Upload
eyunitadewi87120688
View
83
Download
2
Embed Size (px)
Citation preview
BAB I
LATAR BELAKANG
1.1 Gambaran Umum Desa Secara Geografis
1.1.1 Situasi Keadaan Umum
Desa Tanjung Pasir terletak di utara dari Kecamatan Teluk Naga, Kabupaten
Tangerang, Provinsi Banten yang merupakan daerah pesisir pantai dan
mempunyai luas wilayah ± 23.816 hektar dan merupakan daerah dataran rendah
dengan ketinggian satu meter dari permukaan laut dengan suhu udara 300-370C.
Luas wilayah terdiri dari sawah seluas 1.296.539 hektar, daratan seluas ±
1.085.060 hektar.
Batas-batas wilayah Desa Tanjung Pasir seperti yang terlihat pada gambar
1.1 adalah sebagai berikut :
a. Sebelah utara berbatasan dengan Laut Jawa/DKI Jakarta
b. Sebelah barat berbatasan dengan Desa Kali Baru Kecamatan Pakuhaji
c. Sebelah timur berbatasan dengan Kecamatan Kosambi
d. Sebelah selatan berbatasan dengan Kota Tangerang/Bandara Soeta
Gambar 1.1 Peta Batas Wilayah Desa Tanjung Pasir
1
Jarak Desa Tanjung Pasir kurang lebih 29 km dari kota Tangerang atau
kurang lebih 25 km dari pintu keluar M-1 (west gate) Bandara Soekarno Hatta
melalui jalan Marsekal Surya Darma (Jalan Selapanjang). Transportasi untuk
mencapai wilayah Desa Tanjung Pasir sebagian besar dapat ditempuh dengan
angkutan umum baik sepeda motor maupun mobil. Namun demikian, sebagian
kecil wilayah hanya dapat ditempuh dengan berjalan kaki. Perbaikan sistem
transportasi seperti perbaikan jalan dan penyediaan sarana angkutan umum akan
mempermudah akses masyarakat ke tempat pelayanan kesehatan.Jarak tempuh
dari pusat pemerintahan Desa Tanjung Pasir dalam melaksanakan hubungan dan
komunikasi kerja dengan pemerintah di atasnya secara berjenjang sebagai berikut:
a. Dengan kantor kecamatan berjarak : 12 km
b. Dengan ibukota kabupaten berjarak : 54 km
c. Dengan ibukota provinsi berjarak : 72 km
Suasana sebelum memasuki Desa Tanjung Pasir melewati daerah
Kampung Melayu Teluk Naga, selepas pasar maju sekitar 200 meter mengambil
arah kanan. Setelah itu akan melewati Desa Tegal Angus sebelum sampai ke Desa
Tanjung Pasir. Kondisi fisik jalan menuju Desa Tanjung pasir dari arah Bandara
Soekarno Hatta maupun ke arah Tanjung Burung sudah menggunakan aspal
namun berlubang.
Di desa Tanjung Pasir ini terdapat pelayanan kesehatan seperti Posyandu,
Poskesdes, beberapa bidan dan Puskesmas yang terletak di desa Tegal Angus.
Posyandu di Tanjung Pasir berjumlah sembilan dengan jadwal kegiatan sebulan
sekali. Satu buah Poskesdes terletak di dalam area TNI Angkatan Laut dengan
jadwal kegiatan dua kali dalam seminggu. Masyarakat Tanjung Pasir juga
memiliki pelayanan kesehatan berupa Puskesmas di wilayah Tegal Angus yang
berjarak sekitar 7 km yang dapat ditempuh dengan kendaraan roda dua atau roda
empat. Di Puskesmas terdapat 2 dokter umum, 2 dokter gigi dan 6 bidan desa.
Desa Tanjung Pasir memiliki dua musim yaitu musim penghujan dan
kemarau. Angin bertiup dari arah barat atau barat daya dengan kecepatan
2
15km/jam dengan curah hujan rata-rata 26,4 mm/tahun. (Puskesmas Tegal
Angus,2011)
1.2 Gambaran Umum Desa Secara Demografi
1.2.1 Situasi Kependudukan
Desa Tanjung Pasir terdiri dari enam kepala dusun, 14 Rukun Warga (RW),
dan 34 Rukun Tetangga (RT) yang dapat dilihat pada gambar 1.2. Berdasarkan
data Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2011 jumlah penduduk di wilayah Desa
Tanjung Pasir adalah 49.344 jiwa terdiri dari 24.601 jiwa laki-laki dan 24.743
jiwa perempuan.
Gambar 1.2 Peta Desa Tanjung Pasir
Dilihat dari berbagai aspek, maka Desa Tanjung Pasir berbatasan langsung
dengan kota Jakarta atau administratif Kepulauan Seribu yang mempunyai fungsi
sebagai penyangga dari berbagai aspek kehidupan, yang tentunya sangat
mempengaruhi berbagai pembangunan dan sebagai alat dari perkembangan
teknologi, transformasi dan telekomunikasi yang semakin luas dengan jumlah
penduduk sebesar 49.344 jiwa serta didukung dari sarana dan prasana pendidikan
dari tingkat TK sampai dengan tingkat SLTP/MTs (Puskesmas Tegal Angus,
2011).
3
1.2.2 Pendidikan
Tingkat pendidikan masyarakat sangat berperan dalam membentuk sikap
dan perilaku masyarakat terhadap program kesehatan sehingga pendidikan sangat
berperan dalam pembangunan kesehatan.
Prasarana pendidikan di Desa Tanjung Pasir adalah sebagai berikut:
a. TK ( Taman Kanak-Kanak)
Jumlah Sekolah : 6 buah
Jumlah Murid : 164 orang
Jumlah Guru : 6 orang
b. SD (Sekolah Dasar) Negeri/ Madrasah Ibtidaiyah
Jumlah Sekolah : 22 buah
Jumlah Murid : 6.612 orang
Jumlah Guru : 132 orang
c. SLTP (Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama) Negeri/Madrasah Tsanawiyah
Jumlah Sekolah : 6 buah
Jumlah Murid : 1.576 orang
Jumlah Guru : 48 orang
d. SLTA / SMUN ( Sekolah Mengah Umum ) Negeri
Jumlah Sekolah : 2 buah
Jumlah Murid : 346 orang
Jumlah Guru : 30 orang
Jumlah Penduduk menurut pendidikan berdasarkan data yang tercatat di
Desa Tanjung Pasir adalah sebagai berikut (Puskesmas Tegal Angus, 2011) :
a. Tamat akademi/sederajat : 45 orang
b. Tamat perguruan Tinggi/sederajat : 521 orang
c. Buta huruf : 498 orang
1.2.3 Keadaan Sosial Ekonomi
Secara umum penduduk Desa Tanjung Pasir belum berkembang secara
ekonomi. Keadaan ekonomi erat kaitannya dengan sumber mata pencaharian
penduduk, dari jumlah penduduk 10.225 jiwa yang usia pekerjaan dan pencari
4
kerja diperkirakan sebanyak 2.039 jiwa. Mata pencaharian penduduk didominasi
oleh nelayan, petani, pedagang dan buruh dengan pendapatan yang tidak tetap.
Mayoritas penduduk berprofesi sebagai nelayan dikarenakan bertempat tinggal di
wilayah pesisir pantai. Ada beberapa keluarga yang memiliki perahu milik sendiri
namun kebanyakan mereka tidak memiliki perahu sendiri. Bagi keluarga yang
tidak mempunyai perahu sendiri, mereka dapat bekerja dengan pemilik perahu
yang dimiliki oleh warga yang umumnya berasal dari Jakarta. Para nelayan
biasanya berangkat untuk bekerja dimulai sejak subuh dan baru kembali lagi pada
sore harinya bahkan ada pula yang melaut hingga seminggu kemudian
(Puskesmas Tegal Angus, 2011).
Jumlah penduduk menurut mata pencaharian pokok adalah sebagai berikut
(Puskesmas Tegal Angus, 2011) :
1. Nelayan : 2.331 orang
2. Buruh/swasta : 65 orang
3. Pegawai Negeri Sipil (PNS) : 15 orang
4. Pedagang : 1.213 orang
5. Penjahit : 24 orang
6. Tukang Batu : 62 orang
7. Tukang kayu : 42 orang
8. Peternak : 6 orang
9. Pengrajin : 5 orang
10. Montir : 25 orang
11. Dokter/Bidan : 6 orang
12. Supir : 30 orang
13. Pengemudi Becak : 43 orang
14. TNI / POLRI : 6 orang
15. Pengusaha : 8 orang
16. Petani : 176 orang
Sarana perekonomian dan perdagangan di Desa Tanjung pasir antara lain :
1. Koperasi : 1 buah
5
2. Pasar : - buah
3. Warung/kedai : 100 buah
4. Kios Kelontong : 5 buah
5. Bengkel : 8 buah
6. Toko : 20 buah
7. Percetakan/sablon : - buah
8. Material/ toko bangunan: - buah
9. Swalayan : - buah
10. Super Mall : - buah
11. Pegadaian : - buah
12. Bank BRI : - buah
13. Bank Swasta : - buah
14. Pos Giro : - buah
Pendapatan Desa Tanjung Pasir berasal dari jual beli tanah serta urusan
administrasi. Desa Tanjung Pasir tidak mendapatkan pendapatan dari wisata
pantai Tanjung Pasir.
Berdasarkan topografi, Desa Tanjung Pasir adalah kawasan pantai yang
landai sehingga di Desa Tanjung Pasir terdapat tambak yang luasnya mencapai
570 hektar. Walaupun demikian, pada awalnya lahan di Tanjung Pasir tidak cocok
untuk kegiatan budidaya karena kurang baiknya sistem irigasi yang ada. Baru
setelah adanya perbaikan irigasi oleh pemerintah, kegiatan budidaya dapat
berkembang lebih baik. Sedangkan berdasarkan kepemilikan tambak, dari total
luas tambak yang ada di Desa Tanjung Pasir hanya sekitar 20% saja yang dimiliki
oleh penduduk desa setempat, selebihnya merupakan milik orang Jakarta dan
sekitarnya. Komoditas budidaya tambak utama yang ada di Desa Tanjung Pasir
adalah ikan bandeng, mujair dan kakap.
Desa Tanjung pasir juga merupakan daerah pariwisata yang biasanya di
akhir minggu atau hari libur banyak dikunjungi oleh para wisatawan. Tempat
pariwisata yang terdapat di desa Tanjung Pasir adalah taman buaya, resort, serta
wisata pantai Tanjung Pasir. Tempat yang paling banyak dikunjungi biasanya
adalah kawasan pantai. Namun keadaan pantai di Tanjung Pasir tidak terawat
6
dengan baik. Banyak sampah yang tidak terurus dan air pantai yang terlihat
bewarna kecoklatan. Hal ini mungkin dapat juga disebabkan karena masih
banyaknya warga setempat yang membuang sampah rumah tangganya ke pantai.
Selain memancing dan bermain di pantai, Desa Tanjung Pasir juga merupakan
salah satu tempat yang bisa dimanfaatkan untuk para wisatawan menyeberang ke
kawasan Pulau Seribu. (Puskesmas Tegal Angus, 2011)
1.2.4 Keadaan Sosial Budaya
Desa Tanjung Pasir memiliki beberapa suku di dalam masyarakatnya. Suku
tersebut antara lain betawi, melayu dan sisanya adalah pendatang.
Berdasarkan pencatatan yang dilakukan oleh kantor kepala desa setempat,
mayoritas warga desa Tanjung Pasir beragama Islam yaitu 97% dan sisanya
menganut agama Kristen Katolik, Protestan, Hindu dan Budha. Suasana beragama
warga Desa Tanjung Pasir cukup baik, rukun, aman, dan tentram, saling
menghormati, dan tolong menolong (Puskesmas Tegal Angus,2011).
Jumlah penduduk berdasarkan agama adalah sebagai berikut:
a. Islam : 9.594 orang
b. Katolik : 12 orang
c. Protestan : 2 orang
d. Hindu : 56 orang
e. Budha : 51 orang
Sarana peribadatan yang tersedia di Desa Tanjung Pasir adalah sebagai
berikut:
a. Mesjid : 6 unit
b. Musholla : 30 unit
c. Majelis Taklim : 12 unit
d. Gereja : -
e. Pura : -
1.2.5 Transportasi
Sarana transportasi masyarakat Desa Tanjung Pasir dengan menggunakan
angkutan umum, ojek motor, becak serta sepeda (Puskesmas Tegal Angus, 2011).
7
1.2.6 Kesehatan
Upaya Pemerintah Desa Tanjung Pasir dengan Instansi terkait, dalam hal
ini Puskesmas untuk pelayanan kesehatan masyarakat, antara lain :
1. Peningkatan Gizi keluarga
Pemberian Makanan Tambahan (PMT) kepada balita yang ada di setiap
posyandu, pemeriksaan kesehatan kepada ibu hamil.
2. Pencegahan penyakit, Vaksinasi Filariasis (kaki gajah), imunisasi polio bagi
Balita, pemberian vitamin A.
3. Penyuluhan Kesehatan dan Penyakit antara lain Demam Berdarah dengue,
Flu Burung, Chikungunya, dan sejenisnya.
4. Penanganan bagi Balita yang kekurangan Gizi dengan memberikan susu dan
makanan yang bernutrisi
5. Penyuluhan Kesehatan tentang bagaimana menjaga dan memelihara
lingkungan dengan membersihkan rumah masing-masing dan lingkungan
sekitarnya.
6. Pemanfaatan dengan ditanami sayur mayur dan tanaman Obat keluarga
(TOGA), tabulapot dan Tabulakar.
Sebagai penunjang kegiatan tersebut, dibutuhkan sarana kesehatan yang
tersedia di Desa Tanjung Pasir (Puskesmas Tegal Angus, 2011) :
1. Poskesdes : 1 unit
2. Pos KB Keluarga : - unit
3. Posyandu : 6 unit
4. Pos Mandiri : - unit
5. Klinik Bersalin/BKIA : - unit
6. Praktek dokter/Bidan : 4 unit
7. Praktek Bidan : 4 unit
8. Paraji : 4 orang
9. Keluarga Berencana : - orang
a. Jumlah Pos/ Klinik KB : - unit
b. Jumlah Pasangan Usia Subur (PUS) : 334 Pasang
c. Jumlah Akseptor KB :
8
1. Pil : 127 orang
2. IUD : 14 orang
3. Kondom : - orang
4. Suntik : 190 orang
5. Implan : 13 orang
1.2.7 Ketersediaan Jamban
Berdasarkan data yang diperoleh dari Puskesmas Tegal Angus 2011, untuk
ketersediaan jamban di Desa Tanjung Pasir sebagai berikut :
Jumlah Kepala Keluarga yang diperiksa : 550 KK
Jumlah KK yang memiliki : 155 (28,2%) KK
Jumlah KK yang memiliki jamban sehat : 24 (15,5%) KK
1.2.8 Ketersediaan Pekarangan
Desa Tanjung Pasir merupakan sebuah desa nelayan yang ada di wilayah
Banten, di desa ini tanaman yang dapat tumbuh amat terbatas hal ini dikarenakan
kondisi air yang berkadar garam tinggi dan tanah yang mengandung pasir amat
menyulitkan untuk bertanaman sayuran, tanaman obat maupun tanaman buah-
buahan. Mengingat kondisi ini maka Direktorat Budidaya dan Pascapanen
Sayuran dan Tanaman Obat melakukan pengamatan dan menyimpulkan bahwa
warga di Desa Tanjung Pasir melirik pekarangan yang dapat dimanfaatkan dalam
berbudidaya sayuran.
