Upload
others
View
2
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
KOORDINASI DINAS PETERNAKAN DALAM
PEMBERDAYAAN KELOMPOK TANI SAPI PERAH
DI DESA PINANG, KECAMATAN CENDANA,
KABUPATEN ENREKANG
AL MUQTADIR
STAMBUK: 10561 3022 08
PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI NEGARA
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
2014
KOORDINASI DINAS PETERNAKAN DALAM PEMBERDAYAAN
KELOMPOK TANI SAPI PERAH DI DESA PINANG, KECAMATAN
CENDANA, KABUPATEN ENREKANG
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar
Sarjana Ilmu Administrasi Negara
Disusun dan Diajukan Oleh
AL MUQTADIR
STAMBUK: 10561 3022 08
Kepada
PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI NEGARA
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
2014
iv
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH
Saya yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama Mahasiswa : Al muqtadir
Nomor Stambuk : 10561 3022 08
Program Studi : Ilmu Administrasi Negara
Menyatakan bahwa benar karya ilmiah ini adalah penelitian saya sendiri tanpa
bantuan dari pihak lain atau telah ditulis/dipublikasikan orang lain atau melakukan
plagiat. Pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan apabila dikemudian
hari pernyataan ini tidak benar, maka saya bersedia menerima sanksi akademik
sesuai aturan yang berlaku, sekalipun itu pencabutan gelar akademik.
Makassar, Juni 2014
Yang Menyatakan
AL MUQTADIR
v
ABSTRAK
AL MUQTADIR. Koordinasi Dinas Peternakan Dalam Pemberdayaan
Kelompok Tani Sapi Perah Di Desa Pinang, Kecamatan Cendana,
Kabupaten Enrekang (Dibimbing oleh Parakkasi Tjaija dan Adnan Ma’ruf ).
Adapun tujuan dilakukan penelitian adalah untuk mengetahui Koordinasi
Dinas Peternakan Dalam Pemberdayaan Kelompok Tani Sapi Perah Judul yang
diangkat seperti yang diuraikan di atas didasarkan pada permasalahan yang
dihadapi yakni “sejauh mana Koordinasi Dinas Peternakan Dalam Pemberdayaan
Kelompok Tani Sapi Perah Di Desa Pinang, Kecamatan Cendana, Kabupaten
Enrekang”. Dalam mengumpulkan data dan fakta pada penelitian guna
pembahasan skripsi, metode yang digunakan adalah penyebaran kuisioner yang
dibuat dalam daftar pertanyaan yang disebarkan kepada responden yang
berjumlah empat puluh orang, dianggap mengetahui dan terlibat langsung dalam
permasalahan yang ada dalam penelitian, selain itu juga dilakukan wawancara
kepada beberapa orang informan yang dianggap mampu dan mengetahui secara
jelas bagaimana koordinasi perencanaan dinas peternakan dalam pemberdayaan
kelompok tani sapi perah Di Desa Pinang kecamatan Cendana, Kabupaten
Enrekang.
Hasil penelitian diketahui bahwa Koordinasi Dinas Peternakan Dalam
Pemberdayaan Kelompok Tani Sapi Perah Di Desa Pinang, Kecamatan Cendana,
Kabupaten Enrekang selama ini sudah cukup baik. Hal ini didukung dengan
tanggapan responden terhadap koordinasi dinas peternakan dalam pelaksanaan
program SMD pemberdayaan kelompok tani sapi perah (50.%),mempunyai
pengaruh penting akan tujuan organisasi, tanggapan responden terhadap
koordinasi pengawasan dinas peternakan pada pemberdayaan kelompok tani sapi
perah di desa pinang (42,5%) menyatakan bahwa koordinasi pengawasan sudah
rutin, tanggapan responden tentang penyaluran dana Tambahan dinas peternakan
untuk menunjang pemberdayaan kelompok tani sapi perah. (57,5%) menyatakan
selalu memberikan dana tambahan jika kelompok membutuhkan. Tanggapan
responden tentang pemasaran olahan hasil susu sapi perah yang dijadikan
dangke (65,%) menyatakan dangke laris dikabupaten Enrekang dan telah
dijadikan makanan khas, Tanggapan responden terhadap kinerja dinas peternakan
dan sarjana membangun desa dalam pemberdayaan Kelompok tani sapi
perah.(45,%) menyatakan keserasian dan kinerja sudah maksimal, sehingga
adanya peningkatan populasi dan produksi susu sapi perah beserta hasil
olahannya.
vi
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah
melimphakan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan
skripsi yang berjudul “Koordinasi Dinas Peternakan Dalam Pemberdayaan
Kelompok Tani Sapi Perah Di Desa Pinang, Kecamatan Cendana,
Kabupaten Enrekang”.
Skripsi ini merupakan tugas akhir yang diajukan untuk memenuhi syarat
dalam memperoleh gelar sarjana Ilmu Administrasi Negara pada Fakultas Ilmu
Sosial dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Makassar.
Satu hal yang patut penulis syukuri bahwa, dalam upaya penyusunan
skripsi ini begitu banyak bantuan, bimbingan dan simpati yang penulis terima dari
berbagai pihak. Untuk itu, merupakan suatu kewajiban moral bagi penulis untuk
menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan yang sebesar-besarnya
kepada:
1. Bapak Dr. Irwan Akib, M.pd selaku Rektor Universitas Muhammadiyah
Makassar dan pembantu Rektor, I,II,III.IV dan seluruh jajaran atas jasa dan
jerih payahnya dalam menyiapkan sarana dan prasarana belajar, sehingga
penulis dapat menyelesaikan studi.
2. Bapak Dr. Muhlis Madani, M.Si selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu
Politik Universitas Muhammadiyah Makassar.
3. Drs. H.Parakkasi Tjaija, M.Si selaku Pembimbing I dan Bapak Adnan Ma’ruf,
S.Sos.,M.Si selaku Pembimbing II yang selalu memberi arahan buat penulis.
vii
4. Bapak Burhanuddin, S.Sos.,M.Si selaku Ketua Jurusan Ilmu Administrasi
Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah
Makassar.
5. Seluruh Staf Pengajar dan Staf Tata Usaha Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu
Politik Universitas Muhammadiyah Makassar.
6. Seluruh pegawai Dinas peternakan dan perairan Kabupaten Enrekang dan
Sarjana membangun Desa beserta anggota kelompok tani sapi perah di desa
pinang, kecamatan Cendana kabupaten Enrekang, yang telah banyak
membantu penulis selama masa penelitian.
7. Ayahanda dan Ibunda serta saudara-saudaraku tercinta yang selalu memberi
bantuan baik moril maupun materil serta do’a dan harapan demi kesuksesan
penulis.
Semoga bantuan dan budi baik yang telah diberikan oleh semua pihak
mendapat balasan yang setimpal dari Allah SWT. Amin.
Makassar, Juni 2014
AL MUQTADIR
viii
DAFTAR ISI
HALAMAN PENGAJUAN SKRIPSI ................................................................ i
HALAMAN PERSETUJUAN ............................................................................ ii
HALAMAN PENERIMAAN TIM ..................................................................... iii
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH......................... iv
ABSTRAK .......................................................................................................... v
DAFTAR ISI ....................................................................................................... ix
DAFTAR TABEL ............................................................................................... xi
DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... x
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................... 1
A. Latar Belakang ........................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah ................................................................................... 6
C. Tujuan Penelitian .................................................................................... 6
D. Kegunaan Penelitian................................................................................ 7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ......................................................................... 8
A. Konsep Koordinasi .................................................................................. 8
1. Pengertian Koordinasi. ...................................................................... 8
2. Tipe-Tipe Koordinasi ........................................................................ 11
3. Sifat-Sifat Koordinasi........................................................................ 11
4. Syarat-Syarat Koordinasi .................................................................. 12
5. Ciri-Ciri Koordinasi .......................................................................... 13
6. Indikator Koordinasi ......................................................................... 14
B. Pemberdayaan Masyarakat/Kelompok.................................................... 15
1. Pemberdayaan Masyarakat ............................................................... 15
2. Pemberdayaan Kelompok Tani dan Peternak ................................... 17
3. Tujuan Pemberdayaan ...................................................................... 21
ix
C. Sarjana Membangun Desa....................................................................... 23
D. Pendanaan, Pembinaan, pengorganisasian,
pengendalian dan, pengawasan ............................................................... 25
E. Kerangka Pemikiran ................................................................................ 31
F. Defenisi Oprasional ................................................................................. 32
G. Jadwal Penelitian .....................................................................................
BAB III METODE PENELITIAN...................................................................... 34
A. Lokasi Penelitian ................................................................................ 34
B. Tipe dan Jenis Penelitian .................................................................... 34
C. Populasi Sampel ................................................................................. 34
D. Jenis Dan Sumber Data ...................................................................... 35
E. Tehnik pengumpulan Data.................................................................. 35
F. Teknik Analisis Data .......................................................................... 36
G. Jadwal Penelitian ................................................................................
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN .................................... 38
A. Deskripsi Atau Karakteristik Obyek Penelitian ..................................... 38
B. Pelaksanaan koordinasi Dinas Peternakan dalam Pemberdayaan
Kelompok Tani Sapi Perah ..................................................................... 47
C. Faktor-faktor yang mempengaruhi Koordinasi Dinas Peternakan
dalam Pemberdayaan Kelompok Tani Sapi Perah Di Desa Pinang,
Kecamatan Cendana, Kab. Enrekang .................................................. 60
BAB V PENUTUP .............................................................................................. 63
A. Kesimpulan ....................................................................................... 63
B. Saran ................................................................................................ 64
DAFTAR PUSTAKA .........................................................................................
x
DAFTAR TABEL
Tabel 1 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ................ 45
Tabel 2 Karakteristik Responden Berdasarkan Umur/Usia ..................... 45
Tabel 3 Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan ........ 46
Tabel 4 Tanggapan responden terhadap koordinasi dinas peternakan
dalam pelaksanaan program SMD pemberdayaan kelompok
tani sapi perah ............................................................................. 48
Tabel 5 Tanggapan responden terhadap koordinasi pengawasan
dinas peternakan pada pemberdayaan kelompok tani sapi
perah di desa pinang. ................................................................... 50
Tabel 6 Tanggapan responden tentang penyaluran dana Tambahan
dinas peternakan untuk menunjang pemberdayaan kelompok
tani sapi perah. ............................................................................ 51
Tabel 7 Tanggapan responden terhadap bantuan sarana dan
prasarana dinas peternakan kepada pemberdayaan kelompok
tani sapi perah. ............................................................................ 52
Tabel 8 Tanggapan Responden tentang Monitoring dan evaluasi
yang dilakukan dinas peternakan dalam pemberdayaan
kelompok tani sapi perah ............................................................ 54
Tabel 9 Tanggapan responden tentang pemasaran olahan hasil susu
sapi perah yang dijadikan dangke. ............................................ 55
Tabel 10 Tanggapan responden terhadap kinerja dinas peternakan dan
sarjana membangun desa dalam pemberdayaan Kelompok
tani sapi perah. ............................................................................ 56
Tabel 11 Tanggapan responden terhadap bibit anakan sapi perah yang
disediakan. ................................................................................... 61
xi
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1 Bagan kerangka pemikiran .......................................................... 32
Gambar 2 Struktur organisasi kelompok tani sapi perah ............................. 43
Gambar 3 Perkembangan populasi dan produksi sapi pearah 2012-2014 ... 57
Gambar 4 Laporan fisik dan keuangan pengembangan usaha sapi perah
kelompok binaaan sarjana membangun desa, 2012/2013........... 59
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Daging sapi dan susu bukanlah merupakan bahan makanan pokok yang
strategis seperti beras atau jagung, akan tetapi telah menjadi salah satu komoditas
penyebab keluarnya devisa negara cukup tinggi, antara lain melalui aktivitas
impor daging sapi beku, bakalan sapi potong dan bahan baku susu. Munculnya
prediksi beberapa pihak tentang makin meningkatnya volume impor daging sapi
beku, bakalan sapi potong dan bahan baku susu di masa mendatang merupakan
petunjuk awal adanya ketidak-padanan antara besarnya permintaan daging sapi
dan susu dalam negeri dengan kemampuan produksi dalam jumlah cukup dan
harga rasional.
Salah satu dari program utama Kementerian Pertanian adalah Swasembada
Daging Sapi Kerbau 2014 yang telah dijabarkan oleh Direktorat Jenderal
Perternakan dan Kesehatan Hewan melalui 5 kegiatan pokok diantaranya
penyediaan bibit sapi. Program tersebut yang tenggang waktunya tinggal 2 tahun
lagi diperlukan langkah-langkah khusus mengatasi kekurangan bibit sapi antara
lain dengan menambah bibit sapi potong dan sapi perah. Dalam rangka
mengantisipasi kekurangan tersebut perludilakukan upaya percepatan produksi
bibit pada unit pembibitan pemerintah, swasta dan masyarakat. Penguatan peran
unit pembibitan tersebut merupakan sarana untuk mendukung berkembangnya
usaha peternakan. Saat ini bibit sapi diperoleh dari produksi dalam negeri dan
pengadaan dari luar negeri (impor).
2
Produksi bibit sapi dalam negeri belum memenuhi kebutuhan disebabkan
sebagian besar usaha pembibitan dilakukan oleh peternak dengan skala pemilikan
yang relatif kecil, dan belum optimalnya peran UPT. Bila kekurangan bibit
tersebut tidak tercukupi, maka pencapaian penyediaan daging dan susu dalam
negeri tidak akan memenuhi target, sebaliknya justru kemungkinan dapat terjadi
penurunan populasi sapi potong dan sapi perah. Untuk mempertahankan
replecemen dan pertumbuhan populasi serta memenuhi kebutuhan susu dan juga
daging sesuai target PSDSK 2014 masih diperlukan bibit sapi potong dan sapi
perah dalam jumlah yang cukup.
Oleh sebab itu dalam rangka meningkatkan kinerja pembangunan perbibitan
sapi masih diperlukan penambahan indukan sapi potong dan sapi perah dengan
kriteria bibit.
