61
KARYA TULIS ILMIAH UJI AKTIVITAS DAYA HAMBATEKSTRAK LIDAH BUAYA (Aloe Vera L.) TERHADAP BAKTERI Pseudomonas aeruginosa Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Menyelesaikan Pendidikan Pada Program Diploma Tiga Teknologi Laboratorium Medis STIKes Perintis Padang Oleh : YOSI ANDRIANI 1613453036 PROGRAM STUDI DIPLOMA TIGA TEKNOLOGI LABORATORIUM MEDIS SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN PERINTIS PADANG PADANG 2020

KARYA TULIS ILMIAH UJI AKTIVITAS DAYA …

  • Upload
    others

  • View
    12

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: KARYA TULIS ILMIAH UJI AKTIVITAS DAYA …

KARYA TULIS ILMIAH

UJI AKTIVITAS DAYA HAMBATEKSTRAK LIDAH BUAYA

(Aloe Vera L.) TERHADAP BAKTERI Pseudomonas aeruginosa

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Menyelesaikan Pendidikan Pada Program

Diploma Tiga Teknologi Laboratorium Medis STIKes Perintis Padang

Oleh :

YOSI ANDRIANI

1613453036

PROGRAM STUDI DIPLOMA TIGA TEKNOLOGI LABORATORIUM MEDIS

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN PERINTIS PADANG

PADANG

2020

Page 2: KARYA TULIS ILMIAH UJI AKTIVITAS DAYA …
Page 3: KARYA TULIS ILMIAH UJI AKTIVITAS DAYA …
Page 4: KARYA TULIS ILMIAH UJI AKTIVITAS DAYA …
Page 5: KARYA TULIS ILMIAH UJI AKTIVITAS DAYA …

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

DATA PRIBADI

Nama : Yosi Andriani

Tempat/Tanggal Lahir : Pariaman, 17 Juni 1996

Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Kebangsaan : Indonesia

Status Perkawinan : Belum Menikah

Alamat : Jln.Bandar Buat Rt 02 Rw 04 kel.Bandar Buat kec.Lubuk

Lubuk Kilangan Kota Padang

No. Telp/Handphone : 0813-6477-3879

E-mail : [email protected]

PENDIDIKAN FORMAL

2002 - 2008 , SDN 10 Bandar Buat

2008 - 2011 , SMP Semen Padang

2011 - 2015 , SMK-SMAK Padang

2016 - 2020 ,Program Studi DIII Teknologi Laboratorium Medik

STIKes Perintis Padang

PENGALAMAN AKADEMIS

2019, Praktek Kerja Masyarakat Desa di Puskesmas Surantih

2019 , Praktek Kerja Lapangan di RSUD dr.Rasidin Padang

2020 , Karya Tulis Ilmiah

Judul : “Uji Aktivitas Daya Hambat Ekstrak Lidah Buaya (Aloe Vera

l.) Terhadap Bakteri Pseudomonas aeruginosa”.

Page 6: KARYA TULIS ILMIAH UJI AKTIVITAS DAYA …

ABSTRACT

Aloe vera plant (Aloevera L.) is one of the plants that has medicinal

properties. Aloe vera plant parts are used ie gels containing saponin compounds,

flavonoids and tannins. The purpose of this study was to determine the amount of

inhibitory zones produced by aloe vera (Aloe vera L.) ethanol extract on the

growth of Pseudomonas aeruginosa. This research method was carried out using

an experimental laboratory research design in vitro. The sample used was aloe

vera with pure strains of Pseudomonas aeruginosa ATCC and anova to compare

the inhibition of aloe vera against the growth of Pseudomonas aeruginosa bacteria.

The results of the test of the inhibitory activity of aloe vera extract showed an

average difference in the concentration of 25 mg / ml with a diameter of 6.33 mm,

a concentration of 50 mg / ml with a diameter of 7.33 mm, a concentration of 75

mg / ml with a diameter of 7.67 mm, and 100 mg / ml of 9.67 mm in diameter,

indicating that aloe vera extract is less effective to inhibit the growth of

Pseudomonas aeruginosa.

Keywords: Aloe Vera, Pseudomonas aeruginosa

Page 7: KARYA TULIS ILMIAH UJI AKTIVITAS DAYA …

ABSTRAK

Tanaman lidah buaya (Aloe vera L.) merupakan salah satu tanaman yang

berkhasiat sebagai tanaman obat. Bagian tanaman lidah buaya dimanfaatkan yaitu

gel yang mengandung senyawa saponin, flavonoid dan tanin. Tujuan penelitian ini

adalah untuk mengetahui besarnya zona hambat yang dihasilkan oleh ekstrak

etanol lidah buaya (Aloe vera L.) terhadap pertumbuhan Pseudomonas aeruginosa

Metode penelitian ini dilakukan dengan menggunakan desain penelitian

Eksperimental laboratory secara in vitro. Sampel yang digunakan adalah lidah

buaya dengan strain murni Pseudomonas aeruginosa ATCC dan anova untuk

membandingkan daya hambat lidah buaya terhadap pertumbuhan bakteri

Pseudomonas aeruginosa. Hasil penelitian uji aktivitas daya hambat ekstrak lidah

buaya menunjukkan perbedaan rata-rata pada konsentrasi 25 mg/ml berdiameter

6,33 mm, konsentrasi 50 mg/ml berdiameter 7,33 mm, konsentrasi 75 mg/ml

berdiameter 7,67 mm, dan 100 mg/ml berdiameter 9,67 mm, menunjukkan ekstrak

lidah buaya kurang efektif untuk menghambat pertumbuhan Pseudomonas

aeruginosa.

Kata kunci :Lidah Buaya, Pseudomonas aeruginosa

Page 8: KARYA TULIS ILMIAH UJI AKTIVITAS DAYA …

KATA PENGANTAR

Pada kesempatan ini penulis ucapkan puji dan syukur kehadirat Allah

Subhanahu WaTa‟ala, karena atas rahmat dan karunianya penulis dapat

menyelesaikan karya tulis ilmiah ini dengan judul “UJI AKTIVITAS DAYA

HAMBAT EKSTRAK LIDAH BUAYA (Aloe Vera L.) TERHADAP

BAKTERI Pseudomonas Aeruginosa“. Karya tulis ilmiah ini dibuat untuk

melengkapi tugas dan memenuhi syarat ujian akhir program pada jenjang

pendidikan Diploma Tiga Teknologi Laboratorium Medis Sekolah Tinggi Ilmu

Kesehatan Perintis Padang.

Penulis dalam menyusun karya tulis ilmiah ini mendapat bantuan dari

banyak pihak, baik secara moril maupun materil, oleh karena itu izinkan penulis

dengan segala kerendahan dan penuh hormat mengucapkan terima kasih pada :

1. Bapak Yendrizal Jafri,S.Kp., M.Biomed selaku Ketua STIKes Perintis

Padang.

2. Ibu Endang Suraini, S.KM., M.Kes selaku Kepala Program Studi Diploma

Tiga Teknologi Laboratorium Medis STIKes Perintis Padang.

3. Bapak Putra Rahmadea Utami, S.Si., M.Biomed selaku pembimbing yang

telah meluangkan wakktunya untuk memberikan bimbingan dan

pengarahan dalam penulisan Karya Tulis Ilmiah ini.

4. Dosen dan seluruh staff Program Studi Diploma Tiga Teknologi

Laboratorium Medik STIKes Perintis Padang.

5. Karyawan/karyawati Perpustakaan STIKes Perintis Padang.

6. Kepada orang tua dan seluruh keluarga tersayang yang selalu memberikan

cinta dan kasih sayangnya, dukungan dan do‟a dalam mengiringi penulis

meraih cita-cita.

7. Kepada rekan-rekanku atas dukungannya.

Akhir kata penulis menyadari sepenuhnya bahwa karya tulis ilmiah ini

masih jauh dari kesempurnaan karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman.

Dengan kerendahan hati penulis mengharapkan segala kritikan dan saran yang

Page 9: KARYA TULIS ILMIAH UJI AKTIVITAS DAYA …

bersifat membangun demi kesempurnaan karya tulis ilmiah dan penulis berharap

semoga karya tulis ilmiah ini bermanfaat untuk perkembangan dan kemajuan ilmu

pengetahuan dimasa yang akan datang.

Padang, Maret 2020

Penulis

Page 10: KARYA TULIS ILMIAH UJI AKTIVITAS DAYA …

DAFTAR ISI

Halaman

LEMBAR PENGESAHAN ................................................................................ i

LEMBAR PERSETUJUAN ............................................................................... ii

DATA RIWAYAT HIDUP ................................................................................. iii

ABSTRACT ......................................................................................................... iv

ABSTRAK ........................................................................................................... v

KATA PENGANTAR ......................................................................................... vi

DAFTAR ISI ........................................................................................................ vii

DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... ix

DAFTAR TABEL ............................................................................................... x

DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................... xi

BAB I PENDAHULUAN .................................................................................... 1

1.1 Latar Belakang .......................................................................................... 1

1.2 Rumusan Masalah ..................................................................................... 3

1.3 Batasan Masalah ....................................................................................... 3

1.4 Tujuan Penelitian ...................................................................................... 3

1.4.1. Tujuan Umum................................................................................ 3

1.4.2. Tujuan Khusus ............................................................................... 3

1.5 Manfaat Penelitian .................................................................................... 4

1.5.1. Bagi Penulis ................................................................................... 4

1.5.2. Bagi Masyarakat ............................................................................ 4

1.5.3. Bagi Instansi Pendidikan ............................................................... 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................ 5

