karbon aktif.doc

Embed Size (px)

Citation preview

Karbon aktif, atau sering juga disebut sebagai arang aktif, adalah suatu jenis karbon yang memiliki luas permukaan yang sangat besar. Hal ini bisa dicapai dengan mengaktifkan karbon atau arang tersebut. Hanya dengan satu gram dari karbon aktif, akan didapatkan suatu material yang memiliki luas permukaan kira-kira sebesar 500 m2 (didapat dari pengukuran adsorpsi gas nitrogen). Biasanya pengaktifan hanya bertujuan untuk memperbesar luas permukaannya saja, namun beberapa usaha juga berkaitan dengan meningkatkan kemampuan adsorpsi karbon aktif itu sendiri.

Karbon aktif merupakan karbon padat yang memiliki luas permukaan yang cukup tinggi berkisar antara 100 sampai dengan 2000 m2/g. Bahkan ada peneliti yang mengklaim luas permukaan karbon aktif yang dikembangkan memiliki luas permukaan melebihi 3000 m2/g. Bisa dibayangkan dalam setiap gram zat ini mengandung luas permukaan puluhan kali luasan lapangan sepak bola. Hal ini dikarenakan zat ini memiliki pori pori yang sangat kompleks yang berkisar dari ukuran mikro dibawah 20 A (Angstrom), ukuran meso antara 20 sampai 50 Angstrom dan ukuran makro yang melebihi 500 A (pembagian ukuran pori berdasarkan IUPAC). Sehingga luas permukaan disini lebih dimaksudkan luas permukaan internal yang diakibatkan dari adanya pori pori yang berukuran sangat kecil. Karena memiliki luas permukaan yang sangat besar, maka karbon aktif sangat cocok digunakan untuk aplikasi yang membutuhkan luas kontak yang besar seperti pada bidang adsorpsi (penjerapan), dan pada bidang reaksi dan katalisis. Contoh yang mudah dari karbon aktif adalah yang banyak dikenal dengan sebutan norit yang digunakan untuk mengatasi gangguan pencernaan. Prinsip kerja norit adalah ketika masuk kedalam perut dia akan mampu menjerap bahan bahan racun dan berbahaya yang menyebabkan gangguan pencernaan. Kemudian menyimpannya di dalam permukaan porinya sehingga nantinya keluar nantinya bersama tinja. Secara umum karbon aktif ini dibuat dari bahan dasar batu bara dan biomasa. Intinya bahan dasar pembuat karbon aktif haruslah mengandung unsur karbon yang besar. Dewasa ini karbon aktif yang berasal dari biomasa banyak dikembangkan para peneliti karena bersumber dari bahan yang terbarukan dan lebih murah. Bahkan karbon aktif dapat dibuat dari limbah biomasa seperti kulit kacang-kacangan, limbah padat pengepresan biji bijiaan, ampas, kulit buah dan lain sebagainya. Proses pembuatan arang aktif dapat dibagi menjadi dua jenis yaitu pengaktifan secara fisika dan secara kimia. Bentuk pori bervariasi yaitu berupa: silinder, empat persegi panjang, dan bentuk lain yang tidak teratur. Berdasarkan ukurannya, pori-pori dibedakan atas 3 jenis, yaitu: 1) Makropori Jari-jari : 25 nm Volume pori : 0,2 0,5 cm3/ g Luas permukaan : 0,5 2 m3/ g Fungsi : sebagai pintu masuk ke karbon aktif 2) Mesopori Jari-jari : 1 - 25 nm Volume pori : 0,02 0,05 cm3/ g Luas permukaan : 1 100 m3/ g Fungsi : sebagai sarana transportasi 3) Mikropori Jari-jari : < 1 nm Volume pori : 0,15 0,5 cm3/ g Luas permukaan : 100 1000 m3/ g Fungsi : sebagai adsorpsi (Smisek and Cerny, 1970). Gugus fungsi dapat terbentuk pada karbon aktif ketika dilakukan aktivasi, yang disebabkan terjadinya interaksi radikal bebas pada permukaan karbon dengan atom-atom seperti oksigen dan nitrogen, yang berasal dari proses pengolahan ataupun atmosfer. Gugus fungsi ini menyebabkan permukaan karbon aktif menjadi reaktif secara kimiawi dan mempengaruhi sifat adsorpsinya. Oksidasi permukaan dalam produksi karbon aktif, akan menghasilkan gugus hidroksil, karbonil, dan karboksilat yang memberikan sifat amfoter pada karbon, sehingga karbon aktif dapar bersifat sebagai asam maupun basa. (Sudirjo, E. 2006).

