18
87 Bab V Pilar Pendukung Pemberdayaan Masyarakat Desa Tlogoweru Apabila Bab IV merupakan pemaparan hasil penelitian lapangan berupa temuan empiris tentang bagaimana peranan para agen perubahan yang mampu menginspirasi dan memotivasi masyarakat desa Tlogoweru sehingga terjadi proses pemberdayaan masyarakat yang dapat menghasilkan kemajuan dalam pembangunan masyarakat mereka. Maka pada Bab ini, penulis melengkapinya dengan hasil penelitian lapangan berupa temuan empiris bagaimana para agen perubahan mampu menggalang partisipasi aktif dari masyarakat desa Tlogweru untuk mendukung pemberdayaan masyarakat dengan pilar- pilar pendukungnya, yaitu program pengembangan Sumber Daya Manusia (SDM) berupa program-program pelatihan ketrampilan praktis bagi masyarakat desa Tlogoweru yang diimplementasikan melalui Lembaga Pelatihan Kerja Swasta (LPKS). Bab ini mengulas enam kelompok atau bidang pelatihan ketrampilan sebagai tiang penopang pemberdayaan masyarakat desa Tlogoweru. Keenam ketrampilan tersebut adalah; ketrampilan jahit menjahit, ketrampilan komputer, ketrampilan pengembangan pertanian, ketrampilan pengembangan usaha peternakan sapi, ketrampilan penangkaran dan pembudidayaan burung Tyto Alba, dan ketramplan sablon. Dengan demikian bab ini diharapkan dapat menjadi rujukan bagi siapa saya yang berminat melakukan pemberdayaan masyarakat sehingga memiliki kemampuan lebih baik dalam hal meningkatkan partisipasi masyarakat melalui program-program ketrampilan praktis yang menjadi tiang penopang yang mendukung keberhasilan pemberdayaan masyarakat secara efektif.

Bab V Pilar Pendukung Pemberdayaan Masyarakat Desa …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13095/5/D_902007005_BAB V.pdf · pengembangan usaha peternakan sapi, ... yang mandiri

  • Upload
    lydien

  • View
    220

  • Download
    2

Embed Size (px)

Citation preview

87

Bab V

Pilar Pendukung Pemberdayaan Masyarakat

Desa Tlogoweru

Apabila Bab IV merupakan pemaparan hasil penelitian

lapangan berupa temuan empiris tentang bagaimana peranan para agen

perubahan yang mampu menginspirasi dan memotivasi masyarakat

desa Tlogoweru sehingga terjadi proses pemberdayaan masyarakat yang

dapat menghasilkan kemajuan dalam pembangunan masyarakat

mereka. Maka pada Bab ini, penulis melengkapinya dengan hasil

penelitian lapangan berupa temuan empiris bagaimana para agen

perubahan mampu menggalang partisipasi aktif dari masyarakat desa

Tlogweru untuk mendukung pemberdayaan masyarakat dengan pilar-

pilar pendukungnya, yaitu program pengembangan Sumber Daya

Manusia (SDM) berupa program-program pelatihan ketrampilan

praktis bagi masyarakat desa Tlogoweru yang diimplementasikan

melalui Lembaga Pelatihan Kerja Swasta (LPKS). Bab ini mengulas

enam kelompok atau bidang pelatihan ketrampilan sebagai tiang

penopang pemberdayaan masyarakat desa Tlogoweru. Keenam

ketrampilan tersebut adalah; ketrampilan jahit menjahit, ketrampilan

komputer, ketrampilan pengembangan pertanian, ketrampilan

pengembangan usaha peternakan sapi, ketrampilan penangkaran dan

pembudidayaan burung Tyto Alba, dan ketramplan sablon. Dengan

demikian bab ini diharapkan dapat menjadi rujukan bagi siapa saya

yang berminat melakukan pemberdayaan masyarakat sehingga

memiliki kemampuan lebih baik dalam hal meningkatkan partisipasi

masyarakat melalui program-program ketrampilan praktis yang

menjadi tiang penopang yang mendukung keberhasilan pemberdayaan

masyarakat secara efektif.

