Laporan Kasus Pasien Dengan Tetanus

  • Upload
    herdx

  • View
    267

  • Download
    2

Embed Size (px)

Citation preview

  • 7/28/2019 Laporan Kasus Pasien Dengan Tetanus

    1/28

    1

    LAPORAN KASUS PASIEN DENGAN

    TETANUS

    Disusun Oleh :1. Herdian W.E.P : 077001032. Deny Kriswanto : 04700188

    Pembimbing : dr. David Dharmawan H., Sp.PD

    Fakultas Kedokteran

    Universitas Wijaya Kusuma

    Surabaya

    RSUD. Dr. R. SOSODORO DJATIKOESOEMO

    BOJONEGORO

    (2013)

  • 7/28/2019 Laporan Kasus Pasien Dengan Tetanus

    2/28

    2

    LEMBAR PENGESAHAN

    LAPORAN KASUS PASIEN DENGAN DIAGNOSA TETANUS

    DI RSUD DR. R. SOSODORO DJATIKOESOEMO BOJONEGORO

    SMF. ILMU PENYAKIT DALAM

    Mengesahkan,

    Dokter Pembimbing

    dr. DAVID DHARMAWAN H., Sp.PD

  • 7/28/2019 Laporan Kasus Pasien Dengan Tetanus

    3/28

    1

    LAPORAN KASUS

    RSUD Sosodoro DjatikoesoeFakultas Kedokteran

    Universitas Wijaya Kusuma Surabaya

    I. Identitas penderitaNama : Tn. X

    Umur : 45 tahun

    Agama : Islam

    Suku/Bangsa : Jawa/Indonesia

    Pendidikan : SD

    Pekerjaan : Petani

    Status marital : Menikah

    Alamat : Dsn. Trojalu Rt. 03 Rw. 01. Kec.baureno. Bojonegoro

    No. RM : 314226

    MRS : 20.03.2013

    KRS : 30.03.2013

    II. KELUHAN UTAMA :- Kejang

    III. RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG (21.03.2013)kejang sejak 2 hari yang lalu, kejang 3 kali ini

    Kadang-kadang terdapat kejang selama 3 menit dan selama kejang

    pasien masih sadar.Badan terasa kaku sejak 2 hari yg lalu. Mulut tidak

  • 7/28/2019 Laporan Kasus Pasien Dengan Tetanus

    4/28

    2

    bisa di buka, hanya bias membuka 2 jari. Leher terasa kaku dan perut

    keras. Ada luka di jempol kaki kanan bekas tertusuk paku sejak 9 hari

    yang lalu, tapi sekarang sudah sembuh. Nafsu makan menurun, Tidak

    mual, Tidak muntah, BAB biasa warna kuning, BAK biasa banyak

    warna kuning .

    IV. RIWAYAT PENYAKIT DAHULU :- Darah tinggi di sangkal- Kencing manis di sangkal- Terdapat bekas luka yang sudah sembuh di kaki. Akibat luka

    disebabkan karena tertusuk paku 9 hari yang lalu.

    V. RIWAYAT SOSIAL EKONOMI- Penderita adalah seorang petani yang tiap harinya bekerja di ladang

    dan sawah.

    - Penderita adalah seorang suami dari 1 orang anak laki-laki umur 20tahun.

    - Lama perkawinan 25 tahun.-

    Istri penderita pekerjaan sehari-hari juga sebagai Petani.

    - Kebiasaan merokok dan minum kopi ada.

    VI. RIWAYAT PENYAKIT KELUARGA- Hipertensi disangkal- Kencing manis disangkal

  • 7/28/2019 Laporan Kasus Pasien Dengan Tetanus

    5/28

    3

    - Alergi obat disangkal- Riwayat mati mudah tidak ada dalam keluarga

    VII. ANAMNESA MAKANAN- Makan teratur 2x sehari jumlah besar- Makan nasi dengan sayur beragam dan cukup- Protein hewani dan nabati jumlah kurang- Lemak tidak suka- Makan sayur lalapan suka- Makan buah-buahan jumlah kurang- Alergi makanan di akui tidak ada

    VIII. PEMERIKSAAN FISIKKeadaan umum dan vital sign

    Keadaan umum : Tampak sakit sedang

    Kesadaran : Compos mentis

    Tekanan darah : 120/80 mmHg

    Nadi : 84x / menit, teratur kuat

    RR : 22x / menit, regular

    Temperature : 36,5oC

    Gizi : Kesan cukup

    TB : 160 cm

    BB : 51 kg

    Kepala/Leher : A/I/C/D = - / - / - / -

  • 7/28/2019 Laporan Kasus Pasien Dengan Tetanus

    6/28

    4

    Umum :

