26
KATA PENGANTAR Puji dan syukur penyusun panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang dengan ijinNyalah tugas ini dapat diselesaikan. Penyusun mengucapkan terima kasih kepada Bapak Drs. Babang Robandi, MPd. dan Ibu Nia Emilda, S.Pd. sebagai dosen mata kuliah Landasan Pendidikan yang telah membimbing dan membantu dalam menyelesaikan tugas ini, serta pihak-pihak yang telah ikut serta dalam proses penyelesaian tugas ini. Penyusunan makalah dengan judul “Manusia dan Pendidikan” ini dimaksudkan untuk memenuhi tugas mata kuliah Landasan Pendidikan. Dalam proses penyusunan makalah ini, penyusun menyadari masih banyak kekurangan. Untuk itu penyusun mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari semua pihak untuk perbaikan makalah ini. Penyusun juga berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi institusi pendidikan maupun pihak lainnya, khususnya bagi penyusun. i

landasan pendidikan

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: landasan pendidikan

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penyusun panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang

dengan ijinNyalah tugas ini dapat diselesaikan.

Penyusun mengucapkan terima kasih kepada Bapak Drs. Babang Robandi,

MPd. dan Ibu Nia Emilda, S.Pd. sebagai dosen mata kuliah Landasan Pendidikan

yang telah membimbing dan membantu dalam menyelesaikan tugas ini, serta

pihak-pihak yang telah ikut serta dalam proses penyelesaian tugas ini.

Penyusunan makalah dengan judul “Manusia dan Pendidikan” ini

dimaksudkan untuk memenuhi tugas mata kuliah Landasan Pendidikan.

Dalam proses penyusunan makalah ini, penyusun menyadari masih banyak

kekurangan. Untuk itu penyusun mengharapkan kritik dan saran yang bersifat

membangun dari semua pihak untuk perbaikan makalah ini.

Penyusun juga berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi institusi

pendidikan maupun pihak lainnya, khususnya bagi penyusun.

Bandung, Pebruari 2011

Penyusun

i

Page 2: landasan pendidikan

DAFTAR ISI

Contents

KATA PENGANTAR.............................................................................................1

DAFTAR ISI............................................................................................................2

BAB I PENDAHULUAN.....................................................................................3

A. Latar Belakang Penulisan..........................................................................3

B. Rumusan Masalah.....................................................................................4

C. Tujuan Penulisan.......................................................................................4

BAB II PEMBAHASAN....................................................................................5

A. Hakikat Manusia........................................................................................5

B. Kedudukan Manusia..................................................................................8

C. Pentingnya Pendidikan Bagi Manusia.....................................................11

BAB III PENUTUP...........................................................................................16

A. Kesimpulan..............................................................................................16

B. Saran........................................................................................................17

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................18

Page 3: landasan pendidikan

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penulisan

Anak manusia lahir tidak berdaya, tidak dilengkapi insting yang

sempurna, masa penyesuaian untuk belajar memerlukan waktu yang cukup

lama, kemampuannya masih terbatas, oleh karenanya anak manusia perlu

bantuan, perlu perlindungan dan perawatan. Di sisi lain manusia sebagai

masyarakat perlu budaya kelompok, perlu warisan sosial budaya, perlu

kehidupan beradab, perlu pendidikan. Dengan demikian apa hakikat

manusia dalam hubungnanya dengan pendidikan, manusia sebagai

makhluk yang harus/perlu dididik dan mendidik, manusia sebagai makhluk

yang dapat dapat dididik dan mendidik, serta pendidikan sebagai

humanisasi.

Dengan demikian, terjadi suatu proses pendidikan atau proses

belajar yang akan memberikan pengertian, pandangan, dan penyesuaian

bagi seseorang, masyarakat, maupun negara sebagai penyebab

perkembangannya.

Kehidupan manusia selalu berubah, sangat bergantung pada

kesengsaraan hidup manusia dalam bermasyarakat. Setiap individu

merupakan pendukung pengalaman hidup dan kelompok sosialnya. Disini,

pendidikan memberikan makna yang luas dan dalam bagi perubahan hidup

manusia secara individu dan sosial, mulai dari masyarakat primitif hingga

masyarakat modern, dan kehidupan yang dianggap paling sulit pada zaman

purbakala sampai abad teknologi sekarang ini.

iii

Page 4: landasan pendidikan

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana hakikat manusia dalam menjalani kehidupan?

