25
ANATOMI DAN FISIOLOGI FARING DAN ESOFAGUS Makalah Oleh Kelompok 2

Kelompok 2 (Anfis Faring & Esofagus)

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Anfis faring & esofagus

Citation preview

ANATOMI DAN FISIOLOGI FARING DAN ESOFAGUS

Makalah

Oleh

Kelompok 2

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATANUNIVERSITAS JEMBER2014

ANATOMI DAN FISIOLOGI FARING DAN ESOFAGUS

Makalah

diajukan untuk memenuhi tugas kelompok matakuliah Ilmu Keperawatan Klinik III A dosen pengampu : Ns. Nur Widayati, MN.

oleh

Ikbar Nurkholisah I.122310101004Ananta Efrandau122310101015Ria Novitasari122310101022Lina Nur Khumairoh122310101029Reny Dwi Nurmasari122310101031Sofiatul Mafuah122310101042Aprilita Restuningtyas122310101053Fakhrun Nisa Fidaroini 122310101064Alisa Miradia P.122310101074Berlinda Damar Asri122310101077

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATANUNIVERSITAS JEMBER2014

PRAKATA

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul Anatomi Dan Fisiologi Faring Dan Esofagus dengan tepat waktu. Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata ajar Ilmu Keperawatan Klinik III 3A.Penyusunan makalah ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis menyampaikan terima kasih kepada:1. Ns. Nur Widayati, MN selaku Dosen Penanggung Jawab Mata Ajar Ilmu Keperawatan Klinik IIIA;2. teman-teman mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan angkatan 2012, yang telah memberi dorongan dan semangat; dan3. semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu.Penulis juga menerima segala kritik dan saran dari semua pihak demi kesempurnaan makalah ini. Penulis berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat dan menambah pengetahuan pembaca.

Jember, 13 Februari 2014Penulis

DAFTAR ISI

HalamanHALAMAN SAMPUL..........................................................................iHALAMAN JUDUL.............................................................................iiKATA PENGANTAR..........................................................................iiiDAFTAR ISI.........................................................................................ivBAB 1. PENDAHULUAN....................................................................11.1 Latar Belakang11.2 Rumusan Masalah11.3 Tujuan..................................................................................1BAB 2. PEMBAHASAN22.1 Anatomi Dan Fisiologi Faring22.2 Anatomi Dan Fisiologi Esofagus52.3 Terjadinya Proses Menelan .................................................72.4 Terjadinya Peristiwa Tersedak10BAB 3. PENUTUP123.1 Kesimpulan123.2 Saran 12DAFTAR PUSTAKA13

BAB 1. PENDAHULUAN

1.1Latar BelakangSaluran pencernaan merupakan saluran yang menerima makanan dari luar dan mempersiapkannya untuk diserap oleh tubuh dengan jalan proses pencernaan (pengunyahan, penelanan, dan pencampuran) dengan enzim dan zat cair yang terbentang mulai dari mulut (oris) sampai anus. Sistem pencernaan itu meliputi beberapa organ mulai dari mulut, faring, esofagus, gaster, usus halus, usus besar, rektum dan anus. Setiap organ tersebut memiliki anatomi yang menunjang fungsi dari masing-masing organ tersebut. Dalam makalah ini akan dibahas mengenai anatomi dan fisiologi organ faring dan esofagus, terjadinya proses menelan mulai dari faring hingga akan menuju ke gaster. Selain anatomi, fisiologi dan proses menelan juga akan dibahas mengenai gangguan yang terjadi saat proses pencernaan yaitu peristiwa tersedak.

1.2 Rumusan Masalah1.2.1 Bagaimana anatomi dan fisiologi faring?1.2.2 Bagaimana anatomi dan fisiologi esofagus?1.2.3 Bagaimana terjadinya proses menelan?1.2.4 Bagaimana terjadinya peristiwa tersedak?

1.3 Tujuan1.3.1 Mengetahui anatomi dan fisiologi faring dalam sistem pencernaan;1.3.2 Mengetahui anatomi dan fisiologi esofagus dalam sistem pencernaan;1.3.3 Mengetahaui bagaimana terjadinya proses menelan;1.3.4 Mengetahui terjadinya peristiwa tersedak.