Proses pembuatan karbon aktif.Proses pembuatan karbon aktif dibagi menjadi dua tahapan utama, yaitu proses karbonisasi dan proses aktivasi. 1. Karbonisasi Karbonisasi adalah suatu proses dimana unsur-unsur oksigen dan hidrogen dihilangkan dari karbon dan akan menghasilkan rangka karbon yang memiliki struktur tertentu. Hesseler berpendapat bahwa untuk menghasilkan arang yang sesuai untuk dijadikan karbon aktif, karbonisasi dilakukan pada temperatur lebih dari 6000C akan tetapi hal itu juga tergantung pada bahan dasar dan metoda yang digunakan pada aktivasi. Smisek dan Cerny, menjelaskan bahwa saat karbonisasi terjadi beberapa tahap yang meliputi penghilangan air atau dehidrasi, perubahan bahan organik menjadi unsur karbon dan dekomposisi tar sehingga pori-pori karbon menjadi lebih besar. Pada suhu pemanasan sampai 1700C terjadi penghilangan air, pada suhu sekitar 2750C terjadi dekomposisi karbon dan terbentuk hasil seperti tar, methanol, fenol dan lain-lain. Hampir 80% unsur karbon yang diperoleh pada suhu 400-6000C (Smisek, M. dan Cerny, S. 1970). Produk dari hasil proses karbonisasi memiliki daya adorpsi yang kecil. Hal ini disebabkan pada proses karbonisasi suhunya rendah, sebagian dari tar yang dihasilkan berada dalam pori dan permukaan sehingga mengakibatkan adsorpsi terhalang. Produk hasil karbonisasi dapat diaktifkan dengan cara mengeluarkan produk tar melalui pemanasan dalam suatu aliran gas inert, atau melalui ekstraksi dengan menggunakan pelarut yang sesuai misalnya selenium oksida, atau melalui sebuah reaksi kimia. Karbon aktif dengan daya adsorpsi yang besar, dapat dihasilkan oleh proses aktivasi bahan baku yang telah dikarbonisasi dengan suhu tinggi (Hassler, S. J. W, 1951). 2. AktivasiTujuan utama dari proses aktivasi adalah menambah atau mengembangkan volume pori dan memperbesar diameter pori yang telah terbentuk pada proses karbonisasi serta untuk membuat beberapa pori baru. Adanya interaksi antara zat pengaktivasi dengan struktur atom-atom karbon hasil karbonisasi adalah mekanisme dari proses aktivasi. Selama aktivasi, karbon dibakar pada suasana oksidasi yang akan menambah jumlah atau volume pori dan luas permukaan produk melalui proses eliminasi atau penghilangan volatil produk pirolisis. Aktivator dapat meningkatkan keaktifan adsorben melalui mekanisme sebagai berikut : a. Aktivator menembus celah atau pori-pori diantara pelat-pelat kristalit karbon (pada karbon aktif) yang berbentuk heksagonal dan menyebar di dalam celah atau pori-pori tersebut, sehingga terjadi pengikisan pada permukaan kristalit karbon. b. Aktivator mencegah senyawa organik bereaksi dengan oksigen yang akan bereaksi dengan kristalit oksigen. c. Menurut teori interkalasi, struktur dari suatu komposisi senyawa akan mengalami modifikasi jika disisipkan ion atau atom lain kedalam struktur tersebut. Pada aktivasi maka ion atau atom yang disisipkan adalah aktivator. d. Aktivasi dapat berupa aktivasi fisik dimana digunakan gas-gas inert seperti uap air (steam), CO2 dan N2. sedangkan pada aktivasi kimia, digunakan aktivator yang berperan penting untuk meningkatkan luas permukaan adsorben dengan cara mengusir senyawa non karbon dari pori-pori. (Hassler, S. J. W, 1951). Proses Pembuatan Karbon Aktif

