12
TATA RUANG KELAS, PENCAHAYAAN, DAN PENGGUNAAN KURSI YANG ERGONOM DALAM KEGIATAN BELAJAR MENGAJAR Rizka Destavia Rahayu [email protected] Abstract A physical space where there are people who do the work in it is called by the workplace . Thus a classroom can be seen as a place of work by students and faculty as employees . When a space is considered as a workplace and there is man's work and move it, then the system is called ergonomics . Because the classroom is the study of ergonomics in building and designing a classroom need to apply the science that is in ergonomics . With the design concept of space and facilities based on the human aspects of ergonomics that are in it can do activities with effective , safe , and comfortable . Based on the results of the design of the facilities , then set the layout in the room . The design layout of the room based on the conditions in the room and the way students look to the place where teachers and to provide an explanation of the board. This viewpoint is arranged so that students do not need to use a lot of extra motion when viewing the whiteboard or teacher . For the lighting used is ranged between 350-700 lux . This has become landasaran that students do not experience eye damage from too heavy eye muscles work . Room temperature are used in the classroom should be at 24 o C. Kata kunci : pengaturan bangku, pencahayaan, suhu ruang kelas. PENDAHULUAN Lingkungan belajar adalah tempat dimana proses belajar mengajar berlangsung. hal ini meliputi keadaan dan kondisinya, pengaturan tempat duduk, bentuk kursi, berbagai macam perlengkapan yang tersedia serta kaya atau miskinnya rangsangan yang tersedia. Dalam proses belajar mengajar, sebagian besar aktivitas belajar mahasiswa dilaksanakan dengan duduk. Dalam arti duduk, mendengarkan dan menulis. Sehingga kenyamanan dan efektifitas gerak mahasiswa tidak bisa dikesampingkan begitu saja, karena rancangan kursi yang baik dan menunjang kenyamanan dan efefktifitas gerak mahasiswa,yang pada akhirnya merupakan salah satu mendukung keberhasilan proses belajar mahasiswa. 1

Jurnal Dkk

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Jurnal Dkk

TATA RUANG KELAS, PENCAHAYAAN, DAN PENGGUNAAN KURSI YANG

ERGONOM DALAM KEGIATAN BELAJAR MENGAJAR

Rizka Destavia Rahayu

[email protected]

Abstract

A physical space where there are people who do the work in it is called by the workplace . Thus a classroom can be seen as a place of work by students and faculty as employees . When a space is considered as a workplace and there is man's work and move it, then the system is called ergonomics . Because the classroom is the study of ergonomics in building and designing a classroom need to apply the science that is in ergonomics . With the design concept of space and facilities based on the human aspects of ergonomics that are in it can do activities with effective , safe , and comfortable . Based on the results of the design of the facilities , then set the layout in the room . The design layout of the room based on the conditions in the room and the way students look to the place where teachers and to provide an explanation of the board. This viewpoint is arranged so that students do not need to use a lot of extra motion when viewing the whiteboard or teacher . For the lighting used is ranged between 350-700 lux . This has become landasaran that students do not experience eye damage from too heavy eye muscles work . Room temperature are used in the classroom should be at 24oC.Kata kunci : pengaturan bangku, pencahayaan, suhu ruang kelas.

PENDAHULUAN

Lingkungan belajar adalah tempat dimana proses belajar mengajar berlangsung. hal ini meliputi keadaan dan kondisinya, pengaturan tempat duduk, bentuk kursi, berbagai macam perlengkapan yang tersedia serta kaya atau miskinnya rangsangan yang tersedia.

Dalam proses belajar mengajar, sebagian besar aktivitas belajar mahasiswa dilaksanakan dengan duduk. Dalam arti duduk, mendengarkan dan menulis. Sehingga kenyamanan dan efektifitas gerak mahasiswa tidak bisa dikesampingkan begitu saja, karena rancangan kursi yang baik dan menunjang kenyamanan dan efefktifitas gerak mahasiswa,yang pada akhirnya merupakan salah satu mendukung keberhasilan proses belajar mahasiswa.

Ergonomi adalah suatu cabang ilmu sistematis untuk memenfaatkan informasi-informsi mengenai kemampuan dan keterbatasan manusia untuk merancang sistem kerja, sehingga manusia dapat hidup dan bekerja dalam sistem yang baik, efektif,

aman dan nyaman. Salah satu pendekatan yang dapat digunakan untuk merancang fasilitas yang lebih ergonomis dilakukan dengan pendekatan antropometri. Dengan pendekatan antropometri ini dapat di peroleh rancangan kursi kuliah yang lebih ergonomis dan yang disesuaikan dengan ukuran tubuh manusia/mahasiswa, sehingga di peroleh dimensi kursi yang sesuai dengan kemampuan dan keterbatasan mahasiswa pada posisi duduk.

