnakan. Suatu komponen
mendapatkan prioritas lebih dulu atau mendapatkan penyempurnaan lebih
banyak, dilihat dari peranannya dan tingkat kelemahannya (Rowntree, 1974:150-
151). Penyempurnaan juga mungkin dilakukan secara langsung begitu
didapatkan sesuatu informasi umpan balik, atau ditangguhkan sampai jangka
waktu tertentu bergantung pada urgensinya dan kemungkinannya mengadakan
17
penyempurnaan. Penyempurnaan mungkin dilaksanakan sendiri oleh guru, tetapi
dalam hal- hal tertentu mungkin dibutuhkan bantuan atau saran-saran orang lain
baik sesama personalia sekolah atau ahli pendidikan dari luar sekolah.
Penyempurnaan juga mungkin bersifat menyeluruh atau hanya menyangkut
bagian-bagian tertentu. Semua hal tersebut bergantung pada kesimpulan-
kesimpulan hasil evaluasi.
C. Fungsi Kurikulum
Apa sebenarnya fungsi kurikulum bagi guru, siswa, kepala
sekolah/pengawas, orang tua dan masyarakat? Pada dasarnya fungsi kurikulum
berfungsi sebagai pedoman atau acuan. Bagi guru, kurikulum berfungsi sebagai
pedoman dalam melaksanakan proses pembelajaran. Bagi kepala sekolah dan
pengawas, kurikulum berfungsi sebagai pedoman dalam melaksanakan supervisi
atau pengawasan. Bagi orang tua, kurikulum berfungsi sebagai pedoman dalam
membimbing anaknya belajar dirumah. Bagi masyarakat, kurikulum berfungsi
sebagai pedoman untuk memberikan bantuan bagi terselenggaranya proses
pendidikan disekolah. Sedangkan bagi siswa, kurikulum berfungsi sebagai suatu
pedoman belajar.
Berkaitan dengan fungsi kurikulum bagi siswa sebagai subjek didik
terdapat enam fungsi kurikulum yaitu fungsi penyesuaian, fungsi
pengintegrasian, fungsi diferensiasi, fungsi persiapan, fungsi pemilihan, dan
fungsi diagnostik.
1. Fungsi Penyesuaian (The Adjustive of Adaptive Function)
Individu hidup dalam lingkungan. Setiap individu harus mampu
menyesuaikan diri terhadap lingkungannya secara menyeluruh. Karena
lingkungan sendiri senantiasa berubah dan bersifat dinamis, maka masing-
masing individu pun harus memiliki kemampuan menyesuaikan diri secara
dinamis pula. Dibalik itu, lingkungan pun harus disesuaikan dengan kondisi
perorangan. Disinilah letak fungsi kurikulum sebagai alat pendidikan, sehingga
individu bersifat well-adjusted.
18
2. Fungsi Integrasi (The Integrating Function)
Kurikulum berfungsi mendidik pribadi-pribadi yang terintegrasi. Oleh
karena individu sendiri merupakan bagian dari masyarakat, maka pribadi yang
terintegrasi itu akan memberikan sumbangan dalam pembentukan atau
pengintegrasian masyarakat.
3. Fungsi Diferensiasi (The Differentiating Function)
Kurikulum perlu memberikan pelayanan terhadap perbedaan diantara
setiap orang dalam masyarakat. Pada dasarnya, diferensiasi akan mendorong
orang berpikir kritis dan kreatif, sehingga akan mendorong kemajuan sosial
dalam masyarakat. Akan tetapi, adanya diferensiasi tidak berarti mengabaikan
solidaritas social dan integrasi, karena diferensiasi juga dapat menghindarkan
terjadinya stagnasi social.
4. Fungsi Persiapan (The Propaedeutic Function)
Kurikulum berfungsi mempersiapkan siswa agar mampu melanjutkan
studi lebih lanjut untuk suatu jangkauan yang lebih jauh, misal melanjutkan
studi kesekolah yang lebih tinggi atau persiapan belajar didalam masyarakat.
Persiapan kemampuan belajar lebih lanjut ini sangat diperlukan, mengingat
sekolah tidak mungkin memberikan semua yang diperlukan siswa atau apapun
yang menarik perhatian mereka.
5. Fungsi Pemilihan (The Selective Function)
Perbedaan (diferensiasi) dalam pemilihan (seleksi) adalah dua hal yang
saling berkaitan. Pengakuan atas perbedaan berarti memberikan kesempatan
bagi seseorang untuk memilih apa yang diinginkan dan menarik minatnya.
Kedua hal tersebut merupakan kebutuhan bagi masyarakat yang menganut
sistem demokratis. Untuk mengembangkan berbagai kemampuan tersebut, maka
kurikulum perlu disusun secara luas dan bersifat fleksibel.
6. Fungsi Diagnostik (The Diagnostic Function)
Salah satu segi pelayanan pendidikan adalah membantu dan
mengarahkan siswa untuk mampu memahami dan menerima dirinya, sehingga
dapat mengembangkan seluruh potensi yang dimilikinya. Hal ini dapat
dilakukan jika siswa menyadari semua kelemahan dan kekuatan yang
dimilikinya melalui proses eksplorasi. Selanjutnya siswa sendiri yang
19
memperbaiki kelemahan tersebut dan mengembangkan sendiri kekuatan yang
ada. Fungsi ini merupakan fungsi diagnostik kurikulum akan membimbing siswa
untuk dapat berkembang secara optimal.
Berbagai fungsi kurikulum tadi dilaksanakan oleh kurikulum secara
keseluruhan. Fungsi-fungsi tersebut memberikan pengaruh terhadap
pertumbuhan dan perkembangan siswa, sejalan dengan arah filsafat
pendidikandan tujuan pendidikan yang diharapkan oleh institusi pendidikan
yang bersangkutan.
D. Peranan Kurikulum
Sebagai program pendidikan yang telah direncanakan secara sistematis,
kurikulum mengemban peranan yang sangat penting bagi pendidikan siswa.
Apabila dianalisis sifat dari masyarakat dan kebudayaan, dengan sekolah sebagai
institusi sosial dalam melaksanakan operasinya, maka dapat ditentukan paling
tidak tiga peranan kurikulum yang sangat penting, yakni peranan konservatif,
peranan kritis atau evaluative, dan peranan kreatif. Ketiga peranan ini sama
penting dan perlu dilaksanakan secara seimbang.
1. Peranan Konservatif
Salah satu tanggung jawab kurikulum adalah mentransmisikan dan
menafsirkan warisan sosial pada generasi muda. Dengan demikian, sekolah
sebagai suatu lembaga sosial dapat memengaruhi dan membina tingkah laku
siswa sesuai dengan berbagai nilai sosial yang ada dalam masyarakat, sejalan
dengan peranan pendidikan sebagai suatu proses sosial. Ini seiring dengan
hakikat pendidikan itu sendiri, yang berfungsi sebagai jembatan antara para
siswa selaku anak didik dengan orang dewasa, dalam suatu proses pembudayaan
yang semakin berkembang menjadi lebih kompleks. Oleh karenanya, dalam
kerangka ini fungsi kurikulum menjadi teramat penting, karena ikut membantu
proses tersebut. Dengan adanya peranan konservatif ini, maka sesungguhnya
kurikulum itu berorientasi pada masa lampau. Meskipun demikian, peranan ini
sangat mendasar sifatmya.
20
2. Peranan Kritis atau Evaluatif
Kebudayaan senantiasa berubah dan bertambah. Sekolah tidak hanya
mewariskan kebudayaan yang ada, melainkan juga menilai dan memilih
berbagai unsur kebudayaan yang akan diwariskan. Dalam hal ini, kurikulum
turut aktif berpartisipasi dalam kontrol sosial dan memberi penekanan pada
unsur berpikir kritis. Nilai-nilai sosial yang tidak sesuai lagi dengan keadaan
dimasa mendatang dihilangkan, serta diadakan modifikasi dan perbaikan.
Dengan demikian kurikulum harus merupakan pilihan yang tepat atau dasar
kriteria tertentu.
3. Peranan Kreatif
Kurikulum berperan dalam melakukan berbagai kegiatan kreatif dan
konstruktif, dalam artian menciptakan dan menyusun suatu hal yang baru sesuai
dengan kebutuhan masyarakat dimasa sekarang dan masa mendatang. Untuk
membantu setiap individu dalam mengembangkan semua potensi yang ada
padanya, maka kurikulum menciptakan pelajaran, pengalaman, cara berpikir,
kemampuan, dan keterampilan yang baru, yang memberikan manfaat bagi
masyarakat.
Ketiga peranan kurikulum tersebut harus berjalan secara seimbang, atau
dengan kata lain terdapat keharmonisan diantara ketiganya. Dengan demikian,
kurikulum dapat memenuhi tuntutan waktu dan keadaan dalam membawa siswa
menuju kebudayaan masa depan.
E. Pengembangan Kurikulum
1. Landasan Pengembangan Kurikulum
Kurikulum disusun untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional
dengan memperhatikan tahap perkembangan peserta didik dan kesesuaiannya
dengan lingkungan, kebutuhan pembangunan nasional, perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi serta kesenian, sesuai dengan jenis dan jenjang
masing-masing satuan pendidikan. Sejalan dengan kententuan tersebut, perlu
ditambahkan bahwa pendidikan nasional berakar pada kebudayaan nasional, dan
pendidikan nasional berdasarkan Pancasila dan Undang- Undang Dasar 1945.
21
Berdasarkan ketentuan dan konsep-konsep tersebut, pengembangan kurikulum
agar berlandaskan faktor-faktor sebagai berikut :
1. Tujuan filsafat dan pendidikan nasional yang dijadikan sebagai dasar untuk
merumuskan tujuan institusional yang pada gilirannya menjadi landasan
dalam merumuskan tujuan kurikulum suatu satuan pendidikan.
2. Sosial budaya dan agama yang berlaku dalam masyarakat kita.
3. Perkembangan peserta didik, yang menunjuk pada karakteristik
perkembangan peserta didik.
4. Keadaan lingkungan, yang dalam arti luas meliputi lingkungan manusiawi
(interpersonal), lingkungan kebudayaan termasuk iptek (kultural), dan
lingkungan hidup (bioekologi), serta lingkungan alam (geoekologis).
5. Kebutuhan pembangunan, yang mencakup kebutuhan pembangunan
dibidang ekonomi, kesejahteraan rakyat, hukum, hankam, dan sebagainya.
6. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang sesuai dengan system
nilai dan kemanusiawian serta budaya bangsa.
Keenam faktor tersebut saling kait-mengait antara satu dengan yang lainnya.
1) Filsafat dan Tujuan Pendidikan
Filsafat pendidikan mengandung nilai-nilai atau cita-cita masyarakat.
