Upload
thariiot
View
128
Download
8
Embed Size (px)
Citation preview
KARYA TULIS ILMIAH
PENATALAKSANAAN ULTRA SOUND
DAN TERAPI LATIHAN
PADA KASUS DE QUERVAIN SYNDROME SINISTRA
Disusun oleh :
ANINDYA JATI LOKASWARA
NIM : 01.05.108
Diajukan Guna Melengkapi Tugas-Tugas dan Memenuhi Syarat-Syarat untuk
Menyelesaikan Program Pendidikan Diploma III Fisioterapi
AKADEMI FISIOTERAPI “YAB’
YOGYAKARTA
2008
LEMBAR PERSETUJUAN
KARYA TULIS ILMIAH
PENATALAKSANAAN ULTRA SOUND
DAN TERAPI LATIHAN
PADA KASUS DE QUERVAIN SYNDROME SINISTRA
Untuk dipertahankan di depan Tim Penguji Karya Tulis Ilmiah
Program Diploma III Fisioterapi Akademi Fisioterapi ”YAB” Yogyakarta
Disusun oleh:
ANINDYA JATI LOKASWARA
NIM: 01.05.108
Pembimbing I Pembimbing II
Wijianto, SST. FT Purbo Sasana, SST. FT
AKADEMI FISIOTERAPI ”YAB”
YOGYAKARTA
2008
LEMBAR PENGESAHAN KARYA TULIS ILMIAH
Dipertahankan di depan penguji Karya Tulis Ilmiah Akademi Fisioterapi ”YAB”
Yogyakarta dan diterima untuk melengkapi tugas – tugas dan memenuhi persyaratan
untuk menyelesaikan Program Pendidikan Diploma III Fisioterapi.
Pada hari : Selasa
Tanggal : 16 Oktober 2008
Tim Penguji Karya Tulis Ilmiah
Nama terang Tanda Tangan
Penguji I : Suhardi, SKM, SIP ( )
Penguji II : Wijianto, SST. FT ( )
Penguji III : Purbo Sasana, SST. FT ( )
Disahkan oleh :Direktur Akademi Fisioterapi
”YAB” Yogyakarta
Sri Mardiman, MSc
MOTTO
Kegagalan adalah awal dari kemenangan.
(Anonim)
Kita semua adalah orang-orang yang terpilih
menjadi juara sejak kita dibentuk dalam rahim
ibu. (Anonim)
Aku ingin menjadi seperti air yang terus
mengalir mengikuti arus dan selalu berusaha
mencari celah-celah di antara bebatuan yang
menghalangi alirannya. (Anonim)
Menjadi diri sendiri adalah hal yang sangat
sulit, tapi janganlah kita selalu bertahan
menjadi orang yang munafik dan selalu
memakai topeng. (Anonim)
Lebih baik menjaga teman dari kejatuhan
daripada membantu membangkitkannya.
(Arnold Glasgow)
Keterbukaan adalah salah satu karakteristik
bagi mereka yang awet dan mendalam
persahabatannya. ( Alan Loy M)
Persembahan
Dengan segala rasa syukur dan terima kasihku,
karya tulis ini kupersembahkan kepada:
1. Allah SWT yang telah memberi rahmat-Nya sehingga saya
diberi kekuatan dalam menjalani segala hal yang saya
alami selama ini.
2. Kedua orang tuaku yang selalu menyertaiku dengan kasih
sayang dan doa. Maafkan adek yang selama ini merepotkan
mama dan papa. Maaf kalau adek sering membangkang dan
membuat papa dan mama marah dan sakit hati. Tanpa papa
dan mama adek nggak bisa jadi seperti ini. Maaf juga
adek nggak pernah ngucapin secara lisan dan langsung ke
papa dan mama kalau adek sayang mama dan papa.
3. Ketiga kakakku yang galak-galak tapi baik-baik plus
kakak iparku. Makasih atas segala dukungannya and
wejangannya. Maaf aku sering ngrepotin and bikin ulah.
Walaupun aku sering nyebelin and ngajak berantem tapi
benernya aku sayang banget ma mbak mia cs, mas danang
and mas tomi.
4. Nenek, Mbak lina. Om angga, firman, fitri, irma, dan
seluruh keluargaku tersayang yang telah mendukung dan
berdoa untukku.
5. Keponakan-keponakanku yang lucu-lucu and bandel-
bandel, semoga mereka tumbuh menjadi orang-orang baik
dan bisa lebih dari tantenya. Tante kangen and sayang ma
kalian.
6. Bapak Wijianto dan Bapak Purbo Sasana yang telah
meluangkan waktunya dan membagi ilmunya lewat bimbingan
yang diberikan untuk penulisan KTI ini. Terima kasih
juga udah menerima saya dan teman-teman di rumah. Maaf,
karena saya termasuk mahasiwi yang paling bandel dalam
bimbingan.
7. Seluruh dosen yang pernah membagi ilmunya kepada kami
serta seluruh karyawan AKFIS ”YAB”, terima kasih atas
semua ilmu dan nasihat-nasihat yang diberikan pada kami
serta saya minta maaf jika kami banyak membuat masalah.
Kalian adalah keluargaku setelah orang tua dan saudara-
saudaraku
8. ”Penelpon setiaku” yang selalu ndukung adek dan
membangkitkan adek saat adek ngerasa jatuh and takut
ngelangkah maju. Terima kasih juga untuk cinta dan kasih
sayangmu ke adek (meskipun orang-orang bilang dongeng
kita tu aneh).
9. Untuk persatuan LUCKy NUTs beserta pasangan masing2.
Thanks atas semuanya. Kalian adalah orang-orang paling
gokil yang aku jadiin sahabat. Thanks kalian dah mau
ndukung aku, mau denger curhatku, kemarahanku. Semoga
persatuan ini tak dirusak oleh persatuan manapun entah
itu dengan strategi apapun. Sori juga q sering
ngerepotin and bikin kalian ngamux...
10. Untuk Jah Rastafara Panti 378... Sukses bro!!!!!!!!
X-an adalah kumpulan cowok tergila di kampus.... X-an
adalah sahabat2 cowok terbaikku meskipun bukan yang
terganteng..... yang mau nerima cercaanku and mau denger
rengekanku.. WOOIIIYYOOO!!!!!!
11. Untuk sahabat-sahabatku yang berjuang bersamaku
menempuh jarak berkilo-kilometer jauhnya untuk meraih
semua ini. Terima kasih ya guys... Maaf membuat kalian
panik dengan keugalanku terutama orang-orang yang
mbonceng aku. Dan tak lupa maafku kepada evi, karena aku
membuat luka di si merah...
12. Untuk sahabatku yang ter O*n Chuanx yang udah
ngajarin aku ngedit gambar..
13. Untuk semua Teman seperjuanganku, kakak tingkatku and
adek-adekku yang NARSIS abeesss... Thanks atas dukungan
and kerja sama kalian plus semua pengalaman amd kenangan
yang kita lukis selama ini. Mari kita saling memaafkan
jika kita ada kesalahan baik sengaja maupun tidak. Maaf
aku nggak bisa nyebutin kalian satu persatu. Yang pasti
i’ll be missing u all and always remember me....
CAYO!!!!!!
14. Almamaterku.
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan atas kehadirat Allah SWT serta rahmat-Nya,
sehingga sayadapt menyelesaikan karya tulis ilmiah yang berjudul “
Penatalaksanaan Ultra Sound dan Terapi Latihan pada Kasus De Quervain Syndrome
Sinistra”. Dalam pembuatan Karya Tulis Ilmiah ini, saya banyak berterima kasih
kepada:
1. Bapak Sri Mardiman MSc, selaku Direktur Akademi Fisioterapi “YAB”
Yogyakarta.
2. Bapak Wijianto, SSt FT, selaku pembimbing I.
3. Bapak Purbo Sasana SSt FT, selaku pembimbing II
4. Staff dan karyawan Akademi Fisioterapi “YAB” Yogyakarta
5. Orang tua dan saudara-saudara saya yang selalu membantu dan memberi
dukungan kepada saya
6. Teman-teman yang selalu membantu dan memberi semangat kepada saya
7. Serta semua pihak yang belum saya sebutkan satu persatu
Saya menyadari bahwa Karya tulis ilmiah ini jauh dari sempurna, oleh karena itu
saya mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun. Akhir kata saya
berharap semoga karya tulis ilmiah ini dapat bermanfaat bagi saya dan para pembaca.
