41
TUGAS KEPANITERAAN KLINIK ILMU PENYAKIT JIWA NASKAH LAPORAN KASUS SKIZOFRENIA PARANOID Oleh: Oktaviana Nurma Muliastuti H1A008018 Pembimbing dr. Elly Rosilla Wijaya, Sp.KJ, MM DALAM RANGKA MENGIKUTI KEPANITERAAN KLINIK MADYA BAGIAN / SMF ILMU PENYAKIT JIWA 1

Laporan Kasus Psikiatri - Lia

Embed Size (px)

DESCRIPTION

psikiatri

Citation preview

Page 1: Laporan Kasus Psikiatri - Lia

TUGAS KEPANITERAAN KLINIK

ILMU PENYAKIT JIWA

NASKAH LAPORAN KASUS

SKIZOFRENIA PARANOID

Oleh:

Oktaviana Nurma Muliastuti

H1A008018

Pembimbing

dr. Elly Rosilla Wijaya, Sp.KJ, MM

DALAM RANGKA MENGIKUTI KEPANITERAAN KLINIK MADYA

BAGIAN / SMF ILMU PENYAKIT JIWA

RUMAH SAKIT JIWA PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MATARAM

2014

1

Page 2: Laporan Kasus Psikiatri - Lia

LAPORAN KASUS

I. Identitas Pasien

Nama Pasien : “Tn.AY”

Umur : 28 tahun

Jenis kelamin : Laki-laki

Alamat : Dusun Giri Jati, Kelurahan Bajul, kecamatan Labuapi,

Kabupaten lombok barat, NTB

Agama : Islam

Suku : Sasak

Pendidikan : -

Pekerjaan : Waiter

Status : Duda

MRS : 09 September 2014 (23.20 WITA)

Pemeriksaan : 17 September 2014 dan 18 September 2014

Pasien dibawa oleh keluarganya dan kepala dusun pagutan ke IGD RSJP NTB pada

hari Selasa, 09 September 2014 pukul 23.20 WITA. Ini adalah keempat kali pasien

dirawat inap di RS Jiwa Provinsi NTB.

II. Riwayat Psikiatri

Data diperoleh dari:

Autoanamnesis pada tanggal 17 dan 18 September 2014

Alloanamnesis dari:

1. Tn. Salim, 66 tahun, Ayah kandung pasien, tidak pernah bersekolah, buruh,

saat ini tinggal bersama pasien.

Catatan Rekam Medis

1. Keluhan Utama

Pasien mengamuk

2. Riwayat Gangguan Sekarang

Aloanamnesis:

Pasien dibawa ke IGD RSJ Provinsi NTB karena mengamuk dan melukai diri

sendiri. Keluhan dirasakan sejak 4 hari sebelum masuk Rumah Sakit. Pasien

gelisah, sulit tidur, melempar barang-barang, dan mencoba bunuh diri dengan

2

Page 3: Laporan Kasus Psikiatri - Lia

melukai dirinya sendiri dengan memecahkan kaca menggunakan tangannya sehingga

tangan kanan pasien terluka dan dijahit di Rumah Sakit Kota. Pasien melakukannya

sambil berbicara hal-hal yang tidak berkaitan.

Pasien mengatakan dirinya mengamuk karena ia dikendalikan oleh setan yang

ada di dalam tubuhnya. Setan tersebut dikirim oleh perempuan yang suka dengan

dirinya. Selain itu, pasien juga sering mendengar suara-suara seorang perempuan

yang tidak ada wujudnya yang mengatakan “mati kamu! mati kamu!”.

Pasien merasa dikejar-kejar dan diikuti oleh perempuan tersebut sejak 3 bulan

sebelum masuk RSJ. Perempuan tersebut suka dengan dirinya tapi pasien tidak mau

karena perempuan tersebut jelek dan sudah tua sehingga perempuan itu

mengirimkan guna-guna dan memasukkan setan ke dalam tubuhnya. Namun

keluarga tidak pernah bertemu langsung dengan perempuan yang dimaksud,

keluarganya hanya mendengar peristiwa itu dari pasien. Sejak saat itu pasien gelisah,

ketakutan, cenderung diam di rumah dan bersembunyi. Pasien juga jarang tidur pada

malam hari dan sering berbicara sendiri.

Pasien juga mengatakan bahwa sejak 1 bulan yang lalu pasien juga sering

berbicara dengan seorang perempuan. Perempuan tersebut hanya dapat dilihat oleh

pasien sendiri dan tidak ada orang lain yang dapat melihatnya. Perempuan tersebut

meminta pasien untuk mengawininya, namun pasien tidak mau dan pasien terus

dikejar-kejar.

Selain itu pasien juga mendengar bisikan-bisikan yang mengatakan “mati

kamu... mati kamu”. Bisikan tersebut semakin keras didengar sejak 1,5 bulan

sebelum masuk RSJ hingga saat berada di rumah sakit jiwa pasien masih mendengar

bisikan tersebut. Namun saat ini pasien sudah tidak mendengar bisikan tersebut lagi.

Pasien tidak pernah keluyuran ataupun menyakiti orang lain. Pasien terkadang

senyum-senyum sendiri, bicara sendiri, marah-marah di rumah, dan curiga pada

tetangga-tetangganya disekitar rumah. Pasien merasa sering dibicarakan oleh

tetangganya. Pasien sering dibicarakan yang jelek-jelek.

Selama ini sebelum muncul gejala di atas, pasien tidak mengalami trauma

ataupun sakit yang kemudian menyebabkan perubahan perilaku. Pasien pernah

mengkonsumsi alkohol dan zat-zat psikoaktif. Pasien pernah menggunakan ganja

setiap tahun baru sejak tahun 2003 dan menggunakan ekstasi dan shabu setiap tahun

baru sejak tahun 2005. Pasien juga mengkonsumsi alkohol sejak berusia 15 tahun

hingga sebelum puasa dengan frekuensi 3x/minggu, biasanya setiap kali minum

3

Page 4: Laporan Kasus Psikiatri - Lia

pasien dapat menghabiskan 3 gelas alkohol. Sejak bulan Maret tahun 2014 pasien

sudah tidak menggunakan alkohol maupun zat psikoaktif lagi karena dilarang oleh

ibunya.

Pasien pernah merasakan perasaan sedih yang berlebihan dan berkepanjangan

sekitar 1 tahun yang lalu, saat itu pasien bercerai dengan istrinya karena istri pasien

berselingkuh dan memiliki anak dari hasil perselingkuhannya. Pasien kemudian

merasa sedih, murung, hilang semangat, hingga tidak mau makan dan sulit tidur

selama 2 bulan, namun tidak sampai ingin bunuh diri, saat itu pasien tidak pernah

melihat bayangan ataupun mendengar bisikan-bisikan. Pasien juga tidak pernah

merasakan gembira berlebihan.

Menurut pasien, sejak dirinya keluar dari RSJP NTB, pasien tidak pernah

minum obat karna menurut pasien dirinya tidak pernah diberikan obat oleh Ayah

ataupun Kakaknya.

Pasien masuk rumah sakit pada tanggal 09 September 2014, selama beberapa

hari perawatan, pasien bisa diajak komunikasi, disuruh makan dan minum obat.

