Upload
eka-suciptadi
View
11
Download
3
Embed Size (px)
DESCRIPTION
Landasan Sosiologis Pendidikan
Citation preview
LANDASAN SOSIOLOGIS PENDIDIKAN
MAKALAH
Untuk Memenuhi Tugas Matakuliah
Landasan Pendidikan dan Pembelajaran
Yang dibina oleh Ibu Prof. Dr. Sumarmi. M.Pd
Oleh
Dzulfiana Anjarini 150721806504
Eka Suciptadi 150721806388
UNIVERSITAS NEGERI MALANG
PROGAM PASCASARJANA
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GEOGRAFI
Oktober 2015
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Manusia adalah makhluk hidup yang diberikan berbagai potensi oleh Tuhan,
setidaknya manusia diberikan panca indera dalam hidupnya. Namun tentu saja
potensi yang dimilikinya harus digunakan semaksimal mungkin sebagai bekal
dalam menjalani hidupnya. Untuk memaksimalkan semua potensi yang dimiliki
kita sebagai manusia, tentunya harus ada sesuatu yang mengarahkan dan
membimbingnya, supaya berjalan dan terarah sesuai dengan apa yang diharapkan.
Mengingat begitu besar dan berharganya potensi yang dimiliki manusia,
maka manusia harus dibekali dengan pendidikan yang cukup sejak dini. Di lain
pihak manusia juga memiliki kemampuan dan diberikan akal pikiran yang
berbeda dengan makhluk yang lain. Sedangkan pendidikan itu adalah usaha yang
disengaja dan terencana untuk membantu perkembangan potensi dan kemampuan
manusia agar bermanfaat bagi kepentingan hidupnya.
Secara sosiologi, pendidikan adalah sebuah warisan budaya dari generasi
ke generasi, agar kehidupan masyarakat berkelanjutan, dan identitas masyarakat
itu tetap terpelihara. Sosial budaya merupakan bagian hidup manusia yang paling
dekat dengan kehidupan sehari-hari, dan hampir setiap kegiatan manusia tidak
terlepas dari unsur sosial budaya.
Memasuki abad ke-21 dan menyongsong milenium ketiga tentu akan terjadi
banyak perubahan dalam kehidupan masyarakat sebagai akibat dari era
globalisasi. Tak hanya perubahan sosial, budaya pun berpengaruh besar dalam
dunia pendidikan akibat dari pergeseran paradigma pendidikan yaitu mengubah
cara hidup, berkomunikasi, berpikir, dan cara bagaimana mencapai kesejahteraan.
Dengan mengetahui begitu pesatnya arus perkembangan dunia diharapkan dunia
pendidikan dapat merespon hal-hal tersebut secara baik dan bijak yang
berlandaskan sosiologi.
Landasan Pendidikan diperlukan agar pendidikan yang sedang
berlangsung mempunyai pondasi atau pijakan yang kuat. Menurut sifat wujudnya,
landasan dapat dibedakan menjadi : (1) landasan yang bersifat material, dan (2)
landasan yang bersifat konseptual. Contoh landasan yang bersifat material antara
lain berupa landasan pacu pesawat terbang dan fundasi bangunan gedung. Adapun
contoh landasan yang bersifat konseptual antara lain berupa dasar Negara
Republik Indonesia yaitu Pancasila dan UUD RI Tahun 1945; landasan
pendidikan, dsb. Landasan yang bersifat konseptual identik dengan asumsi, yaitu
suatu gagasan, kepercayaan, prinsip, pendapat atau pernyataan yang sudah
dianggap benar, yang dijadikan titik tolak dalam rangka berpikir (melakukan
suatu studi) dan/atau dalam rangka bertindak. (melakukan suatu praktek). Untuk
di Indonesia diperlukan landasan pendidikan berupa landasan hukum, landasan
filsafat, landasan sejarah, landasan sosial, landasan budaya, landasan
psikologi,dan landasan ekonomi. Pendidikan sebagai usaha sadar yang sistematis
selalu bertolak dari landasan-landasan tersebut karena pendidikan merupakan pilar
utama terhadap perkembangan manusia dan masyarakat bangsa tertentu.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimanakah Sosiologis pendidikan ?