Berdasarkan cita-cita tersebut terdapat landasan, mau dibawa kemana pendidikan
anak. Filsafat pendidikan menggambarkan manusia yang ideal yang diharapkan
oleh masyarakat. Dengan kata lain, filsafat pendidikan merupakan pandangan
hidup masyarakat. Filsafat pendidikan menjadi landasan untuk merancang tujuan
pendidikan, prinsip-prinsip pembelajaran, serta perangkat pengalaman belajar
yang bersifat mendidik. Filsafat pendidikan dipengaruhi oleh dua hal yang
pokok, yakni: 1. Cita-cita msayrakat, dan 2. Kebutuhan peserta didik yang hidup
di masyarakat.
Filsafat pendidikan sebagai suatu pandangan hidup bukan menjadi hiasan
lidah belaka, melainkan harus meresapi tingkah laku semua anggota masyarakat.
Nilai-nilai filsafat pendidikan harus dilaksanakan dalam perilaku sehari-hari. Hal
ini menunjukkan pentingnya filsafat pendidikan sebagai landasan dalam rangka
pengembangan kurikulum.
22
Filsafat pendidikan sebagai sumber tujuan. Secara sederhana dapat
ditafsirkan bahwa filsafat pendidikan adalah hal yang diyakini dan diharapkan
oleh seseorang. Filsafat pendidikan mengandung nilai-nilai atau perbuatan
seseorang atau masyarakat. Dalam filsafat pendidikan terkandung cita-cita
tentang model manusia yang diharapkan, sesuai dengan nilai-nilai yang disetujui
oleh individu dan masyarakat. Karena itu, filsafat pendidikan harus dirumuskan
berdasarkan kriteria yang bersifat umum dan objektif. Hopkin dalam bukunya
Interaction The Democratic Process, mengemukakan kriteria, antara lain :
1. Kejelasan, filsafat/ keyakinan harus jelas dan tidak boleh meragukan.
2. Konsisten dengan kenyataan, berdasarkan penyelidikan yang akurat.
3. Konsisten dengan pengalaman, yang sesuai dengan kehidupan individu.
2) Keadaan Lingkungan
Dalam arti yang luas, lingkungan merupakan suatu sistem yang disebut
ekosistem, yang meliputi keseluruhan faktor lingkungan, yang tertuju pada
peningkatan mutu kehidupan diatas bumi ini. Faktor-faktor dalam ekosistem itu,
meliputi:
1. Lingkungan manusiawi/ interpersonal;
2. Lingkungan sosial budaya/ kultural;
3. Lingkungan biologis, yang meliputi flora dan fauna;
4. Lingkungan geografis, seperti bumi, air, dan sebagainya.
Masing- masing faktor lingkungan memilki sumber daya yang dapat
digunakan sebagai modal atau kekuatan yang mempengaruhi pembangunan.
Lingkungan manusiawi merupakan sumber daya manusia (SDM), baik dalam
jumlah maupun dalam mutunya. Lingkungan sosial budaya merupakan sumber
daya budaya (SDB) yang mencakup kebudayaan, ilmu pengetahuan, dan
teknologi. Lingkungan biologis dan geografis merupakan sumber daya alam
(SDA). Jadi ada tiga sumber daya yang terkait erat dengan pembangunan yang
berwawasan lingkungan.
Pembangunan berwawasan lingkungan ditafsirkan dalam konteks bahwa
pembangunan itu memperhatikan dan disesuaikan dengan keadaan dan
kebutuhan lingkungan, memanfaatkan potensi dan sumber-sumber yang tersedia
23
di lingkungan, memelihara atau melestarikan lingkungan, serta meningkatkan
dan mengembangkan lingkungan.
Penyesuaian pembangunan dengan lingkungan berarti upaya-upaya dan
kegiatan pelaksanaan pembangunan disesuaikan dengan keadaan dan kondisi
masyarakat yang sedang berkembang cepat dalam semua karakteristiknya.
Pemanfaatan lingkungan adalah memanfaatkan sumber daya tersebut untuk
mendukung pelaksanaan pembangunan. Pemeliharaan dan pelestarian
lingkungan berarti menjamin dan menjaga agar lingkungan dengan sumber-
sumbernya itu tetap terbina sehingga terus berfungsi sebagaimana adanya, tidak
rusak atau terganggu, melainkan tetap utuh dan harmonis dalam hubungannya
dengan kehidupn manusia. Peningkatan dan pengembangan mancakup juga
perbaikan dan rehabilitasi.
3) Kebutuhan Pembangunan
Tujuan pokok pembangunan adalah untuk menumbuhkan sikap dan
tekad kemandirian manusia dan masyarakat Indonesia dalam rangka
meningkatkan kualitas sumber daya manusia untuk mewujudkan kesejahteraan
lahir batin yang lebih selaras, adil dan merata. Keberhasilan pembangunan
ditandai oleh terciptanya suatu masyarakat yang maju, mandiri dan sejahtera.
Untuk mencapai tujuan pembangunan tersebut, maka dilaksanakan
proses pembangunan yang titik beratnya terletak pada pembangunan ekonomi
yang seiring dan didukung oleh pengembangan sumber daya manusia yang
berkualitas, serta upaya-upaya pembangunan di sektor lainnya. Hal ini menunjuk
pada kebutuhan pembangunan sesuai dengan sektor-sektor yang perlu dibangun
itu sendiri, yakni bidang-bidang industri, pertanian, tenaga kerja, perdagangan,
transportasi, pertambangan, kehutanan, usaha nasional, pariwisata, pos dan
telekomunikasi, transmigrasi, energi, dan lingkungan hidup (GBHN,1993).
Pembangunan sumber daya manusia yang berkualitas diarahkan untuk
meningkatkan kualitas SDM yang mampu mendukung pembangunan ekonomi
dan pembangunan di bidang-bidang lainnya. Implikasi dari upaya pembangunan
tersebut maka diperlukannya peningkatan produktivitas, peningkatan dan
perluasan pendidikan keahlian sesuai dengan kebutuahn bidang- bidang
pembangunan tersebut, dan pengembangan iptek yang mantap.
24
4) Perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Pembangunan didukung oleh perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi dalam rangka mempercepat terwujudnya ketangguhan dan keunggulan
bangsa. Dukungan iptek terhadap pembangunan dimaksudkan unuk memacu
pembangunan menuju terwujudnya masyarakat yang mandiri, maju dan
sejahtera. Di sisi lain, perkembangan iptek itu sendiri berlangsung semakin
cepat, berbarengan dengan persaingan antar bangsa semakin meluas, sehingga
diperlukan penguasaan, pemanfaatan, dan pengembangan iptek, yang pada
gilirannya mengandung implikasi tertentu terhadap pengembangan sumber daya
manusia supaya memiliki kemampuan dalam penguasaan dan pemanfaatan serta
pengembangan dalam bidang iptek.
Untuk mencapai tujuan dan kemampuan-kemampuan tersebut, maka ada
tiga hal yang dijadikan sebagai dasar, yakni :
1. Pembangunan iptek harus berada dalam keseimbangan yang dinamis dan
efektif dengan pembinaan sumber daya manusia, pengembangan sarana
dan prasarana iptek, pelaksanaan penelitian dan pengembangan serta
rekayasa dan prduksi barang dan jasa.
2. Pembangunan iptek tertuju pada peningkatan kualitas, yakni untuk
meningkatkan kualitas kesejahteraan dan kehidupan bangsa.
3. Pembangunan iptek harus selaras (relevan) dengan nilai- nilai agama,
nilai luhur budaya bangsa, kondisi sosial budaya, dan lingkungan hidup.
4. Pembangunan iptek harus berpijak pada upaya peningkatan
produktivitas, efisiensi dan efektivitas penelitian dan pengembangan
yang lebih tinggi.
5. Pembangunan iptek berdasarkan pada asa pemanfaatannya yang dapat
memberikan nilai tambah dan memberikan pemecahan masalah konkret
dalam pembangunan.
Penguasaan, pemanfaatan, dan pengembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi dilaksanakan oleh berbagai pihak, yakni :
1. Pemerintah, yang mengembangkan dan memanfaatkan iptek untuk
menunjang pembangunan dalam segala bidang.
25
2. Masyarakat, yang memanfaatkan iptek utnuk pengembangan masyarakat
dan mengembangkannya secara swadaya.
3. Akademisi terutama di lingkungan perguruan tinggi, mengembangkan
iptek untuk disumbangkan kepada pembangunan.
4. Pengusaha, untuk kepentingan meningkatkan produktivitas.
2. Proses Pengembangam Kurikulum
Dalam pengembangan kurikulum terdapat dua proses utama yakni
pengembangan pedoman kurikulum dan pengembangan pedoman instruksional.
2.1 Pengembangan Pedoman Kurikulum
Pedoman kurikulum meliputi :
- Latar belakang yang berisi rumusan falsafah dan tujuan lembaga
pendidikan, populasi yang menjadi sasaran, rasional bidang studi atau
matakuliah, struktur organisasi bahan pelajaran.
- Silabus yang berisi mata pelajaran secara lebih terinci yang diberikan
yakni scope (ruang lingkup) dan sequence-nya (urutan pengajiannya)
- Desain Evaluasi termasuk strategi revisi atau perbaikan kurikulum
mengenai:
a. Bahan pelajaran (scope dan sequence)
b. Organisasi bahan dan strategi instruksionalnya.
Pedoman kurikulum disusun untuk menentukan dalam garis besarnya:
- Apa yang akan diajarkan (ruang lingkup, scope)
- Kepada siapa diajarkan
- Apa sebab diajarkan, dengan tujuan apa
- Dalam urutan yang bagaimana (sequence)
Selanjutnya perlu diuraikan:
- Falsafah dan misi lembaga pendidikan, sekolah, akademi atau
universitas institut.
Dalam hal perguruan tinggi perlu dikemukakan falsafah dan misi tiap
fakultas dan jurusan.
- Alasan atau rasional kurikulum berhubungan dengan populasi yang
dijadikan sasaran, yakni untuk apa siswa dipersiapkan
26
- Tujuan filosofis mengenai bahan yang akan diajarkan, alas an
memilihnya/
- Organisasi bahan pelajaran secara umum
Langkah-langkah dalam Pengembangan Pedoman Kurikulum :
Dalam garis besarnya kita dapat mengikuti langkah-langkah sebagai berikut:
1) Kumpulkan keterangan mengenai faktor-faktor yang turut menentukan
kurikulum serta latar belakangnya.
2) Tentukan mata pelajaran atau matakuliah yang akan diajarkan
3) Rumuskan tiap tujuan matapelajaran
4) Tentukan hasil belajar yang diharapkan siswa dalam tiap matapelajaran
5) Tentukan topik-topik tiap mata pelajaran
6) Tentukan syarat-syarat yang dituntut dari siswa
7) Tentukan bahan yang harus dibaca oleh siswa
8) Tentukan strategi mengajar yang serasi serta sediakan berbagai
sumber/alat peraga proses belajar mengajar
9) Tentukan alat evaluasi hasil belajar siswa serta skala penilaiannya
10) Buat desain rencana penilaian kurikulum secara keseluruhan dan
strategi perbaikannya.