2. Bagaimana kedudukan manusia jika dilihat dari berbagai prinsip

antropologis?

3. Mengapa pendidikan penting bagi manusia?

C. Tujuan Penulisan

1. Untuk mengetahui hakikat manusia dalam menjalankan kehidupannya.

2. Untuk memahami kedudukan manusia.

3. Untuk mendeskripsikan pentingnya pendidikan bagi manusia.

Page 5: landasan pendidikan

BAB II PEMBAHASAN

A. Hakikat Manusia

1. Manusia adalah Makhluk Tuhan YME

Menurut Evolusionisme, manusia adalah hasil puncak dari mata

rantai evolusi yang terjadi di alam semesta. Manusia – sebagaimana

halnya alam semesta – ada dengan sendirinya berkembang dari awal itu

sendiri, tanpa Pencipta, Sebaliknya, Kreasionisme menyatakan bahwa

asal-usul manusia – sebagai mana halnya alam semesta – adalah ciptaan

suatu Creative Cause atau Personality, yaitu Tuhan YME.

Kita dapat mengakui kebenaran tentang adanya proses evolusi di

alam semesta termasuk pada diri manusia, tetapi tentunya kita menolak

pandangan yang menyatakan adanya manusia di alam semesta semata-

mata hasil evolusi dari alam itu sendiri, tanpa Pencipta. Penolakan ini

terutama didasarkan atas keimanan kita kepada Tuhan YME sebagai

Maha Pencipta.

2. Manusia sebagai Kesatuan Badani-Rohani

Sebagai kesatuan badani-rohani manusia hidup dalam ruang dan

waktu, memiliki kesadaran (consciousness) dan penyadaran diri (self-

awareness), mempunyai berbagai kebutuhan, insting, nafsu serta

mempunyai tujuan. Manusia untuk berbuat baik, namun di samping itu

karena hawa nafsunya ia pun memiliki potensi untuk berbuat jahat.

Selain itu, manusia memiliki potensi untuk mampu berpikir (cipta),

potensi berperasaan (rasa), potensi berkehendak (karsa) dan memiliki

potensi untuk berkarya. Adapun dalam eksistensinya manusia

berdimensi individualitas/personalitas, sosialitas, moralitas,

keberbudayaan dan keberagamaan. Implikasi dari semua itu, manusia

memiliki historisitas, berinteraksi/berkomunikasi, dan memiliki

dinamika.

v

Page 6: landasan pendidikan

3. Individualitas/Personalitas

Manusia bukan hanya sebagai anggota di dalam lingkungannya,

tetapi juga besifat individual. Karena itu, ia adalah kesatuan yang tak

dapat dibagi, memiliki perbedaan dengan yang lainnya sehingga setiap

manusia bersifat unik. Dengan demikian dapat kita simpulkan, bahwa

manusia adalah individu atau pribadi, artinya manusia adalah satu

kesatuan yang tak dapat di bagi, memiliki perbedaan dengan yang

lainnya sehingga bersifat unik dan merupakan subjek yang otonomi.

4. Sosialitas

Sekalipun setiap manusia adalah individu/personal, tetapi tidak

hidup sendirian. Dalam hidup bersama dengan sesamanya

(bermasyarakat), setiap individu menempati kedudukan (status)

tertentu, mempunyai dunia dan tujuan hidupnya masing-masing, namun

demikian sekaligus ia pun mempunyai dunia bersama dan tujuan hidup

bersama dengan sesamanya. Melalui hidup dengan sesamanyalah

manusia akan dapat mengukuhkan eksistensinya. Sehubungan dengan

ini Aristoteles menyebut manusia sebagai makhluk social atau makhluk

bermasyarakat (Ernst Cassirer, 1987). Selain itu hendaknya terdapat

keseimbangan antara individualitas dan sosialitas pada setiap manusia.

5. Keberbudayaan

Manusia memiliki inisiatif dan kreatif dalam menciptakan

kebudayaan, ia hidup berbudaya dan membudaya. Manusia

menggunakan budaya dalam rangka memenuhi berbagai kebutuhannya

atau untuk mencapai berbagai tujuannya. Dismaping itu, kebudayaan

menjadi milik manusia, menyatu dengan dirinya, ia hidup sesuai dengan

kebudayaannya. Karena itu, kebudayaan bukan sesuatu yang ada diluar

manusia, melainkan meliputi perbuatan manusia itu sendiri.

