Upload
others
View
34
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
LAPORAN KINERJA DIREKTORAT SISTEM MANAJEMEN INVESTASI - 2020
i- 1
D
KATA PENGANTAR
alam rangka lebih memantapkan akuntabilitas pelaksanaan tugas dan fungsi
masing-masing unit di lingkungan pemerintahan sekaligus mengupayakan adanya
sinkronisasi antara aspek perencanaan, penganggaran, dan akuntabilitas, telah
ditetapkan Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2006 tentang Pelaporan
Keuangan dan Kinerja Instansi Pemerintah. Upaya mengaitkan aspek penganggaran
dan aspek akuntabilitas ini dimaksudkan untuk mengarah kepada penerapan konsep anggaran berbasis
kinerja (performance based budgeting) secara utuh sebagai salah satu pendekatan dalam sistem
penganggaran sebagaimana diamanatkan oleh Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan
Negara.
Salah satu implementasi atas azas penyelenggaraan
pemerintahan yang baik (good governance)
sebagaimana tertuang dalam Peraturan Presiden nomor
29 Tahun 2014 dan Peraturan Menteri Negara
Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi
Birokrasi Nomor 53 Tahun 2014, setiap instansi
pemerintah diwajibkan menyusun Laporan Kinerja
sebagai pertanggungjawaban atas pencapaian
tujuan/sasaran strategis instansi. Sesuai dengan
pendekatan penganggaran berbasis kinerja
(performance based bugdeting), setiap unit
penyelenggara negara harus dapat
mempertanggungjawabkan berbagai kinerja yang telah
diraih dikaitkan dengan penyediaan anggaran yang
dialokasikan serta pencapaian visi misi organisasi dalam
penyelenggaraan kegiatan pemerintahan dan
pembangunan.
Direktorat Sistem Manajemen Invetasi sebagai bagian
dari unit pemerintahan berkewajiban untuk menyusun
LAPORAN KINERJA DIREKTORAT SISTEM MANAJEMEN INVESTASI - 2020
i- 2
laporan pertanggungjawaban kinerja yang berisi berbagai capaian kinerja yang telah dilaksanakan dalam
tahun 2020 sehingga pihak yang berkepentingan dapat mengetahui hasil atas pelaksanaan
program/kegiatan oleh berbagai jajaran di lingkungan Direktorat Sistem Manajemen Investasi. Di samping
itu, melalui Laporan Kinerja (LAKIN) yang disusun diharapkan dapat tercipta transparansi dan akuntabilitas
pelaksanaan tugas dan fungsi Direktorat Sistem Manajemen Investasi sebagai salah satu unit eselon II di
lingkungan Kementerian Keuangan yang bertanggungjawab untuk merumuskan serta melaksanakan
kebijakan dan standardisasi teknis di bidang sistem manajemen investasi.
LAKIN Direktorat Sistem Manajemen Investasi Tahun 2020 ini diharapkan secara eksternal dapat digunakan
sebagai media pertanggungjawaban kinerja kepada pihak-pihak yang berkepentingan. Selain itu, LAKIN
Direktorat Sistem Manajemen Investasi Tahun 2020 diharapkan secara internal dapat digunakan oleh
seluruh jajaran Direktorat Sistem Manajemen Investasi untuk melakukan perbaikan dan peningkatan kinerja
seiring dengan bertambahnya tantangan dalam pelaksanaan tugas dan fungsi di masa yang akan datang.
Jakarta, Direktur Sistem Manajemen Investasi Ludiro
LAPORAN KINERJA DIREKTORAT SISTEM MANAJEMEN INVESTASI - 2020
i- 3
Halaman ini sengaja dikosongkan
LAPORAN KINERJA DIREKTORAT SISTEM MANAJEMEN INVESTASI - 2020
ii- 1
RINGKASAN EKSEKUTIF
Pada tahun 2020 Direktorat Sistem Manajemen Investasi telah melaksanakan berbagai kegiatan
yang menghasilkan capaian kinerja. Seluruh kegiatan tersebut tingkat capaian kinerjanya telah memenuhi
sebagaimana yang diharapkan. Pada tahun 2020, telah ditunjukkan kinerja yang membanggakan terkait
dengan pelaksanaan tugas dan fungsi Direktorat Sistem Manajemen Investasi. Pencapaian kinerja Direktorat
Sistem Manajemen Investasi pada tahun 2020 dapat dilihat dari pencapaian indikator-indikator sebagai
berikut :
A. Indikator Kinerja Utama (IKU) yang telah mencapai target antara lain :
1. Indeks Efektivitas Investasi Pemerintah terealisasi sebesar 4,5 dari target 4;
2. Indeks kepuasan pengguna atas layanan Dit. SMI terealisasi sebesar 4,75 dari target 4,63;
3. Indeks implementasi layanan konsultasi HAI DJPb secara berkualitas dan tepat waktu terealisasi
sebesar 3,57 dari target 3;
4. Indeks kepatuhan stakeholder terealisasi sebesar 3,6 dari target 3,6;
5. Persentase Pemenuhan Pelaksanaan Monev Pembiayaan UMi Oleh Instansi Vertikal terealisasi
sebesar 100% dari target 98%;
6. Indeks Penyelesaian RPMK/RKMK kebijakan sesuai program perencanaan RPMK/RKMK
Direktorat SMI terealisasi sebesar 4 dari target 3;
7. Persentase pencapaian target penerimaan pokok dan bunga pinjaman terealisasi sebesar
107,28% dari target 200%;
8. Persentase efektivitas pembinaan terhadap BLU Pengelola Dana pada DJPb terealisasi sebesar
152,87% dari target 82%;
9. Indeks penyelesaian restrukturisasi piutang negara terealisasi sebesar 4 dari target 3;
10. Indeks Efektivitas edukasi dan komunikasi terealisasi sebesar 87,8 dari target 87;
11. Indeks Penyelesaian LK Bagian Anggaran Penerusan Pinjaman, Investasi Pemerintah Dan
Belanja Subsidi (Unaudited) Secara Tepat Waktu terealisasi sebesar 4 dari target 3,25
12. Indeks kualitas LK BA 999.04 terealisasi sebesar 4 dari target 4;
13. Persentase penyelesaian rekomendasi BPK atas LKPP dan LK BUN yang telah ditindaklanjuti
terealisasi sebesar 100% dari target 89%;
14. Nilai rata-rata hard competency pegawai terealisasi sebesar 92,09 dari target 77;
15. Nilai kualitas pengelolaan kinerja berbasis Strategy Focused Organization sebesar 91,71 dari
target sebesar 83;
16. Nilai hasil evaluasi pelaksanaan tugas kepatuhan internal terealisasi sebesar 96,74 dari target
83;
LAPORAN KINERJA DIREKTORAT SISTEM MANAJEMEN INVESTASI - 2020
ii- 2
17. Persentase kualitas pelaksanaan anggaran Direktorat Sistem Manajemen Investasi terealisasi
sebesar 100% dari target 95%
18. Indeks pemanfaatan SIKP oleh stakeholders terealisasi sebesar 4,5 dari target 4;
B. Hal Penting Lainnya
Selama tahun 2020 terjadi pandemic COVID-19 yang berdampak pada setiap aspek termasuk salah
satunya ketercapaian IKU dan realisasi anggaran. Sehingga terdapat penyesuaian pada formula
perhitungan IKU dan penyesuaian target. IKU yang terdampak penyesuaian antara lain:
1. Indeks Efektivitas Investasi Pemerintah dengan penyesuaian pada perhitungan Nilai
Keekonomian Debitur yang dikecualikan pada Semester I sehingga perhitungaanya hanya satu
kali dalam satu tahun anggaran.
2. IKU Persentase pencapaian target penerimaan pokok dan bunga pinjaman dengan penyesuaian
pada pengurangan target penerimaan untuk PMN Non Cash. Pengurangan target ditetapkan
karena terdapat pengaruh eksternal dalam penentuan capaian target serta bukan merupakan
tanggung jawab Direktorat SMI.
3. Persentase kualitas pelaksanaan anggaran Direktorat Sistem Manajemen Investasi dengan
penyesuaian berupa pengecualian perhitungan pada Triwulan I dan Triwulan II tahun 2020.
Pengecualian dilakukan karena terbatasnya aktivitas terkait realisasi anggaran direktorat selama
masa PSBB COVID-19 berlangsung.
Berbagai keberhasilan kinerja yang telah dicapai diatas kiranya dapat dipertahankan bahkan
ditingkatkan pada tahun-tahun kedepan. Sementara untuk kinerja yang belum tercapai sebagaimana yang
diharapkan, selanjutnya dapat ditingkatkan sehingga mencapai kinerja sebagaimana yang diharapkan.
LAPORAN KINERJA DIREKTORAT SISTEM MANAJEMEN INVESTASI - 2020
iii- 1
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
i
IKHTISAR EKSEKUTIF ii
DAFTAR ISI iii
DAFTAR TABEL iv
DAFTAR GAMBAR DAN DIAGRAM v
BAB I PENDAHULUAN I-1
A. LATAR BELAKANG I-1
B. TUGAS, FUNGSI, DAN STRUKTUR ORGANISASI I-2
C. SUMBER DAYA MANUSIA I-5
D. SISTEMATIKA PENULISAN I-7
BAB II PERENCANAAN KINERJA II-1
A. RENCANA STRATEGIS II-1
B. PENETAPAN PERJANJIAN KINERJA II-4
BAB III AKUNTABILITAS KINERJA III-1
A. CAPAIAN KINERJA ORGANISASI III-1
B. REALISASI ANGGARAN III-25
C. KINERJA LAINNYA III-26
BAB IV PENUTUP IV-1
LAMPIRAN
• Perjanjian Kinerja Direktur Sistem Manajemen Investasi Tahun 2020
• Formulir Pengukuran Kinerja
• Rencana Kinerja Tahunan Direktorat Sistem Manajemen Investasi Tahun 2021
• NKO Direktorat SMI tahun 2020
LAPORAN KINERJA DIREKTORAT SISTEM MANAJEMEN INVESTASI - 2020
iii- 2
LAPORAN KINERJA DIREKTORAT SISTEM MANAJEMEN INVESTASI - 2020
I- 1
DAFTAR TABEL
BAB II Tabel 2.1. Sasaran Strategis dan Indikator Kinerja Direktorat SMI Tahun 2020 II-5
Tabel 2.2. Alokasi Dana Direktorat SMI Tahun 2020 II-7
BAB III
Tabel 3.1. NKO Direktorat SMI III-1
Tabel 3.2. Capaian IKU Direktorat SMI III-2
Tabel 3.3. Capaian Indeks Kepuasan Stakeholder Atas Layanan Dit. SMI III-5
Tabel 3.4. Capaian HAI DJPb Kemenkeu-Two Direktorat SMI III-6
Tabel 3.5. Capaian Indeks efektivitas implementasi layanan pengguna melalui HAI DJPb pada Direktorat SMI
III-7
Tabel 3.6. Capaian Indeks Kepatuhan Stakeholder III-8
Tabel 3.7. Jumlah penerimaan yang harus dikembalikan III-12
Tabel 3.8. Rencana dan Realisasi Penerimaan Pokok dan Bunga Pinjaman TA 2021 III-12
Tabel 3.9. Batas Penyampaian Laporan Keuangan III-19
Tabel 3.10. Capaian Opini 2016 s.d. 2020 III-25
Tabel 3.11. Perkembangan Pagu Anggaran Direktorat SMI III-25
Tabel 3.12. Realisasi Anggaran Direktorat SMI III-25
LAMPIRAN
• Perjanjian Kinerja Direktur Sistem Manajemen Investasi Tahun 2020
• Formulir Pengukuran Kinerja
• Rencana Kinerja Tahunan Direktorat Sistem Manajemen Investasi Tahun 2021
LAPORAN KINERJA DIREKTORAT SISTEM MANAJEMEN INVESTASI - 2020
I- 1
DAFTAR GAMBAR DAN DIAGRAM
BAB I
Gambar 1.1. Direktorat Sistem Manajemen Investasi I-2
Diagram 1.1. Struktur Organisasi Direktorat Sistem Manajemen Investasi I-4
Diagram 1.2. Statistik Pegawai Berdasarkan Jenis Kelamin I-5
Diagram 1.3. Statistik Pegawai Berdasarkan Kelompok Generasi I-5
Diagram 1.4. Statistik Pegawai Berdasarkan Rentang Usia I-6
Diagram 1.5. Statistik Pegawai Berdasarkan Pendidikan I-6
Diagram 1.6. Statistik Pegawai Berdasarkan Status Kepegawaian I-7
BAB II
Gambar 2.1. Peta Strategi Direktorat Sistem Manajemen Investasi II-3
BAB III
Diagram 3.1. Trend NKO 2016 s.d. 2020 III-1
Grafik 3.2. Perkembangan Nilai Hard Competency III-22
Grafik 3.3. Perkembangan Pemberian Pinjaman III-27
Grafik 3.4 Perkembangan Potensi Penerimaan APBN dari Pengembalian Pinjaman
III-35
LAMPIRAN
• Perjanjian Kinerja Direktur Sistem Manajemen Investasi Tahun 2020
• Formulir Pengukuran Kinerja
• Rencana Kinerja Tahunan Direktorat Sistem Manajemen Investasi Tahun 2021
LAPORAN KINERJA DIREKTORAT SISTEM MANAJEMEN INVESTASI - 2020
I- 1
BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Direktorat Jenderal Perbendaharaan dibentuk berdasarkan Keputusan Presiden
Nomor 35, 36, dan 37 Tahun 2004 dan Keputusan Menteri Keuangan Nomor
302/KMK/2004, yang secara hukum meleburkan unit-unit pengelola fungsi
perbendaharaan menjadi satu unit. Berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan
Nomor 234/PMK.01/2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian
Keuangan, Ditjen Perbendaharaan mempunyai tugas menyelenggarakan perumusan
dan pelaksanaan kebijakan di bidang pelaksanaan anggaran, pengelolaan kas dan
investasi, pembinaan pengelolaan keuangan Badan Layanan Umum (BLU), dan
akuntansi dan pelaporan keuangan pemerintah sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan. Ditjen Perbendaharaan dituntut untuk melaksanakan tugas
tersebut dengan prudent, transparan, akuntabel, efektif, dan efisien sesuai prinsip
good governance sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Nomor 28 Tahun
1999 tentang Penyelenggaraan Negara yang Bersih dan Bebas Korupsi, Kolusi, dan
Nepotisme
Salah satu azas penyelenggaraan good governance yang tercantum dalam UU No.
28 Tahun 1999 adalah azas akuntabilitas yang menentukan bahwa setiap kegiatan
dan hasil akhir dari kegiatan Penyelenggara Negara harus dapat
dipertanggungjawabkan kepada masyarakat atau rakyat sebagai pemegang
kedaulatan tertinggi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang
berlaku. Akuntabilitas tersebut salah satunya diwujudkan dalam bentuk penyusunan
Laporan Kinerja (LAKIN).
LAKIN Diektorat Sistem Manajemen Investasi Tahun 2020 disusun sebagai salah satu
bentuk pertanggungjawaban Direktorat Sistem Manajemen Investasi dalam
melaksanakan tugas dan fungsi selama tahun 2020 dalam rangka melaksanakan misi
dan mencapai visi Ditjen Perbendaharaan dan sekaligus sebagai alat kendali dan
pemacu peningkatan kinerja setiap unit di lingkungan Ditjen Perbendaharaan, serta
sebagai salah satu alat untuk mendapatkan masukan dari stakeholders demi
LAPORAN KINERJA DIREKTORAT SISTEM MANAJEMEN INVESTASI - 2020
I- 2
perbaikan kinerja Ditjen Perbendaharaan. Selain untuk memenuhi prinsip
akuntabilitas, LAKIN juga merupakan amanat Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun
2006 tentang Pelaporan Keuangan dan Kinerja Instansi Pemerintah, Peraturan
Presiden Nomor 29 Tahun 2014 tentang Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi
Pemerintah, dan Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan
Reformasi Birokrasi Nomor 53 Tahun 2014 tentang Petunjuk Teknis Perjanjian
Kinerja, Pelaporan Kinerja, dan Tata Cara Reviu atas Laporan Kinerja Instansi
Pemerintah
B. TUGAS, FUNGSI, DAN STRUKTUR ORGANISASI
Direktorat Sistem Manajemen Investasi adalah organisasi eselon II di bawah
Direktorat Jenderal Perbendaharaan Kementerian Keuangan Republik Indonesia.
Berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 234/PMK.01/2015 tanggal 21
Desember 2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Keuangan,
Direktorat Sistem Manajemen Investasi mempunyai tugas merumuskan serta
melaksanakan kebijakan dan standardisasi teknis di bidang sistem manajemen
investasi.
Dalam melaksanakan tugas dimaksud Direktorat Sistem Manajemen Investasi
menyelenggarakan fungsi penyiapan perumusan kebijakan di bidang sistem
manajemen investasi; penyiapan pelaksanaan kebijakan di bidang sistem
manajemen investasi; penyiapan penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria
di bidang sistem manajemen investasi; penyiapan pemberian bimbingan teknis dan
evaluasi di bidang sistem manajemen investasi; dan pelaksanaan urusan tata usaha
direktorat.
Gambar 1.1 Direktorat Sistem Manajemen Investasi
LAPORAN KINERJA DIREKTORAT SISTEM MANAJEMEN INVESTASI - 2020
I- 3
Direktorat SMI memiliki Struktur yang terdiri dari Sub Direktorat Kebijakan Investasi
dan Hubungan Kelembagaan, Sub Direktorat Penganggaran, Pengelolaan Kinerja,
dan Risiko Investasi, Sub Direktorat Hukum, Sub Direktorat Investasi Badan Usaha
Milik Negara, Sub Direktorat Investasi Pemerintah Daerah/Badan Usaha Milik
Daerah, Sub Direktorat Kredit Program dan Investasi Lainnya dan Sub Bagian Tata
Usaha serta Kelompok Jabatan Fungsional.
Tugas masing-masing bagian adalah sebagai berikut:
1. Subdirektorat Kebijakan Investasi dan Hubungan Kelembagaan (KIHK).
Subdirektorat KIHK mempunyai tugas melaksanakan perumusan dan evaluasi
kebijakan investasi pemerintah, perumusan tata hubungan kelembagaan
internal dan eksternal, pengembangan kebijakan teknis dan prosedur
pelaksanaan investasi, pengawasan kepatuhan internal, serta perumusan
perencanaan strategis dan kelayakan investasi pemerintah, penerusan
pinjaman, kredit program dan investasi lainnya.
2. Subdirektorat Penganggaran, Pengelolaan Kinerja dan Risiko Investasi (PPKRI).
Subdirektorat PPKRI mempunyai tugas melaksanakan analisis dan penganggaran
investasi, pengelolaan kinerja, pengelolaan risiko investasi dan direktorat,
pengelolaan data dan informasi investasi, pemberian layanan informasi dan
publikasi, serta pengelolaan situs direktorat.
3. Subdirektorat Hukum (HK).
Subdirektorat HK mempunyai tugas melaksanakan penyusunan, penyiapan
rumusan, dan mengkaji ulang rancangan peraturan perundang-undangan,
melaksanakan penyusunan rumusan dan perubahan naskah perjanjian di bidang
investasi kepada BUMN, Pemda, BUMD, kredit program dan investasi lainnya
serta melakukan kajian dan penanganan masalah hukum di bidang investasi
kepada BUMN, Pemda, BUMD, kredit program dan investasi lainnya.
4. Subdirektorat Investasi Badan Usaha Milik Negara (IBUMN).
Subdirektorat IBUMN mempunyai tugas melaksanakan pengelolaan, monitoring
pelaksanaan, pemantauan kepatuhan, evaluasi, pengendalian, penyehatan,
penyusunan rekomendasi dan persetujuan restrukturisasi, analisis dan
pelaksanaan investasi Badan Usaha Milik Negara serta pengembangan kebijakan
teknis pelaksanaan investasi Badan Usaha Milik Negara.
5. Subdirektorat Investasi Pemerintah Daerah/Badan Usaha Milik (IPBUMD).
Subdirektorat IPBUMD mempunyai tugas melaksanakan pengelolaan,
monitoring pelaksanaan, pemantauan kepatuhan, evaluasi, pengendalian,
penyehatan, penyusunan rekomendasi dan persetujuan restrukturisasi, analisis
LAPORAN KINERJA DIREKTORAT SISTEM MANAJEMEN INVESTASI - 2020
I- 4
dan pelaksanaan investasi Pemerintah Daerah/Badan Usaha Milik Daerah serta
pengembangan kebijakan teknis pelaksanaan investasi Pemerintah
Daerah/Badan Usaha Milik Daerah.
6. Subdirektorat Kredit Program dan Investasi Lainnya (KPIL).
Subdirektorat KPIL mempunyai tugas melaksanakan pengelolaan, monitoring
pelaksanaan, pemantauan kepatuhan, evaluasi, pengendalian, penyehatan,
penyusunan rekomendasi dan persetujuan restrukturisasi, analisis dan
pelaksanaan kredit program dan investasi lainnya serta pengembangan
kebijakan teknis pelaksanaan kredit program dan investasi lainnya.
7. Subbagian Tata Usaha.
Subbagian Tata Usaha mempunyai tugas melakukan urusan tata usaha dan
rumah tangga Direktorat.
Saat ini Direktorat Sistem Manajemen Investasi menempati Gedung Prijadi
Praptosuhardjo I Lantai 3, Jalan Lapangan Banteng Timur No 2 – 4 Jakarta.
Telepon 021-3864786.
Diagram 1.1 Struktur Organisasi Direktorat Sistem Manajemen Investasi
Direktur SMI
Subdit Kebijakan Investasi dan
Hubungan Kelembagaan
Seksi Kebijakan, Pengembangan
dan Perencanaan Strategis Investasi
Seksi Hubungan Kelembagaan
Eksternal
Seksi Hubungan Kelembagaan
Internal
Seksi Analisis Kelayakan Investasi
SubditPenganggaran,
Pengelolaan Kinerja dan Risiko
Investasi
SeksiPenganggaran
Investasi
SeksiPengelolaan
Kinerja
Seksi Data, Informasi dan
Pelaporan
SeksiPengelolaan
Risiko
Subdit Hukum
Seksi PeraturanI
Seksi PeraturanII
Seksi Perjanjiandan Kepatuhan I
Seksi Perjanjiandan Kepatuhan
II
SubditInvestasiBUMN
Seksi InvestasiBUMN I
Seksi InvestasiBUMN II
Seksi InvestasiBUMN III
Seksi Analisis dan
Pengembangan Investasi BUMN
SubditInvestasi
Pemda/BUMD
Seksi InvestasiPemda/BUMD I
Seksi InvestasiPemda/BUMD II
Seksi InvestasiPemda/BUMD
III
Seksi Analisis dan Pengembangan
Investasi Pemda/BUMD
Subdit KreditProgram dan
Investasi Lainnya
Seksi Kredit Program dan
Investasi Lainnya I
Seksi Kredit Program dan
Investasi Lainnya II
Seksi Kredit Program dan
Investasi Lainnya III
Seksi Analisis dan Pengembangan
Kredit Program dan Investasi Lainnya
Subbag TU
LAPORAN KINERJA DIREKTORAT SISTEM MANAJEMEN INVESTASI - 2020
I- 5
C. SUMBER DAYA MANUSIA
Sumber Daya Manusia
Direktorat Sistem
Manajemen Investasi per
01 Oktober 2020
berjumlah 86 orang, yang
terdiri dari 7 (8,13%)
pegawai perempuan dan
79 (91,86%) pegawai laki-
laki. Sampai dengan
triwulan III tahun 2020 terdapat 1 (satu) kali mutasi di tingkat Pejabat (Eselon II dan
eselon IV). Beberapa pegawai di tingkat pelaksana memulai tugas belajar pada
pertengahan tahun 2020 dan terdapat 1 orang pegawai yang telah purnabakti pada
akhir Agustus tahun 2020 sehingga jumlah pada data tidak dapat disamakan dengan
data di lapangan.
Berdasarkan keputusan Menteri Keuangan Nomor KEP-379/KM.1/UP.11/2020,
terdapat mutasi pergantian pejabat Eselon II (Direktur SMI) di Direktorat SMI. Selain
itu, berdasarkan KEP-37/PB/UP.9/2020 terdapat 3 orang pelaksana yang
dipromosikan menjadi pejabat Eselon IV dan mutasi keluar Direktorat SMI serta
penetapan terhadap 4
orang pejabat Eselon IV di
Direktorat SMI. Sedangkan
pada bulan Desember 2020
terdapat SK Mutasi untuk
pelaksana baik itu
pelaksana yang mutasi ke
Direktorat SMI maupun
pelaksana yang keluar dari
Direktorat SMI. Total
pegawai masuk adalah 15
orang dan total pegawai
keluar adalah 6 orang. Seluruh pegawai akan melapor kepada kantor barunya paling
lambat tanggal 11 Januari 2021.
