Upload
lia-pamungkas
View
32
Download
2
Embed Size (px)
Citation preview
Penganiayaan dan Pembunuhan
Lia pamungkas*
10.2009.212
Mahasiswa, Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana
Jalan Arjuna Utara No. 6 Jakarta Barat 11510
Telephone : (021) 5694-2061
Fax : (021)- 563 1731
Pendahuluan
Peristiwa pelanggaran hukum yang menyangkut tubuh dan nyawa manusia banyak kita temui dalam
kehidupan sehari-hari. Dalam menangani berbagai kasus ini diperlukan ilmu kedokteran forensik
untuk membantu proses peradilan dalam arti luas yang meliputi tahap penyidikan sampai sidang
pengadilan. Diperlukan bantuan dokter untuk memastikan sebab,cara, dan waktu kematian pada
peristiwa kematian tidak wajar karena pembunuhan, bunuh diri, kecelakaan atau kematian yang
mencurigakan. Selain bantuan Ilmu Kedokteran Forensik tersebut tertuang di dalam bentuk
Visum et Repertum, maka bantuan dokter dengan ilmu pengetahuan yang dimilikinya sangat
diperlukan didalam upaya mencari kejelasan dan kebenaran materil yang selengkap-lengkapnya
tentang suatu perbuatan tindak pidana yang telah terjadi. Kewajiban dokter untuk membuat
Keterangan Ahli telah diatur dalam pasal 133 KUHAP. Keterangan Ahli ini akan dijadikan
sebagai alat bukti yang sah di depan sidang pengadilan (pasal 184 KUHAP).
*Alamat korespondensi Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida WacanaEmail : [email protected]
Skenario
Seorang laki – laki ditemukan disebuah sungai kering yang penuh batu – batuan dalam keadaan
mati tertelungkup. Ia mengenakan kaos dalam (oblong) dan celana panjang yang dibagian
bawahnya digulungnya hingga setengah tungkai bawahnya. Lehernya terikat lengan baju (yang
kemudian diketahui sebagai baju milikinya sendiri) dan ujung lengan baju lainnya terikat ke
sebuah dahan pohon perdu setinggi 60 cm. Posisi tubuh relatif mendatar , namun leher masih
dijumpai ada satu luka terbuka di daerah ketiak kiri yang memperlihatkan pembuluh darah ketiak
yang putus, dan beberapa luka terbuka di daerah tungkai bawah kanan dan kiri yang memiliki
ciri – ciri yang sesuai dengan akibat kekerasan tajam.
Perlu diketahui bahwa rumah terdekat dari TKP adalah sekitar 2 km. TKP adalah suatu daerah
perbukitan yang berhutan cukup berat.
Aspek Hukum dan Medikolegal
Aspek hukum Kejahatan terhadap tubuh dan jiwa manusia 1
Pasal 89 KUHP
Membuat orang pingsan atau tidak berdaya disamakan dengan menggunakan kekerasan.1
Pasal 90 KUHP
Luka berat berarti :
-jatuh sakit atau mendapat luka yang tidak memberi harapan akan sembuh sama sekali, atau yang
menimbulkan bahaya maut;
- tidak mampu terus menerus untuk menjalankan tugas jabatan atau pekerjaan pencarian;
- kehilangan salah satu pancaindra;
- mendapat cacat berat;
*Alamat korespondensi Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida WacanaEmail : [email protected]
- menderita sakit lumpuh;
-terganggunya daya piker selama empat minggu lebih;
-gugur atau matinya andungan seorang perempuan1.
Pasal 338 KUHP
Barangsiapa dengan sengaja merampas nyawa orang lain, diancam karena pembunuhan, dengan
pidana penjara paling lama lima belas tahun.1
Pasal 339 KUHP
Pembunuhan yang diikuti, disertai atau didahului oleh suatu perbuatan pidana, yang dilakukan
dengan maksud untuk mempersiapkan atau mempermudah pelaksanaannya, atau untuk
melepaskan diri sendiri maupun peserta lainnya dari pidana dalam hal tertangkap tangan,
ataupun untuk memastikan penguasaan barang yang diperolehnya secara melawan hukum,
diancam dengan pidana penjara seumur hidup atau selama waktu tertentu, paling lama dua puluh
tahun.
Pasal 340 KUHP
Barangsiapa dengan sengaja dan dengan rencana lebih dahulu merampas nyawa orang lain,
diancam, karena pembunuhan dengan rencana (moord), dengan pidana mati atau pidana penjara
seumur hidup atau selama waktu tertentu, paling lama dua puluh lima tahun.1
Pasal 351 KUHP
1) Penganiyaan diancam dengan pidana penjara paling lama dua tahun delapan bulan atau
pidana denda paling banyak 4500 rupiah.
2) Jika perbuatan mengakibatkan luka-luka berat, yang bersalah diancam dengan pidana
penjara paling lama 5 tahun.
3) Jika mengakibatkan mati, diancam dengan pidana penjara paling lama7 tahun.
4) Dengan penganiyaan disamakan sengaja merusak kesehatan.
5) Percobaan untuk melakukan kejahatan ini tidak dipidana.1
*Alamat korespondensi Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida WacanaEmail : [email protected]
Pasal 353 KUHP
(1) Penganiayaan dengan rencana terlebih dahulu, diancam dengan pidana penjara paling
lama 4 tahun.
(2) Jika perbuatan mengakibatkan luka-luka berat, yang bersalah dikenakan pidana penjara
paling lama tujuh tahun.
(3) Jika perbuatan mengakibatkan mati, dia dikenakan pidana penjara paling lama 9 tahun.1
Pasal 354 KUHP
(1) Barangsiapa dengan sengaja melukai berat orang lain, diancam, karena melakukan
penganiayaan berat, dengan pidana penjara paling lama delapan tahun.
(2) Jika perbuatan mengakibatkan mati, yang bersalah dikenakan pidana penjara paling lama
10 tahun.
Pasal 355 KUHP
(1) Penganiayaan berat yang dilakukan dengan rencana lebih dahulu, diancam dengan pidana
penjara paling lama 12 tahun.
Jika perbuatan mengakibatkan mati, yang bersalah dikenakan pidana penjara paling lama 15
tahun.
. Proses Hukum Kasus Pidana Umum 2
1. Pelaporan
Proses pertama bisa diawali dengan laporan atau pengaduan ke kepolisian.
Siapa yang bisa melapor ?
a. Korban (Terutama untuk delik aduan)
b. Saksi
c. Siapa saja yang mengetahui bahwa ada tindak kejahatan 2
*Alamat korespondensi Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida WacanaEmail : [email protected]
2. Penyidikan
Setelah menerima laporan, Polisi melakukan penyidikan. Penyidikan adalah serangkaian
tindakan penyidik untuk mencari serta mengumpulkan bukti untuk membuat jelas tindak pidana
yang terjadi dan guna menemukan tersangkanya.
Pasal 6 KUHAP
1. Penyidik adalah :
a. Pejabat polisi Negara Republik Indonesia;
b. Pejabat pegawai negri sipil tertentu yang di beri wewenang khusus oleh undang-
undang
2. Syarat kepangkatan pejabat sebagai mana di maksud dalam ayat 1 akan di atur lebih
lanjut dalam peraturan pemerintah.
Dalam penyidikan, diperlukan kerjasama dari anggota masyarakat yang diminta sebagai
saksi. Seringkali karena tidak terbiasa berhubungan dengan aparat penegak hukum, warga yang
diminta menjadi saksi memerlukan pendampingan dari paralegal selama proses penyidikan
berlangsung. 2
Persangkaan atau pengetahuan telah terjadi tindak pidana ini dapat diperoleh dari berbagai
sumber yang dapat digolongkan sebagai berikut :2
a. kedapatan tertangkap tangan (ondtdekkeng op heterdaad)
b. diluar tertangkap tangan
Pemeriksaan di tempat kejadian
Pemeriksaan di tempat kejadian pada umumnya dilakukan karena delik yang mengakibatkan
kematian, kejahatan seksual, pencurian dan perampokan. Dalam hal terjadinya kematian dan
kejahatan seksual, sering dipanggil dokter untuk mengadakan pemeriksaan di tempat kejadian
diatur dalam paal 7 KUHAP.
*Alamat korespondensi Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida WacanaEmail : [email protected]
Pemeriksaan tersangka
Sebelum penyidik melakukan pemeriksaan terhadap seseorang yang dilakukan suatu tindak
pidana, maka penyidik wajib memberitahukan kepadanya tentang haknya untuk mendapatkan
bantuan hukum atau bahwa ia dalam perkara itu wajib didampingi penasehat hukum (pasaal 114
KUHAP).
Pemeriksaan saksi dan ahli
Saksi adalah orang yang dapat memberikan keterangan guna kepentingan penyidikan,
penuntunan dan peradilan tentang suatu perkara pidana yang ia dengar sendiri, ia lihat sendiri
dan ia alami sendiri. (Petranase. 200. Hal :117) mengenai hal ini, menurut pasal 224 KUHAP
yang berbunyi :
“ Barang siapa dipanggil menurut undang – undang untuk menjadi saksi, ahli atau juru bahasa
dengan sengaja tidak melakukan suatu kewajiban menurut undang – undang, yang ia sebagai
demikian harus melakukan :
a. Dalam perkara pidana dipidana dengan pidana penjara selama – lamanya 9 bulan
b. dalam perkara lain, dipdidana dengan pidana penjara selama – lamanya 6 bulan.
3. Penuntutan
Penuntutan adalah tindakan penuntut umum untuk melimpahkan perkara ke pengadilan negeri
yang berwenang. Jaksa Penuntut Umum (JPU) akan meminta Hakim Pengadilan Negeri untuk
memeriksa dan memutuskan perkara. Lalu Jaksa akan membaca dengan tekun dan teliti untuk
merumuskan dokumen tuntutan untuk di limpahkan ke Pengadilan Negeri yang berwenang.
