Upload
frenky-azuandi
View
230
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
7/21/2019 kisi - kisi psikologi
http://slidepdf.com/reader/full/kisi-kisi-psikologi 1/5
Behaviorisme atau Aliran Perilaku (juga disebut Perspektif Belajar) adalah filosofi
dalam psikologi yang berdasar pada proposisi bahwa semua yang dilakukan organisme —
termasuk tindakan, pikiran, atau perasaan— dapat dan harus dianggap sebagai perilaku. Aliran
ini berpendapat bahwa perilaku demikian dapat digambarkan secara ilmiah tanpa melihat
peristiwafisiologis internal atau konstrak hipotetis seperti pikiran. Behaviorisme beranggapan
bahwa semua teori harus memiliki dasar yang bisa diamati tapi tidak ada perbedaan antaraproses yang dapat diamati secara publik (seperti tindakan) dengan proses yang diamati secara
pribadi (seperti pikiran dan perasaan).
Reinforcement adalah penguatan yang memberikan respon positif terhadap suatu tingkah laku
tertentu dari siswa yang memungkinkan tingkah laku tersebut timbul kembali (Alma, 2008: 30). Tujuan
adanya reinforcement adalah dapat meningkatkan perhatian siswa, memudahkan proses belajar,
membangkitkan dan mempertahankan motivasi, mengubah sikap suka mengganggu dan
menimbulkan tingkah laku belajar yang produktif, mengembangkan dan mengatur diri sendir dalam
belajar, mengarahkan kepada cara berpikir yang baik.Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan
bawa reinforcement adalah penguatan yang memberikan respon positif terhadap suatu tingkah lakutertentu dari siswa yang memungkinkan tingkah laku tersebut timbul kembali.
2. Komponen ReinforcementKomponen-komponen keterampilan dalam pemberian reinforcement
atau penguataan pada siswa penting digunakan oleh guru untuk lebih memotivasi siswa dalam
belajar matematika. Terdapat tiga komponen dalam reinforcement, yaitu :
1). Verbal reinforcement
Verbal reinforcement berupa komentar ungkapan, pujian yang berbentuk kata-kata ataupun kalimat.
a). Kata-kata : baik, bagus, hebat sekali, benar sekali, sangat teliti dan sebagainya.
b). Kalimat :
i). Itu suatu pikiran yang baik.
ii). Cara berpikir kritis sekali.
iii). Terima kasih kamu sangat pandai.
2). Gestural reinforcement
Gestural reinforcement berupa penguatan yang ditunjukkan melalui wajah ataupun anggota badan
lain.
a). Wajah: senyum, mengangkat alis, tertawa, siulan, kerlingan mata.
b). Anggota badan : tepuk tangan, menunjuk, tanda o. k., naikkan tangan, anggukan, gelengkan
kepala (keheranan), jempol, angkat bahu.
3). Proximity reinforcement
Proximity reinforcement seperti berjalan mendekati, berdiri di dekat, duduk dekat kelompok, berdiri diantara siswa.
4). Contact reinforcement
Tepuk bahu, punggung, tangan pada kepala, jabat tangan, memegang rambut, menaikkan tangan
siswa. Dalam hal ini harus diperhatikan kebiasaan daerah setempat. Ada tabu memegang pipi,
memegang kepala dan sebagainya.
5). Activity reinforcement
Berjalan mendahului, membagi bahan, memimpin permainan, membantu siswa dalam menggunakan
OHP, mendengarkan musik, radio, TV.
6). Token reinforcement
Pemberian hadiah, bintang komentar tertulis pada buku pekerjaan, nama kehormatan, perangko,
7/21/2019 kisi - kisi psikologi
http://slidepdf.com/reader/full/kisi-kisi-psikologi 2/5
mata uang, gambar, es, lilin dan sebagainya.
Beberapa prinsip penggunaan dalam reinforcement (Alma, 2008: 32) antara lain :
a). Penuh kehangatan, antusias dan jujur.
b). Hindari reinforcement negatif: kritikan dan hukuman.
c). Bervariasi.d). Penuh arti bagi siswa.
e). Bersifat pribadi.
f). Langsung atau segera.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa bentuk reinforcement antara lain verbal
reinforcement, gestural reinforcement dan proximity reinforcement, contact reinforcement, activity
reinforcement, dan token reinforcement. Pemberian reinforcement atau penguataan pada siswa
penting digunakan oleh guru untuk lebih memotivasi siswa dalam belajar matematika.
