Click here to load reader
View
129
Download
7
Embed Size (px)
KULIAH PAKAR IK THT-KLOtitis Eksterna dan Otitis Media Rhinitis Alergi dan Sinusitis maksilaris
Anatomi Telinga I.TELINGA LUAR a. Daun Telinga : - mrpkan lipatan kulit yg membungkus fibrokartilago, kec. lobulus dan anti helix . - melekat di kepala , erat oleh ligamen dan otot. b. Liang Telinga Luar : - lubangnya MAE - salurannya CAE
Liang Telinga tdd :
Bag. tl rawan 1/3 bag. lateral ( 8 mm ) lanjutan kartilago aurikula tdp : rambut, kelj sebasea, kelj sudorifera, kelj serumenosa Bag. Tulang 2/3 bag. ( 16 mm ) kulit melekat erat di tulang, bila ada OE dan terjadi furunkel akan sakit sekali ! Isthmus : penyempitan pd junctura kartilago - ossea
II.TELINGA TENGAH Pembagian secara Anatomis : 1. mb. timpani 2. cavum timpani 3. tuba eustachii 4. mastoid dan selulae Pembagian secara Fisiologis : a. Timpani Anterior : - meso timpani - hipo timpani - tuba auditiva b. Timpani Posterior : - epitimpani - retrotimpani
3. Tuba Auditiva/Eustachii Menghub. C.timpani dg nasofaring Tdd. 2 bag : pars osseus yi. 1/3 bag. lateral ( 12 mm) dan selalu terbuka ! pars cartilaginosa/ membranasea yi. 2/3 bag.medial ( 24 mm) dan selalu tertutup ! Terbuka ok kontraksi m. tensor timpani dan m.tensor veli palatini serta m. levator velipalatini. Yi. pd saat meniup, menelan, buka mulut, menghisap. Keadaan normal- istirahat. Pada anak ; lebih pendek, lebih lebar, lebih horisontal sering terjadi OMA
Fungsi Tuba Eustachius Mengatur tekanan di telinga tengah Drainage cairan dari telinga tengah Proteksi kuman dari nasofaring ke telinga tengah
Physiology
3. Radang = otitis eksternaEtiologi : bakteri, virus, jamur, rx. dll. Gejala : - tanda2 rx radang + , discharged + Tx. : liang dibersihkan salep/kompres AB , analgetik Klasifikasi : a. oe sirkumscripta b. oe difusa c. oe maligna d. oe mikotika (otomikosis)
a. OE Sirkumscripta=furunkulosis Lokasi: rdg pars kartilaginosa Gejala: sakit spontan saat buka mulut,mengunyah tragus pain refered pain Pemeriksaan : - sakit tekan - pembengkaan liang telinga, tragus, mastoid, daerah temporal. Tx. : = AB = analgetik = k/p insisi
b. OE Difusa
Radang seluruh liang telinga (gendang telinga) Predisposisi : - kelembaban - alergi - psikologik Gejala : sakit, gatal, kurang dengar (tergt. derajat) Pemeriksaan : ddg.liang merah,edem, luka/lecet tragus pain daun telinga digerakkan
c.OE Maligna
Predisposisi : - kelemahan umum (imunodepresi) - DM terkontrol >> - leukemia - arteriosklerosis Lokasi : isthmus liang telinga Etiologi : pseuodomonas aeruginosa me neurotoxin cranial/neuropati exotoxin nekrose p.d mhancurkan jar.sekitar smp concha, periauricula, kelj parotis, sendi temporomandibula
Prognosis : sangat fatal berakhir dg kematian ! Tx. : sangat sukar (nekrotomi bila blm luas)d.OE Mikotika = Otomikosis etiologi: - jamur aspergilus albus/nigra - candida gejala : rs. gatal (khas) predisposisi : kelembaban tinggi (perenang) tx. : antimikotika (sistemik & topikal)
RADANG TELINGA TENGAH = OTITIS MEDIADeff: Radang mukoperios rongga t. tengah. prosesnya kontinyu dan dinamisKlasifikasi berdasar faktor : 1. waktu : akut - sub akut kronik 2. mb. Timpani : utuh perforasi 3. sekret/cairan : +/ Otitis media dapat digolongkan atas : 1. OMA (akut) 2. OMK (kronik) 3. OME (Otitis media dg Efusi)
