25
LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM FARMASI FISIKA II LARUTAN NAMA : BENA HUMAIRA NPM : 260110140020 HARI/TANGGAL PRAKTIKUM : SENIN, 23 MARET 2015 ASISTEN : 1. ANUGRAH RAHMAWAN 2. FERSTY ANDINI LABORATORIUM FARMASI FISIKA FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS PADJADJARAN

Lapak Farmasi Fisika Larutan

  • Upload
    benahmr

  • View
    39

  • Download
    2

Embed Size (px)

DESCRIPTION

FarmasiFisika

Citation preview

LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM FARMASI FISIKA IILARUTAN

NAMA: BENA HUMAIRANPM: 260110140020HARI/TANGGAL PRAKTIKUM: SENIN, 23 MARET 2015ASISTEN: 1. ANUGRAH RAHMAWAN 2. FERSTY ANDINI

LABORATORIUM FARMASI FISIKA FAKULTAS FARMASIUNIVERSITAS PADJADJARANJATINANGOR2015ABSTRAKKelarutan merupakan kemampuan suatu zat kimia tertentu dimana adanya zat terlarut (solute) untuk larut dalam suatu pelarut (solvent). Kelarutan dinyatakan dalam jumlah maksimum zat terlarut yang larut dalam suatu pelarut saat setimbang. Pada percobaan ini dilakukan penentuan kadar kelarutan terhadap asam salisilat dan asam benzoat dengan beberapa pelarut campur yaitu etanol, air, gliserin dan propilenglikol. Dalam percobaan, asam salisilat memiliki kelarutan 2,98 gr/ml, 2,30 gr/mL, 4,13 gr/mL, dan 4,61 gr/mL. Asam benzoat memiliki kelarutan 4,16 gr/mL, 5,44 gr/mL, 4,42 gr/mL, 4,25 gr/mL. Dari hasil percobaan disimpulkan bahwa pelarut campur memiliki pengaruh terhadap kelarutan berdasarkan kepolaran dan konstanta dielektriknya.Kata kunci: Kelarutan, Etanol, Gliserin, Propilenglikol, Asam Salisilat, Asam Benzoat

ABSTRACTSolubility is the ability of a particular chemical substance in which the presence of dissolved substances (solutes) to dissolve in a solvent (solvent). The solubility is expressed in the maximum amount of solute dissolved in a solvent while equilibrium. In this experiment is the determination of the solubility levels of salicylic acid and benzoic acid with some mixed solvent is ethanol, water, glycerin and propilenglikol. In the experiment, salicylic acid has a solubility of 2.98 g / ml, 2.30 g / mL, 4.13 g / mL, and 4.61 g / mL. Benzoic acid has a solubility of 4.16 g / mL, 5.44 g / mL, 4.42 g / mL, 4.25 g / mL. From the experimental results concluded that the mixed solvents having an influence on the solubility based on polarity and dielectric constant.Keywords: Solubility, Ethanol, Glycerin, Prophylenglycol, Salicylic Acid, Benzoic Acid

