Upload
herdx
View
267
Download
2
Embed Size (px)
Citation preview
7/28/2019 Laporan Kasus Pasien Dengan Tetanus
1/28
1
LAPORAN KASUS PASIEN DENGAN
TETANUS
Disusun Oleh :1. Herdian W.E.P : 077001032. Deny Kriswanto : 04700188
Pembimbing : dr. David Dharmawan H., Sp.PD
Fakultas Kedokteran
Universitas Wijaya Kusuma
Surabaya
RSUD. Dr. R. SOSODORO DJATIKOESOEMO
BOJONEGORO
(2013)
7/28/2019 Laporan Kasus Pasien Dengan Tetanus
2/28
2
LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN KASUS PASIEN DENGAN DIAGNOSA TETANUS
DI RSUD DR. R. SOSODORO DJATIKOESOEMO BOJONEGORO
SMF. ILMU PENYAKIT DALAM
Mengesahkan,
Dokter Pembimbing
dr. DAVID DHARMAWAN H., Sp.PD
7/28/2019 Laporan Kasus Pasien Dengan Tetanus
3/28
1
LAPORAN KASUS
RSUD Sosodoro DjatikoesoeFakultas Kedokteran
Universitas Wijaya Kusuma Surabaya
I. Identitas penderitaNama : Tn. X
Umur : 45 tahun
Agama : Islam
Suku/Bangsa : Jawa/Indonesia
Pendidikan : SD
Pekerjaan : Petani
Status marital : Menikah
Alamat : Dsn. Trojalu Rt. 03 Rw. 01. Kec.baureno. Bojonegoro
No. RM : 314226
MRS : 20.03.2013
KRS : 30.03.2013
II. KELUHAN UTAMA :- Kejang
III. RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG (21.03.2013)kejang sejak 2 hari yang lalu, kejang 3 kali ini
Kadang-kadang terdapat kejang selama 3 menit dan selama kejang
pasien masih sadar.Badan terasa kaku sejak 2 hari yg lalu. Mulut tidak
7/28/2019 Laporan Kasus Pasien Dengan Tetanus
4/28
2
bisa di buka, hanya bias membuka 2 jari. Leher terasa kaku dan perut
keras. Ada luka di jempol kaki kanan bekas tertusuk paku sejak 9 hari
yang lalu, tapi sekarang sudah sembuh. Nafsu makan menurun, Tidak
mual, Tidak muntah, BAB biasa warna kuning, BAK biasa banyak
warna kuning .
IV. RIWAYAT PENYAKIT DAHULU :- Darah tinggi di sangkal- Kencing manis di sangkal- Terdapat bekas luka yang sudah sembuh di kaki. Akibat luka
disebabkan karena tertusuk paku 9 hari yang lalu.
V. RIWAYAT SOSIAL EKONOMI- Penderita adalah seorang petani yang tiap harinya bekerja di ladang
dan sawah.
- Penderita adalah seorang suami dari 1 orang anak laki-laki umur 20tahun.
- Lama perkawinan 25 tahun.-
Istri penderita pekerjaan sehari-hari juga sebagai Petani.
- Kebiasaan merokok dan minum kopi ada.