Jika dilihat dari distribusi generasi, Sumber Daya Manusia Direktorat Sistem
Manajemen Investasi per 31 Oktober 2020 didominasi oleh Generasi Y yang
mencapai 59 (68,6%) pegawai. Kelompok Generasi X berjumlah 26 (30,23%)
pegawai. Sedangkan kelompok baby boomers berjumlah 1 (1,16%) pegawai.
0 20 40 60 80
Laki-laki
Perempuan
79
7
Jumlah Pegawai
Diagram I.2
Distribusi Pegawai Laki dan Perempuan
30,23%
68,60%
1,16%
Perbandingan Generasi
Generasi X Generasi Y Baby Boomers
Diagram I.3
Distribusi Pegawai Berdasarkan Kelompok Generasi
LAPORAN KINERJA DIREKTORAT SISTEM MANAJEMEN INVESTASI - 2020
I- 6
Perubahan ini terjadi karena terdapat mutase di tingkat Eselon II dan eselon IV di
akhir triwulan III. Beberapa pegawai mutasi baru yang masuk ke Direktorat SMI
merupakan pegawai pada golongan Gen Y serta 1 orang pegawai yang purna-tugas
merupakan generasi Babyboomer. Dengan banyaknya Generasi Y di Direktorat SMI,
maka lebih dari separuh jumlah pegawai Direktorat SMI merupakan pegawai yang
berpotensi dalam menghadapi perubahan dan berpotensi menguasai era digital.
Pada triwulan III ini juga ada 4 pegawai tugas belajar yang akan mulai melaksanakan
kuliahnya di akhir bulan Oktober serta 1 pegawai mutasi yang masih berstatus
pegawai.
Perbandingan rentang usia
pegawai Direktorat SMI
ditunjukan dalam grafik di
samping dan dibagi berdasarkan
gender pegawai. Dari data di
samping dapat disimpulkan
bahwa pegawai Direktorat SMI
didominasi oleh laki-laki dan
rentang usia 20 sampai dengan
39 tahun.
Latar belakang pendidikan S2 tidak lagi mendominasi pegawai di Direktorat Sistem
Manajemen Investasi. Jumlah pegawai dengan Pendidikan S2 dan jumlah pegawai
dengan Pendidikan strata S1 adalah sama pada masing-masing Pendidikan. Pada
triwulan III adalah 31 (36,04%). Pendidikan Strata III/Doktoral sejumlah 2 orang
(2,32%) pegawai/pejabat, sedangkan sisanya merupakan pegawai dengan tingkat
SMA (8)Diploma I
(PKN STAN)
D III/ PKN Stan (8)
Strata 1 (25)
Diploma IV (8)
Strata 2 (34)
Starata 3 / Doktoral (3)
KOMPOSISI PEGAWAI BERDASARKAN PENDIDIKAN
Diagram I.5
Distribusi Pegawai Berdasarkan Pendidikan
0 20 40 60
Usia 20 - 29
Usia 40 - 49
Rentang Usia
Laki laki Wanita
Diagram I.4
Distribusi Pegawai Berdasarkan Rentang Usia
LAPORAN KINERJA DIREKTORAT SISTEM MANAJEMEN INVESTASI - 2020
I- 7
Pendidikan SMA (5,81%), D1 STAN (2,32%),
D3 STAN (5,81%) dan DIV STAN (11,62%).
Terdapat peningkatan pada pegawai
dengna lulusan DIV STAN di tahun 2020.
Selain itu, dari total 86 orang pegawai
DIrektorat SMI, 6 (enam) pegawai sedang
melaksanakan tugas belajar yang tersebar di
dalam negeri serta di luar negeri.
Berdasarkan distribusi Pendidikan dan
status pegawai tersebut, maka Direktorat
Sistem Manajemen Investasi mempunyai
potensi dalam menginisiasi pengembangan
investasi yang dapat dilakukan oleh
pemerintah di masa depan.
D. SISTEMATIKA PENULISAN
Sistematika penyajian LAKIN Direktorat Sistem Manajemen Investasi Tahun 2020
adalah sebagai berikut :
1. Bab I Pendahuluan
Pada bab ini disajikan penjelasan umum organisasi, dengan penekanan
kepada aspek strategis organisasi serta permasalahan utama (strategic
issues) yang sedang dihadapi organisasi.
2. Bab II Perencanaan Kinerja
Pada bab ini diuraikan ringkasan/ikhtisar perjanjian kinerja tahun yang
bersangkutan.
3. Bab III Akuntabilitas Kinerja
A. Capaian Kinerja Organisasi
Pada sub bab ini disajikan capaian kinerja organisasi untuk setiap
pernyataan kinerja sasaran strategis Organisasi sesuai dengan hasil
pengukuran kinerja organisasi.
B. Realisasi Anggaran
Pada sub bab ini diuraikan realisasi anggaran yang digunakan dan yang
telah digunakan untuk mewujudkan kinerja organisasi sesuai dengan
dokumen Perjanjian Kinerja.
C. Kinerja Lain-Lain
4. Bab IV Penutup
Pada bab ini diuraikan simpulan umum atas capaian kinerja organisasi serta
langkah di masa mendatang yang akan dilakukan organisasi untuk
meningkatkan kinerjanya.
80
6
Status Kepegawaian
PNS Tugas Belajar
Diagram I.6
Distribusi Pegawai Berdasarkan Status
Kepegawaian
LAPORAN KINERJA DIREKTORAT SISTEM MANAJEMEN INVESTASI - 2020
I- 8
5. Lampiran
Perjanjian Kinerja Direktorat Sistem Manajemen Investasi Tahun 2020,
Formulir Pengukuran kinerja 2020 dan Rencana Kinerja Tahunan 2021.
LAPORAN KINERJA DIREKTORAT SISTEM MANAJEMEN INVESTASI - 2020
II - 1
BAB II PERENCANAAN KINERJA
A. RENCANA STRATEGIS
Pengelola perbendaharaan negara artinya Ditjen Perbendaharaan mempunyai tugas
melaksanakan pengelolaan dan pertanggungjawaban keuangan negara sesuai Undang-
Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara. Sebagai pengelola APBN
di bidang Perbendaharaan, dalam rangka meningkatkan kualitas kebijakan fiskal, DJPb
berfokus untuk mewujudkan fungsi perbendaharaan yang memiliki kinerja tinggi dan
sesuai dengan best practices, transparan, dan akuntabel. Dengan pengelolaan fiskal
yang baik, diharapkan kesejahteraan masyarakat yang berkeadilan dan berkelanjutan
yang menjadi cita-cita bangsa dapat terwujud.
Direktorat Jenderal Perbendaharaan telah menetapkan visi, yaitu: “Menjadi pengelola
perbendaharaan negara yang unggul di tingkat dunia untuk mendukung visi dan misi
Kementerian Keuangan: ”Pengelola Keuangan Negara untuk Mewujudkan
Perekonomian Indonesia yang Produktif, Kompetitif, Inklusif, dan Berkeadilan”.
Unggul memiliki makna utama atau terbaik dalam kualitas kinerja. Di tingkat dunia
artinya kualitas kinerja yang dihasilkan Ditjen Perbendaharaan memiliki kualitas setara
dengan kualitas kinerja dengan pengelola perbendaharaan di negara lainnya yang telah
sesuai dengan best practices.
Untuk mewujudkan visi tersebut, Ditjen Perbendaharaan menjalankan misi yang sejalan
dengan tugas dan fungsi Ditjen Perbendaharaan yang meliputi:
1. Mewujudkan pengelolaan kas negara yang pruden, efisien, dan optimal; 2. Mendukung kinerja pelaksanaan APBN yang efisien, efektif, dan akuntabel; 3. Mewujudkan akuntansi dan pelaporan keuangan pemerintah yang akuntabel,
transparan, andal, dan tepat waktu; 4. Mewujudkan tata kelola investasi pemerintah yang modern, inklusif, dan
berkelanjutan; 5. Mewujudkan layanan dan tata kelola keuangan Badan Layanan Umum yang inovatif
dan modern; 6. Mewujudkan tata kelola sumber daya, proses bisnis, dan sistem teknologi
informasi perbendaharaan yang modern, efektif, dan adaptif. Dalam rangka mendukung visi dan misi Kementerian Keuangan, dengan bersinergi
dengan unit Eselon I Kementerian Keuangan lainnya, DJPb menjalankan arah kebijakan
Kementerian Keuangan tahun 2020-2024, yaitu:
1. Pengelolaan belanja negara yang berkualitas;
LAPORAN KINERJA DIREKTORAT SISTEM MANAJEMEN INVESTASI - 2020
II - 2
2. Pengelolaan perbendaharaan, kekayaan negara, dan pembiayaan yang akuntabel
dan produktif dengan risiko yang terkendali;
3. Birokrasi dan layanan publik yang agile, efektif, dan efisien.
Di samping itu, dalam rangka mewujudkan visi dan misi DJPb dalam mendukung visi dan
misi Kementerian Keuangan, ditetapkan lima tujuan DJPb Tahun 2020-2024, yaitu:
1. Pengelolaan kas negara yang pruden dan optimal;
2. Pelaksanaan dan pertanggungjawaban pelaksanaan APBN yang andal dan
akuntabel;
3. Tata kelola investasi pemerintah dan tata kelola keuangan Badan Layanan Umum
yang inovatif dan modern;
4. Sistem perbendaharaan dan teknologi informasi yang andal, modern, dan sesuai
best practice;
7. Pemberdayaan dan integrasi seluruh sumber daya organisasi secara modern dan optimal
LAPORAN KINERJA DIREKTORAT SISTEM MANAJEMEN INVESTASI - 2020
II - 3
Visi Direktorat Sistem Manajemen Investasi adalah Menjadi Pengelola Investasi Pemerintah yang Profesional, Pruden dan Akuntabel
Visi Direktorat Sistem Manajemen Investasi disusun dengan mengidentifikasi berbagai potensi
dan tantangan yang telah dan akan dihadapi, sehingga mampu memberi arah yang harus
ditempuh oleh Direktorat SMI. Visi ini juga disusun untuk dapat diterjemahkan oleh seluruh
elemen dan dengan mudah dapat dipahami oleh seluruh pegawai agar mampu direalisasikan
dengan baik menuju peningkatan kualitas pelayanan publik dan good governance. Visi
Direktorat Sistem Manajemen Investasi yang telah ditetapkan adalah: ”Menjadi Pengelola
Investasi Pemerintah yang Profesional, Pruden dan Akuntabel
Dalam rangka mewujudkan visi tersebut di atas, Direktorat Sistem Manajemen Investasi
mempunyai misi yang mendukung misi DJPb nomor 4 yaitu mewujudkan tata Kelola investasi
pemerintah yang modern, inklusif dan berkelanjutan, meliputi:
1. Meningkatkan tingkat pengembalian investasi, penerusan pinjaman, pinjaman yang
optimal.
2. Melakukan penyediaan dana dan penyaluran dana dibidang investasi dan pembiayaan
lainnya secara optimal.
3. Melakukan kajian dan perumusan kebijakan yang berkualitas serta menjamin kepastian
hukum.
4. Meningkatkan pemahaman stakeholder akan fungsi pengelolaan perbendaharaan
5. Meningkatkan efisiensi dan efektifitas pengelolaan perbendaharaan negara.
6. Meningkatkan monitoring evaluasi dan kepatuhan serta penegakan hukum di bidang
investasi penerusan pinjaman, pinjaman, kredit program, dan pembiayaan lainnya
Selain itu Direktorat SMI akan menjalankan misi Menciptakan Sistem Manajemen Investasi
yang tepat sasaran. Sistem Manajemen Investasi pemerintah ditujukan untuk mendorong iklim
investasi dalam rangka menunjang pembangunan secara berkelanjutan, dan memformulasikan
bentuk investasi yang efektif dan efisien serta memiliki multiplier effect bagi pembangunan
nasional. Direktorat SMI memperkuat perannya sebagai regulator yang mampu mewujudkan
penguatan regulasi di bidang pengelolan investasi pemerintah, sehingga tercipta iklim investasi
yang kondusif dan dapat menghasilkan penerimaan negara yang optimal. Selain itu, juga
melakukan penguatan peran sebagai pengelola penerusan pinjaman, kredit program dan
investasi pemerintah lainnya.
Direktorat SMI juga berperan mendukung arah kebijakan Penguatan kewirausahaan, usaha
mikro, kecil dan menengah (UMKM) dan koperasi, yang dilaksanakan dengan strategi
meningkatkan kapasitas usaha dan akses pembiayaan bagi wirausaha, melalui penyediaan
insentif fiskal yang berorientasi ekspor dan penyediaan skema pembiayaan bagi wirausaha dan
UMKM, termasuk modal awal usaha, serta pendampingan mengakses kredit/ pembiayaan.
Implementasi strategi ini akan dilaksanakan dengan berkolaborasi dengan Satuan Kerja Badan
Layanan Umum (BLU) Pusat Investasi Pemerintah.
LAPORAN KINERJA DIREKTORAT SISTEM MANAJEMEN INVESTASI - 2020
II - 4
B. PENETAPAN PERJANJIAN KERJA
Penetapan Kinerja tahun 2020 yang merupakan Kontrak Kinerja Direktur Sistem Manajemen
Investasi dengan Direktur Jenderal Perbendaharaan, dijabarkan dalam 11 (sebelas ) Sasaran
Strategis dan 18 (delapan belas) Indikator Kinerja Utama (IKU). Sasaran Strategis dan Indikator
Kinerja Utama yang terangkum dalam Peta Strategi Direktorat Sistem Manajemen Investasi
tahun 2018 tersebut dapat ditunjukkan pada Gambar 2.1.
Gambar 2.1. Peta Strategi Direktorat Sistem Manajemen Investasi
Sasaran Direktorat Sistem Manajemen Investasi diklasifikasikan sebagai berikut:
a. Perspektif Stakeholder
Pengelolaan Investasi Pemerintah yang akuntabel dan produktif dengan risiko
terkendali.
b. Perspektif Customer
1) Birokrasi dan layanan publik yang agile,efektif, dan efisien;
2) Fasilitas Investasi.
LAPORAN KINERJA DIREKTORAT SISTEM MANAJEMEN INVESTASI - 2020
II - 5
12 Sasaran Strategis dan 18 IKU pada Direktorat Sistem Manajemen Investasi
c. Perspektif Internal Process
1) Perumusan Kebijakan yang optimal;
2) Penyaluran Dana Investasi yang pruden dan Optimal;
3) Pengelolaan investasi pemerintah yang efektif;
4) Komunikasi dan edukasi investasi yang berkesinambungan;
5) Akuntansi dan pelaporan Investasi yang akuntabel, transparan dan tepat waktu.
d. Perspektif Learning and Growth
1) Pengelolaan Organisasi dan SDM yang Optimal;
2) Pengelolaan keuangan yang optimal;
3) Sistem Manajemen Investasi yang andal dan modern;
Pada tahun 2020, 11 (sebelas) Sasaran Strategis tersebut terdiri atas 18 (delapan belas)
Indikator Kinerja Utama yang masing-masing ditargetkan sebagaimana ditunjukkan pada Tabel
2.1
Tabel 2.1. Sasaran Strategis dan Indikator Kinerja
Direktorat Sistem Manajemen Investasi Tahun 2020
No. Sasaran Program/Kegiatan Indikator Kinerja Target
1
Pengelolaan Investasi Pemerintah yang akuntabel dan produktif dengan risiko terkendali
1a-CP Indeks Efektivitas Investasi Pemerintah
4
(skala 5)
2 Birokrasi dan layanan publik yang agile,efektif, dan efisien
2a-N Indeks kepuasan pengguna atas layanan Dit. SMI
4,63
(skala 5)
2b-N Indeks efektivitas implementasi layanan pengguna melalui HAI DJPb
3
(skala 4)
2c-N Indeks kepatuhan stakeholder 3,6
(skala 4)
3. Fasilitas Investasi 3a-N Persentase Pemenuhan Pelaksanaan Monev Pembiayaan UMi Oleh Instansi Vertikal
98%
4. Perumusan Kebijakan yang optimal
4a-N Indeks Penyelesaian RPMK/RKMK kebijakan sesuai program perencanaan RPMK/RKMK Direktorat SMI
3
(skala 4)
LAPORAN KINERJA DIREKTORAT SISTEM MANAJEMEN INVESTASI - 2020
II - 6
5. Penyaluran Dana Investasi yang pruden dan Optimal
5a-CP Persentase pencapaian target penerimaan pokok dan bunga pinjaman
100%
6. Pengelolaan investasi pemerintah yang efektif
6a-N Persentase efektivitas pembinaan terhadap pada BLU Pengelola Dana pada DJPb
82%
6b-N Indeks penyelesaian restrukturisasi piutang negara
3
(skala 4)
7. Komunikasi dan edukasi investasi yang berkesinambungan
7a-N Indeks efektivitas edukasi dan komunikasi
87
(skala 100)
8. Akuntansi dan pelaporan Investasi yang akuntabel, transparan dan tepat waktu
8a-N Indeks Penyelesaian LK Bagian Anggaran penerusan pinjaman, investasi pemerintah dan belanja subsidi (unaudited) secara tepat waktu
3,25
(skala 4)
8b-N Indeks kualitas LK BA 999.04 4
(skala 4)
8c-CP Persentase penyelesaian rekomendasi BPK atas LKPP dan LK BUN yang telah ditindaklanjuti
89%
9. Pengelolaan Organisasi dan SDM yang Optimal
9a-CP Nilai rata-rata hard competency pegawai
77
9b-N Nilai kualitas pengelolaan kinerja berbasis Strategy Focused Organization
83
9c-N Nilai hasil evaluasi pelaksanaan tugas kepatuhan internal
83
10. Pengelolaan keuangan
yang optimal
10a-N Persentase kualitas pelaksanaan anggaran Dit. SMI
95%
11. Sistem Informasi investasi dan teknologi yang andal
11a-N Indeks pemanfaatan SIKP oleh stakeholders
4
(skala 5)
Sebagaimana disepakati dalam Kontrak (Perjanjian) Kinerja Tahun 2020, dalam upaya
mencapai 11 (sebelas) sasaran strategis tersebut, Direktorat Sistem Manajemen Investasi
didukung pendanaan sebesar Rp. .14.684.083,000,-. Pendanaan tersebut dipergunakan untuk
LAPORAN KINERJA DIREKTORAT SISTEM MANAJEMEN INVESTASI - 2020
II - 7
3 output serta alokasi untuk Program Nasional terkait Pembiayaan Ultra Mikro sebesar Rp.
6.328.436.000, kegiatan sebagaimana ditunjukkan pada Tabel 2.2.
Tabel 2.2. Alokasi Dana Direktorat Sistem Manajemenn Investasi Tahun 2020
No Output Volume Jumlah
1 Rekomendasi Terkait Manajemen Investasi
41 rekomendasi 2.132.058.000
2 Proses bisnis dan kelembagaan Pembiayaan Ultra Mikro
334 Stakeholder 3.797.030.000
3 Peraturan Terkait Sistem Manajemen Investasi
4 peraturan 483.726.000
Total Total 6.412.814.000
LAPORAN KINERJA DIREKTORAT SISTEM MANAJEMEN INVESTASI - 2020
II - 8
Halaman ini sengaja di kosongkan
LAPORAN KINERJA DIREKTORAT SISTEM MANAJEMEN INVESTASI - 2020
III - 1
BAB III AKUNTABILITAS KINERJA
A. CAPAIAN
KINERJA
ORGANISASI
Pengukuran capaian kinerja Direktorat Sistem Manajemen Investasi tahun 2020
dilakukan dengan cara membandingkan antara target (rencana) dan realisasi Indikator
Kinerja Utama (IKU) pada setiap perspektif. Dari hasil pengkuran kinerja tersebut,
diperoleh data bahwa capaian Nilai Kinerja Organisasi (NKO) Direktorat Sistem
Manejemen Investasi investasi adalah sebesar 110,65%. Nilai tersebut berasal dari
capaian kinerja pada setiap perspektif sebagaimana Ditunjukkan pada Tabel 3.1.
Tabel 3.1 NKO Direktorat Sistem Manajemen Investasi
PERSPECTIVE BOBOT NILAI
STAKEHOLDER 25% 28,13%
CUSTOMER 15% 15,65%
INTERNAL PROCESS 30% 33,54%
LEARNING AND GROWTH 30% 33,33%
NILAI KINERJA ORGANISASI 110,65%
Grafik 3.1
Trend NKO 2017 sd 2020
Nilai NKO Direktorat Sistem
Manajemen Investasi selama 2
tahun terakhir bergerak menuju
titik ekuilibrium, NKO Direktorat
Sistem Manajemen Investasi
mencapai 113, pada tahun 2020
mencapai 110,65%.
Hal ini menunjukan trend yang
positif terhadap kinerja organisasi
Direktorat Sistem Manajemen
Investasi.
Capaian IKU Direktorat Sistem Manajemen Investasi tahun 2020 dapat dilihat pada
tabel 3.2 berikut:
113111,36
108,05110,65
105
110
115
2017 2018 2019 2020
Series 1
Series 1
LAPORAN KINERJA DIREKTORAT SISTEM MANAJEMEN INVESTASI - 2020
III - 2
Tabel 3.2 Capaian IKU Direktorat Sistem Manajemen Investasi
Kode IKU
Nama IKU Target Realisasi
V/C Bobot Bobot Tertimbang
Indeks Capaian
IKU/NSS/NP
Stakeholder Perspective 25% 28,13
Pengelolaan investasi pemerintah yang profesional, pruden dan akuntabel 112,5
1a-CP Indeks Efektivitas Investasi Pemerintah
4 (skala 5)
4,5 EM 21% 100% 112,5
Customer Perspective 15% 15,65
Birokrasi dan layanan publik yang agile,efektif, dan efisien 106,67
2a-N Indeks kepuasan pengguna atas layanan Dit. SMI
4,63 (skala 5)
4,75 EM 21% 30,88% 102,6
2b-N Indeks efektivitas implementasi layanan pengguna melalui HAI DJPb
3 (skala 4)
3,57 EM 21% 30,88% 119,0
3a-N Indeks kepatuhan stakeholder 3,6
(skala 4) 3,6 EL 26% 38,24% 100
Fasilitas Investasi 102,04
3a-N Persentase Pemenuhan Pelaksanaan Monev Pembiayaan UMi Oleh Instansi Vertikal
98% 100%
EM 21% 100% 102,04
Internal Process Perspective 30% 33,54
Perumusan Kebijakan yang optimal 120,0
4a-N
Indeks Penyelesaian RPMK/RKMK kebijakan sesuai program perencanaan RPMK/RKMK Direktorat SMI
3 (skala 4)
4 PM 14% 100% 120,0
Penyaluran Dana Investasi yang Optimal 107,3
5a-N Persentase pencapaian target penerimaan pokok dan bunga pinjaman
100% 107,28%
EM 21% 100% 107,3
Pengelolaan Investasi Pemerintah yang Efektif 120
6a-N Persentase efektivitas pengelolaan dana pada BLU Pengelola Dana
82% 152,80%
PL 19% 57,58% 120,0
6b-N Indeks penyelesaian restrukturisasi piutang negara
3 (skala 4)
4 PM 14% 42,42% 120
Komunikasi dan edukasi investasi yang berkesinambungan 100,9
7a-N Indeks efektivitas edukasi dan komunikasi
87 87,8 PM 14% 100% 100,9
Akuntansi dan pelaporan Investasi yang akuntabel, transparan dan tepat waktu
110,79
8a-N
Indeks Penyelesaian LK Bagian Anggaran penerusan pinjaman, investasi pemerintah dan belanja subsidi (unaudited) secara tepat waktu
3,25 (skala 4)
4 PM 14% 33,3% 120
1b-N Indeks kualitas LK BA 999.04 4
(skala 4) 4 PM 14% 33,3% 100
8b-CP Persentase penyelesaian rekomendasi BPK atas LKPP dan LK BUN yang telah ditindaklanjuti
89% 100%
PM 14% 33,4% 112,4
Learning And Growth 30% 33,33
LAPORAN KINERJA DIREKTORAT SISTEM MANAJEMEN INVESTASI - 2020
III - 3
Pengelolaan Organisasi dan SDM yang Optimal 115,5
9a-N Nilai rata-rata hard competency pegawai yang baik
77 92,0
9 PM 14% 33,3% 119,6
10b-N Nilai kualitas pengelolaan kinerja berbasis Strategy Focused Organization
83 91,7
1 PM 14% 33,3% 110,5
10a-N Nilai hasil evaluasi pelaksanaan tugas kepatuhan internal
83 96,7
4 PM 14% 33,4% 116,6
Pelaksanaan anggaran yang optimal 105,3
12a-CP
Persentase kualitas pelaksanaan anggaran Dit. SMI
95 100%
PM 14% 100% 10526,3%
Sistem manajemen investasi yang andal dan modern 112,5
11a-N Indeks pemanfaatan SIKP oleh stakeholders
4 (skala 5)
4,5 PM 14% 100% 112,5
Nilai Kinerja Organisasi 110,65
SS- Pengelolaan Investasi Pemerintah yang akuntabel dan produktif dengan risiko terkendali
Pengelolaan perbendaharaan negara artinya Ditjen Perbendaharaan mempunyai
tugas melaksanakan pengelolaan dan pertanggungjawaban keuangan negara sesuai
UU Nomor 1 tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara. Profesional memiliki
makna bahwa seluruh jajaran Ditjen Perbendaharaan khususnya Direktorat SMI
mampu menjadi pengelola investasi pemerintah yang menguasai bidang tugasnya
karena memiliki pengetahuan dan keterampilan (hard skill) serta integritas/moralitas
(soft skill) yang memadai. Prudent artinya berhati-hati dalam setiap pengambilan
putusan/kebijakan maupun dalam melaksanakan pengelolaan investasi pemerintah.