I. Tujuan1. Membuat larutan Natrium Hidroksida (NaOH) yang dibakukan dengan larutan asam oksalat (H2C204) dengan indikator fenolftalein2. Membuat pelarut campurr dari etanol, air, gliserin, dan propilenglikol3. Membuat kelarutan asam benzoat dan asam salisilat dari berbagai macam pelarut campur4. Membuat grafik hubungan konsentrasi dengan presentase campuran pelarutII. Prinsip1. Asas Le ChatelierBila pada sistem kesetimbangan diadakan aksi, maka sistem akan mengadakan reaksi sedemikian rupa sehingga pengaruh aksi itu menjadi sekecil-kecilnya (Ratna, 2009).2. KelarutanKelarutan digunakan untuk menyatakan jumlah maksimal zat yang dapat larut dalam sejumlah tertentu larutan (Suyatno,2006).3. Titrasi Asam-BasaTitrasi merupakan salah satu metode untuk menentukan konsentrasi suatu larutan dengan cara mereaksikan sejumlah volume larutan tersebut terhadap sejumlah volume larutan lain yang konsentrasinya sudah diketahui. Titrasi yang melibatkan reaksi asam basa disebut titrasi asam basa (Muchtaridi, 2007).4. Like Dissolve Like Suatu senyawa akan larut pada senyawa yang mempunyai struktur kimia yang sama. Polar dengan polar dan non polar dengan non polar (Arsyad, 2011).5. Reaksi NetralisasiReaksi yang terjadi dengan pembentukan garam dan H20 netral (pH=7) hasil reaksi antara H+ dari suatu asam dan OH- dari suatu basa (Sumardjo, 2006).6. PengenceranProsedur untuk penyiapan larutan yang kurang pekat dari larutan yang lebih pekat disebut pengenceran. Dalam melakukan proses pengenceran, perlu diingat bahwa penambahan lebih banyak ke dalam sejumlah tertentu larutan stok akan mengubah (mengurangi) konsentrasi larutan tanpa mengubah jumlah mol zat terlarut dalam larutan (Chang, 2005).7. StoikiometriStoikiometri reaksi adalah penentuan pembandingan massa unsur-unsur dalam senyawa dalam pembentukan senyawanya (Alfian, 2009). III. Reaksi2NaOH + H2C2O4 Na2C2O4 + H2O (Vogel,1990)IV. Teori DasarKelarutan merupakan kemampuan suatu zat kimia tertentu dimana adanya zat terlarut (solute) untuk larut dalam suatu pelarut (solvent). Pelarut umumnya merupakan suatu cairan dapat berupa zat murni ataupun campuran. Kelarutan dinyatakan dalam jumlah maksimum zat terlarut yang larut dalam suatu pelarut saat setimbang. Zat-zat tertentu dapat larut dengan perbandingan apapun terhadap suatu pelarut (Vogel,1990).Kelarutan didefenisikan dalam besaran kuantitatif sebagai konsentrasi zatterlarut dalam larutan jenuh pada temperatur tertentu, dan secara kualitatif didefenisikan sebagai interaksi spontan dari dua atau lebih zat untuk membentukdispersi molekuler homogen. Larutan dinyatakan dalam mili liter pelarut yang dapat melarutkan satu gram zat. Misalnya1 gram asam salisilat akan larutdalam 500 mL air. Kelarutan dapat pula dinyatakan dalam satuan molalitas, molaritas danpersen(Genaro, 1990).Larutan merupakan campuran yang bersifat homogen antara molekul, atom atau ion yang terdiri dari dua zat atau lebih,serba sama,tidak ada batang batas antara zat pelarut dengan terlarut (tidak dapat dibedakan secara langsung antara zat pelarut dengan zat terlarut. Partikel-partikel penyusunnya berukuran sama. Sedangkan larutan sejati adalah suatu campuran dari dua atau lebih. Komponen membentuk suatu dispersi molekul homogen yaitu sistem satu fase, dimana komposisinya dapat bervariasi dengan luas (Keenan, 1980).Ada dua jenis campuran yaitu campuran heterogen yang dapat dipisahkan secara mekanisme. Atas dasar ini, larutan didefenisikan sebagai campuran homogen antara dua atau lebih zat.Larutan tak jenuh merupakan suatu larutan yang mengandung zat terlarut dalam konsentrasi dibawah konsentrasi yang dibutuhkan. Atau larutan yang partikel-partikelnya tidak tepat habis bereaksi dengan pereaksi. Larutan tak jenuh terjadi jika hasil kali konsentrasi ion < Ksp berarti larutan masih belum jenuh (masih dapat larut) (Martin, 1980).Larutan jenuh merupakan suatu larutan yang mengandung zat terlarut sebanyak yang diperlukan untuk mempertahankan keseimbangan antara zat terlarut dalam larutan dan zat terlarut yang tidak larut. Serta larutan yang zatnya berada dalam kesetimbangan dengan fase padat (zat terlarut). Dimana larutan yang partikel-partikelnya tepat habis bereaksi dengan pereaksi (zat dengan konsentrasi normal). Terjadi apabila hasil konsentrasi ion = Ksp larutan tepat jenuh.Larutan lewat jenuh merupakan larutan yang mengandung zat terlarut dalam konsentrasi lebih banyak daripada seharusnya. Atau larutan yang tidak dapat lagi melarutkan zat terlarut sehingga terjadi endapan. Terjadi apabila hasil kali konsentrasi ion >Ksp berarti larutan lewat jenuh (mengendap).Dalam larutan fase cair,pelarutnya solvent adalah cairan, danzat yang terlarut di dalamnya disebut zat terlarute (solute) bisa berwujud padat, cair atau gas. Dengan demikian, larutan = pelarut (solvent) + zat terlarut (solute). Khusus untuk larutan cair, maka pelarutnya adalah volume terbesar (Martin, 1990).Terdapat 2 reaksi dalam larutan, yaitu:1. Eksoterm yaitu proses melepaskan panas dari sistem ke lingkungan. Dimana temperatur dari campuran reaksi akan naik dan energi potensial dari zat-zat kimia yang bersangkutan akan turun.2. Endoterm yaitu proses menyerap panas dari lingkungan ke sistem. Dimana temperatur dari campuran reaksi akan turun dan energi potensial dari zat-zat kimia yang bersangkutan akan naik (Juliantara,2009).Ada beberapa kemungkinan bila dua atau lebih zat yang tidak bereaksi dicampur, campuran yang terjadi:1. Campuran kasar2. Dispersi koloid3. Larutan sejatiFaktor-faktor yang mempengaruhi kelarutan suatu zat adalah1. pH2. Temperatur3. Jenis pelarut4. Bentuk dan ukuran 5. Konstanta dielektrit pelarut6. Adanya zat-zat lain, misal surfaktan pembentuk kompleks ion sejenis dan lain-lain Kelarutan bergantung pada 4 faktor, diantaranya:1. Sifat alami pelarut 2. Sifat alami zat terlarut 3. Suhu4. Zat tambahan(Juliantara, 2009).Kelarutan didefinisikan sebagai jumlah maksimum suatu zat yang dapat larut dalam sejumlah pelarut dalam temperatur tertentu. Kelarutan atau solubility dilambangkan dengan s.Berdasarkan kemampuan menghantar listrik, larutan dibedakan menjadi larutan elektrolit (mampu menghantarkan listrik) dan non elektrolit.Sifat koligatif larutanLarutan elektrolitLarutan non elektrolit