Manusia merupakan titik sentral dari suatu proses perancangan sistem kerja, yang diistilahkan dengan Human Center Design (HCD). Oleh karena itu, setiap kegiatan apapun yang bersentuhan dengan manausia perlu memakai konsep HCD untuk mendapatkan rancangan optimal yang memberikan tingkat kinerja tinggi. Dalam Proses Belajar Mengajar (PBM) di perguruan tinggi terlihat begitu tingginya peran manusia dalam rancangan sistem tersebut, dimana interaksi antara mahasiswa dan dosen pada umumnya terjadi di ruang kelas. Oleh karena itu,

1

Page 2: Jurnal Dkk

pemakaian konsep HCD sangat penting untuk mendapatkan rancangan yang memberikan hasil optimal. Salah satu pertimbangan yang perlu diperhatikan adalah lingkungan kerja, tempat terjadinya proses belajar mengajar tersebut, dimana salah satu variabel pertimbangan adalah kondisi iklim di ruang kelas (kelembaban nisbi atau relatif dan suhu).

Suatu penerangan diperlukan oleh manusia untuk mengenali suatu objek secara visual. Pencahayaan yang baik memungkinkan orang dapat melihat objekobjek yang dikerjakannya secara jelas dan cepat. Hampir kebanyakan pengguna energi komersial dan industri peduli penghematan energi dalam sistim penerangan. Seringkali, penghematan energi yang cukup berarti investasi yang minim dan masuk akal. Menerapkan sistem pencahayaan yang efisien sehingga penggunaan listrik bisa lebih hemat dan sangat menguntungkan. Pasalnya, pencahayaan atau penerangan mengkonsumsi kurang lebih 30% dari total energi dalam suatu bangunan. Maka konsumsi listrik sebuah lampu merupakan faktor utama untuk memilih solusi pencahayaan. Dengan desain pencahayaan yang baik, penghematan energy jelas sangat berarti. Oleh karena itu perlu strategi desain pencahayaan dengan memanfaatkan cahaya alam secara optimal, lihat gambar 2. Desain pencahayaan yang optimal meliputi: optimasi kuantitas cahaya langit, menjaga menyamanan visual dan menjaga kesejukan, serta menghemat energi.

Pencahayaan di tempat kerja khususnya di ruang kuliah merupakan aspek penting dalam menunjang aktivitas baik mahasiswa maupun dosen. Kondisi pencahayaan yang tidak memenuhi standar dapat mengganggu aktivitas dan menyebabkan terjadinya keluhan kesehatan khususnya kelelahan mata. Prinsip umum pencahayaan adalah bahwa cahaya yang berlebihan tidak akan menjadi lebih baik. Penglihatan tidak menjadi lebih baik hanya dari jumlah atau kuantitas cahaya tetapi juga dari kualitasnya. Kuantitas dan kualitas

pencahayaan yang baik ditentukan dari tingkat refleksi cahaya dan tingkat rasio pencahayaan pada ruangan (Irianto, 2006).

PEMBAHASANA. Pengaturan Bangku

Pengaturan bangku mempunyai peranan penting dalam konsentrasi belajar siswa. Pengaturan bangku dapat dilakukan secara fleksibel dengan memosisikan sedemikian rupa, sesuai dengan kebutuhan pengajaran yang efektif dan efisien. Hal ini dilakukan agar semua siswa mampu menangkap pelajran yang diberikan dengan merata, seksama, menarik, tidak monoton, dan mempunyai sudut pandang bervariasi terhadap pelajaran yang tengah dikuti. Sebagaimana diketahui kemampuan siswa tidak sama. Ada yang cepat untuk menagkap materi dan ada yang agak lambat, bahkan ada yang sangat lambat. Oleh Karena itu, perlu ada sebuah strategi jitu untuk menyeimbangkan masalah ini. Salah satu strategi yang bisa dilakukan adalah dengan mengatur kapan siswa bekerja secara perorangan, kelompok, berpasangan atau klasikal.

