12
ARTIKEL KARAKTERISTIK, PERILAKU DAN BUDAYA IBU-IBU PAPUA YANG MELATARBELAKANGI KEMATIAN ANAK Qomariah Alwi* Abstract Infant mortality and under five children mortality ratio in the last few years has been in stagnant level about 50 per 1000. Underlying factors influencing that are; socio economic and culture, and also proximate factors are; age, and number of children. This research was carried out in 2004 in Mimika District PT Freeport Indonesia project area to indigenous people namely Amungme and Kamoro tribes who lived in the new settlements. Collecting data was conducted quantitatively and qualitatively. There were 204 samples of post delivery mothers. It is found that almost 20% respondents' children died (no identified of age when they died), number of Kamoros' children died more than Amungmes'. Characteristic factors influencing children died such as; mother's age, deliveries frequency and houses status. Cultural factors might influenced children died such as early aged of marriage, mothers' activities and responsibilities in collecting food to the jungle, river, beach caused no one took care of children, many food taboos (high protein) and every child died often be interpreted as believed of mothers 'fault during or before pregnancy. Keywords: Karakteristik, perilaku, budaya, kematian anak, ibu Papua Pendahuluan M enurut Sumantri 2003 Angka Kematian Bayi (AKB) dan Angka Kematian Anak (AKA) cenderung stagnan, 1 AKB bertahan sekitar 50 per 1000 dalam beberapa tahun belakangan ini sampai tahun 2004. Sensus Penduduk tahun 2000 menyatakan AKB sebesar 47 dan AKA 65,7, sedangkan Susenas tahun 2001 AKB 51 dan AKA 64,8 per 1000. 2 Kerangka konsep Mosley dan Chen (1984) memperlihatkan faktor sosial ekonomi dan budaya termasuk pendidikan ibu, ekonomi rumah tangga, tempat tinggal pekerjaan dan Iain-lain termasuk 'underlying factors' atau faktor yang mendasari. Variabel umur, paritas, selang kelahiran dan Iain-lain sebagai 'proximate determinats' yaitu faktor yang paling dekat/langsung mempengaruhi kelangsungan hidup ibu dan anak. 3 Kabupaten Mimika adalah lokasi kontrak kerja perusahaan tambang emas dan tembaga terbesar yang mulai beroperasi di dataran tinggi puncak Grassberg pegunungan bersalju sejak tahun 1976. Kehadiran PT Freeport Indonesia (PT FI) di Kabupaten Mimika yang mempunyai misi mensejahterakan penduduk asli dengan berbagai program kesehatan masyarakat yang diberikan secara cuma-cuma, menyediakan lapangan kerja, dan sebagainya. Dibangunnya rumah-rumah sakit dan klinik-klinik gratis untuk penduduk asli kadang-kadang membuat iri penduduk pendatang. 3 * Peneliti pada Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Depkes RI 42 Media Litbang Kesehatan Volume XIX Nomor 1 Tahun 2009

KARAKTERISTIK, PERILAKU DAN BUDAYA IBU-IBU PAPUA YANG ...repository.litbang.kemkes.go.id/1365/1/886-1876-1-PB.pdf · Keywords: Karakteristik, perilaku, budaya, kematian anak, ibu

  • Upload
    others

  • View
    18

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: KARAKTERISTIK, PERILAKU DAN BUDAYA IBU-IBU PAPUA YANG ...repository.litbang.kemkes.go.id/1365/1/886-1876-1-PB.pdf · Keywords: Karakteristik, perilaku, budaya, kematian anak, ibu

ARTIKEL

KARAKTERISTIK, PERILAKU

DAN BUDAYA IBU-IBU PAPUA

YANG MELATARBELAKANGI KEMATIAN ANAK

Qomariah Alwi*

Abstract

Infant mortality and under five children mortality ratio in the last few years has been in stagnant levelabout 50 per 1000. Underlying factors influencing that are; socio economic and culture, and alsoproximate factors are; age, and number of children. This research was carried out in 2004 in MimikaDistrict PT Freeport Indonesia project area to indigenous people namely Amungme and Kamoro tribeswho lived in the new settlements. Collecting data was conducted quantitatively and qualitatively. Therewere 204 samples of post delivery mothers. It is found that almost 20% respondents' children died (noidentified of age when they died), number of Kamoros' children died more than Amungmes'.Characteristic factors influencing children died such as; mother's age, deliveries frequency and housesstatus. Cultural factors might influenced children died such as early aged of marriage, mothers'activities and responsibilities in collecting food to the jungle, river, beach caused no one took care ofchildren, many food taboos (high protein) and every child died often be interpreted as believed ofmothers 'fault during or before pregnancy.

Keywords: Karakteristik, perilaku, budaya, kematian anak, ibu Papua

Pendahuluan

M enurut Sumantri 2003 AngkaKematian Bayi (AKB) dan AngkaKematian Anak (AKA) cenderung

stagnan,1 AKB bertahan sekitar 50 per 1000dalam beberapa tahun belakangan ini sampaitahun 2004. Sensus Penduduk tahun 2000menyatakan AKB sebesar 47 dan AKA 65,7,sedangkan Susenas tahun 2001 AKB 51 dan AKA64,8 per 1000.2 Kerangka konsep Mosley danChen (1984) memperlihatkan faktor sosialekonomi dan budaya termasuk pendidikan ibu,ekonomi rumah tangga, tempat tinggal pekerjaandan Iain-lain termasuk 'underlying factors' ataufaktor yang mendasari. Variabel umur, paritas,selang kelahiran dan Iain-lain sebagai 'proximate

determinats' yaitu faktor yang palingdekat/langsung mempengaruhi kelangsunganhidup ibu dan anak.3

Kabupaten Mimika adalah lokasi kontrakkerja perusahaan tambang emas dan tembagaterbesar yang mulai beroperasi di dataran tinggipuncak Grassberg pegunungan bersalju sejaktahun 1976. Kehadiran PT Freeport Indonesia (PTFI) di Kabupaten Mimika yang mempunyai misimensejahterakan penduduk asli dengan berbagaiprogram kesehatan masyarakat yang diberikansecara cuma-cuma, menyediakan lapangan kerja,dan sebagainya. Dibangunnya rumah-rumah sakitdan klinik-klinik gratis untuk penduduk aslikadang-kadang membuat iri pendudukpendatang.3