2.2 Pengembangan Pedoman Instruksional
Pedoman Instruksional diperoleh atas usaha pengajar untuk menguraikan
pedoman isi kurikulum agar lebih spesifik sehingga lebih mudah untuk
mempersiapkannya sebagai pelajaran dalam kelas. Dengan demikian apa yang
diajarkan benar-benar bersumber dari pedoman kurikulum.
Untuk praktisnya dan mempermudah pekerjaan sambil lebih menjamin
mutunya, penyusunan pedoman instruksional sebaiknya dilakukan oleh suatu
tim, termasuk guru yang akan mengajarkannya.
Ada orang yang mengajukan kritik bahwa pedoman instruksional
terlampau membatasi kebebasan dan kreativitas guru. Pedoman instruksional
yang rerinci menentukan tujuan instruksional yang spesifik dengan bahan yang
khusus pula. Seperti kita ketahui tujuan instruksional khusus pada umumnya
terlampau mengutamakan hasil belajar tingkatan kognitif rendah berupa fakta
27
dan informasi yang tidak merangsang siswa untuk berpikir. Kiritik itu ada
kebenarannya.
Namun bila dalam pengajaran dipentingkan efektifitas dan
pertanggungjawaban atas mutu hasil belajar, maka berdasarkan penelitian pada
tingkat SD, SMP, SMA maupun perguruan tinggi hasil belajar nyata-nyata lebih
tinggi bila pelajaran lebih berstruktur. Pelajaran dikatakan berstruktur bila lebih
dahulu ditentukan secara jelas dan terinci tujuan (biasanya berupa TIK), strategi
mengajar (PBM), bahan pelajaran dan evaluasinya (sering berupa tes objektif).
Keunggulan pengajaran berstruktur atas pengajaran “terbuka” terbukti
dari hasil pengukuran berbagai ragam hasil belajar siswa, walaupun harus diakui
bahwa pengukuran ini terutama mengenai aspek kognitif dan keterampilan
tingkatan rendah. Namun demikian dengan guru yang baik diharapkan bahwa
tingkat kognitif tinggi serta aspek afektif tak perlu diabaikan.
Untuk lebih menjamin mutu dan efektivitas proses belajar mengajar,
maka para pendidik harus menguasai proses pengembangan kurikulum dan
mendesain pedoman instruksional yang lebih berstruktur.
Langkah-langkah mendesain pedoman instruksional :
1. Tentukan satu atau dua tujuan untuk tiap topik yang telah disebut
dalam silabus mata pelajaran. Tujuan itu lazim disebut tujuan
instruksional umum atau TIU.
2. Rumuskan Tujuan Instruksional Khusus (TIK) sehingga dapat
diamati dan diukur hasilnya.
3. Tentukan dua atau tiga macam kegiatan belajar bagi tiap tujuan
khusus.
4. Sediakan sumber dan alat belajar mengajar yang sesuai.
5. Buat desain penilaian hasil dan kemajuan belajar, cara menilai, alat
menilai untuk tiap tujuan khusus.
3. Komponen-Komponen Pengembangan Kurikulum
Kurikulum sebagai suatu sistem keseluruhan memiliki komponen-
komponen yang saling berkaitan antara satu dengan lainnya yakni : 1. Tujuan, 2.
Materi, 3. Metode, 4. Organisasi, 5. Evaluasi. Komponen- komponen tersebut,
28
baik secara sendiri- sendiri maupun secara bersama- sama menjadi dasar utama
dalam upaya mengembangkan system pembelajaran.
3.1 Tujuan Kurikulum
Tujuan kurikulum tiap satuan pendidikan harus mengacu kearah
pencapaian tujuan pendidikan nasional, sebagaimana telah ditetapkan dalam
Undang- Undang No. 2 Tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Dalam
skala yang lebih luas, kurikulum merupakan suatu alat pendidikan dalam rangka
pengembangan sumber daya manusia yang berkualitas. Kurikulum menyediakan
kesempatan yang luas bagi peserta didik untuk mengalami proses pendidikan
dan pembelajaran untuk mencapi target tujuan pendidikan nasioanal khususnya
dan sumber daya manusia yang berkualitas umumnya. Tujuan ini dikategorikan
sbagai tujuan umum kurikulum.
3.2 Materi Kurikulum
Materi kurikulum pada hakikatnya adalah isi kurikulum. Dalam Undang-
Undang Pendidikan tentang Sistem Pendidikan Nasioanal telah ditetapkan,
bahwa ”Isi kurikulum merupakan bahan kajian dan pelajaran untuk mencapai
tujuan penyelenggaraan satuan pendidikan yang bersangkutan dalam rangka
upaya pencapaian tujuan pendidikan nasional”. Sesuai dengan rumusan tersebut,
isi kurikulum dikembangkan dan disusun berdasarkan prinsip- prinsip sebagai
berikut :
1. Materi kurikulum berupa bahan pembelajaran yang terdiri dari bahan kajian
atau topik- topik pelajaran yang dapat dikaji oleh siswa dalam proses belajar
dan pembelajaran;
2. Materi kurikulum mengacu pada pencapaian tujuan masing-masing satuan
pendidikan. Perbedaan dalam ruang lingkup dan urutan bahan pelajaran
disebabkan oleh perbedaan tujuan satuan pendidikan tersebut;
3. Materi kurikulum diarahkan untuk mencapai tujuan pendidikan nasional.
Dalam hal ini, tujuan pendidikan nasional meupakan target tertinggi yang
hendak dicapai melalui penyampaian materi kurikulum.
3.3 Metode
Metode adalah cara yang digunakan untuk menyampaikan materi
pelajaran dalam upaya mencapai tujuan kurikulum. Suatu metode mengandung
29
pengertian terlaksananya kegitan guru dan kegiatan siswa dalam proses
pembelajaran. Metode dilaksanakan melalui prosedur tertentu. dewasa ini,
keaktifan siswa belajar mendapat tekanan utama dibandingkan dengan keaktifan
siswa yang bertindak sebagai fasilitator dan pembimbing bagi siswa. Karena itu,
istilah metode yang lebih menekankan pada kegiatan guru, selanjutnya diganti
dnegan istilah strategi pembelajaran yang menekankan pada kegiatan siswa.
Metode atau strategi pemebelajaran menempati fungsi yang penting
dalam kurikulum, karena itu, penyusunannya hendaknya berdasarkan analis
tugas yang mengacu pada tujuan kurikulum dan berdasarkan perilku awal siswa.
Dalam hubungan ini, ada tiga altenatif pendekatan yang dapt digunakan, yakni :
1. Pendekatan yang berpusat pada mata pelajaran
2. Pendekatan yang berpusat pada siswa
3. Pendekatan yang berorientasi pad kehidupan masyarakat.
3.4 Organisasi Kurikulum
Organisasi kurikulum terdiri dari beberapa bentuk, yang masing- masing
memilki ciri- cirinya sendiri.
a. Separated Subject Curriculum
Kurikulum ini menyajikan segala bahan pelajaran dalam berbagai macam
mata pelajaran (subjects) yang terpisah-pisah satu sama lain, seakan-akan ada
batas pemisah antara mata pelajaran yang satu sama lain, seakan-akan ada batas
pemisah antara mata pelajaran yang satu dengan yang lain juga antara suatu
kelas dengan kelas yang lain.
Dengan demikian sukar terdapat kebetulan pengetahuan pada anak.
Sebagai contoh misalnya dahulu kita pernah menyajikan mata pelajaran untuk
“Sekolah Rakyat VI Tahun” (sekarang Sekolah Dasar) terdiri atas Ilmu tumbuh-
tumbuhan, Ilmu hewan, Ilmu Tubuh Manusia, Ilmu kesehatan dan masih ada
juga limu Alam. Untuk masa sekarang semua mata pelajaran tersebut di atas
diintegrasikan diberikan predikat sebagai Ilmu Pengetahuan Alam disingkat
IPA. Tentu saja konsep dasar tinjauannya sangat berbeda dengan lima mata
pelajaran yang terdahulu. Separate Subject Curriculum mengandung beberapa
hal yang positif didalam praktek pendidikan sekolah yakni:
a) Bahan pelajaran disajikan secara sistematis dan logis.
30
b) Organisasi kurikulum ini sederhana: mudah disusun mudah ditambah
atau mudah dikurangi jumlah pelajaran yang diperlukan (mudah
direorganisir).
c) Penilaian lebih mudah karena biasanya bahan pelajaran ditentukan
berdasarkan buku- buku pelajaran tertentu sehingga dapat diadakan ujian
umum atau tes hasil belajar yang seragam (uniform) disleuruh Negara.
- Kelebihan pada Separate Subject Curriculum yaitu :
1. Kurikulum ini memudahkan guru dalam melaksanakan pengajaran
karena bersifat “Subject Centered”; guru-guru yang sudah
berpengalaman dan menguasai seluruh bahan pelajaran dari buku maka
pekerjaannya menjadi rutin tiap tahun hany amnegulang yang sudah
pernah dilakukan sebelumnya.
2. Kebanyakan orang beranggapan bahwa sekolah adalah persiapan masuk
Perguruan Tinggi ; di Perguruan Tinggi biasanya organisasi Kurikulum
sesuai dengan prinsip terpisah-pisah itu. Jadi organisasi kurikulum di
sekolah dasar dan menengah dengan begitu sesuai dengan organisasi di
Perguruan Tinggi.
- Di samping ada hal- hal positif, Separate Subject Curriculum mendapat
kritik- kritik sebagai berikut:
1. Mata pelajaran terlepas-lepas satu sama lain hal ini tidak sesuai dengan
kenyataan kehidupan yang sebenarnya.
2. Tidak atau kurang memperhatikan masalah ynag dihadapi dalam
kehidupan sehari- hari.
3. Dari sudut Psikologis kurikulum demikian mengandung kelemahan;
banyak terjadi verbalitas dan menghafal serta makna tujuan pelajaran
kurang dihayati oleh anak didik.
4. Kurikulum ini cenderung statis dan ketinggalan dari perkembangan
zaman.
b. Correlated Curriculum
Pada dasarnya organisasi kurikulum ini menghendaki agar mata
pelajaran itu satu sama lain ada hubungan, bersangkut paut (correlated)
walaupun mungkin batas-batas yang satu dengan yang lain masih dipertahankan.
31
Prinsip berhubungan satu sama lain (korelasi) ini dapat dilaksanakan dengan
beberapa cara :
1. Antara dua mata pelajaran diadakan hubungan secara insidental.
2. Memperbincangkan masalah-masalah tertentu dalam berbagai macam
pelajaran.