Pemberdayaan Masyarakat dalam Pembangunan Desa Tlogoweru

88

Program Pelatihan Ketrampilan di Lembaga Pelatihan Kerja

Swasta (LPKS) Sebagai Jawaban Atas Kebutuhan

Pengembangan SDM di Desa Tlogoweru

Sebagaimana diuraikan dalam Bab Pendahuluan, bahwa

pemberdayaan masyarakat yang efektif merupakan syarat yang harus

dipenuhi untuk mencapai keberhasilan dalam pembangunan

masyarakat, sebagaimana telah diungkapkan Ife dan Tesoriero (2008)

bahwa suatu pembangunan masyarakat (Community Development) dapat disebut berhasil dengan efektif apabila masyarakat dimana

pembangunan tersebut berlangsung telah dilengkapi pula dengan

pendidikan atau pembelajaran berupa ketrampilan-ketrampilan yang

akan melengkapi dan memampukan masyarakat setempat untuk

berpartisipasi aktif dalam menjalankan pembangunan masyarakat

tersebut. Gouzali (2000:596) lebih lanjut menegaskan bahwa:

“Pengembangan SDM (Sumber Daya Manusia) merupakan bagian yang harus dilaksanakan organisasi, agar pengetahuan (knowledge), kemampuan (ability), dan ketrampilan (skill) mereka sesuai dengan tuntutan pekerjaan yang mereka lakukan. Dengan kegiatan pengembangan ini, maka diharapkan dapat memperbaiki dan mengatasi kekurangan dalam melaksanakan pekerjaan dengan lebih baik, sesuai dengan perkembangan ilmu dan teknologi yang digunakan oleh organisasi.”

Adapun bentuk pengembangan SDM yang perlu diadakan

dalam rangka pemberdayaan masyarakat yang efektif tersebut meliputi,

antara lain: (1) Kemampuan untuk mendapatkan informasi, yaitu

berupa pembelajaran tentang bagaimana masyarakat memiliki akses

yang mandiri untuk memperoleh informasi yang mereka perlukan

dalam rangka pemenuhan kebutuhan pelatihan pemberdayaan

masyarakat. Informasi bisa berupa komunikasi langsung dengan para

tutor, internet atau media cetak dan buku-buku. (2) Keterampilan

kognitif yang tinggi, berupa pembelajaran yang memenuhi kriteria

pendidikan yang memadai. Pendidikan atau pelatihan yang dijalankan

haruslah berupa kurikulum atau program pelatihan yang konkrit dan

memadai sesuai dengan standard subyek pendidikan yang diberikan.

Pilar Pendukung Pemberdayaan Masyarakat Desa Tlogoweru

89

Dengan demikian setiap anggota masyarakat yang terlibat

berpartisipasi dalam pemberdayaan masyarakat tersebut mampu

memiliki ketrampilan-ketrampilan kognitif yang tinggi atau sesuai

dengan kriteria dan standard subyek pendidikan atau pelatihan yang

mereka terima. (3) Kemampuan menggunakan strategi dalam

memecahkan masalah, yakni ketrampilan praktis pemecahan solusi-

solusi dari problema-problema yang ada dalam proses pemberdayaan

masyarakat, antara lain; problema interaksi antar anggota masyarakat,

sikap dan budaya masyarakat, masalah-masalah teknis peralatan, atau

masalah hubungan kerja birokrasi, dllnya. (4) Kemampuan

menentukan tujuan yang ingin dicapai, berupa pembelajaran berupa

pendidikan atau pelatihan yang mencangkup pembekalan bagi setiap

peserta didik untuk memiliki dasar-dasar pengetahuan masalah

kepemimpinan dan manajemen umum, khususnya tentang

pengetahuan praktis dalam hal pemahaman tentang visi-misi, masalah

penetapan goal-setting dan strategi kerja. (5) Mengevaluasi hasil belajar

sendiri, yaitu memfasilitasi agar anggota masyarakat yang berpartisipasi

dalam proses pembelajaran harus pula mampu memiliki dasar-dasar

pembelajaran yang sustainable, yaitu pembelajaran yang melakukan

evaluasi atas kinerja suatu pelaksanaan program kerja. Dengan

demikian mereka akan mampu bertanggungjawab terhadap diri

sendiri, orang lain dan terhadap lingkungan hidup disekitar mereka. (6)

Adanya motivasi untuk belajar, berupa kegiatan belajar yang bukan

hanya menyangkut aspek fisik manusia, namun juga aspek kognitif

serta aspek mentalnya. Hal amat perlu, karena seringkali dalam proses

belajar-mengajar terjadi kejemuan atau bahkan stagnasi baik fisik

maupun mental peserta pendidikan. Sebab itu, peranan para tutor

pembelajaran memiliki peranan yang penting, mereka dituntut bukan

hanya sebagai penyampai materi-materi pendidikan, namun terlebih

lagi, mereka harus berperan sebagai para motivator kepada setiap

anggota masyarakat peserta pembelajaran tersebut. Dan (7) Adanya

kemampuan untuk memahami diri sendiri, berupa pendidikan atau

ketrampilan dasar tentang pengenalan diri, seperti; tingkat

intelegensia, kemampuan abstraksi, logika dan daya tangkap; Sikap

kerja, seperti ketekunan, ketelitian, tempo kerja dan daya tahan

Pemberdayaan Masyarakat dalam Pembangunan Desa Tlogoweru

90

terhadap stress; pelatihan lainnya adalah pembinaan kepribadian,

seperti memahami pola dari keseluruhan kemampuan, perbuatan dan

kebiasaan serta pengenalan pada temperamen dan karakter pribadi.