Yogyakarta, Agustus 2008
Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL …………………………………………………… i
HALAMAN PERSETUJUAN……………………………………………. ii
HALAMAN PENGESAHAN…………………………………………… iii
MOTTO………………………………………………………………….. iv
HALAMAN PERSEMBAHAN…………………………………………. v
KATA PENGANTAR…………………………………………………… viii
DAFTAR ISI…………………………………………………………….. ix
DAFTAR TABEL……………………………………………………….. xii
DAFTAR GAMBAR…………………………………………………….. xiii
DAFTAR GRAFIK……………………………………………………… xiv
BAB I PENDAHULUAN……………………………………………….. 1
A. Latar Belakang Masalah………………………………………….. 2
B. Rumusan Masalah………………………………………………… 3
C. Tujuan Penulisan………………………………………………….. 4
1. Tujuan Umum………………………………………………….. 4
2. Tujuan Khusus…………………………………………………. 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA………………………………………… 5
A. Deskripsi Kasus………………………………………………….. 5
1. Definisi………………………………………………………… 5
2. Anatomi………………………………………………………… 6
3. Etiologi…………………………………………………………. 19
4. Patofisiologi…………………………………………………….. 19
5. Tanda dan Gejala Klinis……………………………………….... 20
6. Komplikasi……………………………………………………… 20
7. Prognosis………………………………………………………... 21
B. Deskripisi Problematika ………………………………………………. 21
C. Teknologi Intervensi Fisioterapi……………………………………….. 23
1. Ultra Sound……………………………………………………. 23
2. Terapi Latihan………………………………………………….. 27
BAB III PELAKSANAAN STUDI KASUS……………………………… 29
A. Pengkajian Fisioterapi……………………………………………... 29
1. Anamnesis………………………………………………………. 29
2. Anamnesis Sistem………………………………………………. 30
3. Pemeriksaan Fisik……………………………………………... 31
4. Pemeriksaan Spesifik…………………………………………… 33
B. Diagnosa Fisioterapi……………………………………………… 35
1. Impairment ……………………………………………………. 35
2. Functional Limitation…………………………………………… 35
3. Disability………………………………………………………. 35
C. Tujuan Fisioterapi………………………………………………… 36
1. Tujuan Jangka Pendek…………………………………………. 35
2. Tujuan Jangka Panjang………………………………………… 35
D. Penatalaksanaan Fisioterapi………………………………………. 35
1. Ultra Sound……………………………………………………. 35
2. Terapi Latihan………………………………………………….. 36
E. Edukasi……………………………………………………………. 37
F. Evaluasi……………………………………………………………. 37
BAB IV PEMBAHASAN………………………………………………… 38
BAB V PENUTUP………………………………………………………... 40
A. Kesimpulan………………………………………………………… 40
B. Saran……………………………………………………………….. 40
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Evaluasi Nyeri dengan VAS…………………………………… 37
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. De Quervain Syndrome ……………………………5
Gambar 2. Tulang-tulang tangan……………………………… 9
Gambar 3. Otot-otot tangan bagian dorsal…………………… 13
Gambar 4. Otot-otot tangan bagian palmar……………………14
Gambar 5. Vena dan N. Radialis………………………………18
Gambar 6. Tes Finkelstein…………………………………… 34
DAFTAR GRAFIK
Grafik 1. Derajat Nyeri dalam Skala VAS……………………………. 39
BAB I
PENDAHULUAN
Sehat merupakan salah satu modal Dasar bagi manusia dalam melakukan segala
sesuatu. Melalui Indonesia Sehat 2010 kita diajak untuk lebih menghargai arti sehat
bagi manusia. Karena tanpa tubuh dan jiwa yang sehat, kita akan mengalami
kesulitan untuk mendapatkan hasil maksimal dalam melakukan setiap kegiatannya.
Definisi sehat menurut WHO tahun 1947:”sehat adalah suatu keadaan yang
sempurna baik fisik, mental, dan sosial, tidak hanya bebas dari penyakit atau
kelemahan. Jadi seseorang bisa dikatakan sehat tidak hanya ditentukan oleh keadaan
fisiknya yang tidak mengalami suatu penyakit, cacat, maupun kelemahan tetapi juga
ditentukan oleh kesehatan mentalnya serta bagaimana orang tersebut menghadapi
lingkungan sosialnya.( WHO,1947)
Visi Indonesia Sehat 2010 yang telah dirumuskan oleh Departemen Kesehatan
(1999) menyatakan bahwa, gambaran masyarakat Indonesia di masa depan yang
ingin dicapai melalui pembangunan kesehatan adalah masyarakat, bangsa dan
Negara yang dtandai oleh penduduknya yang hidup dalam lingkungan yang sehat dan
dengan perilaku yang sehat, memiliki kemampuan untuk menjangkau pelayanan
kesehatan yang bermutu secara adil dan merata, serta memiliki derajat kesehatan
yang setinggi-tingginya di seluruh wilayah Republik Indonesia.
Dalam rangka mencapai pembangunan kesehatan yang optimal, kita tidak hanya
berpegang pada upaya penyembuhan suatu penyakit (kuratif) saja. Tetapi kita juga
berpegang pada 3 upaya lainnya yaitu upaya pendidikan dan pemberdayaan
masyarakat (promotif), upaya pencegahan atau minimalisasi potensi resiko
(preventif) serta upaya pemulihan atau optimalisasi fungsi (rehabilitasi).
Fisioterapi merupakan salah satu bentuk pelayanan kesehatan yang dapat
berperan dalam keempat upaya tersebut. Menurut Keputusan Menteri Kesehatan No
1363/MENKES/SK/XII/2001, fisioterapi adalah bentuk pelayanan kesehatan yang
ditujukan kepada individu dan masyarakat atau kelompok agar mereka dapat
mengembangkan, memelihara, dan memulihkan gerak dan fungsi sepanjang daur
kehidupan dengan menggunakan secara manual, peningkatan gerak, peralatan (fisik,
elektroterapis, dan mekanis), pelatihan fungsi serta komunikasi. Dalam mencapai visi
Indonesia Sehat 2010 kita memerlukan peran berbagai pihak tidak hanya pemerintah
dan bidang kesehatan saja tetapi semua bidang yang ada di Indonesia serta seluruh
masyarakat Indonesia dari berbagai lapisan.
A. LATAR BELAKANG MASALAH
Tangan adalah bagian tubuh yang memiliki peran penting dalam melakukan
berbagai aktivitas dari yang paling ringan sampai berat, seperti menulis, mencuci,
mengangkat barang berat dan aktivitas lainnya. Jika terjadi gangguan pada tangan
maka kita akan sangat kesulitan untuk beraktivitas. Salah satu penyakit maupun
gangguan yang dapat timbul di tangan adalah De Quervain Syndrome. De Quervain
Syndrome adalah suatu sindrom penyakit yang diakibatkn oleh adanya peradangan
pada tendon dari m. abductor pollicis longus dan m.extensor pollicis brevis, yang
brsama-sama masuk ke dalam satu selubung tendo.( Wolf dan Mens,1994)
De Quervain syndrome ini dapat disebabkan oleh penggunaan serta
pembebanan kerja yang berlebih pada daerah sendi carpometacarpal I maupun
trauma yang terjadi pada daerah tersebut. Sindrom ini lebih sering ditemukan pada
wanita yang berusia antara 30 sampai 50 tahun. Di antara jenis penyakit yang
mengenai daerah pergelangan tangan, sindrom ini menempati urutan kedua setelah
Carpal Tunnel Syndrome.
Gejala dan keluhan yang dapat ditimbulkan oleh sindrom ini antara lain rasa
nyeri saat menggerakkan pergelangan tangan, timbulnya bengkak sekitar
pergelangan tangan, spasme m. abductor pollicis longus dan m.extensor pollicis
brevis, serta adanya nyeri tekan sekitar processus styloideus radii.
Gangguan pada musculoskeletal seperti De Quervain Syndrome merupakan
salah satu masalah yang dapat ditangani oleh fisioterapi. Dengan adanya fisioterapi,
diharapkan dapat mengurangi keluhan-keluhan yang timbul akibat adanya sindrom
ini dan dapat meningkatkan keadaan penderita. Modalitas fisioterappi yang dapat
diberikan pada penderita De Quervain Syndrome antara lain terapi Ultrasonik (US)
dan terapi latihan.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apakah US dapat mengurangi spasme serta nyeri pada De Quervain Syndrome?
2. Apakah terapi latihan dapat mengurangi spasme dan nyeri pada DE Quervain
Syndrome?
C. TUJUAN PENULISAN
1. Tujuan umum
Untuk memenuhi tugas syarat akademik guna menyelesaikan program Diploma
III fisioterapi.