Peraturan Menteri Pertanian Nomor 14/Permentan/OT.140/1/2010 tanggal 22
Januari 2010 tentang Pedoman Penyaluran Bantuan Sosial kepada Petani Tahun
Anggaran 2010, bahwa Pemberian bantuan sosial merupakan salah satu cara untuk
menfasilitasi kelompok-kelompok masyarakat agar mandiri akan usaha pertanian
dan peternakanya, yang pada ahirnya kelompok-kelompok ini berkembang pesat
dan menjadi kekuatan ekonomi di pedesaan, yang tidak saja dapat meningkatkan
kesejahtraan dan mengurangi kemiskinan tetapi dapat juga meningkatkan
ekonomi secara nasional. Karena Permintaan akan konsumsi daging dan produk-
produk peternakan dalam negeri semakin meningkat seiring dengan meningkatnya
pertumbuhan penduduk, peningkatan pendapatan dan daya beli serta
meningkatnya kesadaran masyarakat terhadap pemenuhan gizi. Dengan
3
meningkatnya permintaan tersebut, memberikan peluang untuk berkembangnya
usaha agribisnis peternakan. Usaha agribisnis peternakan berbasis sumberdaya
lokal mempunyai potensi yang cukup besar untuk dikembangkan karena berbagai
sarana pendukung seperti agroinput, teknologi, kelembagaan dan tenaga kerja
tersedia di seluruh wilayah. Salah satu potensi yang perlu dikembangkan adalah
tenaga terdidik lulusan perguruan tinggi bidang peternakan dan kesehatan hewan
melalui program Sarjana Membangun Desa (SMD).
Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan telah melaksanakan
kegiatan Sarjana Membangun Desa (SMD). Kegiatan dalam upaya pemberdayaan
kelompok tani ternak yang dilakukan dengan menempatkan seorang tenaga
penggerak yang berbasis keilmuan di bidang peternakan dengan jenjang
pendidikan Sarjana Peternakan dan Kedokteran Hewan maupun D-4 dan D-3
Ilmu-ilmu Peternakan dan Kedokteran Hewan. Kegiatan ini dilaksanakan dalam
rangka menjembatani lulusan Perguruan Tinggi (PT) untuk dapat berkiprah secara
langsung di tengah masyarakat dalam proses introduksi, distribusi dan transfer
inovasi baru kepada peternak. Dengan masuknya lulusan Perguruan Tinggi
diharapkan dapat menumbuhkan usaha-usaha peternakan yang dikelola secara
profesional, sehingga dapat menarik investasi publik dan perbankan.
Kegiatan Sarjana Membangun Desa telah dilaksanakan sejak tahun 2007
dengan fokus pada pengembangan usaha sapi potong dan produksi sapi perah
untuk mendukung pelaksanaan Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM)
2014 Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan, Salah satunya adalah
penyediaan pangan hewani yang Aman, Sehat, Utuh dan Halal (ASUH) dan
4
program swasembada daging sapi dan kerbau ( PSDSK). Tahun 2009 kegiatan
SMD diperluas pada komoditi ternak unggas lokal, sapi perah, kambing/domba
dan kelinci, dimana keempat komoditi ini tidak hanya dapat meningkatkan usaha
ekonomi di pedesaan, tetapi juga berperan mendukung program diversifikasi
pangan. (Ditjen Peternakan, 2010).
Program Sarjana Membangun Desa merupakan pemberdayaan kelompok
peternak melalui pendampingan kelompok sekaligus penyaluran dana penguatan
modal usaha, yang bertujuan :
1. memperkuat modal usaha, sarana dan prasarana dalam mengembangkan
usaha peternakan
2. meningkatkan produksi, produktivitas dan pendapatan peternak
3. meningkatkan kemadirian dan kerjasama kelompok
4. mendorong tumbuh dan berkembangnya pelaku agribisnis muda dan
terdidik pada usaha peternakan
5. mengembangkan sentra-sentra kawasan usaha peternakan.
Dana penguatan modal usaha yang dikelola oleh Sarjana membangun desa
bersifat abadi, maka usaha budidaya ternak tidak boleh terputus dan harus
dikembangkan secara berkelanjutan dengan memperbesar modal usaha dan
kelompok sampai mencapai kapasitas optimal dan skala ekonomis. Apabila terjadi
penyalah gunaan dana bansos sebagai modal usaha, maka akan diproses menurut
hukum yang berlaku.
Dengan adanya program Sarjana Membangun Desa, pada Tahun 2012
Kabupaten Enrekang merupakan salah satu kabupaten yang ada di Propinsi
5
Sulawesi-Selatan yang dijadikan basis pengembangan usaha sapi potong dan sapi
perah. Salah satu daerah yang dijadikan tempat pengembangannya adalah desa
Pinang, kecamatan Cendana kabupaten Enrekang, yaitu kelompok tani sapi perah.
Kelompok Tani sapi perah binaan Sarjana Membangun Desa berdiri pada
tahun 2010 yang dikelola oleh satu orang ketua kelompok dan empat puluh orang
anggota dibawah binaan Sarjana Membangun Desa. Kelompok tani ini fokus pada
pengembangan sapi potong dan sapi perah jenis sapi FH dengan metode
pemeliharaan dikandangkan, dengan sistem penjualan hasil olahan susu sapi perah
dan limbah ternak.
Namun dalam setahun berjalannya program sarjana membangun ada beberapa
permasalahan yang di hadapi SMD, Salah satunya adalah kurangnya koordinasi
Dinas peternakan setempat, baik itu koordinasi dalam Pengadaan sarana
kandang/pendukung, Pengadaan bibit sapi perah, Pengadaan obat dan pengarahan
dana, sehingga berakibat menurunnya tingkat populasi dan produksi sapi perah.
Dalam Pedoman Pelaksanaan program Sarjana Membangun Desa Tahun
2012. Direktorat Jenderal Peternakan Departemen Pertanian, Jakarta. 53 hlm.
bahwa untuk mendukung dan menunjang pencapaian keberhasilan dalam
pelaksanaan program Sarjana membangun desa direktorat jenderal peternakan,
Dinas peternakan Kabupaten /Kota, harus membangun koordinasi, Mulai dari
perencanaan, pelaksanaan. karena koordinasi merupakan alat utama untuk
menyelesaikan suatu masalah atau persoalan yang ada, sehingga tidak timbul
tumpang tindih dalam tugas akibat dari kurangnya koordinasi baik.
6
Latar belakang di atas menjadi alasan penulis untuk mengadakan penelitian
dengan judul
“Koordinasi Dinas Peternakan Dalam Pemberdayaan Kelompok Tani Sapi
Perah, Di Desa Pinang, Kecamatan Cendana, Kabupaten Enrekang”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut penulis mengambil rumusan
masalah sebagai berikut :
1. Bagaimana koordinasi dinas peternakan dalam pemberdayaan kelompok
tani sapi perah di desa pinang, kecamatan cendana, kabupaten enrekang?
2. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi koordinasi dinas peternakan
dalam pemberdayaan kelompok tani sapi perah di desa pinang, kecamatan
cendana, kabupaten enrekang?
C. Tujuan penelitian
Berdasarkan rumusan masalah tersebut diatas sebagai fokus pembahasan
terhadap pentingnya koordinasi dinas peternakan dalam pemberdayaan kelompok
tani sapi perah, maka tujuan penelitian ini antara lain :
1. Bagaimana koordinasi dinas peternakan dalam pemberdayaan kelompok
tani sapi perah di desa pinang, kecamatan cendana, kabupaten enrekang.
2. Untuk mengetahui Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi koordinasi
dinas peternakan dalam pemberdayaan kelompok tani sapi perah di desa
pinang, kecamatan cendana, kabupaten enrekang.
7
D. Kegunaan penelitian
Penelitian ini diharapkan memberi manfaat atau kegunaan sebagai berikut :
1. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan informasi masukan
dan memecahkan masalah yang ada didalam merialisasikan program-
program kegitan maupun program Kementrian pertanian umumnya.
2. Penelitian ini diharapkan dapat berguna dan bermanfaat baik bagi insan
akademis maupun bagi masyarakat umum yang mengambil tema yang
sama.
8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Koordinasi
1. Pengertiaan koordinasi
Istilah koordinasi berasal dari kata asing “cum” yang artinya berbeda-beda
dan ‘ordinare” yang artinya susunan atau penempatan sesuatu pada keharusanya
Didalam kamus besar bahasa Indonesia, edisi ketiga (2002:323), koordinasi
adalah prihal yang mengatur suatu organisasi atau kegitan yang ada didalamnya,
sehingga peraturan-peraturan dan tindakan yang akan dilaksanakan tidak saling
bertentangan atau simpang siur. pengertian koordinasi dalam leonard Blog (2007)
adalah penyederhanaan yang menyangkut masalah strategi kebijaksanaan program
dalam organisasi dengan metode komunikasi yang baik, yang dilakukan secara
pertikal maupun horisontal didalam organisasi yang formal dan yang
informal,agar segala kegiatan sinkron dan terpadu tertuju pada pencapain tujuan
bersama.
Menurut G.R. Terry (2003: 31) koordinasi adalah suatu usaha yang sinkron
dan teratur untuk menyediakan jumlah dan waktu yang tepat, dan mengarahkan
pelaksanaan untuk menghasilkan suatu tindakan yang seragam dan harmonis pada
sasaran yang telah ditentukan.
Sedangkan menurut E.F.L. Brech yang dikutip Sarwoto (2002 :46)
mengemukakan koordinasi adalah mengimbangi dan menggerakkan tim dengan
memberikan lokasi kegiatan pekerjaan yang cocok dengan masing-masing dan
9
menjaga agar kegiatan itu dilaksanakan dengan keselarasan yang semestinya di
antara para anggota itu sendiri (Hasibuan, 2007:85).
Sementara itu, Handoko (2003:195) mendefinisikan koordinasi
(coordination) sebagai proses pengintegrasian tujuan-tujuan dan kegiatan-kegiatan
pada satuan-satuan yang terpisah (departemen atau bidang-bidang fungsional)
suatu organisasi untuk mencapai tujuan organisasi secara efisien.
Menurut Handoko (2003:196) kebutuhan akan koordinasi tergantung pada sifat
dan kebutuhan komunikasi dalam pelaksanaan tugas dan derajat saling
ketergantungan bermacam-macam satuan pelaksananya. Handoko (2003:196) juga
menyebutkan bahwa derajat koordinasi yang tinggi sangat bermanfaat untuk
pekerjaan yang tidak rutin dan tidak dapat diperkirakan, faktor-faktor lingkungan
selalu berubah-ubah serta saling ketergantungan adalah tinggi. Koordinasi juga
sangat dibutuhkan bagi organisasi-organisasi yang menetapkan tujuan yang tinggi.
Menurut Peraturan Perundang-undangan, tafsiran luas dari alinea terahir
dar UUD 1945 : Koordinasi itu adalah bekerja bersama seerat -eratnya dibawa
seorang pemimpin,. Sedangkan menurut PP. No 6 tahun 1988, Upaya yang
dilaksanakanoleh kepala wilayah guna mencapai keselarasan,keserasian
danketerpaduan baik perencanaan kemampuan pelaksanaan tugas serta kegiatan
semua instansi vertical, antara instansi vertkal dengan dinas daerah agartercapai
hasil guna yang sebesar -besarnya.Dengan demikian dalampenyelenggaraan tugas
umum pemerintahan dan pembangunan diperlukanadanya koordinasi antar
aparatur pemrintah, mulai dari proses perumusankebijaksanan, perencanaan,
pelaksanaan sampai pada pengawasan dan
10
Sedangkan Suharto, E (2006 :42) menjelaskan bahwa koordinasi adalah
pengaturan usaha sekelompok orang secara teratur untuk menciptakan suatu
tindakan dalam mengusahakan tercapainya tujuan bersama, oleh karena itu
organisasi berpedoman kepada beberapa hal, yaitu :
a. Koordinasi harus terpusat, sehingga ada unsur pengendalian guna
menghindari tiap bagian bergerak sendiri-sendiri yang merupakan kuadrat
yang telah ada dalam setiap bagian,
b. Koordinasi harus terpadu, keterpaduan menunjukan keadaan yang saling
mengisi dan memberi.
c. Koordinasi harus berkesinambungan, yaitu rangkain kegiatan yang saling
menyambung, selalu terjadi, selalu diusahakan dan selalu ditegaskan
adanya keterkaitan dengan kegiatan sebelumnya.
d. Koordinasi harus menggunakan pendekatan, dengan wujud saling
memberi informasi yang relevan untuk menghindari saling tumpah tindih
tugas yang satu dengan tugas yang lain.
e. Koordinasi merupakan langkah langkah kerja yang sangat ideal di antara
mereka yang bekerja di berbagai bagian guna menciptakan hasil yang
nyata. koordinasi sangat di perlukan sikap – sikap sebagai berikut
System komunikasi yang baik dan Umpan balik yang positif
Koordinasi yang merupakan salah satu fungsi perencanaan, pelaksanaan,
pembinaan, serta motivasi dengan kata lain koordinasi adalah funsi organic dalam
tiap-tiap bagian dalam beraktifitas. Koordinasi yang baik membawa dampak
positif terhadap peningkatan efisiensi dan efektifitas pelaksanaan kegiatan yang
11
efektif memberikan kontribusi yang baik guna tercapainya tugas-tugas yang
bersifat khusus dan spesifik. Melalui koordinasi yang baik akan merupakan suatu
alat ukur bagi keberhasilan terutama menyangkut hal-hal yang bersifat multi
dimensional.
Dengan pengertian-pengertian koordinasi diatas, maka dapat ditarik
kesimpulan bahwa koordinasi adalah merupakan usaha untuk mengatur,
mengharmoniskan atau menselaraskan seluruh kegiatan atau aktifitas dalam
kelompok diman prosesnya memerlukan penataan yang terintegrasi, sehingga
dapat mencapai tujuan yang diharapkan.
2. Tipe-Tipe Koordinasi
Menurut Hasibuan (2007:86-87) terdapat 2 (dua) tipe koordinasi, yaitu:
a. Koordinasi vertikal adalah kegiatan-kegiatan penyatuan, pengarahan yang
dilakukan oleh atasan terhadap kegiatan unit-unti, kesatuan-kesatuan kerja
yang ada di bawah wewenang dan tanggung jawabnya
b. Koordinasi horisontal adalah mengkoordinasikan tindakan-tindakan atau
kegiatan-kegiatan penyatuan, pengarahan dalam tingkat organisasi (aparat)
yang setingkat.
3. Sifat-Sifat Koordinasi
Menurut Hasibuan (2007:87) terdapat 3 (tiga) sifat koordinasi, yaitu:
a. Koordinasi adalah dinamis bukan statis.