Pada saat ini, desa Tanjung Pasir dijadikan sebagai percontohan dan
pembelajaran agar budidaya sayuran dapat dilakukan juga di tingkat rumah tangga
untuk mengurangi pengeluaran akan kebutuhan pangan namun dapat
meningkatkan pendapatan keluarga (Puskesmas Tegal Angus, 2011).
1.2.9 Ketersediaan Tempat Sampah
Berdasarkan data yang diperoleh dari Puskesmas Tegal Angus 2011, untuk
ketersediaan tempat sampah di Desa Tanjung Pasir sebagai berikut :
Jumlah Kepala Keluarga yang diperiksa : 550 KK
Jumlah KK yang memiliki : 372 (67,6%) KK
9
Jumlah KK yang memiliki yang sehat : 37 (9,9%) KK
Mayoritas warga desa Tanjung Pasir menampung sampah rumah tangga
dalam plastik tanpa penutup, apabila sampah sudah penuh, akan dibuang ke
empang atau tanah kosong disekitar tempat tinggal mereka. Beberapa tahun yang
lalu, Desa Tanjung pasir mendapatkan tempat sampah gratis dari pemerintah yang
diberikan pada masing-masing KK, sehingga pada saat itu, lingkungan menjadi
bersih. Namun, keadan tersebut tidak berlangsung lama, tempat sampah tersebut
banyak yang hilang sehingga warga kembali membuang sampah ke empang dan
tanah kosong. Hal ini dikarenakan oleh kurangnya kesadaran warga untuk
membuang sampah pada tempatnya.
1.3 Gambaran Keluarga Binaan
Gambar 1.3 Denah lokasi keluarga binaan
10
1.3.1 Keluarga Tn. Saprudin
Gambar 1.4 Denah rumah Tn.Saprudin
A. Data Dasar Keluarga Saprudin
Keluarga Tn. Saprudin terdiri atas delapan orang anggota keluarga yang
tinggal dalam satu rumah. Dalam satu rumah terdiri dari kepala keluarga, istri,
anak dan Ibu Tn.Saprudin. Keluarga Tn. Saprudin tinggal di rumah milik sendiri
di RT 05/ RW 01 Kampung Tanjung Pasir, Kecamatan Teluk Naga - Banten. Tn.
Saprudin dan Ny. Junaenah memiliki 6 orang anak. Keempatnya anaknya
perempuan, satu laki-laki dan satu orang meninggal didalam kandungan.
Tabel 1.1 Data Dasar Keluarga Tn. Saprudin
No. Nama Status
Keluarga
Jenis
kelamin
Usia Pendidikan Pekerjaan/
Penghasilan
1. Tn. Saprudin Suami Laki-laki 43 SMA Supir angkot
Rp. > 50.000
11
2. Ny. Junaenah Istri Perempuan 38 SD Ibu rumah tangga
3. Ny. Rumiyah Nenek Perempuan 85 SD Ibu rumah tangga
4. Imas Safitri Anak Perempuan 21 SMA Karyawan
Rp.1.500.000
5. Siti Nuraeni Anak Perempuan 15 SMP Pelajar
6. Dian Anggraini Anak Perempuan 10 SD Pelajar
7. Safira Aulia Anak Perempuan 4,3 TK Pelajar
8. Muhamad Akbar Anak Laki –laki 1,7 Tidak sekolah
B. Bangunan tempat tinggal
Keluarga Tn. Saprudin tinggal di rumah milik sendiri dengan luas
bangunan sekitar 10 x 15 meter dan tidak bertingkat. Dinding rumah terbuat dari
tembok pada seluruh ruangan dan sudah dicat, kecuali dapur. Lantai rumah
beralaskan keramik. Atap rumah keluarga terbuat dari bambu dan susun genteng
tanpa disertai plafon. Ketinggian atap rumahnya ±10 meter.
Rumah Tn. Saprudin terdiri dari 6 ruangan, yang terdiri dari tiga kamar
tidur, dengan luas tiap kamarnya sekitar 3 x 3 meter. Selain itu juga terdapat ruang
tamu yang berukuran 10 x 4 meter, dapur 10 x 6 meter, kamar mandi berukuran
sekitar 2 x 2 meter dan teras berukuran 10 x 2 meter.
Dalam rumah ini sistem ventilasi rumah Tn. Saprudin memenuhi standar
kriteria ventilasi yang baik, karena luas ventilasi rumahnya >10% dari luas lantai
rumah. Ventilasi terdapat di ruang tamu 2, kamar 1, kamar 2, kamar 3, dan dapur.
Kamar mandi keluarga Tn. Saprudin terletak di dekat dapur dan kamar
mandi tersebut tersedia fasilitas jamban (WC) di dalamnya dilengkapi dengan
leher angsa, dilengkapi septic tank dan tertutup jadi WC tersebut berfungsi dengan
baik. Jarak tempat penampungan kotoran dengan sumber air bersih cukup jauh,
yaitu sekitar 15 meter lebih. Kamar mandi tidak terdapat ventilasi dan lantai
kamar mandi terbuat dari semen (plester).
a. Lingkungan Pemukiman
12
Rumah keluarga Tn. Saprudin terletak di lingkungan yang padat, dimana
jarak antar rumah sangat dekat bahkan berdempetan. Keluarga Tn. Saprudin tidak
memiliki pembuangan sampah khusus, mereka membuang sampah di depan
rumahnya melewati jalan raya sedikit, yang apabila sudah terkumpul banyak baru
dibakar, tempat membakarnya di depan rumah yang terhalang jalan raya. Di depan
rumah Tn. Saprudin terdapat genangan air seperti selokan air, ketika hujan
selokan tersebut banyak genangan air dan jentik nyamuk, tetapi Ny. Junaenah
selalu membersihkannya.
Sumber air bersih keluarga Tn. Saprudin berasal dari PAM yang pipanya
terpasang melalui sambungan terminal yang langsung dari pusat dan terdapat
didepan rumahnya. Air PAM ini digunakan untuk konsumsi air minum, memasak,
mandi, dan mencuci. Namun, air PAM tersebut sudah mati sejak 2 bulan yang lalu
secara tiba-tiba, sehingga keluarga tersebut harus membeli air isi ulang untuk
memasak dan minum. Selama air mati mereka mandi menggunakan air sumur
galian yang terdapat di depan rumah kakaknya, yang letaknya rumahnya
berdempetan dengan Tn. Saprudin.
b. Pola Makan
Keluarga Tn. Saprudin makan sebanyak 3 kali dalam sehari. Ny.Junaenah
selaku ibu rumah tangga adalah orang yang bertanggung jawab untuk
menyediakan hidangan. Makanan yang disajikan berupa makanan sederhana
seperti nasi disertai ikan, tahu/tempe, telur dan sayur bayam, kangkung, menu
setiap hari selalu berubah-ubah. Sementara balitanya diberi makan nasi yang
biasa dikonsumsi keluarga dan susu ASI. Keluarga Tn. Saprudin jarang
mengkonsumsi buah-buahan. Keluarga Tn. Saprudin biasa makan di ruang tamu.
Alat makan yang digunakan oleh keluarga ini terbuat dari piring kaca gelas kaca,
serta sendok/ garpu yang terbuat dari logam. Namun biasanya keluarga lebih
sering makan dengan menggunakan tangan. Keluarga ini memasak dengan
menggunakan kompor gas yang menggunakan tabung gas 3 kg. keluarga ini
mengaku suka membeli makanan ke luar jika memiliki uang lebih.
13
c. Riwayat Obstetri dan Pola Asuh Ibu dan Anak
Ny. Junaenah selalu mengikuti program Keluarga Berencana (KB) dari
anak pertama sampai anak terakhir. Program yang diikuti dari anak pertama
sampai ke lima menggunakan alat kontrasepsi suntik, namun setelah lahir anak ke
lima Ny. Junaenah mengkonsumsi alat kontrasepsi pil, tetapi tanpa disadari Ny.
Junaenah kebobolan anak ke enam dan baru menyadari kandungan sudah 6 bulan.
Selama kehamilan Ny. Junaenah selalu memeriksakan kehamilannya di bidan.
Riwayat persalinan dari anak pertama sampai ke lima ditolong dibidan.
Sedangkan anak ke enam di rumah sakit ditolong oleh dokter dan bidan karena
ada masalah di dalam kandungannya. Riwayat imunisasi semua anaknya
dilakukan secara teratur dilakukan di bidan. Ny.Junaenah mengaku semua
anaknya mendapatkan ASI ekslusif dikarenakan anaknya lebih senang minum
susu ASI dibandingkan susu formula.
d. Kebiasaan Berobat
Bila sakit, keluarga Tn. Saprudin biasa berobat ke mantri, Jika tidak
sembuh keluarga Tn. Saprudin berobat ke dokter “goceng”, yang hanya
membayar 5 ribu rupiah. Keluarga ini tidak memiliki asuransi ataupun Jaminan
Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas) untuk berobat.
Tabel 1.2 Faktor Internal dan Eksternal Keluarga Tn. Saprudin
NO. FAKTOR INTERNAL YA/TIDAK KETERANGAN
1. Kebiasaan merokok Ya Tn. Saprudin merokok di
dalam dan di luar rumah,
sebanyak 2 bungkus per
hari
2. Kebiasaan jajan Ya Suka jajan diluar jika
memiliki uang lebih
3. Olahraga Tidak Tidak ada kebiasaan rutin
untuk berolahraga
14
4. Pola pencarian pengobatan Tidak Biasanya berobat ke
Mantri, kalau tidak
sembuh berobat ke dokter
“goceng”
5. Menabung Ya Menabung di Sekolah
anak
NO. FAKTOR EKSTERNAL YA/TIDAK KETERANGAN
1. Bangunan tempat tinggal
10. Ventilasi Ya >10% lebih dari luas
lantai
11. Pencahayaan Ya Baik
12. MCK (WC) Ya Bergabung dengan
kamar mandi
13. Air Bersih Ya Sumur dengan jarak
penampungan limbah
> 10 meter
14. Selokan Ya Terdapat selokan
15. Kandang Tidak Tidak memiliki
hewan peliharaan
16. Pekarangan Ya Tidak terdapat
tumbuhan apapun,
15
yang ada hanya
tempat air PAM
17. Dapur Ya Tidak memiliki
pembuangan asap
dapur
18. Kamar Ya Memiliki 3 kamar
tidur, dengan ukuran
sama 3x3
19. Ruang Tamu Ya Memiliki ruang tamu
yang cukup besar dan
berfungsi sebagai
ruang keluarga
2 Kepadatan penduduk
- Kepadatan rumah Cukup
- Sistem pembuangan
sampah dan limbah
Penampungan
sampah didepan
rumah seberang jalan
raya, setelah
terkumpul sampah
dibakar
- Lantai rumah Keramik
- Dinding rumah Sudah di cat
- Atap rumah Bambu dan tersusun
genteng, tanpa plafon
- Pagar Bambu
3 Pemicu dalam lingkungan rumah
16
- Asap dapur Ada
- Asap rokok Ada
- Debu Ada
1.3.2 Keluarga Tn. Aca
Gambar 1.5 Denah rumah Tuan Acha
A. Data Dasar Keluarga Tn. Acha
Keluarga Tn. Acha terdiri atas sembilan orang anggota keluarga yang
tinggal dalam satu rumah. Keluarga Tn. Acha tinggal di rumah milik sendiri di RT
05/ RW 01 Desa Tanjung Pasir. Tn. Acha dan Ny. Muhimah memiliki lima orang
anak. Ketiga anaknya laki-laki dan dua orang anak perempuan, anak pertama
bernama Dahlia usia 30 tahun seorang janda yang memiliki tiga anak yang
bekerja sebagai pembantu rumah tangga dengan berpenghasilan Rp.600.000 per
bulan. Anak kedua bernama Mukri usia 25 tahun tamatan Sekolah Dasar yang
bekerja sebagai nelayan dengan berpenghasilan tidak tetap setiap harinya,
17
penghasilan berkisar Rp.5.000-50.000 per hari. Mukri menikah dengan Nur dan
memiliki dua orang anak. Anak ketiga bernama Sukrianto berusia 24 tahun,
pendidikan terakhir sekolah menengah pertama yang bekerja sebagai juru masak
disebuah resort tanjung pasir dengan penghasilan Rp 1.250.000,- perbulan. Anak
keempat bernama Komariah, seorang janda berusia delapan belas tahun, memiliki
satu orang anak, pendidikan terakhir sekolah menengah pertama bekerja sebagai
pegawai sablon dengan penghasilan Rp. 1.000.000,- perbulan. Anak kelima
bernama Aldi berusia 14 tahun seorang pelajar sekolah menengah pertama kelas
dua.
Tabel 1.3 Data Dasar Keluarga Tn. Acha
No. Nama Status
keluarga
Jenis
Kelamin
Usia Pendid
ikan
Pekerjaan/
Penghasilan
1. Tn. Acha Kepala
keluarga
Laki-laki 55
Tahun
SD Nelayan
± 5000-50.000/
hari
2. Ny.
muhimah
Istri Perempuan 44 tahun SD Ibu rumah tangga
3. Ny.
Dahlia
Anak Perempuan 30 tahun SD Pembantu rumah
tangga
600.000/ bulan
4. Tn.Mukri Anak Laki-laki 25 tahun SD Nelayan
± 5000-50.000/
hari
18
5. Sukrianto Anak Laki-laki 24 tahun SMP Juru masak
6 Ny.Kom
ariah
Anak perempuan 18 tahun SMP Pegawai
7 Aldi Anak Laki-laki 14 tahun SD Pelajar
B. Bangunan Tempat Tinggal
Keluarga Tn. Acha tinggal di rumah milik sendiri dengan luas bangunan
sekitar 10x10 meter dan tidak bertingkat. Dinding rumah terbuat dari tembok pada
seluruh ruangan dan sudah dicat. Lantai rumah beralaskan keramik. Atap rumah
keluarga terbuat dari genteng dan asbes susun tanpa disertai plafon. Ketinggian
atap rumahnya ±5 meter.
