36
KATA PENGANTAR Puji syukur penyusun panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penyusun dapat menyelesaikan makalah dengan judul “Asesmen dalam Psikologi Klinis” dengan baik dan lancar. Makalah ini disusun guna memenuhi tugas kelompok pada mata kuliah Psikologi Klinis. Tak lupa pula penyusun mengucapkan terimakasih kepada: 1. Ibu Yunita Kurniawati S.Psi., M.Psi, selaku dosen pengampu mata kuliah Psikologi Klinis yang telah membimbing penyusun agar dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini. 2. Teman-teman Psikologi C yang telah memberi dukungan dalam proses penyelesaian makalah ini baik secara langsung maupun tidak langsung. Penyusun menyadari bahwa makalah ini masih jauh sempurna, untuk itu kritik dan saran yang membangun sangat kami harapkan demi kesempurnaan makalah ini. Besar harapannya penyusun mendapat masukan kritis untuk memperbaiki dan meningkatkan kualitas makalah ini. Semoga materi yang terdapat pada makalah ini dapat menambah wawasan pembaca. 1

Klp.2 - Asesmen Psikologi Klinis Edit

Embed Size (px)

Citation preview

KATA PENGANTARPuji syukur penyusun panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penyusun dapat menyelesaikan makalah dengan judul Asesmen dalam Psikologi Klinis dengan baik dan lancar. Makalah ini disusun guna memenuhi tugas kelompok pada mata kuliah Psikologi Klinis. Tak lupa pula penyusun mengucapkan terimakasih kepada: 1. Ibu Yunita Kurniawati S.Psi., M.Psi, selaku dosen pengampu mata kuliah Psikologi Klinis yang telah membimbing penyusun agar dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini. 2. Teman-teman Psikologi C yang telah memberi dukungan dalam proses penyelesaian makalah ini baik secara langsung maupun tidak langsung. Penyusun menyadari bahwa makalah ini masih jauh sempurna, untuk itu kritik dan saran yang membangun sangat kami harapkan demi kesempurnaan makalah ini. Besar harapannya penyusun mendapat masukan kritis untuk memperbaiki dan meningkatkan kualitas makalah ini. Semoga materi yang terdapat pada makalah ini dapat menambah wawasan pembaca.

Malang, 28 September 2013

Penyusun

Daftar isiKATA PENGANTAR1BAB 1PENDAHULUAN31.1Latar Belakang31.2Rumusan Masalah41.3Tujuan4BAB 2PEMBAHASAN52.1Definisi dan Tujuan Asesmen52.2Definisi dan Tujuan Asesmen dalam Psikologi Klinis52.3Sasaran Asesmen dalam Psikologi Klinis72.4Metode Asesmen dalam Psikologi Klinis72.5Proses Asesmen dalam Psikologi Klinis152.6Berbagai Jenis Asesmen dalam Psikologi Klinis18BAB 3Penutup233.1Kesimpulan23DAFTAR PUSTAKA24

PENDAHULUAN

Latar BelakangPsikologi Klinis merupakan salah satu bidang psikologi terapan yang menggunakan konsep-konsep Psikologi Abnormal, Psikologi Perkembangan, Psikopatologi dan Psikologi Kepribadian. Assesmen dalam Psikologi klinis sangat diperlukan agar psikolog klinis dapat melakukan diagnosa dan menetapkan intervensi sehingga lebih memahami masalah-masalah psikologis, gangguan penyesuaian diri dan tingkah laku abnormal pada klien.Asesmen psikologi memiliki prosedur evaluasi yang dilaksanakan secara sistematis. Termasuk didalamnya terdapat prosedur observasi, wawancara, pemberian satu atau seperangkat instrumen atau alat tes yang bertujuan untuk melakukan penilaian dan/atau pemeriksaan psikologi. Asesmen klinis merupakan proses yang digunakan psikolog klinis untuk mengamati dan mengevaluasi masalah sosial dan psikologis klien, baik menyangkut keterbatasan maupun kapabilitasnya. Sebagai prasyarat bagi terapi, asesmen klinis menyediakan jawaban untuk pertanyaan-pertanyaan kunci, seperti menyangkut kelemahan klien dan akibat-akibatnya, defisiensi dan gangguan apa yang terjadi pada pemfungsian klien atau lingkungan sosialnya untuk mengelola masalah dan atau mengembangkan kecenderungan positifnya, serta intervensi apa yang terbaik digunakan untuk dapat memenuhi kebutuhan klien.Asesmen juga memberikan kontribusi terhadap riset klinis, antara lain dengan menyediakan landasan ilmiah untuk mengevaluasi terapi dan membangun teori-teori pemfungsian dan disfungsi manusia. Asesmen klinis sering pula diartikan sebagai psikodiagnostik, yaitu upaya untuk memahami sumber sumber penyakit melalui gejala-gejala sakit atau maladaptif dan kemudian memasukkannya ke dalam kelompok jenis gangguan yang baku atau telah dibakukan.Usaha-usaha atau penekanan asesmen yang dilakukan disesuaikan dengan pendekatan atau teori yang akan digunakan. Penekanan asesmen berkaitan dengan dinamika kepribadian, latar belakang lingkungan sosial dan keluarga, pola interaksi dengan orang lain, persepsi terhadap diri dan realita atau riwayat secara genetis dan fisiologi.Berdasarkan penjelasan di atas, penyusun tertarik untuk membahas lebih dalam hal-hal yang berkaitan dengan assesmen dalam psikologi klinis.Rumusan Masalah1. Apa definisi dan tujuan Asesmen dalam Psikologi Klinis?2. Apakah sasaran Asesmen dalam Psikologi Klinis?3. Apa saja metode Asesmen dalam Psikologi Klinis?4. Bagaimana proses Asesmen dalam Psikologi Klinis?5. Apa saja jenis-jenis Asesmen dalam Psikologi Klinis?TujuanMenjabarkan definisi dan tujuan Asesmen dalam Psikologi klinis, mengetahui sasaran Asesmen dalam Psikologi Klinis, mampu menyebutkan metode-metode Asesmen dalam Psikologi Klinis, dapat memahami proses sistematis Asesmen dalam Psikologi Klinis, dan mengenali berbagai jenis Asesmen dalam Psikologi Klinis.