BAB 2. PEMBAHASAN

2.1 Anatomi Dan Fisiologi FaringFaring merupakan organ yang berbentuk corong sepanjang 15 cm yang tersusun atas jaringan fibromuskular yang berfungsi sebagai saluran pencernaan dan juga sebagai saluran pernapasan. Faring terletak setinggi basis cranii (bassis occipital dan bassis sphenoid) sampai cartilage cricoid setinggi Vertebrae Cervical VI. Bagian terlebar dr pharynx terletak setinggi os. Hyoideum dan bagian tersempitnya terletak pd pharyngoesophageal junction. Pharynx sbg organ pencernaan menghubungkan antara cavum oris danOesophagus. Sedangkan sebagai organ pernafasan berfungsi utk menghubungkan antara cavum nasi dan Larynx.Pembentuk dinding faring:1. Membrane mucosa yg tersusun atas epitel squamos pseudokompleks bersilia pada bagian atas dan epitel squamos kompleks di bagian bawah.2. Submucosa.3. Jaringan fibrosa, membentuk fascia pharyngobasillaris yg melekat pd bassis crania.4. Jaringan muscular yg terdiri atas otot sirkular dan longitudinal.5. Jaringan ikat longgar yg membentuk fascia buccopharyngeal.Otot-otot pada faring:Otot-otot pada faring terdiri atas tiga otot konstriktor pharyngeus dan tiga otot yang berorigo pada proc. Styloideus. Otot-otot ini berperan dalam proses deglutition atau menelan.Hubungan faring:Cavum pharyngeum berhubungan dengan organ-organ disekitarnya antara lain melalui:1. Choanae (nares posterior) menghubungkan dengan cavum nasi.2. Ostium pharyngeum tuba auditiva eustachii dengan cavum tympani.3. Isthmus faucium dengan cavum oris propia.4. Additus laryngis dengan larynx.5. Portae oesophagus dengan oesophagus,Vaskularisasi faring:Perdarahan faring sebagian besar berasal dari cabang arteri carotis externa, arteri faringeal ascendens, R. dorsal arteri lingualis, R. tonsillaris arteri fascialis, dan R. palatine arteri maksillaris.Innervasi faring:untuk persarafan motorik berasal dr nerveus XI sedangkan untuk persarafan sensorik berasal dari nerveus IX dan nerveus X.Pembagian faringFaring dibagi menjadi:1. NasofaringNasopharynx merupakan bagian dr pharynx yg terletak di bagian atas, maka dr itu nasopharynx jg disebut dg epipharynx. Nasopharynx memiliki skeletopi setinggi Bassis cranii sampai Vertebrae cervical I. Nasopharynx memiliki syntopi:a. ventral: choanae (nares posterior), menghubungkan pharynx dg cavum nasi.b. superior: bassis crania.c. belakang: vertebrae cervical yg dipisahkan oleh fascia prevertebrae dan m. capitis.d. lateral: dinding medial leher.e. inferior: palatum mole.Terdapat beberapa bangunan yang terletak pada nasofaring, antara lain:a. ostium pharyngeum tuba auditiva eustachii, menghubungakn pharynx dengan caum tympani.b. adenoid (tonsilla pharyngea/ tonsillo luscha), merupakan kelenjer limfe submucosa.c. recessus pharynx (fossa rosenmulleri), di belakang torus tubarius.d. isthmus nasopharynx, batas antara nasopharynx dan oropharynx yg akan tertutup oleh pallatum molle saat proses deglutition/menelan.2. OrofaringMerupakan bagian dr pharynx yg terletak di tengah. Memiliki skeletopi setinggi Vertebrae cervical II sampai Vertebrae Cervical III. Oropharynx memiliki syntopi sbg berikut:a. superior: nasopharynx (isthmus nasopharynx, palatum mole)b. ventral: cavum oris propia dg arcus palatopharynx dan uvulaec. dorsal: Vertebrae Cervical II IIId. lateral: dinding medial lehere. inferior: tepi atas epiglottis, basis linguaeAda beberapa bangunan yang terdapat pada oropharynx, antara lain:a. tonsilla palatine (faucial tonsil/ amandel), di dinding lateral dextra et sinistra di recessus tonsillaris antara arcus palatoglossus dan arcus palatopharyngeusb. fossa supratonsilaris, mucosa di atas tonsil berbentuk segitiga di antara arcus palatoglossus dan arcus palatopharyngeusc. tonsila lingualis, pada basis linguae (1/3 posterior linguae)