Rumah Tn. Acha terdiri dari delapan ruangan, yang terdiri dari tiga kamar
tidur, dengan luas tiap kamarnya sekitar 3x3 meter, hanya satu kamar berukuran
4x4 meter. Selain itu juga terdapat ruang tamu yang berukuran 7x5 meter, kamar
mandi berukuran sekitar 2x2 meter.
Dalam rumah ini Sistem ventilasi rumah Tn. Acha sudah memenuhi
standar kriteria ventilasi yang baik, karena luas ventilasi rumahnya > 10% dari
luas lantai rumah. Ventilasi terdapat di ruang tamu dua buah jendela depan
dengan ukuran 100 x 60 cm. Pada masing-masing ruang tidur dan dapur terdapat
ventilasi angin maupun jendela kaca.
Kamar mandi keluarga Tn. Acha terletak di dekat dapur dan kamar mandi
tersebut tidak tersedia fasilitas jamban (WC) , sehingga kamar mandi tersebut
19
hanya digunakan untuk mandi dan buang air kecil. Untuk buang air besar,
keluarga Tn.Acha harus berjalan ke jamban umum yang berada di pesisir pantai.
a. Lingkungan Pemukiman
Rumah keluarga Tn. Acha terletak di lingkungan yang tidak terlalu padat.
Keluarga Tn. Acha tidak memiliki pembuangan sampah khusus, mereka
membuang sampah di dapur berupa kantong plastik tanpa penutup yang apabila
sudah terkumpul banyak baru dibuang ke empang atau ke kebun kosong.. Di
rumah Tn. Acha tidak terdapat pembuangan limbah rumah tangga khusus jadi
membuangnya bercampur dengan pembuangan sampah. Untuk memasak dan
minum, keluarga Tn.Acha membeli air galon isi ulang yang dimasak kembali.
Sedangkan untuk keperluan mencuci dan mandi keluarga Tn.Acha menggunakan
air yang berasal dari sumur galian dirumahnya.
b. Pola Makan
Keluarga Tn.Acha makan sebanyak dua sampai tiga kali dalam sehari.
Ny.Muhimah selaku ibu rumah tangga adalah orang yang bertanggung jawab
untuk menyediakan hidangan. Makanan yang disajikan berupa makanan
sederhana seperti nasi disertai lauk tahu/tempe, dan sayur bayam, kangkung.
Namun, kadang-kadang Ny. Muhimah juga menyajikan ikan. Keluarga Tn. Acha
jarang mengkonsumsi buah-buahan. Keluarga Tn. Acha biasa makan di ruang
tamu. Alat makan yang digunakan oleh keluarga ini terbuat dari piring kaca gelas
kaca, serta sendok/ garpu yang terbuat dari logam. Namun biasanya keluarga lebih
sering makan dengan menggunakan tangan. Keluarga ini memasak dengan
menggunakan kompor gas 3 kg. keluarga ini mengaku jarang membeli makanan
di luar.
c. Riwayat Obstetri dan Pola Asuh Ibu dan Anak
Ny. Muhimah sempat mengikuti program KB (Keluarga berencana)
setelah kelahiran anak pertamanya dengan menggunakan KB suntik tiga bulan.
Selama masa kehamilan, Ny. Muhimah tidak rutin memeriksakan kehamilannya
ke tenaga kesehatan. Riwayat persalinan anak pertama dan kedua ditolong oleh
dukun beranak ditempat tinggal Ny. Muhimah, sedangkan persalinan anak ketiga,
keempat dan kelima ditolong oleh bidan. Riwayat imunisasi kelima anaknya
20
dilakukan secara teratur dan selalu mengikuti kegiatan penimbangan di posyandu
secara rutin. Ny. Muhimah mengaku kelima anaknya tidak mendapatkan ASI
eksklusif dikarenakan menurutnya terbatasnya produksi ASI Ny. Muhimah. Dalam
membuat susu formula baik istri maupun suaminya tidak merebus terlebih dahulu
botol susunya hanya dicuci dengan sabun dan apabila ingin dibuat lagi bekasnya
hanya dikocok dengan air lalu dipakai untuk membuat susu kembali.
d. Kebiasaan Berobat
Bila sakit, keluarga Tn.Acha biasa berobat dengan menggunakan obat
warung, namun bila tidak ada perbaikan keluarga biasanya berobat ke puskemsas
Tegal Angus. Keluarga ini tidak memiliki asuransi ataupun Jaminan Kesehatan
Masyarakat (Jamkesmas) untuk berobat. Dilakukan dua kali pemeriksaan tekanan
darah pada Tn.Acha dan Ny. Muhimah. pada pemeriksaan Tn.Acha didapatkan
hasil 140/70, 140/80 mmHg. Sedangkan hasil yang didapatkan pada pemeriksaan
Ny. Muhimah dalah 160/90 dan 150/90 mmHg.
Tabel 1.4 Faktor internal dan eksternal keluarga Tn. Aca
NO FAKTOR INTERNAL YA/TIDAK KETERANGAN
1 Kebiasaan merokok Ya Tn. Acha dan Tn. Mukri merokok di dalam
dan di luar rumah, masing-masing sebanyak
1-2 bungkus per dua hari
2 Kebiasaan jajan Ya Jarang ( hanya bila tidak ada lauk )
3 Olahraga Ya Tidak ada kebiasaan rutin untuk
berolahraga
4 Pola pencarian
pengobatan
Tidak Biasanya berobat ke puskesmas
5 Menabung Tidak Tidak rutin, tabungan disimpan di rumah
21
NO FAKTOR EKSTERNAL YA/TIDAK KETERANGAN
1 Bangunan tempat tinggal
- Ventilasi Ya >10% dari luas lantai
- Pencahayaan Tidak Kurang
- MCK (WC) Tidak Tidak memiliki jamban
- Air bersih Tidak Sumur ( jarak sumur dengan
penampungan limbah < 10 m)
- Selokan Ya Tidak terdapat selokan
- Kandang Ya Tidak memiliki hewan ternak
- Pekarangan Ya Tidak terdapat tumbuhan
apapun
- Dapur Ya Tidak tersedia sarana
pembuangan asap dapur
- Kamar Ya Tiga kamar tidur, ketiganya
digunakan untuk tidur, dua
kamar tidur berukuran 3 x 3
meter dan satu buah kamar
berukuran 4 x 4 meter
- Ruang Ya Ruang tamu digunakan
22
keluarga sebagai ruang keluarga
2 Kepadatan penduduk
- Kepadatan
rumah
Cukup
- Sistem
pembuangan sampah
dan limbah
Penampungan sampah di
dapur, setelah terkumpul
sampah dibuang ke empang
atau ke kebun kosong
- Lantai rumah Keramik
- Dinding rumah Sudah di cat
- Atap rumah Sebagian genteng dan asbes,
hanya kamar tidur utama yang
memiliki plafon
- Pagar Tidak ada
3 Pemicu dalam lingkungan
rumah
- Asap dapur Ada
- Asap rokok Ada
23
- Debu Ada
1.3.3 Keluarga Ny. Rohiyah
Gambar 1.6 Denah rumah Ny. Rohiyah
A. Data Dasar Keluarga Ny. Rohiyah
Keluarga Ny. Rohiyah terdiri atas Sembilan orang anggota kelurga yang
tinggal dalam satu rumah. Keluarga Ny. Rohiyah tinggal di rumah kepemilikan
sendiri di Desa Tanjung Pasir RT 05/RW 01, Kecamatan Teluk Naga, Kabupaten
Banten. Suami Ny. Rohiyah bernama Tn. Mutalih meninggal delapan tahun yang
lalu akibat penyakit liver. Ny. Rohiyah tinggal bersama tiga orang anak lelakinya,
satu menantunya, dan satu cucu perempuan.
Tabel 1.5 Keluarga Ny. Rohiyah
Nama Status Jenis Usia Pendi Pekerjaan Penghasilan
24
Keluarga Kelamin dikan
Rohiyah Kepala
Keluarga
Perempuan 50 th SD Pedagang
kelontong
Rp. 1000.000
Sarkawi Anak Laki-laki 28 th STM Nelayan,
wiraswasta
steam motor
±Rp.500.000/
bulan
Nanda Istri Perempuan 23 th SMP IRT
Sarnubi Anak Laki-laki 25 th SMP Nelayan,
Wiraswasta
Steam
motor
±Rp.500.000/
bulan
Samadi Anak Laki-laki 20 th SMA Karyawan
swasta
±Rp.200.000/
bulan
Cucu X Cucu Perempuan 10
bln
B. Bangunan Tempat Tinggal
Keluarga Ny. Rohiyah tinggal di rumah milik sendiri dengan luas tanah
sekitar 17 x 20 meter2, luas bangunan 200 meter2 dan tidak bertingkat. Dinding
rumah terbuat dari tembok. Lantai rumah beralaskan keramik. Namun lantai dapur
beralaskan plester. Atap rumah keluarga terbuat dari genteng susun tanpa disertai
plafon sebagai alasnya. Ketinggian atap rumahnya ± 5 meter.
Rumah terdiri dari 10 ruangan, yang diantaranya terdiri dari tiga ruang
kamar tidur, satu ruang dapur, satu ruang kamar keluarga, satu ruang makan, satu
ruang tamu, satu kamar mandi, dan satu aula untuk pengajian. Ruang keluarga
dengan luas 4 x 8 meter, tiga kamar tidur dengan luas masing-masing 2 x 4 meter,
dapur dengan luas 5 x 8 meter, ruang kamar makan 4 x 5 meter, kamar mandi 2 x
25
2 meter, ruang aula 8 x 8 meter, ruang shalat 2 x 4 meter, dan ruang tamu dengan
luas 4 x 5 meter.
Rumah Ny Rohiyah memiliki ventilasi yang baik dan cahaya matahari
pada pagi dan siang hari masuk kedalam rumah sehingga memenuhi standar
kriteria rumah sehat. Setiap kamar tidur mempunyai jendela 1 x 1 meter dan di
ruang tamu terdapat jendela 2 x 2 meter.
Keluarga Ny. Rohiyah memiliki kamar mandi dibelakang rumah yang
beralaskan ubin dengan keadaan yang bersih, layak pakai dan tersedia fasilitas
jamban jongkok. Terdapat dapur yang serta digunakan juga untuk mencuci piring
dan pakaian.
Persediaan air bersih keluarga Ny. Rohiyah menggunakan air PAM
(Perusahaan Air Minum) dan sumur galian yang berada di belakang rumah. Air
yang bersih tersebut digunakan untuk memasak, mandi, mencuci pakaian dan
piring. Jika sedang musim kemarau dan susah air maka kondisi airnya tidak jernih
berwarna merah kecoklatan, sehingga untuk air minum harus beli air bersih
seharga 2000 rupiah satu galon.
Keluarga Ny. Rohiyah mempunyai WC jongkok dengan leher angsa dan
mempunyai septic tank di belakang rumah dengan jarak lebih 10 meter. Saluran
pembuangan air dan limbah dengan pipa-pipa paralon yang menuju empang.
a. Lingkungan Pemukiman
Rumah keluarga Ny. Rohiyah terletak di lingkungan tidak padat. Keluarga
Ny. Rohiyah memiliki pembuangan sampah di depan rumahnya, namun jika
sudah terkumpul sampah dibuang empang dan kebun kosong di jarak ± 50 meter
di depan rumah.. Hal ini dikarenakan tidak tersedianya tempat pembuangan
sampah di sekitar rumah mereka. Bila sampah sudah banyak kemudian sampah
tersebut dibakar. Dahulu ketika sumbangan pemerintah yaitu berupa tempat
sampah, keluarga Ny. Rohiyah membuang sampah di tempatnya, namun beberapa
saat kemudian, ketika tempat sampah tersebut hilang ( akibat dicuri ) maka
Kelurga Ny. Rohiyah kembali membuang di kebun kosong dan empang tersebut.
Apabila hujan atau air laut pasang tempat pembuangan sampah akan tergenang
26
oleh air dan menimbulkan banjir. Pembuangan limbah rumah tangga Ny. Rohiyah
terletak berdekatan dengan pembuangan sampah.
b. Pola Makan
Keluarga Ny. Rohiyah terbiasa makan sebanyak tiga kali dalam sehari
disertai cemilan pagi dan sore. Ny. Rohiyah dan Ny. Nanda selaku ibu rumah
tangga adalah orang yang menyediakan hidangan. Makanan yang disajikan berupa
makanan sederhana seperti nasi disertai lauk tahu, ayam, ikan, dan tahu yang lebih
sering digoreng. Keluarga Ny. Rohiyah sering konsumsi sayur seperti sayur asam,
bayam, dan sup. Kadang Keluarga Ny. Rohiyah buah-buahan biasanya seminggu
dua kali. Keluarga Ny. Rohiyah biasa makan di ruang keluarga. Alat makan yang
digunakan oleh keluarga ini terbuat dari piring kaca dan plastik, gelas kaca dan
plastik, serta sendok/garpu yang terbuat dari logam. Keluarga ini memasak
dengan menggunakan kompor gas yang menggunakan tabung gas 3 kg, namun
terkadang menggunakan 12 kg.
c. Riwayat Obstetri dan Pola Asuh Ibu dan Anak
Ny. Rohiyah melahirkan anak pertama, kedua, dan ketiganya pada usia
kehamilan sembilan bulan. Selama kehamilan , Ny Marni, rutin tiap bulan
memeriksakan kehamilannya ke posyandu. Ny Rohiyah mengaku tidak ada
masalah kesehatan ketika kehamilan ketiga putranya. Marni mengaku selama
kehamilan ini berat badannya naik, tetapi tidak ingat berapa kenaikan berat
badannya.
Ny.Rohiyah mengaku memberikan ASI eksklusif dan ASI diberikan pada
anaknya yang pertam, kedua, dan ketiganya hingga berumur 2 tahun. Makanan
pendamping ASI (MPASI diberikan saat sang anak berusia 7-8 bulan, yaitu bubur
bayi. Imunisasi diberikan lengkap di posyandu..
d. Kebiasaan Berobat
Jika sakit keluarga Ny. Rohiyah berobat ke dokter di sekitar lingkungan
rumah dengan biaya berobat 5000 rupiah sekali berobat termasuk obat. Namun,
Keluarga Ny. Rohiyah suka membeli obat warung bila terkadang muncul nyeri
kepala, atau penyakit mag.
27
Ny. Rohiyah mengaku dirinya dan keluarga tidak mempunyai riwayat
penyakit yang berat. Dilakukan pemeriksaan tekanan darah dan didapatkan
tekanan darah Ny. Rohiyah, ditemukan tekanan darahnya 150/90 mmHg.
Tabel 1.6. Faktor Internal dan Eksternal Keluarga Ny. Rohiyah
NO FAKTOR INTERNAL YA/TIDAK KETERANGAN
1 Kebiasaan merokok Ya Anak pertama dan kedua merokok di
dalam rumah.