2. Tujuan khusus
a. Untuk mengetahui manfaat US dalam mengurangi nyeri dan spasme
m.abductor pollicis longus dan m. extensor pollicis brevis.
b. Untuk mengetahui manfaat terapi latihan dalam mengurangi spasme dan
nyeri pada m. abductor pollicis longus dan m. extensor pollicis brevis.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Deskripsi
1. Definisi
De Quervain merupakan problem nyeri yang dihasilkan oleh adanya peradangan
tendon pada daerah pergelangan tangan tepatnya daerah ibu jari.(ilyass,2008)
De Quervain adalah peradangan atau tendonitis dari jalur yang dilewati dua
tendon otot yang menggerakkan ibu jari yaitu m. abductor pollicis longus dan m.
extensor pollicis brevis yang mengakibatkan nyeri pada bagian distal radius dan
pangkal ibu jari. (Halverson,1985)
De Quervain adalah peradangan-peradangan tendon dari m.abductor pollicis
longus dan m. extensor pollicis brevis yang bersama-sama masuk ke dalam selubung
tendon. (Wolf dan Mens, 1994)
Gambar 1
De Quervain Syndrome.(Wheeless,2007)
2. Anatomi fungsional
a. Tulang-tulang tangan
Tulang atau rangka terdiri dari tulang-tulang pergelangan tangan (ossa
carpi), tulang-tulang telapak tangan (ossa metacarpi) dan ruas-ruas jari tangan
(phalangis digitorom manus).
1) Ossa Carpi
Ossa carpi terdiri dari delapan buah tulang-tulang kecil yang letaknya
teratur.
a) Os Scapoideum
Os scapoideum berbentuk seperti perahu dengan dataran
proksimal yang konvek dan bersendi dengan radius.
b) Os Lunatum
Os lunatum berbentuk seperti bulan sabit, dengan dataran
proksimal yang konvek untuk bersendi dengan radius.
c) Os Triquetum
Os triquetum mempunyai tiga sisi, bagian proksimal berhubungan
dengan, bagian distal.
d) Os Pisiforme
Os pisiforme tulang kecil seperti biji kacang yang melekat di
dataran volair os triquetum.
e) Os Trapezium
Os trapezium mempunyai hubungan dengan os naviculare, os
trapezoideum dan dengan metacarpus I dan II.
f) Os Capitatum
Os capitatum berbentuk bulat dan panjang sehimgga disebut
caput.
g) Os Hamatum
Os hamatum mempunyai bentuk seperti lidah, tulang ini
berhubungan dengan os triquetum, os capitulum dan os meta carpus ke II.
h) Os Trapezoideum
Os trapezoideum, os capitulum, dan os scapoideum dalam os
metacarpus ke II.
2) Ossa metacarpi
Ossa metacarpi terdiri dari tiga bagian yaitu basis, corpus dan capitulum.
a) Basis
Pada metacarpi nomor 1 dataran seperti pelana, basis metacarpi
nomor 2 dataran sedi menghadap kearah ulnair, basis nomor 3 dataran
sendi bersendi dengan nomor 4 dan nomor 2. Basis nomor 4, facit
menghadap ke ulnair serta basis nomor 5 hasilnya tidak bersudut tetapi
memmbulat dengan dataran sedi kea rah radial.
b) Corpus
Corpus berbentuk langsing dengan fasies dorsalis yang
convexdan facies volaris yang concaf.
c) Capitulum
Capitulum ini berbentuk membulat dan bersendi dengan
phalanges.
3) Phalangis digitorum manus
Phalangis digitorum terdiri dari tiga buah phalang kecuali ibu jari terdiri
dari dua buah phalang.
a) Phalanges I
Basisnya concaf, ujung distalnya disebut trochlia dan ditengah-
tengahnya ada sulcus sehingga terbagi menjadi dua buah condyli.
b) Phalanges II
Basisnya ditengah-tengah mempunyai crista.
c) Phalanges III
Merupakan phalang terkecil pada ujung distalnya disebut
tuberositas unguicularis.
Gambar 2
Tulang-tulang tangan (Putz and Pabst, 2000)
b. Otot
Gerakan jari tangan terdiri dari gerakan fleksi, ekstensi, abduksi,
adduksi, dan oposisi. Gerakan-gerakan tersebut dilakukan oleh otot-otot tangan.
1) Musculus flexor pollicis longus
Origo pada pertengahan facies anterior corpus radii dan membrana
introsseayang berdekatan. Tendo berjalan di belakang retinaculum
flexorumdan berinsertio ke basis phalanx distalis ibu jari. Berfungsi
melakukan gerakan flexi phalang distal ibu jari.
2) Musclus flexor pollicis brevis
Origo berada pada permukaan anterior retinaculum flexorum, insertio
pada sisi lateral basis phalanx proximalis ibu jari dengan fungsi melakukan
gerakan flexio articulatio metacarpophalangeal ibu jari.
3) Musculus opponens policis
Origo pada permukaan anterior retinaculum flexorum. Insertio pada
sepanjang pinggir lateralcorpus os metacarpal I. Berfungsi untuk menarik ibu
jari ke medial dan depan melintasi tapak tangan.
4) Musculus extensor pollicis longus
Origo pada facies posterior ulna dan bagian introssea yang berdekatan.
Berinsertio ke facies posterior basis phalanx distalis ibu jari. Berfungsi untuk
melaukan gerakan extensi phalang distalis I.
5) Musculus extensor pollicis brevis
Origo pada permukaan posterior radialis dan bagian membrana introssea
yang berdekatan dan berinsertio pada facies posterior basis phalanx
proximalis ibu jari fungsi melakukan gerakan extensi articulatio
metacarpophalangeal I.
6) Musculus abductor pollicis longus
Origo di permukaan posterior corpus radii dan ulna. Insertio di basis os
metacarpal I. Fungsi untuk melakukan melakukan gerakan abduksi dan
extensi ibu jari.
7) Musculus adductor pollicis brevis
Origo pada os scapoideum, trapeziumdan dan flexor retina culum.
Insertio pada basis phalanx proximal ibu jari. Fungsi untuk melakukan
gerakan abduksi ibu jari.
8) Musculus abductor digiti minimi
Origo pada os pisiforme, insertio pada aponeurois dorsalis jari ke lima.
Otot ini berfungsi untuk abduksi jari kelingking.
9) Musculus digiti minimi brevis (tidak selalu ada)
Origo pada retinaculum flexorum dan hamulus ossis hamati,
sedangkan insertion pada phalang proximal jari ke lima. Berfungsi untuk
memfleksikan jari kelingking.
10) Musculus opponens digiti minimi
Origo pada os pisiforme, insertio pada os metacarpal (V). Berfungsi
untuk oposisi jari kelingking.
11) Musculi interossei
a) Mm. interossei dorsales
Origo bercaput dua dari ossa metacarpi (metacarpalia) I-V,
insertion pada aponeurosis dorsalis jari I-V. Berfungsi untuk mengaduksi
Mm. interossei dorsalis, mengaduksi jari ke arah palmar .semua Mm.
interossei menekuk sendi dasar jari ke II-V dan mengektensi sendi
interphalanx jari yang bersangkutan.
b) Mm. interossei palmares
Origo pada ossa metacarpi (metacarpalia) II-V, insertio pada
aponeurosis jari II-V. fungsinya sama dengan Mm. interossei dorsales.
12) Mm. lumbricales
Origo pada tendo musculus digitorum profundus. Mm. lumbricales I
dan II, caput tunggal, Mm. lumbricales III dan IV caput ganda. Insertio pada
aponeurosis dorsalis jari jari ke 2 sampai ke 5. Fungsinya untuk menekuk
sendi dasar jari, mengektensi sendi tengah dan ujung.
Gambar 3
Otot-otot tangan bagian dorsal (Putz and Pabs, 2000)
Gambar 4
Otot-otot tangan bagian palmar (Putz and Pabst, 2000)
c. Pembuluh darah pada tangan
1) Vena
Jalinan vena superfisialis dapat ditemukan pada dursum mamus.
Jalinan vena ini mengalirkan darahnya ke atas, di lateral masuk ke vena
cephalica dan di medial ke vena basilica. Vena cephalica menyilang tabatiera
anatomiquedan memutar menuju permukaan anterior lengan bawah.
Sedangkan vena basilica dapat diikuti dari dorsum manus sekitar sisi medial
lengan bawah (Snell, 1998).