2.1. Deskripsi Lidah Buaya (Aloe Vera) ........................................................ 5

2.1.1. Klasifikasi Lidah Buaya (Aloe Vera L.) ........................................ 6

2.1.2. Khasiat dan Manfaat Lidah Buaya (Aloe Vera L.) ........................ 6

2.1.3. Kandungan Lidah Buaya (Aloe Vera L.) ....................................... 7

2.2. Pseudomonas aeruginosa ........................................................................ 9

2.2.1. Deskripsi ........................................................................................ 9

2.2.2. Taksonomi ..................................................................................... 10

2.2.3. Morfologi dan Identifikasi Bakteri ................................................ 10

2.2.4. Struktur Antigen danToksin .......................................................... 12

2.2.5. Patogenesis .................................................................................... 13

2.2.6. Infeksi yang Disebabkan Pseudomonas aeruginosa ..................... 14

2.3. Prinsip Kerja Antimikroba ....................................................................... 16

2.3.1. Penghambat Terhadap Sintesis Dinding Sel ................................. 17

2.3.2. Penghambat Fungsi Membran Sel ................................................. 17

2.3.3. Penghambat Terhadap Sintesis Protein ......................................... 17

2.4. Antibiotik ................................................................................................. 17

2.4.1. Pengertian Antibiotik .................................................................... 17

Page 11: KARYA TULIS ILMIAH UJI AKTIVITAS DAYA …

2.4.2. Penggolongan Antibiotik Berdasarkan Mekanisme Kerja ............ 17

2.5. Ekstraksi................................................................................................... 18

2.6. Uji Aktivitas Bakteri ................................................................................ 20

2.6.1. Metode Difusi ................................................................................ 20

2.6.2. Metode Dilusi ................................................................................ 21

2.7. Uji In Vitro ............................................................................................... 22

BAB III METODE PENELITIAN .................................................................... 23

3.1. Jenis Penelitian ....................................................................................... 23

3.2. Waktu dan Tempat Penelitian .................................................................. 23

3.2.1. Waktu Penelitian ........................................................................... 23

3.2.2. Tempat Penelitian .......................................................................... 23

3.3. Populasi Sampel ....................................................................................... 23

3.3.1. Kriteria Sampel.............................................................................. 23

3.3.2. Variabel Penelitian ........................................................................ 23

3.4. Persiapan Penelitian ................................................................................. 24

3.4.1. Alat Penelitian ............................................................................... 24

3.4.2. Bahan Penelitian ............................................................................ 24

3.4.3. Sterilisasi Alat ............................................................................... 24

3.5. Prosedur kerja .......................................................................................... 24

3.5.1. Persiapan Bahan ............................................................................ 24

3.5.1.1.1. Penyiapan Simplisa .............................................................. 25

3.5.1.1.2. Pembuatan Ekstrak............................................................... 25

3.5.1.1.3. Pembuatan Media Muller Hilton Agar (MHA) ................... 25

3.5.1.1.4. Media Cair Nutrient Broth (NB) .......................................... 26

3.5.1.1.5. Pembuatan Larutan McFarland ............................................ 26

3.5.1.1.6. Cakram (Disk) ...................................................................... 26

3.5.1.1.7. Peremajaan Bakteri Uji ........................................................ 26

3.5.2. Prosedur Kerja Uji Aktivitas Daya Hambat Ekstrak Lidah Buaya

(Aloe Vera L.) terhadap Bakteri Pseudomonas aeruginosa .......... 27

3.5.2.1. Pembuatan Konsentrasi Lidah Buaya (Aloe Vera L.) ............ 27 3.5.2.2. Pembuatan Suspensi Bakteri .................................................. 28

3.5.2.3. Penanaman Pada Media Muller Hilton Agar (MHA) ............ 28

3.5.2.4. Penyusunan Disk .................................................................... 28

3.5.2.5. Pembacaan Daya Hambat....................................................... 29

3.5.2.6. Uji Aktivitas Bakteri Terhadap Antibiotik ............................. 29

3.6. Teknik Pengolahan dan Analisa Data ...................................................... 30

BAB IV PENUTUP ............................................................................................. 31

4.1. Hasil ......................................................................................................... 31

4.2. Pembahasan ............................................................................................. 32

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN .............................................................. 35

5.1. Kesimpulan .............................................................................................. 35

5.2. Saran ........................................................................................................ 35

DAFTAR PUSTAKA

Page 12: KARYA TULIS ILMIAH UJI AKTIVITAS DAYA …

DAFTAR GAMBAR

Halaman

2.1. Gambar Lidah Buaya (Aloe Vera L.) ....................................................... 6

2.2. Gambar Pseudomonas aeruginosa dengan Pengecatan Gram ................ 10

2.3. Gambar Pseudomonas aeruginosa pada media ....................................... 11

2.4. Gambar Koloni Pseudomonas aeruginosa pada media Blood Agar ....... 12

Page 13: KARYA TULIS ILMIAH UJI AKTIVITAS DAYA …

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 2.1 Kandungan Lidah Buaya....................................................................... 7

Tabel 2.2 Kategori Daya Hambat Bakteri ............................................................. 21

Tabel 4.1 Hasil Uji Aktivitas Ekstrak Lidah Buaya (Aloe Vera L.) terhadap

Bakteri Pseudomonas aeruginosa ........................................................ 31

Page 14: KARYA TULIS ILMIAH UJI AKTIVITAS DAYA …

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1. SPSS Uji Oneway Anova ................................................................. 38

Lampiran 2. Foto Ekstrak Lidah Buaya ................................................................ 39

Lampiran 3. Proses Penelitian ............................................................................... 39

Lampiran 4. Hasil Penelitian ................................................................................. 43

Lampiran 5. Surat Keterangan Nama Bakteri ....................................................... 44

Lampiran 6. Surat Keterangan Penelitian ............................................................. 45

Lampiran 7. Surat Keterangan Bebas Laboratorium ............................................ 46

Lampiran 8. Lembar Konsultasi............................................................................ 47

Page 15: KARYA TULIS ILMIAH UJI AKTIVITAS DAYA …

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Kebutuhan akan antibakteri sangat besar sebagai pengobatan

penyakit infeksi. Penyakit infeksi merupakan jenis penyakit yang paling

banyak diderita oleh penduduk di negara berkembang, termasuk Indonesia.

Salah satu penyebab dari penyakit infeksi adalah bakteri. Bakteri yang

menyebabkan penyakit infeksi merupakan bakteri gram positif dan gram

negatif masih merupakan masalah yang sulit diatasi karena menyangkut

kesadaran masyarakat terhadap kebersihan dan kesehatan (Radji, 2011).

Infeksi saluran kemih (ISK) merupakan infeksi terbesar kedua

setelah infeksi saluran pernafasan. Pravelensi infeksi saluran kemih di

indonesia masih cukup tinggi. Berdasarkan data Departemen Kesehatan

Republik Indonesia, penderita ISK di Indonesia berjumlah 90-100 kasus per

100.000 penduduk pertahun atau sekitar 180.000 kasus baru per tahun

(Depkes RI, 2014).

Menurut WHO sebanyak 25 juta kematian diseluruh dunia pada

tahun 2011, sepertiganya disebabkan oleh penyakit infeksi (WHO, 2011).

Infeksi saluran kemih (ISK) merupakan infeksi dengan keterlibatan bakteri

tersering dikomunitas dan hampir 10% orang pernah terkena ISK selama

hidupnya. Sekitar 150 juta penduduk di seluruh dunia tiap tahunnya

terdiagnosis menderita infeksi saluran kemih. Bakteri yang menyebabkan

ISK biasanya berasal dari flora usus. Penyebab paling umum dari ISK tanpa

komplikasi adalah Escherichia coli, yang mewakili 85% dari infeksi yang

didapat dimasyarakat. Mikroorganisme penyebab infeksi lain termasuk

Staphylococcus saprophyticus 5-15%, Klebsiella pneumoniae, Proteus sp,

Pseudomonas aeruginosa, dan Enterococcus sp 5-10% (Coyle & Prince,

2018).

Pseudomonas aeruginosamerupakan bakteri Gram negatif yang

tersebar luas di alam, terutama terdapat di tanah, air, dan lingkungan yang

Page 16: KARYA TULIS ILMIAH UJI AKTIVITAS DAYA …

lembab. Bakteri tersebut dapat diisolasi dari berbagai sumber termasuk

tumbuhan, hewan dan manusia baik di lingkungan rumah sakit maupun di

luar rumah sakit. Di rumah sakit, Pseudomonas aeruginosa dapat diisolasi

dari, antara lain: alatalat bantu pernafasan, ventilator, perangkat

hemodialisis, desinfektan, sabun, wastafel, dan berbagai lingkungan yang

lembab. Sedangkan di lingkungan komunitas, Pseudomonas aeruginosa

dapat ditemukan terutama di kolam renang, sumber air panas, alat pendingin

udara, tanah, dan perairan (Lister et al. 2019; Mesquita et al.2013).

Beberapa penelitian menunjukkan Pseudomonas aeruginosa

merupakan tiga besar penyebab infeksi nosokomial. Bakteri ini menjadi

penyebab terbanyak untuk bakteri Gram negatif. Pseudomonas aeruginosa

menjadi penyebab 18% - 61% morbiditas dan mortalitas infeksi nosokomial

(Aloush et al. 2006; European Centre for Disease Prevention and Control

2013; Nathwani et al. 2014; Morata etal. 2012).

Di Indonesia, beberapa rumah sakit menunjukkan Pseudomonas

aeruginosa menempati tiga besar penyebab berbagai macam infeksi pada

pasien dewasamaupun anak-anak yang dirawat di Ruang Perawatan Intensif

(Intensive Care Unit/ICU) maupun di ruang rawat nonintensif (Mardiastuti

dkk. 2017; Moehario et al. 2012; Setyati & Murni 2012). Pseudomonas

aeruginosa merupakan patogen oportunis yang dapat menyebabkaninfeksi

lokal maupun sistemik dengan manifestasi klinik yang bervariasi.

Manifestasi yang sering dilaporkan terkait infeksi nosomokial antara lain:

infeksi saluran nafas, fibrosis kistik paru, infeksi saluran kemih, bakteremia,

dermatitis,infeksi jaringan lunak, infeksi tulang dan sendi, infeksi saluran

pencernaan, danberbagai infeksi sistemik lainnya (Nathwani et al. 2014).

Salah satu tanaman yang digunakan sebagai bahan obat yaitu Aloe

vera atau lebih dikenal sebagai lidah buaya (Wahid, 2011).

Lidah buaya (Aloe vera) mengandung antibakteri seperti

antrakuinon, saponin, dan flavonoid (Fani dan Kohanteb, 2012).

Antrakuinon terdiri dari aloe-emodin dan aloin yang dapat

menghambat sintesis protein sel bakteri dan menghambat transfer elektron

Page 17: KARYA TULIS ILMIAH UJI AKTIVITAS DAYA …

pada rantai pernapasan mitokondria (Rahardja, 2010). Flavonoid dapat

menghambat pertumbuhan bakteri dengan cara denaturasiprotein pada sel

bakteri, merusak permeabilitas dinding sel bakteri, mikrosom dan lisosom.

Saponin melarutkan lipid pada membran sel bakteri sehingga tegangan lipid

menurun, merubah permeabilitas sel dan menyebabkan fungsi sel bakteri

tidak normal (Fani dan Kohanteb, 2012).

Ekstrak lidah buaya ( Aloe Vera L.) memiliki kemampuan

menghambat pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus dan bakteri

Escherichia coli ( Ni Kadek Ariyanti, 2012)

Sehingga, perlu adanya menyelesaikan penelitian dalam

menghambat pertumbuhan bakteri Pseudomonas aeruginosa dengan

esktrak lidah buaya.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas dapat dirumuskan masalah

sebagai berikut “Bagaimana ekstrak lidah buaya (Aloe Vera L.) dapat

menghambat pertumbuhan bakteri Pseudomonas aeruginosa ?”