3. Mempersatukan beberapa mata pelajaran dengan menghilangkan batas
masing-masing.
Paduan atau fungsi antara beberapa mata pelajaran ini disebut “broad-fields”;
Broad-fields merupakan kesatuan yang tidak terbagi-bagi atas bagian-bagian.
Tetapi broad-fields pada dasarnya masih bersifat subject curriculum, hanya saja
jumlah mata pelajaran menjadi berkurang, sehingga broad-fields dapat dianggap
sebagai modifikasi dari subject curriculum, yang tradisional (Prof. Dr. Nasution,
hal.90).
Beberapa kebaikan Correlated curriculum dapat disebutkan antara lain :
1. Dengan korelasi pengetahuan murid lebih integral, tidak terlepas-lepas
(berpadu).
2. Dengan melihat hubungan erat antara mata pelajaran satu dengan yang
lain, minat murid bertambah.
3. Korelasi memberikan pengertian yang lebih luas dan mendalam karena
memandang dari berbagai sudut.
4. Dengan korelasi maka yang diutamakan adalah pengertian dan prinsip-
prinsip bukan pengetahuan akan fakta, dengan begitu lebih
memungkinkan penggunaan pengetahuan secara fungsional bagi murid-
murid.
Adapun disamping kebaikan ynag ada tersebut, ada keberatan yang diajukan
terhadap correlated curriculum ini yakni sebagai berikut:
1. Sulit untuk menghubungkan dengan masalah- masalah yang hangat
dalam kehidupan sehari-hari sebab dasarnya subject centered.
2. Brood fields tidak memberikan pengetahuan yang sistematis dan
mendalam untuk sesuatu mata pelajaran sehingga hal ini dipandang
kurang cukup untuk bekal mengikuti pelajaran Perguruan Tinggi.
32
c. Integrated Curriculum
Integrated curriculum meniadakan batas-batas antara berbagai mata
pelajaran dan menyajikan bahan pelajaran dan menyajikan bahan pelajaran
dalam bentuk unit atau keseluruhan. Dengan kebulatan bahan pelajaran
diharapkan mampu membentuk kepribadian murid yang integral, selaras dengan
kehidupan sekitarnya, apa yang diajarkan di sekolah di sesuaikan dengan
kehidupan anak diluar sekolah, (Nasution, hal.92).
Beberapa manfaat kurikulum yang “Integrated” ini dapat disebutkan
sebagai berikut:
1. Segala sesuatu yang dipelajari anak merupakan unit yang bertalian erat,
bukan fakta yang terlepas satu sama lain.
2. Kurikulum ini sesuai dengan pendapat- pendapat modern tentang belajar,
murid dihadapkan kepada masalah yang berarti dalam kehidupan mereka.
3. Kurikulum ini memungkinkan hubungan yang erat antara sekolah dengan
masyarakat.
4. Aktifitas anak-anak meningkat karena dirangsang untuk berpikir sendiri dan
bekerja sendiri, atau bekerja sama dengan kelompok.
5. Kurikulum ini mudah disesuaikan dengan minat, kesanggupan dan
kematangan murid.
Keberatan- keberatan yang dilontarkan orang kepada kurikulum yang integrated
ini adalah sebagai berikut:
1. Guru-guru kita belum disiapkan untuk melaksanakan kurikulum ini.
2. Kurikulum ini tidak mempunyai organisasi yang sistematis.
3. Kurikulum ini memberatkan tugas guru.
4. Kurikulum ini tidak memungkinkan ujian umum sebab tidak ada
uniformalitas di sekolah-sekolah satu sama lain.
5. Anak-anak diragukan untuk bisa diajak menentukan kurikulum.
6. Pada umumnya kondisi sekolah masih kekurangan alat-alat untuk
melaksanakan kurikulum ini.
Selanjutnya menurut Nasution (Nana Syaodih,2013:94-95), dikatakan
memang sekolah-sekolah modern sudah mulai berangsur-angsur meninggalkan
33
kurikulum yang subject cebtered ini karena dianggap tidak menghasilkan pribadi
yang harmonis.
Oleh karena itu pelajaran disusun sebagi keseluruhan yang disebut
“brood- unit” denga ciri- ciri sebagai berikut:
1. Unit merupakan suatu keseluruhan yang bulat.
2. Unit menghapus batas-batas pelajaran.
3. Unit didasarkan pada pendapat-pendapat modern mengenai cara belajar
(didasarkan pada pusat minat dari anak)
4. Unit didasarkan pada kebutuhan anak.
5. Unit memerlukan waktu yang lebih panjang dibanding dengan mata
pelajaran yang biasa dari kurikulum tradisional.
6. Unit bersifat “Life Centered” (berhubungan dengan kehidupan)
7. Unit memanfaatkan dengan wajar dari dalam diri anak yang belajar.
8. Dalam unit anak dihadapkan pada situasi-situasi yang mengandung
problema.
9. Unit dengan sengaja memajukan perkembangan social kepada anak- anak
sebab banyak memberi kesempatan untuk bekerja sama dalam kelompok.
10. Unit direncanakan bersama oleh guru dan murid.
3.4 Evaluasi
Evaluasi merupakan suatu komponen kurikulum, karena kurikulum
adalah pedoman penyelenggaraan kegiatan belajar mengajar. Dengan evaluasi
dapat diperoleh informasi yang akurat tentang penyelenggaraan pembelajaran
dan keberhasilan belajar siswa. Berdasarkan informasi itu dapat dibuat
keputusan tentang kurikulum itu sendiri, pembelajaran, kesulitan dan upaya
bimbingan yang perlu dilakukan.
F. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
KTSP yang merupakan penyempurnaan dari Kurikulum 2004 (KBK)
adalah kurikulum operasional yang disusun dan dilaksanakan oleh masing-
masing satuan pendidikan/sekolah. Departemen Pendidikan Nasional
34
mengharapkan paling lambat tahun 2009/2010, semua sekoloah telah
melaksanakan KTSP.
Terkait dengan penyusunan KTSP, BSNP telah membuat Panduan
Penyusunan KTSP. Panduan ini diharapkan menjadi acuan bagi satuan
pendidikan SD/MI/SDLB, SMP/MTs/SMPLB, SMA/MA/SMALB, dan SMK
dalam penyusunan dan pengembangan kurikulum yang akan dilaksanakan pada
tingkat satuan pendidikan yang bersangkutan.
Penyusunan KTSP yang dipercayakan pada setiap tingkat satuan
pendidikan hampir senada dengan prinsip implementasi KBK (Kurikulum 2004)
yang disebut Pengelolaan Kurikulum Berbasis Sekolah (KBS) dalam
merencanakan, melaksanakan, dan mengelola serta menilai pembelajaran sesuai
dengan kondisi dan aspirasi mereka. Prinsip Pengelolaan KBS mengacu pada
“kesatuan dalam kebijaksanaan dan keberagaman dalam pelaksanaan”. Yang
dimaksud dengan “kesatuan dalam kebijaksanaan” ditandai dengan sekolah-
sekolah menggunakan perangkat dokumen KBK yang “sama” dikeluarkan oleh
Departemen Pendidikan Nasional. Sedangkan “Keberagaman dalam
pelaksanaan” ditandai dengan keberagaman silabus yang akan dikembangkan
oleh sekolah masing-masing sesuai dengan karakteristik sekolahnya.
Dengan adanya pengelolaan KBS, banyak pihak/instansi yang akan
berperan dan bertanggung jawab dalam melaksanakannya, yaitu sekolah, kepala
sekolah, guru, dinas pendidikan kabupaten atau kota dinas pendidikan provinsi
dan Depdiknas. Pada KTSP, kewenangan tingkat satuan pendidikan sekolah
untuk mengembangkan dan mengelola kurikulum lebih diperbesar.
1. Prinsip Dan Acuan Pengembangan Ktsp
KTSP dikembangkan berdasarkan prinsip-prinsip berikut :
- Berpusat pada potensi, perkembangan, kebutuhan, dan kepentingan peserta
didik dan lingkungannya
- Beragam dan terpadu
- Tanggap terhadap perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni
- Relevan dengan kebutuhan kehidupan
- Menyeluruh dan berkesinambungan
- Belajar sepanjang hayat
35
- Seimbang antara kepentingan nasional dan kepentingan daerah
Selain itu, KTSP disusun dengan memerhatikan acuan operasional
sebagai berikut :
1. Peningkatan iman dan takwa serta akhlak mulia
2. Peningkatan potensi, kecerdasan dan minat sesuai dengan tingkat
perkembangan dan kemampuan peserta didk
3. Keragaman potensi dan karakteristik daerah dan lingkungan
4. Tuntutan pembangunan daerah dan nasional
5. Tuntutan dunia kerja
6. Perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni
7. Agama
8. Dinamika perkembangan global
9. Persatuan nasional dan nilai-nilai kebangsaan
10. Kondisi social budaya masyarakat setempat
11. Kesetaraan gender
12. Karakteristik satuan pendidikan
2. Apa Saja Komponen KTSP
Komponen KTSP terdiri atas, yaitu 1) tujuan pendidikan tingkat satuan
pendidikan, 2) struktur dan muatan KTSP, 3) kalender pendidikan dan 4) silabus
dan Rencana Pelaksanaan Pengajaran (RPP).
Komponen 1 : Tujuan Pendidikan Tingkat Satuan Pendidikan.
Rumusan tujuan pendidikan tingkat satuan pendidikan mengacu pada tujuan
umum pendidikan berikut.
- Tujuan pendidikan dasar adalah meletakkan dasar kecerdasan pengetahuan,
kepribadian, akhlak mulia, serta keterampilan untuk hidup mandiri dan
mengikuti pendidikan lanjut
- Tujuan pendidikan menengah adalah meningkatkan kecerdasan pengetahuan,
kepribadian, akhlak mulia, serta keterampilan untuk hidup mandiri dan
mengikuti pendidikan lebih lanjut
36
- Tujuan pendidikan menengah kejuruan adalah meningkatkan kecerdasan,
pengetahuan, kepribadian, akhlak muliah, serta keterampilan untuk hidup
mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut sesuai dengan kejuruannya
Komponen 2 : Struktur dan Muatan Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan.
Struktur kurikulum tingkat satuan pendidikan pada jenjang pendidikan
dasar menengah tertuang dalam Standar isi, yang dikembangkan dari kelompok
mata pelajaran sebagai berikut :
1. Kelompok mata pelajaran agama dan akhlak mulia
2. Kelompok mata pelajaran kewarganegaraan dan kepribadian
3. Kelompok mata pelajaran ilmu pengetahuan dan teknologi
4. Kelompok mata pelajaran estetika
5. Kelompok mata pelajaran jasmani, olahraga, kesehatan
Kelompok mata pelajaran tersebut dilaksanakan melalui muatan dan/atau
kegiatan pembelajaran sebagaimana diuraikan dalam PP No. 19 Tahun 2005
tentang Standar Nasional Pendidikan Pasal 7.