2) Arteri
a) Arteri Radialis
Arteri radialis adalah cabang terminal yang lebih kecil dari arteri
brachialis yang berjalan dibawah tendo extensor policis longus berjalan
memasuki telapak tangan, kemudian bercabang menjadi arteri radialis
indicis yang mensuplai sisi lateral jari telunjuk, dan arteri princeps
pollicis yang bercabang menjadi dua mensuplai daerah sisi lateral dan
medial ibu jari. Sewaktu memasuki telapak tangan arteri radialis
membelok ke medial berlanjut sebagai arcus palmaris superficial (Snell,
1998).
b) Arteri Ulnaris
Arteri ulnaris juga merupakan cabang terminal yang lebih kecil
dari arteri brachialis, memasuki telapak tangan anterior memberi cabang
profunda dan berlanjut sebagai arcus palmaris superficialisyang
bercabang menjadi empat arteriole digitalis yang mensuplai sisi medial
jari kelingking, jari manis, jari tengah dan jari telunjuk .
d. Persarafan pada tangan
1) Nervus radialis
Nervus radialis berasal dari fasiculus posterior plexus brachialis. Pada
fossa cubiti nervus radialis bercabang menjadi radialis profundus dan radialis
superficialis yang mensarafi kulit bagian ibu jari, jari telunjuk, dan jari
tengah (Snell, 1998)
2) Nervus medianus
Nervus medianus timbul dari plexus brachialis yang berjalan sebagian
besar ke otot-otot flexor pronator dari lengan bawah sampai tangan,
kemudian cabang motorik mensarafi otot lumbricalis pertama dan otot thenar
yang terletak superficial terhadap tendo m. flexor pollicis longus. Cabang
sensorik mensuplai kulit palmar ibu jari sampai setengah jari tengah (Chusid,
1990).
3) Nervus ulnaris
Nervus ulnaris merupakan cabang yang terbasar dari fasciculus
medialis plexus brachialis. Nervus ulnaris berjalan turun pada sisi medial
lengan sampai di belakang epicondylusmedialis humeri dan ke bawah
menelusuri sisi ulnar lengan bawah untuk masuk ke dalam tangan. Cabang-
cabang motoriknya mempersarafi seluruh otot profunda yang kecil yang
berada di sebelah medial tendo m. flexor lungus ibu jari tangan kecuali dua
buah otot lumbricalis yang pertama cabang sensorik mensuplai kulit jari
kelingking, bagian medial tangan serta jari manis (Chusied, 1990).
Gambar 5
Vena dan N. Radialis (Putz and Pabst, 2000
3. Etiologi
Penyebab dari De QuervainSyndrome belum diketahui secara pasti. Tetapi ada
beberapa factor yang dianggap menjadi penyebab dari sindrom ini yaitu:
a. Overuse
Gerakan yang berlebihan dan terlalu dibebani pada sendi carpometacarpal I
dapat menyebabkan rupture dan peradangan pada daerah tersebut sebagai akibat
dari pergesekan, tekanan, dan iskemia daerah persendian. (Appley dan
Solomon,1995)
b. Trauma Langsung
Trauma langsung yang menyerang pada tendo m. abductor pollicis longus
dan m. extensor pollicis brevis dapat menyebabkan kerusakan jaringan serta
peradangan yang bisa menimbulkan reaksi nyeri.
c. Peradangan Sendi
Kerusakan persendian akibat radang dapat mengakibatkan terjadinya erosi
tulang yang terjadi pada bagian tepi sendi akibat invasi jaringan granulasi dan
akibat resorbsi osteoclast. Dan pada tendon terjadi tenosinovitis yang disertai
invasi kolagen yang dapat menyebabkan rupture tendo baik total maupun parsial.
4. Patofisiologi
Gerakan yang berlebihan serta pembebanan yang berlebih menimbulkan adanya
pergesekan, tekanan, dan iskemia pada sekitar sendi carpometacarpal I dapat
menyebabkan terjadinya rupture otot serta peradangan yang akhirnya menimbulkan
nyeri pada m.abductor pollicis longus dan m. extensor pollicis brevis. Proses
peradangan ini juga bisa mengakibatkan timbulnya bengkak serta penurunan lingkup
gerak sendi akibat nyeri.( Clarke,2007)
5. Tanda dan Gejala Klinis
Ada beberapa tanda dan gejala klinis yang dapat kita amati dari penderita De
Quervain Syndrome, antara lain:
a. Nyeri pada sekitar ibu jari
b. Bengkak pada pergelangan tangan sisi ibu jari
c. Rasa tebal-tebal pada sekitar pergelangan tangan sisi ibu jari karena syaraf
yang menempel pada selubung tendon ikut teriritasi maupun karena
penjepitan syaraf dari tendon yang membengkak
d. Adanya penumpukan cairan pada daerah yang mengalami bengkak
e. Krepitasi saat menggerakkan ibu jari
f. Persendian ibu jari terasa kaku saat bergerak
g. Adanya penurunan lingkup gerak sendi carpometacarpal. (Dischere,2007)
6. Komplikasi
Rasa nyeri pada gerakan ibu jari sebagai akibat dari peradangan m.abductor
pollicis longus dan m.extensor pollicis brevis dapat menimbulkan komplikasi berupa
kelemahan otot, ruptur otot serta disuse atrofi.(Clarke,2007)
7. Prognosis
Prognosis dari de quervain syndrome adalah baik jika penderita sindrom ini
menjalani perawatan dengan baik dan teratur. Tetapi jika terapi konservatif gagal
dilakukan, maka pasien memerlukan tindakan operasi. Operasi dapat menunjukkan
hasil yang baik tetapi ada sekitar satu dari lima penderita yang dioperasi menemukan
masalah baru yang dapat berupa penurunan sensoris pada daerah punggung tangan
serta tenderness pada jaringan parut.(Shiel,2008)
B. Deskripsi Problematika
1. Nyeri
a.Definisi Nyeri
Nyeri merupakan suatu mekanisme perlindungan yang menyadarkan seseorang
untuk tanggap terhadap suatu rangsang guna mencegah kerusakan lebih lanjut dari
jaringan yang bersangkutan.( Parjoto, 2006)
Menurut asosiasi internasional studi tentang nyeri, nyeri merupakan suatu rasa
yang tidak menyenangkan dan merupakan pengalaman yang berhubungan dengan
kerusakan jaringan.
b. Neuroanatomi dan Neurofisiologi Nyeri
Reseptor nyeri perifer terdapat pada setiap struktur kutan, somatic dalam
maupun visera tubuh. Saat terkena rangsang, reseptor nyeri akan melepaskan zat-zat
kimiawi endogen yang selanjutnya akan mentransduksi rangsang ini menjadi impuls
nyeri melalui mekanisme yang belum diketahui secara pasti.
c. Konduksi Impuls Nyeri dalam Sistem Nosiseptif
Setelah melalui proses transduksi dan transformasi pada level reseptor,impuls
nyeri akan ditransmisikan melalui serabut-serabut yang berakhiran bebas dalam saraf
tepi menuju kornu dorsalis medulla spinalis. Serabut aferen sensorik mencapai
meddula spinalis melalui radiks posterior dan di sini serabut-serabut tersebut
cenderung membentuk berkas-berkas dimana berkas nyeri menempati bagian ventral
dan akan membentuk sinaps. Sinaps I berada di subtansia gelatinosa Rolandi, dimana
di daerah ini terjadi suatu system control yang disebut Teori Kontrol Pintu Gerbang.
Menurut Teori Kontrol Pintu Gerbang yang disampaikan oleh Melzack dan Wall
pada tahun 1965 ini, rangsangan terhadap serabut nosiseptor (A delta dan C)
menyebabkan subtansia gelatinosa tidak aktif sehingga gerbang terbuka dan ini
memungkinkan impuls noksius diteruskan ke sentral sehingga sensasi nyeri akan
dirasakan. Bila terjadi aktivitas pada serabut aferen yang berdiameter besar (A beta)
maka akan mengaktivasi sel-sel interneuron di subtansia gelatinosa sehingga terjadi
peningkatan kontrol pre sinapsis sehingga gerbang akan menutup dan impuls nyeri
akan dihambat masuk ke sentral sehingga kualitas nyeri akan menurun.
d. Pengukuran Nyeri
Untuk membantu fisioterapi dalam melakukan evaluasi terhadap peningkatan
maupun derajat nyeri pada pasien setelah terapi, fisioterapi dapat melakukan
pengukuran nyeri. Nyeri dapat diukur melalui beberapa cara, salah satunya adalah
Visual Analog Scale (VAS).