1.3 Batasan Masalah

Pada penelitian ini penulis hanya melihat ada atau tidaknya

pengaruh ekstrak lidah buaya (Aloe Vera L.) terhadap pertumbuhan bakteri

Pseudomonas aeruginosa.

1.4 Tujuan Penelitian

1.4.1 Tujuan umum

Untuk mengetahui uji daya hambat ekstrak lidah buaya

(Aloe Vera L.) terhadap pertumbuhan bakteri Pseudomonas

aeruginosa.

Page 18: KARYA TULIS ILMIAH UJI AKTIVITAS DAYA …

1.4.2 Tujuan khusus

1. Diketahuinya zona hambat pada Pseudomonas aeruginosa

denganmenggunakan ekstrak liah buaya (Aloe Vera L.).

2. Diketahuinya konsentrasi dari ekstrak lidah buaya (Aloe Vera

L.) terhadap zona hambat bakteri Pseudomonas aeruginosa.

1.5 Manfaat Penelitian

1.5.1 Bagi Penulis

Untuk menambah pengetahuan mengenai potensi anti

mikroba ekstrak lidah buaya ( Aloe vera L.) terhadap daya hambat

bakteri Pseudomonas aeruginosa.

1.5.2 Bagi Masyarakat

Sebagai masukan atau informasi kepada masyarakat

mengenai manfaat dan khasiat lidah buaya.

1.5.3 Bagi Instansi Pendidikan

Untuk menambah referensi dibidang bakteriologi bagi

perpustakaan STIKes Perintis Padang.

Page 19: KARYA TULIS ILMIAH UJI AKTIVITAS DAYA …

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Deskripsi Lidah Buaya (Aloe vera L.)

Lidah buaya (Aloe vera: Latin: Aloe barbadensis Milleer) adalah

sejenis tanaman yang sudah dikenal sejak ribuan tahun silam dan digunakan

sebagai penyubur rambut, penyembuh luka, dan untuk perawatan kulit. Kata

„Aloe Vera‟ berasal dari bahasa Arab „Alloeh‟ yang artinya bahan pahit

yang berkilat, dan dalam bahasa Latin „Aloe‟ berarti pokok, sedangkan

„Vera‟ berarti tulin atau pokok tulin. Pokok Aloe tergolong dalam keluarga

tanaman „Lily‟. Secara umum, lidah buaya merupakan satu dari sepuluh

jenis tanaman terlaris didunia yang mempunyai potensi untuk

dikembangkan sebagai tanaman obat dan bahan baku industri. Berdasarkan

hasil penelitian, tanaman lidah buaya kaya akan kandungan zat-zat seperti

enzim, asam amino, mineral, vitamin, polisakarida, dan komponen lain yang

sangat bermanfaat bagi kesehatan (Arifin, 2014).

Lidah buaya merupakan tanaman serbaguna untuk kesehatan yang

mudah ditanam dan tumbuh didaerah berhawa panas (tropik). Tanaman ini

mendapat julukan the miracle plant atau tanaman ajaib karena memiliki

banyak manfaat dan khasiat bagi kehidupan manusia. Disamping itu,

karenamampu menyembuhkan luka dan meredam rasa sakit atau panas di

kulit yang terbakar (Arifin, 2014).

Tanaman lidah buaya berbatang pendek dan tidak terlihat

dikarenakan tertutup susunan daun yang rapat dan sebagian tertanam dalam

tanah. Daun tanaman lidah buaya berbentuk pita dengan helaian

memanjang. Daunnya berdaging tebal, tidak bertulang, berwarna hijau ke

abu-abuan, bersifat sukulen (mengandung banyak air), dan banyak

mengandung getah atau lendir (gel) sebagai bahan baku obat. Ujung daun

meruncing dengan permukaan dilapisi lilin, dengan duri lemas dipinggirnya.

Panjang daun dapat mencapai 50-75 cm, dengan berat 1/2– 1kg, daun

melingkar rapat disekeliling batang bersap-sap (Satya, 2013).

Page 20: KARYA TULIS ILMIAH UJI AKTIVITAS DAYA …

Bunga lidah buaya berupa pipa yang mengumpul, keluar dari ketiak

daun dan berwarna kuning atau kemerah-merahan. Bunga berukuran kecil

tersusun dalam rangkaian berbentuk tandan. Akar berupa akar serabut

pendek, berada dipermukaan tanah, dan memiliki panjang akar 50-100 cm

(Satya, 2013).

2.1.1 Klasifikasi Lidah Buaya (Aloe vera L.)

Klasifikasi lidah buaya menurut (Furnawanthi, 2017) sebagai berikut:

Kingdom : Plantae

Divisi : Spermatophyta

Kelas : Magnoliopsida

Ordo : Asparagales

Famili : Xanthorrhoeaceae

Genus : Aloe

Spesies : Aloe vera L.

Gambar 2.1 Lidah buaya (Aloe vera L.) (Putra, 2019)

2.1.2 Khasiat dan Manfaat Lidah Buaya (Aloe vera L.)

Khasiat dari tumbuhan lidah buaya sangat banyak termasuk

untuk pemanfaatan pemakaian luar pada tubuh manusia yaitu seperti

pada luka bakar atau tersiram air panas dengan mengaplikasikan

bagian dalam daun lidah buaya yang ditempelkan pada bagian tubuh

yang terkena api/air panas. Selain sebagai luka bakar lidah buaya juga

Page 21: KARYA TULIS ILMIAH UJI AKTIVITAS DAYA …

bermanfaat untuk penyuburan rambut dengan mengambil bagian

dalam daun lidah buaya yang menyerupai agar-agar digosokkan

kekulit kepala sesudah mandi sore dan dingkus dengan kain lalu

keesokan hariya rambut dicuci dan penggunaan lidah buaya seperti ini

selama 3 bulan akan menghasilkan hasil yang memuaskan. Selain

untuk pemanfaatan pemakaian lidah buaya untuk luar tubuh juga

dapat dilakukan untuk pemakaian dalam tubuh seperti untuk

pengobatan kencing manis (diabetes mellitus) dengan meminum

rebusan lidah buaya sehabis makan, batuk rejan dengan meminum

rebusan lidah buaya dengan tambahan gula atau madu, syphillis

dengan merebus bunga dan daging lidah buaya lalu diminum,

cacingan dan susah buang air kecil dengan meminum rebusan akar

lidah buaya, wasir atau ambeien dengan meminum daun batang lidah

buaya yang telah diparut dan dicampu madu dengan diminum 3 kali

sehari, sebagai pengobatan sembelit dengan meminum seduhan batang

daun lidah buaya dengan campuran madu dan masih banyak lagi

khasiat-khasiat yang telah dipakai sebagai pengobatan tradisional

(Satya, 2013).

2.1.3 Kandungan Lidah Buaya (Aloe vera L.)

Zat Kegunaan

Lignin Mempunyai kemampuan

penyerapan yang tinggi,

sehingga memudahkan

peresapan gel ke kulit atau

mukosa.

Saponin Mempunyai kemampuan

membersihkan dan bersifat

antiseptic

Bahan pencuci yang sangat

Page 22: KARYA TULIS ILMIAH UJI AKTIVITAS DAYA …

baik

Kompleks Anthraquinone alon,

Barbaloin,Iso-

Barbaloin,Anthranol, Aloe

emodin, Anthrancene, Aloetic

acid, Ester Asan Sinamat, Asam

Krisophanat, Eteral oil,

Resistanol

Bahan laktasatif

Penghilang rasa sakit,

mengurangi racun

Senyawa anti bakteri

Mempunyai kandungan

antibiotic

Acemannan Sebagai anti virus

Anti bakteri

Anti jamu

Dapat menghancurkan sel

tumor, serta meningkatkan

daya tahan tubuh

Vitamin B1, B2, Niacinamida,

B6, Cholin, Asam Folat

Bahan penting untuk

menjalankan fungsi

tubuhsecara norma

Enzim oksidase, amylase,

katalase, lifase, protease

Mengatur proses-proses

kimia dalam tubuh

Menyembuh kan luka dalam

dan luar

Monosakarida, polisakarida,

selulosa, glukosa, mannose,

aldophentosa, rhamnosa

Bahan laktasatif

Penghilang rasa sakit,

mengurangi racun

Senyawa antibakteri

Mempunyai kandungan

antibiotic

Enzim bradykinase,

karbiksipeptidase

Mengurangi inflamasi

Anti alergi

Salisilat Menghilangkan rasa

Page 23: KARYA TULIS ILMIAH UJI AKTIVITAS DAYA …

sakit, dan anti inflamasi

Tennin, aloctin A Sebagai anti inflamasi

Tabel 2.1 Kandungan Lidah Buaya Sumber:(Arifin, 2014)

Lidah buaya menandung komplek antraquinon antara lain aloe

emodin, aloin, dan barbaloin. Kandungan antraquion menghambat sintesis

protein bakteri sehinga bakteri tidak dapat tumbuh. Zat lain terkandung

dalam lidah buaya yaitu zat saponim yang mempunyai kemampuan sebagai

pembersih sehingga efektif untuk menyebuhkan luka terbuka (Rahmawati,

2014). Lidah buaya menganddung glikoprotein yang meningkatan fibroblast

dermal. Ekstrak daun lidah buaya mengandung sekitar 75 senyawa bioaktif

yang diantaramya terdiri dari polisakarida, glikoprotein, polisakarida,

flavonoid, aloesin, saponin, vitamin A, vitamin B, vitamin B12, vitamin C,

dan vitamin E serta asam amino (Sharma, 2014).

Aloe vera mengandung steroid seperti kolesterol, campesterol, β-

Sitosterol, dan lupeol ( Sharma,2013). Steroidd tersebut berfungsi sebagai

anti inflamasi, antiseptik, dan penhilang rasa sakt ( Wijaya, 2013 ).

2.2 Pseudomonas aeruginosa

2.2.1. Deskripsi

Pseudomonas aeruginosa merupakan kuman patogen

oportunistik yang dapat menyebabkan keadaan yang invasif pada

pasien dengan penyakit kritis maupun pasien yang memiliki tingkat

imunitas yang sangat rendah. Umumnya kuman ini sering

ditemukan sebagai penyebab infeksi nosokomial di rumah sakit

khususnya di Intensive Care Unit (ICU) (Putri & Rasyid, 2014).

Infeksi yang terjadi pada darah, pneumonia, infeksi saluran kemih,

dan infeksi sesudah operasi dapat menyebabkan infeksi berat yang

dapat menyebabkan kematian (Soekiman, 2016).