4. Persidangan
Mengadili adalah serangkaian tindakan hakim untuk menerima, memeriksa dan memutus perkara
pidana berdasarkan asas bebas, jujur dan tidak memihak. Hakim mengadili kasus di depan sidang
pengadilan.Dalam persidangan diperlukan pemantauan dari warga bersama paralegal baik bila
warga masyarakat menjadi korban maupun bila dituduh sebagai tersangka.
*Alamat korespondensi Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida WacanaEmail : [email protected]
5. Eksekuasi putusan pengadilan
Bila semua pihak setuju dengan putusan pengadilan, maka putusan akan memiliki kekuatan
hukum tetap, dan disusul dengan pelaksanaan eksekusi.Eksekusi adalah pelaksanaan putusan
pengadilan yang sudah memiliki kekuatan hukum tetap. Eksekusi akan dilakukan oleh Jaksa
Penuntut Umum.Tapi bila salah satu pihak keberatan dengan putusan tingkat pertama, maka bisa
mengajukan banding. Untuk meminta banding/kasasi, diperlukan dasar hukum dan alasan yang
kuat. Untuk itu sebaiknya minta nasihat dari pengacara bila ingin mengajukan banding atau
kasasi. Semua putusan hakim wajib ditulis dan bisa diakses oleh para pihak dan masyarakat
umum.
Prosedur mediko-legal 3
Prosedur mediko-legal adalah tata-cara atau prosedur penatalaksanaan dan berbagaiaspek
yang berkaitan pelayanan kedokteranuntuk kepentingan hukum. Secara garis besar prosedur
mediko-legal mengacu kepada peraturan perundang-undangan yang berlaku di Indonesia,
danpada beberapa bidang juga mengacukepada sumpah dokter dan etikakedokteran.
Lingkup prosedur medikolegal antara lain:
1. pengadaan visum et repertum
2. tentang pemeriksaan kedokteran terhadap tersangka
3. pemberian keterangan ahli pada masa sebelumpersidangan dan pemberian keterangan
ahli didalam persidangan
4. kaitan visum et repertum dengan rahasiakedokteran
5. tentang penerbitan Surat Keterangan Kematian dan Surat Keterangan Medik
6. tentang fitness / kompetensi pasien untukmenghadapi pemeriksaan penyidik
Kewajiban dokter dalam membantu peradilan di atur dalam Pasal 133 KUHAP
a.Pihak yang berwenang meminta keterangan ahli
*Alamat korespondensi Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida WacanaEmail : [email protected]
Menurut KUHAP pasal 133 ayat (1) yang berwenang mengajukan permintaanketerangan ahli adalah
penyidik. Penyidik pembantu juga mempunyai wewenangtersebut sesuai dengan pasal 11
KUHAP.
b.Pihak yang berwenang membuat keterangan ahli
Menurut KUHAP pasal 133 ayat (1) yang berwenang melakukan pemeriksaan forensik yang
menyangkut tubuh manuasia dan membuat keterangan ahli adalah dokter ahli kedokteran
kehakiman (forensik), dokter dan ahli lainnya. Sedangkan dalam penjelasan KUHAP tentang
pasal tersebut dikatakan bahwa yang dibuat oleh dokter ahli kedokteran kehakiman disebut
keterangan ahli sedangkan yang dibuat oleh selain ahli kedokteran kehakiman disebut
keterangan.
Secara garis besar, semua dokter yang telah mempunyai surat penugasan atausurat izin dokter
dapat membuat keterangan ahli. Namun untuk tertibadministrasinya, maka sebaiknya permintaan
keterangan ahli ini hanya diajukankepada dokter yang bekerja pada suatu instansi kesehatan
(puskesmas hingga rumah sakit) atau instansi khusus untuk itu, terutama yang milik pemerintah.
c.Prosedur permintaan keterangan ahli
Permintaan keterangan ahli oleh penyidik harus dilakukan secara tertulis dan halini secara tegas
telah diatur dalam KUHAP pasal 133 ayat (2), terutama untuk korban mati.Jenasah
harus diperlakukan dengan baik, diberi label identitas dan penyidik wajib memberitahukan dan
menjelaskan kepada keluarga korban mengenai pemeriksaan yang akan dilaksanakan. Mereka
yang menghalangi pemeriksaan jenasah untuk kepentingan peradilan diancam hukuman sesuai
dengan pasal 222KUHP.
*Alamat korespondensi Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida WacanaEmail : [email protected]
d.Penggunaan keterangan ahli
Penggunaan keterangan ahli atau dalam hal ini visum et repertum adalah hanya untuk keperluan
peradilan. Dengan demikian berkas keterangan ahli ini hanya boleh diserahkan kepada penyidik
(instansi) yang memintanya. Keluarga korban atau pengacaranya dan pembela tersangka pelaku
pidana tidak dapat meminta keterangan ahli langsung kepada dokter pemeriksa, melainkan harus
melalui aparat peradilan (penyidik, jaksa atau hakim). Berkas keterangan hali ini tidak dapat
digunakan untuk penyelesaian klaim asuransi. Bila diperlukan keterangan, pihak asuransi dapat
meminta kepada dokter keterangan yang khusus untuk hal tersebut, dengan memperhatikan
ketentuan tentang wajib simpan rahasia jabatan
I. BENTUK BANTUAN DOKTER BAGI PERADILAN DAN MANFAATNYA
Pasal 183 KUHAP
Hakim tidak boleh menjatuhkan pidana kepada seorang kecuali apabila dengan
sekurang-kurangnya dua alat bukti yang sah ia memperoleh keyakinan bahwa suatu
tindak pidana benar-benar terjadi dan bahwa terdakwalah yang bersalah
melakukannnya.
Pasal 184 KUHAP
1) Alat bukti yang sah adalah:
- Keterangan saksi
- Keterangan ahli
- Surat
- Pertunjuk
- Keterangan terdakwa
2) Hal yang secara umum sudah diketahui tidak perlu dibuktikan.1
Pasal 186 KUHAP
Keterangan ahli ialah apa yang seorang ahli nyatakan di sidang pengadilan.
Pasal 180 KUHAP
*Alamat korespondensi Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida WacanaEmail : [email protected]
1) Dalam hal diperlukan untuk menjernihkan duduknya persoalan yang timbul di
sidang pengadilan, Hakim ketua sidang dapat minta keterangan ahli dan dapat
pula minta agar diajukan bahan baru oleh yang berkepentingan.
2) Dalam hal timbul keberatan yang beralasan dari terdakwa atau penasihat hukum
terhadap hasil keterangan ahli sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) Hakim
memerintahkan agar hal itu dilakukan penelitian ulang.
3) Hakim karena jabatannya dapat memerintahkan untuk dilakukan penelitian ulang
sebagaimana tersebut pada ayat (2).
II. SANKSI BAGI PELANGGAR KEWAJIBAN DOKTER
Pasal 216 KUHP
1) Barangsiapa dengan sengaja tidak menuruti perintah atau permintaan yang dilakukan
menurut undang-undang oleh pejabat yang tugasnya mengawasi sesuatu, atau oleh
pejabat berdasarkan tugasnya. Demikian pula yang diberi kuasa untuk mengusut atau
memeriksa tindak pidana; demikian pula barangsiapa dengan sengaja mencegah,
menghalang-halangi atau menggagalkan tindakan guna menjalankan ketentuan, diancam
dengan pidana penjara paling lama empat bulan dua minggu atau denda paling banyak
sembilan ribu rupiah.
2) Disamakan dengan pejabat tersebut di atas, setiap orang yang menurut ketentuan undang-
undang terus-menerus atau untuk sementara waktu diserahi tugas menjalankan jabatan
umum.
3) Jika pada waktu melakukan kejahatan belum lewat dua tahun sejak adanya pemidanaan
yang menjadi tetap karena kejahatan semacam itu juga, maka pidanya dapat ditambah
sepertiga.
Pasal 222 KUHP
Barangsiapa dengan sengaja mencegah, menghalang-halangi atau menggagalkan
pemeriksaan mayat untuk pengadilan, diancam dengan pidana penjara paling lama
sembilan bulan atau pidana denda paling banyak empat ribu lima ratus rupiah.
Pasal 224 KUHP
*Alamat korespondensi Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida WacanaEmail : [email protected]
Barangsiapa yang dipanggil menurut undang-undang untuk menjadi saksi, ahli atau
jurubahasa, dengan sengaja tidak melakukan suatu kewajiban yang menurut undang-
undang ia harus melakukannnya:
1. Dalam perkara pidana dihukum dengan hukuman penjara selama-lamanya 9 bulan.
2. Dalam perkara lain, dihukum dengan hukuman penjara selama-lamanya 6 bulan.
Pasal 522 KUHP
Barangsiapa menurut undang-undang dipanggil sebagai saksi, ahli atau jurubahasa, tidak
datang secara melawan hukum, diancam dengan pidana denda paling banyak sembilan
ratus rupiah.
III. RAHASIA JABATAN DAN PEMBUATAN SKA/ V et R
Peraturan Pemerintah No 26 tahun 1960 tentang lafaz sumpah dokter
Saya bersumpah/ berjanji bahwa:
Saya akan membaktikan hidup saya guna kepentingan perkemanusiaan
Saya akan menjalankan tugas saya dengan cara yang terhormat dan bersusila, sesuai
dengan martabat pekerjaan saya.
Saya akan memelihara dengan sekuat tenaga martabat dan tradisi luhur jabatan
kedokteran.
Saya akan merahasiakan segala sesuatu yang saya ketahui karena pekerjaan saya dan
karena keilmuan saya sebagai dokter…….dst.
*Alamat korespondensi Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida WacanaEmail : [email protected]
Peraturan Pemerintah no 10 tahun 1966 tentang wajib simpan rahasia Kedokteran.
Pasal 1 PP No 10/1966
Yang dimaksud dengan rahasia kedokteran ialah segala sesuatu yang diketahui oleh
orang-orang tersebut dalam pasal 3 pada waktu atau selama melakukan pekerjaannya
dalam lapangan kedokteran.1
Pasal 2 PP No 10/1966
Pengetahuan tersebut pasal 1 harus dirahasiakan oleh orang-orang yang tersebut dalam
pasal 3, kecuali apabila suatu peraturan lain yang sederajat atau lebih tinggi daripada PP
ini menentukan lain.