PEMBAHASAN

Definisi dan Tujuan Asesmena. Definisi AsesmenProses mengumpulkan informasi yang biasanya digunakan sebagai dasar untuk pengambilan keputusan yang nantinya akan dikomunikasikan kepada pihak-pihak terkait oleh asesor.b. Tujuan Asesmen Memperoleh data yang relevan, obyektif, akurat, dan komprehensif tentang kondisi seseorang. Mengetahui profil seseorang secara utuh terutama permasalahan dan hambatan yang dihadapi, potensi yang dimiliki, kebutuhan-kebutuhan khususnya, serta daya dukung lingkungan yang dibutuhkannya.Definisi dan Tujuan Asesmen dalam Psikologi Klinisa. Pengertian Asesmen dalam Psikologi KlinisAsesmen dalam psikologi klinis ialah pengumpulan informasi untuk digunakan sebagai dasar bagi keputusan-keputusan yang akan disampaikan oleh penilai. Personality Assesment adalah seperangkat proses yang digunakan oleh seseorang untuk membentuk citra, membuat keputusan, mengecek hipotesis tentang pola karakteristik orang lain, yang menentukan perilakunya dalam interaksi dengan lingkungan.b. Tujuan Asesmen dalam Psikologi KlinisTujuan Asesmen dalam Psikologi Klinis ada tiga macam yaitu klasifikasi diagnostik, deskripsi dan prediksi.1. Klasifikasi diagnostikMaksud dari klasifikasi diagnostik yang tepat antara lain : Untuk menentukan jenis treatment yang tepat. Suatu treatment sangat bergantung pada bagaimana pemahaman klinisi terhadap kondisi klien termasuk jenis gangguannya (vermande, van den Bercken, & De Bruyn, 1996). Untuk keperluan penelitian. Penelitian tentang berbagai penyebab suatu gangguan sangat bergantung kepada validitas dan reliabilitas diagnostik yang ditegakkan. Memungkingkan klinisi untuk mendiskusikan gangguan dengan cara efektif bersama profesional yang lain (Sartorius et.al, 1996).2. DeskripsiPara klinisi beranggapan bahwa untuk memahami content dari perilaku klien secara utuh maka harus mempertimbangkan juga tentang konteks sosial, budaya dan fisik klien. Hal itu menyebabkan asesmen diharapkan dapat mendeskripsikan kepribadian seseorang secara lebih utuh dengan melihat pada person-environtment interactions. Dalam fungsinya sebagai sarana untuk melakukan deskripsi terhadap kepribadian seseorang secara utuh, di dalam asesmen harus terdapat antara lain : motivasi klien, fungsi intrapsikis, respon terhadap tes, pengalaman subjektif, pola interaksi, kebutuhan (needs) dan perilaku. Dengan menggunakan pendekatan deskriptif tersebut memudahkan klinisi untuk mengukur perilaku pra treatment, merencanakan jenis treatment dan mengevaluasi perubahan perilaku pasca treatment.3. PrediksiTujuan asesmen yang ketiga adalah untuk memprediksi perilaku seseorang. Misalnya klinisi diminta oleh perusahaan, kantor pemerintah atau militer untuk menyeleksi seseorang yang tepat bagi suatu posisi kerja tertentu. Dalam kasus tersebut, klinisi akan melakukan asesmen dengan mengumpulkan dan menguji data deskriptif yang kemudian digunakan sebagai dasar untuk melakukan prediksi dan seleksi. Klinisi kadang dihadapkan pada situasi untuk memprediksi hal-hal yang berbahaya, misalnya pertanyaan seperti Apakah si A akan bunuh diri ?, Apakah si B tidak akan menyakiti orang lain setelah keluar dari RS?. Pada saat itu klinisi harus menentukan jawaban ya atau tidak. Prediksi klinisi tentang berbahaya atau tidak berbahaya dapat dievaluasi dengan empat kemungkinan jawaban. a. True positive, jika prediksi klinisi berbahaya dan ternyata klien menunjukkan perilaku berbahaya.b. True negative, jika prediksi klinisi tidak berbahaya dan ternyata klien menunjukkan perilaku yang tidak berbahaya.c. False negative, jika prediksi klinisi tidak berbahaya tetapi klien menunjukkan perilaku berbahaya.d. False positive, jika prediksi klinisi berbahaya tetapi klien menunjukkan perilaku tidak berbahaya.Sasaran Asesmen dalam Psikologi KlinisTerdapat banyak kemungkinan sasaran atau target yang diusahakan dalam membuat asesmen klinis. Psikolog klinis dapat memusatkan perhatian terhadap:1. Disfungsi (psikologis) individual, memperhatikan abnormalitas atau kekurangan dalam aspek pikiran, emosi, atau tindakannya.2. Dalam kasus-kasus lain, bisa jadi mereka memusatkan perhatian untuk menemukan kekuatan klien, dalam hal kemampuan, keterampilan, atau sensitivitas yang menjadi target evaluasi.3. Masih termasuk dalam evaluasi, psikolog klinis dapat diminta melakukan evaluasi dan melukiskan kepribadian subyek. Dalam hal ini bisa jadi ia akan menyelenggarakan tes, observasi, dan interview untuk membantu menemukan kebutuhan, motivasi, pertahanan, dan pola perilaku subyek.Metode Asesmen dalam Psikologi Klinis1. Wawancara dalam Pemeriksaan Psikologi KlinisWawancara untuk menjajagi latar belakang masalah dan gangguan seseorang dinamakan wawancara klinis. Wawancara klinis biasanya merupakan suatu bentuk cerita (narrative) yang diarahkan pada pengalaman klien. Wawancara ini mementingkan realitas psikologis, yakni bagaimana sifat dan cara pengalaman subjektif seseorang terhadap suatu peristiwa, dan bukan mementingkan aktualitas historis, yakni kenyataan sebagaimana terjadinya secara fakta objektif dalam riwayat hidup klien. Akan tetapi pemeriksa sebaiknya juga mengetahui sejauh mana ada kemungkinan kebenaran dari cerita klien. Peranan Pemeriksa dalam Pemeriksaan Psikologi KlinisWawancara dalam setting klinis, lebih daripada setting yang lain, sangat dipengaruhi oleh sikap pemeriksa terhadap kliennya. Dari sudut klien, percakapan dengan pemeriksa dapat ia rasakan secara berbeda-beda, misalnya sebagai suatu keadaan yang dapat membebaskannya dari suatu penderitaan. Klien dapat bersikap positif terhadap pemeriksa atau bersikap negatif, tergantung dari pengalaman sebelumnya mengenai wawancara yang pernah dijalaninya. Pihak terapis/pemeriksa, harus pula menyadari sikapnya terhadap klien/pasien agar tidak terjadi proyeksi dalam menafsirkan/menginterpretasi suatu hasil wawancara/pengamatan terhadap klien. Pewawancara harus sadar sepenuhnya atas tindakannya sendiri dan dampak tindakannya terhadap pasien/kliennya. Pemeriksaan Psikologi Klinis pada Tahap AwalSetelah pertanyaan-pertanyaan mengenai data objektif seperti nama, umur, alamat, pekerjaan, pendidikan, dan lain-lain didapat, maka percakapan pertama yang dilakukan dalam pemeriksaan klinis adalah mengenai masalah/keluhan. Pada pertemuan pertama sebaiknya pemeriksa membiarkan klien mengutarakan persoalannya. Dalam hal ini pemeriksa tidak memberikan pertanyaan yang terlalu mendalam atau mengenai sebab-sebab dari keluhannya. Hal ini penting untuk mendapat rapport yang baik dengan klien. Setelah itu pembicaraan diarahkan pada keluhan klien. Beberapa syarat yang harus diperhatikan dalam melakukan pembicaraan yang mendalam yaitu klien cukup stabil, tak begitu terganggu dan pemeriksa siap serta ada waktu yang cukup untuk membicarakan hal tersebut. Pada akhir pertemuan pertama sebaiknya pemeriksa mempersiapkan akhir wawancara dengan memberikan pengarahan wawancara pada satu topik tertentu, dan mempersiapkannya untuk pertemuan konsultasi selanjutnya.