Muatan kurikulum tingkat satuan pendidikan meliputi sejumlah mata
pelajaran yang keluasan dan kedalamannya merupakan beban belajar bagi
peserta didik pada satuan pendidikan. Disamping itu, materi muatan lokal dan
kegiatan pengembangan diri termasuk kedalam isi kurikulum.
- Mata Pelajaran
Mata pelajaran beserta alokasi waktu untuk masing-masing tingkat satuan
pendidikan tertera pada struktur kurikulum yang tercantum dalam Standar isi
- Muatan Lokal
Muatan lokal merupakan kegiatan kurikuler untuk mengembangkan kompetensi
yang disesuaian dengan ciri khas dan potensi daerah, termasuk keunggulan
daerah, yang materinya tidak dapat dikelompokkan kedalam mata pelajaran yang
ada. Substansi muatan lokal ditentukan oleh satuan pendidikan
- Kegiatan Pengembangan Diri
Pengembangan diri bukan merupakan mata pelajaran yang harus diasuh
oleh guru. Pengembangan diri bertujuan untuk memberikan kesempatan kepada
peserta didik untuk mengembangkan dan mengekspresikan diri sesuai dengan
37
kebutuhan, bakat, minat, setiap peserta didik sesuai dengan kondisi sekolah.
Kegiatan pengembangan diri difasilitasi dan/atau dibimbing oleh konselor, guru,
atau tenaga kependidikan yang dapat dilakukan dalam bentuk kegiatan
ekstrakulikuler. Kegiatan pengembangan diri dilakukan melalui kegiatan
pelayanan konseling yang berkenaan dengan masalah diri pribadi dan kehidupan
sosial, pelajar, dan pengembangan karier peserta didik .
Khusus untuk sekolah menengah kejuruan pengembangan diri terutama
ditujukan untuk pengembangan kreativitas dan bimbingan karier.Pengembangan
diri untuk satuan pendidikan khusus menekankan pada peningkatan kecakapan
hidup dan kemandirian sesuai dengan kebutuhan khusus peserta didik.
- Pengaturan beban belajar
1. Beban belajar dalam sistem paket digunakan oleh tingkat satuan pendidikan
SD/MI/SDLB,SMP/MTs/SMPLB, baik kategori standar maupun mandiri,
SMA/MA/SMALB/SMK/MAK kategori standar
2. Beban belajar dalam sistem kredit semester (SKS) digunakan oleh
SMA/MA/SMALB/SMK/MAK kategori mandiri
3. Jam pembelajaran untuk setiap matapelajaran pada sistem paket dialokasikan
sebagaimana tertera dalam struktur kurikulum. Satuan pendidikan
dimungkinkan menambah maksimum empat jam pembelajaran per minggu
secara keseluruhan. Pemanfaatan jam pembelajaran tambahan
mempertimbangkan kebutuhan peserta didik dalam mencapai kompetensi
4. Alokasi waktu untuk penugasan terstruktur dan kegiatan mandiri tidak
terstruktur dalam sistem paket untuk SD/MI/SDLB 0%-40%,
SMP/MTs/SMPLB 0%-50% dan SMA/MA/SMALB/SMK/MAK 0%-60%
dari waktu kegiatan tatap muka matapelajaran yang bersangkutan.
Pemanfaatan alokasi waktu tersebut mempertimbangkan kebutuhan peserta
didik dalam mencapai kompetensi
5. Alokasi waktu untuk praktik, dua jam kegiatan praktik disekolah setara
dengan satu jam tatap muka. Empat jam praktik diluar sekolah setara dengan
satu jam tatap muka.
38
6. Alokasi waktu untuk tatap muka, penugasan terstruktur dan kegiatan mandiri
tidak terstruktur untuk SMP/MTs dan SMA/MA/SMK/MAK yang
menggunakan sistem SKS mengikuti aturan sebagai berikut.
o Satu SKS pada SMP/MTs teridir atas : 40 menit tatap muka, 20 menit
kegiatan terstruktur dari kegiatan mandiri tidak terstruktur.
o Satu SKS pada SMA/MA/SMK/MAK terdiri atas : 45 menit tatap
muka, 25 menit kegiatan terstruktur dan kegiatan mandiri tidak
terstruktur.
7. Kenaikan Kelas, Penjurusan, dan Kelulusan
Kenaikan kelas, penjurusan, dan kelulusan mengacu pada standar penilaian
yang dikembangkan oleh BNSP.
8. Pendidikan Kecakapan Hidup
o Kurikulum untuk SD/MISDLB, SMP/MTs/SMPLB,
SMA/MA/SMALB, SMK/SMAK dapat memasukkan pendidikan
kecakapan hidup, yang mencakup kecakapan pribadi, kecakapan
social, kecakapan akademik dan/atau kecakapan vokasional.
o Pendidikan kecakapan hidup dapat merupakan bagian dari
pendidikan semua matapelajaran.
o Pendidikan kecakapan hidup dapat diperoleh peserta didik dari satuan
pendidikan yang bersangkutan dan/atau dari satuan pendidikan
formal lain dan/atau nonformal yang sudah memperoleh akreditasi.
9. Pendidikan berbasis keunggulan Lokal dan Global
o Kurikulum untuk semua tingkat satuan pendidikan dapat
memasukkan pendidikan berbasis keunggulan lokal dan global
o Pendidikan berbasis keunggulan lokal dan global dapat merupakan
bagian dari semua matapelajaran
o Pendidikan berbasis keunggulan lokal dapat diperoleh peserta didik
dari satuan pendidikan formal lain dan/atau noonformal yang sudah
memperoleh akreditasi
Komponen 3 : Kalender Pendidikan
39
Satuan pendidikan dapat menyusun kalender pendidikan sesuai dengan
kebutuhan daerah, karakteristik sekolah, kebutuhan peserta didik dan
masyarakat, dengan memerhatikan kalender pendidikan sebagaimana tercantum
dalam Standar Isi.
Komponen 4 : Silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
Silabus merupakan penjabaran standar kompetensi dan kompetensi dasar
kedalam materi pokok, kegiatan pembelajaran dan indikator pencapaian
kompetensi untuk penilaian. Berdasarkan silabus inilah guru bisa
mengembangkannya menjadi Rancangan Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang
akan diterapkan dalam kegiatan belajar mengajar (KBM) bagi siswanya.
a. Struktur KTSP
Secara dokumentatif, komponen KTSP dikemas dalam dua dokumen.
- Dokumen I memuat acuan pengembangan KTSP, tujuan pendidikan, struktur
dan muatan KTSP, dan kalender pendidikan
- Dokumen II memuat silabus dari SK/KD yang dikembangkan pusat dan
silabus dari SK/KD yang dikembangkan sekolah (muatan local, mata
pelajaran tambahan).
Secara garis besar, struktur kedua dokumen KTSP tersebut terlihat sebagai
berikut:
A. Struktur KTSP Dokumen 1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar belakang (dasar pemikiran penyusunan KTSP)
B. Tujuan pengembangan KTSP
C. Prinsip pengembangan KTSP
BAB II TUJUAN PENDIDIKAN
A. Tujuan pendidikan (disesuaikan dengan jenjang satuan pendidikan)
B. Visi sekolah
C. Misi sekolah
D. Tujuan Sekolah
BAB III STRUKTUR DAN MUATAN KURIKULUM
40
Meliputi Subkomponen:
A. Mata pelajaran
Berisi :”Struktur Kurikulum Tingkat Sekolah” yang disusun berdasarkan
kebutuhan siswa dan sekolah terkait dengan upaya pencapaian SKL
Pengembangan struktur kurikulum dilakukan dengan cara antara lain :
o Mengatur alokasi waktu pembelajaran “tatap muka” seluruh mata
pelajaran dan pilihan keterampilan/bahasa asing lain.
o Memanfaatkan 4 jam tambahan untuk menambah jam pembelajaran
pada mata pelajaran tertentu atau menambah matapelajaran baru.
o Mencantumkan jenis mata pelajaran muatan lokal dalam struktur
kurikulum.
o Tidak boleh mengurangi matapelajaran yang tercantum dalam
Standar isi.
B. Muatan Lokal
Berisi tentang jenis, strategi pemilihan dan pelaksanaan Mulok yang
diselenggarakan oleh sekolah.
C. Kegiatan Pengembangan Diri
o Bertujuan memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk
mengembangkan dan mengekspresikan diri sesuai dengan kebutuhan,
kemampuan, bakat, minat peserta didik dan kondisi sekolah.
o Dapat dilaksanakan dalam bentuk kegiatan :
Pelayanan konseling (kehidupan pribadi, social, kesulitan
belajar, karier), dan/atau
Pengembangan kreativitas, kepribadian siswa, seperti
Kepramukaan, Kepemimpinan, KIR
o Bukan mata pelajaran dan tidak perlu dibuatkan SK, KD, dan silabus
o Dilaksanakan melalui ekstrakulikuler
o Penilaian dilakukan secara kualitatif (deskripsi), yang difokuskan
pada perubahan sikap dan perkembangan pelaku peserta didik setelah
mengikuti kegiatan pengembangan diri
D. Pengaturan Beban Belajar
41
E. Ketuntasan Belajar
F. Kenaikan Kelas dan Kelulusan
o Berisi tentang kriteria dan mekanisme kenaikan kelas dan kelulusan
serta strategi penanganan siswa yang tidak naik atau tidak lulus yang
diberlakukan oleh sekolah. Program disusun mengacu pada hal-hal
sebagai berikut.
o Panduan kenaikan kelas yang akan disusun oleh Direktorat
Pembinaan SMA
o Sedangkan ketentuan kelulusan akan diatur secara khusus dalam
peraturan tersendiri
G. Penjurusan
o Berisi tentang kriteria dan mekanisme penjurusan serta strategi
penanganan bakat, minat dan prestasi yang diberlakukan oleh sekolah
yang disusun dengn mengacu pada panduan penjurusan yang akan
disusun oleh direktorat terkait
H. Pendidikan Kecakapan Hidup
I. Pendidikan Berbasis Keunggulan Lokal dan Global
BAB IV KALENDER PENDIDIKAN
Berisi tentang kalender pendidikan yang digunakan oleh sekolah, yang
disusun sesuai dengan kebutuhan daerah, karakteristik sekolah, kebutuhan
peserta didik dan masyarakat, dengan memerhatikan kalender pendidikan
sebagaimana tercantum dalam standar isi.
