Upload
robbicahyadi
View
225
Download
0
Embed Size (px)
DESCRIPTION
penjelasan tentang materi kepailitan dan likuidasui
Citation preview
A. UNDANG-UNDANG KEPAILITAN
Kepailitan merupakan suatu proses di mana seorang debitur dianggap tidak mampu
membayar (insolvent) apabila tidak mampu membayar utangnya saat jatuh tempo, atau jika
total utangnya melebihi nilai wajar aktivanya. Ketidakmampuan membayar pada waktunya
disebut sebagai ketidakmampuan ekuitas (equity insolvency). Memiliki total utang yang
melebihi nilai wajar total aktiva disebut ketidakmampuan karena pailit (bankruptcy
insolvency).
Adanya tujuan kepailitan itu sendiri adalah untuk melakukan pembagian antara para
kreditur atas kekayaan debitur oleh kurator. Kepailitan dimaksudkan untuk menghindari
terjadinya sitaan terpisah atau eksekusi terpisah oleh kreditur dan menggantikannya dengan
mengadakan sitaan bersama sehingga kekayaan debitur dapat dibagikan kepada semua
kreditur sesuai dengan hak masing-masing.
Syarat untuk kepailitan adalah :
1) Adanya hutang
2) Minimal satu hutang sudah jatuh tempo dan dapat ditagih
3) Adanya debitur
4) Adanya kreditur (lebih dari satu)
5) Permohonan peryataan pailit
6) Pernyataan pailit oleh Pengadilan Niaga
Dalam sejarahnya, peraturan kepilitan di Indonesia mengacu pada undang-undang
tentang kepailitan yang dimuat dalam staatsbald tahun 1905 nomor 217 juncto Staatbald
tahun 1906 nomor 348. Pada tanggal 22 April 1998, pemerintah menetapkan dan
mengundangkan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang (Perpu) Nomor 1 tahun
1998 tentang perubahan atas Undang-Undang tentang Kepailitan. Perpu ini berlaku aktif
120 hari sejak tanggal diundangkan (20 Agustus 1988).
Kepailitan adalah sita umum yang mencakup seluruh kekayaan debitur untuk
kepentingan semua krediturnya.Pembagian kekayaan debitur antara para krediturnya harus
dilakukan secara pari passu pro rata parte yang berarti bahwa proses pembagiannya
dilakukan tanpa menentukan prioritas atau dengan kata lain para kreditur mendapatkan
kesempatan yang sama sesuai dengan besarnya tagihan mereka masing-masing
(proposional).
Ketidakmampuan perusahaan dalam soal equitas dapat menghindari pengajuan pailit
melalui negosiasi kesepakatan langsung pada krediturnya. Sedangkan perusahaan debitur
yang mengalami ketidakmampuan karena pailit umumnya akan direorganisasi atau
dilikuidasi menurut pengawasan pengadilan pailit.
Bagi debitur, kepilitan meliputi seluruh kekayaan milik debitur pada saat putusan
pernyataan pailit ditetapkan dan juga mencakup seluruh kekayaan yang diperoleh debitur
selama masa berlangsungnya kepailitan, misalnya karena hibah atau warisan. Pernyataan
pailit dinyatakan oleh Pengadilan Niaga, pengurusan dan pemberesan atas kekayaan
debitur ditugaskan kepada kurator dengan didampingi oleh Hakim Pengawas yang ditunjuk
dari Hakim Pengadilan yang bertugas mengawasi pengurusan dam pemberesan kurator.
Bila ada putusan pernyataan pailit dibatalkan sebagai akibat kasasi atau peninjauan
kembali, maka kepailitan debitur berakhir. Pembatalan putusan pernyataan pailit tersebut
tidak mempengaruhi keabsahan perbuatan yang telah dilakukan oleh kurator sebelum atau
tanggal kurator menerima pemberitahuan tentang putusan pembatalan tersebut. Dengan
berakhirnya kepailitan, debitur sepenuhnya berhak untuk melakukan perbuatan pengurusan
dan pengalihan hak atas kekayaannya. Berakhirnya kepailitan tidak berarti membebaskan
debitur dari hutang-hutangnyayang belum dilunasi. Setiap kreditur yang piutangnya belum
sepenuhnya dilunasi berhak untuk menuntut pembayaran kepada debitur yang kepailitannya
telah berakhir.
Pihak-Pihak yang dapat melakukan permintaan kepailitan adalah :
1) Debitur
2) Kreditur
3) Kejaksaan demi kepentingan umum
4) Bank Indonesia
5) Badan Pengawas Pasar Modal
Proses kepailitan
Diawali dengan adanya pernyataan pailit.
UU Kepailitan menegaskan bahwa paling sedikit harus ada dua kreditur, dan debitur
sedikitnya tidak membayar satu hutang yang telah jatuh tempo dan dapat ditagih.
Pengadilan tidak memeriksa alas an debitur tidak mau membayar, tetapi yang
penting ada bukti tidak membayar.