Anamnesis dan Bentuk-bentuk Percakapan/Wawancara KlinisAnamnesis berasal dari Bahasa Yunani yang artinya mengingat kembali. Anamnesis merupakan kegiatan menanyakan kepada klien mengenai suatu persoalan yang dialaminya, mengenai riwayat hidupnya. Setelah pada tahap awal pemeriksaan dibahas mengenai keluhan/masalah klien dan latar belakangnya maka selanjutnya diadakan eksplorasi mengenai riwayat keluhan dan riwayat hidup klien. Ada beberapa teknik bertanya yang dikemukakan ole Wallen sehubungan dengan pengambilan anamnesis. Teknik-teknik bertanya tersebut adalah:1. Narrowing Questions: mulai dengan mengajukan pertanyaan luas, kemudian disusul dengan pertanyaan yang lebih mendetail. Fungsinya ialah untuk mengetahui sikap klien yang spontan atau yang sejujur-jujurnya.2. Progressing Questions: mulai dengan memberikan pertanyaan tentang suatu yang dekat dengan apa yang sesungguhnya ingin diketahui, kemudian menyusul pertanyaan yang secara progresif mengarah pada hal yang sesungguhnya ingin diketahui.3. Embedding Questions: menyembunyikan pertanyaan yang lebih signifikan, ke dalam pertanyaan lain.4. Leading Questions: memberikan pertanyaan yang terarah pada sesuatu yang ingin diketahui, dengan cara yang hati-hati.5. Holdover Questions: menunda suatu pertanyaan yang tiba-tiba muncul dalam pikiran pemeriksa, sewaktu klien sedang menceritakan suatu peristiwa.6. Projective Questions: menanyakan pendapat klien tentang hal-hal tertentu atau orang lain, untuk mengetahui sistem nilai klien yang diterapkan terhadap pada diri sendiri atau terhadap orang lain.2. Observasi dalam Psikologi KlinisLima keadaan/cara menerapkan observasi yakni pada studi lapangan, introspeksi, studi kasus, metode klinis dan metode eksperimen. Studi lapangan tidak mengontrol apa yang diobservasi, tapi berusaha untuk membuat proses observasi itu dapat diandalkan semaksimal mungkin. Introspeksi atau pengamatan diri sendiri ialah suatu proses asosiasi yang hanya dikontrol oleh subjek yang melakukan introspeksi. Studi kasus adalah observasi historis yang didasarkan pada penggunaan dokumen pribadi. Metode observasi klinis memberikan kemungkinan kontrol dengan menggunakan situasi standar, stimuli standar (misalnya wawancara dan tes) dan pengarahan standar. Metode observasi eksperimental berbeda dari empat metode sebelumnya di mana observer menentukan lebih dahulu hal-hal yang akan diobservasi dan di mana atau dari mana ia akan mendapatkannya. Metode klinis terdiri dari observasi yang dikendalikan oleh wawancara dan tes. Metode klinis digunakan untuk mendapatkan baik diagnosis informal maupun diagnosis formal atau nama-nama penyakit jiwa.3. Tes TerstrukturTes ini meminta subyek untuk menjawab pertanyaan secara tegas, tidak samar-samar, ya atau tidak, dan maknanya uniform, serta merespons pertanyaan dengan cara yang terbatas. Tes terstruktur membutukan standarisasi yang hati-hati dan norma yang representatif. Termasuk dalam hal standarisasi ini adalah prosedur pengetesan dan klien serta tempat dan suasana di mana tes berlangsung. Setiap tes sebagai bagian dalam keseluruhan asesmen, pada dasarnya dapat dibakukan. Yang penting adalah adanya paling sedikit, reliabilitas dan validitas yang memadai dalam hal alat tesnya, dan terdapat keseragaman dalam pelaksanaan tes maupun kejelasan subyek pengetesan atau biasa disebut testee. Wilayah psikis-mental yang dapat dijangkau oleh tes terstruktur tidak hanya menyangkut dominan kognitif, seperti inteligensi, melainkan juga yang bersifat afektif, seperti emosionalitas, dan motivasi. Standardisasi, atau pembakuan, diperlukan agar efek dari faktor-faktor luar yang tidak dikehendaki, misalnya perbedaan yang tidak dimaksudkan untuk diukur dari orang-orang yang dites, diminimalkan.4. Tes Tak TerstrukturDisebut tak terstruktur karena stimulus tesnya tidak membutuhkan jawaban yang ditentukan secara tegas dan jelas. Faktor pribadi testee sangat menentukan. Dalam tes tak terstruktur tidak terdapat ikatan yang terlalu kuat akan adanya item tes dan lebih menekankan pada bagaimana subyek berespons terhadap alat tes yang ambiguous. Pada dasarnya terdapat beberapa kemungkinan cara penafsiran, yang terpenting ialah asosiasi dan simbolisasi. Dengan asosiasi dimaksudkan, bahwa respons-respons itu memiliki kedekatan dengan kehidupan atau kejadian sehari-hari yang paling dekat dialami klien/pasien dan memiliki kaitan dengan keluhan yang dimilikinya. Dengan simbolik dimaksudkan, bahwa apa yang menjadi respons itu bukanlah keadaan yang wujudnya sama dengan keadaan atau permasalahan yang dialami klien dalam kehidupan sehari-hari. Wujud itu harus ditafsirkan lebih dalam.5. Asesmen-asesmen Keperilakuan (Behavorial Assessments)Observasi ini merupakan observasi sistematik yang dilakukan dalam laboratorium, di klinik, kelas, ataupun dalam perilaku sehari-hari. Dalam situasi klinis observasi ini kadang-kadang dimaksudkan untuk mendapatkan informasi yang tidak diperoleh melalui wawancara, mengevaluasi ketepatan komunikasi verbal klien dan konsistennya dengan komunikasi non-verbal, dan motivasi yang perlu mendapat perhatian khusus yang melahirkan perilaku klien. Pendekatan behavioral dalam asesmen ini mengarahkan pada contoh-contoh perilaku yang langsung dijaring dalam proses investigasi. Daripada menggunakan tes untuk mendapatkan pemahaman mengenai ciri-ciri kepribadian atau psikodinamika, pendekatan behavioral dirancang lebih untuk menggambarkan pola perilaku kehidupan nyata subyek dan akibat dari keadaan lingkungan terhadap pola-pola perilaku ini.6. Kunjungan RumahPsikolog klinis umumnya tidak (boleh) melakukan kunjungan ke rumah, karena merupakan wewenang pekerja sosial atau perawat kesehatan masyarakat. Namun makin lama makin dirasakan penting bagi klinikus untuk melakukan kunjungan rumah tersebut, dengan maksud memahami kehidupan alamiah klien di rumah dan keadaan serta pola kehidupan keluarga klien. Termasuk di sini adalah setiap pola relasi antaranggota keluarga dan perannya masing-masing. Terdapat enam keuntungan dari kunjungan rumah ini:1. Fungsi keseluruhan keluarga terlihat sebagaimana adanya2. Setiap anggota keluarga lebih berpeluang untuk melaksanakan peran sehari-harinya3. Terdapat lebih sedikit kemungkinan untuk tidak hadirnya anggota keluarga dalam sesi terapi4. Terdapat peluang untuk melihat seluruh keluarga dalam permasalahan, bukan hanya pada seseorang anggota saja5. Terdapat kemungkinan untuk tidak merasa cemas dalam lingkungannya keluarga, sehingga lebih terbuka dan minimalnya perilaku dibuat-buat6. Terapi yang berlaku terbebas dari hubungan formal dokter-pasien7. Catatan KehidupanPsikolog sering tertarik untuk mempelajari riwayat hidup klien, karena riwayat itu dapat mendasari permasalahan yang