30
LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM FARMASI FISIKA II NAMA : INA WIDIA NPM : 260110140034 HARI/TANGGAL PRAKTIKUM : SENIN, 23 MARET 2015 ASISTEN : ANUGRAH RAHMAWAN FERSTY ANDINI LABORATORIUM FARMASI FISIKA II FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS PADJADJARAN

lapak larutan

Embed Size (px)

DESCRIPTION

farfis

Citation preview

Page 1: lapak larutan

LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM FARMASI FISIKA II

NAMA : INA WIDIA

NPM : 260110140034

HARI/TANGGAL PRAKTIKUM : SENIN, 23 MARET 2015

ASISTEN : ANUGRAH RAHMAWAN

FERSTY ANDINI

LABORATORIUM FARMASI FISIKA II

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS PADJADJARAN

JATINANGOR

2015

Page 2: lapak larutan

LARUTAN

I. ABSTRAK

Kali ini praktikan melakukan percobaan mengenai uji kelarutan,

dimana percobaan kali ini bertujuan untuk mempelajari pengaruh

konsentrasi terhadap kelarutan suatu senyawa. Prinsip yang mendasari

percobaan ini sendiri yaitu Azaz La Chatelier

, Like Disolve Like dan Titrasi. Praktikan pertama-tama menyiapkan

alat dan bahan, lalu membakukan larutan NaOH. Pembakuan NaOH

dilakukan untuk mencari normalitas dari NaOH yaitu dengan membuat

larutan baku primer asam oksalat dan larutan baku sekunder NaOH.

Larutan baku asam oksalat dibuat di dalam labu ukur, sedangkan

larutan NaOH dimasukkan ke dalam buret. Kemudian larutan baku

asam oksalat dimasukan ke dalam labu erlenmeyer dan diberi indikator

fenolftalein, lalu dititrasi dengan larutan NaOH yang ada di dalam

buret sampai berubah warna menjadi merah muda, dicatat volume

NaOH saat terjadi perubahan warna dan dihitung normalitas NaOH.

Setelah didapatkan normalitas NaOH, langkah selanjutnya adalah

membuat pelarut campuran. Pelarut campuran tersebut terdiri dari

etanol, air, gliserin dan propilenglikol, pelarut campur dibuat hingga

jenuh dengan perbandingan konsentrasi yang berbeda. Lalu pelarut

campur dicampurkan dengan bahan uji yaitu asam salisilat dan asam

benzoat dalam erlenmeyer dan diberi indikator fenolftalein. Kemudian

dilakukan titrasi sampai larutan berwarna merah muda, dicatat volume

NaOH dan dihitung kelarutannya pada masing-masing konsentrasi

yang berbeda. Hasil yang didapatkan adalah kelarutan dari setiap

konsentrasi cukup sesuai dengan literatur, dibuktikan dengan kelarutan

asam benzoat yang semakin menurun jika konsentrasinya semakin

tinggi.

Kata kunci : konsentrasi, titrasi, pelarut campur

Page 3: lapak larutan

II. ABSTRACT

In this experiment are about the solubility test, in which time the

experiment was aimed to study the effect of concentration on the

solubility of a compound. The underlying principle of these

experiments alone are Azas La Chatelier, Like Disolve Like and

titration. Practitioner first set of tools and materials, then standardize

the NaOH solution. Standardization of NaOH done to look for

normality of NaOH is to make a primary standard solution of oxalic

acid and secondary standard solution of NaOH. Standard solution of

oxalic acid made in the flask, while the NaOH solution incorporated

into the burette. Then the standard solution of oxalic acid incorporated

into the erlenmeyer flask and phenolphthalein indicator and titrated

with NaOH solution that is in the burette until the color changes to

pink, note the volume of NaOH when the color changes and the

calculated normality NaOH. Having obtained the normality of NaOH,

the next step is to make solvent mixture. The solvent mixture

consisting of ethanol, water, glycerin and propilenglikol, mixed

solvent made up saturated with different concentration ratio. Then the

mixed solvent is mixed with the test material is salicylic acid and

benzoic acid in erlenmeyer and given a phenolphthalein indicator.