2 Kebiasaan jajan Ya Biasanya jajan di warung sendiri atau
buat cemilan sendiri seperti pisang
goreng.
3 Olahraga Ya Tidak ada kebiasaan rutin untuk
berolahraga. Tetapi biasany berjalan 1
jam sehari.
4 Pola pencarian
pengobatan
Ya Biasanya berobat ke dokter di sekitar
rumah
5 Menabung Ya Keluarga Ny. Rohiyah menabung di
bank.
28
NO FAKTOR EKSTERNAL YA/TIDAK KETERANGAN
1 Bangunan tempat tinggal
- Ventilasi Ya > 10% dari luas lantai
- Pencahayaan Ya Cukup
- MCK (WC) Ya BAB di Jamban sendiri
- Air bersih Ya Air berasal dari PAM dan
sumur galian
- Selokan Tidak Terdapat selokan yang
mengalir ke laut
- Kandang Tidak Tidak punya binatang
peliharaan
- Pekarangan Ya Di depan rumah ada
warung, pohon lahan, dan
tempat usaha cuci motor
steam. Di belakang rumah
ada area untuk manaruh
kebutuhan nelayannya.
- Dapur Ya Asap dapur keluar lewat
pintu belakang rumah.
- Kamar Ya
- Ruang
keluarga
Ya
2 Kepadatan penduduk
- Kepadatan rumah Tidak padat
29
- Sistem pembuangan
sampah dan limbah
Penampungan sampah di
kebun kosong dan
empang depan rumah,
setelah terkumpul sampah
dibakar
- Lantai rumah Ubin
- Dinding rumah Tembok dan sudah di cat
- Atap rumah Genteng dan diplafon
- Pagar Tidak ada pagar
3 Pemicu dalam lingkungan
rumah
- Asap dapur Ada
- Asap rokok Ada
- Debu Ada
1.3.4 Keluarga Tn. Hanafi
30
Gambar 1.7 Denah Rumah Tn. Hanafi
A. Data Dasar Keluarga Tn. Hanafi
Keluarga Tn. Hanafi terdiri atas tiga orang anggota keluarga yang tinggal
dalam satu rumah. Keluarga Tn. Hanafi tinggal di rumah milik orang tuanya yang
disekat menjadi dua di RT 05/ RW 01 Kampung Tanjung Pasir. Tn. Hanafi dan
Ny. Marwah memiliki satu orang anak. Anak pertama perempuan bernama Siti
Soleha usia 1,5 tahun. Saat ini Tn. Hanafi berusia 28 tahun dan bekerja sebagai
Nelayan dengan penghasilan yang tidak menentu biasanya pendapatan diperoleh
Rp. 10.000- 50.000 perhari. Ny. Marwah saat ini berusia 18 tahun dan sehari-
harinya menjadi ibu rumah tangga.
Tabel 1.7 Data Dasar Keluarga Tn. Hanafi
No. Nama Status
keluarga
Jenis
Kelamin
Usia Pendidika
n
Pekerjaan/
Penghasilan
1. Tn. Hanafi Kepala
keluarga
Laki-laki 28 Tahun SD Nelayan
±Rp. 10.000-
Rp. 50.000/
hari
2. Ny. Marwah Isteri Perempuan 18 tahun SD Ibu rumah
31
tangga
3. An. Siti
soleha
Anak ke-1 Perempuan 1,5 tahun - -
B. Bangunan tempat tinggal
Keluarga Tn. Hanafi terdiri atas tiga orang anggota keluarga yang tinggal
dalam satu rumah. Keluarga Tn. Hanafi tinggal di rumah milik orang tuanya yang
disekat menjadi dua di RT 005/ RW 001 Kampung Tanjung Pasir. Tn. Hanafi dan
Ny. Marwah memiliki satu orang anak. Anak pertama perempuan bernama Siti
Soleha usia 1,5 tahun. Saat ini Tn. Hanafi berusia 28 tahun dan bekerja sebagai
Nelayan dengan penghasilan yang tidak menentu biasanya pendapatan diperoleh
Rp. 10.000 – Rp 50.000 per hari.
Keluarga Tn. Hanafi tinggal di tinggal di rumah milik orang tuanya yang
disekat menjadi dua, dengan luas bangunan sekitar 12x5 meter dan tidak
bertingkat. Dinding rumah terbuat dari tembok pada seluruh ruangan dan ada yang
sudah dicat dan ada yang belum dicat. Lantai rumah beralaskan semen (plester).
Atap rumah keluarga terbuat dari genteng tanpa disertai plafon. Ketinggian atap
rumahnya ±6 meter.
Rumah Tn. Hanafi memiliki satu ruang tamu yang di jadikan satu dengan
dapur. Satu kamar tidur yang berukuran 2,5x2,5 meter satu ruang TV berukuran
3x3, dan satu kamar mandi berukuran 3x4 tanpa jamban
Dalam rumah ini sistem ventilasi rumah Tn. Hanafi belum memenuhi
standar kriteria ventilasi yang baik, karena luas ventilasi rumahnya < 10% dari
luas lantai rumah. Dalam rumah ini tidak terdapat jendela. Ventilasi rumah hanya
terdiri dari lubang berbentuk segiempat berjumlah tiga buah di bagian samping
dinding rumah. Dalam rumah ini tidak terdapat pencahayaan yang cukup hanya
dari lubang-lubang kecil dari atas genteng rumah. Didalam rumah kondisinya
gelap jika pintu rumah ditutup kecuali lampu dinyalakan. Tidak terdapat dapur
dalam rumah. Keluarga Tn. Hanafi jika ingin BAB dan mandi menggunakan
fasilitas jamban (WC ) bersama yang berada di pinggir pantai, jamban tidak
dilengkapi dengan leher angsa, tidak dilengkapi septic tank sehingga
pembuangannya langsung ke laut.
32
a. Lingkungan Pemukiman
Rumah keluarga Tn. Hanafi terletak di lingkungan yang padat, dimana
jarak antar rumah sangat dekat bahkan berdempetan. Keluarga Tn. Hanafi tidak
memiliki pembuangan sampah khusus, mereka membuang sampah langsung ke
laut. Di rumah Tn. Hanafi tidak terdapat pembuangan limbah rumah tangga
khusus jadi membuangnya bercampur dengan pembuangan sampah atau selokan
samping rumah yang tidak mengalir. Di dalam rumah Tn. Hanafi terdapat sumur
galian yang airnya sedikit keruh. Sumber air bersih keluarga Tn. Hanafi berasal
dari PAM yang pipanya terpasang melalui sambungan terminal yang langsung
dari pusat. Air PAM ini digunakan untuk konsumsi air minum, memasak, mandi,
dan mencuci. Namun, air PAM tersebut sering kali mati sehingga keluarga
tersebut harus membeli air isi ulang untuk memasak dan minum, selama air mati
mereka tidak mandi karena keterbatasan pendapatan untuk membeli air dan
kebutuhan sehari-hari. Untuk mencuci ataupun istinja mereka menggunakan air
laut. Jika saat musin kemarau atau persediaan air bersih sedang tidak ada keluarga
Tn. Hanafi menggunakan sumur yang berada dalam rumah tetapi saat ini sama
sekali tidak ada air. Jika ada air, air tersebut kecoklatan, tidak berbau, tidak berasa
dan jernih. Jika ada air di dalam sumur, air tersebut digunakan sementara untuk
buang air besar dan mandi. Hingga tersedia lagi air bersih.
b. Pola Makan
Keluarga Tn. Hanafi makan sebanyak dua kali dalam sehari. Ny.Marwah
selaku ibu rumah tangga adalah orang yang bertanggung jawab untuk
menyediakan hidangan. Makanan yang disajikan berupa makanan sederhana
seperti nasi disertai lauk tahu/tempe, dan sayur bayam, kangkung. Namun,
terkadang Ny. Marwah juga menyajikan telur atau ikan, biasanya seminggu sekali.
Sementara balitanya diberi makan bubur nasi dan susu formula. Keluarga Tn.
Hanafi jarang mengkonsumsi buah-buahan. Keluarga Tn. Hanafi mengkonsumsi
sayur tiga kali dalam seminggu. Keluarga Tn. Hanafi makan di ruang TV. Alat
makan yang digunakan oleh keluarga ini terbuat dari piring kaca gelas kaca, serta
sendok/ garpu yang terbuat dari logam. Namun biasanya keluarga lebih sering
33
makan dengan menggunakan tangan. Keluarga ini memasak dengan menggunakan
kompor semawar di dalam rumah. keluarga ini mengaku jarang membeli makanan
diluar.
c. Riwayat Obstetri dan Pola Asuh Ibu dan Anak
Ny. Marwah selalu mengikuti program Keluarga Berencana (KB). Selama
kehamilan Ny.Marwah selalu memeriksakan kehamilannya di bidan. Riwayat
persalinan anak pertamanya ditolong bidan secara normal. Riwayat imunisasi
anaknya tidak dilakukan secara teratur tetapi selalu mengikuti kegiatan
penimbangan di posyandu secara rutin. Ny. Marwah mengaku anaknya
mendapatkan ASI sampai usia satu tahun.
d. Kebiasaan Berobat
Bila sakit, keluarga Tn. Hanafi biasa berobat dengan bidan setempat,
namun bila tidak ada perbaikan keluarga biasanya berobat ke puskesmas Tegal
Angus. Keluarga ini tidak memiliki asuransi ataupun Jaminan Kesehatan
Masyarakat (Jamkesmas) untuk berobat.
Tabel 1.8 Faktor Internal dan Eksternal Keluarga Tn. Hanafi
NO FAKTOR INTERNAL YA/TIDAK KETERANGAN
1 Kebiasaan merokok Ya Tn. Hanafi merokok
2 Kebiasaan jajan Ya Jarang ( hanya bila tidak ada lauk )
3 Olahraga
Tidak Tidak ada kebiasaan rutin untuk
berolahraga
4 Pola pencarian
pengobatan
Ya Biasanya berobat ke bidan jika tidak ada
perbaikan lalu ke puskesmas
5 Menabung Tidak Tidak rutin, tabungan disimpan di rumah
34
NO FAKTOR EKSTERNAL YA/TIDAK KETERANGAN
1 Bangunan tempat tinggal
- Ventilasi Ya < 10% dari luas lantai
- Pencahayaan Tidak Tidak cukup pencahayaan
- MCK (WC) Tidak Tidak memiliki MCK (WC)
dalam rumah, Menggunakan
jamban bersama di pinggir laut
- Air bersih Ya Sumur ( jarak sumur dengan
penampungan limbah < 10 m)
- Selokan Ya Terdapat selokan pada pinggir
rumah yang tidak mengalir
- Kandang Ya Kandang ayam tidak bersatu
dengan rumah, tetapi
menempel diluar samping
dinding luar rumah
- Pekarangan Tidak Tidak terdapat pekarangan
- Dapur Ya Dapur bergabung dengan ruang
tamu
35
- Kamar Ya Ada satu kamar tidur di dalam
rumah
- Ruang keluarga Tidak Tidak ada ruang keluarga
2 Kepadatan penduduk
- Kepadatan rumah Padat
- Sistem pembuangan
sampah dan limbah
Penampungan sampah di laut
- Lantai rumah Keramik dan sebagian plester
- Dinding rumah Tembok dan sebagian sudah di
cat
- Atap rumah Genteng dan tidak memiliki
plafon,
- Pagar Tidak ada pagar
3 Pemicu dalam lingkungan
rumah
- Asap dapur Tidak memiliki dapur
- Asap rokok Tidak ada
- Debu Ada
36
1.3.5 Keluarga Tn. Musonip
Gambar 1.8 Denah rumah Tn.Musanip
A. Data Dasar Keluarga Tn. Musanip
Keluarga Tn. Musanip terdiri atas empat orang anggota keluarga yang
tinggal dalam satu rumah. Keluarga Tn. Musanip tinggal di rumah milik orang tua
nya yang disekat menjadi dua di RT 05/ RW 01 Kampung Tanjung Pasir. Tn.
Musanip dan Ny. Darsiah memiliki dua orang anak. Anak pertama laki-laki dan
anak kedua perempuan, anak pertama bernama Darmaji usia 8 tahun bersekolah
kelas tiga SD, anak kedua bernama Pinkan berusia 7 bulan. Kedua anaknya
tersebut tinggal satu rumah bersama orang tuanya. Saat ini Tn. Musanip berusia
38 tahun dan bekerja sebagai nelayan dengan penghasilan yang tidak menentu
biasanya pendapatan yang diperoleh Rp 20.000 sampai Rp 50.000 perhari. Ny.
Darsiah sendiri saat ini berusia 36 tahun dan sehari-harinya menjadi ibu rumah
tangga.
Tabel 1.9 Data Dasar Keluarga Tn. Musanip
No. Nama Status
keluarga
Jenis
Kelamin
Usia Pendidikan Pekerjaan/
Penghasilan
1. Tn. Musanip Kepala
keluarga
Laki-laki 38 Tahun SD Nelayan
20.000 s/d
37
50.000/perhari
2. Ny. Darsiah Istri Perempuan 36 tahun SD Ibu rumah
tangga
3. An. Darmaji Anak Laki-laki 8 tahun - Pelajar
4. An. Pinkan Anak Perempuan 7 bulan - -
B. Bangunan tempat tinggal
Keluarga Tn. Musanip tinggal di rumah milik sendiri dengan luas
bangunan sekitar 3 x 12 meter dan tidak bertingkat. Dinding rumah terbuat dari
tembok pada seluruh ruangan dan ada yang sudah dicat dan ada yang belum di cat.
Lantai rumah beralaskan keramik. Atap rumah keluarga terbuat dari genteng tanpa
plafon. Ketinggian atap rumahnya ±6 meter.
Rumah Tn. Musanip tidak memiliki kamar tidur, hanya berupa satu
tempat tidur yang disekat dengan lemari baju sebagai pembatas Selain itu juga
tidak terdapat ruang tamu, tidak terdapat kamar mandi dan tidak terdapat teras
hanya berupa ruangan yang dipakai untuk berbagai fungsi.
