63
Penganiayaan dan Pembunuhan Lia pamungkas* 10.2009.212 Mahasiswa, Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana Jalan Arjuna Utara No. 6 Jakarta Barat 11510 Telephone : (021) 5694-2061 Fax : (021)- 563 1731 Pendahuluan Peristiwa pelanggaran hukum yang menyangkut tubuh dan nyawa manusia banyak kita temui dalam kehidupan sehari-hari. Dalam menangani berbagai kasus ini diperlukan ilmu kedokteran forensik untuk membantu proses peradilan dalam arti luas yang meliputi tahap penyidikan sampai sidang pengadilan. Diperlukan bantuan dokter untuk memastikan sebab,cara, dan waktu kematian pada peristiwa kematian tidak wajar karena pembunuhan, bunuh diri, kecelakaan atau kematian yang mencurigakan. Selain bantuan Ilmu Kedokteran Forensik tersebut tertuang di dalam bentuk Visum et *Alamat korespondensi Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana Email : [email protected]

Forensik Blok 30 Kasus 1 Lia

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Forensik Blok 30 Kasus 1 Lia

Penganiayaan dan Pembunuhan

Lia pamungkas*

10.2009.212

Mahasiswa, Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana

Jalan Arjuna Utara No. 6 Jakarta Barat 11510

Telephone : (021) 5694-2061

Fax : (021)- 563 1731

Pendahuluan

Peristiwa pelanggaran hukum yang menyangkut tubuh dan nyawa manusia banyak kita temui dalam

kehidupan sehari-hari. Dalam menangani berbagai kasus ini diperlukan ilmu kedokteran forensik

untuk membantu proses peradilan dalam arti luas yang meliputi tahap penyidikan sampai sidang

pengadilan. Diperlukan bantuan dokter untuk memastikan sebab,cara, dan waktu kematian pada

peristiwa kematian tidak wajar karena pembunuhan, bunuh diri, kecelakaan atau kematian yang

mencurigakan. Selain bantuan Ilmu Kedokteran Forensik tersebut tertuang di dalam bentuk

Visum et Repertum, maka bantuan dokter dengan ilmu pengetahuan yang dimilikinya sangat

diperlukan didalam upaya mencari kejelasan dan kebenaran materil yang selengkap-lengkapnya

tentang suatu perbuatan tindak pidana yang telah terjadi. Kewajiban dokter untuk membuat

Keterangan Ahli telah diatur dalam pasal 133 KUHAP. Keterangan Ahli ini akan dijadikan

sebagai alat bukti yang sah di depan sidang pengadilan (pasal 184 KUHAP).

*Alamat korespondensi Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida WacanaEmail : [email protected]

Page 2: Forensik Blok 30 Kasus 1 Lia

Skenario

Seorang laki – laki ditemukan disebuah sungai kering yang penuh batu – batuan dalam keadaan

mati tertelungkup. Ia mengenakan kaos dalam (oblong) dan celana panjang yang dibagian

bawahnya digulungnya hingga setengah tungkai bawahnya. Lehernya terikat lengan baju (yang

kemudian diketahui sebagai baju milikinya sendiri) dan ujung lengan baju lainnya terikat ke

sebuah dahan pohon perdu setinggi 60 cm. Posisi tubuh relatif mendatar , namun leher masih

dijumpai ada satu luka terbuka di daerah ketiak kiri yang memperlihatkan pembuluh darah ketiak

yang putus, dan beberapa luka terbuka di daerah tungkai bawah kanan dan kiri yang memiliki

ciri – ciri yang sesuai dengan akibat kekerasan tajam.

Perlu diketahui bahwa rumah terdekat dari TKP adalah sekitar 2 km. TKP adalah suatu daerah

perbukitan yang berhutan cukup berat.

Aspek Hukum dan Medikolegal

Aspek hukum Kejahatan terhadap tubuh dan jiwa manusia 1

Pasal 89 KUHP

Membuat orang pingsan atau tidak berdaya disamakan dengan menggunakan kekerasan.1

Pasal 90 KUHP

Luka berat berarti :

-jatuh sakit atau mendapat luka yang tidak memberi harapan akan sembuh sama sekali, atau yang

menimbulkan bahaya maut;

- tidak mampu terus menerus untuk menjalankan tugas jabatan atau pekerjaan pencarian;

- kehilangan salah satu pancaindra;

- mendapat cacat berat;

*Alamat korespondensi Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida WacanaEmail : [email protected]

Page 3: Forensik Blok 30 Kasus 1 Lia

- menderita sakit lumpuh;

-terganggunya daya piker selama empat minggu lebih;

-gugur atau matinya andungan seorang perempuan1.

Pasal 338 KUHP

Barangsiapa dengan sengaja merampas nyawa orang lain, diancam karena pembunuhan, dengan

pidana penjara paling lama lima belas tahun.1

Pasal 339 KUHP

Pembunuhan yang diikuti, disertai atau didahului oleh suatu perbuatan pidana, yang dilakukan

dengan maksud untuk mempersiapkan atau mempermudah pelaksanaannya, atau untuk

melepaskan diri sendiri maupun peserta lainnya dari pidana dalam hal tertangkap tangan,

ataupun untuk memastikan penguasaan barang yang diperolehnya secara melawan hukum,

diancam dengan pidana penjara seumur hidup atau selama waktu tertentu, paling lama dua puluh

tahun.

Pasal 340 KUHP

Barangsiapa dengan sengaja dan dengan rencana lebih dahulu merampas nyawa orang lain,

diancam, karena pembunuhan dengan rencana (moord), dengan pidana mati atau pidana penjara

seumur hidup atau selama waktu tertentu, paling lama dua puluh lima tahun.1

Pasal 351 KUHP

1) Penganiyaan diancam dengan pidana penjara paling lama dua tahun delapan bulan atau

pidana denda paling banyak 4500 rupiah.

2) Jika perbuatan mengakibatkan luka-luka berat, yang bersalah diancam dengan pidana

penjara paling lama 5 tahun.

3) Jika mengakibatkan mati, diancam dengan pidana penjara paling lama7 tahun.

4) Dengan penganiyaan disamakan sengaja merusak kesehatan.

5) Percobaan untuk melakukan kejahatan ini tidak dipidana.1

*Alamat korespondensi Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida WacanaEmail : [email protected]

Page 4: Forensik Blok 30 Kasus 1 Lia

Pasal 353 KUHP

(1) Penganiayaan dengan rencana terlebih dahulu, diancam dengan pidana penjara paling

lama 4 tahun.

(2) Jika perbuatan mengakibatkan luka-luka berat, yang bersalah dikenakan pidana penjara

paling lama tujuh tahun.

(3) Jika perbuatan mengakibatkan mati, dia dikenakan pidana penjara paling lama 9 tahun.1

Pasal 354 KUHP

(1) Barangsiapa dengan sengaja melukai berat orang lain, diancam, karena melakukan

penganiayaan berat, dengan pidana penjara paling lama delapan tahun.

(2) Jika perbuatan mengakibatkan mati, yang bersalah dikenakan pidana penjara paling lama

10 tahun.

Pasal 355 KUHP

(1) Penganiayaan berat yang dilakukan dengan rencana lebih dahulu, diancam dengan pidana

penjara paling lama 12 tahun.

Jika perbuatan mengakibatkan mati, yang bersalah dikenakan pidana penjara paling lama 15

tahun.

. Proses Hukum Kasus Pidana Umum 2

1. Pelaporan

Proses pertama bisa diawali dengan laporan atau pengaduan ke kepolisian.

Siapa yang bisa melapor ?

a. Korban (Terutama untuk delik aduan)

b. Saksi

c. Siapa saja yang mengetahui bahwa ada tindak kejahatan 2

*Alamat korespondensi Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida WacanaEmail : [email protected]

Page 5: Forensik Blok 30 Kasus 1 Lia

2. Penyidikan

Setelah menerima laporan, Polisi melakukan penyidikan. Penyidikan adalah serangkaian

tindakan penyidik untuk mencari serta mengumpulkan bukti untuk membuat jelas tindak pidana

yang terjadi dan guna menemukan tersangkanya.

Pasal 6 KUHAP

1. Penyidik adalah :

a. Pejabat polisi Negara Republik Indonesia;

b. Pejabat pegawai negri sipil tertentu yang di beri wewenang khusus oleh undang-

undang

2. Syarat kepangkatan pejabat sebagai mana di maksud dalam ayat 1 akan di atur lebih

lanjut dalam peraturan pemerintah.

Dalam penyidikan, diperlukan kerjasama dari anggota masyarakat yang diminta sebagai

saksi. Seringkali karena tidak terbiasa berhubungan dengan aparat penegak hukum, warga yang

diminta menjadi saksi memerlukan pendampingan dari paralegal selama proses penyidikan

berlangsung. 2

Persangkaan atau pengetahuan telah terjadi tindak pidana ini dapat diperoleh dari berbagai

sumber yang dapat digolongkan sebagai berikut :2

a. kedapatan tertangkap tangan (ondtdekkeng op heterdaad)

b. diluar tertangkap tangan

Pemeriksaan di tempat kejadian

Pemeriksaan di tempat kejadian pada umumnya dilakukan karena delik yang mengakibatkan

kematian, kejahatan seksual, pencurian dan perampokan. Dalam hal terjadinya kematian dan

kejahatan seksual, sering dipanggil dokter untuk mengadakan pemeriksaan di tempat kejadian

diatur dalam paal 7 KUHAP.

*Alamat korespondensi Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida WacanaEmail : [email protected]

Page 6: Forensik Blok 30 Kasus 1 Lia

Pemeriksaan tersangka

Sebelum penyidik melakukan pemeriksaan terhadap seseorang yang dilakukan suatu tindak

pidana, maka penyidik wajib memberitahukan kepadanya tentang haknya untuk mendapatkan

bantuan hukum atau bahwa ia dalam perkara itu wajib didampingi penasehat hukum (pasaal 114

KUHAP).

Pemeriksaan saksi dan ahli

Saksi adalah orang yang dapat memberikan keterangan guna kepentingan penyidikan,

penuntunan dan peradilan tentang suatu perkara pidana yang ia dengar sendiri, ia lihat sendiri

dan ia alami sendiri. (Petranase. 200. Hal :117) mengenai hal ini, menurut pasal 224 KUHAP

yang berbunyi :

“ Barang siapa dipanggil menurut undang – undang untuk menjadi saksi, ahli atau juru bahasa

dengan sengaja tidak melakukan suatu kewajiban menurut undang – undang, yang ia sebagai

demikian harus melakukan :

a. Dalam perkara pidana dipidana dengan pidana penjara selama – lamanya 9 bulan

b. dalam perkara lain, dipdidana dengan pidana penjara selama – lamanya 6 bulan.