Page 24: KARYA TULIS ILMIAH UJI AKTIVITAS DAYA …

2.2.2 Taksonomi

Pemberian nama bakteri Pseudomonas aeruginosa

memakai sistem penamaan binomial. Klasifikasi dari Pseudomonas

aeruginosa adalah (Siegrist,2010) :

Kingdom : Bacteria

Phylum : Proteobacteria

Class : Gamma Proteobacteria

Order : Pseudomonadales

Family : Pseudomonadadaceae

Genus : Pseudomonas

Species : aeruginosa

2.2.3 Morfologi dan Identifikasi Bakteri

a. Ciri Khas Organisme

Pseudomonas aeruginosa bersifat motil dan berbentuk

batang, dengan ukuran sekitar 0,6 x 2 mm. Bakteri ini

tergolong kelompok bakteri gram negative dan dapat muncul

dalam bentuk tunggal, berpasangan atau kadang-kadang dalam

bentuk rantai pendek. (Brooks et al, 2013).

Gambar 2.2 Pseudomonas aeruginosa dengan Pengecatan Gram

(Broks et al., 2013)

b. Biakan

Pseudomonas aeruginosa adalah bakteri obligat yang

dapat tumbuh dengan mudah pada berbagai jenis media

pembiakan, terkadang mengeluarkan bau manis atau

Page 25: KARYA TULIS ILMIAH UJI AKTIVITAS DAYA …

menyerupai bau buah-buahan seperti anggur atau seperti

jagung. Beberapa strain menyebabkan hemolisis darah (El-

Fouly et al., 2015; Brooks et al., 2013)

Pseudomonas aeruginosa membentuk koloni besar dan

halus dengan permukaan rata dan meninggi (fried egg

apperance) dan koloni halus dan mukoid yang biasanya didapat

dari sekresi saluran pernafasan dan saluran kemih (Todar,

2012). Bakteri ini juga sering menghasilkan 7 pigmen

piosianin, pigmen kebiru-biruan yang tidak berfluoresensi,

yang berdifusi kedalam agar. Spesies Pseudomonas yang lain

tidak menghasilkan piosianin . Banyak strain Pseudomonas

aeruginosa juga memproduksi pigmen pioverdin yang

befluoresensi, yang memberikan warna kehijauan pada agar.

Beberapa strain menghasilkan pigmen piorubin yang berwarna

merah gelap atau pigmen piomelanin yang berwarna hitam

(Brooks et al., 2013).

Gambar 2.3 Peudomonas aeruginosapada media memproduksi

pigmen pioverdin yang memberikan warna kehijauan pada agar

dan pigmen piosianin yang berwarna kebiru-biruan.

Page 26: KARYA TULIS ILMIAH UJI AKTIVITAS DAYA …

Gambar 2.4 Koloni Pseudomonas aeruginosa pada media Blood

Agar Plate menunjukkan adanya hemolisis.

Pseudomonas aeruginosa pada biakan dapat

membentuk berbagai jenis koloni. Tiap jenis koloni dapat

mempunyai aktivitas biokimia dan 8 enzimatik berbeda serta

pola kepekaan antibakteri yang berbeda pula. Kadang tidak

jelas apakah suatu jenis koloni merupakan strain Pseudomonas

aeruginosa yang berbeda atau varian dari strain yang sama.

(Sinulingga, 2015).

c. Sifat Pertumbuhan

Pseudomonas aeruginosa tumbuh dengan baik pada

suhu 37-42°C (Pratiwi,2013). Pertumbuhannya pada suhu

42°C membantu membedakannya dari spesies pseudomonas

lain dalam kelompok fluoresen. Bakteri ini bersifat oksidase

positif, tidak memfermentasi laktosa dan dengan mudah

dibedakan dengan bakteri lactose-fermenter, tetapi banyak

strain mengoksidasi glukosa. Identifikasi biasanya berdasarkan

morfologi koloni, sifat oksidase-positif, adanya pigmen yang

khas (Kasper et al., 2015).

2.2.4 Struktur Antigen dan Toksin

Pili menjulur dari pemukaan sel dan membantu pelekatan

pada sel epitel pejamu. Eksopolisakarida merupakan komponen

Page 27: KARYA TULIS ILMIAH UJI AKTIVITAS DAYA …

yang menyebabkan koloni mukoid terlihat pada biakan pasien

dengan fibrosis kistik. Lipopolisakarida, yang ada dalam berbagai

imunotipe, bertanggung jawab pada kebanyakan sifat endotoksik

organisme (Cigana et al., 2011).

Pseudomonas aeruginosa dapat digolongkan berdasarkan

imunotipe lipopolisakarida dan kepekaannya terhadap piosin

(bakteriosin). Sebagian besar isolat Pseudomonas aeruginosa yang

berasal dari infeksi klinik menghasilkan enzim ekstraseluler,

termasuk elastase, protease, dan dua hemolisin (fosfolipase C tidak

tahan panas dan glikolipid tahan panas) (Rezki, 2016).

Banyak strain Pseudomonas aeruginosa menghasilkan

eksotoksin A, yang dapat bereaksi setiap kali berikatan dengan sel

inang sehingga dapat menyebabkan menyebabkan nekrosis jaringan

dan bersifat letal untuk binatang jika disuntikan dalam bentuk

murni. Eksotoksin tersebut menghambat sintesis protein melalui

suatu mekanisme kerja yang serupa seperti mekanisme toksin

difteri, walaupun struktur kedua toksin tersebut tidak sama.

Antitoksin terhadap eksotoksin A ditemukan pada beberapa serum

manusia, termasuk pasien yang telah sembuh dari infeksi berat

Pseudomonas aeruginosa (Sinulingga, 2015).

2.2.5 Patogenesis

Bakteri patogen yang bersifat opotunistik seperti

Pseudomonas aeruginosa, kemunculan penyakit dimulai dengan

adanya gangguan atau kelainan dari sistem pertahanan tubuh yang

normal (Todar, 2012).

Bakteri ini menempel dan membentuk koloni pada

membran mukosa atau kulit, menginvasi secara lokal, dan

menyebabkan penyakit sistemik. (Brooks et al., 2013) Kebanyakan

infeksi oleh Pseudomonas bersifat invasif dan toksinogenik. Infeksi

Page 28: KARYA TULIS ILMIAH UJI AKTIVITAS DAYA …

pseudomonas yang paling utama, terjadi dalam 3 fase berbeda,

yaitu :

1. Perlekatan bakteri dan kolonisasi.

2. Invasi local.

3. Penyebaran penyakit sistemik.

Faktor penentu patogenitas sangat berperan dalam fase-fase

ini dan juga memberikan pengaruh utama pada sindromasindroma

khas yang muncul bersama dengan penyakit yang timbul (Todar,

2012).

2.2.6 Infeksi yang disebabkan Pseudomonas aeruginosa

1. Infeksi paru-paru

Pseudomonas aeruginosa terjadi pada pasien dengan

penyakit paru-paru kronis atau gangguan imunitas, biasanya

berkaitan dengan faktor nosokomial seperti intubasi endotrakeal,

terapi pernafasan, rumah sakit yang berkepanjangan,penggunaan

antibiotik, dan neutropenia(Lessnau, 2013).

Pneumonia yang diamati pada pasien dengan imuno supresi

dan penyakitparu-paru kronis dapat diperoleh dari nosokomial di

unit perawatan intensif (ICU) berhubungan dengan ventilasi

tekanan positif dan tabung endotrakeal. Pneumonia dapat bersifat

primer, organisme dari saluran pernapasan bagian atas, terutama

pada pasien pada ventilasi mekanik mungkin terjadi sebagai akibat

dari penyebaran bakteremia ke paru-paru. Ini sering diamati pada

pasien setelah kemoterapi-induksi neutropenia. Pneumonia

bakteremia terjadi pada pasien dengan neutropenia yang mengikuti

kemoterapi dan pada pasien dengan AIDS(Lessnau, 2013).

Infeksi kronis dari saluran pernapasan bagian bawah dengan

Pseudomonas aeruginosa umum adalah pasien dengan fibrosis

Page 29: KARYA TULIS ILMIAH UJI AKTIVITAS DAYA …

kistik. Pasien-pasien tersebut dengan gejala klinis batuk kronis

produktif, anoreksia, penurunan berat badan,mengi, dan takipnea.

Gejala pneumonia termasuk demam, menggigil, dispneaberat,

sianosis, batuk produktif, kebingungan, dan tanda-tanda lainnya

darirespons inflamasi sistemik (Lessnau, 2013).

2. Telinga

Dalam otitis eksterna pasien datang dengan nyeri pada

bagian telinga.Nyeri ini diperparah dengan traksi pada pinna.

Infeksi Pseudomonas aeruginosa adalahpenyebab umum dari otitis

media kronis. Sedangkan otitis eksterna kronis adalahmanifestasi

dari infeksi invasif terutama diamati pada pasien dengan

diabetesyang tidak terkontrol. Ini dimulai sebagai otitis eksterna

biasa yang gagal untukmeresponterapi antibiotik. Gejala yang

muncul adalah nyeri persisten, edema,dan nyeri jaringan lunak

telinga, dengan discharge purulen. Demam jarang terjadi,dan

beberapa pasien datang dengan kelumpuhan saraf wajah.

Perpanjangan infeksi ke tulang temporal dapat menyebabkan

osteomielitis, dan perpanjangan lebih lanjut dapat membuat

kelumpuhan sarafkranial dan mungkin infeksi sistem saraf pusat

(Lessnau, 2013).

3. Mata

Infeksi pada mata kornea, aqueous humor, dan vitreous

humor terdiri dari sebuah lingkungan yang immuno kompromised,

dan ketika Pseudomonas diperkenalkan, menghasilkan enzim

ekstraseluler yang menyebabkan lesi progresif cepat dan destruktif.

Pseudomonas aeruginosa merupakan penyebab umum dari

keratitisbakteri, abses skleral, dan endophthalmitis pada orang

dewasa dan oftalmianeonatorum pada anak-anak. Kondisi

predisposisi keterlibatan kornea adalah trauma, penggunaan lensa

kontak, predisposisi kondisi okular, paparan lingkungan di ICU,

Page 30: KARYA TULIS ILMIAH UJI AKTIVITAS DAYA …

dan AIDS. Lesi pada kornea dapat berkembang menjadi

endophthalmitis dan orbital selulitis. Gejala dapat berupa nyeri,

kemerahan,bengkak, dan gangguan penglihatan (Lessnau, 2013).

4. Infeksi Saluran Kemih

Infeksi saluran kemih Pseudomonas biasanya didapat di

rumah sakit dan berhubungan dengan kateterisasi dan pembedahan.