3. Modus Reinforcement
Dalam pemberian reinforcement kepada siswa, ada beberap modus penggunaan yang perlu
diperhatikan. Menurut Alma (2008: 33) modus penggunaan reinforcement meliputi :
1). Whole group reinforcement
Komponen reinforcement dapat diterapkan oleh guru pada seluruh kelas dari waktu ke waktu.
Komponen yang digunakan biasanya berupa verbal, token, gestural dan aktivitas.
2). Delayed reinforcement
Komponen reinforcement langsung dapat diberikan guru segera diberikan, biasanya penundaan ini
dihubungkan dengan pemberian keterangan atau isyarat lain untuk menekankan bahwa
reinforcement diberikan namun ditunda atau diberikan kemudian.
3). Partial reinforcement
Digunakan untuk menghindari reinforcement yang negatif. Sebagian menerima respons siswa,misalnya jawaban siswa setengah-setengah betul, guru tidak menyalahkan atau mengkritik jawaban
tersebut, tetapi meminta siswa lain menjawab atau memberi tanggapan. Seandainya jawaban siswa
yang kedua benar, maka dikembalikan kepada siswa yang pertama untuk mengulangi, jawaban yang
benar kemudian diberi reinforcement.
4). Personalized reinforcement
Sebaiknya diberikan langsung atau segera pada siswa secara perorangan, karena kemampuannya.
Ini lebih selektif dari pada apabila bersifat anonim dan tidak spesifik kepada seseorang.Beradasarkan
uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pemberian reinforcement harus disesuaikan dengan modus
penggunaan reinforcement meliputi : whole group reinforcement, delayed reinforcement, partial
reinforcement, dan personalized reinforcement.
Reward adalah ganjaran atau hadiah. Dalam bahasa arab ganjaran diistilahkantsawab (pahala
upah dan balasan). Jadi secara umum reward dapat penulis didefinisikan adalah sesuatu yang
diberikan kepada seseorang sebagai bagian dari upaya untuk menyenangkan atau membagiakan
seseorang dengan tujuan tertentu. Tujuan pemberikan ganjaran kepada seorang siswa berguna
sebagai penguatan akan perilaku positif yang dilakukan oleh peserta didik. Jika dikontekskan
dalam pelaksanaan pembelajaran di kelas bentuk-bentuk reward yang dapat diterapkan seorang
guru, yaitu:
1. Ekspresi verbal/pujian2. Imbalan materi/hadiah
7/21/2019 kisi - kisi psikologi
http://slidepdf.com/reader/full/kisi-kisi-psikologi 3/5
3. Memandang dan tersenyum
4. Menuliskan namanya di papan tulis
5. Menunjukkan kebaikan
6. Mengganggap kita (guru) bagian dari mereka (murid)
7. Wejangan / motivasi (Haryanto AlFandi:272-273)
Sedangkan punishment diartikan sebagai hukuman. Namun Apabila seorang guru ingin
memberikan Punishment atau sangsi kepada siswanya haruslah mempertimbangkan lebih
matang, apakah perbuatannya setimpal dengan sangsi yang akan diberikan. Menjadi pertanyaan
apakah hukuman itu harus berpusat kepada fisik seseorang. Jawabannya tidak. Menurut penulis
pemberikan hukuman bagian fisik seorang peserta didik tidak juga dilarang, sebagaimana yang
penulis paparkan di atas adalah mempertimbangkan terlebih dahulu konsekuensinya apabila
menghukum bagian fisik. Sebagai contoh menjewer telinga siswa, mencubit, mengunting rambut
gondrong siswa dengan compang camping karena tidak mengindahkan aturan sekolah, hal
tersebut hal yang wajar dilakukan oleh seorang guru, selama dalam batas tidak berlebihan.
Beberapa bentuk hukuman (punishment) dapat dilakukan sebagai berikut:
1. Nasihat dan bimbingan
2. Wajah masam
3. Teguran keras
4. Menghentikan perbuatan anak
5. Memalingkan wajah
6. Mendiamkan
7. Cercaan
8. Hukuman orang tua
9. Pukulan ringan (Haryanto AlFandi:274-275)
Berdasarkan beberapa bentuk hukuman di atas ternyata hukuman tidak mesti diindentik dengan
sentuhan fisik. Apabila seseorang guru kesal dengan perilaku muridnya,
mestinya punishment yang diberikan kepada murid tersebut adalah guru memberikan teguran
kepadanya terlebih dahulu. Apabila teguran guru tidak dihiraukannya, seorang guru menampak
raut muka kesal (misalnya tatapan mata menatap tajam kepada siswa bersangkutan) dan lain
sebagainya.