3. LaringofaringMerupakan bagian bawah dari pharynx. Maka dari itu, juga disebut dengan hipopharynx. Laringopharynx terletak setinggi Vertebrae Cervical IV sampai Vertebrae Cervical VI. Syntopi laryngopharynx antara lain:a. superior: oropharynx (setinggi tepi atas epiglottis)b. ventral: tepi belakang epiglottis, additus laryngesc. dorsal: vertebrae cervical III VId. lateral: dinding lateral lehere. inferior: portae esophagus

2.2 Anatomi Dan Fisiologi EsofagusEsofagus adalah salah satu organ pencernaan salah satu organ pencernaan (Gastro Intestinal Tract) yang membentang dari pharyngoesophageal junction (batas pharynxdan esofagus) sampai orificium cardiaca gaster. Esofagus merupakan saluran yang menghubungkan antara pharynx (Laringopharynx/ Hipopharynx) dengan gaster (stomaxh/ pylorus/ ventriculus). Makanan lewat di esofagus hanya dan bergeraknya makanan di dalam esofagus menuju gaster ini dipengaruhi oleh adanya gerakan peristaltik dari esofagus.1. Pembagian EsofagusEsofagus terletak setinggi Vertebrae Cervical VI sampai discus intervertebralis antara Vertebrae Thoracalis X dan Vertebrae Thoracalis XI.2. Esofagus terbagi atas 3 pars antara lain :a. Esofagus pars cervical Esofagus pars cervical membentang dari pharyngoesophageal junction hingga tepi bawah Vertebra Cervical VII.b. Esofagus pars thoracica Esofagus pars thoracica membentang dari Vertebrae Thoracica I sampai pada hiatus oesophagus pada diaphragma yang terletak setinggi Vertebrae Thoracica X.c. Esofagus pars abdominalis Esofagus pars abdominalis membentang dari hiatus esofagus sampai pada orificium cardiaca gaster. Dengan kata lain, esofagus pars abdominalis memiliki skeletopi setinggi Vertebrae Thoracica X hingga Discus Intervertebralis antara Vertebrae thoracica X dan Vertebrae thoracica XI.3. Margo esofagusEsofagus memiliki 2 marg yaitu margo dextra dan margo sinistra. Margo dextra esofagus sebagai curvature minor gaster. Sedangkan margo sinistra esofagus dipisahkan dengan fundus gaster oleh incisura cardiac gaster.4. Syntopi Esofagusa. Dextra : ekstremitas superior omentum minusb. Sinistra: lig Gastrophrenicac. Ventral: truncus vagalis sinistra, lobus hepatis sinistra, arcus aorta, d. Dorsal : R.oesophageales vasa. Gastrica sinistra, truncus vagalis dextra, vasa phrenica inferior sinistra, crus diaphragm sinistra dan n. sphlancnici5. Penyempitan EsofagusEsofagus memiliki 3 tempat penyempitan, antara lain pada Sphincter oesophageal (pharyngoesophageal junction), di belakang dari arcus aorta dan pada hiatus esofagus saat menembus diaphragm.6. Vaskularisasi Esofagusa. Esofagus bagian 1/3 proximal (oral) divaskularisasi oleh a. thyroidea inferiorb. Esofagus bagian 1/3 medial divaskularisasi oleh cabang dari aorta descendensc. Esofagus bagian 1/3 distal (anal) divaskularisasi oleh Rr. Oesophageales gastric sinistra7. Inervasi EsofagusEsofagus diinervasi persarafan simpatis oleh truncus sympaticus dan persarafan parasimpatis oleh n. Vagus (n. X)