    - Facies leonine (-), full moon face (-)- Kulit muka anemis (-)- Rambut normal, tidak mudah dicabut- Nyeri tekan kepala (-)Mata :

    - Alis normal- Bola mata normal, exophtalmus (-), nystagmus (-)- Kelompak : Edema (-), Ptosis (-), Xantelasma (-)- Konjunctiva : Anemi - / -, Hiperemi - / - , Kering - / -- Sclera : Ikterus (-), Pterygium - / -- Pupil : Bulat (+), Isokor (+), Reflek cahaya + / +- Lensa : Katarak - / -- Visus : Counting Finger (-)Telinga : Bentuk normal, secret - / -, Pendengaran baik

    Hidung : Deviasi septum (-), Sekret - / -, Epistaksis - / -

    Pernafasan cuping hidung (-)

    Mulut : Bibir Cynosis (-), Pigmentasi (-), Trismus (+) 2 cm

    Gigi : Caries (-), goyah (-)

    Gusi : Hyperemia (-), perdarahan (-), edema (-)

    Mucosa : Pucat (-), moniliasis (-)

    Lidah : Lidah tifoid (-)

    Faring : Hyperemis (-), Disfagia (+)

    Palatum : Anemia (-), Ikterus (-)

  • 7/28/2019 Laporan Kasus Pasien Dengan Tetanus

    7/28

    5

    Leher : Simetris, kaku kuduk (+), scrofuloderma (-)

    JVP tidak meningkat

    Pembesaran KGB (-)

    Pembesaran tyroid (-)

    Thorax :

    Pulmo :

    Ispeksi : Pergerakan nafas simetris (+), retraksi ics (-), tidak ada jejas.

    Palpasi: Simetris, fremitus raba teraba normal, fremitus vocal (+)

    Perkusi : sonor sonor

    sonor sonor

    sonor sonor

    Auskultasi : Rhonchi - / - whesiing - / -

    COR

    Inspeksi : Ictus cordis nampak di ICS V MCL kiri

    Palpasi : Ictus cordis teraba di ICS V MCL kiri

    Perkusi : Batas jantung kiri ICS V MCL kiri, batas jantung

    kanan ICS V parasternal kanan

    Auskultasi : S1 S2 tunggal regular, ES (-), mur-mur (-), Gallop

    (-)

    ABDOMEN

    Inspeksi : Distensi (-)

  • 7/28/2019 Laporan Kasus Pasien Dengan Tetanus

    8/28

    6

    Auskultasi : Peristaltik / bising usus normal,

    Perkusi : Meteorismus (-)

    Palpasi : Supel, hepar / lien tidak teraba

    Ginjal tak teraba

    Nyeri tekan (-)

    Perut papan (+)

    Ekstremitas atas

    Capillary refill : < 2 detik

    Akral hangat +/+

    Edema -/-

    Ekstremitas bawah

    Akral hangat +/+

    Edema

    Gangrene - / -

    Tulang belakang :

    - Normal- Kiphosis (-)- Scoliosis (-)-

    Spina bifida (-)

    Punggung

    - Optitotonus (+)

    Problem list :

    - Mulut terasa kaku

    - -

    - -

  • 7/28/2019 Laporan Kasus Pasien Dengan Tetanus

    9/28

    7

    - Leher kaku- Susah makan- Perut kaku- Opistotonus- Kejang

    IX. ASSESMENTDiagnosa klinis : Tetanus

    Diagnosa etiologi : Clostridium tetani

    Diagnosa anatomi : Intoksikasi axonal

    Diagnosa Differential : Meningitis

    Epilepsi

    EPS

    X. Usul pemeriksa penunjang : Tidak adaXI. Planning

    Non farmakologis

    - Bed rest ditempat isolasi : cahaya remang-remang, jauh dari suaragaduh dan ribut, tidak mengalami kontak (sentuhan) dengan keluarga.

    - Diet cair tinggi kalori, tinggi proteinFarmakologis

    - Infuse D5 RL 2 : 1- Injeksi ATS 5000 ui- Inj. diazepam 4 X 1 ampul (iv)- PPC 1,2 juta ui (im)

  • 7/28/2019 Laporan Kasus Pasien Dengan Tetanus

    10/28

    8

    Planning monitoring:

    - Observasi TTV- Observasi kejang

  • 7/28/2019 Laporan Kasus Pasien Dengan Tetanus

    11/28

    9

    LEMBAR PERJALANAN PENYAKIT

    N

    O

    TGL DATA SUBYEKTIF DAN OBYEKTI TERAPI

    22/03/13

    Hari 2

    Kejang (+) 2x Leher kaku (+) Mulut

    tidakbisa di buka 2 jari.Perut seperti papan

    Makan minum sedikit. Mual (-)

    muntah(-)Pusing (-)