Dalam kasus pemberdayaan masyarakat di desa Tlogoweru,

kepentingan adanya pengembangan SDM menjadi isu yang serius

dalam proses pembangunan masyarakatnya. Hal ini terlihat dari

keberadaan gedung “Santosa” yang diresmikan oleh Bupati Demak, H.

Tafna Zani, pada 19 Juni 2010, sebagai tempat dimana LPKS “Sejahtera

Bersama” beroperasi.

Pembangunan gedung “Sentosa” sebenarnya merupakan

sebagai pemenuhan kebutuhan akan sebuah tempat pelatihan bagi

program pemberdayaan bagi para ibu-ibu desa Tlogoweru yang telah

diadakan pada pertengahan tahun 2009 yang disponsori oleh ibu

Elisabeth dengan mendatangkan seorang dua orang guru menjahit dari

Semarang. Tujuan dari pelatihan tersebut adalah memberi ketrampilan

bagi ibu-ibu agar dapat membuat pakaian bagi anak-anak mereka

sehingga bisa menghemat pengeluaran biaya keluarga. Pelatihan ini

pada awalnya diikuti oleh empat orang ibu kemudian setelah berjalan

sekitar tiga bulan mulai menarik minat dan diikuti oleh dua belas

peserta yang meliputi para ibu dan wanita muda, kemudian pelatihan

ditambah dengan pelatihan membaca menulis bagi anak-anak pra SD,

kemudian pelatihan komputer sebagai respon atas kebutuhan

pengembangan perkantoran desa. Dan oleh karena semakin banyaknya

peminat dalam pelatihan-pelatihan sebagai upaya pengembangan SDM

bagi pembangunan masyarakat desa Tlogoweru, maka pada akhir tahun

2009 dimulailah program pembelian lahan dan pembangunan gedung

“Santosa.” Dan proyek pembangunan tersebut dipercayakan kepada

Pak Hizkia Totok dibantu oleh pak Philip (alm), suami ibu Elisabeth

dan didukung oleh pak Soetedjo selaku kepada desa sebagai pelaksana

pembangunan hingga selesai dengan dana 120 juta rupiah yang didapat

dari donatur melalui tim Putri Sion Semarang.

Sejak peresmian gedung “Santosa” maka program-program

pelatihan yang dicanangkan oleh LPKS lebih berkembang, antara lain :

1) Pelatihan Ketrampilan Menjahit, 2) Pelatihan Ketrampilan

Pilar Pendukung Pemberdayaan Masyarakat Desa Tlogoweru

91

Komputer, 3) Pelatihan Ketrampilan Pertanian, 4) Pelatihan

Ketrampilan Peternakan, 5) Pelatihan Ketrampilan Pembudidayaan

burung Tyto Alba (Burung Hantu Jawa Serak), dan 6) Pelatihan

Ketrampilan Penyablonan.

Sumber: brosur LPKS

Gambar 5.1 Logo LPKS Desa Tlogoweru

Pelatihan Ketrampilan Menjahit

Pelatihan ketrampilan jahit-menjahit pada mulanya harus

dilaksanakan setiap hari Senin dan Rabu mulai dari pukul 9 pagi hingga

jam 2 siang bahkan seringkali hingga menjelang sore hari. Hal ini

disebabkan karena antusiasme warga masyarakat, khususnya remaja

putri dan ibu-ibu yang amat berhasrat untuk mampu terampil dalam

membuat baju-baju mencapai jumlah peserta sebanyak 97 orang.

Semua bahan dan peralatan jahit telah disediakan oleh ibu Elisabeth

dan timnya, sedangkan ibu Sri Suwarti memegang peranan sebagai

koordinator lapangannya.