VI. RIWAYAT PENYAKIT KELUARGA- Hipertensi disangkal- Kencing manis disangkal
7/28/2019 Laporan Kasus Pasien Dengan Tetanus
5/28
3
- Alergi obat disangkal- Riwayat mati mudah tidak ada dalam keluarga
VII. ANAMNESA MAKANAN- Makan teratur 2x sehari jumlah besar- Makan nasi dengan sayur beragam dan cukup- Protein hewani dan nabati jumlah kurang- Lemak tidak suka- Makan sayur lalapan suka- Makan buah-buahan jumlah kurang- Alergi makanan di akui tidak ada
VIII. PEMERIKSAAN FISIKKeadaan umum dan vital sign
Keadaan umum : Tampak sakit sedang
Kesadaran : Compos mentis
Tekanan darah : 120/80 mmHg
Nadi : 84x / menit, teratur kuat
RR : 22x / menit, regular
Temperature : 36,5oC
Gizi : Kesan cukup
TB : 160 cm
BB : 51 kg
Kepala/Leher : A/I/C/D = - / - / - / -
7/28/2019 Laporan Kasus Pasien Dengan Tetanus
6/28
4
Umum :
- Facies leonine (-), full moon face (-)- Kulit muka anemis (-)- Rambut normal, tidak mudah dicabut- Nyeri tekan kepala (-)Mata :
- Alis normal- Bola mata normal, exophtalmus (-), nystagmus (-)- Kelompak : Edema (-), Ptosis (-), Xantelasma (-)- Konjunctiva : Anemi - / -, Hiperemi - / - , Kering - / -- Sclera : Ikterus (-), Pterygium - / -- Pupil : Bulat (+), Isokor (+), Reflek cahaya + / +- Lensa : Katarak - / -- Visus : Counting Finger (-)Telinga : Bentuk normal, secret - / -, Pendengaran baik
Hidung : Deviasi septum (-), Sekret - / -, Epistaksis - / -
Pernafasan cuping hidung (-)
Mulut : Bibir Cynosis (-), Pigmentasi (-), Trismus (+) 2 cm
Gigi : Caries (-), goyah (-)
Gusi : Hyperemia (-), perdarahan (-), edema (-)
Mucosa : Pucat (-), moniliasis (-)
Lidah : Lidah tifoid (-)
Faring : Hyperemis (-), Disfagia (+)
Palatum : Anemia (-), Ikterus (-)
7/28/2019 Laporan Kasus Pasien Dengan Tetanus
7/28
5
Leher : Simetris, kaku kuduk (+), scrofuloderma (-)
JVP tidak meningkat
Pembesaran KGB (-)
Pembesaran tyroid (-)
Thorax :
Pulmo :
Ispeksi : Pergerakan nafas simetris (+), retraksi ics (-), tidak ada jejas.
Palpasi: Simetris, fremitus raba teraba normal, fremitus vocal (+)
Perkusi : sonor sonor
sonor sonor
sonor sonor
Auskultasi : Rhonchi - / - whesiing - / -
COR
Inspeksi : Ictus cordis nampak di ICS V MCL kiri
Palpasi : Ictus cordis teraba di ICS V MCL kiri
Perkusi : Batas jantung kiri ICS V MCL kiri, batas jantung
kanan ICS V parasternal kanan
Auskultasi : S1 S2 tunggal regular, ES (-), mur-mur (-), Gallop
(-)
ABDOMEN
Inspeksi : Distensi (-)
7/28/2019 Laporan Kasus Pasien Dengan Tetanus
8/28
6
Auskultasi : Peristaltik / bising usus normal,
Perkusi : Meteorismus (-)
Palpasi : Supel, hepar / lien tidak teraba
Ginjal tak teraba
Nyeri tekan (-)
Perut papan (+)
Ekstremitas atas
Capillary refill : < 2 detik
Akral hangat +/+
Edema -/-
Ekstremitas bawah
Akral hangat +/+
Edema
Gangrene - / -
Tulang belakang :
- Normal- Kiphosis (-)- Scoliosis (-)-
Spina bifida (-)
Punggung
- Optitotonus (+)
Problem list :
- Mulut terasa kaku
- -
- -
7/28/2019 Laporan Kasus Pasien Dengan Tetanus
9/28
7
- Leher kaku- Susah makan- Perut kaku- Opistotonus- Kejang
IX. ASSESMENTDiagnosa klinis : Tetanus
Diagnosa etiologi : Clostridium tetani
Diagnosa anatomi : Intoksikasi axonal
Diagnosa Differential : Meningitis
Epilepsi
EPS
X. Usul pemeriksa penunjang : Tidak adaXI. Planning
Non farmakologis
- Bed rest ditempat isolasi : cahaya remang-remang, jauh dari suaragaduh dan ribut, tidak mengalami kontak (sentuhan) dengan keluarga.