1. Teori Belajar Menuru t Thornd ike
Menurut Thorndike, belajar adalah proses interaksi antara stimulus dan respon. Stimulus adalah apa
yang merangsang terjadinya kegiatan belajar seperti pikiran, perasaan, atau hal-hal lain yang dapat
ditangkap melalui alat indera. Sedangkan respon adalah reaksi yang dimunculkan peserta didik ketika
belajar, yang dapat pula berupa pikiran, perasaan, atau gerakan/tindakan. Jadi perubahan tingkah
laku akibat kegiatan belajar dapat berwujud konkrit, yaitu yang dapat diamati, atau tidak konkrit yaitu
yang tidak dapat diamati. Meskipun aliran behaviorisme sangat mengutamakan pengukuran, tetapi
7/21/2019 kisi - kisi psikologi
http://slidepdf.com/reader/full/kisi-kisi-psikologi 4/5
tidak dapat menjelaskan bagaimana cara mengukur tingkah laku yang tidak dapat diamati. Teori
Thorndike ini disebut pula dengan teori koneksionisme (Slavin, 2000).
Ada tiga hukum belajar yang utama, menurut Thorndike yakni (1) hukum efek; (2) hukum latihan dan
(3) hukum kesiapan (Bell, Gredler, 1991). Ketiga hukum ini menjelaskan bagaimana hal-hal tertentu
dapat memperkuat respon.
2. Teori Belajar Menu rut Watso n
Watson mendefinisikan belajar sebagai proses interaksi antara stimulus dan respon, namun stimulus
dan respon yang dimaksud harus dapat diamati (observable) dan dapat diukur. Jadi walaupun dia
mengakui adanya perubahan-perubahan mental dalam diri seseorang selama proses belajar, namun
dia menganggap faktor tersebut sebagai hal yang tidak perlu diperhitungkan karena tidak dapat
diamati. Watson adalah seorang behavioris murni, karena kajiannya tentang belajar disejajarkan
dengan ilmu-ilmu lain seperi Fisika atau Biologi yang sangat berorientasi pada pengalaman empirik
semata, yaitu sejauh mana dapat diamati dan diukur.
3. Teori Belajar Menu rut Clark Hu ll
Clark Hull juga menggunakan variabel hubungan antara stimulus dan respon untuk
menjelaskan pengertian belajar . Namun dia sangat terpengaruh oleh teori evolusi Charles Darwin.Bagi Hull, seperti halnya teori evolusi, semua fungsi tingkah laku bermanfaat terutama untuk menjaga
agar organisme tetap bertahan hidup. Oleh sebab itu Hull mengatakan kebutuhan biologis (drive) dan
pemuasan kebutuhan biologis (drive reduction) adalah penting dan menempati posisi sentral dalam
seluruh kegiatan manusia, sehingga stimulus (stimulus dorongan) dalam belajarpun hampir selalu
dikaitkan dengan kebutuhan biologis, walaupun respon yang akan muncul mungkin dapat berwujud
macam-macam. Penguatan tingkah laku juga masuk dalam teori ini, tetapi juga dikaitkan dengan
kondisi biologis (Bell, Gredler, 1991).
4. Teori Belajar Menurut Edwin Guthrie
Azas belajar Guthrie yang utama adalah hukum kontiguiti. Yaitu gabungan stimulus-stimulus yang
disertai suatu gerakan, pada waktu timbul kembali cenderung akan diikuti oleh gerakan yang sama
(Bell, Gredler, 1991). Guthrie juga menggunakan variabel hubungan stimulus dan respon untuk
menjelaskan terjadinya proses belajar. Belajar terjadi karena gerakan terakhir yang dilakukan
mengubah situasi stimulus sedangkan tidak ada respon lain yang dapat terjadi. Penguatan sekedar
hanya melindungi hasil belajar yang baru agar tidak hilang dengan jalan mencegah perolehan respon
yang baru. Hubungan antara stimulus dan respon bersifat sementara, oleh karena dalam kegiatan
belajar peserta didik perlu sesering mungkin diberi stimulus agar hubungan stimulus dan respon
bersifat lebih kuat dan menetap. Guthrie juga percaya bahwa hukuman (punishment) memegang
peranan penting dalam proses belajar. Hukuman yang diberikan pada saat yang tepat akan mampu
mengubah tingkah laku seseorang.
Saran utama dari teori ini adalah guru harus dapat mengasosiasi stimulus respon secara tepat.