Fisiologi Telinga Tengah
1. Otitis Media Akuta ( OMA ) ad. Radang mukoperiost dr rongga telinga tengah ok kuman (infeksi) Kausa : ISPA (sebagian besar) Cairan masuk ke rongga telinga : yi. saat tersedak, muntah2 , bayi minum sambil tiduran, tekanan negatif relatif dr rongga t.tengah, menyelam. melalui gendang telinga perforasi
I. OMA (otitis media akuta)Jalannya Penyakit: Stadium 1: Salphingitis ( rdg. Tuba Eustachii) - telinga terasa tersumbat (oklusio tuba) - gembrebeg (tinitus low frequency) - dengar (tipe CHL) - otofoni (mendengar suara sendiri) - otoskopi MT normal - otalgia (kadang) Stadium 2 : Pre supuratif ( rdg mukoperios t.tengah) - gejala stadium 1 bertambah hebat - panas/otalgia + - MT merah (vaskularisasi jelas) - manubrium malei ke perifer
OMA (otitis media akuta) Stadium 3 : Supurasi / pustulasi Std. perforasi - gejala stadium 1 lbh hebat lagi - anak-anak : sering rewel / kejang !! - MT bullging (otalgia) ada ttk. Iskemik (bercak kuning) nekrosis !! dpt terjadi perforasi. stadium 4 ? ok. Trombophlebitis dari vena ( bukan karena tekanan) - gejala mereda - keluar discharge purulen - MT merah membara
OMA (otitis media akut) Stadium 4: Resolusi MT utuh : - gejala mereda - sakit/panas hilang - berlanjut menjadi OME
MT perforasi : - dpt menutup kembali sikatrik tanpa stratum fibrosum - menjadi OMK (otitis media kronik)
THERAPI OMA: therapi kausanya ! >> ISPA Strep. Hemolitikus group A
1. Parasentesis pd stadium 1,2,3 Alasan : cegah perforasi spontan cegah komplikasi penyembuhan primer dpt mengobati lokal mengurangi rs. Sakit drainase 2. AB 3. Simptomatik : analgetik/antipiretik cegah kejang
Anatomi Dinding Lateral Hidung & Sinus Paranasal
21
Pendahuluan Messerklinger KOM Struktur kompleks & rumit Unit fungsional serambi depan etmoid anterior yg mrpk jalan u/ drenase &
ventilasi sinus frontal, maksila & etmoidanterior22
KOM & SISTEM TRANSPOR MUKOSILIER
KOM
SISTEM TRANSPOR MUKOSILIER
23
BSEF ~ KOM Bedah Endoskopik Mengembalikan Fungsi VENTILASI & DRENASE Sinus Regenerasi Mukosa Sinus Yg Rusak
KOM KOM
SEBELUM
24 SETELAH
KOM7 6 2 4 3 18
5
25
RHINITIS ALERGI Definisi : WHO ARIA (Allergic Rhinitis and its Impact on Asma) peradangan selaput lendir hidung dng gejala - sneezing - nasal congestion - nasal itching - rhinorea setelah mukosa hidung terpapar alergen yang diperantarai Ig E
Patofisiologi RA : Rx. inflamasi yang diawali sensitisasi dan diikuti rx. Alergi. RAFC : sejak kontak sampai 1 jam setelahnya RAFL : berlangsung 2-4 jam dg phase puncak 6-8 jam Bila mukosa yang sdh tersensitisasi terpapar dg alergen yang sama degranulasi menyebabkan terlepasnya mediator kimia tu. histamin (PGD2, leukotrin, kinin, heparin, PAF, sitokin)
Mediator (histamin) menyebabkan:- Rangsangan Reseptor H1 pd N.Vidianus bersin-bersin - Sel goblet hipersekresi rhinore - Permeabilitas vaskuler obstruksi hidung Gejala2 ini mencapai puncaknya 6-8 jam stlh paparan dan bisa berlanjut 1-2 hari kemudian
Untuk berat ringannya penyakit:- Ringan bila tdk ada ggn tidur, aktifitas harian, bersantai , OR, belajar, bekerja - Sedang atau Berat bila terdapat satu atau lebih dari gangguan tsb.