2. Bagaimana implementasi landasan sosiologis pendidikan ?
3. Bagaimana Ruang Lingkup Landasan Sosiologis Pendidikan?
4. Bagaimana Fungsi Kajian Landasan Sosiologis Pendidikan?
5. Bagaimana Masyarakat Indonesia sebagai Landasan Sosiologis Sistem
Pendidikan Nasional?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui bagaimanakah sosiologis pendidikan.
2. Untuk mengetahui implementasi landasan sosiologis pendidikan.
3. Untuk mengetahui ruang lingkup landasan sosiologis pendidikan.
4. Untuk mengetahui fungsi kajian landasan sosiologis pendidikan.
5. Untuk mengetahui masyarakat indonesia sebagai landasan sosiologis sistem
pendidikan nasional
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Sosiologis Pendidikan
Sosiologi lahir dalam abad ke-19 di Eropa, karena pergeseran pandangan
tentang masyarakat, sebagai ilmu empiris yang memperoleh pijakan yang kokoh.
Sosiologi sebagai ilmu yang otonom dapat lahir karena terlepas dari pengaruh
filsafat. Nama sosiologi untuk pertama kali digunakan oleh August Comte (1798-
1857) pada tahun 1839, sosiologi merupakan ilmu pengetahuan positif yang
memepelajari masyarakat. Sosiologi mempelajari berbagai tindakan sosial yang
menjelma dalam realitas sosial. Mengingat banyaknya realitas sosial, maka
lahirlah berbagai cabang sosiologi seperti sosiologi kebudayaan, sosiologi
ekonomi, sosiologi agama, sosiologi pengetahuan, sosiologi pendidikan, dan lain-
lain.
Kegiatan pendidikan merupakan suatu proses interaksi antara dua individu,
bahkan dua generasi, yang memungkinkan generasi muda memperkembangkan
diri. Kegiatan pendidikan yang sistematis terjadi di lembaga sekolah yang dengan
sengaja dibentuk oleh masyarakat. Perhatian sosiologi pada pendidikan semakin
intensif. Dengan meningkatnya perhatian sosiologi pada kegiatan pendidikan
tersebut maka lahirlah cabang sosiologi pendidikan. Ciri-ciri sosiologis
pendidikan :
1. Empiris adalah adalah ciri utama sosiologi sebagai ilmu, Sebab bersumber
dan diciptakan dari kenyataan yang terjadi di lapangan.
2. Teoritis adalah peningkatan fase penciptaan yang menjadi salah satu
bentuk budaya yang bisa disimpan dalam waktu lama dan dapat
diwariskan kepada generasi muda.
3. Komulatif adalah sebagai akibat dari penciptaan terus – menerus sebagai
konsekuensi dari terjadinya perubahan di masyarakat, yang membuat teori
– teori itu akan berkomulasi mengarah kepada teori yang lebih baik.
4. Nonetis adalah karena teori ini menceritakan apa adanya tentang
masyarakat beserta individu – individu di dalamnya, tidak menilai apakah
hal itu baik atau buruk.
Salah satu bagian sosiologi,yang dapat dipandang sebagai sosiologi Khusus
adalah sosiologi pendidikan. Sosiologi pendidikan ini membahas sosiologi yang
terdapat pada pendidikan. (Wuradji : 1988 dalam Made pidarta : 2013) menulis
bahwa sosiologi pendidikan meliputi: (1) interaksi guru dengan siswa (2)
dinamika kelompok dikelas dan organisasi intra sekolah, (3) struktur dan fungsi
sistem pendidikan, (4) sistem – sistem masyarakat dan pengarunya terhadap
pendidikan.
Sosiologi dan sosiologis pendidikan saling terkait. Proses sosial dimulai dari
interaksi sosial dan dalam proses sosial itu selalu terjasi interaksi Sosial. Interaksi
dan proses sosial didasari oleh faktor – faktor berikut
1. Imitasi
Imitasi atau peniruan bisa bersifat positif dan negatif, kalau anak meniru orang
tuanya atau gurunya berpakaian rapi, maka anak tersebut sudah mensosialisasik
diri secara positif
2. Sugesti
Sugesti akan terjadi kalau seorang anak menerima atau tertarik pada pandangan
atau sikap oranglain yang berwibawa atau berwewenag atau mayoritas
3. Identifikasi
Seorang anak dapat mensosialisasikan diri lewat identifikasi. Ia berusaha atau
mencoba menyamakan dirinya dengan orang lain baik secara sadar maupun di
bawah sadar.