    Ku: Lemah

    TD : 120/80 mmHg suhu : 36,5

    HR : 84x RR : 22x

    K/L : A/I/C/D : -/-/-/-

    Kaku kuduk (+)

    Thorak : cor s1 s2 tunggal ireguler

    m(-) g(-)

    Pulmo : Rh - - Wh - -

    - - - -

    - - - -

    Opistotonus (+)

    Abd : Met (-) nyeri tekan (-) Bu (+)

    Ext : Oedem - -

    - -

    Akral : hangat

    A: Tetanus

    Inf D5 : RL 2:1

    Inj PPC 1,2jt ui (im)

    Inj Diazepam 4X1 (iv)

  • 7/28/2019 Laporan Kasus Pasien Dengan Tetanus

    12/28

    10

    - 23/03/13

    Hari 3

    Kejang (+) 3x Leher kaku (+) Mulut

    tidakbisa di buka 2 jari.Perut seperti papan

    Makan minum sedikit. Mual (-)

    muntah(-)Pusing (+)

    Ku: Lemah

    TD : 120/80 mmHg suhu : 36,7

    HR : 88x RR : 20x

    K/L : A/I/C/D : -/-/-/-

    Kaku kuduk (+)

    Thorak : cor s1 s2 tunggal ireguler

    m(-) g(-)

    Pulmo : Rh - - Wh - -

    - - - -

    - - - -

    Opistotonus (+)

    Abd : Met (-) nyeri tekan (-) Bu (+)

    Ext : Oedem - -

    - -

    Akral : hangat

    A: Tetanus

    Inf D5 : RL 2:1

    Inj PPC 1,2jt ui (im)

    Inj Diazepam 4X1 (iv)

    Tab Mertigo 3X1

  • 7/28/2019 Laporan Kasus Pasien Dengan Tetanus

    13/28

    11

    - 24/03/13

    Hari 4

    Kejang (+) 1x Leher kaku (+) Mulut

    tidakbisa di buka 2 jari.Perut seperti papan

    Makan minum sedikit. Mual (-)

    muntah(-)Pusing (-)

    Ku: Lemah

    TD : 120/70 mmHg suhu : 36,5

    HR : 80x RR : 22x

    K/L : A/I/C/D : -/-/-/-

    Kaku kuduk (+)

    Thorak : cor s1 s2 tunggal ireguler

    m(-) g(-)

    Pulmo : Rh - - Wh - -

    - - - -

    - - - -

    Opistotonus (+)

    Abd : Met (-) nyeri tekan (-) Bu (+)

    Ext : Oedem - -

    - -

    Akral : hangat

    A: Tetanus

    Inf D5 : RL 2:1

    Inj PPC 1,2jt ui (im)

    Inj Diazepam 4X1 (iv)

    Tab Mertigo 3X1

  • 7/28/2019 Laporan Kasus Pasien Dengan Tetanus

    14/28

    12

    - 25/03/13

    Hari 5

    Kejang (+) 1x Leher kaku (+) Mulut

    tidakbisa di buka 3 jari.Perut seperti papan

    Makan minum sedikit. Mual (-)

    muntah(-)Pusing (-)

    Ku: Lemah

    TD : 120/80 mmHg suhu : 36,4

    HR : 80x RR : 20x

    K/L : A/I/C/D : -/-/-/-

    Kaku kuduk (+)

    Thorak : cor s1 s2 tunggal ireguler

    m(-) g(-)

    Pulmo : Rh - - Wh - -

    - - - -

    - - - -

    Opistotonus (+)

    Abd : Met (-) nyeri tekan (-) Bu (+)

    Ext : Oedem - -

    - -

    Akral : hangat

    A: Tetanus

    Inf D5 : RL 2:1

    Inj PPC 1,2jt ui (im)

    Inj Diazepam 4X1 (iv)

  • 7/28/2019 Laporan Kasus Pasien Dengan Tetanus

    15/28

    13

    - 26/03/13

    Hari 6

    Kejang (-) Leher kaku (+) Mulut tidakbisa di

    buka 3 jari.Perut seperti papan Makan

    minum sedikit. Mual (-)

    muntah(-)Pusing (-)

    Ku: Lemah

    TD : 120/80 mmHg suhu : 36,6

    HR : 80x RR : 20x

    K/L : A/I/C/D : -/-/-/-

    Kaku kuduk (+)

    Thorak : cor s1 s2 tunggal ireguler

    m(-) g(-)

    Pulmo : Rh - - Wh - -

    - - - -

    - - - -

    Opistotonus (+)

    Abd : Met (-) nyeri tekan (-) Bu (+)

