25
PAKET PENYULUHAN KB PASCA PLASENTA DI RUANG 10 RSUD DR. SAIFUL ANWAR MALANG OLEH TIM PKRS

Kb Pasca Plasenta

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Intra uterine device

Citation preview

Page 1: Kb Pasca Plasenta

PAKET PENYULUHAN KB PASCA PLASENTA

DI RUANG 10 RSUD DR. SAIFUL ANWAR MALANG

OLEHTIM PKRS

PROMOSI KESEHATAN RUMAH SAKITRSUD Dr. SAIFUL ANWAR

MALANG2013

Page 2: Kb Pasca Plasenta

LEMBAR PENGESAHAN

PAKET PENYULUHANKB PASCA PLASENTA

di RUANG 10 RSUD Dr. SAIFUL ANWAR MALANG

Oleh:PSIK A BRAWIJAYANoorasani Manda M.

Dian Agustin

Mengetahui,

Kepala Ruang

Tri Agustin, Amd.Keb

Perseptor Klinik,

Yuni Kartika S, Amd.Kep

Page 3: Kb Pasca Plasenta

PAKET PENYULUHAN

Judul : KB Pasca Plasenta

Sasaran : Pasien, Keluarga pasien, dan Masyarakat

Tempat : Ruang 10 RSSA Malang

Hari/Tanggal : Selasa, 21 Mei 2013

Alokasi Waktu : 30 menit

Media/Sarana : Power point

Metode : Ceramah dan Tanya Jawab

A. Latar BelakangSebagian wanita setelah melahirkan tidak menginginkan adanya kehamilan atau

menunda kehamilan sampai 2 tahun setelah persalinan. Akan tetapi masih sangat sedikit

wanita yang meninggalkan rumah sakit dengan mendapat konseling mengenai metoda

kontrasepsi.

Konsep mengenai kontrasepsi pasca persalinan bukanlah hal yang baru, akan

tetapi tidak banyak perhatian yang diberikan pada masa yang penting dari kehidupan

wanita ini. Pada saat sekarang ini perhatian dari pengelola program kesehatan, penyedia

jasa pelayanan kesehatan dan pembuat kebijakan semakin meningkat, karena menyadari

akan tingginya efektifitas dan keberhasilan program keluarga berencana jika pengenalan

kontrasepsi dilakukan pada saat pasca persalinan.

Meningkatnya perhatian pemerintah mengenai kontrasepsi pasca persalinan juga

terjadi di Indonesia. Berdasarkan rekomendasi dari the National Meeting on Family

Planning Programs pada tahun 2008 , KB pasca persalinan dan pasca keguguran (KB

PP & PK), merupakan salah satu program utama yang harus tersedia di seluruh propinsi.

Tujuan dari program ini sendiri adalah untuk meningkatkan tingkat kesehatan ibu dan

anak disamping untuk meningkatkan angka penggunaan kontrasepsi (JNPK, 2008).

Namun, studi tentang penggunaan kontrasepsi di kalangan perempuan pasca persalinan

di Indonesia sangat terbatas, kecuali beberapa studi banding yang dilakukan

oleh Thapa et.al (1992), Ross dan Winfrey (2001), dan Becker dan Ahmed (2001)

menggunakan data DHS dari berbagai Negara.

Jumlah kelahiran di Indonesia diperkirakan sekitar 4.2-4.5 juta (BPS 2009) dan 19.7

% merupakan kehamilan yang tidak diinginkan dari jumlah kelahiran . mengingat tingginya

jumlah kelahiran dan keguguran maka diperlukan suatu perencanaan kehamilan sehingga

kehamilan yang terjadi merupakan kehamilan yang diinginkan. Salah satu program

strategis untuk menurunkan kehamilan yang tidak diinginkan menjadi 15% pada tahun

2014 adalah melalui KB pasca persalinan dan pasca keguguran.

