1
18 E KONOMI NASIONAL SELASA, 1 NOVEMBER 2011 gara pabrikan lain seperti Chi- na, Filipina, dan dari produsen otomotif sendiri di Jepang. Itu merugikan pengusaha karena biaya yang harus dikeluarkan lebih besar daripada biaya lo- gistik dari Thailand. “Kalau dari Thailand, biaya transportasi lebih murah kare- na lebih dekat daripada negara lain,” jelas Sofjan. Ketika ditanya mengenai pe- luang relokasi pabrik-pabrik di Thailand ke Indonesia setelah banjir besar di Thailand menye- babkan produksi Toyota dan Honda--7% produksi mobil glo- bal berasal dari dua perusahaan itu—terhenti, Sofjan melihat hal itu tidaklah mudah. “Saya pikir tidak segampang itu (produsen otomotif Jepang bakal merelokasi pabrik ke Indonesia) karena mereka me- miliki strategi global di ASEAN bisa dihasilkan jalan keluar yang menguntungkan semua pihak. Sebelumnya, Menteri Perda- gangan Gita Wirjawan didu- kung Menteri Perindustrian MS Hidayat dan Menteri Kehutan- an Zulkii Hasan menjanjikan akan menyetop ekspor rotan. Kebijakan itu untuk membang- kitkan industri rotan domestik sekaligus menjaga kelestarian hutan. BANJIR Thailand berpotensi memengaruhi industri otomo- tif di dalam negeri jika terus berkepanjangan. Pasalnya, in dustri otomotif Indonesia dan Thailand melakukan per- tukaran komponen sebagai bagian dari global production system di ASEAN. “Imbasnya dari banjir Thai- land, komponen untuk in- dustri jadi susah dicari atau mengalami keterlambatan pe- ngiriman,” ujar Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Sofjan Wanandi, di Jakarta, kemarin. Menurut Sofjan, banjir juga mengakibatkan ditutupnya beberapa pabrik otomotif dan elektronik yang ada di negara tersebut. Akibatnya, untuk me- menuhi kebutuhan komponen industri otomotif, Indonesia harus mencari alternatif ke ne- PELARANGAN ekspor rotan sebaiknya disertai dengan masa penyesuaian atau transisi sela- ma enam bulan. Hal itu sekali- gus untuk mengetahui keter- serapan rotan mentah oleh industri domestik. Demikian dikemukakan Ke- tua Umum Asosiasi Indus- tri Permebelan dan Kerajinan Indonesia (Asmindo) Ambar Tjahyono dalam siaran pers yang diterima Media Indonesia, di Jakarta, kemarin. Menurut Ambar, perusa- haan-perusahaan mebel dan kerajinan yang pernah berkem- bang di Sumatra dan Sulawesi hampir seluruhnya telah bang- krut. Akibatnya, dikhawatirkan akan banyak rotan yang tidak terserap. “Jika tidak terserap oleh in- dustri harus dibawa ke mana? Karena hidup mereka (produsen rotan) tergantung di penjualan bahan baku ini,” ujar Ambar. Ia meminta Menteri Perda- gangan terlebih dahulu berkun- jung ke daerah-daerah pengha- sil rotan dan bertemu dengan pihak-pihak/asosiasi terkait untuk mendapatkan masukan. Dengan demikian, diharapkan terkait dengan pembagian pro- duksi pabrik, yaitu sebagian di Thailand, Indonesia dan Filipina. Jadi tidak gampang untuk merelokasi pabrikan,” jelas Sofjan. Apalagi, Indonesia masih ter bentur persoalan klasik, yakni buruknya infrastruktur. Hal tersebut menjadi pertim- bangan bagi produsen otomotif untuk merelokasi pabriknya ke Indonesia. Ditambah biaya relokasi yang justru lebih besar ketim- bang membangun investasi baru. Peluang yang mungkin bisa diraih Indonesia dari banjir Thailand, menurut Sofjan, ialah relokasi pabrik komponen. Ini menjadi peluang bagi Indonesia untuk mengembangkan indus- tri komponen, baik elektronik maupun otomotif. (AI/E-4) “Yang paling penting bahwa rotan tidak boleh keluar dari Indonesia dan untuk kepen- tingan industri dalam negeri,” tegas Gita di sela Kirab Bendera ASEAN, di Jakarta, Minggu (30/10). Dalam menanggapi hal itu, Ambar menyatakan persoalan industri mebel bukan sekadar masalah pemanfaatan rotan. Pasalnya, jatuhnya industri mebel yang kini tinggal 35% tidak hanya mencakup yang berbahan baku rotan, tetapi juga kayu. Mebel berbahan baku rotan plastik atau rotan sintetis mam- pu menggeser popularitas mebel rotan alam di mata konsumen. Ini merupakan tantangan yang tidak ringan bagi pelaku pasar. “Saat ini industri dalam kon- disi yang sangat berat,” ungkap Ambar. Senada, Ketua Asosiasi Pe- ngusaha Rotan