Then do the titration until the solution was pink, noting the volume of

NaOH and calculated solubility in each different concentrations. The

results obtained are sufficient solubility of each concentration

according to the literature, evidenced by the solubility of benzoic acid

decreases if the concentration is higher.

Keywords: concentration, titration, mixed solvents

Page 4: lapak larutan

III. Tujuan Percobaan

III.1. Membuat larutan natrium hidroksida (NaOH) yang dibakukan

dengan larutan asam oksalat (H2C2O4) dengan indikator fenolftalien.

III.2. Membuat pelarut campur dari etanol, air, gliserin dan

propilenglikol.

III.3. Menentukan kelarutan asam benzoat dan asam salisilat dari

berbagai macam pelarut campur.

III.4. Membuat grafik hubungan konsentrasi dengan persentase

campuran pelarut.

IV. Prinsip Percobaan

IV.1. Azaz Le Chatelier

Bila pada sistem kesetimbangan diadakan aksi, maka sistem akan

mengadakan reaksi sedemikian rupa sehingga pengaruh aksi itu

menjadi sekecil-kecilnya (Ratna, 2009).

IV.2. Kelarutan

Kelarutan digunakan untuk menyatakan jumlah maksimal zat yang

dapat larut dalam sejumlah tertentu larutan (Suyatno,2006).

IV.3. Titrasi Asam Basa

Titrasi merupakan salah satu metode untuk menentukan konsentrasi

suatu larutan dengan cara mereaksikan sejumlah volume larutan

tersebut terhadap sejumlah volume larutan lain yang konsentrasinya

sudah diketahui. Titrasi yang melibatkan asam basa disebut titrasi

asam basa (Muchtaridi,2007).

IV.4. Like Disolve Like

Suatu senyawa akan larut pada senyawa yang mempunyai struktur

kimia yang sama polar dengan polar dan nonpolar dengan nonpolar

(Arsyad, 2011).

IV.5. Reaksi Netralisasi

Page 5: lapak larutan

Reaksi yang terjadi dengan pembentukan garam dan air netral (pH=7)

hasil reaksi antara H+ dari suatu asam dan OH- dari suatu basa

9Sumardjo, 2006)

IV.6. Pengenceran

Prosedur untuk penyiapan larutan yang kurang pekat dari larutan yang

lebih pekat disebut pengenceran. Dalam melakukan proses

pengenceran, perlu diingat bahwa penambahan lebih banyak pelarut

ke dalam sejumlah tertentu larutan stok akan mengubah (mengurangi)

konsentrasi larutan tanpa mengubah jumlah mol zat terlarut yang

terdapat dalam larutan (Chang, 2005).

IV.7. Stoikiometri

Stoikiometri reaksi adalah penentuan perbandingan massa unsur-unsur

dalam senyawa dalam pembentukan senyawanya (Alvian, 2009).

V. Reaksi

H2C2O4 + 2NaOH Na2C2O4 + 2H2O (Svehla,1990)

VI. Teori Dasar

Campuran homogen antara dua zat atau lebih dikenal sebagai

larutan. Suatu campuran dikatakan homogen karena susunannya

seragam sehingga tidak teramati adanya bagian-bagian yang berlainan,

bahkan dengan mikroskop optik. Larutan terdiri atas zat pelarut

(solvent) dan satu atau lebih zat terlarut (solute). Pelarut adalah medium

tempat suatu zat lain melarut. Pelarut dikenal juga sebagai zat

pendispersi, yaitu tempat menyebarnya partikel-partikel zat terlarut. Zat

terlarut adalah zat yang terdispersi di dalam pelarut. Perbedaan antara

pelarut dan zat terlarut sebenarnya relatif. Suatu zat pada saat tertentu

dapat berupa zat terlarut dan pada saat yang lain berupa zat pelarut.

Biasanya kita menyebut zat yang paling banyak sebagai pelarut dan

yang sedikit sebagai zat terlarut (Sumardjo, 2006).