Pasien menunjukkan sedikit perbaikan yaitu mau makan dan minum, bisa tidur dan

tidak lagi mengamuk, dan sudah tidak mendengar bisikan-bisikan lagi. Pasien

diberikan terapi.

3. Riwayat Gangguan Sebelumnya

a. Riwayat Gangguan Psikiatri

Pasien dirawat inap di RSJ Provinsi NTB sekitar 6 bulan yang lalu dan

dirawat sekitar 4 minggu. Saat itu, pasien dibawa keluarganya karena gelisah,

mengamuk, memukul bayangannya sendiri, menyakiti dirinya sendiri dengan

memukul dirinya dan membenturkan kepalanya ditembok, pasien merasa

dirinya tidak berguna, pasien melihat bayangan dan mendengar bisikan.

Keluarga tidak mengetahui pencetusnya. namun sebelumnya pasien pernah

menikah dan setelah 3 bulan menikah istri pasien melahirkan, pasien kaget

karena tidak pernah merasa menghamili istrinya. Setelah itu pasien

diperbolehkan pulang. Pasien dirawat kembali di RSJP NTB 3 bulan yang lalu

dan dirawat sekitar 2 minggu dengan keluhan yang sama. Pasien kemudian

diperbolehkan pulang oleh dokter. Ketiga kalinya, pasien dirawat kembali 1

bulan yang lalu selama 3 minggu dengan keluhan yang sama dan kemudian

diperbolehkan pulang oleh Dokter.

b. Riwayat Gangguan Medis

4

Page 5: Laporan Kasus Psikiatri - Lia

Pasien belum pernah menderita penyakit medik berat yang

mengharuskannya dirawat di rumah sakit atau yang secara fisiologis

berhubungan dengan keadaan pasien saat ini. Riwayat tekanan darah tinggi (-),

sesak napas atau asma (-), trauma kepala (-), kejang (-).

c. Riwayat Penggunaan Alkohol dan Zat lain

Pasien pernah menggunakan ganja setiap tahun baru sejak tahun 2003 dan

menggunakan ekstasi dan shabu setiap tahun baru sejak tahun 2005. Saat itu

pasien hanya menggunakan zat psikoaktif untuk coba-coba saja karena diajak

oleh teman-temannya. Pasien tidak pernah menggunakan obat yang disuntikkan

ke tangannya. Setelah mengkonsumsi semua zat tersebut di atas, pasien merasa

melayang, tenang, nyaman, hidup tanpa beban, senang. Namun, pasien tidak

merasakan keluhan apapun jika tidak menggunakan zat-zat tersebut. Pasien

tidak meningkatkan jumlah zat secara jelas untuk mencapai dosis yang

diinginkan, tidak terjadi penurunan efek yang bermakna pada pemakaian

berlanjut dengan jumlah zat yang sama. Pasien masih dapat menghentikan

penggunaan zat. Saat berhenti menggunakan ganja (sebelum bulan puasa),

pasien kemudian sering mengamuk, ingin bunuh diri, timbul halusinasi yang

lebih kuat dan merasa ada setan didalam diri pasien. Namun, walaupun keluhan

tersebut muncul, pasien tidak menggunakan kembali zat yang sama untuk

menghilangkan atau menghindari hal tersebut. Pasien membeli obat-obat

tersebut di teman-temannya di Gili Air. Uang untuk membeli zat-zat tersebut

didapatkan dari hasil bekerja sebagai waiters dan guide.

Pasien juga mengkonsumsi alkohol sejak berusia 15 tahun hingga sebelum

puasa dengan frekuensi 3x/minggu, biasanya setiap kali minum pasien dapat

menghabiskan 3 gelas alkohol. Selain itu pasien juga merupakan seorang

perokok aktif.

4. Riwayat Kehidupan Pribadi

a. Riwayat prenatal dan perinatal

Pasien merupakan anak ke-4 dari 8 bersaudara. Saat hamil ibu pasien tidak

pernah memeriksakan diri ke bidan atapun memeriksakan diri ke dokter atau di-

USG. Selama hamil ibu pasien tidak memiliki masalah makan, bisa makan apa

saja yang dimakan keluarga, tidak pernah mengkonsumsi obat-obatan dan tidak

pernah ada masalah dalam kehamilannya atau riwayat trauma selama masa

5

Page 6: Laporan Kasus Psikiatri - Lia

kehamilan. Pasien lahir di rumah dibantu dukun beranak. Pasien lahir pada usia

kandungan 9 bulan, saat lahir langsung menangis, tidak pernah biru atau kuning,

Berat badan lahir tidak diketahui.

b. Masa kanak-kanak awal (<3 tahun)

Pasien diasuh oleh ibu kandungnya. Pasien mendapat ASI sampai usia 2 tahun.

Pasien mendapat makanan tambahan pada usia <6 bulan berupa pisang dan

bubur, selanjutnya secara bertahap diberi makan bubur nasi dengan lauk apa saja

yang ada di rumah. Sejak kecil badan pasien selalu terlihat sama dan sehat

dibandingkan teman sebayanya. Pasien cukup aktif untuk bermain. Pasien tampak

mulai merangkak, berjalan, dan berbicara sama dibandingkan teman seusianya

dan saudara-saudaranya. Ibu pasien tidak ingat apakah pasien mendapat imunisasi

lengkap atau tidak.

c. Masa kanak-kanak pertengahan (3-11 tahun)

Pasien tampak sebagai pribadi yang pendiam, jarang bicara, pasien tidak memiliki

banyak teman, biasanya pasien hanya berteman dengan orang-orang tertentu,

pasien biasanya menceritakan masalahnya pada keluarga terutama kedua orang

tua dan saudaranya, karena pasien tidak memiliki teman dekat. dan tidak pernah

menceritakan masalahnya pada keluarga. Walaupun begitu pasien tidak pernah

mencari masalah dengan siapapun, dengan keluarga penurut dan sangat sopan.

Pasien tidak pernah bersekolah. Pasien sebenarnya memiliki keinginan untuk

bersekolah namun karena terkendala masalah biaya dimana pada saat itu kedua

orang tuanya hanya bekerja sebagai penjual kain, maka keluarga pasien tidak

mampu untuk menyekolahkan pasien.

d. Masa Kanak-kanak akhir dan remaja (11-18 tahun)

Pasien tidak pernah bersekolah dan pasien mulai bekerja pada usia 13 tahun.

Awalnya pasien bekerja sebagai buruh bangunan. Menurut orang tuanya pasien

tidak pernah kelihatan memiliki teman akrab baik laki-laki maupun wanita.

Hubungan pasien dengan anggota keluarga baik.

e. Masa Dewasa

Riwayat Pendidikan

Pasien tidak pernah bersekolah

Riwayat Pekerjaan.

Pasien bekerja di Gili air sebagai waiters dan guide sejak tahun 2003. Sejak

bekerja di Gili air pasien mulai memiliki banyak teman. Teman-teman pasien

6

Page 7: Laporan Kasus Psikiatri - Lia

inilah yang kemudian mengenalkan pasien untuk memakai zat psikoaktif, pasien

mulai mencoba-coba menggunakan obat-obatan tersebut sejak berada di Gili air,

namun hanya menggunakannya setiap tahun baru saja. Sejak bekerja di Gili air

pasien juga mulai melakukan seks bebas.