Pasal 3 PP No 10/1966
Yang diwajibkan menyimpan rahasia yang dimaksud dalam pasal 1 ialah:
a. Tenaga kesehatan menurut pasal 2 UU tentang tenaga kesehatan.
b. Mahasiswa kedokteran, murid yang bertugas dalam lapangan pemeriksaan,
pengobatan dan atau perawatan, dan orang lain yang ditetapkan oleh menteri
kesehatan.1
Pasal 4 PP No 10/1966
Terhadap pelanggaran ketentuan mengenai wajib simpan rahasia kedokteran yang tidak
atau tidak dapat dipidana menurut pasal 322 atau pasal 112 KUHP, menteri kesehatan
dapat melakukan tindakan administrative berdasarkan pasal UU tentang tenaga
kesehatan.
Pasal 5 PP No 10/1966
Apabila pelanggaran yang dimaksud dalam pasal 4 dilakukan oleh mereka yang disebut
dalam pasal 3 huruf b, maka menteri kesehatan dapat mengambil tindakan-tindakan
berdasarkan wewenang dan kebijaksanaannya.
*Alamat korespondensi Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida WacanaEmail : [email protected]
Pasal 322 KUHP
1) Barangsiapa dengan sengaja membuka rahasia yang wajib disimpannya karena jabatan
atau pencariannya baik yang sekarang maupun yang dahulu, diancam dengan pidana
penjara paling lama sembilan bulan atau pidana denda paling banyak sembilan ribu
rupiah.
2) Jika kejahatan dilakukan terhadap seorang tertentu, maka perbuatan itu hanya dapat
dituntut atas pengaduan orang itu.1
Pasal 48 KUHP
Barangsiapa melakukan perbuatan karena pengaruh daya paksa tidak dipidana.
IV. BEDAH MAYAT KLINIS, ANATOMIS DAN TRANSPLANTASI
Peraturan Pemerintah No 18 tahun 1981 tentang Bedah Mayat Klinis dan Bedah
Mayat Anatomis serta Transplantasi Alat dan atau Jaringan Tubuh Manusia.
Pasal 2 PP No 18/1981
Bedah mayat klinis hanya boleh dilakukan dalam keadaan sebagai berikut:
a. Dengan persetujuan tertulis penderita dan atau keluarganya yang terdekat setelah
penderita meninggal dunia, apabila sebab kematiannya belum dapat ditentukan dengan
pasti;
b. Tanpa persetujuan penderita atau keluarganya yang terdekat, apabila diduga penderita
menderita penyakit yang dapat membahayakan orang lain atau masyarakat sekitarnya.
c. Tanpa persetujuan penderita atau keluarganya terdekat, apabila dalam jangka waktu 2 x
24 jam tidak ada keluarga terdekat dari yang meninggal dunia dating ke rumah sakit.1
Pasal 14 PP No 18/1981
Pengambilan alat atau jaringan tubuh manusia untuk keperluan transplantasi atau bank
mata dari korban kecelakaan yang meninggal dunia, dilakukan dengan persetujuan
tertulis keluarga yang terdekat.
*Alamat korespondensi Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida WacanaEmail : [email protected]
Pasal 17 PP No 18/1981
Dilarang memperjual belikan alat dan atau jaringan tubuh manusia.
Pasal 18 PP No 18/1981
Dilarang mengirim dan menerima alat dan atau jaringan tubuh manusia dalam semua
bentuk ke dan dari luar negeri.
Pasal 19 PP No 18/1981
Larangan sebagaimana dimaksud dalam pasal 17 dan pasal 18 tidak berlaku untuk
keperluan penelitian ilmiah dan keperluan lain yang ditetapkan oleh Menteri Kesehatan.
Pasal 70 UU Kesehatan
(2) Bedah mayat hanya dapat dilakukan oleh tenaga kesehatan yang mempunyai keahlian dan
kewenangan untuk itu dan dengan memperhatikan norma yang berlaku dalam masyarakat.
Pemeriksaan Medis4
Identifikasi forensik
Identifikasi forensik merupakan upaya yang dilakukan untuk membantu penyidik untuk
menentukan identitas seseorang. Menentukan identitas personel dengan tepat amat penting dalam
penyidikan karena adanya kekeliruan dapat berakibat fatal dalam proses peradilan. Penentuan
identitas personel dapat menggunakan metode identifiksi sidik jari, visual, dokumen, medik, gigi
dan serologik.
1. Pemeriksaan sidik jari: Metode ini membandingkan gambaran sidik jari mayat dengan
data sidik jari ante mortem. Sampai saat ini, metode ini diakui paling tinggi ketepatannya
untuk menentukan identitas seseorang.
2. Metode visual: Metode ini dilakukan dengan cara memperlihatkan jenazah pada orang-
orang yang merasa kehilangan anggota keluarga atau temannya. Cara ini hanya efektif
pada mayat yang belum membusuk sehingga masih mungkin dikenali wajah dan bentuk
tubuhnya oleh lebih dari satu orang. Hal ini perlu diperhatikan mengingat adanya
*Alamat korespondensi Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida WacanaEmail : [email protected]
kemungkinan faktor emosi yang turut berperan untuk membenarkan atau sebaliknya
menyangkal identitas jenazah tersebut.
3. Pemeriksaan dokumen: Dokumen seperti kartu identifikasi (KTP, SIM, Paspor) yang
kebetulan dijumpai dalam saku pakaian yang dikenakan akan sangat membantu
mengenali jenazah tersebut.
4. Identifikasi medik: Metode ini menggunakan data tinggi badan, berat badan, warna
rambut, warna mata, cacat/kelainan khusus, tatu. Melalui metode ini, diperolehi data
tentang jenis kelamin, ras, perkiraan umur dan tinggi badan, kelainan pada tulang dan
sebagainya.
5. Pemeriksaan gigi: Pemeriksaan ini meliputi pencatatan data gigi (odontogram) dan
rahang yang dapat dilakukan dengan menggunakan pemeriksaan manual, sinar-X dan
pencetakan gigi serta rahang. Odontogram memuat data tentang jumlah, bentuk, susunan,
tambalan, protesa gigi dan sebagainya. Seperti halnya sidik jari, maka setiap individu
memiliki susunan gigi yang khas. Dengan demikian, dapat dilakukan identifikasi dengan
cara membandingkan data temuan dengan data pembanding ante mortem.
6. Pemeriksaan serologik: Pemeriksaan serologik bertujuan untuk menentukan golongan
arah jenazah. Penentuan golongan darah pada jenazah yang telah membusuk dapat
dilakukan dengan memeriksa rambut, kuku dan tulang.
Pemeriksaan luar
Pemeriksaan harus dilakukan dengan cermat, meliputi segala sesuatu yang terlihat,
tercium maupun teraba. Diperiksa semua baik benda yang menyertai mayat, pakaian, perhiasan,
sepatu dan lain-lain juga terhadap tubuh mayat itu sendiri. Pemeriksaan harus mengikuti suatu
sistematika yang telah ditentukan.
Semua bagian yang diperiksa harus dilakukan dengan teliti dengan memperhatikan
jenis/bahan, warna, kotoran, dan lain-lain. Langkah-langkah yang dilakukan pada pemeriksaan
luar jenazah adalah seperti berikut:
a) Label mayat
*Alamat korespondensi Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida WacanaEmail : [email protected]
- Terdapat dua label pada mayat, satu dari pihak kepolisian yang perlu dicatat
selengkapnya isi dari label tersebut. Disamping itu dapat ditemukan label identifikasi
dari Instalasi Kamar Jenazah Rumah Sakit yang harus tetap ada pada tubuh mayat.5
b) Tutup mayat
c) Bungkus mayat
- Apabila mayat dibungkus dan diikat dengan tali, catat secara rinci sifat tali dan
bungkus mayat.
d) Pakaian
- Diperiksa pakaian dari bagian atas ke bagian bawah dan dari lapisan terluar sampai
lapisan terdalam. Periksa saku pada pakaian dan catatkan temuan.
e) Perhiasan
f) Benda di samping mayat
- Seperti tas atau bungkusan
g) Tanda kematian (sangat penting untuk mencatat waktu dilakukan pemeriksaan terhadap
tanda kematian ini)
- Lebam mayat : letak, distribusi, warna dan intensitas lebam
- Kaku mayat : derajat kekakuan pada sendi, spasme kadaverik
- Suhu tubuh mayat : diambil dengan thermometer rectal dan suhu ruangan turut dicatat
- Pembusukan : pertama sekali dilihat di daerah perut kanan bawah dengan perubahan
warna kehijau-hijauan. Ditentukan derajat pembusukan.
