5
Kepemimpinan dan Manajemen Kepemimpinan adalah perilaku dari seorang individu yang memimpin aktifitas-aktifitas suatu kelompok kesuatu tujuan yang ingin dicapai bersama (share goal) (Hemhill& Coons, 1957). Sejalan dengan itu, Jacob & Jacques (1990) juga mendefinisikan kepemimpinan sebagai sebuah proses memberi arti (pengarahan yang berarti) terhadap usaha kolektif dan yang mengakibatkan kesediaan untuk melakukan usaha yang dinginkan untuk mencapai sasaran. Dari pengertian tersebut, jelaslah bahwa dalam suatu organisasi, dibutuhkan pemimpin untuk mengarahkan perilaku anggota-anggota kelompok dalam meraih tujuan bersama. Pemimpin adalah individu manusianya, sementara kepemimpinan adalah sifat yang melekat padanya sebagai pemimpin. Seorang pemimpin harus mempunyai beberapa kualitas dasar kepemimpinan, yaitu mempunyai perilaku pemimpin ketika berada dalam kelompok kerja, memiliki kekuasaan & pengaruh dalam melaksanakan tugas kepemimpinannya, dan selalu memperhatikan konteks ruang & waktu di mana dia memimpin (Moeljono, 2003). Manajemen berbeda dengan kepemimpinan. Menurut Bennis & Nanus (1985), to manage is to bring about, to accomplish, to have charge of or responsibility for, to conduct. Sedangkan, leading is influencing, guiding in direction, course, action, and opinion. Kepemimpinan lebih berhubungan dengan efektifitas, sedangkan manajemen lebih berhubungan dengan efisiensi.

Kepemimpinan Dan Manajemen

Embed Size (px)

DESCRIPTION

materi kul

Citation preview

Page 1: Kepemimpinan Dan Manajemen

Kepemimpinan dan Manajemen

Kepemimpinan adalah perilaku dari seorang individu yang memimpin

aktifitas-aktifitas suatu kelompok kesuatu tujuan yang ingin dicapai bersama (share

goal) (Hemhill& Coons, 1957). Sejalan dengan itu, Jacob & Jacques (1990) juga

mendefinisikan kepemimpinan sebagai sebuah proses memberi arti (pengarahan yang

berarti) terhadap usaha kolektif dan yang mengakibatkan kesediaan untuk melakukan

usaha yang dinginkan untuk mencapai sasaran. Dari pengertian tersebut, jelaslah

bahwa dalam suatu organisasi, dibutuhkan pemimpin untuk mengarahkan perilaku

anggota-anggota kelompok dalam meraih tujuan bersama.

Pemimpin adalah individu manusianya, sementara kepemimpinan adalah sifat

yang melekat padanya sebagai pemimpin. Seorang pemimpin harus mempunyai

beberapa kualitas dasar kepemimpinan, yaitu mempunyai perilaku pemimpin ketika

berada dalam kelompok kerja, memiliki kekuasaan & pengaruh dalam melaksanakan

tugas kepemimpinannya, dan selalu memperhatikan konteks ruang & waktu di mana

dia memimpin (Moeljono, 2003).

Manajemen berbeda dengan kepemimpinan. Menurut Bennis & Nanus (1985),

to manage is to bring about, to accomplish, to have charge of or responsibility for, to

conduct. Sedangkan, leading is influencing, guiding in direction, course, action, and

opinion. Kepemimpinan lebih berhubungan dengan efektifitas, sedangkan manajemen

lebih berhubungan dengan efisiensi.

Davis (1967) menjelaskan bahwa kepemimpinan adalah bagian dari

manajemen. Sehingga, setiap manajer dituntut memiliki jiwa kepemimpinan agar

dapat mengarahkan bawahannya dalam mencapai tujuan organisasi, khususnya dalam

bidang yang dimanajerinya. Meskipun begitu, manajer berbeda dengan pemimpin

organisasi atau perusahaan. Mengacu pada Bennis, pemimpin mengerjakan tugas

dengan benar, sedangkan pemimpin organisasi mengerjakan hal yang benar.

