Upload
trisukma-arya-mahendra
View
162
Download
8
Embed Size (px)
Citation preview
RESUME TUTORIAL BLOK 14
KELOMPOK B
SKENARIO 5
PSIKIATRI ANAK DAN NEUROLOGI ANAK
Oleh:
1. Bela Mayvani Rachman (082010101005)
2. Mukhammad Nursalin (082010101006)
3. Bernadetta Christy P (082010101009)
4. Delina Putri Agustini (082010101012)
5. Arditha Oktavi Hasinofa (082010101021)
6.Ayu Budhi Trisna (082010101026)
7.Alfa Miftahul Khoir (082010101033)
8.Yuyun Muwassatur R (082010101034)
9.R.Anggi Dwi Putra (082010101035)
10.Anggun Puspita Dewi (082010101040)
11.M.Rudy Febriansyah (082010101042)
12.Sheila Rachmania (082010101056)
13.Sastra Wira Panji (082010101063)
14.Dyna Ayu Mukhitasari (082010101067)
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS JEMBER
2010
SKENARIO 5
PSIKIATRI ANAK DAN NEUROLOGI ANAK
2
Seorang ibu membawa anaknya yang bernama kevin 2,5 tahun ke Puskesmas
dengan keluhan belum bisa berbicara. Kalau di panggil atau diperintahkan sesuatu
tidak merespon. Kalau berjalan berjingkat-jingkat. Kadang Kevin bisa bicara dalam
kata yang sulit dimengerti. Kevin masih sering mengompol di celana. Ibu kevin juga
sudah 3 kali dipanggil oleh guru play group tempat Kevin sekolah dengan alasan
ketika di kelas Kevin tidak dapat diam, marah (ngamuk) jika kemauannya tidak
dituruti. Dokter menanyakan riwayat kehamilan, perkembangan dan kesehatan anak
tersebut mulai dari bayi. Dokter di puskesmaspun mengajukan beberapa pertanyaan
untuk mendeteksi dini adanya gangguan tumbuh kembang.
Sementara itu, dokter juga menerima pasien lain., seorang anak usia 2 tahun dibawa
ibunya dengan keluhan tidak bisa berjalan. Dari anamnesis diketahui bahwa anak ini
mempunyai riwayat dirawat di rumah sakit dengan keluhan kejang. Pertama saat usia
7 hari mengalami ikterus, saat usia 1,5 tahumn mengalami kejang dan tidak sadar.
Anak ini juga mengalami kejang jika demam tinggi. Dokter melakukan pemeriksaan
antropometri, didapatkan lingkar kepala 54 cm, ditemukan spastisitas pada
ekstremitasnya. Setelah memberi penjelasan pada si ibu, dokter membuat surat
rujukan ke rumah sakit
3
NEUROLOGI ANAK
1. CEREBRAL PALSY
2. KEJANG DEMAM
3. MENINGITIS
4. ENSEFALITIS
5. ABSES OTAK
6. KERN IKTERUS
7. HIDROCEPALUS
8. EPILEPSI
9. MAKROSEFALI
10. RETARDASI MENTAL
PSIKIATRI
1. GANGGUAN PSIKOLOGIS
a. F80 (gangguan perkembangan khas
berbicara dan berbahasa)
b. F81 ( gangguan perkembangan
belajar khas)
c. F82 (gangguan perkembangan
motorik khas)
d. F83 (gangguan perkembangan khas
campuran)
d. F84 (gangguan perkembangan
pervasif)
2. GANGGUAN PERILAKU DAN
EMOSIONAL
a. F90 (gangguan hiperkinetik)
b. F91 (gangguan tingkah laku)
c.F95 (gangguan”TIC”)
d. F98 (gangguan perilaku dan
emosional lainnya)
PEMERIKSAAN
1. Neurologi pada anak
2. Psikiatri pada anak
NEUROPSIKIATRI ANAK
1. CEREBRAL PALSY
DEFINISI
Cerebral Palsy adalah kondisi pada bayi/anak dimana pesan antara otot-otot dan
otak tidak berjalan mulus sehingga keadaan ini membuat tugas-tugas sederhana
yang kita berikan pada anak seperti mengambil benda yang ringan sekalipun
menjadi sangat sulit. Cerebral palsy juga bukanlah penyakit khusus tapi
menyebabkan serangkaian gangguan pada gerakan. Kondisi ini cukup bervariasi,
mulai dari hampir tak kentara sampai harus duduk di kursi roda, tak dapat bicara
atau bergerak, karena otak mengalami cedera di bagian pengontrol gerakan,
sehingga sinyal otak tidak berfungsi.
Dulu, cerebral palsy umumnya dihubungkan dengan masalah yang terjadi pada
saat kelahiran seperti kerusakan otak akibat bayi kekurangan suplai oksigen.
Ketika itu para dokter sering disalahkan tapi kini diketahui hampir semua kasus
terjadi pada saat bayi masih berada di dalam rahim. Kelahiran prematur juga
disinyalir meningkatkan resiko cerebral palsy. Meskipun katanya cerebral palsy
itu terjadi bila otak bayi mengalami kerusakan di bagian pengontrol gerakan
penyebab pastinya belum diketahui. Diperkirakan keadaan ini bisa juga
disebabkan oleh infeksi dalam kandungan atau bayi terpapar infeksi yang
disebabkan oleh virus seperti herpes sebelum dan sesudah kelahiran.
KLASIFIKASI
Ada empat sub tipe cerebral palsy, masing-masing disebabkan cedera pada
bagian otak yang berbeda. Orang yang menderita cerebral palsy bisa mengalami
keterbatasan bicara, mendengar, penglihatan dan kecerdasan terutama apabila
gangguan yang mereka alami parah.
CP dibagi menjadi 4 kelompok:
1. Tipe Spastik (50% dari semua kasus CP), otot-otot menjadi kaku dan
lemah.
Kekakuan yang terjadi bisa berupa:
4
- Kuadriplegia (kedua lengan dan kedua tungkai)
- Diplegia (kedua tungkai)
- Hemiplegia (lengan dan tungkai pada satu sisi tubuh)
2. Tipe Diskinetik (Koreoatetoid, 20% dari semua kasus CP), otot lengan,
tungkai dan badan secara spontan bergerak perlahan, menggeliat dan tak
terkendali; tetapi bisa juga timbul gerakan yang kasar dan mengejang.
Luapan emosi menyebabkan keadaan semakin memburuk, gerakan akan
menghilang jika anak tidur
3. Tipe Ataksik, (10% dari semua kasus CP), terdiri dari tremor, langkah
yang goyah dengan kedua tungkai terpisah jauh, gangguan koordinasi dan
gerakan abnormal.
4. Tipe Campuran (20% dari semua kasus CP), merupakan gabungan dari
2 jenis diatas, yang sering ditemukan adalah gabungan dari tipe spastik
dan koreoatetoid.
GEJALA
Gejala biasanya timbul sebelum anak berumur 2 tahun dan pada kasus yang
berat, bisa muncul pada saat anak berumur 3 bulan.
Gejalanya bervariasi, mulai dari kejanggalan yang tidak tampak nyata sampai
kekakuan yang berat, yang menyebabkan perubahan bentuk lengan dan tungkai
sehingga anak harus memakai kursi roda.
Gejala lain yang juga bisa ditemukan pada CP:
- Kecerdasan di bawah normal
- Keterbelakangan mental
- Kejang/epilepsi (terutama pada tipe spastik)
- Gangguan menghisap atau makan
- Pernafasan yang tidak teratur
- Gangguan perkembangan kemampuan motorik (misalnya menggapai sesuatu,
duduk, berguling, merangkak, berjalan)
- Gangguan berbicara (disartria)
5
- Gangguan penglihatan
- Gangguan pendengaran
- Kontraktur persendian
- Gerakan menjadi terbatas.
DIAGNOSA
Pada pemeriksaan akan ditemukan tertundanya perkembangan kemampuan
motorik.
Refleks infantil (misalnya menghisap dan terkejut) tetap ada meskipun
seharusnya sudah menghilang.
Tremor otot atau kekakuan tampak dengan jelas, dan anak cenderung melipat
lengannya ke arah samping, tungkainya bergerak seperti gunting atau gerakan
abnormal lainnya.
PEMERIKSAAN
Berbagai pemeriksaan laboratorium bisa dilakukan untuk menyingkirkan
penyebab lainnya:
MRI kepala menunjukkan adanya kelainan struktur maupun kelainan bawaan
CT scan kepala menunjukkan adanya kelainan struktur maupun kelainan
bawaan
Pemeriksaan pendengaran (untuk menentukan status fungsi pendengaran)
Pemeriksaan penglihatan (untuk menentukan status fungsi penglihatan)
EEG
Biopsi otot.
PENGOBATAN
CP tidak dapat disembuhkan dan merupakan kelainan yang berlangsung seumur
hidup. Tetapi banyak hal yang dapat dilakukan agar anak bisa hidup semandiri
mungkin.
6
Pengobatan yang dilakukan biasanya tergantung kepada gejala dan bisa berupa:
- terapi fisik
- braces (penyangga)
- kaca mata
- alat bantu dengar
- pendidikan dan sekolah khusus
- obat anti-kejang
- obat pengendur otot (untuk mengurangi tremor dan kekakuan)
- terapi okupasional
- bedah ortopedik
- terapi wicara bisa memperjelas pembicaraan anak dan membantu mengatasi
masalah makan
- perawatan (untuk kasus yang berat).
Jika tidak terdapat gangguan fisik dan kecerdasan yang berat, banyak anak
dengan CP yang tumbuh secara normal dan masuk ke sekolah biasa.
Anak lainnya memerlukan terapi fisik yang luas, pendidikan khusus dan selalu
memerlukan bantuan dalam menjalani aktivitasnya sehari-hari.
Pada beberapa kasus, untuk membebaskan kontraktur persendian yang semakin
memburuk akibat kekakuan otot, mungkin perlu dilakukan pembedahan.
Pembedahan juga perlu dilakukan untuk memasang selang makanan dan untuk
mengendalikan refluks gastroesofageal.
PROGNOSIS
Prognosis biasanya tergantung kepada jenis dan beratnya CP.
Lebih dari 90% anak dengan CP bisa bertahan hidup sampai dewasa.
2. KEJANG DEMAM
7
Definisi
Kejang demam adalah bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan suhu
(suhu rektal lebih dari 38°C) yang disebabkan oleh suatu proses ekstrakranium (di
luar rongga kepala). Menurut Consensus Statement on Febrile Seizures (1980),
kejang demam adalah suatu kejadian pada bayi atau anak yang biasanya terjadi
antara umur 3 bulan dan 5 tahun berhubungan dengan demam tetapi tidak pernah
terbukti adanya infeksi intrakranial atau penyebab tertentu. Anak yang pernah
kejang tanpa demam dan bayi yang berumur kurang dari 4 minggu tidak
termasuk. Kejang demam harus dibedakan dengan epilepsi, yaitu yang ditandai
dengan kejang berulang tanpa demam.
Klasifikasi
Kejang demam dapat dibedakan atas:
• Kejang Demam Sederhana, yaitu kejang menyeluruh yang berlangsung kurang
dari 10 menit dan tidak berulang dalam 24 jam
• Kejang Demam Kompleks, yaitu kejang pada salah satu lengan/tungkai saja
(kejang fokal) yang berlangsung 10 menit, dan berulang dalam 1 hari atau selama
demam berlangsung.
ETIOLOGI
Hingga kini belum diketahui dengan pasti penyebab kejang demam.
Demam sering disebabkan infeksi saluran pernafasan atas, radang telinga tengah,
infeksi saluran cerna dan infeksi saluran kemih. Kejang tidak selalu timbul pada
suhu yang tinggi. Kadang kadang demam yang tidak begitu tinggi dapat
menyebabkan kejang.
Anak yang menderita kejang demam mungkin berkembang menjadi
penderita epilepsi. Penelitian yang dilakukan oleh The American National
Collaborative Perinatal Project mengidentifikasi 3 faktor resiko, yaitu :
1. Adanya riwayat epilepsi pada orang tua atau saudara kandung
2. Terdapat kelainan neurologis sebelum KD pertama
8
3. Kejang demam bersifat kompleks (berlangsung lama atau fokal, atau
multipel selama 1 hari
Mereka yang memiliki salah satu faktor resiko diatas kemungkinan menjadi
epilepsi adalah 2%. Bila terdapat 2 atau lebih kemungkinan menjadi epilepsi
adalah 10% . Bila tanpa faktor resiko diatas kemungkinannya adalah 1,6%.
DIAGNOSIS
Kriteria diagnosis
- Kejang demam sederhana
Menggunakan kriteria modifikasi Livingstone
1. Umur kejang pertama 6 bulan – 4 tahun
2. Kejang dalam 16 jam pertama (mulai demam tinggi)
3. Kejang bersifat umum
4. Kejang berlangsung < 5 menit
5. Frekuensi bangkitan kejang < 4x/tahun, tidak multiple
6. Pemeriksaan EEG normal
7. Tidak didapatkan kelainan neurologik
- Kejang demam kompleks
Jika tidak ada gejala dan tanda klinis yang memenuhi kriteria Livingstone
Pemeriksaan penunjang
1. Pemeriksaan laboratorium
Pemeriksaan laboratorium tidak dianjurkan dan dapat dikerjakan untuk
mengevaluasi sumber infeksi atau mencari penyebab
2. Pungsi lumbal
Pungsi lumbal dianjurkan dilakukan pada:
- Bayi kurang dari 12 bulan sangat dianjurkan
- Bayi antara 12-18 bulan, dianjurkan
- Bayi > 18 bulan tidak rutin
9
Pemeriksaan cairan serebrospinal dilakukan untuk menegakkan atau
menyingkirkan kemungkinan meningitis. Bila yakin bukan meningitis secara
klinis maka tidak perlu dilakukan pungsi lumbal.
3. Pemeriksaan EEG
Pemeriksaan EEG dilakukan pada kasus demam yang tidak khas,
seperti: kejang demam kompleks pada anak usia > 6 tahun, atau kejang demam
fokal
4. Pencitraan
Memakai CT scan atau MRI, tapi jarang dikerjakan
PENATALAKSANAAN
Terapi fase akut
- Memberantas kejang
- Bebaskan jalan nafas
- Oksigenasi
- Menurunkan demam tinggi
Mencari penyebab dan mengobati penyebab
Pengobatan pencegahan berulangnya kejang
- Biasanya kejang demam berlangsung singkat dan datang kejang sudah
berhenti. Apabila datang saat kejang obat yang paling cepat untuk menghentikan
kejang adalah diazepam intravena. Dosis 0,3-0,5 mg/kgbb perlahan-lahan dengan
kecepatan 1-2 mg/menit atau dalam waktu lebih dari 2 menit, dengan dosis
maksimal 20 mg.
- Obat yang praktis dan dapat diberikan dirumah adalah diazepam rektal,
dosis yang diberikan adalah 0,5-0,75 mg/kg atau diazepam rektal 5 mg untuk anak
dengan berat badan lebih dari 10 kg atau diazepam rektal dengan dosis 5 mg
untuk anak dibawah usia 3 tahun atau dosis 7,5 mg untuk anak diatas 7 tahun.
- Kejang yang belum berhenti dengan diazepam rektal dapat diulangi
dengan dosis yang sama dengan interval waktu 5 menit. Bila 2x pemberian masih
kejang dianjurkan ke RS dan diberikan diazepam iv dengan dosis 0,3-0,5 mg/kg
10
- Bila kejang tetap belum berhenti diberikan fenitoin secara iv dengan
dosis awal 10-20 mg/kg/kali dengan kecepatan 1 mg/kg/menit atau kurang dari 50
mg/menit. Bila kejang berhenti dosis selanjutnya adalah 4-8 mg/kg/hari, yaitu 12
jam setelah dosis awal.
3. MENINGITIS
DEFINISI
Meningitis adalah peradangan yang terjadi pada meninges, yaitu membrane atau
selaput yang melapisi otak dan syaraf tunjang. Meningitis dapat disebabkan
berbagai organisme seperti virus, bakteri ataupun jamur yang menyebar masuk
kedalam darah dan berpindah kedalam cairan otak.
Pasien yang diduga mengalami Meningitis haruslah dilakukan suatu pemeriksaan
yang akurat, baik itu disebabkan virus, bakteri ataupun jamur. Hal ini diperlukan
untuk spesifikasi pengobatannya, karena masing-masing akan mendapatkan
therapy sesuai penyebabnya.
ETIOLOGI
Meningitis yang disebabkan oleh virus umumnya tidak berbahaya, akan pulih
tanpa pengobatan dan perawatan yang spesifik. Namun Meningitis disebabkan
oleh bakteri bisa mengakibatkan kondisi serius, misalnya kerusakan otak,
hilangnya pendengaran, kurangnya kemampuan belajar, bahkan bisa
menyebabkan kematian. Sedangkan Meningitis disebabkan oleh jamur sangat
jarang, jenis ini umumnya diderita orang yang mengalami kerusakan immun (daya
tahan tubuh) seperti pada penderita AIDS.