- Lain-lain : perubahan tanatologi lain seperti mummifikasi atau adipocera.
h) Identifikasi umum
- Dicatat jenis kelamin, bangsa/ras, umur, warna kulit, keadaan gizi, tinggi dan berat
badan, keadaan zakar, adanya striae albicans pada dinding perut.
i) Identifikasi khusus
- Rajah/tattoo : dilakukan dokumentasi foto
- Jaringan parut
- Kapalan (callus) : dapat menentukan pekerjaan mayat semasa hidupnya
- Kelainan kuli
- Anomali dan cacat pada tubuh
*Alamat korespondensi Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida WacanaEmail : [email protected]
j) Pemeriksaan rambut
- Dilakukan untuk membantu identifikasi. Sekiranya ditemukan rambut yang sifatnya
berlainan dari rambut mayat, harus diambil, disimpan dan diberi label.
k) Pemeriksaan mata
- Dilihat kelopak mata, selaput lendir kelopak mata, bola mata, selaput lendir bola
mata, kornea, iris dan pupil.
l) Pemeriksaan daun telinga dan hidung
- Lihat apakah ada kemungkinan trauma dan perdarahan
m) Pemeriksaan mulut dan rongga mulut
- Meliputi bibir, lidah, rongga mulut dan gigi geligi.
n) Pemeriksaan alat kelamin dan lubang pelepasan
- Pada mayat laki-laki diperiksa apakah telah disirkumsisi, pada wanita diperiksa
selaput dara dan komisura posterior. Lubang pelepasan diperiksa untuk melihat ada
atau tidak kekerasan.
o) Lain-lain
- Dilihat apakah ada tanda bendungan, ikterus, warna kebiru-biruan, edema/sembab,
bekas pengobatan atau sebarang pengotoran.
p) Pemeriksaan terhadap tanda-tanda kekerasan/luka
- Letak luka dengan menggunakan koordinat terhadap garis/titik anatomi terdekat
- Jenis luka : lecet, memar atau terbuka
- Arah luka : melintang, membujur atau miring
- Tepi luka : rata, teratur, atau tidak beraturan
- Sudut luka : runcing, membulat atau bentuk lain
- Dasar luka
- Sekitar luka : pengotoran atau tanda kekerasan lain
- Ukuran luka : pada luka terbuka dilakukan setelah luka dirapatkan
- Saluran luka
- Lain-lain : pola penumpukan kulit
q) Pemeriksaan terhadap patah tulang3
*Alamat korespondensi Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida WacanaEmail : [email protected]
B. Pemeriksaan dalam5
Pemeriksaan dalam bisa dilakukan dengan beberapa cara seperti insisi I, insisi Y dan insisi
melalui lekukan suprasternal menuju simphisis pubis. Insisi I dimulai di bawah tulang rawan
krikoid di garis tengah sampai prosesus xifoideus kemudian 2 jari paramedian kiri dari puat
sampai simfisis, dengan demikian tidak perlu melingkari pusat. Insisi Y pula merupakan salah
satu tehnik khusus otopsi. Pada pemeriksaan dalam, organ tubuh diambil satu persatu dengan
hati-hati dan dicatat:
a) Ukuran
Pengukuran secara langsung adalah dengan menggunakan pita pengukur. Secara tidak
langsung dilihat adanya penumpulan pada batas inferior organ. Organ hati yang mengeras
juga menunjukkan adanya pembesaran.
b) Bentuk
c) Permukaan
d) Konsistensi
Diperkirakan dengan cara menekan jari ke organ tubuh tersebut.
e) Kohesi
Merupakan kekuatan daya regang antar jaringan pada organ.
f) Potongan penampang melintang
Dicatat warna dan struktur permukaan penampang organ yang dipotong. Pemeriksaan
khusus juga bisa dilakukan terhadap sistem organ tertentu, tergantung dari dugaan
penyebab kematian.
Pemeriksaan khusus bisa dilakukan terhadap sistem organ tertentu, tergantung dari dugaan
penyebab kematian. Insisi pada masing-masing bagian-bagian tubuh yaitu :
a) Dada :
Dilakukan seksi jantung dan paru-paru
*Alamat korespondensi Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida WacanaEmail : [email protected]
b) Perut
Dilihat esofagus, lambung, duodenum dan hati yang dikeluarkan sebagai satu unit
Ginjal, ureter, rektum, dan kandung urine juga dilihat dan dikeluarkan sebagai satu unit.
Pada perempuan kantung kemih dilepaskan dari uterus dan vagina.
c) Leher :
Lidah, laring, trakea, esofagus, palatum molle, faring dan tonsil dikeluarkan sebagai satu
unit. Perhatikan obstruksi di saluran nafas, kelenjar gondok dan tonsil. Pada kasus
pencekikan tulang lidah harus dibersihkan dan diperiksa adanya patah tulang.
d) Kepala :
Pada trauma kepala perhatikan adanya edema, kontusio, laserasi serebri.
C. Pemeriksaan laboratorium
Pemeriksaan patologi anatomi dilakukan bila terdapat kelainan pada organ tertentu dari tubuh
korban untuk mencaritahu kelainan jaringan atau penyakit yang diderita korban sebelum
meninggal
Pemeriksaan Tanatologi6
Kematian adalah suatu proses yang dapat dikenal secara klinis pada seseorang berupa tanda
kematian, yaitu perubahan yang terjadi pada tubuh mayat. Perubahan tersebut dapat timbul dini
pada saat meninggal atau beberapa menit kemudian, misalnya kerja jantung dan peredaran darah
berhenti, pernapasan berhenti, refleks cahaya dan refleks kornea mata hilang, kulit pucat dan
relaksasi otot. Setelah beberapa waktu timbul perubahan pascamati yang jelas yang
memungkinkan diagnosis kematian lebih pasti.
Tanda Pasti Kematian
Dahulu kematian ditandai dengan tidak berfungsinya lagi jantung. Konsep baru sekarang ini
mengenai kematian mencakup berhentinya fungsi pernafasan, jantung dan otak. Dimana saat
kematian ditentukan berdasarkan saat otak berhenti berfungsi. Pada saat itulah jika diperiksa
*Alamat korespondensi Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida WacanaEmail : [email protected]
dengan elektro-ensefalo-grafi (EEG) diperoleh garis yang datar. Berdasarkan waktunya tanda
kematian dibagi menjadi 3, yaitu:
1. Tanda yang segera dikenali setelah kematian.
Berhentinya sirkulasi darah.
Berhentinya pernafasan.
2. Tanda-tanda kematian setelah beberapa saat kemudian:
A. Penurunan Temperatur Tubuh (algor Mortis)
Suhu tubuh pada orang yang sudah meninggal perlahan-lahan akan sama dengan suhu
lingkungannya karena mayat tersebut akan melepaskan panas dan suhunya menurun. Kecepatan
penurunan suhu pada mayat bergantung kepada suhu lingkungan dan suhu mayat tu sendiri. Pada
iklim yang dingin maka penurunan suhu mayat berlangsung cepat.
Faktor – Faktor yang mempengaruhi suhu mayat:
1. Usia. Penurunan suhu lebih cepat pada anak-anak dan orang tua dibandingkan orang
dewasa.
2. Jenis kelamin. Wanita mengalami penurunan suhu tubuh yang lebih lambat dibandingkan
pria karena jaringan lemaknya lebih banyak.
3. Lingkungan sekitar mayat. Jika mayat berada pada ruangan kecil tertutup tanpa ventilasi,
kecepatan penurunan suhu mayat akan lebih lambat dibandingkan jika mayat berada pada
tempat terbuka dengan ventilasi yang cukup.
4. Pakaian. Tergantung pakaian yang di pakai tebal atau nipis atau tidak berpakaian.
5. Bentuk tubuh. Mayat yang berbadan kurus akan mengalami penurunan suhu badan yang
lebih cepat.
6. Posisi tubuh. Mayat dalam posisi terlentang mengalami penurunan suhu yang lebih cepat.
B. Lebam Mayat (Livor Mortis)
Lebam mayat terjadi akibat terkumpulnya darah pada jaringan kulit dan subkutan disertai
pelebaran pembuluh kapiler pada bagian tubuh yang letaknya rendah atau bagian tubuh yang
tergantung. Keadaan ini memberi gambaran berupa warna ungu kemerahan.
*Alamat korespondensi Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida WacanaEmail : [email protected]
Setelah seseorang meninggal, mayatnya menjadi suatu benda mati sehingga darah akan
berkumpul sesuai dengan hukum gravitasi. Lebam mayat pada awalnya berupa barcak. Dalam
waktu sekitar 6 jam, bercak ini semakin meluas yang pada akhirnya akan membuat warna kulit
menjadi gelap.
Pembekuan darah terjadi dalam waktu 6-10 jam setelah kematian. Lebam mayat ini bisa
berubah baik ukuran maupun letaknya tergantung dari perubahan posisi mayat. Karena itu
penting sekali untuk memastikan bahwa mayat belum disentuh oleh orang lain. Posisi mayat ini
juga penting untuk menentukan apakah kematian disebabkan karena pembunuhan atau bunuh
diri.2,3
Warna lebam mayat yang dapat digunakan untuk memperkirakan penyebab kematian:
• Merah kebiruan merupakan warna normal lebam
• Merah terang menandakan keracunan CO, keracunan CN atau suhu dingin
• Merah gelap menunjukkan asfiksia
• Biru menunjukkan keracunan nitrit
• Coklat menandakan keracunan aniline
C. Kaku Mayat (Rigor Mortis)
Perubahan otot yang terjadi setelah kematian bisa dibagi dalam 3 tahap :
1. Periode relaksasi primer (flaksiditas primer)
Hal ini terjadi segera setelah kematian. Biasanya berlangsung selama 2-3 jam. Seluruh otot
tubuh mengalami relaksasi,dan bisa digerakkan ke segala arah. Iritabilitas otot masih ada
tetapi tonus otot menghilang. Pada kasus di mana mayat letaknya berbaring rahang bawah
akan jatuh dan kelopak mata juga akan turun dan lemas.
2. Kaku Mayat
Kaku mayat akan terjadi setelah tahap relaksasi primer. Keadaan ini berlangsung setelah
terjadinya kematian tingkat sel, dimana aktivitas listrik otot tidak ada lagi. Otot menjadi
kaku. Fenomena kaku mayat ini pertama sekali terjadi pada otot-otot mata, bagian belakang
leher, rahang bawah, wajah, bagian depan leher, dada, abdomen bagian atas dan terakhir pada
otot tungkai.
*Alamat korespondensi Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida WacanaEmail : [email protected]
Akibat kaku mayat ini seluruh mayat menjadi kaku, otot memendek dan persendian pada
mayat akan terlihat dalam posisi sedikit fleksi.
Keadaan ini berlangsung selama 24 - 48 jam pada musim dingin dan 18 - 36 jam pada
musim panas.
Penyebabnya adalah otot tetap dalam keadaan hidrasi oleh karena adanya ATP. Jika tidak
ada oksigen, maka ATP akan terurai dan akhirnya habis, sehingga menyebabkan
penumpukan asam laktat dan penggabungan aktinomiosin (protein otot).
3. Periode Relaksasi Sekunder
Otot menjadi relak (lemas) dan mudah digerakkan. Hal ini terjadi karena pemecahan
protein, dan tidak mengalami reaksi secara fisik maupun kimia. Proses pembusukan juga
mulai terjadi. Pada beberapa kasus, kaku mayat sangat cepat berlangsung sehingga sulit
membedakan antara relaksasi primer dengan relaksasi sekunder.,
Faktor-faktor yang mempengaruhi kaku mayat:
1. Keadaan Lingkungan. Pada keadaan yang kering dan dingin, kaku mayat lebih lambat terjadi
dan berlangsung lebih lama dibandingkan pada lingkungan yang panas dan lembab. Pada
kasus di mana mayat dimasukkan ke dalam air dingin, kaku mayat akan cepat terjadi dan
berlangsung lebih lama.