3. Penuntutan

Penuntutan adalah tindakan penuntut umum untuk melimpahkan perkara ke pengadilan negeri

yang berwenang. Jaksa Penuntut Umum (JPU) akan meminta Hakim Pengadilan Negeri untuk

memeriksa dan memutuskan perkara. Lalu Jaksa akan membaca dengan tekun dan teliti untuk

merumuskan dokumen tuntutan untuk di limpahkan ke Pengadilan Negeri yang berwenang.

4. Persidangan

Mengadili adalah serangkaian tindakan hakim untuk menerima, memeriksa dan memutus perkara

pidana berdasarkan asas bebas, jujur dan tidak memihak. Hakim mengadili kasus di depan sidang

pengadilan.Dalam persidangan diperlukan pemantauan dari warga bersama paralegal baik bila

warga masyarakat menjadi korban maupun bila dituduh sebagai tersangka.

*Alamat korespondensi Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida WacanaEmail : [email protected]

Page 7: Forensik Blok 30 Kasus 1 Lia

5. Eksekuasi putusan pengadilan

Bila semua pihak setuju dengan putusan pengadilan, maka putusan akan memiliki kekuatan

hukum tetap, dan disusul dengan pelaksanaan eksekusi.Eksekusi adalah pelaksanaan putusan

pengadilan yang sudah memiliki kekuatan hukum tetap. Eksekusi akan dilakukan oleh Jaksa

Penuntut Umum.Tapi bila salah satu pihak keberatan dengan putusan tingkat pertama, maka bisa

mengajukan banding. Untuk meminta banding/kasasi, diperlukan dasar hukum dan alasan yang

kuat. Untuk itu sebaiknya minta nasihat dari pengacara bila ingin mengajukan banding atau

kasasi. Semua putusan hakim wajib ditulis dan bisa diakses oleh para pihak dan masyarakat

umum.

Prosedur mediko-legal 3

Prosedur mediko-legal adalah tata-cara atau prosedur penatalaksanaan dan berbagaiaspek

yang berkaitan pelayanan kedokteranuntuk kepentingan hukum. Secara garis besar prosedur

mediko-legal mengacu kepada peraturan perundang-undangan yang berlaku di Indonesia,

danpada beberapa bidang juga mengacukepada sumpah dokter dan etikakedokteran.

Lingkup prosedur medikolegal antara lain:

1. pengadaan visum et repertum

2. tentang pemeriksaan kedokteran terhadap tersangka

3. pemberian keterangan ahli pada masa sebelumpersidangan dan pemberian keterangan

ahli didalam persidangan

4. kaitan visum et repertum dengan rahasiakedokteran

5. tentang penerbitan Surat Keterangan Kematian dan Surat Keterangan Medik

6. tentang fitness / kompetensi pasien untukmenghadapi pemeriksaan penyidik

Kewajiban dokter dalam membantu peradilan di atur dalam Pasal 133 KUHAP

a.Pihak yang berwenang meminta keterangan ahli

*Alamat korespondensi Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida WacanaEmail : [email protected]

Page 8: Forensik Blok 30 Kasus 1 Lia

Menurut KUHAP pasal 133 ayat (1) yang berwenang mengajukan permintaanketerangan ahli adalah

penyidik. Penyidik pembantu juga mempunyai wewenangtersebut sesuai dengan pasal 11

KUHAP.

  b.Pihak yang berwenang membuat keterangan ahli

Menurut KUHAP pasal 133 ayat (1) yang berwenang melakukan pemeriksaan forensik yang

menyangkut tubuh manuasia dan membuat keterangan ahli adalah dokter ahli kedokteran

kehakiman (forensik), dokter dan ahli lainnya. Sedangkan dalam penjelasan KUHAP tentang

pasal tersebut dikatakan bahwa yang dibuat oleh dokter ahli kedokteran kehakiman disebut

keterangan ahli sedangkan yang dibuat oleh selain ahli kedokteran kehakiman disebut

keterangan.

 Secara garis besar, semua dokter yang telah mempunyai surat penugasan atausurat izin dokter

dapat membuat keterangan ahli. Namun untuk tertibadministrasinya, maka sebaiknya permintaan

keterangan ahli ini hanya diajukankepada dokter yang bekerja pada suatu instansi kesehatan

(puskesmas hingga rumah sakit) atau instansi khusus untuk itu, terutama yang milik pemerintah.

 c.Prosedur permintaan keterangan ahli

Permintaan keterangan ahli oleh penyidik harus dilakukan secara tertulis dan halini secara tegas

telah diatur dalam KUHAP pasal 133 ayat (2), terutama untuk korban mati.Jenasah

harus diperlakukan dengan baik, diberi label identitas dan penyidik wajib memberitahukan dan

menjelaskan kepada keluarga korban mengenai pemeriksaan yang akan dilaksanakan. Mereka

yang menghalangi pemeriksaan jenasah untuk kepentingan peradilan diancam hukuman sesuai

dengan pasal 222KUHP.

*Alamat korespondensi Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida WacanaEmail : [email protected]

Page 9: Forensik Blok 30 Kasus 1 Lia

 d.Penggunaan keterangan ahli

Penggunaan keterangan ahli atau dalam hal ini visum et repertum adalah hanya untuk keperluan

peradilan. Dengan demikian berkas keterangan ahli ini hanya boleh diserahkan kepada penyidik

(instansi) yang memintanya. Keluarga korban atau pengacaranya dan pembela tersangka pelaku

pidana tidak dapat meminta keterangan ahli langsung kepada dokter pemeriksa, melainkan harus

melalui aparat peradilan (penyidik, jaksa atau hakim). Berkas keterangan hali ini tidak dapat

digunakan untuk penyelesaian klaim asuransi. Bila diperlukan keterangan, pihak asuransi dapat

meminta kepada dokter keterangan yang khusus untuk hal tersebut, dengan memperhatikan

ketentuan tentang wajib simpan rahasia jabatan

I. BENTUK BANTUAN DOKTER BAGI PERADILAN DAN MANFAATNYA

Pasal 183 KUHAP

Hakim tidak boleh menjatuhkan pidana kepada seorang kecuali apabila dengan

sekurang-kurangnya dua alat bukti yang sah ia memperoleh keyakinan bahwa suatu

tindak pidana benar-benar terjadi dan bahwa terdakwalah yang bersalah

melakukannnya.

Pasal 184 KUHAP

1) Alat bukti yang sah adalah:

- Keterangan saksi

- Keterangan ahli

- Surat

- Pertunjuk

- Keterangan terdakwa

2) Hal yang secara umum sudah diketahui tidak perlu dibuktikan.1

Pasal 186 KUHAP

Keterangan ahli ialah apa yang seorang ahli nyatakan di sidang pengadilan.

Pasal 180 KUHAP

*Alamat korespondensi Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida WacanaEmail : [email protected]

Page 10: Forensik Blok 30 Kasus 1 Lia

1) Dalam hal diperlukan untuk menjernihkan duduknya persoalan yang timbul di

sidang pengadilan, Hakim ketua sidang dapat minta keterangan ahli dan dapat

pula minta agar diajukan bahan baru oleh yang berkepentingan.

2) Dalam hal timbul keberatan yang beralasan dari terdakwa atau penasihat hukum

terhadap hasil keterangan ahli sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) Hakim

memerintahkan agar hal itu dilakukan penelitian ulang.

3) Hakim karena jabatannya dapat memerintahkan untuk dilakukan penelitian ulang

sebagaimana tersebut pada ayat (2).

II. SANKSI BAGI PELANGGAR KEWAJIBAN DOKTER

Pasal 216 KUHP

1) Barangsiapa dengan sengaja tidak menuruti perintah atau permintaan yang dilakukan

menurut undang-undang oleh pejabat yang tugasnya mengawasi sesuatu, atau oleh

pejabat berdasarkan tugasnya. Demikian pula yang diberi kuasa untuk mengusut atau

memeriksa tindak pidana; demikian pula barangsiapa dengan sengaja mencegah,

menghalang-halangi atau menggagalkan tindakan guna menjalankan ketentuan, diancam

dengan pidana penjara paling lama empat bulan dua minggu atau denda paling banyak

sembilan ribu rupiah.

2) Disamakan dengan pejabat tersebut di atas, setiap orang yang menurut ketentuan undang-

undang terus-menerus atau untuk sementara waktu diserahi tugas menjalankan jabatan

umum.

3) Jika pada waktu melakukan kejahatan belum lewat dua tahun sejak adanya pemidanaan

yang menjadi tetap karena kejahatan semacam itu juga, maka pidanya dapat ditambah

sepertiga.

Pasal 222 KUHP

Barangsiapa dengan sengaja mencegah, menghalang-halangi atau menggagalkan

pemeriksaan mayat untuk pengadilan, diancam dengan pidana penjara paling lama

sembilan bulan atau pidana denda paling banyak empat ribu lima ratus rupiah.

Pasal 224 KUHP

*Alamat korespondensi Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida WacanaEmail : [email protected]

Page 11: Forensik Blok 30 Kasus 1 Lia

Barangsiapa yang dipanggil menurut undang-undang untuk menjadi saksi, ahli atau

jurubahasa, dengan sengaja tidak melakukan suatu kewajiban yang menurut undang-

undang ia harus melakukannnya:

1. Dalam perkara pidana dihukum dengan hukuman penjara selama-lamanya 9 bulan.

2. Dalam perkara lain, dihukum dengan hukuman penjara selama-lamanya 6 bulan.

Pasal 522 KUHP

Barangsiapa menurut undang-undang dipanggil sebagai saksi, ahli atau jurubahasa, tidak

datang secara melawan hukum, diancam dengan pidana denda paling banyak sembilan

ratus rupiah.

III. RAHASIA JABATAN DAN PEMBUATAN SKA/ V et R

Peraturan Pemerintah No 26 tahun 1960 tentang lafaz sumpah dokter

Saya bersumpah/ berjanji bahwa:

Saya akan membaktikan hidup saya guna kepentingan perkemanusiaan

Saya akan menjalankan tugas saya dengan cara yang terhormat dan bersusila, sesuai

dengan martabat pekerjaan saya.

Saya akan memelihara dengan sekuat tenaga martabat dan tradisi luhur jabatan

kedokteran.

Saya akan merahasiakan segala sesuatu yang saya ketahui karena pekerjaan saya dan

karena keilmuan saya sebagai dokter…….dst.

