58
KARYA AKHIR KORELASI GAMBARAN VARIASI ANATOMI ARTERI CEREBRAL SIRKULASI POSTERIOR DENGAN GEJALA NEUROLOGIS PADA PASIEN CT ANGIOGRAPHY KEPALA CORRELATION BETWEEN THE DESCRIPTION OF ANATOMICAL VARIATIONS OF POSTERIOR CIRCULATION CEREBRAL ARTERY WITH NEUROLOGIC SYMPTOMS IN HEAD CT ANGIOGRAPHY PATIENTS RAHMAWATI PROGRAM PENDIDIKAN DOKTER SPESIALIS-1 (Sp.1) PROGRAM STUDI ILMU RADIOLOGI FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR 2017

KORELASI GAMBARAN VARIASI ANATOMI ARTERI CEREBRAL

  • Upload
    others

  • View
    1

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

KARYA AKHIR

KORELASI GAMBARAN VARIASI ANATOMI ARTERI CEREBRAL SIRKULASI POSTERIOR DENGAN GEJALA NEUROLOGIS

PADA PASIEN CT ANGIOGRAPHY KEPALA

CORRELATION BETWEEN THE DESCRIPTION OF ANATOMICAL VARIATIONS OF POSTERIOR CIRCULATION CEREBRAL ARTERY

WITH NEUROLOGIC SYMPTOMS IN HEAD CT ANGIOGRAPHY PATIENTS

RAHMAWATI

PROGRAM PENDIDIKAN DOKTER SPESIALIS-1 (Sp.1) PROGRAM STUDI ILMU RADIOLOGI

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS HASANUDDIN

MAKASSAR 2017

KORELASI GAMBARAN VARIASI ANATOMI ARTERI CEREBRAL SIRKULASI POSTERIOR DENGAN GEJALA NEUROLOGIS

PADA PASIEN CT ANGIOGRAPHY KEPALA

Karya Akhir

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar Dokter Spesialis-1

Program Studi Ilmu Radiologi

Disusun dan Diajukan oleh

RAHMAWATI

Kepada

PROGRAM PENDIDIKAN DOKTER SPESIALIS-1 (Sp.1) PROGRAM STUDI ILMU RADIOLOGI

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS HASANUDDIN

MAKASSAR 2017

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA AKHIR

Yang bertanda tangan di bawah ini

Nama : Rahmawati

Nomor Mahasiswa : C112213103

Program Studi : Program Pendidikan Dokter Spesialis Terpadu

FK. UNHAS

Menyatakan dengan sebenarnya bahwa karya akhir yang saya tulis ini benar-

benar merupakan hasil karya saya sendiri, bukan merupakan pengambilalihan

tulisan atau pemikiran orang lain. Apabila di kemudian hari terbukti atau dapat

dibuktikan bahwa sebagian atau keseluruhan karya akhir ini hasil karya orang lain,

saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut.

Makassar, 01 Oktober 2017

Yang menyatakan,

Rahmawati

i

KATA PENGANTAR

Bismillah, Alhamdulillah. Segala puji bagi Allah Subhanahu Wata‘ala atas

segala nikmat yang diberikan sehingga penulis dapat menyelesaikan karya akhir ini.

Penulis menyadari bahwa karya akhir ini belum sempurna sehingga dengan

segala kerendahan hati mengharapkan kritik, saran dan koreksi dari semua pihak.

Banyak kendala yang dihadapi dalam rangka penyusunan karya akhir ini, namun

berkat bantuan berbagai pihak maka karya akhir ini dapat juga selesai pada

waktunya. Dalam kesempatan ini, dengan ketulusan hati penulis menyampaikan

penghargaan dan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. dr. Nikmatia Latief, Sp.Rad (K) selaku Ketua Komisi Penasihat, pembimbing

utama dan guru kami, atas segala arahan dan bimbingan yang diberikan selama

kami menjalani pendidikan di Bagian Ilmu Radiologi dan bimbingan selama

penelitian hingga penyusunan dan penulisan karya akhir ini.

2. Prof. Dr. dr. Bachtiar Murtala, Sp.Rad (K) selaku Sekretaris Komisi Penasihat

sekaligus selaku Ketua Departemen Ilmu Radiologi FK Unhas periode 2017-

2021, pembimbing dan guru kami, atas segala arahan dan bimbingan yang

diberikan selama kami menjalani pendidikan di Bagian Ilmu Radiologi dan

bimbingan selama penelitian hingga penyusunan dan penulisan karya akhir ini

serta yang telah mengijinkan dan menerima saya sebagai peserta PPDS Ilmu

Radiologi FK Unhas periode Juli 2013.

3. Dr. dr. Burhanuddin Bahar, MS selaku Anggota Komisi Penasihat yang telah

mencurahkan segala ilmunya yang demikian sangat berharga kepada kami

ii

dalam bidang Metode Penelitian dan Statistik selama penyusunan tesis ini.

4. dr. Sri Asriyani, Sp.Rad (K),.M.Med.Ed selaku Anggota Komisi Penasihat

sekaligus selaku Ketua Program Studi Bagian Ilmu Radiologi FK Unhas, guru

kami, atas segala arahan, nasihat dan bimbingan yang telah diberikan selama

saya menjalani pendidikan di Bagian Ilmu Radiologi.

5. dr. Abdul Muis, Sp.Rad, selaku Anggota Komisi Penasihat, atas segala arahan

dan bimbingan yang diberikan selama penelitian hingga penyusunan dan

penulisan karya akhir ini.

Pada kesempatan ini pula saya ingin menyampaikan terima kasih dan

penghargaan saya kepada :

1. Rektor Universitas Hasanuddin, Dekan Fakultas Kedokteran Universitas

Hasanuddin, Ketua TKP-PPDS FK Unhas, Ketua Konsentrasi PPDS Terpadu

FK Unhas dan Direktur Program Pascasarjana Universitas Hasanuddin yang

telah memberikan kesempatan kepada kami untuk mengikuti Program

Pendidikan Dokter Spesialis Terpadu di Bagian Radiologi Fakultas Kedokteran

Universitas Hasanuddin Makassar.

2. Terima kasih dan hormat yang tak terhingga juga kami sampaikan kepada para

konsulen dan guru kami Prof. Dr. dr. Muhammad Ilyas, Sp.Rad (K), dr.

Nurlaily Idris, Sp.Rad (K), dr. Luthfy Attamimi, Sp.Rad., dr. Junus Baan,

Sp.Rad., dr. Mirna Muis, Sp.Rad., dr. Hasanuddin, Sp.Rad (K) Onk, dr.

Isqandar Mas’oud, Sp.Rad., dr. Dario Nelwan, Sp.Rad, dr. Rafika Rauf,

Sp.Rad, dr. Isdiana Kaelan, Sp.Rad., dr. Amir, Sp.Rad., dr. M. Abduh, Sp.Rad,

dr. Achmad Dara, Sp.Rad., dr. Sri Mulyati, Sp.Rad., dr. Erlin Syahril, Sp.Rad.,

iii

dr. Shofiyah Latief, Sp.Rad., serta seluruh pembimbing dan dosen luar biasa

dalam lingkup Bagian Radiologi FK-Unhas atas arahan dan bimbingan selama

saya menjalani pendidikan.

3. Mas Pur, Mas Eko, Edy, Ahmad, Imran beserta seluruh staf radiografer RS Dr.

Wahidin Sudirohusodo Makassar dan staf radiografer RS Unhas atas

bimbingan dan penjelasan di Workstation yang diberikan kepada kami selama

menjalani pendidikan dan penelitian di rumah sakit ini.

4. Ayahanda Dekan FK-Universitas Muslim Indonesia Prof. dr. H. Syarifudin

Wahid, Sp.PA (K), Sp.F, Ph.D beserta seluruh Wakil Dekan FK-UMI yang

telah memberikan izin dan bantuan selama masa pendidikan.

5. Kedua orang tua kami ayahanda Drs. Nuraeni Chalida dan ibunda Masna

Kaeda serta ibu mertua kami Bainem yang sangat kami cintai dan hormati yang

dengan tulus dan penuh kasih sayang senantiasa memberikan dukungan,

bantuan dan mendoakan kami.

6. Kepada suami tercinta, dr. Mochammad Erwin Rachman, M.Kes, Sp.S., atas

segala pengorbanan, pengertian, kesabaran, dorongan semangat, bimbingan

dan diskusi dalam penyelesaian karya akhir ini serta doa tulusnya yang

mengiringi perjalanan panjang saya dalam mengikuti pendidikan. Juga kepada

anak-anak kita terkasih Ibnu Hibban Errahman dan Ibnu Hayyan Errahman

yang telah menjadi penyemangat selama saya menjalani pendidikan.

7. Kepada saudara kami Rahmatullah, SE, Muhammad Alwi, ST, Rahmayani,

S.Pd dan Alkindi, SE serta segenap keluarga atas dukungan, bantuan dan

doanya.

iv

8. Teman-teman terbaik angkatan Juli 2013 serta seluruh teman PPDS Radiologi

lainnya yang telah memberikan bantuan, motivasi dan dukungan kepada kami

selama masa pendidikan dan penyelesaian tesis ini.

9. Kepada semua pihak yang tidak dapat kami sebutkan satu persatu, yang telah

memberi bantuan baik moril maupun materiil secara langsung maupun tidak

langsung, saya ucapkan terima kasih.Melalui kesempatan ini pula

perkenankan permohonan maaf kami setulus- tulusnya atas kesalahan dan

kekhilafan yang kami lakukan selama masa pendidikan sampai selesainya tesis

ini.

Akhirnya saya berharap semoga karya akhir ini bermanfaat bagi kita semua

dan dapat memberikan sumbangan bagi perkembangan Ilmu Radiologi di masa

yang akan datang. Semoga Allah Subhanahu wata’ala senantiasa menyertai dan

memberkati setiap langkah pengabdian kita.