Ada 2 tahap utama proses pembuatan karbon aktif yakni proses karbonasi dan proses aktifasi. Dijelaskan bahwa secara umum proses karbonisasi sempurna adalah pemanasan bahan baku tanpa adanya udara sampai temperatur yang cukup tinggi untuk mengeringkan dan menguapkan senyawa dalam karbon. Pada proses ini terjadi dekomposisi termal dari bahan yang mengandung karbon, dan menghilangkan spesies non karbonnya. Proses aktifasi bertujuan untuk meningkatkan volume dan memperbesar diameter pori setelah mengalami proses karbonisasi, dan meningkatkan penyerapan.

Pada umumnya karbon aktif dapat di aktifasi dengan 2 (dua) cara, yaitu dengan cara aktifasi kimia dan aktifasi fisika.

Aktifasi kimia, arang hasil karbonisasi direndam dalam larutan aktifasi sebelum dipanaskan. Pada proses aktifasi kimia, arang direndam dalam larutan pengaktifasi selama 24 jam lalu ditiriskan dan dipanaskan pada suhu 600 9000C selama 1 2 jam.

Aktifasi fisika, yaitu proses menggunakan gas aktifasi misalnya uap air atau CO2 yang dialirkan pada arang hasil karbonisasi. Proses ini biasanya berlangsung pada temperatur 800 11000C.

Pengaktifan secara fisika pada dasarnya dilakukan dengan cara memanaskan bahan baku pada suhu yang cukup tinggi (600 900 C) pada kondisi miskin udara(oksigen), kemudian pada suhu tinggi tersebut dialirkan media pengaktif seperti uap air dan CO2. Sedangkan pada pengaktifan kimiawi, bahan baku sebelum dipanaskan dicampur dengan bahan kimia tertentu seperti KOH, NaOH, K2CO3 dan lain sebagainya. Biasanya pengaktifan secara kimiawi tidak membutuhkan suhu tinggi seperti pada pengaktifan secara fisis, namun diperlukan tahap pencucian setelah diaktifkan untuk membuang sisa sisa bahan kimia yang dipakai. Sekarang ini telah dikembangkan pengabungan antara metode fisika dan kimia untuk mendapatkan sekaligus kelebihan dari kedua tipe pengaktifan tersebut.

Karbon aktif bersifat sangat aktif dan akan menyerap apa saja yang kontak dengan karbon tersebut. Karbon Aktif digunakan untuk menjernihkan air, pemurnian gas, industri minuman, farmasi, katalisator, dan berbagai macam penggunaan lain. Selain di bidang pengolahan air, karbon aktif dapat digunakan di berbagai industri seperti pengolahan/tambang emas dengan berbagai ukuran mesh maupun iondine number. Juga digunakan untuk dinding partisi, penyegar kulkas, vas bunga, dan ornamen meja. Di balik legamnya, barang gosong itu ternyata sangat kaya manfaat. Karbon aktif dapat digunakan sebagai bahan pemucat, penyerap gas, penyerap logam, menghilangkan polutan mikro misalnya zat organic maupun anorganik, detergen, bau, senyawa phenol dan lain sebagainya. Pada saringan arang aktif ini terjadi proses adsorpsi, yaitu proses penyerapan zat - zat yang akan dihilangkan oleh permukaan arang aktif, termasuk CaCo3 yang menyebabkan kesadahan. Apabila seluruh permukaan arang aktif sudah jenuh, atau sudah tidak mampu lagi menyerap maka kualitas air yang disaring sudah tidak baik lagi, sehingga arang aktif harus diganti dengan arang aktif yang baru. Untuk mengurangi kesadahan (Hardness) pada air dapat digunakan filtrasi (penyaringan) dengan media karbon aktif yang memiliki sifat kimia dan fisika, di antaranya mampu menyerap zat organik maupun anorganik, dapat berlaku sebagai penukar kation, dan sebagai katalis untuk berbagai reaksi. Karbon aktif adalah sejenis adsorbent (penyerap), berwarna hitam, berbentuk granule, bulat, pellet ataupun bubuk. Jenis karbon aktif tempurung kelapa ini sering digunakan dalam proses penyerap rasa dan bau dari air, dan juga penghilang senyawa-senyawa organik dalam air. Air sadah adalah air yang mengandung ion Kalsium (Ca) dan Magnesium (Mg). Ion-ion ini terdapat dalam air dalam bentuk sulfat, klorida, dan hidrogen karbonat. Kesadahan air alam biasanya disebabkan garam karbonat atau garam asamnya. Kesadahan merupakkan petunjuk kemampuan air untuk membentuk busa apabila dicampur dengan sabun. Pada air berkesadahan rendah, air dapat membentuk busa apabila dicampur dengan sabun, sedangkan air yang berkesadahan tinggi tidak akan membentuk busa. Kesadahan atau Hardness adalah salah satu sifat kimia yang dimiliki oleh air.Penyebab air menjadi sadah adalah karena adanya ion-ion Ca2+, Mg2+. Atau dapat juga disebabkan karena adanya ion-ion lain dari polyvalent metal (logam bervalensi banyak) seperti Al, Fe, Mn, Sr dan Zn dalam bentuk garam sulfat, klorida dan bikarbonat dalam jumlah kecil.