    Ext : Oedem - -

    - -

    Akral : hangat

    A: Tetanus

    Inf D5 : RL 2:1

    Inj PPC 1,2jt ui (im)

    Inj Diazepam 4X1 (iv)

  • 7/28/2019 Laporan Kasus Pasien Dengan Tetanus

    16/28

    14

    - 27/03/13

    Hari 7

    Kejang (-) Leher kaku (+) Mulut tidakbisa di

    buka 3 jari.Perut seperti papan Makan

    minum biasa. Mual (-)

    muntah(-)Pusing (-)

    Ku: Lemah

    TD : 120/70 mmHg suhu : 36,5

    HR : 80x RR : 20x

    K/L : A/I/C/D : -/-/-/-

    Kaku kuduk (+)

    Thorak : cor s1 s2 tunggal ireguler

    m(-) g(-)

    Pulmo : Rh - - Wh - -

    - - - -

    - - - -

    Opistotonus (+)

    Abd : Met (-) nyeri tekan (-) Bu (+)

    Ext : Oedem - -

    - -

    Akral : hangat

    A: Tetanus

    Inf D5 : RL 2:1

    Inj PPC 1,2jt ui (im)

    Tab Diazepam 4X1

  • 7/28/2019 Laporan Kasus Pasien Dengan Tetanus

    17/28

    15

    - 28/03/13

    Hari 8

    Kejang (-) Leher kaku (-) Mulut sydah bisa

    di buka.Perut seperti papan, Makan minum

    biasa. Mual (-)

    muntah(-)Pusing (-)

    Ku: Lemah

    TD : 120/70 mmHg suhu : 36,5

    HR : 80x RR : 20x

    K/L : A/I/C/D : -/-/-/-

    Kaku kuduk (-)

    Thorak : cor s1 s2 tunggal ireguler

    m(-) g(-)

    Pulmo : Rh - - Wh - -

    - - - -

    - - - -

    Opistotonus (-)

    Abd : Met (-) nyeri tekan (-) Bu (+)

    Ext : Oedem - -

    - -

    Akral : hangat

    A: Tetanus

    Inf D5 : RL 2:1

    Inj PPC 1,2jt ui (im)

    Tab Diazepam 4X1

  • 7/28/2019 Laporan Kasus Pasien Dengan Tetanus

    18/28

    16

    - 29/03/13

    Hari 9

    Kejang (-) Leher kaku (-) Mulut sudah bisa

    di buka.Perut sudaah mulai lemas. Makan

    minum biasa. Mual (-)

    muntah(-)Pusing (-)

    Ku: Lemah

    TD : 120/60 mmHg suhu : 36,5

    HR : 81x RR : 20x

    K/L : A/I/C/D : -/-/-/-

    Kaku kuduk (-)

    Thorak : cor s1 s2 tunggal ireguler

    m(-) g(-)

    Pulmo : Rh - - Wh - -

    - - - -

    - - - -

    Opistotonus (-)

    Abd : Met (-) nyeri tekan (-) Bu (+)

    Ext : Oedem - -

    - -

    Akral : hangat

    A: Tetanus

    Inf D5 : RL 2:1

    Inj PPC 1,2jt ui (im)

    Tab Diazepam 4X1

    - 30/03/13

    Hari 10

    Kejang (-) Leher kaku (-) Mulut sudah bisa

    di buka.Perut sudaah mulai lemas. Makanminum biasa. Mual (-)

    muntah(-)Pusing (-)

    Ku: Lemah

    TD : 120/60 mmHg suhu : 36,5

    HR : 78x RR : 20x

    K/L : A/I/C/D : -/-/-/-

    Kaku kuduk (-)

    Inf D5 : RL 2:1

    Inj PPC 1,2jt ui (im)Tab Diazepam 4X1

  • 7/28/2019 Laporan Kasus Pasien Dengan Tetanus

    19/28

    17

    Thorak : cor s1 s2 tunggal ireguler

    m(-) g(-)

    Pulmo : Rh - - Wh - -

    - - - -

    - - - -

    Opistotonus (-)

    Abd : Met (-) nyeri tekan (-) Bu (+)

    Ext : Oedem - -

    - -

    Akral : hangat

    A: Tetanus

    -

  • 7/28/2019 Laporan Kasus Pasien Dengan Tetanus

    20/28

    18

    PEMBAHASAN

    Definisi

    Tetanus adalah kelainan nurologik, yang ditandai oleh peningkatan tonus

    dan spasme otot, yang disebabkan oleh tetanospasmin, suatu toksin protein kuat

    yang dihasilkan oleh Clostridium tetani. Tetanus terdapat dalam beberapa bentuk

    klinis, termasuk penyakit yang generalisata, neonatal dan terlokalisasi. (3)

    Epidiemologi

    Tetanus masih merupakan penyakit yang membebani di seluruh dunia

    terutama di negara beriklim tropis dan negara-negara sedang berkembang, sering

    terjadi di Brazil, Filipina, Vietnam, Indonesia dan negara lain di benua Asia.