Akuntabel dapat diartikan bahwa kewajiban seluruh jajaran untuk
mempertanggungjawabkan pengelolaan anggaran kepada publik. Sebagai pengelola
di bidang pengelolaan investasi, Ditjen Perbendaharaan sebagai regulator mampu
mewujudkan penguatan regulasi sehingga tercipta iklim investasi yang kondusif dan
dapat menghasilkan penerimaan negara yang optimal.
Penyaluran dana dari APBN di bidang investasi pemerintah dan pembiayaan lainnya
secara optimal akan menopang pengelolaan investasi pemerintah secara
berkelanjutan. Saat ini penyaluran dana tersebut digunakan untuk penerusan
pinjaman, kredit program dan subsidi. Penyediaan dana untuk investasi tersebut,
diharapkan dapat tepat sasaran sehingga memberikan manfaat ekonomi dan sosial
kepada masyarakat secara optimal.
1a-CP - Indeks Efektivitas Investasi Pemerintah
IKU ini merupakan Penyaluran dana investasi pemerintah berupa penyaluran dana
ke Pusat Investasi Pemerintah (PIP) dan Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP);
penyaluran dana penerusan pinjaman (SLA) dari Ditjen Perbendaharaan ke Pengguna
Dana (selaku debitur atas penerusan pinjaman); penyaluran subsidi dan kredit
program (tidak termasuk KUR).Persentase ketepatan sasaran diukur berdasarkan data
yang diperoleh melalui monitoring dan evaluasi terhadap penyaluran investasi. Untuk
mengukur tingkat efektifitas investasi pemerintah tersebut dilakukan pengukuran
dengan menggunakan dua variabel, sebagai berikut:
LAPORAN KINERJA DIREKTORAT SISTEM MANAJEMEN INVESTASI - 2020
III - 4
A. Penyaluran Investasi yang terdiri dari:
1. Deviasi rencana penarikan dana ( membandingkan antara realisasi dengan
perencanaan halaman III DIPA)
2. Tingkat penyerapan dana (membandingkan antara realisasi DIPA dengan
Komitmen Penyaluran)
B. Ketepatan Sasaran, yang diukur berdasarkan hasil survei atas pencapaian sasaran
investasi BUMN, investasi Pemda/BUMD, dan Penyaluran Umi
𝑵 = {Penyaluran Investasi} + {Ketepatan Sasaran}
𝑵 = {((𝑫𝒆𝒗 𝒙 𝟒𝟎%) + (𝑹𝒆𝒂𝒍 𝒙 𝟔𝟎%))x10%} + {(Investasi BUMN + Investasi
Pemda/BUMD) x 70%) + (Penyaluran UMi x 20%)}
Realisasi IKU ini mencapai nilai rata-rata 4,5 pada tahun 2020, melewati target yang
telah ditetapkan yaitu 4 (skala 5).
Capaian ini dapat berhasil dilaksanakan karena
1. Telah diajukan penyesuaian perhitungan IKU sebagai dampak pandemi COVID-19.
2. Dapat dilakukan survey jarak jauh dalam menghitung Nilai Keekonomian Debitur
di semester II sehingga perhitungan dapat dilaksanakan dengan lengkap.
3. Telah dilaksanakan kajian restrukturisasi piutang dan penerusan pinjaman bagi
BUMN/BUMD/Pemda terdampak covid sehingga dapat diantisipasi lebih awal.
SS- Birokrasi dan layanan publik yang agile, efektif, dan efisien
Dalam rangka mendukung pelaksanaan tugas dan fungsi Direktorat Sistem
Manajemen Investasi diperlukan dukungan sistem informasi yang memadai, dimana
sistem informasi ini selain digunakan untuk manajemen piutang penerusan
pinjaman, dapat juga dipergunakan untuk monitoring dan evaluasi, serta
pengambilan keputusan.
Penyelenggaraan layanan pengguna pada Ditjen Perbendaharaan yang terintegrasi
diwujudkan dengan pembentukan HAI-DJPBN dan telah diterbitkan dasar hukumnya
yaitu Keputusan Direktur Jenderal Perbendaharaan nomor KEP-428/PB/2016
tentang Layanan Pengguna Terintegrasi.
Bentuk dari peningkatan dapat diidentifikasi dari waktu penyelesaian atas
pertanyaan yang diajukan (resolve time) sesuai dengan target layanan yang telah
ditetapkan pada Service Level Agreement (SLA).
Ditjen Perbendaharaan menyediakan layanan pengguna yang terintegrasi sebagai
upaya untuk menjamin penyediaan layanan yang tepat waktu dan profesional atas
permasalahan yang dihadapi oleh pengguna layanan dibidang perbendaharaan
2a-N – Indeks kepuasan pengguna atas layanan Dit SMI
Kepuasan stakeholder merupakan tingkat kepuasan stakeholder setelah
membandingkan kinerja (hasil) yang dirasakan dengan harapannya dengan
diasumsikan bahwa jika kinerja di bawah harapan maka stakeholder akan merasa
tidak/kurang puas, jika kinerja sesuai harapan maka stakeholder akan merasa puas,
dan jika kinerja melebihi harapan maka stakeholder akan merasa sangat puas.
LAPORAN KINERJA DIREKTORAT SISTEM MANAJEMEN INVESTASI - 2020
III - 5
Adapun stakeholder yang dimaksud adalah perbankan, kementerian/lembaga teknis
pusat, Pemerintah Daerah dan UMKM penerima skema Kredit program.
Formula :
{𝑅𝑎𝑡𝑎 − 𝑟𝑎𝑡𝑎 𝑁𝑖𝑙𝑎𝑖 𝐾𝑖𝑛𝑒𝑟𝑗𝑎 𝑝𝑎𝑑𝑎 𝐾𝑢𝑖𝑠𝑖𝑜𝑛𝑒𝑟
𝑁𝑖𝑙𝑎𝑖 𝐻𝑎𝑟𝑎𝑝𝑎𝑛} 𝑋 100
Dimana formula perhitungan diukur dengan indeks kepuasan stakeholder Kredit
program yang tinggi, dengan kategorisasi sebagai berikut :
1 = tidak puas dengan nilai < 50
2 = kurang puas dengan 50 ≤ nilai < 60
3 = netral dengan 60 ≤ nilai < 70
4 = puas dengan 70 ≤ nilai < 80
4,25 = puas dengan 80 ≤ nilai < 85
4,5 = puas dengan 85 ≤ nilai < 90
4,75 = puas dengan 90 ≤ nilai < 95
5 = sangat puas dengan nilai ≥ 95
Indeks Kepuasan Stakeholder mendapatkan nilai capaian 4,5 dari targetnya yang
sebesar 4. Nilai ini berhasil dicapai berkat upaya pemberian layanan dan respon yang
cepat kepada stakeholder. Upaya tersebut memberikan dampak terhadap kepuasan
stakeholder.
Tabel 3.3
Capaian Indeks Kepuasan Stakeholder
2019 2020
Target 4,52 4,63
Realisasi 5 4,75
2b-N – Indeks efektivitas implementasi layanan pengguna melalui HAI DJPb pada
Direktorat SMI
Dasar hukum operasionalisasi HAI-DJPB yaitu KEP-428/PB/2016 tentang Layanan
Pengguna Terintegrasi HAI DJPB yaitu menyediakan layanan pengguna yang
terintegrasi sebagai upaya untuk menjamin penyediaan layanan yang tepat waktu
dan profesional atas permasalahan yang dihadapi oleh pengguna dibidang
perbendaharaan.
Efektivitas implementasi layanan pengguna melalui HAI DJPb digunakan untuk
mengukur kepuasan pengguna layanan atas implementasi layanan Contact Center
HAI DJPb pada setiap departemen layanan yang dimiliki oleh unit eselon 2 pada
lingkup kantor pusat Ditjen Perbendaharaan.
Indeks Efektivitas diukur berdasarkan parameter indek kualitas layanan dan
ketepatan waktu layanan yang dilakukan oleh masing masing departemen layanan
yang dimiliki oleh unit eselon 2 lingkup kantor pusat Ditjen Perbendaharaan.
LAPORAN KINERJA DIREKTORAT SISTEM MANAJEMEN INVESTASI - 2020
III - 6
Kualitas layanan adalah tingkat kepuasan dari Pengguna terhadap layanan konsultasi
HAI-DJPb yang dapat diukur dan selanjutnya dapat dijadikan bahan kajian untuk
dilakukan perbaikan atau penyempurnaan terhadap layanan yang diberikan.
Indeks kualitas layanan diukur berdasarkan Survey kepuasan pengguna layanan HAI
DJPb terhadap setiap departemen layanan yang dimiliki oleh unit eselon 2 lingkup
kantor pusat Ditjen Perbendaharaan. Untuk pelaksanaan survey akan dilakukan
secara semesteran dan memiliki bobot 40%.
Acuan pengukuran ketepatan waktu berdasarkan Keputusan Dirjen Perbendaharaan
Nomor KEP-272/PB/2017 tentang Katalog Layanan Helpdesk Terintegrasi HAI DJPB
dan Service Level Agreement (SLA) yaitu sebagai berikut:
Layanan Kategori P1 : SLA: 1 hari kerja (8 jam kerja layanan)
Layanan Kategori P2 : SLA: 2 hari kerja (16 jam kerja layanan)
Layanan Kategori P3 : SLA: 3 hari kerja (24 jam kerja layanan)
Layanan Kategori P4 : SLA: 4 hari kerja (32 jam kerja layanan)
Layanan Kategori P5 : SLA: 5 hari kerja (40 jam kerja layanan)
Jam kerja layanan adalah hari kerja antara pkl. 08.00 sd 16.00 waktu setempat
Indeks ketepatan waktu penyelesaian tiket diukur dengan berdasarkan persentase
tiket yang diselesaikan tepat SLA dibandingkan dengan seluruh tiket yang masuk dan
memiliki bobot perhitungan sebesar 60%. Dengan range indeks sebagai berikut :
Indeks 1 : ≤ 75% diselesaikan secara tepat waktu
Indeks 2 : 75% ≤ x ≤ 85% diselesaikan secara tepat waktu
Indeks 3 : 85% ≤ x ≤ 95% diselesaikan secara tepat waktu
Indeks 4 : 95% ≤ x ≤ 100% diselesaikan secara tepat waktu
Untuk IKU Kemenkeu-Two merupakan perhitungan berdasarkan indeks kualitas dan
indeks ketepatan waktu layanan yang diberikan kepada pengguna untuk seluruh
departemen layanan HAI yang berada dibawah direktoratnya.Saat ini, di Direktorat
SMI sudah dibentuk struktur Organisasi Layer 2 HAI-DJPB yang mengacu pada KEP-
428/PB/2016 tentang Layanan Pengguna Terintegrasi HAI-DJPb. Sebagai
Koordinator Layanan Direktorat SMI, sesuai KEP-428/PB/2016, dipegang oleh
Direktur Sistem Manajemen Investasi.
Sebagai moderator pada layer-2 Direktorat. SMI telah Ditunjuk Kasubdit
Penganggaran, Pengelola Kinerja dan Risiko Investasi. Sedangkan masing masing
Subdit telah Ditunjuk drafter dan publisher.
Capaian Indeks Efektivitas Implementasi layanan pengguna melalui HAI DJPb =
(∑(( Indeks hasil survey x Bobot)) + (Indeks Ketepatan waktu x Bobot))
Tabel 3. 4
Capaian HAI DJPb Kemenkeu-Two Direktorat SMI
No Direktorat Ketepatan Waktu Survei Kepuasan Capaian
IKU
Indeks Nilai Indeks Nilai
LAPORAN KINERJA DIREKTORAT SISTEM MANAJEMEN INVESTASI - 2020
III - 7
1 Sistem Manajemen
Investasi
4 1,8 3,67 1,47 3,27
Pada tahun 2020, Direktorat SMI menambah agen HAI baru yang akan secara khusus menjawab terkait PEN dan subsidi bunga yang berkaitan dengan pemulihan ekonomi terkait dampak COVID-19. Sampai dengan 31 Desember 2020 jumlah tiket yang diterima adalah 716 tiket. Namun terdapat tiket pertanyaan terkait PEN di dalam perhitungan ini dimana seharusnya tiket terkait PEN dikecualikan dari perhitungan. Terkait dengan hal ini, Direktorat SMI dan DIrektorat SITP telah membahasnya dan disepakati bahwa pada tahun 2021 akan dibuat filter untuk membedakan perhitungan antara tiket biasa dan tiket terkait PEN.
Tabel 3.5 Capaian Indeks efektivitas implementasi layanan pengguna melalui HAI DJPb pada
Direktorat SMI
T/R Q1 Q2 Q3 Q4
Target - 3 - 3
Realisasi - 3,87 - 3,27
2c-N – IKU Indeks Kepatuhan Stakeholder
Kepatuhan atas pengelolaan investasi adalah ketaatan seluruh elemen Direktorat
SMI Ditjen Perbendaharaan terhadap pelaksanaan peraturan di bidang
perbendaharaan yang berkaitan dengan investasi, pinjaman, penerusan pinjaman,
Kredit program dan pembiayaan lainnya.
Tingkat kepatuhan adalah: kepatuhan internal Direktorat SMI dan kepatuhan
eksternal debitur dalam melaksanakan ketentuan perundangan terkait perjanjian
investasi pemerintah, pinjaman pemerintah, penerusan pinjaman, dan Kredit
program, dan pembiayaan lainnya melalui pelaksanaan evaluasi kepatuhan.
IKU ini diukur dengan menggunakan formula :
% 𝑲𝒆𝒑𝒂𝒕𝒖𝒉𝒂𝒏 = (%𝐿𝑎𝑝𝑜𝑟𝑎𝑛 𝐾𝑖𝑛𝑒𝑟𝑗𝑎 𝐾𝑒𝑢. 𝑥 70% 𝑏𝑜𝑏𝑜𝑡) + (%𝐿𝑎𝑝𝑜𝑟𝑎𝑛 𝐴𝑑𝑚. 𝑥 30% 𝑏𝑜𝑏𝑜𝑡)
100%
Laporan kinerja keuangan merupakan laporan keuangan (audited) yang wajib
disampaikan debitur dan bank pelaksana kepada Subdit Teknis.
Laporan administrasi merupakan laporan sebagaimana dipersyaratkan di dalam
perjanjian yang wajib disampaikan debitur dan bank pelaksana kepada Subdit
Teknis.
Indeks Tingkat Kepatuhan (%) 4 (Sangat Patuh) 91 ≤ X ≤ 100
LAPORAN KINERJA DIREKTORAT SISTEM MANAJEMEN INVESTASI - 2020
III - 8
3,6 (Patuh) 81 ≤ X ≤ 90 3,2 (Cukup patuh) 71 ≤ X ≤ 80 2,8 (Kurang Patuh) 61 ≤ X ≤ 70 2,4 (Tidak Patuh) 51 ≤ X ≤ 60 ≤ 2 (Sangat Tidak Patuh) X ≤ 51
Indeks Kepatuhan Stakeholder mendapatkan nilai capaian 4 dari targetnya yang
sebesar 3,6. Nilai tersebut berhasil dicapai berkat upaya koordinasi secara
berkelanjutan dengan stakeholder yang terkait kepatuhan pembayaran kewajiban
secara tepat jumlah dan tepat waktu, serta penyampaian laporan debitur kepada
Subdit teknis terkait dan KPPN Khusus Investasi, melalui media surat, surat
elektronik, media sosial dan media komunikasi lainnya.
Tabel 3.6
Capaian Indeks Kepatuhan Stakeholder
2018 2019 2020 2018 2019
Target 3,5 (Patuh) 3,6 (Patuh) 3,6 (Patuh) 3,5 (Patuh) 3,6 (Patuh)
Realisasi 4 (Sangat Patuh) 4 (Sangat Patuh) 3,6 (Patuh) 4 (Sangat Patuh) 4 (Sangat Patuh)
Faktor yang mempengaruhi pencapaian IKU ini antara lain:
1. Terdapat dampak dari pandemi Covid-19 dimana tidak setiap stakeholder dapat
melaksanakan kewajibannya secara tepat waktu.
2. Sedangkan dalam hal debitur yang terlambat dalam melakukan pembayaran,
KPPN Khusus Investasi telah mempertimbangkan terkait pemberian denda
mengingat situasi dan kondisi yang masih belum stabil.
3. Beberapa debitur mengajukan keringanan pembayaran bunga dan terkait hal ini
masih dikaji oleh Direktorat SMI dan KPPN Khusus Investasi.
SS- Fasiliasi Investasi Pelaksanaan fungsi Direktorat SMI dalam pengelolaan pembiayaan, penerusan
pinjaman dan penyaluran investasi lainnya berupa kredit program ultra mikro (UMi)
kepada UMKM
3a-N – Persentase Pemenuhan Pelaksanaan Monev Pembiayaan UMi Oleh Instansi
Vertikal
IKU ini digunakan untuk memantau pelaksanaan monev yang dilaksanakan oleh
Kantor Vertikal berupa perekaman data debitur oleh KPPN dan penyampaian
Laporan Monitoring UMi oleh Kantor Wilayah Direktorat Ditjen Perbendaharaan.
Kantor Wilayah Ditjen Perbendaharaan selaku representasi Kementerian Keuangan
di daerah perlu melakukan tindakan terhadap pemantauan pemenuhan pelaksanaan
tugas serta monitoring dan evaluasi yang dilaksanakan oleh KPPN selaku Kuasa BUN
yang didelegasikan oleh Kantor Pusat dalam hal ini Direktorat SMI.
Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara atau KPPN merupakan instansi vertikal
Ditjen Perbendaharaan yang memperoleh kuasa dari Bendahara Umum Negara
untuk melaksanakan sebagian fungsi kuasa Bendahara Umum Negara di daerah.
LAPORAN KINERJA DIREKTORAT SISTEM MANAJEMEN INVESTASI - 2020
III - 9
Salah satu fungsi yang didelegasikan kepada KPPN adalah pelaksanaan monitoring
dan evaluasi Pembiayaan Ultra Mikro (Monev Pembiayaan UMi) sebagaimana diatur
dalam Peraturan Dirjen Perbendaharaan nomor PER-25/PB/2018 tentang Petunjuk
Teknis Monitoring dan Evaluasi Pembiayaan Ultra Mikro oleh Instansi Vertikal
Direktorat Jenderal Perbendaharaan.
Perekaman data debitur pada aplikasi SIKP UMi dilaksanakan oleh KPPN paling
lambat sampai dengan akhir triwulan tahun berjalan. Sedangkan penyampaian
laporan UMi kepada Direktorat Smi dilaksanakan oleh Kanwil Ditjen Perbendaharaan
setiap semester.
Perhitungan IKU dilaksanakan setiap semester dengan data capaian sebagai berikut:
Data Semester 1 merupakan data yang berasal dari jumlah perekaman data secara
tepat waktu oleh KPPN selama dua triwulan (triwulan I dan triwulan II) ditambah
dengan data penyampaian laporan oleh kanwil Ditjen Perbendaharaan
Data Semester 2 merupakan data yang berasal dari jumlah perekaman data secara
tepat waktu oleh KPPN selama dua triwulan (triwulan III dan triwulan IV) ditambah
dengan data penyampaian laporan oleh kanwil Ditjen Perbendaharaan.
Persentase Pemenuhan Monev Pembiayaan UMi Oleh Instansi Vertikal =
(Persentase perekaman data secara tepat waktu oleh KPPN x 50%) +
(Penyampaian Laporan Monitoring UMi oleh Kantor Wilayah Ditjen
Perbendaharaan Secara Tepat Waktu x 50%)
Realisasi IKU ini mencapai nilai 100% pada tahun 2020, melewati target yang telah
ditetapkan yaitu 98%.
Capaian ini juga didukung oleh kantor vertikal yang secara tepat waktu telah
merekam data di SIKP selama periode 2 semester, serta mengirimkan laporan secara
tepat waktu.
SS- Perumusan Kebijakan yang optimal
Kajian dan perumusan kebijakan dibidang investasi pemerintah, pinjaman,
penerusan pinjaman, dan Kredit program serta pembiayaan lainnya sebagai acuan
yang bersifat yuridis formal
4a-N – Indeks Penyelesaian RPMK/RKMK kebijakan sesuai program
perencanaan RPMK/RKMK Direktorat SMI
Penyelesaian RPMK/RKMK Kebijakan adalah proses penyusunan RPMK/RKMK
Kebijakan oleh unit eselon I/II konseptor sampai dengan diundangkan oleh
Kementerian Hukum dan HAM untuk PMK atau Ditetapkan oleh Menteri Keuangan
untuk KMK.
Program Perencanaan RPMK/RKMK Kebijakan adalah rangkaian kegiatan
perencanaan dan monitoring penyusunan RPMK/RKMK Kebijakan dalam jangka
waktu 1 (satu) tahun oleh unit I/II di lingkungan.
Efektivitas peraturan perbendaharaan merupakan penyelesaian peraturan perbendaharaan sesuai dengan ketentuan dan kaidah-kaidah dalam penyusunan
LAPORAN KINERJA DIREKTORAT SISTEM MANAJEMEN INVESTASI - 2020
III - 10
peraturan serta uji dampak terhadap implementasi peraturan perbendaharaan yang dilakukan dengan Metode ROCCIPI. Indeks efektivitas peraturan perbendaharaan diukur dengan 3 (tiga) komponen: Komponen perhitungan dalam IKU ini mencakup:
a. RPMK/RKMK Program Perencanaan dan/atau Kumulatif Terbuka (x)
b. RPMK/RKMK di Luar Perencanaan non Kumulatif Terbuka (y)
c. Simplifikasi Regulasi (z)
RPMK/RKMK yang diperhitungkan dalam capaian IKU ini adalah RPMK/RKMK yang
bersifat kebijakan. KMK yang bersifat administratif, KMK mengenai Pembentukan
Tim dan KMK yang Direktoratandatangani Pimpinan Unit Eselon I atau Eselon di
bawahnya atas nama Menteri Keuangan tidak diperhitungkan dalam capaian IKU.
Usulan Perubahan Program Perencanaan RPMK/RKMK dari Unit Pengusul, baik
berupa penambahan maupun pengurangan PMK/KMK, dapat diajukan paling lambat
tanggal 31 Juli 2019.
RPMK/RKMK di Luar Perencanaan yang diusulkan karena adanya arahan
Pimpinan/peraturan perundang-undangan baru yang memerintahkan pembentukan
RPMK/RKMK tersebut setelah tanggal 31 Juli 2019 masuk dalam Daftar Kumulatif
Terbuka.