Infeksi ini dapat melibatkan saluran kemih melalui penyebaran

bakteremia. Selain itu, infeksi ini sering merupakan sumber

bakteremia. Tidak ada karakteristik khusus membedakan

jenisinfeksi dari bentuk-bentuk infeksi saluran kemih

(Lessnau,2013).

5. Kulit

Pseudomonastidak tumbuh pada kulit kering, tetapi tumbuh

subur padakulit lembab. Sindrom kuku hijau adalah infeksi

paronchial yang dapat terjadipada individu yang tangannya sering

terendam air. Infeksi luka sekunder terjadi pada pasien dengan

dekubitus, eksim, dan tinea pedis. Infeksi ini mungkin memiliki

karakteristik eksudat biru-hijau dengan bau fruity. Pasien datang

dengan pruritus folikular, makulopapular, vesikuler, atau lesi

pustular pada setiap bagian tubuh yang direndam dalam air.

Pseudomonas bakteremia menghasilkan lesi kulit yang khas

dikenal sebagai ektima gangrenosum. Pseudomonas juga telah

muncul sebagai sumber penting sepsis luka bakar. Invasif luka

bakar didefinisikan sebagai proliferasi bakteri dari 100.000

organisme per gram jaringan, dengan keterlibatan yang terletak di

bawah jaringan yang terbakar (Lessnau, 2013).

2.3 Prinsip Kerja Antimikroba

Antibakteri adalah zat yang membunuh atau menekan

pertumbuhan atau reproduksi bakteri. Suatu zat antibakteri yang ideal

harus memiliki sifat toksisitas selektif, artinya bahwa suatu obat berbahaya

Page 31: KARYA TULIS ILMIAH UJI AKTIVITAS DAYA …

terhadap parasit tetapi tidak membahayakan tuan rumah (hopses). Zat

antibakteri dibagi menjadi dua kelompok, yaitu antibakteri yang dapat

menghambat pertumbuhan bakteri (bakteriostatik) dan antibakteri yang

dapat membunuh bakteri (bakteriosid) (Tristiyanto, 2009).

2.3.1. Penghambat Terhadap Sintesis Dinding Sel

Antimikroba menghambat sintesis dinding sel bakteri atau

mengaktivasi enzim yang dapat merusak dinding sel bakteri.

Termasuk dalam antimikroba adalah penisilin, sefalosporin,

vankomisin, ritosin, basitrasin, dan sikloserin.

2.3.2. Penghambat Fungsi Membran Sel

Antimikroba bekerja secara langsung pada membran sel yang

mempengaruhi permeabilitas dan menyebabkan keluarnya senyawa

intraseluler bakteri. Dalam hal ini antimikroba dapat :

1. Berinteraksi dengan streol membran sel pada jamur,

misalnya : amfoterisin B dan nistatin.

2. Merusak membran sel bakteri gram negatif misalnya :

polimiskin dan kolistin.

3.

2.3.3. Penghambat Terhadap Sintesis Protein

Antimikroba mempengaruhi fungsi ribosom bakteri yang

menyebabkan sintesis protein dihambat.

2.4 Antibiotik

2.4.1. Pengertian Antibiotik

Antibiotik adalah senyawa yang dihasilkan oleh

mikroorganisme (bakteri, jamur) yang mempunyai efek

menghambat atau menghentikan suatu proses biokimia

mikroorganisme lain. Sifat antibiotik harus memiliki sifat toksisitas

Page 32: KARYA TULIS ILMIAH UJI AKTIVITAS DAYA …

selektif setinggi mungkin artinya obat tersebut harus bersifat sangat

toksik untuk mikroba (Setiabudy, 2017).

2.4.2. Penggolongan Antibiotik Berdasarkan Mekanisme Kerja

Berdasarkan mekanisme kerjanya, antibiotik dibagi dalam

lima kelompok (Setiabudy, 2017):

a. Antibiotik yang menghambat metabolisme sel bakteri.

Antibiotik yang masuk dalam kelompok ini ialah sulfanomid,

Trimetropim, Asam p-aminosalisilat (PAS) dan Sulfon.

b. Antibiotik yang menghambat sintesis dinding sel bakteri.

Antibiotik ini menghambat dinding sel sehingga menghilangkan

kemampuan berkembang biak dan menimbulkan lisis, obat yang

termasuk dalam kelompok ini adalah Penisilin, Sefalospirin,

Vankomisin, dan Sikloserin.

c. Antibiotik yang mengganggu keutuhan membrane sel bakteri.

Antibiotik yang dikenal mengganggu membran sel,

mempengaruhi permeabelitas sehingga menimbulkan kebocoran

dan kehilangan senyawa intraseluler, contoh Polimiksin,

Nistatin.

d. Antibiotik yang menghambat sintesis asam nukleat sel bakteri.

Antibiotik yang termasuk dalam kelompok ini adalah Rifamfisin

dan golongan kuinolon. Rifampisi, salah satu derivat rifamfisin,

berikatan dengan enzim polimerase-RNA sehingga menghambat

sintesis RNA dan DNA oleh enzim tersebut. Golongan kuinolon

menghambat enzim DNA girase pada kuman yang fungsinya

menata kromosom yang sangat panjang menjadi bentuk spiral

hingga bisa muat dalam sel kuman yang kecil.

e. Antibiotik yang menghambat sintesis protein sel bakteri.

Page 33: KARYA TULIS ILMIAH UJI AKTIVITAS DAYA …

Obat yang termasuk dalam kelompok ini adalah golongan

Aminoglikosid, Makrolid, Linkomisin, Tetrasikilin, dan

Kloramfenikol.

2.5. Ekstraksi

Ekstraksi merupakan suatu proses penarikan komponen senyawa

yang diinginkan dari suatu bahan dengan cara pemisahan satu atau lebih

komponen dan suatu bahan yang merupakan sumber komponennya. Pada

umumnya ekstraksi akan semakin luas. Dengan demikian, semakin halus

serbuk simplisia maka akan semakin baik ekstraksinya. Selain luas bidang,

ekstraksi juga dipengaruhi oleh sifat fisik dan kimia simplisia yang

bersangkutan ( Ahmad, 2006).

Proses pemisahan senyawa dari simplisia dilakukan dengan

menggunakan pelarut tertentu sesuai dengan sifat senyawa yang akan

dipisahkan. Pemisahan senyawa berdasarkan kaidah like dissolved like

yang artinya suatu senyawa akan larut dalam pelarut yang sama tingkat

kepolarannya. Bahan dan senyawa kimia akan mudah larut pada pe;arut

yang relatif sama kepolarannya.Kepolaran suatu pelarut ditentukan oleh

besar konstanta dieletriknya, yaitu semakin besar nilai konstanta dieletrik

suatu pelarut maka polaritasnya semakin besar ( Ahmad, 2006).

Menurut Ditjen POM RI (2000), ada beberapa metode ekstraksi

yang sering digunakan antara lain yaitu:

a. Cara dingin

1. Maserasi adalah proses pengeskstrakan simplisia dengan

menggunakan pelarut dengan beberapa kali pengocokan atau

pengadukan pada temperatur ruangan (kamar). Cairan penyari akan

menembus dinding sel dan masuk kedalam rongga sel yang

mengandung zat aktif yang akan larut, karena adanya perbedaan

konsentrasi antara larutan zat aktif di dalam sel dan diluar sel maka

larutan terpekat didesak keluar.

Page 34: KARYA TULIS ILMIAH UJI AKTIVITAS DAYA …

2. Perkolasi adalah ekstraksi dengan pelarut yang selalu baru sampai

sempurna yang umumnya dilakukan pada temperatur ruangan.

Proses terdiri dari tahap pengembangan, tahap maserasi antara dan

tahap perkolasi sebenarnya terus-menerus sampai diperoleh ekstrak

(perkolat).

b. Cara panas

1. Refluks adalah ekstraksi dengan pelarut pada temperatur titik

didihnya, selama waktu tertentu dan jumlah pelarut terbatas yang

relatif konstan karena adanya pendingin balik.

2. Sokletasi adalah ekstraksi dengan menggunakan pelarut yang selalu

baru dan umumnya dilakukan menggunakan alat khusus sehingga

terjadi ekstrak kontinu dengan jumlah pelarut relatif konstan

dengan adanya pendingin balik.

3. Digesti adalah maserasi kinetik (dengan pengadukan kontinu) pada

temperatur yang lebih tinggi dari temperatur ruangan (kamar), yaitu

secara umum dilakukan pada temperatur 40-50°C.

4. Infundasi adalah proses penyaringan yang umumnya dilakukan

untuk menyaring zat kandungan aktif yang larut dalam air dari

bahan-bahan nabati. Proses ini dilakukan pada suhu 90°C selama

15 menit.

5. Dekok adalah infus pada waktu yang lebih lama ≥30°C dan

temperatur sampai titik didih air.

2.6. Uji Aktivitas Bakteri

Penentu aktivitas antibiotik dapat dilakukan dengan dua metode,

yaitu metode difusi dan dilusi.

Page 35: KARYA TULIS ILMIAH UJI AKTIVITAS DAYA …

2.6.1. Metode Difusi

Metode yang paling sering digunakan adalah metode difusi

agar. Cakram kertas berisi sejumlah obat tertentu yang ditempatkan

pada permukaan medium padat yang sebelumnya telah diinokulasi

bakteri uji pada permukaanya, setelah inkubasi, diameter zona

hambatan sekitar cakram dipergunakan mengukur kekuatan

hambatan obat terhadap organisme uji. Metode ini dipengaruhi

oleh beberapa faktor fisik dan kimia (Jawetz et al., 2014).

Interprestasi hasil tes difusi harus didasarkan pada

perbandingan antara metode difusi dan dilusi. Perbandinan

demikian telah menghasilkan nilai standar rujukan. Garis-garis

regresi linier dapat memperlihatkan hubungan antara log

konsentrasi inhibitorik minimum dalam tes dilusi dan diameter

zona inhibisi dalam tes difusi (Jawet, Melnick, dan Adelberg,

2010). Aktivitas antimikroba ada yang kuat, sedang, an lemah.

Berikut merupakan kategori daya hambat bakteri.

