42
KONSEP PENYAKIT HIPOTIROID 1. 1. Defenisi Hipotiroidime merujuk pada kondisi yang dikarakteristikakan oleh tak disekresikannya hormon-hormon tiroid. Ini dimanifestasikan dengan pelambatan semua fungsi tubuh dan mental secara umum (Barbara:568). Hipotiroidime merupakan keadaan yang ditandai dengan terjadinya hipofungsi tiroid yang berjalan lambat dan diikuti oleh gejala-gejala kegagalan tiroid. Keadaan ini terjdai akibat kadar hormon tiroid dibawah nilai optimal (Brunner&Suddarth:1299). Hipotiroid adalah penurunan sekresi hormon kelenjar tiroid sebagai akibat kegagalan mekanisme kompensasi kelenjar tiroid dalam memenuhi kebutuhan jaringan tubuh akan hormon-hormon tiroid . (Hotma Rumahorbo S.kep,1999) 2. Tipe Ada beberapa tipe hipotiroidime : a. Hipotiroidime primer (tiroidal) Hipotiroidime primer (tiroidal) ini mengacu kepada difungsi kelenjer tiroid itu sendiri. Lebih dari 95% penderita hipotiroidime mengalami hipotiroidime tipe ini. b. Hipotiroidime sentral (hipotiroidime sekunder/pituitaria) Adalah disfungsi tiroide yang disebabkan oleh kelenjer hipofisis, hipolatamus, atau keduanya. c. Hipotiroidime tertier (hipotalamus) Ditimbulkan oleh kelainan hipotalamus yang mengakibatkan sekresi TSH tidak adikuat aktibat penurunan stimulasi TRH. d. Kretinisme Adalah difisiensi tiroid yang diderita saat lahir. Pada keadaan ini, ibu mungkin juga menderita difisiensi tiroid. e. Miksedema Adalah penumpukan mukopolisakarida dalam jaringan supkutan dan intersisial lainnya. Meskipun meksedema terjadi pada hipotiroidime yang sudah berlangsung lama dan bera,

Konsep penyakit hipotiroid

Embed Size (px)

Citation preview

KONSEP PENYAKIT HIPOTIROID

1. 1. Defenisi

Hipotiroidime merujuk pada kondisi yang dikarakteristikakan oleh tak disekresikannya

hormon-hormon tiroid. Ini dimanifestasikan dengan pelambatan semua fungsi tubuh dan

mental secara umum (Barbara:568).

Hipotiroidime merupakan keadaan yang ditandai dengan

terjadinya hipofungsi tiroid yang berjalan lambat dan diikuti oleh gejala-gejala kegagalan

tiroid. Keadaan ini terjdai akibat kadar hormon tiroid dibawah nilai optimal

(Brunner&Suddarth:1299).

Hipotiroid adalah penurunan sekresi hormon kelenjar tiroid sebagai akibat kegagalan

mekanisme kompensasi kelenjar tiroid dalam memenuhi kebutuhan jaringan tubuh akan

hormon-hormon tiroid . (Hotma Rumahorbo S.kep,1999)

2. Tipe Ada beberapa tipe hipotiroidime :

a. Hipotiroidime primer (tiroidal)

Hipotiroidime primer (tiroidal) ini mengacu kepada difungsi kelenjer tiroid itu sendiri. Lebih

dari 95% penderita hipotiroidime mengalami hipotiroidime tipe ini.

b. Hipotiroidime sentral (hipotiroidime sekunder/pituitaria)

Adalah disfungsi tiroide yang disebabkan oleh kelenjer hipofisis, hipolatamus, atau

keduanya.

c. Hipotiroidime tertier (hipotalamus)

Ditimbulkan oleh kelainan hipotalamus yang mengakibatkan sekresi TSH tidak adikuat

aktibat penurunan stimulasi TRH.

d. Kretinisme

Adalah difisiensi tiroid yang diderita saat lahir. Pada keadaan ini, ibu mungkin juga

menderita difisiensi tiroid.

e. Miksedema

Adalah penumpukan mukopolisakarida dalam jaringan supkutan dan intersisial lainnya.

Meskipun meksedema terjadi pada hipotiroidime yang sudah berlangsung lama dan bera,

istilah tersebut hanya dapat digunakan untuk menyatakan gejala ekstrim pada hipotiroidime

yang berat (Brunner&Suddarth:1300).

3. Etiologi

Penyebab hipotiroidime yang paling sering ditemukan pada orang dewasa adalah tiroiditis

otoimun (tiroiditis hashimoto), dimana sistem imun menyerang kelenjer tiroid. Gejala

hipertiroidime dan kemudian dapat diikuti oleh gejala hipotiroidime dan miksedema.

Hipotiroidime juga sering terjadi pada pasien dengan riwayat hipertiroidime yang

mengalami terapi radioiodium, pembedahan, atau preparat antitiroid. Kejadian ini paling

sering ditemukan pada wanita lanjut usia. Terapi radiasi untuk penanganan kanker kepala dan

leher kini semakin sering menjadi penyebab hipotiroidime pada lansia laki-laki. Karena itu,

pemeriksaan fungsi tiroid diajurkan bagi semua pasien yang menjalani terapi tersebut

(Brunner&Suddarth:1300).

Asuhan Keperawatan Hipotiroid

1. Definisi

Hipotiroidime merujuk pada kondisi yang dikarakteristikakan oleh tak disekresikannya

hormon-hormon tiroid. Ini dimanifestasikan dengan pelambatan semua fungsi tubuh dan

mental secara umum (Barbara:568).

Hipotiroidime merupakan keadaan yang ditandai dengan terjadinya hipofungsi tiroid yang

berjalan lambat dan diikuti oleh gejala-gejala kegagalan tiroid. Keadaan ini terjdai akibat

kadar hormon tiroid dibawah nilai optimal (Brunner&Suddarth:1299).

Hipotiroid adalah penurunan sekresi hormon kelenjar tiroid sebagai akibat kegagalan

mekanisme kompensasi kelenjar tiroid dalam memenuhi kebutuhan jaringan tubuh akan

hormon-hormon tiroid . (Hotma Rumahorbo S.kep,1999)

2. Tipe Ada beberapa tipe hipotiroidime :

a. Hipotiroidime primer (tiroidal)

Hipotiroidime primer (tiroidal) ini mengacu kepada difungsi kelenjer tiroid itu sendiri. Lebih

dari 95% penderita hipotiroidime mengalami hipotiroidime tipe ini.

b. Hipotiroidime sentral (hipotiroidime sekunder/pituitaria)

Adalah disfungsi tiroide yang disebabkan oleh kelenjer hipofisis, hipolatamus, atau

keduanya.

c. Hipotiroidime tertier (hipotalamus)

Ditimbulkan oleh kelainan hipotalamus yang mengakibatkan sekresi TSH tidak adikuat

aktibat penurunan stimulasi TRH.

d. Kretinisme

Adalah difisiensi tiroid yang diderita saat lahir. Pada keadaan ini, ibu mungkin juga

menderita difisiensi tiroid.

e. Miksedema

Adalah penumpukan mukopolisakarida dalam jaringan supkutan dan intersisial lainnya.

Meskipun meksedema terjadi pada hipotiroidime yang sudah berlangsung lama dan bera,

istilah tersebut hanya dapat digunakan untuk menyatakan gejala ekstrim pada hipotiroidime

yang berat (Brunner&Suddarth:1300).

3. Etiologi

Penyebab hipotiroidime yang paling sering ditemukan pada orang dewasa adalah tiroiditis

otoimun (tiroiditis hashimoto), dimana sistem imun menyerang kelenjer tiroid. Gejala

hipertiroidime dan kemudian dapat diikuti oleh gejala hipotiroidime dan miksedema.

Hipotiroidime juga sering terjadi pada pasien dengan riwayat hipertiroidime yang mengalami

terapi radioiodium, pembedahan, atau preparat antitiroid. Kejadian ini paling sering

ditemukan pada wanita lanjut usia. Terapi radiasi untuk penanganan kanker kepala dan leher

kini semakin sering menjadi penyebab hipotiroidime pada lansia laki-laki. Karena itu,

pemeriksaan fungsi tiroid diajurkan bagi semua pasien yang menjalani terapi tersebut

(Brunner&Suddarth:1300).