RPMK/RKMK yang memenuhi kriteria Daftar Kumulatif Terbuka sebagaimana
Ditetapkan dalam Keputusan Menteri Keuangan mengenai Program Perencanaan
Peraturan Menteri Keuangan/Keputusan Menteri Keuangan yang Bersifat Kebijakan
mendapatkan bobot yang sama dengan RPMK/RKMK Kategori Program
Perencanaan.
𝑥 =⅀𝑅𝑃𝑀𝐾 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑡𝑒𝑡𝑎𝑝𝑘𝑎𝑛 𝑠𝑒𝑠𝑢𝑎𝑖 𝑏𝑎𝑡𝑎𝑠 𝑤𝑎𝑘𝑡𝑢
⅀𝑅𝑃𝑀𝐾 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑢𝑠𝑢𝑙𝑘𝑎𝑛
Indeks Penyelesaian RPMK tersebut di atas memiliki bobot perhitungan sebesar 50%. Dengan
range indeks sebagai berikut:
Indeks 1 : 0 ≤ x ≤ 30% RPMK diselesaikan sesuai dengan batas waktu penyelesaian RPMK
Indeks 2 : 30% ≤ x ≤ 60% RPMK diselesaikan sesuai dengan batas waktu penyelesaian RPMK
Indeks 3 : 60% ≤ x ≤ 90% RPMK diselesaikan sesuai dengan batas waktu penyelesaian RPMK
Indeks 4 : 90% ≤ x ≤ 100% RPMK diselesaikan sesuai dengan batas waktu penyelesaian RPMK
Capaian IKU = (∑(( Indeks Penyelesaian RPMK x 50%)) + (Indeks Uji Dampak x
30%) + (Indeks tinjut uji dampak x 20%))
Pada tahun 2020 Seluruh RPMK/RKMK telah selesai diajukan dan diterbitkan.
RPMK/RKMK tersebut antara lain:
1. Penyusunan RPMK Tentang Pengelolaan Dana Lingkungan Hidup yang akan
digunakan pada Badan Layanan Umum Badan Pengelola Dana Lingkungan
Hidup. Penyusunan RPMK Tentang Pengelolaan Dana Lingkungan Hidup telah
selesai dengan ditetapkannya PMK No.124/PMK.05/2020 tentang Tata Cara
Pengelolaan Dana Lingkungan Hidup
2. Penyusunan RPMK tentang Tata Cara Investasi Pemerintah, dilakukan sebagai
amanat dari Peraturan Pemerintah Nomor 63 Tahun 2019 tentang Investasi
Pemerintah yang menjadi dasar hukum pelaksanaan investasi pemerintah baik
LAPORAN KINERJA DIREKTORAT SISTEM MANAJEMEN INVESTASI - 2020
III - 11
oleh Regulator, Supervisor dan Operator Investasi Pemerintah. Substansi
pengaturan turut menyesuaikan dengan kondisi pandemi Covid-19. Penyusunan
RPMK Tata Cara Investasi Pemerintah telah melalui proses Finalisasi
Pembahasan (Direktorat SMI, Direktorat Sistem Perbendaharaan dan Biro
Hukum Setjen Kementerian Keuangan), Harmonisasi oleh Kementerian Hukum
dan HAM, dan telah ditetapkan oleh Menteri Keuangan dengan PMK
No.53/PMK.05/2020 tentang Tata Cara Investasi Pemerintah
3. Penyusunan RPMK Revisi PMK No. 31/PMK.05/2016 tentang Tata Cara
Penyelesaian Piutang Negara Yang Bersumber Dari Penerusan Pinjaman Luar
Negeri, Rekening Dana Investasi, Dan Rekening Pembangunan Daerah Pada
Perusahaan Daerah Air Minum. Penyusunan RPMK Revisi PMK No.
31/PMK.05/2016 telah selesai, dengan ditetapkannya PMK No.
194/PMK.05/2020 tentang Tata Cara Penyelesaian Piutang Negara Yang
Bersumber Dari Penerusan Pinjaman Luar Negeri, Rekening Dana Investasi, Dan
Rekening Pembangunan Daerah Pada Badan Usaha Milik Daerah Tertentu, oleh
Menteri Keuangan
Penyelesaian RPMK/RKMK Kebijakan adalah proses penyusunan RPMK/RKMK
Kebijakan oleh unit eselon I/II konseptor sampai dengan diajukan untuk proses
harmonisasi oleh Biro Hukum Setjen Kemenkeu untuk PMK dan KMK. Komponen
perhitungan dalam IKU ini mencakup RPMK/RKMK Program Perencanaan dan/atau
Kumulatif Terbuka (x), RPMK/RKMK di Luar Perencanaan non Kumulatif Terbuka (y)
dan Simplifikasi Regulasi (z)
SS- Penyaluran dana investasi yang optimal
Penyaluran dana dari APBN di bidang investasi pemerintah dan pembiayaan lainnya
secara optimal akan menopang pengelolaan investasi pemerintah secara
berkelanjutan. Saat ini penyaluran dana tersebut digunakan untuk investasi,
penerusan pinjaman, Kredit program. Penyediaan dana untuk penerusan pinjaman,
diharapkan terdapat pengembalian pinjaman secara optimal. Sehingga
pengembalian ini mempunyai kontribusi dalam pengelolaan APBN
5a-N – Persentase pencapaian target penerimaan pokok dan bunga pinjaman
Pengembalian pokok dan bunga dari penerusan pinjaman harus disetorkan kembali
ke APBN tahun berjalan. Jumlah dana yang disetor harus dapat dipenuhi sesuai
dengan target yang telah ditetapkan pada APBN tahun berjalan. Pengembalian
pokok dan bunga penerusan pinjaman, mempunyai kontribusi dalam APBN sebagai
penerimaan defisit APBN.
Pada tahun 2020 jumlah penerimaan cicilan pokok yang harus dikembalikan
berjumlah Rp. 10.506.050.881.000 dengan rincian sebagai berikut:
Tabel 3.7
Jumlah penerimaan yang harus dikembalikan
LAPORAN KINERJA DIREKTORAT SISTEM MANAJEMEN INVESTASI - 2020
III - 12
Status penetapan PMN Non Cash saat ini telah disetujui oleh Menteri Keuangan
sehingga realisasi PMN Non-cash sepenuhnya berada pada kewenangan Ditjen
Kekayaan Negara KND.
Langkah-langkah restrukturisasi BUMN sampai dengan penetapan PMN Non-kas
sesuai dengan KEP Dirjen Perbendaharaan Nomor 744 tahun 2016 mengenai SOP
Dit. SMI antara lain:
1. Pengajuan restruk oleh debitur
2. Analisis restruk oleh Subdit IBUMN, Direktorat SMI
3. Pengajuan hasil analisis restruk ke MK dgn inisiator Subdit IBUMN, Direktorat SMI
4. Persetujuan restruk oleh MK
5. Penetapan persetujuan restruk baik dalam bentuk PMN Non Cash / PMN Cash
6. Tanggung jawab dan kewenangan setelah persetujuan MK merupakan tanggung
jawab dan kewenangan DJKN.
Sehingga dari total target penerimaan cicilan pokok dan bunga pinjaman, yang
merupakan tanggung jawab Direktorat SMI melalui KPPN KI secara langsung di tahun
2020 adalah sejumlah Rp. 6.475.249.808.000,- dari penerimaan cicilan pokok
ditambah Rp. 1.000.000.000 dari PNBP Pengelolaan Pemberian Pinjaman.
(A1 + A2)
2
A1 = (∑realisasi penerimaan kas pokok dari investasi pemerintah / ∑ target
penerimaan kas pokok pinjaman ) x 100%
A2 = (∑ realisasi bunga pinjaman/lainnya dari investasi pemerintah / ∑ target
penerimaan bunga pinjaman) x 100%
Berdasarkan Perpres nomor 72 tahun 2020 tanggal 24 Juni 2020, terdapat kenaikan
target APBN 2020 sebesar Rp. 1.147.044.420.000 atau 11,1% dikarenakan adanya
perubahan kurs, sehingga target penerimaan pokok adalah
Rp10.506.050.881.000,00 dan non pokok adalah Rp1.000.000.000.000,00 sehingga
total target penerimaan adalah Rp11.506.050.881.000,00, Dalam Target tersebut
terdapat target penerimaan pokok non cash berupa Penyertaan Modal Negara
(PMN) kepada PT Bahana Pembinaan Usaha Indonesia (PT BPUI) dan PT
Pengembangan Armada Niaga Nasional (PT PANN) sebesar Rp4.030.801.073.000,00
yang telah dikeluarkan dari perhitungan IKU berdasarkan ND-2199/PB.1/2020
tanggal 21 Juli 2020
LAPORAN KINERJA DIREKTORAT SISTEM MANAJEMEN INVESTASI - 2020
III - 13
Penerimaan Pokok dan bunga triwulan IV tahun 2020 (s/d 31 Desember 2020)
sebesar 107,28% yang diperoleh dari (67,62% + 144,94%)/2 dengan rincian sebagai
berikut:
Tabel 3.8 Realisasi Penerimaan Pokok dan Bunga Pinjaman
per 31 Desember 2020
Realisasi s.d. 31 Desember 2020
Uraian Target APBN-P Realisasi % Target APBN Cash
A Penerimaan Pokok 10.506.050.881.000,00 4.646.478.007.922,00
I Cash 6.475.249.808.000,00 4.378.461.007.922,00 67,62%
1 Pinjaman BUMN 4.195.092.963.992,00 64,79%
2 Pinjaman Pemda 68.998.311.359,00 1,07%
3 Pinjaman BUMD 136.341.140,00 0,00%
4 Pinjaman Kredit Program 25.802.502.030,00 0,40%
II Non Cash (PMN) 4.030.801.073.000,00 0,00
1 Pinjaman BUMN 0,00
B Penerimaan Non Pokok 1.000.000.000.000,00 1.469.351.779.536,00 146,94%
1 Bunga 1.389.348.199.146,00 138,93%
2 Jasa Bank 318.415.000,00 0,03%
3 Denda 1.041.653.481,00 0,10%
4 Biaya Lain-lain 52.867.304.535,00 5,29%
Jumlah 11.506.050.881.000,00 6.115.829.787.458,00 107,28%
SS - Pengelolaan Investasi Pemerintah Yang Efektif
Pengelolaan perbendaharaan negara artinya Ditjen Perbendaharaan mempunyai
tugas melaksanakan pengelolaan dan pertanggungjawaban keuangan negara sesuai
UU Nomor 1 tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara.
Efektif berarti bahwa Pengelolaan Investasi Pemerintah diharapkan dapat
memberikan manfaat Ekonomi, Sosial, dan/atau manfaat lainnya yang dapat
dinikmati oleh seluruh masyarakat.
Sebagai pengelola di bidang pengelolaan investasi, Ditjen Perbendaharaan sebagai
regulator mampu mewujudkan penguatan regulasi sehingga tercipta iklim investasi
yang kondusif dan dapat menghasilkan penerimaan negara yang optimal.
6a – N – IKU Persentase Efektivitas Pembinaan terhadap BLU Pengelola Dana pada
DJPB
Efektifitas Pengelolaan Dana pada BLU Pengelola Dana merupakan pengukuran atas
persentase imbal hasil dana kelolaan pada BLU Pengelola Dana.
Formula Perhitungan :
Formula = (60% x A) + (40% x B)
A = rata-rata imbal hasil pengelolaan dana yang dilakukan BLU BPDPKS B = rata-rata imbal hasil Bank Pemerintah Buku 4 + 0,1 A ≥ B = tingkat efektivitas 100%
B-0,5% ≤ A < B = tingkat efektivitas 90%
B-1,5% ≤ A < B-0,5% = tingkat efektivitas 80%
B diukur dari persentase jumlah debitur
Umi dibandingkan target dan jumlah
dana yg disalurkan kpd LKBB
dibandingkan Realisasi pencairan dana
BA 999.03 (PIP)
Jml. Real. Debitur
Dana yg telah
disalurkan kpd LKBB
Target Debitur
Realisasi
pencairan dana
BA 999.03 (PIP)
85% X
15% X
+
LAPORAN KINERJA DIREKTORAT SISTEM MANAJEMEN INVESTASI - 2020
III - 14
B-2,5% ≤ A <-1,5% = tingkat efektivitas 70%
B-3,5% ≤ A <-2,5% = tingkat efektivitas 60%
B-4,5% ≤ A <-3,5% = tingkat efektivitas 50%
B-5,5% ≤ A <-4,5% = tingkat efektivitas 40%
A. Komposisi portofolio pada tahun 2020 adalah sebagai berikut:
B. Dana Program ditempatkan pada Deposito Bank Pemerintah BUKU 4; dan
C. Dana Cadangan Permanen ditempatkan pada Deposito Bank Pemerintah BUKU
3 dan BUKU 4 dan Surat Utang Negara
Realisasi annualized weighted average ROI sampai dengan 31 Desember
2020 sebesar 7,10% p.a. Rata-rata dana investasi selama periode tersebut
sebesar 13,504 Triliun. Posisi saldo per 31 Desember 2020 sebesar Rp5,661
Triliun untuk investasi pada Deposito dan Rp508,4 Miliar untuk investasi
pada Surat Utang Negara. Dengan rata-rata suku bunga depostio bank
pemerintah BUKU 4 sampai dengan 31 Desember 2020 sebesar 5,95% p.a,
maka capaian kinerja persentase imbal hasil dana kelolaan s.d bulan
Desember 2020 sebesar 117%
Komitmen BPDPKS Bersama BLU lain untuk berkontribusi dalam mengisi
defisit fiskal yang melebar melalui program bond stabilization fund (diinisiasi
oleh DJPPR). Dana disiapkan sebesar Rp 1 T (termasuk dana yang telah
ditempatkan dalam SUN saat ini sebesar Rp508 Miliar) yang berasal dari
dana cadangan permanen
Pada Kuartal 4 2020 telah ditetapkan Rencana Investasi Tahunan Tahun
2021
D. Sedangkan untuk realisasi pembinaan BLU PIP dihitung dari akurasi penyaluran
dan jumlah debitur.
1. Capaian jumlah debitur Q4 sebanyak 1.731.582 (195,64%) dari target
752.323 debitur. Sehingga secara total Jumlah Debitur Sebanyak 3.405.653
dari target 2.152.323 debitur
2. Jumlah dana (outstanding) yang telah disalurkan kepada LKBB sampai
dengan 31 Desember 2020 adalah sebesar Rp. 5.889.267.129.619,- dari
total realisasi pencairan dana BA.999.03 kepada PIP sebesar Rp.
8.000.000.000.000,-
3. Manual perhitungan IKU PIP disesuaikan dengan mengacu kepada Jumlah
Debitur terhadap Target Debitur untuk tahun 2020 saja dan Jumlah Dana
yaitu dana Outstanding yang disalurkan terhadap total realisasi pencairan
dana BA 999.03. Hasil PIP adalah 206,68%
Sehingga realisasi sampai dengan tahun 2020 adalah sebesar 152,87% melebihi
targetnya yang sebesai 82%.
6b – N – Indeks Penyelesaian Restrukturisasi Piutang Negara
LAPORAN KINERJA DIREKTORAT SISTEM MANAJEMEN INVESTASI - 2020
III - 15
Restrukturisasi piutang negara merupakan upaya optimalisasi dengan cara
penjadwalan kembali, penghapusan, debt swap, perubahan persyaratan dan
konversi menjadi penyertaan dan penghapusan piutang negara kepada
BUMN/BUMD/Pemda yang mengalami kesulitan membayar kewajiban atas
pinjaman SLA/RDI/RPD.
Formula Perhitungan IKU :
Bobot perhitungan IKU Indeks penyelesaian restrukturisasi piutang
negara pada BUMN/BUMD/PEMDA
(IP1+IP2+…..+IPn)
(P1+P2+….+Pn) IP = nilai penyelesaian restruk
P = jumlah restruk
0 - 0,75 = 1
0,76 - 1,75 = 2
1, 76 - 2,75 = 3
2,76 - 4= 4
Index penyelesaian restrukturisasi piutang negara pada BUMN/BUMD/PEMDA :
1: Penyelesaian sampai level kewenangan Kasubdit
2: Penyelesaian sampai level kewenangan Direktur
3: Penyelesaian sampai level kewenangan Dirjen Perbendaharaan
4: Penyelesaian sampai level kewenangan Menteri Keuangan
BUMN
Sampai dengan TW IV terdapat permohonan Restrukturisasi pada 18 BUMN.
Penyelesaian Piutang Negara pada PT Pindad yang sudah berjalan sebelumnya telah
mendapat persetujuan Menteri Keuangan (S-1164/MK.05/2020 tgl 15 Desember
2020) sehingga capaian berada pada nilai 4.
BUMD
Dari total 53 Pemerintah Daerah yang sedang mengajukan Restrukturisasi, telah
selesai 42 Pemda. Untuk Periode 2020, Terdapat 6 obyek restrukturisasi (Pemda dan
PDAM) yang direncanakan akan diselesaikan dalam kurun waktu ini, yakni.
Pemkab Sangihe (1 Penghapusan Bersyarat); dan
Pemkot Palembang, Pemkot Singkawang, Pemprov Aceh, PDAM Kabupaten Nganjuk
dan Pemprov Riau (5 Penghapusan Mutlak)
Proses Penghapusan Mutlak saat ini sudah selesai dari Menteri Keuangan sejak
Maret 2020, namun belum ditandatangi oleh Presiden.
Dari total 6 Obyek Restrukturisasi, 6 Sudah selesai dari Menteri Keuangan (namun
belum ditandatangani oleh Presiden) dan Pemkab Sangihe telah selesai di menteri
Keuangan dan tertuang pada KMK 352/KMK.05/2020
Menimbang Formula Indeks hanya memuat angka 4 sampai dengan penyelesaian di
Menteri Keuangan, Maka Capaian Semester I terkait Indeks Restrukturisasi adalah
sebagai berikut:
5 Selesai di Menteri Keuangan.
1 Masih di tingkat Kasubdit.
LAPORAN KINERJA DIREKTORAT SISTEM MANAJEMEN INVESTASI - 2020
III - 16
Indeks Penyelesaian Restrukturisasi Piutang Negara mencapai nilai 4 dari targetnya
sebesar 3. Keberhasilan ini dikarenakan proses restrukturisasi dilakukan dengan
mempertimbangkan kesehatan keuangan debitur dan proses dilaksanakan dengan
memperhatikan ketentuan yang berlaku.
SS - Komunikasi dan edukasi investasi yang berkesinambungan
Peningkatan kapasitas pengelola investasi pemerintah yang efektif adalah strategi
Direktorat SMI dalam rangka meningkatkan efektivitas pelaksanaan kebijakannya.
Peningkatan kapasitas pengelola investasi pemerintah dilakukan melalui pembinaan
kepada para pelaksana kebijakan dengan penyusunan rencana yang matang dan
pelaksanaan yang menggunakan metode yang tepat sasaran untuk memperoleh
hasil evaluasi yang mampu memberikan umpan balik bagi penyempurnaan kebijakan
di waktu yang akan datang.
7a-N – IKU Indeks Efektivitas Edukasi dan Komunikasi
Efektivitas edukasi dan komunikasi merupakan bentuk pengukuran tingkat
keberhasilan peserta pelatihan/sosialisasi/workshop dari pihak eksternal Kemenkeu
dalam hal pemahaman substansi/materi. Variabel yang diukur adalah tingkat
pemahaman peserta (bobot 70%), kualitas materi (bobot 15%), kualitas pengajar
(bobot 10%), dan kualitas tempat pelaksanaan (bobot 5%). Pengukuran IKU ini
dilakukan berdasarkan standardisasi kuesioner sebagaimana lampiran manual IKU
ini.
Kegiatan untuk mengukur IKU ini adalah Sosialisasi PMK 95/2018 dan Bimtek
pelaksanaan Monev Pembiayaan Ultra Mikro dalam 3 (tiga) batch pada tgl 12 Maret
2019 s.d. 1 April 2019 dengan peserta yang berasal dari 34 Kanwil DJPb dan 182
KPPN. Serta kegiatan Penyusunan Portofolio dan Manajemen Risiko pada tanggal 8
Oktober 2019 dengan peserta dari Direktorat SMI dan KPPN Khusus Investasi dan
narasumber dari Mandiri Finance.
Formula Perhitungan :
Rata-rata Indeks Tingkat efektifitas edukasi dan komunikasi
0 < x ≤ 20 = sangat tidak efektif
21 < x ≤ 40 = tidak efektif
41 < x ≤ 60 = kurang efektif
61 < x ≤ 80 = efektif
81 < x ≤ 100 = sangat efektif
Pencapaian IKU tersebut pada semester ini diraih melalui hasil post test peserta
Bimtek Investasi Syariah yang dilaksanakan pada bulan September 2020 dengan
peserta dari internal Direktorat SMI dan KPPN Khusus Investasi. Dengan target nilai
rata-rata 87, didapatkan nilai rata-rata 87,8 dari seluruh peserta..
SS- Akuntansi dan pelaporan Investasi
Penatausahaan investasi pemerintah yang akuntabel diwujudkan dengan
penyusunan laporan keuangan oleh Unit Kuasa Pengguna Anggaran. Bentuk dari
LAPORAN KINERJA DIREKTORAT SISTEM MANAJEMEN INVESTASI - 2020
III - 17
yang akuntabel, transparan dan tepat waktu
peningkatan dapat diidentifikasi dari ketepatan penyusunan pertanggungjawaban
anggaran dan opini yang baik dari pemeriksa atas unsur-unsur pembentuk laporan
keuangan.
Penyusunan LK Unit Akuntansi Kuasa Pengguna Anggaran Bagian Anggaran
Penerusan Pinjaman, Investasi Pemerintah dan Belanja Subsidi untuk Kredit
Program merupakan bagian dari pertanggungjawaban pengelolaan keuangan
negara dalam mewujudkan akuntabilitas dan transparansi pengelolaan negara.
8a-N - Indeks Penyelesaian LK Bagian Anggaran penerusan pinjaman, investasi
pemerintah dan belanja subsidi (unaudited) secara tepat waktu
Laporan Keuangan Unit Akuntansi Kuasa Pengguna Anggaran Bagian Anggaran
Penerusan Pinjaman, Investasi Pemerintah dan Belanja Subsidi Kredit Program
adalah bentuk pertanggungjawaban Pemerintah atas pelaksanaan anggaran yang
terdiri dari LRA, Neraca, LAK, dan Catatan atas Laporan Keuangan. LK Unit Akuntansi
Kuasa Pengguna Angaran tahunan unaudited diselesaikan untuk 2 semester, yaitu
pada akhir Februari dan akhir Agustus.
Penyelesaian LK Bagian Anggaran Penerusan Pinjaman, Investasi dan Belanja Subsidi
(Unaudited) secara tepat waktu.
H = Tanggal terakhir penyerahan Laporan Keuangan Unaudited dari jadwal
Direktorat. APK DJPB (BA 999.04) dan jadwal DJKN (BA 999.03) Waktu penyerahan
laporan tersebut adalah tanggal sesuai dengan surat yang dikirimkan oleh APK dan
DJKN.
Skala 1 s.d. 4 Semester I Skala 1 s.d. 4 Semester II
1 = > H + 10 hari (sangat terlambat) 1 = > H + 10 hari (sangat terlambat)
2 = H + 10 hari (terlambat) 2 = H + 10 hari (terlambat)
3 = H (tepat waktu) 3 = H (tepat waktu)
4 = < H (lebih cepat waktu) 4 = < H (lebih cepat waktu)
Formula Perhitungan :
∑(𝑨𝟏 + 𝑨𝟐 + 𝑨𝟑)
𝟑
Keterangan :
A1 = Indeks ketepatan waktu penyerahan LK UAKPA BUN Penerusan Pinjaman
A2 = Indeks ketepatan waktu penyerahan LK UAKPA BUN Investasi Pemerintah
A3 = Indeks ketepatan waktu penyerahan LK UAKPA BUN Belanja Subsidi
Laporan Keuangan Unit Akuntansi Kuasa Pengguna Anggaran Bagian Anggaran
Pemberian Pinjaman Pinjaman, Investasi Pemerintah dan Belanja Subsidi Kredit
Program adalah bentuk pertanggungjawaban Pemerintah atas pelaksanaan
anggaran yang terdiri dari LRA, Neraca, LAK, dan Catatan atas Laporan Keuangan.
