of 18 /18
KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA KEBIJAKAN DANA BAGI HASIL TAHUN ANGGARAN 2020-2021 KAMIS, 7 JANUARI 2020 Zoom Meeting DIREKTORAT JENDERAL PERIMBANGAN KEUANGAN KEMENTERIAN KEUANGAN RI

KEBIJAKAN DANA BAGI HASIL TAHUN ANGGARAN 2020-2021...UU No. 9 Tahun 2020 Tentang Anggaran Pendapatan Dan Belanja Negara TahunAnggaran 2021 PPNo. 55Tahun2005 tentang Dana Perimbangan

  • Author
    others

  • View
    2

  • Download
    0

Embed Size (px)

Text of KEBIJAKAN DANA BAGI HASIL TAHUN ANGGARAN 2020-2021...UU No. 9 Tahun 2020 Tentang Anggaran Pendapatan...

  • KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

    KEBIJAKAN

    DANA BAGI HASIL

    TAHUN ANGGARAN 2020-2021

    KAMIS, 7 JANUARI 2020

    Zoom Meeting

    DIREKTORAT JENDERAL PERIMBANGAN KEUANGANKEMENTERIAN KEUANGAN RI

  • KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

    KEMENTERIAN KEUANGANREPUBLIK INDONESIA

    KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

    KEBIJAKAN UMUM PENGATURAN DBH

    2

  • KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

    DASAR HUKUM

    UU No. 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan AntaraPemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah

    1

    2

    3

    4

    UU No. 9 Tahun 2020 Tentang Anggaran Pendapatan DanBelanja Negara Tahun Anggaran 2021

    PP No. 55 Tahun 2005 tentang Dana Perimbangan

    PMK No. 139/PMK.07/2019 tentang Pengelolaan Dana Bagi Hasil,Dana Alokasi Umum, dan Dana Otsus

  • KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

    LANDASAN TEORI

    6

    DBH sebagai salah satu instrumen fiskal untuk menjaga

    keutuhan NKRI melalui pembagian sumber penerimaan

    negara yang adil kepada daerah, baik yang berasal dari

    penerimaan pajak dan PNBP SDA untuk digunakan seluas-

    luasnya demi kemakmuran rakyat sebagaimana

    diamanatkan dalam Pasal 33 ayat (3) UUD 1945.

    Pembagian penerimaan Pajak dan PNBP Sumber Daya

    Alam oleh Pemerintah kepada daerah penghasil maupun

    daerah non penghasil yang berada dalam provinsi yang

    sama, untuk mendanai kebutuhan daerah dalam rangka

    pelaksanaan desentralisasi.

    01

    02

  • KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

    TUJUAN KEBIJAKAN DBH

    Untuk mengurangi

    kesenjangan vertikal antara

    pusat dan daerah (vertical imbalance) → Pembagian

    dengan porsi tertentu antara

    Pemerintah dan daerah

    penghasil

    Untuk mengurangi

    kesenjangan horizontal

    antar daerah (horizontal imbalance) → Pembagian

    secara merata untuk

    daerah lain yang berada di

    dalam provinsi yang sama

    dengan daerah penghasil

    01 02

  • KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

    PAJAK

    • PBB-P3

    • PPh

    • CHT

    SDA

    • Hutan

    • Minerba

    • Migas

    • Pabum

    • Ikan

    6

    DANA BAGI HASIL

    6

    PENGERTIAN:Pendapatan APBN yang dialokasikan

    kepada daerah berdasarkan angka

    persentase untuk mendanai kebutuhan

    daerah dalam rangka pelaksanaan

    desentralisasi.

    o Dibagi kepada daerah penghasil sesuai dengan

    porsi yang ditetapkan dalam UU No. 33/2004.

    o Dibagi dengan imbangan Daerah penghasil

    mendapatkan porsi lebih besar, dan Daerah lain

    (dalam provinsi yang bersangkutan) mendapatkan

    bagian pemerataan dengan porsi tertentu yang

    ditetapkan dalam UU.