Indonesia Julius Hoesan berpendapat seiring de- ngan penghentian ekspor rotan, pemerintah juga harus mendo- rong industri mebel menggu- nakan rotan alam. Penggunaan rotan imitasi atau plastik mesti dipersempit. (*/WR/E-1) Industri Otomotif Terkena Imbas Banjir Thailand Pelarangan Ekspor Rotan Perlu Transisi Enam Bulan Yang paling penting rotan tidak boleh keluar dari Indonesia dan untuk kepentingan industri dalam negeri.” Gita Wirjawan Menteri Perdagangan RUMGAPRES/ ABROR ANTARA/HO TINJAU PABRIK KAYU: Menteri Kehutanan Zulkifli Hasan (kiri) melihat proses pengolahan kayu ketika meninjau pabrik pengolahan kayu dari tanaman rakyat di Jombang, Jawa Timur, kemarin. Menteri Kehutanan meminta masyarakat untuk ikut serta mengembangkan penanaman sengon dan tanaman produktif untuk mendukung industri kayu olahan. Men teri Pertanian (Mentan) Suswono selaku regulator di sektor pertanian, pada 10 Okto- ber 2011, meluncurkan Permen- tan 61/2011 tentang Penguji- an, Penilaian, Pelepasan, dan Penarikan Varietas Rekayasa Genetika (genetically modified organism/GMO). Namun, langkah Mentan itu menuai kritikan dari sejumlah lembaga swadaya masyarakat (LSM). Mereka menuding per- mentan itu nantinya hanya akan membuka peluang introduksi benih spesies asing, termasuk benih hasil rekayasa genetika. Ujung-ujungnya, regulasi terse- but akan berpihak pada usaha perkebunan skala luas. Pengamat kebijakan publik Agus Pambagyo berpendapat keterlibatan peneliti nasional untuk mengkaji benih unggul- an seperti padi hibrida sudah sangat mendesak. Itu untuk memangkas ketergantungan terhadap benih-benih unggulan yang diproduksi asing. Ia menilai peluang para pene- liti nasional masih sangat kecil untuk menciptakan benih hasil rekayasa genetika. Itulah yang membuat benih padi transgenik masih dominan hingga saat ini. “GMO sudah telanjur hadir. Namun, hal yang penting ada- lah bagaimana peneliti kita ikut di dalamnya. Sebab, kita yang lebih tahu (kebutuhan dan kondisi) di sini,” ujar Agus dalam diskusi yang membahas padi transgenik terkait dengan Peraturan Menteri Pertanian No 61/2011, di Jakarta, kemarin. Dikuasai asing Sejauh ini, teknologi genetika dalam GMO dikuasai perusaha- an-perusahaan multinasional dan para pemegang hak cipta dari luar negeri. Ketua Asosiasi Perbenihan Indonesia Elda D Adiningrat mengungkapkan, dengan kondi- si itu, keberadaan permentan tersebut ujung-ujungnya hanya akan menyuburkan usaha para pemilik industri untuk mengo- mersialisasikan benih-benih produk mereka. “Jadi kita perlu mengelola untuk kebutuhan petani kita. Kalau dikatakan kita belum siap, kita harus siap. Kita perlu melakukan riset yang menda- lam. Jangan sampai pertumbuh- an industri benih yang ada saat ini menciut, kita saat ini masih terengah-engah,” tutur Elda. Ia menilai selama ini industri benih lokal belum diberi kesem- patan untuk menyamai industri multinasional dalam hal pencip- taan rekayasa genetika untuk keberlangsungan pangan. “Memang berat sekali kondisi sekarang ini. Tapi yang pasti, de- ngan penerbitan permentan ini, Indonesia belum bisa menjadi tuan rumah di negeri sendiri.” Oleh karena itu, ia menyata- kan mendukung keterlibatan para peneliti domestik dalam pengembangan GMO. Ini lan- taran pembenihan transgenik merupakan keniscayaan dari persaingan pangan dan antisi- pasi terhadap cuaca yang tidak bersahabat dalam beberapa ta- hun terakhir. (E-3) [email protected] Menanti Kiprah Peneliti Benih Lokal GMO sudah telanjur hadir. Namun, hal yang penting adalah bagaimana peneliti kita ikut di dalamnya. FIDEL ALI PERMANA U NTUK menganti- sipasi perubahan cuaca yang ekstrem dan menghadapi ancaman krisis pangan dunia, sangat diperlukan jenis benih yang tangguh, tapi mampu berproduksi maksimal. Tangguh dalam arti tahan terhadap kekeringan, hemat air, hemat nitrogen, kaya nutrisi, serta tahan hama penyakit. Ti- dak hanya itu, benih tersebut harus mampu berproduksi maksimal dengan umur tanam yang relatif pendek. Padi hibrida adalah salah satu contoh benih unggulan itu. Jenis ini didapat lewat teknologi dan rekayasa genetika. Dalam merespons hal ini,