Penyebab hipotiroidime yang lain :

a. Tiroidtis limfositik kronik (tiroiditis hashimoto)

b. Atrofi kelenjer tiroid yang menyertai proses penuaan

c. Terapi untuk hipertiroidime:

1) Lodium redioaktif

2) tiroidektomi

d. Obat-obatan:

1) Litium

2) Senyawa iodium

e. Radiasi pada kepala dan leher untuk penanganan kenker kepala dan leher, limfoma

f. Penyakit infiltratif pada tiroid (amiloidosis,skleroderma)

g. Defisiensi dan kelebihan iodium

(Brunner&Suddarth:1300)

4. Tanda dan gejala

Tanda dan Gejala lain nya :

• rasa capek

• intoleransi trhadap dingin

• kulit terasa kering

• bicara lamban

• muka seperti bengkak

• rambut alis mata lateral rontok

• dimensia

• dispnea

• suara serak

• otot lembek

• depresi • obtipasi

• edema ekstremitas

• kesemutan pendenagaran kurang

• anoreksia

• nervositas

• kuku mudah patah

• nyeri otot

• menorrahgia

• nyeri sendi

• angina pektoris

• dismenore

• eksolfamos

Tanda klinik

• kulit kering

• gerak lamban

• edema wajah

• kulit dingin

• fase relaksasi refleks acchilles menurun

• biacara lamban

• lidah tebal • suara serak

• kulit pucat

• otot lembek, kurang kuat

• obesitas

• endema ferifer

• bradikardi

• suhu rendah

5.Manifestasi Klinis

• Edema periorbita

• wajah seperti bulan ( moon face ) wajah kasar

• suara serak

• pembesaran leher

• lidah tebal

• sensitifitas terhadap opioid dan transkuilizer meningkat

• ekspresi wajah kosong, lemah

• haluan urine menurun

• anemi

• mudah berdarah

6. Patofisiologi

Iodium merupakan semua bahan utama yang dibutuhkan tubuh untuk pembentukan hormon

tyroid. Bahan yang mengandung iodium diserap usus, masuk ke dalam sirkulasi darah dan

ditangkap paling banyak oleh kelenjar tyroid. Dalam kelenjar, iodium dioksida menjadi

bentuk yang aktif yang distimuler oleh Tiroid Stimulating Hormon kemudian disatukan

menjadi molekul tiroksin yang terjadi pada fase sel koloid. Senyawa yang terbentuk dalam

molekul diyodotironin membentuk tiroksin (T4) dan molekul yoditironin (T3). Tiroksin (T4)

menunjukkan pengaturan umpan balik negatif dari sekresi Tiroid Stimulating Hormon dan

bekerja langsung pada tirotropihypofisis, sedang tyrodotironin (T3) merupakan hormon

metabolik tidak aktif. Beberapa obat dan keadaan dapat mempengaruhi sintesis, pelepasan

dan metabolisme tyroid sekaligus menghambat sintesis tiroksin (T4) dan melalui rangsangan

umpan balik negatif meningkatkan pelepasan TSH oleh kelenjar hypofisis. Keadaan ini

menyebabkan pembesaran kelenjar tyroid.( Hotma Rumahorbo,1999)

7. Pemeriksaan Diagnostik

1. Pemeriksaan T3 dan T4 serum

Jika kadar TSH meningkat, maka T3 dan T4 menurun sehingga terjadi hipotiroid

2. Pemeriksaan TSH

Diproduksi kelenjar hipofise merangsang kelenjar tiroid untuk membuat dan mengeluarkan

hormon tiroid. Saat kadar hormon tiroid menurun, maka TSH akan menurun. Pemeriksaan

TSH menggunakan uji sensitif merupakan scirining awal yang direkomendasikan saat

dicurigai penyakit tiroid. Dengan mengetahui kadar TSH, maka dapat dibedakan anatara

pasien hipotiroid,hipertiroid dan orang normal. Pada dasar nya TSH nrmal dapat

menyingkirkan penyakit tiroid primer.

Kadar TSH meningkat sehingga terjadi hipotiroid.

3. Pemeriksaan USG dan scan tiroid

Memberikan informasi yang tepat tentang ukuran serta bentuk kelenjar tiroid dan nodul.

(Hotma Rumahorbo, 1999)

8. Pentalaksanaan

Tujuan primer penatalaksaan hipotioidisme adalah memulihkan metabolisme pasien kembali

kepada keadaan metabolik normal dengan cara mengganti hormon yang hilang. Levotiroksin

sintetik (Synthroid atau Levothroid) merupakan preparat terpilih untuk pengobatan

hipotiroidisme dan supresi penyakit goiter nontoksik.

Yang perlu diperhatikan adalah :

a. Dosis awal

b. Cara menaikan dosis tiroksin

Tujuan pengobatannya :

a. Meringankan keluhan dan gejala

b. Menormalkan metabolisme

c. Menormalkan TSH

d. Membuat T3 dan T4 normal

e. Menghindari komplikasi dan resiko

Beberapa prinsip dapat digunakan dalam melaksakanan subsitusi:

a. Makin berat hipotiroidisme, makin rendah dosisi awal dan makin landai meningkatan

dosis.

b. Geriatri dengan angina pektoris, CHF, gangguan irama, dosis harus hati-hati.

Tiroksin dianjurkan minum pagi hari dalam keadaan peru kosong dan tidak bersama bahan

lain yang menggangu serapan usus. Contohnya pada penyakit sindrom malabsorsi, short

bowel sindrome, sirosis, obat (sukralfat, alluminium hidroksida, kolestiramin, formula

kedele, sulfat, ferosus, kalsium kalbronat dll) ( Aru W. sudoyo:1939).

Penatalaksanaan medis umum lainnya :

a. Farmakoligi:

- Penggantian hormon tiroid seperti natrium levotiroksin(synthoroid), natrium liotironin

(cytomel).

b. Diet rendah kalori (Barbara Endang:569)

ASUHAN KEPERAWATAN

HIPOTIROID

1. PENGKAJIAN

a. Identitas pasien : nama, umur, jenis kelamin, pekerjaan, alamat, dll.

b. Keluhan utama : sesak nafas, sulit menelan, pembengkakan pada leher, pasien nampak

gelisah, tidak mau makan

c. Riwayat kesehatan sekarang :

- rasa capek

- intoleransi terhadap dingin

- kulit terasa kering

- bicara lamban

- dimensia

- dispnea

- suara serak

- sulit menelan

- gangguan haid : menorrhagia dan amenore

- rambut rontok dan menipis

- kulit tebal karena penumpukan mukopolisakarida dalam jaringan sub cutan

- pasien sering mengeluh dingin walaupun dalam keadaan hangat

d. riwayat kesehatan dahulu :

- riwayat hipertiroidime yang mengalami terapi radioiodium

- riwayat pembedahan atau preparat antitiroid

- riwayat Penyakit infiltratif pada tiroid

- riwayat kekurangan iodium

e. riwayat kesehatan keluarga :

- tidak ada anggota keluarga yang sakit.

f. Pemeriksaan fisik:

1. Sistem integumen seperti kulit dingin, pucat , kering, bersisik dan menebal,pertumbuhan

kuku buruk, kuku menebal, rambut kering, kasar, rambut rontok dan pertumbuhannya rontok.

2. Sistem pulmonari seperti hipoventilasi, pleural efusi, dispnea

3. Sistem kardiovaskular seperti bradikardi, disritmia, pembesaran jantung, toleransi terhadap

aktifitas menurun, hipotensi.

4. Metabolik seperti penurunan metabolisme basal, penurunan suhu tubuh, intoleransi

terhadap dingin.

5. Sistem muskuloskeletal seperti nyeri otot, kontraksi dan reaksasi otot yang melambat.

6. Sistem neurologi seperti fungsi intelektual yang lambat, berbicara lambat dan terbata-bata,

gangguan memori, perhatian kurang, letargi atau somnolen, bingung, hilang pendengaran,

parastesia, penurunan refleks tendom.

7. Gastrointestinal seperti aanoreksia, peningkatan berat badan, obstipasi, distensi abdomen.

8. Sistem reproduksi, pada wanita: perubahan menstruasi seperti amenore atau masa

menstruasi yang memanjang, infertilitas, onovulasi dan penurunan libido. Pada pria:

penurunan libidi dan impotensia.

9. Psikologis dan emosional ; apatis, igitasi, depresi, paranoid, menarik diri, perilaku

maniak(Hetma:52).

g. Pemeriksaan Penunjang :

- T3 dan T4 serum

Jika kadar TSH meningkat, maka T3 dan T4 menurun sehingga terjadi hipotiroid

- Pemeriksaan TSH

Saat kadar hormon tiroid menurun, maka TSH akan menurun. Pemeriksaan TSH

menggunakan uji sensitif merupakan scirining awal yang direkomendasikan saat dicurigai

penyakit tiroid. Dengan mengetahui kadar TSH, maka dapat dibedakan anatara pasien

hipotiroid,hipertiroid dan orang normal. Pada dasar nya TSH nrmal dapat menyingkirkan

penyakit tiroid.

Kadar TSH meningkat sehingga terjadi hipotiroid.

- Pemeriksaan USG

Memberikan informasi yang tepat tentang ukuran serta bentuk kelenjar tiroid dan nodul.

h. Analisa data:

1. Gangguan persepsi sensori (penglihatan) b.d gangguan transmisi impus sensorik sebagai

akibat oftalmopati

Data yang didapat : fungsi intelektual yang lambat, berbicara lambat dan terbata-bata,

gangguan memori, perhatian kurang, letargi atau somnolen, bingung, hilang pendengaran,

parastesia, penurunan refleks tendom.

2. Penurunan curah jantung b.d penurunan volume sekuncup sebagai akibat bradikardi,

hipotensi.

Data yang didapat : bradikardi

Disritmia

Pembesaran jantung

Hipotensi

3. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d penurunan kebutuhan metabolisme,

napsu makan menurun.

Data yang didapat : anoreksia

Obtipasi

Distensi abdomen

Hemoglobin menurun

Dingin,pucat,kering,bersisik dan menebal

Pertumbuhan kuku buruk, kuku menebal

4. Pola nafas tidak efektif b.d penurunan tenaga/ kelelahan, ekspansi paru yang menurun,

dispnea.

Data yang didapat : hipoventilasi

Dispnea

Efusi pleural

2. DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Gangguan persepsi sensori (penglihatan) b.d gangguan transmisi impus sensorik sebagai

akibat oftalmopati

2. Penurunan curah jantung b.d penurunan volume sekuncup sebagai akibat bradikardi,

hipoventilasi.

3. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d penurunan kebutuhan metabolisme:

napsu makan menurun.