2. Usia. Pada anak-anak dan orangtua, kaku mayat lebih cepat terjadi dan berlangsung tidak
lama. Pada bayi prematur biasanya tidak ada kaku mayat. Kaku mayat baru tampat pada bayi
yang lahir mati tetapi cukup usia (tidak prematur)
3. Cara kematian. Pada pasien dengan penyakit kronis, dan sangat kurus, kaku mayat cepat
terjadi dan berlangsung tidak lama. Pada pasien yang mati mendadak, kaku mayat lambat
terjadi dan berlangsung lebih lama.
4. Kondisi otot. Terjadi kaku mayat lebih lambat dan berlangsung lebih lama pada kasus di
mana otot dalam keadaan sehat sebelum meninggal, dibandingkan jika sebelum meninggal
keadaan otot sudah lemah.
3. Tanda-tanda kematian setelah selang waktu yang lama:
A. Proses Pembusukan
*Alamat korespondensi Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida WacanaEmail : [email protected]
Perubahan warna. Perubahan ini pertama kali tampat pada fossa iliaka kanan dan kiri berupa
warna hijau kekuningan, disebabkan oleh perubahan hemoglobin menjadi sulfmethemoglobin.
Perubahan warna ini juga tampak pada seluruh abdomen, bagian depan genitalia eksterna,
dada, wajah dan leher. Dengan semakin berlalunya waktu maka warnanya menjadi semakin
ungu.
Jangka waktu mulai terjadinya perubahan warna ini adalah 6-12 jam pada musim panas dan
1-3 hari pada musin dingin. Perubahan warna tersebut juga diikuti dengan pembengkakan mayat.
Otot sfingter mengalami relaksasi sehingga urin dan faeses keluar. Lidah juga terjulur. Bibir
menebal, mulut membuka dan busa kemerahan bisa terlihat keluar dari rongga mulut. Mayat
berbau tidak enak disebabkan oleh adanya gas pembusukan. Gas ini bisa terkumpul pada suatu
rongga sehingga mayat menjadi tidak mirip dengan korban sewaktu masih hidup. Gas ini
selanjutnya juga bisa membentuk lepuhan kulit.
Lepuhan k ulit (blister)
Mulai tampak 36 jam setelah meninggal. Kulit ari dapat dengan cukup mudah dikelupas. Di
mana akan tampak cairan berwarna kemerahan yang sedikit mengandung albumin
Jika pembusukan terus berlangsung, maka bau busuk yang timbul akan menarik lalat untuk
hinggap pada mayat. Lalat menempatkan telurnya pada mayat, di mana dalam waktu 8-24 jam
telur akan menetas menghasilkan larva-yang sering disebut belatung. Dalam waktu 4-5 hari,
belatung ini lalu menjadi pupa, dimana setelah 4-5 hari kemudian akan menjadi lalat dewasa.
Pada tahap ini bagian dari tulang tengkorak mulai tampak. Rektum dan uterus juga tampak dan
uterus gravid juga bisa mengeluarkan isinya Rambut dan kuku dengan mudah dapat dicabut.
Bagian perut dan dada bisa pecah berhubung besarnya tekanan gas yang di kandungnya. Jika
pembusukan terus berlangsung, maka jaringan jaringan menjadi lunak, rapuh dan berwarna
kecoklatan.
Organ t ubuh b agian d alam
Organ tubuh bagian dalam juga mengalami perubahan. Bentuk perubahan sama seperti
diatas, jaringan-jaringan menjadi berwarna kecoklatan. Ada yang cepat membusuk dan ada yang
lambat.
*Alamat korespondensi Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida WacanaEmail : [email protected]
Jaringan yang cepat membusuk :
Laring
Trakea
Otak terutama pada anak-anak
Lambung
Usus halus
Hati
Limpa
Jaringan yang lambat membusuk :
Jantung
Paru-paru
Ginjal Prostat
Uterus non gravid
Faktor-faktor yang mempengaruhi kecepatan pembusukan:
a) Temperatur. Temperatur yang paling cocok untuk proses pembusukan adalah antara 7000F
sampai 10000F. Pembusukan akan melambat diatas temperatur 10000F dan dibawah 7000F,
dan berhenti dibawah 3200F atau diatas 21200F .
b) Udara. Udara yang mempercepat pembusukan. Kecepatan pembusukan lebih lambat didalam
air dan dalam tanah dibandingkan di udara terbuka.
c) Kelembaban. Keadaan lembab mempercepat proses pembusukan.
d) Penyebab kematian. Bagian tubuh yang terluka biasanya lebih cepat membusuk. Beberapa
jenis racun bisa memperlambat pembusukan, misalnya arsen, zinc (seng) dan golongan
logam antimon. Mayat penderita yang meninggal karena penyakit kronis lebih cepat
membusuk dibandingkan mayat orang sehat.
B. Adiposera
Fenomena ini terjadi pada mayat yang tidak mengalami proses pembusukan yang biasa.
Melainkan mengalami pembentukan adiposera. Adiposera merupakan subtansi yang mirip
seperti lilin yang lunak, licin dan warnanya bervariasi mulai dari putih keruh sampai coklat tua.
Adiposera mengandung asam lemak bebas, yang dibentuk melalui proses hidrolisa dan
*Alamat korespondensi Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida WacanaEmail : [email protected]
hidrogenasi setelah kematian. Adanya enzim bakteri dan air sangat penting untuk
berlangsungnya proses tersebut. Dengan demikian, maka adiposera biasanya terbentuk pada
mayat yang terbenam dalam air atau rawa-rawa. Lama pembentukan adiposera ini juga
bervariasi, mulai dari 1 minggu sampai 10 minggu. Kepentingan medikolegal dari adiposere
adalah dapat menunjukkan tempat kematian (kering, panas atau tempat basah).
C. Mummifikasi
Mayat mengalami pengawetan akibat proses pengeringan dan penyusutan bagian-bagian
tubuh. Kulit menjadi kering, keras dan menempel pada tulang kerangka. Mayat menjadi lebih
tahan dari pembusukan sehingga masih jelas menunjukkan ciri-ciri seseorang.
Fenomena ini terjadi pada daerah yang panas dan lembab, di mana mayat dikuburkan tidak
begitu dalam dan angin yang panas selalu bertiup sehingga mempercepat penguapan cairan
tubuh.
Lama terjadinya mummifikasi adalah antara 4 bulan sampai beberapa tahun. Kepentingan
medikolegal dari mummfikasi adalah dapat menunjukkan tempat kematian (kering, panas atau
tempat basah).
Traumatologi
Autopsi kelainan yang terdapat pada leher
Untuk melihat kelainan pada leher dengan baik, dipastikan agar daerah leher bersih dari
kemungkinan genangan darah dengan diusahakan pembuluh darah leher dapat dialirkan ke
tempat lain. Dengan mengalirkan darah dari pembuluh darah leher ke arah kepala dan dada,
lapangan leher menjadi bersih sehingga kelainan berupa resapan darah yang kecil pun dapat
dilihat. Setelah pemeriksaan leher selesai, alat leher diangkat dan diperiksa seperti autopsi biasa.
A utopsi pada kasus kematian akibat asfiksia mekanis
Asfiksia adalah suatu keadaan yang ditandai dengan terjadinya gangguan pertukaran udara
pernafasan, mengakibatkan oksigen darah berkurang (hipoksia) disertai dengan peningkatan
karbon dioksida (hiperkapnea). Dengan demikian organ tubuh mengalami kekurangan oksigen
(hipoksia hipoksik) dan terjadi kematian.
*Alamat korespondensi Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida WacanaEmail : [email protected]
Dari segi etilogi, asfiksia dapat disebabkan oleh hal berikut:
1. Penyebab alamiah, misalnya penyakit yang menyumbat saluran pernafasan seperti
laringitis difteri atau menimbulkan gangguan pergerakan paru seperti fibrosis paru.
2. Trauma mekanik yang menyebabkan asfiksia mekanik, misalnya trauma yang
mengakibatkan emboli udara vena, emboli lemak, pneumotoraks bilateral, sumbatan atau
halangan pada saluran nafas dan sebagainya.
3. Keracunan bahan yang menimbulkan depresi pusat pernafasan misalnya barbiturat,
narkotika.
Asfiksia mekanik adalah mati lemas yang terjadi bila udara pernafasan terhalang memasuki
saluran pernafasan oleh berbagai kekerasan (yang bersifat mekanik) misalnya:
1. Penutupan lubang saluran pernafasan bagian atas:
Pembekapan (smothering)
Penyumbatan (gagging dan choking)
2. Penekanan dinding saluran pernafasan
Penjeratan (strangulation)
Pencekikan (manual strangulation, throttling)
Gantung (hanging)
3. Penekanan dinding dada dari luar (asfiksia traumatik)
Pada pemeriksaan mayat sering ditemukan tanda kematian akibat asfiksi berupa lebam mayat
yang gelap dan luas, perbendungan pada bola mata, busa halus pada lubang hidung, mulut dan
saluran pernafasan, perbendungan pada alat-alat dalam serta bintik perdarahan Tardieu. Tanda-
tanda asfiksia tidak akan ditemukan bila kematian terjadi melalui mekanisme non-asfiksi. Ciri
khas bagi masing-masing peristiwa adalah seperti berikut:
a) Pembekapan
Tanda kekerasan sekitar lubang hidung dan mulut terutama bagain muka yang menonjol.
Dilihat juga tanda kekerasan pada bagian belakang bibir, daerah belakang kepala atau
tengkuk.