G. KURIKULUM 2013
- Pengertian Kurikulum 2013
Kurikulum 2013 adalah kurikulum yang melakukan penyederhanaan,
menambah jam pelajaran, dan bertujuan untuk mendorong peserta didik atau
siswa, mampu lebih baik dalam melakukan observasi, bertanya, bernalar dan
mempersentasikan apa yang mereka peroleh atau mereka ketahui setelah
menerima materi atau pembelajaran dan diharapkan siswa memiliki kompetensi
sikap, keterampilan dan pengetahuan jauh lebih baik.
42
- Prinsip Pengembangan Kurikulum
Sesuai dengan kondisi negara, kebutuhan masyarakat, dan berbagai
perkembangan serta perubahan yang sedang berlangsung dewasa ini, dalam
pengembangan Kurikulum 2013 yang berbasis karakter dan kompetensi perlu
memperhatikan dan mempertimbangkan prinsip-prinsip sebagai berikut
(Balitbang Kemdikbud, 2013) :
1. Pengembangan kurikulum dilakukan mengacu pada standar nasional
pendidikan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional.
2. Kurikulum pada semua jenjang dan jenis pendidikan dikembangkan dengan
prinsip diversifikasi sesuai dengan satuan pendidikan, potensi daerah, dan
peserta didik.
3. Mata Pelajaran merupakan wahana untuk mewujudkan pencapaian
kompetensi.
4. Standar Kompetensi Lulusan dijabarkan dari tujuan pendidikan nasional dan
kebutuhan masyarakat, negara serta perkembangan global.
5. Standar isi dijabarkan dari Standar Kompetensi lulusan.
6. Standar proses dijabarkan dari standar isi.
7. Standar Penilaian dijabarkan dari Standar Kompetensi Lulusan, Standar Isi,
Standar Proses.
8. Standar Kompetensi Lulusan dijabarkan ke dalam kompetensi Inti.
9. Kompetensi inti dijabarkan kedalam kompetensi dasar yang
dikonteksualisasikan dalam suatu mata pelajaran.
43
H. Perbandingan dan Perbedaan Kurikulum KTSP 2006 dengan
Kurikulum 2013
Perbandingan Tata Kelola Pelaksanaan Kurikulum
ElemenUkuran Tata
KelolaKTSP 2006 Kurikulum 2013
GURU
Kewenangan Hampir mutlak Terbatas
Kompetensi Harus tinggi Sebaiknya tinggi. Bagi yang
rendah masih terbantu
dengan adanya buku
Bebasan Berat Ringan
Efektivitas waktu
untuk kegiatan
pembelajaran
Rendah (banyak
waktu untuk
persiapan)
Tinggi
BUKU
Peran penerbit Besar Kecil
Variasi materi dan
proses
Tinggi Rendah
Variasi harga/bebas
siswa
Tinggi Rendah
SISWA
Hasil pembelajaran Tergantung
sepenuhnya
pada guru
Tidak sepenuhnya
tergantung guru, tetapi juga
buku yang disediakan
pemerintah
Pemantaua
n
Tidak
penyimpangan
Banyak Sedikit
Besar
Penyimpangan
Tinggi Rendah
Pengawasan Sulit, hampir
tidak mungkin
Mudah
44
Perbandingan Tata kelola Pelaksanaan Kurikulum
Proses Peran KTSP 2006 Kurikulum 2013
Penyusunan
Silabus
Guru Hampir mutlak
(dibatasi hanya
oleh SK-SD)
Pengembangan dari yang
sudah disiapkan
Pemerintah Hanya sampai
SK-SD
Mutlak
Pemerintah Daerah Supervisi
penyusunan
Lemah
Penyediaan
Buku
Penerbit Kuat Lemah
GuruHampir mutlak Kecil, untuk buku
pengayaan
Pemerintah
Kecil, untuk
kelayakan
penggunaan
disekolah
Mutlak untuk buku teks,
kecil untuk buku pengayaan
Penyusunan
RPP
Guru Hampir mutlak Kecil, untuk pengembangan
dari yang ada pada buku
teks
Pemerintah Daerah Supervisi
penyusunan
dan
pemantauan
Supervisi pelaksanaan dan
pemantauan
Pelaksanaan
Pembelajara
n
Guru Mutlak Hampir mutlak
Pemerintah Daerah Pemantauan
kesesuaian
dengan rencana
(variatif)
Pemantauan kesesuain
dengan buku teks
(terkendali)
Penjaminan
Mutu
Pemerintah Sulit, karena
variasi terlalu
Mudah, karena mengarah
pada pedoman yang sama.
45
besar
Perbedaan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan dan Kurikulum 2013
Perbedaan Esensial Kurikulum SD
KTSP 2006 Kurikulum 2013 Statusnya
Mata pelajaran tertentu
mendukung kompetensi
tertentu
Tiap matapelajaran mendukung semua
kompetensi (sikap, keterampilan,
pengetahuan)
Benarnya
Mata pelajaran dirancang
berdiri sendiri dan
memiliki kompetensi
dasar sendiri
Mata pelajaran dirancang terkait satu
dengan yang lain dan memiliki kompetensi
dasar yang diikat oleh kompetensi inti tiap
kelas
Benarnya
Bahasa Indonesia sejajar
dengan matapelajaran
lain
Bahasa Indonesia sebagai penghela mapel
lain (sikap dan keterampilan berbahasa)Idealnya
Tiap mata pelajaran
diajarkan dengan
pendekatan berbeda
Semua matapelajaran diajarkan dengan
pendekatan yang sama (saintifik) melalui
mengamati, menanya, mencoba, menalar,..
Idealnya
Tiap jenis konten
pembelajaran diajarkan
terpisah
Bermacam jenis konten pembelajaran
diajarkan terkait dan terpadu satu sama lain Baiknya
Konten ilmu diintegrasikan dan dijadikan
penggerak konten pembelajaran lainnya
Tematik untuk kelas –III
(belum integratif)
Tematik Integratif untuk Kelas I-VIBaiknya
46
Perbedaan Esensial Kurikulum SMP
KTSP 2006 Kurikulum 2013 Statusnya
Mata pelajaran tertentu
mendukung kompetensi
tertentu
Tiap matapelajaran mendukung semua
kompetensi (sikap, keterampilan,
pengetahuan)
Benarnya
Mata pelajaran
dirancang berdiri
sendiri dan memiliki
kompetensi dasar
sendiri
Mata pelajaran dirancang terkait satu dengan
yang lain dan memiliki kompetensi dasar
yang diikat oleh kompetensi inti tiap kelas Benarnya
Bahasa Indonesia
sejajar dengan
matapelajaran lain
Bahasa Indonesia sebagai penghela mapel lain
(sikap dan keterampilan berbahasa) Idealnya
Tiap matapelajaran
diajarkan dengan
pendekatan berbeda
Semua matapelajaran diajarkan dengan
pendekatan yang sama (saintifik) melalui
mengamati, menanya, mencoba, menalar,..
Idealnya
TIK adalah mata
pelajaran sendiri
TIK merupakan sarana pembelajaran,
dipergunakan sebagai media pembelajaran
mata pelajaran lain
Baiknya
Perbedaan Esensial Kurikulum SMA/SMK
KTSP 2006 Kurikulum 2013 Statusnya
Mata pelajaran tertentu
mendukung
kompetensi tertentu
Tiap mata pelajaran mendukung semua
kompetensi (sikap, keterampilan,
pengetahuan) dengan penekanan yang berbeda
Benarnya
Mata pelajaran
dirancang berdiri
sendiri dan memiliki
Mata pelajaran dirancang terkait satu dengan
yang lain dan memiliki kompetensi dasar yang
diikat oleh kompetensi inti tiap kelas
Benarnya
47
kompetensi dasar
sendiri
Bahasa Indonesia
sebagai pengetahuan
Bahasa Indonesia sebagai alat komunikasi dan
carrier of knowledgeIdealnya
Tiap mata pelajaran
diajarkan dengan
pendekatan berbeda
Semua matapelajaran diajarkan dengan
pendekatan yang sama (saintifik) melalui
mengamati, menanya, mencoba, menalar,..
Idealnya
Untuk SMA, ada
penjurusan sejak kelas
XI
Tidak ada penjurusan SMA. Ada
matapelajaran wajib, peminatan, antar minta,
dan pendalaman minat
Idealnya
SMA dan SMK tanpa
kesamaan kompetensi
SMA dan SMK memiliki mata pelajaran wajib
yang sama terkait dasar-dasar pengetahuan,
keterampilan, dan sikap
Baiknya
Penjurusan di SMK
sangat detail (sampai
keahlian)
Penjurusan di SMK tidak terlalu detail
(sampai bidang studi), didalamnya terdapat
pengelompokan peminatan dan pendalaman
Baiknya
48
I. PROFIL SEKOLAH SMA NEGERI 42 JAKARTA
SMA Negeri 42 terletak di Jl. Rajawali Halim Perdanakusuma,
Kelurahan Halim Perdanakusuma, Kecamatan Makasar, Jakarta Timur, Telp.
(021) 8093926, fax:80887233, website:http://www.sman42-jkt.sch.id, email :
[email protected], 13610.
Riwayat Singkat :
Tahun 1971 – 1974 bernama SMA Angkasa
Tahun 1975 – 1979 bernama SMA 14 FILIAL
Tahun 1980 – sekarang bernama SMA Negeri 42
Visi :
Unggul dalam prestasi yang berwawasan IMTAQ, IPTEK dan LINGKUNGAN
serta menjunjung tinggi nilai-nilai budaya bangsa.
Misi :
- Menumbuhkembangkan penghayatan dan pengalaman agama sesuai dengan keyakinan.
- Membentuk peserta didik yang cerdas, berjiwa enterpreneur serta menguasai ICT dan bahasa inggris.
- Membentuk peserta didik dalam meningkatkan kualitas mencintai lingkungan.
- Menanamkan peserta didik yang berkarakter sesuai nilai-nilai budaya bangsa.
Logo Sekolah :
Makna yang terkandung dalam gambar:
1. Perisai segi lima mengacu pada Pancasila
2. Pena dan buku, berkaitan dengan membaca dan menulis sebagai simbol pendidikan.
3. Kelopak bunga teratai yang mekar berjumlah 14 yang memiliki arti bahwa SMAN 42 awal mulanya berasal dari Filial SMA N 14
Makna warna dalam gambar :
1. Merah, Putih mengacu pada Bendera kebangsaan Negara Indonesia.
2. Biru, sekolah yang berada dilingkungan TNI AU Halim Perdanakusuma.
3. Kuning,adalah komposisi perpaduan warna dari warna merah, putih dan biru yang berarti harapan dan kejayaan SMA Negeri 42 Jakarta.didesain oleh: Dra. Tisnoarsi (Guru Seni Rupa) pada Januari 1980.
49
Jakarta.