Kebudayaan tidak bersifat statis, melainkan dinamis. Kodrat dinamika

pada diri manusia mengimplikasikan adanya perubahan dan pembaruan

kebudayaan. Hal ini tentu saja didukung oleh pengaruh kebudayaan

Page 7: landasan pendidikan

masyarakat /bangsa lain terhadap kebudayaan masyarakat tertentu, serta

di rangsang pula oleh tantangan yang dating dari lingkungannya.

6. Moralitas

Eksistensi manusia memiliki dimensi moralitas. Manusia memiliki

dimensi moralitas karena ia memiliki kata hati yang dapat membedakan

antara baik dan jahat. Sebagai subjek yang otonom (memiliki

kebebasan) manusia selalu dihadapkan pada suatu alternative

tindakan /perbuatan yang harus dipilihnya. Adapun kebebasan untuk

bertindak/berbuat itu selalu berhubungan dengan norma-norma moral

dan nilai-nilai moral yang juga bertindak/berbuat, maka selalu ada

penilaian moral atau tuntutan pertanggungjawaban atas setiap

perbuatannya.

7. Keberagamaan

Keberagamaan merupakan salah satu karakteristik esensial

manusia yang terungkap dalam bentuk pengakuan atau keyakinan akan

kebenaran suatu agama, yang diwujudkan dalam sikap dan perilakunya.

Dalam keberagamaan ini manusia dapat merasakan hidupnya menjadi

bermakna. Ia memperoleh kejelasan tentang asal-usulnya, dasar

hidupnya, tata cara hidupnya dan menjadi jelas pula kemana arah tujuan

hidupnya.

8. Historisitas

Historisitas memiliki fungsi dalam eksistensi manusia. Historisitas

turut membangun eksistensi manusia. Sehubungan dengan ini Karl

Jaspers menyatakan : “Manusia harus tahu siapa dia tadinya, untuk

menjadi sadar kemungkinan menjadi apa dia nantinya. Masa lampaunya

yang historis adalah faktor dasar yang tidak dapat di hindarkan bagi

masa depannya” (Fuad Hasan, 1973). Adapun esensi tujuan hidup

manusia tiada lain untuk mencapai keselamatan/kebahagiaan di dunia

dan di akhirat, atau untuk mendapatkan ridho Tuhan YME.

vii

Page 8: landasan pendidikan

9. Komunikasi/Interaksi

Dalam rangka mencapai tujuan hidupnya, manusia

berinteraksi/berkomunikasi. Komuniksi/interaksi ini dilakukannya baik

secara virtual, yaitu dengan Tuhannya; secara horizontal yaitu dengan

alam dan sesama manusia dan budayanya; dan bahkan dengan “dirinya

sendiri”. Demikinalah interaksi/komunikasi tersebut bersifat multi

dimensi.

10. Dinamika

N. Drijarkara S.J. (1986) menyatakan bahwa manusia mempunyai

atau berupa dinamika (manusia sebagai dinamika). Adapun dinamika

itu adalah untuk penyempurnaan diri baik dalam hubungannya dengan

sesama, dunia dan Tuhan. Manusia aalah subjek, sebab itu dia dapat

menontrol dinamikanya. Namun demikian karena ia adalah kesatuan

jasmani-rohani (yang mana ia di bekali nafsu), Sebagai insan sosial

dsb., maka dinamika itu tidak sepenuhnya selalu dapat dikuasainya.

11. Eksistensi Manusia adalah untuk Menjadi Manusia

Bagi manusia, bereksistensi berarti mengada adakan dirinya secara

aktif. Bereksistensi berarti merencanakan, berbuat dan menjadi.

Eksistensi manusia tiada lain adalah untuk menjadi manusia. Inilah

tugas yang diembannya. Tegasnya, ia harus menjadi manusia ideal

(manusia yang diharapkan, dicita-citakan, atau menjadi manusia yang

seharusnya).