*Alamat korespondensi Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida WacanaEmail : [email protected]

Page 12: Forensik Blok 30 Kasus 1 Lia

Peraturan Pemerintah no 10 tahun 1966 tentang wajib simpan rahasia Kedokteran.

Pasal 1 PP No 10/1966

Yang dimaksud dengan rahasia kedokteran ialah segala sesuatu yang diketahui oleh

orang-orang tersebut dalam pasal 3 pada waktu atau selama melakukan pekerjaannya

dalam lapangan kedokteran.1

Pasal 2 PP No 10/1966

Pengetahuan tersebut pasal 1 harus dirahasiakan oleh orang-orang yang tersebut dalam

pasal 3, kecuali apabila suatu peraturan lain yang sederajat atau lebih tinggi daripada PP

ini menentukan lain.

Pasal 3 PP No 10/1966

Yang diwajibkan menyimpan rahasia yang dimaksud dalam pasal 1 ialah:

a. Tenaga kesehatan menurut pasal 2 UU tentang tenaga kesehatan.

b. Mahasiswa kedokteran, murid yang bertugas dalam lapangan pemeriksaan,

pengobatan dan atau perawatan, dan orang lain yang ditetapkan oleh menteri

kesehatan.1

Pasal 4 PP No 10/1966

Terhadap pelanggaran ketentuan mengenai wajib simpan rahasia kedokteran yang tidak

atau tidak dapat dipidana menurut pasal 322 atau pasal 112 KUHP, menteri kesehatan

dapat melakukan tindakan administrative berdasarkan pasal UU tentang tenaga

kesehatan.

Pasal 5 PP No 10/1966

Apabila pelanggaran yang dimaksud dalam pasal 4 dilakukan oleh mereka yang disebut

dalam pasal 3 huruf b, maka menteri kesehatan dapat mengambil tindakan-tindakan

berdasarkan wewenang dan kebijaksanaannya.

*Alamat korespondensi Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida WacanaEmail : [email protected]

Page 13: Forensik Blok 30 Kasus 1 Lia

Pasal 322 KUHP

1) Barangsiapa dengan sengaja membuka rahasia yang wajib disimpannya karena jabatan

atau pencariannya baik yang sekarang maupun yang dahulu, diancam dengan pidana

penjara paling lama sembilan bulan atau pidana denda paling banyak sembilan ribu

rupiah.

2) Jika kejahatan dilakukan terhadap seorang tertentu, maka perbuatan itu hanya dapat

dituntut atas pengaduan orang itu.1

Pasal 48 KUHP

Barangsiapa melakukan perbuatan karena pengaruh daya paksa tidak dipidana.

IV. BEDAH MAYAT KLINIS, ANATOMIS DAN TRANSPLANTASI

Peraturan Pemerintah No 18 tahun 1981 tentang Bedah Mayat Klinis dan Bedah

Mayat Anatomis serta Transplantasi Alat dan atau Jaringan Tubuh Manusia.

Pasal 2 PP No 18/1981

Bedah mayat klinis hanya boleh dilakukan dalam keadaan sebagai berikut:

a. Dengan persetujuan tertulis penderita dan atau keluarganya yang terdekat setelah

penderita meninggal dunia, apabila sebab kematiannya belum dapat ditentukan dengan

pasti;

b. Tanpa persetujuan penderita atau keluarganya yang terdekat, apabila diduga penderita

menderita penyakit yang dapat membahayakan orang lain atau masyarakat sekitarnya.

c. Tanpa persetujuan penderita atau keluarganya terdekat, apabila dalam jangka waktu 2 x

24 jam tidak ada keluarga terdekat dari yang meninggal dunia dating ke rumah sakit.1

Pasal 14 PP No 18/1981

Pengambilan alat atau jaringan tubuh manusia untuk keperluan transplantasi atau bank

mata dari korban kecelakaan yang meninggal dunia, dilakukan dengan persetujuan

tertulis keluarga yang terdekat.

*Alamat korespondensi Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida WacanaEmail : [email protected]

Page 14: Forensik Blok 30 Kasus 1 Lia

Pasal 17 PP No 18/1981

Dilarang memperjual belikan alat dan atau jaringan tubuh manusia.

Pasal 18 PP No 18/1981

Dilarang mengirim dan menerima alat dan atau jaringan tubuh manusia dalam semua

bentuk ke dan dari luar negeri.

Pasal 19 PP No 18/1981

Larangan sebagaimana dimaksud dalam pasal 17 dan pasal 18 tidak berlaku untuk

keperluan penelitian ilmiah dan keperluan lain yang ditetapkan oleh Menteri Kesehatan.

Pasal 70 UU Kesehatan

(2) Bedah mayat hanya dapat dilakukan oleh tenaga kesehatan yang mempunyai keahlian dan

kewenangan untuk itu dan dengan memperhatikan norma yang berlaku dalam masyarakat.

Pemeriksaan Medis4

Identifikasi forensik

Identifikasi forensik merupakan upaya yang dilakukan untuk membantu penyidik untuk

menentukan identitas seseorang. Menentukan identitas personel dengan tepat amat penting dalam

penyidikan karena adanya kekeliruan dapat berakibat fatal dalam proses peradilan. Penentuan

identitas personel dapat menggunakan metode identifiksi sidik jari, visual, dokumen, medik, gigi

dan serologik.

1. Pemeriksaan sidik jari: Metode ini membandingkan gambaran sidik jari mayat dengan

data sidik jari ante mortem. Sampai saat ini, metode ini diakui paling tinggi ketepatannya

untuk menentukan identitas seseorang.

2. Metode visual: Metode ini dilakukan dengan cara memperlihatkan jenazah pada orang-

orang yang merasa kehilangan anggota keluarga atau temannya. Cara ini hanya efektif

pada mayat yang belum membusuk sehingga masih mungkin dikenali wajah dan bentuk

tubuhnya oleh lebih dari satu orang. Hal ini perlu diperhatikan mengingat adanya

*Alamat korespondensi Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida WacanaEmail : [email protected]

Page 15: Forensik Blok 30 Kasus 1 Lia

kemungkinan faktor emosi yang turut berperan untuk membenarkan atau sebaliknya

menyangkal identitas jenazah tersebut.

3. Pemeriksaan dokumen: Dokumen seperti kartu identifikasi (KTP, SIM, Paspor) yang

kebetulan dijumpai dalam saku pakaian yang dikenakan akan sangat membantu

mengenali jenazah tersebut.

4. Identifikasi medik: Metode ini menggunakan data tinggi badan, berat badan, warna

rambut, warna mata, cacat/kelainan khusus, tatu. Melalui metode ini, diperolehi data

tentang jenis kelamin, ras, perkiraan umur dan tinggi badan, kelainan pada tulang dan

sebagainya.

5. Pemeriksaan gigi: Pemeriksaan ini meliputi pencatatan data gigi (odontogram) dan

rahang yang dapat dilakukan dengan menggunakan pemeriksaan manual, sinar-X dan

pencetakan gigi serta rahang. Odontogram memuat data tentang jumlah, bentuk, susunan,

tambalan, protesa gigi dan sebagainya. Seperti halnya sidik jari, maka setiap individu

memiliki susunan gigi yang khas. Dengan demikian, dapat dilakukan identifikasi dengan

cara membandingkan data temuan dengan data pembanding ante mortem.

6. Pemeriksaan serologik: Pemeriksaan serologik bertujuan untuk menentukan golongan

arah jenazah. Penentuan golongan darah pada jenazah yang telah membusuk dapat

dilakukan dengan memeriksa rambut, kuku dan tulang.

Pemeriksaan luar

Pemeriksaan harus dilakukan dengan cermat, meliputi segala sesuatu yang terlihat,

tercium maupun teraba. Diperiksa semua baik benda yang menyertai mayat, pakaian, perhiasan,

sepatu dan lain-lain juga terhadap tubuh mayat itu sendiri. Pemeriksaan harus mengikuti suatu

sistematika yang telah ditentukan.

Semua bagian yang diperiksa harus dilakukan dengan teliti dengan memperhatikan

jenis/bahan, warna, kotoran, dan lain-lain. Langkah-langkah yang dilakukan pada pemeriksaan

luar jenazah adalah seperti berikut:

a) Label mayat

*Alamat korespondensi Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida WacanaEmail : [email protected]

Page 16: Forensik Blok 30 Kasus 1 Lia

- Terdapat dua label pada mayat, satu dari pihak kepolisian yang perlu dicatat

selengkapnya isi dari label tersebut. Disamping itu dapat ditemukan label identifikasi

dari Instalasi Kamar Jenazah Rumah Sakit yang harus tetap ada pada tubuh mayat.5

b) Tutup mayat

c) Bungkus mayat

- Apabila mayat dibungkus dan diikat dengan tali, catat secara rinci sifat tali dan

bungkus mayat.

d) Pakaian

- Diperiksa pakaian dari bagian atas ke bagian bawah dan dari lapisan terluar sampai

lapisan terdalam. Periksa saku pada pakaian dan catatkan temuan.

e) Perhiasan

f) Benda di samping mayat

- Seperti tas atau bungkusan

g) Tanda kematian (sangat penting untuk mencatat waktu dilakukan pemeriksaan terhadap

tanda kematian ini)

- Lebam mayat : letak, distribusi, warna dan intensitas lebam

- Kaku mayat : derajat kekakuan pada sendi, spasme kadaverik

- Suhu tubuh mayat : diambil dengan thermometer rectal dan suhu ruangan turut dicatat

- Pembusukan : pertama sekali dilihat di daerah perut kanan bawah dengan perubahan

warna kehijau-hijauan. Ditentukan derajat pembusukan.