Capaian IKU ini adalah 4, dengan dasar perhitungan :
LAPORAN KINERJA DIREKTORAT SISTEM MANAJEMEN INVESTASI - 2020
III - 18
1. LK disusun berdasarkan dokumen sumber dan sesuai PMK 179/PMK.05/2017
tentang Sistem Akuntansi dan Pelaporan Keuangan Pengelolaan Pemberian
Pinjaman, PMK Nomor 221/PMK.05/2016 Tata Cara Penyusunan dan
Penyampaian Laporan Keuangan Bendahara Umum Negara dan PMK Nomor
169/PMK.05/2018 tentang Sistem Akuntansi dan Pelaporan Keuangan dan
peraturan lainya;.
2. Indeks 4 diperoleh dari Nota dinas penyampaian laporan keuangan BA 999.03,
999.04 dan 999.07 kepada KPA dalam hal ini Direktorat Sistem Manajemen
Investasi Kemudian Direktorat SMI sebagai KPA BA BUN menyampaian kepada
PPA sesuai Nota Dinas Dirjen Perbendaharaan nomor ND-66/PB/2020 tanggal 30
Januari 20209 Untuk menjaga ketepatan waktu telah ditetapkan IKU Indeks
Penyelesaian Laporan Keuangan Bagian Anggaran penerusan pinjaman, investasi
pemerintah dan belanja subsidi (unaudited) secara tepat waktu
Realisasi IKU ini adalah :
T/R Q1 Q2 Q3 Q4
Target - 3,25 - 3,25
Realisasi - 4 - 4
Capaian - 120 - 120
Tabel 3.9
Batas Penyampaian Laporan Keuangan
LKPP BA 999.03 BA 999.04 BA 999.07
Tanggal
Penyampaian
Surat
14 Februari
2020
20 Februari 2020
2019
07 Februari
2020
Batas Waktu
Penyampaian
21 Februari
2020
21 Februari 2020 21 Februari
2020
8b-N - IKU Indeks kualitas LK BA 999.04
Opini dari BPK RI adalah opini yang diberikan oleh Badan Pemeriksa Keuangan RI
terhadap Laporan Keuangan Kementerian Keuangan (BA 15) dan Laporan Keuangan
Konsolidasi Bendahara Umum Negara (BUN) tahun 2015. Indeks opini BPK atas
Laporan Keuangan BA.999.04 yang dikelola oleh Direktorat SMI, selanjutnya akan
dikonsolidasi menjadi LK BUN BA 999. Opini BPK dikonversi dalam indeks 1 s.d. 4,
dimana:
1 = Tidak Wajar (Adverse)
2 = Tidak Memberikan Pendapat (Disclaimer)
3 = WDP dengan 4 pengecualian atau lebih
3.25 = WDP dengan 3 pengecualian
LAPORAN KINERJA DIREKTORAT SISTEM MANAJEMEN INVESTASI - 2020
III - 19
3.50 = WDP dengan 2 pengecualian
3.75 = WDP dengan 1 pengecualian
4 = WTP atau WTP-DPP atau WDP dengan 0 pengecualian dari BA 999.04
Sejak tahun 2014 BPK tidak memberikan opini per masing-masing BA, namun atas
BA 999 secara keseluruhan. Oleh karena itu, apabila BPK RI tidak memberikan opini
terkait BA tersebut, maka dasar perhitungan opini BPK atas laporan keuangan BA
999.xx adalah jumlah pengecualian pada LK Konsolidasi BUN yang terkait BA
tersebut.
Indeks Kualitas LK BA 999.04 mendapat capaian 4 disesuaikan dengan opini BPK atas
LKPP dan LK-BUN yaitu WTP.
Sifat transaksi pda LK BA 999,04 yang unik dan berbeda dengan transaksi di DJPB
pada umumnya, sehingga perlu adanya penyesuaian pada SPAN dan peraturan
pendukungnya.
Untuk mempertahankan opini tersebut beberapa hal yang dilakukan adalah
1. Meningkatkan rekonsiliasi sehingga nilai yang disajikan dalam LK dapat
diyakini oleh Auditor.
2. Menyusun sistem yang terintegrasi sehingga dapat mengurangi kesalahan
dalam penyajian melalui SPAN
Tabel 3.10
Capaian Opini 2016 sd 2020
2016 2017 2018 2019 2020
4 (WTP) 4 (WTP) 4 (WTP) 4 (WTP) 4 (WTP)
8b-CP – IKU Persentase Rekomendasi Hasil Pemeriksaan BPK Dan Hasil
Pengawasan Itjen Yang Telah Ditindaklanjuti
Tindak lanjut Pemerintah terhadap Temuan Pemeriksaan (TP) BPK atas LKPP dan LK
BUN perlu diselesaikan sebagaimana yang direkomendasikan oleh BPK. Setiap K/L
dan Pengguna Anggaran BUN diwajibkan menyampaikan Tindak Lanjut atas
rekomendasi terkait. TP BPK tersebut setiap akhir bulan Maret, Juli, November, dan
Desember.
Pengukuran penyelesaian rekomendasi adalah temuan yang telah selesai
ditindaklanjuti terhadap temuan/rekomendasi BPK sebagaimana action plan
dengan timeframe yang ditetapkan pemerintah dengan menggunakan dua kriteria,
yaitu:
a. rekomendasi yang ditindaklanjuti merupakan rekomendasi yang diusulkan selesai
kepada BPK. Status rekomendasi BPK yang diusulkan selesai, ditetapkan pada forum
pembahasan bersama DJPb, Itjen, unit eselon I terkait dan Auditor BPK.
b. rekomendasi yang diselesaikan merupakan rekomendasi yang dinyatakan tuntas
oleh BPK dan tercantum dalam LHP.
LAPORAN KINERJA DIREKTORAT SISTEM MANAJEMEN INVESTASI - 2020
III - 20
Bagi unit eselon II yang hanya bertanggung jawab terhadap rekomendasi BPK atas
LKPP dan LK BUN, maka capaian hanya menggunakan sub IKU Persentase
penyelesaian rekomendasi BPK atas LKPP dan LK BUN yang telah ditindaklanjuti.
Bagi unit eselon II yang hanya bertanggung jawab terhadap rekomendasi Itjen, maka
capaian hanya menggunakan sub IKU Persentase policy recommendation hasil
pengawasan Itjen yang ditindaklanjuti.
Apabila di unit terkait dalam periode pelaporan tidak ditemukan temuan BPK yang
memerlukan tindak lanjut rekomendasi, maka pada unit bersangkutan capaiannya
adalah N/A dan kinerja dihitung 100%
Semester I = (Rekomendasi LKPP dinyatakan selesai oleh BPK
𝑂𝑢𝑡𝑠𝑡𝑎𝑛𝑑𝑖𝑛𝑔 rekomendasi LKPP s.d. 2018 x 50%) +
(Rekomendasi LKBUN yang dinyatakan selesai oleh BPK
𝑂𝑢𝑡𝑠𝑡𝑎𝑛𝑑𝑖𝑛𝑔 rekomendasi LKBUN s.d. 2018 x 50%)
Semester II =(Rekomendasi LKPP dinyatakan selesai oleh BPK + yang diusulkan selesai
𝑂𝑢𝑡𝑠𝑡𝑎𝑛𝑑𝑖𝑛𝑔 rekomendasi LKPP s.d. 2019 x 50%) +
(Rekomendasi LKBUN yang dinyatakan selesai oleh BPK + yang diusulkan selesai
𝑂𝑢𝑡𝑠𝑡𝑎𝑛𝑑𝑖𝑛𝑔 rekomendasi LKBUN s.d. 2019 x 50%)
Berdasarkan nota dinas Direktur APK nomor ND-7/PB.6/2021 tanggal 6 Januari 2021
hal Penyampaian Capaian Iku Persentase Rekomendasi BPK atas LKPP dan LKBUN
yang ditindaklanjuti Semester II Tahun 2020 Direktorat SMI mendapatkan capaian
100% dengan rincian:
1. 1 Rekomendasi LKPP telah diusulkan selesai ;
2. Terdapat 4 rekomendasi LKBUN yang diusulkan selesai sehingga dari total 5
rekomendasi telah diusulkan selesai seluruhnya.
Capaian tersebut disebabkan oleh :
1. Aplikasi SIKP belum dapat digunakan oleh KPA untuk melakukan pemantauan
atas realisasi penyaluran dan potensi tagihan atas Subsidi Bunga KUR sehingga
tidak dapat digunakan KPA dalam mengungkapkan nilai beban dan utang
estimasi;
2. KPA Subsidi Kredit Program belum melakukan koordinasi dengan Bank Pelaksana
terkait evaluasi penyerapan anggaran dan penyusunan IKD Subsidi Bunga Kredit
Program dan evaluasi penggunaan anggaran sebagai salah satu pertimbangan
penyusunan IKD
Dan untuk itu Direktorat SMI telah melakukan beberapa Langkah antara lain:
1. Dit SMI telah melakukan penyempurnaan database agar terintegrasi dengan
data kependudukan dan pencatatan sipil (dukcapil) dan data perpajakan;
2. Dit. SMI selaku KPA BUN telah menyampaikan kembali IKD BUN Pengelolaan
Belanja Subsidi Kredit Program TA 2020 kepada DJA (selaku PPA) melalui surat
nomor S-201/PB.4/2019 tanggal 20 Juni 2019 berdasarkan hasil rapat dan site
visit kepada Bank Penyalur dan Lembaga Penjamin.
LAPORAN KINERJA DIREKTORAT SISTEM MANAJEMEN INVESTASI - 2020
III - 21
SS- Pengelolaan Organisasi dan SDM yang Optimal
SDM yang kompetitif adalah SDM yang memiliki sikap (attitude) dan kapasitas (skill)
yang memadai dalam meningkatkan kualitas pengelolaan sumber daya Direktorat
SMI dan memiliki daya saing dan daya juang yang tinggi.
Organisasi yang fit for purpose adalah organisasi yang memenuhi kriteria kondisi
internal mencakup unsur: arahan, akuntabilitas, koordinasi dan kendali, orientasi
eksternal, kepemimpinan, inovasi dan pembelajaran, kemampuan, motivasi, budaya
dan iklim.
Organisasi yang fit for purpose tercermin dengan adanya perilaku anggota organisasi
yang memiliki komitmen kuat terhadap organisasi, hubungan yang harmonis di
antara setiap anggota organisasi, serta motivasi dan etos kerja yang tinggi.
Organisasi yang fit for purpose diharapkan dapat membawa hasil optimal bagi
organisasi sesuai dengan tujuan visi dan misi organisasi tersebut. Hal ini dapat
tercipta jika beberapa faktor berikut dapat berjalan dengan baik antara lain pola
komunikasi dan hubungan-hubungan dalam interaksi antarpersonal yang
mempengaruhi suasana kerja; program pengembangan SDM dan kualitas kerja; alur
dan prosedur pelaksanaan kegiatan, model jalur koordinasi dan konsultasi dalam
pelaksanaan kerja; mekanisme penyampaian pendapat dan tingkat kebebasan
dalam menyampaikan pendapat; serta program peningkatan kesejahteraan
(termasuk pola jenjang karir).
9a – CP – IKU Nilai Rata-Rata Hard Competency Pegawai
IKU ini digunakan untuk mengukur tingkat pemahaman para pegawai Direktorat
Sistem Manajemen Investasi terhadap tugas dan fungsi yang mereka jalankan,
sehingga outputnya dapat dijadikan sebagai pemetaan hard competency pegawai.
Teknisnya, para pegawai akan mendapat tes secara online yang terdiri dari beberapa
soal untuk diselesaikan. Nilai hard competency dinyatakan baik apabila para
pegawai mampu mencapai nilai minimal 77.
Untuk Kemenkeu-Two Direktorat, realisasi IKU tersebut diukur berdasarkan rata-
rata hasil tes yang dicapai oleh seluruh pegawai Direktorat.
Dengan demikian, pimpinan unit dan atasan langsung agar memberikan bimbingan
dan tutorial kepada para pegawai di lingkungan masing-masing.
Bagi para pegawai yang berkewajiban mengikuti tes hard competency namun
berhalangan karena alasan tertentu, maka harus dibuktikan dengan surat
keterangan dari pejabat eselon II masing-masing unit, dan capaian IKU pegawai
bersangkutan adalah N/A (Not Available).
Evaluasi terhadap kompetensi pegawai pelaksana terkait bidang tugas yang
Direktoratangani oleh masing-masing pegawai. Target nilainya adalah 77, sebagai
syarat penyelesaian pekerjaan yang optimal dengan pengetahuan yang memadai
akan bidang tugas masing-masing pegawai.
LAPORAN KINERJA DIREKTORAT SISTEM MANAJEMEN INVESTASI - 2020
III - 22
Capaian Nilai rata-rata Hard competency Dit. SMI adalah 93,7. capaian ini didapatkan
dari rata-rata 50 pelaksana yang mengikuti ujin Hardcompetency pada bulan
Oktober 2019.
Grafik 3.2
Perkembangan Nilai Hard Competency
Tes Hard Competency dilaksanakan pada bulan September 2020. Jumlah pegawai
yang ikut adalah sebanyak 45 Pegawai. 1 orang tidak ikut tes HC karena yang
bersangkutan sudah tidak aktif dan sedang dalam proses penjatuhan hukuman
disiplin. Realisasi capaian adalah sebesar 92.09, melampaui target yang ditetapkan
sebesar 77.
9b-N Nilai Kualitas Pengelolaan Kinerja berbasis Strategy Focused Organization
Dalam rangka mendorong komitmen pimpinan dan seluruh pegawai terhadap pelaksanaan pengelolaan kinerja di masing-masing unit lingkup Ditjen Perbendaharaan, telah disampaikan matriks langkah-langkah peningkatan kualitas pengelolaan kinerja.
Langkah-langkah peningkatan kualitas pengelolaan kinerja dimaksud merupakan panduan bagi unit kerja lingkup Ditjen Perbendaharaan untuk melaksanakan action plan yang implementatif berdasarkan prinsip-prinsip Strategy Focused Organization (SFO).
Sebagai bentuk apresiasi terhadap upaya-upaya peningkatan kualitas pengelolaan kinerja di lingkungan Ditjen Perbendaharaan, Kantor Pusat Ditjen Perbendaharaan melaksanakan penilaian terhadap pelaksanaan pengelolaan kinerja di unit masing-masing.
Penilaian dimaksud dilaksanakan berdasarkan parameter sebagai berikut: a. Nilai Kuantitatif pemenuhan unsur-unsur peningkatan kualitas pengelolaan kinerja periode sampai dengan triwulan III 2020 (60%). b. Nilai NKO Unit periode tahunan 2019 (40%).
77,00 77
93,70 92,09
2019 2020
Target Nilai
LAPORAN KINERJA DIREKTORAT SISTEM MANAJEMEN INVESTASI - 2020
III - 23
Pada tahun 2020 Capaian nilai Kualitas Pengelolaan Kinerja Berbasis Strategy Focused Organization adalah 91,71 dari target sebesar 83. Berdasarkan Surat Keputusan Nomor KEP-303/PB/2020 tentang Penetapan Peringkat Penilaian Pelaksanaan Pengelolaan Kinerja di Lingkungan Direktorat Jenderal Perbendaharaan Tahun 2020 Direktorat SMI telah meraih nilai 91,71 dengan rincian:
1. Nilai pemenuhan Langkah-Langkah Peningkatan Kualitas Kinerja adalah 92,42 (bobot 70%)
2. NKO 90,04 (bobot 30%)
9c--N IKU –Nilai hasil evaluasi pelaksanaan tugas kepatuhan internal
Nilai hasil evaluasi merupakan hasil penilaian terhadap pelaksanaan tugas
kepatuhan internal yang diimplementasikan pada unit kerja di lingkungan Kantor
Pusat Ditjen Perbendaharaan. Penilaian tersebut dilakukan oleh Bagian Kepatuhan
Internal Setditjen Perbendaharaan.
Unsur-unsur pelaksanaan tugas kepatuhan internal, terdiri atas:
1. Pelaksanaan pemantauan pengendalian intern, meliputi:
a. Hasil pemantauan triwulanan
b. Laporan penilaian mandiri pelaksanaan tugas kepatuhan internal
c. Laporan langkah-langkah peningkatan tugas kepatuhan internal
2. Pengelolaan penerapan manajemen risiko, meliputi:
a. Kepatuhan terhadap penyampaian laporan
b. Kualitas laporan
c. Komitmen Pimpinan
3. Pemantauan kode etik dan disiplin pegawai, meliputi:
a. Laporan pelaksanaan penandatanganan pakta integritas internal
b. Laporan pelaksanaan penegakan kode etik dan disiplin pegawai
Data laporan yang dijadikan dasar penilaian adalah laporan-laporan sampai dengan
semester I.
Formula:
Hasil penilaian dari kantor Pusat Ditjen Perbandaharaan
Nilai hasil evaluasi = Ʃ (bobot x PPI) + (bobot x MR) + (bobot x KED)
Pembobotan unsur-unsur pelaksanaan tugas kepatuhan internal:
a) Pelaksanaan pemantauan pengendalian intern (PPI), bobot: 40%
b) Pengelolaan penerapan manajemen risiko (MR), bobot: 40%
c) Pemantauan kode etik dan disiplin pegawai (KED), bobot: 20%
Berdasarkan Surat Keputusan Nomor KEP-304/PB/2020 tanggal 30 Desember 2020
hal Penetapan Nilai Hasil Evaluasi Pelaksanaan Tugas Kepatuhan Internal Lingkungan
Direktorat Jenderal Perbendaharaan Tahun 2020 Direktorat SMI memperoleh nilai
kepatuhan internal sebesar 96,74 dengan rincian:
1. Penerapan Manajemen Risiko (bobot 35%) 32,54
LAPORAN KINERJA DIREKTORAT SISTEM MANAJEMEN INVESTASI - 2020
III - 24
2. Pelaksanaan Pengendalian Intern dan Penerapan Kode Etik/Disiplin Pgawai
(55%) 54,20
3. Rekomendasi Laporan Hasil Audit (LHA) Aparat Pengawas Fungsional (bobot
10%) 10
IKU ini telah mengalami perubahan akibat dampak COVID019, terutama pada
perhitungan IKPA, sehingga pada triwulan I dan II perhitungan capaian dikecualikan
dan perhitungan capaian dimulai dari triwulan III. Sedangkan untuk capaian IKU KPA
sampai dengan 30 Desember 2020 sebesar 90,28 itu berarti melewati target capaian
sebesar 90%.
SS- Sistem Informasi investasi dan teknologi yang andal
Penyelenggaraan layanan pengguna pada Ditjen Perbendaharaan yang terintegrasi
diwujudkan dengan pembentukan HAI-DJPBN dan telah diterbitkan dasar hukumnya
yaitu Keputusan Direktur Jenderal Perbendaharaan nomor KEP-428/PB/2016
tentang Layanan Pengguna Terintegrasi. Bentuk dari peningkatan dapat
diidentifikasi dari waktu penyelesaian atas pertanyaan yang diajukan (resolve time)
sesuai dengan target layanan yang telah Ditetapkan pada Service Level Agreement
(SLA). Ditjen Perbendaharaan menyediakan layanan pengguna yang terintegrasi
sebagai upaya untuk menjamin penyediaan layanan yang tepat waktu dan
profesional atas permasalahan yang dihadapi oleh pengguna layanan dibidang
perbendaharaan
11a-N IKU –Indeks Pemanfaatan SIKP Oleh Stakeholder
SIKP adalah sistem yang dibuat untuk memfasilitasi para stakeholder dari skema
Kredit Program Pemerintah. Untuk dapat mengakses SIKP, maka pengguna harus
mengajukkan surat permohonan kepada Subdit KPIL, Direktorat SMI. Atas dasar
pengajuan tersebut, maka pengguna akan mendapatkan username dan password
sesuai kewenangan dan hak aksesnya sehingga dapat memanfaatkan SIKP.
Pengguna SIKP sesuai PMK 253 Tahun 2016 adalah Penyalur dan Penjamin,
Pemda/KL, Komite Pembiayaan UMKM, KPA, dan BLU Pengelola Dana.
Indeks 1= bila jumlah stakeholder yang mengupload/mengunduh SIKP kurang dari
30 % dari pengguna yang telah mendapatkan hak SIKP
Indeks 2= bila jumlah stakeholder yang mengupload/mengunduh SIKP antara 30%
s.d. 50 % dari pengguna yang telah mendapatkan hak SIKP
Indeks 3= bila jumlah stakeholder yang mengupload/mengunduh SIKP antara 50%
s.d. 65 % dari pengguna yang telah mendapatkan hak SIKP
Indeks 3,5= bila jumlah stakeholder yang mengupload/mengunduh SIKP antara 65%
s.d. 75 % dari pengguna yang telah mendapatkan hak SIKP
Indeks 4= bila jumlah stakeholder yang mengupload/mengunduh SIKP antara 75%
s.d. 85 % dari pengguna yang telah mendapatkan hak SIKP
LAPORAN KINERJA DIREKTORAT SISTEM MANAJEMEN INVESTASI - 2020
III - 25
Indeks 4,5= bila jumlah stakeholder yang mengupload/mengunduh SIKP antara 85%
s.d. 95 % dari pengguna yang telah mendapatkan hak SIKP
Indeks 5= bila jumlah stakeholder yang mengupload/mengunduh SIKP lebih dari 95
% dari pengguna yang telah mendapatkan hak SIKP.
Capaian IKU ini adalah mencapai 5.
T/R Q1 Q2 Q3 Q4
Target - - - 4
Realisasi - - - 4,5
Capaian - - - 120
Isu Utama dalam IKU ini adalah merupakan usaha meningkatkan konektivitas
Kementerian Negara/Lembaga terkait, Kanwil DJPb, Komite Pembiayaan UMKM,
Pemda, bank-bank penyalur dan penjamin KUR dan BLU Pengelola Dana kepada SIKP
E. REALISASI
ANGGARAN
Pada tahun 2020, Direktorat Sistem Manajemen Investasi mendapatkan alokasi
sebesar Rp. 14,684,083,000, yang dipergunakan untuk Layanan Terkait Sistem
Manajemen Investasi sebesar Rp.7.489.787.000, Peraturan Terkait Sistem
Manajemen Investasi sebesar Rp.865.860.000 dan Program Nasional terkait
Pembiayaan Ultra Mikro (UMi).
Sesuai dengan kebijakan Pemerintah dalam efisiensi anggaran dikarenakan adanya
COVID-19, Direktorat SMI mengalami penghematan anggaran melalui lnstruksi
Menteri Keuangan sehingga pagu setelah Revisi yang didapatkan adalah sebagai
berikut.
Tabel 3.11 Perkembangan Pagu Anggaran Direktorat Sistem Manajemen Investasi
Output Pagu I Pagu Revisi
Layanan Terkait Sistem Manajemen Investasi
7,489,787,000 2,132,058,000
Peraturan Terkait Sistem Manajemen Investasi
6,328,436,000 3,797,030,000
Program Nasional terkait Pembiayaan Ultra Mikro (UMi)
865,860,000
483,726,000
Total 14,684,083,000 6,412,814,000
Berdasarkan atas pagu hasil revisi terakhir, realisasi anggaran Direktorat Sistem
Manajemen Investasi adalah sebagai berikut :
Tabel 3.12 Realisasi Anggaran Direktorat Sistem Manajemen Investasi
Output Pagu Revisi Realisasi %
Layanan Terkait Sistem Manajemen Investasi
2,132,058,000 2,084,205,300 97,76%
Peraturan Terkait Sistem Manajemen Investasi
483,726,000 475,400,000 98,28%
LAPORAN KINERJA DIREKTORAT SISTEM MANAJEMEN INVESTASI - 2020
III - 26
Program Nasional terkait Pembiayaan Ultra Mikro (UMi)
3,797,030,000 3,229,954,509 85,07%
Total 6,412,814,000 5,789,559,809 90,28%
Terdapat dispensasi perhitungan sesuai dengan SE-8/PB/2020 dikarenakan dampak
Covid-19 di tahun 2020 yang menyebabkan pelaksanaan penganggaran menjadi
terganggu.