B. Kedudukan Manusia

1. Prinsip-prinsip Antropologis Keharusan Pendidikan: Manusia sebagai

Makhluk yang Perlu Dididik dan Perlu Mendidik Diri

a. Prinsip Historisitas

Sebagaimana telah dijelaskan dalam uraian terdahulu,

eksistensi manusia terpaut dengan masa lalunya sekaligus

mengarah ke masa depan untuk mencapai tujuan hidupnya. Dengan

Page 9: landasan pendidikan

demikian, manusia berada dalam perjalaanan hidup, dalam

perkembangan dan pengembangan diri. Ia adalah manusia tetapi

sekaligus “belum selesai” mewujudkan dirinya sebagai manusia.

b. Prinsip Idealitas

Bersamaan dengan hal diatas, dalam eksistensinya manusia

mengemban tugas untuk menjadi ideal. Sosok manusia ideal

merupakan gambaran manusia yang dicita-citakan atau yang

seharusnya. Maka, sosok manusia ideal tersebut belum

terwujudkan melainkan harus diupayakan untuk diwujudkan.

c. Prinsip Posibilitas/Aktualitas

Berbagai kemampuan yang seharusnya dilakukan manusia

tidak dibawa sejak kelahirannya, melainkan harus diperoleh setelah

kelahirannya dalam perkembangan menuju kedewasaannya. Di satu

pihak, berbagai kemampuan tersebut diperoleh manusia melalui

upaya bantuan dari pihak lain.

2. Prinsip-prinsip Antropologis Kemungkinan Pendidikan: Manusia

sebagai Makhluk yang Dapat Dididik

a. Prinsip Potensialitas

Manusia memiliki berbagai potensi, yaitu potensi untuk

beriman dan betakwa kepada Tuhan TME, potensi untuk mampu

berbuat baik, potensi cipta, rasa, karsa dan potensi karya. Oleh

sebab itu, manusia akan dapat dididik karena ia memiliki potensi

untuk menjadi manusia ideal.

b. Prinsip Dinamika

Manusia (peserta didik) memiliki dinamika untuk menjadi

manusia ideal. Ia berupaya untuk mengaktualisasikan diri agar

menjadi manusia ideal, baik dalam rangka interaksi/komunikasinya

secara horisontal maupun vertikal. Karena itu, dinamika manusia

mengimplikasikan bahwa ia akan dapat dididik.

ix

Page 10: landasan pendidikan

c. Prinsip Individualitas

Praktek pendidikan merupakan upaya pendidik

memfasilitasi peserta didik (manusia) yang antara lain diarahkan

agar ia mampu menjadi dirinya sendiri (menjadi

seseorang/pribadi). Dipihak lain, peserta didik (manusia) adalah

individu yang memiliki kesendirian (subyektivitas), bebas dan aktif

berupaya untuk menjadi dirinya sendiri. Sebab itu, individualitas

mengimplikasikan bahwa peserta didik (manusia) akan dapat

dididik.

d. Prinsip Sosialitas

Pendidikan hakikatnya berlangsung dalam pergaulan

(interaksi/komunikasi) antar sesama manusia (pendidik dan peserta

didik). Melalui pergaulan tersebut pengaruh pendidikan

disampaikan oleh pendidik dan diterima oleh peserta didik.

Hakikat manusia adalah makhluk sosial, ia hidup bersama dengan

sesamanya. Dalam kehidupan bersama dengan sesamanya ini akan

terjadi hubungan pengaruh timbal balik dimana setiap individu

akan menerima pengaruh individu yang lainnya. Maka, sosialitas

mengimplikasikan bahwa manusia akan dapat dididik.

e. Prinsip Moralitas

Pendidikan berarti normatif, artinya dilaksanakan

berdsarkan sistem norma dan nilai tertentu. Di samping itu,

pendidikan bertujuan agar manusia berakhlak mulia,agar manusia

berperilaku sesuai dengan nilai-nilai dan norma-norma yang

bersumber dari agama, masyarakat dan budayanya. Di pihak lain,

manusia berdimensi moralitas, manusia mampu membedakan yang

baik dan yang jahat. Jadi, dimensi moralitas mengimplikasikan

bahwa manusia akan dapat dididik.