- Diet cair tinggi kalori, tinggi proteinFarmakologis
- Infuse D5 RL 2 : 1- Injeksi ATS 5000 ui- Inj. diazepam 4 X 1 ampul (iv)- PPC 1,2 juta ui (im)
7/28/2019 Laporan Kasus Pasien Dengan Tetanus
10/28
8
Planning monitoring:
- Observasi TTV- Observasi kejang
7/28/2019 Laporan Kasus Pasien Dengan Tetanus
11/28
9
LEMBAR PERJALANAN PENYAKIT
N
O
TGL DATA SUBYEKTIF DAN OBYEKTI TERAPI
22/03/13
Hari 2
Kejang (+) 2x Leher kaku (+) Mulut
tidakbisa di buka 2 jari.Perut seperti papan
Makan minum sedikit. Mual (-)
muntah(-)Pusing (-)
Ku: Lemah
TD : 120/80 mmHg suhu : 36,5
HR : 84x RR : 22x
K/L : A/I/C/D : -/-/-/-
Kaku kuduk (+)
Thorak : cor s1 s2 tunggal ireguler
m(-) g(-)
Pulmo : Rh - - Wh - -
- - - -
- - - -
Opistotonus (+)
Abd : Met (-) nyeri tekan (-) Bu (+)
Ext : Oedem - -
- -
Akral : hangat
A: Tetanus
Inf D5 : RL 2:1
Inj PPC 1,2jt ui (im)
Inj Diazepam 4X1 (iv)
7/28/2019 Laporan Kasus Pasien Dengan Tetanus
12/28
10
- 23/03/13
Hari 3
Kejang (+) 3x Leher kaku (+) Mulut
tidakbisa di buka 2 jari.Perut seperti papan
Makan minum sedikit. Mual (-)
muntah(-)Pusing (+)
Ku: Lemah
TD : 120/80 mmHg suhu : 36,7
HR : 88x RR : 20x
K/L : A/I/C/D : -/-/-/-
Kaku kuduk (+)
Thorak : cor s1 s2 tunggal ireguler
m(-) g(-)
Pulmo : Rh - - Wh - -
- - - -
- - - -
Opistotonus (+)
Abd : Met (-) nyeri tekan (-) Bu (+)
Ext : Oedem - -
- -
Akral : hangat
A: Tetanus
Inf D5 : RL 2:1
Inj PPC 1,2jt ui (im)
Inj Diazepam 4X1 (iv)
Tab Mertigo 3X1
7/28/2019 Laporan Kasus Pasien Dengan Tetanus
13/28
11
- 24/03/13
Hari 4
Kejang (+) 1x Leher kaku (+) Mulut
tidakbisa di buka 2 jari.Perut seperti papan
Makan minum sedikit. Mual (-)
muntah(-)Pusing (-)
Ku: Lemah
TD : 120/70 mmHg suhu : 36,5
HR : 80x RR : 22x
K/L : A/I/C/D : -/-/-/-
Kaku kuduk (+)
Thorak : cor s1 s2 tunggal ireguler
m(-) g(-)
Pulmo : Rh - - Wh - -
- - - -
- - - -
Opistotonus (+)
Abd : Met (-) nyeri tekan (-) Bu (+)
Ext : Oedem - -
- -
Akral : hangat
A: Tetanus
Inf D5 : RL 2:1
Inj PPC 1,2jt ui (im)
Inj Diazepam 4X1 (iv)
Tab Mertigo 3X1
7/28/2019 Laporan Kasus Pasien Dengan Tetanus
14/28
12
- 25/03/13
Hari 5
Kejang (+) 1x Leher kaku (+) Mulut
tidakbisa di buka 3 jari.Perut seperti papan
Makan minum sedikit. Mual (-)
muntah(-)Pusing (-)
Ku: Lemah
TD : 120/80 mmHg suhu : 36,4
HR : 80x RR : 20x
K/L : A/I/C/D : -/-/-/-
Kaku kuduk (+)
Thorak : cor s1 s2 tunggal ireguler
m(-) g(-)
Pulmo : Rh - - Wh - -
- - - -
- - - -
Opistotonus (+)
Abd : Met (-) nyeri tekan (-) Bu (+)
Ext : Oedem - -
- -
Akral : hangat
A: Tetanus
Inf D5 : RL 2:1
Inj PPC 1,2jt ui (im)
Inj Diazepam 4X1 (iv)
7/28/2019 Laporan Kasus Pasien Dengan Tetanus
15/28
13
- 26/03/13
Hari 6
Kejang (-) Leher kaku (+) Mulut tidakbisa di
buka 3 jari.Perut seperti papan Makan
minum sedikit. Mual (-)
muntah(-)Pusing (-)
Ku: Lemah
TD : 120/80 mmHg suhu : 36,6
HR : 80x RR : 20x
K/L : A/I/C/D : -/-/-/-
Kaku kuduk (+)
Thorak : cor s1 s2 tunggal ireguler
m(-) g(-)
Pulmo : Rh - - Wh - -
- - - -
- - - -