Penurunan tekanan uap (P)P = Po . xP = Po . x

Penurunan titik beku (Tf)Tf = m . Kf . iTf = m . Kf

Penaikan titik didih (Tb)Tb = m . Kb . iTb = m . Kb

Tekanan osmotik () = m . R . T . i = m . R. T

(Indria, 2009).V. Alat dan Bahan5.1 Alat5.1.1 Biuret5.1.2 Gelas kimia5.1.3 Gelas ukur5.1.4 Kertas saring5.1.5 Labu ukur5.1.6 Pipet ukur5.2 Bahan5.2.1 Air5.2.2 Asam Benzoat5.2.3 Asam Oksalat5.2.4 Asam Salisilat5.2.5 Etanol 90%5.2.6 Fenolftalein5.2.7 Gliserin5.2.8 Natrium Hidroksida5.2.9 Propilenglikol5.3 Gambar alat

VI. Prosedur PercobaanAlat dan bahan disiapkan. Lalu, larutan NaOH 0,1 N dibuat dengan 2 gram NaOH pellet ditimbang dengan neraca digital. Setelah itu, NaOH pellet tersebut dilarutkan 500mL aquadest bebas karbonat. Larutan NaOH dibakukan dengan asam oksalat 0,1 N. Pembakuan dilakukan dengan indikator fenolftalein dan dilakukan triplo.Pelarut campur yaitu pelarut 1 terdiri dari 4 mL etanol dan 16 mL air, pelarut 2 terdiri dari 5 mL etanol dan 15 mL air, pelarut 3 terdiri dari 4 mL etanol, 14 mL air, dan 2 mL gliserin, pelarut 4 terdiri dari 4 mL etanol, 14 mL air dan 2 mL propilenglikol. Masing-masing dibuat dua kali untuk perhitungan diplo. Setiap 20 mL dibagi dua sama banyak, yang satu untuk dilarutkan dengan asam benzoat dan yang kedua dilarutkan dengan asam salisilat.Setiap larutan dititrasi diplo dengan NaOH yang telah dibakukan. Setiap data yang didapat, dicatat dan dihitung kelarutannya. Data kelarutan yang diperoleh, dibuat grafik hubungan (plot) konsentrasi dengan presentase campuran pelarut.

VII. Data Pengamatan dan perhitungan7.1. Pembakuan NaOHPerhitungan NaOH:N = x = x = 0,1NPembakuan NaOH dengan asam oksalat1. NNaOH x VNaOH = Nasamoksalat x VasamoksalatNNaOH x 13= 2 x 1NNaOH = 0,15 N2. NNaOH x VNaOH = Nasamoksalat x VasamoksalatNNaOH x 14,8= 2 x 1NNaOH = 0,13 N3. NNaOH x VNaOH = Nasamoksalat x VasamoksalatNNaOH x 15,5= 2 x 1NNaOH = 0,12 N