Riwayat Perkawinan

Pasien pernah menikah sekitar 1 tahun yang lalu. 3 bulan setelah pernikahannya,

istri pasien melahirkan bayi. Pasien merasa kaget karena merasa tidak pernah

menghamili istrinya. Dan kemudian pasien bercerai.

Riwayat Agama

Pasien beragama Islam, pendidikan agama didapatkan dari orang tua, kakak-

kakak pasien. Selama ini pasien rajin beribadah dan menjalankan kewajiban

agamanya.

Riwayat Psikoseksual

Pendidikan seksual tidak pernah diberikan oleh orangtuanya. Pengetahuan

tentang pendidikan seksual didapat dari teman dan menonton televisi. Menurut

keluarga, pasien sering berpacaran. Pasien sering melakukan hubungan seksual

(seks bebas) sejak berumur 23 tahun dan terakhir sekitar 1 tahun yang lalu. Pasien

melakukan seks bebas dengan tourist yang berkunjung ke gili air. Saat melakukan

hubungan seksual pasien tidak selalu menggunakan kondom.

Aktivitas Sosial

Pasien dapat bergaul dengan cukup baik di lingkungan rumahnya dan lingkungan

pekerjaannya. Pasien adalah orang yang sopan, mudah bergaul sehingga

mempunyai cukup banyak teman.

Riwayat Pelanggaran Hukum

Pasien belum pernah melakukan tindakan yang melanggar hukum selama ini.

5. Riwayat Keluarga

Pasien adalah anak keempat dari delapan bersaudara. Sejak lahir, pasien

tinggal bersama kedua orang tuanya. Pasien tidak pernah bersekolah. Kebutuhan

pasien cukup terpenuhi dari hasil pekerjaan kedua orang tua dan gaji pasien. Ia

termasuk anak yang baik, namun pendiam. Hubungannya dengan keluarga yang lain

cukup baik namun pasien lebih dekat dengan kedua orang tua dan saudaranya.

Menurut ayah dan kakak pasien, tidak ada anggota keluarga inti ataupun dari

pihak ibu atau ayah yang menderita penyakit yang sama seperti pasien atau

menderita gangguan jiwa lainnya.

7

Page 8: Laporan Kasus Psikiatri - Lia

Genogram keluarga pasien :

Keterangan:

6. Situasi Sosial-Ekonomi Sekarang

Pasien tinggal dengan kedua orang tua kandung dan keempat orang saudara

kandung. Kebutuhan hidup keluarga tersebut dipenuhi oleh kedua orangtua dan

pasien. Penghasilan ini dirasa cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.

Keluarga pasien termasuk kelas ekonomi menengah kebawah.

7. Persepsi Pasien Tentang Diri dan Kehidupannya

Pasien menganggap dirinya sakit dan membutuhkan pengobatan. Menurut

pasien, keadaan masuk RSJ saat ini disebabkan karena pasien mengamuk dan ingin

menyakiti dirinya sendiri.

III. Pemeriksaan Status Mental

Pemeriksaan Psikiatri

Wawancara (17/09/2014)

8

Pasien, 28 tahun

40 tahun 37 tahun 35 tahun

±1 tahun

22 tahun 20 tahun 15 tahun 5 tahun

3 tahun

66 tahun 53 tahun

: Pria

: Wanita

: Pasien

: Tinggal serumah

: Bercerai

: meninggal dunia

Page 9: Laporan Kasus Psikiatri - Lia

DM : “Selamat pagi, silahkan duduk. Perkenalkan nama saya Lia, namanya siapa?”

Pasien : “Ahmad Yani”

DM : “Umurnya Ahmad Yani sekarang sudah berapa tahun?”

Pasien : “26 Tahun”

DM : “Ahmad Yani agamanya apa?”

Pasien : “Islam”

DM : “Ahmad Yani alamatnya dimana?”

Pasien : “Pagutan Bajo, Mataram”

DM : “Sudah Menikah?”

Pasien : “Sudah, tapi sudah bercerai”

DM : “Ahmad Yani pernah sekolah?”

Pasien : “Tidak Pernah”

DM : “Suku bangsanya apa?”

Pasien : “Sasak Asli”

DM : “Ahmad Yani sekarang bekerja sebagai apa?”

Pasien : “Tidak ada”

DM : “Bagaimana keadaan Ahmad Yani hari ini?”

Pasien : “InsyaAllah Sehat”

DM : “Ahmad Yani masih ingat kapan dibawa ke sini?”

Pasien : “Malem rabu”

DM : “Sudah berapa lama Ahmad Yani disini?”

Pasien : “1 minggu”

DM : “Kenapa Ahmad Yani dibawa kesini?”

Pasien : “Saya mengamuk, pecahin kaca”

DM : “Ahmad Yani sudah berapa kali masuk ke sini?”

Pasien : “4 kali”

DM : “Kapan pertama kali dibawa ke sini?”

Pasien : “Bulan apa ndak tau saya”

DM : “Saat itu berapa lama Ahmad Yani dirawat disini?”

Pasien : “1 bulan saya dirawat di sini”

DM : “Waktu itu dibawa ke sini karena apa?”

Pasien : “Saya mengamuk, karena ada perempuan yang mandiin saya dan mau perkosa

saya tapi saya tidak mau”

DM : “Sekarang dibawa ke sini karena apa?

9

Page 10: Laporan Kasus Psikiatri - Lia

Pasien : “Saya ngamuk, pecahin kaca”

DM : “Sampai merusak barang-barang?”

Pasien : “Iya saya lempar-lempar barang”

DM : “Sampai melukai orang lain?”

Pasien : “Ndak pernah”

DM : “Sampai menyakiti diri sendiri?”

Pasien : “Iya, saya pecahin kaca pake tangan saya”

DM : “Kenapa Ahmad Yani mengamuk”

Pasien : “Ada setan yang mengendalikan saya”

DM : “Ahmad Yani pernah mendengar bisikan-bisikan?”

Pasien : “Iya, saya denger suara perempuan”

DM : “Itu suara apa? Apa suara itu meminta Ahmad Yani melakukan sesuatu?”

Pasien : “Dia bilang mati kamu mati kamu”

DM : “Pernah melihat bayangan yang hanya Ahmad Yani sendiri yang bisa

melihatnya, tapi orang lain tidak ada yang bisa melihatnya?”

Pasien : “Pernah, 3 bulan yang lalu saya melihat perempuan yang suka sama saya tapi

saya tidak mau karena dia jelek dan tua”

DM : “Sekarang Ahmad Yani masih melihat bayangan?”

Pasien : “Sudah ndak”

DM : “Ahmad Yani kemarin pernah bicara sendiri?”

Pasien : “Iya, saya gelisah trus saya ngomong-ngomong sendiri”

DM : “Ahmad Yani pernah tertawa-tertawa sendiri?”

Pasien : “Ndak”

DM : “Tadi Ahmad Yani bilang sekarang sudah tidak bekerja lagi, Ahmad Yani sudah

berapa lama tidak bekerja ?”

Pasien : “Dari pertama kali saya sakit”

DM : “Ahmad Yani pernah ndak merasa dikejar-kejar sama orang?”

Pasien : “Saya takut sama orang makanya saya bersembunyi”

DM : “Pernah ndak curiga-curiga kalo tetangganya ngomongin Ahmad Yani?”

Pasien : “Iya sering”

DM : “Ahmad Yani pernah merasa memiliki kekuatan atau ilmu kebal?”