4. Simpati
Simpati akan terjadi manakala seseorang merasa tertarik pada orang lain.
Faktor perasaan memegang peranan penting dalam simpati.
Sosiologi pendidikan merupakan analisis ilmiah tentang proses sosial dan
pola – pola interaksi sosial dalam sistem pendidikan. Ruang lingkup yang
dipelajari oleh sosiologi pedidikan meliputi empat bidang yakni
1. Hubungan sistem pendidikan dengan aspek masyarakat lain, yang mempelajari:
a. Fungsi kependidikan dalam kebudayaan.
b. Hubungan sistem pendidikan dalam proses kontrol sosial dan sistem
kekuasan.
c. Fungsi sistem pendidikan dalam memelihara dan mendorong proses sosial
dan perubahan kebudayaan.
d. Hubungan pendidikan dengan kelas sosial atau sistem status
2. Hubungan kemanusiaan yang di sekolah yang meliputi
a. Sifat kebudayaan sekolah khususnya yang berbeda dengan kebudayaan di
luar sekolah.
b. Pola interaksi sosial atau struktur masyarakat sekolah.
3. Pengaruh sekolah pada perilaku anggotanya, yang mempelajari
a. Peran sosial guru.
b. Sifat kepribadian guru.
c. Pengaruh kepribadian guru terhadap tingkahlaku siswa.
d. Fungsi sekolah dalam sosialisasi anak – anak.
4. Sekolah dalam komunitas, yang mempelajari pola interaksi antara sekolah
dengan kelompok sosial yang lain dalam komunitas nya meliputi
a. Pelukisan tentang komunitas seperti tampak dalam pengarunya terhadap
organisasi sekolah
b. Analisis tentang proses pendidikan seperti tampak terjadi pada sistem sosial
kominitas kaum tidak terpelajar
c. Hubungan antara sekolah dan komunitas dalam fungsi kependidikan
d. Faktor – faktor demografi dan ekologi dalam hubungan nya dengan
organisasi sekolah.
Keempat bidang yang di pelajari tersebut sangat esensial sebagai sarana untuk
memehami sistem pendidikan dalam kaitanya denag keseluruhan hidup
masyarakat ( wayan Ardhana, 1986 dalam la sulo dan Tirtaraharja 2005 : 96 )
Dengan demikian, manusia sebagai makhluk sosial, menjadikan sosiologi
sebagai landasan bagi proses dan pelaksanaan pendidikan, karena memang
karakteristik dasar manusia sebagai makhluk sosial akan berkembang dengan baik
dan menghasilkan kebudayaan-kebudayaan yang bernilai serta peradaban tinggi
melalui pendidikan.
B. Landasan Sosiologis Pendidikan
Landasan sosiologi mengandung norma dasar pendidikan yang bersumber
dari norma kehidupan masyarakat yang dianut oleh suatu bangsa. Untuk
memahami kehidupan bermasyarakat suatu bangsa, kita harus memusatkan
perhatian pada pola hubungan antar pribadi dan antar kelompok dalam masyarakat
tersebut. Untuk terciptanya kehidupan masyarakat yang rukun dan damai,
terciptalah nilai-nilai sosial yang dalam perkembangannya menjadi norma-norma
sosial yang mengikat kehidupan bermasyarakat dan harus dipatuhi oleh masing-
masing anggota masyarakat.
Dalam kehidupan bermasyarakat dibedakan tiga macam norma yang dianut
oleh pengikutnya, yaitu: (1) paham individualisme, (2) paham kolektivisme, (3)
paham integralistik.
