45
LAPORAN KINERJA DIREKTORAT REHABILITASI SOSIAL KORBAN PENYALAHGUNAAN NAPZA TAHUN ANGGARAN 2018 DIREKTORAT JENDERAL REHABILITASI SOSIAL kEMENTERIAN SOSIAL REPUBLIK INDONESIA

LAPORAN KINERJA - Kemsos · 2019. 2. 8. · Laporan Kinerja Direktorat Rehabilitasi Sosial Korban Penyalahgunaan NAPZA - 2018 1 BAB I P E N D AH U L U A N A. Gambaran Umum Direktorat

  • Upload
    others

  • View
    3

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

  • LAPORAN KINERJADIREKTORAT REHABILITASI SOSIAL KORBAN PENYALAHGUNAAN NAPZA

    TAHUN ANGGARAN 2018

    DIREKTORAT JENDERAL REHABILITASI SOSIALkEMENTERIAN SOSIAL REPUBLIK INDONESIA

  • KATA PENGANTAR

    Laporan kinerja merupakan bentuk akuntabilitas dari pelaksanaan tugas dan

    fungsi yang dipercayakan kepada setiap instansi pemerintah atas

    penggunaan anggaran yang dikelola. Penyusunan laporan kinerja bertujuan

    untuk memberikan informasi kinerja yang terukur kepada pemberi mandat

    atas kinerja yang telah dan seharusnya dicapai serta sebagai upaya perbaikan

    berkesinambungan bagi instansi pemerintah untuk meningkatkan

    kinerjanya. Laporan Kinerja Direktorat Rehabilitasi Sosial Korban

    Penyalahgunaan NAPZA Tahun 2018 merupakan tahun ketiga pelaksanaan

    Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) tahun 2015-

    2019. Penyusunan laporan disusun dengan mengacu kepada Peraturan

    Presiden Republik Indonesia Nomor 29 Tahun 2014 tentang Sistem

    Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah dan Peraturan Menteri

    Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 53 Tahun

    2014 tentang Petunjuk Teknis Perjanjian Kinerja, Pelaporan Kinerja dan Tata

    Cara Reviu atas Laporan Kinerja Instansi Pemerintah.

    Secara umum materi yang termuat dalam laporan ini memberikan penjelasan

    mengenai pencapaian kinerja Direktorat Rehabilitasi Sosial Korban

    Penyalahgunaan NAPZA selama Tahun 2018. Capaian Perjanjian Kinerja (PK)

    Tahun 2018 sebagai tolak ukur keberhasilan pencapaian kinerja Direktorat

    Rehabilitasi Sosial Korban Penyalahgunaan NAPZA. Analisis atas capaian

    kinerja terhadap target kinerja ini akan digunakan sebagai umpan balik

    perbaikan dan peningkatan kinerja Direktorat Rehabilitasi Sosial Korban

    Penyalahgunaan NAPZA secara berkelanjutan.

    Hasil capaian kinerja sasaran yang telah ditetapkan dapat memenuhi target

    dan sesuai rencana. Meskipun demikian, berbagai pencapaian target

    indikator kinerja Direktorat Rehabilitasi Sosial Korban Penyalahgunan

    NAPZA memberikan gambaran bahwa keberhasilan dalam pelaksanaan

    rehabilitasi sosial terhadap Korban NAPZA secara keseluruhan sangat

    ditentukan oleh komitmen, keterlibatan dan dukungan aktif segenap

    komponen aparatur negara, masyarakat, dunia usaha sebagai bagian integral

  • dari upaya penanggulangan kemiskinan untuk mencapai kesejahteraan

    umum,

    Akhirnya laporan ini dapat menjadi sarana evaluasi yang konstruktif dan

    dapat memberi manfaat yang optimal serta dimaknai secara positif oleh

    seluruh jajaran Direktorat Rehabilitasi Sosial Korban Penyalahgunaan NAPZA

    bagi peningkatan manajemen kinerja yang lebih baik di masa mendatang.

    Jakarta, Desember 2018

    Direktur RSKP NAPZA

    Waskito Budi Kusumo

  • RINGKASAN EKSEKUTIF

    Dalam upaya merealisasikan good governance, Direktorat Rehabilitasi Sosial

    Korban Penyalahgunaan NAPZA telah melaksanakan berbagai kegiatan,

    dalam rangka mencapai tujuan dan sasaran, untuk mewujudkan visi dan

    misi yang telah dituangkan dalam Rencana Strategis Direktorat Rehabilitasi

    Sosial Korban Penyalahgunaan NAPZA Tahun 2015 -2019.

    Dalam dokumen Perjanjian Kinerja (PK) Direktorat Rehabilitasi Sosial Korban

    Penyalahgunaan NAPZA Tahun 2018 menetapkan 1 sasaran

    program/kegiatan dengan 2 indikator kinerja. Sasaran kegiatan yang

    dimaksud adalah 1) Jumlah Korban Penyalahgunaan NAPZA yang

    mendapatkan bantuan pemenuhan kebutuhan dasar dan fsilitas hak dasar,

    2) Jumlah Korban Penyalahgunaan NAPZA yang mendapatkan akses fasilitas

    usaha. Secara umum pencapaian sasaran strategis yang telah ditetapkan

    dalam Tahun 2018 telah sesuai dengan target yang telah ditetapkan.

    Pencapaian indikator kinerja Direktorat Rehabilitasi Sosial Korban

    Penyalahgunaan NAPZA Tahun 2018 dangan Capaian Indikator persentase 1)

    target Korban Penyalahgunaan NAPZA yang mendapatkan bantuan

    pemenuhan kebutuhan dasar dan fsilitas hak dasar 15.430 orang tercapai

    15.513 orang (100,58%), dan Korban Penyalahgunaan NAPZA yang

    mendapatkan akses fasilitas usaha 1.000 orang tercapai 1.050 orang (100%).

    Pada Tahun 2018, Direktorat Rehabilitasi Sosial Korban Penyalahgunaan

    NAPZA mendapatkan total alokasi anggaran sebesar Rp. 108.004.665.000,-

    yang bersumber dari Anggaran Pembangunan Belanja Negara (APBN) dengan

    realisasi anggaran mencapai Rp. 107.257.510.546,- (99,31%). Direktorat

    Rehabilitasi Sosial Korban Penyalahgunaan NAPZA akan senantiasa

    berupaya dan bekerja lebih keras lagi, serta menyempurnakan kebijakan

    yang ada untuk lebih mengoptimalkan pencapaian sasaran kegiatan,

    sehingga diharapkan di masa yang akan datang capaian semua sasaran

    kegiatan dapat lebih optimal. Melalui Laporan Kinerja Direktorat Rehabilitasi

  • Laporan Kinerja Direktorat Rehabilitasi Sosial Korban Penyalahgunaan NAPZA - 2018

    ii

    Sosial Korban Penyalahgunaan NAPZA Tahun 2018 ini diharapkan dapat

    menjadi bahan perbaikan kinerja kegiatan untuk tahun selanjutnya.

    Capaian kinerja Direktorat Rehabilitasi Sosial Korban Penyalahgunaan

    NAPZA Tahun 2018 tercapai dengan baik, meskipun kurang dapat menyerap

    anggaran seluruhnya. Dalam mewujudkan tujuan dan sasaran strategis,

    Direktorat Rehabilitasi Sosial Korban Penyalahgunaan NAPZA yang terdiri

    dari kantor Pusat, 3 UPT dan 34 Provinsi melalui dana dekonsentrasi. Target

    sasaran yang ditetapkan dalam perjanjian kinerja yaitu : Meningkatnya

    Penyelenggaraan Rehabilitasi Sosial bagi Korban Penyalahgunaan NAPZA.

    Permasalahan yang ditemui dalam pelaksanaan rehabilitasi sosial

    terhadap Korban Penyalahgunaan NAPZA adalah berkaitan dengan masalah

    SDM pelaksana rehabilitasi sosial yang menyebabkan belum optimalnya

    pelaksanaan rehabilitasi sosial khususnya pelaksanaan di daerah yang

    memerlukan pendampingan, pemantauan dan pelaporan yang tepat.

    Tantangan lainnya berkaitan dengan belum maksimalnya keterlibatan dunia

    usaha dan masyarakat dalam mewujudkan hak-hak Korban Penyalahgunaan

    NAPZA.

    Untuk mengatasi kendala tersebut, dilakukan beberapa pemecahan

    masalah sebagai berikut : (1) diperlukan upaya pengembangan program dan

    strategi baru dalam penanganan masalah Korban Penyalahgunaan NAPZA;

    (2) perlunya peningkatan kompetensi SDM pelaksana rehabilitasi sosial

    Korban Penyalahgunaan NAPZA, sesuai dengan perkembangan issue; (3)

    Mendorong dan memotivasi semua pihak agar turut berpartisipasi dan

    terlibat dalam penanganan masalah sebagai bagian dari masyarakat

    Indonesia secara keseluruhan.

    Keberhasilan Korban Penyalahgunaan NAPZA dalam mengakses dunia

    kerja akan sangat dipengaruhi oleh faktor pendukung lainnya. Selain dari

    dalam diri, diperlukan juga lingkungan yang kondusif yang dapat

    memberikan kesempatan dan ruang bagi mereka untuk dapat

    mengaktualisasikan diri. Di samping itu Kementerian Sosial perlu

    berkoordinasi dan bekerjasama dengan kementerian terkait. Dan tentunya

  • Laporan Kinerja Direktorat Rehabilitasi Sosial Korban Penyalahgunaan NAPZA - 2018

    iii

    kesempatan yang diberikan oleh masyarakat seluas-luasnya kepada Korban

    Penyalahgunaan NAPZA untuk berperan sesuai dengan kapasitas yang

    dimiliki.

  • i

    DAFTAR ISI

    Halaman

    KATA PENGANTAR .................................................................. i

    RINGKASAN EKSEKUTIF ......................................................... ii

    BAB I PENDAHULUAN .................................................... 1

    1.1 Gambaran Umum .............................................. 1

    1.2 Aspek Strategis ................................................. 7

    1.3 Sistematika Penyajian ........................................ 7

    BAB II PERENCANAAN KINERJA ........................................ 10

    2.1 Rencana Strategi .................................................. 9

    2.2 Tujuan ..................................................... 10

    2.3 Penyajian Kinerja Tahun 2018 .............................. . 12

    BAB III AKUNTABILITAS KINERJA ..................................... 14

    2.1 Capaian Kinerja .................................................... 14

    2.2 Analisis Capaian Kinerja Tahun 2018 ................... 15

    BAB IV PENUTUP ......... .................................................. 35

  • Laporan Kinerja Direktorat Rehabilitasi Sosial Korban Penyalahgunaan NAPZA - 2018

    1

    BAB I

    P E N D AH U L U A N

    A. Gambaran Umum

    Direktorat Rehabilitasi Sosial Korban Penyalahgunaan NAPZA merupakan salah satu unit teknis di lingkungan Direktorat Jenderal

    Rehabilitasi Sosial - Kementerian Sosial dan berdasarkan Peraturan Menteri Sosial RI No. 20/HUK/2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Sosial, maka tugas pokok dan fungsi Direktorat Rehabilitasi

    Sosial Korban Penyalahgunaan NAPZA adalah sebagai berikut :

    1. Tugas Melaksanakan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria, pemberian bimbingan teknis

    dan supervisi, serta evaluasi dan pelaporan di bidang rehabilitasi sosial korban penyalahgunaan NAPZA.

    2. Fungsi: a. penyiapan perumusan kebijakan di bidang identifikasi dan rencana

    intervensi, pemulihan, reintegrasi dan pembinaan lanjut korban penyalahgunaan NAPZA, serta kelembagaan dan sumber daya;

    b. penyiapan pelaksanaan kebijakan di bidang identifikasi dan

    rencana intervensi, pemulihan, reintegrasi dan pembinaan lanjut korban penyalahgunaan NAPZA, serta kelembagaan dan sumber

    daya; c. penyiapan penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria di

    bidang identifikasi dan rencana intervensi, pemulihan, reintegrasi

    dan pembinaan lanjut korban penyalahgunaan NAPZA, serta kelembagaan dan sumber daya;

    d. penyiapan pemberian bimbingan teknis dan supervisi di bidang

    identifikasi dan rencana intervensi, pemulihan, reintegrasi dan pembinaan lanjut korban penyalahgunaan NAPZA, serta

    kelembagaan dan sumber daya; e. pemantauan, evaluasi, dan pelaporan pelaksanaan kebijakan di

    bidang identifikasi dan rencana intervensi, pemulihan, reintegrasi

    dan pembinaan lanjut korban penyalahgunaan NAPZA, serta kelembagaan dan sumber daya; dan

    f. pelaksanaan urusan tata usaha dan rumah tangga Direktorat

  • Laporan Kinerja Direktorat Rehabilitasi Sosial Korban Penyalahgunaan NAPZA - 2018

    2

    DIREKTORAT REHABILITASI SOSIAL KORBAN

    PENYALAHGUNAAN NAPZA

    SUBBAGIAN TATA USAHA

    Subdirektorat Reintegrasi dan

    Pembinaan Lanjut Mental

    Subdirektorat Kelembagaan dan

    Sumber Daya Asistensi&

    Subdirektorat

    Pemulihan KPN

    Subditrektorat Identifikasi dan

    Rencana Intervensi

    Seksi Analisis dan Identifikasi

    Permasalahan

    Seksi Rencana Intervensi

    KELOMPOK JABATAN

    FUNGSIONAL

    Seksi Pemetaan dan

    Analisis Kelembagaan

    Potensi Sumber Daya

    Seksi Peningkatan

    Kapasitas Kelembagaan dan

    Sumber Daya

    Seksi Reintegrasi

    Seksi Pembinaan Lanjut

    Seksi Pemulihan KPN Dalam Institusi

    Seksi Pemulihan KPN Luar

    Institusi

    Struktur organisasi Direktorat Rehabilitasi Sosial Korban Penyalahgunaan NAPZA berdasarkan Peraturan Menteri Sosial RI No.