Page 4: Kb Pasca Plasenta

B. Tujuan instruksional1. Tujuan Umum

Setelah mengikuti penyuluhan selama 30 menit peserta mampu mengetahui dan

memahami tentang KB pasca plasenta

2. Tujuan KhususSetelah diberikan penyuluhan, peserta dapat:

Mengetahui pengertian KB pasca plasenta

Mengetahui jenis KB pasca plasenta

Mengetahui pengertian IUD

Mengehatui cara kerja IUD

Mengetahui keuntungan dan kerugian IUD

Mengetahui indikasi dan kontraindikasi penggunaan IUD

Mengetahui waktu pemasangan IUD

Mengetahui efek samping IUD dan cara penanggulangannya

C. Sub Pokok Bahasan1. Pengertian KB pasca plasenta

2. Jenis KB pasca plasenta

3. Pengertian IUD

4. Cara kerja IUD

5. Keuntungan dan kerugian IUD

6. Indikasi dan kontraindikasi penggunaan IUD

7. Waktu pemasangan IUD

8. Efek samping IUD dan cara penanggulangannya

D. Kegiatan Penyuluhan

Tahap Waktu Kegiatan Perawat Kegiatan Klien Metode Media

Pendahuluan 5

menit

1. Memberi salam

2. Memperkenalkan diri

3. Menjelaskan tujuan

penyuluhan dan pokok

materi yang akan

disampaikan

4. Menggali pengetahuan

keluarga pasien tentang

perawatan masa nifas

1. Menjawab

salam

2. Mendengarkan

dan

memperhatikan

3. Menjawab

pertanyaan

Ceramah

dan

Tanya

Jawab

-

Penyajian 15 Menjelaskan materi: Mendengarkan Ceramah PPT

Page 5: Kb Pasca Plasenta

menit

1. Pengertian KB pasca

plasenta

2. Jenis KB pasca plasenta

3. Pengertian IUD

4. Cara kerja IUD

5. Keuntungan dan kerugian

IUD

6. Indikasi dan

kontraindikasi

penggunaan IUD

7. Waktu pemasangan IUD

8. Efek samping IUD dan

cara penanggulangannya

dan

memperhatikan

dan

Tanya

Jawab

Penutup 10

menit

1. Penegasan materi

2. Memberikan kesempatan

kepada peserta untuk

bertanya

3. Meminta peserta untuk

menjelaskan kembali

materi yang telah

disampaikan dengan

singkat menggunakan

bahasa peserta sendiri

4. Memberikan pertanyaan

kepada peserta tentang

materi yang telah

disampaikan

5. Menutup acara dan

mengucapkan salam

1. Mengajukan

pertanyaan

2. Menjawab

pertanyaan

yang diberikan

oleh penyuluh

3. Membalas

salam

Tanya

Jawab

E. Evaluasi1. Evaluasi Terstruktur

Pengorganisasian penyelenggaraan penyuluhan dilakukan sebelum dan saat

penyuluhan

Pelaksanaan penyuluhan sesuai yang telah dirumuskan pada SAP

Audien hadir di ruang penyuluhan di ruang 10 RSSA

Page 6: Kb Pasca Plasenta

Jumlah audien yang datang minimal 5 orang

Kesiapan penyuluh termasuk kesiapan modul dan media yang akan digunakan

Kesiapan audien meliputi kesiapan menerima penyuluhan

2. Proses

Penyaji mampu menguasai materi penyuluhan yang diberikan.

Penyaji mampu menyampaikan materi dengan baik.

Peserta mendengarkan ceramah dengan baik dan sangat berkonsentrasi terhadap

materi yang disampaikan oleh pemberi penyuluhan.

Peserta antusias untuk bertanya dalam kegiatan penyuluhan dan menerima

penjelasan dari penyaji.

Peserta tidak meninggalkan tempat sebelum kegiatan penyuluhan selesai

dilaksanakan.

Tidak ada pasien/keluarga pasien yang mondar-mandir selama kegiatan

penyuluhan berlangsung

3. Hasil

Pre penyuluhan

25% peserta mampu menjawab pertanyaan yang diberikan oleh penyaji sebelum

penyaji menyampaikan materi penyuluhan.