Paham individualisme dilandasi teori bahwa manusia itu lahir merdeka dan
hidup merdeka. Masing-masing boleh berbuat apa saja menurut keinginannya,
asalkan tidak mengganggu keamanan orang lain. Dampak individualisme
menimbulkan cara pandang yang lebih mengutamakan kepentingan individu di
atas kepentingan masyarakat. Dalam masyarakat seperti ini, usaha untuk mencapai
pengembangan diri, antara anggota masyarakat satu dengan yang lain saling
berkompetisi sehingga menimbulkan dampak yang kuat.
Paham kolektivisme memberikan kedudukan yang berlebihan kepada
masyarakat dan kedudukan anggota masyarakat secara perseorangan hanyalah
sebagai alat bagi masyarakatnya.
Sedangkan paham integralistik dilandasi pemahaman bahwa masing-masing
anggota masyarakat saling berhubungan erat satu sama lain secara organis
merupakan masyarakat. Masyarakat integralistik menempatkan manusia tidak
secara individualis melainkan dalam konteks strukturnya manusia adalah pribadi
dan juga merupakan relasi. Kepentingan masyarakat secara keseluruhan
diutamakan tanpa merugikan kepentingan pribadi.
Landasan sosiologis pendidikan di Indonesia menganut paham integralistik
yang bersumber dari norma kehidupan masyarakat: (1) kekeluargaan dan gotong
royong, kebersamaan, musyawarah untuk mufakat, (2) kesejahteraan bersama
menjadi tujuan hidup bermasyarakat, (3) negara melindungi warga negaranya, dan
(4) selaras serasi seimbang antara hak dan kewajiban. Oleh karena itu, pendidikan
di Indonesia tidak hanya meningkatkan kualitas manusia secara orang per orang
melainkan juga kualitas struktur masyarakatnya.
C. Implementasi Landasan Sosiologis Pendidikan
Masyarakat Indonesia setelah kemerdekaan, utamanya pada zaman
pemerintahan orde baru telah banyak perubahan. Sebagai masyarakat majemuk,
maka komunitas dengan ciri-ciri unik baik secara horizontal maupun vertikal
masih dapat ditemukan. Demikian pula halnya dengan sifat-sifat dasar dari zaman
penjajahan belum terhapus seluruhnya. Namun dengan niat politik yang kuat
menjadi suatu masyarakat bangsa Indonesia serta dengan kemajuan dalam
berbagai bidang pembangunan.
Berbagai upaya yang persatuan dan kesatuan yang kokoh, berbagai upaya
tersebut dilaksanakan dengan tidak mengabaikan kenyataan tentang kemajemukan
masyarakat Indonesia. Hal terakhir tersebut kini makin mendapat perhatian yag
semestinya dengan antara lain memasukkannya muatan local di dalam kurikulum
sekolah.
Muatan lokal yang didasarkan pada kebhinekaan masyaraka Indonesia.
Dengan demikian akan dapat diwujudkan manusia Indonesia dengan wawasan
nusantara dan berjiwa nasional akan tetapi memahami dan menyatu dengan
lingkungan.dilakukan, baik melalui jalur sekolah (seperti mata pelajaran PKn,
pendidikan sejarah) maupun jalur pendidikan luar sekolah (penataran, P4,
Pemasyarakaatn P4 non penaratan ) telah mulai menumbuhkan benih-benih.
Landasan sosial dalam kurikulum dapat dipandang sebagai suatu rancangan
pendidikan. Sebagai suatu ranacangan kurikkulum menentukan pelaksanaan dan
hasil pendidikan. Kita maklumi bahwa pendidikan merupakan usaha
mempersiapan peserta didik untuk terjun kelingkungan masyarakat. Pendidikan
bukan hanya untuk pendidikan semata, namun memberikan bekal pengetahuan,
keterampilan serta nilai – nilai untuk hidup, bekerja dan mencapai perkembangan
lebih lanjut di masyarakat.