    20/2015, tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Sosial RI. Tabel 1:

    Struktur Organisasi Direktorat Rehabilitasi Sosial Korban

    Penyalahgunaan NAPZA

  • Laporan Kinerja Direktorat Rehabilitasi Sosial Korban Penyalahgunaan NAPZA - 2018

    3

    Struktur Organisasi Direktorat Rehabilitasi Sosial Korban Penyalahgunaan NAPZA

    A. Subdirektorat Identifikasi dan Rencana Intervensi;

    B. Subdirektorat Pemulihan Korban Penyalahgunaan NAPZA; C. Subdirektorat Reintegrasi dan Pembinaan Lanjut; D. Subdirektorat Kelembagaan dan Sumber Daya; dan

    E. Subbagian Tata Usaha.

    1. Subdirektorat Identifikasi dan Rencana Intervensi

    Mempunyai tugas melaksanakan penyiapan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar, prosedur dan

    kriteria, pemberian bimbingan teknis dan supervisi, serta pemantauan, evaluasi, dan pelaporan di bidang Identifikasi dan Rencana Intervensi.

    Subdirektorat Identifikasi dan Rencana Intervensi menyelenggarakan

    fungsi : a. Penyiapan bahan perumusan kebijakan di bidang analisis dan

    identifikasi, serta rencana intervensi;

    b. penyiapan bahan pelaksanaan kebijakan di bidang analisis dan identifikasi, serta rencana intervensi;

    c. penyiapan bahan penyusunan norma, standar, prosedur, dan

    kriteria di bidang analisis dan identifikasi, serta rencana intervensi; d. penyiapan bahan pemberian bimbingan teknis dan supervisi di

    bidang analisis dan identifikasi, serta rencana intervensi; e. pemantauan, evaluasi, dan pelaporan pelaksanaan kebijakan di

    bidang analisis dan identifikasi, serta rencana intervensi.

    Subdirektorat Identifikasi dan Rencana Intervensi terdiri atas : a. Seksi Analisis dan Identifikasi Permasalahan; dan

    mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar, prosedur,

    dan kriteria, pemberian bimbingan teknis dan supervisi, serta pemantauan, evaluasi, dan pelaporan di bidang analisis dan identifikasi permasalahan.

    b. Seksi Rencana Intervensi mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan perumusan dan

    pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria, pemberian bimbingan teknis dan supervisi, serta pemantauan, evaluasi, dan pelaporan di bidang rencana intervensi.

    2. Sub Direktorat Pemulihan Korban Penyalahgunaan NAPZA

    Mempunyai tugas melakukan penyiapan perumusan dan

    pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria, pemberian bimbingan teknis dan supervisi, serta

    pemantauan, evaluasi, dan pelaporan di bidang pemulihan korban penyalahgunaan NAPZA

  • Laporan Kinerja Direktorat Rehabilitasi Sosial Korban Penyalahgunaan NAPZA - 2018

    4

    Subdirektorat Pemulihan Korban Penyalahgunaan NAPZA mernyelenggarakan fungsi :

    a. penyiapan bahan perumusan kebijakan di bidang Pemulihan korban penyalahgunaan NAPZA dalam dan luar institusi;

    b. penyiapan bahan pelaksanaan kebijakan di hidang Pemulihan korban penyalahgunaan NAPZA dalam dan luar institusi;

    c. penyiapan bahan penyusunan norma, standar, prosedur dan

    kriteria di bidang Pemulihan korban penyalahgunan NAPZA dalam dan luar institusi;

    d. penyiapanbahan pemberian bimbingan teknis dan supervisi

    dibidang Pemulihan korban penyalahgunaan NAPZA dalam dan luar institusi dan;

    e. pemantauan, evaluasi, dan pelaporan pelaksanaan kebijakan dibidang Pemulihan korban penyalahgunaan NAPZA dalam dan luar institusi

    Subdirektorat Pemulihan Korban Penyalahgunaan NAPZA terdiri atas:

    a. Seksi Pemulihan Korban Penyalahgunaan NAPZA Dalam Institusi; Mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, sytandar, prosedur,

    dan kriteria, pemberian bimbingan teknis dan supervisi, serta pemantauan, evaluasi, dan pelaporan di bidang pemulihan penyalahgunaan NAPZA dalam institusi.

    b. Seksi Pemulihan Korban Penyalahgunaan NAPZA Luar Institusi; Mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan perumusan dan

    pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, sytandar, prosedur, dan kriteria, pemberian bimbingan teknisdan supervisi, serta pemantauan, evaluasi, dan pelaporan di bidang pemulihan

    penyalahgunaan NAPZA luar institusi.

    3. Subdirektorat Reintegrasi dan Pembinaan Lanjut

    Mempunyai tugas melakukan penyiapan perumusan dan pelaksanaan kebijakan teknis, penyusunan norma, standar,

    prosedur, dan kriteria, pemberian bimbingan teknis dan supervisi, serta pemantauan, evaluasi, dan pelaporan di bidang reintegrasi dan pembinaan lanjut bekas korban penyalahgunaan NAPZA.

    Subdirektorat Reintegrasi dan Pembinaan Lanjut menyelenggarakan

    fungsi : a. penyiapan bahan perumusan kebijakan di bidang reintegrasi dan

    pembinaan lanjut bekas korban penyalahgunaan NAPZA;

    b. penyiapan bahan pelaksanaan kebijakan di bidang reintegrasi dan pembinaan lanjut bekas korban penyalahgunaan NAPZA;

    c. penyiapan bahan penyusunan norma, standar, prosedur, dan

    kriteria di bidang reintegrasi dan pembinaan lanjut bekas korban penyalahgunaan NAPZA;

    d. penyiapan bahan pemberian bimbingan teknis dan supervisi di bidang reintegrasi dan pembinaan lanjut bekas korban penyalahgunaan NAPZA;

  • Laporan Kinerja Direktorat Rehabilitasi Sosial Korban Penyalahgunaan NAPZA - 2018

    5

    e. pemantauan, evaluasi, dan pelaporan pelaksanaan kebijakan di bidang reintegrasi dan pembinaan lanjut bekas korban

    penyalahgunaan NAPZA.

    Subdirektorat Reintegrasi dan Pembinaan Lanjut terdiri atas: a. Seksi Reintegrasi;

    Mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan perumusan dan

    pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria, pemberian bimbingan teknis dan supervisi, serta pemantauan, evaluasi, dan pelaporan di bidang reintegrasi bekas

    korban penyalahgunaan NAPZA. b. Seksi Pembinaan Lanjut

    Mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis dan supervisi, serta

    pemantauan, evaluasi, dan pelaporan di bidang pembinaan lanjut bekas korban penyalahgunaan NAPZA.

    4. Subdirektorat Kelembagaan dan Sumber Daya

    Mempunyai tugas melakukan penyiapan perumusan dan

    pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar, prosedur dan kriteria, pemberian bimbingan teknis dan supervisi, serta pemantauan, evaluasi, dan pelaporan di bidang kelembagaan dan

    sumber daya

    Subdirektorat Sumber Daya menyelenggarakan fungsi : a. Penyiapan bahan perumusan kebijakan di bidang pemetaan dan

    analisis serta peningkatan kapasitas kelembagaan dan sumber

    daya; b. Penyiapan bahan pelaksanaan kebijakan di bidang bidang

    pemetaan dan analisis serta peningkatan kapasitas kelembagaan

    dan sumber daya; c. Penyiapan bahan penyusunan norma, standar, prosedur dan

    kriteria di bidang bidang pemetaan dan analisis serta peningkatan kapasitas kelembagaan dan sumber daya;

    d. Penyiapan bahan pemberian bimbingan teknis dan supervisi di

    bidang bidang pemetaan dan analisis serta peningkatan kapasitas kelembagaan dan sumber daya;

    e. Pemantauan, evaluasi, dan pelaporan pelaksanaan kebijakan di bidang bidang pemetaan dan analisis serta peningkatan kapasitas kelembagaan dan sumber daya.

    Subdirektorat Kelembagaan dan Sumber Daya terdiri atas: a. Seksi Pemetaan dan Analisis Kelembagaan dan Potensi Sumber

    Daya; Mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan perumusan dan

    pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria, pemberian bimbingan teknis dan supervisi, serta

  • Laporan Kinerja Direktorat Rehabilitasi Sosial Korban Penyalahgunaan NAPZA - 2018

    6

    pemantauan, evaluasi, dan pelaporan di bidang pemetaan dan analisis kelembagaan dan potensi sumber daya.

    b. Seksi Peningkatan Kapasitas Kelembagaan dan Sumber Daya Mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan perumusan dan

    pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria, pemberian bimbingan teknis dan supervisi, serta pemantauan, evaluasi, dan pelaporan di bidang peningkatan

    kapasitas kelembagaan dan sumber daya

    5. Subbagian Tata Usaha

    Mempunyai tugas melakukan urusan tata usaha, kepegawaian, dan rumah tangga serta administrasi perencanaan program dan anggaran

    Direktorat.

    Dalam menjalankan tugas dan fungsinya, Direktorat Rehabilitasi Sosial

    Korban Penyalahgunaan NAPZA telah menjabarkan pelaksanaan tugas pokok dan fungsinya dalam suatu Renstra yang didalamnya tertuang

    Visi, Misi, Tujuan dan Sasaran tahunan yang diukur dengan seperangkat indikator kinerja berupa output dan outcome beserta target tahunan yang jelas. Fokus dari Renstra periode 2015-2019 Direktorat

    Unit Pelaksana Teknis (UPT) dan Dekonsentrasi

    Permasalahan penyalahgunaan NAPZA terkait dengan berbagai dimensi kehidupan penyalahguna, yaitu medis, psikiatris, maupun psiko-sosial. Ditinjau dari model bio-psiko-sosial penyalahguna NAPZA dipandang

    sebagai penyakit yang sering kambuh (relapsing) yang berakibat pada proses pemulihan seumur hidup. Permasalahan tersebut mengakibatkan penyalahguna NAPZA yang telah mendapatkan pelayanan dan rehabilitasi

    sosial sulit untuk kembali dalam kehidupan secara wajar karena masih adanya stigma di masyarakat. Oleh karena itu, untuk mengatasi masalah

    tersebut, diperlukan wadah yang kondusif dan pendampingan secara terarah dan berkesinambungan, dapat membantu mereka dalam menumbuhkan kepercayaan dirinya, sehingga dapat melaksanakan fungsi

    sosial mereka secara wajar, baik yang dilaksanakan di dalam panti maupun luar panti yang melalui dana lewat Unit Pelaksana Teknis (UPT) dan Dekonsentrasi tahun 2018 untuk 34 propinsi. Panti Sosial Korban

    NAPZA merupakan perwakilan Kementerian Sosial sebagai instansi vertikal di daerah yang menangani masalah NAPZA baik layanan dalam

    panti juga memberikan layanan penjangkauan dengan sistim luar panti agar mampu berperan aktif dalam kehidupan bermasyarakat.