2.3 Terjadinya Proses MenelanProses menelan dimulai dengan fase volunter (oral) pada saat bolus makanan terdorong masuk ke dalam faring. Bolus makanan tersebut mengaktifkan reseptor sensorik yang memulai fase involunter (faring dan efofagus) atau reflek deglutisi. Reflek deglutisi merupakan serangkaian kejadian yang kompleks dan berfungsi baik untuk mendorong makanan lewat faring dan esofagus untuk mencegah agar makanan tersebut tidak masuk ke dalam saluran pernapasan. Pada saat yang sama ketika bolus makanan didorong ke belakang oleh lidah, laring akan bergerak ke depan dan sfingter esofagus pada bagian atas akan membuka. Ketika bolus makanan bergerak ke dalam faring, kontraksi muskulus konstriktor faringeus superior terhadap palatum mole yang berkontraksi akan memulai kontraksi peristaltik yang berjalan dengan cepat ke bawah untuk menggerakkan bolus makanan lewat faring dan esofagus. Sfingter esofagus bagian bawah akan membuka ketika makanan masuk kedalam esofagus dan tetap terbuka sampai kontraksi peristaltik mendorong makanan masuk ke lambung. Kontraksi peristaltik dalam reaksinya terhadap gerakanan menelan akan melibatkan inhibisi yang diikuti oleh kontraksi sekuensi alotot-otot di sepanjang lintasan gerakan menelan dan gerakan peristaltik ini disebut sebagai peristalsis primer. Inhibisi yang mendahului kontraksi peristaltik disebut peristalsis sekunder, yang terbatas pada esofagus pars torakalis. Kontraksi tersier merupakan gerakan nonperistalsis karena terjadi simultan di seluruh segmen panjang esofagus . kontraksi tersier dapat terjadi sebagai suatu respon terhadap gerakan menelan atau distensi esofagus, atau kontraksi tersebut dapat terjadi secara spontan.

Neurofisiologi MenelanProses menelan merupakan suatu proses yang kompleks yang memerlukan setiap organ yang berperan harus bekerja secara terintegrasi dan berkesinambungan. Dalam proses menelan diperlukan kerjasama yang baik dari6 saraf kranial,4 saraf servikal,dan lebih dari30 pasang otot menelan.a. Fase FaringealProses menelan pada fase faringeal dimulai ketika bolus makanan menyentuh arkus faring anterior (arkus palatoglosus) danrefleks menelanakan segera timbul. Pada fase faringeal terjadi:1) m. Tensor veli palatini (n.V) dan m. Levator veli palatini (n.IX, n.X dan n.XI) berkontraksi menyebabkan palatum mole terangkat, kemudianuvula tertarik keatasdan ke posterior sehingga menutup daerah nasofaring;2) m. Genioglosus (n.XII, servikal 1), m. Ariepiglotika (n.IX,nX) m. Krikoaritenoid lateralis (n.IX,n.X) berkontraksi menyebabkanaduksi pita suarasehingga laring tertutup;3) laring dan tulang hioid terangkat keatas ke arah dasar lidah karena kontraksi m. Stilohioid, (n.VII), m. Geniohioid, m. Tirohioid (n.XII dan n.servikal I);4) kontraksi m. Konstriktor faring superior (n.IX, n.X, n.XI), m. Konstriktor faring inermedius (n.IX, n.X, n.XI) dan m. Konstriktor faring inferior (n.X, n.XI) menyebabkanfaring tertekan kebawahyang diikuti oleh relaksasi m. Kriko faring (n.X);5) pergerakan laring ke atas dan ke depan, relaksasi dari introitus esofagus, dan dorongan otot-otot faring ke inferior menyebabkanbolus makanan turunke bawah dan masuk ke dalam servikal esofagus. Proses ini hanya berlangsung sekitar satu detik untuk menelan cairan dan lebih lama bila menelan makanan padat.