3. INTERVENSI

Dx 1. Gangguan persepsi sensori (penglihatan) b.d gangguan transmisi impus sensorik

sebagai akibat oftalmopati

Tujuan : klien tidak mnegalami penurunan visus yang lebih buruk dan tidak terjadi

trauma/cedera pada mata

Intervensi ;

1. Anjurkan pada klien bila tidur dengan posisi elevasi kepala

2. Basahi mata dengan borwater steril

3. Jika ada photophobia, anjurkan klien mengguanakan kacamata rayben

4. Jika klien tidak dapat menutup mata rapat pada saat tidur, gunakan plester non alergi

5. Berikan obat-obatan steroid sesuai program. Pada kasus-kasus yang berat, biasanya dokter

memberikan oabat-obat untuk mengurangi edema seperti steroid dan diuretik.

Dx 2. Penurunan curah jantung b.d penurunan volume sekuncup sebagai akibat bradikardi,

hipoventilasi.

Tujuan : fungsi kardiovaskuler tetap optimal ditandai dengan tekanan darah,irama jantung

dalam batas normal.

Intervensi :

1. Pantau tekanan darah, denyut dan irama jantung setiap 2 jam untuk mengindikasi

kemungkinan terjadinya gangguan hemodinamik jantung seperti hipotensi, penurunan

haluaran urine dan perubahan status mental.

2. Anjurkan klien untuk memberitahu perawat segera bila klien mengalami nyeri dada, karena

pada klien dengan hipotiroid kronik dapat berkembang arteiosklerosis arteri koronaria.

3. Kolaboras pemberian obat-obatan untuk mengurangi gejal-gejal.

Oabat yang sering diguanakn adalah levotyroxine sodium.

Observasi dengan ketat adanya nyeri dada dan dispnea. Pada dosis awal pemebrian obat

biasanya dokter memberikan dosis minimal yang ditingkatkan secara bertahap setiap 2 – 3

minggu sampai diemukan dosis yang tepat untuk pemeliharaan.

4. Ajarkan kepada klien dan keluarga cara pengguaan obat serta tanda-tanda yang harus

diwaspai bila terjadi hipertiroid akiabt penggunaan oabt yang berlebihan.

Dx 3. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d penurunan kebutuhan metabolisme:

napsu makan menurun.

Tujuan : nutrisi klien dapat terpenuhi dengan kriteria : berat badan bertambah,tekstur kulit

baik.

Intervensi :

1. Dorong peningkatan asupan cairan

2. Berikan makanan yang kaya akan serat

3. Ajarkan kepada klien, tentang jenis -jenis makanan yang banyak mengandung air.

4. Pantau fungsi usus

5. Dorong klien untuk meningkatkan mobilisasi dalam batas-batas toleransi latihan.

6. Kolaborasi : untuk pemberian obat pecahar dan enema bila diperlukan

4. IMPLEMENTASI

Pelaksanaan keperawatan merupakan perwujudan dari rencana keperawatan yang telah

dirumuskan dalam rangka memenuhi kebutuhan pasien secara optimal dengan menggunakan

keselamatan, keamanan dan kenyamanan pasien. Dalam melaksanakan keperawatan, haruslah

dilibatkan tim kesehatan lain dalam tindakan kolaborasi yang berhubungan dengan pelayanan

keperawatan serta berdasarkan atas ketentuan rumah sakit.

5. EVALUASI

tingkat keberhasilan dari asuhan keperawatan yang telah dilaksanakan.

Dari rumusan seluruh rencana keperawatan serta impelementasinya, maka pada tahap

evaluasi ini akan difokuskan pada :

1. Apakah jalan nafas pasien efektif?

2.Apakah pasien telah mengerti tentang proses penyakitnya serta tindakan perawatan dan

pengobatannya?

3. Apakah kebutuhan nutrisi pasien telah terpenuhi?

4. apakah tekanan darah, detak dan irama jantung pasien normal?

5. apakah integritas kulit pasien baik? http://luviony.blogspot.com/2011/06/asuhan-keperawatan-hipotiroid.html

ANATOMI FISIOLOGI KELENJAR TIROID

Kelenjar tiroid dibungkus mengitari bagian depan dari trachea bagian atas, kelenjar ini terdiri

dari 2 lobus dihubungkan oleh itsmus. Kelenjar ini diperdarahi dari arteri tiroid superior dan

inferior. Tiroid terbentuk atas masa kosong yang berbentuk folikel. Setiap folikel mempunyai

dinding satu sel tebal dan mengandung koloid seperti jeli.

Lapisan sel-sel folikel mempunyai kemampuan yang sangat besar dalam mengekstrasi iodin

dari dalam darah dan menggabungkannya dengan tirosin asam amino, untuk membentuk

suatu hormon tri-iodotironin (T3) aktif. Sebagian tiroksin yang kurang aktif juga dibentuk.

Tiroksin (T4) diiubah menjadi tri-iodotironin (T3) di dalama tubuh. Senyawa ini dan

intermediat tertentu disimpan dalam koloid dari folikel. Penyimpanan ini penting, karena

iodin mungkin tidak terdapat didalam diet. Dimana dalam keadaan ini kelenjar tiroid akan

membesar yang disebut Goiter

Mekanisme pembentukan hormon Tiroid

Pembentukan hormon tiroid dimulai dari aktivitas hipotalamus yang menghasilkan Thyroid

Releasing Hormone (TRH). TRH akan menstimulasi Hipofisis anterior untuk menghasilkan

Thyroid Stimulating Hormon (TSH). TSH akan menstimulasi pembentukan T3 dan T4

dalam folikel dengan menggabungkan iodin dalam darah dan tirosin asam amino.

Pembentukan TSH dihambat oleh tingginya kadar hormon tiroid.

Hormon tiroid meningkatkan laju metabolik dari semua jaringan, mungkin dengan

meningkatkan sintesa enzim pernafasan dalam sel.

GANGGUAN PADA THYROID

Terdapat 3 kelainan tiroid :

a. Pembesaran tiroid (goiter)

b. Hipotiroid

c. Hpertiroid

Goiter

Merupakan pembesaran pada tiroid karena suatu keadaan tertentu.

Etiologi dari goiter antara lain adalah adalah defisiensi yodium atau gangguan kimia intra

tiroid. Akibat gangguan ini kapasitas kelenjar tiroid untuk mensekresikan tiroksin terganggu,

mengakibatkan peningkatan kadar TSH dan hiperplasian serta hipertrofi folikel-folikel

tiroid.

Hipotiroid

Merupakan keadaan yang ditandai dengan terjadinya hipofungsi tiroid yang berjalan lambat

dan diikuti oleh gejala-gejala kegagalan tiroid. Keadaan ini terjadi akibat kadar hormone

tiroid berada dibawah nilai optimal.

Hipotiroid dibagi menjadi 3 tipe:

Hipotiroid primer : kerusakan pada kelenjar tiroid

Hipotiroid sekunder: akibat defisiensi sekresi TSH oleh hipofisis

Hipotiroid Tersier : Akibat defiensi sekresi TRH oleh hipotalamus

Etiologi

• Hipothyroid primer

– Kelainan kongenital (cretinisme)

– Kelainan sintesis hormone

– Defisiensi iodine prenatal dan postnatal

– Obat-obat antithyroid

– Terapi pembedahan atau radioaktif pada hyperthyroid

• Hipothyroid sekunder (kelainan pituitari)

– Penurunan stimulasi normal kelenjar thyroid, akibat malfungsi hipofise.

• Hipothyroid tertier (kelainan hipothalamus)

– Hipotalamus gagal memproduksi TRH sehingga sekresi TSH menjadi rendah.

Patofisiologi

• Kelenjar thyroid membutuhkan iodine untuk sintesis dan sekresi hormone thyroid.

• Produksi hormon thyroid tergantung sekresi TSH oleh hipofise anterior dan ingesti iodine

yang adekuat.

• Hipotalamus juga mengatur sekresi TSH melalui sistem feedback negative.

• Jika seseorang kekurangan diet iodine atau produksi hormon thyroid terhambat, maka akan

terjadi pembesaran thyroid untuk mengkompensasi defisiensi hormonal.

• Pembesaran kelnjar thyroid juga sebagai respon terhadap peningkatan TSH.

Manifestasi Klinis

Kardiovaskuler :

– Penurunan HR + penurunan SV = penurunan CO

– Kebutuhan oksigen miokardium menurun

– Peningkatan tahanan vaskuler perifer

– Hiperlipidemia

– Hiperkolestrolemia

Hematologi :

– Anemia

Pernapasan :

– Penurunan transportasi oksigen

– Hiperkapnea

– Kelemahan otot pernapasan

– Dyspnea

Ginjal :

– Retensi cairan

– Penurunan output urine

– Hiponatremi dilusi

– Penurunan produksi eritropoetin

• Gasterointestinal :

– Penurunan peristaltik

– Anoreksia

– Peningkatan BB

– Konstipasi

– Penurunan metabolisme protein

– Peningkatan lipid serum

– Uptake glukosa lambat

– absorbsi glukosa lambat

• Muskuloskeletal :

– Nyeri yang berpindah-pindah

– Kejang otot

– Pergerakan lambat

– Peningkatan densitas tulang

– Penurunan pembentukan tulang

• Integumen :

– Kulit kering dan bersisik

– Rambut mudah dicabut

– Kuku kaku

– Edema periorbital

– Tidak tahan terhadap dingin

• Endokrine :

– Thyroid membesar atau normal

• Neurologi :

– Penurunan refleks tendon

– Fatigue

– Somnolen

– Bicara lambat

– Apati, depresi, paranoia

– Gangguan memori jangka pendek

– Letargi

• Reproduksi :

– Wanita : menorragia, anovulasi, mensturasi tidak teratur, penurunan libido

– Pria : penurunan libido, impoten.

• Lain-lain :

– mixedema. (Penurunan kecepatan metabolisme drastis, hipoventilasi yang menyebabkan

asidosis respiratori, hipotermi, dan hipotensi)

Asuhan Keperawatan

Pengkajian

– Tentukan adanya tanda-tanda yang menunjukkan penurunan kecepatan metabolisme.