dialaminya saat ini. Permasalahan yang dialaminya saat ini. Selain itu, juga dari catatan peristiwa dan kesan-kesan pribadi yang akan memberi pengaruh pada keadaannya saat ini. Bisa jadi permasalahan yang dialami saat ini justru lebih banyak terungkap dari catatan kehidupan pasien di masa lalu. Ini didukung oleh teori yang menyatakan bahwa kehidupan sesorang di masa kini tidak lepas dari kehidupannya di masa lalu. Sebagai alat bantu untuk asesmen adalah dengan menafsirkan berbagai peristiwa yang dialaminya serta apa yang dilakukan atau dipikirkannya, kita bisa menafsirkan kepribadian macam apakah individual itu. Dari situ kita dapat menduga kurang lebih dinamika atau proses kejiwaan macam apakah yang telah dialaminya, bahkan gangguan macam apakah yang akan dialami orang dengan kepribadian tersebut. Dengan kata lain, kita dapat menduga mengenai apa saja yang menjadi penyebab dan jenis gangguan apa yang dialami pasien tersebut.8. Dokumen PribadiDokumen pribadi pun tidak harus berisikan mengenai peristiwa dan sikap serta angan-angan klien, melainkan bisa jadi foto-foto yang dikumpulkannya, ialah peristiwa-peristiwa apa yang dianggapnya penting. Demikian juga jenis barang-barang koleksi, seperti barang-barang antik yang ditafsirkan, misalnya oleh McCleland sebagai tanda kepribadian yang dilandasi oleh kebutuhan akan harga diri, kekuatan, atau menguasai orang lain.9. Pemfungsian PsikologisHubungan psikis-mental dan faal organ tubuh sangatlah erat. Teekanan darah, misalnya, sering berhubungan dengan adanya kecemasan dan juga merupakan reaksi atas tekanan-tekanan psikologis. Seorang yang marah biasanya menampilkan muka yang merah karena darah banyak dipompa jantung sehingga mengisi saluran-saluran darah kapiler di permukaan kulit. Bisa jadi juga menjadi gemetar karena ketegangan diotot (untuk sementara) harus ia tahan, padahal justru ingin dilampiaskan. Makin lama makin banyak ditemukan organ tubuh yang fungsinya berkaitan erat dengan kondisi dan situasi psikologis. Dalam gangguan psikolofisiologis yang pernah mengganti nama gangguan psikosomatis, tercatat hampir semua organ tubuh dapat terganggu fungsinya oleh kondisi psikologis tertentu.10. Pemberian Tes dalam Pemeriksaan Psikologi KlinisUntuk pemeriksaan klinis sebaiknya klien diberikan tes khusus sesuai dengan masalah klien. Tes ini digunakan sebagai alat bantu utama untuk dapat lebih mengerti keadaan klien. Tes baru dapat diberikan jika suda ada kontak yang baik antara klien dengan pemeriksa, cukup banyak informasi dari anamnesis, dan ada kesediaan klien untuk dites. Terutama pada klien yang pandai, administrasi tes perlu dipersiapkan dan diterangkan kegunaan serta batas-batasnya. Tes yang biasanya diadministrasikan pada subjek antara lain tes intelegensi umum, tes proyeksi, tes grafis, dan inventori kepribadian. Tes intelegensi umum diberikan untuk mengetahui tingkat kecerdasan pada waktu kini untuk membandingkan keadaan kini dengan keadaan sebelum sakit. Tes memori perlu diberikan pada klien yang mempunyai keluhan sering lupa, sukar konsentrasi, sakit kepala, dan lain-lain. Tujuannya adalah melihat kestabilan perhatian, ketelitian dan kecepatan kerja. Tes proyeksi merupakan yang penting dilakukan untuk pemeriksaan klinis dengan tujuan mengungkapkan hal-hal yang kurang atau tidak disadari. Tes grafis adalah yang paling digemari oleh psikolog di Indonesia karena memakan waktu yang relatif singkat dan kebanyakan menggunakan analisis kuantitatif. Kelemahan tes grafis ialah bahwa seringkali pemeriksa terpengaruh oleh keindahan gambar atau keterampilan menggambar klien dan melupakan segi-segi formal gambar.11. Penyampaian Hasil Asesmen Klinis dan Laporan Pemeriksaan Psikologi KlinisPenulisan hasil asesmen dapat dilakukan untuk keperluan akademik (menulis laporan kasus untuk diskusi ilmiah, keperluan penelitian longitudinal) dan dapat dilakukan untuk keperluan praktik (membalas surat konsultasi dari dokter tentang seorang pasien, memberikan hasil evaluasi psikologis kepada seorang yang mengirim kliennya kepada psikolog klinis). Penulisan Laporan AkademikUntuk keperluan akademik, penulisan laporan pemeriksaan, atau penulisan hasil asesmen disarankan membedakan berdasarkan pengumpulan data dari observasi dan wawancara saja (laporan life), atau dari hasil tes saja dengan data terpenting subjek seperti seks, usia, pendidikan, masalah subjek. Penulisan laporan berdasarkan tes dan data terpenting klien disebutkan laporan blind karena tidak meliat subjek yang diperiksa. Laporan Pemeriksaan LifeLaporan kasus yang didasarkan atas wawancara dan observasi dapat meliputi aspek-aspek:a. keluhan, simtom, atau masalah yang menyebabkan klien datangb. kepribadian yaitu predisposisi, temperamen, tipologi, struktur, dinamika kepribadian klienc. frustasi atau konflik atau stresor terakhir yang dihadapid. penyesuaian diri pada saat akhir pemeriksaan Penulisan Laporan BlindLaporan pemeriksaan psikologis dapat pula dibuat atas dasar data tes yang diberikan pada subjek/klien/pasien. Kesimpulan yang diperoleh umumnya meliputi deskripsi intelegensi dan kepribadiannya subjek. Inferensi/interpretasi data tes juga dapat menghasilkan suatu gambaran kepribadian namun konsep dan konstruknya lebi banyak mengambil dari teori tes yang terkait. Hasil Pemeriksaan untuk Disampaikan Kepada Klien atau Pihak yang MemintaBila laporan pemeriksaan klinis akademik dibuat untuk tujuan pendidikan calon psikolog dan untuk melakukan penelitian, maka laporan pemeriksaan klinik untuk pihak luar tujuannya adalah untuk memberi informasi, saran atau jawaban terhadap masalah yang diajukan peminta laporan tersebut, agar dapat dimengerti dan bermanfaat bagi pihak yang meminta laporan tersebut. Perlu dihindari kemungkinan terjadinya penyalahgunaan, penafsiran yang tidak tepat, atau elaborasi yang tidak menjawab masalah yang ditanyakan, yang mungkin dapat mengganggu kesejahteraan beberapa pihak. Untuk itu sangat dianjurkan bahwa antara pemeriksa, klien dan peminta laporan, terlebih dahulu ada kesepakatan tentang isi dan bentuk laporan, penggunaan dan kerahsiaannya, agar sesuai dengan apa yang dianjurkan dalam Kode Etik Himpsi. Bila pemeriksa diminta sendiri oleh klien maka biasanya tidak perlu ditulis sebuah laporan. Penyampaian laporan yang isinya positif tidak terlalu menimbulkan masalah dalam penyampaiannya. Pemeriksa perlu tahu apakah subjek memahami benar arti laporan tanpa terjadi misinterpretasi. Penyampaian hasil pemeriksaan sebaiknya dilakukan secara dua arah, artinya klien tidak hanya mendengarkan hasil tapi juga mendapat kesempatan bertanya. Bila bentuk hasil pemeriksaan adalah tertulis dan akan dibaca nonpsikolog, perlu dipertimbangkan isi laporan dan metode menjaga kerahasiaannya.