Bakteri yang dapat mengakibatkan serangan meningitis diantaranya :
1. Streptococcus pneumoniae (pneumococcus).
Bakteri ini yang paling umum menyebabkan meningitis pada bayi ataupun anak-
anak. Jenis bakteri ini juga yang bisa menyebabkan infeksi pneumonia, telinga
11
dan rongga hidung (sinus).
2. Neisseria meningitidis (meningococcus).
Bakteri ini merupakan penyebab kedua terbanyak setelah Streptococcus
pneumoniae, Meningitis terjadi akibat adanya infeksi pada saluran nafas bagian
atas yang kemudian bakterinya masuk kedalam peredaran darah.
3. Haemophilus influenzae (haemophilus).
Haemophilus influenzae type b (Hib) adalah jenis bakteri yang juga dapat
menyebabkan meningitis. Jenis virus ini sebagai penyebabnya infeksi pernafasan
bagian atas, telinga bagian dalam dan sinusitis. Pemberian vaksin (Hib vaccine)
telah membuktikan terjadinya angka penurunan pada kasus meningitis yang
disebabkan bakteri jenis ini.
4. Listeria monocytogenes (listeria).
Ini merupakan salah satu jenis bakteri yang juga bisa menyebabkan meningitis.
Bakteri ini dapat ditemukan dibanyak tempat, dalam debu dan dalam makanan
yang terkontaminasi. Makanan ini biasanya yang berjenis keju, hot dog dan
daging sandwich yang mana bakteri ini berasal dari hewan lokal (peliharaan).
5. Bakteri lainnya yang juga dapat menyebabkan meningitis adalah
Staphylococcus aureus dan Mycobacterium tuberculosis.
T ANDA DAN GEJALA
Gejala yang khas dan umum ditampakkan oleh penderita meningitis diatas umur 2
tahun adalah demam, sakit kepala dan kekakuan otot leher yang berlangsung
berjam-jam atau dirasakan sampai 2 hari. Tanda dan gejala lainnya adalah
photophobia (takut/menghindari sorotan cahaya terang), phonophobia
(takut/terganggu dengan suara yang keras), mual, muntah, sering tampak
kebingungan, kesusahan untuk bangun dari tidur, bahkan tak sadarkan diri.
12
Pada bayi gejala dan tanda penyakit meningitis mungkin sangatlah sulit diketahui,
namun umumnya bayi akan tampak lemah dan pendiam (tidak aktif), gemetaran,
muntah dan enggan menyusui.
P ENANGANAN DAN PENGOBATAN
Apabila ada tanda-tanda dan gejala seperti di atas, maka secepatnya penderita
dibawa kerumah sakit untuk mendapatkan pelayan kesehatan yang intensif.
Pemeriksaan fisik, pemeriksaan labratorium yang meliputi test darah
(elektrolite, fungsi hati dan ginjal, serta darah lengkap), dan pemeriksaan X-ray
(rontgen) paru akan membantu tim dokter dalam mendiagnosa penyakit.
Sedangkan pemeriksaan yang sangat penting apabila penderita telah diduga
meningitis adalah pemeriksaan Lumbar puncture (pemeriksaan cairan selaput
otak).
Jika berdasarkan pemeriksaan penderita didiagnosa sebagai meningitis, maka
pemberian antibiotik secara Infus (intravenous) adalah langkah yang baik untuk
menjamin kesembuhan serta mengurang atau menghindari resiko komplikasi.
Antibiotik yang diberikan kepada penderita tergantung dari jenis bakteri yang
ditemukan.
Adapun beberapa antibiotik yang sering diresepkan oleh dokter pada kasus
meningitis yang disebabkan oleh bakteri Streptococcus pneumoniae dan Neisseria
meningitidis antara lain Cephalosporin (ceftriaxone atau cefotaxime). Sedangkan
meningitis yang disebabkan oleh bakteri Listeria monocytogenes akan diberikan
Ampicillin, Vancomycin dan Carbapenem (meropenem), Chloramphenicol atau
Ceftriaxone.
Treatment atau therapy lainnya adalah yang mengarah kepada gejala yang
timbul, misalnya sakit kepala dan demam (paracetamol), shock dan kejang
(diazepam) dan lain sebagainya.
13
Pencegahan Tertularnya Penyakit Meningitis
Meningitis yang disebabkan oleh virus dapat ditularkan melalui batuk, bersin,
ciuman, sharing makan 1 sendok, pemakaian sikat gigi bersama dan merokok
bergantian dalam satu batangnya. Maka bagi anda yang mengetahui rekan atau
disekeliling ada yang mengalami meningitis jenis ini haruslah berhati-hati.
Mancuci tangan yang bersih sebelum makan dan setelah ketoilet umum,
memegang hewan peliharaan. Menjaga stamina (daya tahan) tubuh dengan makan
bergizi dan berolahraga yang teratur adalah sangat baik menghindari berbagai
macam penyakit.
Pemberian Imunisasi vaksin (vaccine) Meningitis merupakan tindakan yang
tepat terutama didaerah yang diketahui rentan terkena wabah meningitis, adapun
vaccine yang telah dikenal sebagai pencegahan terhadap meningitis diantaranya
adalah ;
- Haemophilus influenzae type b (Hib)
- Pneumococcal conjugate vaccine (PCV7)
- Pneumococcal polysaccharide vaccine (PPV)
- Meningococcal conjugate vaccine (MCV4)
4. ENSEFALITIS
DEFINISI
Ensefalitis adalah infeksi jaringan otak oleh berbagai macam mikroorganisme
(Hassan, 1997). Pada encephalitis terjadi peradangan jaringan otak yang dapat
mengenai selaput pembungkus otak dan medula spinalis.
ETIOLOGI
Berbagai macam mikroorganisme dapat menimbulkan Ensefalitis, misalnya
bakteria, protozoa, cacing, jamur, spirochaeta, dan virus. Bakteri penyebab
Ensefalitis adalah Staphylococcus aureus, streptokok, E. Coli, M. Tuberculosa
dan T. Pallidum. Encephalitis bakterial akut sering disebut encephalitis supuratif
14
akut (Mansjoer, 2000). Penyebab lain adalah keracunan arsenik dan reaksi toksin
dari thypoid fever, campak dan chicken pox/cacar air. Penyebab encephalitis yang
terpenting dan tersering ialah virus. Infeksi dapat terjadi karena virus langsung
menyerang otak, atau reaksi radang akut infeksi sistemik atau vaksinasi terdahulu.
Klasifikasi encephalitis berdasar jenis virus serta epidemiologinya ialah:
Infeksi virus yang bersifat endemik
1. Golongan enterovirus : Poliomyelitis, virus Coxsackie, virus ECHO.
2. Golongan virus Arbo : Western equine encephalitis, St. Louis
encephalitis, Eastern equine encephalitis, Japanese B encephalitis, Russian
spring summer encephalitis, Murray valley encephalitis.
Infeksi virus yang bersiat sporadik : rabies, Herpes simpleks, Herpes
zoster, Limfogranuloma, Mumps, Lymphocytic choriomeningitis, dan
jenis lain yang dianggap disebabkan oleh virus tetapi belum jelas.
Encephalitis pasca-infeksi : pasca-morbili, pasca-varisela, pasca-rubela,
pasca-vaksinia, pasca-mononukleosis infeksius, dan jenis-jenis lain yang
mengikuti infeksi traktus respiratorius yang tidak spesifik.(Robin cit.
Hassan, 1997)
TANDA DAN GEJALA
Meskipun penyebabnya berbeda-beda, gejala klinis Ensefalitis lebih kurang sama
dan khas, sehingga dapat digunakan sebagai kriteria diagnosis. Secara umum,
gejala berupa Trias Ensefalitis yang terdiri dari demam, kejang dan kesadaran
menurun. (Mansjoer, 2000). Adapun tanda dan gejala Ensefalitis sebagai berikut :
Data Obyektif :
1. Suhu yang mendadak naik, seringkali ditemukan hiperpireksia
2. Kesadaran dengan cepat menurun
3. Muntah
4. Kejang-kejang, yang dapat bersifat umum, fokal atau twitching saja
(kejang-kejang di muka)
15
5. Gejala-gejala serebrum lain, yang dapat timbul sendiri-sendiri atau
bersama-sama, misal paresis atau paralisis, afasia, dan sebagainya
(Hassan, 1997
Inti dari sindrom Ensefalitis adalah adanya demam akut, dengan kombinasi tanda
dan gejala : kejang, delirium, bingung, stupor atau koma, aphasia, hemiparesis
dengan asimetri refleks tendon dan tanda Babinski, gerakan involunter, ataxia,
nystagmus, kelemahan otot-otot wajah.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Biakan:
• Dari darah ; viremia berlangsung hanya sebentar saja sehingga sukar
untuk mendapatkan hasil yang positif.
• Dari likuor serebrospinalis atau jaringan otak (hasil nekropsi), akan
didapat gambaran jenis kuman dan sensitivitas terhadap antibiotika.
• Dari feses, untuk jenis enterovirus sering didapat hasil yang positif
• Dari swap hidung dan tenggorokan, didapat hasil kultur positif
2. Pemeriksaan serologis : uji fiksasi komplemen, uji inhibisi hemaglutinasi
dan uji neutralisasi. Pada pemeriksaan serologis dapat diketahui reaksi
antibodi tubuh. IgM dapat dijumpai pada awal gejala penyakit timbul.
3. Pemeriksaan darah : terjadi peningkatan angka leukosit.
4. Punksi lumbal Likuor serebospinalis sering dalam batas normal,
kadang-kadang ditemukan sedikit peningkatan jumlah sel, kadar protein
atau glukosa.
5. EEG/ Electroencephalography; EEG sering menunjukkan aktifitas listrik
yang merendah sesuai dengan kesadaran yang menurun. Adanya kejang,
koma, tumor, infeksi sistem saraf, bekuan darah, abses, jaringan parut
otak, dapat menyebabkan aktivitas listrik berbeda dari pola normal irama
dan kecepatan.(Smeltzer, 2002)
6. CT scan; Pemeriksaan CT scan otak seringkali didapat hasil normal, tetapi
bisa pula didapat hasil edema diffuse, dan pada kasus khusus
16
seperti Ensefalitis herpes simplex, ada kerusakan selektif pada lobus
inferomedial temporal dan lobus frontal.(Victor, 2001)
PENATALAKSANAAN
Isolasi Isolasi bertujuan mengurangi stimuli/rangsangan dari luar dan
sebagai tindakan pencegahan.
Terapi antimikroba, sesuai hasil kultur Obat yang mungkin dianjurkan
oleh dokter :
1. Ampicillin : 200 mg/kgBB/24 jam, dibagi 4 dosis
2. Kemicetin : 100 mg/kgBB/24 jam, dibagi 4 dosis
3. Bila encephalitis disebabkan oleh virus (HSV), agen antiviral acyclovir
secara signifikan dapat menurunkan mortalitas dan morbiditas HSV
encephalitis. Acyclovir diberikan secara intravena dengan dosis 30
mg/kgBB per hari dan dilanjutkan selama 10-14 hari untuk mencegah
kekambuhan (Victor, 2001).
4. Untuk kemungkinan infeksi sekunder diberikan antibiotika secara
polifragmasi.
Mengurangi meningkatnya tekanan intracranial, manajemen edema otak
1. Mempertahankan hidrasi, monitor balans cairan; jenis dan jumlah cairan
yang diberikan tergantung keadaan anak.
2. Glukosa 20%, 10 ml intravena beberapa kali sehari disuntikkan dalam pipa
giving set untuk menghilangkan edema otak.
3. Kortikosteroid intramuscular atau intravena dapat juga digunakan untuk
menghilangkan edema otak.
Mengontrol kejang Obat antikonvulsif diberikan segera untuk
memberantas kejang. Obat yang diberikan ialah valium dan atau luminal.
1. Valium dapat diberikan dengan dosis 0,3-0,5 mg/kgBB/kali
2. Bila 15 menit belum teratasi/kejang lagi bia diulang dengan dosis yang
sama
17
3. Jika sudah diberikan 2 kali dan 15 menit lagi masih kejang, berikan valium
drip dengan dosis 5 mg/kgBB/24 jam.
Mempertahankan ventilasi Bebaskan jalan nafas, berikan O2 sesuai
kebutuhan (2-3l/menit).
Penatalaksanaan shock septik
Mengontrol perubahan suhu lingkungan
Untuk mengatasi hiperpireksia, diberikan kompres pada permukaan tubuh
yang mempunyai pembuluh besar, misalnya pada kiri dan kanan leher,
ketiak, selangkangan, daerah proksimal betis dan di atas kepala. Sebagai
hibernasi dapat diberikan largaktil 2 mg/kgBB/hari dan phenergan 4
mg/kgBB/hari secara intravena atau intramuscular dibagi dalam 3 kali
pemberian. Dapat juga diberikan antipiretikum seperti asetosal atau
parasetamol bila keadaan telah memungkinkan pemberian obat per oral
5. ABSES OTAK
DEFINISI
Abses otak adalah proses supuratif fokal dalam parenkim otak yang
disebabkan oleh infeksi bakteri, jamur atau protozoa.
FAKTOR PREDISPOSISI
1. Keadaan imunologi yang jelek (immuno-compromised)
2. Kelainan jantung bawaan (shunting kanan ke kiri)
3. Diabetes melitus
4. Penggunaan kemoterapi
5. Penggunaan kortikosteroid
6. AIDS
7. Penggunaan implant
8. Penggunaan antibiotika spektrum luas
18
PATOFISIOLOGI
Dikenal ada 3 metode terjadinya abses otak yaitu:
1. Kontak langsung dari fokus infeksi.
Cara ini paling sering terjadi. Infeksi pada telinga tengah, sinus dan
mastoid menjalar langsung ke rongga intra kranial.
2. Penjalaran hematogen (metastatic brain abcesses).
Infeksi pada kulit (pustule), gigi dan pulpa, pau (empiema,
bronkiektasis,pneumonia), osteomielitis, septikemia menyebar secara
hematogen dan masuk ruang intra kranial.
3. Inokulasi kuman langsung.
Terjadi pada trauma penetrasi dan pasca kraniotomi atau prosedur operasi
otak.
GEJALA KLINIS
Gejala klinis tergantung dari:
1. Lokasi abses
2. Besar abses
3. Jumlah lesi
4. Edema serebri yang menyertai
5. Respons tubuh terhadap infeksi
6. Virulensi kuman
7. Fokus infeksi
Gejala klinis yang tersering adalah:
1. Nyeri kepala
2. Defisit neurologis fokal
3. Kejang
4. Papil bendung
5. Demam
6. Nusea; vomiting
7. Kaku kuduk
8. Penurunan kesadaran
19
PEMERIKSAAN DAN DIAGNOSIS
1. Kumpulan gejala dan tanda klinis
2. Laboratoris
a. 60-70% terjadi peningkatan jumlah leukosit
b. 70-90% terjadi peningkatan LED
c. Peningkatan CRP
d. Kultur darah dari dinding abses (bila telah dioperasi)
3. Radiologis
Fase I: (early cerebritis) hari ke-1 sampai ke-3, tampak gambaran hipoden
batas tidak tegas dan sedikit tepi yang menyerap kontras.
Fase II: (late cerebritis) hari ke-4 sampai ke-9 mulai tampak cincin yang
menyerap kontras melingkari daerah yang hipodens yang lebih
lugas.
Fase III: (early capsule formation) hari ke-10 sampai ke-13, tampak
daerah hipodens yang dilingkari oleh cincin yang menyerap
kontras.
Fase IV: (late capsule formation) lebih dari 14 hari, terlihat daerah
hipodens dengan terbentuk cincin hiperden yang utuh dan tebal baik
dengan maupun tanpa kontras
TERAPI
Prinsip terapi adalah:
1. Pemberian antibiotik jangka panjang (± 6 minggu)
2. Operatif drainase atau eksisi
3. Penanganan fokus infeksi primer
Indikasi operasi adalah:
1. Tekanan intra kranial yang meningkat
2. Efek pendesakan massa yang signifikan pada gambaran CT scan
3. Abses akibat trauma, operasi atau terdapat benda asing
4. Abses akibat jamur
20
5. Abses yang multi okulated
6. Tidak mampu dilakukan serial CT scan setiap 1-2 minggu
7. Lokasi dekat ventrikel
Pemilihan antibiotik:
1. Terapi empirik: bila belum diketahui kultur dan sensitivitasnya
Cephalosporin generasi ketiga
2. Terapeutik: bila telah ada hasil kultur maka antibiotik disesuaikan dengan
sensitivitasnya dan kemampuannya dalam menembus sawar darah otak
3. Bila ada riwayat trauma atau operasi kepala diberikan tambahan
Vancomysin (melawan MRSA) dewasa 1 gr iv setiap 12 jam
Anak: 15 mg/kg setiap 8 jam iv
6. KERN ICTERUS
Sebagian besar kasus hiperbilirubinemia tidak berbahaya, tetapi kadang
kadar bilirubin yang sangat tinggi bisa menyebabkan kerusakan otak (keadaannya
disebut kern ikterus).