Ketrampilan menjahit yang diajarkan adalah ketrampilan dasar

membuat pola pakaian hingga membuat sebuah pakaian yang cukup

modis. Semua peserta LPKS untuk pelatihan jahit ini tidak dipungut

biaya sepeserpun, namun sebagai rasa solidaritas timbal-balik, mereka

menyatakan kesiapannya dengan membantu LPKS jika mendapat

orderan pembuatan pakaian dengan tidak menerima upah harian/uang

makan. Ketrampilan yang cukup dibanggakan adalah hampir semua

Pemberdayaan Masyarakat dalam Pembangunan Desa Tlogoweru

92

peserta telah mampu membuat baju tidur, celana pendek, seragam

sekolah, seragam dinas, dan ketrampilan pengoperasian mesin obras.

Para pengajar atau tutor pelatihan jahit ini adalah para

sukarelawan dari anggota jemaat gereja-gereja di Semarang yang

berkompetensi dalam bidang ketrampilan jahit-menjahit, bahkan ada

dari antara pengajar adalah merupakan staff ahli utusan dari kalangan

pengusaha garmen untuk memberi pelatihan secara intensif. Adapun

materi pelatihan menjahit meliputi pengetahuan dasar menjahit: Pola

dasar wanita, Pembuatan busana wanita, seperti daster, blus, rok, kulot,

busana kerja wanita, baby dol.

Kemudian ketrampilan dasar menjahit, meliputi menjahit:

busana anak wanita, busana anak pria, pantalon, kemeja pria, busana

wanita, piyama. Pada pelatihan tingkat mahir, meliputi ketrampilan

menjahit: busana pesta wanita, pembuatan jas sederhana pria,

pembuatan busana kerja wanita sistem tailoring, dan pembuatan

busana daerah.

Sumber: Yusuf

Gambar 5.2 Suasana salah satu sudut pelatihan menjahit

Di samping para peserta pelatihan memiliki kemampuan

membuat pakaian untuk kebutuhan sendiri atau keluarga, hasil

pelatihan jahit-menjahit juga memotivasi ibu-ibu peserta didik untuk

membentuk kelompok kerja usaha konveksi skala kecil, yakni

menerima beberapa kodi pakaian seragam dari suatu perusahaan cat

tembok yang ada di kabupaten Demak.

Pilar Pendukung Pemberdayaan Masyarakat Desa Tlogoweru

93

Pelatihan Ketrampilan Komputer

Program kurikulum awal yang diterapkan di LPKS adalah

pelatihan dasar menjahit dan komputer. Namun pelatihan komputer

menyedot perhatian masyarakat secara spektakuler, yakni ada 143

warga yang mendaftarkan diri sebagai peserta didik untuk program

pendidikan kommputer yang terdiri dari pak kades Soetedjo pribadi

bersama hampir seluruh aparat anggota perangkat desa mulai dari

camat, kodim, danrem, segenap staff kantor kepala desa dan puluhan

kaum pemuda-pemudi. Sdr. Erik dipercaya sebagai koordinator bidang

pelatihan komputer sempat kewalahan berpontang-panting mengatur

jalannya pelatihan komputer, ungkapnya:

“saya sampai bingung bagaimana cara mengaturnya … ya jalan apa adanya, karena komputer ketika itu masih cuman 6 biji”.

Para pengajar atau tutor adalah sukarelawan dari anggota

jemaat beberapa gereja di Semarang yang memang mumpuni tentang

masalah perkomputeran. Sarana fisik berupa hardware komputer meja

semuanya disediakan dan didanai oleh ibu Elisabeth dan tim

pelayanannya. Adapun kurikulum dasar yang diterapkan adalah:

Modul 1: Pengenalan Komputer, meliputi; mengenal dasar-dasar

perangkat komputer, apa itu Sistem Operasi? (Windows), apa itu File,

Folder dan Directories, mengenal Port-port pada komputer.

Modul 2: pengenalan tentang Network dan Akses Internet, memahami

mesin pencari situs atau Website (misalnya: Google), bagaiman men-

Download dan meng-Instal Program, belajar Picture Editor (2 sesi).

Modul 3: pengenalan tentang apa dan teknik-teknik Email, membuat

pesan baru pada Email.

Modul 4: pengenalan tentang OS Windows dan Program Microsoft Word, dasar-dasar aplikasi Ms.Word (2 sesi), membuat dokumen di

Ms.Word (3 sesi), membuat surat dan kop surat perusahaan (3 sesi),

membuat Table (2 sesi).