* Peneliti pada Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Depkes RI

42Media Litbang Kesehatan Volume XIX Nomor 1 Tahun 2009

Page 2: KARAKTERISTIK, PERILAKU DAN BUDAYA IBU-IBU PAPUA YANG ...repository.litbang.kemkes.go.id/1365/1/886-1876-1-PB.pdf · Keywords: Karakteristik, perilaku, budaya, kematian anak, ibu

PT FI dan pemerintah membangunpemukiman penduduk di daerah dataran rendahdan memindahkan penduduk Suku Amungmeyang tadinya tinggal di honai lereng gunung, danSuku Kamoro yang tinggal di kapiri kame dipantai,6 ke rumah-rumah tembok tipe 60 sampaitipe 100. Namun berbagai fenomena munculdengan adanya pertambangan PT FI tersebut yaitupertama, penduduk memandang para pendatangyang membangun tersebut sebagai pembawakemajuan, pembaharu serta produsen, keduapendatang sebagai penghancur, perusak danperampas.7 Sumber lain menyebutkan bahwaSuku Amungme mempercayai penggalian batutambang merupakan proses pembunuhan ibukandung atau penghancuran tubuh mama, olehkarena itu banyak ibu-ibu yang mengalamikesulitan dalam persalinan sehingga bayi-bayiyang dilahirkan sakit, cacat dan mati, jugamembuat anak-anak terancam menderita berbagaipenyakit pencernaan dan pernapasan.8

Budaya juga masih kuat mewarnai aktivitassehari-hari penduduk asli Papua. Sebagian besarpenduduk menjalani hidup menyatu dengan alam,dan alam merupakan sumber kehidupan. Tanahdan alam dianggap tubuh mama yangmengandung berbagai macam sumber bahanmakanan yang tersedia bagi mereka, gunungdiibaratkan buah dada mama yang bebas diambiloleh anak-cucunya. Hanya perlu 'sedikit' upayauntuk mengumpulkannya.9 Ibu-ibulah yangmempunyai tugas pokok sehari-hari meramu ataumengambil dan mengumpulkan bahan makananberupa tumbuh-tumbuhan dan hewan air untukkonsumsi seluruh keluarga, sedangkan bapak-bapak mempunyai tugas yang lebih berat yaituberperang, membuat rumah, membuat perahu, danberburu.10

Penelitian ini dilakukan terhadap ibu-ibuSuku Amungme (suku gunung) dan Suku Kamoro(suku pantai) yaitu suku-suku yang terbanyak diKabupaten Mimika. Meskipun sudah pindah kepemukiman baru di Timika dan desa-desa barusekitar Timika, kedua suku ini masih sulit bersatudalam satu desa dikarenakan perbedaan sejarahdan prinsip. Penelitian ini dilakukan terhadap ibu-ibu kedua suku tersebut yang tinggal pada desayang berbeda, dan di kota Timika dimana terdapatgabungan kedua suku tersebut. Tidak semuaresponden menempati rumah bangunan PT FI ataupemerintah karena beberapa tahun belakanganbanyak penduduk asli yang pindah sendiri

mendekati sanak saudaranya yang sudah pindahlebih dulu. Pada awalnya mereka bergabungdengan sanak saudaranya di rumah bangunan PTFI, setelah berkeluarga atau banyak anak makamereka membangun rumah sendiri seadanyadengan tenaga sendiri memakai kayu-kayuan yangada di hutan.

Tujuan penelitian ini adalah untukmengidentifikasi faktor-faktor yang mem-pengaruhi terjadinya kematian anak. Tujuankhusus penelitian ini adalah pertama, untukmemperoleh informasi tentang karakteristik ibu-ibu pasca persalinan termasuk jumlah anak hidupdan mati, kedua mengidentifikasi variable-variabel karakteristik yang dapat mempengaruhikematian anak, ketiga mengidentifikasi faktorsikap perilaku dan budaya yang dapat mem-pengaruhi kematian anak.

Bahan dan Cara Kerja

Rancangan penelitian ini cross sectionaldengan pengumpulan data secara kuantitatif dankualitatif. Data kuantitatif dikumpulkan denganmenggunakan kuesioner untuk ibu pascapersalinan 2-12 bulan yaitu sebanyak 204responden, dengan rincian 99 Suku Amungme dan105 Suku Kamoro. Pengumpulan data kuantitatifini dilakukan dengan wawancara menggunakankuesioner mencakup karakteristik responden:umur, tempat tinggal, status rumah tinggal,pendidikan, pekerjaan, frekuensi persalinan,jumlah anak, dan jumlah anak meninggal setiapresponden. Juga ditanyakan hal-hal yang berkaitandengan pemeliharaan bayi: menyusui, makanantambahan, makanan pantang.

Data kualitatif dikumpulkan denganinforman inti yaitu ibu-ibu sekitar 3 bulan pascapersalinan sebanyak 3 orang ibu Suku Amungmedan 3 orang ibu Suku Kamoro. Informan lainyaitu bidan, perawat, dokter, kader, dan kepalasuku. Pengumpulan data kualitatif ini dilakukandengan wawancara mendalam dengan triangulasiterhadap informan inti 6 orang ibu terutamamengenai aktivitas ibu sehari-hari, carapemeliharaan bayi dan anak, jenis-jenis makananbayi/anak dan makanan pantang bagi bayi/anak,serta budaya atau kepercayaan yang berkaitandengan kematian anak.