12
b. Koordinasi menekankan pandangan menyeluruh oleh seorang
koordinator (manajer) dalam rangka mencapai sasaran.
c. Koordinasi hanya meninjau suatu pekerjaan secara keseluruhan.
Asas koordinasi adalah asas skala (hirarki) artinya koordinasi itu
dilakukan menurut jenjang-jenjang kekuasaan dan tanggungjawab
yang disesuaikan dengan jenjang-jenjang yang berbeda-beda satu sama
lain. Tegasnya, asas hirarki ini bahwa setiap atasan (koordinator) harus
mengkoordinasikan bawahan langsungnya.
4. Syarat-Syarat Koordinasi
Menurut Hasibuan (2007:88) terdapat 4 (empat) syarat koordinasi, yaitu:
a. Sense of cooperation (perasaan untuk bekerjasama), ini harus dilihat dari
sudut bagian per bagian bidang pekerjaan, bukan orang per orang.
b. Rivalry, dalam perusahaan-perusahaan besar sering diadakan persaingan
antara bagian-bagian, agar bagian-bagian ini berlomba-lomba untuk
mencapai kemajuan.
c. Team spirit, artinya satu sama lain pada setiap bagian harus saling
menghargai.
d. Esprit de corps, artinya bagian-bagian yang diikutsertakan atau dihargai,
umumnya akan menambah kegiatan yang bersemangat.
13
5. Ciri-Ciri Koordinasi
koordinasi mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:
a. Bahwa tanggungjawab koordinasi adalah terletak pada pimpinan. Oleh
karena itu, koordinasi adalah merupakan tugas pimpinan. Koordinasi
sering dicampur-adukkan dengan kata koperasi yang sebenarnya
mempunyai arti yang berbeda. Sekalipun demikian pimpinan tidak
mungkin mengadakan koordinasi apabila mereka tidak melakukan
kerjasama. Oleh kaerna itu, maka kerjasama merupakan suatu syarat yang
sangat penting dalam membantu pelaksanaan koordinasi.
b. Adanya proses (continues process). Karena koordinasi adalah pekerjaan
pimpinan yang bersifat berkesinambungan dan harus dikembangkan
sehingga tujuan dapat tercapai dengan baik.
c. Pengaturan secara teratur usaha kelompok. Oleh karena koordinasi adalah
konsep yang ditetapkan di dalam kelompok, bukan terhadap usaha
individu, maka sejumlah individu yang bekerjasama, di mana dengan
koordinasi menghasilkan suatu usaha kelompok yang sangat penting untuk
mencapai efisiensi dalam melaksanakan kegiatan organisasi. Adanya
tumpang tindih, kekaburan dalam tugas-tugas pekerjaan merupakan
pertanda kurang sempurnanya koordinasi.
d. Konsep kesatuan tindakan. Hal ini adalah merupakan inti dari koordinasi.
Kesatuan usaha, berarti bahwa harus mengatur sedemikian rupa usaha-
14
usaha tiap kegiatan individu sehingga terdapat adanya keserasian di dalam
mencapai hasil.
e. Tujuan koordinasi adalah tujuan bersama, kesatuan dari usaha meminta
suatu pengertian kepada semua individu, agar ikut serta melaksanakan
tujuan sebagai kelompok di mana mereka bekerja
Komunikasi adalah kunci koordinasi yang efektif. Koordinasi secara
langsung tergantung pada perolehan, penyebaran dan pemrosesan informasi.
Semakin besar ketidakpastian tugas yang dikoordinasi, semakin membutuhkan
informasi. Pada dasarnya koordinasi merupakan pemrosesan informasi.
6. Indikator Koordinasi
Menurut Handayaningrat (1989:80), koordinasi dalam proses manajemen
dapat diukur melalui indikator :
1. Komunikasi
a. Ada tidaknya informasi
b. Ada tidaknya teknologi informasi
2. Kesadaran Pentingnya Koordinasi
a. Tingkat pengetahuan pelaksana terhadap koordinasi
b. Tingkat ketaatan terhadap hasil koordinasi
3. Kompetensi Partisipan
a. Ada tidaknya pejabat yang berwenang terlibat
b. Ada tidaknya ahli di bidang pembangunan yang terlibat
15
4. Kesepakatan, Komitmen
a. Ada tidaknya bentuk kesepakatan
b. Ada tidaknya pelaksana kegiatan
B. Pemberdayaan Masyarakat/Kelompok
1. Pemberdayaan masyarakat
Istilah pemberdayaan masyarakat sebagai terjemahan dari kata “
empowerment” mulai ramai digunakan sehari-hari di Indonesia bersama-sama
dengan istilah “penegntasan kemiskinan sejak digulirkannya program inpres No.
5/1993 yang kemudiann lebih dikenal sebagai inpres desa tertinggal (IDT), sejak
itu istilah pemberdayaan dan pengentasan kemiskinan merupakan saudara kembar
dan selalu menjadi topik dan kat-kata kunci dari upaya pembangunan.
Hal itu tidak hanya berlaku di Indonesia, bahkan Word Bank dalam
buletinnya Vol. 11 No4/Vol. No2 1 Oktober-desember 2001 telah menetapkan
pemberdayaan sebagai salah satu ujung tombak dari strategi trisula untuk
memerangi kemiskinan yang dilaksanakan sejak memasuki dasawarsa 90-an, yang
terdiri dari peluang, fasilitas pemberdayaan dan peningkatan pengamanan.
Terkait dengan pengertian pemberdayaan, Dharmawan, A.H (2007:26)
mengutip pendapat Fear and Schwarzweller (1985) yang mengemukakan bahwa
pemberdayaan dipahami sebagai :
"Sebuah proses di mana anggota semakin lebih dari daerah tertentu atau
lingkungan membuat dan mengimplementasikan keputusan yang bertanggung
jawab secara sosial, di mana kemungkinan konsekuensi yang merupakan
16
peningkatan peluang hidup beberapa orang tanpa penurunan (tanpa memburuk)
dalam peluang hidup orang lain ".
Dalam hubungan ini, Dharmawan, A.H (2007 :27). Mengutip pendapat
Robbins, Chatterjee, dan Canda, (1998), Secara singkat menyatakan sebagai
berikut :
Pemberdayaan "proses di mana individu dan kelompok memperoleh
kekuasaan, akses ke sumber daya dan kontrol atas kehidupan mereka sendiri.
Dengan demikian, mereka memperoleh kemampuan untuk mencapai personil
tertinggi dan aspirasi dan tujuan kolektif
Istilah pemberdayaan juga dapat diartikan sebagai upaya untuk memenuhi
kebutuhan yang diinginkan oleh individu, kelompok dan masyarakat luas agar
mereka memiliki kemampuan untuk melakukan pilihan dan mengontrol
lingkungannya agar dapat memnuhi keinginannya, karena itu Word Bank (2001:2)
mengartikan pemberdayaan sebagai usaha untuk memberikan kesampatan dan
kemampuan kepada kelompok masyarakat (miskin) untuk mampu dan berani
bersuara (voice) untuk menyuarakan pendapat, ide , atau gagasannya serta
kempuan dan keberanian untuk memilih (choice) sesuatu ( konsep, metode,
produk, tindakan dan lainnya) yang terbaik bagi pribadi, keluarga, kelompok, dan
masyarakat dengan kata lain, pemberdayaan masyarakat merupakan proses
meningkatkan kemampuan dan sikap kemandirian masyarakat.
Sedangkan Subejo dan Narimo (2004 :31) mengartikan pemberdayaan
masyarakat merupakan upaya yang disengaja untuk memfasilitasi masyarakat
17
lokal dalam merencanakan, memutuskan dan mengelola sumberdaya lokal yang
dimiliki, sehingga pada akhirnya mereka memiliki kemampuan dan kemandirian
secara ekonomi ekologi dan sosial. selanjutnya mengemukakan bahwa kegiatan
pemberdayaan pada setiap individu dalam suatu organisasi, merupakan suatu
siklus kegiatan yang terdiri dari :
a. Menumbuhkan keinginan pada diri seorang untuk berubah dan
memperbaiki, yang merupakan titik awal dalam pemberdayaan.
b. Menumbuhkan kemauan dan keberanian untuk melepaskan diri dari
kesenangan atau hambatan yang dirasakan.
c. Mengembangkan kemauan untuk mengikuti atau mengambil bagian yang
memberikan manfaat atau perbaikan keadaan.
2. Pemberdayaan Kelompok Tani dan Peternak
Pemberdayaan Peternak adalah segala upaya yang dilakukan oleh
Pemerintah, pemerintah provinsi, pemerintah kabupaten/kota, dan pemangku
kepentingan di bidang Peternakan dan Kesehatan Hewan untuk meningkatkan
kemandirian, memberikan kemudahan dan kemajuan usaha, serta
meningkatkan daya saing dan kesejahteraan Peternak.
Pemberdayaan merupakan suatu kekuatan dalam diri manusia dan
merupakan suatu sumber kreativitas yang ada dalam diri setiap orang secara
luas tidak ditentukan oleh orang lain. Menurut Hikmat (2004 :93), bahwa
pemberdayaan peternak merupakan sebuah metode pemberdayaan masyarakat
yang memungkinkan orang atau masyarakat dapat meningkatkan kualitas
18
hidupnya serta mampu memperbesar pengaruhnya terhadap proses-proses
yang mempengaruhi kehidupannya atau suatu usaha dalam membantu orang
biasa untuk meningkatkan lingkungannya dengan melakukan aksi kolektif
dalam bidang ekonomi, penguatan sosial atau pengembangan sector non
profit.
Pendekatan pemberdayaan masyarakat dalam pembangunan mengandung
arti bahwa manusia ditempatkan pada posisi pelaku dan penerima manfaat dari
proses mencari solusi dan meraih hasil pembangunan. Dengan demikian maka
masyarakat harus mampu meningkatkan kualitas kemandirian mengatasi masalah
yang dihadapi. Upaya-upaya pemberdayaan masyarakat seharusnya mampu
berperan meningkatkan kualitas sumberdaya manusia (SDM) terutama dalam
membentuk dan merubah perilaku masyarakat untuk mencapai taraf hidup yang
lebih berkualitas. Pembentukan dan perubahan perilaku tersebut, baik dalam
dimensi sektoral yakni dalam seluruh aspek/sektor-sektor kehidupan manusia;
dimensi kemasyarakatan yang meliputi jangkauan kesejahteraan dari materiil
hingga non materiil; dimensi waktu dan kualitas yakni jangka pendek hingga
jangka panjang dan peningkatan kemampuan dan kualitas untuk pelayanannya,
serta dimensi sasaran yakni dapat menjangkau dari seluruh strata masyarakat.
Pemberdayaan masyarakat tidak lain adalah memberikan motivasi dan dorongan
kepada masyarakat agar mampu menggali potensi dirinya dan berani bertindak
memperbaiki kualitas hidupnya, melalui cara antara lain dengan pendidikan untuk
penyadaran dan pemampuan diri mereka (Aditya, 2009: 92).
19
Selanjutnya Hendayana (2008 :25), menyatakan bahwa pemberdayaan
bertujuan untuk :
1. meningkatkan kemampuan kelompok – kelompok masyarakat dalam
berprakarsa untuk menangkap berbagai peluang ekonomi,
2. mendorong tumbuhnya masyarakat swadaya yang siap berkembang
sendiri dalam mengatasi berbagai kendala/ kelemahan yang dimilikinya,
3. memperkuat dan mengoptimalkan lembaga-lembaga formal dan informal
di tingkat perdesaan serta meningkatkan peran serta/pertisipasi
masyarakat.
Permberdayaan petani peternak dapat dilakukan melalui pemberian
pemahaman baik melalui penyuluhan maupun komunikasi antar peternak agar
mereka mampu memperbaiki sistem pengelolaan usaha peternakan sehingga dapat
mencapai tujuan yang diinginkan. Salah satu contoh bentuk pemberdayaan petani
peternak ialah mengikutsertakan petani dalam pengambilan keputusan mengenai
program pemerintah yang akan dijalankan menyangkut masalah peningkatan
produktivitas peternakan seperti, mengajarkan peternak proses insiminasi buatan
(IB), pengolahan sumber daya lokal (sisa hasil pertanian) sebagai bahan pakan
berkualitas, pelatihan pemanfaatan sisa hasil peternakan menjadi pupuk dan
sebagainya. (Hardiyanto, 2007 :10).
Untuk mendukung pemberdayaan masyarakat dalam bidang peternakan
maka ada beberapa Program Pengembangan Agribisnis Peternakan ditujukan
untuk mengoperasionalkan kebijakan pembangunan sistem agribisnis agar seluruh
20
subsistem agribisnis lebih produktif dan efisien dalam menghasilkan berbagai
produk peternakan yang memiliki nilai tambah dan berdaya saing baik di pasar
lokal maupun pasar domestik. Kegiatan pokok pemberdayaan masyarakat yang
dapat dilakukan antara lain (Abdurrahman, 2010 :70) :
a) Pemberdayaan Masyarakat Agribisnis melalui bantuan langsung
masyarakat dengan pengusahaan ternak baik sapi, kerbau, kambing, kuda
dan unggas.Tujuan utama kegiatan ini telah bergeser dari tujuan sosial ke
Development (Pengembangan) untuk pemberdayaan ekonomi petani, dari
satu paket ke lebih dari satu paket dimaksudkan semata – mata untuk
pemberdayaan ekonomi rakyat dan mengembangkan usaha agribisnis.
b) Penguatan kelembagaan agribisnis peternakan dan peningkatan kualitas
sumber daya melalui kegiatan penyuluhan, pembinaan, temu usaha,
pelatihan-pelatihan sehingga diharapkan terjadi perubahan pola fikir
pelaku agribisnis menjadi lebih inovatif, kreatif dan mandiri.
c) Promosi Investasi dan Penggalian sumber–sumber pembiayaan/
permodalan sebagai salah satu usaha mengatasi ketergantungan anggaran
pemerintah dan kemandirian usaha agribisnis peternakan baik skala usaha
kecil, menengah dan Koperasi. Substansi peningkatan layanan pembiayaan
oleh Lembaga Keuangan Mikro, sepert KSP/USP, BMT, BPR/S, bank
umum, dan PKBL-BUMN.
d) Penyederhanaan prosedur perijinan dan memperpendek rantai pemasaran
dan tata niaga komoditi peternakan dalam rangka efisiensi dan
21
pengurangan biaya tinggi dengan memberikan pelayanan Prima terhadap
masyarakat dan Insan Agribisnis.
e) Peningkatan sarana dan prasarana pendukung produksi peternakan melalui
pembuatan infra struktur pengelolaan sumber air pada kawasan peternakan
khususnya lahan kering.