Untuk mengukur nyeri dengan VAS kita membuat skala sepanjang 100mm. Kita
menjelaskan pada pasien ujung awal berarti tidak nyeri dan ujung satunya
menunjukkan nyeri yang tidak tertahankan. Lalu kita minta pasien menunjukkan
sampai titik mana kira-kira pasien merasakan nyeri dan kita ukur dari ujung tidak
nyeri sampai titik dimana pasien menunjukkannya.
C. Teknologi Intervensi Fisioterapi
1. Terapi Ultrasound (US)
Terapi Ultrasonik adalah terapi yang menggunakan gelombang suara dengan
frekuensi di antara 0,7MHz sampai 3 MHz. Bundel yang dibentuk oleh gelombang
ultrasonik dibedakan menjadi 2 yaitu area konvergen dan area divergen pada area
divergen bentuk bundel gelombangnya berdiameter lebih besar serta penyebaran
energinya juga lebih besar.
Karakter dari gelombang US adalah longitudinal, dengan kata lain arah
penyebarannya searah dengan arah getaran. Untuk dapat menyebarkan getaran
longitudinal ini membutuhkan medium yang elastis.Pada prinsipnya semua medium
bersifat elastis kecuali ruang hampa udara. Gelombang longitudinal ini melakukan
peregangan dan pemampatan di dalam medium dimana jarak antara peregangan dan
pemampatan adalah ½ panjang gelombang. Oleh karena itu timbullah variasi teanan
dalam medium. Yang dimaksud dengan medium di sini adalah media penghantar dan
jaringan tubuh dimana energi ultrasonik ini menyebar.
Gelombang US diserap oleh jaringan tubuh dalam berbagai macam ukuran.
Sebagai ukuran,digunakan koefisien penyerapan. Penyerapan tergantung pada
frekuensi. Pada frekuensi rendah penyerapannya lebih sedikit daripada berfrekuensi
tinggi.Pada frekuensi antara 1MHz sampai 10MHz, terdapat hubungan yang linier
untuk semua jaringan kecuali tulang.
Media penghantar yang digunakan dalam terapi ultrasonik harus memenuhi beberapa
syarat, antara lain:
a. Dalam keadaan tertentu harus steril tapi secara umum yang bersih.
b. Tidak terlalu cair (kecuali metode sub aqual)
c. Tidak terlalu cepat diserap oleh kulit
d. Tidak menyebabkan flek-flek
e. Tidak menimbulkan iritasi pada kulit
f. Mudah menghantarkan gelombang ultrasonik
Terapi US memberikan beberapa macam efek biofisika pada tubuh.antara lain:
a. Efek mekanik
Saat gelombang US masuk ke dalam jaringan tubuh, yang pertama kali dirasakan
adalah efek mekanik. Gelombang US menimbulkan adanya peregangan dan
pemampatan di dalam jaringan dengan frekuensi yang sama dengan frekuensi yang
sama dengan ultrasonik. Oleh karena itu terjadilah variasi tekanan yang menimbulkan
efek mekanik yang disebut “micromassage”.
Adanya variasi-variasi tekanan tersebut dapat menghasilkan:
1) Perubahan volume dari sel-sel tubuh sebesar 0,02 %
2) Perubahan permeabilitas dari membaran sel dan membran jaringan
3) Mempermudah proses metabolisme
b. Efek panas
“Micromassage” yang ditimbulkan oleh ultrasonik akan menimbulkan efek
panas dalam jaringan. Lehmann mengemukakan bahwa setiap pemberian ultrasonik
dengan dosis 1watt/cm2 secara kontinyu dalam jaringan otot akan menaikkan
temperatur 0,07oC/detik.
c. Efek biologis
Dengan adanya efek mekanik yang berupa micromassage serta efek panas yang
ditimbulkan oleh ultrasonik, dapat menimbulkan efek-efek biologis seperti
meningkatkan sirkulasi darah, relaksasi otot, meningkatkan permeabilitas membrane,
meningkatkan kemampuan regenerasi jaringan, pengaruh terhadap syaraf perifer serta
mengurangi nyeri.
d. Efek Negatif
Jika ultrasonik diaplikasikan ke dalam jaringan tubuh dengan metode yang salah
maka akan terjadi beberapa efek negatif, yaitu : kerusakan jaringan, berhentinya sel-
sel pembuluh darah, dan kelelahan.
Aplikasi ultrasonik dapat menggunakan beberapa metode yaitu:
1) Kontak langsung
Metode ini paling banyak digunakan dalam melakukan terapi ultrasonik.Dalam
melaukan metode ini diperlukan media penghantar antara kulit dengan transduser
untuk mendapatkan kontak yang sempurna. Kontak medium yang dapat dipakai di
antaranya minyak, emulsi air dan minyak, aqueos gel dan pasta. Saat ini yang paling
banyak digunakan adalah gel.
2) Kontak tidak langsung
Dalam metode aplikasi ini ada dua cara yang bisa kita lakukan, yaitu:
a) Water pillow
Di sini yang digunakan adalah kantong plastik atau karet yang diisi air
matang kira-kira ¾ dari isi kantong tersebut. Kantong ini dapat menempel dengan
baik pada permukaan tubuh yang tidak rata. Baik pada transduser maupun pada sisi
kantong yang menempel pada kulit harus diberi kontak medium yang cukup. Perlu
kita ketahui dengan menggunakan metode ini banyak energi ultrasonik yang hilang
b) Sub-aqual
Bagian tubuh yang diterapi dan transduser dimasukkan ke dalam bak yang
berisi air matang. Pnempatan antara transduser dengan area yang diterpai harus
diberi jarak tertentu sehingga fenomena interferensi yang terjadi di area konvergen
dapat dihindari.
Dalam metode aplikasi ultrasonik, baik kontak langsung maupun tak langsung,
transduser dapat menetap maupun digerakkan. Transduser dapat digerakkan dengan
arah sirkuler, transversal, maupun longitudinal. Gerakan transduser harus ritmis,
pelan dan tekanan tidak boleh terlalu keras.
2. Terapi Latihan
Terapi latihan merupakan suatu usaha pengobatan fisioterapi yang dalam
pelaksanaannya menggunakan latihan-latihan gerak tubuh secara aktif maupun pasif.
Dengan diberikannya terapi latihan dapat menjaga dan meningkatkan kekuatan otot,
melancarkan peredaran darah, meningkatkan lingkup gerak sendi, mencegah
kontraktur, serta mencegah atrofi otot.
Dalam prakteknya terapi latihan dapat dilakukan dengan cara pasif maupun aktif.
Dua cara tersebut dapat dibagi atas beberapa kriteria lagi, yaitu:
a. Gerakan aktif
Gerakan aktif adalah latihan yang dilakukan oleh otot-otot yang bersangkutan
dengan melawan gravitasi. Tujuan dari latihan ini adalah melatih elastisitas otot,
meningkatkan sirkulasi darah, meningkatkan kualitas otot, serta mengembangkan
koordinasi dan keterampilan untuk aktivitas fungsional. Gerakan ini dibagi menjadi 3
yaitu:
1) Free active movement yaitu pasien diminta menggerakkan persendiannya tanpa
bantuan terapis
2) Active assisted movement yaitu pasien diminta menggerakkan persendiannya
semampunya lalu terapis memberi bantuan
3) Active resisted movement yaitu pasien diminta menggerakkan persendiannya
tanpa bantuan terapis sambil melawan tahanan yang diberikan oleh terapis.
b. Gerakan pasif
Gerakan pasif adalah latihan yang tidak bersangkutan dengan melawan gravitasi,
dengan kata lain terapis menggerakkan setiap persendian pasien tanpa pasien harus
melawan gravitasi. Tujuan dari gerakan pasif ini adalah untuk mengetahui end feel,
mencegah atofi, memperlancar sirkulasi darah, mencegah kontraktur, serta
memfasilitasi otot. Gerakan inidibagi menjadi 3 yaitu:
1) Relax passive movement yaitu terapi menggerakkan persendian pasien tanpa perlu
tenaga yang berlebih
2) Force passive movement yaitu terapis menggerakkan persendian pasien dengan
sedikit tenaga
3) Terapi manipulasi yaitu gerak pasif yang disertai dengan traksi dan translasi
BAB III
PENATALAKSANAAN STUDI KASUS
A. Pengkajian Fisioterapi
Dari anamesis yang dilakukan pada tanggal 15 Januari 2008 diperoleh data-data
sebagai berikut:
1. Anamnesis
a. Identitas Pasien:
Nama : Ny Sri Nawangsih
Umur : 51 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Katolik
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Alamat : Jalan Warung Bata 42
Diagnosis Medis : De Quervain Sinistra
b. Keluhan utama
Nyeri pergelangan tangan sepanjang sisi ibu jari sebelah kiri.
c. Riwayat penyakit sekarang
Pasien tiba-tiba merasakan nyeri pada pergelangan tangan sisi ibu jari pada
tanggal 27 Desember 2007 rasa sakit ini muncul saat pasien sedang
menggendong cucunya. Karena pasien merasa sangat terganggu dengan penyakit
ini, pasien memutuskan untuk periksa ke RS. Bethesda dan dirujuk ke poli
fisioterapi.
d. Riwayat penyakit dahulu
Pasien belum pernah mengalami penyakit seperti ini sebelumnya. Pasien
memiliki riwayat DM.
e. Riwayat pribadi
Pasien adalah seorang ibu rumah tangga yang mengerjakan pekerjaan
rumahnya sendiri dan senang merawat cucunya.
f. Riwayat keluarga
Tidak ditemukan adanya faktor keturunan.