Pengaturan bangku tersebut dapat dilakukan untuk memenuhi empat tujuan pembelajaran, yakni aksebilitas yang membuat siswa mudah menjangkau alat atau sumber belajar yang tersedia, mobilitas yang membuat siswa dan guru mudah bergerak dari satu bagian ke bagian lain dalam kelas, interaksi yang memudahkan terjadinya komunikasi antar guru, siswa, maupun antar siswa, dan variasi kerja siswa yang memungkinkan siswa bekerja sama secara perorangan, berpasangan, atau berkelompok.

Pengaturan bangku kelas tentu menjadi alternatif menarik bagi terciptanya konsep edutainment dalam pembelajaran. Dengan variasi tempat duduk sesuai dengan tujuan pembelajaran dan dinamisnya gerak siswa dan guru dalam ruangan kelas, tentu saja siswa akan merasakan kenyamanan, sehingga ia akan mudah menyerap pembelajaran dengan baik. Ada banyak formasi pengaturan bangku selain dari

2

Page 3: Jurnal Dkk

formasi konvensional yang sering kita temui di sekolah-sekolah. formasi-formasi tersebut, sepertibentuk auditorium, lingkaran, huruf U, kelompok dan lain sebagainya. Untuk lebih jelasnya, berikut pembahasan lebih lanjut tentang formasi pengaturan bangku dalam kelas yang memenuhi unsur-unsur edutainment.

1. Formasi Tradisionala (Konvensional)Formasi konvenssional

adalah formasi yang biasa kita temui dalam kelas-kelas tradisional yang memungkinkan para siswa duduk berpasangan dalam satu meja dengan dua kursi. Adapun bentuk formasi tradisional adalah seperti gambar dibawah:

2. Formasi AuditoriumFormasi auditorium

merupakan tawaran alternativ dalam menyusun ruang kelas. Meskipun bentuk auditorium menyediakan lingkungan yang sangat terbatas untuk belajar aktif, namun hal ini dapat dicoba untuk mengurangi kebosanan siswa yang terbiasa dalam penataan ruang secara konvensional (tradisional). Jika tempat duduk sebuah kelas dapat dengan mudah dipindah-pindahkan, maka guru dapat membuat bentuk pembelajran ala auditorium untuk membentuk hubungan yang lebih erat, sehingga memudahkan siswa melihat guru. Adapun bentuk formasi

auditorium adalah seperti gambar dibawah :

3. Formasi CevronBentuk cevron mungkin bisa

sangat membantu dalam usaha mengurangi jarak di antarsiswa maupun antar siswa dengan guru, sehingga siswa dan guru mempunyai pandangan yang lebih baik terhadap lingkungan kelas dan mampu aktif dalam pembelajaran di kelas. Formasi ini memberikan sudut pandang baru bagi siswa, sehingga mereka mampu menjalani proses belajar-mengajar dengan antusias, menyenangkan, dan terfokus. Adapun bentuk formasi cevron adalah seperti gambar dibawah:

4. Formasi Kelas bentuk Huruf UFormasi kelas bentuk huruf U

sangat menarik dan mampu mengaktifkan para siswa, sehingga mampu membuat mereka antusias untuk mengikuti pelajaran. Dalam hal ini guru adalah orang yang paling aktif dengan bergerak dinamis ke segala arah dan langsung

3

Page 4: Jurnal Dkk

berinteraksi secara langsung, sehingga akan mendapatkan respon dari pendidik secara langsung. Adapun bentuk formasi kelas bentuk huruf U adalah Seperti gambar dibawah:

5. Formasi Meja PertemuanFormasi meja pertemuan

biasanya diseenggarakan di tempat-tempat pertemuan dan seminar, baik di hotel maupun gedung pertemuan. Formasi ini dapat digunakan dengan cara membagi siswa ke dalam beberapa kelompok, dimana setiap kelompok tersebut mempunyai meja pertemuannya sendiri-sendiri. Adapun bentuk formasi meja pertemuan adalah seperti gambar dibawah :

6. Formasi KonferensiFormasi konferensi sangat

bagus digunakan dalam metode debat saat membahas suatu permasalahan yang dilontarkan oleh pendidik, kemudian membiarkan para siswa secara bebas mengemukakan berbagai pendapat mereka. Denagn begitu akan didapatkan sebuah kesimpulan atau bahkan dapat memunculkan

permasalahan baru yang bisa dibahas lagi pada pertemuan berikutnya.