Makassar, 01 Oktober 2017

Rahmawati

v

vi

vii

DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL

HALAMAN PENGESAHAN

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA AKHIR

KATA PENGANTAR

ABSTRAK

ABSTRACT

i

v

vi

DAFTAR ISI

DAFTAR SIMBOL DAN SINGKATAN

DAFTAR TABEL

DAFTAR GRAFIK DAN DIAGRAM

DAFTAR GAMBAR

DAFTAR LAMPIRAN

vii

x

xii

xiii

xiv

xv

BAB I. PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang ........................................................................... 1

I.2 Rumusan Masalah ...................................................................... 3

I.3 Hipotesis Penelitian ................................................................... 3

I.4 Tujuan Penelitian ....................................................................... 3

I.5 Manfaat Penelitian ..................................................................... 4

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

II.1 Embriogenesis ............................................................................... 5

II.2. Morfogenesis ............................................................................... 8

II.3. Angiogenesis ............................................................................... 13

II.4 Neuroanatomi Arteri Cerebral Sirkulasi Posterior....................... 16

II.5. Gambaran CT Angiography Kepala Arteri Cerebral Normal............................................................... 17

II.6. Sirkulasi Cerebral Posterior ....................................................... 17

II.6.1 Arteri Vertebralis ..................................................................... 18

II.6.2 Arteri Basilaris ......................................................................... 20

II.6.3 Arteri Cerebri Posterior ............................................................ 22

viii

II.6.4 Arteri Communicans Posterior ............................................... 24

II.7 Fisiologi Sirkulasi Cerebral ..................................................... 24

II.8 Arteri untuk daerah cerebri tertentu ......................................... 27

II.9 Variasi-Variasi Arteri Cerebral Sirkulasi Posterior ................. 27

A. Variasi morfologi ................................................................ 29

B. Variasi Jumlah ...................................................................... 31

C. Variasi Asal (Fetal Origin of PCA)) ..................................... 32

II.10 Tinjauan Teori Korelasi Gambaran Variasi Anatomi

Arteri Cerebral Sirkulasi Posterior

dengan Gejala Neurologis ............................................................ 33

II.11 Computed Tomography Scan ..................................................... 37

II.11.1 Maximum Intensity Projection (MIP) ................................. 38

II.11.2 Volume Rendering (VR) ..................................................... 39

BAB III. KERANGKA PENELITIAN

III.1. Kerangka Teori ........................................................................... 40

III.2 Kerangka Konsep ........................................................................ 41

BAB IV. METODE PENELITIAN

IV.1 Desain Penelitian ......................................................................... 42

IV.2 Tempat dan Waktu Penelitian ..................................................... 42

IV.3 Populasi Penelitian ...................................................................... 42

IV.4 Sampel dan Cara Pengambilan Sampel ....................................... 42

IV.5 Variabel Penelitian …..…………………………………………. 43

IV.6 Perkiraan Besar Sampel ..………………………………………. 43

IV.7 Kriteria Inklusi dan Eksklusi ...................................................... 44

IV.8. Definisi Operasional dan Kriteria Objektif ................................ 44

IV.9 Cara Kerja .................................................................................. 47

IV.10 Pengolahan dan Analisis Data .................................................... 49

IV.11 Izin Penelitian dan Ethical Clearance ....................................... 49

IV.12 Alur Penelitian ........................................................................... 50

BAB V. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

V.1 Hasil Penelitian.............................................................................. 51

ix

V.1.1 Karakteristik Subyek Penelitian ................................................ 51

V.1.2 Analisis Bivariat ........................................................................ 60

V.2 Pembahasan ................................................................................... 66

BAB VI. KESIMPULAN DAN SARAN

VI.1 Kesimpulan ................................................................................. 70

VI.2 Saran ............................................................................................ 70

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. 71

x

DAFTAR SIMBOL DAN SINGKATAN

% : Persentase

n : Jumlah

< : Kurang Dari

> : Lebih Dari

≥ : Lebih Sama Dengan

p Value : Nilai Kemaknaan

r : kekuatan korelasi

CT : Computed Tomographic

CTA : Computed Tomographic Angiography

MRA : Magnetic Resonance Angiography

MDCT : Multidetector Computed Tomography

MSCT : multislice Computed Tomography

DSCT : Dual Source Computed Tomography

TCD : Trans Cranial Doppler

GE : General Electric

3D : 3 Dimensi

MIP : Maximum Intensity Projection

DSA : Digital Subtraction Angiography

VEGF : Vascular Endothelial Growth Factor

ICA : Interna Carotid Artery

PCA : Posterior Cerebral Artery

P1 : Segmen 1 Arteri Cerebri Posterior

P2 : Segmen 2 Arteri Cerebri Posterior

P3 : Segmen 3 Arteri Cerebri Posterior

P4 : Segmen 4 Arteri Cerebri Posterior

MCA : Middle Cerebral Artery

PICA : Posterior Inferior Cerebellar Artery

AICA : Anterior Inferior Cerebellar Artery

SCA : Superior Cerebellar Artery

xi

PCOM : Posterior Communicans Artery

LNA : Longitudinal Neuronal Artery

SSP : Susunan Saraf Pusat

THH : Telangiektasis Herediter

CBF : Cerebral Blood Flow

MIP : Maximum Intensity Projection

VR : Volume Rendering

DICOM : Digital Imaging and Communiting in

Medicine

SOL : Space Occupying Lesion

ml : milliliter

KgBB : Kilogram Berat Badan

NaCl : Natrium Clorida

N.III : Nervus Oculomotorius

xii

DAFTAR TABEL

Hal

Tabel1. Karakteristik Umum Subyek Penelitian 52

Tabel 2. Deskripsi Variasi Morfologi 57

Tabel 3. Deskripsi Variasi Jumlah 59

Tabel 4. Deskripsi Variasi Asal 60

Tabel 5. Korelasi Gambaran Variasi Anatomi Arteri Cerebral Sirkulasi 61 Posterior dengan gejala neurologis pada Pasien CT Angiography Kepala.

Tabel 6. Korelasi Gambaran Variasi Anatomi Arteri Cerebral Sirkulasi 63 Posterior dengan Gejala Neurologis Sefalgia pada Pasien

CT Angiography Kepala.

Tabel 7. Korelasi Gambaran Variasi Anatomi Arteri Cerebral Sirkulasi 63 Posterior dengan Gejala Neurologis Vertigo pada Pasien CT Angiography Kepala.

Tabel 8. Korelasi Gambaran Variasi Anatomi Arteri Cerebral Sirkulasi 64 Posterior dengan Gejala Neurologis Hemiparesis pada Pasien CT Angiography Kepala.

Tabel 9. Korelasi Gambaran Variasi Anatomi Arteri Cerebral Sirkulasi 65 Posterior dengan Gejala Neurologis Paresis N.III pada Pasien

CT Angiography Kepala.

xiii

DAFTAR GRAFIK DAN DIAGRAM

Hal

Grafik 1. Distribusi sampel berdasarkan umur 53

Grafik 2. Distribusi sampel berdasarkan jenis kelamin 54

Grafik 3. Distribusi berdasarkan ada dan tanpa variasi anatomi 55 arteri cerebral sirkulasi posterior Grafik 4. Distribusi berdasarkan gejala neurologis 56

Diagram 1. Deskripsi Variasi Morfologi 58

Diagram 2. Deskripsi Variasi Jumlah 59

xiv

DAFTAR GAMBAR

Hal Gambar 1. Minggu 5. Tabung saraf tertanam dalam jaringan ikat 6

padat yang membentuk meningen primitif (A, B) yang

mengandung loop vascular

Gambar 2. Dalam pembentukan vascular primordial, ICA dapat 8

Dikenali Ke arah proximal, hindbrain diberi nutrisi

oleh 3 presegmental dan 1 intersegmental canal arteri.

Gambar 3. Minggu 5. Arteri neural longitudinal (LNA) memanjang 9

sepanjang kedua sisi otak belakang.

Gambar 4. Minggu 6. Bentuk meningen primitif plexus choroid. 10

Gambar 5. Minggu 7-8. Awal pembuluh darah arteri merespon 11

segmentasi otak menjadi telencephalon, diencephalon,

mesencephalon, metencephalon dan myelencephalon.

Gambar 6. Anatomi arteri cerebral sirkulasi posterior 16

Gambar 7. Anatomi Arteri Cerebral Sirkulasi Posterior dan sirkulus 16

Willisi (Muresan, Puiu dan Cucos, 2017)

Gambar 8. CT Angiography Kepala Normal 17

Gambar 9. (a) Hipoplasia arteri vertebralis dextra (b) Hipolasia 29

arteri vertebralis sinistra (Muresan, Puiu dan Cucos, 2017)

Gambar 10. (a) Fenestrasi arteri basilaris, (b) Fenestrasi arteri 31

vertebralis dextra

Gambar 11. Duplikasi arteri cerebellar superior 32

Gambar 12. Agenesis / aplasia segmen P1 bilateral (tanda panah). 32

Superior cerebellar artery

Gambar 13. Fetal origin of PCA sinistra 32

xv

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Rekomendasi Persetujuan Etik Penelitian

Lampiran 2. Form Persetujuan (Informed Concent Penelitian)

Lampiran 3. Form Kuesioner Penelitian

Lampiran 4. Data Sampel Penelitian

Lampiran 5. Curriculum Vitae

1

BAB I PENDAHULUAN

I.1. Latar Belakang Computed Tomoraphic (CT) angiography telah digunakan pada banyak

institusi dalam mengevaluasi sirkulasi cerebral yang penting dalam penelusuran

gejala neurologis yang berkaitan dengan gangguan cerebrovascular seperti sefalgia,

vertigo sentral, strok akut dan pendarahan subarachnoid. Variasi sirkulasi cerebral

baik pada sirkulasi anterior maupun sirkulasi cerebral posterior adalah biasa terjadi.

Ketika menilai CT angiogram sirkulasi cerebral, maka penting untuk mengetahui

gambaran variasi normal tersebut, prevalensinya, serta relevansi klinis, yang

sebagiannya dapat berisiko terbentuknya aneurisma.