Opistotonus (+)
Abd : Met (-) nyeri tekan (-) Bu (+)
Ext : Oedem - -
- -
Akral : hangat
A: Tetanus
Inf D5 : RL 2:1
Inj PPC 1,2jt ui (im)
Inj Diazepam 4X1 (iv)
7/28/2019 Laporan Kasus Pasien Dengan Tetanus
16/28
14
- 27/03/13
Hari 7
Kejang (-) Leher kaku (+) Mulut tidakbisa di
buka 3 jari.Perut seperti papan Makan
minum biasa. Mual (-)
muntah(-)Pusing (-)
Ku: Lemah
TD : 120/70 mmHg suhu : 36,5
HR : 80x RR : 20x
K/L : A/I/C/D : -/-/-/-
Kaku kuduk (+)
Thorak : cor s1 s2 tunggal ireguler
m(-) g(-)
Pulmo : Rh - - Wh - -
- - - -
- - - -
Opistotonus (+)
Abd : Met (-) nyeri tekan (-) Bu (+)
Ext : Oedem - -
- -
Akral : hangat
A: Tetanus
Inf D5 : RL 2:1
Inj PPC 1,2jt ui (im)
Tab Diazepam 4X1
7/28/2019 Laporan Kasus Pasien Dengan Tetanus
17/28
15
- 28/03/13
Hari 8
Kejang (-) Leher kaku (-) Mulut sydah bisa
di buka.Perut seperti papan, Makan minum
biasa. Mual (-)
muntah(-)Pusing (-)
Ku: Lemah
TD : 120/70 mmHg suhu : 36,5
HR : 80x RR : 20x
K/L : A/I/C/D : -/-/-/-
Kaku kuduk (-)
Thorak : cor s1 s2 tunggal ireguler
m(-) g(-)
Pulmo : Rh - - Wh - -
- - - -
- - - -
Opistotonus (-)
Abd : Met (-) nyeri tekan (-) Bu (+)
Ext : Oedem - -
- -
Akral : hangat
A: Tetanus
Inf D5 : RL 2:1
Inj PPC 1,2jt ui (im)
Tab Diazepam 4X1
7/28/2019 Laporan Kasus Pasien Dengan Tetanus
18/28
16
- 29/03/13
Hari 9
Kejang (-) Leher kaku (-) Mulut sudah bisa
di buka.Perut sudaah mulai lemas. Makan
minum biasa. Mual (-)
muntah(-)Pusing (-)
Ku: Lemah
TD : 120/60 mmHg suhu : 36,5
HR : 81x RR : 20x
K/L : A/I/C/D : -/-/-/-
Kaku kuduk (-)
Thorak : cor s1 s2 tunggal ireguler
m(-) g(-)
Pulmo : Rh - - Wh - -
- - - -
- - - -
Opistotonus (-)
Abd : Met (-) nyeri tekan (-) Bu (+)
Ext : Oedem - -
- -
Akral : hangat
A: Tetanus
Inf D5 : RL 2:1
Inj PPC 1,2jt ui (im)
Tab Diazepam 4X1
- 30/03/13
Hari 10
Kejang (-) Leher kaku (-) Mulut sudah bisa
di buka.Perut sudaah mulai lemas. Makanminum biasa. Mual (-)
muntah(-)Pusing (-)
Ku: Lemah
TD : 120/60 mmHg suhu : 36,5
HR : 78x RR : 20x
K/L : A/I/C/D : -/-/-/-
Kaku kuduk (-)
Inf D5 : RL 2:1
Inj PPC 1,2jt ui (im)Tab Diazepam 4X1
7/28/2019 Laporan Kasus Pasien Dengan Tetanus
19/28
17
Thorak : cor s1 s2 tunggal ireguler
m(-) g(-)
Pulmo : Rh - - Wh - -
- - - -
- - - -
Opistotonus (-)
Abd : Met (-) nyeri tekan (-) Bu (+)
Ext : Oedem - -
- -
Akral : hangat
A: Tetanus
-
7/28/2019 Laporan Kasus Pasien Dengan Tetanus
20/28
18
PEMBAHASAN
Definisi
Tetanus adalah kelainan nurologik, yang ditandai oleh peningkatan tonus
dan spasme otot, yang disebabkan oleh tetanospasmin, suatu toksin protein kuat
yang dihasilkan oleh Clostridium tetani. Tetanus terdapat dalam beberapa bentuk
klinis, termasuk penyakit yang generalisata, neonatal dan terlokalisasi. (3)
Epidiemologi
Tetanus masih merupakan penyakit yang membebani di seluruh dunia
terutama di negara beriklim tropis dan negara-negara sedang berkembang, sering
terjadi di Brazil, Filipina, Vietnam, Indonesia dan negara lain di benua Asia.