Post penyuluhan

Peserta mampu menjawab pertanyaan dari penyaji yang meliputi:

a. Waktu penggunaan/pemasangan IUD

b. Efek samping IUDdan penanggulangannya

F. MediaPower point

G. Materi(terlampir)

Page 7: Kb Pasca Plasenta

KB PASCA PLASENTA

A. DefinisiKontrasepsi adalah cara untuk menghindari/mencegah terjadinya kehamilan akibat

pertemuan antara sel telur yang matang dengan sel sperma sehingga dapat mencegah

terjadinya kehamilan. Alasan pelaksanaan KB pasca persalinan antara lain termasuk

kembalinya fertilitas dan resiko terjadinya kehamilan, jarak kehamilan yang dekat, resiko

terhadap bayi dan ibu serta ketidaktersediaan kontrasepsi. Pelaksanaan kontrasepsi

pasca persalinan mempunyai pengaruh besar dalam mengatur waktu kehamilan dan

memberikan jarak yang optimal untuk persalinan selanjutnya Dalam rangka menurunkan

resiko terhadap ibu dan luaran bayi, WHO pada tahun 2006 merekomendasikan jarak

kehamilan yang optilmal untuk kehamilan selanjutnya adalah 24 bulan. KB pasca plasenta

adalah salah satu metode kontrasepsi yang pelaksanaanya dilakukan setelah plasenta

lahir.

B. Jenis KB Pasca PlasentaKontrasepsi yang dilakukan setelah plasenta lahir adalah dengan menggunakan

Intra Uterine Device (IUD) atau Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR). Pemasangan

pasca plasenta adalah pemasangan IUD dalam 10 menit setelah lahirnya plasenta pada

persalinan pervaginam. Pemasangan bisa dilakukan dengan menggunakan ringed

forceps atau secara manual. Pada saat ini serviks masih berdilatasi sehingga

memungkinkan untuk penggunaan tangan atau forsep. Penggunaan inserter IUD interval

tidak bisa digunakan pada pemasangan post plasenta, karena ukuran inserter yang

pendek sehingga tidak bisa mencapai fundus selain itu , karena uterus yang masih lunak

sehingga memungkinkan terjadinya perforasi lebih besar dibandingkan dengan

menggunakan ringed forceps atau secara manual.

AKDR umumnya jenis Cu-T dimasukkan ke dalam fundus uteri dalam 10 menit

setelah plasenta lahir. Penolong telah menjepit AKDR di ujung jari tengah dan telunjuk

yang selanjutnya menyusuri sampai ke fundus. Pastikan bahwa AKDR diletakkan dengan

benar di fundus. Tangan kiri penolong memegang fundus dan menekan ke bawah.

Jangan lupa memotong benang AKDR sepanjang 6 cm sebelum insersi.

C. Definisi IUDAlat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR) atau yang lebih dikenal dengan IUD (Intra

Uterine Devices) adalah bahan inert sintetik (dengan atau tanpa unsur tambahan untuk

sinergi efektifitas) dengan berbagai bentuk yang dipasangkan de dalam rahim untuk

menghasilkan efek kontraseptif. AKDR atau spiral, atau Intra-Uterine Devices (IUD)

Page 8: Kb Pasca Plasenta

adalah alat yang dibuat dari polietilen dengan atau tanpa metal/steroid yg ditempatkan di

dalam rahim. Pemasangan ini dapat untuk 3-5 tahun dan dapat dilepaskan bila

berkeinginan untuk mempunyai anak.

D. Cara Kerja IUDAKDR ini bekerja dengan mencegah pertemuan sperma dengan sel telur.

Imbarwati (2009), menjelaskan cara kerja IUD sebagai berikut:

1. Menghambat kemampuan sperma untuk masuk ke tuba falopi

2. Mempengaruhi fertilisasi sebelum ovum mencapai cavum uteri

3. Mencegah sperma dan ovum bertemu dengan membuat sperma masuk ke dalam alat

reproduksi perempuan dan mengurangi sperma untuk fertilisasi

4. Memungkinkan untuk mencegah implantasi telur dalam uterus

E. Keuntungan dan Kerugian IUDSecara umum, keuntungan dan kerugian AKDR / IUD sebagai alat kontrasepsi

adalah sebagai berikut :