2. Anamnesis sistem:
a. Kepala dan leher
Tidak ada keluhan
b. Sistem kardiovaskuler
Tidak ada keluhan
c. Sistem respirasi
Tidak ada keluhan
d. Sistem gastrointestinal
Tidak ada keluhan
e. Sistem urogenitalis
Tidak ada keluhan
f. Sistem musculoskeletal
Adanya nyeri pada pergelangan tangan kiri sepanjang ibu jari.
g. Sistem nervorum
Tidak ada keluhan
3. Pemeriksaan Fisik
a. Tanda-tanda vital
1) Tekanan darah : 120/70 mmHg
2) Denyut nadi : 84x/menit
3) Frek. Pernapasan : 16 x/menit
4) Temperatur : 370C
Data-data lain
1) Berat Badan : 60
2) Tinggi Badan : 154 cm
b. Inspeksi
Inspeksi ada 2, yaitu inspeksi statis (posisi pasien diam) dan inspeksi
dinamis (posisi pasien beraktivitas). Dari inspeksi statis dapat dilihat bahwa
pasien tidak menggunakan alat bantu apapun. Sedangkan untuk inspeksi
dinamis dapat diketahui bahwa pasien terlihat menahan rasa sakit saat
menggerakkan tangan kirinya.
c. Palpasi
Dari palpasi ditemukan adanya nyeri tekan, adanya spasme m. Extensor
pollicis brevis dan m. Abductor pollicis longus dan tidak ada perbedaan suhu
lokal.
d. Perkusi
Tidak dilakukan
e. Auskultasi
Tidak dilakukan
f. Pemeriksaan Fungsi Gerak Dasar
Pemeriksaan gerak dasar sendi meliputi tiga pemeriksaan yaitu
pemeriksaan gerak aktif, pemeriksaan gerak pasif dan gerak aktif melawan
tahanan.
1) Gerak pasif
Pada pemeriksaan gerak pasif diperoleh informasi tentang adanya
nyeri lingkup gerak sendi dan bagaimana endfeelnya lunak atau keras.
Dalam melakukan pemeriksaan ini pasien rileks dan yang menggerakkan
adanya terapis. Dari pemeriksaan ini didapatkan hasil pasien merasa
nyeri pada saat melakukan gerakan ulnar deviasi serta flexi dan extensi
ibu jari tetapi pasien bisa menggerakkan secara full ROM
2) Gerak aktif
Pada pemeriksaan gerak aktif akan diperoleh informasi tentang
Lingkup Gerak Sendi (LGS), ada tidaknya nyeri dan koordinasi gerak.
Dalam pemeriksaan ini pasien melakukan gerak aktif berdasarkan
petunjuk atau aba-aba dari terapis. Dari pemeriksaan ini didapatkan hasil
pasien merasa nyeri pada saat melakukan gerakan ulnar deviasi serta flexi
dan extensi ibu jari tetapi pasien bisa menggerakkan secara full ROM.
3) Gerak aktif melawan tahanan
Pada pemeriksaan ini pasien bergerak aktif kemudian terapis
memberikan tahanan dari gerakan yang dilakukan oleh pasien. Informasi
yang diperoleh dari pemeriksaan ini adalah kekuatan otot penderita. Dari
pemeriksaan ini didapatkan hasil pasien mampu melawan tahanan dengan
adanya rasa nyeri pada gerakan ulnar deviasi dan extensi ibu jari.
4. Pemeriksaan Spesifik
a. VAS (Visual Analog Scale)
Cara pengukuran derajat nyeri yaitu pasien menunjuk langsung titik nyeri yng
dirasakan. Dari hasil pemeriksaan diperoleh hasil:
1) Nyeri diam pada m. Abductor pollicis longus dan m. Extensor pollicis brevis
didapatkan hasil = 0
Tidak nyeri Nyeri tak
tertahankan
2) Nyeri tekan pada m. Abductor pollicis longus dan m. Extensor pollicis brevis
didapatkan hasil = 64 mm
Tidak nyeri Nyeri tak
tertahankan
3) Nyeri gerak pada m. Abductor pollicis longus dan m. Extensor pollicis brevis
didapatkan hasil = 60 mm
Tidak nyeri Nyeri tak
tertahankan
b. Tes Finkelstein (+)
Pasien merasakan nyeri pada m.abductor pollicis longus dan m.extensor pollicis
brevis saat menggengam jarinya dan menggerakkan ke arah ulnar deviasi.
0 10060
64 1000
0 100
Gambar 6
Tes Finkelstein (Shiel,2008)
B. Diagnosis Fisioterapi
1. Impairment
Adanya nyeri pada pergelangan tangan sisi ibu jari, adanya spasme m. Extensor
pollicis brevis dan m. Abductor pollicis longus.
2. Fungsional Limitation
Pasien mengalami kesulitan saat melakukan aktivitasnya terutama saat
mengenakan pakaian dalam.
3. Disability
Pasien merasa kurang percaya diri karena harus meminta bantuan orang lain saat
berpakaian.
C. Tujuan Fisioterapi
a. Tujuan jangka pendek
1) Mengurangi nyeri pada pergelangan tangan kiri
2) Mengurangi spasme otot
b. Tujuan jangka panjang
1) Melanjutkan tujuan jangka pendek
2) Memelihara dan meningkatkan kemampuan fungsional
D. Pelaksanaan Fisioterapi
a. Ultra Sound
1) Persiapan alat: Alat disiapkan pada tempatnya, periksa kabel, pastikan kabel
tersambung dengan sumber arus. Bersihkan transduser.
2) Persiapan pasien:
Posisi pasien duduk dengan kedua tangan disangga bantal, kemudian aksesoris yang
berada di tangan dilepaskan dan area yang diterapi bebas dari pakaian serta
dibersihkan dengan handuk.
3) Posisi terapis:
Saat melakukan terapi, terapis duduk di kursi yang berhadapan dengan pasien dan
alat diletakkan di smping terapis.
4) Pelaksanaan Terapi:
Area yang diterapi diolesi gel dan alat dinyalakan dan diatur waktunya selama 5
menit, frekuensi 3MHz, arus continues dan intensitas sebesar 0.8w/cm². Transduser
digosokkan mengikuti jalannya serabut otot secara longitudinal. Setelah selesai alat
dimatikan kemudian pergelangan tangan pasien serta transduser dibersihkan dari sisa
gel.
b. Terapi Latihan
1) Persiapan pasien:
Posisi pasien duduk di kursi dengan tangan disangga bantal, dengan area yang
diterapi bebas dari pakaian.
2) Posisi terapis:
Duduk berhadapan dengan pasien.
3) Penatalaksanaan terapi:
a) Traksi dan translasi: Tarik ibu jari pasien tepatnya pada sendi carpometacarpal I ke
arah distal dan beri tarikan ke arah fleksi ibu jari. Tahan 8 hitungan dan ulang 4
sampai 8 kali
b) Active movement: Pasien diminta menggerakkan ibu jarinya ke arah fleksi-
ekstensi, abduksi-adduksi ibu jari. Diulang 8 kali hitungan.
c) Strengthening: Pasien diminta menggerakkan ibu jarinya ke arah flexi dan
abduksi, sambil terapis memberikan tahanan dan minta pasien untuk melawan
tahanan tersebut. Diulang 8 kali hitungan.
D. Edukasi
1. Pasien diminta melakukan latihan- latihan yang diberikan terapis secara rutin
2. Pasien diminta tidak melakukan aktivitas yang memberi beban berat pada tangan
terlebih dahulu.
3. Pasien dapat menggunakan kompres hangat saat pergelangan tangannya terasa
sakit.