Page 6: lapak larutan

Titrasi adalah suatu metode untuk menentukan konsentrasi zat di

dalam larutan. Titrasi dilakukan dengan cara mereaksikan larutan

tersebut dengan larutan yang sudah diketahui konsentrasinya. Reaksi ini

dilakukan secara bertahap (tetes demi tetes) hingga tepat mencapai titik

stoikiometri atau titik setara. Ada beberapa macam titrasi bergantung

pada jenis reaksinya seperti titrasi asam basa, titrasi permanganometri,

titrasi argenometri, dan titrasi iodometri. Dalam titrasi asam basa zat-zat

yang bereaksi umumnya tidak berwarna sehingga tidak diketahui kapan

titik stoikiometri diketahui. Oleh karena itu digunakanlah indikator

asam basa sebagai penunjuk tentang perubahan pH dari suatu larutan

asam atau basa. Indikator bekerja berdasarkan perubahan warna pada

rentang pH tertentu. Terdapat beberapa indikator yang memiliki trayek

perubahan warna cukup akurat akibat pH larutan berubah, contohnya

indikator fenolftalein (Sunarya dkk, 2007).

Ikatan ionik dan kovalen merupakan ikatan intramolekul yang

mengikat atom-atom di dalam molekul. Sedangkan ikatan yang

bertanggung jawab menyatukan molekul- molekul dinamakan sebagai

ikatan intermolekul. Ikatan intermolekul menyebabkan molekul saling

menarik dengan molekul tetangganya. Ikatan ini menentukan sifat-sifat

fisik sebuah zat seperti titik leleh, titik didih dan kelarutannya.

Semakin kuat ikatan intermolekul suatu senyawa maka titik leleh dan

titik didihnya semakin tinggi. Tinjauan kelarutan sesyai dengan

ungkapan klasik “like dissolve like”, artinya molekul polar akan larut

dalam pelarut polar dan molekul nonpolar akan larut pada pelarut

nonpolar (Riyanto, Nurdin dan Ari Yustisia, 2009).

Faktor-faktor yang mempengaruhi kelarutan diantaranya :

Temperatur

Kelarutan endapan-endapan yang dijumpai dalam analisis

kuantitatif meningkat dengan bertambahnya temperatur.

Kebanyakan garam organik bertambah kelarutannya apabila

Page 7: lapak larutan

temperatur dinaikkan. Hal ini menguntungkan dalam melakukan

pencucian dengan larutan panas, karena kotoran akan semakin

mudah larut.

Efek Pelarut

Kebanyakan garam anorganik lebih larut dalam air daripada dalam

pelarut organik. Ion di dalam sebuah kristal tidak mempunyai

tarikan demikian besar untuk pelarut organik karena kelarutannya

biasanya lebih kecil daripada di dalam air.

pH

Kelarutan garam dari asam lemah tergantung pada pH larutan. Ion

hidrogen bereaksi dengan ion garam membentuk adam lemah,

dengan demikian meningkatkan kelarutan garam.

Efek Ion Sekutu

Pada pencucian suatu endapan yang dapat mnyebabkan hilangnya

beberapa zat akibat kelarutan, sebuah ion yang sama dapat

digunakan di dalam cairan pencuci untuk mengurangi kelarutan

(Underwood, A.L., 1990)

Ion Kompleks

Bertambahnya kelarutan suatu endapan dengan penambahan suatu

zat pengendapan sering kali disebabkan oleh pembentukan ion

kompleks. Suatu ion kompleks dibentuk dengan bersenyawanya ion

sederhana baik dengan ion lain yang muatannya berlawanan

maupun dengan molekul netral (Vogel, A., 1994)

(usu.ac.id, tanpa tahun)

Proses pengenceran adalah mencampur larutan pekat (konsentrasi

tinggi) dengan cara menambahkan pelarut agar diperoleh volume akhir yang

lebih besar. Jika suatu larutan senyawa kimia yang pekat diencerkan, kadang-

kadang sejumlah panas dilepaskan. Hal ini terutama dapat terjadi pada

pengenceran asam sulfat pekat. Agar panas ini dapat dihilangkan dengan

aman, asam sulfat pekat yang harus ditambahkan ke dalam air, tidak boleh

Page 8: lapak larutan

sebaliknya. Jika air ditambahkan ke dalam asam sulfat pekat, panas yang

dilepaskan sedemikian besar yang dapat menyebabkan air mendadak

mendidih dan menyebabkan asam sulfat memercik. Jika kita berada di

dekatnya, percikan asam sulfat ini merusak kulit (Brady, 2000).