DEFINISI
Kern ikterus adalah suatu keadaan dimana terjadi penimbunan bilirubin di dalam
otak, sehingga terjadi kerusakan otak. Biasanya terjadi pada bayi yang sangat
prematur atau bayi yang sakit berat.
GEJALA:
- rasa mengantuk
- tidak kuat menghisap
- muntah
- opistotonus (posisi tubuh melengkung, leher mendekati punggung)
- mata berputar-putar ke atas
21
- kejang
- bisa diikuti dengan kematian.
Efek jangka panjang dari kern ikterus adalah keterbelakangan mental,
kelumpuhan serebral (pengontrolan otot yang abnormal, cerebral palsy), tuli dan
mata tidak dapat digerakkan ke atas.
DIAGNOSA
Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala, hasil pemeriksaan fisik dan hasil
pemeriksaan darah yang menunjukkan adanya peningkatan kadar bilirubin.
TERAPI
Hiperbilirubinemia ringan tidak memerlukan pengobatan. Lebih sering menyusui
bayi, akan mempercepat pembuangan isi usus sehingga mengurangi penyerapan
kembali bilirubin dari usus dan menurunkan kadar bilirubin dalam darah. Jika
kadar bilirubin lebih tinggi, bisa dilakukan fototerapi, dimana bayi disinari dengan
cahaya bilirubin. Cahaya yang diarahkan ke kulit bayi menyebabkan suatu
perubahan kimia pada molekul bilirubin di dalam jaringan bawah kulit. Dengan
adanya perubahan ini, maka bilirubin bisa segera dibuang tanpa harus diubah
terlebih dahulu oleh hati. Jika kadar bilirubin sangat tinggi, dilakukan terapi ganti,
dimana darah bayi dibuang untuk membuang bilirubin dan diganti dengan darah
segar. Pada jaundice ASI, kadang pemberian ASI harus dihentikan selama 1-2
hari. Segera setelah kadar bilirubin mulai menurun, ASI boleh kembali diberikan.
7. HIDROCEPALUS
DEFINISI
Merupakan akumulasi abnormal CSF secara aktif yang menyebabkan
dilatasi system ventrikel
ETIOLOGI
22
3 etiologi utama :
- Eksistasi CSF oleh plexus coroidalis
- Blockade serkulasi CSF paling sering : stenosis akuaduktus sylvii
- Penurunan absorbsi CSF dalam sinus venosus
KLASIFIKASI
Menurut patofisiologi-nya:
- Hydrocephalus non komunikans (obstruksi)
- Hydrocephalus komunikans
Menurut saat terjadinya:
- Hydrocephalus congenital
- Hydrocephalus aquisita
FAKTOR RESIKO
Anak-anak
- Infeksi intrauterine
- Infeksi SSP
- Trauma lahir
- Defek congenital
- Tumor SSP
Remaja – Dewasa
- Riwayat defek congenital
- Riwayat kelainan perkembangan
- Tumor otak
- Bleeding
- Trauma
GEJALA KLINIS
Mula-mula terjadi pembesaran tengkorak yang disusul oleh gangguan
neurologic karena peningkatan tekanan liquor sehingga terjadi hipotrofi otak
Pada bayi (sutura masih terbuka) :
23
- Lingkar kepala fronto-ocipitalis membesar
- Sutura meregang dengan fontanel cembung dan tegang
- Vena kulit kepala terlihat menonjol
Kelainan neurologic
- Fenomena sunset mata mengarah ke bawah
- Gangguan perkembangan motorik
- Gangguan penglihatan atrofi/hipertrofi saraf penglihatan
PEMERIKSAAN
Ukuran rata-rata lingkar kepala normal
- Lahir : 35 cm
- 3 bln : 41 cm
- 6 bln : 44 cm
- 9 bln : 46 cm
- 12 bln : 47 cm
- 18 bln : 48,5cm
Pemeriksaan penunjang
- CT scan
- Skull Ro
- Spinal tab
- Transluminasi kepala
- Radioisotope brain scan
- USG otak
PENATALAKSANAAN
Non Operatif
- Head wrapping
- medicine
Operatif
- Pintasan ventrikuloperitoneal
- Pintasan ventrikuloatrial
24
KOMPLIKASI
- Kerusakan otak yang luas disabilitas fisik
- Gangguan intelektual
- Kerusakan saraf
- Infeksi
PROGNOSIS
Tergantung pada :
- Gangguan penyerta
- Waktu penegakan diagnosis
- Terapi
8. EPILEPSI
DEFINISI
Epilepsi adalah suatu penyakit yang ditandai dengan kecenderungan untuk
mengalami kejang berulang.
EPIDEMIOLOGI
2% dari penduduk dewasa pernah mengalami kejang.
Sepertiga dari kelompok tersebut mengalami epilepsi.
GEJALA
Kejang parsial simplek dimulai dengan muatan listrik di bagian otak tertentu
dan muatan ini tetap terbatas di daerah tersebut.
25
Penderita mengalami sensasi, gerakan atau kelainan psikis yang abnormal,
tergantung kepada daerah otak yang terkena.
Jika terjadi di bagian otak yang mengendalikan gerakan otot lengan kanan, maka
lengan kanan akan bergoyang dan mengalami sentakan; jika terjadi pada lobus
temporalis anterior sebelah dalam, maka penderita akan mencium bau yang
sangat menyenangkan atau sangat tidak menyenangkan.
Pada penderita yang mengalami kelainan psikis bisa mengalami déjà vu (merasa
pernah mengalami keadaan sekarang di masa yang lalu).
Kejang Jacksonian gejalanya dimulai pada satu bagian tubuh tertentu (misalnya
tangan atau kaki) dan kemudian menjalar ke anggota gerak, sejalan dengan
penyebaran aktivitas listrik di otak.
Kejang parsial (psikomotor) kompleks dimulai dengan hilangnya kontak
penderita dengan lingkungan sekitarnya selama 1-2 menit.
Penderita menjadi goyah, menggerakkan lengan dan tungkainya dengan cara
yang aneh dan tanpa tujuan, mengeluarkan suara-suara yang tak berarti, tidak
mampu memahami apa yang orang lain katakan dan menolak bantuan.
Kebingungan berlangsung selama beberapa menit, dan diikuti dengan
penyembuhan total.
Kejang konvulsif (kejang tonik-klonik, grand mal) biasanya dimulai dengan
kelainan muatan listrik pada daerah otak yang terbatas. Muatan listrik ini segera
menyebar ke daerah otak lainnya dan menyebabkan seluruh daerah mengalami
kelainan fungsi.
Epilepsi primer generalisata ditandai dengan muatan listrik abnormal di daerah
otak yang luas, yang sejak awal menyebabkan penyebaran kelainan fungsi.
Pada kedua jenis epilepsi ini terjadi kejang sebagai reaksi tubuh terhadap muatan
yang abnormal. Pada kejang konvulsif, terjadi penurunan kesadaran sementara,
kejang otot yang hebat dan sentakan-sentakan di seluruh tubuh, kepala berpaling
ke satu sisi, gigi dikatupkan kuat-kuat dan hilangnya pengendalian kandung
26
kemih.
Sesudahnya penderita bisa mengalami sakit kepala, linglung sementara dan
merasa sangat lelah. Biasanya penderita tidak dapat mengingat apa yang terjadi
selama kejang.
Kejang petit mal dimulai pada masa kanak-kanak, biasanya sebelum usia 5
tahun.
Tidak terjadi kejang dan gejala dramatis lainnya dari grand mal.
Penderita hanya menatap, kelopak matanya bergetar atau otot wajahnya
berkedut-kedut selama 10-30 detik.
Penderita tidak memberikan respon terhadap sekitarnya tetapi tidak terjatuh,
pingsan maupun menyentak-nyentak.
Status epileptikus merupakan kejang yang paling serius, dimana kejang terjadi
terus menerus, tidak berhenti.
Kontraksi otot sangat kuat, tidak mampu bernafas sebagaimana mestinya dan
muatan listrik di dalam otaknya menyebar luas.
Jika tidak segera ditangani, bisa terjadi kerusakan jantung dan otak yang menetap
27
dan penderita bisa meninggal.
Gejala kejang berdasarkan sisi otak yang terkena
Sisi otak yg terkena Gejala
Lobus frontalis Kedutan pada otot tertentu
Lobus oksipitalis Halusinasi kilauan cahaya
Lobus parietalisMati rasa atau kesemutan di bagian tubuh
tertentu
Lobus temporalis
Halusinasi gambaran dan perilaku repetitif
yang kompleks
misalnya berjalan berputar-putar
Lobus temporalis
anterior
Gerakan mengunyah, gerakan bibir
mencium
Lobus temporalis
anterior sebelah dalam
Halusinasi bau, baik yg menyenangkan
maupun yg tidak menyenangkan
DIAGNOSA
Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala-gejala yang disampaikan oleh orang
lain yang menyaksikan terjadinya serangan epilepsi pada penderita.
EEG (elektroensefalogram) merupakan pemeriksaan yang mengukur aktivitas
listrik di dalam otak.
Pemeriksaan ini tidak menimbulkan rasa sakit dan tidak memiliki resiko.
Elektroda ditempelkan pada kulit kepala untuk mengukur impuls listrik di dalam
otak.
Setelah terdiagnosis, biasanya dilakukan pemeriksaan lainnya untuk menentukan
28
penyebab yang bisa diobati.
Pemeriksaan darah rutin dilakukan untuk:
- mengukur kadar gula, kalsium dan natrium dalam darah
- menilai fungsi hati dan ginjal
- menghitung jumlah sel darah putih (jumlah yang meningkat menunjukkan
adanya infeksi).
EKG (elektrokardiogram) dilakukan untuk mengetahui adanya kelainan irama
jantung sebagai akibat dari tidak adekuatnya aliran darah ke otak, yang bisa
menyebabkan seseorang mengalami pingsan.
Pemeriksaan CT scan dan MRI dilakukan untuk menilai adanya tumor atau
kanker otak, stroke, jaringan parut dan kerusakan karena cedera kepala.
Kadang dilakukan pungsi lumbal utnuk mengetahui apakah telah terjadi infeksi
otak.
PENGOBATAN
Jika penyebabnya adalah tumor, infeksi atau kadar gula maupun natrium yang
abnormal, maka keadaan tersebut harus diobati terlebih dahulu.
Jika keadaan tersebut sudah teratasi, maka kejangnya sendiri tidak memerlukan
pengobatan.
Jika penyebabnya tidak dapat disembuhkan atau dikendalikan secara total, maka
diperlukan obat anti-kejang untuk mencegah terjadinya kejang lanjutan.
Sekitar sepertiga penderita mengalami kejang kambuhan, sisanya biasanya hanya
mengalami 1 kali serangan. Obat-obatan biasanya diberikan kepada penderita
yang mengalami kejang kambuhan.
Status epileptikus merupakan keadaan darurat, karena itu obat anti-kejang
29
diberikan dalam dosis tinggi secara intravena.
Obat anti-kejang sangat efektif, tetapi juga bisa menimbulkan efek samping.
Salah satu diantaranya adalah menimbulkan kantuk, sedangkan pada anak-anak
menyebabkan hiperaktivitas.
Dilakukan pemeriksaan darah secara rutin untuk memantau fungsi ginjal, hati
dan sel -sel darah.
Obat anti-kejang diminum berdasarkan resep dari dokter.
Pemakaian obat lain bersamaan dengan obat anti-kejang harus seizin dan
sepengetahuan dokter, karena bisa merubah jumlah obat anti-kejang di dalam
darah.
Keluarga penderita hendaknya dilatih untuk membantu penderita jika terjadi
serangan epilepsi.
Langkah yang penting adalah menjaga agar penderita tidak terjatuh,
melonggarkan pakaiannya (terutama di daerah leher) dan memasang bantal di
bawah kepala penderita.
Jika penderita tidak sadarkan diri, sebaiknya posisinya dimiringkan agar lebih
mudah bernafas dan tidak boleh ditinggalkan sendirian sampai benar-benar sadar
dan bisa bergerak secara normal.
Jika ditemukan kelainan otak yang terbatas, biasanya dilakukan pembedahan
untuk mengangkat serat-serat saraf yang menghubungkan kedua sisi otak (korpus
kalosum).
Pembedahan dilakukan jika obat tidak berhasil mengatasi epilepsi atau efek
sampingnya tidak dapat ditoleransi.
Obat-obatan yang digunakan untuk mengobati kejang
Obat Jenis epilepsi Efek samping yg mungkin terjadi
30
Karbamazep
in
Generalisata,
parsial
Jumlah sel darah putih & sel darah
merah berkurang
Etoksimid Petit malJumlah sel darah putih & sel darah
merah berkurang
Gabapentin Parsial Tenang
LamotriginGeneralisata,
parsialRuam kulit
FenobarbitalGeneralisata,
parsialTenang
FenitoinGeneralisata,
parsialPembengkakan gusi
PrimidonGeneralisata,
parsialTenang
ValproatKejang infantil,
petit mal
Penambahan berat badan, rambut
rontok
PENCEGAHAN
Obat anti-kejang bisa sepenuhnya mencegah terjadinya grand mal pada lebih dari
separuh penderita epilepsi.
9. MAKROSEFALI
DEFINISI
Makrosefali adalah istilah yang umum digunakan untuk menunjukkan ukuran
kepala yang berlebihan, dan konvensi ini kita ikuti. Lebih tepat, makrokrania
adalah istilah yang lebih umum untuk kelainan pertambahan ukuran tengkorak.
Makrosefali biasanya dibatasi sebagai lingkaran kepala yang melebihi dua
31
deviasi standar diatas rata-rata; mikrosefali bila lingkaran kepala lebih dari dua
deviasi standar dibawah rata-rata.
PATOGENESIS MAKROSEFALI
Kebanyakan pembesaran kepala disebabkan oleh peninggian TIK,
konsekuensinya makrosefali mungkin memerlukan tindakan. Makrosefali
diklasifikasikan berdasar etiologi kedalam:
1. Kelainan aliran CSS dan kelainan rongga CSS. Akumulasi CSS
abnormal akibat kelainan aliran CSS mungki menimbulkan peninggian
TIK. Hidrosefalus adalah contoh khas kelainan aliran CSS. Disgenesis
parenkhim otak atau hilangnya parenkhim otak yang telah berkembang
sebelumnya bisa mengakibatkan terbentuknya rongga CSS yang
abnormal. Bila keadaan ini bersamaan dengan gangguan sirkulasi CSS
dan sebagai akibat pembesaran rongga tersebut, terjadi makrosefali.
2. Lesi massa intrakranial. Sesuai lokasinya, lesi ini diklasifikasikan
sebagai ekstraserebral atau intraserebral. Pada yang pertama, lesi
ditemukan paling sering sebagai penimbunan cairan subdural, seperti
hematoma subdural, efusi subdural, higroma subdural dan hidroma
subdural, serta sista arakhnoid. Lesi massa intraserebral termasuk
tumor otak dan abses otak.
3. Penambahan volume otak. Penambahan volume parenkhim otak
disebut megalensefali. Lesi ini berbeda dari edema otak, dimana yang
bertambah adalah volume air otak. Megalensefali biasanya tidak
merupakan kandidat untuk operasi bedah saraf. Ada dua jenis:
megalensefali anatomik, disebabkan pertambahan ukuran dan jumlah
neuron, serta megalensefali metabolik, disebabkan akumulasi metabolit
abnormal sekitar neuron akibat kelainan otak intrinsik. Kebanyakan
megalensefali metabolik adalah dominan autosom dan ditemukan pada
akhondroplasia, neurofibromatosis, sklerosis tuberosa, serta keadaan
lain yang serupa. Biasanya normotensif dan memperlihatkan
perkembangan yang normal. Pada keadaan yang jarang mungkin
32
bersamaan dengan gigantisme, dwarfisme, pseudo hermafroditisme pria,
dan hipoparatiroidisme-hipoadrenokortisisme. Megalensefali metabolik
disebabkan oleh kelainan penimbunan seperti gangliosidosis,
mukopolisakharidosis, sulfatidosis, sindroma Hurler, dan sindroma
Hunter. Kebanyakan hipertensif dan memperlihatkan perjalanan
perkembangan yang retrogresif. Edema otak dapat disebabkan oleh
intoksikasi, kelainan endokrin, galaktosemia, dan keadaan lainnya.
Pseudotumor serebri, atau hipertensi intrakranial jinak, terhindar dari
edema otak dengan sebab yang tak diketahui. Sistema ventrikel kolaps
akibat peninggian volume air parenkhim otak. Keadaan ini kadang-
kadang memerlukan operasi dekompresi.