Variasi arteri cerebral memiliki dampak klinik pada angka kejadian sefalgia,

vertigo sentral, strok iskemik dan pendarahan subarachnoid yang terkadang luput

dari perhatian pada pemeriksaan CT angiography kepala. Pengetahuan tentang

variasi anatomi dari sirkulasi cerebral posterior penting dalam penentuan area

iskemik sirkulasi posterior sebagai contoh infark pada daerah thalamus,

mesencephalon, pons, medulla oblongata dan cerebellum. Dapat juga membantu

dalam diagnosis penyebab sefalgia, berperan dalam intervensi endovascular serta

pembedahan fossa cranii posterior. Sarana pencitraan saat ini mengalami kemajuan

teknologi yang cepat seiring dengan perkembangan studi angiografi non-invasif,

hal ini akan mendorong peningkatan angka diagosis variasi anatomi pada populasi.

Penelusuran CT angiography kepala secara komprehensif yang melibatkan

review 3 dimensi (3D) dan gambar Maximum Intensity Projection (MIP) dari arteri

2

intra dan extracranial serta gambar axial skull base (melibatkan bone window)

memungkinkan identifikasi sebagaian besar abnormalitas dan varian normal.

Pengetahuan akan adanya variasi normal dan relevansi klinis seperti fenestrasi,

duplikasi, dan persistent fetal arteri berperan secara krusial dalam diagnosis, terapi

strok akut, pendarahan subarachnoid serta dalam perencanaan pembedahan.

Sebagai contoh, deteksi preoperasi pada persistent trigeminal arteri intrasellar atau

medial dapat membantu dokter bedah mencegah pendarahan potensial pada pasien

yang menjalani pembedahan transphenoidal pada kasus adenoma pituitary.

Walaupun Digital Subtraction Angiography (DSA) merupakan referensi

standar untuk mendeteksi anomali vascular intracranial, namun demikian

sensitivitas dan spesifisitas CT angiography telah dilaporkan begitu tinggi yakni

sekitar 81 – 90 %. Variasi anatomi arteri cerebral sirkulasi posterior sering

ditemukan pada populasi, oleh karena proses embriologi kompleks dari sirkulasi

intracranial.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui korelasi klinis variasi anatomi

arteri cerebral sirkulasi posterior dengan gejala neurologis yang berkaitan dengan

gangguan cerebrovascular pada pasien yang dilakukan pemeriksaan CT

angiography kepala. Penelitian sebelumnya terbatas pada variasi-variasi anatomi

dari arteri cerebral namun tidak mengkaji korelasi dengan gejala neurologis yang

dialami pasien.

I.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian di atas maka dapat dirumuskan pertanyaan penelitian

sebagai berikut :

3

Bagaimanakah korelasi gambaran variasi anatomi arteri cerebral sirkulasi posterior

dengan gejala neurologis pada pasien yang dilakukan pemeriksaan CT

Angiography kepala ?

I.3. Hipotesis Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah, maka dapat disimpulkan hipotesis penelitian

sebagai berikut :

Terdapat korelasi antara variasi anatomi arteri cerebral sirkulasi posterior dengan

gejala neurologis pada pasien yang dilakukan pemeriksaan CT Angiography

kepala.

I.4. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Mengetahui korelasi gambaran variasi anatomi arteri cerebral sirkulasi

posterior dengan gejala neurologis pada pasien yang dilakukan

pemeriksaan CT Angiography kepala.

2. Tujuan Khusus

a. Menentukan jenis variasi arteri cerebral sirkulasi posterior pada

pasien yang dilakukan pemeriksaan CT Angiography kepala

b. Menilai gejala klinis pada pasien dengan variasi anatomi arteri

cerebral sirkulasi posterior yang dilakukan pemeriksaan CT

Angiography kepala

c. Menentukan korelasi gambaran variasi anatomi arteri cerebral

sirkulasi posterior dengan gejala neurologis pada pasien yang

dilakukan pemeriksaan CT Angiography kepala.

4

I.5. Manfaat Penelitian

a. Memberikan informasi ilmiah terutama kepada radiologist dan klinisi

tentang variasi anatomi arteri cerebral sirkulasi posterior.

b. Mengetahui korelasi variasi anatomi arteri cerebral sirkulasi posterior

dengan relevansi klinis pasien yang dilakukan pemeriksaan CT

angiography kepala.

c. Dapat menjadikan CT Angiography kepala sebagai prosedur diagnostik

yang berguna secara akurat dan minimal invasif dalam mengevaluasi

variasi anatomi arteri cerebral sirkulasi posterior pada pasien dengan

gejala neurologis.

5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Variasi anatomi arteri cerebral sirkulasi posterior sering ditemukan pada

populasi, karena embriologi kompleks dari sirkulasi intracranial. Variasi normal

terbanyak dari sirkulasi cerebral termasuk : fenestrasi dan duplikasi, persistent

primitive fetal arteri, hypoplasia dan aplasia segmen arteri (1). Namun demikian,

signifikansi klinis dari anomali tersebut sangatlah berbeda. Oleh karena itu,

terdapatnya fenestrasi dan duplikasi memiliki dampak klinis yang signifikan, sebab

anomali tersebut memberi kecenderungan untuk terbentuknya aneurisma (2).

Selanjutnya, pasien-pasien dengan fetal origin of posterior cerebral artery yang

disertai atherosclerosis arteri carotis jauh lebih berpotensi akan terjadinya iskemik

pada territori arteri cerebral posterior (3). Sebagai tambahan, meskipun mayoritas

variasi normal tersebut tidak memiliki dampak klinis utama, anggapan ini dapat

menambah perencanaan pembedahan serta dapat bermanfaat dalam mencegah

komplikasi selama penanganan endovascular. (Simon, Kenneth, dan Faulder, 2009)

II.1. Embriogenesis

Pembentukan pembuluh darah terjadi melalui dua mekanisme, yaitu :

1. Vaskulogenesis, yaitu mekanisme pembentukan pembuluh darah melalui

penyatuan angioblast.

2. Angiogenesis, yaitu mekanisme pertumbuhan pembuluh darah dari

pembuluh darah yang sudah ada.

Arteri-arteri cerebral berhubungan satu sama lain melalui susunan

pembuluh darah berbentuk seperti lingkaran di dasar otak yang dikenal sebagai

6

circulus Willisi (dari Thomas Willis, ahli anatomi dari abad ketujuh belas).

Interkoneksi ini memungkinkan kelanjutan perfusi jaringan otak bahkan jika salah

satu pembuluh darah besar mengalami stenosis atau oklusi. (Baehr dan Frotscher,

2005)

Pembuluh-pembuluh darah utama, termasuk aorta dorsalis dan vena

kardinalis, terbentuk melalui vaskulogenesis. Bagian lain dari sistem vascular

dibentuk melalui angiogenesis. Keseluruhan dari sistem ini melibatkan faktor

pertumbuhan endotel vascular (vascular endothelial growth factor, VEGF) dan

faktor pertumbuhan lainnya. (Sadler, 2009)

Gambar 1. Minggu 5. Tabung saraf tertanam dalam jaringan ikat padat

yang membentuk meningen primitif (A, B) yang mengandung loop vascular

Pada minggu ke-4, segera setelah penutupan tabung neural menjadi

tertanam di lapisan mesenkim padat yang membentuk meningens primitif.

Meningens primitif dari forebrain (lempeng neural anterior) dibentuk dari pial

neural (neural crest) segmen diencephalon posterior caudal dan mesencephalon.

Meningens primitif dari persarafan tulang belakang, hindbrain, midbrain, dan

7

diencephalon posterior dibentuk dari mesoderm somatik. Vaskulogenesis

memproduksi sistem organ pembuluh darah dan sel darah pertama; kemudian

meluas ke meningens primitif dan membentuk lengkung arteri-vena pertama.

(Sadler, 2009)

Sistem vascular terbentuk dari diferensiasi sel mesodermal lateral dan

posterior yang bermigrasi menuju kantung kuning telur dan membentuk kepulauan

darah atau agregasi hemangioblastik. Agregasi-agregasi ini berdiferensiasi menjadi

sel endothelial perifer dan sel hematopoietic sentral. Sel endothelial membentuk tali

vascular yang mengkanalisasi dan menjadi saling berhubungan dalam jaring-jaring

pleksular yang meluas ke embrio, membentuk sistem kardiovaskular, sistem organ

pertama dari embrio. Proses ini berlangsung di bawah kontrol faktor pertumbuhan

endothelial vascular (VEGF) dan reseptornya (VEGFR2). (Sadler, 2009)

Vaskulogenesis terus berlanjut ke arah cranial dan menginvasi meningens

primitive sehingga terbentuk jalinan vascular di sekitar sistem persarafan cephalic

primitif sentralis. Lumen vesikular dibentuk melalui vakuolisasi dari tali

endothelial (lumen intraselular sebenarnya). Endothelium vascular yang lebih

dalam, melapisi dinding tabung neural sehingga menjadi rata dan membentuk

kapiler. Lapisan vascular yang superficial membentuk kanal yang lebih besar dan

lebih kontinyu yang membentuk koneksi yang jelas dengan pasangan aorta dorsalis

dan vena cardinal yang pada akhirnya menjadi arteri da vena otak mayor. (Raybaud

dan Charles, 2010)

II.2. Morfogenesis (Raybaud dan Charles, 2010)

8

Padget mempelajari perkembangan dari arteri cerebralis menggunakan

metode rekonstruksi grafis 22 seksi embrio dari koleksi carneige dengan kisaran

usia antara 24 hingga 52 hari (4-43 mm). Berdasarkan evolusi dari sistem

kardiovaskular terutama arcus aorta dan pulmonar, Padget mengidentifikasi,

mendefinisikam, dan mengilustrasikan 7 langkah atau tahapan dari perkembangan

arteri otak dari bentuk awal yang tidak terdiferensiasi hingga bentuk dewasa yang

esensial.