    Penyakit ini umum terjadi di daerah pertanian, di daerah pedesaan, pada daerah

    dengan iklim hangat, selama musim panas dan pada penduduk pria. Pada negara-

    negara tanpa program imunisasi yang komprehensif, tetanus terjadi terutama pada

    neonates dan anak-anak.(1)(3)

    Di Amerika Serikat, sebagian besar tetanus terjadi setelah cedera akut,

    seperti luka tusuk, laserasi, atau abrasi, dan sering didapat di dalam rumah, selama

    berkebun atau berternak, atau dalam kegiatan di luar rumah lainnya. Cideranya

    bisa besar tetapi sering kali yang sepele, sehingga tidak mencari pertolongan

    secara medis. Penyakit ini dapat merupakan komplikasi pada penyakit menahun

    seperti ulkus kulit, abses, dan gangrene. Tetanus juga dikaitkan dengan luka

    bakar, sengatan beku (frostbite), infeksi telinga, pembeahan, abortus, partus, dan

    penyalahgunaan obat, terutama poping kulit. Pada beberapa pasien tidak

    ditemukan adanya jalan masuk.(1)(3)

    Pathogenesis

    Clostridium tetani, merupakan basil obligat gram positif anaerob,

    menyebabkan tetanus. Bakteri ini nenoncapsulated dan bentuk spora, yang tahan

    terhadap panas, pengeringan, dan disinfektan. Spora ini ditemukan di tanah, debu,

    rumah, usus hewan, dan kotoran manusia. Dalam kondisi anaerobic, spora ini

    mensekresikan dua macam toksin yiatu tetanospasmin dan tetanolysin.

  • 7/28/2019 Laporan Kasus Pasien Dengan Tetanus

    21/28

    19

    Tetanolysin mampu secara lokal merusak jaringan yang masih hidup yang

    mengelilingi sumber infeksi dan mengoptimalkan kondisi yang memunginkan

    multiplikasi bakteri. Tetanospasmin adalah racun saraf dan menyebabkan

    manifestasi klinis tetanus. Tetanospasmin yang dilepaskan oleh basil tetanus

    didistribusikan melalui sirkulasi limfatik dan pembuluh darah untuk mengakhiri

    axon semua saraf. Tetanospasmin kemudian masuk sistem saraf perifer di

    persimpangan myoneural dan diangkut centripetally menjadi neuron sistem saraf

    pusat (SPP). Dosis mematikan diperkirakan minimum adalah 2,5 nanogram per

    kilogram berat daban (nanogram adalah satu miliar gram), atau 175 nanogram

    untuk 70 kg (154 lb) manusia. Neuron ini menjadi tidak mampu melepaskan

    neurotransmitter. Neuron, yang melepaskan asam gamma aminobutyric

    (GABA) dan glisin, neurotransmitter penghambat utama, sangat sensitive terhaap

    tetanospasmin, menyebabkan kegagalan penghambatan respon motor refleks

    terhadap rangsangan sensorik. Hal ini menyebabkan kontraksi umum dari agonis

    dan antagonis karakteristik kejang otot dari berhubungan dengan tetanus. Saraf

    perifer terpendek adalah yang pertama untuk memberikan racun ke SSP, yang

    mengarah paa gejala awal dan kembali distrosi wajah dan leher kaku. Setelah

    toksin menjadi tetap untuk neuron, tidak bisa dinetralisir dengan antitoksin.

    Pemulihan fungsi saraf dari racun tetanus membutuhkan tumbuh dari terminal

    saraf baru dan pembentukan sinapsis baru.(2)

    Etiologi

    Tetanus disebabkan oleh basil gram positif, Clostridium tetani. Bakteri

    ini terdapat dimana-mana, dengan habitat alamnya di tanah, tetapi dapat juga

    diisolasi dari kotoran binatang peliharaan dan manusia. Bakteri berbentuk batangyang selalu bergerak, dan merupakan bakteri anaerob obligat yang menghasilkan

    spora. Spora yang dihasilkan tidak berwarna, berbentuk oval, menyerupai raket

    tenes atau paha ayam. Spora ini tahap terhadap sinar matahari dan bersifat resisten

    terhadap berbagai desinfektan dan pendidikan selama 20 menit. Sel yang

    terinfeksi oleh bakteri ini dengan mudah dapat diinaktivasi dan bersifat terhadap

    beberapa antibiotik (metronidazol, penisilin dan lainnya).(1)(3)(5)

  • 7/28/2019 Laporan Kasus Pasien Dengan Tetanus

    22/28

    20

    Tetanospasmin dibentuk pada sel vegetative dibawah kendali plasmid.