4. Penebalan abnormal tengkorak. Pada keadaan yang jarang,
pembesaran kepala mungkin disebabkan penebalan kranium akibat
anemia, displasia kranioskeletal dan sejenisnya.
PEMERIKSAAN PASIEN DENGAN MAKROSEFALI
Pembesaran kepala pertanda lesi intrakranial. Hidrosefalus dan
penumpukan cairan subdural adalah kelainan penyebab utama. Jarang keadaan
ini disebabkan megalensefali, yang tampak pada fakomatosis dan terutama pada
neurofibromatosis.
Inspeksi
Pengukuran Lingkar Kepala Serial. Aspek terpenting dari pemeriksaan
kasus yang diduga makrosefali. Bila diduga suatu megalensefali familial, bila
perlu lingkar kepala keluarga diukur. Bila lingkar kepala lebih dari dua deviasi
standar diatas rata-rata, anomali kongenital intrakranial dapat diketahui secara
dini dengan bantuan CT scan sebelum lesi menyebabkan perubahan otak yang
irreversibel. Jangan sampai melakukan misdiagnosis pertumbuhan kepala yang
"catch-up" pada bayi prematur sebagai hidrosefalus. Lingkar kepala harus
diinterpretasikan bersama dengan pengukuran lingkar dada, berat badan, tinggi,
dll. Lingkar kepala mendekati lingkar dada pada bayi.
33
Tabel 3-1. Lingkar Kepala Standar Anak Laki-laki*
------------------------------------------------------
Usia Lingkar Kepala (sm)
------------------------------- *LK anak perempuan usia
Saat lahir 35 lebih dari 3 bulan le-
3 bulan 40 bih kecil 1 sm dari a-
9 bulan 45 nak laki-laki.
4 tahun 50 2 SD = 1 inci (2.5 sm)
-------------------------------------------------------
Tabel 3-2. Jenis Makrokrania
-------------------------------------------------------
Kepala besar dengan fontanel menonjol
Hidrosefalus
Penimbunan cairan subdural
Tumor intrakranial
Edema otak
Megalensefali metabolik
Kepala membesar dengan fontanel cekung
Penimbunan cairan subdural
Hidrosefalus tekanan normal
Porensefali
Tumor basal
Megalensefali anatomik
--------------------------------------------------------
Bentuk Tengkorak. Kelainan bentuk tengkorak adalah temuan penting
akan kemungkinan lesi intrakranial. Lesi massa mungkin terletak dekat
pembengkakan lokal tengkorak. Sista arakhnoid fossa media menyebabkan
34
penonjolan skuama temporal. Penonjolan sering ditemukan pada lesi sistik fossa
posterior. Penonjolan parietal bisa tampak pada porensefali dan penumpukan
cairan subdural. Penonjolan frontal biasa tampak pada hidrosefalus. Pada stenosis
akuaduktal, fossa posterior cenderung menjadi kecil.
Tegangan scalp. Scalp menjadi berkilau bila TIK meninggi serta vena scalp
berdilatasi.
Strabismus. Salah satu tanda dari peninggian TIK.
Fenomena Setting Sun. Sering tampak pada hidrosefalus. Disangka akibat
tekanan pada pelat kuadrigeminal oleh resesus suprapineal ventrikel ketiga yang
mengalami dilatasi.
Postur Opistotonik. Bayi dengan hipertensi intrakranial yang nyata sering
memperlihatkan postur ini, dan sering dengan tangisan serebral ('high-pitched').
Kegagalan Untuk Tumbuh. Bayi dengan peninggian TIK tak dapat
makan dengan baik dan tidak tumbuh, karena muntah dan malnutrisi.
Palpasi
Fontanel Menonjol. Diagnosis klinik kepala yang membesar diarahkan
kepada apakah terdapat peninggian TIK. Karena penonjolan fontanel adalah
pertanda peninggian TIK pada bayi, pemeriksaan fontanel anterior sangat
penting pada neonatus dan bayi. Kepala yang besar dengan penonjolan fontanel,
atau makrosefali hipertensif, adalah indikasi untuk dekompresi dengan shunting
pada kebanyakan kasus. Hematoma subdural kronis, hidrosefalus tekanan
normal, tumor basal, dan sejenisnya tak selalu menyebabkan penonjolan
fontanel. Fontanel bayi normal adalah datar atau sedikit cekung dan berdenyut,
namun bayi normal dapat memperlihatkan penonjolan fontanel saat menangis
atau berbaring. Karenanya fontanel harus dipalpasi saat bayi duduk dan tenang.
Sutura Melebar ('Split'). Sutura bayi mudah berpisah pada peninggian
TIK. Setelah operasi pintas, sutura menjadi tumpang-tindih dan fontanel
anterior menjadi cekung.
Auskultasi. Anak normal dan hidrosefalus, bruit yang lemah normalnya
dapat didengar. Pada aneurisma vena Galen, bruit kranial yang jelas sering
35
terdengar.
Perkusi. Pada kasus penimbunan abnormal cairan, perkusi kepala
mengakibatkan suara resonan abnormal (tanda Mac Ewen).
Transiluminasi. Kepala bayi normal memperlihatkan halo kurang dari
satu jari. Halo lebih jelas pada regio frontal dan pada bayi prematur. Lesi
intrakranial dan ekstrakranial yang menyebabkan transiluminasi positif bisa
dilihat pada tabel. Setiap temuan transiluminasi dapat dilihat pada semua regio
pada hidranensefali dan secara lokal pada porensefali. Pada sista Dandy-Walker,
fossa poterior mungkin memperlihatkan efek transiluminasi. Walau tidak setiap
efek terjadi pada hidrosefalus, ia mungkin tampak pada kasus hidrosefalus yang
berat dimana terbentuk mantel setipis kertas.
Tabel 3-3. Lesi dengan Transiluminasi Positif
--------------------------------------------------------
Lesi Ekstrakranial
Edema Scalp
Koleksi cairan subgaleal
Lesi intrakranial
Lesi ekstraserebral
Koleksi cairan subdural
Sista arakhnoid
Lesi intraserebral
Hidranensefali
Porensefali
Hidrosefalus berat
Sista Dandy-Walker
--------------------------------------------------------
TINDAKAN DIAGNOSTIK PADA PEMBESARAN KEPALA
Rontgenografi Tengkorak
Bahkan pada era CT scan, foto tengkorak polos sering memberikan
36
informasi penting. Rontgenografi dapat menampilkan: (1) bentuk tengkorak,
penonjolan serta penipisan lokal, serta ukuran fossa posterior; (2) peninggian
TIK; dan (3) kalsifikasi abnormal serta dugaan fraktura tengkorak.
Tap Subdural
Mungkin dilakukan untuk diagnostik dan terapeutik. Biasanya dilakukan
pada sudut lateral fontanel anterior pada garis sutura koronal. Hati-hati untuk
tidak memutar jarum setelah insersi keruang subdural, dan tidak untuk
mengisap cairan. Volume cairan yang diambil melalui satu tap ditentukan oleh
tegangan fontanel anterior. Aspirasi dilakukan hingga fontanel menjadi
lembudan datar. Aspirasi volume besar cairan bisa mengakibatkan anemia dan
hipoproteinemia.
Pemeriksaan Dengan Udara
Invasif dan tak dapat dilakukan tanpa menyebabkan perubahan mendadak
keseimbangan tekanan CSS. Karenanya CT scan menggantikannya, dan sangat
jarang dilakukan.
Angiografi Serebral
CT scan mempunyai keterbatasan kegunaan dalam mendiagnosis anomali
serebrovaskuler. Diagnosis pasti didapat dengan angiografi serebral. Angiografi
karotid dilakukan untuk lesi pada kompartemen supratentorial, dan angiografi
vertebral untuk lesi dikompartemen infratentorial. Pemeriksaan empat
pembuluh bisa dilakukan dengan satu kateter cara Seldinger.
Tabel 3-4. Diagnosis CT dari Ukuran Kepala Abnormal
-------------------------------------------------------
Makrokrania
Pembesaran kepala dengan dilatasi ruang CSS
Hidrosefalus
Sista arakhnoid
37
Porensefali
Hidranensefali
Sista Dandy-walker
Holoprosensefali
Agenesis korpus kallosum
Sista diensefalik
Malformasi Arnold-Chiari
Malformasi vena Galen
Koleksi cairan subdural
Pembesaran kepala tanpa dilatasi ruang CSS
Lesi intrakranial
Lesi massa ekstraserebral
Lesi massa intraserebral
Penambahan volume otak
Megalensefali
Edema otak
Lesi kranial
Lesi ekstrakranial
Mikrosefali
Kepala kecil dengan dilatasi ruang CSS
Atrofi serebral
Kepala kecil tanpa dilatasi ruang CSS
Mikrosefali primer
-------------------------------------------------------
DIAGNOSIS CT DARI UKURAN KEPALA YANG ABNORMAL
CT scan harus dilakukan pada penilaian ukuran kepala abnormal. Ruang
CSS mudah diperiksa dari CT scan. Diagnosis CT makrosefali berdasar pada
dilatasi, deformasi, atau deviasi rongga CSS. Pembesaran kepala mungkin
diklasifikasikan kedalam dua kelompok berdasar ukuran ventrikel (Tabel).
38
Klasifikasi pertama adalah pembesaran kepala dengan dilatasi ventrikuler
disebabkan gangguan sirkulasi CSS. Bentuk dilatasi ventrikel bermacam
tergantung tempat obstruksi dan karenanya memberikan kriteria untuk diagnosis
indirek dari lokasi. Kategori kedua adalah pembesaran kepala tanpa dilatasi
ventrikuler. Pada megalensefali, CT scan biasanya tidak memperlihatkan dilatasi
ventrikel walau makrosefali. Pada leukodistrofi, substansi putih densitas rendah
yang simetris dan luas dapat dilihat pada hemisfer serebral. Megalensefali atau
hidrosefalus mungkin tampak pada akhondroplasia dan khas dengan stenosis
yang jelas dari foramina jugular dan bulbus jugular dengan akibat peninggian
tekanan vena intrakranial. Dalam mendiagnosis lesi massa, perhatian harus
diberikan tidak saja terhadap temuan langsung pada lesi massa, namun juga
perubahan pada tengkorak, edema fokal, obstruksi ruang CSS sekitarnya, dan
pergeseran struktur garis tengah.
10. RETARDASI MENTAL
DEFINISI
Retardasi mental adalah suatu keadaan perkembangan jiwa yang terhenti
atau tidak lengkap, yang terutama ditandai oleh terjadinya hendaya (impairment /
disability) keterampilan selama masa perkembangan, sehingga berpengaruh pada
tingkat kecerdasan secara menyeluruh, misalnya kemampuan kognitif, bahasa,
motorik dan sosial.
Retardasi mental dapat terjadi dengan atau tanpa gangguan jiwa atau gangguan
fisik lainnya.
Hendaya perilaku adaptif selalu ada, tetapi dalam lingkungan sosial terlindung di
mana sarana pendukung cukup tersedia, hendaya ini mungkin tidak tampak sama
sekali pada penyandang retardasi mental ringan.
Pedoman Diagnostik
Tingkat kecerdasan (intelegensia) buka satu-satunya karakteristik,
39
melainkan harus dinilai berdasarkan sejumlah besar keterampilan spesifik yang
berbeda. Meskipun ada kecenderungan umum bahwa semua keterampilan ini
akan berkembang ke tingkat yang sama pada setiap individu, namun dapat terjadi
suatu ketimpangan yang besar, khususnya pada penyandang retardasi mental.
Orang tersebut mungkin memperlihatkan hendaya berat dalam satu bidang
tertentu (misalnya bahasa), atau mungkin mempunyai suatu area keterampilan
tertentu yang lebih tinggi (misalnya tugas visuo-spasial sederhana) yang
berlawanan dengan latar belakang adanya retardasi mental berat. Keadaan ini
menimbulkan kesulitan pada saat menentukan kategori diagnosis.
Penilaian tingkat kecerdasan harus berdasarkan semua informasi yang tersedia,
termasuk temuan klinis, perilaku adaptif (yang dinilai dalam kaitan dengan latar
belakang budayanya), dan hasil tes psikometrik.
Untuk diagnosis yang pasti, harus ada penurunan tingkat kecerdasan yang
mengakibatkan berkurangnya kemampuan adaptasi terhadap tuntutan dari
lingkungan sosial biasa sehari-hari.
Gangguan jiwa dan fisik yang menyerta retardasi mental, mempunyai pengaruh
besar pada gambaran klinis dan penggunaan dari semua keterampilannya.
Penilaian diagnostik adalah terhadap “kemampuan umum” (global ability) bukan
terhadap suatu area tertentu yang spesifik dari hendaya atau keterampilan.
Retardasi Mental Ringan
Pedoman diagnostik
Bila menggunakan tes IQ baku yang tepat, maka IQ berkisar antara 50
sampai 69 menunjukkan retardasi mental ringan.
Pemahaman dan penggunaan bahasa cenderung terlambat pada berbagai tingkat,
dan masalah kemampuan berbicara yang mempengaruhi perkembangan
kemandirian dapat menetap sampai dewasa.
Walaupun mengalami keterlambatan dalam kemampuan bahasa tetapi sebagian
besar dapat mencapai kemampuan berbicara untuk keperluan sehari-hari.
Kebanyakan juga dapat mandiri penuh dalam merawat diri sendiri dan mencapai
40
keterampilan praktis dan keterampilan rumah tangga, walaupun tingkat
perkembangannya agak lambat daripada normal.
Kesulitan utama biasanya tampak dalam pekerjaan sekolah yang bersifat
akademik, dan banyak masalah khusus dalam membaca dan menulis.
Etiologi organik hanya dapat diidentifikasi pada sebagian kecil penderita.
Keadaan lain yang menyertai seperti autisme, gangguan perkembangan lain,
epilepsi, gangguan tingkah laku, atau disabilitas fisik dapat ditemukan dalam
berbagai proposi. Bila terdapat gangguan demikian, maka harus diberi kode
diagnosis tersendiri.
Retardasi Mental Sedang
Pedoman Diagnostik
IQ biasanya berada dalam rentang 35 sampai 49.
Umumnya ada profil kesenjangan (discrepancy) dari kemampuan, beberapa
dapat mencapai tingkat yang lebih tinggi dalam keterampilan visuo-spasial dari
pada tugas-tugas yang tergantung pada bahasa, sedangkan yang lainnya sangat
canggung namun dapat mengadakan interaksi sosial dan percakapan sederhana.
Tingkat perkembangan bahasa bervariasi: ada yang dapat mengikuti percakapan
sederhana, sedangkan yang lain hanya dapat berkomunikasi seadanya untuk
kebutuhan dasar mereka.
Suatu etiologi organik dapat di-identifikasi pada kebanyakan penyandang
retardasi mental sedang.
Autisme masa kanak atau gangguan perkembangan pervasif lainnya terdapat
pada sebagian kecil kasus, dan mempunyai pengaruh besar pada gambaran klinis
dan tipe pelaksanaan yang dibutuhkan.
Epilepsi, disabilitas neurologik dan fisik juga lazim ditemukan meskipun
kebanyakan penyandang retardasi mental sedang mampu berjalan tanpa bantuan.
Kadang-kadang didapatkan gangguan jiwa lain, tetapi karena tingkat
perkembangan bahasanya yang terbatas sehingga sulit menegakkan diagnosis dan
harus tergantung dari informasi yang diperoleh dari orang lain yang
mengenalnya. Setiap gangguan penyerta harus diberi kode diagnosis tersendiri.
41
Retardasi Mental Berat
Pedoman Diagnostik
IQ biasanya berada dalam rentang 20 sampai 34
Pada umumnya mirip dengan retardasi mental sedang dalam hal:
- gambaran klinis
- terdapatnya etiologi organik, dan
- kondisi yang menyertainya,
- tingkat prestasi yang rendah
Kebanyakan penyandang retardasi mental berat menderita gangguan motorik
yang mencolok atau defisit lain yang menyertainya, menunjukkan adanya
kerusakan atau penyimpangan perkembangan yang bermakna secara klinis dari
susunan saraf pusat.
Retardasi Mental Sangat Berat
Pedoman Diagnostik
IQ biasanya di bawah 20
Pemahaman dan penggunaan bahasa terbatas, paling banter mengerti perintah
dasar dan mengajukan permohonan sederhana.
Keterampilan visuo-spasial yang paling dasar dan sederhana tentang memilih dan
mencocokkan mungkin dapat tercapainya, dan dengan pengawasan dan petunjuk
yang tepat penderita mungkin dapat sedikit ikut melakukan tugas praktis dan
rumah tangga.
Suatu etiologi organik dapat di-identifikasi pada sebagian besar kasus.