7.2. Pembuatan Pelarut CampurBahan UjiNo. PelarutVolume (mL)

EtanolAirGliserinPropilenglikol

Asam Benzoat/Asam Salisilat1416--

2515--

34142-

4414-2

7.3. Penentuan Kelarutan7.3.1 Asam SalisilatPelarut CampurVolume Sampel (mL)Volume NaOH (mL)Kelarutan (gr/mL)

1212Rata-rata

1101,71,53,272,692,98

2101,21,22,302,302,30

3102,324,423,844,13

4102,52,34,814,424,61

7.3.2 Asam BenzoatPelarut CampurVolume Sampel (mL)Volume NaOH (mL)Kelarutan (gr/mL)

1212Rata-rata

1102,62,34,423,914,16

2103,33,15,615,275.44

3102,52,74,254,594,42

4102,42,64,084,424,25

7.4 PerhitunganKelarutan = Asam Salisilat:Salisilat dengan pelarut 1.1 = = 3,27 gr/mLSalisilat dengan pelarut 1.2 = = 2,69 gr/mLSalisilat dengan pelarut 2.1 = = 2,30 gr/mLSalisilat dengan pelarut 2.2 = = 2,30 gr/mLSalisilat dengan pelarut 3.1 = = 4,42 gr/mLSalisilat dengan pelarut 3.2 = = 3,84 gr/mLSalisilat dengan pelarut 4.1 = = 4,81 gr/mLSalisilat dengan pelarut 4.2 = = 4,42 gr/mKAsam Benzoat: Benzoat dengan pelarut 1.1 = = 4,42 gr/mLBenzoat dengan pelarut 1.2 = = 3,91 gr/mLBenzoat dengan pelarut 2.1 = = 5,61 gr/mLBenzoat dengan pelarut 2.2 = = 5,27 gr/mLBenzoat dengan pelarut 3.1 = = 4,25 gr/mLBenzoat dengan pelarut 3.2 = = 4,59 gr/mLBenzoat dengan pelarut 4.1 = = 4,08 gr/mLBenzoat dengan pelarut 4.2 = = 4,42 gr/mLVIII. Pembahasan Dalam praktikum kali ini tujuannya adalah untuk menguji dan menentukan kelarutan asam benzoat dan asam salisilat dari berbagai macam pelarut campur. Hal yang dilakukan pertama kali dalam praktikum kali ini adalah menyiapkan seluruh alat dan bahan yang diperlukan. Alat-alat yang akan digunakan harus dalam keadaan bersih dan kering agar terbebas dari zat-zat yang akan mempengaruhi pengujian dan penentuan kelarutan.Selanjutnya adalah pembuatan larutan NaOH 0,1 N dengan perhitungan yang telah diketahui. NaOH pellet ditimbang 2 gram sebanyak 500 mL. Penimbangan pellet NaOH menggunakan kaca arloji, sebab NaOH memiliki sifat higroskopik yaitu sifat yang sangat mudah menguap. Selain itu, dengan kaca arloji juga akan mencegah kerusakan dalam pemakaian neraca analitik. Pembuatan NaOH dilakukan dengan memanaskan air sebanyak 500 mL di dalam beaker glass. Lalu setelah dipanaskan, pellet NaOH sebanyak 2 gram dimasukkan ke dalam beaker glass tersebut dan ditutup dengan plastik wrap agar tidak ada CO2 yang bereaksi dengan NaOH membentuk endapan Natrium Karbonat. Setelah itu, NaOH yang sudah dibuat tersebut didinginkan hingga suhu normal.Setelah pembuatan NaOH, selanjutnya dilanjutkan dengan pembakuan NaOH dengan larutan asam oksalat 2 N. Larutan asam oksalat dibuat dengan melarutkan 6,3 gram serbuk asam oksalat dengan 500 mL aquadest sehingga menghasilkan 2 N asam oksalat. Dalam pembakuan ini, digunakan beberapa tetes indikator fenolftalein kedalam analit, karena fenolftalein memiliki sifat asam lemah dengan trayek pH 8,3-10, ketika ditetesi larutan yang memiliki pH 10 akan terjadi perubahan warna menjadi merah rosa yang menandakan bahwa itu adalah titik akhir titrasi. Perubahan warna disebabkan oleh perubahan ikatan rangkap terkonjugasi.NaOH