Ketentuan Pasal 1132 KUHP perdata : pembagian kekayaan debitur antara para
krediturnya harus dilakukan secara para passu pro rata parte, artinya bahwa proses
pembagiannya dilakukan tanpa menentuka prioritas.
B. LIKUIDASI
Likuidasi merupakan aktivitas lanjutan apabila debitur pailit tidak dapat menunjukkan
pada pengadilan niaga yang memiliki otoritas untuk menghentikan kepailitan.
Tujuan utama dari Likuiditas adalah melakukan pengurusan dam pemberesan atas
harta pailit. Proses likuidasi juga mengacu pada Perpu No. 1 tahun 1998 tentang Perubahan
Atas Undang-Undang tentang Kepailitan.
Dalam pernyataan pailit yang ditentukan oleh pengadilan niaga sudah harus Hakim
Pengawas dan Kurator. Sebelum melakukan pengurusan dan pemberesan, pengadilan
wajib untuk mendengar nasihat dari Hakim Pengawas karena Hakim Pengawas adalah
pihak yang memiliki tugas untuk mengawasi proses pengurusan dan pemberesan harta pailit
sedangkan Kurator adalah perorangan atau persekutuan perdata yang berdomisili di wilayah
Indonesia yang memiliki keahlian khusus untuk melakukan pengurusan dan pemberesan
harta pailit dan telah terdaftar di Departemen Kehakiman.
Setiap 3 bulan kurator berkewajiban untuk menyampaikan laporan kepada hakim
pengawas yang berisi keadaan harta pailit dan kemajuan dari pelaksanaan pengurusan dan
pemberesan harta pailit.
Debitur pailit berhak untuk menawarkan perdamaian kepada semua kreditur secara
bersamaan. Perdamaian ini dapat diterima apabila disetujui dalam rapat kreditur oleh lebih
dari 50% jumlah kreditur yang hadir dalam rapat yang mewakili 2/3 dari jumlah seluruh
piutang yang diakui atau yang untuk sementara diakui dari kreditur. Apabila perdamaian
yang ditawarkan oleh debitur ditolak maka debitur tidak boleh menawarkan lagi perdamaian
baru.
Bila dalam rapat pencocokan hutang-piutang tidak ditawarkan perdamaian, atau bila
perdamaian yang ditawarkan telah ditolak atau pengesahan perdamain tersebut pasti ditolak
maka harta pailit berada dalam keadaan tidak mampu membayar. Dalam kondisi seperti ini
menuntut dilanjutkannya proses pailit dengan proses likuidasi.
Sebelum melakukan proses likuidasi, kurator melakukan inventarisasi terhadap
kekayaan dan kewajiban debitur pailit brdasarkan neraca penutupan per tanggal izin usaha
cabut dan diaudit oleh akuntan publik. Setelah proses inventarisasi selesai maka tim
likuidasi yang dibentuk akan menyusun rencana likuidasi dan tata cara pencairan harta.
Dalam melakukan penjualan assets hal-hal berikut ini harus diperhatikan :
1) Asset tidak memiliki cacat hukum dan marketable.
2) Harga patokan adalah penilaian dari independen appraisal.
3) Diupayakan lebih dari penawaran.
4) Penawaran secara penulis.
5) Keputusan penjualan di pusat dan diputuskan setelah mendapatkan persetujuan dari
seluruh anggota tim likuidasi.
6) Biaya-biaya yang dikeluarkan untuk proses kepailitan tersebut dibebankan pada tiap
bagian harta pailit.
C. Laporan Keuangan Likuidasi
Laporan akuntansi untuk untuk perusahaan yang dilikuidasi semacam ini disebut laporan
keuangan likuidasi dengan basis likuidasi. Kewajiban tim likuidasi diantaranya adalah
membuat laporan keuangan likuidasi ntuk pengadilan perkara kepailitan. Laporan ini adalah
dokumen legal yang disediakan untuk pengadilan perkara kepailitan. Laporan ini dibuat oleh
akuntan dan merupakan laporan keuangan yang menekankan nilai likuidasi dan
menyediakan informasi yang relevan bagi tim likuidasi dalam melikuidasi perusahaan.
Laporan ini juga menyediakan informasi yang mungkin berguna bagi kreditur. Laporan
keuangan likuidasi disajikan pada tanggal tertentu, dan memberikan informasi neraca
dimana aktiva diukur berdasarkan :
- nilai bersih yang dapat direalisasi (net realizable value)
- digolongkan berdasarkan urutan ketersediaan bagi kreditur yang:
1. dijamin penuh
2. yang dijamin sebagian
3. yang diprioritaskan
4. yang tidak dijamin
Hutang digolongkan pada laporan keuangan likuidasi berdasarkan :
prioritas
dijamin penuh
dijamin sebagian
tidak dijamin
Penilaian harga perolehan dimasukkan dalam laporan untuk tujuan referensi.