  • Laporan Kinerja Direktorat Rehabilitasi Sosial Korban Penyalahgunaan NAPZA - 2018

    7

    Panti yang memberikan pelayanan dan rehabilitasi di bawah pembinaan Direktorat adalah :

    Tabel 2 : UPT Bidang NAPZA Milik Kementerian Sosial RI - Dekonsentrasi

    NO Program Alamat Kapta

    Anggaran

    2018

    1 PSPP “Insyaf”

    Medan

    Jl. Berdikari No. 37 Desa

    Lau Bakeri, Kab. Deli

    Serdang – Medan – Sumut

    380 org Rp.11.832.766.000

    2 PSPP “Galih

    Pakuan” Bogor

    Jl. H. Miing No. 71 Putat

    Nutug Ciseeng – Parung Bogor – Jawa Barat

    280 org Rp.15.800.992.000

    3 RSPSKP NAPZA

    “Satria”

    Baturaden

    Jl. Raya Barat Batu Raden

    No. 35 Banyumas Jawa

    Tengah

    60 org Rp.9.604.989.000

    4 Dekonsentrasi 34 Provinsi 878 org Rp.10.455.203.000

    Unit Pelaksana Teknis (UPT) tersebut melayani Korban Penyalahgunaan NAPZA merupakan unit Eselon III. Selain melalui UPT, pelaksanaan

    rehabilitasi sosial bagi korban penyalahgunaan NAPZA juga dilakukan dengan melibatkan Dinas Sosial. Direktorat Rehabilitasi Sosial Korban

    Penyalahgunaan NAPZA (Dit. RSKP NAPZA) melaksanakan program Rehabilitasi Sosial yang dilakukan bersifat terkoordinasi dan terpadu, dalam rangka pemenuhan hak-hak. Adapun kegiatan rehabilitasi sosial

    melalui progam rehabilitasi sosial yang mencakup asistensi sosial, advokasi sosial, bimbingan keterampilan, mental dan keagamaan,

    bimbingan sosial, dan latihan vokasional untuk meningkatkan kemampuan diri, sehingga dapat melaksanakan fungsi sosialnya dalam masyarakat. Kegiatan Rehabilitasi sosial yang dilakukan melalui satker

    daerah, yaitu dengan mekanisme dekonsentrasi.

    B. Aspek Strategis

    Pelayanan dan rehabilitasi sosial lain yang berkembang berdasarkan kebutuhan yang harus disikapi dalam penyelenggaraan kesejahteraan sosial

    adalah pelayanan dan rehabilitasi sosial bagi korban penyalahgunaan NAPZA. Berdasarkan amanat UU Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika, rehabilitasi sosial korban penyalahgunaan NAPZA menjadi kewenangan

    Kementerian Sosial yang kemudian ditindak lanjuti dengan diterbitkan PP No. 25 Tahun 2011 Tentang Pelaksana Wajib Lapor dan berlakunya Surat Edaran

    Bersama (SEB) No. 04/2011 tentang Penempatan Penyalahgunaan, Korban Penyalahgunaan, Korban dan Pecandu Narkotika ke dalam Lembaga Rehabilitasi Medis dan Rehabilitasi Sosial.

    Populasi Korban Penyalahgunaan NAPZA yang terdata di Dit. RSKP NAPZA/Dinas Sosial Provinsi berjumlah 478.665 orang (tahun 2011)

    Pengguna terbesar adalah mereka yang masuk dalam kelompok usia potensial dan produktif antara 10 s/d 59 tahun, sedangkan jumlah yang

  • Laporan Kinerja Direktorat Rehabilitasi Sosial Korban Penyalahgunaan NAPZA - 2018

    8

    sudah tertangani dari tahun 2010 – 2018 baru terehabilitasi 90.656 orang (18,94%) baik yang ditangani dalam panti maupun luar panti (UPT Kemensos,

    IPWL, Dit. RSKP NAPZA dan Dekonsentrasi).

    Presiden Jokowi menyampaikan bahwa Indonesia sudah darurat narkoba, dimana terdapat 4,5 juta orang yang terkena narkoba, dan 1,2 juta orang sudah tidak bisa direhabilitasi (9;Des;2014). Data ini akan terus bertambah

    jika pencegahan penyebaran NAPZA tidak menimbulkan efek jera bagi para pelaku (produsen, pengedar, dan pemakai/korban) dan upaya penanganan korban penyalahgunaan NAPZA tidak dilakukan secara optimal serta lemahnya

    kesadaran penduduk akan resiko bahaya narkoba.

    Kementerian Sosial juga mendapat tugas rujukan reintegrasi serta menyiapkan institusi bagi penyalahgunaan NAPZA, Selain melakukan rehabilitasi sosial. Berdasarkan Kepmensos No. 41/HUK/2014 tentang Penunjukkan Lembaga

    Rehabilitasi Sosial Korban Penyalahgunaan Narkotika, Psikotropika dan Zat Adiktif Lainnya sebagai Istitusi Penerima Wajib Lapor Bagi Korban

    Penyalahgunaan NAPZA Tahun 2014, Kementerian Sosial menyiapkan Institusi Penerima Wajib Lapor (IPWL), sebagai upaya preventif dan rehabilitatif. Dalam perkembangannya hingga saat ini telah ditetapkan 160

    IPWL yang terdiri dari 3 UPT (di PSPP Insyaf Medan, PSPP Galih Pakuan Ciseeng-Bogor dan RSPSKP NAPZA Baturraden), 7 di Dinas Sosial, dan 164 milik masyarakat di 34 Provinsi, baik dalam bentuk panti sosial maupun lembaga

    rehabilitasi yang diselenggarakan masyarakat.

    IPWL yang ada masih sangat terbatas baik jumlah, sarana infrastruktur maupun sumber daya pelaksana layanan. Disamping penambahan penyediaan IPWL, Kementerian Sosial juga membutuhkan pekerja sosial

    (rehabilitasi korban NAPZA) dan konseling adiktif yang dapat memberikan solusi pencegahan dan rehabilitasi bagi keluarga dan korban yang ingin sembuh dari ketergantungan narkotika. Mengingat posisi Indonesia yang

    strategis dan menjadi arus masuk narkotika dari luar negeri, penyediaan IPWL dan pekerja sosial/konseling adiktif dimaksud menjadi suatu kebutuhan

    yang perlu disiapkan dan ditingkatkan fungsi, peran dan keterampilannya.

    Di samping menyiapkan IPWL, Kementerian Sosial memberikan pelayanan psikososial dalam panti untuk menghilangkan ketergantungan dan

    meningkatkan keberfungsian sosial korban penyalahgunaan NAPZA. Penanganan korban penyalahgunaan NAPZA saat ini yang diperlukan adalah regulasi yang memberikan kewenangan penuh bagi Kementerian Sosial

    dalam pelayanan psikososial dan pelayanan rehabilitatif.

  • Laporan Kinerja Direktorat Rehabilitasi Sosial Korban Penyalahgunaan NAPZA - 2018

    9

    C. Sistematika Penyajian

    Pada dasarnya Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah

    (LAKIP) ini adalah untuk mengkomunikasikan pencapaian kinerja

    Direktorat Rehabilitasi Sosial Korban Penyalahgunaan NAPZA selama

    tahun 2018. Capaian kinerja (performance result) 2018 tersebut

    diperbandingkan dengan Rencana Kinerja (performance plan) 2018

    sebagai tolak ukur keberhasilan tahunan organisasi. Dengan pola pikir

    tersebut, maka Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah

    Direktorat Rehabilitasi Sosial Korban Penyalahgunaan NAPZA disusun

    dengan sistematika penyajian sebagai berikut:

    Bab I Pendahuluan, menjelaskan secara ringkas latar belakang aspek

    strategis dan struktur organisasi.

    Bab II Perencanaan dan Penetapan Kinerja 2018, menjelaskan muatan

    rencana strategis Direktorat Rehabilitasi Sosial Korban

    Penyalahgunaan NAPZA tahun 2015-2019 dan Penetapan Kinerja

    2018.

    Bab III Akuntabilitas Kinerja, menjelaskan analisis pencapaian kinerja

    Direktorat Rehabilitasi Sosial Korban Penyalahgunaan NAPZA

    dikaitkan dengan pertanggung jawaban publik terhadap

    pencapaian strategis untuk tahun 2018.

    Bab IV Penutup, menjelaskan kesimpulan dari Laporan Akuntabilitas

    Kinerja Instansi Pemerintah Direktorat Rehabilitasi Sosial Korban

    Penyalahgunaan NAPZA dan menguraikan rekomendasi yang

    diperlukan untuk perbaikan kinerja di masa yang akan datang.

    Lampiran :

    1. Rencana Kinerja Tahunan tahun 2018 Dit. RSKP NAPZA

    2. Indikator Kinerja tahun 2018 Dit. RSKP NAPZA 3. Indikator Kinerja Utama tahun 2018 Dit. RSKP NAPZA

    4. Penetapan Kinerja tahun 2018 Dit. RSKP NAPZA

  • Laporan Kinerja Direktorat Rehabilitasi Sosial Korban Penyalahgunaan NAPZA - 2018

    9

    BAB II

    PERENCANAAN KINERJA

    Berdasarkan Peraturan Menteri Sosial Republik Indonesia Nomor

    20/2015, tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Sosial di Pasal 281

    Direktorat Rehabilitasi Sosial Korban Penyalahgunaan NAPZA mempunyai

    tugas melaksanakan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan

    norma, standar, prosedur, dan kriteria, pemberian bimbingan teknis, dan

    supervisi serta evaluasi dan pelaporan di bidang rehabilitasi sosial korban

    penyalahgunaan NAPZA.

    Dalam rangka melaksanakan tugas pokok dan fungsinya agar efektif,

    efisien dan akuntabel, Direktorat Rehabilitasi Sosial Korban Penyalahgunaan

    NAPZA berpedoman pada dokumen perencanaan yang terdapat pada :

    a. RPJMN 2015 - 2019; b. Renstra Direktorat Rehabilitasi Sosial Korban Penyalahgunaan NAPZA

    2015 - 2019; c. Penetapan Kinerja Tahun 2018.

    A. Rencana Strategis

    Rencana Strategis (Renstra) Direktorat Rehabilitasi Sosial Korban Penyalahgunaan NAPZA 2015 - 2019 merupakan perencanaan jangka

    menengah yang berisi tentang gambaran sasaran atau kondisi hasil yang akan dicapai dalam kurun waktu lima tahun. Rencana penanganan

    masalah penyalahgunaan NAPZA pada Direktorat Rehabilitasi Sosial Korban Penyalahgunaan NAPZA melihat perlu adanya pengembangan program dan kegiatan, tentunya tidak terlepas dari konteks Rencana

    Pembangunan Jangka Menengah Nasional. Meningkatkan advokasi regulasi dan kebijakan di tingkat pusat dan daerah untuk pemenuhan hak

    dasar penduduk penyandang disabilitas, lansia, masyarakat adat, dan kelompok masyarakat marjinal lain. Termasuk dalam proses perencanaan, penganggaran dan implementasi yang berpihak pada

    kelompok tersebut, untuk itu disusun Rencana Aksi Nasional (RAN). Untuk itu, maka arah kebijakan pada Direktorat Jenderal Rehabilitasi Sosial tahun 2015-2019 telah disusun dan telah disesuaikan dengan

    perkembangan sehingga ditetapkan oleh Direktur Jenderal Rehabilitasi Sosial mengemban dan melaksanakan tugas sesuai dengan visi yang telah

    ditetapkan, yaitu untuk mewujudkan Indonesia yang berdaulat, mandiri, dan berkepribadian berlandaskan gotong agar tujuan organisasi dapat terlaksana dan berhasil dengan baik. untuk mewujudkan masyarakat

    yang inklusif dan terakses semua pihak termasuk korban penyalahgunaan NAPZ sesuai yang terkandung dalam amanat Undang-

  • Laporan Kinerja Direktorat Rehabilitasi Sosial Korban Penyalahgunaan NAPZA - 2018

    10

    Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dan Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2009 tentang Kesejahteraan Sosial dan UU No.

    35 tahun 2009 tentang Narkotika, PP No. 25 tahun 2011 tentang Pelaksanaan Wajib Lapor dan berlakunya Surat Edaran Bersama (SEMA)

    N0.4/2011 tentang Penempatan Penyalahgunaan, Korban Penyalahgunaan, Korban dan Pecandu Narkotika kedalam Lembaga Rehabilitasi Medis dan Rehabilitasi Sosial. Setiap warga negara termasuk

    korban penyalahgunaan NAPZA mempunyai hak yang sama untuk memperoleh taraf kesejahteraan sosial dan kualitas hidup yang sama dalam hidup bermasyarakat.

    Direktorat Rehabilitasi Sosial Korban Penyalahgunaan NAPZA sebagai

    penanggung jawab terselenggaranya Rehabilitasi Sosial dengan melaksanakan berbagai kegiatan dan program yang berhasil dilindungi, direhabilitasi baik di dalam maupun di luar panti guna mewujudkan

    pemenuhan hak-hak agar dapat terpenuhinya kebutuhan dasar hidup, dan mandiri. Pelaksanaan rehabilitasi sosial di iringi dengan peningkatan

    sumber daya manusia di bidang rehabilitasi sosial agar tercipta profesionalitas dalam memberikan rehabilitasi sosial bagi korban penyalahgunaan NAPZA dengan meningkatkan kompetensi atau

    kemampuan dalam bidang rehabiltasi.

    B. Tujuan

    Direktorat Rehabilitasi Sosial Korban Penyalahgunaan NAPZA dalam

    melakukan rehabilitasi sosial, tujuan yang ingin dicapai : Memulihkan dan

    mengembangkan keberfungsian sosial bagi Korban Penyalahgunaan Napza

    melalui rehabilitasi sosial dalam dan luar panti.