dimasukkan kedalam biuret sebagai titran dan asam oksalat ada di dalam labu erlenmeyer sebagai analit lalu zat tersebut dititrasi hingga menunjukkan perubahan warna pada analit. Setelah mendapatkan perubahan warna lalu dicatat berapa volume NaOH yang masuk kedalam analit lalu dihitung pembakuannya.Setelah itu dilanjutkan dengan pembuatan larutan sampel. Larutan sampel ini menggunakan 4 macam pelarut campur yaitu etanol, gliserin, air dan propilenglikol dengan menggunakan perbandingan tertentu. Keempat zat ini dicampurkan bersama karena memiliki kestabilan yang sangat baik. Dalam percobaan ini dibuat sebanyak masing-masing 20 mL pelarut campur untuk 4 pelarut. Pelarut pertama yaitu berisikan 4 mL etanol, 16 mL air. Pelarut kedua berisikan 5 mL etanol, 15 mL air. Pelarut ketiga berisikan 4 mL etanol, 14 mL air dan 2 mL gliserin. Pelarut keempat berisikan 4 mL etanol, 14 mL air dang 2 mL propilenglikol. Keempat macam pelarut campur itu dibuat 2 kali, masing-masing dibuat untuk melarutkan asam benzoat dan asam salisilat.Asam salisilat atau asam ortohidroksibenzoat merupakan asam yang bersifat iritan lokal, yang dapat digunakan secaratopikal. Terdapat berbagai turunan yang digunakan sebagaiobat luar, yang terbagi atas 2 kelas, ester dari asam salisilat dan ester salisilat dariasam organik. Di samping itu digunakan pula garamsalisilat. Turunannya yang paling dikenal asalahasam asetilsalisilat. Asam salisilat memiliki rumus molekul C6H7O3 dan mempunyai berat molekul 138,12. Di dalam farmakope III dijelaskan bahwa kelarutan asam salisilat itu larut dalam 550 bagian air dan dalam 4 bagian etanol (95%)P; mudah larut dalam kloroform P dan dalam eter P; larut dalam larutan amonium asetat P; dinatrium hidrogenfosfatP, kalium sitrat P dan natrium sitrat P.Dalam penentuan kelarutan asam salisilat, maka diambil dulu asam salisilat ditimbang sebanyak 0,1 gram yang akan dimasukkan kedalam masing-masing empat pelarut campur. Lalu ketika dilarutkan akan ada terbentuk endapan larutan asam salisilat. Endapan yang terbentuk dari masing-masing pelarut campur tersebut disaring menggunakan kertas saring dan corong. Kertas saring dilipat membentuk kerucut dan menutupi permukaan corong agar penyaringan dapat dilakukan dengan baik dan tidak ada endapan yang masuk kedalam filtratnya. Lalu filtratnya diambil sebanyak 10 mL menggunakan pipet volume atau pipet ukur agar jumlah yang akan dititrasi terhitung secara tepat dan akurat dan ditetesi indikator fenolftalein untuk dititrasi dengan NaOH yang sudah dibakukan tadi, ini dilakukan sebanyak dua kali (diplo) agar mendapatkan data yang akurat. Kemudian dilanjutkan dengan pelarut campur kedua, ketiga dan seterusnya. Volume NaOH yang dititrasi dicatat untuk menghitung kelarutan asam salisilat.Setelah perlakuan sudah dilakukan untuk asam salisilat maka dilanjutkan dengan melakukan hal yang sama untuk asam benzoat dengan 4 macam pelarut campur tadi. Asam benzoat adalah padatan kristal berwarna putih dan merupakan asam karboksilat aromatik yang paling sederhana. Asam lemah ini beserta garam turunannya