Penyakit ini umum terjadi di daerah pertanian, di daerah pedesaan, pada daerah
dengan iklim hangat, selama musim panas dan pada penduduk pria. Pada negara-
negara tanpa program imunisasi yang komprehensif, tetanus terjadi terutama pada
neonates dan anak-anak.(1)(3)
Di Amerika Serikat, sebagian besar tetanus terjadi setelah cedera akut,
seperti luka tusuk, laserasi, atau abrasi, dan sering didapat di dalam rumah, selama
berkebun atau berternak, atau dalam kegiatan di luar rumah lainnya. Cideranya
bisa besar tetapi sering kali yang sepele, sehingga tidak mencari pertolongan
secara medis. Penyakit ini dapat merupakan komplikasi pada penyakit menahun
seperti ulkus kulit, abses, dan gangrene. Tetanus juga dikaitkan dengan luka
bakar, sengatan beku (frostbite), infeksi telinga, pembeahan, abortus, partus, dan
penyalahgunaan obat, terutama poping kulit. Pada beberapa pasien tidak
ditemukan adanya jalan masuk.(1)(3)
Pathogenesis
Clostridium tetani, merupakan basil obligat gram positif anaerob,
menyebabkan tetanus. Bakteri ini nenoncapsulated dan bentuk spora, yang tahan
terhadap panas, pengeringan, dan disinfektan. Spora ini ditemukan di tanah, debu,
rumah, usus hewan, dan kotoran manusia. Dalam kondisi anaerobic, spora ini
mensekresikan dua macam toksin yiatu tetanospasmin dan tetanolysin.
7/28/2019 Laporan Kasus Pasien Dengan Tetanus
21/28
19
Tetanolysin mampu secara lokal merusak jaringan yang masih hidup yang
mengelilingi sumber infeksi dan mengoptimalkan kondisi yang memunginkan
multiplikasi bakteri. Tetanospasmin adalah racun saraf dan menyebabkan
manifestasi klinis tetanus. Tetanospasmin yang dilepaskan oleh basil tetanus
didistribusikan melalui sirkulasi limfatik dan pembuluh darah untuk mengakhiri
axon semua saraf. Tetanospasmin kemudian masuk sistem saraf perifer di
persimpangan myoneural dan diangkut centripetally menjadi neuron sistem saraf
pusat (SPP). Dosis mematikan diperkirakan minimum adalah 2,5 nanogram per
kilogram berat daban (nanogram adalah satu miliar gram), atau 175 nanogram
untuk 70 kg (154 lb) manusia. Neuron ini menjadi tidak mampu melepaskan
neurotransmitter. Neuron, yang melepaskan asam gamma aminobutyric
(GABA) dan glisin, neurotransmitter penghambat utama, sangat sensitive terhaap
tetanospasmin, menyebabkan kegagalan penghambatan respon motor refleks
terhadap rangsangan sensorik. Hal ini menyebabkan kontraksi umum dari agonis
dan antagonis karakteristik kejang otot dari berhubungan dengan tetanus. Saraf
perifer terpendek adalah yang pertama untuk memberikan racun ke SSP, yang
mengarah paa gejala awal dan kembali distrosi wajah dan leher kaku. Setelah
toksin menjadi tetap untuk neuron, tidak bisa dinetralisir dengan antitoksin.
Pemulihan fungsi saraf dari racun tetanus membutuhkan tumbuh dari terminal
saraf baru dan pembentukan sinapsis baru.(2)
Etiologi
Tetanus disebabkan oleh basil gram positif, Clostridium tetani. Bakteri
ini terdapat dimana-mana, dengan habitat alamnya di tanah, tetapi dapat juga
diisolasi dari kotoran binatang peliharaan dan manusia. Bakteri berbentuk batangyang selalu bergerak, dan merupakan bakteri anaerob obligat yang menghasilkan
spora. Spora yang dihasilkan tidak berwarna, berbentuk oval, menyerupai raket
tenes atau paha ayam. Spora ini tahap terhadap sinar matahari dan bersifat resisten
terhadap berbagai desinfektan dan pendidikan selama 20 menit. Sel yang
terinfeksi oleh bakteri ini dengan mudah dapat diinaktivasi dan bersifat terhadap
beberapa antibiotik (metronidazol, penisilin dan lainnya).(1)(3)(5)
7/28/2019 Laporan Kasus Pasien Dengan Tetanus
22/28
20
Tetanospasmin dibentuk pada sel vegetative dibawah kendali plasmid.