Rumus sederhana pengenceran menurut Lansida (2010), adalah

sebagai berikut :

 

M1 x V1 = M2 x V2

 

Dimana :

 

M1 = Molaritas larutan sebelum pelarutan

 

V1 = Volume larutan sebelum pelarutan

 

M2 = Molaritas larutan sesudah pelarutan

 

V2 = Volume Molaritas larutan sesudah pelarutan

VII. Alat dan Bahan

VII.1. Alat:

Bulb Pipet

Buret

Corong

Erlenmeyer

Gelas Kimia

Gelas Ukur

Kertas Saring

Labu Ukur

Pipet

Pipet Ukur

Page 9: lapak larutan

Penangas Air

Statif

VII.2. Bahan :

Air

Asam benzoat

Asam oksalat

Asam salisilat

Etanol 90%

Fenolftalien

Gliserin

NaOH

Propilenglikol

VII.3. Gambar Alat :

Bulb Pipet Buret

Erlenmeyer Gelas Kimia

Page 10: lapak larutan

Gelas Ukur Kertas Saring

Labu Ukur Pipet

Page 11: lapak larutan

Pipet Ukur Statif

Corong Penangas Air

VIII. PROSEDUR

Dalam praktikum kali ini langkah pertama yang harus dilakukan

adalah larutan NaOH dibakukan oleh larutan asam oksalat. Larutan

asam oksalat dibuat sampai normalitas 2N, kemudian dimasukan ke

dalam labu erlenmeyer dengan volume tertentu.Lalu larutan NaOH

dimasukkan ke dalam buret dengan volumetertentu dan dipasangkan

pasa statif. Larutan asam oksalat dalam labu erlenmeyer ditambahkan

indikator fenolftalein sebanyak 2 tetes, kemudian titrasi dilakukan

secara triplo.

Langkah kedua yaitu dibuat pelarut campur sebanyak 20 ml

yang terdiri dari etanol, air, gliserin, dan propilenglikol. Pelarut

campur dibuat dengan perbandingan yang berbeda-beda. Kemudian

masing-masing pelarut campur dilarutkan sedikit demi sedikit hingga

jenuh.

Langkah selanjutnya adalah penentuan kelarutan. Kelarutan

ditentukan dengan cara pelarut campur yang sudah jenuh dicampurkan

dengan bahan uji yaitu asam salisilat dan asam benzoat. Kemudian

titrasi dengan menggunakan larutan NaOH secara titrasi asam basa,

hasil kelarutan didapat dalam bentuk persen.

Page 12: lapak larutan

Langkah terakhir dalam praktium ini yaitu membuat grafik

hubungan konsentrasi dengan pelarut campuran.

IX. DATA PENGAMATAN DAN PERHITUNGAN

IX.1. Pembakuan NaOH

Pembuatan NaOH=2 gr40

x1000 ml500 ml

=0,1 N

Pembuatan AsamOksalat=2.6,3 gr126

x1000 ml

50 ml=2N

Normalitas

asam oksalat

Volume

asam oksalat

Volume

NaOH

Normalitas

NaOH

2 1 13 0,153

2 1 14,8 0,1351

2 1 15,5 0,129

Pembakuan NaOH 1

M 1V 1=M2 V 2

2 .1ml=M 213 ml

M 2=0,153

Pembakuan NaOH 2

M 1V 1=M2 V 2

2 .1ml=M 214,8 ml

M 2=0,1351

Pembakuan NaOH 3

M 1V 1=M2 V 2

2 .1ml=M 215,5 ml

M 2=0,129

Rata−RataNaOH=0,153+0,1351+0,1293

=0,139 M

IX.2. Kelarutan Asam Salisilat

Pelarut campur 1 8 ml etanol + 12 ml air

Page 13: lapak larutan

Pelarut campur 2 10 ml etanol + 10 ml air

Pelarut campur 3 8 ml etanol + 10 ml air + 2 ml

gliserin

Pelarut campur 4 8 ml etanol + 10 ml air + 2 ml

propilenglikol

Pelarut

campur

Volume larutan

sampel (ml)

Volume

NaOH (ml)

Kelarutan

(gram/L)