Pada fase faringeal, saraf kranial yang bekerja yaitu n.V.2, n.V.3 dan n.X sebagai serabut afferen dan n.V, n.VII, n.IX, n.X, n.XI dan n.XII sebagai serabut efferen. Bolus dengan viskositas yang tinggi akan memperlambat fase faringeal, meningkatkan waktu gelombang peristaltik, dan memperpanjang waktu pembukaan sfingter esofagus bagian atas. Bertambahnya volume bolus menyebabkan lebih cepatnya waktu pergerakan pangkal lidah, pergerakan palatum mole, dan pergerakan laring, serta pembukaan sfingter esofagus bagian atas. Waktupharyngeal transitjuga bertambah sesuai dengan usia.Gelombang peristaltik faring mempunyai kecepatan rata-rata 12 cm/detik. Mc.Connel dalam penelitiannya melihat adanya 2 sistem pompa yang bekerja yaitu:1) Oropharyngeal propulsion pomp (OOP)adalah tekanan yang ditimbulkan tenaga lidah 2/3 depan yang mendorong bolus ke orofaring yang disertai tenaga kontraksi dari m. Konstriktor faring;2) Hypopharyngeal suction pomp (HSP)adalah tekanan negatif akibat terangkatnya laring ke atas menjauhi dinding posterior faring, sehingga bolus terisap ke arah sfingter esofagus bagian atas. Sfingter esofagus bagian atas dibentuk oleh m. Konstriktor faring inferior, m. Krikofaring, dan serabut otot longitudinal esofagus bagian superior.b. Fase EsofagealPada fase esofageal proses menelan berlangsung tanpa disadari. Bolus makanan turun lebih lambat dari fase faringeal yaitu 3-4 cm/ detik. Pada fase ini terjadi beberapa tahapan, yaitu:1) dimulai dengan terjadinya relaksasi m. Kriko faring.Gelombang peristaltik primerterjadi akibat kontraksi otot longitudinal dan otot sirkuler dinding esofagus bagian proksimal. Gelombang peristaltik pertama ini akan diikuti olehgelombang peristaltik keduayang merupakan respons akibat regangan dinding esofagus;2) gerakanperistaltik tengah esofagusdipengaruhi oleh serabut saraf pleksus mienterikus yang terletak diantara otot longitudinal dan otot sirkuler dinding esofagus dan gelombang ini bergerak seterusnya secara teratur menuju ke distal esofagus.

Saat menelan mcairan maupun makanan, biasanya cairan turun akibat gaya berat dan makanan padat turun karena adanya gerak peristaltik, proses ini berlangsung selama 8-20 detik.Esophagal transit timebertambah pada lansia akibat dari berkurangnya tonus otot-otot rongga mulut untuk merangsang gelombang peristaltik primer.

Note: m. Tensor veli palatini (n.V) dibaca: muskulus Tensor veli palatini yang dipersarafi oleh nervus V (trigeminal). m. Levator veli palatini (n.IX, n.X dan n.XI) dibaca: muskulus Levator veli palatini yang dipersarafi oleh nervus IX (glosofarigeal), nervus X (vagus), dan nervus XI (aksesori).