Untuk bisa membentuk formasi konverensi, meja yang harus digunakan adalah meja panjang yang didekatkan satu per satu dalam bentuk memanjang, persegi panajang. Adapun bentuk formasi konferensi adalah seperti gambar dibawah ini :

7. Formasi Pengelompokan Terpisah (Breakout Groupings)

Jika ruangan kelas memungkinkan atau cukup besar, guru dapat meletakkan meja-meja dan kursi dimana kelompok kecil dapat melakukan aktifitas belajar yang dipecah menjadi beberapa tim. Guru dapat menempatkan susunan pecahan, pecahan kelompok tersebut berjauhan, sehingga tidak saling mengganggu. Tetapi, hendaknya dihindari penempatan ruangan kelompok-kelompok kecil yang terlalu jauh dari ruang kelas supaya mudah diawasi. Adapun bentuk formasi pengelompokan terpisah (breakout groupings) adalah seperti gambar dibawah :

4

Page 5: Jurnal Dkk

8. Formasi Tempat Kerja Formasi tempat kerja tepat

jika dilakukan dalam lingkungan tipe laboratorium, di mana setiap siswa duduk pada satu tempat untuk mengerjakan tugas, tepat setelah didemonstrasikan. Adapun bentuk formasi tempat kerja adalah seperti gambar dibawah :

9. Formulasi Kelompok untuk Kelompok

Formasi kelompok untuk kelompok adalah formasi di mana terdapat beberapa kelompok yang duduk dalam satu meja persegi berukuran besar (bisa juga dengan membuat beberapa meja dijadikan satu menjadi meja besar), sehingga setiap kelompok duduk saling berhadapan. Susunan ini memungkinkan guru untuk melakukan diskusi atau menyusun permainan peran, berdebat atau observasi pada aktivitas kelompok. Adapun bentuk formasi kelompok untuk kelompok adalah seperti gambar dibawah :

10. Formulasi Lingkaran

Formasi lingkaran adalah formasi yang disusun melingkar tanpa menggunakan meja dan kursi. Formasi ini digunakan untuk melakukan pembelajaran dalam satu kelompok, dimana guru memiliki peran untuk membimbing dan mengarahkan jalannya pembelajaran tersebut. Adapun bentuk formasi Lingkaran adalah seperti gambar dibawah :

11. Formulasi PeripheralJika guru menginginkan

siswa memiliki tempat untuk menulis, hendaknya digunakan susunan peripheral, yakni meja ditempatkan di belakang siswa. Guru dapat menyuruh siswa memutar kursi-kursinya secara melingkar ketika guru mengingkan diskusi kelompok. Adapun bentuk formasi peripheral adalah seperti gambar dibawah :

5

Page 6: Jurnal Dkk

Menurut Louisell, ketika menata lingkungan fisik kelas, guru harus mempertimbangkan beberapa hal sebagai berikut:

1. Visibility (keleluasan pandangan), artinya penempatan atau penataan barang-barang di dalam kelas tidak mengganggu pandangan siswa sehingga mereka secara leluasa dapat memandang guru, benda, atau kegiatan yang sedang berlangsung.

2. Accebility (mudah dicapai), artinya barang-barnag atau alat-alat yang biasa digunakan oleh siswa dalam proses pembelajaran mudah dijangkau.

3. Fleksibilitas (keluwesan), artinya barang-barang yang ada di dalam kelas hendaknya mudah untuk ditata dan dipindah-pindahkan sesuai dengan tuntutan kegiatan pembelajaran yang akan dilakukan oleh siswa dan guru.

4. Kenyamanan, baik bagi siswa maupun bagi guru sendiri.

5. Keindahan, berkenaan dengan usaha guru menata ruangan kelas yang menyenangkan dan kondusif bagi kegiatan pembelajaran. Ruangan kelas yang indah dan menyenangkan, berpengaruh positif terhadap sikap dan tingkah laku siswa terhadap kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan.

Lingkungan fisik dalam ruang kelas dapat mejadikan belajar aktif. Tidak ada satupun bentuk ruang kelas yang ideal, namun ada beberapa pilihan yang dapat diambil sebagai variasi. Dekorasi interior kelas harus dirancang yang meungkinkan anak belajar aktif, yakni yang menyenangkan dan menantang.