    Penyaluran DBH berdasarkan realisasipenerimaan tahun anggaran berjalan(Pasal 23 UU 33/2004)

    PENYALURAN:

    Based on Actual Revenue

    TUJUAN:Untuk memperbaiki

    keseimbangan vertikal antara

    pusat dan daerah dengan

    memperhatikan potensi daerah

    penghasil.

    DBH

    JENIS DBH

    PEMBAGIAN : By Origin

  • KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

    MEKANISME PENETAPAN PERKIRAAN ALOKASI DBH(PP 55/2005)

    6

    TRANSPARAN- Rekonsiliasi data PNBP

    antara Kementerian

    terkait dengan Pemda

    - Informasi realisasi

    penyaluran DBH

    - Dilaporkan dalam LKPP

    - Diperiksa BPK

    AKUNTABEL

    PenermaanPAJAK

    PNBP SDA

  • KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

    PORSI DBH ANTARA PEMERINTAH PUSAT,

    PROVINSI, DAN KABUPATEN/KOTA

    6

    K/K

    Penghasil

    PAJAK

    PPh Pasal 21 dan 25/29 80 8 12

    Pajak Bumi dan Bangunan 10 16,2 64,8 9

    Cukai Hasil Tembakau 98 0,6 0,8 0,6

    SDA

    Kehutanan

    IIUPH 20 16 64 -

    PSDH 20 16 32 32

    Dana Reboisasi 60 40* 40 -

    Mineral dan Batubara

    Iuran Tetap (Land-rent )

    - darat dan laut

  • KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

    SIKLUS PENGHITUNGAN DAN PENETAPAN DBH

    6

    PMK

    “Perubahan Alokasi Tahap II”

    • Prognosa Realisasis.d. 9 bulan

    Sebagai dasarpenyaluran Tw IV

    PMK

    “Kurang Bayar (KB)/Lebih Bayar(LB) DBH”

    • Realisasi TA Berkenaanyang telah diaudit BPK.

    untuk penetapan KB/LB DBH

    1 432

    Berdasarkan RPMK tentang Dana Transfer Umum (DTU) diatur empat siklus

    penghitungan dan penetapan DBH

    TAHUN BERJALAN

    TAHUN

    BERIKUTNYA

    Okt-NovTahun berikutnya

    Nov-Des Tahun sebelumnya

    Juli-AgustusTahun berjalan

    Nov-DesTahun berjalan

    Perpres

    “APBN”

    • Perkiraan Alokasi DBH TA berkenaan

    • Mempertimbangkanrealisasi DBH 5 tahun terakhir

    Perpres/PMK

    Perubahan AlokasiDBH Tahap I :

    • APBN-P

    • Prognosa Realisasis.d. Semester I.

    Sebagai dasarpenyaluran Tw IIISebagai dasar

    penyaluran Tw I dan II

    Sebagai dasar penyaluran KB dan pemotongan LB

  • KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

    ALOKASI DBH DALAM PERPRES APBN

    6

    PENYESUAIAN

    PENGALOKASIAN

    DBH DALAM

    PERPRES APBN

    Nilai Alokasi DBH TA berkenaan yang

    ditetapkan adalah nilai terkecil

    perbandingan antara perhitungan DBH

    atas rencana penerimaan APBN dengan

    proyeksi DBH atas realisasi penerimaan

    paling kurang 3 tahun sebelumnya

    dan/atau paling sedikit 75% dari

    perhitungan DBH berdasarkan data

    dasar dari K/L.

    Selisih lebih atas perbandingan

    perhitunganDBH tersebut akan

    diperhitungkan kembalimelalui

    APBN-P atau mekanisme

    perubahan alokasi berdasarkan

    prognosis realisasi di semester I

    PERTIMBANGAN:

    1. Pembagian alokasi DBH dalam APBN masih

    berasal dari perkiraan penerimaan negara 1

    tahun kedepan, yang akan mengalami dinamika

    perubahan penerimaan negara pada tahun

    berjalan.