– Kaji riwayat diet, khususnya intake iodine.

– Tanyakan adanya riwayat pengobatan hiperthyroid sebelumnya seperti pembedahan atau

radioaktif iodine atau obat antithyroid.

– Observasi tanda-tanda hipothyroid.

Masalah Keperawatan.

1. Perubahan nutrisi : lebih dari kebutuhan tubuh s.d. penurunan metabolisme tubuh.

Implementasi : Diet rendah kalori hingga berat badan stabil atau ideal.

2. Intoleransi aktifitas s.d. kelemahan dan apati, sekunder penurunan kecepatan metabolisme.

Implementasi :

• Batasi aktifitas.

• Tingkatkan aktifitas fisik dan mental secara bertahap, bila telah memperoleh hormone

thyroid.

3. Konstipasi s.d. penurunan peristaltik.

Implementasi

• Dorong untuk lebih banyak aktifitas

• Berikan minum 6-8 gelas air setiap hari

• Tingkatkan diet tinggi serat : buah-buahan segar, sayuran, dll.

• Stool softener

4. Resiko tinggi gangguan integritas kulit s.d. edema dan kulit kering

Implementasi :

• Monitor sakrum, cocyx, skapula, daerah tertekan lain terhadap kerusakan jaringan.

• Rubah posisi secara teratur

• Tempatkan pada tempat tidur dengan penekanan minimal.

5. Hipotermia s.d. penurunan kecepatan metabolisme

Implementasi :

• Tempatkan pada lingkungan yang nyaman dan hangat.

• Bila perlu, selimut ekstra atau penghangat

http://ameliatandigiling.blogspot.com/2012/05/normal-0-false-false-false-en-us-x-none.html

ASKEP HIPOTIROID

BAB II

TINJAUAN TEORITIS HIPOTIROID

2.1 Definisi

Hipotiroid adalah suatu kondisi yang dikarakteristikan oleh produksi hormon tiroid yang rendah.

Ada banyak kekacauan-kekacauan yang berakibat pada hipotiroid. Kekacauan-kekacauan ini

mungkin langsung atau tidak langsung melibatkan kelenjar tiroid. Karena hormon tiroid

mempengaruhi pertumbuhan, perkembangan, dan banyak proses-proses sel, hormon tiroid yang

tidak memadai mempunyai konsekuensi-konsekuensi yang meluas untuk tubuh.

2.2 Etiologi

Hipotiroid adalah suatu kondisi yang sangat umum. Diperkirakan bahwa 3% sampai 5% dari

populasi mempunyai beberapa bentuk hipotiroid. Kondisi yang lebih umum terjadi pada wanita dari

pada pria dan kejadian-kejadiannya meningkat sesuai dengan umur.

Dibawah adalah suatu daftar dari beberapa penyebab-penyebab umum hipotiroid pada orang-

orang dewasa diikuti oleh suatu diskusi dari kondisi-kondisi ini.

a. Hashimoto's thyroiditis

b. Lymphocytic thyroiditis (yang mungkin terjadi setelah hipertiroid)

c. Penghancuran tiroid (dari yodium ber-radioaktif atau operasi)

d. Penyakit pituitari atau hipotalamus

e. Obat-obatan

f. Kekurangan yodium yang berat

2.3 Jenis-jenis Hipotiroid

Lebih dari 95% penderita hipotiroid mengalami hipotiroid primer atau tiroidal yang mengacu

kepada disfungsi kelenjar tiroid itu sendiri. Apabila disfungsi tiroid disebabkan oleh kegagalan

kelenjar hipofisis, hipotalamus atau keduanya hipotiroid sentral (hipotiroid sekunder) atau pituitaria.

Jika sepenuhnya disebabkan oleh hipofisis hipotiroid tersier.

a. Primer

1. Goiter : Tiroiditis Hashimoto, fase penyembuhan setelah tiroiditis, defisiensi yodium

2. Non-goiter : destruksi pembedahan, kondisi setelah pemberian yodium radioaktif atau radiasi

eksternal, agenesis, amiodaron

b. Sekunder : kegagalan hipotalamus (↓ TRH, TSH yang berubah-ubah, ↓ T4 bebas) atau kegagalan

pituitari (↓ TSH, ↓ T4 bebas)

2.4 Gejala- gejala hipotiroid

Gejala-gejala hipotiroid adalah seringkali tidak kelihatan. Mereka tidak spesifik (yang berarti

mereka dapat meniru gejala-gejala dari banyak kondisi-kondisi lain) dan adalah seringkali

dihubungkan pada penuaan. Pasien-pasien dengan hipotiroid ringan mungkin tidak mempunyai

tanda-tanda atau gejala-gejala. Gejala-gejala umumnya menjadi lebih nyata ketika kondisinya

memburuk dan mayoritas dari keluhan-keluhan ini berhubungan dengan suatu perlambatan

metabolisme tubuh.

Gejala-gejala umum sebagai berikut:

a. Kelelahan

b. Depresi

c. Kenaikkan berat badan

d. Ketidaktoleranan dingin

e. Ngantuk yang berlebihan

f. Rambut yang kering dan kasar

g. Sembelit

h. Kulit kering

i. Kejang-kejang otot

j. Tingkat-tingkat kolesterol yag meningkat

k. Konsentrasi menurun

l. Sakit-sakit dan nyeri-nyeri yang samar-samar

m. Kaki-kaki yang bengkak

Ketika penyakit menjadi lebih berat, mungkin ada bengkak-bengak disekeliling mata, suatu

denyut jantung yang melambat, suatu penurunan temperatur tubuh, dan gagal jantung. Dalam

bentuknya yang amat besar, hipotiroid yang berat mungkin menjurus pada suatu koma yang

mengancam nyawa (miksedema koma). Pada seorang yang mempunyai hipotiroid yang berat, suatu

miksedema koma cenderung dipicu oleh penyakit-penyakit berat, operasi, stres, atau luka trauma.

Kondisi ini memerlukan opname (masuk rumah sakit) dan perawatan segera dengan hormon-

hormon tiroid yang diberikan melalui suntikan di diagnosis secara benar, hipotiroid dapat dengan

mudah dan sepenuhnya dirawat dengan penggantian hormon tiroid. Pada sisi lain, hipotiroid yang

tidak dirawat dapat menjurus pada suatu pembesaran jantung (cardiomyopathy), gagal jantung yang

memburuk, dan suatu akumulasi cairan sekitar paru-paru (pleural effusion).

2.5 Patofisiologi

Hipotiroid dapat disebabkan oleh gangguan sintesis hormon tiroid atau gangguan pada respon

jaringan terhadap hormon tiroid. Sintesis hormon tiroid diatur sebagai berikut :

1. Hipotalamus membuat Thyrotropin Releasing Hormone (TRH) yang merangsang hipofisis anterior.

2. Hipofisis anterior mensintesis thyrotropin (Thyroid Stimulating Hormone = TSH) yang merangsang

kelenjar tiroid.

3. Kelenjar tiroid mensintesis hormon tiroid (Triiodothyronin = T3 dan Tetraiodothyronin = T4 =

Thyroxin) yang merangsang metabolisme jaringan yang meliputi: konsumsi oksigen, produksi panas

tubuh, fungsi syaraf, metabolisme protrein, karbohidrat, lemak, dan vitamin-vitamin, serta kerja

daripada hormon-hormon lain.

Hipotiroid dapat terjadi akibat malfungsi kelenjar tiroid, hipofisis, atau hipotalamus. Apabila

disebabkan oleh malfungsi kelenjar tiroid, maka kadar HT yang rendah akan disertai oleh

peningkatan kadar TSH dan TRH karena tidak adanya umpan balik negatif oleh HT pada hipofisis

anterior dan hipotalamus.

Apabila hipotiroid terjadi akibat malfungsi hipofisis, maka kadar HT yang rendah disebabkan oleh

rendahnya kadar TSH. TRH dari hipotalamus tinggi karena. tidak adanya umpan balik negatif baik

dari TSH maupun HT. Hipotiroid yang disebabkan oleh malfungsi hipotalamus akan menyebabkan

rendahnya kadar HT, TSH, dan TRH.

2.6 Gambaran Klinis

a. Kelambanan, perlambatan daya pikir, dan gerakan yang canggung lambat

b. Penurunan frekuensi denyut jantung, pembesaran jantung (jantung miksedema), dan penurunan

curah jantung.

c. Pembengkakkan dan edema kulit, terutama di bawah mata dan di pergelangan kaki

d. Penurunan kecepatan metabolisme, penurunan kebutuhan kalori, penurunan nafsu makan dan

penyerapan zat gizi dari saluran cema

e. Konstipasi

f. Perubahan-perubahan dalam fungsi reproduksi

g. Kulit kering dan bersisik serta rambut kepala dan tubuh yang tipis dan rapuh

2.7 Pemeriksaan Diagnostik

a. Untuk mendiagnosis hipotiroidisme primer, kebanyakan dokter hanya mengukur jumlah TSH

(Thyroid-stimulating hormone) yang dihasilkan oleh kel. hipofisis.

b. Level TSH yang tinggi menunjukkan kelenjar tiroid tidak menghasilkan hormon tiroid yg adekuat

(terutama tiroksin(T4) dan sedikit triiodotironin(fT3).

c. Tetapi untuk mendiagnosis hipotiroidisme sekunder dan tertier tidak dapat dgn hanya mengukur

level TSH.

d. Oleh itu, uji darah yang perlu dilakukan (jika TSH normal dan hipotiroidisme masih disuspek), sbb:

1. free triiodothyronine (fT3)

2. free levothyroxine (fT4)

3. total T3

4. total T4

5. 24 hour urine free T3

2.8 Penatalaksanaan Medis dan Komplikasi

Koma miksedema adalah situasi yang mengancam nyawa yang ditandai oleh eksaserbasi

(perburukan) semua gejala hipotiroidisme termasuk hipotermi tanpa menggigil, hipotensi,

hipoglikemia, hipoventilasi, dan penurunan kesadaran hingga koma. Kematian dapat terjadi apabila

tidak diberikan HT dan stabilisasi semua gejala. Dalam keadaan darurat (misalnya koma miksedem),

hormon tiroid bisa diberikan secara intravena.