Keuntungan kontrasepsi IUD Sangat efektif. 0,6 - 0,8 kehamilan/100 perempuan dalam 1 tahun pertama (1

kegagalan dalam 125 - 170 kehamilan)

AKDR dapat efektif segera setelah pemasangan

Metode jangka panjang (10 tahun proteksi dari CuT-380A dan tidak perlu diganti)

Tidak mempengaruhi hubungan seksual

Tidak ada efek samping hormonal dengan CuT-380A

Tidak mempengaruhi kualitas dan volume ASI

Dapat dipasang segera setelah melahirkan atau abortus (apabila tidak terjadi infeksi)

Dapat digunakan sampai manopouse

Tidak ada interaksi dengan obat-obat

Membantu mencegah kehamilan ekktopik

Kelemahan kontrasepsi IUD

Efek samping umum terjadi: perubahan siklus haid, haid lebih lama dan banyak,

perdarahan antar mensturasi, saat haid lebih sakit

Komplikasi lain: merasa sakit dan kejang selama 3 sampai 5 hari setelah pemasangan,

perdarahan berat pada waktu haid atau diantaranya yang memungkinkan penyebab

anemia, perforasi dinding uterus (sangat jarang apabila pemasangan benar)

F. Indikasi dan Kontraindikasi Penggunaan IUDIndikasi dari penggunaan atau pemasangan IUD adalah sebagai berikut:

Page 9: Kb Pasca Plasenta

1. Menginginkan kontrasepsi dengan tingkat efektivitas yg tinggi, & jangka panjang

2. Tidak ingin punya anak lagi atau ingin menjarangkan anak

3. Memberikan ASI

4. Berada dalam masa postpartum dan tidak memberikan ASI

5. Berada dalam masa pasca aborsi

6. Mempunyai resiko rendah terhadap PMS

7. Tidak dapat mengingat untuk minum sebutir pil setiap hari

8. Lebih menyukai untuk tidak menggunakan metode hormonal atau yang memang tidak

boleh menggunakannya

9. Yang benar-benar membutuhkan alat kontrasepsi darurat

Kontraindikasi

1. Hamil atau diduga hamil

2. Infeksi leher rahim atau rongga panggul, termasuk penderita penyakit kelamin

3. Pernah menderita radang rongga panggul

4. Penderita perdarahan pervaginam yg abnormal

5. Riwayat kehamilan ektopik

6. Penderita kanker alat kelamin

G. Waktu Penggunaan IUDIUD merupakan pilihan kontrasepsi yang tepat digunakan pada masa pasca

persalinan tanpa melihat status menyusui ibu, karena tidak mempengaruhi kadar

hormonal.

Pemasangan IUD pasca persalinan bisa dibagi menjadi 3 macam (USAID, 2008)

1. Pemasangan post plasenta

Pemasangan IUD dalam 10 menit setelah lahirnya plasenta pada persalinan

pervaginam. Pemasangan bisa dilakukan dengan menggunakan ringed forceps atau

secara manual. Pada saat ini serviks masih berdilatasi sehingga memungkinkan untuk

penggunaan tangan atau forsep. Penggunaan inserter IUD interval tidak bisa

digunakan pada pemasangan post plasenta , karena ukuran inserter yang pendek

sehingga tidak bisa mencapai fundus selain itu , karena uterus yang masih lunak

sehingga memungkinkan terjadinya perforasi lebih besar dibandingkan dengan

menggunakan ringed forceps atau secara manual.

2. Pemasangan segera pasca persalinan

Pemasangan IUD pada masa ini dilakukan setelah periode post plasenta sampai 48

jam pasca persalinan. Teknik pemasangan IUD pada saat ini masih bisa dengan

menggunakan ringed forsep , karena serviks masih berdilatasi, tetapi tidak bisa

Page 10: Kb Pasca Plasenta

dilakukan secara manual. Penggunaan inserter IUD interval sebaiknya tidak

digunakan, karena kemungkinan terjadinya perforasi yang lebih tinggi.