1. Ditahap pertama, pasokan arteri carotis primitif forebrain dan juga hindbrain

melalui hubungan transien carotis-vertebrobasiler (4-5 mm), 28-29 hari

embrio). Arteri carotis interna telah dapat dikenali pada tahapan ini. Arteri

carotis interna menyuplai 3 vesikel yaitu forebrain, midbrain, dan hindbrain.

Perkembangan ke arah rostral ketika mencapai forebrain, terbagi menjadi

cabang olfactorius anterior (bakal arteri cerebralis anterior) yang melewati

vesikel dorsalis dan opticus, dan cabang posterior yang akhirnya berujung ke

plexus di sekitar midbrain tapi tidak mencapai hindbrain. Arteri carotis interna

di belakang kantung Rathke, hingga akhirnya membentuk segmen posterior

dari sirkulus Willisi.

Gambar 2. Dalam pembentukan vascular primordial, ICA dapat dikenali

9

Ke arah proximal, hindbrain diberi nutrisi oleh 3 presegmental dan 1

intersegmental canal arteri. Dua berasal dari aorta dorsalis yang berpasangan : arteri

hipoglosus di sepanjang persarafan hipoglosus dan arteri proatlantal

(intersegmental pertama arteri C1 cervicalis) bersama saraf cervical pertama.

Gambar 3. Minggu 5. Arteri neural longitudinal (LNA) memanjang sepanjang kedua sisi otak belakang.

Batang ini menyuplai arteri neural longitudinal bilateral ventralis yang

memberi nutrisi hindbrain di kedua sisi pada tahap ini. Batang ini kemudian

meregresi setelah arteri neural longitudinal bilateral bergabung di tengah dan

berhubungan di cranial dengan divisi caudal arteri carotis interna dan di caudal

dengan anastomosis paravertebralis longitudinal yang kemudian menjadi arteri

vertebralis. Kanal-kanal ini bertahan selama beberapa saat kira-kira 4-8 hari (untuk

arteri trigeminalis dan praatlantais) sebelum akhirnya menghilang di tahap ketiga.

Pada beberapa kasus yang tidak biasa, hal ini dapat terus bertahan dan berfungsi

sebagai variasi anatomis/malformasi secara klinis.

2. Pada tahap kedua , terbentuk arteri communicans posterior (5-6 mm, embrio

29 hari). Divisi caudal dari arteri carotis interna meluas ke arah caudal dan

bergabung dengan arteri neural longitudinal bilateral sehingga membentuk

10

arteri communicans posterior sejati. Akibatnya, arteri trigeminalis menyusut

pada asalnya di carotis, demikian juga dengan arteri hipoglosal. Arteri neural

longitudinalis cenderung untuk bergabung ke tengah dan membentuk arteri

basilaris. Pada tahapan ini, mereka masih sangat bergantung dengan arteri

proatlantal (intersegmental pertama) untuk pasokan ke caudal

3. Pada tahap ketiga, arteri forebrain sudah dapat dikenali ; arteri basilaris dan

vertebralis telah selesai (7-12 mm, hari ke 32). Di dalam jalinan primitif batang

dari arteri cerebral anterior berkembang ke arah rostral di sekitar leher dari

vesikel hemisfer yang sedang bertumbuh, dan tangkai awal dari arteri cerebral

medialis meluas ke arah lateralnya.

Gambar 4. Minggu 6. Bentuk meningen primitif plexus choroid.

Di belakang leher dari hemisfer yang sedang berkembang, arteri choroidalis

anterior primitif mengarah ke diencephalon, yang saat ini merupakan cabang

terbesar dari arteri carotis interna. Arteri carotis interna juga membentuk arteri

ophthalmicus dorsalis primitif. Ke arah caudal, dari caudal arteri communicans

11

posterior timbul 2 cabang dorsalis, 1 arteri choroidalis posterior ke arah

diencephalon dan 1 arteri mesencephalic menuju midbrain.

Arteri basilaris lebih lanjut lagi berevolusi oleh difusi ke tengah dari arteri

neuralis longitudinalis; arteri trigeminalis masih dapat ditemukan pada tahap ini,

namun biasanya sudah berubah. Arteri vertebralis saat ini berubah menjadi

anastomosis paravertebralis longitudinal antara arteri cervicalis intersegmental C7

hingga C1.

4. Pada tahap ke -4, bentuk yang matang menjadi lebih jelas (12-14 mm, hari ke

35). Divisi anterior dari arteri carotis interna sekarang sudah membentuk

cabang-cabang pleksiform yang dapat jelas dikenali : arteri cerebri anterior

dengan cabang medial yang mendekati garis tengah untuk membentuk arteri

communicans anterior, arteri cerebral media awal, cabang ophthalmicus

primitif dorsalis dan ventralis, arteri choroidalis anterior, arteri choroidalis

posterior dan arteri mesencephalic. Arteri basilaris dan arteri vertebralis

Gambar5.Minggu7-8.Awalpembuluhdaraharterimeresponsegmentasiotakmenjaditelencephalon,diencephalon,mesencephalon,metencephalondanmyelencephalon.

12

menunjukkan perkembangan yang lebih lanjut dan cabang rhombencephalic

awal dapat dikenali.

5. Pada tahap ke 5, dimana dapat dikenali tahapan choroideus, bentuk dewasa

menjadi lebih jelas (16 – 18 mm, hari ke 40). Klosovskii menekankan peran

plexus choroideus dalam mendukung jaringan otak awal. Selama minggu ke 5

hingga 7, proyeksi dari meningens primitif ini berkembang menjadi ventrikel

keempat, ketiga, dan lateral. Karena mereka menjadi sangat aktif jika dilihat

dari sisi metabolik, mereka menginduksi pembagi yang jelas dari penghantar

arteri-arterinya : di anterior ada arteri cerebri anterior, arteri choroidalis

anterior di inferior, dan arteri choroidalis posterior di posterior.

6. Pada tahapan ke 6 (20 – 24 mm, hari ke 44) dan tahapan ke 7 (40 mm, hari ke

52), bentukan dewasa telah diperlengkapi oleh sirkulus Willisi. Pleksiform

arteri communicans anterior yang telah komplit membentuk sebuah cabang ke

corpus callosum anterior. Arteri intracerebral, yang saat ini merupakan arteri

Heubner juga telah nampak, dari arah arteri cerebri anterior menuju striatum

medial. Arteri cerebri media juga telah berkembang sepenuhnya. Cabang

dorsalis dari arteri mesencephalic meluas sepanjang hemisfer cerebral yang

telah meluas dari dorsalis meningens ke inferior dan media-posterior,

membentuk area kortikal dari arteri cerebralis posterior. Sebagai tambahan area

baru mesencephalic-arteri cerebri posterior ini tidak disuplai lagi oleh arteri

carotis interna namun oleh arteri vertebralis dan arteri basilaris : hemisfer otak

yang sekarang telah besar mengambil sejumlah besar pasokan dari

vertebrobasilar. Selain dari arteri cerebellaris superior anterior, arteri cerebralis

13

inferior dan posterior juga lebih nampak di plexus yang masih diselimuti

hindbrain caudalis.

Sebagai kesimpulan, sistem arteri di otak berevolusi dalam dan dari jaringan

vascular yang awalnya belum terdiferensiasi, selalu beradaptasi terhadap kondisi

metabolik di sekelilingnya untuk dapat memperluas jaringan saraf. Awalnya arteri

carotis interna menyuplai makanan untuk fore dan mid brain melalui divisi terminal

anterior dan posterior, sedangkan hindbrain disuplai oleh cabang presegmental /

intersegmental dari arteri carotis interna dan aorta : cabang sementara ini meregresi

seiring perkembangan arteri communicans posterior dan arteri vertebralis.

Disepanjang permukaan otak, kanal arteri berdiferensiasi, dimana pada tahap awal

berhubungan dengan zona pertumbuhan (leher) dari vesikel hemisfer cerebralis dan

berdiferensiasi dari pleksus choroideus : arteri cerebri anterior di anterior, arteri

choroidalis anterior di posterior ; bersamaan dengan arteri choroidalis posterior,

mereka kemudian bersama-sama menyuplai tela choroidea prosencephalic. Arteri

cerebral media timbul sebagai cabang lateral dari arteri cerebral anterior, bersamaan

dengan cabang parenkim nonchoroidal dari arteri cerebral anterior, arteri choroidea

anterior, dan arteri cerebri posterior ketika vascular intraparenkimal intrinsik

berkembang di periode embrionik akhir dan fetal awal.

II.3. Angiogenesis (Raybaud dan Charles, 2010)

Angiogenesis adalah suatu proses dimana pembuluh darah terbentuk

melalui pembentukan dari pembuluh darah-pembuluh darah yang telah ada. Pada

otak, hal ini terjadi dari lapisan permukaan kapiler dari jalinan vascular

leptomeningeal. Lapisan endothelial dari kapiler membentuk tunas yang mendekati

14

lamina basalis eksterna dan glia marginal dari korteks, yang kemudian berkembang

menjadi sejumlah filopodia yang berpenetrasi ke jaringan otak. Sel tip memulai

progresi, di depan untaian sel stalk yang memproliferasi dan membentuk lumen

vaskular sambil mendorong sel tip ke depan. Pembuluh-pembuluh darah yang

berdekatan membentuk koneksi berbentuk horizontal di zona germinal sehingga

aliran darah masuk (arterial) dan keluar (vena) terbentuk. Konsentrasi oksigen jelas

merupakan regulator yang poten dari angiogenesis. Dari segi genetik, VEGF-A

(faktor pertumbuhan epitelial vaskular) adalah yang paling berperan dalam proses

angigenesis melalui reseptor VEGFR-2 dan koreseptornya Neuropilin-1 ; VEGF-A

banyak ditemukan pada awalnya di zona subventrikular baru kemudian di neuron

lempeng kortikal, kemudian setelah perombakan vaskular selesai, baru di sel glia.