*Alamat korespondensi Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida WacanaEmail : [email protected]
b) Penyumbatan
Sering sekali benda asing masih terdapat dalam rongga mulut atau ditemukan sisa benda
asing dan tanada bekas penekanan benda asing pada dinding rongga mulut.
c) Pencekikan
Kulit daerah leher menunjukkan tanda kekerasa yang ditimbulkan ujung jari atau kuku
berupa luka memar atau lecet jenis tekan. Pada pembedahan ditemukan resapan darah
bawha kulit daerah leher serta alat leher dan tulang lidah boleh patah unilateral.
d) Penjeratan
Jerat biasanya berjalan horisontal/mendatar dan letaknya rendah. Jerat meninggalkan jejas
jerat berupa luka lecet jenis tekan yang melingkari leher. Jerat pada kasus pembunuhan
sering kali disimpul mati.
e) Tergantung
Jerat pada leher menunjukkan ciri khas berupa arah yang tidak mendatar tetapi
membentuk sudut membuka ke arah bawah dan letak jerat lebih tinggi. Ditemukan
resapan darah bawah kulit pada pembedahan sesuai letak jejas jerat pada kulit.
f) Dada tertekan
Bila terjadi desak-mendesak orang banyak/massa yang sedang panik, beberapa di
antaranya ada yang terjepit sehingga dada tidak dapat dikembang-kempiskan. Ini
mengakibatkan timbulnya keadaan yang dikenal sebagai asfiksia traumatik. Korban mati
menunjukkan tanda asfiksia yang jelas, disertai tanda-tanda penekanan pada dada berupa
luka memar atau luka lecet. Asfiksia traumatik ditemukan juga pada korban yang
tertimbun tanah atau bangunan yang runtuh.
Pada orang yang mengalami asfiksia akan timbul gejala yang dapat dibedakan dalam 4 fase:
1. Fase dispnea. Penurunan kadar oksigen sel darah merah dan penimbunan CO2 dalam
plasma akan merangsang pusat pernafasan di medula oblongata, sehingga amplitudo dan
*Alamat korespondensi Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida WacanaEmail : [email protected]
frekuensi pernafasan akan meningkat, nadi cepat, tekanan darah meninggi dan mulai
tampak tanda-tanda sianosis terutama pada muka dan tangan.
2. Fase konvulsi. Akibat tekanan CO2 yang naik maka akan timbul rangsangan terhadap
susunan saraf pusat sehingga terjadi konvulsi (kejang), yang mula-mula berupa kejang
klonik tetapi kemudian menjadi kejang tonik, dan akhirnya timbul spasme opistotonik.
Pupil mengalami dilatasi, denyut jantung menurun, tekanan darah juga menurun. Efek ini
berkaitan dengan paralisis pusat yang lebih tinggi dalam otak akibat kekurangan oksigen.
3. Fase apnea. Depresi pusat pernafasan menjadi lebih hebat, pernafasan melemah dan apat
berhenti. Kesadaran menurun dan akibat relaksasi sfingter dapat terjadi pengeluaran
cairan sperma, urin dan tinja.
4. Fase akhir. Terjadi paralisis pusat pernafasan yang lengkap, pernafasan berhenti setelah
kontraksi otomatis otot pernafasan kecil pada leher. Jantung masih berdenyut beberapa
saat setelah pernafasan berhenti.
Masa dari saat asfiksia timbul sampai terjadinya kematian sangat bervariasi. Umumnya berkisar
antara 4-5 menit. Fase 1 dan 2 berlangsung lebih kurang 3-4 menit, tergantung dari tingkat
penghalangan oksigen, bila tidak 100% maka waktu kematian akan lebih lama dan tanda-tanda
asfiksia akan lebih jelas dan lengkap.
A utopsi pada kasus kematian akibat kekerasan tajam (trauma)
Trauma atau kecelakaan merupakan hal yang biasa dijumpai dalam kasus forensik. Hasil dari
trauma atau kecelakaan adalah luka, perdarahan dan atau skar atau hambatan dalam fungsi organ.
Agen penyebab trauma diklasifikasikan dalam beberapa cara, antara lain kekuatan mekanik, aksi
suhu, agen kimia, agen elektromagnet, asfiksia dan trauma emboli. Dalam prakteknya seringkali
terdapat kombinasi trauma yang disebabkan oleh satu jenis penyebab, sehingga klasifikasi
trauma ditentukan oleh alat penyebab dan usaha yang menyebabkan trauma.
Kematian akibat pembunuhan dengan kekerasan
Pada kasus pembunuhan dengan menggunakan kekerasan tajam, luka harus dilukis dengan baik
dan diperhatikan bentuk luka, tepi luka, sudut luka, keadaan sekitar luka, kedalaman luka dan
lokasi luka. Dilihat juga kemungkinan terdapatnya luka tangkis di daerah ekstensor lengan *Alamat korespondensi Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida WacanaEmail : [email protected]
bawah serta telapak tangan. Biasanya terdapat beberapa buah luka yang distribusinya tidak
teratur pada kasus pembunuhan dengan kekerasan tajam. Pembunuhan dengan menggunakan
kekerasan tumpul dapat menimbulkan luka berbentuk luka memar, luka lecet maupun luka
robek. Perlu juga diperhatikan adanya luka tangkis. Pada pembunuhan dengan senjata api pula
dapat ditemukan luka tembak masuk jarak dekat, sangat dekat atau luka tembak masuk jarak jauh
dan luka tembak tempel.
Bunuh diri dengan kekerasan
Seseorang yang bunuh diri dengan benda tajam seringkali ditemukan luka bunuh diri
yang mengelompok pada tempat tertentu seperti pergelangan tangan, leher atau daerah
prekordial. Luka-luka sering berupa beberapa buah luka percobaan dengan satu luka yang
mematikan.Luka akibat kekerasan tajam dapat disebabkan oleh benda-benda yang memiliki sisi
tajam, baik berupa garis maupun runcing, yang bervariasi dari alat-alat seperti pisau, golok,
keping kaca, pemecah es, kapak dan sebagainya. Terjadinya persentuhan dengan benda tajam
akan berakibatkan luka yang membawa maksud putusnya atau rusaknya kontinuitas jaringan
karena trauma akibat alat atau senjata yang bermata tajam atau berujung runcing. Ciri luka akibat
benda tajam:
- tepi luka rata
- sudut luka tajam
- rambut ikut terpotong
- tidak ada jembatan jaringan
- tidak ada memar atau lecet di sekitarnya
Ciri-ciri luka akibat kasus bunuh diri, pembunuhan dan kekerasan akibat kekerasan benda tajam:
Pembunuhan Bunuh diri Kecelakaan
Lokasi luka Sembarang Terpilih Terpapar
Jumlah luka Banyak Banyak Tunggal/ banyak
Pakaian Terkena Tidak terkena Terkena
*Alamat korespondensi Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida WacanaEmail : [email protected]
Luka tangkis Ada Tidak ada Tidak ada
Luka percobaan Tidak ada Ada Tidak ada
Cedera sekunder Mungkin ada Tidak ada Mungkin ada
Pada kematian akibat kekerasan, pemeriksaan terhadap luka harus mengungkapkan:
a) Penyebab luka
Memperhatikan morfologi luka yang seringkali memberi petunjuk tentang bentuk benda
yang mengenai tubuh, misalnya luka yang disebabkan oleh benda tumpul berbentuk bulat
panjang akan meninggalkan negative imprint oleh timbulnya marginal haemorrhage.
Luka lecet jenis tekan memberikan gambaran bentuk benda penyebab luka.
b) Arah kekerasan
Luka lecet dan luka robek dapat menentukan arah kekerasan sehingga penting untuk
rekonstruksi terjadinya perkara. Pada luka yang menembus kedalam tubuh, perlu
ditentukan arah serta jalannya saluran luka dalam tubuh mayat.
c) Cara terjadinya luka
Dilihat apakah luka akibat dari pembunuhan, kecelakaan atau bunuh diri.
Luka-luka akibat kecelakaan biasanya terdapat pada bagian tubuh yang terbuka. Bagian
tubuh yang biasanya terlindung jarang mendapat luka pada suatu kecelakaan. Daerah
terlindung ini misalnya adalah daerah sisi depan leher, daerah lipat siku, dan sebagainya.
Luka akibat pembunuhan dapat ditemukan tersebar di seluruh tubuh. Pada korban
pembunuhan yang sempat mengadakan perlawanan, dapat ditemukan luka tangkis yang
biasanya terdapat pada daerah ekstensor lengan bawah atau telapak tangan.
Pada korban bunuh diri pula, luka biasanya menunjukkan sifat luka percobaan (tentative
wounds) yang mengelompok dan berjalan kurang lebih sejajar.
d) Hubungan antara luka yang ditemukan dengan sebab mati
*Alamat korespondensi Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida WacanaEmail : [email protected]
Pada korban kekerasan harus dibuktikan bahwa kematian terjadi semata-mata akibat
kekerasan yang menyebabkan luka. Harus juga dipastikan luka yang ditemukan adalah
luka intravital yaitu yang terjadi sewaktu korban masih hidup. Tanda intravitalitas luka
berupa reaksi jaringan terhadap luka seperti resapan darah, proses penyembuhan luka,
sebukan sel radang, pemeriksaan histo-enzimatik, sampai pemeriksaan kadar histamin
bebas dan serotonin jaringan.
Interpretasi temuan
Saat kematian, sebab kematian, mekanisme, dan cara kematian
Saat kematian diperkirakan untuk menentukan waktu kematian korban setelah
pembunuhan atau penganiayaan. Selain perubahan yang ditemukan pada tanda kematian,
beberapa perubahan lain dapat digunakan untuk memperkirakan saat kematian:
1. Perubahan pada mata. Bila mata terbuka pada atmosfer yang kering, sclera di kiri-kanan
kornea akan berwarna kecoklatan dalam beberapa jam berbentuk segitiga dengan dasar di
tepi kornea (taches noires sclerotiques). Kekeruhan kornea terjadi lapis demi lapis.