    2. Alokasi DBH dan buffer fund/selisih lebih alokasi

    DBH tersebut akan disesuaikan kembali dg

    perkembangan realisasi penerimaan negara di

    tahun berjalan pada triwulan 3 melalui APBNP

    atau PMK, dan di triwulan 4 melalui PMK.

    3. Dengan pengendalian alokasi DBH dimaksud

    dapat memberikan pertimbangan kepada

    pemda utk dapat menganggarkan DBH dalam

    APBD sebesar 100% dari yg ditetapkan dlm

    perpres.

    4. Untuk menjaga kualitas belanja dan defisit APBD,

    krn sejak awal alokasi DBH yg sifatnya belum

    pasti sdh dikendalikan alokasinya.

    5. DBH secara prinsip dialokasikan ke daerah

    berdasarkan realisasi penerimaan negara,

    karenanya hak daerah atas DBH tdk akan

    berkurang.

  • KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

    SIMULASI PENGENDALIAN PENGALOKASIAN DBH DALAM APBN, APBN-P ATAU

    PERUBAHAN ALOKASI TAHAP I (TW III)

    6

    Menjadi

    SISA LEBIH

    (Alokasi

    potensial)

    Alokasi DBH yang

    ditetapkan adalah

    nilai terkecil dari hasil

    perbandingan

    DAERAH Perhitungan APBN

    Proyeksi DBH atas

    Realisasi min 3

    tahun terakhir

    Nilai terkecil

    antara 2 dan 3DITETAPKAN Selisih

    1 2 3 4 5 6 = 2-5

    A 120 140 120 120 0

    B 100 60 60 75 25

    C 80 90 80 80 0

    D 50 100 50 50 0

    E 140 120 120 120 20

    F 200 130 130 150 50

    G 60 70 60 60 0

    TOTAL 750 710 620 655 95

    PerubahanAlokasi Tahap II (TW IV):

    • Alokasi ditetapkan berdasarkanperhitunganprognosis realisasi

    PerubahanAlokasi Tahap I (TW III):

    • APBN-P– Perubahan asumsi makro

    – Perubahan target penerimaan

    • PMK– Alokasi ditetapkan berdasarkan

    perhitunganprognosis realisasi

  • KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

    KEMENTERIAN KEUANGANREPUBLIK INDONESIA

    KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

    KEBIJAKAN PENYALURAN DBH

    12

  • KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

    PENYALURAN DBH PER-BULAN DALAM SETIAP TRIWULANNYAJenis DBH yang disalurkan DITENTUKAN untuk setiap bulan nya pada TA 2020

    6

    JAN FEB MRT APR MEI JUN JUL AGS SEP OKT NOV DES

    • Minerba (20%)

    • Pabum (20%)

    • Perikanan (15%)

    Migas

    (20%)

    • PPh (20%)

    • CHT (20%)

    • Kehutanan (15%)

    • PBB Bagian

    Daerah & Biaya

    pungut (20%)• Minerba (25%)

    • Pabum (25%)

    • Perikanan (15%)

    Migas

    (25%)

    • PPh (20%)

    • CHT (30%)

    • Kehutanan (15%)

    • PBB Bagian Daerah

    & Biaya pungut

    (25%)

    PBB Bagian Daerah dan Biaya pungut (Migas dan Panas Bumi). PPh, CHT,

    Kehutanan, Minerba, Panas Bumi, Migas, Perikanan :

    • tahap III paling lambat bulan September; dan

    • tahap IV paling lambat bulan Desember.

    Jika kondisi keuangan negara tidak memungkinkan berdasarkan

    hasil rapat pimpinan kementerian keuangan, maka bulan

    penyaluran / jenis DBH dapat disesuaikan.