    Hal ini dilakukan dengan meningkatkan pemenuhan kebutuhan dasar,

    fasilitas akses hak dasar, akses inklusivitas baik dalam panti maupun luar

    panti, pelayanan rehabilitasi sosial sesuai standar dan regulasi dan

    peraturan yang terkait akses lingkungan inklusif.

    1. Sasaran

    Berdasarkan tujuan di atas, dalam menjabarkan sasaran-sasaran

    strategis yang akan dicapai pada tahun 2018. Sasaran strategis dan

    indikator kinerja sebagai alat ukur keberhasilan sasaran strategis

    selama tahun 2015 - 2019 adalah sebagai berikut :

  • Laporan Kinerja Direktorat Rehabilitasi Sosial Korban Penyalahgunaan NAPZA - 2018

    11

    Tabel 4 :

    Sasaran Strategis Dit. RSKP NAPZA

    Sasaran Strategis

    Indikator Kinerja

    Indikator Kinerja

    Program (IKP)

    Meningkatnya Penyelenggaraan

    Rehabilitasi Sosial bagi

    Korban Penyalahgunaan NAPZA

    Jumlah Korban Penyalahgunaan NAPZA

    yang mendapatkan bantuan pemenuhan

    kebutuhan dasar dan fsilitas hak dasar

    Jumlah KPN yang terpenuhi

    kebutuhan dasar dalam dan luar

    panti

    Jumlah Korban Penyalahgunaan NAPZA yang mendapatkan

    akses fasilitas usaha

    Jumlah KPN yang terpenuhi akses fasitias usaha

    Rehabilitasi Sosial bertujuan memulihkan dan mengembangkan

    kemampuan seseorang yang mengalami kecanduan agar dapat

    melaksanakan fungsi sosialnya secara wajar, karena korban

    penyalahgunaan NAPZA pada umumnya belum tersentuh dengan

    rehabilitasi sosial maka perlu disiasati dengan adanya perluasan

    pelayanan rehabilitasi sosial melalui penjangkauan. Oleh karenanya

    peningkatan jangkauan dan akses terhadap rehabilitasi sosial

    merupakan salah satu sasaran strategis yang harus dicapai dalam

    penyelenggaraan layanan. Di samping itu, meluasnya jangkauan

    pelayanan rehabilitasi sosial harus dapat diimbangi dengan

    peningkatan kompetensi, keterpaduan, dan kualitas rehabilitasi sosial.

    2. Indikator Kinerja Utama (IKU) - Sasaran Kegiatan

    Direktorat Rehabilitasi Sosial Korban Penyalahgunaan NAPZA telah

    menetapkan Indikator Kinerja Utama (IKU) secara berjenjang, sebagai

    ukuran keberhasilan organisasi secara dalam mencapai sasaran

    strategis organisasi. Indikator kinerja utama ditetapkan dengan

    memilih indikator-indikator kinerja yang ada di dalam Renstra

    Direktorat Rehabilitasi Sosial Korban Penyalahgunaan NAPZA tahun

    2015 - 2019, sebagai berikut :

  • Laporan Kinerja Direktorat Rehabilitasi Sosial Korban Penyalahgunaan NAPZA - 2018

    12

    Tabel 5 :

    Indikator Kinerja Utama Direktorat RSKP NAPZA

    NO Indikator Kinerja

    Indikator Kinerja Program

    (IKP)

    1 Jumlah Korban Penyalahgunaan NAPZA yang mendapatkan

    bantuan pemenuhan kebutuhan dasar dan fsilitas hak dasar

    Jumlah KPN yang terpenuhi kebutuhan dasar dalam dan

    luar panti

    2 Jumlah Korban Penyalahgunaan NAPZA yang mendapatkan akses

    fasilitas usaha

    Jumlah KPN yang terpenuhi akses fasitias usaha

    C. Perjanjian Kinerja Tahun 2018

    Rencana kinerja (Performance Plan) tahun 2009 merupakan

    penjabaran lebih lanjut dari Renstra Direktorat Jenderal Rehabilitasi

    Sosial, di dalamnya memuat seluruh target kinerja yang hendak dicapai

    pada tahun 2018. Rencana Kinerja Tahun 2018 merupakan tahun

    keempat dari periode Renstra 2015 – 2019. Berdasarkan atas rencana

    kinerja tahunan tersebut, selanjutnya menyusun Rencana Kerja Kegiatan

    dan Anggaran Kementerian Lembaga (RKA/KL). Setelah mendapatkan

    persetujuan anggaran, Direktorat Rehabilitasi Sosial Korban

    Penyalahgunaan NAPZA telah menyusun Penetapan Kinerja Tahun 2018

    secara berjenjang sesuai dengan kedudukan, tugas, dan fungsi.

    Penetapan kinerja tersebut merupakan tolok ukur evaluasi akuntabilitas

    kinerja unit organisasi yang bersangkutan pada akhir tahun 2018 dan

    akan dilaporkan dalam LAKIP tahun 2018 sekaligus sebagai dasar

    penilaian keberhasilan/kegagalan pencapaian tujuan dan sasaran

    organsasi; menciptakan tolok ukur kinerja sebagi dasar evaluasi kinerja

    aparatur; dan sebagai dasar pemberian reward atau penghargaan dan

    sanksi.

    Direktorat Rehabilitasi Sosial Korban Penyalahgunaan NAPZA telah

    membuat penetapan kinerja tahun 2018 ditandatangi oleh Direktur RSKP

    NAPZA dan Direktorat Jenderal Rehabilitasi Sosial pada Januari 2018

    secara berjenjang sesuai dengan kedudukan, tugas, dan fungsi yang ada.

    Penetapan kinerja Direktorat Rehabilitasi Sosial Korban Penyalahgunaan

    NAPZA tahun 2018 disusun dengan berdasarkan pada Rencana Kerja

    tahun 2018 yang telah ditetapkan. Ringkasan Rencana Kerja Tahun 2018

    dan Penetapan Kinerja Tahunan 2018 dapat dilihat pada tabel berikut.

  • Laporan Kinerja Direktorat Rehabilitasi Sosial Korban Penyalahgunaan NAPZA - 2018

    13

    Perjanjian Kinerja Tahun 2018

    Direktorat Rehabilitasi Sosial Korban Penyalahgunaan NAPZA

    Sasaran Kinerja Indikator Kinerja Target

    Meningkatnya

    Penyelenggaraan Rehabilitasi Sosial bagi Korban

    Penyalahgunaan NAPZA

    Jumlah Korban Penyalahgunaan

    NAPZA yang mendapatkan bantuan pemenuhan kebutuhan dasar dan fasilitas hak dasar

    15.430

    Jumlah Korban Penyalahgunaan NAPZA yang mendapatkan akses

    fasilitas usaha

    1.000

  • Laporan Kinerja Direktorat Rehabilitasi Sosial Korban Penyalahgunaan NAPZA - 2018

    14

    BAB III

    AKUNTABILITAS KINERJA

    A. Capaian Kinerja Organisasi

    Pencegahan penyalahgunaan NAPZA adalah upaya yang diarahkan pada korban penyalahgunaan Narkotika, Psikotropika dan Zat Adiktif lainnya

    agar mampu menjaga kepulihan, beradaptasi dengan lingkungan sosial dan mandiri. Korban Penyalahgunaan Napza Psikotropika dan zat adiktif

    lainnya berhak atas rehabilitasi sosial yang menjadi tanggung jawab pemerintah dan masyarakat sesuai dengan undang-undang nomor 5 Tahun 1997 tentang Psikotropika dan Undang-Undang Nomor 35 tahun

    2009 tentang Narkotika. Korban Penyalahgunaan Narkotika, Psikotropika, dan zat adiktif lainnya

    semakin meningkat, yang berdampak sangat luas terhadap perseorangan, keluarga dan masyarakat maka perlu penanganan secara

    terpadu dan professional. Rehabilitasi Sosial adalah suatu proses kegiatan pemulihan secara terpadu, baik fisik, mental maupun sosial, agar bekas pecandu dapat

    kembali melaksanakan fungsi sosial dalam kehidupan masyarakat (UU RI. No. 35/2009). Metode utama yang digunakan adalah terapi komunitas

    (Therapeutic Community) yang dimodifikasi berdasarkan kebutuhan pasien.

    Lembaga Kesejahteraan Sosial Bidang Rehabilitasi Sosial Korban Penyalahgunaan NAPZA ; baik milik Pemerintah dan Pemerintah Daerah dan Masyarakat. Adanya Pekerja Sosial yang profesional yang bekerja

    lebih baik di Lembaga Pemerintah maupun swasta yang memiliki kompetensi dan profesinya sebagai pekerjaan sosial dalam melaksanakan

    tugas dan fungsinya melayani dan penanganan masalah sosial. Pelaku Penyelenggaraan Kesejahteraan Sosial adalah Individu, Kelompok, Lembaga Kesejahteraan Sosial dan masyarakat yang terlibat dalam

    penyelenggaraan Kesejahteraan Sosial. Tenaga Kesejahteraan Sosial telah dididik dan dilatih secara professional untuk melaksanakan tugas penanganan dan penangganan masalah sosial dan atau seseorang yang

    bekerja, baik dilembaga Pemerintah dan Lembaga-lembaga swasta sebagai pendampingan sosial yang memiliki kompetensi dan kepedulian

    sosial untuk mendampingi korban penyalahgunaan NAPZA. Konselor Adiksi adalah tenaga yang ada di lembaga milik masyarakat yang sudah menangani korban penyalahgunaan NAPZA dan mereka adalah para eks

    pecandu narkoba yang sudah mempunyai sertifikat konselor adiksi. Tahun 2017 Kementerian Sosial Cq. Direktorat Rehabilitasi Sosial Korban

    Penyalahgunaan NAPZA sudah penetapan IPWL yang ditetapkan oleh Menteri Sosial RI berdasarkan Keputusan Menteri Sosial nomor 16 dan 35 tahun 2017 tentang penunjukkan Lembaga Rehabilitasi Sosial sebagai

    Institusi Penerima Wajib Lapor (IPWL) bagi Korban Penyalahgunaan

  • Laporan Kinerja Direktorat Rehabilitasi Sosial Korban Penyalahgunaan NAPZA - 2018

    15

    NAPZA sebanyak 171 IPWL baik milik pemerintah dan masyarakat di 34 provinsi.

    Tahun 2018 khususnya Direktorat Rehabilitasi Sosial Korban Penyalahgunaan NAPZA sudah memberikan pelayanan dan rehabilitasi

    sosial bagi Korban Penyalahgunaan NAPZA sebanyak 15.513 orang melalui IPWL.

    B. Analisis Capaian Kinerja Tahun 2018

    Pengukuran tingkat capaian Tahun 2018 dilakukan dengan cara

    membandingkan antara target indikator kinerja sasaran dengan realisasinya. Rincian tingkat capaian kinerja masing-masing indikator sasaran sebagai berikut :

    Sasaran Strategis Indikator 1

    Meningkatnya Penyelenggaraan Rehabilitasi Sosial bagi Korban

    Penyalahgunaan NAPZA

    Jumlah Korban Penyalahgunaan NAPZA yang mendapatkan

    bantuan pemenuhan kebutuhan dasar dan fasilitas hak dasar

    Analisis capaian Sasaran Strategis dicapai melalui indikator 1 dengan Jumlah Korban Penyalahgunaan NAPZA yang mendapatkan bantuan

    pemenuhan kebutuhan dasar dan fasilitas hak dasar dengan analisis sebagai berikut :

    1. Perbandingan antara target dengan realisasi kinerja tahun berjalan

    Jumlah Korban Penyalahgunaan NAPZA yang mendapatkan bantuan pemenuhan kebutuhan dasar pada Rehabilitasi Sosial Korban

    Penyalahgunaan NAPZA target tahun 2018 sebanyak 16.612 orang yang dilaksanakan melalui Dit RSKP NAPZA, PSPP Insyaf Deli Serdang

    Sumatera Utara, PSPP Galih Pakuan Ciseeng-Bogor Jawa Barat, dan

    Satker 2018 (target) Capaian %

    Dit. RSKP NAPZA 15.430 15.513 100,54

    PSPP Insyaf Medan 432 451 104

    PSPP Galih Pakuan 690 690 100

    PSRSKPN Baturraden 60 95 158

    Jumlah 16.612 16.749

    Capaian RSKP NAPZA tahun 2018

  • Laporan Kinerja Direktorat Rehabilitasi Sosial Korban Penyalahgunaan NAPZA - 2018

    16

    PSRSKPN Satria Baturaden-Banyumas Jawa Tengah. Capaian target yang mendapatkan pelayanan rehabilitasi sosial selama periode tahun