Toksin ini merupakan rantai polipeptida tunggal. Pada autolysis, toksin rantai
tunggal ini dibebaskan dan dipecah menjadi bentuk heterodimer yang
mengandung rantai berat (berat molekul 100.000) dan rantai ringan (berat molekul
50.000) yang dihubungkan oleh ikatan disulfide. Struktur asam amino kedua
toksin yang dikenal sangat kuat, yaitu toksin botulinu dan tetanus, adalah sebagai
homolog.(3)
Diagnosa
Dignosa tetanus mutlak didasarkan pada gejala klinis. Tetanus tidaklah
mungkin apabila terdapat riwayat serial vaksinasi yang telah diberikan secara
lengkap dan vaksin ulangan yang sesuai setelah diberikan. Sekret luka hendaknya
dikultur pada kasus yang dicurigai tetanus. Namun demikian, C. tetani dapat
diisolasi dari luka pasien tanpa tetanus sering tidak dapat ditemukan dari luka
pasien tetanus, kultur yang positif, bukan merupakan bukti bahwa organisme
tersebut mengandung toksin dan menyebabkan tetanus. Leukosit mungkin
meningkat. Pemeriksaan cairan seresbrospinal menunjukkan hasil yang normal.
Elektromyogram mungkin menunjukkan impuls unit-unit motorik dan
pemendekan atau tidak adanya interval tenang yang secara normal dijumpai
setelah potensial aksi. Perubahan non spesifik dapat dijumpai pada
elektrokardiogram. Enzim otot mungkin meningkat. Kadar antitoksi serum > 0,15
U/ml dianggap protektif dan pada kadar ini tetanus tidak mungkin terjadi,
walaupun ada beberapa kasus yang terjadi pada kadar anti toksin yang protektif.(1)
DIAGNOSA BANDINGDiagnosa diferensialnya mencakup kondisi lokal yang dapat
menyebabkan trimus, seperti abses alveolar, keracunan striknin reaksi obat
distonik, (misanya terhadap fenotiasin dan metoklopramid) tetanus hipokalsemik,
dan perubahan-perubahan metabolic dan neurologis pada neonatal. Kondisi-
kondisi lain yang dikacaukan dengan tetanus meliputi meningitis/ensefalitis,
rabies dan proses intraabdominal akut (karena kekakuan abdomen). Meningkatnya
tonus pada otot sentral (wajah, leher, dada, punggung dan perut) yang tumpang
7/28/2019 Laporan Kasus Pasien Dengan Tetanus
23/28
21
tindih dengan spasme generalisata dan tidak terlibatnya tangan dan kaki secara
kuat menyokong diagnosa tetanus.(1)(5)
KOMPLIKASI
Jalan nafas : aspirasi, laringospasme / obstruksi, obstruksi berkaitandengan sedative
Respirasi : apnea, hipoksia, gagal napas tipe 1 (atelektasis, aspirasi,pneumonia), gagal napas tipe 2 (spasme laryngeal, spasme trunkal
berkepanjangan, sedasi berlebihan), komplikasi bantuan ventilasi
berkepanjangan (seperti pneumonia), komplikasi trakeostomi (seperti
stenosis trachea).
Kardiovaskuler : takikardi, hipertensi, iskemia, hipotensi, bradikardia,takiaritmia, bradiartmia, gagal jantung.
Ginjal : gagal ginjal curah tinggi, gagal ginjal oligouria, stasis urindan infeksi.
Gastrointestinal : stasis gaster, ileus, diare, pendarahan. Lain lain : penurunan berat badan, trombeombolus, sepsis, fraktur
vertebra selama spasme, rupture tendon akibat spasme.(1)
PENATALAKSANAAN TETANUS
Tindakan umum
Pasien harus dimasukkan ke dalam ruangan yang tenang alam unit
kardiopulmoner dilakukan terusmenerus, tetapi rangsangan dapat diminumkan.