Menurut Israel Sheffer dalam Ahmadi mengemukakan bahwa melalui
pendidikan manusia mengenal peradaban masa lalu turut serta dalam peradaban
sekarang dan membuat peradaban masa yang akan datang.Dengan demikian,
kurukulum yang di kembangkan sudah seharusnya mempertimbangkan, merespon
dan berlandaskan pada perkembangan sosial budaya dalam suatu masyarakat,
baik dalam konteks lokal,nasional maupun global (ahmadi dan Amri 2010 : 52 )
D. Ruang Lingkup Landasan Sosiologis Pendidikan
Para ahli Sosiologi dan ahli Pendidikan sepakat bahwa, sesuai dengan
namanya, Sosiologi Pendidikan atau Sociology of Education (juga Educational
Sociology) adalah cabang ilmu Sosiologi, yang pengkajiannya diperlukan oleh
professional dibidang pendidikan (calon guru, para guru, dan pemikir pendidikan)
dan para mahasisiwa serta professional sosiologi.
Mengenai ruang lingkup Sosiologi Pendidikan, Brookover mengemukakan
adanya empat pokok bahasan berikut:
1. Hubungan sistem pendidikan dengan sistem social lain
2. Hubungan sekolah dengan komunitas sekitar,
3. Hubungan antar manusia dalam sistem pendidikan
4. Pengaruh sekolah terhadap perilaku anak didik
Sosiologi Pendidikan diharapkan mampu memberikan rekomendasi mengenai
bagaimana harapan dan tuntutan masyarakat mengenai isi dan proses pendidikan
itu, atau bagaimana sebaiknya pendidikan itu berlangsung menurut kacamata
kepentingan masyarakat, baik pada level nasional maupun lokal.
Sosiologi Pendidikan secara operasional dapat defenisi sebagai cabang
sosiologi yang memusatkan perhatian pada mempelajari hubungan antara pranata
pendidikan dengan pranata kehidupan lain, antara unit pendidikan dengan
komunitas sekitar, interaksi social antara orang-orang dalam satu unit pendidikan,
dan dampak pendidikan pada kehidupan peserta didik. Rochman Natawidjaja
(2007: 82).
E. Fungsi Kajian Landasan Sosiologis Pendidikan
Kajian soisologi tentang pendidikan pada prinsipnya mencakup semua
jaluar pendidikan baik pendidikan sekolah maupun pendidikan luar sekolah.
Khusus untuk jalur pendidikan luar sekolah terutama apabila di tinjau dari
sosiologi makaa pendidikan keluarga adalah sangat penting karena keluarga
adalah lembaga sosial yang peratama bagi setiap manusia.
Dalam UU RI No. 2 tahun 1989 pasal 10 ayat 4 di nyatakan
bahwa”pendidikan keluarga merupakan bagian dari jalur pendidikan luar sekolah
yang di selenggarakan dalam keluarga dan yang memberikan keyakinan agama,
nilai budaya, nilai moral dan keteampilan”.
Perlu juga di tegaskan bahwa pemerintah mengakui kemandirian keluarga
untuk melaksanakan upaya pendidikan dalam lingkunganya sendiri. Meskipun
pendidikan formal telah mengambil sebagian tugas keluarga dalam mendidik
anak, tetapi pengaruh keluarga tetap penting sebab keluarga merupakan lembaga
sosial pertama yang dikenal anak. Disamping sekolah dan keluarga, proses
pendidikan juga sangat di pengaruhi oleh berbagai kelompok sosial dalam
masyarakat, seperti kelompok keagamaan, organisas pemuda dan pramuka dan
lain – lain. Terdapat satu kelompok khusus yang datantang nya bukan dari orang
dewasa, tetapi dari anak – anak lain yang hampir seusia, yang di sebut kelompok
sebaya.
Kelompok sebaya ini merupakan agen sosialisasi yang mempunyai
pengaruh kuat dengan seiring bertambahnya usia anak. Kelompok sebaya terdiri
dari sejumlah individu yang rata – rata usianya hampir sama yang mempunya
kepentingan tertentu yang bersifat sangat sementara. Ada tiga fungsi dalam kajian
landasan soaiologis pendidikan yakni
1. Fungsi eksplanasi
Menjelaskan atau memberikan pemahaman tentang fenomena yang termasuk
ke dalam ruang lingkup pembahasannya. Untuk diperlukan konsep-konsep,
proposisi-proposisi mulai dari yang bercorak generalisasi empirik sampai dalil
dan hukum-hukum yang mantap, data dan informasi mengenai hasil penelitian
lapangan yang actual, baik dari lingkungan sendiri maupun dari lingkungan lain,
serta informasi tentang masalah dan tantangan yang dihadapi. Dengan informasi
yang lengkap dan akurat, komunikan akan memperoleh pemahaman dan wawasan
yang baik dan akan dapat menafsirkan fenomena-fenomena yang dihadapi secara
akurat. Penjelasan-penjelasan itu bisa disampaikan melalui berbagai media
komunikasi.