VEGFR-2 ditemukan di sel endotelial dari pleksus perineural dan di tunas kapiler.

Jalur sinyal DII4/Notch kemudian meregulasi jumlah / densitas pembuluh darah di

parenkim sama seperti jalur sinyal Slit2/Robo4 : keduanya mencegah sel endotelial

stalk dari akuisisi fenotipe sel tip. Integrin adalah reseptor sel adhesi yang terlibat

dalam interaksi sel ke sel dan sel ke matriks ; mereka membantu mengatur

angiogenesis dengan jalan mempertahankan komunikasi sel endotelial dengan

neuroepitelium. Wnt7A dan Wnt7b juga sangat penting dalam pengaturan

angiogenesis susunan saraf pusat (SSP) dan keberadaannya dibutuhkan oleh

neuroepitelium selama proses angiogenesis. Setelah migrasi ke SSP, pembuluh

darah membutuhkan maturasi, perombakan dan pemangkasan, bersamaan dengan

pengerahan sel otot polos pembuluh darah (VSMC) : termasuk di dalamnya jalur

Pdgfb/Pdgfrβ. Jalur sinyal TGFβ penting dalam proliferasi dan diferensiasi sel

15

endotelial dan pengerahan VSMC ; ini mencakup endoglin dan alk 1, yang

mutasinya dapat menyebabkan telangiektasis herediter (THH). Jalur penting yang

terakhir dalam angiogenesis SSP adalah jalur sinyal angiopoietin. (Raybaud dan

Charles, 2010)

Vaskularitas intrinsik berkembang dari ventral (gangglionik) ke dorsal

(pallial) dan di zona germinal jauh sebelum adanya korteks. Dari segi morfologi,

sel endotelial berproliferasi, mengkanalisasi, mendekati dan berhubungan dengan

saluran dengan lingkungan sekitar sehingga terbentuk lengkung arterivena ke dalam

matriks germinal dalam dahulu baru kemudian di korteks : percabangan awal tidak

muncul pada lapisan kortikal hingga usia minggu ke 20. Pada tahapan awal,

pembuluh darah tidak terdiferensiasi, fungsi arteri vena ditentukan oleh arah dari

aliran darah. Namun bentuk vaskular menjadi lebih terperinci sejalan dengan

peningkatan ketebalan mantel serebral dan kompleksitas, sejalan dengan

multiplikasi dari koneksi arteri-vena berkaliber kecil sehingga menjadi kapiler yang

sebenarnya (< 2 sel darah merah) dan kemudian membesar (hingga 10 sel darah

merah) hingga menjadi arteri dan vena yang sejati. Hanya di zona germinalis,

kapiler primitif sinusoid tetap tidak terdiferensiasi hingga zona germinalis hilang

sesuai waktunya. Karena perforator berasal dari permukaan untuk menyuplai

lapisan yang paling aktif di zona ventrikular dalam, semua perfortor arterial bersifat

trancerebral. (Baehr dan Frotscher, 2005)

16

II.4. Neuroanatomi Arteri Cerebral Sirkulasi Posterior

Gambar7.AnatomiArteriCerebralSirkulasiPosteriordansirkulus

Willisi(Muresan,PuiudanCucos,2017)

Gambar 6. Anatomi arteri cerebral sirkulasi posterior

17

II.5. Gambaran CT Angiography Kepala Arteri Cerebral Normal

II.6. Sirkulasi Cerebral Posterior

Pada dasarnya ada empat pembuluh darah besar yang menyuplai otak yaitu :

arteri carotis interna kanan dan kiri serta arteri vertebralis kanan dan kiri. Struktur

di fossa cranii media terutama disuplai oleh arteri carotis interna (sirkulasi anterior),

sedangkan struktur di fossa cranii posterior disuplai oleh arteri vertebralis kanan

dan kiri (sirkulasi posterior). Semua arteri yang menyuplai otak saling berhubungan

secara anastomosis di dasar otak melalui sirkulus arteriosus Willisi. (Muresan, Puiu

dan Cucos, 2017)

Arteri vertebral menembus dura pada level skull base dan memasuki fossa

posterior. Cabang besar dari arteri vertebral adalah arteri cerebellar posteroinferior.

Gambar8.CT Angiography Kepala Normal

18

Lalu, arteri vertebral menyatu pada arteri basilar yang muncul ke arteri cerebellar

anterior inferior yang secara tipikal terdapat pada pertengahan arteri basilar. Ujung

percabangan dari arteri basilar yakni pembuluh darah berpasangan : arteri cerebri

posterior dan arteri cerebellar superior. Arteri communicating posterior

menghubungkan sirkulasi anterior dan posterior, menghubungkan arteri carotis

communis dan arteri cerebri posterior, kemudian membentuk sirkulus Willis. (Snell

dan Richard, 2010)

Sirkulus Willisi terletak di dalam ruang subarachnoidea, fossa

interpeduncularis di basis cranii. Circulus ini dibentuk oleh anastomosis antara

kedua cabang arteri carotis interna dan kedua arteri vertebralis. Arteri communicans

anterior, ateri cerebri anterior, arteri communicans posterior, arteri cerebri posterior

dan arteri basilaris adalah arteri-arteri yang ikut membentuk circulus ini. (Muresan,

Puiu dan Cucos, 2017)

II.6.1 Arteri Vertebralis

Arteri vertebralis berasal dari arteri subclavia masing-masing sisi dan sering

memiliki kaliber yang berbeda pada kedua sisi. Arteri vertebralis sinistra jarang

berasal langsung dari arcus aorta. Arteri vertebralis berjalan naik di leher dalam

canal tulang yang dibentuk oleh foramina transversa vertebra cervicalis yang

dimasuki oleh arteri tersebut pada setinggi C6 (tidak melewati foramen transversum

C7). Setinggi atlas (C1), arteri ini menempati sulcus arteriae vertebralis di

permukaan atas arcus posterior C1. Pembuluh ini kemudian berjalan ke arah ventral

diantara oksiput dan atlas dan melewati membran atlantooccipitalis. Pembuluh ini

biasanya menembus duramater setinggi foramen magnum. (Youssef et all, 2014)

19

Diruang subarachnoid, arteri vertebralis melengkung ke arah ventral dan

cranial mengelilingi batang otak, kemudian bergabung dengan arteri vertebralis

kontralateral di depan bagian caudal pons untuk membentuk arteri basilaris.

Cabang-cabang pars cranialis : (Baehr dan Frotscher, 2005)

1. Rami meningei adalah cabang kecil-kecil dan memperdarahi tulang serta dura

di fossa cranii posterior.

2. Arteria spinalis posterior dapat berasal dari arteri inferior posterior cerebelli

(PICA). Arteri ini berjalan turun pada permukaan posterior medulla spinalis

dekat radices posterior nervi spinalis. Cabang-cabang ini diperkuat oleh arteria

radicularis yang masuk canalis vertebralis melalui foramen intervertebralis.

3. Arteri spinalis anterior dibentuk dari cabang masing-masing arteri vertebralis

dekat bagian akhirnya. Sebagai arteri tunggal, arteri spinalis anterior berjalan

turun pada permukaan anterior medulla oblongata dan medulla spinalis serta

terbenam di dalam piamater di sepanjang fissura mediana anterior. Arteri ini

akan diperkuat oleh arteri radicularis yang masuk canalis vertebralis melalui

foramina intervertebralia.

4. Arteri inferior posterior cerebelli (PICA) merupakan cabang terbesar arteri

vertebralis. Tempat berasalnya PICA adalah tepat di distal lokasi masuknya

arteri vertebralis ke ruang subarachnoid berjalan tidak teratur di anatara

medulla oblongata dan cerebellum. Arteri ini memperdarahi permukaan

inferior vermis, nuclei centrales cerebelli, dan permukaan bawah hemispher

cerebelli; serta memperdarahi medulla oblongata dan plexus choroideus

ventriculi quarti.

20

5. Arteri medullaris merupakan cabang-cabang yang sangat kecil yang

didistribusikan ke medulla oblongata.

Struktur di fossa cranii posterior diperdarahi oleh arteri vertebralis. Arteri

vertebralis merupakan cabang pertama dari bagian arteri subclavia, arteri tersebut

naik ke dalam leher melalui enam foramen processus transversus vertebra

cervicalis. Arteri ini masuk ke cranium melalui foramen magnum dan menembus

duramater dan arachoid mater untuk masuk ke dalam spatium subarachnoideum.

Selanjutnya, arteri berjalan ke atas, depan, dan medial terhadap medulla oblongata.

Pada pinggir bawah pons, arteri vertebralis membentuk arteri basilaris.

II.6.2. Arteri Basilaris (Baehr dan Frotscher, 2005)

Arteri basilaris terbentuk dari gabungan kedua arteri vertebralis, berjalan ke

atas di dalam sulcus pada permukaan anterior pons. Pada pinggir atas pons, arteri

ini bercabang menjadi dua arteri cerebri posterior.

Arteri basilaris naik ke dalam suatu sulcus pada permukaan anterior pons.

Arteri ini memberi cabang ke cerebellum, pons, dan medulla oblongata. Arteri

basilaris akhirnya terbagi menjadi dua arteri cerebri posterior. Di setiap sisi, arteri

cerebri posterior melengkung ke arah lateral dan belakang di sekeliling

mesencephalon, kemudian bergabung dengan ramus communicans posterior

arteriae carotidis internae. Cabang-cabang kortikal memperdarahi permukaan

inferolateral dan medial lobus temporalis dan medial lobus occipitalis. Dengan

demikian, arteri cerebri posterior memperdarahi korteks visual. Cabang-cabang

sentral menembus substansi otak dan memperdarahi bagian-bagian thalamus dan

nucleus lentiformis, serta mesencephalon, glandula pinealis, dan corpus

21

geniculatum mediale. Ramus choroideus masuk ke dalam cornu inferius lateralis

dan memperdarahi plexus choroideus. Arteri ini juga memperdarahi plexus

choroideus ventriculi tertii.