1 20 3,05 2,94

2 20 3,3 3,19

3 20 3,2 3,09

4 20 3,5 3,38

Asam Salisilat + Etanol +Air

Kelarutan=(Volume NaOH . N ) BE sampel

Volume Sampel

¿(3,05 .0,139 )138,12

20=2,94 gr / L

Asam salisilat + Etanol + Air

Kelarutan=(Volume NaOH . N ) BE sampel

Volume Sampel

¿(3,3 .0,139 )138,12

20=3,19 gr / L

Asam Salisilat +Etanol + Air + Gliserin

Page 14: lapak larutan

Kelarutan=(Volume NaOH . N ) BE sampel

Volume Sampel

¿(3,2.0,139 )138,12

20=3,09 gr / L

Asam Salisilat + Etanol + Air + Propilenglikol

Kelarutan=(Volume NaOH . N ) BE sampel

Volume Sampel

¿(3,5.0,139 )138,12

20=3,38 gr / L

IX.3. Kelarutan Asam Benzoat

Pelarut campur 1 8 ml etanol + 12 ml air

Pelarut campur 2 10 ml etanol + 10 ml air

Pelarut campur 3 8 ml etanol + 10 ml air + 2 ml

gliserin

Pelarut campur 4 8 ml etanol + 10 ml air + 2 ml

propilenglikol

Pelarut

campur

Volume larutan

sampel (ml)

Volume

NaOH (ml)

Kelarutan

(gram/L)

1 20 3,75 3,2

2 20 3,4 2,9

3 20 3,2 2,73

4 20 2,7 2,3

AsamBenzoat + Etanol + air

Page 15: lapak larutan

Kelarutan=(Volume NaOH . N ) BE sampel

Volume Sampel

¿(3,75 .0,139 )122,12

20=3,2 gr /L

Asambenzoat + Etanol + Air

Kelarutan=(Volume NaOH . N ) BE sampel

Volume Sampel

¿(3,4 . 0,139 )122,12

20=2,9 gr / L

Asambenzoat +Etanol + Air + Gliserin

Kelarutan=(Volume NaOH . N ) BE sampel

Volume Sampel

¿(3,2.0,139 ) 122,12

20=2,73gr /L

Asambenzoat + Etanol + Air + Propilenglikol

Kelarutan=(Volume NaOH . N ) BE sampel

Volume Sampel

¿(2,7.0,139 )122,12

20=2,3 gr / L

(Grafik dilampirkan)

X. PEMBAHASAN

Dalam praktikum ini dilakukan beberapa prosedur untuk

menentukan kelarutan dari bahan uji yaitu asam salisilat dan asam

benzoat dari berbagai pelarut campuran dengan menggunakan metode

titrasi asam basa. Sesuai dengan metode yang digunakan, basa kuat

NaOH digunakan sebagai titran untuk mentitrasi sampel uji. Namun

sebelumnya harus dilakukan pembuatan larutannya terlebih dahulu.