Responden ibu-ibu Suku Amungmeberlokasi di desa Kwamki Lama (15 menit dengan

Media Litbang Kesehatan Volume XIX Nomor 1 Tahun 2009 43

Page 3: KARAKTERISTIK, PERILAKU DAN BUDAYA IBU-IBU PAPUA YANG ...repository.litbang.kemkes.go.id/1365/1/886-1876-1-PB.pdf · Keywords: Karakteristik, perilaku, budaya, kematian anak, ibu

kendaraan umum dari Timika), dan respondenSuku Kamoro yang tinggal di desa Mapurujaya (1jam dengan kendaraan umum dari Timika), dan dikota Timika untuk gabungan kedua suku. Carapemilihan responden yaitu dari sebelah ke sebelahrumah sepanjang ada ibu pasca persalinan 2-12bulan. Tidak sulit menemukan responden dengankriteria seperti itu, karena penduduk yang beradadi pemukiman baru adalah keluarga muda danmasih usia produktif, penduduk tua-tua biasanyasudah tidak mau lagi pindah dari kampung asalmereka di gunung atau pantai.

Data kuantitatif dianalisis dengan SPSS-PCversi 15.0 dan disajikan dalam bentuk tabeldeskriptif menggunakan analisis persen. Datakualitatif dianalisis dan disajikan dalam bentuktekstular.

Hasil Penelitian

Hasil peneiitian ini dibagi dua, pertama

menyajikan variabel karakteristik respondentermasuk variabel kematian anak responden dankedua tabulasi silang antara varibel independenkarakteristik dengan variabel dependen kematiananak.

a. Karakteristik responden

Tabel 1 menunjukkan sebanyak 41,69%(84) responden Suku Amungme tinggal di desaKwamki Lama, 40,69% (83) responden SukuKamoro tinggal di Mapurujaya, dan 18,14% (37)responden kedua suku ini tinggal di Timika.

Pada tabel 2 terlihat usia respondenterbanyak pada kelompok umur 20-24 tahun(36,27%), dan kedua terbanyak pada kelompokumur 25-29 tahun (30,39%). Terdapat satu orangibu responden Suku Amungme berumur 50tahunan, hal ini ada kemungkinan masalah umuryang tidak tepat/diperkirakan atau memangmelahirkan usia 50 tahunan.

Tabel 1. Distribusi Lokasi Tempat Tinggal Responden

SukuTempat tinggal

TimikaKwamki LamaMapurujayaTOTAL

AmungmeJumlah

15840

99

%7,35

41,180,00

48,53

KamoroJumlah

22083105

%10,780,00

40,6951,47

TOTALJumlah

378483

204

%18,1441,1840,69100,00

Tabel 2. Distribusi Umur Responden

Suku AmungmeKelompok umur Jumlah %

15-1920-2425-2930-3435-3940-4445-4950-54TOTAL

143528164101

99

6,8617,1613,737,841,960,490,000,49

48,53

KamoroJumlah

83934109500

105

%3,9219,1216,674,904,412,450,000,00

51,47

TOTALJumlah

2274622613601

204

%10,7836,2730,3912,756,372,940,000,49

100,00

44 Media Litbang Kesehatan Volume XIX Nomor 1 Tahun 2009

Page 4: KARAKTERISTIK, PERILAKU DAN BUDAYA IBU-IBU PAPUA YANG ...repository.litbang.kemkes.go.id/1365/1/886-1876-1-PB.pdf · Keywords: Karakteristik, perilaku, budaya, kematian anak, ibu

Tabel 3. Distribusi Tingkat Pendidikan Responden

Suku/ Etnik

Tingkat Pendidikan

Tidak Pernah Sekolah

Tidak Tamat SD

Tamat SD

Tamat SMP

Tamat SMU

TOTAL

Amungme

Jumlah

711285

399

%

34,80

5,88

3,92

2,45

1,47

48,53

Kamoro

Jumlah

35141

9

1

105

%

1,47

25,00

20,10

4,41

0,49

51,47

TOTAL

Jumlah

74

63

49

14

4

204

%

36,27

30,88

24,02

6,86

1,96

100,00

Tabel 4. Distribusi Pekerjaan Responden

Suku

Pekerjaan

Bercocok tanam//peramu

Nelayan

Berdagang

Hanya ibu rumah tangga

TOTAL

Amungme

Jumlah

810171

99

%39,71

0,00

8,33

0,49

48,53

Kamoro

Jumlah

79

151

10105

%

38,73

7,35

0,49

4,90

51,47

TOTAL

Jumlah

160

151811

204

%78,43

7,35

8,82

5,39

100,00

Tabel 5. Distribusi Status Rumah Responden

Suku

Status Rumah

Membangun denganbiaya/tenaga sendiri

Menumpang dg keluarga lain

BangunanFreeport/pemerintah

TOTAL

Amungme

Sum

19

29

51

99

%

9,31

14,22

25,00

48,53

Kamoro

Sum

29

38

38

105

%

14,22

18,63

18,63

51,47

TOTAL

Sum

48

67

89

204

%

23,53

32,84

43,63

100,00

Pada Tabel 3 tampak responden dari keduasuku hanya 1,96% responden yang tamat SMU.Sebanyak 34,80% responden yang tidak pernahbersekolah berasal dari Suku Amungme danhanya 1,47% dari Suku Kamoro. Responden yangtamat SD juga lebih banyak pada Suku Kamoro(20,10%) dibandingkan dengan Suku Amungme(3,92%).

Selain sebagai ibu rumah tangga, hampirsemua ibu-ibu Papua mempunyai pekerjaan lain(rangkap). Pada Tabel 4 tampak sebagian besar

responden Suku Amungme bekerja rangkapsebagai ibu rumah tangga dan bercocok tanamyang dapat diartikan meramu (mengumpulkanbahan makanan dari hutan/rimba dan sebagainelayan) sebanyk 39,71%, 8,33% berdagang dantidak ada yang menjadi nelayan. Sebaliknya SukuKamoro, sebagian besar bekerja sebagai peramudan nelayan. Hanya 5,39% dari kedua suku yangmurni sebagai ibu rumah tangga mengurus anakdan suami.