    Toksin ini merupakan rantai polipeptida tunggal. Pada autolysis, toksin rantai

    tunggal ini dibebaskan dan dipecah menjadi bentuk heterodimer yang

    mengandung rantai berat (berat molekul 100.000) dan rantai ringan (berat molekul

    50.000) yang dihubungkan oleh ikatan disulfide. Struktur asam amino kedua

    toksin yang dikenal sangat kuat, yaitu toksin botulinu dan tetanus, adalah sebagai

    homolog.(3)

    Diagnosa

    Dignosa tetanus mutlak didasarkan pada gejala klinis. Tetanus tidaklah

    mungkin apabila terdapat riwayat serial vaksinasi yang telah diberikan secara

    lengkap dan vaksin ulangan yang sesuai setelah diberikan. Sekret luka hendaknya

    dikultur pada kasus yang dicurigai tetanus. Namun demikian, C. tetani dapat

    diisolasi dari luka pasien tanpa tetanus sering tidak dapat ditemukan dari luka

    pasien tetanus, kultur yang positif, bukan merupakan bukti bahwa organisme

    tersebut mengandung toksin dan menyebabkan tetanus. Leukosit mungkin

    meningkat. Pemeriksaan cairan seresbrospinal menunjukkan hasil yang normal.

    Elektromyogram mungkin menunjukkan impuls unit-unit motorik dan

    pemendekan atau tidak adanya interval tenang yang secara normal dijumpai

    setelah potensial aksi. Perubahan non spesifik dapat dijumpai pada

    elektrokardiogram. Enzim otot mungkin meningkat. Kadar antitoksi serum > 0,15

    U/ml dianggap protektif dan pada kadar ini tetanus tidak mungkin terjadi,

    walaupun ada beberapa kasus yang terjadi pada kadar anti toksin yang protektif.(1)

    DIAGNOSA BANDINGDiagnosa diferensialnya mencakup kondisi lokal yang dapat

    menyebabkan trimus, seperti abses alveolar, keracunan striknin reaksi obat

    distonik, (misanya terhadap fenotiasin dan metoklopramid) tetanus hipokalsemik,

    dan perubahan-perubahan metabolic dan neurologis pada neonatal. Kondisi-

    kondisi lain yang dikacaukan dengan tetanus meliputi meningitis/ensefalitis,

    rabies dan proses intraabdominal akut (karena kekakuan abdomen). Meningkatnya

    tonus pada otot sentral (wajah, leher, dada, punggung dan perut) yang tumpang

  • 7/28/2019 Laporan Kasus Pasien Dengan Tetanus

    23/28

    21

    tindih dengan spasme generalisata dan tidak terlibatnya tangan dan kaki secara

    kuat menyokong diagnosa tetanus.(1)(5)

    KOMPLIKASI

    Jalan nafas : aspirasi, laringospasme / obstruksi, obstruksi berkaitandengan sedative

    Respirasi : apnea, hipoksia, gagal napas tipe 1 (atelektasis, aspirasi,pneumonia), gagal napas tipe 2 (spasme laryngeal, spasme trunkal

    berkepanjangan, sedasi berlebihan), komplikasi bantuan ventilasi

    berkepanjangan (seperti pneumonia), komplikasi trakeostomi (seperti

    stenosis trachea).

    Kardiovaskuler : takikardi, hipertensi, iskemia, hipotensi, bradikardia,takiaritmia, bradiartmia, gagal jantung.

    Ginjal : gagal ginjal curah tinggi, gagal ginjal oligouria, stasis urindan infeksi.

    Gastrointestinal : stasis gaster, ileus, diare, pendarahan. Lain lain : penurunan berat badan, trombeombolus, sepsis, fraktur

    vertebra selama spasme, rupture tendon akibat spasme.(1)

    PENATALAKSANAAN TETANUS

    Tindakan umum

    Pasien harus dimasukkan ke dalam ruangan yang tenang alam unit

    kardiopulmoner dilakukan terusmenerus, tetapi rangsangan dapat diminumkan.