2.4 Terjadinya Peristiwa TersedakPada dasarnya tersedak dapat diakibatkan oleh dua hal yang berbeda, yakni tersedak akibat reflex fisiologis dan tersedak secara patologis. Kedua peristiwa tersebut memiliki mekanisme dan prognosis yang berbeda pada manusia. Barikut adalah penjelasan dari kedua kejadian tersebut.a. Tersedak secara fisiologisSebagaimana kita ketahui bahwa pada daerah leher manusia terdapat bagian depan dan bagian belakang. Pada bagian depan terdapat trakea (tenggorokan) yang merupakan tempat lewatnya udara saat akan memasuki paru. Trakea dibentuk oleh cincin-cincin tulang rawan. Selain itu, pada bagian ini juga terdapat epiglottis, yakni suatu katub yang dpat membuka menutup sebagai pintu gerbang percabangan antara trakea dengan faring. Sedangkan pada bagian belakang terdapat esophagus yang merupakan saluran lanjutan dari faring yang akan menjadi penghubung antara faring dengan lambung. Pada saat kita makan epiglottis akan menutup sehingga makanan akan masuk ke faring dan selanjutnya masuk ke dalam saluran pencernaan. Sedangkan saat bernapas, epiglotis akan membuka sehingga udara masuk ke saluran perapasan. Namun, jika kita makan dengan bicara maka epiglotis aka membuka sehingga makanan akan salah masuk ke trakea bukan ke faring. Sedangkan dalam faring, makanan tersebut akan dianggap sebagai sel asing yang harus dikeluarkan. Hal inilah yang menyebabkan munculnya reflex tersedak secara fisiologis. b. Tersedak secara patologisPeristiwa tersedak juga dapat terjadi akibat adanya iritasi pada saraf phrenic. Saraf Phrenic merupakan saraf yang menyediakan diafragma (otot diantara dada dengan perut). Sebagaimana kita ketahui bahwa diafragma akan membantu pernapasan dengan cara naik-turun yang mengurangi dan menambahkan ukuran dada untuk memungkinkan paru-paru melebar ketika menarik napas). Jika diafragma mengalami iritasi, maka gerakan dari diafragma tidak akan lagi berkoordinasi dengan dada sehingga menyebabkan tersedak yang sifatnya patologis.

BAB 3. PENUTUP

3.1 KesimpulanFaring merupakan organ yang berbentuk corong sepanjang 15 cm yang tersusun atas jaringan fibromuskular yang berfungsi sebagai saluran pencernaan dan juga sebagai saluran pernapasan. Pharynx sebagai organ pencernaan menghubungkan antara cavum oris danOesophagus. Sedangkan esofagus adalah salah satu organ pencernaan yang membentang dari pharyngoesophageal junction (batas pharynxdan esofagus) sampai orificium cardiaca gaster. Esofagus merupakan saluran yang menghubungkan antara pharynx dengan gaster.Kedua organ ini masing-masing memiliki peran dalam proses menelan. Proses menelan merupakan suatu proses yang kompleks dan memerlukan organ-organ yang harus bekerja secara terintegrasi dan berkesinambungan. Pada proses menelan, bolus dengan viskositas yang tinggi akan memperlambat fase faringeal, meningkatkan waktu gelombang peristaltik, dan memperpanjang waktu pembukaan sfingter esofagus bagian atas. Makanan yang akan dicerna hanya lewat saja di esofagus dan bergeraknya makanan di dalam esofagus menuju gaster ini dipengaruhi oleh adanya gerakan peristaltik dari esofagus. Pada fase esofageal proses menelan berlangsung tanpa disadari. Bolus makanan turun lebih lambat dari fase faringeal yaitu 3-4 cm/ detik.

3.2 SaranProses pencernaan merupakan salah satu proses terpenting dalam tubuh manusia, oleh karenanya sebagai seorang perawat atau tenaga kesehatan, sangat penting untuk bisa memahami organ-organ yang terdapat dalam proses pencernaan serta gangguan atau kelainan apa saja yang dapat terjadi dalam proses pencernaan. Hal ini menjadi penting khususnya bagi seorang perawat untuk dapat membantu klien apabila terjadi gangguan dalam proses menelan seperti tersedak.

DAFTAR PUSTAKA

Drs.H. Syaifudin.AMK. 2006. Anatomi Fisiologi untuk Mahasiswa Keperawatan. Jakarta:EGC.

Dr. Kris. 2008. Menelan (Deglutasi) dan Gangguan Menelan. http://thtkl.wordpress.com/2008/11/09/menelandeglutasi-dan-gangguan-menelan/. [diakses pada 10 Februari 2014]

Fried, Goerge H. 2005.Schaums Outlines Biologi. Edisi Kedua.Jakarta: Erlangga.

Isselbacher, Kurt J. et.al. 1999. Harrison: Prinsip-prinsip Umum Ilmu Penyakit Dalam. Volume 1, Edisi 13. Jakarta: EGC.

Pearce Evelin C. 2009. Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis. Jakarta: PT Gremedia Pustaka Utama.

Sherwood, Laura. 2001. Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem. Edisi Kedua. Jakarta: EGC.