Media Litbang Kesehatan Volume XIX Nomor I Tahun 2009 45

Page 5: KARAKTERISTIK, PERILAKU DAN BUDAYA IBU-IBU PAPUA YANG ...repository.litbang.kemkes.go.id/1365/1/886-1876-1-PB.pdf · Keywords: Karakteristik, perilaku, budaya, kematian anak, ibu

Tabel 5 menunjukkan dari kedua sukuterdapat 43,63% responden menempati rumahyang dibangun oleh PT Freeport Indonesia danpemerintah. Responden yang menempati rumahyang dibangun dengan biaya/tenaga sendirisebanyak 23,53% sementara responden yangstatusnya menumpang dengan keluarga yang lainadalah 32,84%.

Pada Tabel 6 dapat dilihat mayoritasresponden kedua suku (20,59%) mengalamifrekuensi persalinan 3 kali. Untuk frekuensikehamilan 6 kali ke atas ibu-ibu Suku Kamorolebih banyak (14,70%) dibandingkan dengan SukuAmungme (6,88%).

Tabel 6. Distribusi Frekuensi Persalinan Responden

Suku AmungmeFrekuensi Persalinan Jumlah %

1 172 22

3 22

4 7

5 19

6 9

7 18 19 110 0

TOTAL 99

8,3310,78

10,78

3,43

9,314,41

0,49

0,490,490,00

48,53

KamoroJumlah %

1511

20

16

13

106

7

61

105

7,35

5,39

9,80

7,84

6,37

4,902,94

3,432,940,4951,47

TOTALJumlah %

32

33

42

23

32

19

7

871

204

15,69

16,18

20,59

11,27

15,69

9,31

3,433,92

3,430,49

100,00

Tabel 7. Distribusi Jumlah Anak Responden

Suku/ EtnikJumlah Anak

HidupMeninggal

TOTAL

AmungmeJumlah

25957

316

%

34,777,65

42,42

KamoroJumlah

339

90

429

%

45,5012,08

57,58

TOTALJumlah

598

147

745

%

80,2719,73

100,00

Tabel 7 menunjukkan jumlah anak yangpernah dilahirkan oleh 204 responden adalahsebanyak 745 orang. Ini berarti rata-rataresponden pernah melahirkan 3-4 orang anak.Anak yang masih hidup sebanyak 598 orang(80,27%), dan jumlah anak responden yang sudahmeninggal saat penelitian dilaksanakan adalahsebanyak 147 orang (19,73%). Pada SukuAmungme setiap responden rata-rata pernah

melahirkan 3 orang anak (316 orang anak dari 99responden), sedangkan pada Suku Kamoro setiapresponden rata-rata melahirkan 4 orang anak (429orang anak dari 105 responden). Responden SukuKamoro lebih banyak mengalami kematian anak(12,08%) dibandingkan dengan responden SukuAmungme (7,65%). Dalam penelitian ini tidakditanyakan usia dari anak-anak responden ketikameninggal.

46 Media Litbang Kesehatan Volume XIX Nomor 1 Tahun 2009

Page 6: KARAKTERISTIK, PERILAKU DAN BUDAYA IBU-IBU PAPUA YANG ...repository.litbang.kemkes.go.id/1365/1/886-1876-1-PB.pdf · Keywords: Karakteristik, perilaku, budaya, kematian anak, ibu

Pada Tabel 8 terlihat sebanyak 1,96%responden Suku Kamoro mengalami kematiananak 4 orang, sedangkan Suku Amungme tidakada (0,00%). Responden Suku Amungme lebihbanyak yang tidak mengalami kematian anak(29,41%) dibandingkan Suku Kamoro (23,53%).

b. Karakteristik Responden yang Mem-pengaruhi Kematian anak

Berikut ini adalah hasil tabulasi silang tiga

variabel karakteristik dengan kematian anakresponden. Berhubung terbatasnya ruangan makatabulasi silang yang disajikan ini hanyalah yangcenderung mempunyai hubungan bermaknadengan kematian anak.

Pada Tabel 9 terlihat responden SukuAmungme usia 30-34 tahun (43,75%) dan usia 35-

39 tahun (50%) mengalami kematian anak satuorang. Semakin tua umur responden, makinbanyak yang mengalami kematian anak. Tabel 10menunjukkan responden Suku Kamoro kelompokumur antara 1 5 - 2 9 tahun (37,50% - 35,90% -41,18%) cukup banyak yang mengalami kematiananak satu orang kemudian angka ini menurunpada kelompok umur 30 tahun ke atas. Respondendengan kelompok umur 40-44 tahun (40%)mengalami kematian anak 4 orang.

Pada Tabel 11 tampak responden yang tidakmengalami kematian anak cenderung terjadi padaresponden yang frekuensi persalinannya 1 sampai5 kali. Responden dengan frekuensi persalinan ke-3 sampai ke-9 kali cenderung mengalamikematian anak 2 orang, sedangkan respondendengan frekuensi persalinan 6 kali mengalamikematian anak 3 orang. Semakin banyak frekuensi

Tabel 8. Distribusi Kematian Anak pada Setiap Responden

Suku/Etnik

Jumiah Kematian AnakSetiap Responden

01

2

34

TOTAL

Amungmepada

Jumiah602314

2099

Tabel 9. Kematian Anak Menurut Usia

Jumiahanak

meninggal 15-19

0 13 92,86

1

2 1 7,14

3

Total 14

Kamoro TOTAL

% Jumiah29,4111,276,860,980,00

48,53

Responden

48341724

105

% Jumiah %23,53 108 52,9416,67 57 27,948,33 31 15,200,98 4 1,961,96 4 1,96

51,47 204 100,00

Suku Amungme

Usia responden (tahun)

20-24

24 68,57

8 22,86

3 8,57

35

25-29

13 46,43

6 21,43

8 28,57

1 3,57

28

30-34

7 43,75

7 43,75

1 6,25

1 6,25

16

35-39 40-44 50-54

2 50,00 1 100,00

2 50,00

1 100,00

4 1 1

Total

60 60,61

23 23,23

14 14,14

2 2,02

99

Media Litbang Kesehatan Volume XIX Nomor I Tahun 2009 47

Page 7: KARAKTERISTIK, PERILAKU DAN BUDAYA IBU-IBU PAPUA YANG ...repository.litbang.kemkes.go.id/1365/1/886-1876-1-PB.pdf · Keywords: Karakteristik, perilaku, budaya, kematian anak, ibu

persalinan cenderung semakin besar kemungkinanresponden mengalami kematian anak dalamjumlah banyak.