E. Evaluasi
1. VAS
No Nyeri T1 T2 T3 T4 T5 T6
1 Nyeri diam 0 0 0 0 0 0
2 Nyeri tekan 60mm 57mm 61mm 57mm 55mm 51mm
3 Nyeri gerak 64mm 62mm 65mm 61mm 58mm 53mm
BAB IV
PEMBAHASAN HASIL
Dalam pembahasan mengenai kasus De Quervain Syndrome Sinistra terhadap
pasien dengan keluhan nyeri pergelangan tangan sepanjang ibu jari pergelangan
tangan kiri sehingga menimbulkan gangguan saat beraktivitas. Tujuan fisioterapi
dalam kasus ini yaitu untuk mengurangi nyeri sehingga pasien dapat melakukan
aktivitas tanpa keluhan.
Pemberian gelombang ultra sonik pada jaringan tubuh dapat menimbulkan
adanya peregangan dan pemampatan jaringan. Oleh karena itu terjadi variasi tekanan
yang menimbulkan efek mekanik yang disebut efek micromassage. Efek
micromassage ini dapat menimbulkan efek panas dalam jaringan. Dengan adanya
efek mekanik berupa efek micromassage dan efek panas akan timbul efek-efek
biologis seperti meningkatkan sirkulasi darah sehingga metabolisme meningkat,
relaksasi otot meningkat, meningkatkan kemampuan regenerasi jaringan dan timbul
reaksi pengurangan nyeri.
Terapi latihan yang diberikan pada pasien De Quervain Syndrome baik secara
pasif maupun aktif dapat melancarkan peredaran darah sehingga zat-zat penimbul
rasa nyeri dapat terbuang dan nyeri berkurang serta menjaga kekuatan otot,
mencegah keterbatasan LGS, mencegah atrofi serta kontraktur otot, dan
meningkatkan kemampuan aktivitas fugsional pasien terutama yang menggunakan
tangan.
Setelah dilakukan terapi sebanyak 6 kali diperoleh hasil evaluasi
VAS.didapatkan adanya penurunan derajat nyeri dari T1 : nyeri tekan =60mm dan
nyeri gerak =64mm sampai T6 : nyeri tekan =51mm dan nyeri gerak =53mm.
Evaluasi Nyeri dengan VAS
0
50
100
Tahapan terapi
VA
Sd
eng
an s
atu
an m
m
Nyeri diam
Nyeri tekan
Nyeri gerak
Nyeri diam 0 0 0 0 0 0
Nyeri tekan 60 57 61 57 55 51
Nyeri gerak 64 62 65 61 58 53
T1 T2 T3 T4 T5 T6
Grafik 1Evaluasi nyeri dengan VAS
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. De Quervain adalah peradangan atau tendonitis dari jalur yang dilewati dua
tendon otot yang menggerakkan ibu jari yaitu m. abductor pollicis longus dan m.
extensor pollicis brevis yang mengakibatkan nyeri pada bagian distal radius dan
pangkal ibu jari.
2. Ultra sonic dapat menimbulkan efek micromassage yang diikuti dengan
timbulnya efek panas di dalam jaringan sehingga dapat meningkatkan sirkulasi
darah,relaksasi otot serta mengurangi nyeri.
3. Pemberian terapi latihan dapat melancarkan sirkulasi darah di sekitar otot
tersebut lancar dan membantu melatih pasien dalam melakukan aktivitasnya sehari-
hari.
B. Saran
1. Bagi fisioterapis, apabila menangani kasus De quervain Syndrome hendaknya
diawali dengan pemeriksaan yang teliti, mencatat permasalahan pasien, menegakkan
diagnosis dengan tepat, memilih modalitas yang sesuai dengan permasalahan pasien,
melakukan evaluasi dan memberikan edukasi pada pasien. Serta ada baiknya bagi
seorang fisioterapis melakukan kerja sama yang baik dengan tenaga medis lainnya
yang terkait dalam memberikan pelayanan fisioterapi.
2. Pasien De Quervain Syndrome selain menjalani terapi dengan rutin, disarankan
untuk tetap melakukan latihan-latihan yang telah diajarkan terapis secara rutin serta
mengurangi aktivitas yang terlalu membebani tangan. Saat pasien merasa nyeri itu
muncul, pasien dapat menggunakan kompres hangat untuk mengurangi nyeri
tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim, De Quervain’s Disease, dikutip 21/05/08, 2008, dari: http//www.mayoclinic.com
Anonim, De Quervain Tenosynovitis, dikutip 21/05/08, 2008, dari: http//www.assh.org
Apley, A. Graham,Solomon,Louis, Ortopedi dan Fraktur Sistem Appley, Widya Medika, Jakarta, 1995
Chusid J. Lt: Neuroanatomi Korelatif dan Neurologi Fungsional, Gajah Mada University Press, 1990.
Clarke, De Quervain’s Tendinitis, dikutip 08/05/08, 2008, dari: http:/en.wikipedia.org
De Wolf, A.N., Mens, J. M.A.; Pemeriksaan Alat Penggerak Tubuh, Houten/ Zaventem: Bohn Staff Leu Van Loghum,1994
Discher, Michelle. De Quervain’s Syndrome, dikutip 12/05/08, 2008, dari: https//fpm-www3.fpm.wisc.edu
Parjoto, Slamet; Terapi Listrik untuk Modulasi Nyeri, IFI Semarang, Semarang,2006
R. Putz dan R. Pabst: Atlas Anatomi Manusia “Sobotta”, Jilid1, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta,2000.
Shiel, William, De Quervain’s Disease, dikutip 14/05/08, 2008, dari: http//www.emedicinet.com
Sidharta, Priguna: Neurologi Klinis Dasar, Dian Rakyat, Jakarta,2003.
Sidharta Priguna : Sakit Neuromuskuloskeletal dalam Praktek Umum, Rakyat, Jakarta,1984.
Snell, Richards : Anatomi Klinik untuk Mahasiswa Kedokteran, Bagian ke-2, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta, 2000.
Sujatno,dkk: Sumber Fisis, Surakarta: Akademi Fisioterapi Departemen Kesehatan Surakarta,1993.
Wheeless, De Quervain’s Disease, dikutip 08/05/08, 2008, dari: http//www.wheelessonline.com
LAMPIRAN
AKADEMI FISIOTERA PI “ YAB “
J O G J A K A R T A
Jl. Ringroad Selatan, Giwangan, Umbulharjo, Jogjakarta
Telp./Fax. (0274) 389290, 448591
PROTOKOL STUDI KASUS
NAMA MAHASISWA : Anindya Jati Lokaswara
TEMPAT PRAKTEK : RS. Bethesda
NIM : 01. 05. 108
PEMBIMBING : Ibu Ennata Sri Winarni, SSt. FT
Tanggal Pembuatan Laporan : 15 Januari 2008
Kondisi : FTB
I. KETERANGAN UMUM PENDERITA
Nama : Ny Sri Nawangsih
Umur : 51 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Katolik
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Alamat : Jalan Warung Bata 42
II. DATA-DATA MEDIS RUMAH SAKIT
A. DIAGNOSIS MEDIS
De Quervain Syndrome sinistra
B. CATATAN KLINIS
Pasien datang ke poli rehabilitasi medik RS Bethesda pada tanggal 11 Januari
2008 dengan keluhan nyeri pada pergelangan tangan sisi ibu jari sebelah kiri.
C. TERAPI UMUM (GENERAL TREATMENT)
Fisioterapi
D. RUJUKAN FISIOTERAPI DARI DOKTER
Mohon diberikan tindakan Fisoterapi pada Ny Sri Nawangsih dengan diagnosis
De Quervain Syndrome sinistra
III. SEGI FISIOTERAPI
A. DATA FISIOTERAPI
1. ANAMNESIS (AUTO / HETERO)
a. KELUHAN UTAMA
Nyeri pergelangan tangan sepanjang sisi ibu jari sebelah kiri.
b. RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG
Pasien tiba-tiba merasakan nyeri pada pergelangan tangan sisi ibu jari pada tanggal
27 Desember 2007 rasa sakit ini muncul saat pasien sedang menggendong
cucunya.karena pasien merasa sangat terganggu dengan penyakit ini, pasien
memutuskan untuk periksa ke RS. Bethesda dan dirujuk ke poli fisioterapi.
c. RIWAYAT PENYAKIT DAHULU
Pasien belum pernah mengalami penyakit seperti ini sebelumnya. Pasien memiliki
riwayat DM.
d. RIWAYAT PRIBADI
Pasien adalah seorang ibu rumah tangga yang mengerjakan pekerjaan rumahnya
sendiri dan senang merawat cucunya.
e. RIWAYAT KELUARGA
Tidak ada anggota keluarganya yang mengalami penyakit yang sama
f. ANAMNESIS SISTEM
1) Kepala & Leher
Tidak ada keluhan
2) Sistem Kardiovaskuler
Tidak ada keluhan
3) Sistem Respirasi
Tidak ada keluhan
4) Sistem Gastrointestinalis
Tidak ada keluhan
5) Sistem Urogenitalis
Tidak ada keluhan
6) Sistem Muskuloskeletal
Adanya nyeri pada pergelangan tangan kiri sepanjang ibu jari.