3. Tujuan pemberdayaan
Pada bagian terdahulu telah dikemukakan bahwa pemberdayaan merupakan
imlikasi dari strategi pembangunan yang berbasis pada masyarakat, terkait dengan
hal ini, pembangunan, apapun pengertian yang diberikan terhadapnya, selalu
merujuk pada upaya perbaikan, terutama perbaikan pada mutu-hidup manusia,
baik secara fisik, mental, ekonomi, maupun social budayanya.
Selarasa dengan hal itu, dalam pembangunan pertanian secara umum, tujuan
pemberdayaan diarahkan pada terwujudnya perbaikan teknis bertani, beternak,
perbaikan usaha tani, dan perbaikan kehidupan petani, peternak dan masyarakat.
Dari pengalaman pembangunan pertanian yang telah dilaksanakan di Indonesia
selam tiga dasawarsa terahir, menunjukan bahwa, untuk mencapai ketiga bentuk
perbaikan yang disebutkan diatas masih memerlukan perbaikan-perbaikan lain
yang menyangkut, (Deptan 2002):
a. Perbaikan kelembagaan pertanian dan peternakan demi terjalinnya
kerjasama dan kemitraan antar Stakeholders, sebagai contoh dapat
disampaikan pengalaman pelaksanaan intensifikasi khusus. Dimana
22
inovasi sosial yang dilakukan melalui usahatani berkelompok mampu
menembus kenaikan produktivitas yang dicapai melalui inovasi teknis.
b. Perbaikan kehidupan masyarakat, yang tercermin dalam perbaikan
pendapatan, stabilitas keamanan dan politik, yang sangat diperlukan bagi
terlaksananya pembagunan pertanian dan peternakan yang merupakan sub
sistem pembangunan masyarakat, tentang hal ini pengalaman menunjukan
bahwa pembangunan pertanian secara umum tidak dapat berlangsung
seperti yang diharapkan, mana kalah petani atau peternak tidak memiliki
cukup dana yang didukung oleh stabilitas politik dan keamanan serta
pembangunan bidang dan sektor kehidupan yang lain. Sebaliknya
pembangunan pertanian dan peternakan menjadi tidak berarti manakalah
tidak memberikan peraikan kepada kehidupan masyarakatnya.
c. Perbaikan usaha dilingkungan hidup demi kelangsungan usahataninya.
Tentang hal ini pengalaman menunjukan bahwa penggunaan pupuk dan
pestisida secara berlebihan dan tidak seimbang telah berpengaruh negative
terhadap produktivitas dan pendapatan, secara kerusakan lingkungan hidup
yang lain, yang dikhawatirkan akan mengancam keberlanjutan
pembangunan pertanian secara umum.
Disamping itu, Mardikanto dan subiato (2012 : 110) menambah satu hal lagi
yang menyangkut pentingnya perbaikan aksesibilitas petani dan pemangku
kepentingan, pembangunan pertanian , yang lain baik terhadap sumber inovasi,
input usahatani (kredit,sarana produksi, alat dan mesin pertanian ), pasar dan
jaminan harga, serta pengambilan keputusan politik.
23
Hal ini terutama dilandasi oleh pernyataan Hadisaputro (1998:24) yang
menyebutkan bahwa petani-petani kecil yang merupakan pelaku utama
pembangunan pertania secara umum di Indonesia pada umumnya termasuk
golongan ekonomi lemah, yang lemah permodalan, pengusaan, penerapan
teknologi dan sering kalli juga lemah semangatnya untuk maju, karena sering kali
dijadikan objek pemaksaan oleh birokrasi maupun penyuluhanya sendiri.
Mardikanto dan subiato (2002 : 110)
C. Sarjana Membangun Desa
Sarjana membangun Desa adalah sarjana yang mengembangkan usaha
bersama dengan kelompok ternak di desa. selain sebagai anggota kelompok,
sarjana tersebut juga sebagai menejer membantu ketua kelompok dalam
menjalankan kegiatan usaha peternakan. Tugas sarjana ini antara lain untuk
memajukan peternak dan kelompok dalam menghadapi berbagai kendala guna
membangun kelompok Agribisnis Peternakan yang lebih maju dan berwawasan
lebih luas yang diharapkan pada akhirnya dapat mengakses permodalan dari
sumber dana perbankan dalam mengembangkan usaha Kelompok Peternak
tersebut (Ditjen Peternakan, 2010).
Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan telah
melaksanakan kegiatan Sarjana Membangun Desa (SMD) sejak tahun 2007.
Kegiatan ini dalam upaya pemberdayaan kelompok tani ternak yang
dilakukan dengan menempatkan seorang tenaga penggerak yang berbasis
keilmuan di bidang peternakan dengan jenjang pendidikan Sarjana Peternakan
24
dan Kedokteran Hewan maupun D-4 dan D-3 Ilmu-ilmu Peternakan dan
Kedokteran Hewan. Dengan penempatan SMD bidang peternakan di pedesaan
diharapkan dapat melakukan transfer teknologi dari Perguruan/Sekolah Tinggi ke
masyarakat dan meningkatkan jiwa kewirausahaan. Kegiatan Sarjana Membangun
Desa telah dilaksanakan sejak tahun 2007 dengan fokus pada pengembangan
usaha sapi potong dan produksi sapi perah untuk mendukung program
swasembada daging sapi dan kerbau ( PSDS) tahun 2014. Tahun 2009 kegiatan
SMD diperluas pada komoditi ternak unggas lokal, sapi perah, kambing/domba
dan kelinci, dimana keempat komoditi ini tidak hanya dapat meningkatkan usaha
ekonomi di pedesaan, tetapi juga berperan mendukung program diversifikasi
pangan. (Ditjen Peternakan, 2010).
SDM yang unggul dan mau berjuang membangun daerah-daerah. Untuk itu
dibukalah program Sarjana Membangun Desa, yang bertujuan para sarjanan lokal
dapat membangun desanya sendiri dan menangkap peluang besar dengan
memanfaatkan potensi pertanian, perkebunan dan perternakan di desanya.
Program ini juga bertujuan untuk mengurangi pengangguran yang masih ada
sekitar 8juta dari angkatan kerja kita dan apalagi dari 8juta tersebut ternyata ada
sekitar 1juta penganggur adalah dari kalangan berpendidikan tinggi mulai dari
diploma hingga sarjana.
Program Sarjana Membangun Desa merupakan pemberdayaan kelompok
peternak melalui pendampingan kelompok sekaligus penyaluran dana penguatan
modal usaha, yang bertujuan :
25
a. memperkuat modal usaha, sarana dan prasarana dalam mengembangkan
usaha peternakan
b. meningkatkan produksi, produktivitas dan pendapatan peternak
c. meningkatkan kemadirian dan kerjasama kelompok
d. mendorong tumbuh dan berkembangnya pelaku agribisnis muda dan
terdidik pada usaha peternakan mengembangkan sentra-sentra kawasan
usaha peternakan
D. Pendanaan, Pembinaan, Pengorganisaaian, Pengendalian Dan Pengawasan.
a) Pendanaan
Sumber dana untuk kegiatan penambahan indukan sapi tahun 2012
dialokasikan dalam DIPA BBPTU Sapi Perah kecamatan pinang, BPTU Sapi
Dwiguna dan Ayam Sembawa dan DIPA Dinas Provinsi tahun 2012.
Pemanfaatan dana kegiatan penambahan indukan sapi dilakukanmelalui
pengadaan barang, dengan mengacu Peraturan Presiden No 54 tahun 2010
tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah.
b) Pembinaan
Pembinaan pengembangan pembibitan sapi meliputi :
1. Pembinaan Teknis dilakukan oleh Tim Teknis Dinas
Provinsi/Kabupaten/Kota, meliputi :
a. Aspek pelaksanaan kegiatan penambahan indukan sapi (pemilihan
lokasi, kelompok peternak, dan pemilihan bibit ternak)
b. Aspek pengawasan dan pengendalian pelaksanaan kegiatan
26
c. Aspek pengembangan pembibitan sapi (pemeliharaan,
perkawinan, pencatatan/ recording dan serifikasi)
2. Pembinaan kelembagaan dikembangkan dalam rangka meningkatkan
usahakelompok sehingga berkembang menjadi gabungan kelompok,
koperasi atauusaha berbadan hukum lainnya. Penguatan kelembagaan
mutlak dilakukanmelalui dinamisasi aktivitas kelompok, kemampuan
memupuk modal,kemampuan memilih bentuk dan memanfaatkan peluang
usaha yangmenguntungkan dan mengembangkan jaringan kerjasama.
3. Pembinaan usaha difokuskan kepada usaha pembibitan sapi dan jenis-
jenis usaha lain yang mendukung usaha pembibitan sapi.
c) Pengorganisasian
Kelancaran kegiatan penambahan indukan sapi potong dan sapi perah
tahun 2012, ditingkat pusat dibentuk Tim Pusat Direktorat Jenderal Peternakan
dan Kesehatan Hewan, di tingkat provinsi dibentuk Tim Pembina Provinsi dan
pada tingkat kabupaten/kota dibentuk Tim Teknis Kabupaten/Kota. Mekanisme
koordinasi Tim Pusat dengan Tim Pembina Provinsi dan Tim Teknis
Kabupaten/Kota dalam rangka pembinaan kelompok peternak.
1. Tim Pusat
Tim pusat beranggotakan diantaranya adalah para wakil dari Direktorat lingkup
Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan dan ditetapkan melalui
Keputusan Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan dengan tugas
sebagai berikut :
27
a. Menyusun pedoman pelaksanaan penambahan indukan sapi tahun
2012;
b. Melakukan koordinasi antara pusat dan daerah dan sosialisasi kegiatan
pengembangan pembibitan sapi;
c. Melakukan supervisi dalam pelaksanaan impor
d. Melakukan pembinaan dan pemantauan kegiatan pengembangan
pembibitan sapi pada kelompok peternak penerima melalui
DinasProvinsi/Kabupaten/Kota;
e. Menyusun dan menyampaikan rekapitulasi laporan perkembangan
pelaksanaan kegiatan pengembangan pembibitan sapi yang diterima
dari Dinas kepada Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan.
Tim Pusat Tim Pembina Provinsi Tim Teknis Kabupaten Kelompok
Peternak
2. Tim Pembina Provinsi
Tim Pembina Provinsi beranggotakan diantaranya adalah para wakil bidang
lingkup Dinas yang melaksanakan fungsi Peternakan dan Kesehatan Hewan
di provinsi dan ditetapkan melalui Keputusan Kepala Dinas Provinsi, dengan
tugas sebagai berikut :
a. Menyusun petunjuk pelaksanaan penambahan indukan sapi tahun 2012
dengan mengacu kepada pedoman pelaksanaan.
b. Menyusun petunjuk pelaksanaan pengembangan pembibitan sapi mengacu
pada pedoman pembibitan sapi potong/perah yang baik (GBP).
28
c. Melakukan koordinasi antar bidang lingkup Dinas yang melaksanakan
fungsi Peternakan dan Kesehatan Hewan di provinsi dan UPTD perbibitan,
dalam rangka meningkatkan efisiensi dan efektivitas pelaksanaan kegiatan
dan fasilitasi penguatan kelembagaan.
d. Melakukan seleksi sapi sesuai kriteria bibit yang akan diadakan;
e. Melakukan seleksi/verifikasi calon penerima dan calon lokasi (CP/CL)
bersama Tim Teknis Kabupaten/Kota untuk ditetapkan oleh Kepala Dinas
Provinsi apabila ternak tersebut didistribusikan ke kelompok peternak;
f. Melakukan koordinasi ke pusat dan daerah serta sosialisasi kegiatan
pengembangan pembibitan sapi kepada UPTD pembibitan, dinas
kabupaten/kota dan kelompok peternak penerima;
g. Melakukan pembinaan, pemeriksaan, pemantauan dan evaluasi, serta
pengendalian perkembangan pelaksanaan kegiatan.
h. Menyusun dan melaporkan perkembangan pelaksanaan kegiatan
penambahan indukan sapi tahun 2012 untuk disampaikan kepada Kepala
Dinas Provinsi dan kemudian diteruskan kepada Direktur Jenderal
Peternakan dan Kesehatan Hewan, sebagaimana lampiran 2.
3. Tim Teknis Kabupaten/Kota
Tim Teknis Kabupaten/Kota beranggotakan diantaranya para wakil bidang
lingkup Dinas yang melaksanakan fungsi Peternakan dan Kesehatan Hewan di
Kabupaten/Kota serta petugas lapang dan ditetapkan melalui Keputusan Kepala
Dinas Kabupaten/Kota, dengan tugas sebagai berikut :
29
a. Menyusun Petunjuk teknis pengembangan pembibitan sapi mengacu
pada pedoman pembibitan sapi potong/sapi perah yang baik (GBP).
b. Melakukan seleksi calon penerima dan calon lokasi (CP/CL) bersama
Tim Pembina Provinsi yang diketahui oleh Kepala Dinas
Kabupaten/Kota.
c. Melakukan pembinaan, pemantauan dan evaluasi terhadap pelaksanaan
penambahan indukan sapi dan pengembangan pembibitan.
d. Mendampingi kelompok peternak penerima untuk melaksanakan teknis
kegiatan pembibitan sapi sesuai dengan Juknis.
e. Membuat laporan perkembangan pelaksanaan kegiatan di tingkat
kabupaten/kota untuk disampaikan kepada Kepala Dinas
Kabupaten/Kota yang kemudian diteruskan kepada Kepala Dinas
Provinsi dan Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan.
4. UPTD Pembibitan dan Kelompok Peternak Penerima
UPTD Pembibitan dan Kelompok peternak penerima mempunyai tugas
sebagai berikut :
a. Melaksanakan pembibitan sapi sesuai juklak/juknis pengembangan
pembibitan sapi dari provinsi/kabupaten/kota.
b. Melaporkan perkembangan pembibitan sapi secara berkala setiap
bulan kepada Kepala Dinas Provinsi/Kabupaten/Kota.
c. Membuat surat kesanggupan kelompok untuk melaksanakan teknis
pembibitan sapi yang baik dan benar.