Cabang-cabang :

1. Arteria pontis adalah pembuluh-pembuluh kecil yang masuk ke dalam

substansi pons.

2. Arteria labyrinthi merupakan arteri yang panjang dan sempit yanng menyertai

nervus facialis dan nervus vestibulocochlearis masuk ke dalam meatus

acusticus internus dan memperdarahi telinga dalam. Arteri ini sering berasal

dari arteri inferior anterior cerebelli.

3. Arteri inferior anterior cerebelli (AICA) berjalan ke arah posterior dan lateral

untuk memperdarahi bagian anterior daninferior cerebellum. Beberapa cabang

berjalan ke pons dan bagian atas medulla oblongata.

4. Arteria superior cerebelli berasal di dekat bagian terminal arteri basilaris.

Arteri ini berkelok-kelok di sekitar pedunculus cerebri dan permukaan superior

cerebellum. Arteri cerebellaris superior juga memperdarahi pons, glandula

pinealis dan velum medullare superior.

5. Arteri cerebri posterior melengkung ke arah lateral dan belakang di sekeliling

mesencephalon, kemudian bergabung dengan ramus communicans posterior

arteriae caroditis internae. Cabang-cabang kortikal memperdarahi permukaan

inferolateral dan medial lobus temporalis serta medial lobus occipitalis.

Dengan demikian arteria cerebri posterior memperdarahi korteks visual.

Cabang-cabang senral menembus substansi otak dan memperdarahi bagian-

22

bagian thalamus dan nucleus lentiformis serta mesencephalon, glandula

pinealis dan corpus geniculatum mediale. Ramus choroideus masuk ke dalam

cornu inferior lateralis dan memperdarahi plexus choroideus.

II.6.3. Arteri Cerebri Posterior (Lestiono, 1998)

Arteri ini memperdarahi lobus occipitalis dan sebagian lobus parietalis.

Arteri ini untuk area visual otak.

Segmentasi Dari Arteri Cerebri Posterior Subdivisi umum yang digunakan untuk pembuluh darah termasuk

pembagiannya menjadi segmen P1 dari bifurcatio arteri basilar untuk berhubungan

dengan arteri communicans posterior (PCOM), segmen P2 dari arteri PCOM pada

bagian posterior otak tengah, segmen P3 dari bagian posterior otak tengah ke celah

calcarine, dan segmen P4 yang menggambarkan cabang terminal dari PCA distal

pada bagian anterior dari celah calcarine.

a. Segmen P1

Segmen P1 menyuplai cabang perforantes ke batang otak. Disebut

thalamoperforators posterior untuk membedakannya dari thalamoperforators

anterior, yang timbul dari arteri PCOM. Perforator langsung menyuplai thalamus,

batang otak, dan capsula interna. Arteri circumflexa pendek dan panjang menyuplai

thalamus dan otak tengah.

b. Segmen P2

Segmen P2 dimulai di persimpangan arteri PCOM dan perjalanan di seluruh

aspek lateral otak tengah. Perforator langsung menyuplai thalamus, capsula interna

dan canalis opticus. Cabang tersebut termasuk artei choroidal posteromedial, yang

menyuplai otak tengah, kelenjar pineal, thalamus, dan corpus geniculatum medial.

23

Sedangkan arteri choroidal posterolateral menyuplai plexus choroid, thalamus,

corpus geniculatum, forniks, cerebral peduncle, corpus callosum, tegmentum, dan

kortex occipital temporal. Arteri hipocampal mungkin ada.

Arteri temporalis inferior membentuk anastomosis dengan cabang arteri

temporalis anterior dari ACM. Arteri parietooccipital muncul sebagai pembuluh

tunggal dari segmen P2 lebih umum daripada segmen P3. Arteri ini menyuplai

wilayah parasagital posterior, cuneus, precuneus, dan gyrus occipital lateral.

c. Segmen P3

Segmen P3 memanjang dari tectum bagian anteior dari fissura calcarine. PCA

membagi menjadi 2 cabang terminal yaitu arteri calcarine dan arteri

parietooccipital.

d. Segmen P4

Segmen P4 dimulai pada batas anterior dari fissura calcarine dan termasuk

salah satu dari 2 cabang terminal utama PCA, arteri calcarine. Cabang utama

terminal lain dari PCA yaitu arteri parietooccipital dan sering muncul dari segmen

P2 atau P3. Arteri splenial muncul dari arteri parieto-occipital di sebagain besar

individu dan biasanya beranastomose dengan arteri pericallosal.

II.6.4. Arteri Communicans Posterior (Tubbs, 2011)

Arteri communicans posterior berjalan ke belakang untuk bergabung

dengan arteri cerebri posterior. Arteri communicans posterior berakhir ketika

bergabung dengan segmen proksimal arteri cerebri posterior sekitar 10 mm di

lateral ujung arteri basilaris. Arteri communicans posterior membentuk cabang

24

perforantes yang halus ke tuber sinereum, corpus mamilare, nucleus rostralis

thalami, subthalamus, dan sebagian capsula interna.

Hubungan anastomosis antara arteri cerebri anterior dengan arteri cerebri

posterior dihubungkan melalui arteri communicans posterior, yaitu pembuluh darah

kecil yang berasal dari arteri carotis interna dekat dengan cabang terminalnya.

Arteri communicans posterior berjalan ke arah posterior di atas nervus

oculomotorius untuk bergabung dengan arteri cerebri posterior sehingga ikut

membentuk circulus Willisi. Arteri communicans posterior bergabung dengan arteri

cerebri posterior sekitar 10 mm di distal basilar tip.

II.7. Fisiologi Sirkulasi Cerebral

Dalam keadaan fisiologik jumlah darah yang mengalir ke otak (CBF =

Cerebral Blood Flow) ialah 50 – 60 ml per 100 gram jaringan otak per menit. Jadi

jumlah darah untuk seluruh otak, yang kira-kira beratnya antara 1200 – 1400 gram,

adalah 700 – 840 ml per menit. Dari jumlah darah itu, satu pertiganya disalurkan

melalui tip arteri carotis interna dan satu pertiga tersisanya disalurkan melalui

saluran vertebrobasilar. 5 aliran darah yang menuju ke otak harus membawa

oksigen, glukosa, dan nutrient lain ke jaringan saraf dan mengangkut

karbondioksida, asam laktat, dan hasil metabolisme lainnya. (Youssef et all, 2014)

Otak menerima aliran darah arteri dari dua buah arteri carotis interna dan

arteri vertebralis. Masing-masing aliran pada setiap sisi akan bergabung di arteri

communicans posterior, tekanan di tempat kedua arteria tersebut sama sehingga

aliran tersebut tidak tercampur. Akan tetapi, jika terjadi sumbatan pada arteri carotis

interna atau arteri vertebralis, darah mengalir ke depan atau ke belakang melalui

25

tempat ini untuk mengompensasi kekurangan aliran darah. Sirkulus arterial ini juga

memungkinkan darah mengalir menyilang ke sisi kontralateral, seperti yang terlihat

ketika arteri carotis interna atau arteri vertebralis pada satu sisi tersumbat. Selain

itu, diketahui bahwa aliran darah dari arteri vertebralis tetap terpisah dan terletak

pada sisi yang sama dengan lumen arteri basilaris, serta tidak bercampur. (Snell dan

Richard, 2010)

Walaupun arteri cerebri saling beranastomosis satu dengan yang lain di

circulus Willisi serta melalui cabang-cabangnya pada permukaan hemispher

cerebri, namun begitu pembuluh ini masuk ke dalam jaringan otak, tidak terjadi

anastomosis lagi. (Snell dan Richard, 2010)

Faktor terpenting untuk memacu darah mengalir ke dalam otak adalah

tekanan darah arteri. Faktor ini dihambat oleh beberapa faktor, seperti peningatan

tekanan intracranial, peningkatan viskositas darah, dan penyempitan diameter

vascular. Aliran darah tetap konstan walaupun terdapat perubahan tekanan darah

sistemik. Autoregulasi sirkulasi ini dilakukan dengan mengurangi resistensi

pembuluh darah cerebrum sebagai kompensasi jika tekanan arterial menurun, dan

meningkatkan resistensi vascular jika tekanan arterial meningkat. Sudah pasti,

autoregulasi ini tidak dapat mempertahankan aliran darah yang cukup jika tekanan

darah arteri menurun sampai ke tingkat yang sangat rendah. (Snell dan Richard,

2010)

Penurunan tekanan darah sistemik sampai 50 mmHg masih dapat berlalu

tanpa menimbulkan gangguan sirkulasi cerebral. Tetapi jika tekanan darah sistemik

turun sampai di bawah 50 mmHg, autoregulasi cerebral itu tidak mampu lagi

26

memelihara CBF yang normal. Untuk orang-orang sehat, tekanan perfusi sebesar

50 mmHg itu merupakan ambang kritis. (Simon, Kenneth dan Faulder, 2009)

Sebanding dengan autoregulasi terhadap tekanan darah sistemik menurun,

adalah autoregulasi terhadap tekanan darah sistemik yang melonjak. Batas atas

yang masih dapat ditanggulangi autoregulasi ialah 200 mmHg sistolik dan 110-120

mmHg diastolik. Jika tekanan darah sistemik lebih tinggi dari batas atas tersebut,

maka autoregulasi yang mengadakan vasokonstriksi dapat berlalu secara ekstrim,

sehingga menimbulkan vasospasme. (Simon, Kenneth dan Faulder, 2009)

Autoregulasi tersebut bersifat regional. Jika suatu daerah otak iskemik maka

tekanan intraluminal di wilayah itu lebih rendah daripada di daerah sehat yang

berdampingan, sehingga darah akan mengalir dari tekanan intraluminal tinggi ke

wilayah tekanan intraluminal rendah. Dengan demikian iskemia regional itu dapat

terkompensasi. Autoregulasi yang dikelola oleh tekanan intraluminal ini beerja

secara bebas, tetapi saling membantu reaksi yang diciptakan oleh faktor-faktor

biokimiawi yang terdapat di otak secara regional. Faktor-faktor tersebut

menyangkut pengelolaan CBF regional agar kebutuhan metabolik regional dapat

terpenuhi. (Simon, Kenneth dan Faulder, 2009)

Diameter pembuluh darah cerebrum merupakan faktor utama resistensi

cerebrovascular. Untuk saat ini, diketahui bahwa pembuluh-pembuluh ini

dipersarafi oleh serabut-serabut saraf pascaganglionik simpatis yang memberikan

respon terhadap norepinefrin. Tampaknya, serabut-serabut ini hanya sedikit atau

tidak berperan dalam mengatut resistensi cerebrovascular pada orang normal.