Biasanya ada disabilitas neurologik dan fisik lain yang berat yang mempengaruhi
mobilitas, seperti epilepsi dan hendaya daya lihat dan daya dengar. Sering ada
gangguan perkembangan pervasif dalam bentuk sangat berat khususnya autisme
yang tidak khas (atypical autism), terutama pada penderita yang dapat bergerak.
42
Retardasi Mental Lainnya
Kategori ini hanya digunakan bila penilaian dari tingkat retardasi mental dengan
memakai prosedur biasa sangat sulit atau tidak mungkin dilakukan karena adanya
gangguan sensorik atau fisik, misalnya buta, bisu tuli, dan penderita yang
perilakunya terganggu berat atau fisiknya tidak mampu.
Retardasi Mental yang Tidak Tergolongkan (Unspecified)
Jelas terdapat retardasi mental, tetapi tidak ada informasi yang cukup untuk
menggolongkannya dalam salah satu kategori tersebut di atas.
PEMERIKSAAN KLINIS
PENATALAKSANAAN
A. Pencegahan
43
• Fokus pada pencegahan gangguan intelektual dan komplikasi yang
menyertainya.
Dengan cara :
Newborn metabolik screening berhasil mengurangi insidensi
timbulnya Retardasi mental.
Pemberian asam folat mengurangi defek pada neural tube
Pemeriksaan diagnostik prenatal untuk mengurangi trisomy 21.
B. Penanganan Psikiatri
I. PSIKOTERAPI
• Pendekatan Psikoanalitik fokus pada teori perkembangan, untuk
memperbaiki ekspresi emosi, meningkatkan self esteem, meningkatkan
indepedence, dan interaksi sosial.
• CBT untuk pasien depresi
• Brief relaxation therapy : untuk mengurangi kecemasan.
• Terapi perilaku : untuk mengubah perilaku agresi, self injury
• Modifikasi lingkungan, edukasi kepada caregiver.
• Group therapy social skill building
• Supportive group untuk orang tua dan sibling
• Family therapy
II. FARMAKOTERAPI
• Terapis harus ekstra berhatihati di dalam pemberian obat pada pasien dengan
RM uji coba obat yang melibatkan pasien RM sangat terbatas.
• Perlu memperhatikan interaksi obat.
1. Anti Depresan
• Pemakaian AD Trisiklik menurunkan ambang kejang pada pasien
dengan RM resikonya meningkat 1 : 5
• Pasien RM pemakaian dosisnya lebih rendah dibanding dengan orang
normal.
44
• Antikonvulsi Carbamazepine paling sering digunakan.
• Buspirone di laporkan baik untuk gangguan cemas dengan manifestasi
Self injury behavior
• dan agresi.
• Dengan dosis sekitar 15 – 45 mg /hari.
• Pasien dengan RM mempunyai resiko yang tinggi untuk timbul tardive
dyskinesia sekitar 18-30% sehingga obat antipsikotik atipikal
diharapkan dapat membantu mengurangi timbulnya tardive diskinesia.
• Pemberian Risperidone dapat membantu untuk mengatasi agresifitas.
• Dosis 0,02 mg/kg BB hari – 0,06 mg/kg BB/Hari
• Nootropics Agent piracetam efeknya baik untuk belajar, memori
dan perhatian.
• Namun piracetam memiliki efek samping berupa agresi, agitasi, sexsual
arousal, sulit tidur dan nafsu makan yang menurun.
Hal-hal yang Harus Diperhatikan pada RM
• Keterlambatan perkembangan seringkali mempunyai latar belakang RM
• Sebagian besar anak dengan RM tidak berbeda dengan anak-anak lain
pada umumnya
• RM tidak dapat disembuhkan, tetapi dapat dicegah dengan adanya
antenatal care yang baik, persalinan yang aman dan stimulasi anak yang
adekuat
• Deteksi dini sangat penting, karena dengan adanya pelatihan orang tua
maka outcome dari perkembangan anak selanjutnya akan lebih baik
• Orang tua sebaiknya bersifat fleksibel dalam menentukan target bagi anak
dengan RM
• Dengan memperhatikan derajat RM maka orang tua dapat menentukan
aktivitas apa yang sesuai bagi anak
• Aktivitas yang diberikan kepada anak sebaiknya dipecah dalam berbagai
tahapan
45
• Stimulasi merupakan hal yang paling penting dilakukan
• Harus ada pujian dan hadiah jika anak berhasil melakukan hal yang di
minta
• Latihan keterampilan sosial
• Orang tua tidak boleh melakukan proteksi berlebihan pada anak
PEMERIKSAAN
Pemeriksaan Neurologis Pada Anak
Kepala
Perhatikan apakah kepala terlihat makrosefali, mikrosefali atau
kraniosinostosis. Apakah tampak mencolok adanya vena-vena di kepala,
kemungkinan anak tsb menderita peningkatan tekanan intracranial. Daerah
oksiput yang datar menandakan kemungkianan terdapatnya keterlambatan
perkembangan; bila daerah oksiput membonjol kemungkinan pasien menderita
sindrom dandy-walker. Perkusi kepala yang menyebabkan rasa nyeri
kemungkinan osteomielitis local, dan kemungkinan berhubungan dengan abses
otak.. Palpasi ubun-ubun merupakan cara yang sederhana untuk memperkirakan
tekanan intracranial. Pada keadaan normal ubun-ubun besar agak rata, dan sukar
diraba. Pada auskultasi kepala dapat di tentukan adanya bruit. Pemeriksaan
kepala dilakukan dengan pasien dalam possi tegak, didengarkan di daerah kedua
batok kepala, temporal, dan daerah belakang telinga atau mastoid.
Saraf Otak (Cranial)
Saraf Otak I(N. olfaktorius)
Uji sensasi bau dilakukan pada anak yang sudah berumur > 5-6 thn,
dengan melakukan uji pada setiap lubang hidung secara terpisah( salah satu
lubang hidung di tutup dengan mata tertututp ). Bahan uji yang paling baik ialah
bahan yang tidak merangsang dan sudah di kenal oleh pasien
Saraf Otak II (N. Optikus)
Uji ketajaman penglihatan dengan memperhatikan kemampuan pasien
mengikuti muka seseorang, responnya terhadap mimic seseorang, serta
46
kemampuannya mengambil mainan dan melihat benda yang bergerak.
Refleks kedip dan memejamkan mata bila ada benda yang mendadak
bergerak kearah mata menunjukkan visus baik, tetapi hanya terjadi pada
anak berumur > 1thn. Reaksi ini tidak timbul pada bayi yang berumur
<4 bulan, dan timbul kira-kira pada 50% bayi normal berumur 5 bulan.
Uji penglihatan yang canggih dilakukan dengan alat evoked potential,
yaitu visual evoked respons(VER)
Saraf Otak III, IV, VI (N. Okulomotorius, Troklearis, dan Abdusen)
Pemeriksaan dilakukan dengan menggerakkan mainan, baterai atau alat
pengukur lingkaran kepala yang di goyang-goyangkan ke samping,
keatas dan kebawah di garis tengah, kemudian juga diagonal. Hal ini di
lakukan juga pada masing-masing mata dengan menututp mata.
Uji akomodasi dilakukan dengan menyuruh pasien melihat benda yang
digerakkan mendekat dan menjauh, diperlihatkan pupil pasien apakah
mengecil bila melihat dekat serta membesar bila melihat jauh.
Uji diplopia di lakukan dengan cara menanyakan pada pasien apakah
melihat satu ata lebih mainan yang di gerakkan di depan pasien keatas
kiri, atas kanan, bawah kiri, dan bawah kanan
Saraf Otak V (N. Trigeminus)
Uji perasaan (sensori) dengan mengusapkan kapas, menggoreskan jarum
dan benda-benda hangat atau dingin di daerah wajah kuadran atas, tengah dan
bawah.
Uji lain ialah terhadap reflex kornea dan rahang. Uji reflex kornea
dilakukan dengan kain kasa atau kapas yang bersih di sentuhkan pada kornea
pasien, bila saraf otak V intak, maka mata akan berkedip. Refleks rahang (jaw
jerk) dilakukan dengan menyuruh pasien membuka mulut sedikit, kemudian
letakkan jari di tengah-tengah dagu pasien. Ketuklah jari tersebut dengan jari
tangan lainnya atau dengan pengetuk reflex, normal dagu akan terangkat. Lesi
47
saraf otak V unilateral akan menyebabkan rahang miring kesisi paretic, hal ini
disebabkan oleh karena kelemahan ipsilateral otot pterigoid. Uji perasaan
(sensorik) sulit dilakukan pada anak, yang mudah di lakukan adalh uji reflex
kornea.
Saraf Otak VII(N. fasialis)
Dilakukan dengan menyuruh pasien tersebut tersenyum, meringis,
bersiul, membuka dan memejamkan mata, serta reflex kornea dan uji pengecap.
Bila terdapat paresis N. VII , akan terlihat mulut pasien mencong ke sisi yang
sehat, dan mata pada sisi lesi tidak dapat menutup dengan rapat (lagoftalmos).
Uji sensoris pengcap dilakukan dengan meminta pasien menjulurka lidah,
pemeriksa memegang ujung lidah dengan kain kasa dan meletakkan gula atau
garam atau as. Sitrat atau kina. Lidah harus tetap di luar sampai uji sensori
pengecap selesai, dan pasien di minta menyebutkan bahan uji sensori pengcap
selesai, dan pasien di minta menyebutkan bahan uji yang di gunakan dengan
mata tertutup.
Saraf Otak VIII(N. Akustikus)
Uji pendengaran sebenarnya sudah dapat di lakukan pada waktu
wawancara, yaitu reaksi pasien terhadap suara. Pada anak kecil dapat di lakukan
dengan bel, pada anak besar dengan di minta menirukan bisikan, buny jam atau
garpu tala. Alat uji pendengaran yang paling akurat adalah dengan alat evoked
potential yaitu brainstem auditory-evoked potential (BAEP). Uji ini dilakukan
bergantian pada telinga.
Uji keseimbangan pada bayi dilakukan dengan memegang pasien vertical
berhadapan dengan pemeriksa, kemudian diputar beberapa kali searah jarum jam,
dan berlawanan arah jarum jam. Perhatikan matanya, pada bayi normal matanya
melirik kearah putaran di ikuti dengan nistagmus cepat sekali. Pada waktu
putaran di hentikan akan terjadi sebaliknya.
Uji keseimbangan juga dapat dilakukan dengan uji kalorik. Pasien
dibaringkan terlentang, dan kepala difleksikan 300, kemudian 10 ml air es
48
disemprotkan kedalam liang telinga selam a30 detik, maka pada anak sadar akan
terjadi nistagmus kasar kea rah telinga yang di uji tanpa deviasi mata.
Saraf Otak IX (N. Glosofaringeus)
Pemeriksaan saraf otak ini ditujukan untuk menilai kelainan yang timbul, berupa:
Hilangnya reflex muntah(gag reflex)
Disfagia ringan
Hilangnya sensori pengecap (dengan uji pengecap)
Deviasi uvula ke sisi yang baik
Hilangnya sensori pada farings, tonsil, tenggorokan bagian atasdan lidah
bagian belakang
Hilangnya konstriksi dinding posterior faring saat bersuara “ AH “
Hipersalivasi
Saraf Otak X (N. Vagus)
Gangguan saraf otak ini berupa gangguan motor, sensori dan vegetative.
Gangguan motor berupa afonia ( suara menghilang ), disfonia (gangguan suara),
disfagia (kesukaran menelan, biasanya kalau minum kembali melalui hidung),
spasme esophagus, reflex muntah. Gangguan sensori berupa nyeri dan parestesia
pad afaring dan laring, batuk, sesak nafas dan pseodoasma. Gangguan vegetative
berupa bradikardia, Takikardia, dan dilatasi lambung.
Saraf Otak XI (N. Aksesorius)
Uji kemampuan untuk mengangkat bahu dan memutar kepala melawan
tahanan pemeriksa. Pasien tidak dapat mengangkat bahu yang terkena, dan tidak
mampu memutar kepala ke sisi yang sehat. Perhatikan bahu yang terkena tampak
lebih rendah, serta terdpatnya atrofi M. sternokeidomastoideus.
Saraf Otak XII (N. Hipoglossus)
Pemeriksaan untuk kelainan saraf ini ialah untuk menilai kekuatan lidah
dengan menyuruh pasien menyorongkan ujung lidah ke tepi pipi kanan dan kiri
49
melawan tahanan jari tangan pemeriksa. Perhatikan deviasi lidah pada waktu di
julurkan, lidah akan deviasi ke sisi lesi dan lidah juga tampak atrofi disertai
tremor.
GANGGUAN PSIKOLOGIS
F80 GANGGUAN PERKEMBANGAN BICARA DAN BERBAHASA
KHAS
F80.0 Gangguan Artikulasi Berbicara Khas
Gangguan perkembangan khas dimana penggunaan suara untuk berbicara
dari anak, berada di bawah tingkat yang sesuai dengan usia mentalnya,
sedangkan tingkat kemampuan bahasanya normal.
Usia penguasaan suara untuk berbicara dan urutan dimana suara ini
berkembang, menunjukkan variasi individual yang cukup besar.
Diagnosis ditegakkan hanya jika beratnya Gangguan artikulasi di luar
batas variasi normal bagi usia anak, kecerdasan non verbal dalam batas
normal, kemampuan berbahasa ekspresif dan reseptif dalam batas normal,
kelainan artikulasi tidak langsung diakibatkan oleh suatu kelainan
sensorik, structural atau neurologis.
F80.1 Gangguan Berbahasa Ekspresif
Gangguan perkembangan khas dimana kemampuan anak dalam
mengekspresikan bahasa dengan berbicara, jelas di bawah rata-rata anak
dalam usia mentalnya, tetapi pengertian bahasa dalam batas normal,
dengan atau tanpa Gangguan artikulasi
Meskipun terdapat variasi individual yang luas dalam perkembangan
bahasa yang normal, tidak adanya kata atau beberapa kata yang muncul
pada usia 2 tahun, dan ketidakmampuan dalam mengerti kata majemuk
sederhana pada usia 3 tahun, dapat diambil sebagai tanda yang bermakna
dari kelambatan.
Ketidakmampuan dalam bahasa lisan sering disertai dengan kelambatan
50
atau kelainan dalam bunyi kata yang dihasilkan.
F80.2 Gangguan Berbahasa Reseptif
Gangguan perkembangan khas dimana pengertian anak dalam bahasa, di
bawah kemampuan rata-rata anak dalam usia mentalnya.
Kegagalan dalam member respon terhadap nama yang familiar,
ketidakmampuan dalam dentifikasi beberapa objek sederhana dalam usia
18 bulan, atau kegagalan dalam mengikuti instruksi sederhana pada usia 2
tahun, dapat dicatat sebagai tanda-tanda dari kelambatan
Pada hamper semua kasus, perkembangan dari bahasa ekspresif juga
terlambat dan lazim ada suara ucapan yang tidak normal.
F80.3 Afasia Didapat dengan Epilepsi (Sindrom Landau Kleffner)
Gangguan perkembangan khas dimana anak mempunyai riwayat
perkembangan bahasa yang normal, kehilangan kedua kemampuan
ekspresif dan reseptif, tetapi tetap normal dalam intelegensia umum.
Onset Gangguan disertai dengan kelainan paroksismal pada EEG dan
dalam banyak kasus disertai kejang epileptik. Onset umumnya pada usia
3-7 tahun, tetapi dapat juga muncul lebih awal atau lebih lambat.
GANGGUAN BELAJAR
DEFINISI
Gangguan belajar meliputi kemampuan untuk memperoleh, menyimpan,
atau menggunakan keahlian khusus atau informasi secara luas, dihasilkan dari
kekurangan perhatian, ingatan, atau pertimbangan dan mempengaruhi performa
akademi.
Gangguan belajar sangat berbeda dari keterlambatan mental dan terjadi
dengan normal atau bahkan fungsi intelektual tinggi. Gangguan belajar hanya
mempengaruhi fungsi tertentu, sedangkan pada anak dengan keterlambatan
mental, kesulitan mempengaruhi fungsi kognitif secara luas. Terdapat tiga jenis
51
gangguan belajar : gangguan membaca, gangguan menuliskan ekspresi, dan
gangguan matematik. Dengan demikian, seorang anak dengan gangguan belajar
bisa mengalami kesulitan memahami dan mempelajari matematika yang
signifikan, tetapi tidak memiliki kesulitan untuk membaca, menulis, dan
melakukan dengan baik pada subjek yang lain. Diseleksia adalah gangguan
belajar yang paling dikenal. Gangguan belajar tidak termasuk masalah belajar
yang disebabkan terutama masalah penglihatan, pendengaran, koordinasi, atau
gangguan emosional.
PENYEBAB
Meskipun penyebab gangguan belajar tidak sepenuhnya dimengerti.
Mereka termasuk kelainan pada proses dasar yang berhubungan dalam
memahami atau menggunakan ucapan atau penulisan bahasa atau numerik dan
pertimbangan ruang.