Dalam rumah ini sistem ventilasi rumah Tn. Musanip belum memenuhi
standar kriteria ventilasi yang baik, karena luas ventilasi rumahnya < 10% dari
luas lantai rumah. Dalam rumah ini tidak terdapat jendela. Ventilasi rumah hanya
terdiri dari lubang berbentuk segitiga dengan sisi-sisinya berukuran 10 cm
berjumlah tiga buah di bagian samping dinding rumah. Dalam rumah ini tidak
terdapat pencahayaan yang cukup hanya dari lubang-lubang kecil dari atas
genteng rumah. Di dalam rumah kondisinya gelap jika pintu rumah ditutup
kecuali lampu dinyalakan. Tidak terdapat dapur dalam rumah dan tidak terdapat
kamar mandi didalam rumah. Keluarga Tn. Musanip jika ingin BAB dan mandi
menggunakan fasilitas jamban WC bersama yang berada di pinggir pantai, jamban
tidak dilengkapi dengan leher angsa, tidak dilengkapi septic tank sehingga
pembuangannya langsung ke laut.
a. Lingkungan Pemukiman
Rumah keluarga Tn. Musanip terletak di lingkungan yang padat, dimana
jarak antar rumah sangat dekat bahkan berdempetan. Keluarga Tn. Musanip tidak
38
memiliki pembuangan sampah khusus, mereka membuang sampah langsung
kelaut. Di rumah Tn. Musanip tidak terdapat pembuangan limbah rumah tangga
khusus jadi membuangnya bercampur dengan pembuangan sampah atau selokan
samping rumah yang tidak mengalir. Di depan rumah kurang lebih jarak 1 meter
dari rumah Tn.Musanip terdapat sumur galian yang airnya sedikit keruh. Sumber
air bersih keluarga Tn.Musanip berasal dari sumur galian untuk mandi dan
mencuci. Namun, air sumur tersebut tidak jernih sehingga keluarga tersebut harus
membeli air isi ulang untuk memasak dan minum, selama kemarau mereka masih
dapat menggunakan air sumur untuk kebutuhan sehari-hari. Untuk mencuci
ataupun istinja mereka menggunakan air sumur.
b. Pola Makan
Keluarga Tn. Musanip makan sebanyak dua kali dalam sehari. Ny.Darsiah
selaku ibu rumah tangga adalah orang yang bertanggung jawab untuk
menyediakan hidangan. Makanan yang disajikan berupa makanan sederhana
seperti nasi disertai lauk tahu/tempe, dan sayur bayam, kangkung. Namun,
kadang-kadang Ny. Darsiah juga menyajikan telur atau ikan, biasanya seminggu
sekali. Sementara balita nya diberi makan bubur nasi dan susu formula. Keluarga
Tn. Musanip hampir setiap hari mengkonsumsi buah-buahan. Keluarga Tn.
Musanip memakan sayur tiga kali dalam seminggu. Keluarga Tn. Musanip biasa
makan di tengah rumah. Alat makan yang digunakan oleh keluarga ini terbuat dari
piring kaca gelas kaca, serta sendok/ garpu yang terbuat dari logam. Namun
biasanya keluarga lebih sering makan dengan menggunakan tangan. Keluarga ini
memasak dengan menggunakan kompor gas yang menggunakan tabung gas 3 kg
diluar rumah. keluarga ini mengaku jarang membeli makanan diluar.
c. Riwayat Obstetri dan Pola Asuh Ibu dan Anak
Ny. Darsiah selalu mengikuti program Keluarga Berencana (KB). Selama
kehamilan Ny.Darsiah selalu memeriksakan kehamilannya di bidan. Riwayat
persalinan anak pertamanya di rumah sakit umum secara saecar karena
perdarahan dan riwayat persalinan anak kedua ditolong oleh bidan. Riwayat
imunisasi kedua anaknya dilakukan secara teratur dan selalu mengikuti kegiatan
39
penimbangan di posyandu secara rutin. Ny.Darsiah mengaku kedua anaknya tidak
mendapatkan ASI ekslusif dikarenakan menurutnya anaknya lebih senang minum
susu formula. Dalam membuat susu formula baik istri maupun suaminya tidak
merebus terlebih dahulu botol susunya hanya dicuci dengan sabun dan apabila
ingin dibuat lagi bekasnya hanya dikocok dengan air lalu dipakai untuk membuat
susu kembali..
d. Kebiasaan Berobat
Bila sakit, keluarga Tn. Musanip biasa berobat dengan bidan setempat,
namun bila tidak ada perbaikan keluarga biasanya berobat ke puskesmas Tegal
Angus. Keluarga ini tidak memiliki asuransi ataupun Jaminan Kesehatan
Masyarakat (Jamkesmas) untuk berobat.
Tabel 1.10 Faktor internal dan eksternal keluarga Tn. Musanip
NO FAKTOR INTERNAL YA/TIDAK KETERANGAN
1 Kebiasaan merokok Tidak Tn. Musanip tidak merokok
2 Kebiasaan jajan Ya Jarang ( hanya bila tidak ada lauk )
3 Olahraga
Tidak Tidak ada kebiasaan rutin untuk
berolahraga
4 Pola pencarian
pengobatan
Ya Biasanya berobat ke bidan jika tidak ada
perbaikan lalu ke puskesmas
5 Menabung Tidak Tidak rutin, tabungan disimpan di rumah
40
NO FAKTOR EKSTERNAL YA/TIDAK KETERANGAN
1 Bangunan tempat tinggal
C. Ventilasi Ya < 10% dari luas lantai
D. Pencahayaan Tidak Tidak cukup pencahayaan
E. MCK (WC) Tidak Tidak memiliki MCK (WC)
dalam rumah, Menggunakan
jamban bersama di pinggir laut
F. Air bersih Ya Sumur ( jarak sumur 1 meter
dari rumah)
G. Selokan Ya Terdapat selokan pada pinggir
rumah yang tidak mengalir
H. Kandang Ya Kandang ayam tidak bersatu
dengan rumah, tetapi
menempel diluar samping
dinding luar rumah
I. Pekarangan Tidak Tidak terdapat pekarangan
J. Dapur Tidak Tidak ada dapur di dalam
rumah
41
K. Kamar Tidak Tidak ada kamar tidur di dalam
rumah
L. Ruang keluarga Tidak Tidak ada ruang keluarga
2 Kepadatan penduduk
M. Kepadatan rumah Padat
N. Sistem
pembuangan
sampah dan
limbah
Penampungan sampah di laut
O. Lantai rumah Keramik dan sebagian plester
P. Dinding rumah Tembok dan sebagian sudah di
cat
Q. Atap rumah Genteng dan tidak memiliki
plafon,
R. Pagar Tidak ada pagar
3 Pemicu dalam lingkungan
rumah
S. Asap dapur Tidak memiliki dapur
T. Asap rokok Tidak ada
U. Debu Ada
1.4 Metode Delphi
42
Metode Delphi merupakan suatu teknik membuat keputusan yang dibuat
oleh suatu kelompok, dimana anggotanya terdiri dari para ahli atas masalah yang
akan diputuskan. Proses penetapan metode Delphi dimulai dengan identifikasi
masalah yang akan dicari penyelesaiannya (Harold dkk, 1975).
Metode Delphi yang mula-mula dikembanghkan oleh Rand corporation
untuk keperluan militrer, kini banyak digunakan dalam prakiraan teknologi dan
banyak bidang lain ( Maassen dan van vought, 1984); University of Washington,
1985). Tujuan metode Delphi adalah untuk mendapatkan konsensus tentang hal-
hal yang tidak mempunyai kriteria objektif (University of washington;1985; Rchel
et al, 1985). Metode Delphi pada dasarnya merupakan suatu konferensi jarak jauh
dengan menggunakan kuesioner. Menurut Maassen dan Van vaought (1984) hasil
metode delphi lebih teliti dan tingkat konsensus lebih tinggi daripada hasil
pertemuan tatap muka dalam lokakarya. Hal ini disebabkan, karena sementara
dalam lokakarya sebuah minoritas yang dominan dapat mendominasi diskusi dan
hasil diskusi, dalam metode Delphi ketidaksetujuan justru diperhatikan.
Kesulitan dalam metode Delphi ialah mendapatkan pakar/ahli/anggota
panel yang bepengalaman dan menguasai bidang yang diteliti dan memberikan
kesediaan yang serius untuk menjadi anggota panel. Cara pelaksanaan metode
Delphi antara lain sebagai berikut :
1. Memilih anggota tim pemantau yang telah menunjukkan kemampuan
komunuikasi objektif. Dalam hal ini biasa disebut moderator
2. Memilih pakar/ahli/anggota panel. Evaluasi calon pakar/ahli/anggota
panel. Dapat menggunakan analisis stakeholders (stakesholders mapping)
adalah penilaian atas kepentingan (interest), kedekatan kepentingan
(importance) tersebut dengan kepentingan pengambil keputusan atau
pemrakarsa dan substansi kebijakan yang mau dipuituskan,serta tingkat
pengaruhnya (influence) pada proses penyusunan kebijakan. Sehingga
dapat dipilih pakar/ahli/anggota panel yang benar-benar memahami.
3. Menghubungi pakar-pakar yang telah ditentukan dengan melakukan
pendekatan dan memberikan pengertian serta persetujuan untuk
menggunakan metode Delphi.
43
4. Identifikasi, butir-butir, dan susunan kuesioner, untuk mempermudah
dalam penerapan serta pengolahan kuesioner maka kuesioner dapat
menggunakan skala nilai atau dengan menggunakan pilihan.
5. Pengiriman kuesioner, lebih baik moderator memantau langsung
pengisisan kuesioner, sehingga dapat mengarahkan maksud dan tujuan
agar dapat lebih mudah tercapai. Sering kali pengisian kuesioner
dilakukan oleh asisten pakar/ahli/anggota panel dan bisa berbeda-beda
dalam tiap tahapan (kuesioner ke-1, ke-2, ke3) sehingga hasil kuesioner
akan sulit untuk diolah. Pengisian kuesioner membutuhkan waktu yang
cukup lama tergantung jumlah pakar/ahli/anggota panel yang dilibatkan
6. Olah jawaban dan kembangkan kuesioner kedua yang mencakup
masukan /pilihan para anggota panel, permasalahan pada kuesioner
(ketidaksetujuan) lebih baik dituluis dan dikemukakan untuk
menmgembangkan konsensus
7. Pengiriman kuesioner kedua
8. Olah jawaban dan literasi berikutnya jika diperlukan, terus dilakukan
pengiriman kuesioner dan literasi sampai terjadi konsensus.
walaupun terlihat sedikit sulit, tetapi keuntungan dari penggunaaan metode
Delphi ini terletak pada hasilnya uang lebih teliti, sehingga pengolahan
akhirnya lebih mudah. Pengolahannya juga dilakukan secara deskriptif . yang
membuat metode ini masih jarang dilakukan adalah proses yang vdapat
berlangsung berkali-kali manakala tidak terjadi konsensus/kesepakatan.
1.5 Area Masalah
1.5.1 Keluarga Binaan Tn. SaprudinLingkungan
- Kurangnya pengetahuan mengenai asap rokok
- Kurangnya pengetahuan mengenai tekanan darah tinggi
Kesehatan
- Perilaku mengenai membakar sampah di pinggir jalan raya
44
- Perilaku mengenai kebiasaan merokok di dalam rumah
Usulan Area Masalah
- Perilaku mengenai buangan sampah sembarangan
- Pengetahuan tentang bahaya asap rokok
- Pengetahuan tentang hipertensi
1.5.2 Keluarga binaan Tn. acha
Lingkungan
- Pengetahuan mengenai pencahayaan yang baik dalam rumah.
- Kurangnya pengetahuan tentang jamban sehat
- Kurangnya pengetahuan mengenai bahaya asap rokok
- Perilaku mengenai buangan sampah sembarangan di Desa Tanjung
Pasir.
Kesehatan
- Perilaku mengenai kebiasaan membuang sampah di tanah kosong
- Perilaku mengenai kebiasaan merokok didalam rumah
- Kurangnya pengetahuan mengenai tekanan darah tinggi
Usulan Area masalah
- Pengetahuan mengenai kurangnya pencahayaan di dalam rumah
bagi kesehatan
- Perilaku mengenai buangan sampah sembarangan
- Pengetahuan tentang bahaya asap rokok
- Penghetahuan tentang hipertensi
- Kurangnya pengetahuan tempat sampah sehat
- Kurangnya pengetahuan tentang jamban sehat
1.5.3 Keluarga Binaan Ny. Rohiyah
Lingkungan
45
- Kurangnya pencahayaan matahari akibat ditutupnya jendela dengan
korden
- Perilaku mengenai buangan sampah sembarangan
- Terbatasnya penyediaan air bersih
- Banyaknya hewan ternak yang berkeliaran bebas di lingkungan rumah
Kesehatan
- Kebiasaan merokok di dalam rumah
- Kurangnya kesadaran mengenai tekanan darah tinggi
Usulan Area Masalah
- Tekanan darah tinggi pada anggota keluarga
- Kurangnya pengetahuan manfaat kesehatan pencahayaan tentang sinar
matahari
- Hewan ternak yang berkeliaran bebas mengakibatkan kotornya
lingkungan
- Perilaku mengenai buangan sampah sembarangan
- Kurangnya pengetahuan tentang bahaya asap rokok
1.5.4 Keluarga Binaan Tn. Hanafi
Lingkungan
- Pengetahuan mengenai ventilasi yang baik dalam rumah.
- Pengetahuan mengenai pencahayaan yang baik dalam rumah.