Struktur Organisasi Sekolah :
50
DENAH SMA NEGERI 42 JAKARTA
Fasilitas sekolah:
51
- Laboratorium - Masjid - Hutan mini
- Perpustakaan - Kantin - Tempat parkir mobil dan motor
- Lapangan - Taman
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Secara umum metode penelitian diartikan sebagai cara ilmiah untuk
mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Metodologi penelitian
adalah cara-cara yang dianggap efektif dan praktis sehingga penelitian lapangan
dapat berjalan dengan baik atau pemikiran rasional dan teknikal yang diatur
untuk memberi jaminan terlaksananya penelitian secara efektif.
A. Metode Penelitian
Secara umum metode penelitian diartikan sebagai cara ilmiah untuk
mendapatkan data dengan tujuan tertentu. Menurut Asmani (2011:40) metode
penelitian menggambarkan rancangan observasi yang meliputi prosedur atau
langkah-langkah yang harus ditempuh, waktu observasi, sumber data, serta
dengan cara apa data tersebut diperoleh dan diolah-dianalisis. Metode yang
digunakan dalam observasi ini adalah metode penelitian kualitatif. Metode
penelitian kualitatif adalah metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat
positivisme, digunakan untuk meneliti pada kondisi objek yang alamiah, dimana
peneliti adalah sebagai instrumen kunci, pengambilan sampel, sumber data,
dilakukan secara purposive dan snowbaal, teknik pengumpulan dengan
gabungan, analisis data bersifat induktif/kualitatif, dan hasil observasi kualitatif
lebih menekankan makna daripada generalisasi (Sugiyono, 2013:15).
B. Tempat dan Waktu Observasi
1. Tempat Observasi
Observasi ini dilaksanakan di sekolah SMA Negeri 42 yang terletak di Jalan
Rajawali, Kelurahan Halim Perdana Kusuma, Kecamatan Makasar, Jakarta
Timur, (021) 8093926.
2. Waktu Observasi
52
Observasi ini dilaksanakan pada hari senin tanggal 11 Juni 2015, pukul
09.00 - 11.30 WIB.
C. Informan Observasi
Dalam penelitian kualitatif, hal yang menjadi bahan pertimbangan utama
dalam pengumpulan data adalah pemilihan informan. Observasi mengenai
pengembangan kurikulum ini memerlukan informan yang mempunyai
pemahaman langsung dengan masalah observasi guna memperoleh data dan
informasi yang akurat. Oleh sebab itu, informan yang dimaksud adalah Ibu Dra.
Juni Astuti selaku wakil kepala sekolah bidang kurikulum sekaligus guru bidang
studi biologi di SMA Negeri 42 Jakarta.
D. Teknik Pengumpulan Data Observasi
Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling strategis
dalam penelitian, karena tujuan utama dari observasi adalah mendapatkan data.
(Sugiyono,2010:193). Dalam observasi ini, peneliti menggunakan teknik
pengumpulan data yang meliputi :
1. Observasi
Menurut W.Gulo (2004:116), observasi adalah metode pengumpulan
data dimana peneliti mencatat hasil informasi sebagaimana yang mereka
saksikan selama penelitian. Observasi melibatkan dua komponen yaitu sipelaku
observasi (observer) dan objek yg diobservasi (observe). Dalam penelitian ini,
peneliti menggunakan observasi non participant dimana peneliti hanya
mengamati secara langsung keadaan objek, tetapi peneliti tidak aktif dan ikut
terlibat langsung. Objek observasi dalam penelitian ini mencakup
pengembangan kurikulum di SMA Negeri 42 Jakarta.
2. Wawancara
Menurut Sugiyono (2010:194) wawancara digunakan sebagai teknik
pengumpulan data apabila peneliti ingin melakukan studi pendahuluan untuk
menemukan permasalahan yang harus diteliti, dan juga apabila peneliti ingin
53
mengetahui hal-hal dari responden yang lebih mendalam dan jumlah
respondennya sedikit atau kecil.
Moleong (2007:186) menyatakan wawancara adalah percakapan dengan
maksud tertentu yang dilakukan oleh dua pihak yaitu pewawancara
(interviewer) yang mengajukan pertanyaan, dan terwawancara (interviewee)
yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu. Wawancara secara umum
terbagi menjadi dua yaitu wawancara terstrutktur dan wawancara tidak
terstruktur. Wawancara terstruktur digunakan sebagai teknik pengumpulan data
bila peneliti atau pengumpul data telah mengetahui dengan pasti tentang
informasi apa yang diperoleh, pengumpul data telah menyiapkan instrument
penelitian berupa pertanyaan-pertanyaan tertulis yang alternatif jawabannya
juga telah disiapkan. Sedangkan wawancara tidak terstruktur adalah wawancara
yang bebas dimana peneliti tidak menggunakan pedoman wawancara yang telah
tersususn secara sistematis dan lengkap untuk pengumpulan data.
Dalam observasi ini, peneliti menggunakan wawancara tidak terstruktur.
Sebelum melakukan wawancara peneliti telah menyiapkan pertanyaan-
pertanyaan yang nantinya akan diajukan kepada narasumber.
E. Sumber Data Observasi
Sumber data utama dalam observasi ialah kata-kata atau tindakan,
selebihnya adalah data tambahan seperti dokumen dan lain-lain. Dimana data
hasil observasi didapatkan melalui dua sumber data yaitu :
1. Data primer yaitu data yang diperoleh langsung dari narasumber atau
informan yang dianggap berpotensi dalam memberikan informasi yang
relevan dan sebenarnya dilapangan. Dalam observasi ini yang menjadi data
primer adalah pengembangan kurikulum yang diperoleh dari subjek dengan
menggunakan daftar pertanyaan wawancara yang dibuat berdasarkan
indikator-indikator yang telah ditentukan.
2. Data sekunder yaitu data pendukung data primer dari literature dan dokumen
serta data yang diambil dari suatu organisasi yang terdapat pada lokasi
observasi berupa bahan bacaan, bahan pustaka, dan laporan-laporan
penelitian. Dalam observasi ini yang menjadi data sekunder adalah data
54
mengenai profil sekolah SMA Negeri 42 Jakarta yang diperoleh melalui Tata
Usaha.
F. Instrumen Observasi
Menurut Arikunto (2006:158) instrumen penelitian atau instrumen
pengumpulan data adalah alat bantu yang dipilih dan digunakan peneliti dalam
kegiatannya mengumpulkan data agar kegiatan tersebut menjadi sistematis dan
dipermudah olehnya. Instrumen yang digunakan dalam observasi ini adalah
berupa daftar pertanyaan yang disusun dan dikembangkan oleh peneliti
berdasarkan deskripsi teori dalam bab II.
Tabel 3.1 Instrumen Observasi
No Indikator Pertanyaan
1 Implementasi
Kurikulum
1. Kurikulum apa yang digunakan disekolah SMA
Negeri 42 ?
2. Bagaimana penerapan kurikulum 2013 di SMA
negeri 42 ?
3. Bagaimana pengembangan kurikulum disekolah
ini?
4. Kurikulum dibuat oleh KEMENDIKBUD
kemudian diberikan ke sekolah, apakah sekolah
melakukan perubahan atau melaksanakan
kurikulum yang sudah diberikan ?
5. Dimana letak perbedaan antara kurikulum
sebelumnya dengan yang sekarang digunakan?
6. Apa kendala yang dialami selama menggunakan
kurikulum 2013?
7. Apakah ada perbedaan RPP kurikulum KTSP 2006
dengan kurikulum 2013?
8. Apakah kelebihan dan kelemahan RPP kurikulum
55
KTSP 2006 dengan kurikulum 2013?
9. Bagaimana pembagian materi di setiap semester
berdasar kurikulum 2013?
10. Bagaimana kalau misalnya kurikulum yang
ditetapkan pemerintah tidak sesuai dengan yang di
aplikasikan disekolah ini?
2 Keterlibatan
guru dan siswa
dalam
kurikulum
1. Apakah di SMAN 42 melakukan pembinaan atau
penataran terhadap guru-guru mengenai kurikulum
2013 ?
2. Bagaimana dengan Silabus dan RPP yang
digunakan, apakah guru juga melakukan
pengembangan atau perubahan ? dan bagaimana
dengan alokasi waktunya ?
3. Apakah ada siswa yang komplain dengan
kurikulum yang digunakan?
3 Peran serta
guru dalam
kurikulum
1. Apa peran guru dalam kurikulum yang digunakan?
2. Apa peran serta guru dalam pengembangan
kurikulum disekolah ini?
3. Bagaimana cara guru mengembangkan kurikulum
yang ada?
G. Teknik Analisis Data
Menurut Moleong (2007:248) analisis data kualitatif adalah upaya yang
dilakukan dengan jalan bekerja dengan data, mengorganisasikan data, memilah-
milahnya menjadi satuan yang dapat dikelola, mensintesiskannya, mencari dan
menemukan pola, menemukan apa yang penting dan apa yang dipelajari, dan
memutuskan apa yang diceritakan kepada orang lain. Berdasarkan definisi diatas
maka langkah awal dari analisis data adalah mengumpulkan data yang ada,
menyusun secara sistematis, kemudian mempersentasikan hasil penelitiannya
kepada orang lain.
56
Analisis data dilakukan dengan melakukan wawancara mendalam
dengan informan, yaitu sesorang yang benar-benar memahami dan mengetahui
situasi objek penelitian. Setelah melakukan wawancara analisis data dimulai
dengan membuat transkip hasil wawancara, dengan cara memutar kembali
rekaman hasil wawancara, mendengarkan dengan seksama, kemudian
menuliskan kata-kata yang didengar sesuai dengan apa yang direkam tersebut.
Setelah peneliti menulis hasil wawancara tersebut kedalam transkip,
selanjutnya peneliti harus membaca secara cermat untuk kemudian dilakukan
reduksi data. Peneliti membuat reduksi data dengan cara membuat abstraksi,
yaitu mengambil dan mencatat informasi-informasi yang bermanfaat sesuai
dengan konteks penelitian atau mengabaikan kata-kata yang tidak perlu sehingga
didapatkan inti kalimatnya saja tetapi bahasanya sesuai dengan bahasa
informan.
Dalam rangka menjawab permasalahan observasi, maka analisis data
dalam penelitian ini dilakukan secara kualitatif yaitu suatu analisis yang
berusaha mencari pola, model, tema, hubungan, persamaan, dan makna dari data
yang dinyatakan dalam bentuk pertanyaan-pertanyaan, tafsiran-tafsiran setelah
menggali data dari informan yang ditabulasikan dan dipersentasikan sesuai
dengan hasil temuan (observasi) dan wawancara mendalam penulis dengan
informan. Hasil pengumpulan data diolah secara manual, direduksi, selanjutnya
hasil reduksi tersebut dikelompokkan dalam bentuk segmen data (display data)
dan kemudian disajikan dalam bentuk konten analisis dengan penjelasan-
penjelasan, selanjutnya diberi kesimpulan, sehingga dapat menjawab rumusan
masalah, menjelaskan dan terfokus pada representasi terhadap fenomena yang
hadir dalam observasi.