Pasien : “Ndak ada”

DM : “Ahmad Yani memiliki kekuatan membaca pikiran orang lain ndak?”

Pasien : “Ndak ada”

10

Page 11: Laporan Kasus Psikiatri - Lia

DM : “Ahmad Yani bisa menghidupkan orang yang sudah mati?”

Pasien : “Ndak ada”

DM : “Tidurnya nyenyak?”

Pasien : “Nyenyak”

DM : “Ahmad Yani rutin minum obat di rumah?”

Pasien : “Tidak pernah”

DM : “Terakhir kali minum obat kapan?”

Pasien : “2 hari setelah saya pulang dari sini”

DM : “Kenapa tidak mau minum obat?”

Pasien : “Tidak dikasih sama bapak dan kakak saya”

DM : “Ahmad Yani dulu kenapa bercerai dengan istrinya?”

Pasien : “Tidak ada, dia yang menceraikan saya”

DM : “Saat bercerai sama istrinya Ahmad Yani sedih atau kecewa ndak?”

Pasien : “Dulu sedih sekarang sudah ndak”

DM : “Ahmad Yani tau kita sekarang sedang ada dimana?”

Pasien : “Di Rumah Sakit Jiwa”

DM : “Ahmad Yani merasa sakit ndak sekarang?”

Pasien : “Merasa sakit”

DM : “Ahmad Yani tahu sekarang pagi, siang, atau malam?”

Pasien : “Siang”

DM : “Ahmad Yani kenal siapa saya?”

Pasien : “Dokter”

DM : “Ahmad Yani tolong diingat ya angka yang saya sebutkan, 1,3,5,7,9,11. Coba ulangi angka yang saya sebutkan tadi”

Pasien : “1,3,5,6,hehe lupa sy”

DM : “Dulu waktu kecil Ahmad Yani suka main sama siapa?”

Pasien : “Ndak punya temen saya”

DM : “Apa hal yang paling Ahmad Yani ingat?”

Pasien : “Main, bantu ibu kumpulin plastik-plastik

DM : “Ahmad Yani sudah minum obat?”

Pasien : “Sudah”

11

Page 12: Laporan Kasus Psikiatri - Lia

DM : “Tadi pagi Ahmad Yani sarapan pakai lauk apa?”

Pasien : “Ikan”

DM : “Sekarang misalnya ada apel, pisang, dan rambutan itu termasuk apa ya Ahmad

Yani?”

Pasien : “Buah-buahan”

DM : “Ahmad Yani tahu siapa nama Presiden kita?”

Pasien : “Jokowi”

DM : “Ahmad Yani bisa berhitungkan, coba kalau 100 dikurangi 5 berapa?

Pasien : “Ndak bisa saya”

DM : “Ahmad Yani tau tidak apa bedanya mobil dan motor?”

Pasien : “Mobil besar, motor kecil”

DM : “Ahmad Yani, menurut nya kalau mencuri itu benar atau tidak?”

Pasien : “Tidak boleh”

DM : “Kalau misalnya Ahmad Yani ketemu dompet dijalan, mau diapakan oleh

Ahmad Yani?”

Pasien : “Kita buka dompetnya trus kita lihat KTP nya. Kalo ada alamatnya kita

kembalikan.

DM : “Oke Ahmad Yani saya rasa sudah cukup ya wawancara kita, ada yang mau

Ahmad Yani tanya lagi ke saya?”

Pasien : “Tidak ada”

DM : “Ahmad Yani sekarang istirahat dulu ya. Terima kasih ya”

Pasien : “Iya”

Autoanamnesis

Pasien dengan keluhan mengamuk dan melukai diri sendiri sejak 4 hari sebelum

masuk Rumah Sakit. Pasien gelisah, sulit tidur, melempar barang-barang, dan mencoba

bunuh diri dengan melukai dirinya sendiri dengan memecahkan kaca menggunakan

tangannya sehingga tangan kanan pasien terluka dan dijahit di Rumah Sakit Kota. Pasien

melakukannya sambil berbicara hal-hal yang tidak berkaitan.

Pasien mengatakan dirinya mengamuk karena ia dikendalikan oleh setan yang ada

di dalam tubuhnya. Setan tersebut dikirim oleh perempuan yang suka dengan dirinya.

Selain itu, pasien juga sering mendengar suara-suara seorang perempuan yang tidak ada

wujudnya yang mengatakan “mati kamu! mati kamu!”.

12

Page 13: Laporan Kasus Psikiatri - Lia

Pasien merasa dikejar-kejar dan diikuti oleh perempuan tersebut sejak 3 bulan

sebelum masuk RSJ. Perempuan tersebut suka dengan dirinya tapi pasien tidak mau karena

perempuan tersebut jelek dan sudah tua sehingga perempuan itu mengirimkan guna-guna

dan memasukkan setan ke dalam tubuhnya. Sejak saat itu pasien gelisah, ketakutan,

cenderung diam di rumah dan bersembunyi. Pasien juga jarang tidur pada malam hari dan

sering berbicara sendiri.

Pasien juga mengatakan bahwa sejak 1 bulan yang lalu pasien juga sering

berbicara dengan seorang perempuan. Perempuan tersebut hanya dapat dilihat oleh pasien

sendiri dan tidak ada orang lain yang dapat melihatnya. Perempuan tersebut meminta

pasien untuk mengawininya, namun pasien tidak mau dan pasien terus dikejar-kejar.

Selain itu pasien juga mendengar bisikan-bisikan yang mengatakan “mati kamu...

mati kamu”. Bisikan tersebut semakin keras didengar sejak 1,5 bulan sebelum masuk RSJ

hingga saat berada di rumah sakit jiwa pasien masih mendengar bisikan tersebut. Namun

saat ini pasien sudah tidak mendengar bisikan tersebut lagi.

Pasien tidak pernah keluyuran ataupun menyakiti orang lain. Pasien terkadang

senyum-senyum sendiri, bicara sendiri, marah-marah di rumah, dan curiga pada tetangga-

tetangganya disekitar rumah. Pasien merasa sering dibicarakan oleh tetangganya. Pasien

sering dibicarakan yang jelek-jelek.

Berdasarkan pemeriksaan tanggal 17,18 September 2014

1. Deskripsi Umum

a. Penampilan

Pasien seorang laki-laki berusia 28 tahun, tampak sesuai usianya, penampilan

cukup rapi, cukup merawat diri, baju bersih dan ekspresi wajah tampak tenang.

b. Kesadaran

Jernih

c. Perilaku dan Aktivitas Psikomotor

Normoaktif. Pasien dapat mengikuti wawancara sampai akhir

d. Sikap terhadap Pemeriksa

Cukup Kooperatif. Pasien dapat mengikuti wawancara dengan cukup baik.

e. Pembicaraan

Spontan, lancar, banyak, volume sedang, intonasi cukup dan artikulasi jelas,

menjawab sesuai pertanyaan yang diajukan pemeriksa.

13

Page 14: Laporan Kasus Psikiatri - Lia

2. Alam Perasaan dan Hidup Emosi

a. Mood

Eutimik

b. Afek

Luas

c. Keserasian

Serasi

3. Gangguan Persepsi

a. Halusinasi

Halusinasi audiotorik (+), pasien mendengar suara yang mengatakan

mendengar suara yang mengatakan “mati kamu! mati kamu!”. Dan suara

setan didalam tubuhnya yang mengatakan “bunuh dirimu, bunuh dirimu,

kamu jelek, tidak berguna”

Halusinasi visual (-).