30
d) Pengendalian dan Pengawasan
Pengendalian kegiatan dilakukan oleh Pejabat Pembuat Komitmen (PPK)
dan Kuasa Pengguna Anggaran (KPA) di B/BPTU atau Provinsi. Proses
pengendalian direncanakan dan diatur oleh masing-masing pelaksana kegiatan.
Pengawasan dilakukan oleh pemerintah melalui aparat pengawas
fungsional (Inspektorat Jenderal, Badan Pengawas Daerah maupun
lembaga/instansi pengawas lainnya). Ada 5 (lima) tahapan kritis yang perlu
diperhatikan dalam pengawasan, yaitu tahap :
1. sosialisasi yang dilakukan oleh tim pusat/pembina provinsi/tim teknis
kabupaten/kota.
2. pelaksanaan proses pengadaan
3. pelaksanaan seleksi sapi
4. pelaksanaan seleksi calon penerima dan calon lokasi (CP/CL) yang
dilakukan oleh tim pembina provinsi dan tim teknis kabupaten/kota
5. pengembangan pembibitan
31
E. Kerangka Pemikirin
Dinas peternakan kabupaten Enrekang dan juga sarjana membangun desa
pada umumnya memiliki tugas dan tanggung jawab yang sama terhadap segala
sesuatu yang berkaitan dengan pemberdayaan kelompok/gabungan kelompok
sektor peternakan, Produksi bibit sapi dalam negeri belum memenuhi kebutuhan
disebabkan sebagian besar usaha pembibitan dilakukan oleh peternak dengan
skala pemilikan yang relatif kecil, dan belum optimalnya peran UPT. Bila
kekurangan bibit tersebut tidak tercukupi, maka pencapaian penyediaan daging
dan susu dalam negeri tidak akan memenuhi target, sebaliknya justru
kemungkinan dapat terjadi penurunan populasi sapi potong dan sapi perah. Untuk
mempertahankan pertumbuhan populasi serta memenuhi kebutuhan susu dan juga
daging sesuai target PSDSK 2014 masih diperlukan bibit, obatan dan modal usaha
dalam jumlah yang cukup.
Dalam melaksanakan tugas tersebut, perlu adanya koordinasi yang harus
dilakukan dan dilaksanakan oleh dinas peternakan kabupaten Enrekang dan
sarjana membangun desa. Jika koordinasi yang dibangun baik dan benar, maka
tujuan utama akan dapat tercapai dengan mudah dan bahkan secara efesien
sekaligus efektif pula dan bersinergi dengan kebutuhan kelompok. Maka dalam
pemberdayaan kelompok/gabungan kelompok akan mampu secara mandiri dan
bersama-sama meningkatkan produktivitas, nilai tambah dan daya saing produk-
produk peternakan yang pada ahirnya akan meningkatkan kesejahtraan peternak.
32
BAGAN KERANGKA PEMIKIRAN
Gambar 1 : Kerangka Pemikiran
F. Defenisi Oprasional
Untuk memudahkan penelitian ini, maka perlu adanya defenisi operasional
dari masing-masing variable, sebagai berikut:
1. Koordinasi, adalah merupakan usaha untuk mengatur, mengharmoniskan
atau menselerasikan seluruh kegiatan atau aktivitas seluruh elemen,
dimana prosesnya memerlukan penataan yang terintegrasi sehingga dapat
mencapai tujuan yang diharapkan,
KOORDINASI
Pengadaan Bibit dan obat
Pengarahan Dana
Pemasaran hasil olahan
Dinas
Peternakan Dan
Perikanan
Kabupaten
Enrekang
Sarjana
Membangun
Desa
PEMBERDAYAAN
KELOMPOK
PETERNAK SAPI
PERAH
33
2. Sarjana membangun Desa adalah sarjana yang mengembangkan usaha
bersama dengan kelompok ternak di desa.
3. Pemberdayaan Masyarakat adalah pengembangan kemampuan
masyarakat, perubahan perilaku masyarakat, dan pengorganisasian diri
masyarakat secara mandiri serta menciptakan kondisi dan suasana yang
memungkinkan masyarakat untuk berkembang.
4. Pemanfaatan dana kegiatan penambahan indukan sapi dan obatan yang
dilakukan melalui pengadaan barang, dengan mengacu Peraturan Presiden
No 54 tahun 2010 tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah.
5. Melaksanakan pembibitan sapi sesuai juklak/juknis pengembangan
pembibitan sapi dari provinsi/kabupaten/kota.
34
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Lokasi Penelitian
Sesuai dengan judul yakni “Koordinasi Dinas Peternakan Dalam
Pemberdayaan Kelompok Tani Sapi Perah Di Desa Pinang, Kecamatan Cendana,
Kabupaten Enrekang”, maka penelitian ini di laksanakan di Desa Pinang,
Kecamatan Cendana, Kabupaten Enrekang, Adapun alasan peneliti untuk memilih
lokasi tersebut karena desa pinang merupakan sentra penghasil susu sapi perah di
Kabupaten Enrekang.
B. Tipe dan Jenis Penelitian
a. Tipe penelitian
Tipe penelitian ini adalah Deskriptif Kualitatif dan Kuantitatif yaitu
berusaha menggambarkan secara menyeluruh mengenai objek yang diteliti
dan data yang telah diolah kemudian mengkaji secara sistematik berdasarkan
fakta-fakta di lapangan.
b. Dasar penelitian
Penelitian ini menggunakan metode survey untuk melakukan pengamatan
secara menyeluruh pada objek yang diteliti, unuk mengumpulkan data dan
informasi sebanyak mungkin.
C. Populasi Sampel
1. Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah :
1. Anggota kelompok tani sapi perah dan sarjana membangun desa 40 orang
35
2. Sampel
Sifatnya homogen, maka penetapan sampel dilakukan melalui tehnik sampel
yang digunakan adalah sampel jenuh, dimana seluruh anggota menjadi sampel.
Hal ini dilakukan bila jumlah populasi relatif kecil yaitu 40 orang
Adapun informan dalam penelitian ini adalah :
1. Kepala Dinas PeternakanPerikanan ….. 1 orang
2. Kepala Sub. Bidang Peternakan dan Keswan ….. 1 orang
3. Kepala Sub. Bidang Pengelolaan dan Pemasaran Hasil ….. 1 orang
4. Sarjana Membangun Desa ….. 1 orang
D. Sumber dan Jenis Data
a. Jenis Data :
a) Data kualitatif adalah data yang berbentuk kata, kalimat, skema dan
gambar yang dijadikan dasar dalam memecahkan masalah.
b) Data kuantitatif adalah data yang berbentuk angka kemudian diolah dan
dibuatkan interpretasi. Yaitu penulis mentabulasi data kuesioner dari
respondesn kemudian mengolah menjadi data dalam penlitan ini.
b. Sumber Data :
a) Data primer, data yang diperoleh dari hasil wawancara yang penulis
lakukan berdasarkan pedoman yang telah dibuat serta pengamatan
secara langsung terhadap responden.
b) Data sekunder, data yang diperoleh dari dokumen-dokumen, catatan-
catatan, laporan-laporan maupun arsip-arsip resmi, yang dapat
mendukung kelengkapan data primer. Penggunaan data primer dan data
35
sekunder secara bersama-sama dimaksudkan agar saling melengkapi
yang disesuaikan dengan keperluan penelitian. Selain itu, hal ini
dilakukan sekaligus untuk perbandingan data yang diperoleh.
E. Teknik Pengumpulan Data
Untuk memper oleh data yang relevan, akurat, dan dapat dipertanggung
jawabkan maka penulis menggunakan beberapa teknik dalam pengumpulan
data karena masing-masing mempunyai kelebihan dan kekurangan. Sebagai
berikut :
1. Observasi, yaitu pengumpulan data dengan cara mengadakan pengamatan
langsung terhadap obyek penelitian.
2. Wawancara, yaitu teknik pengumpulan data di mana peneliti secara
langsung mengadakan tanya jawab dengan narasumber untuk
mendapatkan data atau informasi yang dibutuhkan berkaitan dengan fokus
penelitian.
3. Angket (kuesioner) yaitu tekhnik memperoleh data dan informasi yang
relevan dengan tujuan penelitian secara terperinci dari responden dan
informan, dengan cara menyebarkan daftar pertanyaan berdasarkan
pedoman wawancara yang dilakukan kepada responden dan informan.
F. Tehnik Analisis Data
Dalam rangka menjawab permasalahan penelitian, maka analisis data
dalam penelitian ini dilakukan secara deskriptif kualitatif. Yaitu suatu analisis
yang berusaha mancari pola, model, tema, hubungan, persamaan, dan makna dari
data dengan cara mengelompokan atau mengkategorisasikan data, yaitu data yang
35
ada ditabulasi dengan memberikan bobot presentase dan selanjutnya
diinterpretasikan dengan memberikan uraian secara deskriptif, dalam bentuk
pernyataan-pernyataan, tafsiran-tafsiran setelah menggali data dari beberapa orang
informan kunci sesuai dengan hasil olah data/ wawancara mendalam penulis
dengan para informan tentang gambaran secara umum, Koordinasi Dinas
Peternakan dalam pemberdayaan kelompok tani sapi perah.
38
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Atau Karakteristik Objek Penelitian
1. Deskripsi umum lokasi penelitian
Deskripsi umum lokus penelitian dipaparkan dalam pembahasan ini
bertujuan memberi gambaran yang komprehensif tentang objek penelitian dan
juga menjadi bahan informasi guna menganalisis lebih lanjut tentang
permasalahan yang terjadi pada Pemberdayaan Kelompok Tani Sapi Perah, Di
Desa Pinang, Kecamatan Cendana, Kabupaten Enrekang.
Deskripsi umum ini juga menjelaskan tentang letak geografis Kelompok
Tani Sapi Perah Desa Pinang, Kecamatan Cendana Kabupaten Enrekang yang
berada di Sebelah Selatan ibu kota Kabupaten berjarak 6 (enam) kilometer
sebelum kota Enrekang dan berada dipinggiran aliran Sungai Saddang (seberang
Sungai), untuk sampai dilokasi peternakan kelompok, tersedia 2(dua) jembatan
gantung yang menghubungkan Dusun Riso dengan Dusun Lekkong.
1) Visi dan Misi Kelompok Tani Sapi Perah Di Desa Pinang, Kecamatan
Cendana, Kabupaten Enrekang.
a. Visi Kelompok Tani Sapi Perah Di Desa Pinang, Kecamatan Cendana,
Kabupaten Enrekang.
Sesuai dengan tuntutan dan perkembangan perekonomian dan kebutuhan
masyarakat maka diperlukan manajemen pembangunan peternakan yang modern
dan meningkatkan keberpihakan kepada petani yang tinggi untuk memanfaatkan
39
peluang yang ada, maka Visi Kelompok Tani Sapi Perah, Di Desa Pinang,
Kecamatan Cendana, Kabupaten Enrekang.
“ Mewujudkan Desa Pinang, Kecamatan Cendana, Kabupaten
Enrekang Sebagai Sentra Penghasil Susu Sapi Perah Yang Melimpah,
Berkualitas, dan Mempunyai Daya Jual Yang Tinggi.”
Visi Kelompok Tani Sapi Perah Di Desa Pinang, Kecamatan Cendana
tersebut adalah merupakan gambaran kesuksesan yang ingin dicapai dalam kurun
waktu 5 tahun (2009-2014).
Adapun pengertian Visi yang singkat, padat dan jelas tersebut diuraikan
sebagai berikut :
a. Mewujudkan Desa Pinang, Kecamatan Cendana, Kabupaten Enrekang
yang mampun menyediakan susu yang mampu berdaya saing serta
mempunyai nilai tambah dalam peningkatan pengelolaan hasil susu sapi.
b. Sentra Penghasil susu sapi perah dalam pengertian bahwa sebagai pusat
pengembangan Peternakan sapi perah dalam rangka pemenuhan kebutuhan
akan susu sapi dalam daerah, propinsi maupun nasional.
c. Unggul dimaksudkan bahwa desa pinang, kecamatan Cendana, sebagai
Penghasil/Pemasok susu sapi yang berkualitas dan berdaya saing.
d. Berwawasan Lingkungan adalah kegiatan Peternakan sapi yang
dilaksanakan dengan memenuhi kaidah konservasi, ramah lingkungan
serta bebas pencemaran kimia maupun biologis.
40
b. Misi Kelompok Tani Sapi Perah Di Desa Pinang, Kecamatan Cendana,
Kabupaten Enrekang.
Dalam rangka mewujudkan visi pembangunan peternakan tersebut, maka
perlu dirumuskan misi yang dapat menggerakkan dan mewujudkan tujuan dan
sasaran yang hendak dicapai melalui berbagai upaya dalam pelaksanaannya.
Untuk itu disusunlah Misi Kelompok Tani Sapi Perah Di Desa Pinang, Kecamatan
Cendana, Kabupaten Enrekang sebagai berikut :
a. Meningkatkan hasil susu sapi.
b. Meningkatkan sumber daya manusia Aparat, Ternak sapi.
c. Meningkatkan produksi dan produktifitas peternakan sapi perah.
2) Tujuan Kelompok Tani Sapi Perah Di Desa Pinang, Kecamatan Cendana,
Kabupaten Enrekang.
a. Tujuan.
Tujuan yang ingin dicapai kelompok tani sapi perah adalah sebagai berikut :
1. Tercapainya penguatan lembaga peternakan khususnya kelompok tani
sapi perah melalui pembinaan kelompok sekaligus mampu memberikan
kontribusi secara ekonomis kepada semua anggotanya.
2. Terbentuknya simbiosa mutualisma antara peternak dengan sarjana
membangun desa demi peningkatan produksi sapi.
3. Menyediakan informasi bagaimana sarjana peternakan membangun
pedesaan berbasis peternakan sapi perah.
41
4. Tersedianya produk sapi perah dan derivasinya.
b. Sasaran
Setelah penetapan Visi, Misi dan Tujuan kelompok tani sapi perah didesa
pinang, kecamatan cendana kabupaten enrekang dalam mengembangkan
pembangunan disektor Peternakan, maka sasaran yang dicapai adalah sebagai
berikut :
1. Terwujudnya usaha Sapi Perah sehingga kebutuhan susu dan produk
lainnya seperti dangke dan kerupuk dapat terpenuhi khususnya di
Kabupaten Enrekang.
2. Terwujudnya kelompok tani dan sarjana peternakan yang mandiri dan
maju dalam usaha agribisni sapi perah
3. Masyarakat atau kelompok tani, dimana dapat meningkatkan
pendapatan masyarakat melalui usaha sapi perah yang berkualiatas.