Page 11: landasan pendidikan

C. Pentingnya Pendidikan Bagi Manusia

Dalam pengertian yang sederhana dan umum, makna pendidikan

sebagai usaha manusia untuk menumbuhkan dan mengembangkan

potensi-potensi pembawaannya, baik jasmani maupun rohani sesuai

dengan nilai-nilai yang ada dalam masyarakat dan kebudayaan. Dengan

kata lain, pendidikan dapat diartikan sebagai hasil peradaban bangsa yang

dikembangkan atas dasar pandangan hidup bangsa itu sendiri (nilai dan

norma masyarakat), yang berfungsi sebagai filsafat pendidikannya.

Sekaligus menunjukkan cara bagaimana warga negara berpikir dan

berperilaku secara turun temurun hingga ke generasi berikutnya. Dalam

perkembangannya akan sampai pada tingkat peradaban yang maju atau

meningkatnya nilai-nilai kehidupan dan pembinaan kehidupan yang lebih

sempurna.

1. Tujuan Pendidikan

Setiap kegiatan pendidikan merupakan bagian dari suatu proses

yang diharapkan untuk menuju ke suatu tujuan dan tujuan-tujuan ini

ditentukan oleh tujuan-tujuan akhir. Pada umumnya, esensi ditentukan

oleh masyarakat yang dirumuskan secara singkat dan padat, seperti

kematangan dan integritas atau kesempurnaan pribadi dan

terbentuknya kepribadian.

Tujuan pendidikan di Indonesia sebagaimana terdapat dalam

Undang-Undang RI Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan

Nasional Bab II Pasal 3, menyebutkan: “Pendidikan nasional

bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi

manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,

berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi

warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab”.

Dalam pengertian yang sangat sederhana, dapat dipahami bahwa

pendidikan selalu membawa perubahan, baik cepat atau lambat,

terbuka dan terpendam. Perubahan juga membawa pada kebutuhan

xi

Page 12: landasan pendidikan

yang makin banyak dan beragam sehingga mungkin benar kalau ada

yang mengaatakan bahwa pendidikan mencetuskan harapan, karena

harapan itu sendiri terletak pada pendidikan.

2. Fungsi Pendidikan Dalam Hidup dan Kehidupan Manusia

Peranan pendidikan dalam hidup dan kehidupan manusia, terlebih

pada zaman modern sekarang ini yang dikenal dengan abad

cybernetica, pendidikan diakui sebagai satu kekuatan (education as

power) yang menentukan prestasi dan produktivitas di bidang yang

lain. Karena menurut Theodore Brameld bahwa “Education as power

means competent and srtrong enough toenable us, the majority of

people, to decide what kind of a world we want and how to achieve

that kind world.” Dengan kata lain, pendidikan sebagai kekuatan

berarti mempunyai kewenangan yang cukup kuat bagi kita untuk

menentukan suatu dunia bagaimana yang kita inginkan dan bagaimana

mencapai dunia semacam itu. Tidak ada satu fungsi dan jabatan di

dalam masyarakat tanpa melalui proses pendidikan. Pendek kata,

seluruh aspek kehidupan memerlukan proses pendidikan baik di dalam

maupun di luar lembaga formal. Hubungan dan interaksi sosial yang

terjadi dalam proses pendidikan di masyarakat mempengaruhi

perkembangan kepribadian manusia. Untuk memperoleh hakikat diri

yang makin bertambah sebagai hasil pengalaman berturut-turut

sepanjang kehidupan manusia.

Jadi, pendidikan adalah suatu proses yang lebih luas daripada

proses yang berlangsung di dalam sekolah. Pendidikan adalah suatu

aktivitas sosial yang memungkinkan masyarakat tetap ada dan

berkembang. Di dalam masyarakat yang kompleks, fungsi pendidikan

mengalami proses spesialisasi dan melembaga dengan pendidikan

formal, yang senantiasa tetap berhubungan dengan proses pendidikan

informal di luar sekolah.

Dari uraian-uraian tadi, jelas bahwa pendidikan melaksanakan

fungsi seluruh aspek kebutuhan hidup untuk mewujudkan potensi

Page 13: landasan pendidikan

manusia sebagai aktualitas. Sehingga mampu menjawab tantangan dan

memecahkan masalah-masalah yang dihadapi oleh umat manusia

dalam dinamika hidup dan perubahan yang terjadi pada masa yang

akan datang.

3. Peranan Lembaga Pendidikan

Memikirkan masalah pendidikan, (termasuk di dalamnya lembaga

pendidikan) merupakan suatu kegiatan yang terhormat, karena hal itu

adalah suatu usaha berguna bagi perkembangan masyarakat. Demikian

pula pekerjaan mengajar dan mendidik, memang pekerjaan yang baik

dan baik pula untuk dikerjakan.