Halusinasi penghidu (-), halusinasi pengecapan (-), halusinasi taktil (-).

b. Ilusi: tidak ada.

c. Depersonalisasi: tidak ada.

d. Derealisasi : tidak ada.

4. Pikiran

a. Bentuk

Nonrealistis

b. Proses pikir

Koheren

c. Isi pikir

waham curiga (+). Pasien merasa diguna-guna oleh seorang perempuan dan

pasien merasa tetangga disekitar rumahnya sering membicarakan

kejelekannya.

Waham dikendalikan, thought of insertion (+). Pasien merasa ada setan

yang masuk kedalam dirinya.

Waham kebesaran (-), waham kejar (-), waham somatik (-).

5. Kesadaran dan Kognisi

14

Page 15: Laporan Kasus Psikiatri - Lia

a. Taraf Kesadaran dan Kesiagaaan : compos mentis, baik.

b. Orientasi :

Orang

Kesan baik, pasien mengenali dokter muda yang memeriksanya, dan

keluarga yang mengantarnya.

Tempat

Kesan baik. Pasien mengetahui bahwa saat ini dia berada di RS Jiwa

Provinsi NTB.

Situasional

Kesan baik. Pasien dapat mengetahui saat dilakukan wawancara dan saat itu

adalah sore hari.

c. Daya Ingat :

Jangka pendek

Kesan baik. Pasien dapat mengingat menu sarapan tadi pagi.

Segera

Kurang baik. Pasien tidak dapat menyebutkan kembali 6 angka yang

disebutkan oleh pemeriksa.

Masa lalu belum lama

Kesan baik. Pasien mampu menginagt peristiwa-peristiwa yang cukup

penting di bulan-bulan terakhir.

Jangka panjang

Kesan baik. Pasien mengingat tahun kelahirannya.

d. Konsentrasi dan Perhatian

Cukup baik, pasien mampu mengikuti wawancara dengan baik,

perhatiannya tidak mudah teralih. Namun pasien tidak mampu mengurangi

angka 100 dengan 5 secara berurutan terkait dengan tingkat pendidikan pasien

yang tidak pernah bersekolah.

e. Kemampuan Membaca dan Menulis

Tidak baik, pasien tidak dapat membaca tulisan yang ditunjukkan

pemeriksa. Kemampuan menulis kesan kurang, pasien tidak dapat menuliskan

namanya dan maupun kalimat (sesuai dengan tingkat pendidikan).

f. Kemampuan Visuospasial

Kesan baik, pasien dapat mengikuti bentuk gambar yang dicontohkan oleh

pemeriksa.

15

Page 16: Laporan Kasus Psikiatri - Lia

g. Pikiran Abstrak

Kesan baik, mengetahui perbedaan dari beberapa benda, misalnya beda

mobil dan motor.

h. Intelegensi dan kemampuan informasi

Kesan baik, pasien mengetahui siapa presiden Indonesia saat ini.

6. Pengendalian Impuls

Selama wawancara, pasien dapat mengendalikan diri dengan cukup baik.

7. Daya Nilai dan Tilikan

e. Daya Nilai Sosial

Kesan baik, saat ditanya oleh pemeriksa apakah mencuri itu boleh dan

tidak melanggar hukum, pasien menjawab mencuri itu tidak boleh karena

haram hukumnya.

f. Uji Daya Nilai

Cukup baik, saat ditanya apa yang akan dilakukan bila pasien menemukan

dompet di jalan ?. Pasien menjawab akan mengembalikan dompet tersebut

kepada pemiliknya.

g. Penilaian Daya Realita (RTA)

Terganggu, karena terdapat waham-waham.

h. Tilikan

Derajat VI. Pasien merasa dirinya sakit dan butuh pengobatan.

8. Taraf dapat dipercaya

Secara umum masih dapat dipercaya.

IV. Pemeriksaan Diagnostik Lebih Lanjut

I. Status Generalis

a. Tanda vital

Tekanan darah : 120 / 70 mmHg

Nadi : 80 x / menit

Pernapasan : 18 x / menit

16

Page 17: Laporan Kasus Psikiatri - Lia

Suhu : 36,7 0C

b. Kepala-leher

Mata : anemis (-/-). ikterus (-/-), refleks pupil (+/+), isokor.

THT : telinga dbn, jejas (-), krepitasi (-), deviasi septum (-)

Leher : struma (-), pembesaran KGB (-).

c. Thoraks

Cor : S1S2 tunggal, regular, murmur (-), gallop (-).

Pulmo : vesikuler (+/+), rhonki (-/-), wheezing (-/-).

d. Abdomen : Distensi (-), bising usus (+) normal, nyeri tekan (-), H/L/R : tidak

teraba.

e. Sistem urogenital : tidak dievaluasi.

f. Ekstremitas : akral hangat (+), oedem (-).

II. Status Neurologis

i. Pupil : bentuk bulat, isokor (+/+), refleks cahaya (+/+).

j. Gejala rangsangan meningeal : tidak ditemukan.

k. Gejala peningkatan TIK : tidak didapatkan.

l. Motorik : normal.

m. Tonus : normal.

n. Koordinasi : baik.

o. Turgor : normal.

p. Refleks : normal.

q. Sensibilitas : baik.

r. Susunan saraf vegetatif : baik.

s. Fungsi-fungsi luhur : baik.

t. Gangguan khusus : tidak ada.

V. Ikhtisar Penemuan Bermakna

Telah diperiksa seorang pasien laki-laki usia 28 tahun, agama islam, suku sasak, saat

ini tidak bekerja, status duda. Datang dengan keluhan mengamuk dan mencoba bunuh diri

dengan melukai diri sendiri sejak 4 hari sebelum MRS. Pasien gelisah, sulit tidur,

melempar barang-barang, dan mencoba bunuh diri dengan melukai dirinya sendiri dengan

memecahkan kaca menggunakan tangannya sehingga tangan kanan pasien terluka dan

17

Page 18: Laporan Kasus Psikiatri - Lia

dijahit di Rumah Sakit Kota. Pasien melakukannya sambil berbicara hal-hal yang tidak

berkaitan.

Pasien mengatakan dirinya mengamuk karena ia dikendalikan oleh setan yang ada di

dalam tubuhnya. Setan tersebut dikirim oleh perempuan yang suka dengan dirinya. Selain

itu, pasien juga sering mendengar suara-suara seorang perempuan yang tidak ada

wujudnya yang mengatakan “mati kamu! mati kamu!”.

Pasien merasa dikejar-kejar dan diikuti oleh perempuan tersebut sejak 3 bulan

sebelum masuk RSJ. Perempuan tersebut suka dengan dirinya tapi pasien tidak mau

karena perempuan tersebut jelek dan sudah tua sehingga perempuan itu mengirimkan

guna-guna dan memasukkan setan ke dalam tubuhnya. Namun keluarga tidak pernah

bertemu langsung dengan perempuan yang dimaksud, keluarganya hanya mendengar

peristiwa itu dari pasien. Sejak saat itu pasien gelisah, ketakutan, cenderung diam di

rumah dan bersembunyi. Pasien juga jarang tidur pada malam hari dan sering berbicara

sendiri.