Tabel 2.2 Kategori Daya Hambat Bakteri

Diameter Zona Hambat Kategori

≤5 mm Lemah

6- 10 mm Sedang

11-20 mm Kuat

≥ 20 mm Sangat Kuat

Sumber: Susanto, dkk. (dalam Permadani, Puguh dan Sarwiyono, 2014)

2.6.2. Metode Dilusi

Metode dilusi dibedakan menjadi dua yaitu dilusi cair

(Broth dilution) dan dilusi padat (Solid dilution).

a. Metode dilusi cair (Broth dilution test)

Larutan zat antibakteri dilarutkan dengan pelarut yang

sesuai, kemudian diencerkan dengan medium cair berturut-turut

pada tabung yang disusun dalam satu deret hingga konsentrasi

terkecil yang dikehendaki. Tiap tabung (yang berisi campuran

Page 36: KARYA TULIS ILMIAH UJI AKTIVITAS DAYA …

media dan larutan zat antibakteri dengan berbagai konsentrasi

tersebut) ditanami dengan suspensi bakteri yang mengandung

kira-kira 105 –106 CFU/mL,selanjutnya dibiakan dalam media

tabung diinkubasi pada suhu 37ºC selama 18-24 jam (Lenny,

2016). Pertumbuhan bakteri diamati dengan cara melihat

kekeruhan didalam tabung tersebut, yang disebabkan oleh

inokulum bakteri. Larutan uji agen antibakteri pada kadar

terkecil yang terlihat jernih tanpa adanya pertumbuhan mikroba

uji ditetapkan sebagai KHM (Pratiwi, 2008).

b. Metode dilusi padat (Solid dilution test)

Metode ini serupa dengan metode dilusi cair namun

menggunakan media padat. Pada dilusi padat tiap konsentrasi

obat dicampurkan dengan media agar lalu ditanami bakteri dan

diinkubasi. Keuntungan metode ini adalah satu konsentrasi agen

antibakteri yang diuji dapat digunakan untuk menguji beberapa

bakteri uji (Pratiwi, 2008). Hasil pengamatan KHM dibaca

sebagai konsentrasi terendah yang menghambat pertumbuhan

mikroorganisme, jika terlihat pertumbuhan bakteri tidak jelas

atau kabur maka pertumbuhan bakteri dapat dibiakan (Soleha,

2015).

2.7. Uji In Vitro

Pengujian secara invitro adalah pengujian yang dilakukan di luar

tubuh, yang berkenaan dengan percobaan biologis yang dilakukan di

dalam tabung reaksi atau alat-alat laboratorium lainnya, biasanya

dilakukan dengan tujuan percobaan atau penelitian (Irianto, 2006).

Page 37: KARYA TULIS ILMIAH UJI AKTIVITAS DAYA …

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental laboratorium

untuk menenentukan aktivitas antibakteri ekstrak liah buaya (Aloe Vera

L.) terhadap bakteri Pseudomonas aeruginosa .

3.2. Waktu dan Tempat Penelitian

3.2.1. Waktu Penelitian

Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Juli-

Desember 2019.

3.2.2. Tempat Penelitian

Tempat dan waktu penelitian ini telah dilakukan di

laboratorium mikrobiologi STIFI Perintis Padang.

3.3. Populasi Dan Sampel

3.3.1. Kriteria Sampel

Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah 500

gram lidah buaya, serta bakteri Pseudomonas aeruginosa yang

diambil dari biakan murni.

3.3.2. Variabel Penelitian

1. Variabel bebas

Yang menjadi variabel bebas adalah konsentrasi ekstrak

lidah buaya (Aloe Vera L.).

2. Variabel terikat

Yang menjadi variabel terikat adalah daya bunuh anti

bakteri terhadap Pseudomonas aeruginosa.

Page 38: KARYA TULIS ILMIAH UJI AKTIVITAS DAYA …

3.4. Persiapan Penelitian

3.4.1. Alat Penelitian

Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

cawan petri, tabung reaksi, kawat ose, lampu spritus, timbangan

analitik, jangka sorong, mikroskop, erlenmeyer, beaker glass,

pinset, oven, inkubator, pipet ukur, penangas air, rotary

evaporator.

3.4.2. Bahan Penelitian

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah : strain

murni bakteri Pseudomonas aeruginosa, ekstrak etanol lidah

buaya, NaCl fisiologis steril (dalam kemasan), disk kosong steril,

kertas label, kertas perkamen, kapas tisu, spuit, kapas lidi steril,

korek api, aquades sebagai kontrol negatif, antibiotik

chloramfenicol sebagai kontrol positif.

Media kultur yang digunakan adalah MHA (Muller Hilton

Agar), NB (Nutrient Broth), Endo Agar, Nutrient Agar, dan

Larutan Mc Farland.

3.4.3. Sterilisasi Alat

Semua alat yang terbuat dari kaca terlebih dahulu dicuci

dan dikeringkan serta dibungkus dengan kertas perkamen.

Sterilisasi dilakukan dengan oven pada suhu 160°C selama 1 jam

sedangkan media seperti blue tips, yellow tips dan alat lain yang

tidak tahan terhadap pemanasan kering tetapi tahan terhadap

tekanan disterilkan menggunakan autoklaf pada suhu 121°C

selama 15 menit.

3.5. Prosedur Kerja

3.5.1. Persiapan Bahan

3.5.1.1. Penyiapan Simplisia

Simplisia adalah bahan alam atau tumbuhan yang telah

dikeringkan dengan suhu pengeringan simplisia tidak lebih

Page 39: KARYA TULIS ILMIAH UJI AKTIVITAS DAYA …

dari 60°C (Anonim, 2009). Tumbuhan lidah buayadidapatkan

dari. Bagian tumbuhan yang dipakai Lidah Buaya (Aloe vera

L.) adalah daging daun. Pengambilan sampel tumbuhan

dilakukan dengan golok dan dipilih tumbuhan yang segar dan

masih dalam keadaan baik. Kemudian Lidah Buaya (Aloe vera

L.) disortasi basah dan dikupas kulit daunya, kemudian

ditimbang dan selanjutnya diteruskan dengan metode maserasi

ekstraksi.

3.5.1.2. Pembuatan Ekstrak

Pembuatan Ekstrak Metode ekstraksi yang digunakan

untuk mengekstraksi tumbuhan Lidah Buaya (Aloe vera L.)

adalah metode ekstraksi cara dingin yakni maserasi.

Daun lidah buaya dikupas dahulu sehingga

mendapatkan gel lidah buaya sebanyak 500 gram dihaluskan

dengan blender kemudian direndam dengan 1000 ml pelarut

etanol 96%, setelah itu didiamkan selama 2-3 hari dalam toples

tertutup. Lalu saring ekstrak cair dengan penyaring kain kasa

dan tampung ekstrak dalam botol. Hasil ekstrak diuapkan

selama menggunakan rotary evaporator. Hasil ekstrak kental

Lidah Buaya dikeringkan dengan metode Freeze Dry.

3.5.1.3. Pembuatan Media MHA

Media MHA ditimbang sebanyak 9,5 gr di masukkan

kedalam Erlenmeyer 250 ml, lalu dilarutkan dengan aquadest

100 ml dan dipanaskan di atas hot plate sampai mendidih

sambil diaduk hingga terlarut secara sempurna. Lalu

disterilkan di dalam autoclave pada suhu 121oC selama 15

menit.

3.5.1.4. Media Cair NB

Sebanyak 12 gram media NB (Nutrient Broth)

ditambah aquades sampai 100 ml, kemudian dipanaskan

Page 40: KARYA TULIS ILMIAH UJI AKTIVITAS DAYA …

sampai semua bahan larut dengan sempurna, setelah itu media

disterilkan dalam autoclave pada suhu 121°C selama 15

menit.

3.5.1.5. Pembuatan Larutan Mc Farland

Pipet larutan H2SO4 1% sebanyak 9,5 ml, masukkan

dalam tabung reaksi. Tambahkan larutan BaCl2 1% dan

sebanyak 0,5 ml kedalam tabung yang berisi H2SO4 1%,

setelah itu homogenkan dimana suspensi Mc.Farland adalah

suspensi standar yang mununjukkan kekeruhan sama dengan

108 CFU/ml (Soemarno,2010).

3.5.1.6. Cakram (Disk)

Cakram yang digunakan adalah cakram yang

berdiameter 6 mm yang sudah jadi dan steril.

3.5.1.7. Peremajaan bakteri uji

Biakan murni bakteri Pseudomonas aeruginosa

diremajakan pada media agar padat dengan cara medium NA

yang telah dibuat sebelumya dipanaskan kembali kemudian

dituangkan ke dalam tabung reaksi lalu didinginkan dengan

posisi tabung miring membentuk sudut 45° sehingga terbentuk

medium agar miring, diambil biakan murni Pseudomonas

aeruginosa sebanyak 1 ose kemudian jarum ose yang

mengandung bakteri di goreskan kedalam medium NA pada

tabung reaksi secara aseptis dengan cara mendekatkan pada

nyala api. Biakan diinkubasi selama 24 jam pada suhu 37°C

dalam inkubator.

Pembuatan Suspensi Bakteri Uji Biakan murni

Pseudomonas aeruginosa yang berumur 24 jam diambil

sebanyak 1 ose selanjutnya dimasukkan ke dalam tabung

reaksi, ditambahkan 10 ml NaCl fisiologis dan divortex hingga

terbentuk suspensi yang homogen. Sebanyak 1 ml diambil dari

suspensi pengenceran 10-1 dengan menggunakan pipet tetes

Page 41: KARYA TULIS ILMIAH UJI AKTIVITAS DAYA …

steril dan dimasukan kedalam tabung reaksi kedua dan

ditambahkan 9 ml aquades hingga terbentuk suspensi 10-2.

Dilakukan prosedur yang sama hingga didapatkan pengenceran

10-8 (disesuaikan dengan standar Mc Farland).

Pelaksanaan penelitian Penelitian ini dilakukan dengan

metode Kirby bauer yaitu metode difusi agar dengan cara

kertas cakram yang telah disediakan ditetesi air rebusan

meniran sampai jenuh, kemudian kertas cakram dikeringkan

selama 1x24 jam. Kemudian diambil medium MH dan di

tuangkan kedalam cawan petri yang telah di sterilisasi

sebanyak 10 ml hingga rata dan didiamkan hingga beku.

Setelah medium MH beku 1 ml suspensi bakteri diinokulasikan

pada permukaan medium MH dalam cawan petri dengan

menggunakan metode swab dengan lidi kapas steril didekat

nyala api bunsen, hal ini dilakukan lagi pada cawan petri

berikutnya. Setelah itu kertas cakram yang telah kering

diletakkan pada permukaan medium secara perlahan dan

sedikit ditekan agar kertas cakram menempel pada medium

MH. Hal ini dilakuakn kembali pada cawan perti berikutnya,

kemudian cawan petri ditutup dan dililit dengan plastik warp

disekeliling cawan petri dan penutupnya agar udara tidak dapat

keluar masuk. Inkubasi medium tersebut kedalam inkubator

pada suhu 37°C selama 25 jam dengan posisi cawan petri

terbalik.