    Perlindungan saluran napas adalah vital. Luka harus dieksplorasi.(3)

    Terapi antibiotik

    Penisilin parenteral (10-12 juta unit per hari selama 10 hari) diberikan untuk

    membasmi sel vegetative, sumber toksin. Klindamisin, eritromisin, atau

    metronidazol dapat diberikan sebagai pada pasien yang alergi penisilin.(3)(5)

  • 7/28/2019 Laporan Kasus Pasien Dengan Tetanus

    24/28

    22

    Antitoksin

    Diberikan untuk menetralkan toksin yang tersirkulasi dan terikat pada luka,

    antitoksin secara efektif menurunkan kematian, toksin yang sudah terikat pad

    jaringan saraf yang tidak terpengaruh. Globulin imun tetanus manusia (TIG)

    adalah sediaan pilihan dan harus diberikan segera. Dosis 3000-6000 unti secara

    intramuskular, biasanya dalam dosis terbagi karena volumenya besar.(3)

    Pencegahan tetanus : 1 dosis profilaktik (1.500 IU) atau lebih, diberikan

    secara intramuskuler secepat mungkin kepada seseorang yang luka dan

    terkontaminasi dengan tanah, debut jalan atau bahan lainnya yang dapat

    menyebabkan infeksi Clostridium tetani. Dua minggu kemudian diberikan

    kekebalan aktif dengan vaksin jerap tetanus, supaya jika mendapat luka lagi tidak

    perlu diberi serum anti tetanus profilaktik, tetapi cukup diberi booster vaksin jerap

    tetanus. Untuk pencegahan tiap ml mengandung : antioksin tetanus 1.500 IU,

    Fenol 0,25% v/v. Untuk pengobatan tiap ml mengandung : antioksin tetanus 5.000

    IU, fenol 0,25% untuk pengobatan : 10.000 IU atau lebih, secara intramuskuler

    atau intravena, tergantung keparahan keadaan penderita.(4)

    Pengendalian spasme otot

    Diazepam, suatu benzodiazepim dan agonis GABA, luas dipakai. Dosisnya

    dan lain, dan dosis besar (250 mg/hari atau lebih) mungkin dibutuhkan.

    Lorazepma, dengan masa kerja lebih lama, dan midazolam, yang masa paruhnya

    lebih singkat perlu diberikan melalui infuse intravena secara terus-menerus,

    sebagai pilihan lain. Barbiturate dan klorpromazin juga digunakan. Hambatan

    neuromuskuler disertai ventilasi mekanis sangat efektif untuk mengobati spasme

    berat yang tiak peka terhadap pengobatan atau spasme yang mengancamventilasi.(3)

    Disfungsi autonomic

    Yang dipertimbangkan adalah labetalol (agen penghambat alfa dan beta

    yang dianjurkan oleh beberapa pakar, tetapi kematian mendadak telah ditemukan).

    Esmolol dengan infus terus menerus (penyekat beta yang masa paruhnya pendek

  • 7/28/2019 Laporan Kasus Pasien Dengan Tetanus

    25/28

    23

    dapat menguntungkan pada keadaan hipotensi atau brakikartdia), klonidin (obat

    antiadrenergik yang bekerja sentral), morfin sulfat.(3)

    Tindakan tambahan

    Tindakan ini mencakup hidrasi untuk mengendalikan kehilangan cairan

    insensible dan lainnya, yang bisa dalam jumlah besar. Kebutuhan gizi yang

    meninggi, yang dapat dipenuhi melalui enteral atau cara parenteral. Fisioterapi

    untuk mencegah kontraktur, dan heparin untuk mencegah emboli paru. Fungsi

    usus besar, kandung kemih, dan ginjal harus dipantau. Pendarahan saluran cerna

    dan ulkus dekubitus harus dicegah, dan infeksi oportunis harus diobati.(1)(3)

    Vaksinasi

    Pasien yang sembuh dan tetanus hendaknya secara aktif diimunisasi karena

    imunitas tidak diinduksi oleh toksin dalam jumlah kecil yang menyebabkan

    tetanus.(1)

    PROGNOSIS

    Penerapan metode untuk menyokong respirasi telah semakin memperbaiki

    prognosis pada tetanus. Angka kematian telah menjadi serendah-rendahnya 10

    persen, seperti dilaporkan dari unit yang biasa menangani kasus seperti ini. Di

    Amerika Serikat, angka kematian keseluruhan selama tahun 19871988 adalah 2

    persen. Jumlah kasus lebih buruk pada tetanus neonatal dan usia lanjut, dan pada

    mereka dengan masa inkubasi yang lebih pendek, waktu selang singkat sejak

    gejala sampai diterima di rumah sakit, atau jangka waktu pendek sejak gejala

    sampai kejang pertama.(3)

    Proses tetanus dapat melampaui 4-6 minggu, dan pasien mungkinmembutuhkan dukungan ventilasi selama 3 minggu dalam masa ini. Tonus yang

    meningkat dan spasme kecil dapat bertahan berbulan-bulan, tetapi pemulihannya

    biasanya sempurna.(3)

