7
LAPORAN PENELITIAN HUBUNGAN RENDAHNYA PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF PADA BAYI USIA 0 SAMPAI 6 BULAN DENGAN TINGKAT PENDIDIKAN DAN PENGETAHUAN IBU MENYUSUI DI DESA JIMBARAN WETAN, KECAMATAN WONOAYU, KABUPATEN SIDOARJO Oleh: 1. Adji Shinta Surya Kencana ( 02700067 ) 2. Hermawan Putra ( 07700135 ) 3. Reza C Abdilla ( 08700028 )

Kerangka Konsep Penelitian ASI Rizal Tuesday Dkk

Embed Size (px)

DESCRIPTION

tes

Citation preview

LAPORAN PENELITIANHUBUNGAN RENDAHNYA PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF PADA BAYI USIA 0 SAMPAI 6 BULAN DENGAN TINGKAT PENDIDIKAN DAN PENGETAHUAN IBU MENYUSUI DI DESA JIMBARAN WETAN, KECAMATAN WONOAYU, KABUPATEN SIDOARJO

Oleh: 1. Adji Shinta Surya Kencana

( 02700067 )

2. Hermawan Putra

( 07700135 )

3. Reza C Abdilla

( 08700028 )

Bagian Ilmu Kedokteran Masyarakat Fakultas KedokteranUniversitas Wijaya Kusuma Surabaya SurabayaTahun 2014Kerangka konsep

1.1 Latar Belakang

Air Susu Ibu (ASI) adalah suatu emulsi lemak dalam larutan protein, laktosa dan garam garam organik yang desekresi oleh kedua belah payudara ibu, sebagai makanan utama bagi bayi. ASI bukan minuman, n amun ASI merupakan satu - satunya makanan tunggal paling sempurna bagi bayi hingga berusia 6 bulan. ASI cukup mengandung seluruh zat gizi yang dibutuhkan bayi. Secara alamiah ASI dibekali enzim pencerna susu sehingga organ pencernaan bayi mudah mencerna dan menyerap gizi ASI. Sistim pencernaan bayi usia dini bel um memiliki cukup enzim pencerna makanan, oleh karena itu berikan pada bayi ASI saja hingga usia 6 bulan, tanpa tambahan minuman atau makanan apapun (Arief, 2009).

Target Millennium Development Goals (MDGs) ke -4 adalah menurunkan angka kematian bayi dan ba lita menjadi 2/3 dalam kurun waktu 1990 - 2015. Penyebab utama kematian bayi dan balita adalah diare dan pneumonia dan lebih dari 50% kematian balita didasari oleh kurang gizi. Pemberian ASI secara eksklusif selama 6 bulan dan diteruskan sampai usia 2 tahun disamping pemberian Makanan Pendamping ASI (MP ASI) secara adekuat terbukti merupakan salah satu intervensi efektif dapat menurunkan Angka Kematian Bayi (AKB) (Sitaresmi, 2010).

Pada tahun 2007 delapan belas persen ibu di Indonesia memberi ASI eksklusif selama empat hingga enam bulan. Persentase itu jauh dari target nasional yaitu 80%. Rendahnya pemberian ASI eksklusif karena para ibu belum mengetahui manfaat ASI bagi kesehatan anak, bagi ibu, dan mengurangi pengeluaran keluarga untuk belanja susu formula, dukungan dari ayah juga memengaruhi keberhasilan pemberian ASI eksklusif selama enam bulan. Keputusan ibu untuk menyusui dipengaruhi informasi anggota keluarga tentang manfaat menyusui, serta konsultan laktasi (Wulandari, 2009).

Pemberian ASI secara eksk lusif dapat menyelamatkan lebih dari tiga puluh ribu balita di Indonesia. Jumlah bayi di Indonesia yang mendapatkan ASI eksklusif terus menurun karena semakin banyaknya bayi di bawah 6 bulan yang diberi susu formula. Menurut Survei Demografi Kesehatan Indo nesia (SDKI) dari 1997 hingga 2002, jumlah bayi usia enam bulan yang mendapatkan ASI eksklusif menurun dari 7,9% menjadi 7,8%. Sementara itu, hasil SDKI 2007 menunjukkan penurunan jumlah bayi yang mendapatkan ASI eksklusif hingga 7,2% dan jumlah bayi di bawah enam bulan yang diberi susu formula meningkat dari 16,7% pada 2002 menjadi 27,9% pada 2007 (Sutama, 2008)Perwujudan kualitas sumber daya manusia merupakan proses jangka panjang yang harus dimulai sejak janin dalam kandungan hingga berusia anjut, sehingga diperoleh manusia sehat, produktif, mandiri dan tangguh menghadapi tantangan jaman. Terciptanya manusia yang berkualitas ditentukan oleh satus gizi

yang baik. Status gizi yang baik dapat terwujud bila makanan yang dikonsumsi

dapat memenuhi kecukupan yang diperlukan baik dalam jumlah maupun mutu

makanan. Untuk merealisasikan hal tersebut, salah satunya diawali dengan

pemberian Air Susu Ibu kepada bayi (Depkes, 2000).

ASI (Air Susu Ibu) memegang peranan penting dalam menjaga

kesehatan dan mempertahankan kelangsungan hidup bayi. Bayi umur di bawah 6

bulan dianjurkan hanya diberikan ASI tanpa makanan pendamping ASI (ASI

eksklusif). Dalam Kepmenkes No 450 / 2004, pemerintah menganjurkan bahwa

pemberian ASI eksklusif hingga 6 bulan (Budi, 2004). Setelah 6 bulan bayi mulai

dikenalkan dengan makanan lain dan tetap diberikan ASI sampai bayi berumur 2

tahun (Purwanti, 2004).

Program Peningkatan Penggunaan Air Susu Ibu (PP-ASI) khususnya

ASI Eksklusif merupakan program prioritas, karena dampaknya yang luas terhadap status gizi dan kesehatan bayi dan Balita. Program prioritas ini berkaitan

juga dengan kesepakatan global antara lain: deklarasi innocenti (Italia) tahun

1990 tentang perlindungan, promosi, dan dukungan terhadap penggunaan ASI,

disepakati pula untuk pencapaian pemberian ASI eksklusif sebesar 80% pada

tahun 2010 (Roesli, 2009).

Secara nasional cakupan pemberian ASI eksklusif di Indonesia pada

bayi usia 0-6 bulan, mulai dari tahun 2007 yaitu (28,6%) kemudian menurun

pada tahun 2008 menjadi (24,3%) namun pada tahun 2009 meningkat menjadi

(34,3%). Cakupan pemberian ASI eksklusif ini dipengaruhi beberapa hal,

terutama masih sangat terbatasnya tenaga konselor ASI (BPS, Susenas 2009).

RENDAHNYA PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF PADA BAYI USIA 0 SAMPAI 6 BULAN

FAKTOR EKSTERNAL

PELAYANAN KESEHATAN

. SOSIAL EKONOMI

KULTUR

INFORMASI

PENGALAMAN

FAKTOR INTERNAL

PENDIDIKAN

TIDAK SEKOLAH

SD

SMP

SMA

S1 DST

PENGETAHUAN

PENYULUHAN

,MEDIA CETAK ELEKTRONIK