Peran manajer sebagai pemimpin khususnya adalah mengatur penggunaan

sumber daya manusia dan sumber lainnya seperti dana dan peralatan demi mencapai

sasaran-sasaran kelompok. Dia harus mampu mempengaruhi dan mengarahkan

perilaku bawahannya agar mencapai tujuan tersebut.

Page 2: Kepemimpinan Dan Manajemen

Pola Hubungan Antertenaga Kerja dalam Perusahaan

Berdasarkan besar unit yang dipimpinnya, manajer dibagi mejadi dua jenis,

yaitu manajer yang mengepalai seluruh organisasi, dan manajer yang memimpin satu

bagian atau unit dari organisasi. Pembagian ini terutama lebih jelas pada organisasi

formal.

Dalam sistem manajemen, manajer jenis pertama menempati posisi puncak.

Biasanya jabatan mereka adalah general manager, direktur, bahkan direktur utama.

Sedangkan, manajer jenis kedua biasanya adalah manajer madya dan manajer

pertama. Manajer pertama membawahi langsung beberapa tenaga kerja produktif

sesuai bidang masing-masing.

Semua komponen manusia dalam system organisasi yang menempati posisi

karyawan, manajer pertama, manajer madya, dan manajer puncak saling berhubungan

secara konsisten. Namun, tenaga kerja tersebut memilki pola hubungan tersendiri

antara tingkat yang satu dengan tingkat lainnya.

Pada tingkat manajemen puncak, para manajer dituntut lebih peka dan tanggap

pada berbagai peristiwa yang terjadi di sekitar perusahaannya demi kelancran

perkembangan perusahaan tempat dia bekerja. Hal ini disebabkan manajer puncak

lebih sering berhubungan dengan orang-orang yang bekerja di luar organisasinya, dari

para pelanggan, manajer puncak perusahaan lain, sampai yang berhubungan dengan

birokrasi, yaitu pejabat pemerintah.

Pola hubungan pada tingkat manajemen madya agak berbeda dengan

manajemen puncak. Manajer madya berhubungan dengan atasan, rekan setingkat,

bawahannya yaitu manajer pertama. Oleh karena itu, manajer madya merupakan

penghubung yang sangat penting dalam system manajemen perusahaan. Dia

menerima data yang diterima dari bawahannya, menerjemahkan, mengedit dan

meringkasnya, lalu melaporkannya pada atasan. Dalam menghadapi manajer pertama

bawahannya, manajer madya seringkali melakukannya secara perorangan dan

dipengaruhi pula oleh cara bawahannya memandangnya.

Page 3: Kepemimpinan Dan Manajemen

Pada tingkat manajemen pertama, pola hubungan antartenaga kerja tidak jauh

berbeda dengan tingkat manajemen madya. Mereka juga menjadi perantara antara

bawahan dengan manajer di tingkat yang lebih tinggi. Oleh karena itu, para manajer

di tingkat ini seringkali disebut sebagai the man in the middle (Petit, 1975). Kendala

yang biasa dialami oleh manajer pertama adlah jika terjadi perbedaan pendapat dan

keinginan antara karyawan yang dibawahinya dengan atasannya.

Berbeda dengan tingkat manajemen, pola hubungan antara tenaga kerja

bersifat saling bergantung. Hubungan saling bergantung ini bias bersifat seimbang,

yaitu antara sesama tenaga kerja dengan derajat yang sama, bisa juga tidak seimbang,

yaitu hubungan dengan atasan di mana tenaga kerja lebih bergantung pada atasannya

daripada atasan bergantung pada mereka. Oleh karena itu, para tenaga kerja bawahan

ini terkadang merasa perlu untuk membentuk suatu serikat pekerja untuk membela

dan memperjuangkan hak mereka terhadap perusahaan tempatnya bekerja. Jika suatu

ketika para pekerja tersebut diperlukan tidak adil oleh atasannya, seperti ditahan

gajinya atau dibatasi cutinya, maka serikat tersebut dapat membantu pekerja yang

bergabung di dalamnya untuk mengajukan protes.

Hubungan saling bergantung tidak hanya ditentukan oleh jenis pekerjaan,

tetapi juga oleh persepsi masing-masing pekerja terhadap keadaan tempat mereka

bekerja. Hubungan ini pun tidak bersifat menetap, melainkan dapat berubah-ubah

sesuai tuntutan keadaan sesaat.