B. Penerangan RuanganPada saat merencanakan penerangan

dalam ruangan yang harus diperhatikan pertamakali adalah kuat penerangan, warna

cahaya yang diperlukan dan arah pencahayaan sumber penerangan. Kuat penerangan akan menghasilkan Luminansi karena pengaruh faktor pantulan dinding maupun lantai ruangan. Faktor refleksi merupakan perbandingan Luminansi dengan kuat penerangan. Kuat penerangan ruangan dikategorikan menjadi 6 yaitu:1. Penerangan Ekstra Rendah, dibawah 50 lx.2. Penerangan Rendah, dibawah 150 lx.3. Penerangan Sedang, 150 hingga 175 lx4. Penerangan Tinggi:a. Penerangan Tinggi I, 200 lxb. Penerangan Tinggi II, 300 lxc. Penerangan Tinggi III, 450 lx5. Penerangan Sangat Tinggi, 700 lx.6. Penerangan Ekstra Tinggi diatas 700 lx

Pancaran cahaya perlu mendapat perhatian pada perencanaan penerangan disamping warna yang dihasilkan sumber cahaya. Sumber cahaya adalah satuan penerangan lengkap yang terdiri dari lampu beserta perlengkapannya baik untuk operasi kelistrikan maupun untuk mengatur distribusi cahaya, memposisikan lampu, melindungi lampu serta menghubungkan lampu dengan sumber teganganBeberapa hal yang perlu mendapat perhatian perancang penerangan di dalam ruangan antara lain:1. Ekonomi. Jika yang menjadi

pertimbangan ekonomi adalah daya (W) maka efikesi (lm/W) lampu yang akan digunakan harus menjadi pertimbangan.

2. Umur lampu (lifetime). Umur lampu dapat dijadikan pertimbangan penggantian lampu hanya bila ada lampu yang mati dan seberapa ekonomis penggantian secara kelompok.

3. Bagaimana mempertahankan arus cahaya? Perlu memperhitungkan arus cahaya minimum yang akan terjadi selama pemakaian.

4. Warna cahaya lampu. Perpaduan warna cahaya beberapa lampu dapat diatur.

5. Alat bantu yang diperlukan, misalnya: armatur, pengontrol.

6

Page 7: Jurnal Dkk

6. Efek yang mungkin ditimbulkan, antara lain: bayangan, stroboskopis, silau.

7. Warna dinding dalam ruangan. Karena pantulan warna dinding juga berpengaruh terhadap kenyamanan.

Untuk mendapatkan kualitas penerangan pada suatu yang memadai maka baik sumber penerangan maupun faktor lingkungan harus diperhitungkan. Karena itu perencana penerangan harus memiliki data-data yang diperlukan. Data yang diperlukan untuk perencanaan suatu instalasi penerangan, adalah:

1. Gambar ruangan, dimensi ruangan, dan rencana tata letak lampu.

2. Detail konstruksi langit-langit.3. Warna dan pantulan dari: langit-langit,

dinding, lantai dan meja kursi (perabot yang ada di dalam ruangan).

4. Peruntukkan ruangan (pekerjaan visual yang akan dilakukan di dalam ruangan tersebut).

5. Perlengkapan mesin atau peralatan di dalam ruangan.

6. Kondisi ruangan seperti: temperatur, kelembaban, dan debu.

Pencahayaan yang baik sangat penting, agar pekerjaan dapat dilakukan dengan benar dan dalam situasi nyaman. Di samping itu pada saat melakukan aktivitas dapat melihat objek dengan jelas dan cepat, sehingga tidak melelahkan otot-otot mata. Prinsip pencahayaan yang baik adalah sebagai berikut :

1. Jumlah atau intensitas pencahayaan yang diperlukan hendaknya disesuaikan dengan jenis pekerjaan, tajam penglihatan seseorang dan lingkungannya

2. Untuk kegiatan belajar (membaca dan menulis) diperlukan intensitas pencahayaan sebesar 350–700 lux

3. Diupayakan agar mendapatkan penampilan penglihatan sebesar 100%.

Untuk menentukan titik pengukuran di daerah ukur dilakukan dengan membagi daerah pengukuran menjadi beberapa titik

sesuai dengan lebar masing-masing daerah pengukuran. Pembaian daerah pengukuran didasarkan pada standar DPU perihal pengukuran dan perhitungan penerangan alami, yaitu:

1. Titik ukur diambil pada suatu bidang datar yang letaknya pada ketinggian 0,75 meter di atas lantai. Bidang ini disebut bidang kerja.

2. Dalam pengukuran, lebar ruang dibagi atas beberapa titik. Titik terdekat dengan lubang cahaya efektif berjarak 1/6 lebar ruang. Titik selanjutnya dengan interval 1/3 bagian. Banyaknya titik pengukuran tergantung pada lebar bidang pengukuran.