Tabel 12 menunjukkan seperti halnya SukuAmungme maka pada Suku kamoro terlihatsemakin banyak frekuensi persalinan cenderung

semakin besar pula persentase responden SukuKamoro mengalami kematian anak dalam jumlahbanyak (responden yang mengalami kematiananak 4 orang terjadi pada responden denganfrekuensi persalinan ke 7, 8 dan 9).

Tabel 10. Kematian Anak Menurut Usia Responden Suku Kamoro

Jumlahanak

meninggal 15-19 20-24

0 5 62,50 22 56,41

1 3 37,50 14 35,90

2 3 7,69

3

4

Total 8 39

Usia responden

25-29

12

14

6

1

1

34

35,29

41,18

17,65

2,94

2,94

30-34

6

1

2

1

10

60,00

10,00

20,00

10,00

35-39

3 33,33

1 11,11

5 55,56

9

40-44

1

1

1

2

5

20,00

20,00

20,00

40,00

Total

48

34

17

2

4

105

45,71

32,38

16,19

1,90

3,81

100,00

Tabel 11. Kematian Anak Menurut Frekuensi Persalinan Suku Amungme

Jumlahanak

meninggal 1 2 3

0 17 100,00 20 90,91 13 59,09 3

1 2 9,09 8 36,36 3

2 1 4,55 1

3

Total 17 22 22 7

Frekuensi persalinan

4

42,86

42,86

14,29

7

8

4

19

5

36,84

42,11

21,05

6

2 22,22

5 55,56 1

2 22,22

9 1

17 8 9

60

23

100,00 1 100,00 1 100,00 14

2

1 1 99

fotal

60,61

23,23

14,14

2,02

100,00

Tabel 12. Kematian Anak Menurut Frekuensi Persalinan Suku Kamoro

Jumlahanak

meninggal 1

Frekuensi persalinan

2 3 4 5 6 7 8 9

0 15 100,00 1090,91 5 25,00 6 37,50 7 53,85 3 30,00 2 28,571

2

3

4

Total 15

1 9,09 1575,00 6 37,50 5 38,46 5 50,00 1 16,67 1 14,29

4 25,00 1 7,69 2 20,00 3 50,00 3 42,86 3 50,00 1

1 16,67 1 16,67

1 16,67 1 14,29 2 33,33

11 20 16 13 10 6 7 6 1

Total10

48

34

100,00 17

2

4

105

45,71

32,38

16,19

1,90

3,81

100,00

48 Media Litbang Kesehatan Volume XIXNomor I Tahun 2009

Page 8: KARAKTERISTIK, PERILAKU DAN BUDAYA IBU-IBU PAPUA YANG ...repository.litbang.kemkes.go.id/1365/1/886-1876-1-PB.pdf · Keywords: Karakteristik, perilaku, budaya, kematian anak, ibu

label 13. Kematian Anak Menurut Status Rumah Tinggal Suku Kamoro

Status r u m a h tinggalJurnlah anak

meninggal membangunm e n u m p a i i g

dari uang keluarga/ orangsendiri

0

I2

3

4

Total

9

9

8

3

29

31,03

31,03

27,59

10,34

lain

18

1361

38

47,3734,21

15,79

2,63

dibangunPTFI

1711

21

1

32

53,13

34,386,25

3,13

3,13

dibangunpemerintah

4 66,671 16,671 16,67

6

Total

4834

172

4

105

45,71

32,3816,19

1,90

3,81

100,00

Pada Tabel 13 terlihat responden SukuKamoro yang tingga! di rumah yang dibangunsendiri (10,34%) dan responden yang tinggal dirumah yang di bangun PT FI (3,13%) mengalamikematian anak 4 orang. Responden yang tinggal dirumah bangunan PT FI dan pernerintah (53,13%dan 66,67%) dua kali lipat dibandingkan denganresponden yang tinggal di rumah bangunan sendiri(31,03%) tidak mengalami kematian anak.Tabulasi ini untuk Suku Amungme tidakdisajikan, karena tidak bermakna disebabkan SukuAmungme sebagian besar tinggal di rumahbangunan PT Freeport Indonesia.

c. Hasil Wawancana Mendalam

Wawancara mendalam dilakukan kepada6 orang ibu pasca persalinan 1-12 bulan (3 orangSuku Amungme dan 3 orang Suku Kamoro).Hasilnya antara lain sebagai berikut:

1) Usia perkawinan dan persalinan

Sesuai dengan adat kedua suku ini,perkawinan usia muda tidak menjadi masalahkarena itu banyak ibu-ibu kedua suku yangmelaksanakan perkawinan pada usia muda bahkanpada usia 13 tahun, sehingga pada usia 20 tahunanibu-ibu sudah melakukan beberapa kalipersalinan. Program KB belum begitu populer dikalangan ibu-ibu dalam penelitian ini, selainkemungkinan upaya Dinas Kesehatan yang belumoptimal juga faktor budaya yang menganjurkanmempunyai anak banyak. Anak berarti asset,kalau anak hidup berarti aset di dunia tetapi kalauanak meninggal diartikan aset yang akanmenolong orangtuanya kelak di akhirat.

2) Aktivitas ibu sehari-hari

Meskipun dalam keadaan hamil muda,hamil tua ataupun sedang masa nifas danmenyusui ibu-ibu kedua suku ini tetapmelaksanakan tugas pokok atau pekerjaannyasehari-hari seperti meramu (mengumpulkan bahanmakanan dari hutan/rimba/pantai/sungai). SungaiSampan Sagu (3S) adalah kehidupan sehari-hariSuku Kamoro. Persalinan tidak jarang terjadi dihutan, di pantai atau di pinggir sungai dikarenakanibu-ibu sedang hamil tua tetap meramu. Ibu dalammasa nifas, seminggu setelah persalinannya sudahmulai bekerja seperti biasa sehingga bayinyadirawat oleh anak perempuannya yang agak besaratau kepada ibu tetangga yang kebetulan tidakpergi meramu (karena kurang sehat atau merasastok bahan makanan di rumahnya masihmencukupi).