3. Pemasangan IUD transcesarian

Pemasangan pada transcesarian dilakukan sebelum penjahitan insisi uterus. Bisa

dilakukan dengan meletakkan IUD pada fundus uteri secara manual atau dengan

menggunakan alat.

Pemasangan IUD setelah 48 jam sampai 4 minggu pasca persalinan tidak dianjurkan

karena angka kejadian ekspulsi yang lebih tinggi jika dibandingkan dengan

pemasangan segera pasca persalinan dan pemasangan IUD interval. ( WHO 2004)

4. Pemasangan IUD pasca abortus

Merupakan pemasangan IUD setelah terjadinya abortus

- Trimester 1 : bisa dilakukan dengan teknik pemasangan IUD interval karena serviks

berdilatasi minimal dan hanya inserter IUD yang bisa masuk kedalam kavum uteri.

Selain itu ukuran uterus relatif tidak mengalami perbesaran dan lebih kaku sehingga

mempunyai angka resiko perforasi yang kecil .

- Trimester 2 : bisa dilakukan dengan menggunakan teknik interval atau dengan

menggunakan teknik forsep . forsep digunakan jika serviks cukup berdilatasi.

5. Pemasangan IUD interval

Merupakan pemasangan IUD yang dilakukan lebih dari 4 minggu pasca persalinan.

Pemasangan IUD dilakukan dengan menggunakan inserter IUD

H. Efek Samping Penggunaan IUD dan Cara PenganggulangannyaMenurut Direktorat Pelayanan Medis KB.1984. Efek samping dan penanggulangan

efek samping AKDR adalah sebagai berikut :

1. Perdarahan oleh AKDR

a) Bentuk gejala/keluhan :

- Perdarahan haid yang lebih lama atau lebih banyak dari biasa (Menoragia)

- Perdarahan di luar haid (Metroragia)

- Perdarahan yang berupa tetesan (Spotting)

b) Penyebab gejala/keluhan :

- Diperkirakan karena kerja enzim yang terkonsentrasi di jaringan selaput lender

rahim (endometrium). Enzim ini bersifat fibrionolitik (menghancurkan fibrin).

- Factor mekanik yaitu perlukaan selaput lender rahim karena kontraksi rahim.

Disebabkan karena adanya ketidakserasian antara besarnya AKDR dan rongga

rahim (incompatibility).

c) Penanggulangan dan pengobatan :

KIE:

Page 11: Kb Pasca Plasenta

- Penjelasan sebab terjadinya.

- Gangguan haid berlebihan memang akan terjadi pada 3 bulan pertama

pemakaian AKDR.

- Untuk menoragia segera menghubungi petugas kesehatan untuk pemeriksaan

lebih lanjut.

- Pada pemakaian AKDR tembaga biasanya tidak menimbulkan perdarahan

yang lama dan banyak.

Tindakan medis :

- Pemberian vitamin, koagulasi (obat untuk pembekuan darah), zat besi dll

- Dalam hal ini bisa diberikan :

Vit. K : 3 x 1 tablet sehari (3-5)

Vit. C : 3 x 1 tablet sehari (3-5)

Adona : 3 x 1 tablet sehari (3-5)

- Penggantian AKDR

- Apabila tindakan poin 1 & 2 belum menolong, dilakukan pencabutan AKDR dan

diganti dengan cara kontrasepsi lainnya.

Catatan khusus :

Dalam keadaan normal, perdarahan pada waktu haid 35 cc, pada pemakaian

AKDR bisa bertambah antara 20 – 30 cc

2. Infeksi oleh AKDR

a) Bentuk gejala/keluhan :

- Nyeri di daerah perut bawah

- Keputihan yang berbau

- Demam

- Nyeri pada waktu bersetubuh

b) Penyebab gejala :

- Peradangan bisa terjadi akibat pemasangan yang tidak steril

- Peradangan bisa juga terjadi pada waktu pemasangan saja atau setiap saat

selama memakai AKDR

c) Penanggulangan dan pengobatan :

KIE :

- Penjelasan sebab terjadinya.

- Segera menghubungi dokter untuk mendapatkan pengobatan.