KONOMI NASIONAL - ftp.unpad.ac.id filehaan-perusahaan mebel dan kerajinan yang pernah berkem-bang di Sumatra dan Sulawesi hampir seluruhnya telah bang-krut. Akibatnya, dikhawatirkan

Embed Size (px)

Citation preview

18 EKONOMI NASIONAL SELASA, 1 NOVEMBER 2011

gara pabrikan lain seperti Chi-na, Filipina, dan dari produsen otomotif sendiri di Jepang. Itu merugikan pengusaha karena biaya yang harus dikeluarkan lebih besar daripada biaya lo-gistik dari Thailand.

“Kalau dari Thailand, biaya transportasi lebih murah kare-na lebih dekat daripada negara lain,” jelas Sofjan.

Ketika ditanya mengenai pe-luang relokasi pabrik-pabrik di Thailand ke Indonesia setelah banjir besar di Thailand menye-babkan produksi Toyota dan Honda--7% produksi mobil glo-bal berasal dari dua perusahaan itu—terhenti, Sofjan melihat hal itu tidaklah mudah.

“Saya pikir tidak segampang itu (produsen otomotif Jepang bakal merelokasi pabrik ke Indonesia) karena mereka me-miliki strategi global di ASEAN

bisa dihasilkan jalan keluar yang menguntungkan semua pihak.

Sebelumnya, Menteri Perda-gangan Gita Wirjawan didu-kung Menteri Perindustrian MS Hidayat dan Menteri Kehutan-an Zulkifl i Hasan menjanjikan akan menyetop ekspor rotan. Kebijakan itu untuk membang-kitkan industri rotan domestik sekaligus menjaga kelestarian hutan.

BANJIR Thailand berpotensi memengaruhi industri otomo-tif di dalam negeri jika terus ber kepanjangan. Pasalnya, in dustri otomotif Indonesia dan Thailand melakukan per-tukaran komponen sebagai ba gian dari global production system di ASEAN.

“Imbasnya dari banjir Thai-land, komponen untuk in-dustri jadi susah dicari atau meng a lami keterlambatan pe-ngiriman,” ujar Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Sofjan Wanandi, di Ja karta, kemarin.