- Lain-lain : perubahan tanatologi lain seperti mummifikasi atau adipocera.

h) Identifikasi umum

- Dicatat jenis kelamin, bangsa/ras, umur, warna kulit, keadaan gizi, tinggi dan berat

badan, keadaan zakar, adanya striae albicans pada dinding perut.

i) Identifikasi khusus

- Rajah/tattoo : dilakukan dokumentasi foto

- Jaringan parut

- Kapalan (callus) : dapat menentukan pekerjaan mayat semasa hidupnya

- Kelainan kuli

- Anomali dan cacat pada tubuh

*Alamat korespondensi Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida WacanaEmail : [email protected]

Page 17: Forensik Blok 30 Kasus 1 Lia

j) Pemeriksaan rambut

- Dilakukan untuk membantu identifikasi. Sekiranya ditemukan rambut yang sifatnya

berlainan dari rambut mayat, harus diambil, disimpan dan diberi label.

k) Pemeriksaan mata

- Dilihat kelopak mata, selaput lendir kelopak mata, bola mata, selaput lendir bola

mata, kornea, iris dan pupil.

l) Pemeriksaan daun telinga dan hidung

- Lihat apakah ada kemungkinan trauma dan perdarahan

m) Pemeriksaan mulut dan rongga mulut

- Meliputi bibir, lidah, rongga mulut dan gigi geligi.

n) Pemeriksaan alat kelamin dan lubang pelepasan

- Pada mayat laki-laki diperiksa apakah telah disirkumsisi, pada wanita diperiksa

selaput dara dan komisura posterior. Lubang pelepasan diperiksa untuk melihat ada

atau tidak kekerasan.

o) Lain-lain

- Dilihat apakah ada tanda bendungan, ikterus, warna kebiru-biruan, edema/sembab,

bekas pengobatan atau sebarang pengotoran.

p) Pemeriksaan terhadap tanda-tanda kekerasan/luka

- Letak luka dengan menggunakan koordinat terhadap garis/titik anatomi terdekat

- Jenis luka : lecet, memar atau terbuka

- Arah luka : melintang, membujur atau miring

- Tepi luka : rata, teratur, atau tidak beraturan

- Sudut luka : runcing, membulat atau bentuk lain

- Dasar luka

- Sekitar luka : pengotoran atau tanda kekerasan lain

- Ukuran luka : pada luka terbuka dilakukan setelah luka dirapatkan

- Saluran luka

- Lain-lain : pola penumpukan kulit

q) Pemeriksaan terhadap patah tulang3

*Alamat korespondensi Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida WacanaEmail : [email protected]

Page 18: Forensik Blok 30 Kasus 1 Lia

B. Pemeriksaan dalam5

Pemeriksaan dalam bisa dilakukan dengan beberapa cara seperti insisi I, insisi Y dan insisi

melalui lekukan suprasternal menuju simphisis pubis. Insisi I dimulai di bawah tulang rawan

krikoid di garis tengah sampai prosesus xifoideus kemudian 2 jari paramedian kiri dari puat

sampai simfisis, dengan demikian tidak perlu melingkari pusat. Insisi Y pula merupakan salah

satu tehnik khusus otopsi. Pada pemeriksaan dalam, organ tubuh diambil satu persatu dengan

hati-hati dan dicatat:

a) Ukuran

Pengukuran secara langsung adalah dengan menggunakan pita pengukur. Secara tidak

langsung dilihat adanya penumpulan pada batas inferior organ. Organ hati yang mengeras

juga menunjukkan adanya pembesaran. 

b) Bentuk

c) Permukaan

d) Konsistensi

Diperkirakan dengan cara menekan jari ke organ tubuh tersebut.

e) Kohesi

Merupakan kekuatan daya regang antar jaringan pada organ.

f) Potongan penampang melintang

Dicatat warna dan struktur permukaan penampang organ yang dipotong. Pemeriksaan

khusus juga bisa dilakukan terhadap sistem organ tertentu, tergantung dari dugaan

penyebab kematian.

Pemeriksaan khusus bisa dilakukan terhadap sistem organ tertentu, tergantung dari dugaan

penyebab kematian. Insisi pada masing-masing bagian-bagian tubuh yaitu :

a) Dada :

Dilakukan seksi jantung dan paru-paru

*Alamat korespondensi Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida WacanaEmail : [email protected]

Page 19: Forensik Blok 30 Kasus 1 Lia

b) Perut

Dilihat esofagus, lambung, duodenum dan hati yang dikeluarkan sebagai satu unit

Ginjal, ureter, rektum, dan kandung urine juga dilihat dan dikeluarkan sebagai satu unit.

Pada perempuan kantung kemih dilepaskan dari uterus dan vagina.

c) Leher :

Lidah, laring, trakea, esofagus, palatum molle, faring dan tonsil dikeluarkan sebagai satu

unit. Perhatikan obstruksi di saluran nafas, kelenjar gondok dan tonsil. Pada kasus

pencekikan tulang lidah harus dibersihkan dan diperiksa adanya patah tulang. 

d) Kepala :

Pada trauma kepala perhatikan adanya edema, kontusio, laserasi serebri.

C. Pemeriksaan laboratorium

Pemeriksaan patologi anatomi dilakukan bila terdapat kelainan pada organ tertentu dari tubuh

korban untuk mencaritahu kelainan jaringan atau penyakit yang diderita korban sebelum

meninggal

Pemeriksaan Tanatologi6

Kematian adalah suatu proses yang dapat dikenal secara klinis pada seseorang berupa tanda

kematian, yaitu perubahan yang terjadi pada tubuh mayat. Perubahan tersebut dapat timbul dini

pada saat meninggal atau beberapa menit kemudian, misalnya kerja jantung dan peredaran darah

berhenti, pernapasan berhenti, refleks cahaya dan refleks kornea mata hilang, kulit pucat dan

relaksasi otot. Setelah beberapa waktu timbul perubahan pascamati yang jelas yang

memungkinkan diagnosis kematian lebih pasti.

Tanda Pasti Kematian

Dahulu kematian ditandai dengan tidak berfungsinya lagi jantung. Konsep baru sekarang ini

mengenai kematian mencakup berhentinya fungsi pernafasan, jantung dan otak. Dimana saat

kematian ditentukan berdasarkan saat otak berhenti berfungsi. Pada saat itulah jika diperiksa

*Alamat korespondensi Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida WacanaEmail : [email protected]

Page 20: Forensik Blok 30 Kasus 1 Lia

dengan elektro-ensefalo-grafi (EEG) diperoleh garis yang datar. Berdasarkan waktunya tanda

kematian dibagi menjadi 3, yaitu:

1. Tanda yang segera dikenali setelah kematian.

Berhentinya sirkulasi darah.

Berhentinya pernafasan.

2. Tanda-tanda kematian setelah beberapa saat kemudian:

A. Penurunan Temperatur Tubuh (algor Mortis)

Suhu tubuh pada orang yang sudah meninggal perlahan-lahan akan sama dengan suhu

lingkungannya karena mayat tersebut akan melepaskan panas dan suhunya menurun. Kecepatan

penurunan suhu pada mayat bergantung kepada suhu lingkungan dan suhu mayat tu sendiri. Pada

iklim yang dingin maka penurunan suhu mayat berlangsung cepat.

Faktor – Faktor yang mempengaruhi suhu mayat:

1. Usia. Penurunan suhu lebih cepat pada anak-anak dan orang tua dibandingkan orang

dewasa.

2. Jenis kelamin. Wanita mengalami penurunan suhu tubuh yang lebih lambat dibandingkan

pria karena jaringan lemaknya lebih banyak.

3. Lingkungan sekitar mayat. Jika mayat berada pada ruangan kecil tertutup tanpa ventilasi,

kecepatan penurunan suhu mayat akan lebih lambat dibandingkan jika mayat berada pada

tempat terbuka dengan ventilasi yang cukup.

4. Pakaian. Tergantung pakaian yang di pakai tebal atau nipis atau tidak berpakaian.

5. Bentuk tubuh. Mayat yang berbadan kurus akan mengalami penurunan suhu badan yang

lebih cepat.

6. Posisi tubuh. Mayat dalam posisi terlentang mengalami penurunan suhu yang lebih cepat.

B. Lebam Mayat (Livor Mortis)

Lebam mayat terjadi akibat terkumpulnya darah pada jaringan kulit dan subkutan disertai

pelebaran pembuluh kapiler pada bagian tubuh yang letaknya rendah atau bagian tubuh yang

tergantung. Keadaan ini memberi gambaran berupa warna ungu kemerahan.

*Alamat korespondensi Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida WacanaEmail : [email protected]

Page 21: Forensik Blok 30 Kasus 1 Lia

Setelah seseorang meninggal, mayatnya menjadi suatu benda mati sehingga darah akan

berkumpul sesuai dengan hukum gravitasi. Lebam mayat pada awalnya berupa barcak. Dalam

waktu sekitar 6 jam, bercak ini semakin meluas yang pada akhirnya akan membuat warna kulit

menjadi gelap.

Pembekuan darah terjadi dalam waktu 6-10 jam setelah kematian. Lebam mayat ini bisa

berubah baik ukuran maupun letaknya tergantung dari perubahan posisi mayat. Karena itu

penting sekali untuk memastikan bahwa mayat belum disentuh oleh orang lain. Posisi mayat ini

juga penting untuk menentukan apakah kematian disebabkan karena pembunuhan atau bunuh

diri.2,3

Warna lebam mayat yang dapat digunakan untuk memperkirakan penyebab kematian:

• Merah kebiruan merupakan warna normal lebam

• Merah terang menandakan keracunan CO, keracunan CN atau suhu dingin

• Merah gelap menunjukkan asfiksia

• Biru menunjukkan keracunan nitrit

• Coklat menandakan keracunan aniline

C. Kaku Mayat (Rigor Mortis)

Perubahan otot yang terjadi setelah kematian bisa dibagi dalam 3 tahap :

1. Periode relaksasi primer (flaksiditas primer)

Hal ini terjadi segera setelah kematian. Biasanya berlangsung selama 2-3 jam. Seluruh otot

tubuh mengalami relaksasi,dan bisa digerakkan ke segala arah. Iritabilitas otot masih ada

tetapi tonus otot menghilang. Pada kasus di mana mayat letaknya berbaring rahang bawah

akan jatuh dan kelopak mata juga akan turun dan lemas.

2. Kaku Mayat

Kaku mayat akan terjadi setelah tahap relaksasi primer. Keadaan ini berlangsung setelah

terjadinya kematian tingkat sel, dimana aktivitas listrik otot tidak ada lagi. Otot menjadi

kaku. Fenomena kaku mayat ini pertama sekali terjadi pada otot-otot mata, bagian belakang

leher, rahang bawah, wajah, bagian depan leher, dada, abdomen bagian atas dan terakhir pada

otot tungkai.

*Alamat korespondensi Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida WacanaEmail : [email protected]

Page 22: Forensik Blok 30 Kasus 1 Lia

Akibat kaku mayat ini seluruh mayat menjadi kaku, otot memendek dan persendian pada

mayat akan terlihat dalam posisi sedikit fleksi.

Keadaan ini berlangsung selama 24 - 48 jam pada musim dingin dan 18 - 36 jam pada

musim panas.

Penyebabnya adalah otot tetap dalam keadaan hidrasi oleh karena adanya ATP. Jika tidak

ada oksigen, maka ATP akan terurai dan akhirnya habis, sehingga menyebabkan

penumpukan asam laktat dan penggabungan aktinomiosin (protein otot).