Tindakan medis :

- Pengobatan dengan antibiotika broad spectrum, misal :

Penicillin : 3 x 500 mg 3 – 5 hari (penbritin, amicilin dll)

Teramycin : 3 x 500 mg 3 – 5 hari

Page 12: Kb Pasca Plasenta

Erythromycin : 3 x 500 mg 3 – 5 hari

- Bila telah dilakukan pengobatan 5 – 7 hari tidak berhasil, AKDR di cabut dan

ganti cara kontrasepsi yang lain.

Catatan khusus :

Infeksi dapat berupa :

- Radang liang senggama (vaginitis)

- Radang leher rahim (cervicitis)

- Radang selaput lender rahim (endometritis)

- Radang selaput sel telur (salphingitis/adnexitis)

- Radang panggul (PID=Pelvis Inflamatory Disease)

3. Keputihan oleh AKDR

a) Bentuk gejala/keluhan :

- Dapat timbul setelaha pemasangan AKDR.

- Keluar cairan berwarna putih dari vagina.

- Penyebab gejala :

- Reaksi dari endometrium karena adanya AKDR di dalam kandung rahim (benda

asing).

- Adanya infeksi yang terbawa pada waktu pemasangan AKDR.

b) Penanggulangan & pengobatan :

KIE :

Diberikan penerangan bila keputihan yang terjadi adalah sedikit dan tidak perlu

dirisaukan, karena hal tersebut adalah gejala biasa, serta diberikan penjelasan

sbb:

- Keputihan bening tidak berbau tidak berbahaya, akan berkurang setelah 3

bulan

- Kalau ada bau, keruh/kekuningan harus diperiksakan kepada dokter.

Tindakan medis :

- Periksa dalam

- Bila keputihan banyak agar diberikan obat vaginal yang tersedia, missal albotil

- Dilihat apakah ada erosi portio, bila ada diobati dengan albotil

- Bila dengan pengobatan tidak menolong, AKDR dicabut dan diganti cara

kontrasepsi lain.

Catatan khusus :

Keputihan dapat juga disebabkan oleh penyakit :

- Infeksi panggul

- Candidiasis (infeksi jamur candida)

- Trichomoniasis (infeksi jamur trichomonas)

Page 13: Kb Pasca Plasenta

- Vaginitis spesifik (infeksi liang senggama oleh gonoroe)

Dalam hal ini diberikan pengobatan infeksi.

4. Ekspulsi AKDR

a) Bentuk gejala/keluhan :

- Bila ada AKDR teraba di dalam vagina (bisa seluruh AKDR atau sebagian)

- Dapat terjadi sewaktu – waktu, akan tetapi biasanya pada waktu haid

berikutnya setelah pemasangan.

- Bisa juga terjadi secara spontan pada bulan pertama pemasangan.

b) Penyebab gejala :

- Karena ukuran AKDR terlalu kecil atau terlalu besar (AKDR yang terlalu kecil

lebih tinggi angka ekspulsi dari pada AKDR yang lebih besar)

- Karena letak AKDR yang tidak sempurna di dalam rahim.

c) Penanggulangan & pengobatan :

KIE : Pemantapan kembali pemakaian AKDR

Tindakan medis :

- AKDR dikeluarkan dan diganti dengan AKDR baru yang sesuai dengan ukuran

rahim dan cara pemasangan yang baik.

Bila AKDR terlalu kecil -------- ganti yang lebih besar

Bila AKDR terlalu besar -------- ganti yang lebih kecil

Catatan khusus :

- Kemungkinan terjadinya ekspulsi ini sangat di pengaruhi oleh jenis bahan yang

dipakai. Makin elastic sifatnya makin besar kemungkinan terjadinya ekspulsi.