Dewasa ini, penyerapan dengan menggunakan karbon aktif berkembang luas diantaranya dalam proses sianidasi pada skala industri pertambangan besar maupun pertambangan rakyat di Indonesia, khususnya pengolahan emas. Konsentrasi emas dalam ore sangat menentukan hasil produksi. Ore hasil tambang sangat bervariasi, ada yang berupa pasir, batu keras ( kuarsa ), batu lunak ( domato ), lempung ( clay ), dan lumpur. Untuk Pengolahan Emas Karbon aktif yang dipergunakan dapat berasal dari arang batok kelapa, maupun arang kayu atau batu bara. Yang paling banyak dipakai adalah karbon aktif granular dari arang batok kelapa. Dengan pengolahan tertentu yaitu proses aktivasi seperti perlakuan dengan tekanan dan suhu tinggi, dapat diperoleh karbon aktif yang memiliki permukaan dalam yang luas. Untuk kualitas baik, setiap kg karbon aktif memiliki daya adsorbsi emas hingga 8 - 16 g, namun kualitas karbon aktif yang tersedia dipasaran rata-rata hanya mampu mengadsorpsi berkisar 2 - 5 g emas untuk setiap kg-nya. Adsorpsi kompleks emas (khususnya ion disianoaurat (I)) pada karbon aktif merupakan dasar dari teknik modern untuk proses ekstraksi emas. Proses ini sangat efektif dan telah menjadi faktor utama dalam memperbaiki produktifitas industri tambang emas selama 25 tahun terakhir.

Proses Sianida yang didasarkan pada recovery melalui adorpsi kabon aktif dari larutan leach yang mengandung emas low-grade (konsentrasi) telah dikembangkan sejak 1970-an dan sampai sekarang 85% recovery emas telah dilengkapi dengan teknik ini. Tiga proses berbeda yang telah dikembangkan didasarkan pada teknik pelindian dalam ekstraksi padat-cair dan sifat-sifat kimia serta fisika dari bijih. Yaitu: CIP (Carbon in Pulp), CIL (Carbon in Leach), dan CIC (Carbon in Column atau Carbon in Clear Solution). Proses CIP digunakan dalam proses pelindian terdiri dari waktu pengadukan yang lama dan penambahan karbon aktif dengan ukuran 1-3 mm (mesh: 8-25) terhadap bubur (padatan dan cairan) setelah selesai proses pelindian. Dengan cara ini, emas yang terkandung pada fase cair akan teradsorp pada permukaan karbon aktif. Proses CIL diterapkan jika pelindian dilakukan dengan pengadukan dalam waktu yang singkat (kurang dari 10 jam) dan/atau jika emas pada fase cair diadsorp lagi ke permukaan fase padat residu melalui efek material berkarbonasi atau mineral lempung pada bijih. Proses ini lebih ekonomis karena pelarutan dan adsorpsi dilakukan pada tangki yang sama secara serempak dengan penambahan karbon aktif selama pelindian. Proses ketiga adalah (CIC) digunakan dalam ekstraksi padat-cair dimana residu padatan dan larutan leaching diperoleh secara terpisah misalnya heap leaching. Larutan hasil pelindian dilewati melalui kolom adsorpsi yang mengandung karbon aktif untuk mendapatkan logam emasnya.