- Kurangnya pengetahuan tentang jamban sehat
- Perilaku mengenai buang sampah sembarangan
- Kurangnya pengetahuan mengenai bahaya asap rokok
Kesehatan
- Perilaku mengenai kebiasaan membuang sampah di laut
- Perilaku mengenai kebiasaan merokok didalam rumah
46
Usulan Area Permasalahan
- Pengetahuan mengenai kurangnya ventilasi di dalam rumah bagi
kesehatan
- Perilaku mengenai buangan sampah sembarangan
- Pengetahuan tentang bahaya asap rokok
- Pengatahuan mengenai kurangnya pencahayaan di dalam rumah
bagi kesehatan
- Kurangnya pengetahuan tentang tempat sampah sehat
1. 5.1.5 Keluarga Binaan Tn. Musanip
Lingkungan
Sulitnya warga untuk mendapatkan air bersih
Kurangnya prasarana untuk meningatkan akses pelayanan air bersih
Jarak antar rumah sangat berdempetan
Kurangnya ventilasi di dalam rumah
Tidak terdapatnya jamban di dalam rumah
Tidak terdapatnya pembuangan limbah rumah tangga
Kurangnya pencahayaan yang baik di dalam rumah
Penimbunan sampah disekitar rumah
Kurangnya pengetahuan tentang jamban sehat
Pengetahuan mengenai penampungan dan pengelolaan untuk
sampah di desa tanjung pasir
kebiasaan membuang libah rumah tangga ke dalam selokan
Kebiasaan membuang sampah di laut
Kesehatan
Kurangnya pengetahuan masyarakat akan syarat kualitas air bersih
Kurangnya pengetahuan ibu untuk memberikan ASI eksklusif
Usulan Masalah
Kurangnya aksesibilitas air bersih bagi warga di Desa Tanjung Pasir
47
Kurangnya pengetahuan masyarakat mengenai syarat dari kualitas
air bersih
Kurangnya jumlah air bersih yang dibutuhkan bagi masyarakat
setempat
Pengetahuan mengenai kurangnya ventilasi di dalam rumah bagi
kesehatan
Pengetahuan mengenai pembuangan dan pengelolaan sampah dan
air limbah
Berdasarkan pengamatan dan wawancara kami terhadap kelima keluarga binaan
dapat kami ambil beberapa permasalahan, yaitu :
1 Pengetahuan mengenai kurangnya ventilasi di dalam rumah
bagi kesehatan
2 Perilaku mengenai buang sampah sembarangan
3 Pengetahuan tentang bahaya asap rokok
4 Pengatahuan mengenai kurangnya pencahayaan di dalam
rumah bagi kesehatan
5 Kurangnya pengetahuan tentang jamban sehat
6 Kurangnya kesadaran mengenai penyakit darah tinggi
1.5 Alasan Pemilihan Masalah
Dari sekian masalah yang ada pada keluarga tersebut, kami memutuskan
untuk mengangkat permasalahan “Perilaku Keluarga Binaan dalam
Membuang Sampah Sembarangan di Desa Tanjung Pasir RT 05 RW 01
Kecamatan Teluk Naga Kabupaten Tangerang Provinsi Banten” . Pemilihan
area masalah ini didasarkan atas sebab akibat dari area masalah tersebut, antara
lain :
Sebab :a. Semua anggota keluarga binaan membuang sampah di tanah kosong,
empang dan lautb. Tidak ada fasilitas untuk membuang sampah pada tempatnyac. Kurangnya kesadaran terhadap membuang sampah pada tempatnyad. Kurangnya pengetahuan masyarakat tentang akibat dari membuang
sampah sembarangan
48
e. Berdasarkan data yang diperoleh dari Puskesmas Tegal Angus 2011, untuk ketersediaan jamban di Desa Tanjung Pasir sebagai berikut :
Akibat :a. Banyak timbul penyakit akibat sampah yang menumpuk
b. Timbulnya bencana alam seperti banjir
c. Ekosistem laut terganggu akibat sampah menumpuk di laut
d. Menimbulkan bau yang tidak enak yang mengganggu masyarakat
e. Berdasarkan data yang diperoleh dari Puskesmas Tegal Angus 2011, untuk
ketersediaan tempat sampah di Desa Tanjung Pasir sebagai berikut :
f. Jumlah Kepala Keluarga yang diperiksa : 550 KK
g. Jumlah KK yang memiliki : 372 (67,6%) KK
h. Jumlah KK yang memiliki yang sehat : 37 (9,9%) KK
BAB II
Tinjauan Pustaka
49
2.1 Pengertian Sampah
Sampah padat adalah segala bahan buangan selain kotoran manusia, urin
dan sampah cair. Dapat berupa sampah rumah tangga: sampah dapur, sampah
kebun, plastik, metal, gelas dan lain-lain. Menurut bahannya sampah ini
dikelompokkan menjadi sampah organik dan sampah anorganik. Sampah organik
Merupakan sampah yang berasal dari barang yang mengandung bahan-bahan
organik, seperti sisa-sisa sayuran, hewan, kertas, potongan-potongan kayu dari
peralatan rumah tangga, potongan-potongan ranting, rumput pada waktu
pembersihan kebun dan sebagainya.
Berdasarkan kemampuan diurai oleh alam (biodegradability), maka dapat
dibagi lagi menjadi:
1. Biodegradable: yaitu sampah yang dapat diuraikan secara sempurna oleh
proses biologi baik aerob atau anaerob, seperti: sampah dapur, sisa-sisa
hewan, sampah pertanian dan perkebunan.
2. Non-biodegradable: yaitu sampah yang tidak bisa diuraikan oleh proses
biologi. Dapat dibagi lagi menjadi:
Recyclable: sampah yang dapat diolah dan digunakan kembali karena
memiliki nilai secara ekonomi seperti plastik, kertas, pakaian dan lain-lain.
Non-recyclable: sampah yang tidak memiliki nilai ekonomi dan tidak
dapat diolah atau diubah kembali seperti tetra packs, carbon paper,
thermo coal dan lain-lain. (Isowebs.com, 2011)
2.2. Penyebab Orang Membuang Sampah Sembarangan
Penyebab utama bagaimana perilaku membuang sampah sembarangan ini
bisa terbentuk dan bertahan kuat di dalam perilaku kita adalah:
2.2.1 Kepercayaan Masyarakat Terhadap Perilaku Membuang
Sampah
Kemungkinan di dalam pikiran alam bawah sadar, masyarakat
menganggap bahwa membuang sampah sembarangan ini bukan sesuatu
50
hal yang salah dan wajar untuk dilakukan. Sangatlah mungkin masyarakat
merasa bahwa perilaku membuang sampah sembarangan ini bukan suatu
hal yang salah dan tidak berdosa. (Winny, 2011)
2.2.2. Norma dari Lingkungan Sekitar
Pengaruh lingkungan merupakan suatu faktor besar di dalam
munculnya suatu perilaku. Perilaku membuang sampah sembarangan ini
tentu tidak akan pernah lepas dari pengaruh lingkungan sekitar. Saat ini,
dalam menanggapi masalah pembuangan sampah sembarangan sudah
menjadi pola perilaku di masyarakat yang “biasa” atau legal karena semua
orang melakukannya. Secara tidak sadar maka perilaku membuang sampah
sembarangan akan menjadi suatu bentukan perilaku yang terinternalisasi di
dalam pikiran bahwa membuang sampah sembarangan bukanlah hal yang
salah. Perlu diingat, cara seseorang manusia belajar yang paling mudah
adalah dengan imitasi dan sebagain besar masyarakat belajar suatu
perilaku adalah dengan imitasi. (Winny, 2011)
2.2.3. Perceived Behavior Control
Seseorang akan melakukan suatu tindakan yang dirasa lebih mudah
untuk dilakukannya karena tersedianya sumber daya. Jadi, orang tidak
akan membuang sampah sembarangan bila tersedia banyak tempat sampah
di pinggir jalan. (Winny, 2011 )
2.3 Perilaku Kebiasaan Menbuang Sampah Sembarangan
Beberapa faktor yang membuat orang membuang sampah
sembarangan :
a. Kurangnya pengetahuan
Tidak banyak dari orang Indonesia yang mengetahui tentang
pentingnya untuk tidak membuang sampah sembarangan, sehingga rasa
ketidak pedulianlah yang muncul. Hal ini yang akan membuat mereka
membuang sampah sembarangan tanpa mengerti dampak dan akibat
51
seperti bencana apa yang akan terjadi nanti.
b. Contoh yang buruk
Membuang sampah sembarangan akan menjadi contoh yang buruk
bagi anak-anak. Mereka akan meniru perbuatan tersebut, hingga akhirnya
dewasa dan akan mencontohkannya lagi kepada anak-anak.Terkadang,
beberapa orang enggan membuang sampah sembarangan jika ditempat
tersebut tidak ada orang yang membuang sampah sembarangan.
c. Terlalu sedikitnya tempat sampah yang ada.
Tempat sampah yang mencukupi dan penempatannya tepat dapat
merangsang masyarakat untuk taat membuang sampah yang benar. Karena
melengkapi akses fasilitas.
d. Tidak ada / kurang ketatnya peraturan. (Anjar, 2009)
2.4 Dampak Membuang Sampah Sembarangan
Dampak Terhadap Kesehatan Pembuangan sampah yang tidak terkontrol
dengan baik merupakan tempat yang cocok bagi beberapa organisme dan menarik
bagi berbagai binatang seperti lalat dan anjing yang dapat menimbulkan penyakit :
Penyakit diare, kolera, tifus menyebar dengan cepat karena virus yang
berasal dari sampah dengan pengelolaan tidak tepat dapat bercampur
dengan air minum. Penyakit DBD dapat juga meningkat dengan cepat
di daerah yang pengelolaan sampahnya kurang memadai.
Penyakit jamur dapat juga menyebar (misalnya jamur kulit).
Dampak terhadap sosial ekonomi - Pengelolaan sampah yang kurang
baik dapat membentuk lingkungan yang kurang menyenangkan bagi
masyarakat, bau yang tidak sedap dan pemandangan yang buruk
karena sampah bertebaran dimana – mana.(Vini, 2011)
2.5 Teori perilaku Lawrence green
Lawrence green mencoba menganalisis perilaku manusia dari tingkat
kesehatan. Kesehatan seseorang atau masyarakat dipengaruhi oleh dua faktor
pokok, yaitu faktor perilaku (behavior causes) dan faktor luar lingkungan (non
behavior causes). Selanjutnya perilaku itu sendiri ditentukan atau terbentuk dari 3
faktor.
52
1. Faktor-faktor predisposisi (predisposing factor), merupakan faktor internal
yang ada pada diri individu,keluarga,kelompok, atau masyarakat yang
mempermudah individu untuk berperilaku (Herawani et all, 2001) yang
terwujud dalam pengetahuan, sikap,kepercayaan, keyakinan, nilai-nilai,
dan sebagainya. (Azwar:2003)
2. Faktor-faktor pendukung (enabling factors), yang terwujud dalam
lingkungan fisik, tersedia atau tidak tersedianya fasilitas-fasilitas atau
sarana-sarana kesehatan. (Herawani et all, 2001)
3. Faktor-faktor pendororng (reinforcing factor) merupakan faktor yang
menguatkan perilaku, yang terwujud dalam sikap dan perilaku petugas
kesehatan, teman sebaya, orang tua, yang merupakan kelompok referensi
dari perilaku masyarakat.
L.Green mengemukakan teori yang menggambarkan hubungan pendidikaan
kesehatan dengan faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku kesehatan seperti
pada gambar dibawah ini
Faktor yang mempengaruhi perilaku kesehatan
53
Perilaku kesehatan
Faktor predisposisi
Faktor pendukung
Faktor pendorong
Perilaku
Non perilaku
Masalah Kesehatan
Kualitas Hidup
Non masalah Kesehatan
Disimpulkan bahwa perilaku seseorang atau masyarakat tentang kesehatan
ditentukan oleh pengetahuan, sikap, kepercayaan, tradisi dan sebagainya dari
orang atau masyarakat yang bersangkutan. Disamping itu, ketersediaan fasilitas,
sikap, dan perilaku para petugas kesehatan terhadap kesehatan juga akan
mendukung dan memperkuat terbentuknya perilaku (Notoadmojo,2003)
2.6 Kerangka Teori
Kerangka Teori ( Lawrence-Green)
2.7 Kerangka Konsep
54
PERILAKUPERILAKU
PREDISPOSING FACTORPengetahuanSikap Nilai
ENABELING FACTOR
Fasilitas
REINFORCING FACTOR
Petugas kesehatanPetugas sampahPetugas hukum
2.8 Definisi Operasional
No Variable Definisi Alat
Ukur
Cara
Ukur
Hasil
Ukur
Skala
Variable
dependen
1. Perilaku Perilaku adalah
suatu sikap atau
tindakan segala
sesuatu yang
dilakukan manusia
Wawancara Kuesioner Pengetahuan
baik tentang
buang sampah
pada tempatnya
Ordinal
55
ENABELING FACTOR
ENABELING FACTOR
Perilaku dalam
membuang sampah
Perilaku dalam
membuang sampah
Petugas kesehatan
Petugas kesehatan
FasilitasFasilitas
PREDISPOSING FACTOR
PREDISPOSING FACTOR
PengetahuanPengetahuan
REINFORCING FACTOR
REINFORCING FACTOR
Petugas sampah
Petugas sampah
SikapSikap
baik yang dilakukan
dalam bekerja
maupun diluar
pekerjaan seperti
berbicara, bertukar
pendapat, berjalan,
dan sebagainya.
jika skor ≥ 7
Pengetahuan
buruk, tentang
buang sampah
sembarangan
jika skor < 7
Variable
Independen
2. Pengetahuan
tentang
buang
sampah
Pengetahuan tentang buang sampah adalah ketidak tahuan masyarakat tentang dampak dari buang sampah yang akan merugikan, baik dalam waktu jangka pendek maupun jangka panjang.
Kuesioner Wawancara Baik : buang
sampah pada
tempatnya
Buruk: buang
sampah
sembarangan
bisa dilaut,
empang, tambak
Ordinal
3. Pendidikan Pendidikan adalah proses pengubahan sikap dan perilaku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewaskan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan pendidikan.
wawancara kuesioner 1. SD
2. SMP
3. SMA/
PT
4. Tidak
sekolah
Ordinal
4. Pekerjaan Pekerjaan adalah segala aktivitas yang dilakukan baik sendiri atau organisasi, lembaga
Kuesioner Wawancara 1. Wiraswa
sta
2. Karyaw
an
Ordinal
56
atau jasa. Baik ditempat tertutup, maupun ditempat terbuka. kemudian dari bekerja tersebut memperoleh produk berupa upah dari hasil pekerjaan.
swasta
3. Buruh
4. Nelayan
5. Ibu
Rumah
Tangga
5 Peranan
tenaga
kesehatan/to
koh
masyarakat
terhadap
buang
sampah
sembarangan
Tingkat keaktifan
petugas kesehatan
dalam memberikan
penyuluhan
mengenai buang
sampah
Kuesioner Wawancara -Berperan
-Tidak berperan
Nominal
BAB III
METODE
57
Tujuan umum dari pengumpulan data adalah untuk memecahkan masalah,
langkah langkah yang ditempuh harus relevan dengan masalah yang telah
ditetapkan sebelumnya. Dalam setiap melaksanakan langkah tersebut harus
dilakukan secara objektif dan rasional.
3.1 Populasi Pengumpulan Data
Dalam kegiatan baik yang bersifat ilmiah maupun yang bersifat sosial,
perlu dilakukan pembatasan populasi dan cara pengambilan sampel. Populasi
adalah keseluruhan objek pengumpulan data (Arikunto, 2002). Dalam hal ini yang
menjadi populasi adalah keluarga di Desa Tanjung Pasir, Kecamatan Teluk Naga,
Kabupaten Tangerang, Propinsi Banten.
3.2 Sampel Pengumpulan Data
Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti (Arikunto, 2002).
Dalam hal ini yang menjadi sampel adalah lima keluarga binaan di Desa Tanjung
Pasir, Kecamatan Teluk Naga, Kabupaten Tangerang, Propinsi Banten.
3.3 Jenis dan Sumber data
3.3.1 Jenis data
a. Data primer
Data yang langsung didapatkan dari hasil kuesioner dan cek list semua
anggota warga binaan di Desa Tanjung Pasir, Teluk Naga melalui wawancara
terpimpin dan observasi.
b. Data sekunder
Data yang didapat dari data yang sudah ada di Puskesmas Tegal Angus.
c. Data tersier
Data yang didapat dari buku dan internet.