Pemberdayaan Masyarakat dalam Pembangunan Desa Tlogoweru

94

Pelatihan komputer merupakan pelatihan yang transformatif,

karena dari hasil pelatihan inilah terlahirkanlah momentum baru bagi

pembangunan masyarakat desa Tlogoweru, karena dari pelatihan

pengetahuan dan aplikasi komputer tentang apa dan bagaimana

menjelajah dunia internet, pak kades Soetedjo berhasil menemukan

suatu terobosan dalam pemecahan masalah laten wabah hama tikus

yang sudah puluhan tahun menghantui masyarakat pertanian desa

Tlogoweru, yakni dengan ditemukannya situs tentang burung Tyto

Alba sebagai predator hama tikus.

Dari hasil pelatihan komputer ini pula, sistim kerja kantor

kepala desa mengalami pembenahan cara kerja administrasi ke arah

yang lebih efisien, karena semua data, pembuatan surat dan dokumen

dikerjakan dengan komputer. Dan oleh karena memiliki kemampuan

membuat presentasi dengan power point, maka pak Sumanto, selaku

sekretaris desa sering diundang untuk membawakan presentasi laporan

pembangunan di dusun-dusun sekitar. Pak Sumanto juga mulai mahir

dalam pembuatan desain situs blogspot Desa Tlogoweru (lihat:

tlogoweru.blogspot.com) sehingga mempermudah sosialisasi dan

publikasi berkenaan dengan program-program pembangunan desa

Tlogoweru.

Sumber: Yusuf

Gambar 5.3 Ruangan LPKS pelatihan komputer

Pilar Pendukung Pemberdayaan Masyarakat Desa Tlogoweru

95

Pelatihan Ketrampilan Pertanian

Masyarakat pertanian terutama anggota tani dari kelompok-

kelompok tani menerima pelatihan dan pendidikan intensif tentang

metode pertanian yang terbaru agar bisa mengolah tanah pertanian

dengan lebih benar dan lebih berproduktif secara maksimal. Pelatihan-

pelatihan yang diprogramkan berupa pendidikan intensif pengetahuan

dasar pertanian dari para pakar pertanian dari beberapa universitas di

Indonesia, termasuk salah satunya adalah dari UKSW Salatiga.

Pelatihan juga dijalankan melalui studi banding, program

lainnya adalah mendatangkan prakstisi pertanian dari lembaga-

lembaga penelitian dan pengembangan pertanian baik dari instansi

pemerintah maupun swasta yang berkompeten di bidang pertanian,

salah satunya adalah dari PT Sido Muncul.

Tujuan pelatihan, antara lain:

1) Menyediakan acuan pelaksanaan penanaman padi dan jagung

melalui pola pertumbuhan, pengembangan dan pemantapan

dengan pendekatan kawasan skala luas untuk mendukung

kegiatan peningkatan produksi panen padi dan jagung di desa

Tlogoweru;

2) Meningkatkan koordinasi dan keterpaduan pelaksanaan

penanaman padi dan jagung melalui pola pertumbuhan,

pengembangan dan pemantapan dengan pendekatan kawasan

skala luas, antara Pusat, Provinsi dan Kabupaten/Kota;

3) Meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan perubahan

sikap petani guna mempercepat penerapan komponen

teknologi tanaman padi dan jagung dalam usaha taninya agar

replikasi/penyebarluasan teknologi ke petani sekitarnya

berjalan lebih cepat;

4) Meningkatkan produktivitas, produksi dan pendapatan serta

kesejahteraan petani padi dan jagung.

Pemberdayaan Masyarakat dalam Pembangunan Desa Tlogoweru

96

Adapun sasaran pelatihan adalah:

1) Tersedianya acuan pelaksanaan tanaman padi dan jagung

melalui pola pertumbuhan, pengembangan dan pemantapan

dengan pendekatan kawasan skala luas untuk mendukung

kegiatan peningkatan produksi panen padi dan jagung di desa

Tlogoweru;

2) Terkoordinasinya dan terpadunya pelaksanaan penanaman padi

dan jagung melalui pola pertumbuhan, pengembangan dan

pemantapan dengan pendekatan kawasan skala luas antara

pusat, provinsi dan kabupaten / kota;

3) Meningkatnya pengetahuan, keterampilan dan sikap petani

sehingga penerapan adopsi teknologi tanaman padi dan jagung

berjalan lebih cepat, dan keberlanjutan serta replikasi ke areal

yang lebih luas dapat terwujud.