Pertama yaitu pembuatan larutan NaOH. Sediaan NaOH ditimbang

sebanyak 2 gram dengan menggunakan neraca analitik agar hasil

penimbangan tepat dan sesuai dengan yang ditentukan karena neraca

analitik mempunyai ketelitian dan kesensitifan penimbangan yang

sangat tinggi. NaOH yang sedang ditimbang harus dialasi oleh kaca

Page 16: lapak larutan

arloji, sebab NaOH mempunyai sifat korosif yaitu dapat merusak dan

menimbulkan karat pada neraca analitik. Setelah melalui proses

penimbangan, NaOH langsung ditutup dengan menggunakan plastik

wrap, karena NaOH juga mempunyai sifat higroskopis yaitu mudah

menguap apabila bereaksi dengan udara bebas. Kemudian aquades

dipanaskan dalam gelas beaker 1000 ml dengan menggunakan

penangas air hingga mendidih. Setelah itu NaOH yang telah ditimbang

tadi dilarutkan dalam aquades. Tutup gelas beaker dengan

menggunakan plastik wrap agar CO2 tidak dapat masuk dan agar

endapan NaCO3 tidak terbentuk yang nantinya akan menggangu titik

akhir titrasi. Setelah ditutup larutan NaOH didinginkan. Selanjutnya

dilakukan pembuatan larutan baku primer asam oksalat. Serbuk asam

oksalat ditimbang sebanyak 6,3 gram dengan menggunakan neraca

analitik dan beralaskan kertas perkamen agar proses penimbangan

lebih mudah dan tidak berceceran karena asam oksalat merupakan

sediaan berupa serbuk. Kemudian asam oksalat dilarutkan dalam

aquades dalam labu ukur 50 ml. Proses pelarutan asam oksalat

dilakukan dengan menggunakan labu ukur sebab labu ukur merupakan

alat ukur volume yang paling baik dalam melarutkan suatu zat dan

mempunyai pengukuran volume yang sangat akurat (alat ukur

volumetrik). Lalu labu ukur ditutup rapat, dikocok agar larutan asam

oksalat terlarut dengan sempurna. Larutan asam oksalat yang telah

larut dengan sempurna akan digunakan sebagai larutan baku primer

yang akan membakukan larutan NaOH sebagai larutan baku sekunder.

Tahap selanjutnya yaitu pembakuan larutan NaOH. Larutan NaOH

yang telah dibuat tadi dimasukkan ke dalam buret sampai titik nol

dengan menggunakan bantuan corong. Setelah terisi larutan NaOH,

buret dipasangkan pada statif. Pastikan buret berada pada posisi tegak

lurus dengan analit yang akan diuji. Kemudian larutan asam oksalat

dimasukkan ke dalam labu erlenmeyer sebanyak 1 ml dengan cara

dipipet. Asam oksalat dalam labu erlenmeyer ditambahkan 2 tetes

Page 17: lapak larutan

indikator fenolftalein . indikator fenolftalein adalah indikator yang

paling cocok dalam metode titrasi ini sebab mempunyai rentang pH

yang sesuai dalam proses titik akhir titrasi yang ditandai dengan

adanya perubahan warna. Titrasi dilakukan hingga titik akhir titrasi

dan mencapai perubahan warna menjadi warna merah muda (pink

rose). Indikator dapat menanggapi dengan munculnya kelebihan titran

dengan adanya perubahan warna. Indikator berubah warna karena

sistem kromofornya dirubah oleh reaksi asam basa. Titrasi dilakukan

secara triplo agar hasil yang didapatkan seakurat mungkin. Catat

volume NaOH yang digunakan dan hitung konsentrasinya.

Langkah selanjutnya yaitu pembuatan pelarut campuran yang

terdiri dari etanol, air, gliserin dan propilenglikol. Etanol, gliserin dan

propilenglikol digunakan sebagai sebagai pelarut campuran karena

mempunyai tujuan untuk meningkatkan kelarutan suatu zat aktif yang

kurang larut dalam air serta meningkatkan stabilitas zat tertentu yang

mudah terhidrolisis seperti bahan uji yang digunakan pada praktikum

ini yaitu asam salisilat dan asam benzoat. Pelarut campuran ini dibuat

dengan perbandingan konsentrasi yang berbeda-beda dengan tujuan

untuk mengetahui pengaruh konsentrasi terhadap kelarutan. Proses ini

dilakukan dalam gelas ukur, campurkan masing-masing pelarut sedikit

demi sedikit dan tunggu hingga jenuh. Pelarut campur dapat dikatakan

jenuh ketika suhunya mulai meningkat, dapat dideteksi dengan cara

dirasakan oleh tangan, pelarut campuran akan terasa hangat atau panas

dan terdapat uap di dinding-dinding gelas ukur. Setelah pembuatan

pelarut campuran, dilakukanlah titrasi terhadap bahan uji asam salisilat

dan asam benzoat yang dilarutkan dalam masing-masing pelarut

campuran yang konsentrasinya berbeda dan sudah jenuh. Namun

sebelumnya dilakukan terlebih dahulu proses penimbangan terhadap

masing-masing bahan uji sebanyak 100 mg dengan menggunakan

neraca analitik. Setelah mencampurkan bahan uji dengan pelarut

campuran dalam labu erlenmeyer, tambahkan indikator fenolftalein

Page 18: lapak larutan

sebanyak 2 tetes dengan cara dipipet. Kemudian lakukan titrasi dengan

menggunakan larutan NaOH sebagai titran. Catat volume NaOH yang

terpakai dan hitung kelarutannya dengan menggunakan rumus yang

sudah tersedia.