    2018 sebanyak 16.749 orang, jumlah capaian melebihi dari target yang direncanakan, dikarenakan adanya perubahan indeks biaya

    penerima bantuan sosial rehabilitasi sosial Korban Penyalahgunaan NAPZA melalui IPWL sehingga jumlah penerima bantuan sosial bertambah lebih banyak dari target yang direncanakan. Pelayanan

    rehabilitasi sosial bagi korban NAPZA sudah membantu program darurat NARKOBA dan diupayakan tidak relapse dan kambuh dari, karena proses rehabilitasi sudah berproses holistik mulai dari

    assesment sampai terminasi. Perbandingan antara target dengan realisasi kinerja tahun berjalan bisa dikatakan terpenuhinya terget

    pelayanan rehabilitasi sosial baik dalam panti maupun luar panti. Melihat dari jumlah target yang tercapai pada tahun 2018 berjumlah 16.749 orang, sehingga melebihi capaian dan diperkirakan naik

    0,54%

    PERSEBARAN INSTITUSI PENERIMA WAJIB LAPOR TAHUN 2018

    No Provinsi IPWL No Provinsi IPWL No Provinsi IPWL

    1 NAD 4 12 DKI 15 23 KALTIM 3

    2 SUMUT 16 13 JABAR 33 24 SULUT 3

    3 SUMBAR 3 14 JATENG 11 25 SULTENG 1

    4 RIAU 4 15 DIY 5 26 SULSEL 3

    5 JAMBI 3 16 JATIM 12 27 SULTRA 1

    6 SUMSEL 6 17 BALI 3 28 SULBAR 1

    7 BENGKULU 3 18 NTB 2 29 MALUKU 1

    8 LAMPUNG 4 19 NTT 2 30 MALUT 1

    9 KEP. RIAU 3 20 KALBAR 5 31 PAPUA 1

    10 BABEL 2 21 KALTENG 1

    11 BANTEN 4 22 KALSEL 4

    Setelah ditetapkan oleh Menteri Sosial RI, maka Direktorat Rehabilitasi Sosial Korban Penyalahgunaan NAPZA memetakan kuota dan target masing-masing Institusi Penerima Wajib Lapor (IPWL)

    disesuaikan dengan kapasitas tampung, SDM pelaksana program rehabilitasi sosial korban penyalahgunaan NAPZA disesuaikan dengan rasio petugas. Lalu dillakukan telaahan proposal dan

    pemberian dukungan biaya rehabilitasi sosial ke masing-masing IPWL. Pemberian dukungan biaya rehabilitasi sosial dilakukan secara

    bertahap sesuai masa rehabilitasi sosial. Untuk masa waktu rehabilitasi sosial dalam institusi dilaksanakan dalam kurun waktu 4 (empat) bulan, sedangkan rehabilitasi sosial luar institusi

    dilaksanakan dalam kurun waktu 3 (tiga) bulan.Rehabilitasi Sosial Korban Penyalahgunaan NAPZA tahun 2017 (terlampir)

  • Laporan Kinerja Direktorat Rehabilitasi Sosial Korban Penyalahgunaan NAPZA - 2018

    17

    2. Membandingkan antara realisasi kinerja serta capaian kinerja

    tahun ini dengan tahun lalu dan beberapa tahun terakhir

    Program Rehabilitasi Sosial Korban Penyalahgunaan NAPZA setiap

    tahun sudah memberikan pelayanan rehabilitasi sosial bagi korban penyalahgunaa NAPZA di Dit. RSKP NAPZA melalui Institusi Penerima

    Wajib Lapor (IPWL) sudah ada 174 IPWL, PSPP Insyaf Deli Serdang Sumatera Utara, PSPP Galih Pakuan Ciseeng-Bogor Jawa Barat, dan PSRSKPN Satria Baturaden-Banyumas Jawa Tengah. Namum dari

    tahun ketahun jumlah yang korban penyalahgunaan NAPZA makin bertambah sedangkan untuk memberikan pelayanan rehabilitasi sosial

    masih sangat jauh dari yang diharapan kalau melihat populasinya berjumlah 478.665 orang, pelayanan rehabilitasi sosial dari tahun 2015 – 2018 berjumlah 62.803 orang, dan baru berkisar 13,12% dari

    jumlah populasi, sedangkan tahun 2018 berjumlah 16.749 orang yang baru bisa diberikan pelayanan rehabilitasi sosial dan diperkirakan baru 3,50% dari jumlah populasi.

    3. Membandingkan realisasi kinerja dengan Rencana Strategis

    Rencana Strategis (Renstra) Direktorat Rehabilitasi Sosial Korban

    Penyalahgunaan NAPZA 2015 - 2019 merupakan perencanaan jangka menengah yang berisi tentang gambaran sasaran atau kondisi hasil yang akan dicapai dalam kurun waktu lima tahun. Rencana

    penanganan masalah penyalahgunaan NAPZA pada Direktorat Rehabilitasi Sosial Korban Penyalahgunaan NAPZA melihat perlu adanya pengembangan program dan kegiatan, tentunya tidak terlepas

    Jumlah Korban

    Penyalahgunaan

    NAPZA yang

    mendapatkan bantuan

    pemenuhan kebutuhan

    dasar dan fasilitas hak

    dasar

    478.665 -

    Pusat 10.150 17.952 14.603 15.513

    Unit Pelaksana Teknis 1.125 1.032 1.192 1.236

    Jumlah 11.275 18.984 15.795 16.749 62.803 13,12%

    %

    Sandingan Realisasi Kinerja dan Capaian Kinerja

    Capaian

    2015

    Capaian

    2016

    Capaian

    2017

    Capaian

    2018

    Populasi

    NAPZAIndikator Jumlah

  • Laporan Kinerja Direktorat Rehabilitasi Sosial Korban Penyalahgunaan NAPZA - 2018

    18

    dari konteks Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional, termasuk dalam proses perencanaan, penganggaran dan implementasi

    yang berpihak pada kelompok tersebut, untuk itu disusun Rencana Aksi Nasional (RAN). Untuk itu, maka arah kebijakan pada Direktorat

    Jenderal Rehabilitasi Sosial tahun 2015-2019 telah disusun dan telah disesuaikan dengan perkembangan sehingga ditetapkan oleh Direktur Jenderal Rehabilitasi Sosial mengemban dan melaksanakan tugas

    sesuai dengan visi yang telah ditetapkan, yaitu untuk mewujudkan Indonesia yang berdaulat, mandiri, dan berkepribadian berlandaskan gotong agar tujuan organisasi dapat terlaksana dan berhasil dengan

    baik. untuk mewujudkan masyarakat yang inklusif dan terakses semua pihak termasuk korban penyalahgunaan NAPZA sesuai yang

    terkandung dalam amanat Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dan Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2009 tentang Kesejahteraan Sosial dan UU No. 35 tahun 2009 tentang

    Narkotika, PP No. 25 tahun 2011 tentang Pelaksanaan Wajib Lapor. Setiap warga negara termasuk korban penyalahgunaan NAPZA

    mempunyai hak yang sama untuk memperoleh taraf kesejahteraan sosial dan kualitas hidup yang sama dalam hidup bermasyarakat. Capaian 2018 kalau dibandingkan dengan rencana strategis Dit. RSKP

    NAPZA tentang program pelayanan rehabilitasi sosial, target rencana strategis 2018 yang ada dalam target untuk memberikan pelayanan rehabilitasi sosial Korban Penyalahgunaan NAPZA yang mendapatkan

    bantuan pemenuhan kebutuhan dasar dan fasilitas hak dasar berjumlah 15.430 orang dan ini sudah terdapat di Perjanjian Kinerja

    antara Direktur RSKP NAPZA dengan Dirjen Rehabilitasi Sosial yang ditandatangani bulan Januari 2018, dikarenakan adanya perubahan indeks biaya penerima bantuan sosial rehabilitasi sosial Korban

    Penyalahgunaan NAPZA melalui IPWL sehingga jumlah penerima bantuan sosial bertambah lebih banyak dari target yang direncanakan, sehingga jumlah target menjadi 15.513 orang tanpa tercantum di

    Perjanjian Kinerja antara Direktur RSKP NAPZA dengan Dirjen Rehabilitasi Sosial yang terbaru.

    Tabel Capaian Kinerja dengan Rencana Strategis

    Sasaran Startegis

    Indikator Kinerja

    Target

    5 tahun

    Capaian

    2015

    Capaian

    2016

    Capaian

    2017

    Capaian

    2018

    Total

    Capaian

    %

    Meningkatnya Penyelenggaraan Rehabilitasi Sosial bagi Korban Penyalahgunaan NAPZA

    Jumlah Korban Penyalahgunaan NAPZA yang mendapatkan bantuan pemenuhan kebutuhan dasar dan fasilitas hak dasar

    77.105 11.275 18.984 15.795 15.513 61.567 79,85

  • Laporan Kinerja Direktorat Rehabilitasi Sosial Korban Penyalahgunaan NAPZA - 2018

    19

    Capaian terget lima tahun 2015 – 2019 penyalahgunaan NAPZA yang mendapatkan bantuan pemenuhan kebutuhan dasar berjumlah

    77.105 orang, sedangkan pelayanan yang baru diberikan tahun 2015 – 2018 baru berjumlah 61.567 orang yang harus diberikan pelayanan

    rehabilitasi sosial sehingga pelayanan sosial baru mencapai 79,85%

    4. Membandingkan realisasi tahun ini dengan standar nasional

    Indikator Populasi NAPZA

    Capaian 2017

    Capaian %

    Jumlah Korban Penyalahgunaan NAPZA yang

    mendapatkan bantuan pemenuhan kebutuhan

    dasar dan fasilitas hak dasar

    478.665 15.513 3,24

    Target pencapaian realisasi sampai akhir tahun 2018 atau triwulan IV mencapai 15.513 orang dari target perubahan, sedangkan dari

    rencana strategis yang jumlahnya 15.430 orang melebihi 83 orang (0,54%) dari target perubahan. Secara pemberian pelayanan

    rehabilitasi sosial capaian 3,24% masih sangat minim untuk memuhi target secara nasional yang dicanangkan presiden dengan darurat narkoba dan akan memberikan pelayanan rehabilitasi sosial

    sebanyak 100.000 orang.

    5. Analisa penyebab keberhasilan / kegagalan atau peningkatan

    penurunan kinerja serta solusi yang dilakukan

    Untuk mengukur keberhasilan korban penyalahgunaan NAPZA yang

    memdapatkan program kemandirian dapat dilihat dari beberapa dukungan diantaranya : a. Sumber Daya Manusia terdiri dari Pekerja Sosial, Tenaga

    Kesejahteraan Sosial dan Konselor Adiksi. Dengan adanya sumber daya manusia yang disiapkan untuk menjalankan proses

    rehabilitasi sosial mulai dari assesmen sampai dengan terminasi yang merupakan hak dasar klien yang ada di dalam panti untuk menjalakan proses layanan rehabilitasi sosial, sedangkan bagi klien

    di luar panti akan mendapatkan hak dasar melalui penjangkauan, layanan konsulasi, pertemuan yang secara berkala.

    b. Lembaga / IPWL, Implementasi Peraturan Pemerintah (PP) Nomor

    25 Tahun 2011 tentang pelaksanaan wajib lapor pecandu narkoba, membutuhkan tempat layanan atau lembaga rehabilitasi, baik yang

    dimiliki pemerintah maupun swasta. Langkah ini penting karena akan menjadi rujukan bagi klien wajib lapor, lembaga yang menjalankan rehabilitasi sosial merupakan hal dasar bagi klien

    untuk mendapatkan dengan layanan terbaik. Dalam rangka meningkatkan dan memperluas akses bagi pecandu narkoba, maka lembaga rehabilitasi yang ada di masyarakat perlu didukung dan

    dikuatkan agar mampu memberikan pelayanan kepada pecandu

  • Laporan Kinerja Direktorat Rehabilitasi Sosial Korban Penyalahgunaan NAPZA - 2018

    20

    sesuai standar yang ditentukan. Dukungan penguatan yang diberikan kepada lembaga rehabilitasi ditentukan melalui beberapa

    kriteria. Pertama, dukungan diberikan kepada lembaga yang telah dan sedang menjalankan layanan terapi dan rehabilitasi, dan atau

    layanan penjangkauan dan pendampingan pecandu narkoba. Kedua, lembaga yang memiliki legalitas/izin dari instansi berwenang untuk menyelenggarakan layanan terapi dan rehabilitasi

    penyalahguna narkoba. Ketiga, metode terapi dan rehabilitasi yang diterapkan telah teruji berkualitas atau telah terbukti merupakan praktik terbaik. Salah satu program pemulihan pecandu narkoba

    yang telah teruji berkualitas digunakan beberapa lembaga rehabilitasi adalah program rehabilitasi Teurapi Community (TC).