Vasodilator yang paling kuat yang mempengaruhi pembuluh darah otak adalah

27

peningkatan konsentrasi karbondioksida atau ion hydrogen; penurunan konsentrasi

oksigen juga menimbulkan vasodilatasi. Sebagai contoh, konsumsi oksigen dan

glukosa dalam korteks visual lobus occipitalis akan meningkat saat memperhatikan

sebuah objek. Keadaan ini mengakibatkan peningkatan konsentrasi karbondioksida

dan ion hydrogen setempat, serta menimbulkan peningnkatan aliran darah setempat.

(Muresan, Puiu dan Cucos, 2017)

II.8. Arteri untuk Daerah Cerebri Tertentu (Snell dan Richard, 2010)

• Corpus striatum dan capsula interna terutama mendapat darah dari rami

centrales striatae medialis dan lateralis arteria cerebri media. Cabang-cabang

central arteri cerebri anterior

• Thalamus terutama mendapat darah dari cabang-cabang arteri communicans

posterior, arteri basilaris dan arteri cerebri posterior.

• Mesencephalon diperdarahi oleh arteri cerebri posterior, arteri superior

cerebelli dan arteri basilaris

• Pons diperdarahi oleh arteri basilaris dan arteri anterior inferior dan superior

cerebelli.

• Medulla oblongata diperdarahi oleh arteri vertebralis, arteri spinalis anterior

dan posterior, arteri inferior posterior cerebelli dan arteri basilaris.

• Cerebellum diperdarahi oleh arteri cerebelli superior, inferior anterior cerebelli

dan inferior posterior cerebelli.

Circulus Arteriosus Cerebri (Tubbs, 2011)

Circulus arteriosus cerebri atau yang sering disebut sebagai circulus

arteriosus Willisi (circle of Willis) secara kasar merupakan lingkaran pembuluh

28

darah berbentuk pentagon pada permukaan ventral otak. Circulus tersebut

merupakan anastomosis penting pada basis cranii antara empat arteri (dua arteri

carotis interna dan dua arteri vertebralis) yang memperdarahi otak. Circulus

arteriosus terbentuk secara sekuensial dengan arah dari anterior ke posterior oleh :

« Arteri communicans anterior.

« Arteri cerebri anterior.

« Arteri carotis interna.

« Arteri communicans posterior.

« Arteri cerebri posterior.

II.9. Variasi-Variasi Arteri Cerebral Sirkulasi Posterior (Stankovic, Kovac,

Nikolic et all, 2013)

Variasi-variasi pembuluh darah yang membentuk circulus arteriosus cerebri

sering terjadi. Arteri communicans posterior tidak ada pada beberapa orang, pada

yang lain terdapat dua arteri communicans anterior. Pada sekitar 1 dari 3 rang, satu

arteri cerebri posterior merupakan cabang utama arteri carotis interna. Satu arteri

cerebri anterior sering kecil pada bagian proximal perjalanannya, arteri

communicans anterior lebih besar daripada yang biasa.

Sirkulasi cerebral secara garis besar terbagi atas dua yaitu sirkulasi posterior

dan sirkulasi anterior. Variasi dan anomali tentang sirkulasi cerebral dapat

diklasifikasikan sebagai berikut : (Muresan, Puiu dan Cucos, 2017)

a. Variasi morfologi

• Hipoplasia

• Fenestrasi

29

b. Variasi jumlah

• Duplikasi

• Aplasia

c. Variasi asal

• Fetal origin of PCA

A. Variasi Morfologi

- Hipoplasia arteri vertebral

Gambar 9. (a) Hipoplasia arteri vertebralis dextra (b) Hipolasia arteri vertebralis sinistra

(Muresan, Puiu dan Cucos, 2017)

Asimetri kongenital dari arteri vertebralis relatif sering ditemukan pada

populasi, dengan dominansi arteri vertebral kiri yang terdapat pada sekitar 50%

populasi dan ukuran yang arteri vertebralis yang sama hanya terdapat pada sekitar

25% kasus. Variasi anatomis arteri vertebra rata-rata dari yang sedikit asimetris

pada hipoplasia berat salah satu arteri vertebralis. Salah satu pertimbangan dari

hipoplasia arteri vertebral manakala diameter pembuluh darah tersebut tidak lebih

dari 2 mm. Jika hipoplasia tersebut kongenital, diameter pembuluh darah secara

30

proporsional berkurang di seluruh panjang arteri, dan foramen transversum, yang

mempengaruhi ukuran sagital arteri vertebralis, dan berkurang dengan diameter

yang sesuai. (Muresan, Puiu dan Cucos, 2017)

Terdapat beberapa kasus dimana hipoplastik arteri vertebraliss berakhir

sebagai PICA (gambar 4), suatu variasi yang jarang terjadi, hanya sekitar 1 % dari

populasi. Pada kasus seperti ini, tidak terdapat koneksi antara arteri vertebralis,

akibatnya, kompresi atau oklusi dari slah satu pembukuh darah ini dapat

meningkatkan iskemik cerebelli atau iskemik medulla lateral. Meski demikian

anomali vaskuler dengan implikasi klinis, signifikansinya belum pernah dilaporkan

pada studi CT ataupun MR angiography.

Selanjutnya, gambaran variasi hipoplasia tersebut berhubungan secara klinik,

oleh karena hipoplasia arteri vertebrobasiler sebaiknya dipertimbangkan berpotensi

sebagai penyebab iskemi cerebral pada dewasa muda.

• Fenestrasi

Fenestrasi didefinisikan sebagai duplikasi sebagian atau lengkap dari bagian

pembuluh darah, umumnya pada lapisan adventisia. Hal ini dapat berbeda bentuk,

mulai dari bagian kecil jaringan vaskuler yang terbagi kedalam dua lumen, menjadi

suatu duplikasi nyata dari bagian pembuluh darah yang terkena.

31

Fenestrasi arteri pada sirkulasi cerebral lebih sering ditemukan pada

vertebrobasilar kompleks dibanding sirkulasi anterior.

B. Variasi Jumlah (Muresan, Puiu dan Cucos, 2017)

a. Duplikasi

Duplikasi didefinisikan sebagai terbagi duanya pembuluh darah pada

asalnya dan tidak menyatu di distal nya. Duplikasi arteri cerebral salah satu

sisi paling banyak terjadi pada arteri communicating anterior, disusul oleh

arteri cerebri media. Duplikasi pada segmen posterior sirkulasi cerebral

adalah temuan yang jarang.

Gambar10.(a)Fenestrasiarteribasilaris,(b)Fenestrasiarterivertebralisdextra

Gambar10.(a)Fenestrasiarteribasilaris,(b)Fenestrasiarterivertebralisdextra

32

b. Agenesis / aplasia

c. Variasi Asal ; fetal origin of PCA

Gambar11.Duplikasiarteri

cerebellarsuperior

Gambar12.Agenesis/aplasiasegmenP1bilateral(tandapanah).Superiorcerebellarartery(kepalapanah)

Gambar13.FetaloriginofPCAsinistra

Gambar12.Agenesis/aplasiasegmenP1bilateral(tandapanah).Superiorcerebellarartery(kepalapanah)

33

II.10. Tinjauan Teori Korelasi Gambaran Variasi Anatomi Arteri Cerebral Sirkulasi Posteror dengan Gejala Neurologis

Penyakit cerebrovascular merupakan penyakit utama pada saat ini dengan

tingginya rasio angka kematian. Sirkulasi posterior dari otak yang terdiri dari sistem

vertebrobasilar, menunjukkan tingginya insiden anomali dalam bentuk hipoplasia,

fenestrasi dan bentuk asimetris dari pembuluh darah sirkulasi posterior, yang akan

memicu terjadinya insufisiensi vertebrobasilar dan strok iskemik. (Iqbal S, 2013

dan Voljevica, Kulenovic, 2005)

Variasi umum yang banyak terjadi pada sirkulasi posterior adalah hipoplasia

arteri vertebrobasilar, fenestrasi arteri basilar, dan asimetrical arteri vertebralis.

Peranan dari anomali tersebut telah didiskusikan menjadi faktor risiko terjadinya

strok sirkulasi posterior. (Veysel, Bilal, et all, 2013)

Hipoplasia arteri vertebralis mendorong terjadinya faktor resiko untuk

kejadian iskemia sirkulasi posterior. Sistem vertebrobasilar terdiri dari bagian

pembuluh darah intracranial meliputi arteri vertebralis, arteri basilaris, dan cabang-

cabang lainnya. Sistem arterial berespon secara konstan menjaga suplai nutrisi dan

oksigen ke otak tetap terjaga, beberapa gangguan dari sistem tersebut seringkali

menimbulkan konsekuensi terjadinya potensial katastropik. Kejadian iskemik,

perdarahan, dan kelainan struktur pembuluh darah berhubungan dengan penyakit

cerebrovaskular merupakan kondisi patologi utama dari sistem arteri serebral.