Pebelajar harus dibimbing melakukan apa yang harus dipelajari. Dalam mengelola kelas guru tidakboleh memberikan tugas yang mungkin diabaikan oleh anak (Bell, Gredler, 1991).
5. Teori Belajar Menu rut Skin ner
Konsep-konsep yang dikemukanan Skinner tentang belajar lebih mengungguli konsep para tokoh
sebelumnya. Ia mampu menjelaskan konsep belajar secara sederhana, namun lebihkomprehensif.
Menurut Skinner hubungan antara stimulus dan respon yang terjadi melalui interaksi dengan
lingkungannya, yang kemudian menimbulkan perubahan tingkah laku, tidaklah sesederhana yang
dikemukakan oleh tokoh tokoh sebelumnya. Menurutnya respon yang diterima seseorang tidak
sesederhana itu, karena stimulus-stimulus yang diberikan akan saling berinteraksi dan interaksi antar
stimulus itu akan mempengaruhi respon yang dihasilkan. Respon yang diberikan ini memiliki
konsekuensi-konsekuensi. Konsekuensi-konsekuensi inilah yang nantinya mempengaruhi munculnya
perilaku (Slavin, 2000). Oleh karena itu dalam memahami tingkah laku seseorang secara benar harus
7/21/2019 kisi - kisi psikologi
http://slidepdf.com/reader/full/kisi-kisi-psikologi 5/5
memahami hubungan antara stimulus yang satu dengan lainnya, serta memahami konsep yang
mungkin dimunculkan dan berbagai konsekuensi yang mungkin timbul akibat respon tersebut.
Skinner juga mengemukakan bahwa dengan menggunakan perubahan-perubahan mental sebagai
alat untuk menjelaskan tingkah laku hanya akan menambah rumitnya masalah. Sebab setiap alat
yang digunakan perlu penjelasan lagi, demikian seterusnya.
Aliran psikologi belajar yang sangat besar pengaruhnya terhadap arah pengembangan teori dan
praktek pendidikan dan pembelajaran hingga kini adalah aliran behavioristik. Aliran ini menekankan
pada terbentuknya perilaku yang tampak sebagai hasil belajar. Teori behavioristik dengan model
hubungan stimulus responnya, mendudukkan orang yang belajar sebagai individu yang pasif. Respon
atau perilaku tertentu dengan menggunakan metode drill atau pembiasaan semata. Munculnya
perilaku akan semakin kuat bila diberikan reinforcement dan akan menghilang bila dikenai hukuman.
Apl ikasi teor i b elajar behavior isme dalam kegiatan pembelajaran tergantung dari beberapa hal
seperti: tujuan pembelajaran, sifat materi pelajaran, karakteristik pebelajar, media dan fasilitas
pembelajaran yang tersedia. Pembelajaran yang dirancang dan berpijak pada teor i
behavior isme memandang bahwa pengetahuan adalah obyektif, pasti, tetap, tidak berubah.
Pengetahuan telah terstruktur dengan rapi, sehingga belajar adalah perolehan pengetahuan,sedangkan mengajar adalah memindahkan pengetahuan (transfer of knowledge) ke orang yang
belajar atau pebelajar. Fungsi mind atau pikiran adalah untuk menjiplak struktur pengetahuan yag
sudah ada melalui proses berpikir yang dapat dianalisis dan dipilah, sehingga makna yang dihasilkan
dari proses berpikir seperti ini ditentukan oleh karakteristik struktur pengetahuan tersebut. Pebelajar
diharapkan akan memiliki pemahaman yang sama terhadap pengetahuan yang diajarkan. Artinya,
apa yang dipahami oleh pengajar atau guru itulah yang harus dipahami oleh murid.
Metode behaviorisme ini sangat cocok untuk perolehan kemampaun yang membuthkan praktek dan
pembiasaan yang mengandung unsur-unsur seperti : Kecepatan, spontanitas, kelenturan, reflek,
daya tahan dan sebagainya, contohnya: percakapan bahasa asing, mengetik, menari, menggunakan
komputer, berenang, olahraga dan sebagainya. Teori ini juga cocok diterapkan untuk melatih anak-
anak yang masih membutuhkan dominansi peran orang dewasa, suka mengulangi dan harus
dibiasakan, suka meniru dan senang dengan bentuk-bentuk penghargaan langsung seperti diberi
permen atau pujian.
Referensi :
Read more: TEORI BELAJAR >> Teori Belajar Behaviorisme