3) Makanan bayi/anak sehari-hari

Sebelum pergi bekerja, ibu menyiapkanmakanan yang ada untuk suami dan anak-anak.Ibu yang menyusui, pergi setelah menyusukananaknya. Ibu-ibu Kamoro sering masih menyusuianaknya sampai usia 3-4 tahun meskipun sudahada adiknya, sehingga kedua anaknya disusuiserentak di kiri dan kanan. Untuk ibu-ibuAmungme yang masih di pedalaman seringmenyusui bayi dan anak babi di kiri dan kanan.Selama ibu pergi bayi diberi air putih yangdicampur gula dengan menggunakan dot, bila bayisudah 3-4 bulan ke atas mulai diberi makanantambahan misalnya pisang, roti, bubur sagu,pepeda, biskuit dll. Tidak jarang juga bila bayitidak ada tempat untuk dititipkan maka bayidibawa ibunya ke tempatnya bekerja.

Media Litbang Kesehatan Volume XIX Nomor I Tahun 2009 49

Page 9: KARAKTERISTIK, PERILAKU DAN BUDAYA IBU-IBU PAPUA YANG ...repository.litbang.kemkes.go.id/1365/1/886-1876-1-PB.pdf · Keywords: Karakteristik, perilaku, budaya, kematian anak, ibu

4) Makanan pantang

Budaya atau tradisi mengharuskan adanyamakanan pantang bag! ibu-ibu dan bagi anak/bayidengan berbagai alasan misalnya bila dilanggardapat membuat bayi sakit, cacat, atau meninggal.Jenis makanan pantang bagi bayi/anak antara lain:udang, kepiting, petatas (ubi), ulat sagu, kura-kuradan beberapa jenis ikan seperti ikan pari.Pantangan makanan pada bayi/anak ini lebihbanyak terjadi pada Suku Kamoro, bagi SukuAmungme makanan pantang sudah tidak terlaludiikuti lagi.

5) Pengobatan bayi/anak

Sudah banyak ibu-ibu membawa bayi atauanak yang sakit ke posyandu atau puskesmasterdekat. Puskesmas dan rumah sakit yang adagratis diperuntukkan bagi penduduk asliKabupaten Mimika. Namun demikian masihbanyak ibu-ibu terutama Suku Kamoro yangmengobatkan anak-anaknya terlebih dulu kedukun (mama biang) bila tidak sembuh baru kepetugas kesehatan.Suku Amungme daiampenelitian ini sudah tidak terlalu ketatkepercayaan berobat ke dukun.

6) Tradisi/budaya berkaitan dengan kematianbayi/anak

Berikut ini adalah salah satu contoh kasusresponden ibu Suku Kamoro. Ibu initial ML Sub-suku Nawaripi mempunyai 9 orang anak, 5 oranganak meninggal dengan berbagai alasanberdasarkan atas budaya/kepercayaannya,pernyataannya mengacu kepada masukan daridukun sebagai berikut:

• Anak pertama saya, meninggal usia 2 tahunkarena sakit bengkak-bengkak, menurutdokter penyakitnya biri-biri

• Anak kedua meninggal usia 1 hari, karenakemasukan angin luar oleh orang/ruh jahat

• Anak keempat meninggal usia 9 bulan, karenawaktu hamil saya makan burung pelikansehingga lidah kecilnya bayi tidak tumbuhdan tidak dapat mengisap air susu

• Anak ketujuh meninggal usia 1 minggu,karena saya melanggar larangan untukmenggoreng makanan sebelum usia bayi 1bulan, hal ini menyebabkan bayi merasaseperti digoreng, tubuhnya makin panasakhirnya lemas dan meninggal

Anak kesembilan meninggal usia 9 bulan,karena panas dan kejang. Hal ini disebabkansuami pertama saya tidak rela saya kawindengan suami sekarang.

Pembahasan

Dalam pembahasan ini akan diuraikanfaktor-faktor yang dapat mempengaruhi kematiananak baik dari hasil tabulasi silang variabelkarakteristik maupun dari hasil wawancaramendalam.

1. Kematian Anak

Jumlah anak responden kedua suku yangsudah meninggal saat penelitian dilaksanakanadalah sebanyak 147 orang hampir 20% (19,73%)dengan catatan dalam penelitian ini tidakditanyakan usia anak saat meninggal sehinggatidak ada tabel distribusi frekuensinya. Tetapiangka ini tetap jauh lebih tinggi bila dibandingkandengan angka kematian anak secara nasional yaitusekitar 50 permil dibandingkan dengan 20% atau200 permil.

2. Usia Responden dan Kematian Anak

Dari Tabel 9 dan Tabel 10 terlihat bahwauntuk ibu-ibu Suku Amungme: semakin tua umurmakin besar kemungkinan responden mengalamikematian anak. Hal ini bila dikaitkan dengan usiaperkawinan yang masih dini maka besarkemungkinan makin tua umur maka makinbanyak anak, makin banyak anak makakemungkinan ibu makin tidak dapat mengurusnyakarena sibuk dengan tugas pokoknya. Laksonodalam buku 'perempuan di hutan mangrove'11

juga menggambarkan penduduk asli Papua yangtidak dapat meninggalkan tugas pokoknyameramu di hutan pantai sungai setiap hari meskimeninggalkan anak-anaknya. Ketua HAMProvinsi Papua dalam Harian Timika Pos 2002juga menyatakan bahwa Perempuan Papua adalahpekerja keras yang dikategorikan sebagai' impossible hancf.12

3. Frekuensi Persalinan Responden danKematian Anak

Semakin sering responden melahirkanmakin besar kemungkinan mempunyai anakmeninggal lebih dari satu (Tabel 11 dan 12).Meskipun semua biaya pengobatan termasukpersalinan digratiskan oleh PT Freeport bagipenduduk asli Papua tetapi ibu-ibu masih banyak