DIAGNOSIS Anamnesis Pemeriksaan Fisik Pemeriksaan Penunjang - sitologi hidung didpt eosinofil (bukan Dx pasti) - Hitung eosinofil dlm darah tepi - Skin Test ( in vivo ) - Hitung Ig E ( in vitro ) RAST = Radioallergosorbent Test ELISA = Enzyme Linked Immuno Sorbent Assay Test
Medical Care1. Environmental control measures and allergen avoidance 2. Pharmacological management 3. Immunotherapy = desensitization
RINOSINUSITIS KRONIK Pendahuluan - Penyakit yg sering terjadi - AS 30 juta orang per tahun. 5,78 miliar US dollar - Indonesia belum diketahui dg pasti
Definisi Sinusitis peradangan pada satu atau lebih mukosa sinus paranasal. Kausa nya : rhinogen atau odontogen Tahun 1996 terminologi sinusitis rinosinusitis
Rinosinusitis kronik (RSK) peradangan mukosa hidung dan sinus paranasal dg keluhan lebih dari 3 bulan
Alasan lain mengenai perubahan sinusitis rinosinusitis1. Mb. Mukosa hidung dan sinus secara embriologis berhubungan satu sama lain 2. Sebagian besar penderita sinusitis juga menderita rinitis 3. Gejala pilek , hidung buntu dan berkurangnya penghidu ditemukan baik pada sinusitis maupun rinitis
Patofisiologi 1. 2. 3. Terkait 3 faktor Patensi ostium Fungsi silia Kualitas sekret
Gejala Subjektif gejala nasal dan nasofaringeal, farings dan nyeri wajah Gejala nasal obstruksi hidung, sekresi hidung dan post nasal drip Gejala farings rasa kering di tenggorok dan nyeri wajah Gejala objektif rinoskopi anterior, rinoskopi posterior dan pemeriksaan faring
Penatalaksanaan1. 2. 3.
Prinsip pengobatanmemperbaiki drainase sinus mengembalikan fs mukosilia ke arah normal membuang lapisan mukosa yang telah mengalami kerusakan medikamentosa operatif Hasil akhir eradikasi penyakit, penyembuhan KOM, menormalkan mucocillary clearance
Terapi operatif Tx. penyakit abnormalitas obstruksi Tujuannya : memberikan drainase dan mengontrol infeksi, serta harus dilakukan koreksi terhadap faktor yang mendasari obstruksi tersebut FESS = BSEF
PENYAKIT SERTA KELAINAN FARING DAN TONSIL FARINGITIS Faringitis akut Faringitis kronis Faringitis spesifik TONSILITIS Tonsilitis akut Tonsilitis membranosa Tonsilitis kronis
Faringitis Akut Kausa : Streptokokus beta hemolitikus Streptokokus viridans Streptokokus piogenes Virus
Gejala dan Tanda : nyeri tenggorok, sulit menelan, demam, mual dan kelj. Limfa leher membengkak Terapi : bakteri AB, analgetik, kumur air hangat virus istirahat , analgetk , tablet hisap. jamur solutio Nystatin 100.000 unit 2x/hari
Faringitis kronis Ada 2 jenis : Hiperplastik Atropi Faktor predisposisi : - rhinitis kronis, sinusitis, iritasi uap/asap , debu, bernafas lewat mulut krn obstruksi hidung. Terapi : simptomatis dg obat kumur, tablet hisap, obat batuk dg ekspektoran. Mengobati faktor predisposisi.
Faringitis Spesifik A. Faringitis Luetika ( causa : Treponema palidum ) Stadium primer : bercak keputihan ulkus yang tidak nyeri , pembesaran kelj mandibula yang tidak nyeri tekan Stadium sekunder : eritema pada pd dinding faring yang menjalar ke arah laring Stadium tertier : guma pada tonsil d