Upload
fernando-fredo-h-x-v-i
View
18
Download
1
Embed Size (px)
DESCRIPTION
materi kul
Citation preview
Kepemimpinan dan Manajemen
Kepemimpinan adalah perilaku dari seorang individu yang memimpin
aktifitas-aktifitas suatu kelompok kesuatu tujuan yang ingin dicapai bersama (share
goal) (Hemhill& Coons, 1957). Sejalan dengan itu, Jacob & Jacques (1990) juga
mendefinisikan kepemimpinan sebagai sebuah proses memberi arti (pengarahan yang
berarti) terhadap usaha kolektif dan yang mengakibatkan kesediaan untuk melakukan
usaha yang dinginkan untuk mencapai sasaran. Dari pengertian tersebut, jelaslah
bahwa dalam suatu organisasi, dibutuhkan pemimpin untuk mengarahkan perilaku
anggota-anggota kelompok dalam meraih tujuan bersama.
Pemimpin adalah individu manusianya, sementara kepemimpinan adalah sifat
yang melekat padanya sebagai pemimpin. Seorang pemimpin harus mempunyai
beberapa kualitas dasar kepemimpinan, yaitu mempunyai perilaku pemimpin ketika
berada dalam kelompok kerja, memiliki kekuasaan & pengaruh dalam melaksanakan
tugas kepemimpinannya, dan selalu memperhatikan konteks ruang & waktu di mana
dia memimpin (Moeljono, 2003).
Manajemen berbeda dengan kepemimpinan. Menurut Bennis & Nanus (1985),
to manage is to bring about, to accomplish, to have charge of or responsibility for, to
conduct. Sedangkan, leading is influencing, guiding in direction, course, action, and
opinion. Kepemimpinan lebih berhubungan dengan efektifitas, sedangkan manajemen
lebih berhubungan dengan efisiensi.
Davis (1967) menjelaskan bahwa kepemimpinan adalah bagian dari
manajemen. Sehingga, setiap manajer dituntut memiliki jiwa kepemimpinan agar
dapat mengarahkan bawahannya dalam mencapai tujuan organisasi, khususnya dalam
bidang yang dimanajerinya. Meskipun begitu, manajer berbeda dengan pemimpin
organisasi atau perusahaan. Mengacu pada Bennis, pemimpin mengerjakan tugas
dengan benar, sedangkan pemimpin organisasi mengerjakan hal yang benar.
Peran manajer sebagai pemimpin khususnya adalah mengatur penggunaan
sumber daya manusia dan sumber lainnya seperti dana dan peralatan demi mencapai
sasaran-sasaran kelompok. Dia harus mampu mempengaruhi dan mengarahkan
perilaku bawahannya agar mencapai tujuan tersebut.
Pola Hubungan Antertenaga Kerja dalam Perusahaan
Berdasarkan besar unit yang dipimpinnya, manajer dibagi mejadi dua jenis,
yaitu manajer yang mengepalai seluruh organisasi, dan manajer yang memimpin satu
bagian atau unit dari organisasi. Pembagian ini terutama lebih jelas pada organisasi
formal.
Dalam sistem manajemen, manajer jenis pertama menempati posisi puncak.
Biasanya jabatan mereka adalah general manager, direktur, bahkan direktur utama.
Sedangkan, manajer jenis kedua biasanya adalah manajer madya dan manajer
pertama. Manajer pertama membawahi langsung beberapa tenaga kerja produktif
sesuai bidang masing-masing.
Semua komponen manusia dalam system organisasi yang menempati posisi
karyawan, manajer pertama, manajer madya, dan manajer puncak saling berhubungan
secara konsisten. Namun, tenaga kerja tersebut memilki pola hubungan tersendiri
antara tingkat yang satu dengan tingkat lainnya.
Pada tingkat manajemen puncak, para manajer dituntut lebih peka dan tanggap
pada berbagai peristiwa yang terjadi di sekitar perusahaannya demi kelancran
perkembangan perusahaan tempat dia bekerja. Hal ini disebabkan manajer puncak
lebih sering berhubungan dengan orang-orang yang bekerja di luar organisasinya, dari
para pelanggan, manajer puncak perusahaan lain, sampai yang berhubungan dengan
birokrasi, yaitu pejabat pemerintah.
Pola hubungan pada tingkat manajemen madya agak berbeda dengan
manajemen puncak. Manajer madya berhubungan dengan atasan, rekan setingkat,
bawahannya yaitu manajer pertama. Oleh karena itu, manajer madya merupakan
penghubung yang sangat penting dalam system manajemen perusahaan. Dia
menerima data yang diterima dari bawahannya, menerjemahkan, mengedit dan
meringkasnya, lalu melaporkannya pada atasan. Dalam menghadapi manajer pertama
bawahannya, manajer madya seringkali melakukannya secara perorangan dan
dipengaruhi pula oleh cara bawahannya memandangnya.
Pada tingkat manajemen pertama, pola hubungan antartenaga kerja tidak jauh
berbeda dengan tingkat manajemen madya. Mereka juga menjadi perantara antara
bawahan dengan manajer di tingkat yang lebih tinggi. Oleh karena itu, para manajer
di tingkat ini seringkali disebut sebagai the man in the middle (Petit, 1975). Kendala
yang biasa dialami oleh manajer pertama adlah jika terjadi perbedaan pendapat dan
keinginan antara karyawan yang dibawahinya dengan atasannya.
Berbeda dengan tingkat manajemen, pola hubungan antara tenaga kerja
bersifat saling bergantung. Hubungan saling bergantung ini bias bersifat seimbang,
yaitu antara sesama tenaga kerja dengan derajat yang sama, bisa juga tidak seimbang,
yaitu hubungan dengan atasan di mana tenaga kerja lebih bergantung pada atasannya
daripada atasan bergantung pada mereka. Oleh karena itu, para tenaga kerja bawahan
ini terkadang merasa perlu untuk membentuk suatu serikat pekerja untuk membela
dan memperjuangkan hak mereka terhadap perusahaan tempatnya bekerja. Jika suatu
ketika para pekerja tersebut diperlukan tidak adil oleh atasannya, seperti ditahan
gajinya atau dibatasi cutinya, maka serikat tersebut dapat membantu pekerja yang
bergabung di dalamnya untuk mengajukan protes.
Hubungan saling bergantung tidak hanya ditentukan oleh jenis pekerjaan,
tetapi juga oleh persepsi masing-masing pekerja terhadap keadaan tempat mereka
bekerja. Hubungan ini pun tidak bersifat menetap, melainkan dapat berubah-ubah
sesuai tuntutan keadaan sesaat.