Sumber: Sumanto

Gambar 5.4 Studi banding ke perkebunan Sido Muncul

Pelatihan Ketrampilan Peternakan

Sebelum adanya LPKS, sebagian besar masyarakat desa

Tlogoweru, khususnya masyarakat petaninya tidak tertarik untuk

melakukan pemeliharaan hewan ternak apalagi berternak sapi. Hal ini

disebabkan oleh kondisi daerah yang amat kering ketika musim

kemarau dan mengalami kebanjiran jika musim penghujan, ditambah

pula dengan minimnya pengetahuan yang memadai tentang masalah

Pilar Pendukung Pemberdayaan Masyarakat Desa Tlogoweru

97

peternakan. Untuk memberi solusi permasalahan sosial inilah, maka

salah satu program LPKS adalah mengusahakan pelatihan peternakan,

yaitu dengan memberi sarana kepada para petani yang berkeinginan

untuk mengembangkan bidang peternakan, khususnya untuk

memelihara dan mengembangkan hewan ternak sapi.

Pak Kades Soetedjo dengan susah payah melakukan sosialisasi

tentang program LPKS yang memiliki program kerjasama memelihara

sapi milik LPKS dengan masyarakat, dimana nantinya dari hasil

penjualan sapi hasil peternakan bisa untuk membantu kesejahteraan

masyarakat.

Tujuan utama pelatihan peternakan LPKS adalah:

1) Meningkatkan penerapan teknologi tepat guna dalam usaha

budidaya ternak sapi potong;

2) Memotovasi tampilnya jiwa kewirausahaan kelompok tani

dalam pengembangan usaha ekonomi produktif yang berbasis

sapi potong (agribisnis);

3) Meningkatkan kemampuan kelembagaan peternak dalam

mengakses berbagai potensi sumber daya peternakan, sumber

permodalan dan peluang usaha;

4) Meningkatkan efisiensi dan efektifitas usaha budidaya ternak

sapi potong;

5) Meningkatkan kemampuan kelompok-kelompok tani dalam

memfasilitasi kebutuhan modal usaha (modal keuangan) bagi

para anggota kelompok-kelompok tani yang ada;

6) Meningkatkan produksi ternak sapi untuk memenuhi

permintaan kebutuhan konsumsi daging lokal maupun daerah

sekitar kabupaten;

7) Memacu pendayagunaan potensi lahan secara optimal dalam

rangka memenuhi kebutuhan konsumsi daging;

Pemberdayaan Masyarakat dalam Pembangunan Desa Tlogoweru

98

8) Meningkatkan kesejahteraan anggota kelompok dan

masyarakat pada umumnya di wilayah desa Tlogoweru melalui

penggemukan hewan ternak sapi;

9) Memberikan kesempatan kerja dan kesempatan berusaha

terhadap peternak dan masyarakat petani pada umumnya.

Dari program pelatihan ini, LPKS memiliki sasaran yang

hendak dapat dicapai dari pengembangan peternakan dan

penggemukan ternak sapi potong melalui pola pemberdayaan

kelompok masyarakat ini, antara lain:

1) Meningkatkan produksi dan produktifitas sapi potong;

2) Berkembangnya usaha kelompok-kelompok tani yang akan

meningkatkan pendapatan dan tercapainya kesejahteraan

kelompok-kelompok tani dan masyarakat pada umumnya;

3) Meningkatnya kemandirian kelompok-kelompok tani dan

masyarakat umum yang terlibat dalam pendidikan dan

pelatihan ketrampilan;

4) Terciptanya peluang usaha dan peningkatan ekonomi

perdesaan;

5) Terbangunnya lapangan kerja dan mengurangi angka pekerja

angkatan muda yang keluar desa ke kota-kota besar untuk

mencari pekerjaan.

Itulah sebabnya, LPKS berupaya dengan sekuat tenaga agar:

1) Peternak binaan LPKS akan lebih terampil dan profesional

dalam melakukan usaha budidaya hewan ternak sapi melalui

penerapan program tepat guna;

2) Peternak akan lebih memiliki kiat-kiat praktis untuk

meningkatkan populasi ternak sapi di wilayah pilot program

dari populasi sebelumnya; dan

3) Desa Tlogoweru akan mengembangkan potensinua untuk

membangun wadah kelompok-kelompok usaha peternakan

Pilar Pendukung Pemberdayaan Masyarakat Desa Tlogoweru

99

yang mandiri dan fungsional dalam konteks perdesaan yang

berbasis sumber daya lokal.

Kurikurulun pelatihan peternakan antara lain; para peternak

dibekali dengan ilmu pengetahuan dasar tentang susunan dan profil

biologis sapi dan kemudian pelatihan motivasi diri dan pengenalan

sistem peternakan yang lebih baru melalui pelatihan studi banding ke

beberapa peternakan yang telah sukses dalam mengimplementasikan

metode yang telah diajarkan. Di tempat studi banding ini, para

peternak mendapat penyuluhan intensif, setelah pulang dari pelatihan

studi banding, para peternak juga mendapat pelatihan tentang

bagaimana peningkatan kualitas dan kuantitas daging sapi.