Untuk mencapai kelengkapan, ketelitian, dan kejelasan data, pencatatan
data harus dilengkapi dengan:
1. Nama pengumpul data.
2. Nama peserta yang datanya diambil.
58
3. Tanggal dan waktu pengumpulan data.
4. Lokasi pengumpulan data.
5. Keterangan-keterangan tambahan data.
Metode pengumpulan data merupakan teknik atau cara yang dilakukan
untuk mengumpulkan data. Metode menunjuk suatu cara sehingga dapat
diperlihatkan penggunaannya melalui angket, wawancara, observasi, tes,
dokumentasi, dan sebagainya.
Berdasarkan uraian–uraian tersebut, maka dipilih instrumen pengumpulan
data berupa wawancara terpimpin dengan menggunakan kuesioner. Dipilihnya
kuesioner ini dikarenakan kuesioner bersifat objektif dan jujur karena berasal dari
sumber data (responden) secara langsung, diharapkan dapat lebih mendengar
tujuan-tujuan, perasaan, pendapat dari responden secara langsung sehingga
tercipta hubungan yang baik antara pewawancara dan responden, selain itu dapat
diterapkan untuk pengumpulan data dalam lingkup yang luas, serta cukup efisien
dalam penggunaan waktu untuk mengumpulkan data. Cara pengumpulan data
melalui pengamatan langsung (observasi) untuk mengetahui dan melihat langsung
kondisi dan keadaan rumah disetiap keluarga.
3.3.2 Sumber Data
Sumber data dalam pengumpulan data ini adalah para responden yaitu
lima keluarga binaan di Desa Tanjung Pasir, Kecamatan Teluk Naga, Kabupaten
Tangerang, Propinsi Banten.
3.4 Penentuan Instrumen Pengumpulan Data
Instrumen pengumpulan data adalah alat bantu yang dipilih dan digunakan
oleh peneliti dalam kegiatan mengumpulkan data agar kegiatan tersebut menjadi
sistematis dan mudah.
Instrumen sebagai alat bantu dalam metode pengumpulan data merupakan
sarana yang dapat diwujudkan berupa benda atau alat, seperti cek list, kuesioner,
perangkat tes, pedoman wawancara, pedoman observasi, skala, kamera foto dan
sebagainya.
59
Instrumen pengumpulan data merupakan suatu yang amat penting dan
strategis kedudukannya di dalam keseluruhan kegiatan pengumpulan data atau
suatu penelitian. Dengan instrumen akan diperoleh data yang merupakan bahan
penting untuk menjawab permasalahan, mencari sesuatu yang akan digunakan
untuk mencapai tujuan dan untuk membuktikan hipotesis.
3.4 Pengumpulan Data
Pengumpulan data merupakan bagian terpenting dalam suatu langkah-
langkah diagnosis komunitas. Untuk mendapatkan data yang diperlukan, maka
digunakan beberapa metode dalam proses pengumpulan data.
3.4.1 Metode Wawancara
Wawancara adalah metode pengambilan data dengan cara menanyakan
sesuatu kepada seseorang responden, caranya adalah dengan bercakap-cakap
secara tatap muka. Pada penelitian ini wawancara akan dilakukan dengan
menggunakan pedoman wawancara Prabowo (1996).
Dalam proses wawancara dengan menggunakan pedoman umum
wawancara ini, interview dilengkapi pedoman wawancara yang sangat umum,
serta mencantumkan isu-isu yang harus diliput tanpa menentukan urutan
pertanyaan, bahkan mungkin tidak terbentuk pertanyaan yang eksplisit (Patton).
Pedoman wawancara digunakan untuk mengingatkan pewawancara
mengenai aspek-aspek apa yang harus dibahas, juga menjadi daftar pengecek
(check list) apakah aspek-aspek relevan tersebut telah dibahas atau ditanyakan.
Dengan pedoman demikian pewawancara harus memikirkan bagaimana
pertanyaan tersebut akan dijabarkan secara konkrit dalam kalimat tanya, sekaligus
menyesuaikan pertanyaan dengan konteks aktual saat wawancara berlangsung
(Patton dalam Poerwandari, 1998). Secara garis besar ada dua macam pedoman
wawancara, yaitu:
1. Pedoman wawasan tidak terstruktur, yaitu pedoman wawancara yang
hanya memuat garis besar yang akan ditanyakan. Tentu saja kreativitas
pewawancara sangat diperlukan, bahkan hasil wawancara dengan jenis
pedoman ini lebih banyak tergantung dari pewawancara. Pewawancaralah
60
sebagai pengemudi jawaban responden. Jenis wawancara ini cocok untuk
penilaian khusus.
2. Pedoman wawancara terstruktur, yaitu pedoman wawancara yang disusun
secara terperinci sehingga menyerupai check-list. Pewawancara tinggal
membubuhkan tanda “check’ pada nomor yang sesuai.
3. Pedoman wawancara yang banyak digunakan adalah bentuk “semi
structured”. Dalam hal ini maka mula-mula pewawancara menanyakan
serentetan pertanyaan yang sudah terstruktur, kemudian satu persatu
diperdalam dalam mengorek keterangan lebih lanjut. Dengan demikian
jawaban yang diperoleh bisa meliputi semua variabel, dengan keterangan
yang lengkap dan mendalam.
Tiga hal yang menjadi kekuatan metode wawancara (Kerlinger (dalam Hasan
2000)):
1. Mampu mendeteksi kadar pengertian subjek terhadap pertanyaan yang
diajukan. Jika mereka tidak mengerti bisa diantisipasi oleh pewawancara
dengan memberikan penjelasan.
2. Fleksibel, pelaksanaanya dapat disesuaikan dengan masing-masing
individu.
3. Menjadi satu-satunya hal yang dapat dilakukan disaat teknik lain sudah
tidak dapat dilakukan.
Disamping kekuatan, metode wawancara juga memiliki kelemahan, yaitu (Yin,
2003) :
1. Rentan terhadap bias yang ditimbulkan oleh kontruksi pertanyaan yang
penyusunannya kurang baik.
2. Rentan terhadap bias yang ditimbulkan oleh respon yang kurang sesuai.
3. Ada kemungkinan subjek hanya memberikan jawaban yang ingin didengar
oleh pewawancara.
3.4.2 Metode Observasi
Disamping wawancara, penelitian ini juga melakukan metode observasi.
observasi adalah pengamatan dan pencatatan secara sistimatik terhadap unsur-
61
unsur yang tampak dalam suatu gejala atau gejala-gejala dalam objek penelitian
(Nawawi & Martini(1991)).
Dalam penelitian ini observasi dibutuhkan untuk dapat memahami proses
terjadinya wawancara dan hasil wawancara dapat dipahami dalam konteksnya.
Observasi yang akan dilakukan adalah observasi terhadap subjek, perilaku subjek
selama wawancara, interaksi subjek dengan peneliti dan hal-hal yang dianggap
relevan sehingga dapat memberikan data tambahan terhadap hasil wawancara.
Tujuan observasi adalah mendeskripsikan cara yang dipelajari, aktivitas-
aktivitas yang berlangsung, orang-orang yang terlibat dalam aktivitas, dan makna
kejadian dilihat dari perspektif mereka yang terlihat dalam kejadian yang diamati
tersebut (Patton (dalam Poerwandari 1998)).
Salah satu hal yang penting, namun sering dilupakan dalam observasi
adalah mengamati hal yang tidak terjadi. Dengan demikian Patton menyatakan
bahwa hasil observasi menjadi data penting karena (Patton (dalam Poerwandari
1998)) :
1. Peneliti akan mendapatkan pemahaman lebih baik tentang konteks dalam
hal yang diteliti atau yang akan terjadi.
2. Observasi memungkinkan peneliti untuk bersikap terbuka, berorientasi
pada penemuan dari pada pembuktian dan mempertahankan pilihan untuk
mendekati masalah secara induktif.
3. Observasi memungkinkan peneliti melihat hal-hal yang oleh subjyek
penelitian sendiri kurang disadari.
4. Observasi memungkinkan peneliti memperoleh data tentang hal-hal yang
karena berbagai sebab tidak diungkapkan oleh subyek penelitian secara
terbuka dalam wawancara.
5. Observasi memungkinkan peneliti merefleksikan dan bersikap introspektif
terhadap penelitian yang dilakukan. Impresi dan perasan pengamatan akan
menjadi bagian dari data yang pada giliranya dapat dimanfaatkan untuk
memahami fenomena yang diteliti.
3.4.2.1 Macam- Macam Observasi
62
3.5.2.1.1 Observasi Partisipatif
Peneliti mengamati apa yang dikerjakan orang, mendengarkan apa yang
diucapkan dan berpartisipasi dalam aktivitas yang diteliti
3.4.2.1.2 Observasi Terus Terang atau Tersamar
Peneliti berterus terang kepada narasumber bahwa ia sedang melakukan
penelitian. Suatu saat peneliti melakukan tidak berterus terang agar dapat
mengetahui informasi yang dirahasiakan narasumber.
3.4.2.1.3 Observasi tak Berstruktur
Dilakukan dengan tidak berstruktur karena fokus penelitian belum jelas.
Apabila masalah sudah jelas, maka dapat dilakukan secara berstruktur dengan
menggunakan pedoman observasi.
3.4.2.1.4 Manfaat Observasi
Menurut Nasution (1988)
1. Peneliti akan mampu memahami konteks data secara menyeluruh.
2. Peneliti akan memperoleh pengalaman langsung.
3. Peneliti dapat melihat hal-hal yang kurang diamati oleh orang lain.
4. Peneliti dapat menemukan hal-hal yang tidak terungkap saat wawancara.
5. Peneliti dapat memperoleh kesan-kesan pribadi terhadap obyek yang
diteliti.
3.4.2.3 Keuntungan Metode Observasi
1. Banyak gejala yang hanya dapat diselidiki dengan observasi, hasilnya
lebih akurat dan sulit dibantah.
2. Banyak obyek yang hanya bersedia diambil datanya hanya dengan
observasi, misalnya terlalu sibuk dan kurang waktu untuk diwawancarai
atau mengisi kuesioner.
3. Kejadian yang serempak dapat diamati dan dicatat serempak pula dengan
memperbanyak observer.
4. Banyak kejadian yang dipandang kecil yang tidak dapat ditangkap oleh
alat pengumpul data yang lain, yang ternyata sangat menentukan hasil
penelitian.
63
3.5.2.4 Kelemahan Metode Observasi
1. Observasi tergantung pada kemampuan pengamatan dan mengingat.
2. Kelemahan-kelemahan pengamat dalam pencatatan.
3. Banyak kejadian dan keadaan objek yang sulit diobservasi, terutama yang
menyangkut kehidupan peribadi yang sangat rahasia.
4. Pengamat sering menjumpai observe yang bertingkah laku baik dan
menyenangkan karena tahu bahwa ia sedang diobservasi.
5. Banyak gejala yang hanya dapat diamati dalam kondisi lingkungan
tertentu, sehingga dapat terjadi gangguan yang menyebabkan observasi
tidak dapat dilakukan.
3.5.3 Metode Angket atau Kuesioner (questionnaire)
Angket atau kuesioner merupakan suatu teknik pengumpulan data secara
tidak langsung (peneliti tidak langsung bertanya jawab dengan responden).
Instrumen atau alat pengumpulan datanya juga disebut angket berisi sejumlah
pertnyaan-pertanyaan yang harus dijawab atau direspon oleh responden.
Responden mempunyai kebiasaan untuk memberikan jawaban atau respon sesuai
dengan persepsinya.
Kuesioner merupakan metode penelitian yang harus dijawab responden
untuk menyatakan pandangannya terhadap suatu persoalan. Sebaiknya pertanyaan
dibuat dengan bahasa sederhana yang mudah dimengerti dan kalimat-kalimat
pendek dengan maksud yang jelas. Penggunaan kuesioner sebagai metode
pengumpulan data terdapat beberapa keuntungan, diantaranya adalah pertanyaan
yang akan diajukan pada responden dapat distandarkan, responden dapat
menjawab kuesioner pada waktu luangnya, pertanyaan yang diajukan dapat
dipikirkan terlebih dahulu sehingga jawabannya dapat dipercaya dibandingkan
dengan jawaban secara lisan, serta pertanyaan yang diajukan akan lebih tepat dan
seragam.
3.5.3.1 Macam – Macam Kuesioner
64
1. Kuesioner tertutup. Setiap pertanyaan telah disertai sejumlah pilihan
jawaban. Responden hanya memilih jawaban yang paling sesuai.
2. Kuesioner terbuka. Dimana tidak terdapat pilihan jawaban sehingga
responden harus memformulasikan jawabannya sendiri.
3. Kuesioner kombinasi terbuka dan tertutup. Dimana pertanyaan tertutup
kemudian disusul dengan pertanyaan terbuka.
4. Kuesioner semi terbuka. Pertanyaan yang jawabannya telah tersusun rapi,
tetapi masih ada kemungkinan tambahan jawaban.
3.5.3.2 Keuntungan Metode Kuesioner
1. Dalam waktu singkat diperoleh banyak keterangan.
2. Pengisiannya dapat dilakukan di tempat, tanpa dipengaruhi oleh orang
lain.
3. Bila lokasi responden jaraknya cukup jauh, metode pengumpulan data
yang paling mudah adalah dengan angket.
4. Pertanyaan-pertanyan yang sudah disiapkan adalah merupakan waktu yang
efisien untuk menjangkau responden dalam jumlah banyak.
5. Dengan angket akan memberi kesempatan mudah pada responden untuk
mendiskusikan dengan temannya apabila menemui pertanyaan yang
sukar dijawab.
6. Dengan angket responden dapat lebih leluasa menjawabnya dimana saja,
kapan saja, tanpa terkesan terpaksa.
3.5.3.3 Kelemahan Metode Kuesioner
1. Tidak dapat memberikan keterangan lebih lanjut karena jawaban terbatas
pada hal-hal yang ditanyakan.
2. Dapat menjawab tidak sesuai dengan keadaan yang sebenarnya jika dia
menghendaki demikian.
3. Jawaban hanya mengungkap keadaan pada saat angket diisi.
4. Apabila penelitian membutuhkan reaksi yang sifatnya spontan dengan
metode ini adalah kurang tepat.
65
5. Metode ini kurang fleksibel, kejadiannya hanya terpancang pada
pertanyaan yang ada.
6. Jawaban yang diberikan oleh responden akan terpengaruh oleh keadaan
global dari pertanyaan. Sangat mungkin jawaban yang sudah diberikan di
atas secara spontan dapat berubah setelah melihat pertanyaan pada nomor
ini.
7. Sulit bagi peneliti untuk mengetahui maksud dari apakah sudah responden
sudah terjawab atau belum.
8. Ada kemungkinan terjadi respons yang salah dari responden. Hal ini
terjadi karena kurang kejelasan pertanyaan atau karena keragu-
rresponden menjawab. Hal-hal yang boleh dan tidak boleh dilakukan
dalam teknik kuesioner.