Kekeruhan yang menetap ini terjadi sejak kira-kira 6 jam pasca mati. Baik dalam keadaan
mata tertutup maupun terbuka, kornea menjadi keruh kira-kira 10-12 jam pasca mati dan
dalam beberapa jam saja fundus tidak tampak jelas. Setelah kematian tekanan bola mata
menurun, memungkinkan distorsi pupil pada penekanan bola mata. Tidak ada
hubungannya antara diameter pupil dengan lamanya mati. Perubahan pada retina dapat
menunjukkan saat kematian hingga 15 jam pasca mati.
2. Perubahan dalam lambung. Keadaan lambung dan isinya dapat menjadi petunjuk saat
kematian. Pengosongan lambung pada tiap orang bervariasi sehingga tidak dapat
digunakan sebagai petunjuk pasti waktu antara makan terakhir dan saat mati.
3. Perubahan rambut. Dengan mengingat bahwa kecepatan tumbuh rambut rata-rata 0.4
mm/hari, panjang rambut kumis dan jenggot dapat dipergunakan untuk memperkirakan
saat kematian. Cara ini hanya dapat digunakan bagi pria yang mempunyai kebiasaan
mencukur kumis atau jenggotnya dan diketahui saat terakhir ia mencukur.
*Alamat korespondensi Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida WacanaEmail : [email protected]
4. Pertumbuhan kuku. Sejalan dengan hal rambut di atas, pertumbuhan kuku yang
diperkirakan sekitar 0.1 mm/hari dapat digunakan untuk memperkirakan saat kematian
bila dapat diketahui saat terakhir yang bersangkutan memotong kuku.
Sebab mati adalah penyakit atau cedera/luka yang bertanggung jawab atas terjadinya
kematian. Beberapa kemungkinan penyebab kematian pada kasus ini, yaitu : luka akibat
kekerasan benda tajam, penusukan, atau penjeratan.
Mekanisme kematian adalah gangguan fisiologik dan atau biokimiawi yang ditimbulkan oleh
penyebab kematian dengan cara yang tidak ditentukan. Mekanisme kematian dapat berupa
perdarahan, septikemia, asfiksia dan aritmia jantung. Suatu keterangan tentang mekanisme
kematian dapat diperoleh dari beberapa penyebab kematian dan sebaliknya. Jadi, jika seseorang
meninggal karena perdarahan masif yang dapat dihasilkan dari luka tembak, luka tusuk, tumor
ganas dari paru yang masuk ke pembuluh darah dan sebagainya. Kebalikannya adalah bahwa
penyebab kematian, sebagai contoh, luka tembak pada abdomen, dapat menghasilkan banyak
kemungkinan mekanisme kematian yang terjadi, contohnya perdarahan atau peritonitis.
Cara kematian adalah jenis kejadian yang menimbulkan penyebab kematian. Bila kematian
terjadi sebagai akibat suatu penyakit maka cara kematian adalah wajar (natural death). Bila
kematian terjadi akibat cedera atau luka, maka kematian tidak wajar (unnatural death). Kematian
tidak wajar ini dapat terjadi sebagai akibat kecelakaan, bunuh diri atau pembunuhan. Kadang
kala pada akhir suatu penyidikan, penyidik masih belum dapat menentukan cara kematian dari
yang bersangkutan, maka dalam hal ini kematian dinyatakan sebagai kematian dengan cara yang
tidak ditentukan.
Cara kematian dapat berupa:
1. Bunuh diri (self strangulation). Hal ini jarang dan menyulitkan diagnosis. Pengikatan
dilakukan sendiri oleh korban dengan simpul hidup atau bahan hanya dililitkan saja, dengan
jumlah lilitan lebih dari satu.
2. Pembunuhan. Pengikatan biasanya dengan simpul mati dan sering terlihat bekas luka pada
leher.
3. Kecelakaan. Dapat terjadi pada orang yang sedang bekerja dengan selendang di leher dan
tertarik masuk ke mesin.
*Alamat korespondensi Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida WacanaEmail : [email protected]
Perbedaan penjeratan dan gantung diri
Pembunuhan Bunuh diri
Alat penjerat:
Simpul
Jumlah lilitan
Arah
Jarak titik tumpu-simpul
Biasanya simpul mati
Hanya satu
Mendatar
Dekat
Simpul hidup
Satu atau lebih
Serong ke atas
Jauh
Korban:
Jejas jerat
Luka perlawanan
Luka-luka lain
Jarak dari lantai
Mendatar
Ada
Ada, sering di derah leher
Jauh
Meninggi ke arah simpul
Tiada
Biasanya tidak ada
Dekat, dapat tidak tergantung
TKP:
Lokasi
Kondisi
Pakaian
Bervariasi
Tidak teratur
Tidak teratur, robek
Tersembunyi
Teratur
Rapi dan baik
Alat: Dari si pembunuh Berasal dari yang ada di TKP
Surat peninggalan: Tiada Ada
Ruangan: Tak teratur, terkunci dari luar Terkunci dari dalam
Sebagai contoh, seseorang dapat meninggal karena perdarahan masif (mekanisme
kematian) dikarenakan luka tembak pada jantung (penyebab kematian), dengan cara kematian
*Alamat korespondensi Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida WacanaEmail : [email protected]
secara pembunuhan (seseorang menembaknya), bunuh diri (menembak dirinya sendiri),
kecelakaan (senjata jatuh), atau tidak dapat dijelaskan (tidak dapat diketahui apa yang terjadi).
Pada mayat laki-laki berumur 35 tahun ini, ditemukan luka tusuk benda tajam pada ketiak
kiri,mengenai pembuluh darah besar di ketiak kiri. Penyebab: luka tusuk pisau bermata dua pada
ketiak sebelah kiri disertai luka tusuk akibat serpihan kaca di kedua bagian tungkai.Mekanisme:
Luka tusuk benda tajam mengakibatkan perdarahan pada pembuluh darah besar di ketiak kiri,
disertai perdarahan pada kedua tungkai akibat tertusuk serpihan kaca di kedua tungkai
menyebabkan terjadinya kehilangan darah yang banyak dan berpotensi terjadinya syok
hipovolemik, yaitu kondisi yang ditandai denganterganggu suplai oksigen ke organ-organ vital.
Lalu terjadi gangguan pada jantung dan organ – organ yang bekerja keras untuk
mengkompensasi syok hipovolemik. Kematian: tidak wajar. Saat kematian: kematian
diperkirakan sudah lebih dari 24 jam.
.
*Alamat korespondensi Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida WacanaEmail : [email protected]
Penyampaian laporan hasil pemeriksaan
Bagian ilmu kedokteran forensic
Fakultas Kedokteran Universitas Kristen krida wacana
Jalan Arjuna Utara No.6, Telp 5689473, Fax 5688473 Jakarta 11510
Nomor : 1457-Sk.III/2371/1-11 Jakarta, 27 Desember 2012
Lamp. : Satu sampul tersegel ----------------------------------------------------------------------------
Perihal : Hasil pemeriksaan pembedahan---------------------------------------------------------------
atas jenazah Tn Kamarudin ---------------------------------------------------------------
PROJUSTITIA
Visum Et Repertum
Yang bertanda tangan di bawah ini, Lia Pamungkas, dokter ahli kedokteran forensik pada
Bagian Ilmu Kedokteran Forensik Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana
Jakarta, menerangkan bahwa atas permintaan bertulis dari kepolisan Resort Polisi Jakarta Barat
No. pol.:B/678/VR/XII/12/Serse tanggal 27 Desember , maka pada tanggal dua puluh tujuh
desember tahun dua ribu dua belas, pukul lima lewat tiga puluh menit Waktu Indonesia bagian
Barat, bertempat di ruang bedah jenazah Bagian Rumah Sakit Pemerintahan Tipe C telah
melakukan pemeriksaan atas jenazah yang menurut surat permintaan tersebut adalah :
Nama : Kamarudin -------------------------------------------------------------------------
Jenis kelamin : Laki-laki----------------------------------------------------------------------------------
Umur : 35 tahun ----------------------------------------------------------------------------------
*Alamat korespondensi Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida WacanaEmail : [email protected]
Kebangsaan : Indonesia---------------------------------------------------------------------------------
Agama : Islam--------------------------------------------------------------------------------------
Pekerjaan : ---------------------------------------------------------------------------------------------
Alamat : Jl Apel, no 4, tanjung duren, 11480, Jakarta Barat.-------------------
Mayat telah diidentifikasi dengan sehelai label berwarna merah muda, dengan materai lak
merah, terikat pada ibu jari kaki kanan.
Hasil pemeriksaan
I. Pemeriksaan Luar
1. Mayat tertelungkup dengan leher terjerat lengan bajunya
sendiri-----------------------------------------
2. Mayat berpakaian sebagai berikut :
a. Kaos oblong berwarna putih tidak bermerk, ada bercak darah pada kaos di sekitar
ketiak.------------
b. Celana panjang berwarna coklat bermotif batik, bagian bawah celana tergulung hingga
setengah tungkai bawah, celana tidak bermerk, dengan dompet di saku belakang berisikan KTP,
uang dengan dua lembar sepuluh ribuan, satu lembar lima ribuan. Tampak bercak darah di celana
bagian lutut bawah kanan dan
kiri------------------------------------------------------------------------------------------------
c. Celana dalam berwarna putih berbahan katun, tidak
bermerk----------------------------------------------
3. Pada jari manis tangan kanan terdapat cincin
emas----------------------------------------------------------
*Alamat korespondensi Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida WacanaEmail : [email protected]
4. Di leher korban terjerat oleh kemeja panjang milik korban dengan simpul mati, arah jerat
serong ke atas, dengan jejas jerat meninggi ke arah
simpul------------------------------------------------------------
5. Pada kemeja untuk menjerat leher korban didapat robekan di bagian lengan atas baju di sekitar
ketiak dengan lebar dua sentimeter beserta bercak
darah------------------------------------------------------
6. Kaku mayat telah muncul. Lebam mayat terdapat pada bagian dada, berwarna merah kebiruan,
tidak hilang pada penekanan, tubuh mayat telah membusuk di seluruh perut dan dada dan
tercium bau
busuk---------------------------------------------------------------------------------------------------------
7. Mayat adalah seorang laki ± laki bangsa Indonesia, umur 35 tahun, kulit berwarnasawo
matang, gizi cukup, panjang badan seratus enam puluh lima sentimeter dan berat lima puluh lima
kilogram dan zakar telah
disunat-----------------------------------------------------------------------------------------
8. Rambut cepak, bulu mata hitam, alis hitam lebat--------------------------------------------
9. Kedua mata tertutup, selaput bening mata jernih, pupil dengan diameter 4 mm, iris coklat,
selaput kelopak mata kanan dan kiri berwarna merah muda, tidak tampak perdarahan maupun
pelebaran pembuluh
darah------------------------------------------------------------------------------------------------------
10. Hidung mancung, kedua telinga berbentuk biasa------------------------------------------------------
11.Mulut tertutup. Kedua bibir tampak tebal. Gigi geligi lengkap, tidak ada
tambalan------------------
12. Lubang hidung, telinga mulut dan lubang tubuh lainnya tidak mengeluarkan cairan atau
darah----
13. Alat kelamin dan lubang dubur berbentuk biasa tidak menunjukan kelainan----------------------
*Alamat korespondensi Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida WacanaEmail : [email protected]
14. Pada tubuh terdapat luka pada daerah ketiak sebelah kiri berjarak tiga sentimeter dari puncak
atas ketiak bagian pertengahan jika ditarik garis lurus dari atas ke bawah, tampak mengenai
pembuluh darah besar di daerah ketiak. Dengan kedua sudut luka tajam, berbentuk garis, tidak
terdapat jembatan jaringan, dasar luka lurus, kedalaman luka tiga sentimeter.