3.5.2. Prosedur Kerja Uji Aktivitas Daya Hambat Ekstrak Lidah

Buaya (Aloe Vera L.) terhadap Bakteri Pseudomonas

aeruginosa

3.5.2.1. Pembuatan Konsentrasi Daun Lidah Buaya (Aloe vera

L.)

a. Konsentrasi 25 mg/ml :0,25 gr ekstrak daun lidah

buaya tambahkan aquadest 1 ml.

Page 42: KARYA TULIS ILMIAH UJI AKTIVITAS DAYA …

b. Konsentrasi 50 mg/ml :0,50 gr ekstrak daun lidah

buaya tambahkan aquadest 1 ml.

c. Konsentrasi 75 mg/ml :0,75 gr ekstraklidah buaya

tambahkan aquadest 1 ml.

d. Konsentrasi 100 mg/ml :1 gr ekstrak daun lidah buaya

tanpa penambahan.

3.5.2.2. Pembuatan Suspensi Bakteri

Bakteri strain murni Pseudomonas aeruginosa dibuat

suspensi dengan menambahkan larutan Nutrient Broth (NB) di

dalam tabung reaksi, sampai didapatkan kekeruhan yang

disesuaikan dengan standar kekeruhan Mc. Farland 0,5 untuk

mendapatkan bakteri 1,5 x 108 CFU/mL (Soemarno, 2010).

3.5.2.3. Penanaman Pada Media MHA

Dicelupkan kapas lidi steril kedalam suspensi bakteri

yang sudah distandarisasi kekeruhannya, tunggu sampai

meresap kedalam kapas. Kapas lidi diangkat dengan menekan

pada dinding tabung. Goreskan kapas lidi tersebut pada Media

Muller Hinton Agar. Plate dengan memutar cawan

petridish sampai merata kesemua permukaan media.

Biarkan selama 5 sampai 15 menit, supaya suspensi bakteri

meresap kedalam agar (Soemarno, 2000).

3.5.2.4. Penyusunan Disk

Penempelan disk pada media Muller Hilton Agar Plate

dilakukan manual satu-persatu dengan pinset, kemudian ambil

disk kosong dengan pinset steril dan celupkan kedalam larutan

ekstrak daun petai cina dan lidah buaya yang telah ditentukan

konsentrasinya, letakkan diatas permukaan media Muller

Hilton Agar Plate dengan sedikit ditekan, kemudian disk

aquadest sebagai kontrol negatif dan disk chloramfenicol

sebagai kontrol positif sebagai pembanding dan letakkan diatas

permukaan media Muller Hinton Agar Plate, setelah itu

Page 43: KARYA TULIS ILMIAH UJI AKTIVITAS DAYA …

inkubasi dalam inkubator selama 1 x 24 jam pada suhu 37ºC

(Soemarno, 2000).

3.5.2.5. Pembacaan Daya Hambat

Pengamatan dilakukan setelah biakan diinkubasi

selama 24 jam, 1x24 jam biakan dicek dan diamati zona

bening yang terbentuk disekitar kertas cakram yang berisi

sampel ekstraksi tanaman lidah buaya (Aloe Vera .L).

Bandingkan zona bening yang terbentuk setiap harinya sampai

zona bening memiliki angka yang sama atau tidak ada lagi

perbandingan dengan hari sebelumnya. Kemudian

dibandingkan apakah ekstraksi lidah buaya dapat membunuh

bakteri Pseudomonas aeruginosa atau hanya menghambat

pertumbuhanya saja. Pengukuran zona bening dilakukan

dengan menggunakan mistar melalui tiga daerah pengukuran

pada bidang zona yang berbeda kemudian mencari rata ratanya

untuk medapatkan diameter zona bebas bakteri.

3.5.2.6. Uji Aktivitas Bakteri Terhadap Antibiotik

Bakteri diambil dari suspensi yang telah disetarakan

dengan standar McFarland (108 CFU/mL) sebanyak 300 µL.

Bakteri tersebut diletakkan pada media MH padat kemudian

diratakan dengan spreader glass, setelah itu dibiarkan sampai

permukaan kering. Kombinasi dengan volume pengambilan

yang telah ditentukan dan kontrol yang digunakan diteteskan

pada disk kosong kemudian ditunggu selama 5 menit. Disk

yang telah berisi kombinasi ekstrak serta kontrol tersebut

diletakkan di atas media yang telah disemai bakteri. Media

diinkubasi selama 18-24 jam pada suhu 37°C kemudian

diamati zona hambatnya.

Page 44: KARYA TULIS ILMIAH UJI AKTIVITAS DAYA …

3.6. Teknik Pengolahan dan Analisa Data

Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL)

berfaktor, yang terdiri atas satu faktor yaitu lidah buaya. Maka akan

dilakukan uji statistik dengan menggunakan uji anova dengan metode

SPSS 16,0.

Page 45: KARYA TULIS ILMIAH UJI AKTIVITAS DAYA …

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penetilian

Uji aktivitas daya hambat ekstrak lidah buaya (Aloe Vera L.) terhadap

bakteri Pseudomonas aeruginosa dilakukan di laboratorium mikrobiologi

STIFI Perintis Padang, menunjukkan bahwa tumbuhan yang diteliti adalah

Aloe Vera L. Uji daya hambat ekstrak etanol lidah buaya menggunakan

metode difusi cakram ditandai dengan terbentuknya daerah zona bening

disekita cakram. Dapat dilihat pada tabel dibawah ini.

Tabel 4.1 Hasil uji identifikasi ekstrak lidah buaya terhadap bakteri

Pseudomonas aeruginosa

Kosentrasi

(mg/ml)

Pengulangan X SD P.Sig

1 2 3

25 6,00 mm 6,00 mm 7,00 mm 6,33 mm 0,58

0,00 50 7,00 mm 7,00 mm 8,00 mm 7,33 mm 0,58

75 8,00 mm 7,00 mm 8,00 mm 7,67 mm 0,58

100 10,00 mm 9,00 mm 10,00 mm 9,67 mm 0,58

Kontrol (+)

Chloramphenicol 20,00 mm 20,00 mm 25,00 mm 21,67 mm 2,89

Dari Tabel 4.1 diatas menunjukkan bahwa hasil uji aktivasi

antibakteri ekstrak lidah buaya terhadap bakteri Pseudomonas aeruginosa

yang diulang secara tiga kali didapatkan standar deviasi rata-rata sama,

dimana tidak ada perbedaan hasil antara pengulangan 1, 2, dan 3.

Kemampuan antibakteri lidah buaya terhadap Pseudomonas

aeruginosa dilakukan dengan metode difusi agar. Aktivasi antibakteri

ditentukan dengan berdasarkan diameter zona hambat yang dihasilkan oleh

sediaan uji yang berdifusi pada pencadang kertas diameter 6 mm yang

Page 46: KARYA TULIS ILMIAH UJI AKTIVITAS DAYA …

diletakkan dalam cawan petri yang terlebih dahulu dimasukkan inokulum

bakteri uji dan media agar.

Berdasarkan hasil pengukuran diameter daerah hambatan

memperlihatkan bahwa ekstrak lidah buaya memberikan aktivitas

antibakteri dalam menghambat pertumbuhan bakteri Pseudomonas

aeruginosa. Hasil uji aktivasi antibakteri menunjukkan bahwa ekstrak

lidah buaya menghambat pertumbuhan Pseudomonas aeruginosa pada

kosentrasi 25 mg/ml pengulangan 1 didapatkan hasil daya hambat 6,00

mm, pengulangan ke 2 didapatkan 6,00 mm, pengulangan ke 3 didapatkan

7,00 mm, dengan rata-rata 6,33 mm. Pada kosentrasi 50 mg/ml

pengulangan 1 didapatkan hasil daya hambat 7,00 mm, pengulangan ke 2

didapatkan hasil 7,00 mm, pengulangan ke 3 didapatkan 8,00 mm, dengan

rata-rata 7,33 mm. Pada konsentrasi 75 mg/ml pengulangan 1 didapatkan

hasil 8,00 mm, pengulangan ke 2 didapatkan hasil 7,00 mm, pengulangan

ke 3 didapatkan hasil 8,00 mm, dengan rata-rata 7,67 mm. Pada kosentrasi

100 mg/mlpengulangan 1 didapatkan hasil daya hambat 10,00 mm,

pengulangan ke 2 didapakan hasil 9,00 mm, pengulangan ke 3 didapatkan

hasil 10,00 mm, dengan rata-rata 9,67 mm.

Pada kontrol positif (+) chloramphenicol ekstrak lidah buaya

efektif menghambatpertumbuhan bakteri Pseudomonas aeruginosapada

pengulangan 1 didapatkan hasil 20,00 mm, pengulangan ke 2 didapatkan

hasil 20,00 mm, pengulangan 3 ke didapatkan hasil 25,00 mm, dengan

rata-rata 21,67 mm.

4.2 Pembahasan

Dari penelitian ini, berdasarkan hasil pengamatan didapatkan bahwa

ekstrak lidah buaya kurang efektif dalam menghambat pertumbuhan bakteri

Pseudomonas aeruginosa, pengukuran daerah hambatan memperlihatkan

bahwa ekstrak etanol daun lidah buaya memberikan konsentrasi hambat

minimum (KHM) pada konsentrasi 25 mg/ml terhadap bakteri Pseudomonas

aeruginosa dengan diameter 6,33 mm. Pada kosentrasi paling tinggi 100

mg/ml diameter 9,67 mm.Kontrol positif menggunakan antibiotik

Page 47: KARYA TULIS ILMIAH UJI AKTIVITAS DAYA …

Choramphenicol diperoleh zona hambat yang paling besar dibanding

konsentrasi yang lain yaitu 21,67 mm.

Pseudomonas aeruginosa multiresisten dikenal karena

kemampuannya bertahan terhadap beberapa jenis antibiotika. Oleh karena itu

Pseudomonas aeruginosa dipandang sebagai patogen yang berbahaya dan

mematikan. Bakteri ini secara alami resisten terhadap berbagai jenis

antibiotika ke dalam membran sitoplasma, karena antibiotik harus berdifusi

terlebih dahulu melalui pori-pori yang tedapat pada membran luar (Tolan,

2008).

Obat yang aktif melawan Pseudomonas aeruginosa adalah aztreonam

: golongan karbapenem seperti imipenem atau meropenem dan golongan

florokuinolon, termasuk siprofloksasin : golongan sefalosporin seperti

ceftazidime, cefoperazone, dan cefepime. Ceftazidime sering digunakan

dengan aminoglikosida untuk terapi utama infeksi Pseudomonas aeruginosa,

khususnya pada pasien yang mengalami neutropenia (Milia,2016).

Penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh

(Putra, et al., 2019), menunjukkan bahwa interaksi ekstrak daun petai cina

(Leucaena leucocephala folium) dan lidah buaya (Aloe vera L.) menghambat

pertumbuhan Staphylococus aureus secara invitro.

Daun lidah buaya mempunyai senyawa aktif berupa senyawa lignin,

saponin, anthraguinone, acemannan, enzim bradykinase, karbiksipeptidase,

glukomannan, mukopoyisakarida, aloctin A, slisilat. Lidah buaya ( Aloe Vera

L. ) senyawa Antrakuinon dan kuinon yang dapat menghambat pertumbuhan

bakteri (Idris, 2013).

Flavonoid sangat efektif untuk menghambat pertumbuhan bakteri

gram positif karena flavonoid bersifat polar sehingga lebih mudah menembus

lapisan peptidolikan yang juga bersifat polar pada bakteri gram positif

daripada lapisan lipid yang nonpolar. Disamping itu pada dinding sel gram

positif mengandung polisakarida (asam teikoat) merupakan polimer yang

larut dalam air, yang menunjukkan bahwa dinding sel transpor ion positif

untuk keluar masuk. Sifat larut inilah yang menunjukkan bahwa dinding sel

Page 48: KARYA TULIS ILMIAH UJI AKTIVITAS DAYA …

gram positif bersifat lebih polar. Flavonoid menyebabkanterganggunya fungsi

dinding sel. Hal ini menyebabkan lisis pada sel (Dewi, 2010).

Menurut Rijayanti (2014) mekanisme penghambatan bakteri pada

senyawa tanin adalah dengan memprepitasi protein, yaitu melalui reaksi

dengan membran sel, inaktivasi enzim dan inaktivasi fungsi materi genetik,

selain itu dengan menghambat enzim reverse transkriptase dan DNA

topoisomerase sehingga sel bakteri tidak dapat terbentuk. Golongan saponin

yang dapat memberikan aktivitas antibakteri adalah avenacin. Senyawa

saponin akan merusak membran sitoplasma dan membunuh sel

(Ikewuchi,2013).

Page 49: KARYA TULIS ILMIAH UJI AKTIVITAS DAYA …

BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Dari hasil penelitian yang dilakukan di laboratorium mikrobiologi

STIFI Perintis yaitu “ Uji Aktivitas Daya Hambat Ekstrak Lidah Buaya (Aloe

Vera L.) dari bulan juli - desember 2019 didapatkan hasil rata- rata :

1. Berdasarkan zona hambat bakteri pada konsentrasi 25 mg/ml

berdiameter 6,33 mm, konsentrasi 50 mg/ml berdiameter 7,33 mm,

konsentrasi 75 mg/ml berdiameter 7,67 mm, konsentrasi 100 mg/ml

berdiameter 9,67 mm.Pada kontrol positif (+) Chloramphenicol

berdiameter 21,67 mm.

2. Hasil uji aktivitas ekstrak etanol lidah buaya kurang efektif dalam

menghambat bakteri Pseudomonas aeruginosa, dilihat dari

konsentrasi paling tinggi 100 mg/ml berdiameter 9,67 mm.

5.2 Saran

1. Peneliti selanjutnya disarankan untuk menguji daya bunuh ekstrak

lidah buaya terhadap pertumbuhan bakteri Pseudomonas

aeruginosa.

2. Peneliti selanjutnya perbanyak mencari referensi.

Page 50: KARYA TULIS ILMIAH UJI AKTIVITAS DAYA …

DAFTAR PUSTAKA

Brooks, G.F., Butel, J.S., Ornston, L.N., 2008, Jawetz, Melnick & Adelberg

Mikrobiologi Kedokteran (terj.), Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta :

627-9.

Furnawanthi, S. P. 2007. Khasiat dan Manfaat Lidah Buaya Si Tanaman Ajaib.

Tangerang: Argomedia Pustaka.

Agoes, A. 2010. Tanaman Obat Indonesia. Jakarta: Salemba Medika

Dalimartha, S., 2008. Resep Tumbuhan Obat Untuk Asam Urat, Jakarta: Penebar

Swadaya

Radji, M., 2011, Buku Ajar Mikrobiologi Panduan Mahasiswa Farmasi dan

Kedokteran, 107, 118, 201-207, 295, Jakarta, Buku Kedokteran EGC.

Jawetz., et al. 2007. Mikrobiologi Kedokteran Jawetz, Melnick, & Adelberg,

Ed.23,Translation of Jawetz, Melnick, and Adelberg‟s Medical

Microbiology,

Setiabudy, Rianto. 2007. Farmakologi dan Terapi Edisi V (cetak ulang dengan

perbaikan). Jakarta: Gaya Baru.

Entjang, 2003, Mikrobiologi dan Parasitologi Untuk Akademi Keperawatan dan

Sekolah Tenaga Kesehatan, Hal 53, Penerbit PT Citra Aditya Bakti

Bandung.

Pratiwi, S.T., 2008. Mikrobiologi farmasi. Erlangga, Jakarta : 150 –171.

Depkes RI. 2010. Profil Kesehatan Indonesia. Jakarta: Depkes RI.

Irianto, K., 2006, Mikrobiologi Menguak Dunia Mikroorganisme, jilid 1, Yrama

Widya, Bandung.

Soemarno. 2000. Isolasi Dan Identifikasi Bacteri Klinik. Akademi Analis

Kesehatan Yogyakarta.

Hawley, L. B. 2003. Intisari Mikrobiologi Dan Penyakit Infeksi. diterjemahkan

oleh Huriawati, H. Jakarta.

Idris, M. (2013). Efektivitas Ekstrak Aloe vera Terhadap Pertumbuhan Bakteri

Streptococcus sanguis.

Widoyono. Penyakit Tropis: Epidemiologi, Penularan, Pencegahan dan

Pemberantasannya. Jakarta: Penerbit Erlangga; 2011.

Page 51: KARYA TULIS ILMIAH UJI AKTIVITAS DAYA …

Kumar V, Abbas AK, Aster JC. 2013. Robbins Basic Pathology. Philadelphia,

PA: Saunders.

Hariana, A. H., 2013. 262 Tumbuhan Obat dan Khasiatnya. Jakarta : Penerbit

Swadaya.

Widiyono, 2011. Penyakit Tropis Epidemologi, Pemberantasan, Pencegahan dan

Pemberantasannya. Jakarta : Erlangga

Chen, L., Chavda, K. D., Melano, R. G., Jacobs, M. R., Levi, M. H., Bonomo, R.

A., et al. (2013). Complete sequence of a bla(KPC-2)-harboring IncFII(K1)

plasmid from a Klebsiella pneumoniae sequence type 258 strain.

Antimicrob. Agents Chemother.

Hariana, A. H., 2013. 262 Tumbuhan Obat dan Khasiatnya. Jakarta : Penerbit

Swadaya.

Pandey, A. V., Flück, C. E., and Mullis, P. E. (2010). Altered heme catabolism by

heme oxygenase-1 caused by mutations in human NADPH cytochrome

P450 reductase. Biochem. Biophys. Res.

Thiruppathi S., Ramasubramanian V., Sivakumar T., Thirumalai Arasu V.

Antimicrobial activity of Aloe vera (L.) Burm. f. against pathogenic

microorganisms. The Journal of Biosciences Research. 2010;1(4):251–258.

Sujatha G, Kumar GS, Muruganandan J, Prasad TS. Aloe Vera in Dentistry. J Clin

Diagnostic Res. 2014;8(10):ZI01-2.

Anonim. (2009). Keputusan Menteri Kesehatan RI Tentang Farmakope Herbal

Indonesia Edisi Pertama.Jakarta: Kementerian Kesehatan RI.

Satya, B. D. (2013). Koleksi Tumbuhan Berkhasiat.Yogyakarta: Rapha Publishing

Irianto, K. 2006. Menguak Dunia Mikroorganisme. Cetakan Pertama. Bandung :

CV. Yrama Widya. 2006.

DepKes. (2000). Parameter Standar Umum Ekstrak Tumbuhan Obat.Jakarta:

Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan.

Dzen, Sjoekoer M., et al. 2003. Bakteriologi Medik. Edisi 1. Malang:

BayumediaPublishing

Page 52: KARYA TULIS ILMIAH UJI AKTIVITAS DAYA …

LAMPIRAN

1. Lampiran SPSS Uji Oneway Anova

Descriptives

konsentrasii

N Mean Std. Deviation Std. Error

95% Confidence Interval for

Mean

Minimum Maximum Lower Bound Upper Bound

6 2 1.00 .000 .000 1.00 1.00 1 1

7 3 1.67 .577 .333 .23 3.10 1 2

8 4 2.75 .500 .250 1.95 3.55 2 3

9 1 4.00 . . . . 4 4

10 2 4.00 .000 .000 4.00 4.00 4 4

Total 12 2.50 1.168 .337 1.76 3.24 1 4

ANOVA

konsentrasii

Sum of Squares df Mean Square F Sig.

Between Groups 13.583 4 3.396 16.779 .001

Within Groups 1.417 7 .202

Total 15.000 11

Page 53: KARYA TULIS ILMIAH UJI AKTIVITAS DAYA …

2. Lampiran Foto Ekstrak Lidah Buaya

3. Lampiran Proses Penelitian

a. Bakteri Pseudomonas aeruginosa ATCC

Page 54: KARYA TULIS ILMIAH UJI AKTIVITAS DAYA …

b. Penimbangan Muller Hilton Agar

Page 55: KARYA TULIS ILMIAH UJI AKTIVITAS DAYA …

c. Pembuatan Muller Hilton Agar

d. Penuangan Media ke Cawan Menggunakan Laminar Air Flow

Page 56: KARYA TULIS ILMIAH UJI AKTIVITAS DAYA …

e. Penanaman Bakteri Pseudomonas aeruginosa pada Muller Hilton

Agar

f. Pembuatan konsentrasi ekstrak lidah buaya

g. Penetesan ekstrak lidah buaya pada kertas cakram

Page 57: KARYA TULIS ILMIAH UJI AKTIVITAS DAYA …

h. Penanaman kertas cakram pada media Muller Hilton Agar

4. Lampiran Hasil Penelitian

Page 58: KARYA TULIS ILMIAH UJI AKTIVITAS DAYA …

5. Lampiran Surat Keterangan Nama Bakteri

Page 59: KARYA TULIS ILMIAH UJI AKTIVITAS DAYA …

6. Lampiran Surat Keterangan Penelitian

Page 60: KARYA TULIS ILMIAH UJI AKTIVITAS DAYA …

7. Lampiran Surat Keterangan Bebas Laboratorium

Page 61: KARYA TULIS ILMIAH UJI AKTIVITAS DAYA …