Sekolah adalah lembaga pendidikan yang penting setelah keluarga,

yang berfungsi membantu keluarga untuk mendidik anak-anak. Anak-

anak mendapatkan pendidikan di lembaga ini, yaitu yang tidak

didapatkan dalam keluarga, atau karena kedua orang tuanya tidak

mempunyai kesempatan untuk memberikan pendidikan dan pengjaran

kepada anak-anaknya. Salah satu tugas pendidikan anak-anak oleh

orang tua, diserahkan kepada guru sebagai pendidik profesional untuk

memberikan ilmu pengetahuan, keterampilan, jiwa beragama kepada

anak, dan sebagainya. Tugas yang dilakukan guru di sekolah

merupakan tugas pelimpahan dan lanjutan dari tanggung jawab orang

tua. Karena itu, guru sebagai pendidik merasa memiliki tanggung

jawab yang harus dilaksanakan dengan baik dan menjadi contoh

teladan bagi anak-anak.

4. Proses Pendidikan Bersama Perkembangan Proses Kehidupan

Proses pendidikan berada dan berkembang bersama proses

perkembangan hidup dan kehidupan manusia. Seluruh pendidikan

merupakan masalah hidup dan kehidupan manusia, karena segala

pengalaman sepanjang hidup memberikan pengaruh pendidikan bagi

seseorang.

Dengan mengambil pengertian pendidikan secara luas, berarti

masalah kependidikan mempunyai ruang lingkup yang luas pula,

xiii

Page 14: landasan pendidikan

meliputi seluruh aspek hidup dan kehidupan manusia atau sepanjang

pengalaman yang dialami seseorang sejak ia dilahirkan hingga

berpisah dengan dunia kehidupan atau mati. Seseorang mulai

mendapatkan pendidikan sejak memperoleh pengalaman dalam

lingkungannya, terutama dalam lingkungan keluarga dimana anak

dilahirkan dalam keadaan lemah tidak berdaya. Kelangsungan dalam

proses hidupnya sangat tergantung kepada pertolongan orang tuanya

atau orang yang menyusui dan mengasuhnya. Anak yang dalam

keadaan lemah tidak berdaya tersebut sebenarnya telah menyimpan

beberapa potensi pembawaan yang serba memungkinkan untuk

ditumbuhkan dan dikembangkan, bagi kelangsungan hidup dan

pemenuhan kebutuhan hidup manusia.

Dalam proses pendidikan, potensi-potensi tadi merupakan potensi

dasar manusia dan merupakan isi pendidikan yang dibina dan

dikembangkan dalam proses hidup dan kehidupan seseorang, mulai

dari lingkungan keluarga hingga lingkungan masyarakat yang lebih

luas. Semua pengalaman yang diperoleh dari lingkungan keluarga ini

sebagai dasar bagi hidup dan kehidupan pada masa berikutnya. Oleh

karena itu, pendidikan mempunyai kedudukan sebagai bagian yang

tidak dapat dipisahkan dengan hidup dan kehidupan manusia.

5. Pendidikan sebagai Humanisasi

Manusia akan dapat menjadi manusia hanya dengan pendidikan.

Implikasinya maka pendidikan tiada lain adalh humanisasi (upaya

memanusiakan manusia).

Sebagai humanisasi, pendidikan mengandung pengertian yang

sangat luas. Karena itu, pendidikan hendaknya tidak direduksi menjadi

sebatas pengajaran saja. Pengajaran memang tergolong dalam salah

satu bentuk upaya bantuan yang diberikan kepadda peserta didik,

tetapi upaya ini terbatas hanya dalam rangka untuk menguasai dan

mengembangkan pengetahuan semata. Pendidikan jangan direduksi

menjadi sebatas latihan saja, sebab latihan hanya diarahkan dalam

Page 15: landasan pendidikan

rangka menguasai keterampilkan saja. Pendidikan jangan pula

direduksi menjadi hanya sebatas sosialisasi saja, atau atau

menghasilkan tenaga kerja saja, dan sebagainya. Sebagai humanisasi,

pendidikan seyogyanya meliputi bentuk kegiatan dalam upaya

mengembangkan potensi manusia dalam konteks dimensi

keberagaman, moralitas, individualitas, sosialitas, dan keberbudayaan

secara menyeluruh dan terintegrasi.