    Program rehabilitasi TC menunjukkan keberhasilan dalam membantu pecandu menjalani proses pemulihan, terutama yang mengikuti program secara utuh.

    c. Sarana dan Prasarana, untuk kenyamanan dan kelancaran pelayanan rehabilitasi sosial sangat diperlukan di IPWL karena

    untuk menunjang keberlangsungan pelayanan rehabilitasi sosial ini biasanya berupa tempat tidur, kasur, bantal, selimut, dan yang lainnya yang mendukung kebutuhan klien, yang merupakan hak

    dasar yang harus diterima selama menjalankan rehabilitasi sosial dimana klien berada dalam lembaga.

    d. Bantuan; bantuan disini berupa bantuan dukungan pelayanan

    rehabilitasi sosial karena merupakn hak dasar klien untuk memperoleh pelayanan rehabilitasi sosial gunanya klien bisa

    percaya diri dan adanya keberfungsian sosial setelah selesai menjalani rehabilitasi sosial, baik di dalam keluarga, dalam masyarakat dan dimana tinggal

    e. Kebjiakan (Regulasi); merupakan peraturan untuk melindungi klien dalam memenuhi hak dalam pelayanan rehabilitasi sosial seperti Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 2011 tentang Pelaksanaan

    Wajib Lapor Pecandu Narkotika; dimana klien melaporkan diri baik yang dilakukan oleh pecandu narkotika atau keluarganya,

    dan/atau orang tua atau wali dari pecandu narkotika kepada institusi penerima wajib lapor untuk mendapatkan pengobatan dan/atau perawatan melalui rehabilitasi medis dan rehabilitasi

    sosial. Peraturan Menteri Sosial Nomor 9/HUK/2017 tentang Standar Nasional Rehabilitasi Sosial Korban Penyalahgunaan

    NAPZA, dimana klien akan mendapatkan pelayanan Rehabilitasi Sosial dengan menggunakan pendekatan profesi pekerjaan sosial, juga akan mendapatkan : 1) motivasi dan diagnosis psikososial; 2).

    perawatan dan pengasuhan; 3). pelatihan vokasional dan pembinaan kewirausahaan; 4). bimbingan mental spiritual; 5). bimbingan fisik; 6). bimbingan sosial dan konseling psikososial; 7).

    pelayanan aksesibilitas; 8). bantuan dan asistensi sosial; 9). bimbingan resosialisasi; 10). bimbingan lanjut; dan/atau 11).

    rujukan.

  • Laporan Kinerja Direktorat Rehabilitasi Sosial Korban Penyalahgunaan NAPZA - 2018

    21

    Kegagalan; dalam pelaksanaan setiap kegiatan kemungkinan-kemungkinan ada kendala seperti kegagalan bisa dikarenakan tidak

    sesuai dengan waktu jadwal / rencana kegiatan bahkan sampai perdebaan persepsi diantara sumber daya manusia, kegagalan yang

    ada pada : a) sumber daya manusia bisa dikarenakan perbedaan latar pendidikan baik dari tingkat akademis maupun jurusan, b) pada lembaga bisa saja pada program layanan, kapasitas tampung, skala /

    type lembaga suasana pada lingkungan lembaga sendiri, 3) pada sarana dan prasarana bisa kurang mendukung dikarenakan sarana dan prasarana kurang memadai diantaranya tempat tidur yang kurang

    standar, kamar tempat tidur kurang standar / terisi terlalu penuh, sarana olah raga kurang bahkan tidak ada, dan untuk penunjang

    pengadmistrasian masih minim, 4) pada bantuan stimulan, selain dari nilai bantuannya bisa juga terdapat pada kemampuan atau keterampilan yang ada pada klien, pangsa pasar yang kurang

    mendukung, bahkan bisa juga lingkungan yang kurang mendukung sehingga dengan adanya stigma sehingga bantuan berupa modal usaha

    jarang ada yang membeli / memesan 5) kebijakan (regulasi), merupakan aturan yang harus diikuti atau ditaati dalam memberikan hak dasarnya, namum ada beberapa yang masih menjalankan

    kebijakan misalnya standar pelayanan dalam panti dimana untuk kapasitas daya tampung yang melebihi, SDM yang belum memiliki tenaga peksos,

    Solusi; dari semua keurangan atau kegagalan yang ada perlu mendapatkan perhatian yang harus dilakukan misalnya SDM yang

    berlatar belakang non peksos hendak bisa mengikuti pembekalan pekerjaan sosial, SDM yang belum mempunyai keahlian adiksi tentang pelayanan narkoba perlu mendapatkan bimbingan teknis dengan

    kerjasama dengan coloumboplan untuk mendapatkan sertifikasi, bagi lembaga yang belum memenuhi standar lembaga akan diberikan bimbingan untuk mengikuti aturan standar lembaga sebagaimana

    mestinya, klien yang mendapatkan bantuan perlu mendapatkan bimbingan dan diberikan motivasi untuk kemandirian, untuk

    menjalankan program pelayanan rehabilitasi sosial perlu memperhatikan regulasi yang ada agar tidak salah menjalankan proses rehabilitasi sosial maupun progran yang lainnya.

    6. Analisa atas efisiensi sumber daya

    Menganalisa dalam hal ini mengenai sumber daya manusia karena

    berhubungan dengan program pelayanan reabilitasi sosial sebagai hak dasar klien untuk menerima pelayanan rehabilitasim sosial selama berada di dalam maupun diluar panti selalu memberikan

    bimbingan dan pendampingan baik itu peksos, tenaga kesejahteraan sosial dan konselor sebagai rasa tanggung jawab terhadap kliennya

    untuk dapat memperbaiki atau mengembangkan kemampuan yang ada dalam menjalankan keberfungsian sosial, biasanya perbandingan antara petugas dan klien berbanding (1:9) dan dimungkinkan juga

    bisa melebihi dari aturan yang ada dalam pelaksanaan program penjangkauan.

  • Laporan Kinerja Direktorat Rehabilitasi Sosial Korban Penyalahgunaan NAPZA - 2018

    22

    Efisiensi sumber daya manusia pada pemberian pelayanan

    rehabilitasi sosial di dalam panti dan luar panti dalam pemberian pemenuhan hak dasar baik Peksos, TKS dan Konselor Adiksi kepada

    klien yang di subsidi pemerintah (Kemensos) dan non subsidi harus diberikan pelayanan rehabilitasi sosial sehingga SDM tersebut memberikan pelayanan bisa 1 : 13 bahkan melebihi. Dengan

    keterbatasan anggaran untuk membiayai SDM dari rekuitmen Kemensos (Dit. RSKP NAPZA) tenaga konselor yang ada di IPWL juga memberikan pelayanan rehabilitasi sosial sehingga SDM rekuitmen

    bisa terbantu dalam pemberian palayanan rehabilitasi sosial.

    SDM Jumlah Rehabilitasi

    Sosial

    Perbandingan

    (orang)

    Peksos/TKS/K.Adiksi 1.200 15.513 13

    DATA SUMBER DAYA MANUSIA INSTITUSI PENERIMA WAJIB LAPOR PER PROVINSI TAHUN 2018

    No PROVINSI IPWL SDM

    1 NAD 4 38

    2 SUMUT 16 207

    3 SUMBAR 3 19

    4 RIAU 4 28

    5 JAMBI 3 23

    6 SUMSEL 6 42

    7 BENGKULU 3 21

    8 LAMPUNG 4 19

    9 KEP. RIAU 3 11

    10 BANGKA BELITUNG

    2 11

    11 BANTEN 4 23

    12 DKI JAKARTA 15 70

    13 JABAR 33 229

    14 JATENG 11 90

    15 DIY 5 48

    16 JATIM 12 87

    17 BALI 3 10

    18 NTB 2 11

    19 NTT 2 9

    20 KALBAR 5 23

    21 KALTENG 1 8

    22 KALSEL 4 21

    23 KALTIM 3 13

    24 SULUT 3 7

  • Laporan Kinerja Direktorat Rehabilitasi Sosial Korban Penyalahgunaan NAPZA - 2018

    23

    7. Analisa program / kegiatan yang menunjang keberhasilan /

    kegagalan pencapaian pernyataan kinerja

    Untuk keberhasilan program pelayanan rehabilitasi sosial perlu mempunyai sumber daya manusia terdiri dari peksos, tenaga kesejahteraan sosial, konselor karena untuk kelancaran program

    proses rehabilitasi sosial kepaada klien sebagai hak dasarnya, berhasil atau tidaknya suatu proses rehabilitasi sosial bagaimana

    ketersediaan SDM berpotensial yang sudah mendapatkan : a. bimbingan teknis bermateri penanganan korban penyalahgunaan

    dari Coloumbo plan dan Pusdiklat Kemensos di beberapa Balai

    Diklat Kesejahteraan Sosial (Jakarta, Sumbar, Jogjakarta) dalam

    memberikan program pelayanan rehabilitasi sosial,

    b. Bimbingan teknis pendampingan bagi petugas UEP bagi eks klien

    c. Rapat koordinasi pimpinan IPWL bidang NAPZA

    d. Evaluasi SDM di IPWL.

    Kegagalan pencapain kinerja pada proses pelayanan rehabilitasi sosial

    yang menjadi hak dasar klien bisa terjadi apabila : a. Jumlah calon penerima layanan rehabilitasi sosial melebihi target

    yang ada pada pagu tahun berjalan;

    b. Adanya kebijakan yang menjadi target berkurang sehingga tidak

    tercapai

    c. Pada proses rehabilitasi sosial untuk mendapatkan hak dasar

    tidak tuntas / tidak selesai mengikuti proses rehabilitasi sosial

    Output Sasaran Strategis Korban Penyalahgunaan NAPZA yang mendapatkan bantuan pemenuhan kebutuhan dasar dan fasilitas hak dasar :

    1. Terehabilitasinya klien ke dalam/luar panti dalam rangka memenuhi

    kebutuhan hak dasar klien dalam memperoleh rehabilitasi sosial 2. Terpenuhinya hak dasar dalam keberfungsian sosial

    25 SULTENG 1 5

    26 SULSEL 3 38

    27 SULTRA 1 5

    28 SULBAR 1 4

    29 MALUKU 1 4

    30 MALUKU UTARA 1 8

    31 PAPUA 1 5

    JUMLAH 160 1.137

  • Laporan Kinerja Direktorat Rehabilitasi Sosial Korban Penyalahgunaan NAPZA - 2018

    24

    Outcome Sasaran Strategis Korban Penyalahgunaan NAPZA yang mendapatkan bantuan pemenuhan kebutuhan dasar dan fasilitas

    hak dasar :

    1. Terpenuhinya hak dasar korban penyalahgunaan NAPZA untuk mendapatkan rehabilitasi sosial menuju kepulihan dan kemandirian di dalam masyarakat,

    2. Terlindunginya korban penyalahgunaan NAPZA dari ketidaktahuan dan dampak dari NAPZA

    3. Terlayaninya dan terpenuhinya hak dasar korban penyalahgunaan

    NAPZA untuk dapat kembali melaksanakan keberfungsian sosial

  • Laporan Kinerja Direktorat Rehabilitasi Sosial Korban Penyalahgunaan NAPZA - 2018

    25

    ANALISIS CAPAIAN KINERJA TAHUN 2018

    Pengukuran tingkat capaian Tahun 2018 dilakukan dengan cara membandingkan antara target indikator kinerja sasaran dengan realisasinya. Rincian tingkat capaian kinerja masing-masing indikator

    sasaran sebagai berikut :

    Sasaran Strategis Indikator 2

    Meningkatnya Penyelenggaraan

    Rehabilitasi Sosial bagi Korban Penyalahgunaan NAPZA

    Jumlah Korban Penyalahgunaan NAPZA yang mendapatkan akses fasilitas usaha

    Analisis capaian Sasaran Strategis dicapai melalui indikator dengan Jumlah Korban Penyalahgunaan NAPZA yang mendapatkan bantuan

    fasilitas hak dasar dengan analisis sebagai berikut :

    1. Perbandingan antara target dengan realisasi kinerja tahun berjalan

    Sandingan Usaha Ekonomi Produktif (UEP) 2016 – 2018

    Dit. RSKP NAPZA

    No Target Indikator Target

    2018 (org)

    Capaian

    (org)

    %

    1 Jumlah Korban Penyalahgunaan NAPZA yang mendapatkan akses fasilitas usaha

    1.000 1.050 105

    Rehabilitasi Sosial Korban Penyalahgunaan NAPZA yang mendapatkan akses fasilitas usaha menetapkan target tahun 2018 sebanyak 1.050 orang melaui program yang ada Dit. RSKP NAPZA

    melalui IPWL milik masyarakat dan Dana Dekonsentrasi, melihat dari target dan capaian sudah terpenuhi dalam memberikan akses fasilitas

    usaha berupa usaha ekonomi produktif untuk kemandirian dan diterima di masyarakat dengan realisasi 100%.