Cara Pemilihan Karbon Aktif Untuk Pengolahan Emas

Sangat pentingnya Penggunaan Carbon dalam pengolahan emas, di karenakan Carbon di gunakan untuk Penangkapan emas (Carbonisasi) dalam pengolahan emas secara cyanidasi, pemilihan karbon yang tepat sangat berdampak pada hasil emas yang anda dapatkan di pengolahan emas, oleh karena itu sangat penting untuk mengetahui Carbon mana yang paling tepat untuk pengolahan emas, berikut ini penjelasannya : 1) Ada 2 spec yang harus di perhatikan yaitu IODINE dan HARDNES. IODINE : yang di maksudnya adalah ukuran / nilai daya serap dari carbon tersebut terhadap partikel2 logam. apabila nilai IODINE yang tinggi otomatis dayar serap carbon terhadap emas pun semakin kuat dan besar sehingga emas dalam pengolahan emas dapat di serap secara keseluruhan. HARDNES : yang di maksud adalah tingkat kekerasan / kekuatan Carbon (semakin tinggi semakin keras dan tidak mudah remuk), semakin sedikit karbon pecah2 / remuk dalam pengolahan emas, semakin sedikit emas yang terbuang , di karenakan karbon yang remuk / pecah2 kecil tidak dapat di tangkap dalam proses penyaringan karbon, sehingga remukan / pecahan kecil carbon tersebut terbuang ke pembuangan limbah.2) Ada beberapa masalah yang harus di perhatikan dalam penggunaan Activited Carbon dalam pengolahan emas. Activited Carbon pada umumnya dalam kondisi yang sangat kotor / banyak debu2 karbon halus. Oleh karena itu dalam pengolahan emas , banyak pengolah mencuci terlebih dahulu karbon tersebut sampai bersih (tidak ada carbon halus) di karenakan apabila tidak di hilangkan carbon halus tersebut bisa mengakibatkan lostnya emas yang tertangkap di karbon halus tersebut. Akan tetapi pencucian karbon tersebut mempunyai dampak sangat buruk yaitu Iodine (daya serap) dari karbon tersebut akan turun drastis akibat dari penyucian tersebut. Solusinya carilah karbon aktif dengan jumlah partikel debu minim (bersih), sehingga kita tidak perlu mencuci atau pun mengayak dan pada akhirnya iodine (daya serap) dari karbon tersebut tidak menurun. Carilah karbon aktif dengan ukuran butiran mesh: 8-25, karena ukuran ini kandungan debunya minim (Ash Content maximum 4%). Cara pengujian daya serap (iodine) dapat di lakukan menggunakan Metalynblue, dengan cara sbb :a. Bersihkan karbon yang akan di uji (di siram / bilas dengan air jika kondisi karbon banyak debu karbonnya) , khusus karbon yang sudah bersih tidak perlu di lakukan pembersihan lagi.

b. Siapkan air dalam gelas.., lalu teteskan cairan metalynblue tersebut dalam air sehingga air berubah warna menjadi kebiruan.

c. Masukan carbon yang sudah di bersihkan tersebut ke dalam cairan yang sudah kita campur tadi.

d. Aduk2 beberapa menit , anda akan melihat warna dari air tersebut akan menjadi bening kembali, itu di karenakan carbon menyerap cairan metalyn dengan baik. Secara ringkas karbon aktif yang biasa digunakan untuk mengolah emas mempunyai spesifikasi sebagai berikut:

Total ash content max: 4% Moisture content max: 5%

Apparent density (Bulk Density = Berat Jenis): 450 550 kg/m3 Mean particle diameter : 6x12 mesh min. 2.48 mm atau 8x16 mesh min. 1.55 mm

Bahan pembuat : batok kelapa

Iodine number : 800 atau 1000 mg/g

Selain untuk mengadsobrsi pada emas, karbon aktif juga bisa digunakan untuk mengadsorbsi senyawa sianida termasuk bahan beracun berbahaya (B3) pada aliran air sungai. Sianida banyak digunakan dalam berbagai industri seperti serat sintetik (akrilonitril), petrokimia, baja, pertambangan dan pelapisan logam (electroplating). Sebagai akibat dari pemakaian bahan beracun dan berbahaya tersebut, umumnya kegiatan-kegiatan itu menghasilkan limbah yang masih mengandung sianida yang berpotensi mencemari lingkungan di sekitarnya. Berbagai upaya digunakan untuk mengurangi pencemaran lingkungan tersebut, salah satunya dengan penyerapan karbon aktif yang ditentukan melalui pengamatan pengaruh pH, konsentrasi penyerap dan waktu. Penambahan ion Cu2+ sebagai katalis telah diteliti pula. Hasil menunjukkan bahwa penambahan karbon aktif sebanyak 25 g/l pada pH 10,5 dapat menurunkan konsentrasi sianida sebesar 20 % dalam waktu 8 jam. Penambahan ion Cu2+ (100 mg/l) pada larutan sianida telah meningkatkan penyerapan sebesar 55 % dalam waktu 2 jam. Penyerapan ion sianida dengan karbon aktif yang telah direndam dengan larutan Cu2+ (0,5 %) meningkat menjadi 82 % dalam waktu 2 jam. Karbon aktif juga digunakan untuk menyerap kandungan logam berat Pb (Plumbum = Timbal) dan Cd (Cadmium). Logam berat menimbulkan efek kesehatan bagi manusia sebagai penghalang kerja enzim, sehingga proses metabolisme tubuh terputus. Lebih jauh lagi logam berat akan bertindak sebagai penyebab alergi, mutagen, teratogen atau karsinogen bagi manusia. Jalur masuknya adalah melalui kulit, pernapasan dan pencernaan. Logam berat jika sudah terserap ke dalam tubuh maka tidak dapat dihancurkan tetapi akan tetap tinggal di dalamnya hingga nantinya dibuang melalui proses ekskresi. Hal serupa juga terjadi apabila suatu lingkungan terutama di perairan telah terkontaminasi (tercemar) logam berat maka proses pembersihannya akan sulit sekali dilakukan. Sedikitnya terdapat 80 jenis dari 109 unsur kimia di muka bumi ini yang telah teridentifikasi sebagai jenis logam berat. Berdasarkan sudut pandang toksikologi, logam berat ini dapat dibagi dalam dua jenis. Jenis pertama adalah logam berat esensial, di mana keberadaannya dalam jumlah tertentu sangat dibutuhkan oleh organisme hidup, namun dalam jumlah yang berlebihan dapat menimbulkan efek racun. Contoh logam berat ini adalah Zn, Cu, Fe, Co, Mn dan lain sebagainya.

Sedangkan jenis kedua adalah logam berat tidak esensial atau beracun, di mana keberadaannya dalam tubuh masih belum diketahui manfaatnya atau bahkan dapat bersifat racun, seperti Hg, Cd, Pb, Cr dan lain-lain. Kontaminasi logam berat terutama Pb dan Cd di lingkungan merupakan masalah besar dunia saat ini.