7) System Nervorum
Tidak ada keluhan
2. PEMERIKSAAN FISIK
a. TANDA-TANDA VITAL :
1) Tekanan darah : 120/70 mmHg
2) Denyut nadi : 84x/menit
3) Frek. Pernapasan : 16 x/menit
4) Temperatur : 370C
b. 1) Berat Badan : 60 kg
2) Tinggi Badan : 154 cm
c. INSPEKSI :
Statis : tidak ada bengkak dan pasien tidak menggunakan alat bantu apapun
Dinamis : pasien terlihat menahan rasa sakit saat menggerakkan tangan kirinya.
d. PALPASI :
Adanya nyeri tekan, adanya spasme m. Extensor pollicis brevis dan m. Abductor
pollicis longus dan tidak ada perbedaan suhu lokal.
e. PERKUSI :
Tidak dilakukan
f. AUSKULTASI :
Tidak dilakukan
g. GERAKAN DASAR :
1) Gerak Pasif :
Pasien merasa nyeri pada saat melakukan gerakan ulnar deviasi serta flexi dan
extensi ibu jari tetapi psien bisa menggerakkan secara full ROM
2) Gerak Aktif :
Pasien merasa nyeri pada saat melakukan gerakan ulnar deviasi serta flexi dan
extensi ibu jari tetapi pasien bisa menggerakkan secara full ROM.
3) Gerak Aktif Melawan Tahanan :
Pasien mampu melawan tahanan dengan adanya rasa nyeri pada gerakan ulnar
deviasi dan extensi ibu jari.
h. KOGNITIF, INTRAPERSONAL & INTERPERSONAL :
Kognitif : baik, pasien tidak mengalami gangguan kesadaran
Intrapersonal : baik, pasien memiliki keinginan yang kuat untuk sembuh
Interpersonal : baik, pasien dapat berkomunikasi dengan baik.
i. KEMAMPUAN FUNGSIONAL & LINGKUNGAN AKTIFITAS :
1) Fungsional Dasar :
a) Adanya spasme otot abduktor pollicis longus dan otot extensor pollicis brevis kiri
b) Adanya nyeri otot abduktor pollicis longus dan otot extensor pollicis brevis kiri
2) Fungsional Aktifitas :
Pasien mengalami kesulitan saat melakukan aktivitasnya terutama saat
mengenakan pakaian dalam.
3) Lingkungan Aktifitas :
a) Lingkungan keluarga : keluarga pasien mempunyai motivasi tinggi demi
kesembuhan pasien
b) Lingkungan fisik : lingkungan RS mendukung untuk proses kesembuhan pasien
3. PEMERIKSAAN SPESIFIK
a. VAS (Visual Analog Scale)
1) Nyeri diam pada m. Abductor pollicis longus dan m. Extensor pollicis brevis
didapatkan hasil = 0
Tidak nyeri Nyeri tak
tertahankan
2) Nyeri tekan pada m. Abductor pollicis longus dan m. Extensor pollicis brevis
didapatkan hasil = 64 mm
Tidak nyeri Nyeri tak
tertahankan
3) Nyeri gerak pada m. Abductor pollicis longus dan m. Extensor pollicis brevis
didapatkan hasil = 60 mm
Tidak nyeri Nyeri tak
tertahankan
b. Tes Finkelstein (+)
B. INTERPRESTASI DATA / DIAGNOSIS FISIOTERAPI
1. Impairment
0 10060
64 1000
0 100
Adanya nyeri pada pergelangan tangan sisi ibu jari, adanya spasme m. Extensor
pollicis brevis dan m. Abductor pollicis longus.
2. Fungsional Limitation
Pasien mengalami kesulitan saat melakukan aktivitasnya terutama saat
mengenakan pakaian dalam.
3. Disability
Pasien merasa kurang percaya diri karena harus meminta bantuan orang lain saat
berpakaian.
C. PROGRAM / RENCANA FISIOTERAPI
1. TUJUAN :
a. Tujuan jangka pendek
1) Mengurangi nyeri pada pergelangan tangan kiri
2) Mengurangi spasme otot
b. Tujuan jangka panjang
1) Melanjutkan tujuan jangka pendek
2) Memelihara dan meningkatkan kemampuan fungsional
2. TINDAKAN FISIOTERAPI
a. Teknologi Fisioterapi :
1) Teknologi Alternatif :
IR, MWD, SWD, TENS, US dan Terapi Latihan
2) Teknologi Terpilih :
US, Terapi Latihan
3) Teknologi Yang Dilaksanakan :
US, Terapi Latihan
b. Edukasi :
1. Pasien diminta melakukan latihan- latihan yang diberikan terapis secara rutin
2. Pasien diminta tidak melakukan aktivitas yang memberi beban berat pada tangan
terlebih dahulu.
3. Pasien dapat menggunakan kompres hangat saat pergelangan tangannya terasa
sakit.
3. RENCANA EVALUASI
Pemeriksaan penurunan derajat nyeri dengan VAS
D. PROGNOSIS
Quo ad Vitam : ad Bonam
Quo ad Sanam : ad Bonam
Quo ad Fungsionam : ad Bonam
Quo ad Cosmeticam : ad Bonam
E. PELAKSANAAN FISIOTERAPI
a. Ultra Sound
1) Persiapan alat: Alat disiapkan pada tempatnya, periksa kabel, pastikan kabel
tersambung dengan sumber arus. Bersihkan transduser.
2) Persiapan pasien:
Posisi pasien duduk dengan kedua tangan disangga bantal, kemudian aksesoris yang
berada di tangan dilepaskan dan area yang diterapi bebas dari pakaian serta
dibersihkan dengan handuk.
3) Posisi terapis:
Saat melakukan terapi, terapis duduk di kursi yang berhadapan dengan pasien dan
alat diletakkan di smping terapis.
4) Pelaksanaan Terapi:
Area yang diterapi diolesi gel dan alat dinyalakan dan diatur waktunya selama 5
menit, frekuensi 3MHz, arus continues dan intensitas sebesar 0.8w/cm². Transduser
digosokkan mengikuti jalannya serabut otot secara longitudinal. Setelah selesai alat
dimatikan kemudian pergelangan tangan pasien serta transduser dibersihkan dari sisa
gel.
b. Terapi Latihan
1) Persiapan pasien:
Posisi pasien duduk di kursi dengan tangan disangga bantal, dengan area yang
diterapi bebas dari pakaian.
2) Posisi terapis:
Duduk berhadapan dengan pasien.
3) Penatalaksanaan terapi:
a) Traksi dan translasi: Tarik ibu jari pasien tepatnya pada sendi carpometacarpal I ke
arah distal dan beri tarikan ke arah fleksi ibu jari. Tahan 8 hitungan dan ulang 4
sampai 8 kali
b) Active movement: Pasien diminta menggerakkan ibu jarinya ke arah fleksi-
ekstensi, abduksi-adduksi ibu jari. Diulang 8 kali hitungan.
c) Strengthening: Pasien diminta menggerakkan ibu jarinya ke arah flexi dan
abduksi, sambil terapis memberikan tahanan dan minta pasien untuk melawan
tahanan tersebut. Diulang 8 kali hitungan.
F. EVALUASI
1. VAS
No Nyeri T1 T2 T3 T4 T5 T6
1 Nyeri diam 0 0 0 0 0 0
2 Nyeri tekan 60mm 57mm 61mm 57mm 55mm 51mm
3 Nyeri gerak 64mm 62mm 65mm 61mm 58mm 53mm
G. HASIL TERAPI TERAKHIR
Pasien dengan nama Ny Sri Nawangsih dengan umur 51 tahun, dengan kondisi
De Quervain Syndrome sinistra setelah melakukan terapi sebanyak 6 kali
menggunakan modalitas Ultra Sonik dan Terapi Latihan diperoleh hasil adanya
penurunan derajat nyeri