Berdasarkan rumusan IKU Persentase Kualitas Pelakanaan Anggaran, maka
Kualitas Pelaksanaan Anggaran =
(%Capaian Keluaran x 15%) + (%Penyelesaian Tagihan x 12%) + (%Data kontrak x
15%)
Maka diperoleh :
INDIKATOR BOBOT NILAI HASIL
Capaian Keluaran 15% 100,00% 15,00%
Efisiensi - - -
Penyerapan anggaran
neto - - -
Konsistensi - - -
Revisi DIPA - - -
Penyelesaian Tagihan 12% 100,00% 12,00%
Data kontrak 15% 100,00% 15,00%
TOTAL 42,00% 300% 42,00%
CAPAIAN IKU PADA TW IV 100,31%
CAPAIAN IKU TH 2020 100%
F. KINERJA LAINNYA
Pemberian Pinjaman Dalam penyelenggaraan perekonomian nasional, perusahaan negara atau Badan
Usaha Milik Negara (BUMN) mempunyai peran penting sebagai alat kebijakan
pemerintah dalam rangka mewujudkan kesejahteraan masyarakat. Peran tersebut
dilakukan melalui penyelenggaraan kemanfaatan umum bagi pemenuhan hajat
hidup orang banyak, tanpa mengesampingkan tujuan utamanya sebagai suatu
korporasi, yaitu mendapatkan keuntungan dalam rangka peningkatan penerimaan
Negara.
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 Pasal 22 dan 23, Pemerintah
Pusat dengan persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat dapat memberikan suatu
penerusan pinjaman, baik dalam negeri maupun luar negeri, kepada suatu
perusahaan negara, dimana pemerintah mempunyai hak untuk memperoleh
pembayaran kembali atas pemberian pinjaman tersebut. Dalam hal ini, proses
pelaksanaan transaksi pinjaman tersebut hanya boleh dilakukan oleh Menteri
Keuangan selaku Bendahara Umum Negara.
LAPORAN KINERJA DIREKTORAT SISTEM MANAJEMEN INVESTASI - 2020
III - 27
Berdasarkan PP Nomor 10 Tahun 2011 dan PP Nomor 30 Tahun 2011, pemberian
pinjaman merupakan alternatif pembiayaan bagi BUMN/Pemda dengan
persyaratan yang relatif mudah, jangka waktu pembayaran kembali yang lama,
tingkat bunga yang rendah, dan potensi alih teknologi dalam rangka pembiayaan
proyek-proyek infrastruktur yang menjadi kebutuhan nasional.
Setelah diterbitkan penyempurnaan peraturan melalui Peraturan Menteri Keuangan
Nomor 108/PMK.05/2019 tentang Perubahan atas Peraturan Menteri Keuangan
Nomor 108/PMK.05/2016 Tingkat Tata Cara Penerusan Pinjaman Dalam Negeri dan
Penerusan Pinjaman Luar Negeri, tingkat suku bunga pada perjanjian penerusan
pinjaman luar negeri dalam mata uang asing ditetapkan sebesar tingkat suku bunga
yang diperjanjikan dalam Perjanjian Pinjaman Luar Negeri (Loan Agreement)
ditambah 0,34% per tahun. Dalam hal penerusan pinjaman dalam mata uang rupiah
maka tingkat suku bunga Ditetapkan sebesar tingkat suku bunga SUN Seri
Benchmark tahun berkenaan dengan tenor setara jangka waktu pinjaman luar
negeri.
Peraturan Menteri Keuangan dimaksud merupakan peraturan pelaksanaan PP
Nomor 10 Tahun 2011. Dengan berlakunya Peraturan Menteri Keuangan tersebut,
sangat diharapkan dapat memberikan panduan yang lebih jelas atas
prosedur/mekanisme penerusan pinjaman luar negeri kepada BUMN. Sejak tahun
2017, Pemberian Pinjaman kepada BUMN/Pemda mengalami fluktuasi (secara
neto). Fluktuasi ini dipengaruhi oleh besarnya pinjaman kepada BUMN/Pemda
(Bruto) dan pengembalian cicilan pokok pinjaman BUMN/Pemda pada setiap
tahunnya.
Grafik 3.3 Perkembangan Pemberian Pinjaman
Sampai dengan tahun 2021 (sesuai DIPA – Rp 2,42 triliun), Pemberian Pinjaman
(bruto) mengalami penurunan 64,77% jika dibandingkan dengan tahun 2017 (Rp.
(6,87)
(9,10)
(5,72)
(3,63)
(2,42)
4,82 4,83 4,44 4,38 3,91
(2,05)
(4,27)
(1,28)
0,75 1,48
(10,00)
(8,00)
(6,00)
(4,00)
(2,00)
-
2,00
4,00
6,00
2017 2018 2019 2020 2021
Trili
un
Ru
pia
h
Tahun Anggaran
Pemberian Pinjaman Pengembalian Pemberian Pinjaman Neto
LAPORAN KINERJA DIREKTORAT SISTEM MANAJEMEN INVESTASI - 2020
III - 28
6,87 triliun). Penurunan yang signifikan ini sejalan dengan berkurangnya pinjaman
aktif yang dilakukan penarikan.
Dalam kurun waktu 5 tahun tersebut, Pemberian Pinjaman dipergunakan untuk
membangun infrastruktur ketenagalistrikan, transportasi masal, energi terbarukan,
dan pembiayaan infrastruktur. Beberapa proyek yang dibiayai dari Pemberian
Pinjaman selama 2017 sd 2020 diantaranya adalah Mass Rapid Transit Jakarta Phase
I, Lumut Balai Geothermal Energy Powerplant , Takalar Coal Fired Power Plant,
Pangkalan Susu Coal Fired Power Plant, Power Transmission Development Project,
dan Peusangan Hydroelectric Power Plant.
Penyelesaian Piutang Negara pada PDAM yang bersumber dari SLA, RDI dan RPD
Urgensi dari penyelesaian piutang negara pada PDAM adalah dalam rangka
pencapaian target akses aman air minum 100% (seratus perseratus) pada tahun
2019 yang diamanatkan pada Peraturan Presiden Nomor 2 Tahun 2015 tentang
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional Tahun 2015-2019, perlu
dilakukan upaya perbaikan kondisi keuangan Perusahaan Daerah Air Minum
(PDAM).
Sementara itu untuk mewujudkan salah satu target RPJMN 2015-2019 yaitu 100%
Akses Aman Air Minum, perlu segera mengupayakan perbaikan kondisi keuangan
PDAM yang saat ini mengalami utang macet sebesar Rp4,3 triliun (tingkat NPL 85%),
agar PDAM semakin bankable di tengah terbatasnya sumber pendanaan yang
bersumber dari APBN/APBD.
Program 10 juta sambungan rumah harus didukung kemampuan keuangan PDAM
sehingga perlu upaya untuk mengubah hambatan di PDAM menjadi potensi
pencapaian target. Target Millenium Development Goals untuk cakupan pelayanan
air minum adalah 68%, namun baru tercapai 55% pada tahun 2015. Utang PDAM
tidak beres selama bertahun-tahun sehingga akan mempengaruhi kemampuan
PDAM dalam mencapai target yang ditetapkan.
Dalam rangka perbaikan kondisi keuangan PDAM tersebut di atas, diperlukan
peningkatan efektivitas dan efisiensi penyelesaian piutang negara yang bersumber
dari penerusan pinjaman luar negeri, rekening dana investasi, dan rekening
pembangunan daerah pada PDAM melalui upaya optimalisasi untuk pengembalian
dan/atau penghapusan piutang negara pada PDAM.
Dampak dari pelaksanaan kebijakan Penyelesaian Piutang Negara pada PDAM ,
diharapkan dapat mengoptimalkan pengembalian Piutang Negara, mengurangi
beban keuangan PDAM, memperbaiki manajemen PDAM; dan meningkatkan
kualitas dan cakupan pelayanan PDAM kepada masyarakat.
Namun di sisi lain, apabila penyelesaian piutang negara ini tidak dilaksanakan maka
beban keuangan PDAM semakin bertambah karena Laporan Keuangan PDAM
menjadi tidak sehat; manajemen PDAM tidak dapat mencari sumber pembiayaan
karena masih adanya status hutang pada Laporan Keuangan yang mengakibatkan
tidak bankakble dalam pembiayaan investasi PDAM; Akibatnya adalah cakupan
LAPORAN KINERJA DIREKTORAT SISTEM MANAJEMEN INVESTASI - 2020
III - 29
layanan PDAM kepada masyarakat tidak tercapai. Dalam jangka panjang Target
Millenium Development Goals untuk cakupan pelayanan air minum tidak terwujud,
Program 10 juta sambungan rumah tidak dapat diwujudkan.
Masalah utama dari penyelesaian piutang negara pada PDAM adalah pada
manajemen PDAM itu sendiri, sehingga perbaikan kondisi keuangan tidak berjalan.
Atas dasar kondisi tersebut, maka yang semula penyelesaian piutang negara
dilakukan dengan mekanisme restrukturisasi diubah ke pendekatan penghapusan
piutang dan penyertaan modal daerah.
Timeline upaya penyelesaian tunggakan pada PDAM adalah sebagai berikut:
a. 2015: Selama tahun 2015, Pemerintah telah berhasil memproses/menyelesaikan
piutang negara pada 28 PDAM melalui Keputusan Menteri Keuangan No.
805/MK.05/2015 tentang penghapusan piutang negara secara mutlak pada 28
PDAM senilai Rp118,59 miliar.
No Mekanisme Penyelesaian Jumlah
PDAM
Jumlah Piutang (milyar
rupiah)
Pokok Non
Pokok Jumlah
1 Penghapusan Piutang Non
Pokok Secara Mutlak
(Kewenangan Menteri
Keuangan) sesuai KMK No.
805/KMK.05/2015 tanggal
31 Juli 2015
28 - 118,59 118,59
Jumlah 28 - 118,59 118,59
b. 2016: Realisasi pelaksanaan kebijakan penyelesaian piutang negara tahun 2016
telah berhasil menyelesaikan piutang negara pada 103 PDAM menggunakan
mekanisme hibah-PMD dan 11 PDAM melalui penghapusan piutang negara secara
mutlak; serta memproses persetujuan penyelesaian piutang negara pada 6 PDAM
dengan uraian:
No Mekanisme Penyelesaian Jumlah
PDAM
Jumlah Piutang (milyar
rupiah)
Pokok Non
Pokok Jumlah
1 Penghapusan Piutang Non Pokok
secara Mutlak (Kewenangan
Menteri Keuangan) sesuai Surat
Menteri Sesneg No.
4089/Kemensesneg/Ses/
PB.02/12/2016 tanggal 20
Desember 2016
9 - 219,29 219,29
LAPORAN KINERJA DIREKTORAT SISTEM MANAJEMEN INVESTASI - 2020
III - 30
2 Penghapusan Piutang Non Pokok
Secara Mutlak (Kewenangan
Menteri Keuangan) sesuai KMK
No. 701/KMK.05/2016 dan
702/KMK.05/2016
2 - 17,79 17,79
3 Hibah-PMD sesuai UU APBN No.
12 Tahun 2016 dan Perpres
Rincian APBN No. 66 Tahun 2016
103 872,21 2.988,
68
3.860,8
9
4 Persetujuan Penyelesaian
Piutang Negara sesuai surat
Menteri Keuangan No. S-
949/MK.05/2016 tanggal 8
November 2016
5 - 21,01 21,01
5 Penghapusan Piutang Non Pokok
Secara Bersyarat (Kewenangan
Presiden) sesuai Surat
Mensesneg No. B-
4089/Kemensesneg/Ses/
PB.02/12/2016 tanggal 20
Desember 2016
1 - 11,25 11,25
Jumlah 120 872,21 3.258,
02
4.130,2
3
Penyelesaian Piutang melalui Mekanisme Hibah-PMD
Mekanisme Hibah-PMD dilakukan dengan cara Pemerintah Pusat memberikan hibah
kepada Pemerintah Daerah, kemudian diikuti dengan Pemerintah Daerah
melakukan Penyertaan Modal Daerah kepada PDAM. Mekanisme Hibah-PMD
melalui berbagai tahapan antara lain:
1) Tahapan Pelaksanaan Hibah
a) BPKP telah melakukan reviu terhadap jumlah utang yang akan diselesaikan
melalui Hibah-PMD;
b) Belanja Hibah sebesar Rp3,9 triliun dalam rangka penyelesaian utang 107
PDAM dialokasikan dalam APBN-P Tahun 2016 (UU No. 12 Tahun 2016);
c) Penandatanganan Naskah Perjanjian Hibah Daerah (NPHD) antara 106
Kepala Daerah Penerima Hibah dengan Direktur Jenderal Perimbangan
Keuangan. 1 PDAM (PDAM Kabupaten Lampung Tengah) dipastikan tidak
mengikuti mekanisme Hibah-PMD karena PDAM tersebut telah dibubarkan;
d) Penerbitan SPM dan SP2D Belanja Hibah Non Kas kepada 103 Pemda
dengan total nilai Rp3,86 triliun. Terdapat 3 (tiga) Pemda tidak dapat
menyelesaikan Perda PMD sebagai salah satu persyaratan penyaluran
hibah daerah, yaitu Kabupaten Labuhan Batu, Kabupaten Kepulauan
Sangihe, dan Kabupaten Lampung Utara.
LAPORAN KINERJA DIREKTORAT SISTEM MANAJEMEN INVESTASI - 2020
III - 31
2) Tahapan pelaksanaan Penyertaan Modal Daerah
a) 103 Pemda melakukan Penyertaan Modal Daerah secara Non Kas kepada
PDAM sebesar jumlah hibah non kas yang disalurkan oleh Pemerintah
Pusat;
b) 103 PDAM mencatat penambahan ekuitas modal Pemda dan pengurangan
utang kepada Pemerintah Pusat. Untuk memastikan bahwa catatan
Pemerintah Pusat dan PDAM sama, pada Bulan Januari 2017 dilaksanakan
rekonsiliasi dengan PDAM di Kanwil DJPb Provinsi terkait. Di samping itu,
PDAM juga mempunyai kewajiban untuk menyampaikan Laporan Keuangan
dan Kinerja sebagaimana diatur dalam PMK No. 31/PMK.05/2016.
Dengan demikian, sampai dengan 2016, 103 Pemda/PDAM telah selesai mengikuti
skema Hibah-PMD dengan jumlah utang sebesar Rp3,86 triliun, atau 99,1% dari
keseluruhan utang 106 PDAM sebesar Rp3,896 triliun yang melalui tahapan skema
Hibah-PMD.
c. 2017: Realisasi pelaksanaan kebijakan penyelesaian piutang negara tahun 2017
telah berhasil menyelesaikan piutang negara melalui penghapusan secara mutlak
pada 8 PDAM senilai Rp215,15 milyar, memproses penghapusan secara bersyarat
untuk 4 PDAM, dan pengalihan utang 4 PDAM ke Pemda masing-masing dengan
rincian:
No Mekanisme Penyelesaian Jumlah
PDAM
Jumlah Piutang (milyar
rupiah)
Pokok Non
Pokok Jumlah
1 Penghapusan Piutang Non
Pokok (Kewenangan Presiden)
sesuai Surat Mensesneg No. B-
4089/Kemensesneg/Ses/PB.0
2/03/ 2017 tanggal 29 Maret
2017
6 - 215,15 215,15
2 Penghapusan Piutang Non
Pokok (Kewenangan Menteri
Keuangan)
Keputusan Menteri Keuangan
Nomor KMK-874/MK.05/2017
2 - 11,22 11,22
3 Penghapusan Bersyarat oleh
Manteri Keuangan sesuai KMK
No. KMK-874/MK.05/2017
4 - 20,42 20,42
4 Pengalihan Utang PDAM ke
Pemda sesuai Surat Menteri
Keuangan No S-
538/MK.05/2017, S-
4 8,96 27,10 36,06
LAPORAN KINERJA DIREKTORAT SISTEM MANAJEMEN INVESTASI - 2020
III - 32
677/MK.05/2017,
S-698/MK.05/2017,
S-13/MK.05/2018
Jumlah 16 8,96 273,89 282,85
d. 2018: Realisasi pelaksanaan kebijakan penyelesaian piutang negara tahun 2018
telah berhasil menyelesaikan piutang negara melalui penghapusan secara mutlak
pada 4 PDAM senilai Rp21,86 milyar, dengan rincian:
No Mekanisme Penyelesaian Jumlah
PDAM
Jumlah Piutang (milyar
rupiah)
Pokok
Non
Poko
k
Jumlah
1 Penghapusan Piutang Non
Pokok (Kewenangan
Menteri Keuangan) sesuai
KMK No. KMK-
651/MK.05/2018
4 - 21,8
6
21,86
Jumlah 4 - 21,8
6 21,86
e. 2019: Proses restrukturisasi dan tahapan penghapusan piutang negara pada 4
Pemda yang piutangnya bersumber dari pengalihan piutang PDAM
f. Piutang negara pada 3 PDAM senilai Rp66,71 miliar yang masih dalam proses
penyelesaian dengan uraian:
No Kendala Penyelesaian Jumlah
PDAM
Jumlah Piutang (milyar
rupiah)
Pokok Non
Pokok Jumlah
1 Dikategorikan sebagai
KSO (PDAM Kab. Biak dan
PDAM Kota Sorong),
berada dalam
pengurusan PUPN
2 14,48 36,21 50,69
2 Dalam proses pengalihan
utang ke Pemda (PDAM
Kab. Lampung Tengah)
1 1,95 14,07 16,02
Jumlah 3 16,43 50,28 66,71
Selama pelaksanaan kebijakan penyelesaian piutang negara pada PDAM, terdapat
sinergi kuat yang terbangun bukan hanya internal Kementerian Keuangan (DJPb,
LAPORAN KINERJA DIREKTORAT SISTEM MANAJEMEN INVESTASI - 2020
III - 33
DJPK, DJKN, DJA, dan Itjen), tetapi juga dengan eksternal Kementerian Keuangan,
yaitu dengan Deputi Wapres Bidang Dukungan Kebijakan Ekonomi, Infrastruktur dan
Kemaritiman, BPKP, KemenPUPR (termasuk BPPSPAM), Kemendagri, Asosiasi PDAM
(PERPAMSI), PDAM, Pemda Penerima Hibah, dan Pemda pemilik PDAM yang
menerima pengalihan utang PDAMnya.
Saat ini, terdapat 2 PDAM dalam proses penyelesaian piutang negara, yaitu PDAM
Kabupaten Nganjuk dan PDAM Kota Ambon, dengan progres sebagai berikut:
1) PDAM Kabupaten Nganjuk → telah diusulkan untuk hapus mutlak kepada Presiden sejak Oktober 2019 (nilai non pokok yang dihapuskan Rp11,25 milyar.
2) PDAM Kota Ambon → telah persetujuan restrukturisasi oleh Menteri Keuangan, saat ini dalam proses penyelesaian TSL BI (nilai non pokok yang dihapuskan Rp589,18 milyar.
Pada tahun 2016, 2017, 2018, dan 2019 juga telah diberikan fasilitas Pajak
Penghasilan Ditanggung Pemerintah (PPh DTP) kepada PDAM yang mendapatkan
penghapusan piutang negara secara mutlak. Kebijakan ini akan diteruskan untuk
seluruh PDAM yang mendapatkan penghapusan piutang negara, termasuk PDAM
KSO yang telah berubah menjadi BUMD murni dan mengikuti program penyelesaian
piutang negara (restrukturisasi).
Penyelesaian Piutang Negara pada Pemda yang bersumber dari SLA, RDI dan RPD
Penyelesaian Piutang Negara pada Pemda bertujuan untuk mengoptimalkan
pengembalian Piutang Negara; membantu Pemerintah Daerah menyelesaikan
tunggakan atas pinjaman; membuka kesempatan bagi Pemerintah Daerah untuk
melakukan investasi; dan membantu percepatan pembangunan infrastruktur di
daerah.
Terjadinya piutang macet pada Pemda dikarenakan kebijakan pemberian pinjaman
sebelum tahun 2014, pendekatan yang dilakukan tidak dengan proyek yang
menghasilkan revenue stream, sehingga penyelesaian piutang negara dilakukan
dengan pendekatan debt swap.
Apabila program ini tidak terlaksana maka Pemda tidak dapat membuka kesempatan
pembiayaan investasi baru karena masih terdapat beban piutang negara, Dampak
selanjutnya adalah percepatan pembangunan infrastruktur terhambat.
Hasil dari penyelesaian tunggakan pada PEMDA adalah sebagai berikut
1. Penyelesaian Piutang Negara pada 21 Pemda dengan skema restrukturisasi
pelunasan utang pokok dan penghapusan non pokok serta pada 28 Pemda
dengan skema restrukturisasi pelunasan utang pokok dan debt swap to
investment.
2. Piutang Negara pada 21 Pemda dengan skema restrukturisasi pelunasan utang
pokok dan penghapusan non pokok (Nilai Penghapusan sebesar Rp27,83 miliar).
Penyelesaian Piutang Negara pada 28 Pemda dengan skema restrukturisasi
pelunasan utang pokok dan debt swap to investment (Pertukaran tunggakan non
LAPORAN KINERJA DIREKTORAT SISTEM MANAJEMEN INVESTASI - 2020
III - 34
pokok dengan pembangunan infrastruktur) (Nilai Debt Swap to Investment
Rp280,4 miliar).
Belajar dari pengalaman terjadinya piutang macet maka pemberian pinjaman
dilakukan dengan pendekatan bisnis, sehingga BUMD/Pemda didorong
mendapatkan pinjaman melalui PT Sarana Multi Infrastruktur (Persero).
Restrukturisasi/ Penyelesaian Piutang Negara pada BUMN
Beberapa BUMN/PT memiliki kewajiban kepada pihak ketiga/Kreditur lain dengan
proporsi/rasio yang lebih besar dibandingkan dengan SLA/RDI pada portofolio
utangnya. Penyelesaian atas kewajiban tersebut memiliki dampak yang sangat
signifikan dibanding dengan penyelesaian pinjaman SLA/RDI terhadap performance
keuangan perusahaan. Perusahaan memiliki kesulitan dalam membayar angsuran
dalam jangka waktu maksimal 20 tahun sejak penetapan cut-off date pada tahun
2007 karena kondisi keuangan perusahaan yang belum memungkinkan.
Sehingga dilakukan percepatan penyelesaian piutang negara/Restrukturisasi yang
bertujuan untuk mengoptimalkan pengembalian piutang Negara.
Apabila tidak dilaksanakan program restrukturisasi kepada BUMN maka BUMN tidak
dapat membuka kesempatan pembiayaan investasi baru karena masih terdapat
beban piutang Negara. Dampak selanjutnya adalah percepatan pembangunan
infrastruktur terhambat
Program penyelesaian piutang negara yang bersumber dari SLA/RDI pada BUMN
yang telah dilakukan sejak tahun 2007. Pada tahun 2016 telah dilaksanakan
penghapusan pokok piutang 7 BUMN yang berbentuk Penyertaan Modal Negara
Non Kas, yaitu PT Perkebunan Nusantara I, PT Pelayaran Nasional Indonesia,
Rajawali Nusantara Indonesia, Perumnas, Amarta Karya, Perikanan Nusantara dan
PT Perkebunan Nusantara VIII. Selain itu, dilakukan juga penjadwalan ulang sebagai
penyelesaian piutang negara pada PT Inhutani II dan PT Inhutani III, Perusahaan
Perdagangan Indonesia, PT. Rajawali II, PT. Garam, PT.Pertani, PT. DOk dan
Perkapalan Surabaya.
Pada pertengahan tahun 2020, Kementerian BUMN mengajukan usulan
restrukturisasi 18 BUMN yang termasuk debitur Kementerian Keuangan termasuk di
dalamnya pinjaman eks-BPPN. Usulan skema restrukturisasi BUMN yang diajukan
berupa konversi utang pokok pinjaman pemerintah menjadi PMN non-Cash dan
skema penghapusan utang non pokok. Maksud dari permintaan restrukturisasi
pinjaman pemerintah (SLA/RDI/Eks-BPPN) tersebut adalah memperkuat struktur
modal BUMN dan perbaikan kas serta ekuitas perusahaan sehingga tingkat likuiditas
dan tingkat solvabiltas menjadi lebih baik dan diharapkan akan lebih mudah
mendapatkan pembiayaan dari pihak eksternal (pinjaman dari perbankan) yang
selanjutnya akan terjadi leverage keuangan perusahaan. Namun, momen
pengusulan proses restrukturisasi pinjaman pemerintah tersebut juga terjadi secara
pararel dengan proses retrukturisasi korporasi yang sampai laporan ini dibuat belum
terdapat bentuk restrukturisasi korporasi final seperti
LAPORAN KINERJA DIREKTORAT SISTEM MANAJEMEN INVESTASI - 2020
III - 35
holding/merger/pengalihan/dan bentuk lainnya. BUMN yang direncanakan
dilakukan holding yakni PT RNI sebagai induk holding pangan dengan anak usaha dari
PT Garam, PT Pertani, PT Sang Hyang Seri, dan beberapa BUMN sektor pangan dan
inhutani lainnya yang sedang mengalami dalam masa krisis kinerja. Sedangkan
bentuk rencana holding lainnya yakni holding dalam industri strategis (PT Pindad, PT
PAL, dll) maupun holding keuangan (PT BPUI). Proses optimalisasi utang yang
diusulkan Kementerian BUMN tersebut tetap diproses dengan mekanisme PMK
13/2016 jo. PMK 222/2019 yakni dengan rule of thumb penentuan skema
restrukturisasi pinjaman berupa: 1) penjadwalan kembali, 2) perubahan
persyaratan, 3) Debt to Asset Swap, 4) PMN, 5) penghapusan.