3. Periode Relaksasi Sekunder

Otot menjadi relak (lemas) dan mudah digerakkan. Hal ini terjadi karena pemecahan

protein, dan tidak mengalami reaksi secara fisik maupun kimia. Proses pembusukan juga

mulai terjadi. Pada beberapa kasus, kaku mayat sangat cepat berlangsung sehingga sulit

membedakan antara relaksasi primer dengan relaksasi sekunder.,

Faktor-faktor yang mempengaruhi kaku mayat:

1. Keadaan Lingkungan. Pada keadaan yang kering dan dingin, kaku mayat lebih lambat terjadi

dan berlangsung lebih lama dibandingkan pada lingkungan yang panas dan lembab. Pada

kasus di mana mayat dimasukkan ke dalam air dingin, kaku mayat akan cepat terjadi dan

berlangsung lebih lama.

2. Usia. Pada anak-anak dan orangtua, kaku mayat lebih cepat terjadi dan berlangsung tidak

lama. Pada bayi prematur biasanya tidak ada kaku mayat. Kaku mayat baru tampat pada bayi

yang lahir mati tetapi cukup usia (tidak prematur)

3. Cara kematian. Pada pasien dengan penyakit kronis, dan sangat kurus, kaku mayat cepat

terjadi dan berlangsung tidak lama. Pada pasien yang mati mendadak, kaku mayat lambat

terjadi dan berlangsung lebih lama.

4. Kondisi otot. Terjadi kaku mayat lebih lambat dan berlangsung lebih lama pada kasus di

mana otot dalam keadaan sehat sebelum meninggal, dibandingkan jika sebelum meninggal

keadaan otot sudah lemah.

3. Tanda-tanda kematian setelah selang waktu yang lama:

A. Proses Pembusukan

*Alamat korespondensi Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida WacanaEmail : [email protected]

Page 23: Forensik Blok 30 Kasus 1 Lia

Perubahan warna. Perubahan ini pertama kali tampat pada fossa iliaka kanan dan kiri berupa

warna hijau kekuningan, disebabkan oleh perubahan hemoglobin menjadi sulfmethemoglobin.

Perubahan warna ini juga tampak pada seluruh abdomen, bagian depan genitalia eksterna,

dada, wajah dan leher. Dengan semakin berlalunya waktu maka warnanya menjadi semakin

ungu.

Jangka waktu mulai terjadinya perubahan warna ini adalah 6-12 jam pada musim panas dan

1-3 hari pada musin dingin. Perubahan warna tersebut juga diikuti dengan pembengkakan mayat.

Otot sfingter mengalami relaksasi sehingga urin dan faeses keluar. Lidah juga terjulur. Bibir

menebal, mulut membuka dan busa kemerahan bisa terlihat keluar dari rongga mulut. Mayat

berbau tidak enak disebabkan oleh adanya gas pembusukan. Gas ini bisa terkumpul pada suatu

rongga sehingga mayat menjadi tidak mirip dengan korban sewaktu masih hidup. Gas ini

selanjutnya juga bisa membentuk lepuhan kulit.

Lepuhan k ulit (blister)

Mulai tampak 36 jam setelah meninggal. Kulit ari dapat dengan cukup mudah dikelupas. Di

mana akan tampak cairan berwarna kemerahan yang sedikit mengandung albumin

Jika pembusukan terus berlangsung, maka bau busuk yang timbul akan menarik lalat untuk

hinggap pada mayat. Lalat menempatkan telurnya pada mayat, di mana dalam waktu 8-24 jam

telur akan menetas menghasilkan larva-yang sering disebut belatung. Dalam waktu 4-5 hari,

belatung ini lalu menjadi pupa, dimana setelah 4-5 hari kemudian akan menjadi lalat dewasa.

Pada tahap ini bagian dari tulang tengkorak mulai tampak. Rektum dan uterus juga tampak dan

uterus gravid juga bisa mengeluarkan isinya Rambut dan kuku dengan mudah dapat dicabut.

Bagian perut dan dada bisa pecah berhubung besarnya tekanan gas yang di kandungnya. Jika

pembusukan terus berlangsung, maka jaringan jaringan menjadi lunak, rapuh dan berwarna

kecoklatan.

Organ t ubuh b agian d alam

Organ tubuh bagian dalam juga mengalami perubahan. Bentuk perubahan sama seperti

diatas, jaringan-jaringan menjadi berwarna kecoklatan. Ada yang cepat membusuk dan ada yang

lambat.

*Alamat korespondensi Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida WacanaEmail : [email protected]

Page 24: Forensik Blok 30 Kasus 1 Lia

Jaringan yang cepat membusuk :

Laring

Trakea

Otak terutama pada anak-anak

Lambung

Usus halus

Hati

Limpa

Jaringan yang lambat membusuk :

Jantung

Paru-paru

Ginjal Prostat

Uterus non gravid

Faktor-faktor yang mempengaruhi kecepatan pembusukan:

a) Temperatur. Temperatur yang paling cocok untuk proses pembusukan adalah antara 7000F

sampai 10000F. Pembusukan akan melambat diatas temperatur 10000F dan dibawah 7000F,

dan berhenti dibawah 3200F atau diatas 21200F .

b) Udara. Udara yang mempercepat pembusukan. Kecepatan pembusukan lebih lambat didalam

air dan dalam tanah dibandingkan di udara terbuka.

c) Kelembaban. Keadaan lembab mempercepat proses pembusukan.

d) Penyebab kematian. Bagian tubuh yang terluka biasanya lebih cepat membusuk. Beberapa

jenis racun bisa memperlambat pembusukan, misalnya arsen, zinc (seng) dan golongan

logam antimon. Mayat penderita yang meninggal karena penyakit kronis lebih cepat

membusuk dibandingkan mayat orang sehat.

B. Adiposera

Fenomena ini terjadi pada mayat yang tidak mengalami proses pembusukan yang biasa.

Melainkan mengalami pembentukan adiposera. Adiposera merupakan subtansi yang mirip

seperti lilin yang lunak, licin dan warnanya bervariasi mulai dari putih keruh sampai coklat tua.

Adiposera mengandung asam lemak bebas, yang dibentuk melalui proses hidrolisa dan

*Alamat korespondensi Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida WacanaEmail : [email protected]

Page 25: Forensik Blok 30 Kasus 1 Lia

hidrogenasi setelah kematian. Adanya enzim bakteri dan air sangat penting untuk

berlangsungnya proses tersebut. Dengan demikian, maka adiposera biasanya terbentuk pada

mayat yang terbenam dalam air atau rawa-rawa. Lama pembentukan adiposera ini juga

bervariasi, mulai dari 1 minggu sampai 10 minggu. Kepentingan medikolegal dari adiposere

adalah dapat menunjukkan tempat kematian (kering, panas atau tempat basah).

C. Mummifikasi

Mayat mengalami pengawetan akibat proses pengeringan dan penyusutan bagian-bagian

tubuh. Kulit menjadi kering, keras dan menempel pada tulang kerangka. Mayat menjadi lebih

tahan dari pembusukan sehingga masih jelas menunjukkan ciri-ciri seseorang.

Fenomena ini terjadi pada daerah yang panas dan lembab, di mana mayat dikuburkan tidak

begitu dalam dan angin yang panas selalu bertiup sehingga mempercepat penguapan cairan

tubuh.

Lama terjadinya mummifikasi adalah antara 4 bulan sampai beberapa tahun. Kepentingan

medikolegal dari mummfikasi adalah dapat menunjukkan tempat kematian (kering, panas atau

tempat basah).

Traumatologi

Autopsi kelainan yang terdapat pada leher

Untuk melihat kelainan pada leher dengan baik, dipastikan agar daerah leher bersih dari

kemungkinan genangan darah dengan diusahakan pembuluh darah leher dapat dialirkan ke

tempat lain. Dengan mengalirkan darah dari pembuluh darah leher ke arah kepala dan dada,

lapangan leher menjadi bersih sehingga kelainan berupa resapan darah yang kecil pun dapat

dilihat. Setelah pemeriksaan leher selesai, alat leher diangkat dan diperiksa seperti autopsi biasa.

A utopsi pada kasus kematian akibat asfiksia mekanis

Asfiksia adalah suatu keadaan yang ditandai dengan terjadinya gangguan pertukaran udara

pernafasan, mengakibatkan oksigen darah berkurang (hipoksia) disertai dengan peningkatan

karbon dioksida (hiperkapnea). Dengan demikian organ tubuh mengalami kekurangan oksigen

(hipoksia hipoksik) dan terjadi kematian.

*Alamat korespondensi Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida WacanaEmail : [email protected]

Page 26: Forensik Blok 30 Kasus 1 Lia

Dari segi etilogi, asfiksia dapat disebabkan oleh hal berikut:

1. Penyebab alamiah, misalnya penyakit yang menyumbat saluran pernafasan seperti

laringitis difteri atau menimbulkan gangguan pergerakan paru seperti fibrosis paru.

2. Trauma mekanik yang menyebabkan asfiksia mekanik, misalnya trauma yang

mengakibatkan emboli udara vena, emboli lemak, pneumotoraks bilateral, sumbatan atau

halangan pada saluran nafas dan sebagainya.

3. Keracunan bahan yang menimbulkan depresi pusat pernafasan misalnya barbiturat,

narkotika.

Asfiksia mekanik adalah mati lemas yang terjadi bila udara pernafasan terhalang memasuki

saluran pernafasan oleh berbagai kekerasan (yang bersifat mekanik) misalnya:

1. Penutupan lubang saluran pernafasan bagian atas:

Pembekapan (smothering)

Penyumbatan (gagging dan choking)

2. Penekanan dinding saluran pernafasan

Penjeratan (strangulation)

Pencekikan (manual strangulation, throttling)

Gantung (hanging)

3. Penekanan dinding dada dari luar (asfiksia traumatik)

Pada pemeriksaan mayat sering ditemukan tanda kematian akibat asfiksi berupa lebam mayat

yang gelap dan luas, perbendungan pada bola mata, busa halus pada lubang hidung, mulut dan

saluran pernafasan, perbendungan pada alat-alat dalam serta bintik perdarahan Tardieu. Tanda-

tanda asfiksia tidak akan ditemukan bila kematian terjadi melalui mekanisme non-asfiksi. Ciri

khas bagi masing-masing peristiwa adalah seperti berikut:

a) Pembekapan

Tanda kekerasan sekitar lubang hidung dan mulut terutama bagain muka yang menonjol.