Pasien juga mengatakan bahwa sejak 1 bulan yang lalu pasien juga sering berbicara

dengan seorang perempuan. Perempuan tersebut hanya dapat dilihat oleh pasien sendiri

dan tidak ada orang lain yang dapat melihatnya. Perempuan tersebut meminta pasien untuk

mengawininya, namun pasien tidak mau dan pasien terus dikejar-kejar.

Selain itu pasien juga mendengar bisikan-bisikan yang mengatakan “mati kamu...

mati kamu”. Bisikan tersebut semakin keras didengar sejak 1,5 bulan sebelum masuk RSJ

hingga saat berada di rumah sakit jiwa pasien masih mendengar bisikan tersebut. Namun

saat ini pasien sudah tidak mendengar bisikan tersebut lagi.

Pasien tidak pernah keluyuran ataupun menyakiti orang lain. Pasien terkadang

senyum-senyum sendiri, bicara sendiri, marah-marah di rumah, dan curiga pada tetangga-

tetangganya disekitar rumah. Pasien merasa sering dibicarakan oleh tetangganya. Pasien

sering dibicarakan yang jelek-jelek.

Pasien pernah mengkonsumsi ganja sejak tahun 2003. Pasien mengkonsumsi ekstasi

dan shabu setiap tahun baru sejak tahun 2005. Pasien juga mengkonsumsi alkohol sejak

berusia 15 tahun hingga sebelum puasa dengan frekuensi 3x/minggu, biasanya setiap kali

minum pasien dapat menghabiskan 3 gelas alkohol. Sebelum bulan puasa pasien sudah

tidak menggunakan alkohol maupun zat psikoaktif lagi karena dilarang oleh ibunya.

pasien tidak merasakan keluhan apapun jika tidak menggunakan zat-zat tersebut. Pasien

tidak meningkatkan jumlah zat secara jelas untuk mencapai dosis yang diinginkan, tidak

terjadi penurunan efek yang bermakna pada pemakaian berlanjut dengan jumlah zat yang

18

Page 19: Laporan Kasus Psikiatri - Lia

sama. Pasien masih dapat menghentikan penggunaan zat. Saat berhenti menggunakan

ganja dan alkohol (sebelum bulan puasa), pasien kemudian sering mengamuk, timbul

halusinasi yang lebih kuat dan merasa ada setan didalam diri pasien. Namun, walaupun

keluhan tersebut muncul, pasien tidak menggunakan kembali zat yang sama untuk

menghilangkan atau menghindari hal tersebut.

Pasien pernah merasakan perasaan sedih yang berlebihan dan berkepanjangan

sekitar 1 tahun yang lalu, saat itu pasien bercerai dengan istrinya karena istri pasien

berselingkuh dan memiliki anak dari hasil perselingkuhannya. Tidak didapatkan adanya

riwayat gangguan jiwa dalam keluarga.

Tidak didapatkan penyakit medis atau trauma kepala yang secara fisiologis

berhubungan dengan gangguan jiwa yang dialami pasien. Pasien pernah mengkonsumsi

alkohol dan zat-zat psikoaktif.

Pada status mental ditemukan seorang laki-laki, sesuai usia, perawatan diri kurang,

status gizi cukup. Bicara spontan, Psikomotor normoaktif, perhatiannya tidak mudah

teralih bila ada orang yang lewat ataupun terdapat hal yang menarik perhatiannya. Sikap

kooperatif. Mood eutimik. Afek luas, kesan serasi. Ditemukan adanya gangguan persepsi

berupa halusinasi audiotorik. Bentuk pikir nonrealistis, proses pikir : koheren, isi pikir

terdapat waham curiga (+), waham dikendalikan (thought insertion), kesadaran compos

mentis. Orientasi terkesan baik. Daya ingat baik. Konsentrasi/perhatian cukup dan

kemampuan visuospasial terkesan baik. Kemampuan membaca dan menulis sesuai dengan

tingkat pendidikan. Daya nilai sosial dan uji daya nilai baik. RTA terganggu. Pemeriksaan

fisik umum dan neurologis dalam batas normal.

VI. Diagnosis Multiaksial

Aksis I : Skizofrenia paranoid (F20.0)

Aksis II : Tidak ada diagnosis

Aksis III : Tidak ada diagnosis

Aksis IV : Masalah Pendidikan

Masalah Pengetahuan Keluarga yang Kurang

Masalah Lingkungan Sosial

Aksis V : GAF 40-31 (current)

VII. Formulasi Diagnosis

19

Page 20: Laporan Kasus Psikiatri - Lia

Pada pasien ini ditemukan adanya pola prilaku atau psikologis yang secara

klinis bermakna dan secara khas berkaitan dengan suatu gejala yang menimbulkan

penderitaan dan hendaya dalam berbagai fungsi psikososial dan pekerjaan. Dengan

demikian dapat disimpulkan pasien ini mengalami gangguan jiwa.

Berdasarkan anamnesis mengenai riwayat penyakit medis, pasien tidak pernah

mengalami trauma kepala, kejang, hipertensi atau penyakit lainnya yang dapat

menimbulkan disfungsi otak sebelum menunjukkan gejala gangguan jiwa. Oleh

karena itu diagnosis gangguan mental organik (F00 – F09) dapat disingkirkan.

Didapatkan riwayat penggunaan alkohol, namun pasien terakhir kali

menggunakan alkohol saat tahun baru (sekitar 8 bulan sebelum masuk RSJP NTB),

dan pasien hanya menggunakannya satu kali/tahun serta setelah mengkonsumsi

alkohol tersebut tidak ada gejala intoksikasi. Selain menggunakan alkohol pasien juga

pernah menggunakan ganja sejak tahun 2003. Sejak tahun 2003 hingga bulan Maret

tahun 2014 pasien rutin mengkonsumsi ganja setiap tahun baru. Pasien menggunakan

ekstasi dan shabu setiap tahun baru sejak tahun 2005. Namun tidak ditemukan gejala

putus zat, pasien tidak memiliki keinginan yang kuat ataupun dorongan yang

memaksa dirinya untuk menggunakan zat psikoaktif, pasien tidak memiliki kesulitan

untuk mengendalikan menggunakan zat, termasuk sejak memulainya, usaha

menghentikannya atau pada tingkat sedang menggunakannya, tidak terbukti adanya

toleransi berupa peningkatan dosis untuk memperoleh efek yang sama dan tidak

ditemukan kriteria lainnya dari sindrom ketergantungan ataupun intoksikasi, sehingga

diagnosis gangguan mental dan perilaku akibat penggunaan zat psikoaktif (F10-F19)

dapat disingkirkan.

Pada pasien ini didapatkan gangguan dalam proses pikir, gangguan persepsi

dan penilaian realitas. Misalnya, pasien merasa diguna-guna dan ada setan yang

masuk di dalam tubuhnya yang mengatakan “bunuh dirimu, bunuh dirimu, kamu

jelek, tidak berguna”. Pasien juga mendengar bisikan yang mengatakan “mati kamu!

mati kamu!”. Pasien juga melihat seseorang yang tidak dapat dilihat oleh orang lain :

melihat perempuan yang meminta pasien untuk mengawininya. Pasien memiliki

waham curiga (+), dimana pasien merasa diguna-guna oleh seorang perempuan dan

pasien merasa tetangga di sekitar rumahnya sering membicarakan kejelekannya.