------------------------------------
15. Terdapat pula luka dua sentimeter dibawah lutut kanan dan tampak kepingan kaca dengan
permukaan tidak rata dan tajam dengan panjang kali lebar enam kali satu sentimeter cm, kedalam
luka dua sentimeter dengan dasar luka berupa titik. juga terdapat luka lima sentimeter diatas
pergelangan kaki kiri dengan kepingan kaca tidak rata dan tajam dengan panjang kali lebar lima
kali dua sentimeter dengan kedalaman luka satu sentimeter dengan dasar luka berupa
titik-------------------
II. Pemeriksaan dalam (bedah jenazah)
16. Tidak terdapat patah pada tulang iga beserta pelebaran sela
iga--------------------------------------
17. Jaringan lemak bawah kulit daerah dada dan perut berwarna kuning kecoklatan tebal di
daerah dada lima milimeter sedangkan di daerah perut sebelas sentimeter. Otot - otot berwarna
coklat cukup
tebal.--------------------------------------------------------------------------------------------------------------
18. Jaringan bawah kulit daerah leher dan otot leher tidak menunjukan
kelainan.-----------------------
19. Kandung jantung tampak tiga jari diantara kedua tepi paru. Dalam kandung jantung terdapat
darah sebanyak seratus sentimeter kubik. Paru kanan dan kiri cukup
mengembang.----------------------
*Alamat korespondensi Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida WacanaEmail : [email protected]
20. Dinding rongga perut tampak licin berwarna kelabu mengkilat. Dalam rongga perut tidak
terdapat darah maupun cairan. Tirai usus tampak menutupi sebagian besar
usus-------------------------
21. Lidah berwarna kelabu, perabaan lemas, tidak terdapat bekas tergigit maupu resapan darah.
Tonsil tidak membesar dan penampangnya tidak menunjukkan kelainan. Kelenjar gondok
berwarna coklat merah, tidak membesar dan penampangnya tidak menunjukkan kelainan, berat
dua puluh
gram.-------------------------------------------------------------------------------------------------------------
22. Batang tenggorok dan cabangnnya kosong, berwarna putih dan tidak menunjukan
kelainan.-------
23. Kerongkongan kosong, selaput lendir berwarna
putih.-------------------------------------------------
24. Paru kanan terdiri dari tiga baga, berwarna kelabu dan perabaan seperti karet busa,
penampangnya tidak tampak kelainan dan irisan tidak keluar darah. Pada paru kiri terdapat dari
dua baga, berwarna kelabu dan perabaan seperti karet busa, penampangnya tidak tampak
kelainan dan irisan tidak keluar darah. Berat paru kiri empat ratus gram dan berat paru kanan
empat ratus gram.----
25. Jantung tampak sebesar tinju kanan mayat. Selaput luar jantung tampak licin. Katup jantung
tidak menunjukkan kelainan. Dinding jantung
menebal.------------------------------------------------------
26. Hati warna coklat permukaan rata, tepi tumpul, perabaan kenyal padat.Penampang hati merah
coklat dan gambaran hati jelas. Berat hati 1100
gram.--------------------------------------------------------
27. Kandung empedu berisi cairan hijau,selaput lendir berwarna hijau seperti beludru.Saluran
tidak ada
penyumbatan.-------------------------------------------------------------------------------------------------
*Alamat korespondensi Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida WacanaEmail : [email protected]
28. Limpa berwarna ungu kelabu. Permukaan keriput dan perabaan lembek. Penampang
berwarna merah hitam dengan gambaran limpa jelas. Berat limpa seratus
gram.--------------------------------------
29. Kelenjar liur perut berwarna putih kuning, permukaan belah belah penampangnya tidak
menunjukkan kelainan. Berat delapan puluh
gram.-------------------------------------------------------------
30. Lambung kosong. Selaput lendir berwarna putih dan lipatan normal. Usus duabelas jari,usus
halus, usus besar normal.----------------------------------------------------------------------------------
31. Anak ginjal kanan berbentuk trapesium dan kiri berbentuk trapesium. Gambaran kulit dan
sumsum tidak menunjukkan kelainan. Berat anak ginjal kanan delapangram dan yang kiri
delapan
gram.-------------------------------------------------------------------------------------------------------------
32. Ginjal kanan dan kiri berimpai lemak tipis simpai ginjal kanan dan kiri tampak rata dan licin
berwarna coklat dan mudah dilepas. Berat ginjal kanan 80 gram danyang kiri 90 gram.
Penampang ginjal menunjukkan gambaran yang jelas, piala ginjal dan saluran kemih tidak
menunjukkan
kelainan.------------------------------------------------------------------------------------------------------
33. Kandung kencing berisi cairan berwarna kekuningan dan berwarna putih, tidak menunjukkan
kelainan.----------------------------------------------------------------------------------------------------------
-
34. Kulit kepala bagian dalam bersih. Tulang tengkorak utuh selaput keras otak tidak
menunjukkan kelainan. Tidak terdapat perdarahan di atas maupun di bawah selaput keras otak.
Permukaan otak besar menunjukkan gambaran lekuk otak yang biasa, tidak terdapat perdarahan
baik pada permukaan maupun
penampangnya-------------------------------------------------------------------------------------
35. Selanjutnya dapat ditentukan saluran luka pada ketiak kiri yang menembus kulit, pembuluh
darah di sekitar ketiak, jaringan dibawah ketiak kiri, kedalaman luka tiga sentimeter. Dengan
*Alamat korespondensi Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida WacanaEmail : [email protected]
kedua sudut luka tajam, berbentuk garis, tidak terdapat jembatan jaringan, dasar luka lurus,
kedalaman luka tiga
sentimeter.--------------------------------------------------------------------------------------------------
36. Pada luka dua sentimeter bawah lutut sebelah kanan menembus kulit, jaringan dibawah kulit,
beserta tulang kering, dengan kedalaman luka satu sentimeter. Terdapat pula luka lima
sentimeter diatas pergelangan kaki kiri menembus kulit dan jaringan dibawah kulit dengan
kedalaman satu sentimeter.
-----------------------------------------------------------------------------------------------------------
Kesimpulan
Telah dilakukan pemeriksaan luar dan dalam terhadap mayat seorang laki-laki dewasa berumur
sekitar tiga puluh lima tahun, bangsa Indonesia, warna kulit sawo matang, gizi cukup, panjang
badan seratus enam puluh lima sentimeter. Kemungkinan kematian orang tersebut disebabkan
oleh luka terbuka pada ketiak kiri akibat kekerasan benda tajam berupa luka tusuk. Benda tajam
tersebut mengenai pembuluh darah besar di bagian ketiak sehingga terjadi perdarahan yang
menyebabkan korban kekurangan darah sehingga jantung kekurangan darah untuk memompa ke
seluruh tubuh dan melemahnya fungsi jantung. Luka pada ketiak kiri tersebut menunjukkan ciri-
ciri yang sesuai dengan kekerasan benda tajam akibat pisau bermata dua. Kemungkinan
penyebab kematian lain ialah adanya luka di kedua bagian tungkai bawah sehingga memperparah
kondisi perdarahan. Kemungkinan saat kematian korban telah berlangsung lebih dari dua puluh
empat jam.
Dokter yang memeriksa
Dr Lia Pamungkas
NIP 1563734
*Alamat korespondensi Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida WacanaEmail : [email protected]
Daftar pustaka
1. Kejahatan Terhadap Tubuh dan Jiwa manusia.Peraturan perundang-undangan bidang
kedokteran. Edisi kedua. Jakarta : Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 1994. h. 3-
9; 11-20; 37-40.
2. Kasus pidana. 2 april 20011.Di unduh dari :
http://www.p2kp.org/ppm/files/pdf/juklak/kasus_pidana_perdata.pdf.27 Desember
20012.
3. Prosedur medikolegal. 13 maret 2010.Di unduh dari :
http://www.scribd.com/doc/60246443/pembunuhan.27 Desember 2012.
4. Budiyanto A, Widiatmika W, Sudiono S, Winardi AM, et all. Ilmu kedokteran forensik.
Edisi pertama. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 1997. h.25-33; 71-86;
97-100; 101-106.
5. Autopsi pada kasus kematian akibat racun, Teknik autopsy forensic. Edisi keempat.
Bagian Kedokteran Forensik Fakultas kedokteran Universitas Indonesia, 2000. h. 66-9.
6. Tanatologi, Ilmu Kedokteran Forensik, Edisi Pertama; Bagian Kedokteran Forensik
Fakultas kedokteran Universitas Indonesia, 1997; Hal 26.
*Alamat korespondensi Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida WacanaEmail : [email protected]
*Alamat korespondensi Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida WacanaEmail : [email protected]