50 Media Litbang Kesehatan Volume XIX Nomor 1 Tahun 2009

Page 10: KARAKTERISTIK, PERILAKU DAN BUDAYA IBU-IBU PAPUA YANG ...repository.litbang.kemkes.go.id/1365/1/886-1876-1-PB.pdf · Keywords: Karakteristik, perilaku, budaya, kematian anak, ibu

yang melakukan persalinan secara tradisionaldengan pertolongan dukun atau orang tua/mertuasendiri. Bahkan seperti informasi yang diperolehdari wawancara mendalam tidak jarang ibu-ibumelakukan persalinan di hutan, pantai atau pinggirsungai ketika sedang bekerja tidak sempat pulangke rumah. Cara persalinan yang tidak sesuaidengan prosedur dan kurang hygienis ini bukansaja dapat berakibat pada kematian ibu tetapi jugakematian anak baik karena trauma melahirkanataupun karena penyakit-penyakit infeksi.Frekuensi persalinan yang kerap dapat membuatderajat kesehatan ibu menurun dan lagi 'multipleburden' bagi wanita menurut Whyte & Whyteakan membuat dia tidak maksimal dalammengurus anak-anaknya.14

4,, Tingkat Pendidikan Responden danKematian anak

Berbeda dengan konsep McCarthy & Maineyang menyatakan bahwa kematian anak

dipengaruhi oleh tingkat pendidikan ibu.b Untukpenelitian ini tingkat pendidikan responden tidakada hubungan bermakna dengan kematian anak.Dalam pengumpulan data kualitatif dapatdiketahui penyebabnya adalah sangat rendahnyatingkat pendidikan ibu-ibu dalam penelitian ini(Tabel 3) yaitu yang paling banyak tidak sekolah(36,27%), tidak tamat SD (30,88%) dan tamat SD(24,02%). Dalam wawancara mendalam diketahuibahwa kualitas sekolah (SD) di desa Mapurujaya(Suku Kamoro) masih belum memadai. Aktivitassekolah banyak diliburkan karena dari kelas 1sampai kelas 6 hanya ada satu orang guru. Selainitu murid sering diajak orangtuanya bernomadenselama berbulan-bulan meninggalkan sekolahsehingga murid juga jarang masuk. Tetapi orangtua tetap menginginkan bahkan mengancam guruagar anaknya setiap tahun harus naik kelas danlulus ujian.

5. Pekerjaan dan Kematian Anak

Okojie mengemukakan bahwa ketidak-setaraan gender pada daerah-daerah tertentu akanmempengaruhi derajat kesehatan wanita dan anak-anak.16 Tugas pokok kaum pria asal mulanyaadalah berburu berperang membuat rumah danmembuat perahu. Penelitian ini dilakukan didaerah urban dan semi urban sehingga tugas kaumpria seperti disebutkan sudah berkurang danmenjadi ringan. Sedangkan tugas kaum wanitamenjadi lebih berat karena lokasi tugas meramusemakin jauh dari pemukiman. Namun demikian

kaum pria tetap tidak mau mengambil alih tugasmencari bahan makanan tersebut dari kaumwanita sehingga terjadilah kaum pria dalampenelitian ini banyak santai dan sedangkanwanitanya 'multiple burden'.17 Terlihat dari Tabel4 hanya 5,39% responden yang menyatakan bebasdari tugas mencari bahan makanan (murni sebagaiibu rumah tangga). Hal ini merupakan salah satupenyebab anak-anak tidak terurus makanannyadan kurang perhatian dalam pola asuhnya. Padawawancara mendalam diketahui bahwa bayi sejakusia seminggu sudah mulai ditinggal oleh ibunyadititipkan. Bila haus bayi diberi air putih ataudengan sedikit susu, bila bayi menangis makadiisapkan daging siput yang sudah dibakar.Kadang-kadang bayi dibawa ibunya ke hutanseharian untuk mempermudah bila bayi inginmenyusu. Kondisi seperti ini kurang mendukungdalam pemeliharaan kesehatan bayi/anak.

6. Status/kualitas Rumah dan Kematian Anak

Kematian 4 orang anak terjadi padaresponden yang mempunyai rumah yang dibangundengan tenaga/biaya sendiri (10,34%). Dalamwawancara mendalam sekaligus dapat diobservasibahwa rumah yang dibangun sendiri adalah rumahyang terbuat dari kayu dan triplek denganberlantaikan tanah atau berlantai bambu, tidakmempunyai kamar mandi/wc. Ukuran rumah jugasangat kecil untuk anggota keluarga sampai 10orang. Sebagian besar responden yang tinggal dirumah yang dibangun PT Freeport dan pemerintah(53,13%, 66,67%) tidak mengalami kematiananak. Rumah tersebut terdiri dari tembok denganukuran 60 m2 sampai 100 m2 lantai keramik danmempunyai kamar mandi/wc.

7. Faktor budaya

Kematian anak kedua suku ini masihbanyak dipengaruhi faktor budaya terutama yangbersifat diskriminatif. Faktor budaya tersebutantara lain perkavvinan usia dini, kepercayaanpenuh kepada dukun, banyaknya jenis makananpantang yang tinggi protein, tugas pokok yangmemberatkan kaum wanita, dan persalinan yangkurang mendapat perhatian selayaknya terutamabagi kaum pria.

Sumantri ' menyatakan bahwa kematian ibuketika persalinan kemungkinan selanjutnya dapatberakibat kematian anak yang dilahirkan. Derajatkesehatan ibu yang rendah ketika hamil danpersalinan bahkan sebelumnya akan berpengaruhterhadap kualitas bayi yang dikandung atau yang

Media Litbang Kesehatan Volume XIX Nomor 1 Tahun 2009 51

Page 11: KARAKTERISTIK, PERILAKU DAN BUDAYA IBU-IBU PAPUA YANG ...repository.litbang.kemkes.go.id/1365/1/886-1876-1-PB.pdf · Keywords: Karakteristik, perilaku, budaya, kematian anak, ibu

dilahirkannya. Dalam wawancara mendalamdengan seorang ibu Suku Kamoro ML kasusnyasangat memprihatinkan karena mengalamikematian anak 5 orang dari 9 anak yangdilahirkannya. Selain itu secara psikologis sangibu tetap menyimpan perasaan bersalah atasperistiwa kematian anak-anaknya.