Selain itu, pasien juga memiliki waham dikendalikan, thought of insertion (+) dimana

pasien merasa ada setan yang masuk ke dalam dirinya. Pada pemeriksaan fisik mental

pada pasien ini didapatkan halusinasi auditorik, bentuk pikiran nonrealistis, terdapat

20

Page 21: Laporan Kasus Psikiatri - Lia

waham curiga, waham dikendalikan thought of insertion. Penilaian daya realita

terganggu. Gejala-gejala ini sudah berlangsung lebih dari 1 bulan sehingga dapat

ditegakkan diagnosis aksis I adalah F20.0 Skizofrenia Paranoid.

Pada Aksis II tidak didapatkan gangguan kepribadian maupun retardasi

mental. Pada Aksis III tidak ditemukan kelainan klinis yang bermakna. Pada Aksis

IV didapatkan terdapat maslah yang berkaitan dengan lingkungan sosial, pendidikan

dan pengetahuan pasien dan keluarga yang rendah mengenai gangguan jiwa. Pada

Aksis V berdasarkan GAF (Global Assessment of Functioning) HLPY (Highest

Level Past Year) 40-31, saat ini pasien berada pada nilai 40-31 (beberapa disabilitas

dalam hubungan dengan realita dan komunikasi, disabilitas berat dalam beberapa

fungsi) dan nilai tertinggi untuk sekurangnya satu bulan selama satu tahun terakhir

yaitu 40-31 (beberapa disabilitas dalam hubungan dengan realita dan komunikasi,

disabilitas berat dalam beberapa fungsi).

VIII. Daftar Permasalahan

1. Organobiologik

Adanya ketidakseimbangan neurotransmitter.

2. Psikologis / Perilaku

Pasien mengamuk, menyakiti diri sendiri dengan membenturkan kepala ditembok dan

lantai serta memukuli anggobat badannya dengan menggunakan tangannya sendiri,

banyak bicara. Waham (+), halusinasi (+), RTA terganggu.

3. Keluarga, Lingkungan dan Sosial Budaya

Ekonomi keluarga yang termasuk kelompok ekonomi menengah ke bawah. Keluarga

pasien memiliki pengetahuan yang kurang serta perhatian yang kurang terhadap

penyakit atau gangguan yang diderita oleh pasien serta pengobatan yang harus

diberikan kepada pasien.

IX. Rencana Terapi

1. Psikofarmasi

Haloperidol tablet 2x5 mg.

2. Psikoedukasi

Psikoedukasi pada pasien bertujuan untuk mendukung proses terapi, membantu pasien

dalam menemukan cara mengatasi masalahnya, dan mencegah timbulnya gejala yang

sama saat pasien mendapat stressor psikologis. Edukasi terhadap pasien, yaitu:

21

Page 22: Laporan Kasus Psikiatri - Lia

a. Secara bertahap sesuai dengan kembalinya kemampuan penilaian realitas pada

pasien, memberi informasi dan edukasi kepada pasien mengenai penyakit yang

dideritanya, gejala-gejala, dampak, faktor-faktor penyebab, pengobatan,

komplikasi, prognosis, dan resiko kekambuhan agar pasien tetap taat meminum

obat dan segera datang ke dokter bila timbul gejala serupa di kemudian hari.

b. Meyakinkan bahwa semua gejala yang muncul dapat dihilangkan dengan minum

obat secara teratur.

c. Memotivasi pasien untuk berobat teratur.

Edukasi terhadap keluarga :

a. Memberikan penjelasan tentang penyakit pasien (gejala, faktor-faktor pemicu,

pengobatan, komplikasi, prognosis, dan resiko kekambuhan di kemudian hari).

b. Meminta keluarga untuk mendukung pasien pada saat-saat setelah sakit agar

pasien dapat mengalami sembuh remisi.

3. Psikoterapi

Psikoterapi yang diberikan kepada pasien adalah psikoterapi suportif yaitu

yang bertujuan untuk memperkuat fungsi defensif pasien terhadap keyakinannya yang

non-realistik, memperluas fungsi pengendalian dengan metode pengendalian baru,

memperbaiki kemampuan adaptif pasien. Psikoterapi ini dicapai dengan pendekatan

bimbingan dan reassurance.

4. Sosioterapi

Mengembalikan fungsi sosial pasien melalui latihan kembali untuk

berinteraksi dengan pasien-pasien lainnya selama perawatan, dan memberi pengertian

pada pasien bahwa tujuan perawatannya adalah untuk menghilangkan gejala

penyakitnya dan berlatih untuk bisa kembali bermasyarakat di lingkungannya setelah

keluar dari rumah sakit. Memberi penjelasan kepada keluargamengenai keadaan yang

dialami pasien sehingga keluarga dapat menciptakan lingkungan yang optimal bagi

pemulihan pasien, menurunkan stigmatisasi dan diskriminasi terutama pada keluarga

dan masyarakat sekitar. Keluarga perlu diberi edukasi dalam upaya mendukung

penyembuhan pasien berupa terapi pasien sehingga diharapkan dapat berperan

sebagai PMO bagi pasien dan mengawasi pasien untuk tidak lagi menggunakan zat

multipel seperti ganja, ekstasi, shabu, alkohol dan lain-lain.

22

Page 23: Laporan Kasus Psikiatri - Lia

X. Prognosis

Faktor pendukung:

a. Faktor pencetusnya jelas

b. Keluarga mau membantu kesembuhan pasien

Faktor penghambat:

a. Kurangnya pengetahuan keluarga dan pasien mengenai gangguan jiwa yang

dialami pasien, terkait penggunaan zat.

b. Kurangnya kesadaran pasien untuk minum obat

Berdasarkan faktor-faktor di atas, prognosis pasien ini adalah:

Ad Vitam : dubia ad bonam

Ad Functionam : dubia ad bonam

Ad Sanationam : dubia ad malam

XI. Pembahasan

Pada pasien ini ditemukan gejala bermakna berupa mengamuk dan melukai diri

sendiri dengan memukuli kaca menggunakan tangannya, tidak bisa tidur sejak 4 hari

sebelum MRS. Pasien juga dikeluhkan banyak bicara, cenderung diam dirumah dan

bersembunyi karena takut. Pasien juga mengeluhkan pasien sering ketawa sendiri,

senyum-senyum sendiri dan berbicara sendiri seperti ada lawan bicara 1 bulan yang

lalu. Pada pemeriksaan fisik mental didapatkan halusianasi auditorik, bentuk pikiran

nonrealistis, terdapat waham curiga, dan waham dikendalikan - thought insertion.

Penilaian daya realita (RTA ) terganggu. Gejala-gejala ini sudah berlangsung lebih dari

1 bulan sehingga dapat ditegakkan diagnosis skizofrenia paranoid.

Penggunaan antipsikotik pada pasien ini didasarkan pada fakta bahwa

antipsikotik dapat membantu mencapai dan memelihara respons klinis yang diinginkan.