Kebanyakan anak dengan masalah tingkah laku tampak kurang baik di
sekolah dan diperiksa dengan psikologis pendidikan untuk gangguan belajar.
Meskipun begitu, beberapa anak dengan jenis gangguan belajar tertentu
menyembunyikan gangguan mereka dengan baik, menghindari diagnosa, dan
oleh karena itu pengobatan, perlu waktu yang lama.
Penyebab gangguan belajar cenderung terfokus pada masalah-masalah kognitif-
perseptual dan kemungkinan faktor-faktor neorologis yang mendasarinya.
Banyak anak dengan gangguan belajar memiliki masalah dengan persepsi visual
dan auditori.
Intervensi gangguan belajar
Intervensi-intervensi untuk gangguan belajar umumnya menggunakan perspektif
berikut (Lyon & Moats,1988)
1. Model Psikoedukasi
Menekankan pada kekuatan-kekuatan dan preferensi-preferensi anak daripada
52
usaha untuk mengoreksi definisi yuang diduga mendasarinya.
2. Model Behavioral
Mengasumsikan bahwa belajar akademik dibangun diatas hierarki ketrampilan-
ketrampilan dasar, atau “perilaku yang memampukan (enabling behaviours).”
3. Model Medis
Mengasumsikan bahwa gangguan belajar merupakan simtom-simtom dari
defisiensi dalam pengolahan kognitif yang memiliki dasar biologis.
4. Model neuropsikologi
Berasal dari model psikoedukasi dan medis, diasumsikan bahwa gangguan
belajar merefleksikan deficit dalam pengolahan informasi yang memiliki dasar
biologis (model medis).
5. Model linguistik
Berfokus pada defisiensi dasar dalam bahasa anak, seperti kegagalan untuk
mengenali bagaimana suara-suara dan kata-kata saling dikaitkan untuk
menciptakan arti, yang akan menimbulkan masalah dalam membaca, mengeja,
dan menemukan kata-kata untuk mengekspresikan diri mereka.
6. Model kognitif
Berfokus pada bagaimana anak-anak mengatur pemikiran-pemikiran mereka
ketika mereka balajar materi-materi akademik.
GEJALA
Anak kecil kemungkinan lambat untuk mempelajari nama-nama warna
atau huruf, untuk menyebutkan kata-kata untuk objek yang dikenal, untuk
menghitung, dan untuk kemajuan pada awal keahlian belajar lain. Belajar untuk
membaca dan menulis kemungkinan tertunda. Gejala-gejala lain dapat berupa
perhatian dengan jangka waktu yang pendek dan kemampuan yang kacau,
berhenti bicara, dan ingatan dengan jangka waktu yang pendek. Anak tersebut
bisa mengalami kesulitan dengan aktifitas yang membutuhkan koordinasi motor
yang baik, seperti mencetak dan mengkopi.
Anak dengan gangguan belajar bisa mengalami kesulitan komunikasi.
Beberapa anak mulanya menjadi frustasi dan kemudian mengalami masalah
53
tingkah laku, seperti menjadi mudah kacau, hiperaktif, menarik diri, malu, atau
agresif.
DIAGNOSA
Anak yang tidak membaca atau belajar pada tingkatan yang diharapkan
untuk kemampuan verbal atau kecerdasan harus dievaluasi. Pemeriksaan
pendengaran dan penglihatan harus dijalankan, karena masalah pikiran sehat ini
bisa juga berhubungan dengan keahlian membaca dan menulis.
Dokter meneliti anak tersebut untuk berbagai gangguan fisik. Anak
tersebut melakukan rangkaian tes kecerdasan, baik verbal maupun non verbal,
dan tes akademik pada membaca, menulis, dan keahlian aritmatik.
PENGOBATAN
Pengobatan yang paling berguna untuk gangguan belajar adalah
pendidikan yang secara hati-hati disesuaikan dengan individu anak. Cara seperti
membatasi makanan aditif, menggunakan vitamin dalam jumlah besar, dan
menganalisa sistem anak untuk trace mineral seringkali dicoba tetapi tidak
terbukti. Tidak ada obat-obatan yang cukup efektif pada pencapaian akademis,
intelegensi, dan kemampuan pembelajaran umum. Karena beberapa anak dengan
gangguan belajar juga mengalami ADHD, obat-obatan tertentu, seperti
methylphenidate, bisa meningkatkan perhatian dan konsentrasi, meningkatkan
kemampuan anak untuk belajar.
F81 GANGGUAN PERKEMBANGAN BELAJAR KHAS
F81.0 Gangguan Membaca Khas
Kemampuan membaca anak harus secara bermakna lebih rendah
tingkatannya dari pada kemampuan yang diharapkan berdasarkan
usianya, intelegensi umum dan tingkatan sekolahnya.
Gangguan perkembangan khas membaca biasanya didahului oleh riwayat
54
gangguan perkembangan berbicara atau berbahasa.
Gangguan emosional dan perilaku yang menyertai biasanya timbul pada
masa usia sekolah. Masalah emosional biasanya lebih banyak pada masa
tahun pertama sekolah.
F81.1 Gangguan Mengeja Khas
Gambaran utama dari gangguan ini adalah hendaya yang khas dan
bermakna dalam perkembangan kemampuan mengeja tanpa riwayat
Gangguan membaca khas, yang bukan disebabkan oleh rendahnya usia
mental, Gangguan neurologis atau Gangguan lainnya.
Kemampuan mengeja anak harus secara bermakna di bawah tingkat yang
seharusnya berdasarkan usianya, intelegensia umum, dan tingkat
sekolahnya.
F81.2 Gangguan Berhitung Khas
Gangguan ini meliputi hendaya yang khas dalam kemampuan berhitung
yang tidak dapat diterangkan berdasarkan adanya retardasi mental umum
atau tingkat pendidikan di sekolah yang tidak adekuat. Kekurangannya
ialah penguasaan pada kemampuan dasar berhitung.
Kemampuan berhitung anak harus secara bermakna lebih rendah daripada
tingkat yang seharusnya dicapai berdasarkan usianya
Kemampuan membaca dan mengeja harus dalam batas normal sesuai
dengan umur mental anak
F81.3 Gangguan Belajar Campuran
Merupakan kategori sisa Gangguan yang batasnya tidak jelas
Hendaya pada kemampuan berhitung, membaca, atau mengeja secara
bermakna tetapi tidak dapat diterangkan sebagai akibat dari retardasi
mental atau pengajaran yang tidak adekuat atau efek langsung dari
ketajaman penglihatan, pendengaran, atau fungsi neurologis.
55
F82 GANGGUAN PERKEMBANGAN MOTORIK YANG KHAS
Gangguan utama dari gangguan ini adalah hendaya berat dalam
perkembangan koordinasi motorik yang tidak semata-mata disebabkan
oleh retardasi mental atau Gangguan neurologis khas baik yang didapat
ataupun congenital.
Koordinasi motorik anak dalam gerak halus maupun kasar harus secara
bermakna di bawah rata-rata. Keadaan ini terbaik dinilai dengan tes baku
dari koordinasi motorik.
Kesulitan dalam koordinasi harus sudah tampak sejak dalam fase
perkembangan awal (bukan merupakan hendaya yang didapat) dan juga
bukan akibat langsung dari Gangguan langsung dari Gangguan
penglihatan, pendengaran atau Gangguan neurologis lainnya.
F83 GANGGUAN PERKEMBANGAN KHAS CAMPURAN
Keadaan ini merupakan sisa kategori gangguan yang batasannya tak jelas,
konsepnya tidak adekuat dengan gangguan perkembangan khas campuran
dari berbicara dan berbahasa, keterampilan skolastik atau fungsi motorik
tetapi tidak ada suatu gejala yang cukup dominan untuk dibuat sebagai
diagnosis utama.
F84 GANGGUAN PERKEMBANGAN PERVASIVE
Kelompok gangguan ini ditandai dengan kelainan kualitatif dalam
interaksi social yang timbale balik dan dalam pola komunikasi, serta
minat dan aktivitas yang terbatas, stereotipik, berulang. Kelainan
kualitatif ini menunjukkan gambaran yang pervasive dari fungsi-fungsi
individu dalam semua situasi, meskipun dapat berbeda dalam derajat
keparahannya.
F84.0 Autisme masa anak
56
Pedoman diagnostil:
Gangguan perkembangan pervasive yang ditandai oleh adanya kelainan
dan/atau hendaya perkembangan yang muncul sebelum usia 3tahun, dan
dengan cirri kelainan fungsi dalam tiga bidang: interaksi social,
komunikasi, dan perilaku yang terbatas dan berulang.
Biasanya tidak jelas ada periode perkembangan yang normal sebelumnya,
tetapi bila ada, kelainan perkembangan sudah menjadi jelas sebelum usia
3 tahun, sehingga diagnosis sudah dapat ditegakkan. Tetapi gejal-
gejalanya (sindrom) dapat di diagnosis pada semua kelompok umur.
Selalu ada hendaya kualitatif dalam interaksi social yang timbale balik
(reciprocal social interaction). Ini berbentuk apresiasi yang tidak adekuat
terhadap isyarat sosio-emosional, yang tampak sebagai kurangnya respon
terhadap perilaku dalam konteks social; buruk dalam menggunakan
isyarat social dan integrasi yang lemah dalam perilaku social, emosional
dan komunikatif; dan khususnya, kurangnya respons timbale balik sosio-
emosional.
Demikian juga terdapat hendaya kualitatif dalm komunikasi. Ini
berbentuk kurangnya penggunaan keterampilan bahsa yang dilmiliki di
dalam hubungan sosial; hendaya dalam permainan imaginatif dan imitasi
timbal balik dalam percakapan; buruknya keluwesan dalam bahasa
ekspresif dan kreativitas dan fantasi dalam proses pikir yang relatif
kurang; kurangnya respons emosional terhadap ungkapan verbal dan non-
verbal orang lain; hendaya dalam menggunakan variasi irama atau
penekanan sebagai modulasi komunikatif; dan kurangnya isyarat tubuh
untuk menekankan atau memberi arti tambahan dalam komunikasi lisan.
Kondisi ini juga ditandai oleh pola perilaku, minat dan kegiatan yang
terbatas, berulang dan stereotipik. Ini berbentuk kecenderungan untuk
bersikap kaku dan rutin dalam berbagai aspek kehidupan sehari-hari; ini
biasanya berlaku untuk kegiatan baru dan juga kebiasaan sehari-hari serta
pola bermain. Terutama sekali dalam masa kanank yang dini, dapat
terjadi kelekatan yang khas terhadap benda-benda yang aneh, khususnya
57
benda yang tidak lunak. Anak dapat memaksakan suatu kegiatan rutin
dalam ritual yang sebetulnya tidak perlu; dapat terjadi preokpasi yang
stereotipik terhdap suatu minat seperti tanggal, rute atau jadwal; sering
terdapat stereotipi motorik; sering menunjukkan minat khusus terhadap
segi-segi non fungsional dari benda-benda (misalnya bau atau rasanya);
dan terdapat penolakan terhadap perubahan dari rutinitas atau dalam detil
dari lingkungan hidup pribadi (seperti perpindahan mebel atau hiasan
dalam rumah).
Semua tingkatan IQ dapat ditemukan dalam hubungannya dengan
autisme, tetapi pada tiga perempat kasus secara signifikan terdapat
retardasi mental.
F84.1 Autisme Tak Khas
Pedoman diagnostik
Gangguan perkembangan pervasif yang berbeda, dari autisme dalam hal
usia onset maupun tidak terpenuhinya ketiga kriteria diagnostik. Jadi
kelianan dan atau hendaya perkembangan menjadi jelas untuk pertama
kalinya pada usia setelah 3 tahun; dan/atau tidak cukup menunjukkan
kelaianan dalam satu atau dua dari tiga bidang psikopatologi yang
dibutuhkan untuk diagnosis autisme (interaksi sosial timbal-balik,
komunikasi, dan perilaku terbatas, stereotipik, dan berulang) meskipun
terdapat kelaiana yang khas dalam bidang lain.
Autisme tidak khas sering muncul pada individu dengan retardasi mental
yang berat, yang sangat rendah kemampuannya, sehingga pasien tidak
mampu menampakkan gejala yang cukup untuk menegakkan diagnosis
autisme; ini juga tampak pada individu dengan gangguan perkembangan
yang khas dari bahasa reseptif yang berat.
F84.2 SINDROM RETT
58
Pedoman Diagnostik
Pada sebagian besar kasus onset gangguan terjadi pada usia 7-24
bulan.Pola perkembangan awal yang tampak normal atau mendekati
normal,di ikuti dengan kehilangan sebagian atau seluruhnya ketrampilan
tangan dan berbiocara yang telah didapat,bersamaan dengan terdapatnya
kemunduran/perlambatan pertumbuhan kepala
Gejala khas yang menonjol adalah hilangnya kemampuan gerakan tangan
yang bertujuan dan letrampilan manipulatif dari motorik halus yang
terlatih
Secara khas tampak anak tetap dapat senyum sosial,menatap seseorang
dengan kosong tetapi tidak tejadi interaksi sosial dengan mereka pada
awal masa anak
Cara berdiri dan berjalan cenderung melebar,otot hipotonik,koordinasi
gerak tubuh memburuk,serta skoliosis atau kifoskoliosis.Dapat timbul
spastisitas dan rigiditas yang biasanya lebih banyak terjadi pada
ekstremitas atas.Serangan epileptik yang mendadak biasanya dalam
bentuk kecil-kecil
F84.3 Gangguan disintegratif masa kanak lainnya
Pedoman diagnostik
Diagnosis ditegakkan berdasarkan suatu perkembangan normal yang jelas
sampai usia minimal 2 tahun, yang diikuti dengan kehilangan yang nyata
dari keterampilan yang sudah diperoleh sebelumnya;disertai dengan
kelainan kualitatif dalam fungsi-fungsi sosial
Biasanya terjadi regresi yang berta atau kehilangan kemampuan
berbahasa, regresi dalam kemampuan bermain, keterampilan sosial, dan
perilaku adaptif, dan sering dengan hilangnya pengendalian BAB atau
BAK, kadang-kadang disertai dengan kemerosotan pengendalian motorik.
Yang khas, keadaan tersebut bersamaan dengan hilangnya secara
menyeluruh perhatian/minat terhadap lingkungan, adanya mannerisme
motorik yang stereotipik dan berulang, serta hendaya dalam interaksi
59
sosial dan komunikasi yang mirip dengan autisme.
Dalam hal-hal tertentu sindrom ini mirip dengan dementia pada orang
dewasa, tetapi berbeda dalam tiga hal: biasanya tidak ada bukti penyakit
atau kerusakan organik yang dapat ditemukan (walaupun beberapa tipe
disfungsi otak organik dapat ditelusuri); kehilangan keterampialan dapat
diikuti dengan beberapa derajat perbaikan; hendaya dalam fungsi sosial
dan komunikasi mempunyai kualitas lebih berciri autistik daripada
kemunduran intelektual.
F84.4 GANGGUAN AKTIVITAS BERLEBIH YANG BERHUBUNGAN
DENGAN RETARDASI MENTAL DAN GERAKAN STEREOTIPIK
Pedoman diagnostik
Diagnosis ditentukan oleh kombinasi antara perkembangan yang tak
serasi dari overaktivitas yang berat,stereotipi motorik dan retardasi mental
Ketiga hal tersebut harus ada untuk menegakkan diagnosis
F84.5 SINDROM ASPERGER
Diagnosis ditentukan oleh kombinasi antara :
Tidak adanya hambatan/keterlambatan umum dalam perkembangan
berbahasa atau perkembangan kognitif yang secara klinis jelas seperti
pada autisme
Adanya defisiensi kualitatif dalam fungsi interaksi sosial yang timbal-
balik
Adanya pola perilaku,perhatian dan aktivitas yang terbatas,berulang dan
stereotipik
GANGGUAN PERILAKU DAN EMOSIONAL
F90. GANGGUAN HIPERAKITIVITAS
60
1. GANGGUAN HIPERAKTIFITAS DEFISIT PERHATIAN
a. DEFINISI
Hyperaktif / ADHD (Attention Deficit Hyperactive Disorders)
suatu peningkatan aktifitas motorik hingga pada tingkatan tertentu
yang menyebabkan gangguan perilaku yang terjadi, setidaknya pada
dua tempat dan suasana yang berbeda. Aktifitas anak yang tidak lazim
dan cenderung berlebihan yang ditandai dengan gangguan perasaan
gelisah, selalu menggerak-gerakkan jari-jari tangan, kaki, pensil, tidak
dapat duduk dengan tenang dan selalu meninggalkan tempat
duduknya meskipun pada saat dimana dia seharusnya duduk degan
tenang. Terminologi lain yang dipakai mencakup beberapa kelainan
perilaku meliputi : perasaan yang meletup-letup, aktifitas yang
berlebihan, suka membuat keributan, membangkang dan destruktif
yang menetap.
b. EPIDEMIOLOGI
Gangguan hiperaktif merupakan salah satu kelainan yang sering
dijumpai pada gangguan perilaku pada anak. Angka kejadian kelainan
ini adalah sekitar 3 – 10%, di Ameriksa serikat sekitar 3-7%
sedangkan di negara Jerman, Kanada dan Selandia Baru sekitar 5-
10%. Terdapat kecenderungan lebih sering pada anak laki-laki
dibandingkan anak perempuan. Secara epidemiologis rasio kejadian
dengan perbandingan 4 : 1.
c. ETIOLOGI
Penyebab pasti dan patologi ADHD masih belum terungkap secara
jelas. Seperti halnya gangguan autism, ADHD merupakan statu
kelainan yang bersifat multi faktorial. Banyak faktor yang dianggap
sebagai peneyebab gangguan ini, diantaranya adalah faktor genetik
(memegang peranan penting), perkembangan otak saat kehamilan,
perkembangan otak saat perinatal, tingkat kecerdasan (IQ), terjadinya
61
disfungsi metabolisme, ketidak teraturan hormonal, lingkungan fisik,
sosial dan pola pengasuhan anak oleh orang tua, guru dan orang-orang
yang berpengaruh di sekitarnya.