Kesimpulan

• Angka kematian anak kedua suku ini hampir200 permil jauh lebih tinggi dibandingkandengan angka nasional. Kematian anak SukuKamoro lebih banyak dibandingkan denganSuku Amungme.

• Usia perkawinan dini berakibat pada waktuusia tua maka makin banyak anaknya, makinbanyak anak maka ibu makin sulitmengurusnya karena 'multiple burden'

• Semakin sering melahirkan makin besarkemungkinan mengalami kematian anaklebih dari satu. Cara persalinan yang tidaksesuai dengan prosedur dan kurang hygienisjuga dapat berakibat pada kematian ibu dankematian anak karena trauma melahirkan ataupenyakit infeksi

• Tidak ada hubungan antara tingkat pendidikandengan kematian anak. Hal ini disebabkankarena mayoritas ibu-ibu Kamoro tidakpernah sekolah, hanya tidak tamat SD dantamat SD dengan kualitas sekolah yang sangatkurang memadai

• Pekerjaan atau aktivitas sehari-hari ibu-ibukedua suku adalah meramu mengumpulkanbahan makanan di hutan, sungai, rawa, pantai.Hal ini menyebabkan bayi dan anak yangditinggal tidak terurus. Ditambah lagi denganbanyaknya jenis makanan pantang yang tinggiprotein bagi anak, serta kondisi rumah danlingkungan yang tidak hygienis.

• Kematian setiap anak sering diterjemahkandalam kaitan budaya dan kepercayaan bahkandikaitkan dengan kesalahan perilaku ibusewaktu hamil atau sebelumnya. Budaya yangbersifat diskriminatif dapat berpengaruhterhadap kematian ibu dan anak.

Saran

a. Diperlukan perhatian pemerintah dalam halini Departemen Kesehatan dan pihak swastadalam hal ini PT Freeport Indonesia untukmemberikan perhatian dan strategimenempatkan peristiwa persalinan supayamendapat perhatian selayaknya bagi keluargadan berbagai pihak lain. Penyadaran tentangusia perkawinan dan keluarga berencana perludiseriuskan.

b. Kesetaraan gender perlu didukung dengankebijakan yang berpihak kepada perempuanagar ibu lebih banyak waktu memperhatikananak-anaknya.

c. Penyadaran tentang kesehatan anak berkaitandengan gizi, kebersihan lingkungan rumahhanya akan dapat berlangsung dengan baikbila kualitas pendidikan ditingkatkan, karenaitu pihak Departemen pendidikan Nasionalperlu memperhatikan kualitas Sekolah Dasaryang berada di daerah termasuk kuantitas dankualitas guru-gurunya.

Daftar Pustaka

KajianJakarta:

AngkaBadan

1. Sumantri, S. et.,al.2004Kematian Ibu dan Anak.Litbang Depkes RI.

2. The White Ribbon Alliance & Maternal andNeonatal Health. 2003. Gerakan partisipatifpenyelamatan ibu hamil, menyusui, danbayi. Jakarta: Aliansi Pita Putih.

3. Doyal L. 1997. What Makes Women Sick.Kuala Lumpur: WHO ARROW.

4. PT. Freeport Indonesia. 2000 Peranan PTFreeport Indonesia dalam PembangunanMasyarakat Irian Jaya di KabupatenMimika. Jakarta: PT Freeport Indonesia.

5. Qomariah. 27 Nopember 2001. "RumahSakit Gratis untuk Tujuh Suku", SinarHqrapan.

6. Rahangiar, Stephanus. 1994. Etnografi SukuBangsa Kamoro. Timika: PT FreeportIndonesia..

7. Koentjaraningrat. 1984. Masyarakat Desa diIndonesia, Jakarta: FE UI.

52 Media Litbang Kesehatan Volume XIXNomor 1 Tahun 2009

Page 12: KARAKTERISTIK, PERILAKU DAN BUDAYA IBU-IBU PAPUA YANG ...repository.litbang.kemkes.go.id/1365/1/886-1876-1-PB.pdf · Keywords: Karakteristik, perilaku, budaya, kematian anak, ibu

8. Bachriadi Dianto.1998, Merana di Tengah 14.Kelimpahan, Jakarta: Elsam.

9. Erar, Karel Phil. 1999 Tanah Kita, HidupKita. Jakarta: Penerbit Pustaka Sinar 15.Harapan.

10. Foster George M. 1986. Antropologi 16.Kesehatan, terjemahan Priyanti Pakan &Meutia Hatta S., Jakarta: UI Press.

11. Laksono, P.M., et al. 2000. Perempuan diHutan Mangrove. Yogyakarta: PSAP & 17.Galang Press.

12. "Perempuan Papua Pekerja Keras,". 7November 2002. Timika Pos. 18.

13. Qomariah. 8 Juli 2003. "Dilema Budaya danKesehatan Reproduksi Ibu (2-habis),"Timika Pos,

Whyte, Robert Orr and Pauline Whyte.1982. The Women of Rural Asia, Colorado:Westview Press.

Doyal, Lesley. 1997 In Sickness and inHealth. Kuala Lumpur: WHO ARROW.

McCarthy, James and Deborah Maine.1992. A Framework for Analyzing theDeterminants of Maternal Mortality.Geneva: WHO.

Okojie, Christina EE. 1997. GenderInequalities of Health in the Third World.Kuala Lumpur: WHO ARROW.

Foster, George M. 1986. AntropologiKesehatan Terjemahan Priyanti Pakan.Meutia Hatta S. Jakarta: UI Press.

Media Litbang Kesehatan Volume XIX Nomor 1 Tahun 2009 53