Menurut Sofjan, banjir juga mengakibatkan ditutupnya be berapa pabrik otomotif dan elektronik yang ada di negara tersebut. Akibatnya, untuk me-menuhi kebutuhan komponen industri otomotif, Indonesia ha rus mencari alternatif ke ne-

PELARANGAN ekspor rotan sebaiknya disertai dengan masa penyesuaian atau transisi sela-ma enam bulan. Hal itu sekali-gus untuk mengetahui keter-serapan rotan mentah oleh in dustri domestik.

Demikian dikemukakan Ke-tua Umum Asosiasi Indus-tri Permebelan dan Kerajinan In donesia (Asmindo) Ambar Tjahyono dalam siaran pers yang diterima Media Indonesia, di Jakarta, kemarin.

Menurut Ambar, perusa-haan-perusahaan mebel dan kerajinan yang pernah berkem-bang di Sumatra dan Sulawesi hampir seluruhnya telah bang-krut. Akibatnya, dikhawatirkan akan banyak rotan yang tidak terserap.

“Jika tidak terserap oleh in-dustri harus dibawa ke mana? Karena hidup mereka (produ sen rotan) tergantung di penju alan bahan baku ini,” ujar Ambar.

Ia meminta Menteri Perda-gangan terlebih dahulu berkun-jung ke daerah-daerah pengha-sil rotan dan bertemu dengan pihak-pihak/asosiasi terkait untuk mendapatkan masukan. Dengan demikian, diharapkan

terkait dengan pembagian pro-duksi pabrik, yaitu sebagian di Thailand, Indonesia dan Filipina. Jadi tidak gampang untuk merelokasi pabrikan,” jelas Sofjan.

Apalagi, Indonesia masih ter bentur persoalan klasik, yakni buruknya infrastruktur. Hal tersebut menjadi pertim-bangan bagi produsen otomotif untuk merelokasi pabriknya ke Indonesia.

Ditambah biaya relokasi yang justru lebih besar ketim-bang membangun investasi ba ru.

Peluang yang mungkin bisa diraih Indonesia dari banjir Thailand, menurut Sofjan, ialah relokasi pabrik komponen. Ini menjadi peluang bagi Indonesia untuk mengembangkan indus-tri komponen, baik elektronik maupun otomotif. (AI/E-4)

“Yang paling penting bahwa rotan tidak boleh keluar dari Indonesia dan untuk kepen-tingan industri dalam negeri,” tegas Gita di sela Kirab Ben dera ASEAN, di Jakarta, Minggu (30/10).

Dalam menanggapi hal itu, Ambar menyatakan persoalan industri mebel bukan sekadar masalah pemanfaatan rotan. Pasalnya, jatuhnya industri me bel yang kini tinggal 35% tidak hanya mencakup yang berbahan baku rotan, tetapi ju ga kayu.

Mebel berbahan baku rotan plastik atau rotan sintetis mam-pu menggeser popularitas me bel rotan alam di mata konsumen. Ini merupakan tantangan yang tidak ringan bagi pelaku pasar. “Saat ini industri dalam kon-disi yang sangat berat,” ungkap Ambar.

Senada, Ketua Asosiasi Pe-ngusaha Rotan Indonesia Julius Hoesan berpendapat se iring de-ngan penghentian ekspor rotan, pemerintah juga harus mendo-rong industri mebel menggu-nakan rotan alam. Penggunaan rotan imitasi atau plastik mesti dipersempit. (*/WR/E-1)

Industri Otomotif Terkena Imbas Banjir Thailand

Pelarangan Ekspor RotanPerlu Transisi Enam Bulan

Yang paling penting rotan tidak

boleh keluar dari Indonesia dan untuk kepentingan industri dalam negeri.”Gita WirjawanMenteri Perdagangan

RUMGAPRES/ ABROR

ANTARA/HO

TINJAU PABRIK KAYU: Menteri Kehutanan Zulkifli Hasan (kiri) melihat proses pengolahan kayu ketika meninjau pabrik pengolahan kayu dari tanaman rakyat di Jombang, Jawa Timur, kemarin. Menteri Kehutanan meminta masyarakat untuk ikut serta mengembangkan penanaman sengon dan tanaman produktif untuk mendukung industri kayu olahan.