2. Fungsi prediksi
Meramalkan kondisi dan permasalahan pendidikan yang diperkirakan akan
muncul pada masa yang akan datang. Sejalan dengan itu, tuntutan masyarakat
akan berubah dan berkembang akibat bekerjanya faktor-faktor internal dan
eksternal yang masuk ke dalam masyarakat melalui berbagai media komunikasi.
Fungsi prediksi ini amat diperlukan dalam perencanaan pengembangan
pendidikan guna mengantisipasi kondisi dan tantangan baru.
3. Fungsi utilisasi
Menangani permasalahan-permasalahan yang dihadapi dalam kehidupan
masyarakat seperti masalah lapangan kerja dan pengangguran, konflik sosial,
kerusakan lingkungan, dan lain-lain yang memerlukan dukungan pendidikan, dan
masalah penyelenggaraan pendidikan sendiri.
Jadi, secara umum sosiologi pendidikan bertujuan untuk mengembangkan
fungsi-fungsinya selaku ilmu pengetahuan (pemahaman eksplanasi, prediksi, dan
utilisasi) melalui pengkajian tentang keterkaitan fenomena-fenomena siosial dan
pendidikan, dalam rangka mencari model-model pendidikan yang lebih fungsional
dalam kehidupan masyarakat.
Secara khusus, Sosiologi Pendidikan berusaha untuk menghimpun data dan
informasi tentang interaksi sosial di antara orang-orang yang terlibat dalam
institusi pendidikan dan dampaknya bagi peserta didik, tentang hubungan antara
lembaga pendidikan dan komunitas sekitarnya, dan tentang hubungan antara
pendidikan dengan pranata kehidupan lain.
F. Masyarakat Indonesia sebagai Landasan Sosiologis Sistem Pendidikan
Nasional
Masyarakat selalu mencakup sekelompok orang yang berinteraksi antar
sesamanya, saling tergantung dan terikat oleh nilai dan norma yang dipatuhi
bersama, pada umumnya bertempat tinggal di wilayah tertentu, dan adakalanya
mereka memiliki hubungan darah atau memiliki kepentingan bersama.
Masyarakat dapat merupakan suatu kesatuan hidup dalam arti luas ataupun dalam
arti sempit. Masyarakat dalam arti luas pada umumnya lebih abstrak misalnya
masyarakat bangsa, sedang dalam arti sempit lebih konkrit misalnya marga atau
suku. Masyarakat sebagai kesatuan hidup memiliki ciri utama, antara lain:
1. Ada interaksi antara warga-warganya
2. Pola tingkah laku warganya diatur oleh adapt istiadat, norma-norma, hukum,
dan aturan-aturan khas
3. Ada rasa identitas kuat yang mengikat para warganya. Kesatuan wilayah,
kesatuan adat- istiadat, rasa identitas, dan rasa loyalitas terhadap kelompoknya
merupakan pangkal dari perasaan bangga sebagai patriotisme, nasionalisme,
jiwa korps, dan kesetiakawanan sosial (Umar Tirtarahardja dan La Sulo, 1994:
100).
Masyarakat Indonesia mempnyai perjalanan sejarah yang panjang. Dari dulu
hingga kini, ciri yang menonjol dari masyarakat Indonesia adalah sebagai
masyarakat majemuk yang tersebar di ribuan pulau di nusantara. Melalui
perjalanan panjang, masyarakat yang bhineka tersebut akhirnya mencapai satu
kesatuan politik untuk mendirikan satu negara serta berusaha mewujudkan satu
masyarakat Indonesia sebagaiu masyarakat yang bhinneka tunggal ika. Sampai
saat ini, masyarakat Indonesia masih ditandai oleh dua ciri yang unik, yakni :
1. Secara horizontal ditandai oleh adanya kesatuan-kesatuan social atau
komunitas berdasarkan perbedaan suku, agama, adat istiadat, dan kedaerahan.