digunakan sebagai pengawet makanan. Asam benzoat adalah prekursor yang penting dalam sintesis banyak bahan-bahan kimia lainnya. Asam benzoat memiliki rumus molekul C7H6O2 dan berat molekul 122,12. Menurut farmakope III asam benzoat memiliki kelarutan yaitu larut dalam lebih kurang 350 bagian air, dalam lebih kurang 3 bagian etanol (95%)P, dalam 8 bagian kloroform P dan dalam 3 bagian eter P.Asam benzoat dimasukkan kedalam masing-masing pelarut campur dan diaduk hingga membentuk endapan. Setelah itu asam benzoat yang dilarutkan dalam pelarut pertama disaring menggunakan kertas saring. Lalu filtratnya diambil 10 mL menggunakan pipet ukur atau pipet volume. Setelah itu dititrasi dengan menggunakan NaOH yang telah dibakukan sebanyak dua kali atau diplo. Amati perubahan warna larutan analit menjadi warna merah rosa yang menandakan bahwa sudah mencapai titik akhir titrasi. Setelah itu volume NaOH yang dipakai dicatat dan dihitung kelarutan asam benzoat.Perhitungan kelarutan menggunakan rumus:Kelarutan = Dalam melihat kadar kelarutan suatu sampel dapat dilihat dari beberapa faktor seperti pH, temperatur, ukuran partikel, jenis pelarut, konstanta dielektrik dan penambahan zat-zat lain. Dalam percobaan kali ini memakai 4 jenis pelarut tambahan atau disebut dengan kosolven. Penambahan kosolven ini sangat mempengaruhi polaritas sistem, yang dapat ditunjukan dengan perubahan konstanta dielektriknya. Kosolven yang berperan dalam percobaan kali ini adalah gliserin, propilenglikol dan etanol. Menurut farmakope III gliserindapat dicampur dengan air, dan dengan etanol (95%)P; praktis tidak larut dalam kloroform P, dalam eter P dan dalam minyak. Sedangkan etanol kelarutannya adalah sangat mudah larut dalam air, dalam kloroform P dan dalam eter P.Dalam percobaan, asam salisilat memiliki kelarutan 2,98 gr/ml pada pelarut pertama, 2,30 gr/mL pada pelarut kedua, 4,13 gr/mL pada pelarut ketiga, dan 4,61 gr/mL pada pelarut keempat. Berdasarkan hasil tersebut terlihat jelas bahwa pada pelarut kedua, kelarutan asam salisilat memiliki kelarutan yang kecil, sebab asam salisilat memang hanya sedikit larut dalam etanol yaitu hanya 4 bagian saja.Selanjutnya pada asam benzoat memiliki kelarutan 4,16 gr/mL pada pelarut pertama, 5,44 gr/mL pada pelarut kedua, 4,42 gr/mL pelarut ketiga dan 4,25 gr/mL pelarut keempat. Ini membuktikan bahwa perbedaan perbandingan, kepolaran suatu zat tambahan atau kosolven dan ukuran partikel sampel mempengaruhi kelarutan. Didalam pengamatan ini terlihat bahwa benzoat memiliki kelarutan paling tinggi jika dilarutkan dengan pelarut campur kedua dimana perbandingan etanolnya sedikit lebih banyak dari pelarut campur yang lainnya. Ini sesuai dengan teoritis bahwa asam benzoat lebih larut kedalam etanol daripada air.Setelah seluruh kelarutan zat didapatkan maka selanjutnya dilakukan pembuatan grafik kelarutan untuk asam salisilat dan asam benzoat. Selanjutnya setelah praktikum selesai dilakukan kurve pada alat-alat yang sudah digunakan dan dibersihkan lalu disimpan ke tempatnya agar kebersihan laboratorium tetap terjaga.