Proses eliminasi logam berat Pb dan Cd dengan karbon aktif akan semakin efektif dimana selain sebagai adsorben karbon aktif secara simultan juga bertindak sebagai pemberat (weighing agent) demikian pula jika berbagai metode pengolahan digabung misalnya metode adsorbsi karbon aktif dengan metode konvensional (koagulasi, flokulasi, sedimentasi, filtrasi dan khlorinasi). Penyerapan karbon aktif bubuk dapat digunakan pada instalasi pengolahan di hampir seluruh tempat/titik pembubuhan. Pembubuhan karbon aktif dapat dilakukan dengan sistem kering maupun basah. Titik pembubuhan ini tentunya mempunyai kelebihan dan kekurangan masing masing. Untuk meningkatkan kecepatan adsorpsi, dianjurkan agar menggunakan arang aktif yang telah dihaluskan. Aplikasi sistem ini sangat cocok diterapkan dalam industri industri pengolahan yang menghasilkan limbah cair yang relatif banyak dan sangat dianjurkan terutama pada Instalasi Pengolahan Air Bersih atau Air Minum (IPAM). Dalam perspektif yang lebih luas, aplikasi teknologi karbon aktif ini dapat digunakan tidak hanya untuk mengolah logam berat Cd dan Pb tetapi juga pada unsur pecemar lainnya.Secara ringkas kegunaan karbon aktif : 1. Pada pengolahan air untuk penjernihan dan mengurangi kesadahan dengan menyerap bau, rasa, warna, kaporit, kapur (CaCO3), logam berat.

2. Pada pengolahan emas untuk menyerap konsentrasi emas (ore) dalam bentuk Carbon in pulp (CIP), Carbon in Leach (CIL), Carbon in Clear Solution (CIC) biasanya dari batok kelapa mesh 8-253. Pada pemurnian gas dengan menyerap belerang, gas beracun, bau busuk, asap dan pencegahan racun.4. Pada pengolahan limbah untuk menyerap Bahan Beracun Berbahaya (B3) yaitu menyerap sianida yang terdapat pada limbah industri serat sintetik (akrilonitril), petrokimia, baja, pertambangan dan pelapisan logam (electroplating) dengan cara merendam karbon aktif dengan larutan Cu2+ (0,5%) yang menghasilkan daya serap sianida menjadi 82% dalam waktu 2jam.5. Untuk menyerap logam berat Raksa/Hg, Cadmium/Cd, Plumbum/Pb/Timbal, Cromium/Cr penyebab sakit kanker.

6. Penyegar/pembersih udara ruangan dari kandungan uap air/gas berbau/beracun, seperti pada mobil, kamar pendingin, botol obat-obatan serta peralatan-peralatan yang harus dilindungi dari proses perkaratan.7. Pada industri obat dan makanan sebagai penyaring, penghilang warna, bau dan rasa tidak enak pada makanan.8. Pada bidang perminyakan dipakai sebagai bahan penyulingan bahan mentah dan zat perantara

Fungsi Karbon AktifPada umumnya karbon/arang aktif digunakan sebagai bahan pembersih, dan penyerap, juga digunakan sebagai bahan pengemban katalisator. Pada industri karet ban arang aktif yang mempunyai sifat radikal dan serbuk sangat halus, digunakan sebagai bahan aditif kopolimer.

Pemakaian arang aktif pada berbagai industri diantaranya adalah:

Industri makanan: Untuk menyaring dan menghilangkan warna, bau, dan rasa tidak enak pada makanan. Industri Pengolahan Air Minum: Untuk menghilangkan bau, warna ,rasa yang tidak enak, gas-gas beracun, zat pencemar air dan sebagai pelindung resin pada pada pembuatan demineralis water.

Industri minuman: Menghilangkan warna,bau dan rasa yang tidak enak.

Industri obat: Menyaring dan menghilangkan warna dan senyawa senyawa yang tidak diinginkan.

Industri Pengolahan Limbah Cair: Membersihkan air buangan dari pencemar warna, bau, zat beracun, dan logam berat.Mengambil Gas Polutan (pollutant remover): Menghilangkan gas beracun, bau busuk, asap, uap air raksa, uap benzen dan lain-lain.

Industri Plastik: Sebagai katalisator, pengangkut vinil chlorida dan vinil acetat.

Industri Gas Alam Cair (LNG): Desulfurisasi, penyaringan berbagai bahan mentah dan reaksi gas.

Industri Rafinery: Zat perantara dan penyaringan bahan mentah.