Proses Asesmen dalam Psikologi KlinisMenurut Bernstein dan Nietzel (1980) ada empat komponen dalam proses asesmen psikologi klinis yakni: Perencanaan dalam prosedur pengumpulan data (planning data collection procedures) Pengumpulan data untuk asesmen Pengolahan data dan pembentukan hipotesis atau image making Mengkomunikasikan data asesmen baik dalam bentuk laporan maupun dalam bentuk lisana. Perencanaan dalam Prosedur Pengumpulan DataSebelum dilakukan prosedur asesmen, terlebih dulu pemeriksa harus bertanya pada diri sendiri apa yangia ingin ketahui dan bagaimana caranya. Prosedur pemeriksaan dalam psikologi klinis umumnya terdiri dari observasi, wawancara, dan tes yang dipilih sesuai dengan pertanyaan yang harus dijawab. Untuk efisiensi dalam proses pemeriksaan biasanya digunakan cara-cara yang dapat memberi informasi dengan keluasan (breadth, bandwidth) dan kedalaman (intensity, fidelity) yang cukup. Selanjutnya perlu dipertimbangkan apakah tujuan asesmen itu untuk melakukan klasifikasi (diagnosis medis), deskripsi variabel, atau untuk prediksi. Usaha-usaha atau penekanan asesmen yang dilakukan disesuaikan dengan pendekatan atau teori yang akan digunakan. Penekanan asesmen berkaitan dengan dinamika kepribadian, latar belakang lingkungan sosial dan keluarga, pola interaksi dengan orang lain, persepsi terhadap diri dan realita atau riwayat secara genetis dan fisiologi.Penekanan tersebut harus selalu disesuaikan dengan pendekatan yang akan digunakan : Psikodinamika lebih memfokuskan pada pertanyaan seputar motif bawah sadar, fungsi ego, perkembangan pada awal kehidupan (5 tahun pertama) dan berbagai macam defense mechanism. Kognitif-behavior memfokuskan pada skill, pola berpikir yang biasa digunakan, berbagai stimulus yang mendahului serta permasalahan perilaku yang menyertainya. Fenomenologi cenderung mengikuti outline asesmen dan melihat bahwa serangkaian asesmen merupakan kolaborasi untuk memahami klien dalam hal bagaimana klien melihat atau mempersepsi dunia.Tingkat Asesmen dan Data yang Berkaitan:TINGKAT ASESMENJENIS DATA