Faktor Resiko
- Selama periode kehamilan, disfungsi SSP disebabkan oleh
gangguan metabolik, genetik, infeksi, intoksikasi, obat-obatan
terlarang, perokok, alkohol dan faktor psikogenik. Penyakit
diabetes dan penyakit preeklamsia juga harus dicermati.
- Pada masa persalinan, disebabkan oleh: prematuritas, post date,
hambatan persalinan, induksi persalinan, kelainan letak
(presentasi bayi), efek samping terapi, depresi sistem immun dan
trauma saat kelahiran normal.
- Sedangkan periode kanak-kanak harus dicermati gangguan
saluran cerna kronis, infeksi, trauma, terapi medikasi, keracunan,
gangguan metabolik, gangguan vaskuler, faktor kejiwaan,
keganasan dan terjadinya kejang. Riwayat kecelakaan hingga
harus dirawat di rumah sakit,kekerasan secara fisik, verbal, emosi
atau merasa diterlantarkan. Trauma yang serius, menerima
perlakuan kasar atau merasa kehilangan sesuatu selama masa
kanak-kanak, tidak sadar diri atau pingsan.
d. MANIFESTASI KLINIS
Untuk dapat disebut memiliki gangguan ADHD, harus ada tiga gejala
utama yang nampak dalam perilaku seorang anak, yaitu inatensi,
hiperaktif, dan impulsif.
1) Inatensi atau pemusatan perhatian yang kurang dapat
dilihat dari kegagalan seorang anak dalam memberikan perhatian
secara utuh terhadap sesuatu. Anak tidak mampu
mempertahankan konsentrasinya terhadap sesuatu, sehingga
62
mudah sekali beralih perhatian dari satu hal ke hal yang lain.
2) Gejala hiperaktif dilihat dari perilaku anak yang tidak bisa
diam. Duduk dengan tenang merupakan sesuatu yang sulit
dilakukan. Ia akan bangkit dan berlari-lari, berjalan ke sana
kemari, bahkan memanjat-manjat. Di samping itu, ia cenderung
banyak bicara dan menimbulkan suara berisik.
3) Gejala impulsif ditandai dengan kesulitan anak untuk
menunda respon. Ada semacam dorongan untuk
mengatakan/melakukan sesuatu yang tidak terkendali. Dorongan
tersebut mendesak untuk diekspresikan dengan segera dan tanpa
pertimbangan. Contoh nyata dari gejala impulsif adalah perilaku
tidak sabar. Anak tidak akan sabar untuk menunggu orang
menyelesaikan pembicaraan. Anak akan menyela pembicaraan
atau buru-buru menjawab sebelum pertanyaan selesai diajukan.
Anak juga tidak bisa untuk menunggu giliran, seperti antri
misalnya. Sisi lain dari impulsivitas adalah anak berpotensi tinggi
untuk melakukan aktivitas yang membahayakan, baik bagi dirinya
sendiri maupun orang lain.
Selain ketiga gejala di atas (inatensif, hiperaktif dan impulsif),
untuk dapat diberikan diagnosis hiperaktif masih ada beberapa
syarat lain. Gangguan di atas sudah menetap minimal 6 bulan, dan
terjadi sebelum anak berusia 7 tahun. Gejala-gejala tersebut
muncul setidaknya dalam 2 situasi, misalnya di rumah dan di
sekolah.
Gejala yang harus lebih dicermati pada usia bayi adalah bayi yang
sangat sensitive terhadap suara dan cahaya, menangis, menjerit,
sulit untuk diam, waktu tidur sangat kurang dan sering terbangun,
kolik, sulit makan atau minum susu baik ASI atau susu botol.,
tidak bisa ditenangkan atau digendong, menolak untuk disayang,
berlebihan air liur, kadang seperti kehausan sering minta minum,
63
Head banging (membenturkan kepala, memukul kepala,
menjatuhkan kepala kebelakang) dan sering marah berlebihan.
Keluhan orang tua/guru
Kesulitan belajar
Malas, bodoh
Tidak bisa diam
Nakal
e. DIAGNOSIS
Diagnosa hiperaktifitas tidak dapat dibuat hanya berdasarkan
informasi sepihak dari orang tua penderita saja tetapi setidaknya
informasi dari sekolah, serta penderita harus dilakukan pemeriksaan
meskipun saat pemeriksaan penderita tidak menunjukkan tanda-tanda
hiperaktif, dengan mempertimbangkan situasi dan kondisi saat
pemeriksaan dan kemungkinan hal lain yang mungkin mejadi pemicu
terjadinya hiperaktifitas. Pada beberapa kasus bahkan membutuhkan
pemeriksaan psikometrik dan evaluasi pendidikan. Hingga saat ini
belum ada suatu standard pemeriksaan fisik dan psikologis untuk
hiperaktifitas. Ini berarti pemeriksaan klinis haruslah dilakukan
dengan sangat teliti meskipun belum ditemukan hubungan yang jelas
antara jenis pemeriksaan yang dilakukan dengan proses terjadinya
hiperaktifitas. Beragam kuesioner dapat disusun untuk membantu
mendiagnosa, namun yang terpenting adalah perhatian yang besar dan
pemeriksaan yang terus-menerus, karena tidak mungkin diagnosa
ditegakkan hanya dalam satu kali pemeriksaan.
Untuk mendiagnosis ADHD digunakan kriteria DSM IV yang juga
digunakan, harus terdapat 3 gejala : Hiperaktif, masalah perhatian dan
masalah konduksi.
KRITERIA A MASING-MASING (1) ATAU (2)
(1) Enam atau lebih gejala dari kurang perhatian atau konsentrasi
64
yang tampak paling sedikit 6 bulan terakhir pada tingkat maladaptive
dan tidak konsisten dalam perkembangan.
INATTENTION
a. Sering gagal dalam memberi perhatian secara erat secara jelas
atau membuat kesalahan yang tidak terkontrol dalam sekolah,
bekerja, dan aktifitas lainnya.
b. Sering mengalami kesulitan menjaga perhatian / konsentrasi
dalam menerima tugas atau aktifitas bermain.
c. Sering kelihatan tidak mendengarkan ketika berbicara secara
langsung
- Menyelesaikan pekerjaan rumah
- Pekerjaan atau tugas
- Mengerjakan perkerjaan rumah (bukan karena perilaku
melawan)
- Gagal untuk mengerti perintah
d. Sering kesulitan mengatur tugas dan kegiatan.
e. Sering menghindar, tidak senang atau enggan mengerjakan tugas
yang membutuhkan usaha (seperti pekerjaan sekolah atau
perkerjaan rumah).
f. Sering kehilangan suatu yang dibutuhkan untuk tugas atau
kegiatan ( permainan, tugas sekolah, pensil, buku dan alat sekolah
lainnya )).
g. Sering mudah mengalihkan perhatian dari rangsangan dari luar
yang tidak berkaitan.
h. Sering melupakan tugas atau kegiatan segari-hari.
(2) Enam atau lebih gejala dari hiperaktivitas/impulsifitas yang
menetap dalam 6 bulan terakhir.
HIPERAKTIFITAS
a. Sering merasa gelisah tampak pada tangan, kaki dan menggeliat
65
dalam tempat duduk.
b. Sering meninggalkan tempat duduk dalam kelas atau situasi lain
yang mengharuskan tetap duduk.
c. Sering berlari dari sesuatu atau memanjat secara berlebihan dalam
situasi yang tidak seharusnya (pada dewasa atau remaja biasanya
terbatas dalam keadaan perasaan tertentu atau kelelahan ).
d. Sering kesulitan bermain atau sulit mengisi waktu luangnya
dengan tenang.
e. Sering berperilaku seperti mengendarai motor.
f. Sering berbicara berlebihan.
IMPULSIF
a. Sering mengeluarkan perkataan tanpa berpikir, menjawab
pertanyaan sebelum pertanyaannya selesai.
b. Sering sulit menunggu giliran atau antrian.
c. Sering menyela atau memaksakan terhadap orang lain (misalnya
dalam percakapan atau permainan).
KRITERIA B : Gejala hiperaktif-impulsif yang disebabkan gangguan
sebelum usia 7 tahun.
KRITERIA C : Beberapa gangguan yang menimbulkan gejala tampak
dalam sedikitnya 2 atau lebih situasi ( misalnya di kelas, di
permainan atau di rumah).
KRITERIA D : Harus terdapat pengalaman manifestasi bermakna
secara jelas mengganggu kehidupan sosial, akademik, atau
pekerjaan).
KRITERIA E : Gejala tidak terjadi sendiri selama perjalanan penyakit
dari Pervasive Developmental Disorder, Schizophrenia, atau
gangguan psikotik dan dari gangguan mental lainnya (Gangguian
Perasaan, Gangguan kecemasan, Gangguan Disosiatif atau gangguan
kepribadian).
66
f. PENATALAKSANAAN
1) Terapi medikasi atau farmakologi penanganan
dengan menggunakan obat-obatan. Terapi ini hendaknya
hanya sebagai penunjang dan sebagai kontrol terhadap
kemungkinan timbulnya impuls-impuls hiperaktif yang
tidak terkendali. Sebelum digunakannya obat-obat ini,
diagnosa ADHD haruslah ditegakkan lebih dulu dan
pendekatan terapi okupasi lainnya secara simultan juga
harus dilaksanakan, sebab bila penanganan hanya
diutamakan obat maka tidak akan efektif secara jangka
panjang.
2) Terapi nutrisi dan diet diantaranya adalah
keseimbangan diet karbohidrat, penanganan gangguan
pencernaan (Intestinal Permeability or “Leaky Gut
Syndrome”), penanganan alergi makanan atau reaksi
simpang makanan lainnya. Suatu substansi asam amino
(protein), L-Tyrosine, telah diuji-cobakan dengan hasil
yang cukup memuaskan pada beberapa kasus, karena
kemampuan L-Tyrosine mampu mensitesa
(memproduksi) norepinephrin (neurotransmitter) yang
juga dapat ditingkatkan produksinya dengan
menggunakan golongan amphetamine
Terapi yang diterapkan terhadap penderita ADHD haruslah
bersifat holistik dan menyeluruh. Penanganan ini hendaknya
melibatkan multi disiplin ilmu yang dilakukan antara dokter,
orangtua, guru dan lingkungan yang berpengaruh terhadap
penderita secara bersama-sama. Penanganan ideal harus
dilakukan terapi stimulasi dan terapi perilaku secara terpadu
guna menjamin keberhasilan terapi.
3) Terapi okupasi untuk mengatasi gejala gangguan
67
perkembangan dan perilaku Ada beberapa terapi okupasi
untuk memperbaiki gangguan perkembangan dan
perilaku pada anak yang mulai dikenalkan oleh beberapa
ahli perkembangan dan perilaku anak di dunia,
diantaranya adalah sensory Integration (AYRES),
snoezelen, neurodevelopment Treatment (BOBATH),
modifukasi Perilaku, terapi bermain dan terapi okupasi
lainnya.
4) Terapi modifikasi perilaku harus melalui
pendekatan perilaku secara langsung, dengan lebih
memfokuskan pada perunahan secara spesifik.
Pendekatan ini cukup berhasil dalam mengajarkan
perilaku yang diinginkan, berupa interaksi sosial, bahasa
dan perawatan diri sendiri. Selain itu juga akan
mengurangi perilaku yang tidak diinginkan, seperti
agrsif, emosi labil, self injury dan sebagainya.
Modifikasi perilaku, merupakan pola penanganan yang
paling efektif dengan pendekatan positif dan dapat
menghindarkan anak dari perasaan frustrasi, marah, dan
berkecil hati menjadi suatu perasaan yang penuh percaya
diri.
Terapi bermain sangat penting untuk mengembangkan
ketrampilan, kemampuan gerak, minat dan terbiasa
dalam suasana kompetitif dan kooperatif dalam
melakukan kegiatan kelompok. Bermain juga dapat
dipakai untuk sarana persiapan untuk beraktifitas dan
bekerja saat usia dewasa. Terapi bermain digunakan
sebagai sarana pengobatan atau terapitik dimana sarana
tersebut dipakai untuk mencapai aktifitas baru dan
ketrampilan sesuai dengan kebutuhan terapi.
68
F91 GANGGUAN TINGKAH LAKU
Menurut PPDGJ III pedoman diagnostik untuk gangguan tingkah laku ( F-
91 ):
1. Gangguan tingkah laku berciri khas dengan adanya pola tingkah laku
dissosial, agresif atau menentang yang berulang dan menetap.
2. Penilaian tentang adanya gangguan tingkah laku perlu memperhitungkan
tingkat perkembangan anak. Tempertantrum merupkan gejala normal
pada perkembangan anak berusia 3 tahun, dan adanya gejala ini bukan
merupakan dasar bagi diagnosis ini. Begitu pula pelanggaran terhadap
hak orang lain (seperti tindak pidana dengan kekerasan) tidak termasuk
kemampuan anak berusia 7 tahun dan dengan demikian bukan merupakan
kriteria diagnostik bagi anak kelompok usia tersebut.
3. Diagnosis ini tidak dianjurkan kecuali tingkah laku seperti yang diuraikan
di atas berlanjut selama 6 bulan atau lebih.
Gejala Klinis:
1. Perkelahian atau menggertak pada tingkat berlebihan
2. Kejam terhadap hewan atau sesama manusia
3. Pengerusakan yang hebat atas barang milik orang lain
4. Membakar
5. Pencurian
6. Pendustaan berulang-ulang
7. Membolos dari sekolah dan lari dari rumah
8. Sering meluapkan tempertantrum yang hebat dan tidak biasa
9. Perilaku provokatif yang menyimpang
10. Sikap menentang yang berat dan menetap
DIAGNOSA BANDING (3)
1. Gangguan emosional pada kanak-kanak
69
2. Gangguan kebiasaan
TERAPI (2)
Penanganan kenakalan remaja memang sukar, karena sangat kompleks dan dapat
meliputi pendekatan somatik, psikologik dan sosial .
Obat psikotropik dapat membantu dalam mengawasi perilaku agresif individual,
terutama bila terdapat kerusakan otak. Psikoterapi sangat sukar dalam hal ini.
Lebih baik bila dilakukan terapi keluarga.
PROGNOSA(2)
Prognosa dari kenakalan remaja atau gangguan perilaku remaja tergantung pada
lamanya gangguan dan lingkungan sosial remaja itu serta adanya keinginan dari
diri remaja tersebut untuk memperjuangkan masa depannya.
F95 GANGGUAN TIC
DEFINISI
Merupakan suatu pergerakan repetitif involunter terutama yang
melibatkan kepala dan leher. Tic sering muncul pada anak berusia 5-10 tahun.
Anak-laki-laki tiga kali lebih sering dibandingkan perempuan. Sebanyak 6-12%
diantara anak-anak mengalami Tic
ETIOLOGI
Tidak ada yang tahu secara persis mengapa seorang anak dapat
mengalami Tic. Memang diduga ada bagian otak yang terganggu, terutama di
daerah ganglia basalis, tetapi gangguan ini tidak bisa dideteksi dengan alat yang
canggih sekalipun. Gangguan bahan kimia otak seperti dopamin, serotonin dan
lain-lain juga tidak luput dari pemeriksaan untuk mengetahui penyebab Tic.
Faktor genetik juga berperan. Di dalam keluarga sering beberapa orang yang
mengalami Tic.