- Pada waktu muda denga paritas rendah lebih sering terjadi ekspulsi disbanding

dengan wanita yang lebih tua denga paritas lebih tinggi

5. Perforasi/Translokasi oleh AKDR

a) Bentuk gejala/keluhan :

- Bisa tanpa gejala

- Biasanya disertai rasa nyeri dan perdarahan

- Pada pemeriksaan ginekologi :

Benang tidak ditemukan

Sewaktu dilakukan sondage, tidak ditemukan AKDR dalam rahim

Perforasi terjadi kira – kira 1 ‰ pemakai AKDR

b) Penyebab gejala :

- Karena tindakan yang terlalu kasr pada waktu pemasangan AKDR

- Pada waktu pemasangan AKDR mengalami kesulitan sehingga dilakukan

dengan paksaan

Page 14: Kb Pasca Plasenta

- Karena memasukkan alat pendorong (insetor) ke dalam rongga rahim dengan

alat yang salah

c) Penanggulangan & pengobatan :

KIE :

- Penjelasan sebab terjadinya

- Bila lipesloop yang perforasi dan tidak ada keluhan, tidak perlu segera

dikeluarkan, karena tidak menimbulkan reksi jaringan.

- Bila AKDR tembaga atau bentuk AKDR tertutup yang perforasi, sebaiknya

segera diangkat/dikeluarkan, karena dapat mengakibatkan perlekatan sampai

ileus.

Tindakan medis :

- Memastikan terjadinya perforasi denga sondage.

- Merujuk ke RS untuk pemeriksaan dan pertolongan lebih lanjut.

Pemeriksaan tersebut berupa :

Bila pada pemeriksaan dengan sondage tidak ditemukan AKDR,

Bila pada pemeriksaan dengan sondage tidak ditemukan AKDR, maka

dilakukan foto Rontgen kemudian dilanjutkan dengan HSG (Hystero

Shalphingo Grafi) apabila bayangan AKDR tidak Nampak,

Atau dengan memasang sebuah AKDR baru, kemudian dibuat foto Rontgen

perut/abdomen.

- Mengangkat AKDR dengan cara laparotomi atau cara lain sesuai

perkembangan teknologi (misal : laparaskopi atau kuldoskopi)

6. Nyeri waktu haid oleh AKDR

a) Bentuk gejala/keluhan : Dysmenorhe (nyeri waktu haid)

b) Penyebab gejala :

- Psychis

- Mungkin disebabkan letak AKDR yang salah atau AKDR tak sesuai dengan

rongga rahim (besarnya AKDR yang terlalu besar)

- Kemungkinan lain disebabkan infeksi menahun pada saat kandungan.

c) Penanggulangan & pengobatan :

KIE :

- Pemantapan agar tetap memakai IUD

- Memastikan penyebabnya dengan menganjurkan pemeriksaan dalam

Tindakan medis :

- Pengobatan simtomatik (analgetika = anti nyeri dan atau spasmotika = anti

mules).

- Apabila tidak berhasil, maka pengobatan dilanjutkan sebagai berikut :

Page 15: Kb Pasca Plasenta

Mengganti AKDR yang baru dan cocok

Pemberian antibiotika.

7. Nyeri waktu senggama oleh AKDR

a) Bentuk gejala/keluhan : ispareunia (nyeri pada waktu senggama)

b) Penyebab gejala :

- Psychis

- Karena ada infeksi

c) Penanggulangan & pengobatan :

KIE :

- Pemantapan pemakaian AKDR

- Memastikan penyebab dengan menganjurkan pemeriksaan dalam.

Tindakan medis :

Pengobatan dengan antibiotika bila terjadi infeksi.

8. Mules – mules atau rasa nyeri oleh AKDR

a) Bentuk gelaja/keluhan :

Rasa mules diperut: sesudah pemasangan dapat timbul rasa nyeri seperti mules –

mules, kadang – kadang dapat menjadi rasa nyeri atau sakit pinggang terutama

pada hari – hari pertama pemasangan.

b) Penyebab gejala :

- Psychis

- Kemungkinan disebabkan letak AKDR yang salah atau AKDR tidak sesuai

dengan rongga rahim.

c) Penanggulangan & pengobatan :

KIE :

- Pemantapan agar tetap memakai AKDR

- Memastikan penyebabnya dengan menganjurkan pemeriksaan dalam

Tindakan medis :

- Kalau ringan diberi analgetika (obat anti nyeri), spasmolitika (obat anti mules)

atau kombinasi keduanya.