Potensi Penerimaan APBN dari Pengembalian Pinjaman
Pengembalian atas nilai pinjaman pemerintah pada BUMN sangatlah potensial
terhadap penerimaan negara terutama juga digunakan untuk membayar kembali
utang pemerintah atas SLA/RDI tersebut kepada pihak lenders (IBRD/KFW/ADB/dan
lender lainnya). Walaupun jika dilakukan penanaman modal pemerintah melalui
PMN Non Tunai, belum tentu dalam waktu dekat akan memberikan return (berupa
dividen) yang cukup tinggi dari BUMN tersebut. Selain itu, terdapat potensi akan Tax-
Revenue loss akibat pengampunan atau penalangan pajak (non-final) penghapusan
pinjaman oleh pemerintah sebesar sekitar 22% dari masing-masing nilai
penghapusan pajak tersebut dan jika dihitung memiliki nilai pajak yang cukup besar.
Potensi penerimaan pengembalian pokok pinjaman BUMN/Pemda sangat fluktuatif.
Pada tahun 2019, potensi penerimaan pokok diperkirakan mencapai Rp4,76 triliun.
Pada tahun 2022 naik menjadi Rp5,40 triliun dan pada tahun 2024 diperkirakan akan
mencapai Rp5,66 triliun. Penerimaan tersebut akan mempengaruhi postur APBN
dalam penerimaan pembiayaan dimana pada tahun 2020-2021 diperkirakan akan
terjadi short-fall penerimaan perpajakan akibat melemahnya perekonomian. Oleh
karena itu, tingkat pengembalian atas pinjaman pemerintah sangat dibutuhkan
untuk menjadi buffer pendapatan pemerintah untuk menutup defisit (maksimum
3%). Grafik 3.4
Perkembangan Potensi Penerimaan APBN dari Pengembalian Pinjaman
4,7
6 5,0
2
4,9
9 5
,40
5,5
4
5,6
6
2 0 1 9 2 0 2 0 2 0 2 1 2 0 2 2 2 0 2 3 2 0 2 4
LAPORAN KINERJA DIREKTORAT SISTEM MANAJEMEN INVESTASI - 2020
III - 36
Skema Kredit Program
Pemerintah sangat mendukung keberadaan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) dengan cara memberikan akses permodalan. Sejak tahun 2007, berbagai skema Kredit program telah dikeluarkan oleh pemerintah melalui penyediaan dana APBN untuk subsidi bunga dan penyediaan dana Kredit/pembiayaan seluruhnya berasal dari bank yang Ditunjuk pemerintah sebagai bank pelaksana.
Pemerintah memberikan subsidi Kredit program dalam APBN. Subsidi Kredit program dalam APBN berbentuk Belanja Subsidi, khususnya kelompok Subsidi Non-Energi. Sejak Tahun 2007 subsidi Kredit program antara lain meliputi Kredit Ketahanan Pangan Dan Energi (KKPE), Risk Sharing KKPE, Kredit Ketahanan Pangan dan Energi –Revitalisasi Perkebunan (KKPE-RP), Kredit Usaha Penggemukkan Sapi (KUPS), Subsidi Resi Gudang (SRG), Imbal Jasa Penjaminan KUR (IJP-KUR).
Berdasarkan beberapa kajian yang telah dilakukan oleh Badan Kebijakan Fiskal, efektivitas fasilitas penjaminan atau subsidi bunga pada berbagai Kredit program, disimpulkan bahwa implementasi Kredit program berjalan tidak efektif, bahkan terancam gagal. Hal ini terutama diakibatkan oleh desain dan tata kelola pengelolaan Kredit program yang lemah. Pemerintah perlu melakukan evaluasi komprehensif untuk memperoleh satu desain Kredit program yang tepat dan didukung dengan tata kelola yang baik. Penjaminan, diberikan kepada petani yang usahanya feasible tetapi non-bankable (terutama dari sisi collateral). Subsidi bunga, diberikan kepada petani yang usahanya non-feasible tetapi bankable (terutama dari sisi collateral). Pemerintah harus tegas, hanya mengintervensi wilayah penjaminan atau subsidi bunga, dan tidak memasuki wilayah komersial. Atas kondisi tersebut maka, subsidi Kredit program diarahkan dalam satu bentuk yaitu Kredit Usaha Rakyat (KUR).
Kredit Usaha Rakyat (KUR)
Kredit Usaha Rakyat (KUR) adalah kredit/pembiayaan modal kerja dan/atau investasi kepada debitur individu/perseorangan, badan usaha dan/atau kelompok usaha yang produktif dan layak namun belum memiliki agunan tambahan atau agunan tambahan belum cukup. Maksudnya adalah usaha tersebut memiliki prospek bisnis yang baik dan memiliki kemampuan untuk mengembalikan. UMKM dan Koperasi yang diharapkan dapat mengakses KUR adalah yang bergerak di sektor usaha produktif, yaitu sektor ekonomi yang menghasikan barang dan/atau jasa untuk memberikan niai tambah dan/atau meningkatkan pendapatan bagi pelaku usaha, antara lain: pertanian, perburuan dan kehutanan; perikanan dan kelautan; industri pengolahan; konstruksi; pertambangan garam rakyat; pariwisata; jasa produksi; dan perdagangan. Evaluasi tahun 2015, terjadi tumpang tindih di dalam dana bergulir. Skema IJP pada KUR tidak efektif, sehingga diubah menjadi skema subsidi bunga. Dalam rangka mendukung perluasan jangkauan debitur, penyaluran KUR diprioritaskan untuk sektor produksi, peluncuran KUR Khusus, dan perluasan skema KUR Syariah.
Pada masa pandemi Covid-19 Komite Kebijakan Pembiayaan bagi UMKM menetapkan kebijakan untuk memberikan tambahan subsidi bunga/subsidi margin kepada Penerima KUR. Hal ini bertujuan untuk meringankan beban UMKM selama masa pandemi. Selain itu sebagai respon atas perekonomian yang sedang menurun,
LAPORAN KINERJA DIREKTORAT SISTEM MANAJEMEN INVESTASI - 2020
III - 37
Komite Kebijakan Pembiayaan bagi UMKM telah meluncurkan skema KUR Super Mikro dengan subsidi bunga/subsidi margin yang lebih tinggi. Penyaluran KUR Super Mikro lebih menyasar pada UMKM baru yang menjadi korban pemutusan hubungan kerja dan ibu rumah tangga yang baru menjalankan usaha. Oleh karena itu, calon penerima KUR Super Mikro tidak diberikan pembatasan minimal waktu pendirian usaha. Namun demikian KUR Super Mikro hanya dapat diberikan kepada UMKM yang belum pernah menerima KUR sebelumnya.
Sistem Informasi Kredit Program
Sistem Informasi Kredit Program (SIKP) merupakan suatu sistem informasi terintegrasi yang dibangun untuk mengelola pelaksanaan pembiayaan UMKM agar akuntabel dan tepat sasaran. SIKP telah digunakan untuk mendukung pelaksanaan program Kredit Usaha Rakyat (KUR) dan Pembiayaan Ultra Mikro (UMi). SIKP tengah dikembangkan untuk integrasi subsidi bunga kredit perumahan yang dikelola oleh Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat. Ke depan diharapkan seluruh program pembiayaan UMKM dapat diintegrasikan melalui SIKP sehingga tumpang tindih pembiayaan UMKM dapat diminimalisir. Terkait program KUR, SIKP merupakan basis data UMKM calon debitur dan debitur KUR yang menjadi acuan bagi lembaga keuangan penyalur dalam menyalurkan KUR. SIKP juga digunakan sebagai alat bantu bagi Kuasa Pengguna Anggaran Subsidi Bunga KUR untuk melakukan proses verifikasi dan rekonsiliasi tagihan subsidi bunga KUR by system sehingga dapat mempercepat proses pembayaran subsidi bunga. Penyempurnaan SIKP selalu dilakukan guna meningkatkan fungsi dari SIKP dalam mendukung peningkatan kapasitas dan daya saing UMKM. Demi menjaga ketepatan sasaran penyaluran KUR, SIKP telah terintegrasi dengan basis data Ditjen Dukcapil dan Ditjen Pajak untuk proses validasi calon debitur. Dari sisi layanan kepada Penyalur KUR, SIKP juga telah ditambahkan dengan fitur koreksi data secara host to host. Lebih lanjut, SIKP tengah dikembangkan untuk dapat memperhitungkan proyeksi subsidi sehingga dapat digunakan dalam penetapan indikasi kebutuhan dana subsidi bunga/subsidi margin KUR untuk tahun-tahun berikutnya. Pada masa pandemi Covid-19, SIKP mengambil peran dalam upaya Pemulihan Ekonomi Nasional melalui pemberian subsidi bunga/subsidi margin kepada UMKM. Dengan menyesuaikan proses bisnis pada KUR, seluruh proses penagihan subsidi bunga/subsidi margin UMKM dilakukan melalui SIKP. Guna memisahkan proses antara subsidi UMKM dan subsidi KUR, SIKP dibuat dengan interface yang berbeda sesuai dengan kewenangan pengguna. Pada tahun 2020 telah dibayarkan subsidi bunga sebesar Rp7,85 triliun kepada 11,6 juta debitur melalui 891 lembaga penyalur.
Pusat Investasi Pemerintah (PIP)
Sejak tahun 2017, Pemerintah melalui Kementerian Keuangan mengambil kebijakan untuk melakukan revitalisasi Badan Layanan Umum Pusat Investasi Pemerintah (BLU PIP) sebagai coordinated fund untuk pembiayaan ultra mikro. Mandat tersebut dituangkan dalam Keputusan Menteri Keuangan nomor 145/KMK.05/2017 tentang Penetapan Investasi Langsung Pemerintah pada Bidang Investasi Pemberdayaan Usaha Ultra Mikro.
LAPORAN KINERJA DIREKTORAT SISTEM MANAJEMEN INVESTASI - 2020
III - 38
Peran BLU PIP sebagai coordinated fund adalah menyalurkan dana bergulir Pembiayaan Ultra Mikro (UMi) kepada para pelaku usaha mikro yang tidak sedang memperoleh kredit program pemerintah di bidang UMKM.Penyaluran Pembiayaan UMi dilakukan BLU PIP melalui kerja sama dengan Lembaga Keuangan Bukan Bank (LKBB). Selan itu, BLU PIP dapat bekerja sama dengan Pemerintah Daerah ataupun pihak lainnya dalam rangka perluasan dan percepatan penyaluran Pembiayaan UMi Sejak tahun 2017, BLU PIP memperoleh alokasi tambahan dana kelolaan setiap tahunnya yaitu sebesar Rp 1,5 triliun pada tahun 2017, Rp 2,5 triliun pada tahun 2018, Rp 3 triliun pada tahun 2019, dan Rp 1 triliun pada tahun 2020, sehingga total dana yang dikelola PIP adalah sebesar Rp 8 triliun. Dana tersebut telah digulirkan kepada 3.440.045 Debitur dengan total penyaluran mencapai Rp 11.050.789.136.287. Kinerja penyaluran dana kelolaan untuk pembiayaan ultra mikro pada tahun 2017 sebesar Rp753.239.893.308,- dengan capaian jumlah debitur sebanyak 307.033, melebihi target yang ditetapkan sebanyak 300.000 debitur. Kinerja penyaluran tahun 2018 sebesar Rp1.564.286.859.829,- dengan capaian debitur sebanyak 557.112 dari target yang ditetapkan sebanyak 500.000 debitur. Kinerja penyaluran pada tahun 2019 sampai dengan 31 Desember 2019 telah mencapai Rp2.719.925.473.531,- yang diterima pelaku usaha mikro dengan capaian debitur sebanyak 809.926 dari target yang ditetapkan sebanyak 600.000 debitur. Pada tahun 2020 sendiri, dengan menggunakan saldo dana kelolaan sebelumnya ditambah alokasi dana pembiayaan ultra mikro sebesar Rp1 triliun untuk tahun 2020, BLU PIP menargetkan capaian 800.000 debitur. Sepanjang tahun 2020, BLU PIP telah menyalurkan pembiayaan baru kepada 1.765.974 Debitur dengan total nilai penyaluran sebesar Rp 6.013.336.909.619 atau lebih dari 2 (dua) kali lipat target yang telah ditetapkan. Perluasan penyaluran Pembiayaan UMi tak lepas dari strategi penyaluran yang dilaksanakan oleh BLU PIP, antara lain melalui penambahan Lembaga Linkage, kerja sama program dengan Pemerintah Daerah dan pihak lainnya, serta perluasan daerah penyaluran Pembiayaan UMi. Dalam rangka mendukung perluasan dan penyaluran Pembiayaan UMi di tahun 2021, Ditjen Perbendaharaan telah melakukan perbaikan proses bisnis penyaluran Pembiayaan UMi melalui penetapan Peraturan Menteri Keuangan nomor 193/PMK.05/2020 tentang Pembiayaan Ultra MIkro sebagai pengganti Peraturan Menteri Keuangan nomor 95/PMK.05/2018. Beberapa poin utama perubahan dalam PMK 193/2020 adalah peningkatan plafon pembiayaan maksimal per Debitur yang semula ditetapkan sebesar Rp 10 juta menjadi Rp 20 juta, pengembangan skema penyaluran langsung melalui LKBB yang tidak terafiliasi dengan lembaga pemerintah, pencairan Pembiayaan UMi kepada Debitur melalui sarana uang elektronik, dan penyempurnaan skema kerja sama antara BLU PIP dengan pihak lainnya. Perubahan kebijakan tersebut akan ditindaklanjuti oleh PIP dengan menyusun ketentuan teknis yang akan ditetapkan oleh Direktur Utama BLU PIP.
Pembiayaan Ultra Mikro (UMi)
Program Pembiayaan UMi merupakan program komplementer Kredit Usaha Rakyat (KUR) yang bertujuan memberikan akses finansial bagi pelaku usaha yang selama ini memiliki kesulitan mengakses pembiayaan berplafon rendah sekaligus dalam upaya untuk memberikan modal usaha bagi kelompok masyarakat yang pra-sejahtera. Berbeda dengan KUR yang menerapkan skema subsidi bunga, Pembiayaan UMi
LAPORAN KINERJA DIREKTORAT SISTEM MANAJEMEN INVESTASI - 2020
III - 39
merupakan dana bergulir yang dikelola oleh Badan Layanan Umum Pusat Investasi Pemerintah (PIP). Pembiayaan UMi disalurkan melalui Lembaga Keuangan Bukan Bank (LKBB) yang sudah berpengalaman dalam Pembiayaan UMKM. Sampai saat ini, PIP telah bekerja sama dengan tiga LKBB, yaitu PT Pegadaian, PT Permodalan Nasional Madani dan PT Bahana Artha Ventura untuk menyalurkan pembiayaan UMI. Khusus PT Bahana Artha Ventura, penyaluran dilakukan dengan skema two step loan melalui koperasi dan lembaga keuangan mikro yang menjadi rekanan PT Bahana Artha Ventura. Terdapat 43 Koperasi dan Lembaga Keuangan Mikro yang bekerja sama dengan PT Bahana Artha Ventura dan berperan sebagai Lembaga Linkage Pembiayaan UMi. Keunggulan Program Pembiayaan UMi ini adalah tidak menggunakan agunan untuk penyaluran melalui skema kelompok. Selain itu, LKBB juga diwajibkan untuk menyediakan skema pendampingan bagi para debiturnya. Bentuk pendampingan yang dimaksud tidak hanya sebatas pendampingan untuk pengembangan usaha Debitur, namun juga dapat berupa pendampingan untuk peningkatan kesejahteraan Debitur dan keluarganya. Melalui program pendampingan tersebut, Debitur diharapkan dapat memanfaatkan pembiayaan yang diterima secara tepat sehingga usahanya mampu bertahan dan keuntungan yang diterima Debitur dapat meningkat. Keuntungan tersebut selanjutnya dapat digunakan Debitur untuk meningkatkan taraf hidupnya maupun mengembangkan usahanya. Keunggulan lainnya adalah penggunaan database penerima Pembiayaan UMi yang terintegrasi dalam Sistem Informasi Kredit Program (SIKP). SIKP merupakan database pelaku UMKM sekaligus alat pengawasan Pemerintah untuk memastikan tidak ada pelaku usaha yang menerima pembiayaan KUR maupun UMi dalam waktu yang bersamaan. Program ini juga menggandeng instansi vertikal Ditjen Perbendaharaan dalam melakukan monitoring dan evaluasi terhadap pelaksanaan program Pembiayaan UMi. Pembiayaan UMi juga memberikan kemudahan bagi debitur terkait pembayaran cicilan pinjaman. Penyaluran Pembiayaan UMi skema kelompok mengadopsi pola grameen bank di mana pembayaran cicilan oleh debitur dilakukan per minggu sehingga jumlah cicilan tersebut terasa ringan. Selain itu, pembayaran cicilan juga dilakukan melalui petugas pendamping saat pelaksanaan pertemuan kelompok, sehingga debitur tidak perlu mendatangi kantor Penyalur untuk menyetorkan pembayaran cicilannya. Dalam kegiatan pertemuan kelompok tersebut, debitur juga memperoleh pendampingan dan pelatihan dari Penyalur untuk pengembangan usahanya Sejak tahun 2017, BLU PIP telah memperoleh dana kelolaan dari APBN sebesar Rp 8 Triliun untuk digulirkan dalam program Pembiayaan UMi. Sampai dengan 31 Desember 2020, Pembiayaan UMi telah disalurkan kepada 3.440.045 pelaku usaha mikro dengan total penyaluran sebesar Rp 11,05 Triliun. Pada tahun 2021, Pemerintah kembali mengalokasikan tambahan dana kelolaan BLU PIP untuk penyaluran Pembiayaan UMi sebesar Rp 2 Triliun rupiah dengan target penambahan debitur baru sekurang-kurangnya sebanyak 500.000 Debitur
Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS)
Selama ini kelapa sawit telah menjadi komoditas andalan sebagai sumber devisa
negara non migas, penciptaan lapangan kerja, dan sebagai bahan baku berbagai
industri pengolahan di Indonesia. Dalam mendukung industri pengolahan nasional,
LAPORAN KINERJA DIREKTORAT SISTEM MANAJEMEN INVESTASI - 2020
III - 40
kelapa sawit merupakan tumbuhan industri penting penghasil minyak masak,
minyak industri, minyak alkohol, margarin, lilin, sabun, industri kosmetika, industri
farmasi bahkan menjadi bahan bakar (biodiesel). Sisa pengolahan kelapa sawit juga
dapat dimanfaatkan menjadi kompos dan campuran pakan ternak.
Pada saat ini Indonesia telah menjadi produsen kelapa sawit terbesar di dunia, diikuti
oleh Malaysia diurutan kedua. Sebanyak 86% pasar dunia kelapa sawit dikuasai oleh
Indonesia dan Malaysia. Produksi minyak kelapa sawit Indonesia tahun 2014
mencapai sebesar 33 juta ton, dimana terjadi peningkatan yang stabil selama 20
tahun terakhir sebesar 11% setiap tahunnya. Peningkatan pertumbuhan minyak
sawit Indonesia tersebut tidak diikuti dengan sentimen positif dari harga minyak
sawit dunia yang mengalami penurunan cukup signifikan pada tahun 2014.
Sebagai upaya meningkatkan harga, memperkuat industri hilir dan membangun
komoditas kepala sawit yang berkelanjutan, pada tahun 2015, pemerintah
mengusulkan pembentukan Dana Perkebunan Kelapa Sawit (DPKS). Pengelolaan
dana pengembangan ini dilakukan oleh Badan Layanan Umum Badan Pengelola
Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BLU-BPDPKS). Tujuan utama dari pembentukan
badan pengelola ini tidak hanya diperuntukkan pada pengelolaan dana
pengembangan sawit pada masa sekarang, tapi juga untuk mengelola dana
cadangan yang dapat digunakan ketika terjadi fluktuasi harga sawit. Melalui
pengelolaan dana yang dilakukan melalui BPDPKS, setidaknya terdapat dua kondisi
yang dapat terbentuk.
Pertama, komoditas kelapa sawit yang lebih stabil ketika terjadi fluktuasi harga di
level global. Stabilitas komoditas dapat tercipta melalui terjaminnya ketersediaan
dana untuk melakukan pengembangan sumber daya manusia, penelitian dan
pengembangan perkebunan, promosi perkebunan, peremajaan perkebunan, serta
pembangunan sarana dan prasarana perkebunan. Kedua, memperkuat posisi kelapa
sawit sebagai produk unggulan Indonesia. Hal ini akan tercipta dengan semakin
meningkatnya permintaan melalui pembentukan pasar baru beserta
infrastrukturnya. Penguatan posisi sawit yang juga bersifat lebih stabil dan
berkelanjutan, pada akhirnya akan mendorong peningkatan ketahanan energi
terbarukan dan pangan nasional.
Badan pengelola dana yang menggunakan bentuk Badan Layanan Umum sendiri
didasarkan pada sifat BLU yang fleksibel dan tidak hanya bergantung pada APBN
sebagai sumber pendanaan. Fleksibilitas penggunaan dana ini mengizinkan BPDPKS
memiliki kewenangan untuk mengatur keuangannya sendiri tanpa harus
dipengaruhi oleh kebutuhan pendanaan dari sektor lain disamping komoditas sawit.
Disamping itu, BPDPKS memiliki fungsi pungutan yang memaksa, dimana sifat
pungutan ini membutuhkan wewenang pemerintah untuk mengatur. Oleh sebab itu,
badan pengelola dana dengan BLU menjadi bentukan yang paling ideal dalam
pengelolaan DPKS.
LAPORAN KINERJA DIREKTORAT SISTEM MANAJEMEN INVESTASI - 2020
III - 41
Meskipun dana yang dikelola masih tercatat sebagai bagian dari keuangan negara,
namun BPDPKS memiliki aset manajemen yang terpisah dengan pemegang dana
sebagai bentuk penerapan akuntabilitas badan. Pemisahan aset manjaemen ini
digambarkan dalam penyetoran dan penyimpanan dana yang dilakukan melalui
bank kustodian.
Salah satu tujuan utama pendirian BPDPKS adalah untuk mendukung industri perkebunan kelapa sawit yang berkelanjutan. Selama ini sektor perkebunan kelapa sawit yang telah beroperasi sejak tahun 1980-an mengalami penurunan produktivitas. Apabila tidak dilakukan peremajaan terhadap perkebunan sawit tersebut, penurunan produktivitas sawit dapat memberi dampak negatif bagi perekonomian nasional, khususnya dalam masa 5-10 tahun ke depan. Pada tanggal 19 Oktober 2017 dilakukan launching program peremajaan perkebunan kelapa sawit pada lahan seluas 2.860 hektar oleh Presiden Joko Widodo di kabupaten Musi Banyuasin Provinsi Sumatera Selatan. Pendanaan program tersebut dilakukan oleh BPDPKS sebagai pelaksanaan atas amanat Peraturan Menteri Keuangan Nomor 84/PMK.05/2017 tentang Penggunaan Dana Peremajaan Perkebunan Kelapa Sawit Badan Layanan Umum Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit. BPDPKS mengalokasikan insentif pembiayaan replanting sebesar Rp25 juta/hektar dengan target replanting adalah perkebunan rakyat seluas ± 4,5 juta hektar. BPDPKS diletakkan dibawah dan bertanggung jawab kepada Menteri Keuangan dengan pertimbangan : 1. Alasan Netralitas.
Kementerian Keuangan dianggap yang paling netral dibandingkan dengan Kementerian Negara/Lembaga lain. Apabila diletakkan di Kementerian Pertanian dikhawatirkan cenderung lebih fokus ke sektor hulu (perkebunan). Jika diletakkan di Kementerian ESDM dikhawatirkan lebih fokus ke sektor hilir (industri biodiesel).