Namun demikian, humanisasi bukanlah pembentukan peserta didik

atas dasar kehendak sepihak dari pendidik. Peserta didik bukanlah

objek yang harus dibentuk oleh pendidik. Alasannya, bahwa peserta

didik hakikatnya adalah subjek yang otonom. Kita harus menyadari

prinsip individualitas/personalitas. Sesuai dengan prinsip ini, bahwa

yang berupaya mewujudkan potensi kemanusiaan itu adalah peserta

didik sendiri. Bahwa yang berupaya mengadakan atau

mengaktualisasikan diri itu hakikatnya adalah peserta didik. Sekuat

apapun upaya yang dilakukan pendidik, apabila dilakukan dengan

melanggar prinsip individualitas/personaliotas dari peserta didik,

maka upaya itu tidak/sulit untuk dapat diterima oleh peserta didik.

Implikasinya, peranan pendidik bukanlah membentuk peserta didik,

melainkan membantu atau memfasilitasi peserta didik untuk

mewujudkan dirinya dengan mengacu kepada semboyan ingarso sung

tulodo (memberikan teladan), ing madya mangun karso

(membangkitkan semangat, kemauan), dan tut wuri handayani

(membimbing/memimpin).

xv

Page 16: landasan pendidikan

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan

Telah diketahui bahwa hakikat manusia terdiri dari manusia adalah

makhluk Tuhan YME, manusia sebagai kesatuan badani-rohani,

individualitas/personalitas, sosialias keberbudayaan, moralitas,

keberagaman, historitas, komunikasi/interaksi, dinamika, dan eksisten

manusia adalah untuk menjadi manusia.

Berdasarkan uraian terdahulu, dapat disimpulkan bahwa manusia

adalah makhluk yang perlu dididik dan mendidik diri. Terdapat tiga

prinsip antropologis yang menjadi asumsi perlunya manusia mendapatkan

pendidikan dan perlu mendidik diri, yaitu prinsip historitas, prinsip

idealitas, dan prinsip posibilitas/aktualitasi. Selain itu, prinsip-prinsip

antropologis yang melandasi bahwa manusia akan dapat dididik adalah

sebagai berikut: prinsip potensialitas, prinsip dinamika, prinsip

individualitas, prinsip sosialitas, dan prinsip moralitas.

Pendidikan sangat diperlukan bagi manusia karena tujuan

pendidikan yaitu memenuhi kebutuhan hidup manusia seirnig dengan

perkembangan zaman. Tujuan pendidikan bangsa Indonesia tercantum

dalam Undang-Undang RI Nomer 20 Tahun 2003 Bab II Pasal 3.

Pendidikan juga mempunyai fungsi untuk mewujudkan potensi manusia

sehingga mampu menjawab tantangan dan memecahkan masalah yang

dihadapinya. Manusia memerlukan lembaga pendidikan untuk dapat

meraih pendidikan, diantaranya adalah orang tua, guru, dan lain-lain.

Pendidikan berkembang seiring jalannya proses kehidupan. Jadi, peranan

pendidik bukanlah untuk membentuk peserta didik, melainkan untuk

membantu/memfasilitasi peserta didik untuk mewujudkan dirinya.

Page 17: landasan pendidikan

B. Saran

Pendidikan bertujuan untuk membawa perubahan bagi kehidupan

manusia ke arah yang lebih baik. Maka dari itu, harus ada kesinambungan

antara pendidik dan peserta didik agar tujuan tersebut dapat tercapai.

xvii

Page 18: landasan pendidikan

DAFTAR PUSTAKA

Sub Koordinat MKDP Landasan Pendidikan Universitas Pendidikan Indonesia.

2010. Landasan Pendidikan. Bandung:

Ali, Hamdani. 1987. Filsafat Pendidikan. Yogyakarta: Kota Kembang.

Kusumo, Amir Dairen Indra. 1981. Pengantar Ilmu Pendidikan. Malang: FIP

IKIP Malang.

Purwanto, M. Ngalim. 1985. Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis. Bandung:

Remaja Karya.

Djumransjah, H. M., M. Ed. 2004. Filsafat Pendidikan. Malang: Bayumedia

Publishing.