1. SomatisGolongan darah, pola respon somatis terhadap stres, fungsi hati, karakteristik genetis, riwayat penyakit, dsb

2. FisikBerat/tinggi badan, jenis kelamin, warna kulit, bentuk tubuh, tipe rambut, dsb

3. DemografisNama, umur, tempat/tanggal lahir, alamat, nomor telepon, pekerjaan, pendidikan, penghasilan, status perkawinan, jumlah anak, dsb

4. Overt behaviorKecepatan membaca, koordinasi mata-tangan, kemampuan conversation, ketrampilan bekerja, kebiasaan merokok, dsb

5. Kognitif/intelektualRespon terhadap tes intelegensi, daya pikir, respon terhadap tes persepsi, dsb

6. Emosi/afeksiPerasaan, respon terhadap tes kepribadian, emosi saat bercerita, dsb

7. LingkunganLokasi dan karakteristik tempat tinggal, deskripsi kehidupan pernikahan, karakteristik pekerjaan, perilaku anggota keluarga dan teman, nilai-nilai budaya dan tradisi, kondisi sosial ekonomi, lokasi geografis, dsb

b. Pengumpulan Data Melalui Wawancara, Observasi, dan TesSesuai dengan pertanyaan pada tahap perencanaan maka ditentukan bagaimana wawancara dilakukan dan informasi apa yang diutamakan. Demikian juga untuk observasi, perlu ditentukan metode dan focus observasi.Wawancara adalah metode asesmen yang relatif murah dan mudah. Wawancara dapat dilakukan di mana saja dan fleksibel dalam pelaksanaannya. Namun wawancara mempunyai kelemahan yakni dapat terdistorsi oleh sifat pewawancara dan pertanyaan apa yang diajukan, dipengaruhi oleh keadaan klien yang diwawancara, dan oleh situasi tempat wawancara diadakan.Hasil observasi juga merupakan sumber informasi yang penting untuk asesmen. Keuntungan observasi adalah dapat melihat langsung apa yang dilakukan subjek yang merupakan sasaran asesmen. Ini lebih baik daripada hasil wawancara yang dapat direkayasa oleh subjek yang diwawancara. Situasi untuk observasi dapat dipilih yang paling tepat serta dapat diarahkan secara lebih spesifik untuk tujuan kuantifikasi. Kelemahan observasi adalah adanya pengaruh bias dari observer.Tes, seperti wawancara, juga memberikan sample dari tingkah laku. Keuntungan dari tes adalah mudah, ekonomis, dapat dilakukan oleh banyak orang (asal professional) dan terstandardisasi. Bentuk tes yang sudah standar tersebut membantu untuk mengurangi bias yang mungkin muncul selama proses asesmen berlangsung. Respon yang diberikan biasanya dapat diubah dalam bentuk skor dan dibuat analisis kuantitatif. Hal itu membantu klinisi untuk memahami klien. Skor yang didapat kemudian diinterpretasi sesuai dengan norma yang ada.Life record merupakan asesmen yang dilakukan melalui data-data yang dimiliki seseorang baik berupa ijazah sekolah, arsip pekerjaan, catatan medis, tabungan, buku harian, surat, album foto, catatan kepolisian, penghargaan, dsb. Banyak hal dapat dipelajari dari life record tersebut. Pendekatan ini tidak meminta klien untuk memberi respon yang lebih banyak seperti melalui interview, tes atau observasi. Selama proses ini, data dapat lebih terhindar dari distorsi memori, jenis respon, motivasi atau faktor situasional. Dengan merangkum informasi yang di dapat tentang pikiran dan tingkah laku klien selama periode kehidupan yang panjang, life records memberikan suatu sarana bagi klinisi untuk memahami klien dengan lebih baik.c. Pengolahan Data dan Pembentukan HipotesisBila data telah terkumpul, pemeriksa dapat member makna atau menginterpretasi sesuai dengan tujuan dan orientasi teoretiknya. Data mentah dari observasi, wawancara, dan tes diubah menjadi kesimpulan (hipotesis, image, dan hubungan-hubungan) yang dapat dibedakan dalam tingkatan abstraksinya, dalam orientasi teoretiknya, dan dalam kaitannya dengan tujuan asesmen.Temuan dari observasi dan wawancara dapat digunakan sebagai sampel tingkah laku, sebagai korelasi tingkah laku, atau sebagai tanda dari adanya hal yang melandasi tingkah laku itu.d. Mengkomunikasikan data asesmen baik dalam bentuk laporan maupun dalam bentuk lisanHasil dari asesmen biasanya akan ditulis menjadi sebuah laporan asesmen. Ada tiga kriteria yang harus dipenuhi suatu laporan asesmen yaitu jelas, relevan dengan tujuan dan berguna.Jelas: Kriteria pertama yang harus dipenuhi adalah laporan itu harus jelas. Tanpa kriteria ini, relevansi dan kegunaan laporan tidak dapat dievaluasi. Ketidakjelasan laporan psikologis merupakan suatu masalah karena kesalahan interpretasi dapat menyebabkan kesalahan pengambilan keputusan.Relevan dengan tujuan: Laporan asesmen harus relevan dengan tujuan yang sudah ditetapkan pada awal asesmen. Jika tujuan awalnya adalah untuk mengklasifikasikan perilaku klien maka informasi yang relevan dengan hal itu harus lebih ditekankan. Berguna: Laporan yang ditulis diharapkan dapat memberikan sesuatu informasi tambahan yang penting tentang klien. Kadang terdapat juga laporan yang mempunyai validitas tambahan yang rendah.