Sumber: Sumanto

Gambar 5.5 Pak Kades Soetedjo turun tangan sendiri memberi makan

ternak sapi

Pelatihan Ketrampilan Penangkaran dan Pembudidayaan Burung Tyto

Alba

Pelatihan penangkaran dan pengembang biakan burung Tyto

Alba merupakan program pelatihan LPKS yang telah mencapai prestasi

tersendiri dalam sumbangsihnya untuk pembangunan masyarakat desa

Tlogoweru, khususnya dalam bidang pertanian. Program pelatihan ini

dimulai ketika tim Tyto Alba terbentuk setelah mereka kembali dari

pelatihan pembudidayaan burung Tyto Alba di dusun Munggur, desa

Giriharjo, kecamatan Ngrambe, Ngawi pada November 2009.

Pemberdayaan Masyarakat dalam Pembangunan Desa Tlogoweru

100

Kurikulum pelatihan antara lain; pengenalan fisik biologis,

habitat, dan kemampuan unik dari butung Tytto Alba. Kemudian

tentang bagaimana mendeteksi, mencari, menangkap, memelihara,

mengawinkan, membuat habitat sehingga bisa bertelor, merawat

anakan, hingga di tempatkan di rubuha-rubuha yang dipancang di area

persawahan agar bisa bisa berperan sebagai predator hama tikus.

Keberhasilan pelatihan pemberdayaan burung Tyto Alba di

LPKS tidak lepas dari peran Pak Pujo Arto selaku ketua tim Tyto Alba

sekaligus sebagai tutor dalam pelatihan di LPKS ini. Pak Pujo seorang

yang autodidak dalam mengembangkan pengetahuan tentang

penangkaran dan pembudidayaan burung Tyto Alba, berbekal dari

pengetahuan dasar pelatihan di Ngrambe dan melalui pengunduhan

pengetahuan pada situs-situs internet, ditambah dengan dedikasi total

pribadi atas waktu dan tenaganya, pak Pujo hari ini diakui memiliki

pengetahuan bukan hanya secara akademis namun terlebih lagi

pengetahuan pratika tentang segala hal berkenaan dengan burung Tyto

Alba.

“Saya pernah berdebat dengan seorang profesor biologi dari universitas ……. di Bandung yang sudah menulis tentang burung Tyto Alba, bukunya ada dijual di toko buku Gramedia. Saya buktikan bahwa teorinya salah tentang bagaimana mengenali jenis kelamin burung Tyto Alba …”1

Program pelatihan ini bukan saja bagi masyarakat setempat,

namun juga telah diminati dan dijalankan untuk beberapa tim instasi

baik dari swasta maupun pemerintahan daerah. Penulis pernah

mendapati dari daftar tamu yang disediakan di meja teras kantor kepala

desa, tercatat rombongan dari Kabupaten Sleman, Yogyakarta, sudah

13 kali belajar di LPKS. “Ada juga dari Surabaya, Jakarta, Medan, dan

paling jauh dari Kalimantan,” dijelaskan oleh pak Pujo ketika

menyebutkan beberapa nama daerah mana saja yang telah berkunjung

1 Karena alasan privasi terhadap buku tersebut yang ternyata salah, penulis tidak memuatkan perincian uraian tentang apa dan bagaimana cara mengenali jenis kelamin burung Tyto Alba.

Pilar Pendukung Pemberdayaan Masyarakat Desa Tlogoweru

101

untuk menimba ilmu praktika tentang metode pembasmian hama tikus

dengan predatornya adalah burung Tyto Alba.

Sumber: Soetedjo

Gambar 5.6 Sepasang burung Tyto Alba di Kandang Penangkaran

Pelatihan Ketrampilan Sablon

Salah satu bidang lain yang disentuh untuk peningkatan

pendapatan ekonomi masyarakat desa Tlogoweru yang dipikirkan oleh

bu Elisabeth melalui LPKS adalah pelatihan ketrampilan sablon untuk

diaplikasikan pada kaos dan media kertas.