    Prognosis tetanus diklasifikasikan dari tingkat keganasannya, dimana :

    1. Ringan ; trismus lebih dari 3 cm bila tidak adanya kejang umum(generalized spasme)

    2. Sedang ; trismus kurang dari 3 cm bila sekali muncul kejang umum.

  • 7/28/2019 Laporan Kasus Pasien Dengan Tetanus

    26/28

    24

    3. Berat ; trismus kurang dari 1 cm bila kejang umum yang berat seringterjadi.

    Masa inkubasi neonatal tetanus berkisar antara 3 14 hari, tetapi bisa lebih

    pendek atau lebih panjang. Berat ringatnya penyakit juga tergantung pada

    lamanya masa inkubasi, makin pendek masa inkubasi prognosanya makin jelek.(4)

    Dipengaruhi oleh beberapa faktor :

    1) Masa inkubasiMakin panjang masa inkubasi biasanya penyakit makin ringan,

    sebaliknya makin pendek masa inkubasi penyakit makin berat. Pada

    umumnya bila inkubasi kurang dari 7 hari maka tergolong berat.

    2) UmurMakin muda umur penderita seperti pada neonates maka prognosanya

    makin jelek.

    3) Period of onsetPeriod of onset adalah waktu antara timbulnya gejala tetanus, misalnya

    trismus sampai terjadi kejang umum. Kurang dari 48 jam, prognosa

    jelek.

    4) PanasPada tetanus febris tidak selalu ada. Adanya hiperpireksia maka

    prognosanya jelek.

    5) PengobatanPengobatan yang terlambat prognosa jelek.

    6) Ada tidaknya komplikasi7) Frekuensi kejang

    Semakin sering kejang semakin jelek prognosanya

  • 7/28/2019 Laporan Kasus Pasien Dengan Tetanus

    27/28

    25

    KESIMPULAN

    Tetanus merupakan penyakit infeksi tropic yang disebabkan oleh kuman

    gram positif Clostridium tetani, yang port de entry nya melalui luka yang kotor.

    Manifestasi tidak deman, dan kesadaran compos mentis. Diakibatkan oleh toksin

    tetanospasmin yang merangsang pelepasan neurotransmitter GABA pada ujung

    axon terminal (motor en plate). Tetanospasmin merupakan salah satu toksin yang

    mematikan, dosis letalnya pada manusia sangat kecil yaitu 175 nanogram untuk

    berat badan 70kg. diagnosa tetanus didasarkan semata-mata oleh adanya riwayat

    luka kotor yang diikuti dengan manifestasi klinis yang mengarah ke tetanus.

    Penatalaksanaan tetanus dilakukan debridementpada tempat luka diikutin dengna

    pemberian antitetanus serum, dan medikamentosa.

  • 7/28/2019 Laporan Kasus Pasien Dengan Tetanus

    28/28

    DAFTAR PUSTAKA

    1. Gatoet I, TETANUS, Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam (PAPDI); Editor;Sudoyo AW, Setioyohadi B, Idrus AK, Marcellus S, Siti S ; jilid III, Edisi IV,

    penerbit : Ilmu Penyakit DAlam FKUI, (2006) hal 17991806.

    2. Daniel J Dire, TETANUS, Clinical Professor, Departement of EmergencyMedicine, University of Texas-Houston; Clinical Professor, Departement of

    Pediatrics, University of Texax Health Sciences Center, San Antonio, Texas.

    Last update Sep 16,2010.

    3. Elias A, TETANUS, Prinsip-Prinsip Ilmu Penyakit Dalam (HORISON);Editor; Kurt J. Isselbacher, Eugene Braunwald, Jean D. Wilson, Martin, Fauci,

    Kasper ; Volume 2, Penerbit : Buku Kedokteran EGC, (1995) hal 711713.

    4. http://dinkeskabtasik.com/index.php/informasi-obat/367-serum-anti-tetanus.html

    5. David CD, TETANUS, Profesor of Medicine, Division of General Medicine,Departement of Medicine, University of Washingtong School of Medicine,

    Washington. Update Des 13, 2009

    http://dinkeskabtasik.com/index.php/informasi-obat/367-serum-anti-tetanus.htmlhttp://dinkeskabtasik.com/index.php/informasi-obat/367-serum-anti-tetanus.htmlhttp://dinkeskabtasik.com/index.php/informasi-obat/367-serum-anti-tetanus.htmlhttp://dinkeskabtasik.com/index.php/informasi-obat/367-serum-anti-tetanus.htmlhttp://dinkeskabtasik.com/index.php/informasi-obat/367-serum-anti-tetanus.htmlhttp://dinkeskabtasik.com/index.php/informasi-obat/367-serum-anti-tetanus.html