4. Memamfaatkan Sumber Daya Alam yang dimiliki Kabupaten Enrekang
seoptimal dan seefisien mungkin untuk mengembangkan usaha ternak
sapi perah.
5. Meningkatkan populasi dan produksi ternak dalam upaya pemenuhan
kebutuhan produksi termaksud sapi dan produksi susu di Kabupaten
Enrekang.
42
c. Output yang ingin dicapai
Sebagai langkah awal dalam mengelolah potensi sumber daya peternakan
khususnya usaha sapi perah dengan tetap mengacu pada Peningkatan
produktivitas susu sapi perah yang berkualitas maka diharapkan dapat berguna
bagi:
1. Masyarakat dan kelompok tani memelihara sapi perah dan
mengembangbiakkan untuk kebutuhan susu untuk membuat produk
derivasi seperti susu, dangke, kerupuk, biogas dan kompos, guna
meningkatkan pendapatan melalui usaha tersebut.
2. Memberdayakan sarjana peternakan dan kelompok tani ternak sapi dalam
mengembangkan usaha agribisnis berbasis peternakan sapi perah.
3. Masyarakat dan kelompok dapat mengenal pakan tambahan selain pakan
hijauan dan konsetrat seperti dedak, ubi kayu, ubi jalar, limbah pertanian
yang banyak didaerah Enrekang.
4. Meningkatkan produksi dan produktifitas untuk mendukung ketahanan
pangan mensukseskan Pencapaian Populasi Sapi dua juta Ekor di Sulawesi
Selatan Tahun 2014. Perlu diketahui bahwa Program dua juta ekor sapi
dapat tercapai melalui program-program unggulan yang meliputi :
a. Gerakan optimalisasi sapi (GOS)
b. Pengembangan Instalasi Perbibitan Rakyat (IPR) Pengendalilan
Betina dan Produktif Revitalisasi IB Mandiri
c. Gerakan Pengentasan Kemiskinan (TASKIN) Pengendalian dan
Pemberantasan penyakit ternak.
43
3) Struktur organisasi Kelompok Tani Sapi Perah Desa Pinang, Kecamatan
Cendana Kabupaten Enrekang
Gambar 2 : Struktur organisasi kelompok tani sapi perah
Sumber : Data laporan SMD, Mei 2014
KETUA
PENDAMPING
Sarjana Membangun Desa
PENASEHAT
1. Kepala Dinas Peternakan dan Perikanan
Kabupaten Enrekang
2. Koordinator BP3K Kecamatan Cendana
3. Kepala Desa Pinang
ANGGOTA
SEKERTARIS
S
BENDAHARA
ANGGOTA ANGGOTA ANGGOTA
A
ANGGOTA
44
2. Karakteristik Responden
Karakteristik responden perlu ditengahkan untuk memberikan gambaran
tentang sumber data serta untuk melihat keabsahan atau validitas data yang telah
diperoleh dari responden. Data dalam penelitian ini dikumpulkan dari seluruh
responden yang diperoleh dari kelompok tani sapi perah Desa Pinang, Kecamatan
Cendana, Kabupeten Enrekang.
Beberapa karakteristik responden yang ada memberikan penjelasan
mengenai persepsi atau sikap setiap responden terhadap suatu kejadian atau
peristiwa, salah satu diantaranya adalah Koordinasin Dinas Peternakan Dalam
Pemberdayaan Kelompok Tani Sapi Perah Di Desa Pinang, Kecamatan Cendana,
Kabupaten Enrekang.
Apabila digambarkan secara komprehensif karakteristik responden pada
dasarnya cukup banyak, namun identitas responden yang digambarkan dalam
pembahasan ini adalah yang berkaitan langsung dengan
objek penelitian. Adapun identitas responden dapat dikategorikan atas beberapa
karakteristik yaitu menurut jenis kelamin, kelompok umur, dan tingkat
pendidikan.
1. Karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin
Ditinjau dari jenis kelamin responden kelompok tani sapi perah terlihat
dari 40 jumlah responden, dapat dilihat pada tabel dibawah ini:
45
Tabel 1 : karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin
No. Jenis kelamin Frekuensi Persentase
1
2
Laki-laki
Perempuan
40
-
100
-
Total 40 100
Sumber : Kantor Dinas Peternakan dan Perairan Kab. Enrekang, Maret 2014.
Memperhatikan data dalam tabel 1 (satu) diatas memperlihatkan bahwa
dalam kelompok tani sapi perah ini mayoritas anggotanya berjenis kelamin laki-
laki.
2. Karakteristik responden menurut kelompok umur
Identitas responden dapat dilihat pada pengelompokkan umurnya yang
dapat menggambarkan sikap dan perilaku responden terutama dalam melakukan
penilaian terhadap variabel-variabel penelitian. Dari 40 orang responden yang
ada, terlihat karakteristik umur sebagaimana terlihat dalam pengelompokan umur
dibawah ini :
Tabel 2: Karakteristik responden menurut kelompok umur
Sumber : Kantor Dinas Peternakan dan Perairan Kab. Enrekang, Maret 2014.
No Kelompok Umur Jumlah Persentase
1
2
3
25 – 35 Tahun
36 – 45 Tahun
46 – 55 Tahun
12
19
9
30,0
47,5
22,5
Total 40 100
46
Memperhatikan data dalam tabel 2 (dua) diatas memperlihatkan
karakteristik responden menurut kelompok umur terdiri dari atas kelompok umur
25 – 35 tahun terdapat sebanyak 30,0%, dan yang berumur antara 36 – 45 tahun
sebanyak 47,5 %, sementara yang berumur antara 46 – 55 , sementara yang
berumur antara 41 – 50 tahun sebanyak 22,5%.
Melihat pengelompokan umur responden tersebut dapat dikatakan bahwa
karateristik umur responden dari kelompok umur ini berada pada kategori umur
relatif muda yaitu kurang dari 45 tahun. Dengan demikian dapat dikatakan masih
enerjik dan masih dapat dikembangkan pengetahuan dan keterampilannya. Selain
itu pada kelompok umur ini dapat memberikan pemikiran-pemikiran yang lebih
berkualitas.
3. Karakteristik responden menurut tingkat pendidikan
Tingkat pendidikan responden berpengaruh terhadap pelaksanaan tugas-
tugas dan fungsi sesuai dengan pekerjaan atau jabatan . Tingkat pendidikan dapat
memberikan petunjuk terhadap kualitas kemampuan kerja anggota pada suatu
kelompok.
Tabel 3. Karakteristik responden menurut tingkat pendidikan
No. Tingkat pendidikan Jumlah Persentase
1
2
3
4
Pascasarjana
Sarjana
Diploma
SLTA
1
8
6
25
1,8
30,8
9,7
50,0
TOTAL 40 100
Sumber : Kantor Dinas Peternakan dan Perairan Kab. Enrekang, Maret 2014.
47
Kualitas responden pada dasarnya tercermin pada tingkat pendidikan yang
ditamatkan, oleh sebab itu pendidikan dalam hal ini memegang peranan yang
strategi dalam peningkatan kualitas sumber daya manusia. Sebagaimana terlihat
pada tabel 1 (satu) diatas tingkat pendidikan responden tertinggi adalah pada
jenjang sarajana (S2) dari data tersebut terdapat 1,8% responden yang
berpendidikan pada jenjeng sarjana (S1) sebanyak 30,8% responden, dari jumlah
ini tampak responden yang berpendidikan setingkat sarjana cukup banyak.
Sedangkan lainnya responden yang berpendidikan setingkat diploma sebanyak
9,7% dari keseluruhan esponden yang ada. Selain dari tingkat pendidikan tersebut,
beberapa responden yang pendidikannya setingkat SLTA sebanyak 50%.
Berdasarkan data tersebut jumlah responden yang paling banyak adalah yang
berpendidikan setingkat SLTA.
B. Pelaksanaan koordinasi Dinas Peternakan dalam Pemberdayaan Kelompok
Tani Sapi Perah.
Pelaksanaan koordinasi dalam suatu organisasi menghendaki adanya
keseimbangan kegiatan dan penyatuan pekerjaan. Koordinasi dapat dicapai
dengan baik oleh hubungan langsung dan terus menerus antara orang-orang yang
bekerja. Dan juga jika organisasi telah tumbuh dan berkembang menjadi besar,
maka sarana yang digunakan dalam koordinasi adalah komunikasi berupa
instruksi dan petunjuk garis-garis tanggung jawab dan kewenangan yang ada
dalam organisasi.
Koordinasi Dinas Peternakan dalam Pemberdayaan Kelompok Tani Sapi
Perah ini hal yang sangat penting dimana dalam suatu kelompok itu harus adanya
48
kesepakatan dan kerja sama yang solid untuk menghasilkan output yang
diinginkan. Disisi lain koordinasi yang baik dalam penyusunan rencana secara
bersama-sama dengan instansi terkait sangatlah menguntungkan untuk bertukar
pikiran demi kemajuan kelompok tani sapi perah yang telah dijalankan.
Koordinasi pelaksanaan Pemberdayaan kelompok sangat penting
dilakukan untuk mengarahkan proses dari setiap tahapan-tahapan kegiatan atau
program akan berjalan baik bila disertai dengan pelaksanaan koordinasi satu
dengan yang lainnya.
Untuk mengetahui tanggapan responden dalam koordinasi dinas
peternakan dalam pelaksanaan program sarjana membangun desa kelompok tani
sapi perah.dapat dilihat data dalam tabel 4 berikut:
Tabel 4: Tanggapan responden terhadap koordinasi dinas peternakan dalam
pelaksanaan program SMD pemberdayaan kelompok tani sapi perah.
No Tanggapan Responden Frekuensi Presentasi
1
2
3
4
Sangat baik
Cukup baik
Kurang baik
Tidak baik
10
20
07
03
25,0
50,0
17,5
0,7
Total 40 100
Sumber : Hasil pengolahan data kuesioner, Maret 2014.
Sebagaimana data dalam tabel 4 menunjukan tanggapan responden
mengenai koordinasi dinas peternakan dalam pelaksanaan program SMD
49
pemberdayaan kelompok tani sapi perah, dari data tersebut tampak frekuensi
penilaian responden tertinggi berada pada kategori yang cukup baik yang
dikemukakan oleh 50% dari keseluruhan jumlah responden yang ada, ini berarti
lebih separuh dari jumlah responden yang mengemukakan kategori penilaian
tersebut.Hasil wawancara dengan kepala dinas peternakan dan perairan
kabupaten Enrekang beliau mengatakan bahwa :
“Proses pelaksanaan program pemberdayaan kelompok yang ada
dikabupaten Enrekang khususnya kelompok tani sapi perah binaan sarjana
membangun desa, kami selalu membangun koordinasi dan menciptakan
iklim kondusif sehingga kelompok mampu mengembangkan dan
memperkuat usaha/kegitan dan perubahaan paradigma dalam beternak
yang sebelumnya beternak konvensional mengarah pada peternak
profesional”.(wawancara JR, 26 Maret 2014)
Berdasarkan penilaian responden dan hasil wawancara diatas dapat
disimpulkan bahwa dalam koordinasi dinas peternakan dalam pelaksanaan
program SMD pemberdayaan kelompok tani sapi perah secara rata-rata sudah
cukup baik dalam arti sudah terlaksana sebagaimana mestinya .
Untuk mengontrol setiap kegiatan pemberdayaan kelompok penting
dilakukan koordinasi dalam pegawasan sehingga dapat mengenali permasalahan
yang dihadapi dalam pemberdayaan kelompok tani sapi perah, agar setiap
kegiatan berjalan sesuai dengan aturan yang berlaku. Untuk mengetahui
tanggapan responden terhadap koordinasi pengawasan dinas peternakan dalam
pemberdayaan kelompok tani sapi perah di desa pinang, terlihat pada tabel
berikut:
50
Tabel 5: Tanggapan responden terhadap koordinasi pengawasan dinas peternakan
dalam pemberdayaan kelompok tani sapi perah di desa pinang.
No. Tanggapan responden Frekuensi Persentase
1
2
3
4
Sangat baik
Cukup baik
Kurang baik
Tidak baik
16
17
5
02
40,0
42,5
12,5
05,0
Total 40 100
Sumber : Data olahan kuesioner, Maret 2014.
Data penilaian responden sebagaimana tampak dalam tabel 5 diatas
memperlihatkan tanggapan responden mengenai koordinasi pengawasan dinas
peternakan dalam pemberdayaan kelompok tani sapi perah di Desa Pinang
menunjukkan penilaian koordinasi dalam pengawasan ini telah terlaksana dengan
cukup baik. Sebagaimana data yang tertera dalam tabel tersebut frekuensi
penilaian responden berada pada kategori Sangat baik yang dikemukakan oleh 16
responden atau (40,0%) yang menyatakan cukup baik 17 responden atau (42,5%),
dan yang menyatakan kurang baik 5 responden atau (12,5%), sedangakan yang
menyatakan tidak baik 2 responden atau (05,0%).
Hasil wawancara dengan kepala dinas peternakan dan perikanan
kabupaten Enrekang beliau mengatakan bahwa :
“Kami sebagai penasehat dari semua kelompok tani sapi perah yang ada
dikabupaten Enenrekang selalu mengoptimalkan pengawasan yang rutin
perbulan, agar segala bentuk kekurangan yang dibutuhkan kelompok tani
khususnya didesa pinang berjalan dengan baik sehingga dapat menghasilkan
51
produksi susu sapi perah yang berkualitas dan melimpah”. ( wawancara JR,
26 Maret 2014 )
Kegiatan pemberdayaan merupakan wujud dari salah satu ruang lingkup
yang terkait dalam hal penyediaan sumber daya keuangan melalui dana bergulir
dan kredit mikro untuk mengembangkan kegiatan disektor peternakan. Program
SMD merupakan salah satu pilihan dari berbagai alternative kegiatan untuk
penanggulangan kemiskinan. Dimana pada prinsipnya pengelolaan manfaat dana
pinjaman bergulir sendiri 100% untuk kepentingan produktif yang dapat
meningkatkan pendapatan atau kesejahteraan mayarakat.
Untuk mengetahui tanggapan responden tentang penyaluran dana
Tambahan dinas peternakan untuk menunjang pemberdayaan kelompok tani sapi
perah dilihat pada tabel berikut ini :
Tabel 6: Tanggapan responden tentang penyaluran dana Tambahan dinas
peternakan untuk menunjang pemberdayaan kelompok tani sapi perah.