Berbagai Jenis Asesmen dalam Psikologi Klinisa. Asesmen Pemfungsian IntelektualAsesmen kemampuan dan atau kekurangan intelektual merupakan salah satu tugas orisinal yang dilakkan psikolog, karena ada sebagian psikolog dan ada masa dimana faktor inteligensi dinilai dan atau dianggap paling berperan dalam perkembangan kepribadian dan pendalaman disiplin seseorang dalam melakoni kehidupannya, di bidang apa pun.b. Asesmen KepribadianAsesmen kepribadian merupakan istilah yg umum dalam upaya umtuk menemukan pola perilaku dan pola pikiran atau penyesuaian diri seseorang secara khas terhadap lingkungannya. Dalam asesmen kepribadian, pendapat psikoanalisis tentang adanya subtansi yg direpresi, merupakan asumsi yang tidak dapat dihindarkan. Setiap gejala yg tampil dalam perilaku, selain didasari oleh intensi yang sadar, juga sangat penting mengenai peran yang tidak sadar. Dalam banyak kasus bisa dikemukakan, bahwa perilaku yang disadari atau disengaja, sering dilatarbelakangi kebutuhan atau motivasi yang tidak sadar. Oleh karena itu, sangat dianjurkan untuk memahami latar belakang itu, antara lain dengan melihat simbol atau latar belakang motivasi dibalik tingkah laku sadarnya.Laporan kepribadian bersifat dinamis, dan berarti menggunakan teori-teori yang menggunakan pendekatan psikodinamik, tetapi tidak harus selalu psikoanalisis dari Sigmund Freud. Asesmen kepribadian pada dasarnya terdapat pembagian menjadi projective assesment dan objective assesment.1. Projective AssesmentProjective Assesment berkembang dari perspektif teoritis yang menampilkan karakterisitika dinamis sebagai inti kepribadian (seperti teori psikoanalisis). Karena itu, metode dasarnya melibatkan upaya menyiapkan subyek dalam suatu bentuk kisah, ambifus, dan hampir tanpa isi terhadap mana untuk berespons bersama suatu minimum struktur atau instruksi. Secara teoretis, pemeriksa menganggap bahwa bila semua alat tes berisikan suatu isi yang minimum maka respons subyek hanya merupakan fungsi kepribadian subyek. Dapat dikatakan, makin banyak kesempatan subyek harus berespons bebas idiosinkratis, makin personal dan bermaknalah respons-respons itu. Berdasarkan pandangan teori psikodinamik mengenai kepribadian, proyeksi dilihat sebagai alat yang sensitif bagi aspek tak sadar perilaku.mekanisme pertahan diri dan kecenderungan laten disimpulkan dari data fantasi tak terstruktur yang dihasilkan dalam konteks dimana tidak ada jawaban yang benar dan salah.2. Objective AssesmentPendekatan obyektif asesmen kepribadian merupakan usaha yang secara ilmiah berusaha menggambarkan karakteristika atau sifat-sifat individu atau kelompok sebagai alat untuk memprediksi perilaku.Standarisasi sangat penting dalam tes obyektif. Secara singkat, asesmen obyektif merupakan pendekatan yang terstruktur, ilmiah, dan non subyektif dalam deskripsi individual.c. Asesmen Pemfungsian NeuropsikologisAsesmen neuropsikologis melibatkan pengukuran tanda-tanda perilaku yang mencerminkan kesehatan atau kekurangan dalam fungsi otak. Terdapat tiga kegiatan psikolog klinis dalam asesmen neuropsikologis, yaitu menyangkut fokus perhatian asesmen ini, sejumlah alat tes neuropsikologis yang utama, dan bukti-bukti riset menyangkut reliabilitas dan validitas tes untuk asesmen neuropsikologis.1. Pertanyaan-pertanyaan Asesmen Neuropsikologis yang Memerlukan JawabanAsesmen neuropsikologis berusaha untuk membujuk kehadiran, dan lokasi, dari cedera otak dengan enam pertanyaan berikut :1. Apakah gangguan otak itu jelas lokasinya atau kabur?2. Apakah gangguan bersangkutan dengan pergeseran jaringan atau penyakit jaringan?3. Apakah gangguan bersifat progresif atau non progresif?4. Apakah gangguan akut atau kronik?5. Apakah disfungsi itu organik atau fungsional?6. Mungkinkah Minimal Brain Dysfunction?2. Berbagai Tes Asesmen Neuropsikologis1. Tes Persepsi Visual2. Tes-tes Persepsi Pendengaran3. Test of Tactile Perception4. Test of Motor Coordination and Steadiness5. Test of Sensomotor Construction Skill6. Test of Memory7. Test of Verbal (Kemampuan Bahasa)8. Test of Conceptuan Reasoning Skill