Sebagian anak mengalami perburukan gejala setelah infeksi tenggorokan
oleh kuman Streptokokus β hemolitikus grup A. Keadaaan ini disebut PANDAS
(Pediatric Autoimmune Neuropsychiatric Disorders Associated with
Streptococcal Infection) masalah lain adalah Tic sering muncul bersamaan
70
dengan berbagi gangguan lainnya misalnya ADHD, gangguan obsesi kompulsif,
depresi, kecemasan, gangguan kepribadian, mengamuk, perilaku self-injurious,
kesulitan belajar, gangguan tidur dan lain-lain.
Jika Tic ini muncul pada usia dewasa bukan Tic sebenarnya, tetapi lebih
dipengaruhi adanya faktor-faktor pencetus dari lingkungan. Demikian juga
muncul setelah anak mendapat obat tertentu, mengalami cedera kepala, atau
habis mengalami sakit serius. Bukan merupakan Tic sebenarnya
GEJALA
- Tic biasanya mulai muncul sebagai gerakan otot-otot wajah, berupa mata
berkedip-kedip. Mulut melakukan gerakan mencucu (monyong) ke depan
atau menyeringai. Kepala seperti tersentak-sentak atau mengangguk-
angguk, atau gerakan mengangkat bahu berkali-kali
- Gerakan yang terjadi pada Tic ini biasanya terjadi berulang-ulang. Pada
anak-anak gerakan tersebut bisa ditahan, tetapi usaha menahan tersebut
justru membuat anak justru sering membuat anak menjadi stres, bila
akhirnya gerakan tersebut muncul lagi, anak justru merasa lega. Tic juga
dapat muncul waktu tidur, walau ringan sekali.
- Tic yang terbatas pada sebagian otot wajah disebut Tic simpel. Lebih sulit
lagi, gerakan bisa berubah menjadi gerakan yang lebih kompleks (Tic
kompleks) berupa bertambahnya frekuensi, dan bertambah beratnya
gerakan. Bisa juga anak melengkungkan tubuhnya ke belakang.
- Tic sering juga dapat muncul berupa batuk dehem-dehem. Diobati dengan
obat batuk tidak sembuh.
- Pada sebagian anak-anak akan disusul munculnya Tic suara, berupa suara
menggeram yang berasal dari tenggorok, batuk, bersin atau menyalak.
Yang paling berat adalah bahwa 8% diantara anak-anak tersebut
mengalami kaprolalia. Kaprolalia berarti anak mengeluarkan makian
bahas kotor dan jorok tanpa dapat ditahan
- Sindrom Tourette, adalah Tic berupa gerakan ditambah Tic suara. Ciri
71
sindrom ini adalah :
Gejala Tic dengan gerakan yang bermacam-macam ditambah Tic
suara pada saat bersaam selalu berurutan
Tic harus terjadi beberapa kali sehari, biasanya dalam beberapa
rentetan seranga per hari dan menetap selama minimal satu tahun,
tanpa periode bebas Tic lebih dari 3 bulan berturut-turut
Mulainya Tic pada anak umur kurang dari 18 tahun
Gejala Tic bukan disebabkan obat-obatan
PENGOBATAN
Tic berupa gerakan ringa tidak memerlukan terapi, karena sebagian besar
akan hilang dalam 12 bulan. Tetapi kalau gerakannya mengganggu rasa percaya
diri anak dan mengganggu kehidupannya harus mendapatkan obat. Demikian
pula dengan Sindrom Tourette. Teknik terapi perilaku sudah banyak dicoba tetapi
tidak ada yang berhasil
F98 GANGGUAN PERILAKU DAN EMOSIONAL LAINNYA DENGAN
ONSET BIASANYA PADA MASA KANAK DAN REMAJA
Enuresis
Definisi
Suatu keadaan tidak dapat menahan kencing sesudah umur 3-4 tahun tanpa
gangguan organik.Enuresis nokturna terjadi pada malam hari dan enuresis diurna
pada siang hari.
Epidemiologi
Prevalensi pada usia 5 tahun adalah 7% untuk laki-laki dan 3% untuk wanita.Pada
usia 10 tahun adalah 3% untuk laki-laki dan 2% untuk wanita. Dan pada usia 18
tahun adalah 1% untuk laki-laki dan sangat jarang pada wanita.
72
Manifestasi Klinik
Enuresis ini dapat dibagi menjadi tipe menetap (primer),dimana pada malam hari
anak tidak pernah kering (selalu mengompol) dan tipe regresif (sekunder),dimana
anak yang telah dapat mengendalikan untuk sekurang-kurangnya 1 tahun mulai
ngompol lagi.Sekitar 75% dari semua anak yang enuretik adalah enuresis
primer.Namun lebih dari 50% dari anak usia sekolah akhir yang enuretik
menderita enuresis sekunder.Enuresis tetap pada malam hari sering akibat
pelatihan untuk buang air tidak tepat atau tidak memadai.Orang tua yang
menuntut secara paksa anak dilatih buang air segera dapat menimbulkan respon
marah;anak secara tidak sadar menentangnya dengan mengompol.Sebaliknya
orang tua yang tidak cukup dekat pada kebutuhan anak untuk memberi dukungan
secara tepat latihan buang air,dapat mengurangi upaya untuk menahan
kencing.Stres sosial seperti kepadatan penghuni yang berlebihan kadang
dihubungkan dengan ngompol Enuresis juga terkait dengan
imigrasi,ketidakberuntungan sosioekonomi,dan kondisi psikopatologi keluarga.
Tipe ngompol regresif dipercepat oleh peristiwa-peristiwa lingkungan yang penuh
tekanan,seperti pindah ke rumah baru,konflik perkawinan,kelahiran saudara
kandung atau kematian dalam keluarga.Ngompol yang seperti ini adalah
intermitten dan sementara;prognosisnya lebih baik dan penatalaksanaanya lebih
mudah daripada ngompol primer.
Penelitian terbaru memberi kesan bahwa enuresis menggambarkan perkembangan
imatur.Banyak anak yang enuresis ternyata mempunyai kapasita kandung kemih
yang kurang,mungkin karena latihan yang tidak adekuat dan predisposisi
genetik.Faktor lingkungan memberi stres tambahan.
Pada kedua tipe ngompol,kondisi patologi organik dapat ditemukan hanya pada
sejumlah kasus yang sangat kecil.Namun ada kenaikan yang nyata infeksi saluran
kencing pada anak yang enuretik.Pemeriksaan fisik dan analisis urin
terindikasi,namun prosedur seperti urografi dan sitoskopi biasanya tidak
dibenarkan dan tidak harus dilakukan kecuali kalau ada beberapa indikasi lesi
organik.
73
Penanganan
Bagaiman sikap kita terhadap anak dengan enuresis
1. Mencari faktor irganik,misalnya iritasi lokal:balanitis,fimosis,sistitis atau
anomali SSP seperti spina bifida.Atau adanya irritable bladder yang
biasanya familial
2. Mencari gangguan emosional,misalnya keadaan di rumah atau di sekolah
yang tidak memuaskan sehingga menimbulkan ketegangan.
Berikut ini adalah beberapa saran umum :
1. Penting untuk membantu kerja sama anak untuk mengatasi
masalahnya.Pemberian imbalan pada anak yang tidak mengompol pada
malam hari,hadiah kecil dapat diberikan.Hadiah yang lebih besar harus
diberikan untuk keberhasilan yang semakin meningkat
2. Anak yang lebih tua diharapkan untuk mencuci seprei dan piamanya
sendiri yang dikotori.
3. Setelah makan malam,anak tidak tidak boleh diberi makanan cair
4. Sebelum tidur,anak harus buang air
5. Membangunkan anak secara berulang untuk mengantarkannya ke kamar
mandi adalah berguna hanya pada beberapa anak dan lebih lanjut dapat
menimbulkan dan membangkitkan amarah pada anak atau orang tua.
6. Hukuman atau penghinaan terhadap anak oleh orang tua atau orang lain
harus benar-benar dihindari.
Penggunaan alat-alat pembantu (misalnya ,alarm yang berbunyi apabila ank
membasahi sprei ) biasanya tidak perlu dan harus dicadangkan untuk kasus-kasus
menetap dan refrakter dimana rasa harga diri anak terkikis secara
serius.Persetujuan anak untuk penggunaan alat tersebut merupakan syarat
mutlak.Selain itu juga bisa diberikan imipramin (tofranil 25mg/24 jam sebelum
waktu tidur).Ada yang mengatakan obat ini untuk meninggikan tonus
sfingter,tetapi menurut pediatri yang lain,obat ini cepat membuat anak masuk ke
dalam tingkat tidur lebih dalam sehingga ia tidak sempat ngompol,karena
74
ngompol biasanya terjadi pada waktu tingkat tidur ringan.Di samping ini tentu
juga dicari sumber ketegangan dan diusahakan untuk menghilangkannya bila ada.
Enkopresis
Definisi
Adalah lewatnya tinja pada tempat yang tidak semestinya pada setiap usia (2-3
tahun) setelah kontrol usus seharusnya telah mapan.Gangguan organik jarang
ditemukan.Enkopresis menunjukkan gangguan emosi yang lebih serius daripada
ngompol dan sering terkait dengan amarah.
Epidemiologi
Gangguan ini terutama pada laki-laki mengenai sedikit lebih dari 1% anak usia
sekolah.Gangguan ini lebih lazim ditemukan pada anak dari latar belakang
sosioekonomi rendah.
Etiologi
- Adanya gangguan organik atau retardasi mental
- Latihan yang salah : ibu yang tergesa-gesa melatih anaknya sebelum
waktu (sebelum umur 1tahun seorang anak memang belum dapat
mengontrol sfingternya),sehingga anak menjadi bingung dan takut.Atau
anak itu kurang diperhatikan sehingga juga kurang dilatih.
- Adanya gangguan emosional,misalnya rasa iri hati terhadap adik yang
baru lahir.
Manifestasi Klinik
Pengotoran kronis dapat berlangsung lama dari masa bayi (primer) dan
selanjutnya atau dapat muncul sebagai fenomena regresif (sekunder).Kelainan ini
sering terkait dengan konstipasi kronis,tinja keras,dan mencret terus menrus (pada
sekitar 2/3 kasus) dan dapat memperburuk ke megacolon psikogenik.Enkopresis
biasanya menggambarkan amarah dan tantangan yang tidak disadari pada
anak,dan orang tua dapat merespon dengan pembalasan,tindakan
75
hukuman.Kinerja sekolah dan kehadiran mungkin terpengaruh karena anak
menjadi sasaran cemoohan dan ejekan teman sekolahnya akibat bau yang
menusuk hidung.
Tindakan sejenis dengan tindakan yang digunakan untuk penanganan enuresis
mungkin berguna,namun sifat gejala tertentu dan cacat sering kali memerlukan
intervensi psikoterapik pada anak dan keluarga.Penanganan enkopresis sekunder
dapat dipermudah dengan penggunaan minyak mineral yang tepat dan diet serat
yang tinggi.Meringankan konstipasi dan mengambil tinja yang keras
menghasilkan perbaikan yang berarti pada sekitar 3/4 dari semua kasus.Duduk
pada toilet 10-15 menit setiap selesai makan sering diperlukan.Hadiah untuk yang
taat harus diberikan.
Enkopresis primer lebih sulit ditangani.Pada mulanya enema mungkin diperlukan
untuk mengosongkan kolon.Namun penggunaan enema dan obat pencahar
(laksatif) yang lama harus dihindari.Umpan balik biologis,yang digunakan untuk
melatih otot sfingter ani,telah membantu.Anak didorong untuk menggunakan
kamar mandi pada saat-saat tertentu dan diberi hadiah yang
Sesuai.Jika anak tidak mengeluarkan sejumlah bahan tinja yang layak,mungkin
diperlukan supositoria gliserin.Perlu pemeriksaan pakaian anak yang tidak
memalukan di akhir hari.Hadiah diberikan bagi yang tidak mengotori
ringan,konsekuensi tanpa pendapat digunakan bagi yang kotor .Angka respon
terapetik dikatakan menjadi 80-90%.
Pika
Gangguan makanan ini melibatkan penelanan berulang atau kronis bahan bukan
nutrien,yang meliputi plester,arang,tanah liat,wool,abu,cat,dan tanah.Umur
mulainya biasanya pada umur 1-2 tahun,tetapi mungkin lebih awal.Pika biasanya
berhenti pada masa anak-anak,tetapi dapat berlanjut sampai pada masa remaja dan
dewasa.Retardasi mental dan tiadanya perawatan orang tua (psikologis dan
nutrisi) merupakan faktor predisposisi.Meskipun pengecapan (rasa) dan
pengunyahan obyek adalah normal pada bayi dan anak yang baru belajar
jalan,pika setelah umur tahun kedua memerlukan pemeriksaan.Sering ada gejala
76
disorganisasi keluarga,pengawasan yang jelek dan pengabaian akan kasih
sayang.Pika muncul lebih menonjol pada kelas sosioekonomi lebih rendah.Anak-
anak dengan pika menambah resiko keracuna timah dan infeksi parasit.Diagnosis
banding meliputi autisme,skizofrenia,dan gangguan fisik tertentu seperti sindrom
Kleine-Levin.
PEMERIKSAAN PSIKIATRI PADA ANAK DAN BAYI
1. Data identifikasi
Klinisis mengidentifikasi pasien dan tetap mengingat ikatan keluarga di
sekeliling anak. Klinisi juga harus memperhatikan sumber rujukan karena
hal ini mempengaruhi sikap keluarga terhadap evaluasi dan akhirnya
banyak yang ikut memberi informasi mengenai anak dalam evaluasi ini.
2. Anamnesis
Keluhan utama dan riwayat penyakit sekarang dari anak dan
orang tua
Riwayat perkembangan anak dari orang tua
Riwayat medis dan psikiatrik, hasil pemeriksaan fisik terkini, dan
riwayat imunisasi dari dokter dan psikiater yang pernah
menangani
Hubungan dengan teman sebaya dan penyesuaian dengan sekolah
Riwayat sosial dan psikiatrik keluarga serta fungsi keluarga
3. Pemeriksaan status mental
Penampilan fisik ukuran anak, kerapihan, keadaan gizi, memar,
lingkar kepala, tanda fisik ansietas, ekspresi wajah, dan sikap
Interaksi orang tua dan anak sikap saat bercakap-cakap dan
nada emosi
Perpisahan dan pertemuan kembali klinisi menilai sikap anak
ketika berpisah dengan orang tua saat wawancara dan sikap mereka
setelah pertemuan kembali
77
Orientasi terhadap waktu, tempat, dan orang menilai adanya
kerusakan organik, intelegensi yang rendah, atau gangguan pikir
Pembicaraan dan bahasa menilai tingkat pembicaraan dan
perolehan bahasa yang sesuai untuk usia anak. Klinisi juga harus
memperhatikan kecepatan bicara anak, irama, latensi untuk
menjawab, spontanitas pembicaraan, intonasi, artikulasi, dan sajak.
Yang dapat ditemukan pada keadaan psikiatrik adalah ekolalia
(kalimat stereotipis yang berulang) dan kata yang tidak biasa
Mood dilihat dari ekspresi anak dan pengungkapan verbal
perasaan
Afek menilai ekspresivitas emosi anak, kesesuaian afek dengan
isi pikir, kemampuan untuk bergerak dengan halus dari satu afek
ke afek lain, dan pergeseran emosional yang labil
Proses dan isi pikir evaluasi bentuk pikir meliputi asosiasi
longgar, pikiran magis yang berlebihan, preserverasi, ekolalia,
kemampuan anak untuk membedakan khayalan dan kenyataan,
kalimat koheren, dan kemampuan untuk memberi alasan yang
logis. Evaluasi isi pikir meliputi waham, obsesi, tema, rasa takut,
keinginan, preokupasi, dan minat. Gagasan untuk bunuh diri,
pikiran agresif dan gagasan untuk membunuh juga harus dikaji
Keterkaitan sosial menilai respon anak terhadap pewawancara,
derajat keakraban, dan penarikan diri yang dilakukan
Perilaku motorikm aktivitas anak sesuai dengan usia
Kognisi menilai fungsi intelektual anak
Memori anak usia sekolah harus dapat mengingat 3 objek
setelah 5 menit dan mengulangi 5 angka ke depan dan ke belakang
Daya nilai pandangan, reaksi, dan kemungkinan penyelesaian
masalah
4. Pengkajian neuropsikiatrik untuk menilai gangguan neurologis
5. Uji perkembangan, psikologis , dan pendidikan
78
a. Uji perkembangan untuk bayi dan anak prasekolah
b. Uji intelegensi untuk usia sekolah dan remaja tes IQ, rata-rata
100
i. IQ 70 – 80 fungsi intelektual ambang
ii. IQ 80 – 90 rendah
iii. IQ 90 – 109 rata-rata
iv. IQ 110 – 119 rata-rata tinggi
v. IQ >120 superior
c. Uji persepsi dan motorik persepsi
d. Uji kepribadian
e. Uji pendidikan uji pencapaian untuk mengukur perolehan
pengetahuan dan keterampilan dalam kurikulum akademik tertentu
79