No Tanggapan responden Frekuensi Persentase
1
2
3
Sering
pernah
Tidak pernah
6
34
-
25%
75%
-
Total 40 100
Sumber : Hasil olahan data kuesioner Maret,2014.
Berdasarkan tabel diatas Tanggapan responden tentang penyaluran dana
Tambahan dinas peternakan untuk menunjang pemberdayaan kelompok tani sapi
perah dari 40 responden menjawab, 6 0rang responden (25%) menjawab sering,
52
35 orang responden (75%) menjawab pernah, tidak ada yang menjawab tidak
pernah.
Berdasarkan hasil wawancara dengan sarjana membangun desa beliau
mengatakan bahwa :
“Salah satu faktor meningkatnya populasi dan susu segar kelompok tani
sapi perah, disebabkan sudah maksimalnya dinas peternakan menyalurkan
dana tambahan atau kekurangan dalam program pemberdayaan kelompok
tani Tani Sapi Perah Di Desa Pinang. Misalnya dana tambahan modal
tanpa bunga dan pemberian indukan sapi bunting jenis frisien Holland
(FH) penghasil susu ”( wawancara MN, 28 Maret 2013 ).
Secara umum saran dan prasarana adalah alat penunjang keberhasilan
suatu proses upaya yang dilakukan dalam proses pemberdayaan karena apabila
kedua hal ini tidak tersedia maka semua kegiatan yang dilakukan tidak akan dapat
mencapai hasil yang diharapkan sesuai dengan rencana.
Untuk mengetauhui Tanggapan responden terhadap bantuan sarana dan
prasarana dinas peternakan kepada pemberdayaan kelompok tani sapi perah.
Dilihat pada tabel berikut :
Tabel 7 : Tanggapan responden terhadap bantuan sarana dan prasarana dinas
peternakan kepada pemberdayaan kelompok tani sapi perah.
No. Tanggapan responden Frekuensi Persentase
1
2
3
4
Sangat baik
Cukup baik
Kurang baik
Tidak baik
13
19
6
2
32,5%
47,5%
15,0%
0,05%
Total 40 100
Sumber : Hasil olahan data kuesioner, Maret 2014.
53
Dari hasil penelitian tersebut diatas, menunjukkan bahwa sarana yang
dimiliki untuk mendukung kelancaran koordinasi antar bagian atau kegiatan-
kegiatan kelompok tani sapi perah dan Dinas peternakan sudah cukup baik
dimana terlihat pada frekuensi tabel diatas dari 40 responden menjawab, 13
orang (32,5%) menjawab sangat sering, 19 responden (47,5%) menjawab sering, 6
responden (15%) menjawab pernah, 2 responden (05%) menjawab tidak pernah.
Hasil wawancara dengan Kepala Dinas Peternakan Kab. Enrekang, Beliau
mangatakan bahwa :
“Pada umumnya sarana dan prasarana yang ada di kelompok tani sapi
perah di desa pinang telah memenuhi standar yang telah ditentukan.
Akan tetapi masih belum difungsikan dengan maksimal dan belum
terkoordinir dengan baik”. ( wawancara JR, 31 Maret 2014 )
Monitoring dan evaluasi dinas peternakan dalam pemberdayaan kelompok
tani sapi perah dimaksudkan untuk mengetahui pencapaian hasil, kemajuan dan
kendala dalam pelaksanaan pemberdayaan kelompok, Monitoring dan evaluasi
dilakukan secara berkala dan berjenjang sesuai dengan tahap kegiatan kelompok
sasaran, untuk dapat mengidentifikasi dan mencari solusi pemecahan
permasalahan yang dihadapi.
Untuk mengetahui Tanggapan Responden tentang Monitoring dan evaluasi
yang dilakukan dinas peternakan dalam pemberdayaan kelompok tani sapi perah,
terlihat pada tabel berikut :
54
Tabel 8: Tanggapan Responden tentang Monitoring dan evaluasi yang dilakukan
dinas peternakan dalam pemberdayaan kelompok tani sapi perah.
No. Tangapan responden Frekuensi Presentase
1
2
3
4
Sangat baik
Cukup baik
Kurang baik
Tidak baik
11
17
10
02
27.5
42.5
25.0
05.0
Tatol 40 100
Sumber : Hasil olahan data kuesioner Maret,2014.
Data penilaian responden sebagaiman tampak pada tabel diatas,
menunjukkan bahwa monitoring dan evaluasi yang dilakukan pada kelompok tani
sapi perah di desa pinang maksimal, dimana terlihat pada frekuensi tabel diatas
dari 40 responden menjawab, 11 orang (25.5%) menjawab sangat baik, 17
responden (42,5%) menjawab cukup baik, 10 responden (25%) kurang baik, 2
responden (5%) menjawab tidak baik.
Dari hasil pengamatan dilapangan peneliti menyimpulkan bahwa sangat
menguntungkan kelompok dalam hal ini kelompok tani sapi perah karena dapat
mengetahui indikator keberhasilan dan Kemajuan pelaksanaan kegiatan
pemberdayaan serta kinerja Perkembangan dan dinamika usaha kelembagaan,
masalah yang dihadapi dan solusi pemecahannya.
Sapi perah merupakan salah satu penghasil protein yang sangat penting,
Air susu sebai sumber gizi berupa protein hewani sangat besar manfaatnya bagi
manusia, dapat menunjang pertumbuhan, kecerdasan dan daya tahan tubuh. Di
55
Kabupaten Enrekang konsumsi susu dan olahanya yang berupa dangke sudah
lama membudaya dimulai pada zaman penjajahan Belanda dimana susu dari
pemerahan kerbau dan sapi dibuat dangke yang merupakaan lauk khas Enrekang,
sehingga sampai saat ini sebagian masyarakat Enrekang terutama kelompok tani
sapi perah menjadikan dangke sebagai mata pencaharian.
Untuk mengetahui Tanggapan responden tentang pemasaran olahan hasil
susu sapi perah yang dijadikan dangke. Dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 9 : Tanggapan responden tentang pemasaran olahan hasil susu sapi perah
yang dijadikan dangke.
No. Tanggapan responden Frekuensi Persentase
1
2
3
4
Sangat laris
Cukup laris
Kurang laris
Tidak laris
26
12
2
-
65,00
30,00
05,00
-
Total 40 100
Sumber : Data olahan kuesioner, Maret 2014.
Dari hasil penelitian tersebut diatas, menunjukkan bahwa pemasaran hasil
olahan susu sapi yang berupa dangke sangat laris dimana terlihat pada frekuensi
tabel diatas dari 40 responden menjawab, 26 orang (65,%) menjawab sangat laris,
12 responden (30,%) cukup laris, 2 responden (05,%) menjawab kurang laris,
tidak ada responden menjawab tidak laris.
Berdasarkan hasil wawancara Kepala Sub. Bidang Pengelolaan dan
Pemasaran Hasil dinas peternakan beliau menyatakan bahwa :
56
“Hasil olahan susu sapi perah dangke memang cukup laris dimasyarakat
enrekang, namun untuk masyarakat diluar enrekang belum terlalu populer
karna adanya beberapa faktor seperti ukuran dangke tidak merata dari
setiap peternak sehingga harga jaul perbuah berbeda-beda dangke mudah
basi dan berubah warna hanya bertahan 2-3 hari saja” (wawancara HS, 31
Maret 2014 )
Dari hasil pemantauan dilapangan peneliti mengemukakan bahwa,
walaupun hasil olahan susu sapi (Dangke) tidak terlalu populer diluar Kabupaten
Enrekang karena beberapa faktor seperti apa yang dikatakan informan, namun hal
ini sudah berdampak besar pada kelompok peternak utamanya kelompok tani sapi
perah yang ada di Desa Pinang, Telah terjadi pergeseran paradigma peternakan
sapi yang awalnya hanya dipandang sebagai pekerjaan sampingan di kalangan
petani peternak, kini berubah menjadi pekerjaan utama karena peluang
kesuksesannya sangat besar.
Dalam melaksanaakan tugas yang merupakan pekerjaan rutin dan
tanggung jawaban, maka perlu diukur sejauh mana kinerja dinas peternakan dan
sarjana membangun desa dalam pemberdayaan Kelompok tani sapi perah.
Tabel 10: Tanggapan responden terhadap kinerja dinas peternakan dan sarjana
membangun desa dalam pemberdayaan Kelompok tani sapi perah.
No Tanggapan responden Frekuensi Persentase (%)
1
2
3
4
Sangat baik
Cukup baik
Kurang baik
Tidak baik
18
12
06
04
30%
45%
15%
10%
Total 40 100
Sumber : Hasil pengelolahan data kuesioner, Maret 2014.
57
Data penilaian responden terhadap terhadap kinerja dinas peternakan dan
sarjana membangun desa dalam pemberdayaan Kelompok tani sapi perah.
Sebagaimana tampak dalam tabel 5 diatas memperlihatkan tanggapan responden
secara rata-rata dapat dikatakan pelaksanaannya sudah cukup baik, data yang
tertera dalam tabel 10 tersebut frekuensi penilaian responden tertinggi berada pada
kategori cukup baik yang dikemukakan oleh 42,5 % responden dan yang
menyatakan kinerja dinas peternakan dan SDM sangat baik dikemukakan 27,5 %
responden. Selain dari pada itu terdapat 30 % responden lainnya yang
memberikan penilaian yang kurang baik dan tidak baik.
Untuk mengetahui perkembangan usaha peternakan sapi perah program
pemberdayaan, dilihat pada tabel berikut :
Sumber : Data loporan SMD, Mei 2014
No
Tahun
Pop. Awal
Penyebaran
Populasi Ternak
Ekor
Produksi/Hari N a m a
Kelompok tani
JT BT Induk A.
JT
A.
BT
JML
Laktasi
(Ekor)
Susu
(Liter)
Dangke
(1,5 L/B)
Harga
Rp.12.000/B
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13
1 Sapi perah 2012 40 40 13 25 78 34 238 170 2.400.000
2 Sapi perah 2013 8 105 80 24 52 156 72 504 360 4.320.000
3 Sapi perah 2014 15 130 103 30 55 188 96 672 480 5.760.000
Jumlah 23 275 223 67 132 422 202 1.414 1.010 12.480.000
Gambar 3 : Perkembangan populasi dan produksi susu sapi perah 2012-2014
58
Berdasarkan hasil pengamatan dilapangan dan uraian tabel diatas dapat
disimpulkan bahwa, dalam kurun waktu 3 tahun berjalannya program
pemberdayaan kelompok terjadi peningkatan populasi ternak sapi perah yang
populasi awal hanya 40 ekor indukan betina bunting bertambah menjadi 422 ekor,
hal ini disusul dengan peningkatan produksi susu segar yang mencapai rata-rata 7
liter perekor, atau 1.414 liter susu segar dari jumlah 202 ekor indukan laktasi, dan
menghasilkan hasil olahan susu yang berupa dangke 5 biji perhari, dari jumlah
susu segar 7 liter perhari atau 1.010 biji dari jumlah 1.414 liter susu segar
perharinya. Total penerimaan yang dihasilkan kelompok tani sapi perah dari hasil
penjual dangke dalam perhari adalah Rp.60.000 perekor atau Rp. 12.120.000
perhari dari jumlah 202 indukan yang laktasi. Adapun pengeluaran kelompok tani
sapi perah dalam perhari yaitu 4 kg pakan tambahan kosentrak, 4 kg ampas tahu
perekor sapi dengan harga Rp.24.000. Total pemasukan bersih kelompok tani sapi
perah perekor sapi adalah Rp.36.000. Program pemberdayaan kelompok ternak
sudah dirasakan dampak oleh peternak adanya peningkatan pendapatan dalam
kurun waktu 3 tahun terakhir.
Untuk mengetahui kemajuan fisik dan keuangan pengembangan usaha sapi
perah kelompok ternak binaan sarjana membangun desa, terlihat pada tabel
berikut :
59
Sumber :Data laporan SMD, Mei 2014
Berdasarkan hasil pengamatan dilapangan dan uraian tabel diatas dapat
disimpulkan bahwa, kemajuan fisik dan keuangan pengembangan usaha ternak,
kelompok tani sapi perah di desa Pinang binaan SMD sudah terlaksana sebagai
mana mestinya, jika diukur presentase sudah 80% tingkat keberhasilan
pelaksanaan program pemberdayaan, hal ini tidak terlepas dari maksimalnya
koordinasi yang dibangun Dinas peternakan Kabupaten Enrekang dengan
kelompok tani sapi perah binaan SMD dalam kurun 2 tahun terahir, sehingga hal
ini perlu dipertahan dan dikembangkan sehingga dapat memberdayakan
kelompok/masyarakat ternak yang lain di kabupaten Enrekang.
No. Uraian Kegiatan Realisasi Tahun 2012 Realisasi Tahun 2013
Volume
Harga
satuan Jumlah Volume
Harga
satuan Jumlah
Jml Satuan ( Rp ) ( Rp ) Jml Satuan ( Rp ) (Rp)
1 2
3 4 5
6 7 8
1 Sapi Perah Betina 40 Ekor 7.000.000 280.000.000 20 Ekor 7.000.000 140.000.00
2 Perbaikan/Peralatan
Kandang 1 Paket 12.000.000 12.000.000 1 Paket 600.000 600.000
3 Pengembangan
HMT 1 Paket 4.600.000 4.600.000 1 paket 500.000 500.000
4 Pakan Tambahan 4000 Kg 3.000 12.000.000 3600 Kg 2.500 9.000.000
5 Obat-
obatan/Vitamin 1 Paket 5.000.000 5.000.000 1 Paket 1.500.000 1.500.000
6 Peralatan Recording 1 Paket 8.400.000 8.400.000 1 Paket 1.000.000 1.000.000
7 Sarana IB 1 Paket 2.000.000 2.000.000 1 Paket 500.000 500.000
8 Pelatihan, Pelaporan 8 OB 1.000.000 8.000.000 3 OB 1.000.000 3.000.000
9 Oprasional
pendamping 12 Bulan 1.500.000 18.000.000 12 Bulan 1.500.000 18.000.000
JUMLAH
350.000.000
176.600.000
Gambar 4 : Laporan fisik dan keuangan pengembangan usaha sapi perah
kelompok binaaan sarjana membangun desa, 2012/2013
60
C. Faktor-faktor yang mempengaruhi Koordinasi Dinas Peternakan dalam
Pemberdayaan Kelompok Tani Sapi Perah Di Desa Pinang, Kecamatan
Cendana, Kab. Enrekang.