Industri Pengolahan Emas dan Mineral: Pemurnian, uap merkuri dan menyerap pulutan.

Mendaur Ulang Pelarut: Mengambil kembali berbagai pelarut, sisa methanol, ethanol, Ethyl acetat dan lain-lain.

Industri Perikanan: Pemurnian, menghilangkan bau dan warna.

Industri Gula dan Glukosa: Selain menghilangkan warna, bau, dan rasa yang tidak enak, juga mempunyai kemampuan yang sangat baik untuk menyerap senyawa nitrogen dan lyophilic kolloids yang akan membantu menyempurnakan proses penyaringan dan akan mengurangi busa yang timbul pada proses penguapan, sehingga akan mempercepat proses kristalisasi gula.

Industri Minyak Goreng: Karbon aktif dicampur dengan bleaching earth sangat efektif dan ekonomis untuk menghilangkan peroksida,zat warna, rasa, dan bau yang tidak enak akibat proses sponifikasi.

Industri Karet : Karbon aktif yang diproduksi secara khusus dari bahan minyak bumi fraksi minyak bakar akan dihasilkan karbon aktif yang mempunyai mesh halus dan memiliki komponen karbon bebas radikal sehingga dapat dipakai sebagai bahan pembuat polimer karet alam menjadi karet yang kuat dan ulet, seperti karet ban mobil, karet untuk seal dan lain-lain. MENGANALISA KUALITAS KARBON AKTIF Karbon aktif yang di jual di pasaran terutama karbon aktif lokal sangat beragam kualitasnya. Namun apakah mereka betul-betul menjual karbon aktif atau sekedar arang giling ? Tulisan ini bermaksud mengupas tentang kualitas karbon aktif yang di jual di pasaranAnalisa kualitas karbon aktif khususnya yang dipakai untuk pengolahan air merujuk kepada parameter nilai iodine number dimana defininisi nilai iodine adalah berapa mili gram zat iodin yang bisa di serap oleh 1 gram karbon aktif. Semakin tinggi nilai iodin ,maka semakin bagus karbon aktif itu. sekedar tahu saja, zat iodin adalah zat warna sintetis yang sangat pekat, sulit untuk diserap.

Berikut beberapa cara melakukan analisa kualitas karbon aktif,Pertama, menggunakan AVO METER untuk mengecek kualitas karbon aktifnya, alasannya karbon aktif itu bisa mengantarkan arus listrik. Beragam referensi ilmiah mengenai teknik analisa karbon aktif, namun tidak ada satupun yang menyinggung alat ini. Bagaimana standarisasi hasil pembacaan AVO METER ini, belum ada yang bisa menjawab. Kedua, dengan cara menaburkan karbon aktif ke gelas yang berisi air dan jika gelembungnya banyak dan lama, otomatis nilai iodinnya tinggi. Ini SALAH juga. Pernah dibuktikan dimana ada sampel karbon aktif lokal (info dari pembuatnya iodinnya 1000), dan saat di celupkan ke gelas berisi air, gelembungnya banyak sekali dan bisa beberapa menit tetap stabil dengan gelembung sebanyak ini. Maka dibawalah sample tersebet ke labotorium independen yang sudah tersertifikasi ISO 9001, dan sertifikasi KAN. Hasilnya mengejutkan karena nilai iodin numbernya HANYA 333. Apa yang salah? Karbon aktif ini iodinnya memang HANYA 333, sedangkan gelembung yang banyak akibat nilai MOISTURE CONTENT (kandungan airnya) yang sangat kecil, nyaris tidak ada. Faktor nilai moisture ini yang membuat gelembung banyak. Ketiga, dengan melihat warna karbon aktif. Katanya semakin hitam mengkilat suatu karbon aktif maka nilai iodine numbernya tinggi. Cek secara visual karbon aktif kowa jepang, calgon, jacobi, norit semuanya tidak mengkilat. Kesimpulannya : cara analisa nilai iodin number yang tinggi yang benar ialah dengan membawanya ke labotorium independen yang sudah tersertifikasi ISO.1