Perlindungan saluran napas adalah vital. Luka harus dieksplorasi.(3)
Terapi antibiotik
Penisilin parenteral (10-12 juta unit per hari selama 10 hari) diberikan untuk
membasmi sel vegetative, sumber toksin. Klindamisin, eritromisin, atau
metronidazol dapat diberikan sebagai pada pasien yang alergi penisilin.(3)(5)
7/28/2019 Laporan Kasus Pasien Dengan Tetanus
24/28
22
Antitoksin
Diberikan untuk menetralkan toksin yang tersirkulasi dan terikat pada luka,
antitoksin secara efektif menurunkan kematian, toksin yang sudah terikat pad
jaringan saraf yang tidak terpengaruh. Globulin imun tetanus manusia (TIG)
adalah sediaan pilihan dan harus diberikan segera. Dosis 3000-6000 unti secara
intramuskular, biasanya dalam dosis terbagi karena volumenya besar.(3)
Pencegahan tetanus : 1 dosis profilaktik (1.500 IU) atau lebih, diberikan
secara intramuskuler secepat mungkin kepada seseorang yang luka dan
terkontaminasi dengan tanah, debut jalan atau bahan lainnya yang dapat
menyebabkan infeksi Clostridium tetani. Dua minggu kemudian diberikan
kekebalan aktif dengan vaksin jerap tetanus, supaya jika mendapat luka lagi tidak
perlu diberi serum anti tetanus profilaktik, tetapi cukup diberi booster vaksin jerap
tetanus. Untuk pencegahan tiap ml mengandung : antioksin tetanus 1.500 IU,
Fenol 0,25% v/v. Untuk pengobatan tiap ml mengandung : antioksin tetanus 5.000
IU, fenol 0,25% untuk pengobatan : 10.000 IU atau lebih, secara intramuskuler
atau intravena, tergantung keparahan keadaan penderita.(4)
Pengendalian spasme otot
Diazepam, suatu benzodiazepim dan agonis GABA, luas dipakai. Dosisnya
dan lain, dan dosis besar (250 mg/hari atau lebih) mungkin dibutuhkan.
Lorazepma, dengan masa kerja lebih lama, dan midazolam, yang masa paruhnya
lebih singkat perlu diberikan melalui infuse intravena secara terus-menerus,
sebagai pilihan lain. Barbiturate dan klorpromazin juga digunakan. Hambatan
neuromuskuler disertai ventilasi mekanis sangat efektif untuk mengobati spasme
berat yang tiak peka terhadap pengobatan atau spasme yang mengancamventilasi.(3)
Disfungsi autonomic
Yang dipertimbangkan adalah labetalol (agen penghambat alfa dan beta
yang dianjurkan oleh beberapa pakar, tetapi kematian mendadak telah ditemukan).
Esmolol dengan infus terus menerus (penyekat beta yang masa paruhnya pendek
7/28/2019 Laporan Kasus Pasien Dengan Tetanus
25/28
23
dapat menguntungkan pada keadaan hipotensi atau brakikartdia), klonidin (obat
antiadrenergik yang bekerja sentral), morfin sulfat.(3)
Tindakan tambahan
Tindakan ini mencakup hidrasi untuk mengendalikan kehilangan cairan
insensible dan lainnya, yang bisa dalam jumlah besar. Kebutuhan gizi yang
meninggi, yang dapat dipenuhi melalui enteral atau cara parenteral. Fisioterapi
untuk mencegah kontraktur, dan heparin untuk mencegah emboli paru. Fungsi
usus besar, kandung kemih, dan ginjal harus dipantau. Pendarahan saluran cerna
dan ulkus dekubitus harus dicegah, dan infeksi oportunis harus diobati.(1)(3)
Vaksinasi
Pasien yang sembuh dan tetanus hendaknya secara aktif diimunisasi karena
imunitas tidak diinduksi oleh toksin dalam jumlah kecil yang menyebabkan
tetanus.(1)
PROGNOSIS
Penerapan metode untuk menyokong respirasi telah semakin memperbaiki
prognosis pada tetanus. Angka kematian telah menjadi serendah-rendahnya 10
persen, seperti dilaporkan dari unit yang biasa menangani kasus seperti ini. Di
Amerika Serikat, angka kematian keseluruhan selama tahun 19871988 adalah 2
persen. Jumlah kasus lebih buruk pada tetanus neonatal dan usia lanjut, dan pada
mereka dengan masa inkubasi yang lebih pendek, waktu selang singkat sejak
gejala sampai diterima di rumah sakit, atau jangka waktu pendek sejak gejala
sampai kejang pertama.(3)
Proses tetanus dapat melampaui 4-6 minggu, dan pasien mungkinmembutuhkan dukungan ventilasi selama 3 minggu dalam masa ini. Tonus yang
meningkat dan spasme kecil dapat bertahan berbulan-bulan, tetapi pemulihannya
biasanya sempurna.(3)
Prognosis tetanus diklasifikasikan dari tingkat keganasannya, dimana :