Berdasarkan hasil penelitian dan bahasan yang telah diuraiakan diatas,
secara faktual penilaian responden secara rata-rata koordinasi Dinas
Peternakan dalam pemberdayaan Kelompok Tani Sapi Perah Di Desa Pinang
dalam kategori yang memuaskan.
Sekalipun berdasarkan penilaian responden secara rata-rata pada umumnya
penilaian berkisar pada pernyataan bahwa pelaksanaan koordinasi tersebut
sudah optimal adanya, hal itu terlihat dari masih adanya sebahagian kecil
responden yang memberikan penilaian negatif atau menganggap bahwa
pelaksanaan koordinasi dinas peternakan dalam pemberdayaan kelompok tani
sapi perah di desa pinang masih perlu dioptimalkan, disamping itu masih ada
faktor- faktor yang mempengaruhi koordinasi dalam pemberdayaan kelompok
tani sapi perah di desa pinang kecamatan cendana, kabupaten enrekang antara
lain sebagai berikut :
1. Bibit
Keberhasilan industri sapi perah juga sangat bergantung pada pemilihan
bibit yang baik. Bakalan yang dipilih sebaiknya dari sapi yang berpotensi
tumbuh optimal, terlebih untuk untuk program penghasil susu jenis frisen
Holland FH.
Untuk mengetahui Tanggapan responden terhadap bibit anakan sapi perah
yang disediakan dinas peternakan terlihat pada tabel berikut :
61
Tabel 11 : Tanggapan responden terhadap bibit anakan sapi perah yang
disediakan.
No. Tanggapan Responden Frekuensi Persentase
1
2
3
4
Sangat Sehat
Cukup sehat
Kurang sehat
Tidak sehat
9
10
17
4
22,5
25,0
42,5
10,0
Total 40 100
Sumber : Olahan data kuesioner, Maret 2014.
Dari hasil penelitian tersebut diatas, menunjukkan bahwa bibit sapi perah
pada kelompok tani sapi perah di desa pinang belum memenuhi kuota yang
dibutuhkan peternak, karena masih ada bibit sapi yang tidak sesuai harapan para
peternak dimana terlihat pada frekuensi tabel diatas dari 40 responden
menjawab, 9 orang (22,5%) menjawab sangat sehat, 10 responden (25%)
menjawab cukup sehat, 17 responden (42,5%) menjawab kurang sehat, 4 orang
responden (10%) menjawab tidak sehat.
Berdasarkan pengamatan penulis dilapangan bahwa ketersedian bibit
anakan sapi dari dinas peternakan masih banyak hambabatan seperti masih
terdapatnya bibit anakan yang kurang sehat atau mati sebelum dilakukan
Inseminasi buatan (IB) pemasukan semen (mani) ke dalam alat kelamin betina,
dan jenis bibit yang dimasukan biasanya bukan penghasil susu jenis Frisen
Holland (FH).
62
2. Pemasaran hasil olahan
Hasil olahan susu sapi perah yang berupa dangke Kurang populer
dimasyarakat luar Enrekang, dimana mayoritas konsumen dangke hanya orang-
orang yang berasal dari enrekang, didalam maupun diluar daerah enrekang.
Disamping itu ukuran dangke tidak merata dari setiap peternak sehingga harga
jaul perbuah berbeda-beda dangke mudah basi dan berubah warna hanya bertahan
2-3 hari, berbagai upaya telah dilakukan dinas peternakan kabupaten Enrekang
mulai dari pengunaan almunium foil, pengunaan garam dan pembungkusan
dengan jelly namun belum efektif.
63
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Sesuai dengan hasil penelitian dan pembahasan yang dikemukakan dalam
Bab IV diatas, berikut ini dapat ditarik beberapa kesimpulan sesuai dengan
temuan-temuan yang diperoleh yaitu:
1 Pelaksanaan Koordinasi Dinas Peternakan Dalam Pemberdayaan Kelompok
Tani Sapi Perah Di Desa Pinang, Kecamatan Cendana, Kabupaten Enrekang
sebagaimana penilaian responden menurut data sampel yang ada sudah
menunjukkan pada kategori yang telah memuaskan atau baik, oleh karena itu
perlu adanya dukungan-dukungan yang kuat dari Dinas Peternakan untuk
selalu mengontrol kelompok tani agar tetap berjalan sebagaimana mestinya dan
tercapainya penguatan lembaga pertanian peternakan melalui pembinaan
kelompok tani sebagai sebuah lembaga pemersatu sekaligus mampu
memberikan kontribusi secara ekonomis kepada semua anggotanya.
2 Untuk melaksanakan koordinasi dengan baik antara dinas peternakan dan
kelompok tani sapi perah perlu, adanya perhatian yang cukup agar hambatan
yang berupa bibit sapi yang tidak berkualitas, dan pemasaran hasil olahan susu
sapi yang berupa dangke bukan hanya warga daerah kabupaten Enrekang yang
mengetahui dan mengkomsumsinya.
3 Program SMD telah menciptakan lapangan kerja bagi tenaga kerja terdidik di
pedesaan dan peningkatan akses permodalan serta Iptek bidang peternakan
kepada masyarakat dan dalam implementasinya SMD telah mampu
64
melaksanakan kegiatan agribisnis sapi perah, bersama dengan kelembagaan
kelompok tani ternak binaannya. Kegiatan pemberdayaan kelembagan
kelompok dilakukan dengan cara memanfaatkan sumberdaya lokal dalam
bentuk usaha agribisnis penghasil susu sapi segar dan olahannya.
B. Saran
Sesuai kesimpulan yang dikemukakan diatas, maka peneliti menyarankan
beberapa langkah yang dapat dilakukan Dinas peternakan kabupaten Enrekang
dan anggota kelompok tani /SMD untuk kelancaran usaha ternak sapi perah antara
lain:
1. Pelaksanaan fungsi koordinasi dengan baik Dinas peternakan kabupaten
Enrekang dalam pemberdayaan kelompok tani sapi perah disarankan, agar
dalam pelaksanaan fungsi koordinasi lebih ditingkatkan lagi, baik dari
segi permodalan pengawasan, monitoring dan evaluasi, pemenuhan bibit,
dan pemasaran hasil olahan, sehingga dapat mensejahtrakan
kelompok/masyarakat secara menyeluruh.
2. Adanya peningkatan populasi ternak dan produksi susu sapi perah selama
berjalannya program pemberdayaan, sehingga disarankan agar dinas
peternakan selalu berkoordinasi dengan baik dan optimal, sehingga
peningkatan ini selalu dipertahankan dan dikembangan sebagai motivasi
bagi kelompok/masyarakat yang mata pencahariannya dibidang
peternakan, sehingga paradigma peternakan sapi yang awalnya hanya
dipandang sebagai pekerjaan sampingan di kalangan petani - peternak, kini
65
berubah menjadi pekerjaan utama karena peluang kesuksesannya sangat
besar.
3. Perlu menekankan kepada anggota kelompok agar ukuran hasil olahan
susu sapi perah dangke, ukuranya disamaratakan dan selalu
mensosialisasikan kepada masasyarakat luar daerah kabupaten Enrekang
akan hasil olahan susu sapi perah yang berupa dangke dengan mengajak
mengkomsumsinya, disisi lain memberi pemahaman kepada konsumen
bahwasanya bukan hanya olahan dangke hasil susu sapi perah tapi juga
bisa dijadikan krupuk.
4. Sekiranya masyarakat/kelompok dapat Mengoptimalkan pengunaan
limbah ternak sebagai biogas untuk menghemat penggunaan gas LPJ serta
diolah menjadi campuran pembuatan pupuk organik, untuk mengurangi
dampak polusi utamanya polusi udara dan pencemaran air bersih.
DAFTAR PUSTAKA
Abdurrahman, 2010. Hasil Evaluasi Program Pembangunan Peternakan Dan
Tinjauan Masa Depan Melalui Perspective Analysis. Dinas pertanian dan
kehutanan. http://disnaksulsel.com. Diakses pada tanggal 23 oktober 2011.
Aditya, T. 2009. Teori Pemberdayaan Dan Advokasi.Ghalia Indonesia, Jakarta
Darmawan, A. H. 2007. Pendekatan – Pendekatan Pembangunan Pedesaan dan
Pertanian: Klasik dan Kontemporer makalah disampaikan pada”
Apresiasi Perencanaan Pembangunan Pertanian daerah Bagi tenaga
Pemandu Teknologi Pendukung Prima Tani”, di Cisarua Bogor, 19-25
November 2006
Faisal, S. 2007. Format-Format Penelitian Sosial. PT. Raja Grafindo Persada,
Jakarta.
Hardiyanto. 2007. Komunikasi Pembangunan dan Pemberdayaan. Jurnal
transdisiplin sosiologi,komunikasi, dan ekologi manusia. Institut Pertanian
Bogor. Bogor. ISSN : 1978-4333.Vol. 01 No.03.
Hadisaputro. 1998. Modernisasi Usaha Tani sebagai Landasan Pembangunan
Pertanian. Yokyakarta: Kanisius
Handoko, T. Hani (2003), Manajemen. Edisi Kedua. Cetakan Kedelapan belas,
Yogyakarta: BPFE-Yogyakarta.
Hasibuan, Melayu S.P. 2002. Manajemen : Dasar, pengertian dan Masalah. Haji
Masagung, Jakarta.
Hendayana. 2008. Pemberdayaan Petani-Ternak menuju Kemandirian Melalui
Wahana Kelompok Usaha Bersama Agribisnis. Pusat Penelitian dan
Pengembangan Sosial Ekonomi Pertanian, Bogor. Med. Pertanian vol 24
No. 1
Hikmat, Harry, 2004. Strategi Pemberdayaan Masyarakat , Humaniora Utama.
Bandung
Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Ketiga, 2002, Pusat Bahasa Depertemen
Pendidikan Nasional. Balai Pustaka, Jakarta
Mardikanto dan Soebiato, 2012, Pemberdayaan Masyarakat Dalam Perspektif
Kebijakan Publik, Alfabeta cv, Bandung
Moejikat, 1994, Koordinasi (Suatu Tinjauan Teoritis). Mandar Maju Bandung.
Purwaka, T.A.H. 1997 Kebijaksanaan Pengelolaan Dan Pemanfaatan
sumberdaya Peternakan di ZEE Indonesia Bogor: ITK-IPB
Rasyaf, M. 1996. Manajemen Peternakan. Jakarta: Penebar Swadaya
Ruky. 2002. Sistem Manajemen Kinerja. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama
Sarwoto, 2002. Pengantar Manajemen, Bina Aksara, Jakarta
Santosa, U. 2008. Mengelola Peternakan Sapi Secara Profesional. Penebar
Swadaya,Jakarta.
Subejo dan Narimo, 2004, Metodologi Pendekatan Pemberdayaan Masyarakat,
Shor Paper Pada Kuliah Intensif memberdayaan Masyarakat pedesaaan,
Study.
Sugiyono, 2010. “ Metodologi Penelitian Kuantitatif, Kulitatif dan R&D”,
ALFABETA, cv. Bandung
Suharto, Edi. (2006). Membangun Masyarakat Memberdayakan Masyarakat:
Kajian Strategis Pembangunan Kesejahteraan Sosial dan Pekerjaan
Sosial. Bandung: PT. Refika Aditama
Sunyoto, Usman, 2012, Pembangunan Dan Pemberdayaan Masyarakat,
Pustaka Pelajar Offset, Yogyakarta.
Terry, G,R 2003, Manajemen, Erlangga, Jakarta.
Wirawan, S. 2003, Konsep Kemitraan Dan Pokok – Pokok Penyuluhan
Pertanian. Jakarta: Yasaguan
World Bank. 2001. Attacking Poverty with a thtree-pronged Strategy. Word
Bank Policy and Research Bulletin, Vol. 11 No4/Vol. No2 1 Oktober-
desember 2001.
World Bank. 2002. Empowerment and Poverty Reduction: A Sourcebook –
Draft.
Yudohoesodo, S. 2002, Modernisasi Pertanian : Kebutuhan Yang mendesak.
Dalam Pertanian Mandiri,Jakarta: Penebar Swadaya
Apri, Ustari 2008, Fungsi Koordinasi Antar Bidang Kerja Di Dinas Tenaga
Kerja Kota Makassar. Skripsi. Program Sarjana Universitas
Muhammadiyah Makassar.
Ditjennak (Direktorat Jenderal Peternakan). 2012. Pedoman Pelaksanaan
Sarjana Membangun Desa Tahun 2012. Direktorat Jenderal Peternakan
Departemen Pertanian, Jakarta. 53 hlm.
Deptan (Departemen Pertanian). 2010. Blue Print Program Swasembada Daging
Sapi Tahun 2014. Departemen Pertanian Republik Indonesia. 122 hlm.
Kementerian Pertanian, 02/ Permentan/OT. 140/2012 Tentang Pedoman
Pelaksanaan Bantuan Sosial, Tahun 2012
Peraturan Menteri Pertanian Nomor 14/Permentan/OT.140/1/2010 tanggal 22
Januari 2010 Tentang Pedoman Penyaluran Bantuan Sosial kepada
Petani Tahun Anggaran 2010
Peraturan Perundang-undangan, tafsiran luas dari alinea terahir dar UUD 1945,
dan PP. No 6 tahun 1988, Tentatang koordinasi dan Hubungan kerja.
Akses Internet
Di unduh dari http://aditia.blogspot.com/2009/03/koordinasi-dan-rentang-
manajemen.html Tanggal 21 september 2013, pukul 23.10 wita
Di unduh dari http://moru1.blogspot.com/2013/06/ Tanggal 21 september 2013,
pukul 23.40 wita
Di unduh dari http://tesisdisertasi.blogspot.com/2010/02/contoh-latar-belakang-
permasalahan.html Tanggal 25 september 2013, pukul 20.04 wita
Di unduh dari ,http://disnaksulsel.com.. Hasil Evaluasi Program Pembangunan
Peternakan Dan Tinjauan Masa Depan Melalui Perspective Analysis.
Dinas pertanian dan kehutanan provinsi Sulawesi Selatan. Diakses pada
tanggal 23 oktober 2011. Tanggal 28 september 2013, pukul 02.30 wita