(Kolja, 2014, Horia, et all, 2015, Usha, 2014)

34

Variasi anatomi sirkulus Willisi dihubungkan dengan perubahan volume

aliran darah vascular intracranial dan aliran darah otak regional. Sirkulus Willisi

menyuplai aliran collateral yang mempertahankan perfusi otak tetap terjaga. (Chico

dan Patrick, 2011)

Perubahan morfologi normal dari sirkulus Willisi menyebabkan timbunya

gejala-gejala gangguan serebrovaskular, meliputi aneurisma, infark dan anomali

pembuluh darah. (Iqbal S, 2013)

Hipoplasia arteri vertebral merupakan faktor independen terhadap turunnya

aliran darah bagian posteror. Arteri vertebrobasilar berupa hipolasia sugestif

mendorong terjadinya hipoperfusi regional dan kompleks neurovascular sehingga

berkonsekuensi pada angka kejadian migrain dan angka kejadian neuritis

vestibular. (Yu Ming, Lung dan Hung, 2012)

Pada iskemik dibedakan dua daerah, yakni core (infark) penumbra. Daerah

yang infark dan penumbra mempunyai karakteristik kematian sel yang berbeda

yakni nekrosis dan apoptosis. Proses kerusakan awal pada stroke iskemik dimulai

oleh adanya deplesi energi setempat pada inti daerah infark otak, akibat penurunan

kadar oksigen dan glukosa secara drastis. Dalam keadaan iskemik, pompa ion tidak

akan bekerja karena pompa ini tergantung pada aktivitas metabolisme sel, yakni

energi dan oksigen. Akibatnya terjadi akumulasi intraseluler ion Na+ dan Cl- disertai

oleh masuknya H2O. Hal ini akan menyebabkan edema sel, baik neuron maupun

glia. Mekanisme edema akibat iskemik bisa diklasifikasikan atas edema sitotoksik

dan edema vasogenik. Keadaan ini bisa tejadi dalam jangka waktu singkat, sekitar

5 menit setelah terjadinya iskemik. Jaringan yang edema sitotoksik ini bisa ditolong

35

melalui tindakan dini terhadap reperfusi dan terapi sitoprotektif. (Lovrencic et all,

1998 dan Stehbens, 1986)

Metabolisme glukosa anaerob dapat muncul akibat dari iskemik. Akibat dari

metabolisme ini adalah asidosis laktat yang akan memperburuk kondisi sel yang

masih hidup. Penelitian pada hewan percobaan membuktikan bahwa kadar glukosa

pre-iskemik akan mempengaruhi berat ringannya asidosis laktat, dan bahwa dengan

peningkatan kadar glukosa darah pada iskemik justru akan mengakibatkan

perburukan tanda-tanda klinik. Sementara reduksi energi tinggi akibat iskemik akan

mempengaruhi pompa ion. Fenomena yang menarik dari hewan percobaan ini

adalah bahwa kehabisan energi tidak berkorelasi secara langsung dengan kerusakan

sel. Ini membuktikan bahwa pada awalnya, pengaruh konsentrasi ion dan pompa

ion sangat berperan dalam menentukan ireversibilitas kerusakan sel. (Stehbens,

1986)

Proses patologi pada sistem pembuluh darah otak ini dapat berupa

penyumbatan lumen pembuluh darah oleh trombosis atau emboli, pecahnya dinding

pembuluh darah, perubahan permeabilitas dinding pembuluh darah dan perubahan

viskositas maupun kualitas darah sendiri. Perubahan dinding pembuluh darah serta

komponen lainnya dapat bersifat primer karena kelainan kongenital maupun

degeneratif, atau sekunder akibat proses lain, seperti peradangan arteriosklerosis,

hipertensi dan diabetes mellitus. (Stehbens, 1986)

Proses primer yang terjadi mungkin tidak menimbulkan gejala (silent) dan

akan muncul secara klinis jika aliran darah ke otak (cerebral blood flow /CBF) turun

sampai ke tingkat melampaui batas toleransi jaringan otak, yang disebut ambang

36

aktivitas fungsi otak (threshold of brain functional activity). Keadaan ini

menyebabkan sindrom klinik yang disebut stroke. Gejala klinik stroke tergantung

lokalisasi daerah yang mengalami iskemik ataupun perdarahan. (Iqbal S, 2013, Yu

Ming dan Hung, 2012 )

Iskemik otak dapat bersifat fokal atau global. Terdapat perbedaan etiologi

keduanya. Pada iskemik global, aliran otak secara keseluruhan menurun akibat

tekanan perfusi (syok ireversible karena henti jantung, perdarahan sistemik yang

masif, fibrilasi atrial berat dll). Sedangkan iskemik fokal terjadi akibat menurunnya

tekanan perfusi otak karena ada sumbatan atau pecahnya salah satu pembuluh darah

otak yang berakibat lumen pembuluh darah yang terkena akan tertutup sebagian

atau seluruhnya.Tertutupnya lumen pembuluh darah oleh karena iskemik fokal,

disebabkan antara lain : (Iqbal S, 2013, Yu Ming dan Hung, 2012 )

Perubahan patologi pada dinding arteri pembuluh darah otak meniimbulkan

trombusis. Adanya trombusis ini, diawali oleh proses arteriosklerosis di tempat

tersebut. Pada arteriole dapat terjadi vaskulitis atau lipohialinosis yang akan

menyebabkan stroke iskemik berupa infark lakunar.

§ Perubahan akibat proses hemodinamik dimana tekanan perfusi sangat menurun

karena sumbatan di bagian proksimal pembuluh arteri seperti sumbatan arteri

karotis atau vertebro-basilar.

§ Perubahan yang terjadi akibat dari perubahan sifat sel darah, misalnya: anemia

sickle-cell, leukemia akut, polisitemia, hemoglobinopati dan

makroglobulinemia.

37

§ Tersumbatnya pembuluh akibat emboli daerah proksimal misalnya: trombosis

arteri– arteri, emboli jantung, dan lain-lain.

Sebagai akibat dari penutupan aliran darah ke bagian otak tertentu, maka

terjadi serangkaian proses patologik pada daerah iskemi. Perubahan ini dimulai di

tingkat seluler, berupa perubahan fungsi dan struktural sel yang diikuti kerusakan

pada fungsi utama serta integritas fisik dari susunan sel, selanjutnya akan berakhir

dengan kematian neuron. (Usha, 2014 dan Stehbens, 1986))

II.11. Computed Tomography Scan (CT Scan)

Computed Tomography (CT) adalah teknologi yang menggunakan

compute-prosessed X-ray untuk menghasilkan gambar tomographik atau virtual

slice/section dari organ-organ spesifik yang diinginkan sehingga memudahkan

pengguna untuk melihat ke dalam tanpa harus mengiris tubuh untuk melihat organ

tersebut. (Bruening dan Flohr, 2003)

Pada tahun 1989, spiral CT diperkenalkan pertama kali dan merupakan

generasi kedua mesin CT dan pada tahun 1998 seluruh produsen CT

memperkenalkan MDCT atau dikenal juga multislice/multisection/multichannel

computed tomography (MSCT) yang menawarkan akuisisi gambar 4 irisan

perrotasi. Setelah itu hampir dua dekade alat ini berkembang pesat dengan

kemampuan irisan lebih banyak (spatial resolution) dan waktu yang semakin

singkat (temporal resolution). (Bruening dan Flohr, 2003)

Dibanding dengan single-slice CT, MDCT dapat merekonstruksi gambar

dengan bermacam ketebalan irisan pada saat dilakukan scanning badan, juga

MDCT Scanner mempunyai kecepatan tinggi dalam melakukan scan (330-350

38

milliseconds), area scan luas dan irisan yang tipis serta temporal resolution yang

tinggi sangat berguna untuk vascular dan cardiac scanning, penggunaan optimal

bolus injeksi kontras media dan juga pada pasien yang tidak kooperatif, sesak dan

anak-anak (tidak memakai sedasi atau sedasi dosis minimal). (Cody dan Mahesh,

2007)

MDCT dengan kemampuan scan yang luas sangat membantu dalam

pemeriksaan vascular dengan area yang luas seperti pada kepala, thorax, abdomen

dan pelvis untuk evaluasi aneurisma aorta atau diseksi. Dengan cakupan luas dan

data scanning yang disertai voxel “isotropic” sangat membantu dalam akuisisi

gambar multiplanar rekonstruksi dan Volume Rendering. Sebagai tambahan dengan

konfigurasi detektor luas menggunakan cone-shape X-ray (teknik cone beam

rekonstruksi yang dipakai MDCT) dibanding single slice CT scanner. Teknik cone

beam rekonstruksi ini berguna untuk mengurangi efek artifak. (Cody dan Mahesh,

2007)

Waktu yang diperlukan untuk akuisisi gambar tergantung pada jumlah

detektor, kecepatan rotasi dari gantry, panjang volume obyek diperiksa dan table

movement speed. (Goldman, 2008)

II.11.1 Maximum Intensity Projection (MIP)

MIP merupakan metode 3 dimensional processing dari data volumetric

vascular dari CT Scan. Pada MIP, dilakukan rekonstruksi section data volum,

menghasilkan beberapa tipe MIP sperti thin-thick slab MIP atau curved MIP

menggunakan data voxel dengan gambaran kualitas yang bagus pada pembuluh

darah seperti pada pemeriksaan DSA, namun terbatas dan memiliki sensitivitas

39

rendah dalam menilai adanya kalsifikasi dengan adanya kontras di lumen pembuluh

darah. MIP banyak digunakan sebagai pilihan optimal dalam semua situasi

pemindaian namun terbatas dalam kasus adanya vessel turtosity dan fase arterial

yang tidak optimal. (Cody dan Mahesh, 2007)

II.11.2 Volume Rendering (VR)

VR adalah metode yang digunakan untuk post prosessing data untuk

memperlihatkan beberapa level opasitas (transparansi) dan variasi warna pada

struktur organ tertentu. VR menggunakan kemampuan software komputer dalam

mengolah data algoritma, menghasilkan gambar 3 dimensi berkualitas tinggi dari

struktur pembuluh darah dan hubungannya dengan organ maupun struktur

sekitarnya. Beberapa kemampuan ini tidak dimiliki oleh metode MIP. (Goldman,

2008, Cody dan Mahesh, 2007)