IX. Kesimpulan1. Larutan Natrium Hidroksida (NaOH) dapat dibakukan dengan asam oksalat2. Pelarut campur dapat dibuat air, etanol, gliserin dan propilenglikol3. Kelarutan asam salisilat dan asam benzoat bervariasi sesuai dengan pelarut campur4. Hubungan konsentrasi dan persentase campuran dapat dilihat dari grafik

Lampiran (Grafik)

Daftar Pustaka

Alfian, Zul. 2009. Kimia Dasar. Medan: USU PressArsyad, N. 2001. Kamus Kimia Anti dan Penjelasan Istilah. Jakarta: GramediaChang, Raymond. 2005. Kimia Dasar. Jakarta: ErlanggaGenaro, R. A. 1990. Remingtons Pharmaceutical Science. 18th ed. Macle Printing Company, Easton-Pennsilva, USA.Indria.2009. Kelarutan. Available online at www.slideshare.net/zulfi3101/larutan-dan-konsentrasi (diakses pada 25 Maret 2015)Juliantara. 2009. Kimia Larutan. Available online at http://www.edukasi.kompasiana.com/2009/12/18/kimia-larutan-kimia-dasar/ (diakses pada 25 Maret 2015)Keenan, Kleinfelter dan Wood. 1980. Kimia Untuk Universitas edisi ke 6. Jakarta: ErlanggaMartin, Alfred. 1990. Farmasi Fisik I. Jakarta: UI PressMuchtaridi. 2007. Kimia 2. Jakarta: YudhistiraRatna.2009. Azas Le Chatelier. Available online at http://www.chem-is-try.org/materi_kimia/kimia-smk/kelas_x/azas-le-chatelier/. (diakses pada 25 Maret 2015)Sumardjo. 2006. Pengantar Kimia. Jakarta: EGCSuyatno. 2006. Kimia. Jakarta: GrasindoVogel. 1990. Kimia Analisis Kualitatif. Jakarta: Erlangga