Dilihat juga tanda kekerasan pada bagian belakang bibir, daerah belakang kepala atau

tengkuk.

*Alamat korespondensi Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida WacanaEmail : [email protected]

Page 27: Forensik Blok 30 Kasus 1 Lia

b) Penyumbatan

Sering sekali benda asing masih terdapat dalam rongga mulut atau ditemukan sisa benda

asing dan tanada bekas penekanan benda asing pada dinding rongga mulut.

c) Pencekikan

Kulit daerah leher menunjukkan tanda kekerasa yang ditimbulkan ujung jari atau kuku

berupa luka memar atau lecet jenis tekan. Pada pembedahan ditemukan resapan darah

bawha kulit daerah leher serta alat leher dan tulang lidah boleh patah unilateral.

d) Penjeratan

Jerat biasanya berjalan horisontal/mendatar dan letaknya rendah. Jerat meninggalkan jejas

jerat berupa luka lecet jenis tekan yang melingkari leher. Jerat pada kasus pembunuhan

sering kali disimpul mati.

e) Tergantung

Jerat pada leher menunjukkan ciri khas berupa arah yang tidak mendatar tetapi

membentuk sudut membuka ke arah bawah dan letak jerat lebih tinggi. Ditemukan

resapan darah bawah kulit pada pembedahan sesuai letak jejas jerat pada kulit.

f) Dada tertekan

Bila terjadi desak-mendesak orang banyak/massa yang sedang panik, beberapa di

antaranya ada yang terjepit sehingga dada tidak dapat dikembang-kempiskan. Ini

mengakibatkan timbulnya keadaan yang dikenal sebagai asfiksia traumatik. Korban mati

menunjukkan tanda asfiksia yang jelas, disertai tanda-tanda penekanan pada dada berupa

luka memar atau luka lecet. Asfiksia traumatik ditemukan juga pada korban yang

tertimbun tanah atau bangunan yang runtuh.

Pada orang yang mengalami asfiksia akan timbul gejala yang dapat dibedakan dalam 4 fase:

1. Fase dispnea. Penurunan kadar oksigen sel darah merah dan penimbunan CO2 dalam

plasma akan merangsang pusat pernafasan di medula oblongata, sehingga amplitudo dan

*Alamat korespondensi Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida WacanaEmail : [email protected]

Page 28: Forensik Blok 30 Kasus 1 Lia

frekuensi pernafasan akan meningkat, nadi cepat, tekanan darah meninggi dan mulai

tampak tanda-tanda sianosis terutama pada muka dan tangan.

2. Fase konvulsi. Akibat tekanan CO2 yang naik maka akan timbul rangsangan terhadap

susunan saraf pusat sehingga terjadi konvulsi (kejang), yang mula-mula berupa kejang

klonik tetapi kemudian menjadi kejang tonik, dan akhirnya timbul spasme opistotonik.

Pupil mengalami dilatasi, denyut jantung menurun, tekanan darah juga menurun. Efek ini

berkaitan dengan paralisis pusat yang lebih tinggi dalam otak akibat kekurangan oksigen.

3. Fase apnea. Depresi pusat pernafasan menjadi lebih hebat, pernafasan melemah dan apat

berhenti. Kesadaran menurun dan akibat relaksasi sfingter dapat terjadi pengeluaran

cairan sperma, urin dan tinja.

4. Fase akhir. Terjadi paralisis pusat pernafasan yang lengkap, pernafasan berhenti setelah

kontraksi otomatis otot pernafasan kecil pada leher. Jantung masih berdenyut beberapa

saat setelah pernafasan berhenti.

Masa dari saat asfiksia timbul sampai terjadinya kematian sangat bervariasi. Umumnya berkisar

antara 4-5 menit. Fase 1 dan 2 berlangsung lebih kurang 3-4 menit, tergantung dari tingkat

penghalangan oksigen, bila tidak 100% maka waktu kematian akan lebih lama dan tanda-tanda

asfiksia akan lebih jelas dan lengkap.

A utopsi pada kasus kematian akibat kekerasan tajam (trauma)

Trauma atau kecelakaan merupakan hal yang biasa dijumpai dalam kasus forensik. Hasil dari

trauma atau kecelakaan adalah luka, perdarahan dan atau skar atau hambatan dalam fungsi organ.

Agen penyebab trauma diklasifikasikan dalam beberapa cara, antara lain kekuatan mekanik, aksi

suhu, agen kimia, agen elektromagnet, asfiksia dan trauma emboli. Dalam prakteknya seringkali

terdapat kombinasi trauma yang disebabkan oleh satu jenis penyebab, sehingga klasifikasi

trauma ditentukan oleh alat penyebab dan usaha yang menyebabkan trauma.

Kematian akibat pembunuhan dengan kekerasan

Pada kasus pembunuhan dengan menggunakan kekerasan tajam, luka harus dilukis dengan baik

dan diperhatikan bentuk luka, tepi luka, sudut luka, keadaan sekitar luka, kedalaman luka dan

lokasi luka. Dilihat juga kemungkinan terdapatnya luka tangkis di daerah ekstensor lengan *Alamat korespondensi Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida WacanaEmail : [email protected]

Page 29: Forensik Blok 30 Kasus 1 Lia

bawah serta telapak tangan. Biasanya terdapat beberapa buah luka yang distribusinya tidak

teratur pada kasus pembunuhan dengan kekerasan tajam. Pembunuhan dengan menggunakan

kekerasan tumpul dapat menimbulkan luka berbentuk luka memar, luka lecet maupun luka

robek. Perlu juga diperhatikan adanya luka tangkis. Pada pembunuhan dengan senjata api pula

dapat ditemukan luka tembak masuk jarak dekat, sangat dekat atau luka tembak masuk jarak jauh

dan luka tembak tempel.

Bunuh diri dengan kekerasan

Seseorang yang bunuh diri dengan benda tajam seringkali ditemukan luka bunuh diri

yang mengelompok pada tempat tertentu seperti pergelangan tangan, leher atau daerah

prekordial. Luka-luka sering berupa beberapa buah luka percobaan dengan satu luka yang

mematikan.Luka akibat kekerasan tajam dapat disebabkan oleh benda-benda yang memiliki sisi

tajam, baik berupa garis maupun runcing, yang bervariasi dari alat-alat seperti pisau, golok,

keping kaca, pemecah es, kapak dan sebagainya. Terjadinya persentuhan dengan benda tajam

akan berakibatkan luka yang membawa maksud putusnya atau rusaknya kontinuitas jaringan

karena trauma akibat alat atau senjata yang bermata tajam atau berujung runcing. Ciri luka akibat

benda tajam:

- tepi luka rata

- sudut luka tajam

- rambut ikut terpotong

- tidak ada jembatan jaringan

- tidak ada memar atau lecet di sekitarnya

Ciri-ciri luka akibat kasus bunuh diri, pembunuhan dan kekerasan akibat kekerasan benda tajam:

Pembunuhan Bunuh diri Kecelakaan

Lokasi luka Sembarang Terpilih Terpapar

Jumlah luka Banyak Banyak Tunggal/ banyak

Pakaian Terkena Tidak terkena Terkena

*Alamat korespondensi Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida WacanaEmail : [email protected]

Page 30: Forensik Blok 30 Kasus 1 Lia

Luka tangkis Ada Tidak ada Tidak ada

Luka percobaan Tidak ada Ada Tidak ada

Cedera sekunder Mungkin ada Tidak ada Mungkin ada

Pada kematian akibat kekerasan, pemeriksaan terhadap luka harus mengungkapkan:

a) Penyebab luka

Memperhatikan morfologi luka yang seringkali memberi petunjuk tentang bentuk benda

yang mengenai tubuh, misalnya luka yang disebabkan oleh benda tumpul berbentuk bulat

panjang akan meninggalkan negative imprint oleh timbulnya marginal haemorrhage.

Luka lecet jenis tekan memberikan gambaran bentuk benda penyebab luka.

b) Arah kekerasan

Luka lecet dan luka robek dapat menentukan arah kekerasan sehingga penting untuk

rekonstruksi terjadinya perkara. Pada luka yang menembus kedalam tubuh, perlu

ditentukan arah serta jalannya saluran luka dalam tubuh mayat.

c) Cara terjadinya luka

Dilihat apakah luka akibat dari pembunuhan, kecelakaan atau bunuh diri.

Luka-luka akibat kecelakaan biasanya terdapat pada bagian tubuh yang terbuka. Bagian

tubuh yang biasanya terlindung jarang mendapat luka pada suatu kecelakaan. Daerah

terlindung ini misalnya adalah daerah sisi depan leher, daerah lipat siku, dan sebagainya.

Luka akibat pembunuhan dapat ditemukan tersebar di seluruh tubuh. Pada korban

pembunuhan yang sempat mengadakan perlawanan, dapat ditemukan luka tangkis yang

biasanya terdapat pada daerah ekstensor lengan bawah atau telapak tangan.

Pada korban bunuh diri pula, luka biasanya menunjukkan sifat luka percobaan (tentative

wounds) yang mengelompok dan berjalan kurang lebih sejajar.

d) Hubungan antara luka yang ditemukan dengan sebab mati

*Alamat korespondensi Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida WacanaEmail : [email protected]

Page 31: Forensik Blok 30 Kasus 1 Lia

Pada korban kekerasan harus dibuktikan bahwa kematian terjadi semata-mata akibat

kekerasan yang menyebabkan luka. Harus juga dipastikan luka yang ditemukan adalah

luka intravital yaitu yang terjadi sewaktu korban masih hidup. Tanda intravitalitas luka

berupa reaksi jaringan terhadap luka seperti resapan darah, proses penyembuhan luka,

sebukan sel radang, pemeriksaan histo-enzimatik, sampai pemeriksaan kadar histamin

bebas dan serotonin jaringan.

Interpretasi temuan

Saat kematian, sebab kematian, mekanisme, dan cara kematian

Saat kematian diperkirakan untuk menentukan waktu kematian korban setelah

pembunuhan atau penganiayaan. Selain perubahan yang ditemukan pada tanda kematian,

beberapa perubahan lain dapat digunakan untuk memperkirakan saat kematian:

1. Perubahan pada mata. Bila mata terbuka pada atmosfer yang kering, sclera di kiri-kanan

kornea akan berwarna kecoklatan dalam beberapa jam berbentuk segitiga dengan dasar di

tepi kornea (taches noires sclerotiques). Kekeruhan kornea terjadi lapis demi lapis.