Secara ilmiah hubungan kelarutan dengan konsentrasi adalah

berbanding terbalik. Dengan bertambahnya konsentrasi kelarutan akan

semakin lambat dan sebaliknya, hal ini dapat terjadi karena konsentrasi

yang semakin tinggi maka ikatan molekul-molekulnya akan semakin

kuat sehingga sulit untuk dilepaskan. Pada jumlah pelarut yang sama

semakin tinggi konsentrasi zat terlarut maka larutan tersebut akan

semakin jenuh, sehingga zat terlarut tidak dapat melarut sempurna.

Dari hasil perhitungan percobaan praktikum ini, kelarutan asam

salisilat kurang sesuai dengan literatur, ditandai dengan grafik

hubungan konsentrasi dengan kelarutan yang tidak membentuk garis

lurus. Hal ini dapat terjadi karena masih banyaknya kekurangan dan

kesalahan yang dilakukan selama praktikum. Namun pada kelarutan

asam benzoat didapatkan hasil yang sesuai dengan literatur, dibuktikan

dengan gambar grafik yang membentuk hampir menyerupai garis

lurus.

Aplikasi dari materi percobaan ini sangat penting dalam bidang

farmasi, sebab dapat membantunya memilih medium pelarut yang

paling baik untuk obat atau kombinasi obat, membantu mengatasi

kesulitan-kesulitan tertentu yang timbul pada waktu pembuatan larutan

farmasetis (di bidang farmasi) dan lebih jauh lagi, dapat bertindak

sebagai standar atau uji kemurnian

XI. SIMPULAN

1. Pembakuan larutan NaOH dengan menggunakan larutan asam

oksalat dan dapat menentukan normalitasnya.

2. Pembuatan pelarut campur dengan konsentrasi yang berbeda-

beda.

Page 19: lapak larutan

3. Semakin tinggi konsentrasi maka kelarutan akan semakin

lambat. Semakin rendah konsentrasi maka kelarutan akan

semakin cepat.

4. Grafik hubungan konsentrasi dengan kelarutan berbentuk

hampir menyerupai garis lurus.

Page 20: lapak larutan

XII. DAFTAR PUSTAKA

Alfian, Zul. 2009. Kimia Dasar. Meda : USU Press

Arsyad, N. 2001. Kamus Kimia Inti dan Penjelasan Istilah. Jakarta :

Gramedia

Brady, J.E. 2000. Kimia Universitas Asas dan Struktur. Jakarta :

Binarupa Aksara

Chang, Raymond. 2005. Kimia Dasar. Jakarta : Erlangga

Muchtaridi. 2007. Kimia 2. Jakarta : Yudhistira

Ratna. 2009. Azas Le Chatelier. Available at http://www.chem-is-

try.org/materi_kimia/kimia_smk/kelas_x/azas-le-chatelier/

(diakses pada tanggal 15 Maret 2015)

Riyanto, Nurdin dan Ari Yustisia Akbar. 2009. Super Genius

Olimpiade Kimia SMA. Jakarta : PT. Buku Kita

Sumardjo. 2006. Pengantar Kimia. Jakarta : EGC

Sunarya, Yayan dan Agus Setiabudi. 2007. Mudah dan Aktif Belajar

Kimia. Bandung : PT. Setia Purna Invers

Suyatno. 2006. Kimia. Jakarta : Grasindo

Svehla. 1990. Analisis Kuantitatif Mikro dan Semimikro. Jakarta : PT.

Kalman Media Pustaka

Tanpa nama. 2011. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kelarutan.

Available at http://repository.usu.ac.id/bitstream/handle/ (diakses

pada tanggal 26 Maret 2015)

Page 21: lapak larutan

Grafik Hubungan Konsentrasi dengan Kelarutan

1 2 3 40

0.5

1

1.5

2

2.5

3

3.5

2.943.19 3.09

2.28

3.2

2.92.73

2.3

asam salisilatasam benzoat

Kelarutan (gr/L)

Pelarut Campur