Hipotiroidisme diobati dengan menggantikan kekurangan hormon tiroid, yaitu dengan

memberikan sediaan per-oral (lewat mulut). Yang banyak disukai adalah hormon tiroid buatan T4.

Bentuk yanglain adalah tiroid yang dikeringkan (diperoleh dari kelenjar tiroid hewan).

Pengobatan pada penderita usia lanjut dimulai dengan hormon tiroid dosis rendah, karena dosis

yang terlalu tinggi bisa menyebabkan efek samping yang serius. Dosisnya diturunkan secara

bertahap sampai kadar TSH kembali normal. Obat ini biasanya terus diminum sepanjang hidup

penderita.

Pengobatan selalu mencakup pemberian tiroksin sintetik sebagai pengganti hormon tiroid.

Apabila penyebab hipotiroidism berkaitan dengan tumor susunan saraf pusat, maka dapat diberikan

kemoterapi, radiasi, atau pembedahan.

Contoh Kasus : Seorang wanita, usia 28 tahun, BB 40 kg, TB 160 cm, Riwayat penyakit: dua

tahun yang lalu pasien pernah melakukan pengobatan di Puskesmas dengan keluhan ada benjolan di

leher depan dan nyeri tekan, pasien juga merasakan dada sering berdebar-debar dan badannya

tetap kurus.

Hasil pemeriksaan fisik jantungnyaa membesar, nadi <60 kali/menit, matanya exofthalmus,

benjolan di leher, dan rasa nyeri. Pemeriksaan laboratorium TSH <0,004µIU/ml, FT4 20µg/dl, FT3

15pg/dl . Kemudian oleh dokter disarankan untuk melakukan pemeriksaan iodium radioaktif dan

fineddle aspiration biopsy (FNAB).

BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN

3.1 Pengkajian

Dampak penurunan kadar hormon dalam tubuh sangat bervariasi, oleh karena itu lakukanlah

pengkajian terhadap ha1-ha1 penting yang dapat menggali sebanyak mungkin informasi antara lain:

a. Identitas pasien :

- Nama : Ny. Mona

-Umur : 28 tahun

-Jenis kelamin : Perempuan

-Pekerjaan : Pegawai swasta

-Berat badan : 40 kg

-Tinggi badan : 160 cm

b. Keluhan utama :

-Sesak nafas

-Sulit menelan

-Pembengkakan dan rasa nyeri pada leher

-Pasien nampak gelisah

- Pasien tidak nafsu makan

-Rasa capek/lelah

-Pasien intoleran terhadap dingin

-Sembelit

c. Riwayat kesehatan :

- Pernah melakukan pengobatan 2 tahun lalu dengan keluhan terdapat benjolan di leher depan dan nyeri saat ditekan.

d. Kebiasaan hidup sehari-hari seperti:

1. Pola makan

-Mengkonsumsi makanan yang kadar yodiumnya rendah, dan nafsu makan menurun

2. Pola tidur

-Pasien sering tidur larut malam

3. Pola aktivitas

-Pasien terlalu memforsir pekerjaan sehingga sering mengeluh kelelahan

e. Pemeriksaan fisik mencakup :

1) Sistem intergument, seperti : kulit dingin, pucat , kering, bersisik dan menebal,pertumbuhan kuku

buruk, kuku menebal, rambut kering, kasar, rambut rontok dan pertumbuhannya rontok.

2) Sistem pulmonary, seperti : hipoventilasi, pleural efusi, dispenia

3) Sistem kardiovaskular, seperti : bradikardi, disritmia, pembesaran jantung, toleransi terhadap

aktifitas menurun, hipotensi.

4) Metabolik, seperti : penurunan metabolisme basal, penurunan suhu tubuh, intoleransi terhadap

dingin.

5) Sistem musculoskeletal, seperti : nyeri otot, kontraksi dan relaksasi otot yang melambat.

6) Sistem neurologi, seperti : fungsi intelektual yang lambat, berbicara lambat dan terbata-bata,

gangguan memori, perhatian kurang, bingung, hilang pendengaran, penurunan refleks tendom.

7) Gastrointestinal, seperti : anoreksia, peningkatan berat badan, obstipasi, distensi abdomen.

8) Psikologis dan emosional ; apatis, igitasi, depresi, paranoid, menarik diri/kurang percaya diri, dan

bahkan maniak.

f. Pemeriksaan Penunjang :

1) Pemeriksaan kadar T3 dan T4 pada pasien yaitu : Kadar T3 15pg/dl, dan kadar T4 20µg/dl.

2) Pemeriksaan TSH (pada klien dengan hipotiroidisme primer akan terjadi peningkatan TSH serum,

sedangkan pada yang sekunder kadar TSH dapat menurun atau normal) : Kadar TSH pada pasien

tersebut yaitu <0,005µIU/ml,

g. Pemeriksaan USG : Pemeriksaan ini bertujuan untuk memberikan informasi yang tepat tentang

ukuran dan bentuk kelenjar tiroid dan nodul h.

h. Analisis Data :

1) Gangguan persepsi sensorik (penglihatan) berdasarkan gangguan transmisi impuls sensorik sebagai

akibat oftalmopati

-Data yang didapat : fungsi intelektual yang lambat, berbicara lambat dan terbata-bata, gangguan

memori, perhatian kurang, bingung, hilang pendengaran, parastesia, penurunan refleks tendom.

2) Penurunan curah jantung berdasarkan penurunan volume sekuncup sebagai akibat bradikardi,

hipotensi.

- Data yang didapat : bradikardi, disritmia, pembesaran jantung dan hipotensi.

3) Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berdasarkan penurunan kebutuhan metabolisme,

dan napsu makan yang menurun.

-Data yang didapat : anoreksia, obtipasi, distensi abdomen, hemoglobin menurun, dingin, pucat,

kering, bersisik dan menebal, pertumbuhan kuku buruk, serta kuku menebal.

4) Pola nafas tidak efektif berdasarkan penurunan tenaga/ kelelahan, ekspansi paru yang menurun,

dispnea.

- Data yang didapat : hipoventilasi, dispenia, efusi pleural

3.2 Diagnosa Keperawatan

a. Gangguan persepsi sensorik (penglihatan) berdasarkan gangguan transmisi impuls sensorik sebagai

akibat oftalmopati.

b. Penurunan curah jantung berdasarkan penurunan volume sekuncup sebagai akibat bradikardi, dan

hipoventilasi.

c. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berdasarkan penurunan kebutuhan metabolisme:

napsu makan menurun.

d. Intoleran aktivitas berhubungan dengan kelelahan dan penurunan proses kognitif.

e. Perubahan suhu tubuh.

f. Konstipasi berhubungan dengan penurunan gastrointestinal

g. Pola napas tidak efektif berhubungan dengan depresi ventilasi

h. Perubahan pola berpikir berhubungan dengan gangguan metabolisme dan perubahan status

kardiovaskuler serta pernapasan.

3.3 Intervensi

Dx 1. Gangguan persepsi sensorik (penglihatan) berdasarkan gangguan transmisi impuls sensorik

sebagai akibat oftalmopati.

Tujuan : agar pasien tidak mengalami penurunan visus yang lebih buruk dan tidak terjadi

trauma/cedera pada mata.

Intervensi :

1. Anjurkan pada pasian bila tidur dengan posisi elevasi kepala.

2. Basahi mata dengan borwater steril.

3. Jika ada photophobia, anjurkan pasien menggunakan kacamata rayben

4. Jika pasien tidak dapat menutup mata rapat pada saat tidur, gunakan plester non alergi.

5. Berikan obat-obatan steroid sesuai program. Pada kasus-kasus yang berat, biasanya dokter

memberikan obat-obat untuk mengurangi edema seperti steroid dan diuretik.

Dx 2. Penurunan curah jantung berdasarkan penurunan volume sekuncup sebagai akibat bradikardi,

hipoventilasi.

Tujuan : agar fungsi kardiovaskuler tetap optimal yang ditandai dengan tekanan darah, dan irama

jantung dalam batas normal.

Intervensi :

1. Pantau tekanan darah, denyut dan irama jantung setiap 2 jam untuk mengindikasi kemungkinan

terjadinya gangguan hemodinamik jantung seperti hipotensi, penurunan pengeluaran urine dan

perubahan status mental.

2. Anjurkan pasien untuk memberitahu perawat segera bila pasien mengalami nyeri dada, karena pada

pasien dengan hipotiroid kronik dapat berkembang arteiosklerosis arteri koronaria.

3. Kolaborasi pemberian obat-obatan untuk mengurangi gejalah-gejalah.

Obat yang sering digunakan adalah levotyroxine sodium.

Observasi dengan ketat adanya nyeri dada dan dispenia. Pada dosis awal pemberian obat biasanya

dokter memberikan dosis minimal, yang kemudian ditingkatkan secara bertahap setiap 2 – 3 minggu

sampai ditemukan dosis yang tepat untuk pemeliharaan.