Kurikulum pelatihan ketrampilan sablon yang diterapkan

adalah: Pengenalan alat sablon, teknik dan trik sablon manual,

pengetahuan dasar mengenali perbedaan sablon pada media (kaos,

kain, kertas, karton), teknik mencampur obat afdruk, praktek membuat

film sablon, penyinaran dengan lampu atau dengan matahari, teknik

tusir, pencetakan ke media/ merackel ke media, pembersihan screen

sablon, sablon dengan tinta timbul. Diawal penyelenggaraan pelatihan

ini, pak Robby Trijono, bersama dengan temannya pak Refi dari

Bandung sebagai tutor, selalu siap membantu dalam penyediaan segala

macam peralatan sablon yang dibutuhkan,

“kita seringkali klabakan untuk pembuatan sablon, mulai dari masalah daya listrik, lalu alat cetak sablon yang tidak cocok dengan matrasnya, … pendeknya mumet lah …” tegasnya.

Pemberdayaan Masyarakat dalam Pembangunan Desa Tlogoweru

102

Hasil karya ketrampilan sablon yang sudah jadi adalah

membuat kaos seragam untuk kepanitian acara lokal dan

memprosduksi 300 buah kaos oblong untuk souvenir dengan logo icon

burung Tyto Alba bertuliskan “Tlogoweru Desa Wisata”; “Tlogoweru

Desa Inovasi Burung Tyto alba” dan “Tlogoweru Owl Conservation.”

Kaos-kaos souvenir Tlogoweru ternyata cukup diminati oleh khalayak

pengunjung desa Tlogoweru, baik bagi mereka yang sedang dalam

rangka tugas belajar, kegiatan pemerintahan atau mereka yang sekedar

berwisata alam.

Sumber: LPKS

Gambar 5.7 Logo di kaos souvenir Tlogoweru

Catatan Penutup

LPKS desa Tlogoweru sebagai tiang pendukung pemberdayaan

masyarakat melalui pelatihan-pelatihan ketrampilannya tanpa disadari-

nya telah mampu menampilkan aspek-aspek dari suatu prinsip

mendasar atas suatu pembangunan yang berorientasi pada

pembangunan manusia (people-oriented development), yaitu

tertanamnya dan teraplikasikannya nilai-nilai kebersamaan (fairness), transparasi (disclosure and transparency), akuntabilitas (accountability)

dan pertanggungjawaban (responsibility) sehingga menghasilkan

pembangunan SDM bagi masyarakat yang bersangkutan (Siagian 1989).

Apa dan bagaimana yang telah dan akan terus dilakukan oleh

LPKS desa Tlogoweru merupakan suatu usaha praktik konkrit dari

pemberdayaan masyarakatnya, yakni suatu upaya yang didasarkan atas

dorongan luhur dari bu Elisabeth dan anggota timnya yang didukung

Pilar Pendukung Pemberdayaan Masyarakat Desa Tlogoweru

103

penuh oleh pak kades Soetedjo beserta segenap perangkat pemerin-

tahan desa, untuk meningkatkan harkat martabat setiap anggota

masyarakat dari kondisi yang lemah mengangkat diri dari perangkap

kemiskinan, sehingga pernah berpredikar sebagai Desa Tertinggal,

sampai mampu untuk menjadi masyarakat yang mandiri.

Pengalaman proses dalam pemberdayaan masyarakat desa

Tlogoweru menyatakan suatu dimensi lain dari suatu usaha

pemberdayaan masyarakat, yaitu bahwa bukan saja hal ini

meningkatkan taraf kehidupan ekonomi, melainkan juga secara

implisit membuka wawasan penegakan demokrasi ekonomi, yakni

kedaulatan masyarakat di bidang ekonomi, dimana kegiatan ekonomi

yang berlangsung adaah kegiatan ekonomi oleh rakyat dan untuk

rakyat.

Dengan demikian, masyarakat adalah pelaku utama dari

pembangunan masyarakatnya, sedangkan pihak pemeritah (birokrasi)

berperan sebagai mitra masyarakat yang membantu untuk

mengarahkan, membimbing dan menciptakan iklim sosial yang

konduktif dalam membangun bersama melalui partsisipasi

masyarakatnya.

Sumber: Yusuf

Gambar 5.8 Contoh jadwal pelatihan pada tahun 2012

Keberhasilan pemberdayaan masyarakat desa Tlogoweru dalam

sektor pengembangan SDM melalui LPKS diakui oleh Kepala

Kecamatan Guntur, Bapak Moh. Syahrie ketika beliau memberi

Pemberdayaan Masyarakat dalam Pembangunan Desa Tlogoweru

104

sambutan pada Temu Penyuluh Tingkat Propinsi Jawa Tengah, pada 24

September 2012,

“Keberadaan LPKS amat strategis bagi pembangunan masyarakat bukan saja bagi penduduk desa Tlogoweru, tetapi juga bagi penduduk kecamatan Guntur dan kecamatan-kecamatan lainnya di kabupaten Demak ini”