Kekeruhan yang menetap ini terjadi sejak kira-kira 6 jam pasca mati. Baik dalam keadaan

mata tertutup maupun terbuka, kornea menjadi keruh kira-kira 10-12 jam pasca mati dan

dalam beberapa jam saja fundus tidak tampak jelas. Setelah kematian tekanan bola mata

menurun, memungkinkan distorsi pupil pada penekanan bola mata. Tidak ada

hubungannya antara diameter pupil dengan lamanya mati. Perubahan pada retina dapat

menunjukkan saat kematian hingga 15 jam pasca mati.

2. Perubahan dalam lambung. Keadaan lambung dan isinya dapat menjadi petunjuk saat

kematian. Pengosongan lambung pada tiap orang bervariasi sehingga tidak dapat

digunakan sebagai petunjuk pasti waktu antara makan terakhir dan saat mati.

3. Perubahan rambut. Dengan mengingat bahwa kecepatan tumbuh rambut rata-rata 0.4

mm/hari, panjang rambut kumis dan jenggot dapat dipergunakan untuk memperkirakan

saat kematian. Cara ini hanya dapat digunakan bagi pria yang mempunyai kebiasaan

mencukur kumis atau jenggotnya dan diketahui saat terakhir ia mencukur.

*Alamat korespondensi Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida WacanaEmail : [email protected]

Page 32: Forensik Blok 30 Kasus 1 Lia

4. Pertumbuhan kuku. Sejalan dengan hal rambut di atas, pertumbuhan kuku yang

diperkirakan sekitar 0.1 mm/hari dapat digunakan untuk memperkirakan saat kematian

bila dapat diketahui saat terakhir yang bersangkutan memotong kuku.

Sebab mati adalah penyakit atau cedera/luka yang bertanggung jawab atas terjadinya

kematian. Beberapa kemungkinan penyebab kematian pada kasus ini, yaitu : luka akibat

kekerasan benda tajam, penusukan, atau penjeratan.

Mekanisme kematian adalah gangguan fisiologik dan atau biokimiawi yang ditimbulkan oleh

penyebab kematian dengan cara yang tidak ditentukan. Mekanisme kematian dapat berupa

perdarahan, septikemia, asfiksia dan aritmia jantung. Suatu keterangan tentang mekanisme

kematian dapat diperoleh dari beberapa penyebab kematian dan sebaliknya. Jadi, jika seseorang

meninggal karena perdarahan masif yang dapat dihasilkan dari luka tembak, luka tusuk, tumor

ganas dari paru yang masuk ke pembuluh darah dan sebagainya. Kebalikannya adalah bahwa

penyebab kematian, sebagai contoh, luka tembak pada abdomen, dapat menghasilkan banyak

kemungkinan mekanisme kematian yang terjadi, contohnya perdarahan atau peritonitis.

Cara kematian adalah jenis kejadian yang menimbulkan penyebab kematian. Bila kematian

terjadi sebagai akibat suatu penyakit maka cara kematian adalah wajar (natural death). Bila

kematian terjadi akibat cedera atau luka, maka kematian tidak wajar (unnatural death). Kematian

tidak wajar ini dapat terjadi sebagai akibat kecelakaan, bunuh diri atau pembunuhan. Kadang

kala pada akhir suatu penyidikan, penyidik masih belum dapat menentukan cara kematian dari

yang bersangkutan, maka dalam hal ini kematian dinyatakan sebagai kematian dengan cara yang

tidak ditentukan.

Cara kematian dapat berupa:

1. Bunuh diri (self strangulation). Hal ini jarang dan menyulitkan diagnosis. Pengikatan

dilakukan sendiri oleh korban dengan simpul hidup atau bahan hanya dililitkan saja, dengan

jumlah lilitan lebih dari satu.

2. Pembunuhan. Pengikatan biasanya dengan simpul mati dan sering terlihat bekas luka pada

leher.

3. Kecelakaan. Dapat terjadi pada orang yang sedang bekerja dengan selendang di leher dan

tertarik masuk ke mesin.

*Alamat korespondensi Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida WacanaEmail : [email protected]

Page 33: Forensik Blok 30 Kasus 1 Lia

Perbedaan penjeratan dan gantung diri

Pembunuhan Bunuh diri

Alat penjerat:

Simpul

Jumlah lilitan

Arah

Jarak titik tumpu-simpul

Biasanya simpul mati

Hanya satu

Mendatar

Dekat

Simpul hidup

Satu atau lebih

Serong ke atas

Jauh

Korban:

Jejas jerat

Luka perlawanan

Luka-luka lain

Jarak dari lantai

Mendatar

Ada

Ada, sering di derah leher

Jauh

Meninggi ke arah simpul

Tiada

Biasanya tidak ada

Dekat, dapat tidak tergantung

TKP:

Lokasi

Kondisi

Pakaian

Bervariasi

Tidak teratur

Tidak teratur, robek

Tersembunyi

Teratur

Rapi dan baik

Alat: Dari si pembunuh Berasal dari yang ada di TKP

Surat peninggalan: Tiada Ada

Ruangan: Tak teratur, terkunci dari luar Terkunci dari dalam

Sebagai contoh, seseorang dapat meninggal karena perdarahan masif (mekanisme

kematian) dikarenakan luka tembak pada jantung (penyebab kematian), dengan cara kematian

*Alamat korespondensi Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida WacanaEmail : [email protected]

Page 34: Forensik Blok 30 Kasus 1 Lia

secara pembunuhan (seseorang menembaknya), bunuh diri (menembak dirinya sendiri),

kecelakaan (senjata jatuh), atau tidak dapat dijelaskan (tidak dapat diketahui apa yang terjadi).

Pada mayat laki-laki berumur 35 tahun ini, ditemukan luka tusuk benda tajam pada ketiak

kiri,mengenai pembuluh darah besar di ketiak kiri. Penyebab: luka tusuk pisau bermata dua pada

ketiak sebelah kiri disertai luka tusuk akibat serpihan kaca di kedua bagian tungkai.Mekanisme:

Luka tusuk benda tajam mengakibatkan perdarahan pada pembuluh darah besar di ketiak kiri,

disertai perdarahan pada kedua tungkai akibat tertusuk serpihan kaca di kedua tungkai

menyebabkan terjadinya kehilangan darah yang banyak dan berpotensi terjadinya syok

hipovolemik, yaitu kondisi yang ditandai denganterganggu suplai oksigen ke organ-organ vital.

Lalu terjadi gangguan pada jantung dan organ – organ yang bekerja keras untuk

mengkompensasi syok hipovolemik. Kematian: tidak wajar. Saat kematian: kematian

diperkirakan sudah lebih dari 24 jam.

.

*Alamat korespondensi Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida WacanaEmail : [email protected]

Page 35: Forensik Blok 30 Kasus 1 Lia

Penyampaian laporan hasil pemeriksaan

Bagian ilmu kedokteran forensic

Fakultas Kedokteran Universitas Kristen krida wacana

Jalan Arjuna Utara No.6, Telp 5689473, Fax 5688473 Jakarta 11510

Nomor : 1457-Sk.III/2371/1-11 Jakarta, 27 Desember 2012

Lamp. : Satu sampul tersegel ----------------------------------------------------------------------------

Perihal : Hasil pemeriksaan pembedahan---------------------------------------------------------------

atas jenazah Tn Kamarudin ---------------------------------------------------------------

PROJUSTITIA

Visum Et Repertum

Yang bertanda tangan di bawah ini, Lia Pamungkas, dokter ahli kedokteran forensik pada

Bagian Ilmu Kedokteran Forensik Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana

Jakarta, menerangkan bahwa atas permintaan bertulis dari kepolisan Resort Polisi Jakarta Barat

No. pol.:B/678/VR/XII/12/Serse tanggal 27 Desember , maka pada tanggal dua puluh tujuh

desember tahun dua ribu dua belas, pukul lima lewat tiga puluh menit Waktu Indonesia bagian

Barat, bertempat di ruang bedah jenazah Bagian Rumah Sakit Pemerintahan Tipe C telah

melakukan pemeriksaan atas jenazah yang menurut surat permintaan tersebut adalah :

Nama : Kamarudin -------------------------------------------------------------------------

Jenis kelamin : Laki-laki----------------------------------------------------------------------------------

Umur : 35 tahun ----------------------------------------------------------------------------------

*Alamat korespondensi Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida WacanaEmail : [email protected]

Page 36: Forensik Blok 30 Kasus 1 Lia

Kebangsaan : Indonesia---------------------------------------------------------------------------------

Agama : Islam--------------------------------------------------------------------------------------

Pekerjaan : ---------------------------------------------------------------------------------------------

Alamat : Jl Apel, no 4, tanjung duren, 11480, Jakarta Barat.-------------------

Mayat telah diidentifikasi dengan sehelai label berwarna merah muda, dengan materai lak

merah, terikat pada ibu jari kaki kanan.

Hasil pemeriksaan

I. Pemeriksaan Luar

1. Mayat tertelungkup dengan leher terjerat lengan bajunya

sendiri-----------------------------------------

2. Mayat berpakaian sebagai berikut :

a. Kaos oblong berwarna putih tidak bermerk, ada bercak darah pada kaos di sekitar

ketiak.------------

b. Celana panjang berwarna coklat bermotif batik, bagian bawah celana tergulung hingga

setengah tungkai bawah, celana tidak bermerk, dengan dompet di saku belakang berisikan KTP,

uang dengan dua lembar sepuluh ribuan, satu lembar lima ribuan. Tampak bercak darah di celana

bagian lutut bawah kanan dan

kiri------------------------------------------------------------------------------------------------

c. Celana dalam berwarna putih berbahan katun, tidak

bermerk----------------------------------------------

3. Pada jari manis tangan kanan terdapat cincin

emas----------------------------------------------------------

*Alamat korespondensi Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida WacanaEmail : [email protected]

Page 37: Forensik Blok 30 Kasus 1 Lia

4. Di leher korban terjerat oleh kemeja panjang milik korban dengan simpul mati, arah jerat

serong ke atas, dengan jejas jerat meninggi ke arah

simpul------------------------------------------------------------

5. Pada kemeja untuk menjerat leher korban didapat robekan di bagian lengan atas baju di sekitar

ketiak dengan lebar dua sentimeter beserta bercak

darah------------------------------------------------------

6. Kaku mayat telah muncul. Lebam mayat terdapat pada bagian dada, berwarna merah kebiruan,

tidak hilang pada penekanan, tubuh mayat telah membusuk di seluruh perut dan dada dan

tercium bau

busuk---------------------------------------------------------------------------------------------------------