Terdapat dua golongan obat antipsikotik, yaitu golongan tipikal dan atipikal. Pada

pasien ini gejala positif lebih menonjol yaitu terdapat isi fikiran yang tidak wajar

(waham), gangguan persepsi (halusinasi). Cara kerja antipsikotik tipikal adalah

memblok reseptor dopamin terutama pada jalur mesolimbik sehingga gejala-gejala

positif yang sekarang dialami pasien dapat berkurang. Pada pasien ini tidak digunakan

jenis obat golongan antipsikotik tipikal yang lain karena Haloperidol, yang merupakan

suatu antipsikotik potensi tinggi, lebih manjur untuk gejala skizofrenia seperti

gangguan proses berpikir (waham) dan gangguan persepsi (halusinasi) jika

23

Page 24: Laporan Kasus Psikiatri - Lia

dibandingkan dengan Chlorpromazine, yang merupakan suatu antipsikotik potensi

rendah, yang lebih baik bila gejala sasaran berupa hiperaktivitas motorik, kegelisahan,

kegaduhan, agitasi, dan pasien yang agresif. Sedangkan obat antipsikosis atipikal tidak

dipilih walaupun dengan kemungkinan efek samping ekstrapiramidal lebih kecil (efek

terhadap reseptor adrenergik lebih kecil) karena obat atipikal memiliki afinitas terhadap

reseptor serotonin 10 kali lebih besar dibandingkan pada reseptor dopamin sehingga

diperlukan dosis yang lebih tinggi untuk pasien ini. Disamping itu, peningkatan

aktivitas serotonin akan menimbulkan gejala negatif pada skizofrenia, yang tidak terjadi

pada pasien ini. Dengan pertimbangan ini, maka haloperidol dipilih sebagai terapi lini

pertama pada pasien ini.

Penggunaan obat antipsikotik golongan tipikal, terutama Haloperidol, dijelaskan

banyak menyebabkan efek samping neurologis berupa gejala ekstrapiramidal, seperti

kejang (antipsikotik menurunkan nilai ambang konvulsi), tremor, Parkinsonism,

diskinesia, dan akatisia. Apabila pasien mengalami keluhan tersebut, maka perlu

diberikan obat golongan antikolinergik, yaitu Trihexyphenydil HCl untuk mengatasi

gejala ekstrapiramidal yang mungkin timbul. Namun, karena pada pasien tersebut

belum pernah mengalami keluhan tersebut dan pasien masih dirawat inap dengan

asumsi bahwa gejala tersebut dapat dievaluasi saat berada di RSJP, maka pemberian

obat antikolinergik diberikan hanya apabila terdapat gejala ekstrapiramidal.

Terapi medikamentosa yang diberikan di awal adalah Haloperidol dengan dosis

awal 1 x 5 mg, dinaikkan secara cepat setiap 2-3 hari dalam 1-3 minggu untuk

mencapai dosis efektif dalam pengendalian gejala. Setelah tercapai dosis efektif, terapi

dievaluasi setelah 2 minggu, kemudian dinaikkan menjadi dosis optimal pengendalian

gejala yang dipertahankan selama 8 – 10 minggu dalam fase stabilitasi, kemudian pada

fase pemeliharaan dosis dapat diturunkan sampai dosis minimal yang dapat

mengendalikan gejala. Terapi dilakukan minimal selama dua tahun.

Selain terapi medikamentosa, pada pasien gangguan psikotik perlu mendapat

psikoterapi dan sosioterapi. Psikoterapi bertujuan membantu menguatkan pikiran pasien

mengenai mana realita mana bukan realita sehingga dapat melawan gejalanya sendiri,

menjelaskan mengenai penyakitnya secara perlahan, sehingga pasien mengerti

pentingnya minum obat secara teratur dan tidak putus. Psikoedukasi juga perlu

diberikan kepada keluarga dan lingkungan sekitar agar tidak terjadi stigmatisasi

terhadap pasien, dan membangun sistem pendukung yang kuat untuk menunjang

perbaikkan pasien.

24

Page 25: Laporan Kasus Psikiatri - Lia

Sosioedukasi mengajarkan pada pasien bagaimana cara untuk kembali pada

masyarakat. Pada sosioedukasi pasien diajarkan untuk tidak malu dengan penyakitnya,

dan cara bermasyarakat yang benar sehingga dirinya dapat diterima. Sosioedukasi juga

seharusnya dilakukan pada keluarga untuk dapat menerima pasien tanpa stigmatisasi,

dan membantu meningkatkan rasa penghargaan dirinya.

25

Page 26: Laporan Kasus Psikiatri - Lia

XII. Riwayat Perjalanan Gangguan Pada Pasien

Gambar Riwayat Perjalanan Gangguan Pada Pasien.

26

Mulai Menggunakan

Ganja

2003

Mulai Menggunakan

ekstasi dan shabu

Bercerai dengan Istri

MRS II 30 Mei 2014 s/d

24Juni 2014

MRS I 1 Maret 2014 s/d28 Maret 2014

MRS III14 Agustus 2014

Pasien minum THP dan

Haloperidol

Pasien minum THP dan

Haloperidol

Mulai Menggunakan

Alkohol

2005 2009

2013

Berhenti menggunakan ganja,

dan alkohol

Menggunakan ekstasi dan

shabu

2014

Berhenti berobat

Page 27: Laporan Kasus Psikiatri - Lia

Tabel. Riwayat Perjalanan Gangguan pada Pasien

2013 (saat bercerai dengan

istri)MRS I MRS II MRS III MRS IV

Perasan kecewa dan kesedihan yang berkepanjangan

Hilang semangat Sedih Tidak bisa tidur Tidak mau makan

selama 2 bulan Rasa ingin bunuh diri

(-) Halusinasi (-) Waham (-)

Mengamuk Gelisah Melukai diri sendiri

dengan membenturkan kepala di tembok

Banyak berbicara Bicara sendiri Susah tidur Halusinasi audio (+) Halusinasi visual (+) Waham curiga (+)

Mengamuk Membenturkan kepala di

lantai dan tembok Banyak berbicara Bicara sendiri Sulit tidur Merasa diri tidak

berguna Halusinasi audio (+) Halusinasi visual (+) Waham curiga (-),

Mengamuk Membenturkan kepala di

lantai dan tembok Banyak berbicara Bicara sendiri Sulit tidur Merasa diri tidak

berguna Halusinasi audio (+) Halusinasi visual (+) Waham curiga (+),

waham dikendalikan (though insertion) (+)

Mengamuk Melempar barang-

barang Melukai diri

sendiri dengan memukuli kaca menggunakan tangan

Gelisah Sulit tidur Merasa diri tidak

berguna Halusinasi audio

(+) Waham curiga (+)

27

Page 28: Laporan Kasus Psikiatri - Lia

DAFTAR PUSTAKA

1. Departemen Kesehatan RI Direktorat Jenderal Pelayanan Medik. 1993. Penggolongan

dan Diagnosis Gangguan Jiwa di Indonesia III. Jakarta : Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa

FK Unika Atma Jaya.

2. Kaplan HI, Saddock BJ, et al. 2010. Gangguan Berhubungan dengan Zat dalam

Sinopsis Psikiatri Ilmu Pengetahuan Perilaku Psikiatri Klinis.. Jakarta : Binarupa

Aksara.

3. Maramis WF, Maramis AA. 2009. Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa. Edisi 2. Surabaya :

Airlangga University Press.

4. Maslim R. 2007. Panduan Praktis Penggunaan Klinis Obat Psikotropik. Edisi Ketiga.

Jakarta : Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa FK Unika Atma Jaya.

28