  • Laporan Kinerja Direktorat Rehabilitasi Sosial Korban Penyalahgunaan NAPZA - 2018

    26

    Persebaran Penerima UEP Tahun 2018

    No Provinsi/IPWL

    Perhitungan

    Jumlah

    Penerima Index Total

    1 Bengkulu

    1 Dwin Bengkulu 40 org 5.000.000 200.000.000

    2 Pesona 45 org 5.000.000 225.000.000

    3 KIPAS 18 org 5.000.000 90.000.000

    2 DI Yogyakarta

    4 Al Islamy 21 org 5.000.000 105.000.000

    5 Kunci 2 org 5.000.000 10.000.000

    6 Madani 17 org 5.000.000 85.000.000

    7 Galilea Elkana

    3 DKI Jakarta

    8 Jakarta Plus 9 org 5.000.000 45.000.000

    9 Mutiara Maharani 25 org 5.000.000 125.000.000

    10 Balarenik 55 org 3.000.000 165.000.000

    4 Jambi

    11 Sahabat Jambi 49 org 5.000.000 245.000.000

    12 Natura, Jambi 1 org 5.000.000 5.000.000

    5 Jawa Barat

    13 Inabah XV 11 org 5.000.000 55.000.000

    14 Inabah 2 Putri 7 org 5.000.000 30.000.000

    6 Jawa Tengah

    15 Al Ma'laa 41 org 5.000.000 185.000.000

    16 Rumah Damai 1 org 5.000.000 5.000.000

    17 Raden Sahid 15 org 5.000.000 75.000.000

    18 Sinai 32 org 5.000.000 160.000.000

    19 Galilea Elkana 5 org 5.000.000 25.000.000

    20 Maunatul mubarak 11 org 2.500.000 27.500.000

    7 Jawa Timur

    21 Eklesia 15 org 5.000.000 75.000.000

    8 Kalimantan Barat

    22 LSM Merah Putih 30 org 5.000.000 150.000.000

    23 RBM Bumi

    Khatulistiwa 14 org 5.000.000 70.000.000

    24 Teratai 50 org 5.000.000 250.000.000

    25 RBM Juang 20 org 5.000.000 100.000.000

    26 Pontianak Plus 59 org 5.000.000 295.000.000

    9 Kalimantan Tengah

  • Laporan Kinerja Direktorat Rehabilitasi Sosial Korban Penyalahgunaan NAPZA - 2018

    27

    No Provinsi/IPWL

    Perhitungan

    Jumlah

    Penerima Index Total

    27 Galilea Kalteng 10 org 5.000.000 50.000.000

    10 Kalimantan Timur

    28 Laras 4 org 5.000.000 20.000.000

    29 Sekata 16 org 5.000.000 55.000.000

    11 Kep.Bangka Belitung

    30 Wado 26 org 3.000.000 78.000.000

    12 Kepulauan Riau

    31 Linus 2 org 5.000.000 10.000.000

    32 Rumah Harapan 5 org 5.000.000 25.000.000

    13 Lampung

    33 Bandar Srikandi

    Surabaya 10 org 5.000.000 50.000.000

    14 Nusa Tenggara Barat

    34 Lentera 24 org 5.000.000 120.000.000

    15 Sulawesi Selatan

    35 Nirannuang 17 org 5.000.000 85.000.000

    36 YKPPN 15 org 5.000.000 75.000.000

    16 Sumatera Selatan

    37 Cahaya Putra Selatan 34 org 5.000.000 170.000.000

    38 Syifa Alif Ar Rahman 16 org 5.000.000 80.000.000

    39 Ar Rahman 23 org 5.000.000 115.000.000

    40 Mitra Mulia 19 org 5.000.000 95.000.000

    41 Dwin Palembang 11 org 3.500.000 38.500.000

    17 Sumatera Utara

    42 Keris Sakti 52 org 5.000.000 260.000.000

    43 Bukit Doa 80 org 5.000.000 400.000.000

    44 LRPPN Bhayangkara 24 org 5.000.000 120.000.000

    45 LETUPAN 14 org 5.000.000 70.000.000

    46 Rahmani Kasih 13 org 5.000.000 65.000.000

    47 Medan Plus 33 org 5.000.000 165.000.000

    48 Minar Christ 9 org 5.000.000 45.000.000

    Total Realisasi 1.050 org 4.994.000.000

    6.000.000

    Total Target 1.000 org 5.000.000 5.000.000.000

  • Laporan Kinerja Direktorat Rehabilitasi Sosial Korban Penyalahgunaan NAPZA - 2018

    28

    2. Membandingkan antara realisasi kinerja serta capaian kinerja

    tahun ini dengan tahun lalu dan beberapa tahun terakhir

    Rehabilitasi Sosial Korban Penyalahgunaan NAPZA setiap tahun memberikan program kemandirian untuk mendapatkan akses fasilitas

    usaha, dan dari jumlah populasi 478.665 orang yang ada, dimana capaian untuk mendapatkan akses usaha tahun 2015 berjumlah 3.730 orang, tahun 2016 berjumlah 1.408 orang dan tahun 2017 berjumlah

    2.026 orang sehingga jumlahnya baru mencapai 7.164 orang, dihitung dengan jumlah populasi baru berkisar 1,50%, sedangkan capaian dari tahun 2017 baru berkisar 0,42%, sampai dengan tahun 2018 capaian

    telah mencapai 1.923 orang dengan jumlah total 9.087 orang dengan capain yang ada berdasarkan persentase (%) sangat mini dan jauh dari

    jumlah populasi yang ada sehingga untuk mendapatkan askes fasilitas usaha belum tercapai

    3. Membandingkan realisasi kinerja dengan Rencana Strategis

    Rencana Strategis (Renstra) Direktorat Rehabilitasi Sosial Korban Penyalahgunaan NAPZA 2015 - 2019 masih berisi tentang gambaran

    sasaran atau kondisi hasil yang akan dicapai dalam kurun waktu lima tahun, dan dijabarkan ke dalam tahunan di mana untuk capaian dalam Renstra tercantum Jumlah korban penyalahgunaan NAPZA

    yang mendapatkan bantuan sosial berupa akses fasilitas usaha

    Jumlah Korban

    Penyalahgunaan

    NAPZA yang

    mendapatkan bantuan

    pemenuhan kebutuhan

    dasar dan fasilitas hak

    dasar

    478.665 -

    Pusat - - 1.000 1.050 2.050 0,43%

    Dekonsentrasi 3.730 1.408 1.026 873 7.037 1,47%

    Jumlah 3.730 1.408 2.026 1.923 9.087 1,90%

    %

    Sandingan Realisasi Kinerja dan Capaian Kinerja

    Capaian

    2015

    Capaian

    2016

    Capaian

    2017

    Capaian

    2018

    Populasi

    NAPZAIndikator Jumlah

  • Laporan Kinerja Direktorat Rehabilitasi Sosial Korban Penyalahgunaan NAPZA - 2018

    29

    sebanyak 9.087 orang selama empat tahun dari tahun 2015 – 2018 baik melalui Dit RSKP NAPZA maupun Dekonsentrasi

    Tabel Capaian Kinerja dengan Rencana Strategis

    Sasaran Startegis

    Indikator Kinerja

    2015 2016 2017 2018 Jumlah

    Meningkatnya

    Penyelenggaraan

    Rehabilitasi Sosial bagi

    Korban Penyalahgunaan

    NAPZA

    Jumlah Korban

    Penyalahgunaan

    NAPZA yang

    mendapatkan akses fasilitas usaha

    3.730 1.408 2.026 1.923 9.087

    Capaian dan terget 2015 – 2019 Rencana Startegis Dit. RSKP NAPZA

    berjumlah 11.985 orang, empat tahun dari 2015 – 2018 baru dicapai 9.087 orang dan tahun 2018 berjumlah 1.923 orang yang diberikan

    pelayanan rehabilitasi sosial mendapatkan bantun berupa akses fasilitas usaha, sedangkan target di capaian tahun 2015 – 2018 berkisar 75,82% dan capaian tahun 2018 berkisar 16,05%

    4. Membandingkan realisasi tahun ini dengan standar nasional

    Indikator Populasi NAPZA

    Tahun 2011 Capaian

    Capaian %

    Jumlah Korban Penyalahgunaan NAPZA yang mendapatkan akses

    fasilitas usaha

    478.665 1.923 0,40

    Capaian sampai akhir tahun 2018 sebanyak 1.923 orang untuk

    memperoleh bantuan sosial akses fasilitas usaha. Dilihat dari populasi menunjukan bahwa klien yang mendapatkan akses fasilitas usaha dari 1.923 orang diperkirakan baru terlayani 0,40% dapat program

    kemandirian dengan harapan bisa mandiri untuk menopang kebutuhannya, memiliki pekerjaan, tidak tergantung secara finansial

    dengan orang lain, dapat menghasilkan uang sendiri dan tidak menerima bantuan dalam hal keuangan.

    5. Analisa penyebab keberhasilan / kegagalan atau peningkatan penurunan kinerja serta solusi yang dilakukan

    Untuk mengukur keberhasilan korban penyalahgunaan NAPZA dalam program kemandirian dapat dilihat dari dari beberapa dukungan

    diantaranya :

  • Laporan Kinerja Direktorat Rehabilitasi Sosial Korban Penyalahgunaan NAPZA - 2018

    30

    a. Sumber Daya Manusia terdiri dari Pekerja Sosial, Tenaga Kesejahteraan Sosial dan Konselor Adiksi. Dari sumber daya

    manusia yang bisa dijadikan pendamping, karena pendamping sangat diperlukan dalam kemandirian klien yang memperoleh

    usaha ekonomi produktif, pendamping dalam hal ini memberikan pendampingan mulai dari memotivasi untuk mendapatkan bantuan, membuatkan proposal sesuai dengan keahliannya atau

    keinginan usaha, pendampingan pembelian kebutuhan usaha, sampai pembuatan pelaporan

    b. Lembaga / IPWL, peranan yang sangat penting dalam memberikan

    pelayanan rehabilitasi sosial begitu juga dalam hal kemandirian bagi klien untuk mempersiapkan setelah selesai menjalani

    rehabilitasi sosial dan kembali ke keluarga. Peranan lembaga dalam hal kemandirian, memberikan bimbingan vokasional sesuai dengan bakat dan minat bahkan disesuaikan dengan pangsa pasar di

    lingkungan dimana klien berada dengan harapan bisa mandiri tidak ketergantungan kepada orang lain dan mempunyai penghasilan

    yang memadai. Karena IPWL sebagai wadah klien selain tempat untuk menjalankan rehabilitasi juga sebagai tempat bersosialisasi untuk belajar kemandirian dengan mengikuti program bimbingan

    keterampilan. c. Bantuan Sosial

    Bantuan yang diberikan kepada klien melalui IPWL atau dinas

    sosial dengan bantuan pendamping, karena pendamping sangat membantu klien dalam menjalankan usahanya dimana pendamping

    melakukan pendampingan sejak dari membuat proposaal sampai pencairan dan bahkan pembelian bahan-bahan untuk melakukan usaha. Pemberian bantun kepada klien sangat berguna dan

    bermanfaat, dengan bantuan bisa membantu klien menjalankan kehidupan kemandirian untuk menghidupi dirinya dan keluarga.

    d. Kebjiakan (Regulasi)

    Jumlah Korban Penyalahgunaan NAPZA yang mendapatkan akses fasilitas usaha dalam hal ini bantuan usaha ekonomi produktif yang

    diberikan kepada klien dengan melalui persyaratan sebagai kebijakan untuk mendapatkan bantuan diantaranya : 1) Telah selesai menjalani Rehabilitasi Sosial yang dibuktikan

    dengan Sertifikat. 2) Surat Keterangan Pendamping bahwa yang bersangkutan, sudah

    clean, memiliki potensi dan kemampuan bekerja/ usaha 3) Diusulkan / direkomendasikan oleh IPWL ke Kantor Dinas Sosial

    Kabupaten/Kota atau Dinas/Instansi Sosial Provinsi.

    4) Menyerahkan Foto Copy Kartu Keluarga 5) Bantuan diperuntukan untuk pembelian peralatan 80 % dan

    bahan 20 %

  • Laporan Kinerja Direktorat Rehabilitasi Sosial Korban Penyalahgunaan NAPZA - 2018

    31

    Untuk mengukur Kegagalan korban penyalahgunaan NAPZA dalam program kemandirian dapat dilihat dari dari beberapa dukungan

    diantaranya : a. Sumber Daya Manusia terdiri dari Pekerja Sosial, Tenaga

    Kesejahteraan Sosial dan Konselor Adiksi. Sebagaimana diharapkan oleh klien sebagai pendamping untuk memberikan pendampingan dalam usaha ekonomi namun pada kenyataannya

    masih ada pendamping kurang memberikan pendampingan bahkan membiarkan klien berjalan sendiri yang seharusnya memberikan pendampingan dalam sebulan untuk beberapa kali

    pertemuan, sedangkan pendamping sudah mendapatkan pembekalan melalui bimbingan teknis yang diberikan oleh Dit.