7. Mayat adalah seorang laki ± laki bangsa Indonesia, umur 35 tahun, kulit berwarnasawo

matang, gizi cukup, panjang badan seratus enam puluh lima sentimeter dan berat lima puluh lima

kilogram dan zakar telah

disunat-----------------------------------------------------------------------------------------

8. Rambut cepak, bulu mata hitam, alis hitam lebat--------------------------------------------

9. Kedua mata tertutup, selaput bening mata jernih, pupil dengan diameter 4 mm, iris coklat,

selaput kelopak mata kanan dan kiri berwarna merah muda, tidak tampak perdarahan maupun

pelebaran pembuluh

darah------------------------------------------------------------------------------------------------------

10. Hidung mancung, kedua telinga berbentuk biasa------------------------------------------------------

11.Mulut tertutup. Kedua bibir tampak tebal. Gigi geligi lengkap, tidak ada

tambalan------------------

12. Lubang hidung, telinga mulut dan lubang tubuh lainnya tidak mengeluarkan cairan atau

darah----

13. Alat kelamin dan lubang dubur berbentuk biasa tidak menunjukan kelainan----------------------

*Alamat korespondensi Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida WacanaEmail : [email protected]

Page 38: Forensik Blok 30 Kasus 1 Lia

14. Pada tubuh terdapat luka pada daerah ketiak sebelah kiri berjarak tiga sentimeter dari puncak

atas ketiak bagian pertengahan jika ditarik garis lurus dari atas ke bawah, tampak mengenai

pembuluh darah besar di daerah ketiak. Dengan kedua sudut luka tajam, berbentuk garis, tidak

terdapat jembatan jaringan, dasar luka lurus, kedalaman luka tiga sentimeter.

------------------------------------

15. Terdapat pula luka dua sentimeter dibawah lutut kanan dan tampak kepingan kaca dengan

permukaan tidak rata dan tajam dengan panjang kali lebar enam kali satu sentimeter cm, kedalam

luka dua sentimeter dengan dasar luka berupa titik. juga terdapat luka lima sentimeter diatas

pergelangan kaki kiri dengan kepingan kaca tidak rata dan tajam dengan panjang kali lebar lima

kali dua sentimeter dengan kedalaman luka satu sentimeter dengan dasar luka berupa

titik-------------------

II. Pemeriksaan dalam (bedah jenazah)

16. Tidak terdapat patah pada tulang iga beserta pelebaran sela

iga--------------------------------------

17. Jaringan lemak bawah kulit daerah dada dan perut berwarna kuning kecoklatan tebal di

daerah dada lima milimeter sedangkan di daerah perut sebelas sentimeter. Otot - otot berwarna

coklat cukup

tebal.--------------------------------------------------------------------------------------------------------------

18. Jaringan bawah kulit daerah leher dan otot leher tidak menunjukan

kelainan.-----------------------

19. Kandung jantung tampak tiga jari diantara kedua tepi paru. Dalam kandung jantung terdapat

darah sebanyak seratus sentimeter kubik. Paru kanan dan kiri cukup

mengembang.----------------------

*Alamat korespondensi Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida WacanaEmail : [email protected]

Page 39: Forensik Blok 30 Kasus 1 Lia

20. Dinding rongga perut tampak licin berwarna kelabu mengkilat. Dalam rongga perut tidak

terdapat darah maupun cairan. Tirai usus tampak menutupi sebagian besar

usus-------------------------

21. Lidah berwarna kelabu, perabaan lemas, tidak terdapat bekas tergigit maupu resapan darah.

Tonsil tidak membesar dan penampangnya tidak menunjukkan kelainan. Kelenjar gondok

berwarna coklat merah, tidak membesar dan penampangnya tidak menunjukkan kelainan, berat

dua puluh

gram.-------------------------------------------------------------------------------------------------------------

22. Batang tenggorok dan cabangnnya kosong, berwarna putih dan tidak menunjukan

kelainan.-------

23. Kerongkongan kosong, selaput lendir berwarna

putih.-------------------------------------------------

24. Paru kanan terdiri dari tiga baga, berwarna kelabu dan perabaan seperti karet busa,

penampangnya tidak tampak kelainan dan irisan tidak keluar darah. Pada paru kiri terdapat dari

dua baga, berwarna kelabu dan perabaan seperti karet busa, penampangnya tidak tampak

kelainan dan irisan tidak keluar darah. Berat paru kiri empat ratus gram dan berat paru kanan

empat ratus gram.----

25. Jantung tampak sebesar tinju kanan mayat. Selaput luar jantung tampak licin. Katup jantung

tidak menunjukkan kelainan. Dinding jantung

menebal.------------------------------------------------------

26. Hati warna coklat permukaan rata, tepi tumpul, perabaan kenyal padat.Penampang hati merah

coklat dan gambaran hati jelas. Berat hati 1100

gram.--------------------------------------------------------

27. Kandung empedu berisi cairan hijau,selaput lendir berwarna hijau seperti beludru.Saluran

tidak ada

penyumbatan.-------------------------------------------------------------------------------------------------

*Alamat korespondensi Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida WacanaEmail : [email protected]

Page 40: Forensik Blok 30 Kasus 1 Lia

28. Limpa berwarna ungu kelabu. Permukaan keriput dan perabaan lembek. Penampang

berwarna merah hitam dengan gambaran limpa jelas. Berat limpa seratus

gram.--------------------------------------

29. Kelenjar liur perut berwarna putih kuning, permukaan belah belah penampangnya tidak

menunjukkan kelainan. Berat delapan puluh

gram.-------------------------------------------------------------

30. Lambung kosong. Selaput lendir berwarna putih dan lipatan normal. Usus duabelas jari,usus

halus, usus besar normal.----------------------------------------------------------------------------------

31. Anak ginjal kanan berbentuk trapesium dan kiri berbentuk trapesium. Gambaran kulit dan

sumsum tidak menunjukkan kelainan. Berat anak ginjal kanan delapangram dan yang kiri

delapan

gram.-------------------------------------------------------------------------------------------------------------

32. Ginjal kanan dan kiri berimpai lemak tipis simpai ginjal kanan dan kiri tampak rata dan licin

berwarna coklat dan mudah dilepas. Berat ginjal kanan 80 gram danyang kiri 90 gram.

Penampang ginjal menunjukkan gambaran yang jelas, piala ginjal dan saluran kemih tidak

menunjukkan

kelainan.------------------------------------------------------------------------------------------------------

33. Kandung kencing berisi cairan berwarna kekuningan dan berwarna putih, tidak menunjukkan

kelainan.----------------------------------------------------------------------------------------------------------

-

34. Kulit kepala bagian dalam bersih. Tulang tengkorak utuh selaput keras otak tidak

menunjukkan kelainan. Tidak terdapat perdarahan di atas maupun di bawah selaput keras otak.

Permukaan otak besar menunjukkan gambaran lekuk otak yang biasa, tidak terdapat perdarahan

baik pada permukaan maupun

penampangnya-------------------------------------------------------------------------------------

35. Selanjutnya dapat ditentukan saluran luka pada ketiak kiri yang menembus kulit, pembuluh

darah di sekitar ketiak, jaringan dibawah ketiak kiri, kedalaman luka tiga sentimeter. Dengan

*Alamat korespondensi Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida WacanaEmail : [email protected]

Page 41: Forensik Blok 30 Kasus 1 Lia

kedua sudut luka tajam, berbentuk garis, tidak terdapat jembatan jaringan, dasar luka lurus,

kedalaman luka tiga

sentimeter.--------------------------------------------------------------------------------------------------

36. Pada luka dua sentimeter bawah lutut sebelah kanan menembus kulit, jaringan dibawah kulit,

beserta tulang kering, dengan kedalaman luka satu sentimeter. Terdapat pula luka lima

sentimeter diatas pergelangan kaki kiri menembus kulit dan jaringan dibawah kulit dengan

kedalaman satu sentimeter.

-----------------------------------------------------------------------------------------------------------

Kesimpulan

Telah dilakukan pemeriksaan luar dan dalam terhadap mayat seorang laki-laki dewasa berumur

sekitar tiga puluh lima tahun, bangsa Indonesia, warna kulit sawo matang, gizi cukup, panjang

badan seratus enam puluh lima sentimeter. Kemungkinan kematian orang tersebut disebabkan

oleh luka terbuka pada ketiak kiri akibat kekerasan benda tajam berupa luka tusuk. Benda tajam

tersebut mengenai pembuluh darah besar di bagian ketiak sehingga terjadi perdarahan yang

menyebabkan korban kekurangan darah sehingga jantung kekurangan darah untuk memompa ke

seluruh tubuh dan melemahnya fungsi jantung. Luka pada ketiak kiri tersebut menunjukkan ciri-

ciri yang sesuai dengan kekerasan benda tajam akibat pisau bermata dua. Kemungkinan

penyebab kematian lain ialah adanya luka di kedua bagian tungkai bawah sehingga memperparah

kondisi perdarahan. Kemungkinan saat kematian korban telah berlangsung lebih dari dua puluh

empat jam.

Dokter yang memeriksa

Dr Lia Pamungkas

NIP 1563734

*Alamat korespondensi Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida WacanaEmail : [email protected]

Page 42: Forensik Blok 30 Kasus 1 Lia

Daftar pustaka

1. Kejahatan Terhadap Tubuh dan Jiwa manusia.Peraturan perundang-undangan bidang

kedokteran. Edisi kedua. Jakarta : Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 1994. h. 3-

9; 11-20; 37-40.

2. Kasus pidana. 2 april 20011.Di unduh dari :

http://www.p2kp.org/ppm/files/pdf/juklak/kasus_pidana_perdata.pdf.27 Desember

20012.

3. Prosedur medikolegal. 13 maret 2010.Di unduh dari :

http://www.scribd.com/doc/60246443/pembunuhan.27 Desember 2012.

4. Budiyanto A, Widiatmika W, Sudiono S, Winardi AM, et all. Ilmu kedokteran forensik.

Edisi pertama. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 1997. h.25-33; 71-86;

97-100; 101-106.

5. Autopsi pada kasus kematian akibat racun, Teknik autopsy forensic. Edisi keempat.

Bagian Kedokteran Forensik Fakultas kedokteran Universitas Indonesia, 2000. h. 66-9.

6. Tanatologi, Ilmu Kedokteran Forensik, Edisi Pertama; Bagian Kedokteran Forensik

Fakultas kedokteran Universitas Indonesia, 1997; Hal 26.

*Alamat korespondensi Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida WacanaEmail : [email protected]

Page 43: Forensik Blok 30 Kasus 1 Lia

*Alamat korespondensi Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida WacanaEmail : [email protected]