1. Ringan ; trismus lebih dari 3 cm bila tidak adanya kejang umum(generalized spasme)
2. Sedang ; trismus kurang dari 3 cm bila sekali muncul kejang umum.
7/28/2019 Laporan Kasus Pasien Dengan Tetanus
26/28
24
3. Berat ; trismus kurang dari 1 cm bila kejang umum yang berat seringterjadi.
Masa inkubasi neonatal tetanus berkisar antara 3 14 hari, tetapi bisa lebih
pendek atau lebih panjang. Berat ringatnya penyakit juga tergantung pada
lamanya masa inkubasi, makin pendek masa inkubasi prognosanya makin jelek.(4)
Dipengaruhi oleh beberapa faktor :
1) Masa inkubasiMakin panjang masa inkubasi biasanya penyakit makin ringan,
sebaliknya makin pendek masa inkubasi penyakit makin berat. Pada
umumnya bila inkubasi kurang dari 7 hari maka tergolong berat.
2) UmurMakin muda umur penderita seperti pada neonates maka prognosanya
makin jelek.
3) Period of onsetPeriod of onset adalah waktu antara timbulnya gejala tetanus, misalnya
trismus sampai terjadi kejang umum. Kurang dari 48 jam, prognosa
jelek.
4) PanasPada tetanus febris tidak selalu ada. Adanya hiperpireksia maka
prognosanya jelek.
5) PengobatanPengobatan yang terlambat prognosa jelek.
6) Ada tidaknya komplikasi7) Frekuensi kejang
Semakin sering kejang semakin jelek prognosanya
7/28/2019 Laporan Kasus Pasien Dengan Tetanus
27/28
25
KESIMPULAN
Tetanus merupakan penyakit infeksi tropic yang disebabkan oleh kuman
gram positif Clostridium tetani, yang port de entry nya melalui luka yang kotor.
Manifestasi tidak deman, dan kesadaran compos mentis. Diakibatkan oleh toksin
tetanospasmin yang merangsang pelepasan neurotransmitter GABA pada ujung
axon terminal (motor en plate). Tetanospasmin merupakan salah satu toksin yang
mematikan, dosis letalnya pada manusia sangat kecil yaitu 175 nanogram untuk
berat badan 70kg. diagnosa tetanus didasarkan semata-mata oleh adanya riwayat
luka kotor yang diikuti dengan manifestasi klinis yang mengarah ke tetanus.
Penatalaksanaan tetanus dilakukan debridementpada tempat luka diikutin dengna
pemberian antitetanus serum, dan medikamentosa.
7/28/2019 Laporan Kasus Pasien Dengan Tetanus
28/28
DAFTAR PUSTAKA
1. Gatoet I, TETANUS, Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam (PAPDI); Editor;Sudoyo AW, Setioyohadi B, Idrus AK, Marcellus S, Siti S ; jilid III, Edisi IV,
penerbit : Ilmu Penyakit DAlam FKUI, (2006) hal 17991806.
2. Daniel J Dire, TETANUS, Clinical Professor, Departement of EmergencyMedicine, University of Texas-Houston; Clinical Professor, Departement of
Pediatrics, University of Texax Health Sciences Center, San Antonio, Texas.
Last update Sep 16,2010.
3. Elias A, TETANUS, Prinsip-Prinsip Ilmu Penyakit Dalam (HORISON);Editor; Kurt J. Isselbacher, Eugene Braunwald, Jean D. Wilson, Martin, Fauci,
Kasper ; Volume 2, Penerbit : Buku Kedokteran EGC, (1995) hal 711713.
4. http://dinkeskabtasik.com/index.php/informasi-obat/367-serum-anti-tetanus.html
5. David CD, TETANUS, Profesor of Medicine, Division of General Medicine,Departement of Medicine, University of Washingtong School of Medicine,
Washington. Update Des 13, 2009
http://dinkeskabtasik.com/index.php/informasi-obat/367-serum-anti-tetanus.htmlhttp://dinkeskabtasik.com/index.php/informasi-obat/367-serum-anti-tetanus.htmlhttp://dinkeskabtasik.com/index.php/informasi-obat/367-serum-anti-tetanus.htmlhttp://dinkeskabtasik.com/index.php/informasi-obat/367-serum-anti-tetanus.htmlhttp://dinkeskabtasik.com/index.php/informasi-obat/367-serum-anti-tetanus.htmlhttp://dinkeskabtasik.com/index.php/informasi-obat/367-serum-anti-tetanus.html