2. BLU BPDPKS di design untuk menjadi BLU Pengelola Dana (menghimpun, mengembangkan, dan menyalurkan dana). Fungsi ini lebih cocok apabila diletakkan di Kementerian Keuangan (Tupoksi Kementerian Keuangan).
PERKEMBANGAN BLU BPDPKS
A. Program Nasional terkait Sawit (arahan Presiden)
1. Peremajaan perkebunan kelapa sawit seluas 500.000 ha selama 3 tahun (Target Ditjen Perkebunan 2,4 juta ha s.d. 2033). Program ini dimaksudkan untuk meningkatkan produktifitas tanaman karena telah berusia lebih dari 25 tahun (usia produktif) atau karena penggunaan bibit ilegitem (palsu/bukan bibit unggul).
Positif:
a. Dalam jangka pendek (selama belum produksi /4 tahun) akan memangkas jumlah produksi/supply sehingga dapat meningkatkan harga jual.
b. Dalam jangka panjang (lbh dari 4 tahun):
LAPORAN KINERJA DIREKTORAT SISTEM MANAJEMEN INVESTASI - 2020
III - 42
• meningkatkan produktifitas kebun sehingga menurunkan harga pokok produksi dan akhirnya meningkatkan pendapatan/kesejahteraan petani.
• Menjaga ketersediaan pasokan CPO sebagai bahan dasar biodiesel dengan harga yang lebih murah. Program biodiesel yang semakin meningkat target penyerapannya berakibat pada semakin besarnya kebutuhan CPO. Hal ini harus diimbangi dengan naiknya produktifitas untuk menjaga ketersediannya agar insentif yang dibayarkan dapat dibiayai oleh BPDPKS.
c. Dalam rangka mempercepat pencapaian target, saat ini sedang disusun regulasi yang memungkinkan penerbitan rekomendasi teknis melalui pihak ketiga (surveyor).
Negatif:
a. Selama masa peremajaan (4 thn) tidak ada penghasilan bagi petani. (Perlu dipikirkan nasib petani → dapat menggunakan tumpangsari, diikutkan program pengembangan SDM dll).
b. Dengan naiknya produktifitas dapat memicu kelebihan supply (turunnya harga sebagaimana tahun 2014/2015 maupun tahun 2019), perlu dipikirkan pasar yang dapat menyerap kelebihan produksi dalam jumlah besar. (saat ini adalah program B30, kedepan B50, B100, kemudian bensin dan avtur).
c. Penggunaan pihak ketiga (surveyor) dikhawatirkan mendapat kendala dari Dinas Perkebunan tingkat Kabupaten/Provinsi.
2. Program mandatory Pencampuran Biodiesel 30% (B30), target 9,6 juta kilo liter.
Positif:
a. Menciptakan pasar baru yang cukup besar untuk mengembalikan harga keekonomiannya (stabilisasi harga).
b. Menghemat devisa negara melalui pengurangan impor solar (memperbaiki neraca perdagangan) → Fokus dari Presiden dan Menteri Keuangan
c. Kemandirian energi nasional pada energi terbarukan. Negatif:
a. Membutuhkan dana yang cukup besar dalam bentuk insentif kepada industri biodiesel apabila harga biodiesel lebih tinggi dari harga solar (dijual pada harga solar). Tahun 2020 membutuhkan insentif cukup besar diperkirakan mencapai 24 triliun (per liter saat ini diatas Rp2.500). Hal ini dapat menggerus saldo awal Rp 16 triliun dan dikawatirkan tahun depan tidak dapat mebiayai operasional. Perlu langkah-langkah antara lain:
• Pembatasan insentif maksimal (capping) sebesar Rp2.500,-
• Penerapan tarif progresif.
• Pengenaan iuran. b. Perlu melakukan ujicoba kesiapan teknis (uji ketahan mesin menggunakan
biodiesel, kesiapan logistic penyaluaran biodiesel seluruh wilayah, dll). 3. Simplifikasi pemeriksaan ekspor (Paket Kebijakan ekonomi).
LAPORAN KINERJA DIREKTORAT SISTEM MANAJEMEN INVESTASI - 2020
III - 43
Pemerintah mengambil kebijakan untuk mempercepat ekspor CPO dan Produk Turunannya dengan simplifikasi pemeriksaan barang. Sebelumnya double inspection (Surveyor dan DJBC) menjadi single inspection.
Positif:
1. Mengurangi waktu persiapan ekspor sehingga dapat menekan biaya. Hal ini berdampak pada meningkatkan daya saing produk.
2. Menghemat biaya sekitar Rp120 miliar sebagai dampak penghilangan fungsi surveyor (Kontrak dengan PT Sucofindo selaku surveyor yang ditunjuk).
Negatif:
1. Perlu mengembangkan system yang baru dimana DJBC selaku pemeriksa menerbitkan billing, BPDPKS menerbitkan tanda telah dibayar (semacam NTPN).
2. DJBC dan BPDPKS perlu mempersiapkan sumber daya baik manusia maupun peralatan (laboratorium, jaringan online yang memadai, dll).
Badan Pengelola Dana Lingkungan Hidup (BPDLH)
Pemerintah Indonesia telah membuat perubahan yang signifikan terhadap
lingkungan serta berkomitmen untuk melaksanakan pengembangan yang
berkelanjutan. Ha ini juga sejalan dengan undang-undang dasar negara Indonesia
dimana disebutkan bahwa lingkungan yang sehat juga merupakan hak seluruh warga
negara Indonesia. Pemerintah menyadari telah terjadi perubahan iklim yang drastis
yang nantinya akan mengancam kelangsungan hidup manusia dan menjadikan ini
sebagai tantangan tersendiri dalam mencapai tujuannya terkait lingkungan hidup.
Pada konferensi UNFCCC di Paris tahun 2015, Pemerintah Indonesia telah
berkomitmen untuk mengurangi emisi gas rmah kaca sebanyak 41% pada 2030,
untuk itu diperlukan pengelolaan keuangan tersendiri dalam mencapai target ini.
Badan Pengelola Dana Lingkungan Hidup (BPDLH) dibentuk pada tahun 2019 untuk
mengelola seluruh pendanaan terkait dengan lingkungan serta mendistribusikan dan
menempatkan dana tersebut dalam rangka mendukung visi Indonesia terkait
dengan pelestarian fungsi dari lingkungan hidup dan mencegah meningkatnya polusi
lingkungan. Dalam pelaksanaannya, BPDLH mengelola dana baik itu yang berasal
dari luar (internasional) ataupun dana dalam negeri, serta dana swasta maupun dana
pemerintah, pengelolaan dana ini nantinya akan dilakukan melalui beberapa
instrumen keuangan di beberapa sektor yang tetap mendukung tujuan BPDLH itu
sendiri. BPDLH akan beroperasional dengan dua jenis pendanaan yaitu:
1. Dana Pengelolaan Pencemaran Lingkungan dan / atau Kerusakan dan Pemulihan
Lingkungan yang ebrsumber dari dana APBN dan dana domestik lainnya.
2. Dana Perwalian / Dana Bantuan Konservasi yang bersumber dari mitra
pembangunan nasional dan internasional
BPDLH adalah badan pengelola dana lingkungan pertama di Indonesia yang akan
mendukung negara untuk membuka potensi sumber pembiayaan perubahan iklim
global. Walaupun masih seumur jagung, namun dana yang akan dikelola oleh BPDLH
LAPORAN KINERJA DIREKTORAT SISTEM MANAJEMEN INVESTASI - 2020
III - 44
diestimasi mencapai Rp. 830,56T, dana ini akan diperluas melalui kegiatan
penggalangan dana BPDLH, termasuk strategi penggalangan dana. BPDLH akan
mengembangkan Strategi Penggalangan Dana yang mencakup sumber dana publik
dan swasta internasional dan domestik untuk memastikan keberlanjutan dan
ketersediaan pembiayaan dan selanjutnya menambah modal untuk dana tersebut.
Pada tahun 2020, BPDLH melaksanakan penyusunan instrument dan perangkat
manajemen internal. Selain itu juga dibentuk rekening dana kelolaan khusus untuk
menampung sumber dana yang masuk yang nantinya akan dikelola Kembali sesuai
dengan strategi pendanaan di atas.
LAPORAN KINERJA DIREKTORAT SISTEM MANAJEMEN INVESTASI - 2020
III - 45
Halaman ini sengaja di kosongkan
LAPORAN KINERJA DIREKTORAT SISTEM MANAJEMEN INVESTASI - 2020
IV- 1
BAB IV
PENUTUP
Laporan Kinerja (LAKIN) Direktorat Sistem Manajemen Investasi Tahun 2020 merupakan bentuk
pertanggungjawaban pencapaian visi misi Direktorat Sistem Manajemen Investasi dalam tahun anggaran
2020 dan disusun berdasarkan Rencana Kerja Tahunan yang ditetapkan pada awal tahun anggaran sekaligus
sebagai perwujudan pelaksanaan Peraturan Presiden nomor 29 Tahun 2014 dan Peraturan Menteri Negara
Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 53 Tahun 2014 tentang Akuntabilitas
Kinerja Instansi Pemerintah.
Pencapaian kinerja Direktorat Sistem Manajemen Investasi tahun 2020 telah sesuai dengan target yang
ditetapkan dimana seluruh IKU telah mencapai target yang ditentukan. Kinerja Direktorat Sistem
Manajemen Investasi tahun 2020 yang dapat dinilai sebagai sebuah prestasi, antara lain :
a. Inisiatif Strategi Direktorat SMI yaitu Business and System Enhancement Pembiayaan Ultra Mikro
(UMi) fase 2 (baseline) sudah 100% dilaksanakan lebih awal pada bulan November 2020. Inisiatif
strategis ini merupakan langkah Penguatan Kelembagaan dan Kapasitas SDM PIP serta Koordinasi
Pengembangan Sistem dan IT UMi melalui aplikasi Sistem Informasi Kredit Program. Aplikasi ini
digunakan untuk membantu penyalur dalam melaksanakan tugas untuk menginput data debitur
UMi. Serta mempermudah KPPN dalam fungsi pengawasan dana pembiayaan agar tepat sasaran.
Hasil dari Inisiatif Strategis pada tahun 2020 ini adalah Kajian Dampak Analisis Pembiayaan UMi yang
dapat diselesaikan dengna keterbatasannya akibat pandemic COVID-19.
Pada tahun 2021, Inisiatif Direktorat SMI akan bergeser pada implementasi PP-63/2019 dimana
penyiapan perangkat Investasi Pemerintah, sarana dan prasarana sudah mulai dikembangkan.
b. Disamping itu, terdapat pula keberhasilan dan terobosan yang cukup signifikan dilakukan Direktorat
Sistem Manajemen Investasi pada tahun 2020, yaitu :
1) Pengesahan PMK 53 tahun 2020 mengenai Tata Cara Investasi Pemerintah sebagai PMK turunan
dari PP 63 tahun 2019;
2) Pengesahan PMK No. 194/PMK.05/2020 tentang Tata Cara Penyelesaian Piutang Negara Yang
Bersumber Dari Penerusan Pinjaman Luar Negeri, Rekening Dana Investasi, Dan Rekening
Pembangunan Daerah Pada Badan Usaha Milik Daerah Tertentu, oleh Menteri Keuangan.
3) Pembentukan Badan Pengelola Dana Lingkungan Hidup (BPDLH) bekerjasama dengan
Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, beberapa Duta Besar serta Menteri negara
komite pengarah serta Pengesahan PMK No.124/PMK.05/2020 tentang Tata Cara Pengelolaan
Dana Lingkungan Hidup.
LAPORAN KINERJA DIREKTORAT SISTEM MANAJEMEN INVESTASI - 2020
IV- 2
Selama tahun 2020 terjadi pandemik COVID-19 yang berdampak pada setiap aspek termasuk salah satunya
ketercapaian IKU dan realisasi anggaran. Sehingga terdapat penyesuaian pada formula perhitungan IKU dan
penyesuaian target. IKU yang terdampak penyesuaian antara lain:
a. Indeks Efektivitas Investasi Pemerintah dengan penyesuaian pada perhitungan Nilai Keekonomian
Debitur yang dikecualikan pada Semester I sehingga perhitungaanya hanya satu kali dalam satu
tahun anggaran.
b. IKU Persentase pencapaian target penerimaan pokok dan bunga pinjaman dengan penyesuaian
pada pengurangan target penerimaan untuk PMN Non Cash. Pengurangan target ditetapkan karena
terdapat pengaruh eksternal dalam penentuan capaian target serta bukan merupakan tanggung
jawab Direktorat SMI.
c. Persentase kualitas pelaksanaan anggaran Direktorat Sistem Manajemen Investasi dengan
penyesuaian berupa pengecualian perhitungan pada Triwulan I dan Triwulan II tahun 2020.
Pengecualian dilakukan karena terbatasnya aktivitas terkait realisasi anggaran direktorat selama
masa PSBB COVID-19 berlangsung.
Dengan disusunnya LAKIN ini diharapkan dapat memberikan informasi yang transparan baik kepada
pimpinan Kementerian Keuangan pada umumnya, Direktorat Jenderal Perbendaharaan pada khususnya,
maupun seluruh pihak yang terkait dengan tugas dan fungsi Direktorat Sistem Manajemen Investasi.
Diharapkan pula LAKIN ini untuk seluruh jajaran Direktorat Sistem Manajemen Investasi dapat menjadi
umpan balik sebagai landasan peningkatan kinerja pada periode yang akan datang.
LAPORAN KINERJA DIREKTORAT SISTEM MANAJEMEN INVESTASI - 2020
IV- 3
Halaman ini sengaja dikosongkan
NILAI KINERJA ORGANISASI (NKO)Direktorat Sistem Manajemen Investasi
Periode s.d. Bulan Desember Tahun 2020
KodeSS/IKU Sasaran Strategis/IKU Target Realisasi Pol V/C* Bobot Bobot
TertimbangIndeks Capaian
IKU/NSS/Np
Stakeholder (25.00) 112.50
Pengelolaan Investasi Pemerintah yang akuntabel dan produktif dengan risiko terkendali 112.50
1a-CP Indeks Efektivitas Investasi Pemerintah 4.00 4.50 Maximize Exact Moderate 21.00% 100.00% 112.50
Customer (15.00) 104.36
Birokrasi dan layanan publik yang agile,efektif, dan efisien 106.67
2a-N Indeks Kepuasan publik atasan layanan DitSMI 4.63 4.75 Maximize Exact Moderate 21.00% 30.88% 102.59
2b-N Indeks efektivitas implementasi layananpengguna melalui HAI DJPb 3.00 3.57 Maximize Exact Moderate 21.00% 30.88% 119.00
2c-N Indeks kepatuhan stakeholder 3.60 3.60 Maximize Exact Low 26.00% 38.24% 100.00
Fasilitasi Investasi 102.04
3a-N Persentase Pemenuhan Pelaksanaan MonevPembiayaan UMi Oleh Instansi Vertikal 98.00 100.00 Maximize Proxy Moderate 14.00% 100.00% 102.04
Internal Process (30.00) 111.80
Perumusan Kebijakan yang optimal 120.00
4a-NIndeks efektivitas penyelesaian RPMK/RKMKkebijakan sesuai program perencanaanRPMK/RKMK
3.00 4.00 Maximize Exact Moderate 21.00% 100.00% 120.00
Penyaluran Dana Investasi yang pruden dan Optimal 107.28
5a-N Persentase pencapaian target penerimaanpokok dan bunga pinjaman 100.00 107.28 Maximize Proxy Moderate 14.00% 100.00% 107.28
Pengelolaan investasi pemerintah yang efektif 120.00
6a-N Persentase Efektifitas Pembinaan terhadapBLU Pengelola Dana pada DJPB 82.00 152.87 Maximize Proxy Low 19.00% 57.58% 120.00
6b-N Indeks penyelesaian restrukturisasi piutangnegara 3.00 4.00 Maximize Proxy Moderate 14.00% 42.42% 120.00
Komunikasi dan edukasi investasi yang berkesinambungan 100.92
7a-N Indeks efektivitas edukasi dan komunikasi 87.00 87.80 Maximize Proxy Moderate 14.00% 100.00% 100.92
Akuntansi dan pelaporan Investasi yang akuntabel, transparan dan tepat waktu 110.78
8a-NIndeks Penyelesaian LK Bagian Anggaranpenerusan pinjaman, investasi pemerintahdan belanja subsidi (unaudited) secara tepatwaktu
3.25 4.00 Maximize Proxy Moderate 14.00% 33.33% 120.00
8b-N Indeks kualitas Laporan Keuangan BA 999.04 4.00 4.00 Maximize Proxy Moderate 14.00% 33.33% 100.00
8c-NPersentase penyelesaian rekomendasi BPKatas LKPP dan LK BUN yang telahditindaklanjuti
89.00 100.00 Maximize Proxy Moderate 14.00% 33.33% 112.36
Learning and Growth (30.00) 111.10
Pengelolaan Organisasi dan SDM yang Optimal 115.54
9a-N Nilai rata-rata hard competency pegawai 77.00 92.09 Maximize Proxy Moderate 14.00% 33.33% 119.60
9b-N Nilai kualitas pengelolaan kinerja berbasisStrategy Focused Organization 83.00 91.71 Maximize Proxy Moderate 14.00% 33.33% 110.49
9c-N Nilai hasil evaluasi pelaksanaan tugaskepatuhan internal 83.00 96.74 Maximize Proxy Moderate 14.00% 33.33% 116.55
Pengelolaan keuangan yang optimal 105.26
10a-N Persentase kualitas pelaksanaan anggaranDit. SMI 95.00 100.00 Maximize Proxy Moderate 14.00% 100.00% 105.26
Sistem Informasi investasi dan teknologi yang andal 112.50
KodeSS/IKU Sasaran Strategis/IKU Target Realisasi Pol V/C* Bobot Bobot
TertimbangIndeks Capaian
IKU/NSS/Np
11a-N Indeks Pemanfaatan SIKP Oleh Stakeholder 4.00 4.50 Maximize Proxy Moderate 14.00% 100.00% 112.50
NILAI KINERJA ORGANISASI 110.65
UNIT ORGANISASI : DIREKTORAT SISTEM MANAJEMEN INVESTASI
TAHUN ANGGARAN : 2020
No. SASARAN STRATEGIS %1 Pengelolaan Investasi Pemerintah yang akuntabel
dan produktif dengan risiko terkendali
1a-CP Indeks Efektivitas Investasi Pemerintah 4 (skala 5)120
2a-N Indeks kepuasan pengguna atas layanan Dit. SMI 4,63 (skala 5) 102,59
2b-N Indeks implementasi layanan konsultasi HAI DJPb secara berkualitas dan tepat
waktu3 (Skala 4) 119,00
2c-N Indeks kepatuhan stakeholder 3,6 (skala 4) 100,00
3 Fasilitas Investasi 3a-N Persentase Pemenuhan Pelaksanaan Monev Pembiayaan UMi Oleh Instansi
Vertikal102,04
4 Perumusan Kebijakan yang optimal 4a-N Indeks Penyelesaian RPMK/RKMK kebijakan sesuai program perencanaan
RPMK/RKMK Direktorat SMI120
5 Penyaluran Dana Investasi yang pruden dan Optimal 5a-N Persentase pencapaian target penerimaan pokok dan bunga pinjaman 107,28
6a-N Persentase efektivitas pembinaan terhadap BLU Pengelola Dana pada DJPb 120,00
6b-N Indeks penyelesaian restrukturisasi piutang negara 3 (skala 4) 120
7 Komunikasi dan edukasi investasi yang
berkesinambungan
7a-N Indeks Efektivitas edukasi dan komunikasi87 (skala 100) 100,92
8a-N Indeks Penyelesaian LK Bagian Angagaran Penerusan Pinjaman, investasi
pemeritah dan belanja subsidi (unaudited) secara tepat waktu3,25 (skala 4) 120
8b-N Indeks kualitas LK BA 999.04 4 (skala 4) 100
8b-CP Persentase penyelesaian rekomendasi BPK atas LKPP dan LK BUN yang telah
ditindaklanjuti112,35955
9a-CP Nilai rata-rata hard competency pegawai 119,5974
9b-N Nilai kualitas pengelolaan kinerja berbasis Strategy Focused Organization 110,49398
9c-N Nilai hasil evaluasi pelaksanaan tugas kepatuhan internal 116,55
10 Pelaksanaan anggaran yang optimal 10a-N Persentase kualitas pelaksanaan anggaran Direktorat Sistem Manajemen
Investasi105,26
11 Sistem Manajemen Investasi yang andal dan modern 11a-N Indeks pemanfaatan SIKP oleh stakeholders 4 (skala 5) 112,5
Jumlah Anggaran Program Tahun 2020 (setelah revisi) Rp 6.412.814.000
Jumlah Realisasi Anggaran Program Tahun 2020 Rp 5.789.559.809
90,28% Direktur Sistem Manajemen Investasi
Ludiro
9
Birokrasi dan layanan publik yang agile,efektif, dan
efisien
3,6
2
98%
3,57
4,75
152,87
107,28%
4
100%
92,09
100,00%
100,00%
96,74
91,71
Pengelolaan Organisasi dan SDM yang Optimal
4,5
95%
83
83
77
89%
4
4
6
8
FORMULIR PENGUKURAN KINERJA
Pengelolaan Investasi Pemerintah yang efektif
Akuntansi dan pelaporan Investasi yang akuntabel,
transparan dan tepat waktu
INDIKATOR KINERJA UTAMA TARGET REALISASI
5
3
100%
82
87,8
4
UNIT ORGANISASI : DIREKTORAT SISTEM MANAJEMEN INVESTASI
TAHUN ANGGARAN : 2021
No. SASARAN STRATEGIS TARGET
1 Pengelolaan Investasi Pemerintah yang akuntabel dan
produktif dengan risiko terkendali
1a-CP Indeks Efektivitas Investasi Pemerintah 4 (skala 5)
2a-N Indeks kepuasan stakeholder 4,64 (skala 5)
2b-N Indeks efektivitas implementasi layanan pengguna melalui HAI DJPb 3,2 (skala 4)
2c-N Indeks kepatuhan stakeholder 3,6 (skala 4)
3 Fasilitas Investasi 3a-N Persentase Pemenuhan Pelaksanaan Monev Pembiayaan UMi Oleh
Instansi Vertikal
98%
4 Perumusan Kebijakan yang optimal 4a-N Indeks Penyelesaian RPMK/RKMK kebijakan sesuai program perencanaan
RPMK/RKMK
3,25 (skala 4)
5 Penyaluran Dana Investasi yang pruden dan Optimal 5a-CP Indeks pencapaian target penerimaan pokok dan bunga pinjaman 3 (skala 5)
6a-N Persentase efektivitas pembinaan terhadap BLU Pengelola Dana pada
DJPb
85%
6b-N Indeks penyelesaian restrukturisasi piutang negara 4 (skala 5)
7 Komunikasi dan edukasi investasi yang
berkesinambungan
7a-N Indeks Efektivitas edukasi dan komunikasi 87,5 (skala 100)
8a-N Indeks Penyelesaian LK Bagian Anggaran Penerusan Pinjaman, investasi
pemeritah dan belanja subsidi (unaudited) secara tepat waktu
3,25 (skala 4)
8b-N Indeks kualitas LK BA 999.04 4 (skala 4)
8c-N Persentasi rekomendasi hasil pemeriksaan BPK atas LKPP dan LKBUN yang
telah ditindaklanjuti
90%
9a-CP Nilai rata-rata hard competency pegawai 78
9b-N Nilai kualitas pengelolaan kinerja berbasis Strategy Focused Organization 84
9c-N Nilai hasil evaluasi pelaksanaan tugas kepatuhan internal 83
10 Pelaksanaan anggaran yang optimal 10a-CP Persentase kualitas pelaksanaan anggaran Direktorat Sistem Manajemen
Investasi
96%
11 Sistem Manajemen Investasi yang andal dan modern 11a-N Indeks pemanfaatan SIKP oleh stakeholders 4,5 (skala 5)
Jumlah Anggaran Program Tahun 2021
Rp. 11.301.850.000
Direktur Sistem Manajemen Investasi
Ludiro
RENCANA KINERJA TAHUNAN
INDIKATOR KINERJA UTAMA
6 Pengelolaan investasi pemerintah yang efektif
2 Birokrasi dan layanan publik yang agile,efektif, dan
efisien
8 Akuntansi dan pelaporan Investasi yang akuntabel,
transparan dan tepat waktu
Pengelolaan Organisasi dan SDM yang Optimal9
015.08.09 PROGRAM PENGELOLAAN PERBENDAHARAAN NEGARA