2. Secara vertical ditandai oleh adanya perbedaan pola kehidupan antara lapisan
atas, menengah, dan lapisan bawah.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Sosiologi pendidikan merupakan analisa ilmiah tentang proses sosial di dalam
sistem pendidikan. Ruang lingkup yang dipelajari oleh sosiologi pendidikan
meliputi empat bidang :
1. hubungan sistem pendidikan dengan sistem sosial lain
2. hubungan sekolah dengan komunitas sekitar
3. hubungan antar manusia dalam sistem pendidikan
4. pengaruh sekolah terhadap perilaku anak didik
Landasan sosiologis mengandung norma dasar pendidikan yang bersumber
dari norma kehidupan masyarakat yang dianut oleh suatu bangsa. Untuk
memahami kehidupan bermasyarakat suatu bangsa, kita harus memusatkan
perhatian pada pola hubungan antar pribadi dan antar kelompok dalam masyarakat
tersebut. Untuk terciptanya kehidupan bermasyarakat yang rukun dan damai,
terciptalah nilai-nilai sosial yang dalam perkembangannya menjadi norma-norma
sosial yang mengikat kehidupan bermasyarakat dan harus dipatuhi oleh masing-
masing anggota masyarakat.
Sosiologi pendidikan dituntut untuk melakukan tiga fungsi, yaitu: (1) fungsi
eksplanasi, (2) fungsi prediksi, (3) fungsi utilisasi. Secara umum, sosiologi
pendidikan bertujuan untuk mengembangkan fungsi-fungsinya tersebut melalui
pengkajian fenomena-fenomena sosial dan pendidikan, dalam rangka mencari
model-model pendidikan yang lebih fungsional dalam kehidupan masyarakat.
Perkembangan masyarakat Indonesia dari masa ke masa telah mempengaruhi
sistem pendidikan nasional. Hal tersebut sangatlah wajar, mengingat kebutuhan
akan pendidikan semakin meningkat dan kompleks. Berbagai upaya pemerintah
telah dilakukan untuk menyesuaikan pendidikan dengan perkembangan
masyarakat terutama dalam hal menumbuhkembangkan ke-Bhineka tunggal ika-
an, baik melalui kegiatan jalur sekolah maupun jalur pendidikan luar sekolah.
B. Saran
Manusia sebagai makhluk sosial, maka setiap manusia seharusnya
menjadikan sosiologi sebagai landasan bagi proses dan pelaksanaan pendidikan,
karena memang karakteristik dasar manusia sebagai makhluk sosial akan
berkembang dengan baik dan menghasilkan kebudayaan-kebudayaan yang
bernilai serta peradaban tinggi melalui pendidikan. Maka perlu adanya komitmen
dari pemerintah untuk memberikan suatu pengembangan yang memadai tentang
sosiologi pendidikan. Seperti tampak seperti ini seharusnya pendidikan
melaksanakan pengembangan, yang dilaksanakan umumnya tidak memilih salah
satu tetapi seharusnya diupayakan seimbang antara pelestarian dan pengembangan
sosial.
DAFTAR RUJUKAN
Amri Sofan & Ahmadi khoiru. 2010 . Konstruksi Pengembangan Pembelajaran.
Jakarta : Prestasi Pustakarya
Armanto Dyahrahayu. “Fungsi Kajian Sosiologi Pendidikan”. 28 April 2012
https://dyahrahayuarmanto.wordpress.com/tag/fungsi-kajian-sosiologi-
pendidikan/ di Akses pada 12 oktober 2015
Munandar Aras.” Landasan Sosiologis “ .20 Maret 2010.
https://arasmunandar.wordpress.com/landasan-sosiologi/ di Akses pada
12 oktober 2015
Pidarta Made. 2013. Landasan Kependidikan : stimulus ilmu pendidikan bercorak
indonesia. Jakarta : Rineka Cipta.
Tirtarahardja, U. & Sula, S. L. L. 2005. Pengantar Pendidikan. Jakarta: Rineka
Cipta.