d. Asesmen PerilakuAsesmen perilaku merupakan pendekatan situasi spesifik, dimana variasi spesifik dalam keadaan lingkungan dengan teliti dan periksa untuk menentukan peranan mereka terhadap pemfungsian klien. Asesmen perilaku dapat juga dilihat sebagai pandangan konseptual yang didalamnya, pengaruh resiprokal tindakan orang dan konteks-konteks lingkungan, mendapat penekanan. Secara tipikal asesor perilaku akan berusaha untuk mengidentifikasikan hubungan antara interpersonal klien dan lingkungan fisiknya dan perilaku yang mencerminkan permasalahan klien dalam kehidupannya.Ada pun landasan penggunaan asesmen perilaku adalah perspektif perilaku dimana pemfungsian manusia dilihat sebagai produk dari interaksi yang terus menerus antara pribadi dan situasi. Orang membentuk kehidupannya sendiri melalui perilakunya, pemikiran dan perencanaan, serta emosinya.1. Metode Asesmen PerilakuTerdapat lima metode asesmen perilaku yang umumnya dikenal orang, yaitu observasi naturalistik, pemantauan sendiri, laporan diri situasi spesifik oleh klien, observasi analog, dan observasi dan rating oleh orang lain yang signifikan.2. Laporan Diri dalam Asesmen PerilakuKalau pusat perhatian dan observasi pada laporan diri adalah perilaku spesifik yang terjadi dalam perangkat spesifik, maka laporan diri memiliki nilai akurasi yang tinggi. Pengukuran laporan diri telah berkembang untuk mengakses aspek-aspek situasi seperti juga untuk mengakses perilaku.3. Asesmen AnalogAsesmen analog bisa jadi dilaksanakan dengan cara berikut: paper-and-pencil test, audiotape atau video tape test, enacment tests, role play test, dan stimulasi. Metode-metode ini berbeda dalam alat yang mana situasi analog ditampilkan dalam partisipan klien dan dalam tipe respons yang diminta dari klien4. Observasi Perilaku dan Peringkatan Perilaku Orang DekatTeman bermain, orang tua, guru-guru, dan staf bangsal psikiatris diminta untuk melakukan observasi langsung atau secara restospektif membuat peringkat atas perilaku klien. Metode ini menampilkan sumber data yang menyeluruh karena cara di mana orang dipandang oleh orang yang secara signifikan sangat kuat mempengaruhi perilaku dan persepsi diri orang.5. Wilayah Tambahan Asesmen PerilakuAsesmen respons fisiologis dan asesmen kognitif spesifik menampilkan dua wilayah tambahan area dalam asesmen kepribadian.a. Asesmen PsikofisiologisPengukuran atau penilaian psikofisiologis, yang mengukur besarnya keadaan psikologi yang ditampilkan dalam gejala-gejala fisiologis, fisik, atau organik, secara umum dapat didefinisikan sebagai kuantifikasi kejadian-kejadian biologis sebagaimana mereka berhubungan dengan pengubah-pengubah psikologis.b. Asesmen Kognitif-PerilakuTarget dasar atau umum asesmen kognitif keperilakuan, adalah respons spesifik, tetapi respons-respons ini adalah aktivitas kognitif klien atau subyek penelitian dan bukan kejadian yang dapat diamati. Dalam hal ini, kejadian-kejadian kognitif bukan merupakan bagian asesmen perilaku. Meskipun demikian, asesmen respons-respons kognitif yang spesifik dalam situasi spesifik, baik sebagai bantuan untuk penanggulangan atau pengubah terikat dalam penelitian, merupakan tambahan penting bagi asesmen perilaku.

PenutupKesimpulanAsesmen dalam psikologi klinis ialah pengumpulan informasi untuk digunakan sebagai dasar bagi keputusan-keputusan yang akan disampaikan oleh penilai. Tujuan Asesmen dalam Psikologi Klinis ada tiga macam yaitu klasifikasi diagnostik, deskripsi dan prediksi. Asesmen dalam psikologi juga memiliki 3 sasaran atau target yang akan diusahakan dalam pembuatannya yaitu, disfungsi psikologis individual; menemukan kekuatan klien dalam aspek keterampilan, kemampuan, atau sensitivitasnya; dan juga psikolog klinis dapat diminta melakukan evaluasi dan melukiskan kepribadian subyek. Ada empat komponen dalam proses asesmen psikologi klinis yakni: Perencanaan dalam prosedur pengumpulan data (planning data collection procedures), pengumpulan data untuk asesmen, pengolahan data dan pembentukan hipotesis atau image making, mengkomunikasikan data asesmen baik dalam bentuk laporan maupun dalam bentuk lisan.

DAFTAR PUSTAKA

Wiramihardja, Sutardjo A., Prof, Dr. 2012. Pengantar Psikologi Klinis. Bandung: Refika Aditama. Slamet I. S., Suprapti & Markam, Sumarmo. 2006. Pengantar Psikologi Klinis. Jakarta: UI-Press2