    PBB Bagi rata :

    • tahap I paling lambat bulan April (30%);• tahap II paling lambat bulan Agustus (50%); dan• tahap III paling lambat bulan November (selisih pagu dengan salur tahap I-II)

    PBB Bagian Daerah dan Biaya Pemungutan PBB Non

    Migas dan Panas Bumi :

    • Secara mingguan dimulai pada bulan Agustus

    Triwulan I Triwulan II Triwulan III Triwulan IV

    Selisih antara pagu alokasi

    dengan jumlah dana yang telah

    disalurkan (TW I, II, III)

    • Minerba (35%)

    • Pabum (35%)

    • Perikanan (35%)

    • Migas (35%)

    • Kehutanan (35%)

    • PPh (20%)

    • CHT (30%)

    • PBB Bagian

    Daerah & Biaya

    Pungut (35%)

  • KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

    KEMENTERIAN KEUANGANREPUBLIK INDONESIA

    KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

    UPDATE PELAKSANAAN KEBIJAKAN DBH

    14

  • KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

    DANA BAGI HASIL TA 2020

    * Ket: terdapat tambahan penyaluran dari pergeseran anggaran BUN sebesar Rp7,98 T

    Realisasi Penyaluran DBH sudah final per 30 November 2020

    DBH Pajak▪ Anggaran: Rp44,88 T

    ▪ Realisasi: Rp29,34 T (65,4%)

    DBH SDA▪ Anggaran: Rp29,04 T

    ▪ Realisasi: Rp25,00 T (86,1%)

    Kurang Bayar

    DBH

    ▪ Anggaran: Rp12,50 T

    ▪ Realisasi: Rp39,56 T (316,4%)*

    ▪ Anggaran: Rp86,42 T

    ▪ Realisasi: Rp93,91 T (108,7%)* TOTAL DBH

    1. DBH, selain DBH CHT dan DBH DR, digunakan sesuai kebutuhan dan prioritas

    daerah dengan pemenuhan kewajiban mandatory spending 25% untuk belanja

    infrastruktur daerah yang terkait dengan pelayanan publik.

    2. Penggunaan DBH dapat digunakan dalam rangka penanganan pandemi

    COVID-19 dan dukungan terhadap program PEN di daerah.

    3. Pada TA 2020 dilakukan percepatan penyelesaian KB DBH melalui optimalisasi

    penggunaan pagu DBH TA berjalan.

    ▪ Penyaluran DBH TA BerjalanDalam rangka percepatan penanggulangan dampak pandemi COVID-19, Dirjen

    Perimbangan Keuangan dapat mengusulkan kepada Menteri Keuangan relaksasi dalam

    penyaluran DBH TA berjalan berdasarkan penyebaran COVID-19 di daerahUsulan relaksasi penyaluran DBH TA berjalan, paling sedikit memuat:

    ❑ Daerah yang diberikan relaksasi penyaluran❑ Jenis DBH yang diberikan relaksasi penyaluran, dan❑ Jangka waktu pemberian relaksasi penyaluran

    Dalam hal Menteri Keuangan menyetujui usulan relaksasi penyaluran DBH TA berjalan,

    relaksasi penyaluran DBH TA berjalan bagi daerah tersebut ditetapkan dengan KMK yang

    ditandatangani oleh Dirjen Perimbangan Keuangan atas nama Menteri Keuangan.

    Dirjen Perimbangan Keuangan telah menyalurkan Kembali DBH kepada Daerah yang pada

    TW I dan II mengalami penundaan penyaluran DBH karena belum menyampaikan

    kelengkapan syarat salur seperti Berita Acara Rekonsiliasi dan menunda penyampaian

    syarat penyaluran DBH oleh Pemda Pada TW III dan TW IV berupa:

    1. Berita Acara Rekonsiliasi

    2. Laporan Kinerja COVID-19

    ▪ PenyaluranKB DBHMenteri Keuangan dapat menetapkan alokasi sementara KB DBH TA 2019 berdasarkan

    prognosis realisasi penerimaan negara yang dibagihasilkan TA 2019Alokasi sementara KB DBH ditetapkan kembali secara definitif:❑ Berdasarkan realisasi penerimaan negara yang dibagihasilkan Tahun 2019 dari

    laporan hasil pemeriksaan atas LKPP yang dikeluarkan BPK❑ Memperhitungkan KB yang sudah disalurkan berdasarkan penetapan alokasi

    sementara

    Berdasarkan penetapan alokasi sementara dan/atau alokasi definitif KB DBH TA 2019,

    Menteri Keuangan dapat menyalurkan KB DBH TA 2019 dengan mempertimbangkan

    kemampuan keuangan negara dan perkembangan penyebaran pandemi COVID-19

    Penyaluran KB DBH TA 2019 ditetapkan dengan KMK yang ditandatangani oleh Dirjen

    Perimbangan Keuangan atas nama Menteri Keuangan

    RELAKSASI DAN PERCEPATAN PENYALURAN DANA BAGI HASIL

    Yang kemudian disampaikan kembali paling lambat

    minggu kedua bulan Januari 2021 sebagai syarat

    penyaluran DBH TW I pada tahun anggaran berikutnya.

  • KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

    KEBIJAKAN DANA BAGI HASIL (DBH) TA 2021

    Mempercepat penyelesaian Kurang Bayar DBH yang

    memperhitungkan lebih bayar DBH melalui optimalisasi alokasi DBH

    tahun anggaran berjalan dengan memperhatikan kondisi keuangan

    negara

    Mengoptimalkan pemanfaatan DBH dalam rangka mendukungpenanganan kesehatan, jaring pengaman sosial serta pemulihanekonomi dampak Covid-19

    Melanjutkan Kebijakan pengelolaan DBH yang tepat waktu, tepat jumlah,

    dan akuntabel dengan memperhatikan proyeksi DBH berdasarkan realisasi

    DBH paling kurang 3 (tiga) tahun terakhir

    Melanjutkan kebijakan DBH Pajak yang terkait dengan pembagian

    penerimaan PBB bagian pusat sebesar 10 persen secara merata kepada

    seluruh kabupaten/kota; menambah cakupan DBH PBB termasuk sektor

    lainnya, antara lain PBB perikanan dan PBB atas kabel bawah laut; serta

    penggunaan DBH CHT minimal 50% dengan prioritas pada bidang kesehatan

    untuk mendukung program JKN

    Melanjutkan kebijakan DBH SDA antara lain dengan menghilangkan

    earmarked 0,5% dari DBH SDA Migas untuk bidang pendidikan;

    mengalokasikan DBH Dana Reboisasi dari semula ke kabupaten/ kota

    penghasil menjadi ke provinsi penghasil sesuai UU 23/2014 tentang

    Pemerintahan Daerah.

    Menyalurkan DBH berdasarkan realisasi penerimaan negara sesuai

    dengan kondisi keuangan negara, yang mempertimbangkan kinerja

    daerah dalam: mendukung optimalisasi penerimaan pajak;

    pemeliharaan lingkungan; dan penanggulangan dampak Covid-19.

    Perkembangan DBH, 2015-2021

    Perpres113/2020

    18,0%

    Rp101,96 T

  • KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA 17

    POSTUR DBH APBN TA 2021

    TA 2020 TA 2020

    APBN APBNP APBNP APBN

    Perpres 78/2019 Sisa Lebih Total Perpres 54/2020 Perpres 72/2020 Perpres 78/2019 Sisa Lebih Total

    1 2 3 4=2+3 5 6 7 8 9=7+8

    Pajak 43.655.659.941.000 12.575.368.384.000 56.231.028.325.000 45.846.167.132.000 44.876.005.905.000 43.496.286.010.000 2.829.906.320.000 46.326.192.330.000