4. Ajarkan kepada pasien dan keluarga cara penggunaan obat serta tanda-tanda yang harus diwaspadai

bila terjadi hipertiroid akibat penggunaan obat yang berlebihan.

Dx 3. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berdasarkan penurunan kebutuhan

metabolisme dan napsu makan menurun.

Tujuan : agar nutrisi pasien dapat terpenuhi dengan kriteria : berat badan bertambah,tekstur kulit

baik.

Intervensi :

1. Dorong peningkatan asupan cairan

2. Berikan makanan yang kaya akan serat

3. Ajarkan kepada klien, tentang jenis -jenis makanan yang banyak mengandung air.

4. Pantau fungsi usus

5. Dorong klien untuk meningkatkan mobilisasi dalam batas-batas toleransi latihan.

6. Kolaborasi : untuk pemberian obat pecahar dan enema bila diperlukan

Dx 4. Intoleran aktivitas berhubungan dengan kelelahan dan penurunan proses kognitif.

Tujuan : agar pasien dapat beristirahat.

Intervensi :

1. Atur interval waktu antar aktivitas untuk meningkatkan istirahat dan latihan yang dapat ditolerir.

2. Bantu aktivitas perawatan mandiri ketika pasien berada dalam keadaan lelah.

3. Berikan stimulasi melalui percakapan dan aktifitas yang tidak menimbulkan stress.

4. Pantau respon pasien terhadap peningkatan aktivitas.

Dx 5. Penurunan Suhu Tubuh.

Tujuan : Pemeliharaan suhu tubuh normal.

Intervensi :

1. Berikan tambahan lapisan pakaian atau tambahan selimut.

2. Hindari dan cegah penggunaan sumber panas dari luar (misalnya, bantal pemanas, selimut listrik

atau penghangat).

3. Pantau suhu tubuh pasien dan melaporkan penurunannya dari nilai dasar suhu normal pasien.

4. Lindungi terhadap hawa dingin dan hembusan angin.

Dx 6. Konstipasi berhubungan dengan penurunan gastrointestinal.

Tujuan : Pemulihan fungsi usus yang normal.

Intervensi :

1. Dorong peningkatan asupan cairan.

2. Berikan makanan yang kaya akan serat.

3. Ajarkan kepada pasien, tentang jenis -jenis makanan yang banyak mengandung air.

4. Pantau fungsi usus

5. Dorong pasien untuk meningkatkan mobilisasi dalam batas-batas toleransi latihan.

6. Kolaborasi : untuk pemberian obat pencahar dan enema bila diperlukan.

Dx 7. Pola napas tidak efektif berhubungan dengan depresi ventilasi.

Tujuan : Perbaikan status respirasi dan pemeliharaan pola napas yang normal.

Intervensi :

1. Pantau frekuensi; kedalaman, pola pernapasan; oksimetri denyut nadi dan gas darah arterial.

2. Dorong pasien untuk napas dalam dan batuk.

3. Berikan obat (hipnotik dan sedatip) dengan hati-hati.

4. Pelihara saluran napas pasien dengan melakukan pengisapan dan dukungan ventilasi jika diperlukan.

Dx 8. Perubahan pola berpikir berhubungan dengan gangguan metabolisme dan perubahan status

kardiovaskuler serta pernapasan.

Tujuan : Perbaikan proses berpikir

Intervensi :

1. Orientasikan pasien terhadap waktu, tempat, tanggal dan kejadian disekitar dirinya.

2. Berikan stimulasi lewat percakapan dan aktifitas

3. Jelaskan kepada pasien dan keluarga bahwa perubahan pada fungsi kognitif dan mental merupakan

akibat dan proses penyakit .

3.4 Pertanyaan

1. Jenis makanan apa yang dapat menyebabkan (yang dihindari) hipotiroid ?

Jawaban : Makanan yang dapat menyebabkan hipotiroid yaitu makanan yang berjenis goitrogen, hal

ini dapat mengganggu fungsi kerja tiroid dan dapat memicu terjadinya pembesaran kelenjar tiroid

(gondok). Tidak semua jenis makanan goitrogen yang harus dihindari penderita hipotiroid, namun

ada dua jenis makanan goitrogen, antara lain : a) Kacang kedelai, karena kacang kedelai

mengandung kadar isoflavon yang tinggi. b) Glutein, ditemukan dalam biji-bijian, seperti gandum,

barley, rye, dan oat. Selain itu juga makanan yang mengandung goitrogen yaitu brokoli, kembang

kol, dan kubis brussel.

2. Jelaskan proses penurunan gastrointestinal pada hipotiroid ?

Jawaban : Gondok adalah pembesaran kelenjar tiroid. Pada defisiensiyodiurn terjadi gondok

karena sel-sel tiroid menjadi aktif berlebihan

dan hipertrofik dalarn usaha untuk menyerap sernua yodium yang

tersisa dalam darah. Kadar HT yang rendah akan disertai kadar TSH

dan TRH yang tinggi karena minimnya umpan balik. Kekurangan

yodium jangka panjang dalam makanan, menyebabkan pembesaran

kelenjar tiroid yang kurang aktif (hipotiroidisme goitrosa). Karena

sebab-sebab yang telah dijelaskan maka akan terjadi gangguan

metabolisme. Dengan adanya gangguan metabolisme ini,

menyebabkan produksi ADP dan ATP akan menurun sehingga

menyebabkan kelelahan serta terjadinya penurunan fungsi pernapasan

yang berujung pada depresi ventilasi dan timbul dispenia, kemudian

pada tahap lebih lanjut kurangnya jumlah ATP dan ADP dalam tubuh

juga berdampak pada sistem sirkulasi tubuh terutama jantung karena

suplai oksigen ke jantung ikut berkurang dan terjadilah bradikardi,

disritrmia dan hipotensi. Gangguan pada sistem sirkulasi juga dapat

menyebabkan gangguan pada sistem neurologis yaitu berupa terjadinya

gangguan kesadaran karena suplai oksigen yang menurun ke otak.

Selain itu gangguan metabolisme juga menyebabkan gangguan

pada fungsi gastrointestinal dan pada akhirnya dapat menyebabkan

menurunnya fungsi peristaltik usus sehingga menimbulkan konstipasi

(susah BAB). Metabolisme yang terganggu juga berdampak pada

turunnya suhu tubuh karena produksi kalor yang menurun sehingga

terjadi intoleransi suhu dingin.

3. Sebutan lain dari penyakit hipotiroid ?

Jawaban: Penyakit hiptiroid disebut juga dengan penyakit Hashimoto’s thyroiditis (radang

tiroid/gondok), dimana system imun/antibody penderita hipotiroid akan menyerang dan

memusnahkan sendiri tiroid tersebut. Hal ini menyebabkan penurunan HT disertai peningkatan

kadar TSH dan TRH akibat umpan balik negatif yang minimal. Penyebab lain yaitu karena pengobatan

terhadap hipertiroid, akibat hormon tiroid yang terlalu tinggi atau obat-obatan lain.

4. Pemberian obat yang dianjurkan dan dihindari oleh penderita hipotiroid ?

Jawaban : Dari berbagai macam jenis obat, salah satu dari dua obat-obatan yang tersedia dipasaran

dan di anjurkan yaitu: Obat-obatan obat-obatan yang yang mengandung hormon tiroid atau dapat

merangsang produksi hormon tiroid, seperti ; obat Levothyroxine yang mana dipasaran sedia dengan

nama Euthyrox Merck. Selain itu, ada juga obat Tefor. Pemberian antara obat-obat tersebut selisih

minimal 4 jam. Dalam pemberian obat hipotiroid ini harus perut dalam kedaaan kosong. Sedangkan

obat-obatan yang harus dihindari yaitu obat-obatan yang mengandung zat besi atau antasid, hal ini

karena dapat mengganggu penyerapan. Obat-obatan tersebut antara lain : Mehimazole (Tapazole),

Propylthiouracil (PTU). Selain itu obat-obatan yang harus di hindari oleh bayi yauitu obat PTU.

Diposkan oleh Silvia Hidayanti di 12:23

http://silviahidayantiaskep.blogspot.com/2012/01/askep-hipotiroid.html

BAB 1

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Kelenjar tiroid merupakan kelenjar yang mempertahankan tingkat metabolisme di

berbagai jarinan agar optimal sehingga mereka berfungsi normal. Hormon tiroid merangsang

konsumsi oksigen pada sebagian besar sel di tubuh , membantu mengatur metabolisme lemak

dan karbohidrat, dan penting untuk pertumbuhan dan pematangan normal.

Kelenjar tiroid tidak esensial bagi kehidupan, tetapi ketiadaannya menyebabkan

perlambatan perkembangan mental dan fisik, berkurangnya daya tahan terhadap dingin, serta

pada anak–anak timbul retardasi mental dan kecebolan. Sebaliknya, sekresi tiroid yang

berlebihan menyebabkan badan menjadi kurus, gelisah, takikardia, tremor, dan kelebihan

pembentukan panas.

Fungsi tiroid diatur oleh hormone perangsang tiroid dari hipofisis anterior. Sebaliknya

, sekresi hormone ini sebagian diatur oleh umpan balik inhibitorik langsung kadar

hormontiroid yang tinggi pada hipofisis serta hipotalamus dan sebagian lagi melalui

hipotalamus. Dengan cara ini, perubahan–perubahan pada hipofisis serta hipotalamus dan

sebagian lagi melalui hipotalamus. Dengan cara ini, perubahan–perubahan.

Dalam hal ini perawat dituntut untuk dapat profesional dalam menangani hal-hal yang

terkait dengan hipotirod misalnya saja dalam memberikan asuhan keperawatan harus tepat

dan cermat agar dapat meminimalkan komplikasi yang terjadi akibat hipotiroid.