Gambar letak titik cahaya

Keterangan :Merah : titik utama Kuning : titik sampingHijau : titik tambahan

C. Suhu Ruangan Suhu merupakan salah satu faktor yang

terdapat dalam lingkungan sekitar kita dan dapat memengaruhi iklim kerja manusia, tetapi dengan kemajuan teknologi masa kini masalah suhu dapat dikendalikan sesuai kebutuhan manusia. Jika kita memperhatikan ruang pertemuan umum, ruang perkantoran, ruang kerja industri, ruang perkuliahan, kamar hotel, dan sejenisnya, semuanya diperlengkapi dengan fasilitas AC yang suhunya dapat diatur sedemikian rupa sehingga nyaman dirasakan oleh tubuh. Suhu dalam ruang harus sesuai Standar Baku Mutu yang diperkenan, yaitu antara 18oC – 28oC

7

Page 8: Jurnal Dkk

(MENKES RI NO. 1405/MENKE/SK/XI/2002).

Rentang suhu yang efektif dalam ruang kelas adalah 24oC- 26oC dalam hal ini tidak mempengaruhi faktor kenyamanan yang lainnya termasuk kelembaban, radiasi sinar matahari dan sirkulasi udara. Namun yang paling efektif untuk suhu ruangan yang di gunakan untuk belajar seperti ruang perkuliahan sebesar 24oC (Hartawan, 2012)

KESIMPULANDari pembahasan yang telah

dipaparkan pada jurnal tata ruang yang ergonomi dapat diambil kesimpulan bahwa penataan bangku yang ergonomi adalah bangku dengan penataan auditorium karena pada penataan mahasiswa akan jelas melihat dan memperhatikan pengajar atau dosen dengan ketinggian lantai masing-masing baris berbeda-beda. Untuk pencahayaan yang digunakan yaitu berkisar antara 350-700 lux. Hal ini sudah menjadi landasaran agar mahasiswa tidak mengalami kerusakan mata akibat terlalu berat otot mata bekerja. Suhu ruangan yang digunakan dalam ruangan kelas hendaknya sebesar 24oC. Tata ruang, pencahayaan dan suhu sangat mempengaruhi proses belajar dan mengajar hal ini didasarkan oleh kenyamanan mahasiswa untuk menyerap ilmu yang diberikan dosen agar proses berjalan efektif.

Daftar Pustaka1. Amin, Nurhani. 2011. Optimasi

Sistem Pencahayaan Dengan Memanfaatkan Cahaya Alami (Studi Kasus Lab. Elektronika Dan Mikroprosessor Untad). Untad: Palu

2. Irianto, C Gagarin. 2006.Studi Optimasi Pencahayaan Ruang Kuliah dengan Memanfaatkan Cahaya Alam.JETri, Volume 5, Nomor 2, Halaman 1-20.Universitas Trisakti. Jakarta.

3. Hartawan, Anton. 2012. Studi Pengaruh Suhu Dan Kepatan Respon Mahasiswa Di Ruang Kelas Dengan Metode Design Of

Experiment. Skripsi. UNiversitas Indonesia: Jakarta

4. Kepmenkes RI. 2002. No. 1405/MENKES/SK/XI/2002. Tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan Kerja, Perkantoran dan Industri. Menkes: Jakarta

5. Khiliq, Heri. 2007. Analisa Nilai Pencahayaan Proses Belajar Mengajar Sekolah Dasar di Malang. Universitas Muhammadiyah Malang:Malang

6. Nugroho, Widyo. 2007. Perancangan Ergonomis Kursi Kuliah Untuk Mencapai Kenyamanan, Efisiensi Dan Efektivitas Belajar. Universitas Gunadarma: Jakarta

7. Nurmianto, Eko. 2004. Egonomi, Konsep Dasar dan Aplikasinya. Prima Printing: Surabaya

8. Pinangki, Shelly dkk. 2019. Analisis Dan Evaluasi Faktor Pencahayaan Pada Ruang Kuliah. Universitas Gajah Mada: Yogyakarta

9. Sholeh, Muhammad. 2011. Metode Edutainment. Diva Press: Jakarta

10. http://www.lpmpsulsel.net/v2/ index.php?option=com_content&view=article&id=210:suhu-dan-dampaknya-terhadap-tubuh-manusia-&catid=42:widyaiswara&Itemid=203

8