57
58
BAB IV
HASIL OBSERVASI
Satuan pendidikan : SMA Negeri 42 Jakarta
Narasumber : Dra. Juni Astuti
Jabatan : Wakil Kepala Sekolah Bidang Kurikulum
Indikator Pertanyaan Jawaban
Implementas
i Kurikulum
1. Kurikulum apa yang digunakan
disekolah ini?
Untuk kelas XII yang lalu masih menggunakan kurikulum 2006,tapi
untuk kelas X dan XI sudah menggunakan kurikulum 2013.
2. Bagaimana pengembangan
kurikulum disekolah ini?
Pengembangan kurikulum tentunya ditujukan untuk meningkatkan
kualitas pendidikan di Indonesia. Pengembangan kurikulumnya
dalam hal penilaian dan metode mengajar. Sistem penilaiannya
menyeluruh mulai dari aspek kognitif, afektif dan psikomotorik.
Dan aspek tersebut menentukan kenaikan kelas. Format penilainnya
juga bukan dalam konversi 0-100 namun sudah berubah menjadi
konversi A-D. Kemudian dalam hal metode mengajarnya, lebih
mengutamakan pada siswa misalnya problem based learning. Jadi
yang diharapkan adalah siswa dapat aktif dan guru hanya sebagai
pendamping.
59
3. Kurikulum dibuat oleh
KEMENDIKBUD ,lalu diberikan
ke sekolah, apakah di sekolah
sendiri di lakukan perubahan atau
melaksanakan yang sudah di
berikan?
Dalam kenyataannya seharusnya guru melaksanakan sesuai dengan
implementasi kurikulum 2013, akan tetapi apa yang ditulis diatas
kertas terkadang berbeda dengan apa yang ada dilapangan. Jadi guru
ikut menyesuaikan dan belajar setiap harinya. Guru melaksanakan
kurikulum 2013 walaupun belum sepenuhnya benar-benar seperti
yang diharapkan.
4. Dimana letak perbedaan antara
kurikulum yang sebelumnya
dengan yang sekarang digunakan?
Sebenarnya intinya sama, hanya saja terletak pada pelaksanaan yang
lebih aktif di siswa dan penilaiannya. Dalam kurikulum 2013 lebih
menekankan pada pendekatan saintifik dan penilaiannya juga
berbeda kalau dulu penilaiannya hanya sebagian, kalau sekarang
penilainnya menyeluruh yaitu penilaian untuk kerja, portofolio, dan
karakter. Misalnya untuk sikap saja ada penilaian autentik,
contohnya penilaian yang antar teman sebaya, penilaian observasi
dan lain sebagainya. Untuk kognitif misalnya dari penugasan,
ulangan dan lain-lain.
5. Apa kendala yang dialami selama
menggunakan kurikulum 2013?
Kendalanya banyak, apa lagi sekarang ditambah dengan jurusan
yang diambil dari kelas X, jadi anak-anak nilainya memang
memenuhi tapi secara kemampuan belum tentu bisa, itu yang agak
repot dan kebiasaan anak diskusi itu belum dibiasakan dari SD dan
SMP, sehingga saat SMA metode diskusi sulit untuk dilaksankan
60
dan menuntut anak-anak untuk aktif. Penilaian juga agak repot serta
metode yang digunakan juga menjadi kendala karna setiap kelas
punya karakteristik masing- masing.
Inti kendalanya:
- Tidak melalui riset dan evaluasi yang mendalam
- Menitikberatkan pada siswa
- Ketidaksiapan guru karena terkesan mendadak.
6. Apakah ada perbedaan RPP
kurikulum 2013 dengan
kurikulum KTSP 2006?
Kompetensi Intinya saja yang berbeda tapi sebenarnya sama saja
hanya istilahnya saja yang berbeda. Kalau kurikulum yang sekarang
lebih dijabarkan dan lebih detail, jadi semuanya dilakukan secara
spesifik.
7. Apakah kelebihan dan kelemahan
RPP kurikulum 2006 dengan
kurikulum 2013?
Kelemahannya yaitu dalam pelaksanaannya masih susah, banyak
kendala karena guru mengahadapi anak-anak yang berbagai macam
tingkat kemampuan dan tidak bisa di samakan.
Kelebihannya kalau kurikulum 2013 itu lebih menekankan pada
karakter, sedangkan untuk kurikulum 2013 lebih menekankan pada
pemahaman materi yang baik.
8. Bagaimana pembagian materi di
setiap semester berdasar
kurikulum 2013?
Biasanya dibagi menjadi dua yaitu semester genap dan ganjil. Untuk
Kompetensi Inti dibagi menjadi 4, lalu dibagi-bagi menjadi KD.
Kompetensi Dasar dibagi menjadi 10, alu dibagi dua. Sudah dari
61
sananya seperti itu, SMA diDKI memakai system sift jadi sudah
langsung terbagi. Guru mensetup tagihan (masukan 3 aspek) lalu
memasukan entri nilai, dan setiap tagihan itu harus memasukkan
tiga aspek (pengetahuan, keterampilan dan sikap).
Keterampilan bisa diambil dari praktek, projek, portofolio. Kalau
sikap dibagi menjadi dua ada yang sikap ke Tuhan dan ke sesama.
Salah satunya menjalankan agamanya di konsultasikan langsung
dengan guru agamanya masing- masing, dan di setiap mata pelajaran
kita harus memasukkan nilai keagamaan, supaya mereka lebih
bersyukur. Kalau yang sesama bisa dengan tanggung jawab,
disiplin,kerja sama, saling menghargai itu ada formatnya sendiri.
9. Bagaimana kalau misalnya
kurikulum yang ditetapkan
pemerintah tidak sesuai dengan
yang di aplikasikan disekolah ini?
Saya kira masih ada sekolah yang tidak menjalankan sesuai dengan
aturannya,karena banyak faktor seperti fasilitas yang tidak memadai,
keadaan lingkungan dan masih banyak lainnya. Namun sebaiknya
guru menerapkan kurikulum sesuai yang telah ditetapkan oleh
pemerintah.
Keterlibatan
guru dan
siswa dalam
kurikulum
10. Apakah di SMAN 42 melakukan
pembinaan atau penataran
terhadap guru-guru mengenai
kurikulum 2013?
Tentu saja iya, semua guru melakukan penataran secara bertahap.
Sehingga guru-guru dapat menerapkan kurikulum dengan benar.
62
11. Bagaimana dengan Silabus dan
RPP yang digunakan, apakah guru
juga melakukan pengembangan
atau perubahan ? dan bagaimana
dengan waktunya ?
Kalau silabus guru tidak melakukan perubahan, akan tetapi kalau
RPP guru melakukan pengembangan sesuai dengan keadaaan
sekolah.
Kalau untuk alokasi waktunya, contohnya mata pelajaran biologi
sudah ada plot-plotnya, semuanya sama misalnya kelas X peminatan
ada 3 jam, jadi di kurikulum 2013 ada penjurusannya ada wajib dan
peminatan. Bedanya hanya materinya saja. Ada juga lintas minat,
satu jam pertemuan 45 menit. Dan tidak boleh dipecah- pecah jam
pelajarannya. Satu kelas terdiri dari 36 siswa.
12. Apakah ada siswa yang komplain
dengan kurikulum yang
digunakan?
Banyak. Siswa kaget karena biasanya guru menerangkan pelajaran
dan sekarang tidak, jadi banyak siswa tidak paham karena metode
nya lebih banyak diskusi. Tapi sekarang yang kelas XI sudah
terbiasa dan paham karena memang dituntut seperti itu.
Peran serta
guru dalam
kurikulum
13. Apa peran guru dalam kurikulum
yang digunakan?
Peran guru dalam kurikulum 2013 hanya sebagai fasilitator dalam
proses pembelajaran, yang fungsinya mengarahkan peserta didik
untuk mencapai target pembelajaran sesuai dengan yang ditetapkan.
Jadi proses pembelajarannya terpusat kepada siswa.
14. Apa peran serta guru dalam
pengembangan kurikulum
disekolah ini?
Guru melakukan penataran sebelum pelaksanaan kurikulum atau
yang disebut workshop kurikulum 2013. Untuk yang merancang
kurikulum adalah pemerintah. Guru ikut dalam mengembangkan
63
kurikulum namun dalam penyusunannya tidak karena sudah ada tim
penyusunnya dari KEMENDIKBUD.
15. Bagaimana cara guru
mengembangkan kurikulum yang
ada?
Caranya dengan melakukan pengembangan pada komponen
kurikulum seperti materi, RPP sehingga dapat berjalan sesuai
dengan yang diharapkan.
64
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Perubahan dan pengembangan kurikulum merupakan bentuk
penyempurnaan dari kurikulum sebelumnya, diharapkan mampu memberikan
perubahan tatanan pendidikan dan mencetak sumber daya manusia yang
berkualitas.
Saran
Perubahan kurikulum menuju pendidikan yang lebih berkualitas
hendaknya diimbangi dengan sarana dan prasarana yang menunjang
pengembangan kurikulum, sehingga perkembangan dan kemajuan pendidikan
dapat dirasakan semua sekolah.
lxv
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik.
Jakarta : Rineka Cipta.
Dakir. 2010. Perencanaan dan Pengembangan Kurikulum. Jakarta: Rineka
Cipta.
Hamalik,Oemar.2010.Manajemen Pengembangan Kurikulum.Bandung: PT
Remaja Rosdakarya.
Mulyasa.2014.Pengembangan dan Implementasi Kurikulum 2013.Bandung:
PT Remaja Rosdakarya.
Muslich.2009.Dasar Pemahaman dan Pengembangan. Jakarta: PT Bumi
Aksara
Moleong, Lexy J. 2007. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung : PT. Remaja
Rosdakarya.
Nasution.2012. Kurikulum dan Pengajaran. Jakarta: PT Bumi Aksara
Nurgiantoro, Burhan. 2004. Dasar-dasar Pengembangan Kurikulum Sekolah.
Yogyakarta : BPFE
Sukmadinata, Nana Syaodih.2013.Pengembangan Kurikulum.Bandung:PT
Remaja Rosdakarya.
Sanjaya, Wina.2009.Kurikulum dan Pembelajaran.Jakarta: Kencana
Suryosubroto. 2005. Tatalaksana Kurikulum. Jakarta : PT Rineka Cipta
Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung : Alfabeta
lxvi
Tim Pengembang MKDP.2012. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: PT
Rajagrafindo Persada.
Gulo, W. 2005. Metodologi Penelitan. Jakarta : PT.Grasindo
lxvii