Men teri Pertanian (Mentan) Sus wono selaku regulator di sek tor pertanian, pada 10 Okto-ber 2011, meluncurkan Permen-tan 61/2011 tentang Penguji-an, Penilaian, Pelepasan, dan Penarikan Varietas Rekayasa Genetika (genetically modified organism/GMO).

Namun, langkah Mentan itu menuai kritikan dari sejumlah lembaga swadaya masyarakat (LSM). Mereka menuding per-mentan itu nantinya hanya akan membuka peluang introduksi benih spesies asing, termasuk benih hasil rekayasa genetika. Ujung-ujungnya, regulasi terse-but akan berpihak pada usaha perkebunan skala luas.

Pengamat kebijakan publik Agus Pambagyo berpendapat keterlibatan peneliti nasional untuk mengkaji benih unggul-an seperti padi hibrida sudah sangat mendesak. Itu untuk me mangkas ketergantungan terhadap benih-be nih unggulan yang diproduk si asing.

Ia menilai peluang para pene-liti nasional masih sangat kecil

untuk menciptakan benih hasil rekayasa genetika. Itulah yang membuat benih padi transgenik masih dominan hingga saat ini.

“GMO sudah telanjur hadir. Namun, hal yang penting ada-lah bagaimana peneliti kita ikut di dalamnya. Sebab, kita yang lebih tahu (kebutuhan dan kondisi) di sini,” ujar Agus dalam diskusi yang membahas padi transgenik terkait dengan Peraturan Menteri Pertanian No 61/2011, di Jakarta, kemarin.

Dikuasai asingSejauh ini, teknologi genetika

dalam GMO dikuasai perusaha-an-perusahaan multinasional dan para pemegang hak cipta dari luar negeri.

Ketua Asosiasi Perbenihan In donesia Elda D Adiningrat meng ungkapkan, dengan kondi-si itu, keberadaan permentan tersebut ujung-ujungnya hanya akan menyuburkan usaha para pemilik industri untuk mengo-mersialisasikan benih-benih pro duk mereka.

“Jadi kita perlu mengelola

untuk kebutuhan petani kita. Kalau dikatakan kita belum siap, kita harus siap. Kita perlu melakukan riset yang menda-lam. Jangan sampai pertumbuh-an industri benih yang ada saat ini menciut, kita saat ini masih terengah-engah,” tu tur Elda.

Ia menilai selama ini industri benih lokal belum diberi kesem-patan untuk menyamai industri multinasional dalam hal pencip-taan rekayasa genetika untuk ke berlangsungan pangan.

“Memang berat sekali kondisi se karang ini. Tapi yang pasti, de-ngan penerbitan permentan ini, Indonesia belum bisa menjadi tuan rumah di negeri sendiri.”

Oleh karena itu, ia menyata-kan mendukung keterlibatan pa ra peneliti domestik dalam pengembangan GMO. Ini lan-taran pembenihan transgenik me rupakan keniscayaan dari persaingan pangan dan antisi-pa si terhadap cuaca yang tidak bersahabat dalam beberapa ta-hun terakhir. (E-3)

[email protected]

Menanti Kiprah Peneliti Benih Lokal

GMO sudah telanjur hadir. Namun, hal yang penting adalah bagaimana peneliti kita ikut di dalamnya.

FIDEL ALI PERMANA

UNTUK menganti-si pasi perubahan cua ca yang ekstrem dan menghadapi

ancaman krisis pangan dunia, sangat diperlukan jenis benih yang tangguh, tapi mampu berproduksi maksimal.

Tangguh dalam arti tahan ter hadap kekeringan, hemat air, hemat nitrogen, kaya nutrisi, serta tahan hama penyakit. Ti-dak hanya itu, benih tersebut harus mampu berproduksi mak simal dengan umur tanam yang relatif pendek.

Padi hibrida adalah salah sa tu contoh benih unggulan itu. Jenis ini didapat lewat teknologi dan rekayasa ge ne tika.

Dalam merespons hal ini,