2. Tujuan

1. Tujuan Umum

Menjelaskan tentang konsep penyakit hipotiroid serta pendekatan asuhan

keperawatannya.

1. Tujuan Khusus

1. Mengidentifikasi definisi dari hipotiroid.

2. Mengidentifikasi etilogi hipotiroid.

3. Mengidentifikasi manifestasi klinis hipotiroid.

4. Menguraikan patofisiologi hipotiroid.

5. Mengidentifikasi penatalaksaan serta pencegahan pada hipotiroid.

6. Mengidentifikasi pengkajian pada klien dengan hipotiroid.

7. Mengidentifikasi diagnosa pada klien dengan hipotiroid.

8. Mengidentifikasi intervensi pada klien dengan hipotiroid.

3. Rumusan Masalah

1.Apakah definisi dari hipotiroid?

2. Bagaimana etilogi dari hipotiroid?

3. Apakah manifestasi klinis darihipotiroid?

4. Bagaimana patofisiologi padahipotiroid?

5. Bagaimana penatalaksaan serta pencegahan pada hipotiroid?

6. Bagaimana pengkajian pada klien dengan hipotiroid?

7. Bagaimana diagnosa pada klien dengan hipotiroid?

8. Bagaimana intervensi pada klien dengan hipotiroid?

4. Manfaat

Mahasiswa mampu memahami tentang penyakit hipotiroid serta mampu menerapkan

asuhan keperawatan pada klien dengan hipotiroid pada ibu hamil dengan pendekatan

Student Centre Learning.

2.

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

1. DEFINISI

Hipotiroid (hiposekresi hormon tiroid) adalah status

metabolik yang diakibatkan oleh kehilangan hormon tiroid.

(Baradero,2009)

Hipotiroid adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh

gangguan pada salah satu tingkat dari aksis hipotalamus-

hipofisis-tiroid, dengan akibat terjadinya defisiensi hormon tiroid dalam darah, ataupun

gangguan respon jaringan terhadap hormon tiroid. Hipotiroid yang sangat berat disebut

miksedema.

Hipotiroid adalah suatu kondisi yang dikarakteristikan oleh produksi hormon tiroid

yang abnormal rendahnya. Ada banyak kekacauan – kekacauan yang berakibat pada

hipotiroid. Kekacauan-kakacauan ini mungkin langsung atau tidak langsung melibatkan

kelenjar tiroid. Karena hormon tiroid mempengaruhi pertumbuhan, perkembangan dan

banyak proses-proses sel, hormon tiroid yang tidak memadai mempunyai konsekuensi-

konsekuensi yang meluas untuk tubuh.

Penyakit hipotiroid biasa sering dikenal sebagai salah satu penyakit yang banyak

terjadi pada ibu hamil. Penyakit ini menyerang ibu hamil dimana ibu hamil mengalami

penurunan hormon. Hal ini terjadi karena hipotiroid pada ibu hamil dapat meningkatkan

risiko keguguran atau kelahiran prematur dan menyebabkan anemia, gagal jantung,

preeklampsia, kelainan plasenta, dan pndarahan setelah melahirkan dan pada bayi akan

mengalami berat lahir pada bayi rendah.

Fakta mengatakan yang sering terjadi pada bayi yang baru lahir di Indonesia yaitu IQ

rendah, bayi yang baru lahir terkena hipotiroid karna ibu.

2. KLASIFIKASI

Secara klinis di kenal 3 hipotiroid,yaitu :

1. Hipotiroid sentral,karena kerusakan hipofisis atau hipothalamus.

2. Hipotiroid primer apabila yang rusak kelenjar tiroid.

3. Karena sebab lain,seperti farmakologis,defisiensi yodium,kelebihan yodium,dan

resistensi perifer.

Yang paling banyak di temukan adalah hipotiroidisme primer. Oleh karena

itu,umumnya diagnosis di tegakkan berdasar ataas TSH merangka.

3. ETIOLOGI

Terbagi menjadi 4 yaitu :

1. Hashimoto’s Tiroiditis Adalah penyakit autoimun dimana system imun tubuh secara

tidak memadai menyerang jaringan tiroid. Sebagian kondisi ini diperkirakan

mempunyai suatu basis genetik.

2. Lymphoctic Thiroiditis ( yang mungkin terjadi setelah hipertiroid )

Thyiroiditis merujuk pada peradangan kelenjar tiroid. Ketika peradangan

disebabkan suatu tipe tertentu dari sel darah putih yang dikenal sebagai suatu

lymphocyte, kondisinya di rujuk sebagai lymphoctic thiroiditis.

3. Kekurangan Hormon Tiroid

Kebutuhan yodium bagi tubuh relatife sangat kecil, namun tetap harus

terpenuhi. Kelenjar gondok ( tiroidea ) menghasilkan hormon tiroid yang

prosesnya memerlukan unsure yodium. Sealin itu hormon tiroid, kelenjar

gondok menghasilkan hormon pertumbuhan, sebagai pengatur metabolisme

protein, lemak dan masih banyak fungsinya.

Pada ibu hamil jumlah yodium adalah 200 µg. dalam keaadan dimana ibu

hamil sudah mengalami gangguan tiroid sebelumnya akibat kekurangan

yodium, maka kehamilan ini berakibat memperberat penyakit gangguan

kelenjar tiroid tersebut.

4. Terapi Radiasi

Radiasi yang digunakan untuk terapi kanker kepala dan leher dapat

mempengeruhi kelenjar tiroid yang dapat menyebabkan hipotiroid.

2.4 PATOFISIOLOGI

Pada kehamilan dengan hipotiroid, kebutuhan hormon tiroksin akan meningkat

sehingga dapat terjadi hipotiroid. Hal ini mengakibatkan timbulnya mekanisme

umpan balik (feedback mechanism) yang meningkatkan produksi TSH untuk

merangsang pelepasan tiroksin pada kelenjar tiroid. Rangsangan TSH terus-menerus

pada kelenjar tiroid yang tidak mendapat cukup suplai untuk produksi hormon

tiroksin berakibat pada hiperplasia kelenjar tiroid. Akibat berulangnya episode

hiperplasia, involusi dapat terjadi berbagai bentuk degenerasi seperti fibrosis,

nekrosis, kalsifikasi pembentukan kista yang menampakkan diri sebagai struma

nodosa. Penyebab hipotroid primer umumnya meliputi tiroiditis autoimun seperti

tiroiditis Hashimotho’s, penyebab iatrogenik seperti radiasi atau pembedahan,

hipotiroid kongenital, obat - obatan seperti lithium atau amiodaron, defisiensi

yodium, dan penyakit-penyakit infiltratif. Hipotiroidisme sekunder dapat disebabkan

oleh penyakit hipotalamus atau hipofisa (Sheehan disease).

Hipotiroidisme pada kehamilan berkaitan erat dengan perkembangan otak

janin. Hal ini karena sebelum dilahirkan bayi sangat bergantung pada hormon tiroid

dari ibunya sebelum kelenjar tiroid bayi dapat berfungsi. Karenanya kehamilan

dengan hipotiroid dapat berakibat terjadinya retardasi mental. Pada ibu sendiri,

hipotiroid meningkatkan kerja kelenjar tiroid. Sementara suplai yodium tidak

mencukupi, maka terjadi hiperplasia kelenjar berulang. Akibatnya dapat timbul

goiter atau struma nodulus dengan manifestasi berupa benjolan pada daerah leher

(gondok). Manifestasi klinis dari hipotiroidisme seperti metabolisme menurun,

obstipasi, lesu, anoreksia, BB meningkat, dapat berisiko terjadinya abortus,

peningkatan tekanan darah & prematuritas.

4. Manifetasi klinis

Keluhan utama yaitu kurang energi, manifestasinya :

Cepat lelah

Suara serak,

Warna kulit menjadi kekuringan terutama daerah periorbital, kulit rasa kering

Rambut rontok,

Gangguan tidur,

Lamban bicara,

Mudah lupa,

Obstipasi

Metabolisme rendah menyebabkan: bradikardia, tak tahan dingin, berat badan

meningkat, & anoreksia.

Psikologis: depresi. Reproduksi: oligomenorea, infertil, aterosklerosis meningkat.

Keadaan klinis yang dapat ditentukan adalah gerakan janin yang jarang yaitu secara

subyektif kurang dari 7 x per 20 menit atau secara obyektif dengan KTG kurang dari

10 x per 20 menit

5. Komplikasi

Komplikasi hipertiroidisme yang dapat mengancam nyawa adalah krisis tirotoksik

(thyroid storm). Hal ini dapat berkernbang secara spontan pada pasien hipertiroid yang

menjalani terapi, selama pembedahan kelenjar tiroid, atau terjadi pada pasien hipertiroid

yang tidak terdiagnosis. Akibatnya adalah pelepasan HT dalam jumlah yang sangat besar

yang menyebabkan takikardia, agitasi, tremor, hipertermia dan, apabila tidak diobati

dapat menyebabkan kematian, penyakit jantung Hipertiroid, oftalmopati Graves,

dermopati Graves, infeksi karena agranulositosis pada pengobatan dengan obat antitiroid.

6. Efek pada ibu hamil

Hormon tiroid mempengaruhi pertumbuhan, perkembangan, dan banyak proses-

proses sel, hormon tiroid yang tidak memadai mempunyai konsekuensi-konsekuensi yang

meluas untuk tubuh.Penderita hipotiroid jarang terjadi hamil karena biasanya tidak terjadi

ovulasi. Walaupun demikian, seorang cebol (cretin) dan penderita miksoedema dapat

menjadi hamil. Biasanya kehamilan berakhir dengan abortus, sehingga tidak jarang

wanita menderita abortus habitualis. Selain itu kemungkinan cacat bawaan dan

cretinismus janin lebih besar. Diagnosis berdasarkan gejal-gejala klinis seperti

pemebengkakan kulit di sekitar mata (non-pitting-oedema), kulit kering, lekas letih, suara

serak dan lidah besar.