- Kalau berat, dilihat apakah AKDR masih ada di dalam rahim, sebaiknya oleh

dokter. Bila AKDR terlihat sedikit, berarti sebagian sudah keluar, maka

keluarkanlah AKDR dan ganti AKDR yang baru.

9. Kegagalan pada pemasangan AKDR

a) Bentuk gejala :

- Terjadi kehamilan.

Page 16: Kb Pasca Plasenta

- Frekuensi kehamilan pada pemakaian AKDR 2 – 5 %. Makin lama AKDR

terpasang, makin berkurang terjadinya kehamilan.

Pada tahun pertama pemasangan 2,4% hamil, tahun kedua 2%, dan pada

tahun selanjutnya 1%

- Dengan pemasangan AKDR yang dililiti tembaga (Copper-T, Multiload) akan

mengurangi kegagalan ini.

b) Penanggualangan :

KIE : dianjurkan segera menghubungi dokter untuk penanggulangan dan

penjelasan selanjutnya.

Tindakan medis :

- Bila benang dapat dilihat, dilakukan pengangkatan AKDR (sebaiknya oleh

dokter), dengan menarik benangnya perlahan – lahan, sambil menjelaskan

kepada pasien bahwa 25 % kemungkinan keguguran spontan.

- Bila pengangkatan AKDR sukar, AKDR dibiarkan di dalm rahim. Selama

kehamilan, AKDR berada di luar selaput ketuban, sedangkan bayi berada di

dalam selaput ketuban. Oleh karena itu AKDR dan bayi tidak pernah

bersinggungan selama kehamilan berlangsung, sehingga tidak perlu

dikhawatirkan terjadinya kelainan bawaan pada bayi yang dilahirkan. Pada

waktu persalinan, AKDR akan “lahir” bersama – sama dengan ari – ari.

- Dilaporkan bahwa kehamilan dengan AKDR di dalam rahim, kira – kira 50 %

akan mengalami keguguran (abortus) spontan, kemungkinan kelahiran

premature, kemungkinan hamil ektopik (5 %), dan 26 % tetap berlangsung

cukup bulan (aterm).

- Bila benang tidak terlihat, jangan coba untuk diangkat, sebaiknya pasien dirujuk

ke RS.

- Untuk AKDR yang dililit tembaga, yaitu tipe Copper-T (Cu-T) dan MultiLoad

(ML) harus diangkat pada triwulan pertama kehamilan.

I. Waktu Kontrol IUDMenurut Imbarwati (2009), waktu kontrol IUd yang harus diperhatikan adalah:

1. Satu bulan pasca pemasangan

2. Tiga bulan kemudian

3. Setiap 6 bulan berikutnya

4. Bila terlambat haid 1 minggu

5. Perdarahan banyak atau keluhan istimewa lainnya

Page 17: Kb Pasca Plasenta

DAFTAR PUSTAKA`

Postpartum Contraception accessed from

http://www.reproline.jhu.edu/english/6read/6multi/pg/ppc1.htm#Introduction

Prawirohardjo, Sarwono. (2003). Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi.

Jakarta: YBP-SP

Shulman LP, Kautniz AM, Postpartum contraception diakses dari

http://www.glowm.com/index.html?p=glowm.cml/section_view&articleid=382

Sumadikarya IK, Nugroho AW , Rekomendasi Praktik Pilihan untuk Penggunaan Kontrasepsi

(Selected Practice Recommendation for Contraceptive Use ) Penerbit Buku Kedokteran

EGC , Jakarta , 2009

Update to CDC’s U.S. Medical Eligibility Criteria for Contraceptive Use, 2010: Revised

Recommendations for the Use of Contraceptive Methods During the Postpartum Period

MMWR / July 8, 2011 / Vol. 60 / No. 26

Widyastuti L , Saikia US, Postpartum Contraceptive Use in Indonesia : Recent Patterns and

Determinants BKKBN

Workshop on Comprehensive Postpartum Family Planning Care, Jhpiego Baltimore 2008

World Health Organization , Department of Reproductive Health and Research, Combined

hormonal contraceptive use during the postpartum period, Geneva, 2010