    RSKP NAPZA mulai dari pemberian pembekalan cara mencari calon penerima bantuan (penjangkauan), seleksi, pembuatan proposal, pemasaran, pembuatan laporan baik keuangan maupun laporan

    bantuan yang diberikan. b. Lembaga / IPWL, melalui IPWL dimana klien berada di dalam panti

    akan mendapatkan bantuan usaha ekonomi yang tujuannya agar klien bisa mandiri setelah selesai menjalankan rehabilitasi sosial secara utuh, dan klien luar panti juga akan memperoleh bantuan

    usaha ekonimi dengan perlakuan yang sama dengan klien dalam panti. Karena keterbatasan kemampuan IPWL untuk menjalankan bimbingan keterampilan bagi klien sehingga klien yang ada hanya

    mengikuti program rehabilitasi sosial, karena ketidak mampuannya untuk memberikan bimbingan keterampilan

    sehingga tidak mempunyai program keterampilan. Dan IPWL juga sudah mengajukan untuk mendapatkan usaha ekonomi namun apa yang diajukan dari jumlah penerima usaha ekonomi tidak

    sesuai dengan harapan. c. Bantuan Sosial, program ini merupakan program kemandirian bagi

    klien untuk bisa bekal berkelanjutan untuk kehidupan keseharian,

    program ini bisa gagal apabila klien kurang menjalankannya tidak sungguh-sungguh dalam arti sekedar terima sedangkan

    menjalankannya dilimpahkan kepada keluarganya misalnya istrinya, ada juga usahanya di jual kepada orang lain, bahkan bantuan usahanya hanya disimpan sejak diterima.

    d. Kebjiakan (Regulasi), sebelum klien menerima bantuan usaha, pendamping sudah memberitahukan tentang aturan atau

    persyaratan yang harus dijalankan karena pendamping sudah memperoleh bimbingan dan buku pedoman bantuan usaha ekonomi, hal-hal yang terjadi bida dimungkinkan pada kebijakan

    apabila pendamping dan penerima bantua UEP tidak mengikuti aturan yang sudah ada, misal pada pengajuan proposal dengan jenis bantuan yang diterima tidak sesuai, pendamping tidak

    memberikan pendampingan secara maksimal atau melanggar perjanjian antara pendamping dengan penerima UEP.

  • Laporan Kinerja Direktorat Rehabilitasi Sosial Korban Penyalahgunaan NAPZA - 2018

    32

    Untuk mengatasi permasalahan yang ada dalam program kemandirian diantaranya :

    a. Sumber daya manusia peksos, tenaga kesejahteraan sosial, konselor yang berhadapan langsung dengan klien dalam proses rehabilitasi sosial untuk kemandirian dalam pemberian UEP

    sebagai pendamping mengikuti aturan yang sudah ada karena pendamping sudah mendapatkan bimbingan teknis tentang pendampingan;

    b. Lembaga / IPWL yang sudah mendapatkan UEP untuk kliennya memberikan motivasi agar bantuan UEP yang diterima dapat

    dimanfaatkan maksimal mungkin dan lembaga bisa juga memberikan bimbingan keterampilan pada klien, karena beberapa IPWL sudah mendapatkan bantuan ekotif, bantuan ekotif ini bisa

    diberikan kepada klien sebagai dasar pembekalan bimbingan keterampilan dan juga sebagai memanfaatkan waktu luar.

    c. Bantuan sosial UEP bisa bertahan atau dimanfaatkan oleh klien selain adanya pengawassan dari pendamping, lembaga/IPWL, juga mengikuti aturan yang sudah ada misalnya buku pedoman

    bantuan, selain itu klien yang menerima UEP harus bersungguh sungguh menjalankan bantuan yang diterima.

    d. Kebijakan (regulasi) hendaknya baik pendamping, lembaga/IPWL

    dan penerima UEP mengikuti aturan yang sudah ada di buku pedoman mulai dari pembuatan proposal, cara penerimaan dan

    pencairan, pembelian bahan UEP sampai pertanggungjawaban dengan tujuan dikemudian akhir tahun saat pemeriksaan tidak ada kendala dan temuan-temuan.

    6. Analisa atas efisiensi sumber daya

    Proses pelayanan rehabilitasi sosial bagi korban penyalahgunaan NAPZA untuk mendapatkan akses fasilitas usaha dalam hal ini usaha

    ekonomi produktif perlu mendapatkan dukungan sebagaimana pada analisa di atas dan juga adanya sumber daya yang menjadi pendukung keberhsilan dalam menjalankan usaha dengan

    memperhatian efisiensi sumber daya pada : a. Manusia, terdapat pada tenaga peksos/TKS/Konselor yang

    merupakan tenaga dalam pemberian pelayanan rehabilitasi sosial untuk keberhasilan dalam rehabilitasi sosial dan tidak kembali masuk dalam rehabilitasi sosial, relapse. Menurut aturan buku

    saku peksos/TKS/Konselor untuk pendampingan antara petugas dengan klien yaitu 1 : 9, dan bahkan kalau klien jumlahnya banyak bisa melebihi aturan yang sudah ditetapkan.

    b. Lembaga, berdasarkan Peraturan Presiden RI. Nomor 25 Tahun 2011 tentang Pelaksanaan Wajib Lapor Pecandu Narkotika.

  • Laporan Kinerja Direktorat Rehabilitasi Sosial Korban Penyalahgunaan NAPZA - 2018

    33

    Kebijakan ini dimaksudkan untuk membangun kedasaran bagi pecandu narkotika dan korban penyalahgunaan NAPZA maupun

    keluarganya, untuk melaporkan diri kepada Institusi Penerima Wajib Lapor (IPWL) baik milik masyarakat maupun pemerintah.

    Lembaga yang menjadi ukuran standar untuk menjalankan rawat inap daya tampung harus sesuai dengan jumlah klien yang mengikuti program rehabilitasi sosial.

    c. Kebijakan, Meningkatnya Penyelenggaraan Rehabilitasi Sosial bagi Korban Penyalahgunaan NAPZA yang sudah mendapatkan program kemandirian berupa akses fasilitas usaha hendaknya

    mengikuti aturan-aturan kebijakan yang sudah dibuat oleh Dit. RSKP NAPZA berupa pedoman pelaksanaan bantuan mulai dari

    pemanfaatan bantuan UEP yang diterima, pelaporan perkembangan pemanfaatan dan pertanggungjawaban bentuk bantuan UEP.

    7. Analisa program / kegiatan yang menunjang keberhasilan / kegagalan pencapaian pernyataan kinerja

    Dalam pelaksanaan keberhasilan menunjang akses fasilitas usaha diperlukan pendukung program untuk pencapaian kinerja diantaranya :

    a. Bimbingan Teknis Verifikasi dan Penyaluran UEP/BPUEP, Pemberian Bantuan dan Honor Pendamping bagi KPN Pasca

    Rehabilitasi Sosial b. Bimbingan Teknis Pendampingan bagi Petugas UEP/BPUEP bagi

    eks KPN

    c. Penyusunan Buku Pedoman Reintegrasi dan Pembinaan Lanjut Bagi Korban Penyalahgunaan NAPZA

    d. Bimbingan Teknis bagi Peksos/TKS/Konselor

    Output Sasaran Strategis Korban Penyalahgunaan NAPZA yang mendapatkan akses fasilitas usaha :

    1. Terbantunya pengembangan usaha ekonomi produktif bagi klien eks

    korban penyalahgunaan NAPZA sebagai upaya peningkatan usaha.

    2. Terbantunya klien dalam panti melalui keterampilan kerja di Institusi Penerima Wajib Lapor yang mendapatkan akses fasilitas

    usaha.

    Outcome Sasaran Strategis Korban Penyalahgunaan NAPZA yang mendapatkan akses fasilitas usaha :

  • Laporan Kinerja Direktorat Rehabilitasi Sosial Korban Penyalahgunaan NAPZA - 2018

    34

    1. Meningkatnya kemandirian eks korban penyalahgunaan NAPZA dalam pengembangan usaha

    2. Terpenuhinya akses fasiliats usaha menuju kepulihan dan kemandirian di dalam masyarakat,

    3. Terlindunginya korban penyalahgunaan NAPZA dari ketidaktahuan dan dampak dari NAPZA

    4. Terlayaninya dan terpenuhinya akses fasilitas usaha untuk dapat

    kembali melaksanakan keberfungsian sosial

  • Laporan Kinerja Direktorat Rehabilitasi Sosial Korban Penyalahgunaan NAPZA - 2018

    30

    BAB IV PENUTUP

    Beberapa faktor yang menjadi permasalahan ataupun penghambat dan

    pendukung dalam keberhasilan program kegiatan Direktorat Rehabilitasi

    Sosial Korban Penyalahgunaan NAPZA diantaranya sebagai berikut :

    A. Faktor penghambat

    1. keterbatasan data yang belum akurat dari masing-masing

    provinsi. Dari Populasi yang ada mencapai 478.665 jiwa belum

    diketahui secara pasti pemetaan by name by address.

    2. Belum optimalnya pelaksanaan rehabilitasi sosial terhadap

    korban penyalahgunaan NAPZA berkaitan dengan SDM

    pelaksana dan pelayanan rehsos. Hal ini berpengaruh kepada

    pelayanan rehabilitas sosial.

    3. Belum memadainya standar pedoman pelayanan sosial baik yang dilakukan melalui pelayanan dalam panti maupun luar panti,

    dan jenis pelayanan pengembangan lainnya di masyarakat.

    B. Faktor pendukung

    1. komitmen dari Direktorat Rehabilitasi Sosial Korban

    Penyalahgunaan NAPZA dan stakeholder (instansi terkait,

    Perguruan Tinggi, IPWL/LKS, Dunia usaha, masyarakat dan

    keluarga dalam melindungi dan mewujudkan pemenuhan hak-

    haknya.

    2. Adanya dukungan, kerjasama dan koordinasi yang baik diantara

    Direktorat Rehabilitasi Sosial Korban Penyalahgunaan NAPZA dan

    stakeholder (instansi terkait, Perguruan Tinggi, IPWL/LKS, Dunia

    usaha, masyarakat dan keluarga dalam melindungi dan

    mewujudkan pemenuhan hak-haknya

  • Laporan Kinerja Direktorat Rehabilitasi Sosial Korban Penyalahgunaan NAPZA - 2018

    31

    C. Kesimpulan

    1. Laporan Kinerja (LKj) Dit. RSKP NAPZA Tahun 2018 ini menyajikan

    berbagai keberhasilan maupun kegagalan capaian strategis.

    Berbagai capaian strategis tersebut tercermin dalam capaian

    Indikator Kinerja Utama (IKU), maupun analisis kinerja

    berdasarkan tujuan dan sasaran

    2. Hasil capaian kinerja sasaran yang ditetapkan secara umum dapat

    memenuhi target dan sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan

    walaupun dilakukan blokir mandiri. Meskipun demikian, berbagai

    pencapaian target indikator kinerja memberikan gambaran bahwa

    keberhasilan dalam rehabilitasi sosial secara keseluruhan sangat

    ditentukan oleh komitmen, keterlibatan dan dukungan aktif

    segenap komponen aparatur negara, masyarakat, dan dunia

    usaha.

    D. Saran

    1. Diperlukan komitmen dan dukungan semua pihak untuk

    penyelenggaraan rehabilitasi sosial yang bertujuan melayani serta

    memberdayakan masyarakat.

    2. Penyusunan rencana pelaksanaan program dan kegiatan guna

    pencapaian target indikator kinerja yang telah ditetapkan akan

    dilakukan secara lebih cermat dengan memperhatikan

    kemampuan sumber daya yang tersedia serta kemampuan yang

    ada, langkah percepatan pelaksanaan kegiatan pada awal tahun

    anggaran.

    3. Agar pelaksanaan program dan kegiatan dapat dilaksanakan

    secara optimal sesuai dengan target indikator kinerja yang telah

    ditetapkan, maka optimalisasi mekanisme manajemen internal

    organisasi di lingkungan Dit. RSKP NAPZA akan ditingkatkan

  • Laporan Kinerja Direktorat Rehabilitasi Sosial Korban Penyalahgunaan NAPZA - 2018

    32

    untuk secara pro aktif memonitor dan mengevaluasi pelaksanaan

    berbagai kegiatan yang dilaksanakan.

    4. Agar implementasi Sistem Laporan Kinerja benar-benar efektif,

    perlu segera direalisasikan sinergitas antara laporan kinerja dan

    laporan keuangan sebagai satu kesatuan, sehingga realisasi

    anggaran yang digunakan untuk melakukan kegiatan berbanding

    lurus dengan output maupun outcomes kegiatan yang

    bersangkutan.

    5. Menjadikan Laporan Kinerja sebagai ukuran kinerja organisasi

    pemerintah secara nyata dan akuntabel, dengan menerapkan

    fungsi reward and punishment yang tegas dan