1. Penatalaksanaan

Terapi yang baik adalah pencegahan.Pencegahan dapat di lakukan dengan

1. pemberian makanan yang adekuat dengan cukup kalori dan protein.

2. Mengkomsumsi Makanan yang di beri garam beryodium atau pemberian suplemen

yodium untuk merangsang produksi hormon.

3. Kecukupan kebutuhan vitamin dan mineral.

Pemberian obat khusus,yaitu hormon tiroid (tiroid desikatus ).di berikan mulai dosis

kecil,lalu di naikkan sampai kita mendekati dosis toksis,lalu di turunkan.Penilain

dosis yang tepat ialah dengan menilai gejala klinis dan hasil laboraterium.

8. Pemeriksaan diagnostik

9. Pemeriksaan Penunjang

1. Pemeriksaan Fisik

Pada umumnya pemeriksaan hipotiroid, umumnya didapatkan benjolan (goiter).

Hal–hal yang dinilai adalah:

a. Jumlah nodul : soliter atau multipel

b. Konsistensi : lunak, kistik, keras, sangat keras

c. Nyeri pada penekanan : ada/tidak

d. Pembesaran kelnjar getah bening di sekitar tiroid ada/tidak.

Diagnosa pasti didapatkan melalui pemeriksaan laboratorium TSHs & T4. Bila

memungkinkan dapat pula dengan T3.

Didapatkan refleks tendon yang menurun. Pada pemeriksaan fisik kulit terasa kasar, kering,

dan dingin. Suara agak serak, lidah tebal, tekanan darah agak tinggi, kadang-kadang

terdengar ronkhi. Refleks fisiologis, daya pikir dan bicara agak lambat. Sering dijumpai

retensi cairan pada jaringan longgar. Pada kondisi yang berat dapat timbul hipotermi,

hipoventilasi, bradikardi, amenorea dan depresi.

2. Laboratorium

Karakteristik pemeriksaan laboratorium pada hipotiroid adalah :

o Hipotiroidisme klinis ditandai dengan kadar TSH tinggi dan kadar T4 rendah.

o Hipotiroidisme subklinis ditandai dengan kadar TSH dan T4 bebas yang

tinggi,T3 dalam batas normal.

Untuk memastikan apakah ibu hamil mengalami hipotiorid atau tidak maka perlu

dilakukan skrining laboratorium yaitu dengan melakukan pemeriksaan TSHs dan anti

TPO.

BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN

1. Pengkajian

Askep kasus:

Pengkajian

Anamnesa:

1. Identitas pasien

2. Keluhan Utama :

3. Riwayat Penyakit Sekarang

4. Riwayat penyakit keluarga : -

5. Riwayat penyakit masa lalu : -

Pemeriksaan Fisik:

Pemeriksaan Diagnostik.

2. Diagnosa

1.Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelelahan an penurunan proses kognitif.

2. Perubahan suhu tubuh

3.Konstipasi berhubungan dengan penurunan gastrointestinal.

4.Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan depresi ventilasi.

3.3 Intervensi

1.Intoleransiaktivitas berhubungan dengan kelelahan dan penurunan proses kognitif

Tujuan : Meningkatkan partisipasi dalam aktivitas dan kemandirian.

Kriteria hasil : aktivitas dapat di lakukan

Intervensi Rasional

1. Atur interval waktu antara

aktivitas dengan kelelahan

dan penurunan proses

kognitif.

1. Mendorong aktivitas sambil

memeberikan kesempatan untuk

mendapatkan istirahat yang

adekuat.

2. Bantu aktiviatas perawatan

mandiri ketika pasien berada

dalam keadaan lain.

3. Berikan stimulasi melalui

percakapan dan aktivitas yang

tidak menimbulkan stress.

2. Dengan membersihkan

trakheostomy, menghindari

terjadinya penumpukan sekret

dan agar jalan nafas bersih

3. Meningkatkan perhatian tanpa

terlalu menimbulakan stree pada

pasien.

2.Perubahan suhu tubuh

Tujuan : Pemeliharan suhu tubuh yang normal

Kriteria hasil : Suhu tubuh tetap normal.

Intervensi Rasional

1. Berikan

tambahan

lapisan

pakaian atau

tambahan

selimut.

2. Hindari dan

cegah

penggunaan

sumber

panas dari

luar

3. Pantau suhu

tubuh pasien

dan

melaporkan

penurunany

a dari nilai

dasar suhu

normal

pasien.

1. Meminimalkan kehilangan panas

2. Mengidentifikasi adanya infeksi dan

memperkecil komplikas

3. Mendeteksi penurunan suhu tubuh dan

dimulainya komamik sedema.

3.Konstipasi berhubungan dengan penurunan gastrontestinal

Tujuan : pemeliharaan funsi usus yang normal

Kriteria hasil : usus tetap terjaga

Intervensi Rasional

1. Dorong

peningkatan asupan

cairan

2. Berikan makanan

yang kaya akan

serat

3. Ajarkan kepada

klien,tentang jenis-

jenis makanan yang

banyak

mengandung air.

4. Pantau fungsi usus

5. Dorong klien untuk

meningkatkan

mobilisasi dalam

batas toleransi

latihan.

1. Meminimalkan kehilangan panas

2. Meningkatkan massafeses dan

frengkuensi biang air besar.

3. Untuk peningkatan asupan cairan

kepada pasien agar feses tidak

keras.

4. Memungkinkan deteksi konstipasi

dan pemulihan kepada pola

defekasi yang normal.

5. Meningkatkan evakuasi feses.

4.Pola nafas tidak efektif berhubungan depresi ventilasi

Tujuan : Perbaikan status respiratorius dan pemeliharaan pola nafas yang normal

Kriteria hasil : Klien dapat bernafas dengan baik.

Intervensi Rasional

1.Pantau frekuensi ke dalaman

pola pernafasan oksimetri

denyut nadi dan gas darah

arterial

2. Dorong pasie untuk nap;as

dalam dan batuk.

6. Mengidentifikasi hasil pemeriksaan

dasar untuk memantau perubahan

selanjutnya dan mengevaluasi

efektifitas intervensi.

7. Mencegah aktifitas dan

meningkatkan pernapasannya

3. Berikan obat ( hipnotik dan

sedatip) dengan hati-hati.

4. Pelihara saluran napas pasien

dengan melakukan pengisapan

dan dukungan ventilasi jika di

perlukan.

adekuat.

8. Pasien hipotiroidisme sangat rentan

terhadap gangguan pernapasan

akibat gangguan obat golongan

hipnotiksedatif.

9. Penggunaan saluran napas artifisial

dan dukungan ventilasi mungkin di

perlukan jika terjadi depresi

pernapasan

BAB III

PENUTUP

Hipotiroid adalah suatu kondisi yang di karakteristikan oleh produksi hormon

tiroid yang abnormal rendahnya.Ada banyak kekacauan-kekacauan yang

berkaitan padaHipotiroid.Kekacauan-kekacauan ini mungkin langsung atau

tidak langsung melibatkan kelenjar tiroid.Karena hormon tiroid mempengaruhi

pertumbuhan.

Hormon-hormon tiroid di produsikan oleh kelenjar tiroid.Kelenjar tiroid

bertempat pada bagian bawah leher,Kelenjar membungkus sekeliling saluran

udara(Trakea)dan mempunyai suatu bentuk yang menyerupai kupu-kupu yang

di bentuk oleh dua sayap dan di lekatkan oleh suatu bagian tengah.

Kelenjar tiroid mengambil yodium dari darah ( yang kebanyakan datang dari

makanan-makanan seperti seafood,roti,dan garam) dan menggunakannya untuk

memproduksi hormon-hormon tiroid.Dua hormon yang paling penting adalah

thyroxine(T4 ) dan triiodothyronine(T3) mewakili 99.9% dan 0.1% dari

masing-masing gormon-hormon tiroid.

DAFTAR PUSTAKA

Doenges, E. Marilynn dan MF. Moorhouse. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan.EGC

: Jakarta.

FKUI . 2006 . Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam . FKUI : Jakarta

http://drlizakedokteran.blogspot.com/2007/12/tirotoksikosis.html

http://zulkiflithamrin.blogspot.com/2007/05/hipertiroidisme.html

http://ilmukeperawatan.net/index.php/artikel/2-dalam/3-klien-hipertirodisme.html

WOC

Penyakit autoimun

Pengahancur tiroid (pembedahan/operasi yodium radioktif)

Gondok endemik

Kurang yodium berat korsinoma tiroid

HIPOTIROID

System pernapasan

Retensi air di paru

Efusi pleura

Hipoventilasi

Ketidak efektifan pola nafas

Syestem regulasi

Metabolisme

Me Panas

Gg.regulasi hipotermi

Syestem intergumen

Produksi kel.sebasea dan keringat me

Pekak terhdap jaringan

Kulit kering dan bersisik

Gg.intergumen

otak

Eksitabilitas neuromuskular me

Gg.sensorik

Kesadaran me

Intoleransi aktivitas

GIT

Pen rangsangan

Otot-otot usus

Motilitas usus me

kostipasi

Gg.elimanasi alvi

Ginjal

Aliran darah ke ginjal me

Ritarsi glomeralus me

Retensi garam dan air

oliguri

Gg.eliminasi uri

17