Tabel 3.1 Daftar Kegiatan Pengumpulan Data
Tanggal Kegiatan
Selasa,
11 September 2012
Rabu,
12 September 2012
Kamis,
13 September 2012
Jumat,
14 September 2012
Sabtu,
15 September 2012
Senin,
17 September 2012
Selasa,
Perkenalan dan sambung rasa dengan kepala keluarga dan anggota keluarga
binaan.
Pengumpulan data dasar masing-masing keluarga binaan.
Observasi rumah keluarga binaan.
Diskusi dengan dokter di Puskesmas Tegal Angus mengenai area
permasalahan diagnosis komunitas. Penentuan area permasalahan “Perilaku
Keluarga Binaan dalam Membuang Sampah Sembarangan di Desa Tanjung
Pasir RT 05 RW 01 Kecamatan Teluk Naga Kabupaten Tangerang Provinsi
Banten”
Pendalaman area permasalahan.
Pengumpulan data dari Puskesmas Tegal Angus yang berhubungan dengan
beberapa masalah yang ditemukan pada keluarga binaan.
Observasi ulang rumah binaan di Desa Tanjung Pasir, Kecamatan Teluk
Naga, Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten.
Dokumentasi di tempat keluarga binaan di Desa Tanjung Pasir, Kecamatan
66
18 September 2012
Rabu,
19 September 2012
Kamis,
20 September 2012
Jumat,
21 September 2012
Sabtu,
22 September 2012
Teluk Naga, Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten.
Melakukan pengumpulan data kembali dari masing-masing keluarga binaan.
Penentuan dan pembuatan instrumen pengumpulan data.
Pengisian kuesioner untuk masing-masing responden.
Pengumpulan data hasil pengisian kuesioner.
Pengolahan data kuesioner.
Analisis data.
Mempresentasikan hasil makalah dan diskusi diagnosis dan intervensi
komunitas.
Revisi makalah yang telah dipresentasikan.
Pengumpualn makalah hasil revisi
3.6 Pengolahan Data dan Analisa Data
Untuk pengolahan data tentang “Perilaku Keluarga Binaan dalam
Membuang Sampah Sembarangan di Desa Tanjung Pasir RT 05 RW 01
Kecamatan Teluk Naga Kabupaten Tangerang Provinsi Banten” digunakan cara
manual dan bantuan software pengolahan data menggunakan Microsoft Word dan
Microsoft Excel. Untuk menganalisa data-data yang sudah didapat adalah dengan
menggunakan analisa univariat.
Analisa univariat adalah analisa yang dilakukan untuk mengenali setiap
variabel dari hasil penelitian. Analisa univariat berfungsi untuk meringkas
kumpulan data sedemikian rupa sehingga kumpulan data tersebut berubah menjadi
informasi yang berguna. Peringkasan tersebut dapat berupa ukuran statistik, tabel,
dan grafik.
Pada diagnosis dan intervensi komunitas ini, variabel yang diukur adalah :
1. Perilaku
2. Sampah
3. Pengetahuan tentang buang sampah
4. Pendidikan
5. Pekerjaan
67
6. Peranan tenaga kesehatan/tokoh masyarakat terhadap buang sampah
sembarangan
BAB IV
HASIL
68
4.1. Karakteristik Responden
Hasil analisis ini disajikan melalui bentuk diagram pie yang diambil dari data dasar karakteristik responden yang terdiri dari 17 orang di Desa Tanjung Pasir RT 05/RW 01 Kecamatan Teluk Naga Kabupaten Tanggerang, Provinsi Banten.
Diagram 4.1. Distribusi Frekuensi Jenis Kelamin Pada Keluarga Binaan RT 05/ RW 01 Desa Tanjung Pasir. Kecamatan Teluk Naga Kabupaten Tangerang, September 2012
Diagram 4.2. Distribusi Frekuensi Usia Pada Keluarga Binaan RT 05/ RW 01 Desa Tanjung Pasir. Kecamatan Teluk Naga Kabupaten Tangerang, September 2012
69
Diagram 4.3. Distribusi Frekuensi Pendidikan Pada Keluarga Binaan RT 05/ RW 01 Desa Tanjung Pasir. Kecamatan Teluk Naga Kabupaten Tangerang, September 2012
4.2. Analisis Univariat
Perilaku buang sampah sembarangan didapatkan dari dimanakah keluarga
binaan membuang sampah, apa yang akan dilakukan pada hasil tumpukan sampah
tersebut. Dari kuesioner didapatkan perilaku membuang sampah pada keluarga
binaan di Desa Tanjung Pasir ditunjukan pada tabel 4.1.
TABEL 4.1 PERILAKU KELUARGA BINAAN DALAM MEMBUANG SAMPAH SEMBARANGAN
Perilaku buang sampah
Keterangan Jumlah keluarga
binaan
%
Baik Skor kuesioner
perilaku < 7
0 0
Buruk Skor kuesioner
perilaku > 7
17 100
Dari tabel 4.1 didapatkan persentase keluarga binaan di pemukiman Desa
Tanjung Pasir Kecamatan Teluk Naga yang memiliki perilaku buruk dalam
membuang sampah yang baik dan benar ( sembarangan ) sebesar 100 %.
70
TABEL 4.2 PEKERJAAN PADA KELUARGA BINAAN DI DESA TANJUNG PASIR
Pekerjaan Jumlah keluarga binaan %
Nelayan 5 29
Wiraswasta 3 18
Buruh 2 12
Ibu Rumah Tangga 6 35
Karyawan Swasta 1 6
Dari tabel 4.2 dapat digambarkan banyaknya keluarga binaan yang bekerja
sebagai ibu rumah tangga.
Diagram 4.4. Distribusi Frekuensi Pekerjaan yang Berhubungan dengan Membuang Sampah Sembarangan pada Keluarga Binaan RT 05/ RW 01 Desa Tanjung Pasir. Kecamatan Teluk Naga Kabupaten Tanggerang, September 2012
Diagram 4.5. Distribusi Frekuensi Peran Pelayanan Kesehatan pada Keluarga Binaan RT 05/ RW 01 Desa Tanjung Pasir. Kecamatan Teluk Naga Kabupaten Tanggerang, September 2012
71
Diagram 4.6. Distribusi Frekuensi Pengetahuan Membuang Sampah Keluarga Binaan RT 05/ RW 01 Desa Tanjung Pasir. Kecamatan Teluk Naga Kabupaten Tanggerang, September 2012
4.3. Rencana Intervensi Pemecahan Masalah
Berdasarkan hasil analisis tabel dan diagram pie diatas masalah perilaku
keluarga binaan dalam membuang sampah sembarangan digunakan fishbone
untuk menentukan rencana intervensi.
72
4.4 Fishbone
(Terlampir)
73
4.5. Intervensi Pemecahan Masalah
Intervensi dapat diartikan sebagai cara atau strategi memberi bantuan
kepada individu, masyarakat dan komunitas. Dalam hal ini menunjukkan kondisi
dimana seseorang dapat berperan sebagaimana seharusnya.
Tujuan intervensi adalah membawa perubahan ke arah yang lebih baik
sehingga tindakan sesuai dengan peran yang di milikinya.
Merujuk dari beberapa akar masalah yang telah di uraikan didapatkan pada
perencanaan intervensi pemecahan masalah, dipilih beberapa akar masalah yang
diprioritaskan untuk dilakukan pemecahan masalah terhadap masalah perilaku
keluarga binaan dalam membuang sampah sembarangan di Desa Tanjung pasir
RT 05 RW, Kecamatan Teluk Naga, Kabupaten Tangerang. Pertimbangannya
adalah intervensi yang berupa tindakan nyata yang mampu dilakukan untuk
memecahkan akar permasalahan. Akar penyebab masalah yang didapatkan adalah
sebagai berikut :
1. Kurangnya jumlah sumber daya manusia dibilang pelayanan
kesehatan
2. Tidak ada TPA yang baik dan layak untuk pembuangan sampah di
lingkungan sekitar
3. Tidak ada keinginan warga untuk menjaga dan memelihara fasilitas
yang ada
4. Kurangnya sumber daya manusia dan bantuan pemerintah dalam
menangani masalah sampah di daerah Tanjung Pasir
Dari akar-akar penyebab masalah di atas, terdapat alternatif pemecahan
masalah sebagai berikut :
1. Leaflet tentang pembuangan sampah yang baik dan benar
2. Poster tentang akibat membuang sampah sembarangan dan larangan untuk
membuang sampah sembarangan
3. Melakukan penyuluhan kepada masyarakat, dengan cara presentasi leaflet
dan poster yang ada dan juga mengundang tokoh masyarakat yang ada.
Materi berisi akibat membuang sampah sembarangan.
4. Melakukan penyuluhan tentang sitem pembuangan sampah yang baik
secara berkala
74
5. Melakukan inspeksi secara berkala, disertai bimbingan kepada masyarakat
untuk menjaga dan merawat lingkungan.
6. Melakukan koordinasi diantara ketua RT dan masyarakat untuk
memasyarakatkan budaya dan perilaku membuang sampah yang baik dan
benar
7. Pengadaan kader kesehatan kesehatan lingkungan di Desa Tanjung Pasir,
Kecamatan Teluk Naga
8. Mengusulkan kepada pemerintah agar memfasilitasi sarana dan prasarana
pembuangan sampah di kampung tanjung pasir, kecamatan teluk naga
Dari beberapa intervensi di atas yang dapat dilakukan intervensi secara
langsung adalah :
1. Leaflet tentang pembuangan samoah yang baik dan benar
2. Poster tentang akibat membuang sampah sembarangan dan larangan untuk
membuang sampah sembarangan
3. Melakukan penyuluhan kepada masyarakat, dengan cara presentasi leaflet
dan poster yang ada dan juga mengundang tokoh masyarakat yang ada.
Materi berisi akibat membuang sampah sembarangan.
4. Melakukan penyuluhan tentang sitem pembuangan sampah yang baik
secara berkala
5. Melakukan koordinasi diantara ketua RT dan masyarakat untuk
memasyarakatkan budaya dan perilaku membuang sampah yang baik dan
benar
75
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
5.1.1. Area Masalah
Berdasarkan pengamatan dan pengumpulan data dari kunjungan ke
keluarga binaan yang bertempat tinggal di Desa Tanjung Pasir RT 05 RW 01
Kecamatan Teluk Naga Kabupaten Tangerang Provinsi Banten, maka dilakukan
diskusi kelompok dan merumuskan serta menetapkan area masalah yaitu
“Masalah Perilaku Keluarga Binaan Dalam Membuang Sampah
Sembarangan di Desa Tanjung Pasir RT 05 RW 01 Kecamatan Teluk Naga,
Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten.”
5.1.2. Akar Penyebab Masalah
1. Tidak ada TPA yang baik dan layak untuk pembuangan sampah di
lingkungan sekitar
2. Kurangnya jumlah sumber daya manusia di bidang pelayanan kesehatan
3. Kurangnya sumber daya manusia dan bantuan pemerintah dalam
menangani masalah sampah di Desa Tanjung Pasir
4. idak ada keinginan warga untuk menjaga dan memelihara fasilitas yang
ada
5.1.3. Alternatif Pemecahan Masalah
1. Pengusulan kepada dinas kebersihan dan pemerintah daerah setempat untuk dibuatkan tempat pembuangan akhir ( TPA ).
2. Mengadakan penyuluhan untuk memberikan edukasi kepada keluarga
binaan tentang perilaku membuang sampah yang baik dan benar.
3. Berhubungan dengan petugas kebersihan dalam pengangkutan sampah
untuk memenuhi kriteria pembuangan sampah yang baik dan benar.
4. Peran serta masyarakat dengan mendukung program pembersihan lingkungan
dan pembuangan sampah yang baik dan benar,serta menjaga fasilitas yang
diberikan pemerintah.
76
5.1.4. Intervensi yang Dilakukan
Berdasarkan akar permasalahan yang ada beserta kemampuan sumber
daya yang terbatas maka intervensi yang dapat dilakukan adalah :
Mengadakan penyuluhan tentang pengetahuan mengenai perilaku keluarga binaan
dalam membuang sampah sembarangan dengan menggunakan leaflet,poster,
penyuluhan dan memfasilitasi tempat sampah mengenai proses membuang
sampah yang baik dan benar.
.
5.2 Saran
Berdasarkan hasil analisis arahan pengembangan untuk peningkatan
perilaku keluarga binaan dalam membuang sampah sembarangan di Desa Tanjung
Pasir RT 05 RW 01 Kecamatan Teluk Naga Kabupaten Tangerang Provinsi
Banten yang selanjutnya dapat menjadi bahan untuk rekomendasi kepada pihak-
pihak terkait, yaitu sebagai berikut:
5.2.1 Pemerintah Daerah
1. Memberikan sosialisasi dan penyuluhan tentang pentingnya membuang
sampah sembarangan dalam kehidupan dan pengenalan pembagian
sampah secara organik dan non organik ( kering atau basah ) secara
sederhana kepada warga binaan di Desa Tanjung Pasir Kecamatan
Teluk Naga, Kabupaten Tangerang agar terjadi peningkatan kesehatan
masyarakat karena pembuangan sampah yang baik dan benar
2. Membantu masyarakat Desa Tanjung Pasir berupa penyediaan sarana
atau prasarana untuk mendukung pembuangan sampah yang baik dan
benar.
5.2.3 Dinas Kesehatan Kabupaten Tangerang
1. Memperbanyak tempat sampah pada lingkungan keluarga binaan yang
membedakan antara sampah organik dan non organik.
2. Penyediaan truk sampah dan petugas sampah untuk mengambil sampah
di secara rutin.
3. Penyediaan Tempat Pembuangan Sampah Akhir yang jauh dari
77
lingkungan masyarakat sehingga tidak mengganggu kebersihan dan
kenyamanan lingkungan sekitar dan dapat diakses oleh masyarakat
setempat
5.2.4. Masyarakat
1. Perlunya menumbuhkan kesadaran masyarakat akan membuang
sampah sehari-hari yang baik dan benar.
2. Peran serta masyarakat dengan mendukung program pembersihan
lingkungan dengan membuang sampah yang baik dan benar.
3. Masyarakat harus terus berupaya kepada Pemerintah Daerah untuk
mendapatkan pelayanan pembuangan sampah dan TPA, dengan cara
membuat proposal pengajuan pembuatan TPA tersebut harus diperhatikan
oleh Pemerintah Daerah.
4. Dan apabila bantuan dari Pemerintah ataupun dinas kesehatan belum
ada. Hendaknya masyarakat secara bersama. Mengupayakan pembuangan
sampah yang baik di lingkungan tersebut seperti menimbun di tanah lalu
dibakar agar tidak menjadi limbah bagi lingkungan.
.
78