    CHT 3.462.912.000.000 3.462.912.000.000 3.312.912.000.000 3.298.882.657.000 3.475.618.000.000 3.475.618.000.000

    PBB 15.375.430.448.000 2.323.141.677.000 17.698.572.125.000 12.611.064.497.000 12.611.064.497.000 13.420.406.057.000 493.488.202.000 13.913.894.259.000

    Bagi Rata 1.800.577.508.000 85.885.750.000 1.886.463.258.000 1.344.193.738.000 1.344.193.738.000 1.483.060.485.000 1.483.060.485.000

    Bagian Daerah 13.119.195.446.000 2.161.156.945.000 15.280.352.391.000 10.887.969.277.000 10.887.969.277.000 11.535.842.726.000 476.945.852.000 12.012.788.578.000

    Biaya Pemungutan 455.657.494.000 76.098.982.000 531.756.476.000 378.901.482.000 378.901.482.000 401.502.846.000 16.542.350.000 418.045.196.000

    PPh 24.817.317.493.000 10.252.226.707.000 35.069.544.200.000 29.922.190.635.000 28.966.058.751.000 26.600.261.953.000 2.336.418.118.000 28.936.680.071.000

    PPh Pasal 21 23.224.014.861.000 9.450.259.139.000 32.674.274.000.000 27.807.036.961.000 26.918.492.570.000 24.784.187.974.000 1.976.785.869.000 26.760.973.843.000

    PPh Pasal 25/29 1.593.302.632.000 801.967.568.000 2.395.270.200.000 2.115.153.674.000 2.047.566.181.000 1.816.073.979.000 359.632.249.000 2.175.706.228.000

    SDA 36.723.388.383.000 12.121.377.846.000 48.844.766.229.000 31.461.255.025.000 29.038.192.222.000 27.521.733.436.000 8.113.695.225.000 35.635.428.661.000

    Kehutanan 1.418.682.148.000 471.832.760.000 1.890.514.908.000 1.653.456.196.000 1.565.299.907.000 1.584.190.723.000 269.781.467.000 1.853.972.190.000

    Migas 17.949.396.344.000 6.359.977.756.000 24.309.374.100.000 10.197.069.596.000 10.197.069.597.000 8.189.501.547.000 5.995.275.503.000 14.184.777.050.000

    Gas Bumi 7.653.342.504.000 1.650.834.996.000 9.304.177.500.000 3.937.258.298.000 3.937.258.298.000 2.027.342.214.000 3.177.629.186.000 5.204.971.400.000

    Minyak Bumi 10.296.053.840.000 4.709.142.760.000 15.005.196.600.000 6.259.811.298.000 6.259.811.299.000 6.162.159.333.000 2.817.646.317.000 8.979.805.650.000

    Minerba 16.234.795.306.000 4.732.480.282.000 20.967.275.588.000 17.707.270.290.000 15.481.213.454.000 16.061.191.387.000 1.619.240.465.000 17.680.431.852.000

    Landrent 353.783.267.000 86.165.823.000 439.949.090.000 534.660.353.000 467.445.909.000 304.555.881.000 49.148.062.000 353.703.943.000

    Royalti 15.881.012.039.000 4.646.314.459.000 20.527.326.498.000 17.172.609.937.000 15.013.767.545.000 15.756.635.506.000 1.570.092.403.000 17.326.727.909.000

    Panas Bumi 865.183.846.000 92.134.399.000 957.318.245.000 1.183.175.554.000 1.074.325.875.000 1.112.535.408.000 37.960.027.000 1.150.495.435.000

    Perikanan 255.330.739.000 464.952.649.000 720.283.388.000 720.283.389.000 720.283.389.000 574.314.371.000 191.437.763.000 765.752.134.000

    Grand Total 80.379.048.324.000 24.696.746.230.000 105.075.794.554.000 77.307.422.157.000 73.914.198.127.000 71.018.019.446.000 10.943.601.545.000 81.961.620.991.000

    Jenis DBH

  • KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

    KEMENTERIAN KEUANGANREPUBLIK INDONESIA

    KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

    TERIMA KASIH

    18